Jones Martogi Pasaribu Fakultas Psikologi Universitas Semarang. Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jones Martogi Pasaribu Fakultas Psikologi Universitas Semarang. Abstrak"

Transkripsi

1 BURNOUT DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP BEBAN KERJA PADA POLISI LALU LINTAS POLRESTABES SEMARANG (Burnout Reviewed By Workload Perception of Traffic Police Officers of Polrestabes Semarang) Jones Martogi Pasaribu Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara persepsi terhadap beban kerja pada Polisi Lalu Lintas dengan burnout. Hipotesis dalam penelitian menyebutkan bahwa ada hubungan negatif antara persepsi terhadap beban kerja dengan burnout pada anggota Polisi Lalu Lintas. Responden terdiri atas 96 anggota Polantas, yang mencakup 57 orang anggota Patroli I, 19 orang anggota Patroli II, dan 20 orang anggota Patroli III di Sat Lantas Polrestabes Semarang. Penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan dua skala, yaitu Skala Burnout pada Polisi lalu Lintas dan Skala Persepsi terhadap Beban Kerja. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Teknik Analisis Korelasi Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara persepsi terhadap beban kerja dengan burnout pada Polisi Lalu Lintas yang ditunjukkan dengan nilai r xy = - 0,372 p = 0,000 (p < 0,01) sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima. Kata kunci: burnout pada anggota Polisi Lalu Lintas, persepsi terhadap beban kerja. Abstract The purpose of this study was to empirically test on the relationship between workload perception of the traffic police and burnout. The hypothesis in this study says that there is a negative relationship between workload perceptions and burnout of the traffic police officers. Respondents consisted of 96 police officers, covering 57 police patrol I, 19 police patrol II, and 20 police patrol III officers of Polantas Polrestabes Semarang. The data of this study were collected by using two scales, the first scale was burnout of the traffic police officers and the second one was workload perceptions. Data analysis was conducted by using Product Moment Correlation techniques. The result shows that there is a negative relationship between workload perceptions and burnout of the traffic police, indicated by r xy = - 0,372 p = (p < 0.01) so the hypothesis in this study was received. Key words: burnout of the traffic police officers, workload perceptions. 153

2 Pendahuluan Polisi adalah aparat negara Republik Indonesia yang tugas pokoknya ditetapkan dalam pasal 13 Undang-Undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu POLRI selaku pemelihara keamanan, ketertiban masyarakat (kamtibnas), penegak hukum, pelindung, pengayom, serta pelayan masyarakat. Polisi merupakan salah satu aparat penegak hukum, yang melakukan tindakan preventif dan represif terhadap masyarakat. Tindakan preventif merupakan upaya dari aparat polisi untuk memotivasi anggota masyarakat agar bersama-sama membina suasana kehidupan yang aman dan tertib. Tindakan represif merupakan upaya yang dilakukan aparat polisi untuk memberantas kejahatan yang mengganggu keamanan dan ketertiban hidup masyarakat. Pekerjaan polisi begitu kompleks dan selalu dihadapkan dengan berbagai tantangan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara secara khusus polisi lalu lintas. Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan pada anggota Polantas Polrestabes Semarang pada tanggal 13 April 2012 menunjukkan bahwa 56,6% dari 30 orang anggota Polantas mengalami burnout yang cukup tinggi atau di atas rata-rata. Tingginya burnout yang dialami tentu bisa merugikan bagi anggota Polantas yang mengalami. Adanya perasaan tidak berdaya atau tidak mampu, kelelahan fisik maupun psikis serta tidak jarang mengalami pusing secara tiba-tiba ketika sedang bertugas. Keadaan tersebut sesuai dengan hasil wawancara terhadap lima anggota Kepolisian lalu lintas Polrestabes Semarang pada tanggal 22 Februari 2012, menunjukkan bahwa adanya permasalahan yang dihadapi anggota Polantas ketika bertugas di lapangan, secara umum disebabkan tingginya tingkat pelanggaran lalu lintas menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan dan kesadaran hukum dari pemakai jalan atau pengemudi masih memprihatinkan, ketidaksadaran akan rambu lalu lintas tersebut cenderung menimbulkan kemacetan maupun kecelakaan. Ketika permasalahan terjadi, hal ini cenderung memberikan tekanan bagi anggota polisi lalu lintas yang nantinya bisa mengakibatkan perasaan tidak berdaya atau tidak mampu, kelelahan fisik maupun psikis serta tidak jarang mengalami pusing secara tiba-tiba ketika sedang bertugas. Reaksi tersebut adalah reaksi seseorang dalam menghadapi tugas ketika muncul bermacammacam masalah yang berkaitan dengan perkembangan karirnya. Ketidakmampuan menangani masalah membuat seseorang terbelenggu dalam situasi yang memperburuk kondisi fisik dan mentalnya. Keadaan stres yang berkelanjutan ini akan dapat memunculkan gejala yang dikenal sebagai burnout. Andarika (2004: 3) menyatakan bahwa burnout merupakan gejala kelelahan emosional 154

