BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahan Ajar a. Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar merupakan salah satu hal yang penting dalam proses pembelajaran. Ada banyak tokoh yang memberikan definisi mengenai bahan ajar. Menurut Setiawan (2007 : 1.5) bahan ajar adalah bahan maupun materi pelajaran yang disusun dengan sistematis. Mudlofir (2011 : 128) mendefinisikan bahan ajar yaitu segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu dalam proses pembelajaran. Bahan tersebut disusun dengan runtut dan sistematis baik tertulis maupun tidak tertulis. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut penelitian ini sejalan dengan pendapat Mudlofir (2011 : 128) yang dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan segala bahan baik tertulis maupun tidak yang digunakan untuk membantu siswa dalam belajar terutama saat proses pembelajaran berlangsung. b. Jenis Bahan Ajar Pengelompokan bahan ajar dilakukan dengan beberapa cara oleh beberapa ahli. Menurut Setiawan (2007 : 1.7) bahan ajar dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar yaitu bahan ajar cetak dan noncetak. Bahan ajar cetak terdiri dari modul, handout, dan lembar kerja. Bahan ajar noncetak yaitu video, audio, bahan ajar display, dan internet. Beberapa jenis bahan ajar di atas, masing masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Bahan ajar cetak memiliki kualitas penyampaian yang baik, misalnya dapat menyajikan kata kata, angka angka, gambar dan lainnya. Penggunaan bahan ajar cetak bersifat self-sufficient artinya dapat digunakan langsung atau tidak diperlukan alat lain untuk menggunakannya. Bahan ajar cetak juga memiliki beberapa kekurangan yaitu tidak mampu mempresentasikan gerakan, penyajian materi bersifat linear, dan sulit memberikan bimbingan kepada pembacanya. Bahan ajar noncetak juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Bahan ajar noncetak sekarang ini marak tersedia di pasaran, jadi sangat mudah untuk mendapatkannya. Namun, dalam menggunakan 5

2 6 bahan ajar noncetak ini pengguna harus mempunyai alat lain untuk menunjang pemakaiannya, misalkan internet, harus mempunyai perangkat komputer yang lengkap untuk dapat mengaksesnya. Itulah beberapa kelebihan dan kekurangan bahan ajar cetak maupun noncetak. Menurut Mudlofir (2011 : 140) jenis bahan ajar dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu : 1) Bahan ajar cetak : buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, dan pamflet. 2) Audio visual : video/film dan VCD. 3) Audio : radio, kaset, dan CD. 4) Visual : foto, gambar, dan market. 5) Multimedia : internet, CD interaktif dan computer based. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa jenis bahan ajar dikelompokkan dalam dua kelompok besar yang didalamnya masih terdapat macam macam bahan ajar. Kelompok besar tersebut adalah bahan ajar cetak dan noncetak. c. Prinsip Prinsip Dan Pengembangan Bahan Ajar Ada beberapa prinsip dalam bahan ajar yang dikemukakan oleh Mudlofir (2011 : 130) yaitu : Menimbulkan minat baca; Ditulis dan dirancang untuk siswa; Menjelaskan tujuan instruksional; Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel; Struktur berdasarkan kebutuhan siswa dan kompetensi akhir yang akan dicapai; Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih; Mengakomodasi kesulitan siswa; Memberikan rangkuman; Gaya penulisan komunikatif dan semi formal; Kepadatan berdasar kebutuhan siswa.pengembangan bahan ajar juga harus sesuai dengan prosedur yang ada. Berdasarkan pendapat Setiawan (2007 : 1.24) bahwa pengembangan bahan ajar perlu dilakukan secara sistematis berdasarkan langkah langkah yang saling terkait untuk menghasilkan bahan ajar yang berkualitas. Pengembangan bahan ajar, paling tidak terdapat lima langkah utama yang perlu dilakukan. Langkah langkah yang bisa dilakukan ini, kita akan mendapatkan bahan ajar yang baik dan berkualitas. Langkah tersebut adalah : analisis, perancangan, pengembangan, evaluasi, revisi. Pengembangan bahan ajar ini juga mempunyai beberapa prosedur yang dilakukan agar dapat mencapai hasil yang maksimal. Menurut Sutadji (2000) yang menyatakan langkah-langkah pengembangan mengikuti alur berikut: tahap pertama adalah mengidentifikasi pelaksanaan pembelajaran

