ANALISIS KESESUAIAN DAN KETERLAKSANAAN BAHAN AJAR MODUL BIOLOGI KELAS VIII SEMESTER II DI SMP LABORATORIUM UM
|
|
- Ridwan Darmadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS KESESUAIAN DAN KETERLAKSANAAN BAHAN AJAR MODUL BIOLOGI KELAS VIII SEMESTER II DI SMP LABORATORIUM UM Aidillah Nurvita Rachman 1), Moh. Amin 2), dan Susilowati 3) Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5, Malang, Telp : (0341) , Fax : (0341) ailuvbepe20@gmail.com Abstrak: SMP Laboratorium UM merupakan sekolah yang menggunakan sistem semi modul. Belum ada penelitian yang berkaitan dengan analisis terhadap modul yang digunakan dan bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan modul tersebut. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan kesesuaian isi modul biologi dan keterlaksanaan pembelajaran modul. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Data diperoleh dari analisis dokumen dan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang terjadi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, catatan lapangan, dan analisis dokumen. Disimpulkan bahwa bahan ajar modul biologi yang digunakan dapat dikategorikan baik dengan rata-rata kesesuaian sebesar 66,7% dan rata-rata persentase keterlaksanaan pembelajaran adalah 64,8%. Kata kunci: analisis, bahan ajar, modul biologi SMP Laboratorium UM merupakan salah satu sekolah yang berdiri di Kota Malang. Sekolah ini berlindung di dalam naungan dari salah satu universitas negeri di Kota Malang yaitu Universitas Negeri Malang. Salah satu hal yang khas dari sekolah ini adalah digunakannya KTSP dengan pembelajaran yang dikembangkan oleh pakar pendidikan Universitas Negeri Malang yang berorientasi pada belajar tuntas dan maju berkelanjutan dengan menggunakan sistem semi modul. Pembelajarannya menggunakan sistem semi modul (pembelajaran Mastery Progressive) ini akan memberikan layanan percepatan secara alami (akselerasi alami) pada peserta didik. Sebagai salah satu bahan ajar, modul memiliki kaidah-kaidah tersendiri yang harus dipenuhi untuk menjadi suatu bahan ajar yang baik. Amin, dkk (2006) menyebutkan modul sebagai suatu unit bahan yang dirancang secara khusus sehingga dipelajari oleh pelajar secara mandiri. Modul merupakan program pembelajaran, disusun secara sistematis, dan mengacu pada tujuan pembelajaran yang jelas dan terukur, memuat tujuan pembelajaran, bahan, dan kegiatan untuk mencapai tujuan serta evaluasi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Depdiknas (2008) menyebutkan bahwa struktur penulisan modul sering dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1) bagian pembuka, yang terdiri atas judul, daftar isi, peta informasi, daftar tujuan kompetensi, dan tes wal modul; 2) bagian inti modul, yang terdiri dari pendahuluan/tinjauan umum materi, hubungan dengan materi atau pelajaran lain, uraian materi, penugasan, dan rangkuman;
2 3) bagian penutup yang mencakup glosarry atau daftar istilah, tes akhir modul, dan indeks. Pembelajaran dengan menggunakan modul memiliki karakteristik tersendiri. Santyasa (2009) mengemukakan modul pembelajaran memiliki beberapa ciri, yaitu: 1) didahului oleh pernyataan sasaran belajar, pengetahuan disusun sedemikian rupa sehingga dapat menggiring partisipasi siswa secara aktif, 2) memuat sistem penilaian berdasarkan sistem penugasan, 3) memuat semua unsur bahan pelajaran dan semua tugas pelajaran, 4) memberi peluang bagi perbedaan antar individu siswa, serta 5) mengarah pada suatu tujuan belajar tuntas. Ciri-ciri ini juga dapat dijadikan sebagai pembeda antara modul dan bahan ajar lainnya. Widodo & Jasmadi (2008) mengemukakan bahwa modul harus memenuhi efektifitas penggunanya dan memenuhi beberapa karakteristik diantaranya adalah self instructional, self contained, stand alone (berdiri sendiri), adaptif, dan user friendly. Modul yang digunakan di sekolah ini tentu telah mendapatkan pengawasan yang serius dalam hal pembuatan dan pelaksanaaannya. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di SMP Laboratorium UM pada tanggal 24 Februari 2013 belum ada evaluasi secara terprogram dan berkesinambungan yang dilakukan terhadap modul yang digunakan. Evaluasi dan perbaikan yang dilakukan adalah kesadaran dari guru-guru yang bersangkutan dengan bantuan pengawasan dari Badan Pengembangan Laboratorium Pendidikan (BPLP) Universitas Negeri Malang. Modul yang digunakan di sekolah ini, diketahui juga belum pernah dianalisis bagaimana keefektifannya dalam membelajarkan siswa untuk memahami materi-materi biologi sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan dalam Permendiknas. Hal inilah yang melatarbelakangi perlunya diadakan penelitian untuk melihat dan menelaah isi modul dan keterlaksanaannya sebagai bahan ajar di SMP Laboratorium UM baik dari segi dokumen maupun proses pembelajaran yang berlangsung. Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini, maka akan diketahui kesesuaian kaidah modul sebagai bahan ajar di sekolah dan implementasinya dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian ini lebih lanjut dapat dilakukan perbaikan atau pengembangan modul tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan juga kegiatan pembelajaran dengan sistem modul yang dilakukan di SMP Laboratorium UM. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yang berusaha untuk mendeskripsikan gejala, keadaan, peristiwa, atau kejadian aktual tentang pembelajaran biologi dengan menggunakan sistem modul di SMP Laboratorium UM, tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap objek yang diteliti. Peneliti disini bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Penelitian dilakukan selama dua puluh kali pertemuan pada kelas VIII-D di SMP Laboratorium UM. Data, sumber data, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.