3 yang disebabkan oleh tingginya tuntutan pekerjaan, yang sering dialami individu yang bekerja pada situasi dimana ia harus melayani kebutuhan orang banyak. Burnout digambarkan sebagi suatu keadaan yang mencerminkan reaksi emosional pada individu yang bekerja pada bidang kemanusiaan (human service), atau bekerja erat dengan masyarakat. Penderitanya banyak dijumpai pada polisi, perawat di rumah sakit, pekerja sosial, dan guru. Mursi (1997: 84) menyatakan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi terjadinya burnout adalah persepsi terhadap pekerjaan. Persepsi individu terhadap pekerjaan dapat menyebabkan terjadinya burnout. Pekerjaan yang menimbulkan burnout merupakan pekerjaan yang dianggap sebagai beban. Jones dan Bartlett (1994: 8) menyatakan bahwa beban kerja yang berlebihan merupakan penyebab umum kejenuhan kerja, kebosanan dan berpotensi menyebabkan keletihan kerja. Hasil penelitian berkaitan lain yang relevan dengan burnout ditinjau dari karakteristik pekerjaan, dan dukungan sosial non human service corporation (Farhati dan Rosyid, 1996) menunjukkan korelasi negatif yang signifikan antara karakteristik pekerjaan, dukungan sosial dengan tingkat burnout. Variansi terjadinya burnout hanya dapat dijelaskan oleh variabel karakteristik pekerjaan dan dukungan sosial (35%) saja, sedang 65% lainnya masih disebabkan oleh variabel-variabel yang tidak tercakup dalam penelitian ini. Penelitian lain juga terkait dengan burnout ditinjau dari persepsi terhadap lingkungan kerja psikologis dan jenis kelamin (Sihotang, 2004: 14) menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara persepsi karyawan terhadap lingkungan kerja psikologisnya dengan burnout. Hal ini berarti bahwa semakin baik persepsi karyawan terhadap lingkungan kerja psikologisnya maka akan semakin rendah gejala burnout yang diperlihatkan karyawan. Hal serupa juga diteliti oleh Jaya dan Rahmat (2005) terkait burnout ditinjau dari locus of control internal dan eksternal menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara burnout ditinjau dari locus of control internal dengan burnout ditinjau dari locus of control eksternal. Dari hasil penelitian terlihat bahwa subyek dengan locus of control eksternal lebih tinggi burnout-nya daripada subyek dengan locus of control internal. Persepsi bersifat individu, timbulnya burnout yang dialami oleh anggota polisi lalu lintas juga dipengaruhi oleh persepsi anggota Polantas terhadap beban kerja yang dihadapi. Persepsi merupakan proses yang didahului oleh proses pengindraan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi 155

4 tidak lepas dari proses pengindraan, dan proses pengindraan merupakan proses pendahulu dari proses persepsi (Walgito, 2004: 87). Berdasarkan uraian di atas, persepsi tersebut dapat disimpulkan sebagai proses awal dalam penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh alat indera menggunakan pengetahuan yang telah disimpan dala ingatan sebelumnya guna memberi arti bagi lingkungan sekitar. Dalam hal ini, beban kerja yang dialami oleh seorang polisi tergantung bagaimana seorang polisi tersebut memberi arti terhadap pekerjaan tersebut. Semakin positif persepsi seorang anggota polisi lalu lintas terhadap pekerjaannya, maka semakin rendah tingkat burnout yang akan mereka hadapi ketika bekerja. Sebaliknya, semakin negatif persepsi seorang anggota polisi lalu lintas terhadap beban kerja yang mereka hadapi, maka akan semakin tinggi tingkat burnout yang mereka hadapi. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa secara keseluruhan persepsi anggota Polantas terhadap beban pekerjaannya sebagai anggota Polantas cukup positif. Hal ini terbukti dimana subyek sercara umum memaknai pekerjaan atau tugas yang mereka emban tersebut adalah tugas mulia yakni salah satu bentuk pengabdian polisi terhadap masyarakat atau pelayan masyarakat. Apapun karakteristik tugas yang anggota Polantas terima itu sudah menjadi tantangan tersendiri bagi subyek sebagai anggota Polantas. Tanggung jawab sebagai anggota Polantas bukan halangan melainkan tantangan karena semua itu sudah menjadi komitmen mereka sejak sebelum diterima sebagai anggota di kepolisian. Namun demikian, anggota Polantas Polrestabes Semarang masih mengalami burnout yang ditandai dengan adanya perasaan tidak berdaya atau tidak mampu, kelelahan fisik maupun psikis dalam bekerja. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang burnout ditinjau dari persepsi terhadap beban kerja pada Polisi Lalu Lintas. Burnout pada Polisi Lalu Lintas Menurut Bakker, dkk (dalam Gunarsa, 2009: ) menjabarkan burnout sebagai suatu bentuk reaksi stres kerja yang spesifik pada orang-orang dalam bidang pelayanan sosial, sebagai hasil dari tuntutan emosional dalam hubungan antara karyawan dan orangorang yang harus dilayani. Burnout dikatakan sebagai fenomena yang sifatnya spesifik karena hanya dialami oleh mereka yang berprofesi sebagai karyawan dalam bidang sosial (melayani atau mengurusi orang). Santrock (2003: 560) menyatakan bahwa burnout merupakan istilah yang digunakan untuk beban yang terlalu berat, perasaan tidak berdaya, tidak memiliki harapan, yang disebabkan oleh stres akibat pekerjaan yang sangat berat. Burnout membuat penderitanya merasa sangat kelelahan secara fisik dan 156

5 emosional. Ivancevich, dkk (2006: 307) menyatakan bahwa burnout telah berpusat pada apa yang disebut profesi membantu, seperti guru, perawat, dokter, pekerja sosial, ahli terapi, polisi dan petugas pengawasan pembebasan bersyarat. Lebih lanjut Pangkalan (2008: 8) menyatakan bahwa burnout atau kejenuhan kerja adalah semacam stres atau kebosanan atau rasa frustrasi yang dapat menyebabkan individu merasa letih, mudah tersinggung, nyeri di sana-sini dan merasa tua. Burnout akan menguras tenaga cadangan baik mental maupun fisik. Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa burnout adalah suatu bentuk ketegangan atau tekanan psikis yang berhubungan dengan stres yang dapat menyebabkan individu merasa letih, mudah tersinggung, nyeri di sana-sini dan merasa tua. Freudenberg (dalam Gunarsa, 2009: 367) mengemukakan ada dua gejala burnout yaitu keletihan fisik dan mental. Maslach dan Leiter (dalam Gunarsa, 2009: 368) menyatakan bahwa gejala-gejala burnout dapat dikategorikan dalam tiga dimensi, yaitu: a. Exhaustion Exhaustion merupakan dimensi burnout yang ditandai perasaan letih berkepanjangan baik secara fisik, mental dan emosional. Cynicism mencerminkan adanya sikap yang sinis terhadap orang-orang yang berada dalam lingkup pekerjaan dan kecenderungan untuk menarik diri serta mengurangi keterlibatan diri dalam bekerja. c. Ineffectiveness Ineffectiveness mencerminkan adanya perasaan tidak berdaya, tidak mampu lagi melakukan tugas dan menghadapi tugastugas yang dibebankan terlalu berlebihan sehingga tidak sanggup lagi menerima tugas yang barus. Maslach (dalam Pangkalan, 2008: ix) memberikan gambaran adanya tiga gejala burnout yaitu: a. Kelelahan emosional b. Menurunnya harkat manusia dari individu yang semula dikenal (Depersonalisasi). c. Rendahnya keyakinan diri untuk melakukan tugasnya dengan baik Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa ada lima gejala burnout yaitu kelelahan fisik, kelelahan mental, kelelahan emosional, rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri dan dipersonalisasi. Kelima gejala tersebut dijadikan sebagai dasar pembuatan alat ukur penelitian untuk mengungkapkan burnout. b. Cynicism Persepsi terhadap beban kerja 157