3 7 di kelas; tahap kedua adalah menetapkan mata pelajaran yang akan dikembangkan dan mengkaji silabus yang ada; tahap ketiga, menyusun dan mengembangkan modul dengan komponen-komponen: topik, pengantar, daftar isi, petunjuk, prasyarat, tes awal, tujuan umum pembelajaran, tujuan khusus pembelajaran, epitome/kerangka isi pembelajaran, materi, gambar, rangkuman, latihan, tugas, sisipan dan rujukan; tahap keempat, uji coba dan revisi yang meliputi uji coba produk dan revisi produk dan tahap kelima, prototipe modul pembelajaran individual. Sejalan dengan teori pengembangan bahan ajar menurut Sutadji (2000), maka penelitian ini dilakukan sesuai dengan alur pengembangan tersebut. 2. Modul a. Pengertian Modul Ada beberapa ahli yang memberikan definisi tentang modul, salah satunya pengertian modul yang dirumuskan oleh Mudlofir (2011 : 149) modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis, dan menarik yang meliputi materi ajar, metode dan evaluasi yang digunakan secara mandiri. Modul merupakan salah satu bahan ajar cetak yang disusun sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar secara individual. Menurut Kunandar (2009 : 236) modul merupakan sebuah perangkat pembelajaran yang dikembangkan dari setiap kompetensi dan pokok bahasan yang akan disampaikan. Modul ini berisi materi, lembar kerja, lembar kegiatan siswa dan juga lembar jawaban siswa. Istilah modul dapat menunjuk pada suatu paket pengajaran yang memuat pedoman bagi guru dan bahan pembelajaran untuk siswa (Winkel, 2004 : 472). Modul merupakan satuan program belajar-mengajar bagi siswa, yang dipelajari oleh siswa sendiri (self-instructional). Berkaitan dengan pengertian modul menurut Sabri (2007: 143), modul adalah suatu unit lengkap yang terdiri dari rangkaian kegiatan belajar disusun untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Modul merupakan suatu paket kurikulum yang disediakan untuk dapat digunakan siswa belajar sendiri, sehingga tanpa kehadiran guru siswa dapat belajar secara mandiri. Berdasarkan pendapat Nasution (2010 : 205) modul dapat dirumuskan sebagai suatu unit lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri dari rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai tujuan yang telah dirumuskan secara khusus dan juga jelas. Meskipun terdapat perbedaan pendapat, namun terdapat sedikit kesamaan bahwa

4 8 modul merupakan paket kurikulum yang disusun untuk siswa agar dapat belajar secara mandiri. Menurut pendapat para ahli di atas, maka modul dalam penelitian ini dapat diartikan sesuai dengan pendapat Sabri (2007 : 205) yaitu suatu unit lengkap yang terdiri dari rangkaian kegiatan belajar disusun untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Modul sebagai sebuah bahan ajar cetak yang disusun secara sistematis, dan menarik yang berisi materi, lembar kerja siswa, dan lembar kegiatan siswa sehingga dapat digunakan mandiri dan sesuai dengan tujuan yang disusun secara khusus. b. Langkah Langkah Penyusunan Modul Langkah-langkah dalam penyusunan modul adalah sebagai berikut : Merumuskan tujuan secara jelas dan spesifik dalam bentuk mengamati kelakuan siswa; Urutan tujuan-tujuan yang menentukan langkah-langkah yang harus diikuti dalam modul; Test diagnostik untuk mengukur pengetahuan dan kemampuan siswa serta latar belakang mereka sebagai prasarat untuk menempuh modul; Menyusun alasan pentingnya modul ini bagi siswa; Kegiatan belajar direncanakan untuk membantu dan membimbing siswa dalam mencapai kompetensi-kompetensi dan merumuskan dalam tujuan; Menyusun post-tes untuk mengukur hasil belajar siswa; Menyiapkan sumber-sumber berupa bacaan yang dibutuhkan siswa (Sabri, 2007: 144). c. Tujuan Pengajaran Modul Sistem pembelajaran modul dipandang lebih efektif karena pembelajaran modul merupakan salah satu bentuk pembelajaran mandiri yang dapat membimbing siswa untuk belajar sendiri mengenai materi pembelajaran tanpa adanya campur tangan guru atau dosen. Tujuan dari pembelajaran modul adalah sebagai berikut: Siswa dapat belajar sesuai dengan cara mereka masing-masing; Siswa mempunyai kesempatan untuk belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing; Siswa dapat memilih topik pembelajaran yang diminati, karena siswa tidak mempunyai pola minat yang sama untuk mencapai tujuan yang sama; Siswa diberi kesempatan untuk mengenal kelebihan dan kekurangannya dan memperbaiki kelemahannya melalui program remedial. Menurut pendapat Nasution (2010 : 205) tujuan dari pengajaran melalui modul yang pertama adalah dapat membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kecepatan masing masing. Yang kedua