3 Tabel 1 Data, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, dan Bentuk Instrumen Data Analisis Dokumen Keterlaksanaan penggunaan modul Sumber Data Dokumen (modul pembelajaran biologi kelas VIII) Proses pembelajaran Teknik Pengumpulan Data Penilaian Observasi, Wawancara, Catatan lapangan Bentuk Instrumen Lembar Penilaian Lembar observasi Lembar wawancara Lembar catatan lapangan Analisis data dilakukan secara deskriptif yaitu menelaah semua data yang diperoleh dari hasil analisis dokumen, hasil observasi, wawancara, dan catatan lapangan yang telah diperoleh. Dokumen berupa modul pembelajaran dianalisis dengan menggunakan kriteria-kriteria yang terdapat dalam lembar penilaian yang dibuat sesuai dengan Diktat Penulisan Modul milik Depdiknas Indikator keterlaksanaan pembelajaran dibuat berdasarkan indikator yang terdapat dalam IPKG. Selanjutnya nilai kesesuaian isi modul pembelajaran dengan pedoman yang ada dihitung dengan menggunakan rumus: Nilai kesesuaian komponen modul= X 100% Hasil perhitungan dimasukkan dalam tabel persentase sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Dasar yang digunakan untuk menilai kesesuaian isi modul pembelajaran biologi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Kriteria Kualifikasi Penilaian pada Modul Nilai rata-rata Kriteria Valid 80% - 100% Sangat valid/sangat baik 65% - 79% Valid/ baik 55% - 64% Kurang Valid/kurang baik < 55% Tidak Valid/tidak baik (diadaptasi dari Ghozali, 2009) Sedangkan kriteria keterlaksanaan pembelajaran yang terjadi selama dua puluh pertemuan ditunjukkan dalam Tabel 3. Tabel 3 Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Nilai Kriteria >80 % Berhasil 55% - 80% Cukup 40% - 55% Kurang < 40% Tidak (diadaptasi dari Pedoman Pendidikan UM, 2003) Pengecekan keabasahan temuan dilakukan dengan menggunakan metode triangulasi teori.
4 Kesesuaian dengan kriteria (%) HASIL 1. Analisis Dokumen Modul Ada dua penggalan modul yang dianalisis dalam penelitian ini, yaitu Modul Fotosintesis (M.IPA.BIO VIII/II.7) dan Modul Gerak Tumbuhan (M.IPA.BIO VIII/II.8). Modul yang dianalisis ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian pembuka, bagian inti, dan bagian penutup modul. Pada bagian pembuka komponen modul yang dipenuhi pada kedua modul adalah sebesar 66,7%. Hal ini menunjukkan bahwa bagian pembuka modul dapat dikategorikan kurang baik. Komponen bagian pembuka yang belum terdapat dalam kedua modul tersebut yaitu peta informasi. Tes awal modul adalah bagian pembuka modul yang digunakan sebagai prasarat untuk melangkah ke modul berikutnya berada di bagian lain, yaitu bagian evaluasi modul yang dipegang oleh guru. Pada bagian pendahuluan, diperoleh data bahwa masing-masing komponen dalam modul adalah 69,0% dengan kriteria baik untuk Modul Fotosistesis dan 64,3% dengan kriteria kurang baik untuk Modul Gerak Tumbuhan. Rata-rata pemenuhan untuk bagian inti modul ini adalah sebesar 66,7% dan dikategorikan baik. Komponen yang masih belum terdapat pada bagian pendahuluan adalah hubungan materi dengan pelajaran lain, penugasan dan rangkuman. Bagian selanjutnya dari modul yang akan dianalisis adalah bagian penutup. Pada bagian penutup modul rata-rata persentase masing-masing komponennya adalah 75% (baik). Komponen pada panduan yang masih belum terdapat pada kedua modul adalah indeks. Perbandingan masing-masing bagian dari kedua modul ini akan disajikan dalam Gambar Gambar Pendahuluan Inti Penutup Modul Fotosintesis Modul Gerak Tumbuhan Bagian Perbandingan Kesesuaian Bagian Modul Fotosintesis dan Modul Gerak Tumbuhan dengan Panduan Penulisan Modul Depdiknas (2008) Selain poin-poin tersebut di atas, ada juga beberapa hal lain yang terdapat dalam modul yang digunakan di SMP Laboratorium UM ini. Hal tersebut diantaranya adalah adanya peta kedudukan modul yang menunjukkan daftar penggalan modul biologi apa saja yang telah, sedang, dan akan ditempuh selama tiga tahun di sekolah ini. Selain itu pada bagian pendahuluan modul juga terdapat daftar cek kemampuan yang berisi 10 pertanyaan mengenai topik yang dipelajari di modul ini dan juga lembar rencana belajar siswa. Bagian rencana kegiatan juga ditujukan agar siswa mampu memprogram sendiri berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan modul tersebut.