6 Suharnan (2005: 23) menyatakan bahwa persepsi merupakan tahap paling awal dari serangkaian proses informasi. Persepsi merupakan proses menginterpretasi atau menafsirkan informasi yang diperoleh melalui sistem alat indera manusia. Suharnan (2005: 23) menambahkan bahwa persepsi mencakup dua proses yang berlangsung secara serempak antara keterlibatan aspek-aspek dunia luar dengan dunia dalam diri. Proses tersebut disebut bottom-up atau data driven prosessing (aspek stimulus) dan top-down atau conseptually driven prosessing (aspek pengetahuan seseorang). Persepsi di sisi lain adalah sebagai proses psokologis yang memaknai pengalaman masa lalu/ingatan dan penilaian. Lebih lanjut Robbins (2008: 175) berpendapat bahwa persepsi adalah proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan kesan indera individu dalam rangka memberikan makna hidup lingkungannya. Beban kerja merupakan satu kunci dimensi dalam kehidupan organisasi. Dari sudut pandang organisasi, beban kerja merupakan produktivitas sedangkan dari sudut pandang individual beban kerja adalah waktu dan energi (Masclach dan Leither, 1997: 38). Munandar (2001: 383) menjelaskan bahwa beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit adalah pembangkit stres. Salah satu penyebab menurunnya performa dari beban kerja adalah keharusan untuk mengambil dua atau lebih tugas-tugas yang harus dikerjakan secara bersamaan. Semakin banyaknya permintaan untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut maka semakin berkurangnya performa dalam bekerja. Schultz dan Schultz (2006: 366) mengatakan bahwa beban kerja merupakan gambaran yang lazim terhadap kondisi pekerjaan yang berlebihan. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan persepsi terhadap beban kerja adalah proses awal pengamatan, penginterpretasian dan tanggapan individu terhadap tugas dan kewajiban yang harus dikerjakan sesuai dengan tanggung jawabnya. Menurut Walgito (2004: 86) persepsi memuat tiga aspek penggolongan yang besar, yaitu: a. Aspek Kognisi Berhubungan dengan pengenalan. Pandangan seseorang terhadap sesuatu berdasarkan keinginan dan pengharapan atau berdasarkan pengalaman yang pernah didengar atau dilihat dalam kehidupan sehari-hari. b. Aspek Emosi Berhubungan dengan perasaan. Seseorang mempersepsikan sesuatu kadang-kadang dilandasi oleh keadaan emosinya yang terbentuk karena adanya pendidikan moral dan etika yang diperoleh. c. Aspek Konasi 158

7 Berhubungan dengan motif pandangan seseorang terhadap sesuatu dalam hubungan dengan motof atau tujuan timbulnya suatu perilaku yang terjadi di sekitarnya. Suharnan (2005: 24) menerangkan bahwa ada tiga aspek dalam persepsi yang dinggap sangat relevan dengan kognisi manusia yaitu: a. Pencatatan indera, merupakan sistem ingatan yang dirancang untuk menyimpan sebuah rekaman mengenai informasi yang diterima oleh sel-sel reseptor. b. Pengenalan pola, merupakan proses transformasi dan mengorganisasikan informasi yang masih kasar sehingga memiliki makna atau arti tertentu. c. Perhatian, adalah proses konsentrasi pikiran atau pemusatan aktivitas mental. Lebih lanjut Schultz dan Schultz (2006: 366) menyatakan jenis-jenis beban kerja, adalah sebagai berikut: a. Beban kerja berlebih/terlalu sedikit kuantitatif. Beban kerja yang timbul sebagai akibat dari tugas yang terlalu banyak/sedikit diberikan kepada tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu. b. Beban kerja berlebih/terlalu sedikit kualitatif. Terjadi jika seseorang merasa tidak mampu untuk melakukan suatu tugas, atau tugas tidak menggunakan keterampilan dan/atau potensi dari tenaga kerja. Metode Penelitian Karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah anggota satuan lalu lintas Polrestabes Semarang. Dari jumlah keseluruhan 225 personil Satlantas Polrestabes Semarang terdapat 126 orang yang bertugas di bagian operasional (berdasarkan data Bagian Administrasi dan Operasional Lalu Lintas Polrestabes Semarang, 2012) didukung berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa yang cenderung mengalami burnout adalah petugas di lapangan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cluster random sampling Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian berupa pernyataan subjek adalah skala. Skala merupakan suatu prosedur yang menempatkan atribut atau karakteristik pada titik tertentu sepanjang suatu kontinum. Skala yang digunakan adalah Skala Burnout dan Skala Persepsi terhadap Beban Kerja. Teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah teknik Korelasi Product Moment dari Pearson. Korelasi ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap beban kerja dengan burnout. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara persepsi terhadap beban kerja dengan burnout pada Polisi Lalu Lintas terbukti dengan nilai r xy = - 0,