5 9 pengajaran melalui modul juga memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat belajar sesuai dengan caranya sendiri sendiri, karena mereka bisa menggunakan berbagai teknik yang berbeda untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaikan masalah tertentu mereka dapat bekerja berdasarkan latar belakang pengetahuan yang siswa miliki. Tujuan yang ketiga adalah memberikan pilihan kepada siswa dari sejumlah topik dalam mata pelajaran apabila diangap bahwa siswa tidak mempunyai pola minat yang sama atau motivasi dalam mencapai tujuan. Tujuan terakhir dari pengajaran modul adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan serta memperbaiki kelemahannya melalui remidial, ulangan ulangan ataupun variasi dalam cara belajarnya. Modul biasanya memberikan evaluasi untuk mendiagnosis kelemahan siswa agar segera dapat diperbaiki dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai prestasi yang setinggi tingginya (Sabri, 2007: 144). d. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Modul Prinsip pembelajaran dengan menggunakan modul dipaparkan oleh Sabri (2007: 145) pembelajaran modul memiliki karakteristik tersendiri yang luas dan berbeda dengan pembelajaran individual lainnya, yaitu: Prinsip fleksibilitas, yakni prinsip menyesuaikan perbedaan siswa; Prinsip feed-back; Prinsip penguasaan tuntas (mastery learning), artinya siswa belajar tuntas; Prinsip remidial, memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki kesalahan atau kekurangannya; Prinsip motivasi dan kerjasama; Prinsip pengayaan. 3. Contextual Teaching and Learning (CTL) Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar lebih baik dan bermakna apabila anak bekerja dan mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan hanya sekedar mengetahui. Pembelajaran kontekstual ini, salah satu tugas guru adalah memfasilitasi siswa dalam menemukan sesuatu berupa pengetahuan atau keterampilan melalui pembelajaran secara mandiri. Pembelajaran yang bersifat mandiri tersebut siswa benar benar menemukan sendiri apa yang dipelajari sebagai hasil rekonstruksi sendiri. Pembelajaran kontekstual ini akan mendorong siswa kedalam pembelajaran

6 10 yang aktif. Pembelajaran tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL). Beberapa pengertian pembelajaran kontekstual menurut para ahli adalah : 1) Johnson (2002) mengartikan pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang tujuannya membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari. 2) The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning (2001) mengartikan pembelajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa untuk memperkuat, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademisnya. Center on Educational and Work at the Universityof Wisconsin Madison (2002) memberi pengertian pembelajaran kontekstual adalah sebuah konsepsi belajar dan mengajar yang dapat membantu guru menghubungkan pelajaran dengan situasi dunia nyata agar siswa termotivasi dalam menghubungkan pembelajaran dan aplikasi dalam kehidupannya. Menurut Baharuddin dan Wahyuni (2008 : 137) pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah suatu konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan materi pembelajaran dengan dunia nyata dan membuat siswa mengetahui hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan kehidupannya sehari hari. Guru memiliki tugas untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Seperti halnya Johnson (2010 : 14) mengartikan bahwa CTL adalah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa itu mampu menyerap sebuah pelajaran jika mereka menangkap makna dari apa yang dipelajari. Siswa itu mampu mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan serta pengalaman yang sebelumnya telah dimiliki. Menurutnya CTL merupakan sebuah pendekatan pendidikan yang berbeda, karena CTL mrnuntut siswa lebih daripada sekedar mengaitkan subjek akademik namun juga melibatkan siswa untuk mencari makna dari pengetahuan yang mereka pelajari itu. Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan suatu konsep pembelajaran yang membantu guru menghubungkan antara materi pelajaran dengan situasi dalam dunia nyata serta dapat membuat hubungan hubungan pembelajaran dalam kehidupan mereka sehari harinya.