5 Selain hal tersebut, pada kedua modul yang digunakan oleh SMP Laboratorium UM ini memang tidak dilengkapi dengan kunci jawaban, baik kunci jawaban untuk latihan soal, maupun kunci jawaban untuk semua lembar kerja yang terdapat dalam kedua modul.kunci jawaban tidak diberikan kepada siswa dengan pertimbangan modul digunakan sebagai bahan ajar di kelas secara bersama-sama. Selain kunci modul, bagian yang hanya dipegang oleh guru adalah bagian evaluasi modul. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Ibu Dra. Yayuk Prihatnawati, pada tanggal 20 Februari 2013, modul yang digunakan di SMP Laboratorium UM tidak dibedakan antara modul untuk siswa dan modul untuk guru. Modul yang digunakan terdiri dari tiga bagian, yaitu modul, kunci modul, dan evaluasi modul. Dua modul yang dianalisis ini, jika dibandingkan dengan komponenkomponen modul yang telah ditetapkan Depdiknas (2008), masih ada komponenkomponen yang belum dilengkapi yaitu nilai karakter siswa. Setelah dilakukan analisis terhadap komponen-komponen modul yang digunakan sebagai bahan ajar kelas VIII di SMP Laboratorium UM pada tahun ajaran 2012/2013 dapat diambil kesimpulan sementara bahwa semua komponen modul di SMP Laboratorium UM pada prinsipnya sama dengan komponen-komponen modul yang telah ditetapkan oleh Depdiknas (2008). Perbedaannya hanya terdapat pada penggunaan istilah dan letak masing-masing komponennya saja. 2. Proses Pembelajaran Modul Pengamatan terhadap proses pembelajaran dilakukan selama dua puluh pertemuan. Proses pembelajaran dilakukan secara klasikal dengan bimbingan guru dimana siswa menempuh penggalan modul yang sama dalam setiap pertemuan. Setiap selesai membelajarkan suatu penggalan modul, maka siswa baru memperoleh modul yang baru dengan judul yang sama untuk satu kelasnya. Guru juga mengkombinasikan beberapa metode pembelajaran yang dilakukan pada setiap pertemuan. Pada pembelajaran Modul Fotosintesis, guru menerapkan metode STAD dan eksperimen, sedangkan pada Modul Gerak Tumbuhan guru menggunakan metode ceramah dan praktikum, serta beberapa permainan. Hasil pengamatan secara langsung dari proses pembelajaran yang terjadi, peneliti melihat memang sering kali siswa dilibatkan untuk mengoreksi bersama hasil evaluasi dari modul sebelumnya. Guru juga terlihat memberikan pembahasan dan penguatan pada saat proses tersebut dilakukan. Namun, peneliti belum melihat guru untuk meminta siswa yang belum tuntas belajarnya untuk mengerjakan kembali soal evaluasi. Evaluasi akhir modul ini dapat digunakan guru untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan dalam modul yang mereka pelajari. Hal ini dilakukan secara bersama-sama dengan waktu yang telah ditentukan oleh guru pada akhir pembelajaran dari suatu modul. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, evaluasi Modul Fotosintesis dilakukan pada tanggal 27 Maret 2013 dan evaluasi untuk Modul Gerak Tumbuhan dilakukan pada tanggal 10 April Sekolah ini menggunakan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk menentukan ketuntasan belajar bagi siswa. KKM untuk pelajaran IPA di sekolah ini adalah 70. Siswa yang mendapatkan hasil evaluasi dibawah angka tersebut, dapat dikatakan tidak tuntas belajarnya.
6 Data yang diperoleh dari 26 siswa yang berada di kelas VIII-D untuk pembelajaran Modul Fotosintesis terdapat 5 orang siswa atau sekitar 19,2% yang belum tuntas, sedangkan untuk Modul Gerak Tumbuhan ada kenaikan presentase ketidaktuntasan siswa menjadi 23%. Hal ini dimungkinkan terjadi karena pada proses pembelajaran Modul Gerak Tumbuhan banyak jam pelajaran yang berkurang akibat adanya kegiatan UAS dan UAN untuk siswa kelas IX. Adanya pengurangan waktu memungkinkan keadaan siswa kurang kondusif dalam menerima pelajaran yag disampaikan. Hasil penilaian pada lembar penilaian keterlaksanaan pembelajaran terdapat pada Tabel 4. Tabel 4 Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran No. 1 2 Indikator Mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran Melaksanakan kegiatan pembelajaran Modul Modul Gerak Kriteria Fotosintesis Tumbuhan % % Mengelola interaksi kelas Bersikap terbuka dan luwes serta membantu mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar Mendemostrasikan kemampuan khusus dalam matapelajaran IPA Melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar modul 60 cukup kurang 43 Kriteria cukup cukup cukup kurang cukup kurang Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa secara umum pembelajaran yang terjadi pada penggalan Modul Fotosintesis adalah, sedangkan pada penggalan Modul Gerak Tumbuhan secara umum pelaksanaan pembelajaran berada pada kategori cukup. Hal ini menunjukkan adanya penurunan tingkat keterlaksanaan pembelajaran pada Modul Gerak Tumbuhan bila dibandingkan dengan proses pembelajaran yang terjadi pada Modul Fotosintesis. Penurunan tersebut dimungkinkan terjadi karena pada pembelajaran modul ini sempat digantikan oleh guru lain sehingga diperlukan sedikit waktu bagi siswa untuk beradaptadi dengan guru tersebut. Berdasarkan data-data tentang pembelajaran modul yang diambil pada penerapan dua penggalan modul yaitu antara bulan Februari-April 2013 di Kelas VIII-D SMP Laboratorium UM masih belum memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran modul terutama dalam hal penerapan belajar tuntas dan menghargai adanya perbedaan kecepatan siswa dalam belajar/prinsip akselerasi alami. Sedangkan untuk proses pembelajarannya sendiri secara umum dapat dikatakan cukup baik.