8 p = 0,000 (p < 0,01). Hal ini berarti semakin positif persepsi terhadap beban kerja maka burnout semakin rendah, demikian pula sebaliknya. Hasil penelitian ini mendukung pendapat yang diutarakan oleh Mursi (1997: 84) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi terjadinya burnout adalah persepsi terhadap pekerjaan. Persepsi individu terhadap pekerjaan dapat menyebabkan terjadinya burnout. Pekerjaan yang menimbulkan burnout merupakan pekerjaan yang dianggap sebagai beban. Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian, terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan suatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu (Walgito, 2004: 87). Persepsi yang positif terhadap beban kerja akan menjadikan anggota Polantas Polrestabes Semarang menyadari bahwa tugas yang diterima adalah sebuah tanggung jawab yang harus terselesaikan dengan maksimal. Persepsi positif terhadap beban kerja akan dapat menjadikan anggota Polantas Polrestabes Semarang mampu mengelola penilaian yang menganggap pekerjaan adalah sesuatu yang melelahkan, sehingga dapat terhindar dari burnout. Scheerer (dalam Sarwono, 2004: 88) menyatakan bahwa persepsi adalah representasi fenomenal tentang objek distal sebagai hasil pengorganisasian objek distal itu sendiri, medium dan rangsang proksimal. Tugas sebagai Polantas yang harus memberikan pelayanan dalam bidang lalu lintas terhadap masyarakat tidak selalu dianggap sebagai tanggung jawab mulia oleh anggota Polantas sendiri. Bagi sebagian individu yang memiliki penilaian bahwa tugas sebagai Polantas harus terselesaikan dengan maksimal demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan organisasi akan mempersepsikan beban kerja secara positif pula dan merasa bertanggung jawab atas kesuksesan tugas tersebut. Polantas Polrestabes akan tetap menunjukkan kegairahan di dalam bekerja, tanpa harus mengalami burnout yang dapat merugikan diri sendiri, masyarakat, maupun organisasi kepolisian. Hasil penelitian yang dilakukan (Hariyono, dkk, 2009: ) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan kelelahan kerja. Beban kerja adalah lama seseorang melakukan aktivitas pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas kerja yang bersangkutan tanpa menunjukkan tanda kelelahan. Beban kerja erat kaitannya dengan kinerja, yang mana berkaitan pula dengan performanya. Apabila beban kerja berlebih akan berpengaruh dengan kinerjanya, dimana hal ini berkaitan dengan tingkat kelelahan karyawan. Beban kerja yang diterima individu akan berpengaruh terhadap terjadinya burnout tergantung pada persepsi masing-masing individu. Persepsi positif 160

9 terhadap beban kerja akan menjadikan individu menerima dengan sepenuh hati setiap pekerjaan yang diterima tanpa harus merasa tertekan dan mengalami burnout. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan ada hubungan negatif antara persepsi terhadap beban kerja dengan burnout pada Polisi Lalu Lintas. Semakin positif persepsi terhadap beban kerja maka burnout semakin rendah, demikian pula sebaliknya, sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima. Saran 1. Bagi anggota Polantas Polrestabes Semarang Anggota Polantas Polrestabes Semarang agar dapat semakin mempertahankan pemahaman dan penerimaan terhadap tugas sebagai seorang anggota Polri yang harus senantiasa siap ketika ada tugas yang memanggil, sehingga dapat terhindar dari burnout. Persepsi positif terhadap beban kerja pada anggota Polantas Polrestabes Semarang akan dapat menumbuhkan penerimaan dan kesediaan untuk memberikan segenap tenaga dan pikiran demi terselesaikannya tugas yang diemban tanpa mengalami burnout yang dapat mencoreng nama baik organisasi kepolisian. 2. Bagi peneliti lain Peneliti lain yang tertarik untuk melanjutkan penelitian diharapkan dapat melihat faktor lain yang memengaruhi burnout, seperti faktor dukungan sosial, kurangnya orientasi kerja, kurangnya prosedur dan aturan-aturan, gaya kepemimpinan, kurangnya otonomi dalam bekerja, tuntutan pekerjaan, kecerdasan, keterampilan, keahlian, kepandaian, dan usia. Daftar Pustaka Andarika, R Burnout pada Perawat RS. St. Elisabeth Semarang ditinjau dari Dukungan Sosial Keluarga. Jurnal Psyche. Vol 1. No. 1 Juli (1-6). Farhati, F & Rosyid, H.F Karakteristik Pekerjaan Dukungan Sosial dan Tingkat Burnout pada Non Human Service Cooporation. Jurnal Psikologi. No. 1. Hal Bandung: Fakultas Universitas Padjadjaran. Gunarsa, D. S Bunga Rampai Psikologi Perkembangan. Dari Anak Sampai Lanjut Usia. Cet. 3. Jakarta: Gunung Mulia. Hariyono, W., Suryani, D., Wulandari, Y Hubungan antara Beban Kerja, Stres Kerja dan Tingkat Konflik dengan Kelelahan Kerja Perawat di Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI Kota Yogyakarta. KES MAS Vol. 3, No. 3, September 2009 : Yogyakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan. Ivancevich, J. M., Konopaske, R., dan Matteson, M. T Perilaku dan Manajemen Organisasi. Alih Bahasa: Gina Gania. Surabaya: Erlangga. Jaya, E. D. G., dan Rahmat, I Burnout ditinjau dari Locus of Control Internal dan Eksternal. Majalah Kedokteran Nusantara. Vol. 38. No. 3. Hal Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 161

10 Jones dan Bartlett Manajemen Stres. Alih Bahasa: Palupi Widyastuti. Jakarta: EGC. Maslach dan Leiter The Truth About Burnout; How OrganizationCause Personal Stress and What to Do About It. Jossey-Bass: San Francisco. Munandar, A.S Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia. Mursi, A. H SDM yang Produktif. Jakarta: Gema Insani Press. Pangkalan, I Gaya Hidup Penghambat Alzheimer. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Robbins, S. P Perilaku Organisasi. Edisi ke-10. PT. Indeks: Jakarta. Santrock, J. W Adolescence. Edisi Keenam. Alih Bahasa: Drs. Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga. Sarwono, S.W Psikologi Sosial: Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial. Edisi Satu. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Schultz, D. P dan Schultz, S. E Pychology In Work Today; Introduction and Organisation Psychology (6 th e. d). New York. Macmillan Publishing Company. Sihotang, I. N. Burnout pada Karyawan Ditinjau dari Persepsi Terhadap Lingkungan Kerja Psikologis dan Jenis Kelamin. Jurnal Pshyche. Vol. 1, No. 1. Hal Palembang: Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma. Suharnan, Psikologi Kognitif. Penerbit Srikandi: Surabaya. Walgito, B Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit ANDI. 162

Burnout Pada Karyawan Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Lingkungan Kerja Psikologis Dan Jenis Kelamin

Burnout Pada Karyawan Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Lingkungan Kerja Psikologis Dan Jenis Kelamin Burnout Pada Karyawan Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Lingkungan Kerja Psikologis Dan Jenis Kelamin (Employees Burnout in Relation to Perception toward Psychological Work Environment and Sex) Imelda Novelina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki peranan penting sebagai penunjang kesehatan masyarakat. Keberhasilan suatu rumah sakit