7 11 CTL juga terdiri dari delapan komponen menurut Johnson (2010 : 65) yaitu : Membuat keterkaitan keterkaitan yang bermakna; Melakukan pekerjaan yang berarti; Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri; Bekerja sama; Berpikir kritis dan kreatif; Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang; Mencapai standar yang tinggi; dan menggunakan penilaian yang autentik. Pembelajaran CTL setidaknya terdapat komponen komponen yang telah dijelaskan. Pembelajaran CTL juga memiliki karakteristik yang disebutkan oleh Kesuma (2010 : 60) yaitu : Kerja sama; Saling menunjang; Menyenangkan, tidak membosankan; Belajar dengan bersemangat; Pembelajaran terintegrasi; Menggunakan berbagai sumber; Siswa aktif; Sharing dengan teman; Siswa kritis, guru kreatif. Pembelajaran CTL dapat dilakukan sesuai dengan karakteristik CTL itu sendiri. 4. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan sebuah hasil dari penilaian pembelajaran, dari sudut bahasanya penilaian merupakan proses menentukan nilai suatu objek. Menentukan suatu nilai diperlukan adanya ukuran ataupun kriteria. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa ciri penilaian adalah adanya objek atau program yang dinilai serta adanya kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara kenyataan dengan apa yang seharusnya. Penilaian hasil belajar berjalan dari sebuah penilaian yaitu proses pemberian nilai terhadap hasil hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkat laku baik pengetahuan, pengertian, kebiasaan, ketrampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti serta sikap. Senada dengan Hamalik (2004: 30) yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku seseorang, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Penjelasan tersebut didukung oleh Sudjana (2010 : 22) hasil belajar pada hakikatnya adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar yakni informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motoris.

8 12 Beberapa ahli yang membagi hasil belajar kedalam beberapa macam, masih terdapat seorang ahli yang membagi hasil belajar menjadi tiga yaitu Bloom. Secara garis besar Bloom membagi hasil belajar kedalam ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuaan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pengetahuan atau ingatan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah, sedangkan yang termasuk kognitif tingkat tinggi yaitu aplikasi, analisis, sintesis dan juga evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap siswa yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek pada ranah psikomotoris yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, ketepatan, keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah hasil belajar yang menjadi objek penilaian, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah. Hal tersebut dikarenakan ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi dari pembelajaran menurut Tu u (2004 : 76). Menurut pendapat Abdurrahman (2003 : 37) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah mereka melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan belajar yang terprogram, tujuan belajar sudah ditetapkan oleh guru. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah siswa yang memiliki hasil belajar yang baik. Terkait dengan pengertian hasil belajar oleh Yamin (2003: 87) bahwa hasil belajar dapat diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan, tentunya perubahan tersebut merupakan perubahan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, penelitian ini sejalan dengan rumusan hasil belajar menurut Sudjana (2005: 22) yang mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar yang dilihat dalam penelitian ini dapat berupa tes formatif, menurut Purwanto (2004) yang terpenting dalam penilaian tes formatif adalah bahwa setiap soal betul-betul mengukur tujuan instruksional yang hendak dicapai yang telah dirumuskan dalam program satuan pelajaran. menurut Tu u (2004 : 76) bahwa penilaian hasil belajar yang biasa dilakukan oleh guru adalah menilai dari ranah kognitif saja yang berupa nilai.