7 PEMBAHASAN 1. Kelengkapan Isi Masing-masing Komponen Modul Berdasarkan data yang telah diperoleh sebelumnya, pada bagian pembuka modul, diketahui bahwa kriteria yang telah terpenuhi adalah sebesat 66,7%. Komponen yang belum terdapat pada modul yang digunakan adalah peta informasi. Peta informasi sendiri merupakan gambaran kaitan antara topik-topik yang dipelajari dalam suatu modul. Hal ini senada dengan Depdiknas (2008) yang menyatakan bahwa pada peta informasi akan diperlihatkan kaitan antar topiktopik. Berdasarkan definisi ini, peta informasi yang ada dalam komponen modul milik Depdiknas (2008), identik dengan peta konsep pada komponen modul yang disepakati di SMP Laboratorium UM. Hasil analisis terhadap modul menunjukkan bahwa peta informasi belum terdapat di dalam modul. Prastowo (2011) menyebutkan bahwa peta konsep ini akan memberikan informasi penting tentang hubungan antar topik, sehingga pembaca (siswa) akan lebih mudah untuk melihat ruang lingkup materi secara komprehensif. Peta konsep merupakan salah satu bagian dari strategi organisasi. Suparno (2012) menyebutkan bahwa salah satu pernyataan dalam teori Ausubel mengenai teori belajar bermakna (meaningful learning) bahwa setiap orang memiliki skema-skema tentang macam-macam hal yang saling berkaitan yang mengkonstruksi pemikirannya. Tes awal modul mungkin dapat juga dikatakan sebagai pretest. Depdiknas (2008) menambahkan bahwa pretest ini juga digunakan untuk memeriksa apakah pembelajar telah menguasai materi prasyarat untuk mempelajari materi modul. Di modul yang digunakan di sekolah ini memang tidak terdapat tes awal modul. Guru melihat apakah siswa telah menguasai materi prasarat dengan mengadakan evaluasi akhir. Soal evaluasi berada pada bagian evaluasi modul yang dimiliki oleh guru. Bagian selanjutnya dari modul yang dianalisis adalah bagian inti modul. Hasil analisis data menyebutkan bahwa bagian inti dari modul ini berada dalam kriteria kurang baik atau kurang sesuai dengan apa yang ditetapkan dalam panduan penulisan modul oleh Depdiknas (2008). Kebanyakan komponen yang belum dipenuhi dari bagian pendahuluan ini adalah manfaat mempelajari modul, harapan tentang materi yang akan dipelajari, dan kaitan dengan materi sebelumnya. Selain itu komponen yang belum dipenuhi adalah penugasan, dan rangkuman. Tes formatif pada modul terdapat di bagian akhir dari modul berupa latihan soal. Manfaat mempelajari modul merupakan bagian yang menjelaskan kepada siswa mengenai manfaat apa saja yang akan diperoleh setelah mempelajari modul. Prastowo (2011). Penulisan manfaat ini akan membantu siswa untuk lebih memperhatikan materi yang akan dipelajari, karena merasa ada manfaatnya dalam kehidupannya sehari-hari. Harapan dan kaitan dengan modul sebelumnya, selayaknya juga terdapat pada bagian pendahuluan modul. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa untuk mengembangkan konsep yang telah dipelajarinya dan mampu menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang telah dipelajari. Prastowo (2011), menyebutkan harapan dalam modul berisi sejumlah saran dan pengharapan bagi siswa agar lebih meningkatkan kompetensinya, tidak sekedar dari modul yang telah dipelajari.
8 Bagian terakhir yang dianalisis adalah bagian penutup. Hasil analisis menyebutkan bahwa bagian ini berada dalam kategori yang cukup baik berdasarkan panduan penulisan modul yang dibuat oleh Depdiknas. Bagian yang belum terdapat di bagian penutup adalah indeks. Depdiknas (2008) menyebutkan bahwa indeks ini memuat istilah-stilah penting dalam modul serta halaman dimana istilah tersebut ditemukan. Indeks perlu diberikan dalam modul supaya pembelajar mudah menemukan topik yang ingin dipelajari. Kata-kata dalam indeks merupakan kata-kata kunci yang kemungkinan akan dicari oleh pembelajar/siswa. Selain apa yang terdapat dalam panduan milik Depdiknas (2008), SMP Laboratorium UM juga memiliki panduan penulisan modul yang telah disepakati bersama.berdasarkan panduan tersebut, ada bagian lain dari modul yang hanya dipegang oleh guru yaitu Evaluasi Modul (EM) dan bagian Kunci modul (KM) untuk setiap penggalan modul yang dibuat. Kedua bagian modul tersebut menjadi pegangang bagi guru dan tidak diberikan kepada siswa dengan pertimbangan agar siswa belajar dan menemukan jawaban atas pertanyaan yang ada dengan membaca modul yang dimilikinya. 2. Pelaksanaan Pembelajaran dengan Menggunakan Modul Hasil analisis data menyebutkan bahwa pembelajaran yang terjadi di SMP Laboratorium UM yang menggunakan sistem modul, masih belum sepenuhnya memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran dengan sistem modul seperti apa yang telah disampaikan. Modul baru dibagikan kepada siswa setelah pembahasan soal evaluasi modul sebelumnya. Jika waktu masih memungkinkan, maka kegiatan pembelajaran dilakukan segera setelah modul itu dibagikan. Hal ini mengakibatkan, siswa kurang siap dalam menerima pelajaran karena mereka belum memiliki kesempatan untuk membaca materi yang ada dalam modul. Hal ini juga kurang sesuai dengan pendapat Santyasa (2009) yang menyatakan bahwa sebaiknya modul dibagikan kepada siswa paling lambat seminggu sebelum pembelajaran. Wijaya, dkk. (1992) dalam Prastowo (2011), menyatakan bahwa peserta didik paling tidak memiliki lima peranan untuk pembelajaran yang menggunakan modul, yaitu sebagai pemecah masalah, pembaca yang baik, pendengar yang baik, pemikir, dan penemu konsep atau dalil. Catatan lapangan yang terjadi pada tanggal 27 Februari 2013 mengindikasikan bahwa siswa tidak memenuhi peran peserta didik dalam pembelajaran modul seperti yang telah dijelaskan. Minat siswa kurang dalam membaca materi modul. Salah satu cara lain untuk menghargai adanya perbedaan kecepatan belajar yang dimiliki oleh siswa dalam satu kelas menurut Winkel (1996) adalah diciptakannya diferensiasi intern, yaitu terdapat modul-modul pokok yang harus dikuasai oleh semua siswa dan terdapat modul pengayaan/kegiatan pengayaan bagi siswa yang membutuhkannya. Hal ini dirasa cukup mampu untuk melayani kebutuhan belajar dari masing-masing siswa yang terdapat dalam satu kelas. Hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan pada tanggal 10 April 2013 mennyebutkan bahwa siswa tidak mengerjakan apa yang diperintahkan oleh guru untuk membaca modul sebelum evaluasi diberikan menunjukkan bahwa minat siswa untuk membaca modul masih kurang. Rendahnya minat baca siswa terhadap modul ini disarankan dapat diatasi dengan