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Tiara Noviani F 100 030 135 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Di era global seperti saat ini, sumber daya manusia (SDM) sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Di era global seperti saat ini, sumber daya manusia (SDM) sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Di era global seperti saat ini, sumber daya manusia (SDM) sangat menentukan keberhasilan bisnis, maka selayaknya SDM tersebut dikelola sebaik mungkin. Kesuksesan

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA Terendienta Pinem 1, Siswati 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH

Lebih terperinci

Laila Itsnaini Agus Timan Ahmad Yusuf Sobri

Laila Itsnaini Agus Timan Ahmad Yusuf Sobri Hubungan Persepsi Guru tentang Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Etos Kerja Guru terhadap Produktivitas Kerja Guru Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri Laila Itsnaini Agus Timan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya dinamis yang mempunyai pemikiran, perasaan dan tingkah laku yang beraneka ragam. Jika terjadi pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aspek fisik maupun emosional. Keluhan tersebut akan menimbulkan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aspek fisik maupun emosional. Keluhan tersebut akan menimbulkan upaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketidakmampuan karyawan untuk memenuhi harapan dan tuntutan di tempat kerja akan mengakibatkan stres. Reaksi stres biasanya berisikan keluhan, baik dari aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung pula oleh sumber daya manusia yang berkualitas, baik dari segi mental, spritual maupun

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN BURNOUT PADA PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN BURNOUT PADA PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA SEMARANG HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN BURNOUT PADA PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA SEMARANG Risma Widyakusumastuti, Nailul Fauziah Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Jl.

Lebih terperinci

Burnout Pada Perawat Puteri RS St. Elizabeth Semarang Ditinjau Dari Dukungan Sosial

Burnout Pada Perawat Puteri RS St. Elizabeth Semarang Ditinjau Dari Dukungan Sosial Jurnal PSYCHE Burnout Pada Perawat Puteri RS St. Elizabeth Semarang Ditinjau Dari Dukungan Sosial (Burnout Among Semarang St. Elisabeth Hospital Female Nurses in Relation to Social Support) Rita Andarika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. pendekatan kuantitatif yaitu menekankan analisisnya pada data-data numerikal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perawat adalah salah satu yang memberikan peranan penting dalam. menjalankan tugas sebagai perawat.

BAB 1 PENDAHULUAN. perawat adalah salah satu yang memberikan peranan penting dalam. menjalankan tugas sebagai perawat. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia kesehatankhususnya pada Rumah sakit, perawat merupakan salah satu yang memiliki komponen penting dalam menentukan kualitas baik, buruk nya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teknologi pada masa sekarang. Oleh karena itu kualitas dari sebuah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teknologi pada masa sekarang. Oleh karena itu kualitas dari sebuah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup dalam atmosfer kerja abad ke-21 ini tidaklah mudah. Segala sesuatunya tampak saling mendesak dan menuntut untuk segera dipenuhi. Dalam sebuah organisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa stressor kerja seperti beban kerja yang berlebihan, rendahnya gaji,

BAB I PENDAHULUAN. berupa stressor kerja seperti beban kerja yang berlebihan, rendahnya gaji, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi polisi oleh hampir seluruh peneliti dikategorikan sebagai jenis pekerjaan yang sangat rawan stres (Ahmad, 2004). Stres yang dialami oleh polisi dapat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN PRESTASI KERJA PADA KARYAWAN

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN PRESTASI KERJA PADA KARYAWAN HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN PRESTASI KERJA PADA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI Oleh: ELI SASARI F. 100 080 046 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 1 2 HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA

Lebih terperinci

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN PERSEPSI DISIPLIN KERJA KARYAWAN KPP PRATAMA KOTA BOGOR

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN PERSEPSI DISIPLIN KERJA KARYAWAN KPP PRATAMA KOTA BOGOR HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN PERSEPSI DISIPLIN KERJA KARYAWAN KPP PRATAMA KOTA BOGOR Laksmi M. Utami Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya no. 100, Depok 16424,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu institusi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu institusi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu institusi yang menggunakan sumber daya manusia. Peran sumber daya manusia sangat dibutuhkan di dalam proses berkembangnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PRAMUNIAGA MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PRAMUNIAGA MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PRAMUNIAGA MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)

Lebih terperinci

KECEMASAN TERHADAP KETIADAAN HANDPHONE DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL PADA MAHASISWA S1 MANAJEMEN STIE AMA SALATIGA

KECEMASAN TERHADAP KETIADAAN HANDPHONE DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL PADA MAHASISWA S1 MANAJEMEN STIE AMA SALATIGA KECEMASAN TERHADAP KETIADAAN HANDPHONE DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL PADA MAHASISWA S1 MANAJEMEN STIE AMA SALATIGA Wido Tripujiati Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai profesi yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai profesi yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerja adalah aktivitas dasar manusia. Dengan bekerja, seseorang dapat mensosialisasikan dirinya dengan orang lain. Bekerja dalam suatu instansi pemerintah ataupun

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA PETUGAS SECURITY. Oleh: SUPARJO ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA PETUGAS SECURITY. Oleh: SUPARJO ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA PETUGAS SECURITY Oleh: SUPARJO ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self efficacy dengan perilaku prososial pada

Lebih terperinci

Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Meilantifa

Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Meilantifa 26 INOVASI, Volume XX, Nomor 1, Januari 2018 Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Meilantifa Email : meilantifa@gmail.com Program Studi Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa pada diri manusia dianggap penting demi terciptanya kepuasan kerja dalam sebuah keanggotaan. Indonesia secara normatif-konstitusional adalah negara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Jones (2007) mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai cara seorang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Jones (2007) mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai cara seorang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Gaya Kepemimpinan 1.1 Definisi Gaya Kepemimpinan Jones (2007) mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai cara seorang pemimpin yang dipersepsikan oleh karyawan dalam memberikan

Lebih terperinci

Key words: reading interest, motivation to choose Study Program. Kata kunci: minat baca, motivasi memilih Program Studi.