9 13 5. Karakteristik Siswa Kelas VIII Menurut Piaget dalam Sunarto (2008: 24) perkembangan kognitif siswa kelas VIII antara umur 11 tahun sampai dewasa termasuk pada tahap operasi formal. Usia remaja seseorang sudah mampu berpikir abstrak dan hipotetis. Remaja dalam berpikir operasional formal setidaknya mempunyai dua sifat yang penting yaitu: sifat deduktif hipotesis: dalam menyelesaikan masalah, seorang remaja akan mengawalinya dengan pemikiran teoretik. Remaja menganalisis masalah dan mengajukan cara-cara penyelesaian hipotesis yang mungkin. Kedua ialah berpikir operasional juga berpikir kombinatoris: sifat ini merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan dengan cara bagaimana melakukan analisis. Sejalan dengan pendapat Sunarto, Danim (2010) juga menyatakan bahwa kebanyakan siswa yang mencapai tahap operasi formal akan mengembangkan alat baru untuk memanipulasi informasi. Tahap ini siswa dapat berpikir abstrak dan deduktif, serta dapat mempertimbangkan kemungkinan masa depan, mencari jawaban, menangani masalah dengan fleksibel, menguji hipotesis dan menarik kesimpulan atas kejadian yang siswa alami secara langsung. Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa SMP menurut Danim (2010) yang menyimpulkan bahwa kebanyakan siswa masih pada tahap operasi formal yang mempunyai ciri-ciri dapat berpikir abstrak dan deduktif. B. Hasil Penelitian Relevan Penelitian tentang modul pernah dilakukan sebelumnya oleh Indaryanti (2008) yang berjudul pengembangan modul pembelajaran individual dalam mata pelajaran matematika di kelas XI SMA Negeri 1 Palembang. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa modul yang dihasilkan dari pengembangan ini, isi materi dalam modul sudah sesuai dengan tuntutan kurikulum, sudah sesuai dengan rancangan pembelajaran dan dapat digunakan oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pelembang. Sisi lain Hikmah (2009) mendapatkan hasil penelitian bahwa modul pembelajaran matematika yang dirancangnya dapat diterapkan di SMP kelas VIII. Senada dengan Hikmah, Penelitian Santyasa (2009) berjudul metode penelitian pengembangan dan teori pengembangan modul. Penelitian tersebut dilakukan di SMA Negeri 1 Nusa Penida pada kelas X. Kesimpulan

10 14 yang didapatkan dari penelitian tersebut yaitu didapatkan produk modul yang dapat membantu dalam proses pembelajaran. Penelitian Santyasa (2009) berjudul metode penelitian pengembangan dan teori pengembangan modul. Penelitian tersebut dilakukan di SMA Negeri 1 Nusa Penida pada kelas X. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian tersebut yaitu didapatkan produk modul yang dapat membantu dalam proses pembelajaran. Penelitian serupa oleh Harahap (2010) Meneliti Efektifitas Penggunaan Modul Matematika Pokok Bahasan Fungsi, Persamaan dan Pertidaksamaan Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMA di Kabupaten Katingan. Harahap (2010) meneliti Efektifitas Penggunaan Modul Matematika Pokok Bahasan Fungsi, Persamaan dan Pertidaksamaan Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMA di Kabupaten Katingan. Penelitian serupa dilaksanakan oleh Tibelokta (2011) yang mendapatkan hasil bahwa modul yang dikembangkan dalam materi bilangan pecahan dan bangun datar sederhana valid dan dapat digunakan sebagai media pendamping belajar siswa. Berdasar pada penelitian penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, penelitian ini dilakukan memanfaatkan bahan ajar modul berbasis CTL untuk mengetahui bagaimana pengaruh media cetak terhadap hasil belajar siswa SMP pada materi bangun ruang sisi datar. Hal tersebut yang membuat penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Menurut Piaget siswa SMP berada pada tahap operasi formal jika dilihat berdasarkan perkembangan kognitifnya yang dapat mengaplikasikan permasalahan dari semua kategori baik abstrak maupun konkret. Media cetak berupa bahan ajar modul berbasis CTL merupakan media yang cocok digunakan untuk siswa SMP. C. Kerangka Berfikir Penelitian ini dilakukan karena adanya masalah yaitu kesulitan belajar dari beberapa siswa dalam pembelajaran matematika, ini dapat diketahui dari nilai siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bawen ada yang masih dibawah KKM. Berdasarkan kurikulum yang disusun yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dalam membantu siswa meningkatkan hasil belajarnya bisa dengan cara siswa diharuskan menjadi pembelajar yang aktif. Untuk membantu siswa menjadi aktif, dapat digunakan bahan ajar modul. Bahan ajar berupa modul berbasis CTL yang dirancang sebagai

11 15 perlakuannya. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam bidang studi matematika. Peningkatan hasil belajar siswa merupakan salah satu output yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Selain peningkatan hasil belajar, maka output yang akan diperoleh adalah kelebihan dan kelemahan pembelajaran dengan modul serta modul yang dicobakan valid untuk digunakan dalam pembelajaran matematika kelas VIII. Keterkaitan antar variabel tersebut dapat digambarkan dalam suatu kerangka penelitian sebagai berikut : Modul Hasil akhir Bagan 2.1 Kerangka Berfikir D. Hipotesis Berdasarkan hasil kajian teori dan kerangka berpikir maka dirumuskan hipotesis yaitu penggunaan bahan ajar modul terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi bangun ruang sisi datar. Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan penggunaan modul terhadap hasil belajar. H1 : Ada pengaruh yang signifikan penggunaan modul terhadap hasil belajar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkat laku baik pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bahan Ajar 2.1.1 Pengertian Bahan Ajar Hamdani (2011:218) mengemukakan beberapa pengertian tentang bahan ajar, yaitu sebagai berikut: a. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. aplikasi dari konsep matematika. Pengenalan konsep-konsep matematika