9 pemberian tugas rumah. Tugas rumah ini dapat diberikan sebelum pembelajaran modul berikutnya pada bagian penugasan modul. Hal ini bertujuan agar siswa memperoleh pengetahuan awal tentang materi yang akan dibahas secara lebih kontekstual. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa secara umum modul yang digunakan sebagai bahan ajar di SMP Laboratorium UM berada dalam kategori baik menurut panduan penulisan modul milik Depdiknas Hasil analisis menyebutkan bahwa dari dua penggalan modul yang dianalisis, terlihat bahwa bagian pembuka rata-rata memenuhi 66,7% kriteria yang ditetapkan dan dapat dikategorikan baik, bagian inti rata-rata memenuhi 66,7% sehingga dapat dikategorikan baik. Pada bagian dari penutup kriteria yang dipenuhi rata-ratanya adalah 75% dan dapat dikategorikan baik. Komponenkomponen modul yang ditetapkan oleh SMP Laboratorium UM tidak jauh berbeda dengan panduan penulisan modul yang telah ditetapkan oleh Depdiknas (2008). Perbedaan terletak pada pemakaian istilah dan peletakan masing-masing komponennya saja. Keterlaksanaan pembelajaran yang terjadi dengan menggunakan modul di sekolah ini memang belum sepenuhnya memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran modul. Namun, secara umum keterlaksanaan pembelajaran yang telah terjadi rata-rata memenuhi 64,8% dan dapat dikategorikan cukup. Saran-saran yang dapat diberikan untuk modul yang digunakan dan pembelajarannya adalah: 1) modul yang digunakan masih perlu dilengkapi dengan komponen-komponen lain seperti yang telah disebutkan yaitu, peta informasi modul, tes awal modul, hubungan materi dengan pelajaran lain, penugasan, rangkuman, dan indeks, 2) modul pengayaan dan modul perbaikan selain modul pokok yang digunakan perlu dipikirkan untuk segera ditindaklanjuti, 3) guru dapat mengintegrasikan sintak-sintak metode pembelajaran angberisfat konstruktivis dan kooperatif yang digunakannya pada modul, 4) modul yang dibuat disarankan untuk disusun menjadi beberapa kegiatan belajar dalam satu penggalannya dengan aktivitas belajar yang berbeda-beda, 5) penambahan tugas rumah dalam bagian penugasan modul disarankan untuk dipikirkan dan segera ditindaklanjuti. DAFTAR RUJUKAN Amin, Muhammad., Widodo W., Pratiwi, Rinie., Chandra, Didi T., Sumartini, dan Sulastri, S Panduan Pengembangan Bahan Ajar IPA. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Depdiknas Penulisan Modul. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional. Ghozali, R Pengembangan Buku Petunjuk Praktikum Kimia SMA Kelas X Semester I Berbasis Pendekatan Inkuiri Terbimbing. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.
10 Pedoman Pendidikan UM. Edisi Malang: BAAKPSI Universitas Negeri Malang. Prastowo, Andi Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: Diva Press. Santyasa, I Wayan Metode Penelitian Pengembangan dan Teori Pengembangan Modul. Makalah disajikan dalam Pelatihan Bagi Para Guru TK, SD, SMP, SMA, dan SMK Di Kecamatan Nusa Penida Kabupaten Klungkung, Universitas Pendidikan Ganesha, Bali, Januari 2009, Suparno, Paul Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Widodo, Chomsin, S., dan Jasmadi Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gramedia. Winkel. W.S Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
MODUL FISIKA BERSUPLEMEN DIGITAL MATERI GERAK LURUS UNTUK SISWA SMA KELAS X
MODUL FISIKA BERSUPLEMEN DIGITAL MATERI GERAK LURUS UNTUK SISWA SMA KELAS X Ira Mufita Ilmiana, Sentot Kusairi, dan Hartatiek Universitas Negeri Malang E-mail : muffidrawis@rocketmail.com ABSTRAK: Telah
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS STARTER EXPERIMENT APPROACH (SEA) UNTUK SISWA SMP/MTs KELAS VIII
PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS STARTER EXPERIMENT APPROACH (SEA) UNTUK SISWA SMP/MTs KELAS VIII Nunik Hidayatun, Ika Kartika. Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Lebih terperinciPenerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli
Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli Jeane Santi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Semakin meningkat kualitas suatu pendidikan, maka kualitas
Lebih terperinciHusnul Chotimah SMKN 13 Malang
STUDI AWAL PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK PAKET KEAHLIAN KEPERAWATAN MELALUI MODUL BIOLOGI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE Husnul Chotimah SMKN 13 Malang
Lebih terperinciPENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS MIND MAPPING PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL KELAS VIII SMP NEGERI 7 MALANG
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS MIND MAPPING PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL KELAS VIII SMP NEGERI 7 MALANG Hario Wisnu Dwi Buono Putro Mahasiswa S1 Universitas Negeri
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. muncul pada siklus 1 mencapai skor 41 yang termasuk dalam katagori. cukup, sedangkan pada silkus 2 mencapai 61yang termasuk dalam
197 BAB V PENUTUP A. SIMPULAN 1. Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran picture and specimen berbantuan media pembelajaran peta klasifikasi dapat dilaksanakan dengan baik pada siswa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Modul 1. Pengertian Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SD INPRES 2 PARIGIMPUU
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SD INPRES 2 PARIGIMPUU Saatima
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK SISWA KELAS IV SD/MI
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK SISWA KELAS IV SD/MI Moh. Shofan 1 Cholis Sa dijah 2 Slamet 3 FMIPA, Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No 5 Malang
Lebih terperinciDeskripsi, Silabus, dan SAP Perencanaan Pembelajaran Fisika DESKRIPSI
DESKRIPSI FI 502 PERENCANAAN PEMBELAJARAN FISIKA (2SKS) Semester 7, untuk S1 Program Pendidikan Fisika Mata kuliah ini adalah salah satu dari kelompok mata kuliah keahlian profesi (MKKP) yang materi perkuliahannya
Lebih terperinciSeminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN C T L (Contextual Teaching and Learning) MELALUI METODE DEMONSTRASI Rini Budiharti Pendidikan Fisika P.MIPA UNS ABSTRAK Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. memungkinkan bagi kita untuk mengetahui tentang budaya yang berbeda
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciMeningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda Sa adiah, Gamar B. N. Shamdas, dan Haeruddin Mahasiswa
Lebih terperincidapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.