Key words: reading interest, motivation to choose Study Program. Kata kunci: minat baca, motivasi memilih Program Studi. HUBUNGAN MINAT BACA DENGAN MOTIVASI MEMILIH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH MAHASISWA TINGKAT I UNIVERSITAS NEGERI MALANG ANGKATAN 2011 Budi Seyarini 1 Widodo Hs 2 Musthofa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjalankan tugas dan pekerjaanya. SDM merupakan modal dasar pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjalankan tugas dan pekerjaanya. SDM merupakan modal dasar pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia teknologi yang semakin maju di Indonesia membutuhkan SDM yang memiliki ketrampilan dan kemampuan yang baik dalam menjalankan tugas dan pekerjaanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelayanan kesehatan masyarakat memiliki peran besar dalam pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelayanan kesehatan masyarakat memiliki peran besar dalam pelayanan kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan sarana utama dan tempat penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat memiliki peran besar dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Sebagai

Lebih terperinci

Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari

Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari TINJAUAN PUSTAKA Burnout Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari seseorang yang bekerja atau melakukan sesuatu, dengan ciri-ciri mengalami kelelahan emosional, sikap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Rumah sakit memiliki berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komitmen telah menunjukkan pengaruh yang kuat pada keinginan karyawan

BAB I PENDAHULUAN. Komitmen telah menunjukkan pengaruh yang kuat pada keinginan karyawan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komitmen merupakan salah satu variabel yang telah banyak dikaji. Komitmen telah menunjukkan pengaruh yang kuat pada keinginan karyawan untuk tetap bertahan di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terampil maka dalam proses perencanaan tujuan tersebut akan mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terampil maka dalam proses perencanaan tujuan tersebut akan mengalami banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia dalam suatu organisasi memegang peranan penting dalam mewujudkan tujuan-tujuan organisasi tersebut bahkan sumber tenaga manusia sudah dianggap

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA N NAWANGAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA N NAWANGAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA N NAWANGAN TAHUN PELAJARAN 014/015 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN Andri 1 Lieke E.M. Waluyo 2 1,2 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat 2 andric@minamas.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang paling penting bagi seorang manusia. Menurut UU no.36 tahun 2006 tentang Kesehatan, bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A

HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A 1 HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A Rohmatul Ummah, Anita Listiara* Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

*Hp: /

*Hp: / PERSEPSI SISWA TENTANG PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI MIA 3 SMA N 2 UJUNGBATU KAB. ROKAN HULU Sudur Nurhidayah* ), Silvia Rita 1), Ika Daruwati 2) 1&2) Program Studi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KONFLIK INTERPERSONAL DAN STRES KERJA DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KONFLIK INTERPERSONAL DAN STRES KERJA DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KONFLIK INTERPERSONAL DAN STRES KERJA DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang dioleh

BAB III METODE PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang dioleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, menurut Azwar (2011) pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang

Lebih terperinci

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH (COPING) DALAM PEMECAHAN KASUS PADA ANGGOTA RESERSE KRIMINAL DI KEPOLISIAN RESOR KOTA BESAR SEMARANG

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH (COPING) DALAM PEMECAHAN KASUS PADA ANGGOTA RESERSE KRIMINAL DI KEPOLISIAN RESOR KOTA BESAR SEMARANG STRATEGI PEMECAHAN MASALAH (COPING) DALAM PEMECAHAN KASUS PADA ANGGOTA RESERSE KRIMINAL DI KEPOLISIAN RESOR KOTA BESAR SEMARANG (Studi Kasus di Polrestabes Kota Semarang) Tri Yuli Arfianto Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN JENIS ANDROGINI DENGAN PENCAPAIAN STATUS IDENTITAS ACHIEVEMENT MAHASISWI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN JENIS ANDROGINI DENGAN PENCAPAIAN STATUS IDENTITAS ACHIEVEMENT MAHASISWI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN JENIS ANDROGINI DENGAN PENCAPAIAN STATUS IDENTITAS ACHIEVEMENT MAHASISWI Nurul Imam Rizky Hartono Sri Widyawati Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Psikologi dalam sebuah organisasi memberikan peranan penting pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Psikologi dalam sebuah organisasi memberikan peranan penting pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Psikologi dalam sebuah organisasi memberikan peranan penting pada area-area seperti pengembangan SDM (Losyk, 2005:65). Dalam sebuah perusahaan permasalahan psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kinerja karyawan semakin baik. Salah satu tindakan yang penting dan harus

BAB I PENDAHULUAN. kinerja karyawan semakin baik. Salah satu tindakan yang penting dan harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi sekarang ini sumber daya manusia merupakan aset penting dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan. Kelangsungan hidup suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu apa pun pengaduan dari masyarakat, seperti pencurian, pembunuhan, dan perampokan. Sebagaimana semboyan Tribrata

BAB I PENDAHULUAN. membantu apa pun pengaduan dari masyarakat, seperti pencurian, pembunuhan, dan perampokan. Sebagaimana semboyan Tribrata BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kepolisian Indonesia adalah suatu lembaga hukum yang siap membantu apa pun pengaduan dari masyarakat, seperti pencurian, pembunuhan, dan perampokan. Sebagaimana

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PERSEPSI SISWA MENGENAI PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

KONTRIBUSI PERSEPSI SISWA MENGENAI PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF 74 KONTRIBUSI PERSEPSI SISWA MENGENAI PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF Hadi Heriawan 1, Iwa Kuntadi 2, Haryadi 3 Departemen Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres merupakan hal yang melekat pada kehidupan. Siapa saja dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam jangka panjang pendek yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres merupakan fenomena yang sering dialami dialami tidak terkecuali oleh para karyawan sebuah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres merupakan fenomena yang sering dialami dialami tidak terkecuali oleh para karyawan sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres merupakan fenomena yang sering dialami dialami tidak terkecuali oleh para karyawan sebuah organisasi ataupun lembaga. Stres yang dialami secara berkepanjangan