BAB II KAJIAN TEORI. aplikasi dari konsep matematika. Pengenalan konsep-konsep matematika BAB II KAJIAN TEORI A. Pendekatan Realistik 1. Pengertian Pendekatan Realistik Pendekatan realistik adalah salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang menekankan pada keterkaitan antar konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Nasution (2010) memaparkan bahwa belajar terjadi jika ada hasilnya yang dapat diperlihatkan. Belajar terjadi hanya dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Data hasil PISA dan TIMSS. Tahun PISA TIMSS dari 38 negara dari 41 negara -

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Data hasil PISA dan TIMSS. Tahun PISA TIMSS dari 38 negara dari 41 negara - BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat perlu dimiliki oleh setiap orang. Dengan pendidikan, seseorang akan mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi pada saat ini dan mampu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kontekstual a. Pengertian Kontekstual CTL bukanlah singkatan dari Catat Tinggal Lungo (bahasa Jawa) atau mencatat ditinggal pergi. Artinya seorang guru memberikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar Proses belajar mengajar merupakan kegiatan paling pokok dalam seluruh proses pendidikan di sekolah. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu

Lebih terperinci

TINJAUAN MATA KULIAH...

TINJAUAN MATA KULIAH... iii Daftar Isi TINJAUAN MATA KULIAH... ix MODUL 1: MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 1.1 Hakikat Matematika... 1.3 Latihan... 1.17 Rangkuman... 1.19 Tes Formatif 1..... 1.20 Matematika Sekolah/Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan dari siswa setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Ajar

Pengertian Bahan Ajar Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Matematika. dan matematis (Rina Dyah Rahmawati, dkk, 2006: 01).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Matematika. dan matematis (Rina Dyah Rahmawati, dkk, 2006: 01). 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika Ke SD-an a. Pengertian Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah hasil akhir baik berupa perilaku, maupun pengetahuan (kognitif) yang terjadi setelah proses pembelajaran dalam rangka memperoleh suatu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Dalam mendukung dan memfasilitasi peserta didik untuk belajar diperlukan proses yang dapat mengatur, membimbing, mengawasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Modul 1. Pengertian Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Semakin meningkat kualitas suatu pendidikan, maka kualitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Metode Menurut Hamdani (2010 : 80) metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaiakan pelajaran kepada siswa. Dengan demikian,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Modul a. Pengertian Modul Menurut Mudlofir (2011) modul ialah alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara evaluasi. Keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah salah satunya dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki peranan penting dalam dunia pendidikan. Matematika dipelajari oleh semua siswa, mulai dari pendidikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT BERBASIS ICT

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT BERBASIS ICT 686 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT BERBASIS ICT Swaditya Rizki Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro E-mail: swaditya.rizki@gmail.com ABSTRACT The objective of

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori dan Penelitian Relevan 1. Deskripsi Teori a. Belajar Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pendidikan adalah hal paling penting dalam kehidupan yang merupakan salah satu kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan, serta sikap dan perilaku positif terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah hal paling penting dalam kehidupan yang merupakan salah satu kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan, serta sikap dan perilaku positif

Lebih terperinci

PENYUSUNAN BAHAN AJAR. Diklat Pra Uji Kompetensi Pendidik Kursus dan Pelatihan Pendidikan Nonformal

PENYUSUNAN BAHAN AJAR. Diklat Pra Uji Kompetensi Pendidik Kursus dan Pelatihan Pendidikan Nonformal PENYUSUNAN BAHAN AJAR Diklat Pra Uji Kompetensi Pendidik Kursus dan Pelatihan Pendidikan Nonformal IDENTITAS Nama : U. Hendra Irawan Tempat Tgl Lahir : Bandung, 02 Juli 1969 Alamat : Komplek Puri Budi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Observasi Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bangsa yang maju dapat dilihat dari kualitas sumberdaya manusianya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bangsa yang maju dapat dilihat dari kualitas sumberdaya manusianya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa yang maju dapat dilihat dari kualitas sumberdaya manusianya, oleh karena itu agar bangsa kita dapat maju maka perlu upaya peningkatan mutu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana atau wahana yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun kewajiban sebagai warga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di SD 1. Pengertian Matematika Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut Subariah (2006:1) Matematika merupakan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran sejarah Belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan, yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4).