PENDAHULUAN Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan perbaikan sistem pendidikan. Dengan adanya perombakan dan pembaharuan kurikulum yang berkesinambungan, mulai
Lebih terperinciSeminar Nasional Hasil Penelitian Universitas Kanjuruhan Malang 2017
PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KREATIFITAS MAHASISWA DALAM MENYUSUN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA SD Linda Rachmawati, Bagus Amirul Mukmin Universitas Nusantara PGRI Kediri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam peningkatan mutu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam peningkatan mutu pembelajaran,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Penelitian merupakan kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Penelitian merupakan kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam bidang tertentu untuk mendapatkan suatu informasi yang datanya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif
Lebih terperinciMENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI SDN 09 KEPAHIANG MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI SDN 09 KEPAHIANG MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW Dian Saputra Guru SD di Kepahiang Abstrak: Mata pelajaran IPA merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 1.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Pengetahuan alam sudah jelas artinya adalah pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun pengetahuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ilmu kimia tidak hanya bertujuan menemukan zat-zat yang langsung bermanfaat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia tidak hanya bertujuan menemukan zat-zat yang langsung bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia belaka, tetapi dapat pula memenuhi keinginan seseorang untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pembelajaran merupakan jantung dari keseluruhan proses pendidikan formal, karena melalui sebuah proses pembelajaran terjadi transfer ilmu dari guru ke siswa
Lebih terperinciP N E D N A D H A U H L U U L A U N
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Baik perubahan dalam kurikulum, program pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran. Perubahan-perubahan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahan Ajar a. Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar merupakan salah satu hal yang penting dalam proses pembelajaran. Ada banyak tokoh yang memberikan definisi mengenai
Lebih terperinciPENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs AL-MAARIF 01 SINGOSARI
PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs AL-MAARIF 01 SINGOSARI Oleh: Cendika M Syuro Mahasiswi Jurusan Matematika FMIPA UM email: cendikahusein@yahoo.com
Lebih terperinciPENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN METODE PICTORIAL RIDDLE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA
p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN METODE PICTORIAL RIDDLE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA Muhammad Minan Chusni Pendidikan Fisika, Tarbiyah
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA Purwaningsih 1) Widodo Budhi 2) 1)2) Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sarjanawiyata
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN Mauizatil Rusjiah, M. Arifuddin J, dan Andi Ichsan M Program Studi
Lebih terperinciProfil Pembelajaran IPA Fisika Pada Materi Kalor Kelas VII F SMP Negeri 1 Malang Tahun Ajaran 2012/2013
Profil Pembelajaran IPA Fisika Pada Materi Kalor Kelas VII F SMP Negeri 1 Malang Tahun Ajaran 2012/2013 1) Linna Listia Diana Wahyu, 2) Endang Purwaningsih, 3) Asim Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau sains berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
Lebih terperinciAbstrak PENDAHULUAN.
Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Sosial 51 PENGEMBANGAN MODUL MATA PELAARAN AKUNTANSI KEUANGAN KOMPETENSI DASAR PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN PADA SISWA KELAS
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (SIKLUS BELAJAR 5E) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS X MIA SMAN 6 MALANG
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (SIKLUS BELAJAR 5E) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS X MIA SMAN 6 MALANG Sheila Sandiya Putri, Muhardjito, Dwi Haryoto Universitas Negeri
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA DAN PEMAHAMAN KONSEP PERUBAHAN ZAT MELALUI PROBEX. Jaryanto. SMP Negeri 1 Pringapus
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA DAN PEMAHAMAN KONSEP PERUBAHAN ZAT MELALUI PROBEX Jaryanto. SMP Negeri 1 Pringapus ABSTRAK Pembelajaran secara konvensional materi perubahan zat belum menghasilkan prestasi
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS
PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS Ike Evi Yunita Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas
Lebih terperinciMENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Muhammad Abdul Karim, Zainuddin, dan Mastuang Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempelajari IPA tidak terbatas pada pemahaman konsep-konsep IPA, tetapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk menciptakan kegiatan belajar. Upaya-upaya tersebut meliputi penyampaian ilmu pengetahuan, pengorganisasian
Lebih terperinciFitri Rahmawati, MP. Staf Pengajar Pendidikan Teknik Boga Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Fitri Rahmawati, MP Staf Pengajar Pendidikan Teknik Boga Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Email: fitri_rahmawati@uny.ac.id Pengertian Modul Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan pokok dalam seluruh proses pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat merespon siswa untuk terlibat
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG BIOLOGI DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 BANAWA Nurmah nurmaharsyad@gmail.com
Lebih terperinciLilik Endang Wardiningsih Guru SDN Gajah I Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP KPK, FPB DAN FAKTORISASI PRIMA DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME BAGI SISWA KELAS IV SDN GAJAH I BAURENO BOJONEGORO Lilik Endang Wardiningsih Guru SDN Gajah I
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran kooperatif Tipe NHT Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODUL AJAR TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) POKOK BAHASAN PROGRAM PENGOLAH ANGKA BERORIENTASI LEARNING CYCLE
PENGEMBANGAN MODUL AJAR TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) POKOK BAHASAN PROGRAM PENGOLAH ANGKA BERORIENTASI LEARNING CYCLE UNTUK SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KUBUTAMBAHAN I Gede Krisna Mahendra
Lebih terperinciPengembangan Modul Berciri Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Fisika pada Materi Tekanan
Pengembangan Modul Berciri Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Fisika pada Materi Tekanan Atira, Unggul Wahyono, dan Sahrul Saehana Atirasudirman066@gmail.com Program Studi Pendidikan Fisika FKIP
Lebih terperinciPenerapan Metode Eksperimen dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Energi Panas pada Siswa Kelas IV SDN No. 1 Balukang 2
Penerapan Metode Eksperimen dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Energi Panas pada Siswa Kelas IV SDN No. 1 Balukang 2 Rismawati, Ratman, dan Andi Imrah Dewi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas
Lebih terperinciSKRIPSI. Disusun Oleh GUSTIANAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS ) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII DI SMP MUHAMMADIYAH 01 MALANG SKRIPSI Disusun