Lebih terperinci

PERSEPSI TENTANG JAM PELAJARAN TAMBAHAN HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS UNGGULAN DAN REGULER

PERSEPSI TENTANG JAM PELAJARAN TAMBAHAN HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS UNGGULAN DAN REGULER PERSEPSI TENTANG JAM PELAJARAN TAMBAHAN HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS UNGGULAN DAN REGULER Christella Mustiningsih Sunarni E-mail: ellachris38@yahoo.co.id Universitas Negeri Malang, Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia kerja, tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia kerja, tuntutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia kerja, tuntutan pekerjaan, dan gaya hidup menjadi semakin berat, beberapa persoalan pun muncul dalam diri individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang. menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang. menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai menulis tentang fenomena yang terus-menerus tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori 1. Kecemasan Situasi yang mengancam atau yang dapat menimbulkan stres dapat menimbulkan kecemasan pada diri individu. Atkinson, dkk (1999, p.212) menjelaskan kecemasan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Alasan Pemilihan Teori Pada penelitian ini burnout akan dibahas menggunakan teori dari Maslach (2003). Teori digunakan karena adanya kesesuaian dengan fenomena yang didapatkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pekerjaan atau profesi yang sebenarnya bertujuan membangun

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pekerjaan atau profesi yang sebenarnya bertujuan membangun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Polisi adalah salah satu pekerjaan yang memiliki tanggung jawab moral yang besar. Polisi adalah penegak moralitas masyarakat secara konkrit. Banyak pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan rumah sakit dalam 20 tahun belakangan ini meningkat dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut tentunya akan menimbulkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : Pudyastuti Widhasari ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersamasama,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersamasama, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersamasama, saling berhubungan atau berkomunikasi, dan saling mempengaruhi. Hidupnya selalu

Lebih terperinci

Hubungan employee engagement dan burnout pada karyawan divisi IT

Hubungan employee engagement dan burnout pada karyawan divisi IT Hubungan employee engagement dan burnout pada karyawan divisi IT Nama : Farid Hikmatullah NPM : 12512773 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Dr. Intaglia Harsanti, Msi LATAR BELAKANG MASALAH Karyawan divisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ditandai dengan serangan sakit kepala, mual, susah tidur, kurang nafsu

BAB III METODE PENELITIAN. ditandai dengan serangan sakit kepala, mual, susah tidur, kurang nafsu BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Burnout Burnout mempunyai lima dimensi utama, yaitu: (1) Kelelahan fisik, ditandai dengan serangan sakit kepala, mual, susah tidur, kurang

Lebih terperinci

INTENSI WIRAUSAHA DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI (Entrepreneurial intentions Reviewed from Self-Confidence) Tulus Al Eklas.

INTENSI WIRAUSAHA DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI (Entrepreneurial intentions Reviewed from Self-Confidence) Tulus Al Eklas. INTENSI WIRAUSAHA DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI (Entrepreneurial intentions Reviewed from Self-Confidence) Tulus Al Eklas Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kepuasan kerja, yang pada akhirnya akan berpengaruh positif terhadap

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kepuasan kerja, yang pada akhirnya akan berpengaruh positif terhadap BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kepuasan Kerja Perhatian manajer terhadap karyawan akan mengakibatkan peningkatan kepuasan kerja, yang pada akhirnya akan berpengaruh

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Kepemimpinan Sudarwan (dalam Kusriyah, 2014) berpendapat kepemimpinan ialah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu dalam kelompok. Untuk mengkoordinasi dan memberi arah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua rumah sakit, salah satunya Rumah Sakit Umum Daerah Soreang. jabatan dilakukan pada bulan Maret tahun 1999.

BAB I PENDAHULUAN. semua rumah sakit, salah satunya Rumah Sakit Umum Daerah Soreang. jabatan dilakukan pada bulan Maret tahun 1999. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu pelayanan jasa yang diberikan kepada masyarakat adalah pelayanan di bidang kesehatan. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan. Dalam hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu hardiness dan burnout.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu hardiness dan burnout. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu hardiness dan burnout. Hardiness akan dibahas menggunaka teori dari Kobasa (2005), sedangkan burnout akan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

PROGRAM STUDI MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG HUBUNGAN ANTARA KELELAHAN EMOSIONAL DAN KETANGGGUHAN PSIKOLOGIS DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PROGRAM PROFESI PSIKOLOGI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG TESIS Program Pendidikan Profesi Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Profesi guru merupakan satu bentuk pelayanan kemanusiaan (human service

BAB I PENDAHULUAN. Profesi guru merupakan satu bentuk pelayanan kemanusiaan (human service BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi guru merupakan satu bentuk pelayanan kemanusiaan (human service profession) yang penuh tantangan (Maslach & Jackson, 1986, dalam Wardhani, 2012). Guru

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu: BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu: A. Variabel X: academic locus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berawal dari kata motif yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. motif dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini istilah kuliner sering didengar, dibaca lewat media cetak maupun audio

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini istilah kuliner sering didengar, dibaca lewat media cetak maupun audio BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini istilah kuliner sering didengar, dibaca lewat media cetak maupun audio visual. Pengertian kuliner tidak terlepas dari kegiatan memasak yang erat kaitannya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh : Rachmad Darmawan F100090178 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan lingkungan sosial merupakan bagian yang memberikan pengaruh pada tugas perkembangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Banyak orang yang menginginkan untuk bekerja. Namun, tak jarang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Banyak orang yang menginginkan untuk bekerja. Namun, tak jarang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Banyak orang yang menginginkan untuk bekerja. Namun, tak jarang mereka hanya membutuhkan gaji atau upahnya saja sebagai wujud dari sebuah kompensasi. Kompensasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum adalah 8 jam kerja dan sebalikanya adalah waktu istirahat. Memeperpanjang waktu kerja lebih dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya kepemimpinan partisipatif dan Work

Lebih terperinci

Wahyu Hidayat Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK

Wahyu Hidayat Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Kinerja ditinjau dari Strategi Coping pada Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia Direktorat Pembinaan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Tengah (Performance in terms of Coping Strategy on Members

Lebih terperinci

Kumpulan Abstrak Jurnal Psikologika Nomor 9 Tahun V

Kumpulan Abstrak Jurnal Psikologika Nomor 9 Tahun V Kumpulan Abstrak Jurnal Psikologika Nomor 9 Tahun V - 2000 Psikologi dan Tantangan Milenium Ketiga: Dampak Teknologi Internet pada Kehidupan Manusia dan Pengelolaan Institusi Pendidikan Psikologi Djamaludin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan kinerja karyawan dalam suatu organisasi adalah stress kerja karyawan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan kinerja karyawan dalam suatu organisasi adalah stress kerja karyawan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karyawan adalah aset utama organisasi yang menjadi pelaku aktif dari setiap organisasi. Karyawan dalam sebuah perusahaan menduduki posisi yang sangat penting,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia selalu melakukan berbagai macam aktivitas dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia selalu melakukan berbagai macam aktivitas dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia selalu melakukan berbagai macam aktivitas dalam kehidupannya sehari-hari. Salah satu dari aktivitas tersebut diwujudkan dalam kegiatan kerja. Aktivitas itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berakibat buruk terhadap kemampuan individu untuk berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. berakibat buruk terhadap kemampuan individu untuk berhubungan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkembangnya kemajuan di bidang industri sekarang ini, menyebabkan semakin kompleksnya permasalahan permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan dan tuntutan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia merupakan komponen yang penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia merupakan komponen yang penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan komponen yang penting dalam sebuah perusahaan. Di era modern seperti sekarang banyak sekali perusahaanperusahaan yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Burnout. staf yang melayani masyarakat, pada tahun 1974, burnout merupakan representasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Burnout. staf yang melayani masyarakat, pada tahun 1974, burnout merupakan representasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout Istilah burnout pertama kali dikemukakan oleh Freudenberger, seorang ahli psikologi klinis yang sangat familiar dengan respon stres yang di tunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa barada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berakhir ketika individu memasuki masa dewasa awal, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (POLRI) sangatlah penting. Kehadiran POLRI dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (POLRI) sangatlah penting. Kehadiran POLRI dirasakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa sekarang ini peran dan fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) sangatlah penting. Kehadiran POLRI dirasakan sangatlah penting dalam setiap sendi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan kerja yang sehat dan tidak sehat. Adanya persaingan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. persaingan kerja yang sehat dan tidak sehat. Adanya persaingan kerja yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan yang dilakukan oleh organisasi akan meningkatkan tuntutan pekerjaan dan persaingan di tempat kerja. Persaingan kerja dapat berupa persaingan kerja yang sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan menjadi mahasiswa di suatu perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan menjadi mahasiswa di suatu perguruan tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesuksesan merupakan tujuan paling mendasar dalam kehidupan individu, dan untuk mencapai kesuksesan tersebut banyak hal yang harus dilakukan oleh individu, salah

Lebih terperinci

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN SKALA PSIKOLOGI Oleh : Daniswari Manggala Putri 832015013 Progdi Magister Sains Psikologi Program Pascasarjana Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2016 IDENTITAS RESPONDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perjanjian (Hasibuan, 2007). Sedangkan menurut kamus besar bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dengan perjanjian (Hasibuan, 2007). Sedangkan menurut kamus besar bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karyawan adalah setiap orang yang bekerja dengan menjual tenaganya (fisik dan pikiran) kepada suatu perusahaan dan memperoleh balas jasa yang sesuai dengan perjanjian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME KERJA PADA POLISI LALU LINTAS S K R I P S I

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME KERJA PADA POLISI LALU LINTAS S K R I P S I HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME KERJA PADA POLISI LALU LINTAS S K R I P S I Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat S1 Diajukan oleh : DIAH ARIYANINGSIH F

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang terdiri dari angkatan darat, angkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang terdiri dari angkatan darat, angkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua negara di dunia pasti memiliki institusi yang bertugas sebagai badan pertahanan dan keamanan negara, tak terkecuali Indonesia. Sebelum reformasi, Indonesia

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehingga, perawat sebagai profesi dibidang pelayanan sosial rentan

I.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehingga, perawat sebagai profesi dibidang pelayanan sosial rentan 1 I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi keperawatan memiliki pekerjaan yang kompleks dan rentan mengalami kejenuhan kerja. Kejenuhan kerja adalah keadaan kelelahan fisik, mental dan emosional yang biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan adalah salah satu pekerjaan penuh ketegangan dan perawat, sebagai anggota utama dari tim perawatan, memainkan peran penting dalam meningkatkan kesehatan.

Lebih terperinci

Persepsi dan Sikap Dokter dalam Pemberian Surat Keterangan Cuti Sakit di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Persepsi dan Sikap Dokter dalam Pemberian Surat Keterangan Cuti Sakit di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Persepsi dan Sikap Dokter dalam Pemberian Surat Keterangan Cuti Sakit di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Perception And Behaviour Of Doctor In Giving Of Sick Retirement Letter in PKU Muhammadiyah Hospital

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. (motivasi), karakteristik pekerjaan (beban kerja), kinerja perawat dalam

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. (motivasi), karakteristik pekerjaan (beban kerja), kinerja perawat dalam 74 BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian meliputi 1) gambaran umum lokasi penelitian, 2) data demografi responden, 3) data khusus mengenai variabel yang diukur yaitu

Lebih terperinci

PERBEDAAN SIKAP DISIPLIN BERLALU LINTAS DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN. NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Muhammadiyah Surakarta

PERBEDAAN SIKAP DISIPLIN BERLALU LINTAS DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN. NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Muhammadiyah Surakarta PERBEDAAN SIKAP DISIPLIN BERLALU LINTAS DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Dewina Pratitis Lybertha, Dinie Ratri Desiningrum Fakultas Psikologi,Universitas

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: kelelahan emosional, stres kerja, perilaku menyimpang karyawan.

Abstrak. Kata kunci: kelelahan emosional, stres kerja, perilaku menyimpang karyawan. Judul : Pengaruh Kelelahan Emosional Terhadap Perilaku Menyimpang Karyawan dengan Variabel Moderasi Stres Kerja (Studi Kasus Pada Hotel Bumi Ayu Sanur) Nama : Ni Wayan Ari Sitawati NIM : 1106205134 Abstrak

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEDEWASAAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UMUM ANGKATAN 2012 UNIVERSITAS SAM RATULANGI TERHADAP CARA BERSOSIALISASI

HUBUNGAN KEDEWASAAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UMUM ANGKATAN 2012 UNIVERSITAS SAM RATULANGI TERHADAP CARA BERSOSIALISASI HUBUNGAN KEDEWASAAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UMUM ANGKATAN 2012 UNIVERSITAS SAM RATULANGI TERHADAP CARA BERSOSIALISASI 1 Citra F. Karim 2 Jehosua S.V. Sinolungan 2 Henry Opod

Lebih terperinci