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Hakikat Belajar dan Pembelajaran Belajarmerupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan atau pengajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODUL DENGAN PENDEKATAN CTL TERHADAP KEBERHASILAN PENGAJARAN REMEDIAL KELAS VIII

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODUL DENGAN PENDEKATAN CTL TERHADAP KEBERHASILAN PENGAJARAN REMEDIAL KELAS VIII EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODUL DENGAN PENDEKATAN CTL TERHADAP KEBERHASILAN PENGAJARAN REMEDIAL KELAS VIII Dian Susanti, Wignyo Winarko, Nyamik Rahayu S. Universitas Kanjuruhan Malang diansanyen@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pada pasal 1 ayat 1 pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

dari proses maupun hasil pendidikan (Trianto, 2010:7-8).

dari proses maupun hasil pendidikan (Trianto, 2010:7-8). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang Sekolah Dasar

Lebih terperinci

PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS Launa Yenny Abadi Simanjuntak Sekolah Dasar Negeri 173652 Tanjung Pasir Corresponding author: lona_joentax@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan meningkat dan bervariasinya kebutuhan manusia. Hal tersebut mendorong tumbuhnya

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi Putu Ayu Puspayanti, Lilies, Bustamin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab II akan menjelaskan tentang kajian teori, kajian penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis. Teori-teori yang digunakan akan dijelaskan dalam kajian teori. Kajian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang dikenal dengan sebutan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah

BAB II KAJIAN TEORI. yang dikenal dengan sebutan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah 14 BAB II KAJIAN TEORI A. PENDEKATAN KONTEKSTUAL 1. Pengertian Pendekatan Kontekstual Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang dikenal dengan sebutan Contextual Teaching

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk kemajuan bangsa dan negara, dengan majunya pendidikan suatu negara dapat dijadikan tolok ukur bahwa negara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Terdapat dua kata berbeda dari istilah tersebut, yakni efektivitas dan pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika adalah mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Ajar

Pengertian Bahan Ajar Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar 1. Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar Depdiknas, 2008: 6).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam menyusun sebuah laporan Penelitian Tindakan Kelas, tentunya penulis tidak dapat hanya mengandalkan pengetahuan pribadi yang dimiliki tanpa bantuan sumber-sumber yang relevan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar menurut Anni ( 2004:4 ) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar Hasil belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswanya menjadi lebih kritis dan kreatif. Pendidikan merupakan wadah untuk berlatih, berkreasi, mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. siswanya menjadi lebih kritis dan kreatif. Pendidikan merupakan wadah untuk berlatih, berkreasi, mewujudkan cita-cita BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan dalam era modern semakin tergantung pada tingkat kualitas, antisipasi dari para guru untuk menggunakan berbagai sumber yang yang tersedia, mengatasi

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN CONTEXTUAL, PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA, MATERI MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN PECAHAN

BAB II PEMBELAJARAN CONTEXTUAL, PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA, MATERI MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN PECAHAN 8 BAB II PEMBELAJARAN CONTEXTUAL, PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA, MATERI MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN PECAHAN A. Kajian Pustaka Dalam suatu penelitian, kajian pustaka sangat penting guna memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya. Hamalik (Jihad dan Haris, 2012: 15) mengatakan tujuan belajar adalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya. Hamalik (Jihad dan Haris, 2012: 15) mengatakan tujuan belajar adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Juliah (Jihad dan Haris, 2012: 15) hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik dan kekayaan peserta didik sebagai akibat dari kegiatan belajar yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Model Guided Discovery Learning a. Pengertian Guided Discovery Learning Menurut Newhall J (dalam Eggen P, 2012, h.177) model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Karena itu, pemerintah selalu berusaha agar mutu pendidikan matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam membangun harkat dan martabat suatu bangsa. Dengan pendidikan yang bermutu, akan tercipta sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Mulyono (2001: 26) aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun

Lebih terperinci

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang Satya Widya, Vol. 32, No.2. Desember 2016: 138-143 PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH BAGI SISWA KELAS VIIIG SMP NEGERI 2 TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratna Dewi Nurhajariah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratna Dewi Nurhajariah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan dan perkembangan pendidikan pada masa yang akan datang akan semakin besar dan kompleks. Hal ini disebabkan oleh berbagai tuntutan terhadap kualitas

Lebih terperinci

1. Pendahuluan Pembelajaran matematika dengan pendekatan tradisional didasarkan pada pandangan bahwa matematika sebagai strict body of knowledge yang

1. Pendahuluan Pembelajaran matematika dengan pendekatan tradisional didasarkan pada pandangan bahwa matematika sebagai strict body of knowledge yang 1. Pendahuluan Pembelajaran matematika dengan pendekatan tradisional didasarkan pada pandangan bahwa matematika sebagai strict body of knowledge yang meletakkan pondasi bahwa siswa adalah objek pasif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, latihan, proses,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran titrasi asam basa merupakan salah satu pembelajaran yang memiliki cakupan luas dimana mencakup konsep dasar asam basa, aplikasi ke dalam kehidupan sehari-hari,

Lebih terperinci

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PENCAPAIAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) BIOLOGI SISWA KELAS VIIA DI SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN AJARAN 2008/2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa,

Lebih terperinci

Fachry Erick Mohammad, Baharuddin Paloloang, dan Sukayasa

Fachry Erick Mohammad, Baharuddin Paloloang, dan Sukayasa Penerapan Metode Latihan Berstruktur Pada Pembelajaran Materi Persegi Panjang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Salumpaga Kabupaten Tolitoli Fachry Erick Mohammad, Baharuddin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 51 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini karena data yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori, pendapat-pendapat ahli yang mendukung penelitian akan dipaparkan dalam obyek yang sama, dengan pandangan dan pendapat yang berbedabeda. Kajian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan tertentu,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. KAJIAN TEORI 1. Lingkungan Sekolah a. Pengertian Lingkungan Sekolah Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan selalu bersentuhan dengan lingkungan sekitar,

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN TUGAS PETA KONSEP PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SMP

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN TUGAS PETA KONSEP PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SMP PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN TUGAS PETA KONSEP PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SMP Tri Endro Utomo triendrokd1@gmail.com Prodi Pendidikan Matematika Universitas Nusantara PGRI Kediri Abstrak Berbagai

Lebih terperinci

Efektivitas Penggunaan Bahan Ajar Berbasis Masalah pada Perkuliahan Kapita Selekta Matematika Pendidikan Dasar

Efektivitas Penggunaan Bahan Ajar Berbasis Masalah pada Perkuliahan Kapita Selekta Matematika Pendidikan Dasar 1 Efektivitas Penggunaan Bahan Ajar Berbasis Masalah pada Perkuliahan Kapita Selekta Matematika Pendidikan Dasar Oleh: 1) Yeni Heryani, 2) Ratna Rustina 1), 2) Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Hakikat Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang terencana, terprogram dan berkesinambungan membantu peserta didik mengembangkan kemampuannya secara optimal, baik aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil observasi atau eksperimen di samping penalaran. 2 Matematika adalah

BAB I PENDAHULUAN. hasil observasi atau eksperimen di samping penalaran. 2 Matematika adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan matematika memiliki sifat khas yang berbeda dari ilmu pengetahuan yang lain. Ilmu matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran),

Lebih terperinci

BAB III BELAJAR TUNTAS

BAB III BELAJAR TUNTAS BAB III BELAJAR TUNTAS A. Pengertian Belajar Tuntas Tujuan pembelajaran secara ideal adalah agar materi yang dipelajari dikuasai sepenuhnya atau tuntas oleh peserta didik, ini disebut dengan istilah mastery

Lebih terperinci

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya setiap individu wajib menempuh pendidikan di lembaga formal maupun lembaga non formal. Sesuai dengan yang diperintahkan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2013 pengembangan kurikulum kembali terjadi untuk SD, SMP, SMA dan SMK. Pihak pemerintah menyebutnya sebagai pengembangan kurikulum bukan perubahan kurikulum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dapat ditempuh melalui tiga jalur, yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Salah satu satuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas II di MIN Sumberjati Kademangan Blitar pada mata pelajaran Fiqih dengan melalui penerapan model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Matematika memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran kontekstual Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengkaitkan konten mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pembuka dalam penelitian yang dilakukan. Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi

Lebih terperinci