Lebih terperinciPEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN KOLABORASI KONSTRUKTIF DAN INKUIRI BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP
476 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 3 No.2, 2009, hlm 476-483 PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN KOLABORASI KONSTRUKTIF DAN INKUIRI BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP Supartono, Saptorini, Dian Sri
Lebih terperinciFika Septiningkasih, Eko Setyadi Kurniawan, Nur Ngazizah
Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Pokok Bahasan Gerak Lurus Dengan Pemanfaatan Kit Mekanika Siswa Kelas VII SMP PGRI 1 Klirong Tahun Pelajaran 2011 / 2012 Fika Septiningkasih, Eko Setyadi Kurniawan, Nur
Lebih terperinciRamona Safitri, M. Arifuddin Jamal, dan Abdul Salam M. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA SMP BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA POKOK BAHASAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Ramona Safitri, M. Arifuddin
Lebih terperinciVindri Catur Putri Wulandari, Masjhudi, Balqis Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS XI IPA 1 DI SMA MUHAMMADIYAH 1 MALANG Vindri Catur Putri Wulandari, Masjhudi, Balqis
Lebih terperinciAtina Nur Faizah, Eko Setyadi Kurniawan, Nurhidayati
Pengembangan Handout Fisika Berbasis Guided Note Taking Guna Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas X Di SMA Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran 2013/2014 Atina Nur Faizah, Eko Setyadi Kurniawan, Nurhidayati
Lebih terperinciPeningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII.1 SMPN 7 Kubung dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Print ISSN: 2541-3163 - Online ISSN: 2541-3317 Mariani, S.Pd. 1 Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII.1 SMPN 7 Kubung dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Article
Lebih terperinciMeningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan
Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Arif Abdul Karim Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MODEL INKUIRI TERSTRUKTUR UNTUK SISWA KELAS VIIIA SMPN 31 BANJARMASIN
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MODEL INKUIRI TERSTRUKTUR UNTUK SISWA KELAS VIIIA SMPN 31 BANJARMASIN Anisah, Mustika Wati, dan Andi Ichsan Mahardika Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciSiska Puspita Dewi, Wartono, dan Hartatiek Universitas Negeri Malang
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN PROSES SAINS DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII-C SMP NEGERI 8 MALANG TAHUN AJARAN 2012/2013 Siska Puspita Dewi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan
Lebih terperinciNoorhidayati, Zainuddin, dan Suyidno Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin. Kata kunci: Hasil belajar, model pembelajaran ARIAS, konsep zat.
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII-A SMP MUHAMMADIYAH 1 BANJARMASIN PADA MATERI AJAR KONSEP ZAT DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, DAN SATISFACTION) Noorhidayati,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATERI TRIGONOMETRI UNTUK SISWA SMA KELAS X DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING SKRIPSI OLEH TANTRI IKA YULANDARI
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATERI TRIGONOMETRI UNTUK SISWA SMA KELAS X DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING SKRIPSI OLEH TANTRI IKA YULANDARI NIM 209311420840 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciNur Cholisah Matematika, FMIPA, UNESA Kampus Ketintang Surabaya 60231, telp (031) , Ps. 304,
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE SILIH TANYA PADA MATERI POKOK LINGKARAN Nur Cholisah Matematika, FMIPA, UNESA Kampus Ketintang Surabaya 60231, telp (031) 8296427, 8290009 Ps. 304, 0318297677 email
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIA-2 SMA N 6 MALANG
1 PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIA-2 SMA N 6 MALANG Suhartik Wahyuni ¹, Dwi Haryoto², Sumarjono³, 1 Mahasiswa
Lebih terperinciPENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE PENEMUAN PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 KAUR SELATAN KABUPATEN KAUR
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE PENEMUAN PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 KAUR SELATAN KABUPATEN KAUR Desminiarti Aprita Indah Ayu SD Negeri I Kaur Selatan Kabupaten Kaur Abstrak: Penelitian
Lebih terperinciArnasari Medekawati Hadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan STKIP Bima
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING BERBANTU LKS PADA MATERI GEOMETRI DI KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KOTA BIMA Arnasari Medekawati Hadi Fakultas Keguruan dan
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN NHT (Numbered Heads Together) Abstrak
UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN NHT (Numbered Heads Together) Anisa Nur Khasanah 1), Endang Tri Wahyuni 2), Andari puji Astuti 3) 1 FMIPA, email: annisank721@gmail.com
Lebih terperinciIMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI.A.2 SMA LAB UNDIKSHA
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI.A.2 SMA LAB UNDIKSHA Ni Made Pujani Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja e-mail:
Lebih terperinciKeefektifan CTL Berbantuan Macromedia Flash Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Materi Segiempat
JURNAL KREANO, ISSN : 2086-2334 Diterbitkan oleh Jurusan Matematika FMIPA UNNES Volume 4 Nomor 1 Bulan Juni Tahun 2013 Keefektifan CTL Berbantuan Macromedia Flash Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara
Lebih terperinciBioEdu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATERI EKOSISTEM BERBASIS INKUIRI UNTUK MENUNJANG KURIKULUM 2013 ECOSYSTEM STUDENT WORKSHEET DEVELOPMENT BASED ON INQIURY TO SUPPORT CURRICULUM 2013 Mohammad Alfan Ali Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Beragam strategi yang dilakukan bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Depdiknas,
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING SISWA KELAS VIII SMP AL ISHLAH TAHUN AJARAN 2011 / Nugroho Adi Prayitno
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING SISWA KELAS VIII SMP AL ISHLAH TAHUN AJARAN 2011 / 2012 Nugroho Adi Prayitno SMP AL ISLAH SEMARANG D fish Adi R@gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinciMeningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 2 Ogowele Pada Pokok Bahasan Perkembangbiakan Pada Hewan Melalui Penerapan LKS Bergambar
ISSN 5-61X Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Ogowele Pada Pokok Bahasan Perkembangbiakan Pada Hewan Melalui Penerapan LKS Bergambar Rabaisa, Minarni Rama Jura, dan Ritman Ishak Paudi Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Belajar merupakan sebuah proses kehidupan yang akan dialami oleh setiap manusia di sepanjang perjalanan hidupnya. Disadari atau tidak, manusia akan selalu mengalami
Lebih terperinciARTIKEL ILMIAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI AGUSTUS, Euis Sugiarti : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 1
ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MODUL MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN PDEODE (PREDICT-DISCUSS-EXPLAIN-OBSERVE-DISCUSS- EXPLAIN) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI PELUANG KELAS IX SMP N 12 TANJABTIM
Lebih terperinciAprillia Fitriana 1, Dwi Haryoto 2, Sumarjono 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.
1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII-A MTs MIFTAHUL ULUM BATOK, MADIUN Aprillia Fitriana 1, Dwi Haryoto 2, Sumarjono
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN PAKEM DENGAN METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN FISIKA DASAR POKOK BAHASAN MEKANIKA
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN PAKEM DENGAN METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN FISIKA DASAR POKOK BAHASAN MEKANIKA Albert Lumbu 1, Indah Slamet Budiarti 2 1,2 Prodi Pendidikan Fisika Jurusan MIPA
Lebih terperinciPuspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X-MIA 1 SMA Negeri 1 Gondang Tulungagung Puspa Handaru Rachmadhani,
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT
DWI ASTUTI MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT (STAD) Oleh: Dwi Astuti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Ahmad
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN REMEDI MATERI SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA UNTUK SISWA KELAS VIII
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN REMEDI MATERI SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA UNTUK SISWA KELAS VIII Rizki Siska Rosalita, Sarwono, dan Triastono Imam Prasetyo Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ketepatan guru dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran pada. banyak menggunakan model pembelajaran yang kurang efektif yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya penguasaan materi yaitu proses pembelajaran di kelas, dimana hal ini ditentukan oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih
Lebih terperinciKesesuaian Antara GBPP dengan modul matakuliah IPS I Program D-II Penyetaraan Guru SD di FKIP-UT. Oleh: Wia Zuwila Nuzila FKIP UT.
Kesesuaian Antara GBPP dengan modul matakuliah IPS I Program D-II Penyetaraan Guru SD di FKIP-UT. Oleh: Wia Zuwila Nuzila FKIP UT Pengantar Pada laporan penelitian ini penulis meneliti mengenai Kesesuaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) tentang sistem pendidikan nasional: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
Lebih terperinciJurnal Media Pendidikan Matematika J-MPM Vol. 2 No. 1, ISSN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGTION BERBASIS LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS SISWA KELAS VIII SMPN 1 GUNUNGSARI. Nurlaeli
Lebih terperinciPENGEMBANGAN HANDOUT FISIKA DASAR BERBASIS KONSTRUKTIVITAS PADA MATERI DINAMIKA
PENGEMBANGAN HANDOUT FISIKA DASAR BERBASIS KONSTRUKTIVITAS PADA MATERI DINAMIKA Silvi Yulia Sari 1, Nursyahra 2, dan Husna 3 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Padang, Padang 2 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan
Lebih terperinciIMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati
Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR SD Negeri Purbasana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Biologi merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang mengandung pertanyaan, pencarian pemahaman, serta penyempurnaan jawaban tentang suatu gejala dan karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Unsur terpenting dalam mengajar adalah merangsang serta mengarahkan siswa belajar. Mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar menolong para siswa untuk
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA UNTUK SISWA KELAS V SD ARTIKEL
PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA UNTUK SISWA KELAS V SD ARTIKEL untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana oleh Puput Ambaryuni
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Wonomulyo, dapat ditarik kesimpulan: 1. Karakteristik perangkat pembelajaran: - Karakteristik RPP
Lebih terperinciPENGGUNAAN MODEL LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PENGGUNAAN MODEL LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Suryantari 1, Marhadi S. K. 2, I Nyoman R. 3 ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN KERJA ILMIAH DAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS VIIC SMP NEGERI 1 TAPEN BONDOWOSO
PENINGKATAN KEMAMPUAN KERJA ILMIAH DAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS VIIC SMP NEGERI 1 TAPEN BONDOWOSO Erwita Yuliana Dewi, Supeno, Subiki Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era pengetahuan, modal intelektual, khususnya kecakapan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking) merupakan kebutuhan sebagai tenaga kerja yang handal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Proses pembelajaran merupakan proses yang
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PENILAIAN PORTOFOLIO (PORTOFOLIO ASSESSMENT) GURU MATA PELAJARAN IPA DI SMP NEGERI 2 BANYUDONO
IMPLEMENTASI PENILAIAN PORTOFOLIO (PORTOFOLIO ASSESSMENT) GURU MATA PELAJARAN IPA DI SMP NEGERI 2 BANYUDONO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program
Lebih terperinciTitis Dyah Arisanti, Dr. Supriyono Koes H, M.Pd, M.A, Drs. Sumarjono, M.Pd Universitas Negeri Malang
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 1 BARON KABUPATEN NGANJUK Titis Dyah Arisanti, Dr. Supriyono Koes H, M.Pd,
Lebih terperinciHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini mengkaji kemampuan mahasiswa biologi FKIP Unila dalam
39 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini mengkaji kemampuan mahasiswa biologi FKIP Unila dalam mengembangkan perangkat penilaian pada jenjang SMA selama melaksanakan Praktek
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PERMAINAN SIMULASI PADA MATA PELAJARAN PPKN SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PERMAINAN SIMULASI PADA MATA PELAJARAN PPKN SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI Yeni Sugianti Surel : yeni.sugianti00@gmail.com ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinci