TIM PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN INFLASI (TPI)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TIM PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN INFLASI (TPI)"

Transkripsi

1 (TPI) LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS TAHUN 2013

2 DAFTAR ISI Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Grafik Daftar Bagan dan Daftar Lampiran Pokok- Pokok Laporan Pelaksanaan Tugas iii iv v vi vii BAB I EVALUASI PENCAPAIAN SASARAN INFLASI Perkembangan Inflasi Tahun Evaluasi Pencapaian Sasaran Inflasi Tahun BAB II PELAKSANAAN TUGAS TPI TAHUN Evaluasi Kegiatan TPI Tahun Bauran Kebijakan yang Telah Diambil Terkait Pengendalian Inflasi 22 Boks 2.1 Stabilisasi Harga Pangan 39 BAB III PRAKIRAAN INFLASI Asumsi yang Digunakan Prakiraan Inflasi 47 BAB IV PROGRAM KERJA Rencana Kegiatan TPI Arah Kebijakan Terkait Pengendalian Inflasi iii

3 DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Volatile Food 8 Tabel 1.2. Penyumbang Inflasi Kelompok Administered Prices 9 Tabel 2.1. Pertemuan TPI dan Rekomendasi yang Dihasilkan 17 Tabel 2.2. Kenaikan Upah Minimum Tahun 2014 (Keputusan Tahun 2013) 34 Tabel 2.3. Kebijakan Fiskal Tahun Tabel 2.4. Rangkuman Kebijakan Administered Prices Tahun Tabel Boks Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Volatile Food 39 Tabel Boks Daftar Kebijakan Stabilisasi Harga Pangan 40 Tabel 4.1. Jadual Program Kegiatan TPI Tahun Tabel 4.2. Kebijakan Tindak Lanjut Penanganan Komoditas Pangan Strategis 56 iv

4 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1. Perkembangan Inflasi 2 Grafik 1.2. Sumbangan Disagregasi Inflasi Grafik 1.3. Pola Inflasi Pada Kenaikan Harga BBM Subsidi 3 Grafik 1.4. Inflasi Negara Kawasan 3 Grafik 1.5. Inflasi Bahan Pangan Negara Kawasan 3 Grafik 1.6. Inflasi IHK Daerah 4 Grafik 1.7. Inflasi Bahan Makanan Kawasan 4 Grafik 1.8. Dekomposisi Inti Traded- Non Traded 4 Grafik 1.9. Dekomposisi Inti Traded 4 Grafik Inflasi Core dan Faktor Eksternal 5 Grafik Perkembangan Inflasi Industri Pengolahan 5 Grafik Dekomposisi Core Non Traded 5 Grafik Inflasi Core Food (Non-Traded) & Volatile Food 5 Grafik Inflasi Sektor Jasa 6 Grafik Inflasi Sektor Jasa Perumahan dan Harga Properti 6 Grafik Pertumbuhan Penjualan Retail dan IKK 6 Grafik Pertumbuhan M1 dan Inflasi 6 Grafik Kredit Konsumsi dan Inflasi Inti 6 Grafik Kapasitas Utilisasi Sektoral (Industri Pengolahan) 6 Grafik Ekspektasi Harga Pedagang Eceran 7 Grafik Ekspektasi Harga Konsumen 7 Grafik Ekspektasi Inflasi CF Tahunan 7 Grafik Ekspektasi Inflasi Pasar Keuangan 7 Grafik Pola Inflasi/Deflasi Volatile Food 8 Grafik Perkembangan Harga Bawang Merah 8 Grafik Perkembangan Harga Cabai Merah 8 Grafik Perubahan Harga Daging Sapi Bulanan 8 Grafik Perubahan Harga Beras Bulanan 8 Grafik Inflasi Administered Prices 9 Grafik 2.1. Perkembangan Suku Bunga 23 Grafik 2.2. Nilai Tukar Rupiah/ USD 23 Grafik Boks Disagregasi Inflasi Grafik 3.1. Perbandingan Proyeksi Inflasi 47 v

5 DAFTAR BAGAN Bagan 1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi 11 DAFTAR LAMPIRAN Keputusan Menteri Keuangan Nomor 689/KM.1/2013 Tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pemantauan dan Pengendalian Inflasi Tahun vi

6 POKOK-POKOK LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS vii

7 POKOK- POKOK LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS Tim Koordinasi Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Tahun 2013 Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) No. 689/KM.1/2013 tentang pembentukan Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi Tahun 2013, Tim bertanggungjawab dan melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Menteri Keuangan. Secara umum, pokok-pokok laporan pelaksanaan tugas TPI tahun 2013 meliputi: (i) evaluasi pencapaian sasaran inflasi tahun 2013, (ii) pelaksanaan tugas serta bauran kebijakan pengendalian inflasi tahun 2013 (iii) prakiraan inflasi 2014, dan (iv) rencana program kerja serta bauran kebijakan pengendalian inflasi tahun Evaluasi Pencapaian Sasaran Inflasi Tahun 2013 Pada tahun 2013, inflasi IHK meningkat cukup tinggi dan melampaui sasarannya (4,5% ± 1%). Inflasi mencapai 8,38% (yoy), terutama didorong oleh melonjaknya inflasi administered prices (16,65%, yoy) dan inflasi volatile food (11,83%, yoy), sementara inflasi inti mengalami sedikit peningkatan menjadi 4,98% (yoy), dibandingkan tahun lalu (4,40%, yoy). Kenaikan inflasi terutama disebabkan oleh kenaikan harga BBM bersubsidi dan terganggunya pasokan bahan makanan khususnya hortikultura. Dari eksternal, pemulihan ekonomi global yang masih berjalan lambat dan kebijakan ekonomi AS yang diliputi ketidakpastian memberikan tekanan negatif yang cukup signifikan pada neraca perdagangan dan Rupiah. Namun, pelemahan ekonomi global juga menyebabkan masih turunnya harga komoditas global sehingga dapat meminimalkan dampak dari depresiasi rupiah tersebut terhadap inflasi domestik. Secara spasial, kenaikan inflasi terjadi di hampir seluruh kawasan dengan kenaikan tertinggi terjadi di kawasan Sumatera. Laju inflasi mencapai puncaknya pada Agustus untuk kemudian mereda hingga ahir tahun 2013, setelah Bank Indonesia dan Pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan yang cukup dapat mengendalikan berbagai tekanan inflasi tersebut. Inflasi administered prices mencatat kenaikan signifikan didorong oleh kenaikan harga BBM bersubsidi dan Tarif Tenaga Listrik (TTL). Konsumsi domestik yang masih kuat dan ketergantungan pada sumber energi minyak yang masih tinggi memaksa Pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi guna menjaga sustainabilitas APBN dan mengatasi current account deficit. Secara spasial, kenaikan harga BBM berdampak paling besar pada inflasi di kawasan Sumatera karena cukup besarnya bobot bensin dan kenaikan tarif angkutan kota di kawasan tersebut. Sementara itu, kenaikan TTL tahun ini merupakan bagian dari roadmap kebijakan tarif listrik untuk mencapai harga keekonomian secara bertahap. Kenaikan harga energi memberikan dampak lanjutan kepada kenaikan tarif angkutan dan harga barang-barang lainnya di kelompok inti maupun volatile food. Selain didorong oleh kenaikan harga yang cukup besar di kelompok energi, inflasi tahun ini juga disebabkan oleh kenaikan harga yang cukup signifikan di kelompok bahan makanan (volatile food), khususnya aneka bumbu dan daging sapi. Lonjakan harga aneka bumbu telah terjadi sejak awal tahun akibat terganggunya pasokan baik oleh anomali cuaca maupun kendala dalam implementasi kebijakan pengendalian (tata niaga) impor hortikultura. Secara spasial, kenaikan harga bahan pangan di Kawasan Sumatera, selain karena dampak lajutan kenaikan harga BBM juga dipengaruhi oleh gangguan pasokan akibat erupsi Gunung Sinabung. Sementara itu, inflasi inti meningkat secara terbatas karena dampak pelemahan nilai tukar dapat dimitigasi oleh harga global yang masih menurun, ekspektasi inflasi yang terjaga dan respon sisi penawaran yang masih memadai. viii

8 Menghadapi kenaikan inflasi yang telah terjadi sejak awal tahun, Pemerintah dan Bank Indonesia telah melakukan berbagai upaya pengendalian inflasi. Untuk meredam dampak lanjutan dari kenaikan harga BBM, Pemerintah pusat melakukan pengendalian tarif angkutan antar kota antar provinsi dan menghimbau Pemerintah daerah untuk mengendalikan tarif angkutan dalam kota. Untuk mengurangi beban masyarakat, Pemerintah mengalokasikan dan menyalurkan paket kebijakan kompensasi kenaikan harga BBM bersubsidi, antara lain dengan menambah penyaluran RASKIN menjadi 15 kali dan memberikan kompensasi BLSM. Dalam upaya mengendalikan gejolak harga bahan pangan sebagai dampak kekurangan pasokan dalam negeri, Pemerintah melakukan berbagai penyempurnaan prosedur impor, melakukan relaksasi impor dan menetapkan harga referensi untuk impor beberapa komoditas hortikultura dan daging sapi menggantikan sistem kuota. Selain itu, peran BULOG untuk stabilisasi harga juga diperluas melalui distribusi daging sapi dan kedelai. Dari Bank Indonesia, bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang dilakukan sejak triwulan II-2013 ditujukan untuk memastikan defisit transaksi berjalan menurun ke tingkat yang sehat, memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah sejalan dengan kondisi fundamental perekonomian dan mengendalikan inflasi yang meningkat paska kenaikan harga BBM Juni Secara operasional, Bank Indonesia menaikkan suku bunga (BI Rate) sebesar 175 bps sejak Juni 2013 hingga mencapai 7,5% pada Desember Dalam kaitan dengan stabilisasi nilai tukar, Bank Indonesia menerapkan berbagai kebijakan untuk meningkatkan pasokan valas secara lebih efektif, yang diharapkan juga berdampak pada pendalaman pasar uang. Beberapa langkah yang ditempuh antara lain memperluas jangka waktu Term Deposit Valas, merelaksasi ketentuan pembelian valas bagi eksportir yang telah melakukan penjualan Devisa Hasil Ekspor (DHE), menyesuaikan ketentuan transaksi forex swap bank dengan Bank Indonesia, merelaksasi ketentuan utang luar negeri (ULN) dengan menambah jenis pengecualian ULN jangka pendek bank berupa giro rupiah (VOSTRO) milik bukan penduduk yang menampung dana hasil divestasi, menerbitkan Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI), memperpendek jangka waktu month-holding-period kepemilikan Sertifikat Bank Indonesia (SBI), memperhitungkan Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) sebagai komponen Giro Wajib Minimum (GWM) Sekunder dan memperkuat kerjasama antar bank sentral dengan memperpanjang Bilateral Swap Arrangement (BSA) antara Bank Indonesia dengan Bank of Japan. Pengendalian inflasi juga dilakukan dengan memperkuat koordinasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah, melalui forum TPI dan TPID. Di tingkat pusat, koordinasi terutama dilakukan dalam hal pengendalian dampak kenaikan harga BBM dan pengendalian gejolak harga pangan. Dalam kaitan ini, TPI telah melakukan asesmen mengenai dampak kebijakan pengendalian impor hortikultura terhadap inflasi dan merekomendasikan kebijakan untuk meminimalkan dampak tersebut, seperti membuka pintu impor untuk cabai dan bawang merah pada Semester II-2013 yang sebelumnya ditutup pada Semester I Selain itu, untuk meningkatkan efektivitas kebijakan stabilisasi harga pangan, TPI juga merekomendasikan beberapa kebijakan seperti memperluas peran BULOG dalam stabilisasi harga pangan serta memperbaiki metode perhitungan harga referensi untuk daging sapi. Untuk meminimalkan dampak kenaikan harga BBM, TPI mengusulkan batas toleransi kenaikan tarif angkutan darat antar kota. Sementara itu, koordinasi antara pusat-daerah dan antar daerah dalam hal pengendalian inflasi melalui forum TPID terutama difokuskan dalam rangka menjamin ketersediaan pasokan dan distribusi bahan pangan pokok. Berbagai forum koordinasi telah dilaksanakan, baik secara nasional (Rapat Koordinasi Nasional TPID ke-iv di bulan Mei 2013) maupun secara wilayah (Rapat Koordinasi Pusat-Daerah di Wilayah Sumatra, Jawa dan Kawasan Timur Indonesia di bulan Oktober 2013). Dalam berbagai forum tersebut disepakati kegiatan strategis TPID yang dalam beberapa tahun ke depan ix

9 akan dilakukan yakni pengembangan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), penguatan kerjasama antara daerah surplus dan daerah defisit dan penyelerasan asumsi makro nasional dan daerah. Beberapa daerah yang telah mengembangkan PIHPS adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur. Untuk kegiatan penyelerasan asumsi makro, tahap building awareness yang dimulai sejak tahun 2011 mendapatkan momentum di tahun 2013 dengan penyusunan prototipe model ekonomi makro regional. 2. Pelaksanaan Tugas Tahun 2013 Pada tahun 2013 terdapat dua permasalahan utama yang menjadi sumber tekanan inflasi, yaitu tekanan inflasi pangan terutama pada paruh pertama tahun 2013 dan tekanan administered prices berupa kenaikan harga BBM bersubsidi pada paruh kedua tahun Pelaksanaan tugas TPI pada tahun 2013 difokuskan pada upaya pengendalian kedua tekanan inflasi tersebut. a. Asesmen Tekanan Inflasi Kelompok Pangan serta Penyusunan Rekomendasi Kebijakan. Upaya pemerintah untuk mendorong terciptanya kedaulatan pangan yang ditempuh antara lain melalui pengendalian impor pangan secara bertahap mulai diimplementasikan pada pertengahan tahun 2012 dengan membatasi pintu masuk impor produk hortikultura. Selanjutnya, mulai September 2012 pemerintah mulai melakukan pengaturan tata niaga impor produk hortikultura. Pada tahun 2013, pemerintah kembali melakukan pengaturan impor melalui pengendalian importasi dan titik masuk pada sejumlah komoditas hortikultura selama Semester I Dalam implementasinya, kebijakan pengendalian impor tersebut menghadapi kendala di awal tahun sehingga menimbulkan gangguan terhadap pasokan komoditas bahan pangan karena pada saat bersamaan produksi dan distribusi domestik menghadapi gangguan anomali cuaca. Hal ini mengakibatkan tingginya inflasi volatile food di awal tahun, yang mengalami kenaikan yang cukup tinggi di atas pola historisnya. Untuk mengatasi tekanan harga tersebut, TPI melakukan langkah-langkah koordinasi dengan beberapa rekomendasi kebijakan sebagai berikut: (a) perlunya merelaksasi impor hortikultura mengingat pasokan dalam negeri yang masih terbatas; (b) perlunya mempercepat realisasi impor daging sapi serta memastikan jumlah kuota yang ditetapkan telah mencukupi kebutuhan domestik; (c) mempercepat penyiapan instrumen stabilisasi harga pangan dalam mengantisipasi terjadinya kenaikan harga global; dan (d) ke depan, implementasi kebijakan perlu mempertimbangkan timing untuk mengendalikan gejolak harga. Hasil asesmen dan berbagai rekomendasi kebijakan dari TPI tersebut disampaikan kepada Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, yang selanjutnya digunakan sebagai masukan dalam bahan Rapat Koordinasi Terbatas bidang Pangan yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Secara umum, respon kebijakan yang ditempuh Pemerintah cukup sejalan dengan rekomendasi TPI, yakni: (a) percepatan dan penyederhanaan prosedur impor melalui sistem online INATRADE dan pengurangan cakupan komoditas yang diatur impornya; (b) pembebasan kuota daging sapi untuk jenis prime cut, percepatan realisasi impor, penunjukkan BULOG sebagai bagian dari stabilisator harga daging sapi serta penambahan kuota impor untuk tahun 2013; dan (c) memasuki semester II-2013, Pemerintah mengubah tata niaga impor daging sapi dan produk hortikultura dari berbasis kuota menjadi berbasis harga referensi. x

10 Selanjutnya, mempertimbangkan tekanan harga pangan ke depan masih cukup tinggi maka ketersediaan instrumen stabilisasi harga pangan dalam rangka mengendalikan inflasi merupakan prioritas. Dalam kaitan ini, TPI melakukan review terhadap kebijakan stabilisasi harga pangan yang ada saat ini dan menyusun beberapa rekomendasi kebijakan. Hasil rekomendasi disampaikan dalam High Level Meeting TPI dan Pokjanas TPID yang dihadiri oleh pimpinan Kementerian/Lembaga anggota TPI, seperti Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Direktur Utama BULOG dan pimpinan lainnya. Beberapa rekomendasi utama yang disampaikan adalah: (a) Meningkatkan efektivitas instrumen stabilisasi harga daging sapi melalui penetapan harga referensi berdasarkan pendekatan cost structure dan mengubah trigger impor dari proyeksi harga 2 bulan ke depan menjadi deviasi antara harga aktual dengan harga referensi; (b) Mendorong dilakukannya perencanaan impor dengan lebih baik termasuk melakukan penguatan kerjasama dengan negara-negara produsen yang menghasilkan produk yang memiliki jenis dan kualitas yang sesuai dengan permintaan konsumen Indonesia; (c) Memperkuat peran Bulog dalam stabilisasi harga pangan khususnya komoditas biji-bijian (grain); dan (d) Mengoptimalkan penggunaan dana Cadangan Stabilisasi Harga Pangan (CSHP) dalam APBN untuk mendukung stabilisasi harga pangan melalui penguatan dasar hukum dan penajaman ruang lingkup penggunaan anggarannya. Beberapa rekomendasi tersebut menjadi bagian dari program kerja TPI untuk tahun b. Asesmen Tekanan Inflasi Kelompok Administered Prices dan Langkah-langkah Meminimalkan Dampak Kebijakan Kenaikan Harga BBM Bersubsidi. Dalam rangka mendukung rencana pemerintah terkait kebijakan harga BBM bersubsidi yang telah mengemuka sejak awal tahun, TPI berkoordinasi dengan Pemerintah (Kementerian ESDM dan Kemenkeu) untuk melakukan asesmen terhadap berbagai pilihan skenario kebijakan yang akan ditempuh. Asesmen dilakukan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari terutama terhadap inflasi dari berbagai simulasi, a.l. (i) simulasi kenaikan harga BBM dengan single price (kenaikan harga yang berlaku untuk seluruh jenis kendaraan) dan (ii) simulasi kenaikan harga BBM untuk jenis kendaraan tertentu, termasuk pembatasan premium untuk kendaraan pribadi dan dinas. Selain melakukan asesmen, TPI juga memantau perkembangan kesiapan implementasi dari berbagai skenario kebijakan. Menjelang pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi pada tanggal 22 Juni 2013, TPI telah melakukan langkah-langkah koordinasi dengan pemerintah termasuk pemerintah daerah melalui Pokjanas TPID dalam upaya meredam dampak lanjutan kenaikan harga BBM tersebut terhadap inflasi. Hal-hal yang dilakukan antara lain berkoordinasi dengan Pemerintah c.q. Kementerian Perhubungan terkait penetapan kenaikan tarif angkutan yang wajar dan tidak mendorong kenaikan inflasi yang berlebihan. Kementerian Perhubungan menetapkan kenaikan tarif Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) sekitar 15% dan tarif Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP) rata-rata sekitar 17%. Hal ini relatif sejalan dengan usulan TPI. Di tingkat daerah, upaya meminimalkan dampak pada kenaikan tarif transportasi didukung oleh Surat Inmendagi No. 541/3209/SJ/20 Juni 2013 yang a.l. menghimbau Kepala Daerah agar dalam penetapan kenaikan tarif angkutan dalam kota dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan dampaknya terhadap inflasi. Kenaikan tarif angkutan di berbagai provinsi secara rata-rata sekitar 30%. Secara umum, kenaikan tersebut cukup moderat jika xi

11 dibandingkan dengan usulan kenaikan yang disampaikan pengusaha transportasi di daerah. Selain itu, TPI juga melakukan upaya-upaya untuk meminimalkan dampak lanjutan kenaikan harga BBM dengan mengelola ekspektasi masyarakat yang sudah cenderung meningkat melalui berbagai sarana komunikasi a.l. talk show di televisi dan berbagai stasiun radio. Hal serupa juga dilakukan secara intens oleh TPID di berbagai daerah. c. Penerbitan Publikasi Inflasi secara Bulanan TPI mempublikasikan secara periodik analisis inflasi bulanan yang telah berjalan sejak awal tahun 2012 dan ditujukan kepada seluruh anggota TPI dan TPID (tim Pengendalian Inflasi Daerah) serta beberapa stakeholder dari pemerintahan yang terkait dengan stabilitas harga. Selain sebagai sarana diseminasi dalam rangka meningkatkan pemahaman atas sumber-sumber pendorong inflasi, publikasi juga dimaksudkan sebagai sarana koordinasi dalam pengendalian inflasi terkait berbagai risiko ke depan dan langkah-langkah antisipasinya. Berdasarkan kesepakatan TPI dan Pokjanas TPID, mulai awal 2014 publikasi inflasi bulanan tersebut juga mencakup asesmen inflasi daerah. Adanya publikasi tersebut diharapkan dapat lebih meningkatkan efektivitas koordinasi kebijakan pengendailan inflasi baik di tingkat pusat maupun daerah. d. Penyusunan Awal Sasaran Inflasi Tahun Sasaran inflasi diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan kebijakan moneter dan untuk menjangkar ekspektasi inflasi. Sasaran inflasi yang berlaku saat ini adalah berdasar Peraturan Menteri Keuangan No. 66/PMK.011/2012 tentang Sasaran Inflasi Tahun , dengan besaran masing-masing 4,5%±1%, 4,5%±1% dan 4,0%±1%. Dengan mempertimbangkan bahwa kebijakan moneter mempengaruhi sasaran akhir inflasi dengan efek tunda yang optimal sekitar 1 s.d. 2 tahun ke depan, maka dalam perumusan kebijakan moneter di tahun 2014, Bank Indonesia membutuhkan target inflasi tahun 2016 ke depan. Selain untuk perumusan kebijakan moneter, sasaran inflasi jangka menengah juga diperlukan dalam rangka mengarahkan ekspektasi inflasi masyarakat. Dalam kaitan ini, pada akhir tahun 2013 TPI telah melakukan pembahasan terkait sasaran inflasi untuk periode tahun Pembahasan mencakup aspek-aspek yang digunakan sebagai dasar penetapan sasaran inflasi, yaitu proyeksi inflasi serta berbagai risiko ke depan terutama dari administered prices dan volatile food serta kebijakan-kebijakan pendukung yang diperlukan dalam rangka mencapai sasaran inflasi. Usulan Sasaran Inflasi tahun telah dibahas dalam High Level Meeting TPI di bulan Desember e. Kegiatan Pendukung: Memperkuat Kapasitas Sumber Daya Manusia Upaya memperkuat kapasitas sumber daya manusia anggota TPI senantiasa dilakukan setiap tahun dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kompetensi dalam mendukung pelaksanaan tugas terkait pengendalian inflasi. Hal ini penting dilakukan karena adanya perubahan anggota TPI yang berasal dari berbagai Kementerian/Lembaga. Melalui kegiatan ini, sumber daya manusia yang ditugaskan di TPI diharapkan memiliki kompetensi yang semakin baik yang diperlukan dalam perumusan kebijakan pengendalian inflasi di masing-masing lembaga. Pada tahun 2013, penguatan kapasitas SDM tersebut juga mencakup informasi mengenai informasi perubahan tahun dasar Survei Biaya Hidup (SBH) dari tahun 2007 menjadi tahun 2012 yang dijadikan dasar penghitungan inflasi. xii

12 3. Bauran Kebijakan Untuk Pengendalian Inflasi Kebijakan Bank Indonesia Respon kebijakan moneter pada tahun 2013 diarahkan untuk meminimalkan berbagai tantangan yang meningkatkan tekanan pada stabilitas ekonomi. Stabilitas makroekonomi sempat terganggu akibat meningkatnya tekanan inflasi didorong dampak kenaikan harga BBM bersubsidi dan harga pangan domestik. Tantangan terhadap stabilitas ekonomi semakin kuat karena pada saat bersamaan defisit transaksi berjalan tercatat meningkat cukup besar menjadi 3,5% dari PDB. Defisit transaksi berjalan yang melebar tersebut tidak terlepas dari pengaruh pertumbuhan ekonomi dunia dan harga komoditas global yang masih menurun di Di tengah kondisi fundamental ekonomi yang cenderung melemah, tekanan terhadap stabilitas ekonomi juga meningkat pasca pengumuman rencana pengurangan stimulus moneter oleh the Fed (tapering off) pada bulan Mei Pengumuman rencana tapering off ini kemudian memicu aliran keluar modal asing yang cukup signifikan sehingga menambah tekanan terhadap neraca pembayaran, mendorong pelemahan nilai tukar rupiah dan akhirnya semakin memberikan tekanan kepada stabilitas ekonomi. Bank Indonesia memperketat kebijakan moneter guna merespon tantangan tersebut. Fokus utama kebijakan Bank Indonesia diarahkan untuk mengendalikan kenaikan ekspektasi inflasi dan menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat dalam mendukung kesinambungan pertumbuhan ekonomi. Respon kebijakan tersebut ditempuh dengan memperkuat bauran kebijakan yang terdiri dari kebijakan moneter melalui penetapan suku bunga kebijakan, kebijakan nilai tukar, kebijakan untuk memperkuat operasi moneter, lalu lintas devisa dan pendalaman pasar keuangan, kebijakan makroprudensial, serta penguatan koordinasi dengan Pemerintah dan kerjasama dengan bank sentral lain. Dalam konteks kebijakan moneter, Bank Indonesia secara akumulasi menaikkan BI Rate sebesar 175 bps sehingga menjadi 7,50% sampai dengan akhir tahun. Kebijakan suku bunga tersebut juga diperkuat dengan kebijakan untuk menjaga nilai tukar rupiah agar sesuai dengan kondisi fundamentalnya. Selain itu, BI juga memperkuat kebijakan operasi moneter, pengelolaan lalu lintas devisa, dan pendalaman pasar keuangan guna meningkatkan efektivitas kebijakan moneter yang ditempuh. Kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia berkontribusi positif dalam mengembalikan stabilitas ekonomi pada triwulan IV 2013 dan diikuti penyesuaian ekonomi yang tetap terkendali ke arah yang lebih seimbang. Perkembangan ini tergambar pada kondisi ekonomi triwulan IV 2013 yang ditandai inflasi bulanan sejak September 2013 yang kembali kepada pola normal, bahkan berada di bawah perilaku historis. NPI juga mencatat surplus dan diikuti meredanya pelemahan nilai tukar rupiah. Perkembangan tersebut dipengaruhi transmisi kebijakan moneter melalui berbagai jalur yang mulai berjalan. Suku bunga perbankan berada dalam tren meningkat sejalan dengan kenaikan BI Rate. Pertumbuhan kredit juga melambat sejalan dengan kenaikan suku bunga kredit dan perlambatan ekonomi. Sejalan dengan itu, besaran moneter juga berada dalam tren menurun. Selain itu, kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia juga mampu menjangkar pembentukan ekspektasi para pelaku ekonomi. Ekspektasi inflasi yang sempat meningkat signifikan sejak awal tahun, secara bertahap menurun dan stabil pada penghujung tahun Hal ini tercermin dari hasil survei Consensus Forecast yang sempat tingggi diawal tahun sejalan dengan gejolak harga pangan dan semakin akseleratif saat kenaikan BBM, kemudian mereda di Tw-IV. Sejalan dengan ekspektasi pelaku pasar keuangan, ekspektasi di pasar barang juga memberikan gambaran yang relatif sejalan. xiii

13 Kebijakan di Bidang Pangan Sementara itu, kebijakan sektoral pemerintah secara bertahap diarahkan untuk mengatasi berbagai permasalahan struktural yang menyebabkan inflasi. Dalam bidang pangan, kebijakan Pemerintah diarahkan untuk meningkatkan produksi serta menjaga ketersediaan pasokan, stabilisasi harga dan kelancaran distribusi. Pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi pangan strategis lokal melalui target pembangunan pertanian sejak tahun 2009 dengan pencapaian program swasembada dan swasembada berkelanjutan pada tahun Untuk komoditas beras, BULOG melakukan stabilisasi harga di tingkat produsen dan konsumen dengan menggunakan tiga instrumen yaitu pembelian gabah/beras dalam negeri, penyaluran beras bersubsidi untuk masyarakat miskin (Raskin), dan penyediaan cadangan beras pemerintah (CBP) untuk keperluan operasi pasar dan keperluan darurat lainnya. Kenaikan produksi beras DN dan penerapan strategi pengadaan yang lebih aktif menjadi kunci sukses pencapaian pengadaan gabah/ beras tahun Pada tahun 2012 produksi naik 5,02% dan tahun 2013 naik 2,62% menjadikan pasokan cukup melimpah di pasaran. Seiring dengan hal itu, jumlah pengadaan BULOG mencapai 3,49 juta ton atau hampir 100% dari target Angka ini merupakan angka pencapaian terbesar ketiga setelah pengadaan tahun 2012 (3,65 juta ton) dan tahun 2009 (3,62 juta ton). Tingginya angka pengadaan BULOG berbanding lurus dengan tingginya angka stok beras yang dikuasai sehingga dapat meredam peluang munculnya spekulan harga. Selain itu, kebijakan Pemerintah yang mendukung stabilisasi harga beras adalah penyaluran Raskin sebagai bentuk jaring pengaman sosial. Raskin memenuhi kurang lebih 10% dari total kebutuhan konsumsi nasional dalam 1 tahun sehingga secara signifikan mempengaruhi berkurangnya permintaan masyarakat terhadap beras di pasar. Sebagai upaya perlindungan kepada masyarakat yang berpendapatan rendah paska kenaikan BBM, alokasi Raskin tahun 2013 yang semula hanya 12 kali penyaluran dalam satu tahun ditambah menjadi 15 kali penyaluran. Pagu Raskin yang pada awal tahun sebesar 2,7 juta ton naik menjadi 3,4 juta ton atau hampir sama dengan pagu Raskin di tahun Waktu penyaluran Raskin tambahanpun disesuaikan dengan potensi kemungkinan terjadinya gejolak harga. Kesesuaian antara waktu penyaluran dengan periode terjadinya tekanan harga menjadi kunci dalam menciptakan stabilitas harga di tingkat konsumen. Pada 2013, realisasi penyaluran Raskin ke masyarakat mencapai ton atau 98,21% dari total pagu dalam satu tahun ( ton). Perkembangan harga beras yang relatif tidak bergejolak sepanjang tahun berdampak pada minimalnya kebutuhan pemerintah untuk melakukan operasi pasar (OP). Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan OP beras ditempuh dengan dua jenis beras yaitu beras medium dan beras premium. OP Beras jenis medium menggunakan beras CBP yang penggunaannya diatur dalam peraturan Menteri Perdagangan No. 04/M-DAG/PER/1/2012 tentang Penggunaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) untuk stabilisasi harga. Sementara itu, OP beras jenis premium menggunakan stok beras murni milik BULOG di luar CBP. Pada tahun 2013 OP beras jenis premium lebih diminati masyarakat dibanding beras jenis medium. Hal ini disebabkan preferensi konsumen yang mulai beralih ke beras jenis premium. Realisasi OP beras jenis premium mencapai ton, sedangkan beras jenis medium hanya mencapai ton. Sehingga secara keseluruhan, OP beras epanjang tahun 2013 mencapai ribu ton. Jumlah ini relatif kecil dibanding pelaksanaan OP tahun 2012 dan 2011 masing-masing mencapai 275 ribu ton dan 397 ribu ton. xiv

14 Untuk komoditas hortikultura, sejumlah kebijakan ditempuh Pemerintah untuk mendorong peningkatan produksi domestik sekaligus melindungi konsumen sebagai pelaksanaan Undang- Undang No. 13 tahun 2010 tentang Hortikultura. Beberapa kebijakan yang telah ditempuh antara lain pembatasan pintu masuk impor bagi produk hortikultura, pengaturan prosedur perijinan importasi hortikultura dan pengaturan tata niaga impor produk hortikultura. Selain itu, Pemerintah juga menerbitkan ketentuan mengenai harga referensi untuk bawang merah dan cabai menggantikan sistem kuota impor. Kebijakan pendukung lainnya pada hortikultura adalah upaya meningkatkan kualitas hasil panen. Hal ini ditempuh melalui peningkatan teknologi budi daya dan teknologi pasca panen yang baik dan terpadu. Untuk buah, pengembangan produk dilakukan, antara lain dengan menginventarisir tanaman yang menghasilkan kualitas yang baik yang dapat dijadikan pohon induk. Untuk sayuran, sistem agribisnis yang lebih memihak petani terus didorong pengembangannya. Selain itu, Pemerintah juga menerapkan kebijakan perbaikan sistem distribusi yang ditempuh melalui dua strategi yaitu (i) membina distributor yang mempunyai kemampuan untuk memindahkan produk dan mencari pelanggan dan (ii) melakukan pengembangan lini pemasaran antara lain dengan memperluas display produk, yaitu buah dan sayuran dari dalam negeri, yang bersamaan dengan produk impor. Untuk komoditas daging sapi, Pemerintah juga terus mengupayakan langkah-langkah stabilisasi harga komoditas ini. Beberapa kebijakan perdagangan terkait komoditas daging sapi adalah: (a) meniadakan pembagian alokasi impor daging sapi per semester serta memajukan alokasi impor sapi bakalan dari triwulan III ke triwulan II untuk mengantisipasi kenaikan harga daging sapi saat bulan Puasa dan Idul Fitri 2013; (b) penambahan BUMN selain perusahaan swasta sebagai Importir Terdaftar (IT) Hewan dan Produk Hewan; (c) menetapkan mekanisme importasi dengan menggunakan harga referensi. Selain itu, upaya stabilisasi harga daging sapi juga ditempuh melalui pemberian mandat kepada BULOG sebagai bagian dari stabilisator harga. BULOG mengimpor daging sapi beku sebanyak ton yang digunakan untuk keperluan stabilisasi harga. Stabilisasi harga daging dilakukan melalui mekanisme Operasi Pasar langsung ke konsumen, dengan fokus utama pengendalian harga adalah di wilayah Jabodetabek. Selain Operasi Pasar menggunakan daging sapi impor, BULOG juga bekerjasama dengan rumah pemotongan hewan untuk menggelar operasi pasar murah daging sapi di beberapa wilayah diluar Jabodetabek pada saat menjelang lebaran. Untuk komoditas kedelai, kebijakan pemerintah pada stabilisasi harga kedelai ditetapkan terbatas melalui pengaturan tataniaga impor dengan menggunakan persyaratan Nomor Pengenal Importir Khusus (NPIK), sementara perdagangannya diubah kembali pada mekanisme pasar. Sebelumnya, pada Mei 2013 Pemerintah mengeluarkan Perpres No. 32 Tahun 2013 tentang Penugasan kepada Perum BULOG untuk pengamanan harga dan penyaluran kedelai. Perpres tersebut ditindaklanjuti dengan Permendag Nomor 23/M-DAG/PER/5/2013 tentang Program Stabilisasi Harga Kedelai (PSHK) dan peraturan pelaksanaannya seperti Permendag Nomor 45/2013 tentang Perubahan Permendag 24/M-DAG/PER/5/2013 tentang Ketentuan Impor Kedelai Dalam Rangka PSHK, serta Permendag tentang Penetapan Harga Pembelian Kedelai Petani Dalam Rangka PSHK dan Permendag tentang Penetapan Harga Penjualan Di Tingkat Pengrajin Tahu/Tempe Dalam Rangka PSHK. Namun demikian, terdapat kendala saat implementasi kebijakan stabilisasi harga kedelai tersebut berupa keterlambatan Surat Persetujuan Impor (SPI) untuk Importir Terdaftar (IT) yang disebabkan oleh kesulitan dalam menyerap kedelai dalam negeri karena kualitas dan ketersediaan yang tidak memadai serta juga dipicu melemahnya kurs rupiah. Sebagai akibatnya, harga kedelai impor sempat xv

15 meningkat dan pengrajin tahu/tempe merasa kesulitan untuk membeli kedelai karena harganya tinggi serta Importir juga mulai mengalami keterbatasan stok kedelai. Untuk mengatasi hal ini, Pemerintah melalui Permendag No. 51/M-DAG/PER/9/2013 mencabut Permendag No 23/M-DAG/ PER/5/2013 dan peraturan pelaksanaannya, yang pada dasarnya mengembalikan perdagangan kedelai sesuai mekanisme pasar. Kebijakan di Bidang Energi Di bidang energi, kebijakan terkait harga diarahkan untuk mengurangi beban fiskal dan memperbaiki currenct account deficit. Dalam tahun 2013, Pemerintah melakukan kebijakan yang berdampak sangat signifikan terhadap inflasi yaitu kebijakan penyesuaian Tarif Tenaga Listrik (TTL) untuk golongan pelanggan di atas 900 VA dan kenaikan TTL di sektor industri serta kebijakan penyesuaian (kenaikan) harga BBM bersubsidi. Kebijakan penyesuaian TTL ditempuh secara bertahap setiap triwulan dengan besaran kenaikan rata-rata sekitar 4,3%/triwulan. Sementara kenaikan harga BBM bersubsidi secara rata-rata sebesar 33,33% yakni untuk Premium sebesar Rp 2.000,-/L (naik 44%) dan solar sebesar Rp 1.000,-/L (naik 22%). Dalam APBN Tahun Anggaran 2013, Pemerintah menyediakan 46,01 juta Kiloliter BBM bersubsidi yang terdiri dari (a) 29,2 juta KL BBM jenis Bensin Premium, (b) 1,7 juta KL BBM jenis Minyak Tanah dan (c) 15,11 juta KL BBM jenis Minyak Solar. Mempertimbangkan pertumbuhan kendaraan bermotor yang cukup pesat, yakni untuk kendaraan roda empat yang mencapai 1,1 juta unit/tahun serta kendaraan roda dua mencapai 7,2 juta unit/tahun yang berdampak pada semakin meningkatnya jumlah pemakaian BBM bersubsidi, maka dalam APBN Perubahan TA 2013, volume BBM bersubsidi bertambah menjadi sebesar 48 juta KL yang terdiri dari (a) 30,767 juta KL BBM jenis Bensin Premium, (b) 1,2 juta KL BBM jenis Minyak Tanah dan (c) 16,033 juta KL BBM jenis Minyak Solar. Dalam rangka menjaga agar volume BBM bersubsidi tidak melebihi yang telah ditetapkan, Pemerintah berupaya mengendalikan penggunaan BBM bersubsidi melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pengendalian Penggunaan Bahan Bakar Minyak. Pengendalian penggunaan BBM bersubsidi tersebut masih terbatas pada kendaraan dinas instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah, BUMN, BUMD untuk wilayah Jawa Bali, wilayah Sumatera dan Kalimantan (mulai 1 Februari 2013) dan wilayah Sulawesi (mulai 1 Juli 2013) untuk bensin dan untuk wilayah Jabodetabek (mulai 1 Februari 2013) dan wilayah Jawa Bali lainnya (mulai 1 Maret 2013) untuk solar; mobil barang dengan jumlah roda lebih dari 4 (empat) untuk pengangkutan hasil kegiatan perkebunan, pertambangan dan kehutanan (mulai 1 Maret 2013) untuk solar; serta kapal barang non perintis dan non pelayaran rakyat (mulai 1 Februari 2013) untuk solar. Kebijakan bidang energi lainnya adalah melaksanakan kebijakan diversifikasi energi sebagai bagian dari kebijakan energi nasional antara lain konversi minyak tanah ke LPG dan konversi BBM ke BBG. Kebijakan konversi minyak tanah ke LPG dapat menghemat sekitar dari 10 juta KL menjadi 1,7 juta KL minyak tanah atau sekitar Rp85 Triliun (saat ini sudah mencapai 53 juta paket dan dibutuhkan 3,4 juta paket lagi). Pada tahun 2013 telah didistribusikan sebanyak 1,7 juta paket perdana di 10 propinsi antara lain Aceh, Sumatera Barat, Bangka Belitung, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Untuk konversi BBM ke BBG telah terpasang sekitar kendaraan yang sudah menggunakan gas pada tahun Dengan demikian, dimungkinkan adanya penghematan sekitar Rp 270 miliar per tahun xvi

16 yang diharapkan terus meningkat dengan semakin banyaknya pengguna BBG yang didukung oleh pembangunan SPBG dan penyediaan Konverter Kit oleh Pemerintah. Kebijakan Fiskal Dalam APBN tahun 2013, kebijakan fiskal terkait pengendalian inflasi antara lain diarahkan dalam rangka meningkatkan ketahanan energi, ketahanan pangan serta pembangunan infrastruktur. Kebijakan utama di bidang harga tahun 2013 ditujukan untuk mengurangi tekanan fiskal yang bersumber dari kenaikan beban subsidi energi yang semakin meningkat. Hal ini tercermin dari keputusan pemerintah, atas persetujuan DPR, untuk melaksanakan kebijakan penyesuaian harga BBM bersubsidi serta mengurangi subsidi listrik bagi golongan tertentu. Pada tanggal 22 Juni 2013, Pemerintah secara resmi mengumumkan kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi melalui penetapan Keputusan Menteri ESDM No. 07.PM/12/MEM/2013 tentang Penyesuaian Harga Jual Eceran BBM Bersubsidi, dengan rincian harga bensin premium (gasoline ron 88) menjadi Rp6.500 per liter dan minyak solar (gas oil) Rp5.500 per liter. Kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi ini menjadi pilihan terakhir pemerintah dalam upaya untuk: (i) mengurangi beban fiskal (fiscal burden) mengingat beban subsidi energi semakin meningkat seiring dengan peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat, yang berdasarkan perhitungan untuk tahun 2013 diperkirakan mencapai Rp297 triliun; (ii) memperbaiki posisi neraca pembayaran Indonesia (NPI) yang terus mengalami tekanan sejak tujuh kuartal terakhir sebagai dampak meningkatnya defisit neraca minyak dan gas bumi (migas); (iii) mengalihkan beban alokasi subsidi energi kepada peningkatan alokasi belanja modal dan alokasi pembangunan infrastruktur sehingga mendukung upaya pemerintah dalam rangka peningkatan pembangunan sarana, prasarana serta konektivitas antar wilayah di Indonesia; serta (iv) peningkatan insentif bagi pengembangan sumber energi alternatif, khususnya sumber energi terbarukan. Dalam upaya untuk meminimalkan dampak negatif kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi, pemerintah telah menyiapkan beberapa paket kebijakan dan program perlindungan sosial. Sebagai tahap awal, pemerintah telah menyiapkan alokasi anggaran setara Rp9,3 triliun yang merupakan paket Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) untuk sekitar 15,5 juta keluarga miskin dengan ketentuan masing-masing diberikan sebesar Rp 150 ribu per keluarga per bulan selama empat bulan. Selain BLSM, pemerintah juga telah menyiapkan program-program perlindungan sosial diantaranya pemberian beras untuk masyarakat miskin (raskin) sebanyak 15kg dalam sebulan dua kali bagi 15,5 juta rumah tangga sasaran (RTS). Pemerintah juga telah menyiapkan bantuan untuk pendidikan siswa masyarakat miskin sebanyak 13,5 juta siswa serta melanjutkan kebijakan Program Keluarga Harapan (PKH). Selain kenaikan harga BBM bersubsidi, pada tahun 2013, pemerintah atas persetujuan DPR juga menetapkan kebijakan kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) secara bertahap. Pemerintah melalui Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No. 30 Tahun 2012 tanggal 21 Desember 2012 telah menetapkan kebijakan penyesuaian Tarif Tenaga Listrik (TTL) 2013 untuk golongan tarif pelanggan PT PLN dengan daya tersambung 1300 VA ke atas. Penyesuaian tarif listrik dilaksanakan secara bertahap setiap 3 bulan, dengan rata-rata kenaikan sebesar 4,3% atau secara total ratarata sebesar 15% setahun dan efektif diberlakukan sejak 1 Januari Kebijakan kenaikan TTL ini mengecualikan golongan tarif dengan daya tersambung 450 dan 900 VA yang secara nasional berjumlah 38,8 juta pelanggan atau 79% dari total 49,1 juta pelanggan PT PLN. Dengan kebijakan kenaikan TTL secara bertahap tersebut diharapkan PT PLN dapat meningkatkan rasio elektrifikasi xvii

17 sehingga dapat melakukan penyambungan pelanggan baru sekitar 3,2 juta pelanggan untuk tahun Selain itu, PT PLN juga dituntut untuk secara kontinyu melakukan upaya efisiensi dalam operasi, antara lain dengan penurunan susut jaringan serta perbaikan bauran energi (energy mix) dengan mengurangi penggunaan BBM untuk pembangkit. Sesuai dengan Roadmap Industri Hasil Tembakau (IHT) tahun 2009, pemerintah terus berupaya untuk melakukan pembatasan kuota produksi rokok nasional. Kuota produksi sebesar maksimal 265 miliar batang per tahun dan menurun secara gradual hingga mencapai 260 miliar batang pada Kebijakan tersebut ditujukan untuk mengurangi peningkatan permintaan dan konsumsi rokok nasional, mengingat secara historis konsumsi rokok dalam perhitungan inflasi nasional merupakan terbesar kedua setelah bahan pangan pokok, beras. Kebijakan pengendalian peningkatan jumlah permintaan dan konsumsi rokok nasional ditujukan untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, sehingga ke depan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, sesuai dengan roadmap IHT 2009, untuk tahun 2013 pemerintah melalui PMK Nomor 179/PMK.011/2012 tanggal 25 Desember 2012 menerapkan kebijakan kenaikan tarif cukai rokok rata-rata sebesar 8,5% yang disertai dengan upaya penyederhanaan struktur dan golongan tarif menuju single tariff. Selain itu, dalam rangka mendukung komitmen pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, pemerintah menetapkan kebijakan kenaikan gaji pokok dan pensiun pokok bagi PNS, TNI dan Polri. Kenaikan mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2013 sebesar rata-rata 7%. Selain itu, secara nasional pemerintah juga menetapkan kebijakan kenaikan Upah Minimum Propinsi (UMP) dan Upah Minimum Kabupaten/ Kotamadya (UMK) sebesar rata-rata 18,3%. Kebijakan kenaikan pendapatan tersebut diiringi oleh penetapan kebijakan untuk mendorong peningkatan konsumsi masyarakat melalui penetapan kebijakan kenaikan Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP). Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-162/PMK.011/2012 tanggal 22 Oktober 2012 yang berlaku efektif mulai 1 Januari 2013, pemerintah meningkatkan PTKP dari Rp ,- per bulan atau Rp ,- per tahun menjadi Rp ,- per bulan atau setara Rp ,- per tahun. Kebijakan ini dilaksanakan dalam rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat berpenghasilan rendah sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya serta mempertahankan tingkat konsumsinya. Beberapa kebijakan di bidang harga yang juga mempengaruhi laju inflasi sepanjang tahun 2013 antara lain adalah: (i) kelanjutan kebijakan kenaikan harga jual gas hulu sebesar 15% pada tanggal 1 April 2013 sebagai lanjutan kebijakan kenaikan tahun sebelumnya; (ii) kenaikan tarif tol pada 14 ruas tol nasional sebesar rata-rata 15% yang mulai berlaku secara beragam antara 11 Oktober hingga 5 Desember 2013 sesuai dengan prasyarat standar pelayanan minimum (SPM) yang harus dipenuhi oleh penyedia jasa layanan jalan tol; serta (iii) kenaikan harga jual elpiji 12kg mulai 1 Desember 2013 seiring perubahan kebijakan PT Pertamina dalam sistem distribusinya yang mengakibatkan adanya pengalihan biaya distribusi dan filling kepada konsumen. Pada level daerah, pengendalian inflasi turut didorong melalui penyaluran Dana Insentif Daerah (DID), yang salah satunya menggunakan kriteria laju inflasi yang rendah dalam mendukung kinerja ekonomi daerah. Dana yang diberikan sejak tahun 2010 ini merupakan bagian dari Dana Penyesuaian dalam Transfer ke Daerah yang dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan fungsi pendidikan dengan alokasi anggaran sebesar Rp1.387,8 miliar. Penetapan alokasi ini didasarkan atas prestasi daerah dalam mengelola kinerja keuangan daerah dan kinerja perekonomiannya. xviii

18 4. Prakiraan Inflasi 2014 Inflasi tahun 2014 diprakirakan akan cenderung menurun dan berada dalam rentang sasaran inflasi sebesar 4,5% ± 1%. Dengan telah berlalunya dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi tahun 2013, maka inflasi pada tahun 2014 diperkirakan akan menurun. Dari eksternal, tekanan inflasi diprakirakan masih relatif rendah meskipun harga-harga komoditas internasional sedikit meningkat seiring dengan perbaikan perekonomian dunia yang berlangsung secara gradual dan adanya potensi passthrough dari depresiasi rupiah yang telah ditahan di tahun Dari domestik, tekanan inflasi dari sisi permintaan diprakirakan relatif moderat seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang masih tumbuh di bawah tingkat potensialnya dan masih rendahnya utilisasi kapasitas di tengah konsumsi rumah tangga yang meningkat. Ekspektasi inflasi diperkirakan juga tetap terjaga dengan dukungan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta koordinasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah. Prakiraan inflasi tersebut juga telah memperhitungkan potensi tingginya inflasi bahan makanan akibat gangguan cuaca terhadap produksi dan distribusi bahan makanan. Prakiraan cuaca dari BMKG di triwulan I mengindikasikan curah hujan yang di atas normalnya. Sementara itu, kebijakan harga barang dan jasa yang bersifat strategis (strategic administered prices) diperkirakan hanya sebatas kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) untuk sektor industri dan kenaikan LPG 12 kg. Membaiknya prospek inflasi sejalan dengan proyeksi dari berbagai lembaga internasional yang juga memperkirakan tekanan inflasi tahun 2014 yang menurun. Namun demikian, masih terdapat beberapa faktor risiko yang berpotensi dapat meningkatkan tekanan inflasi tahun Risiko dari administered prices terutama bersumber dari kemungkinan penyesuaian harga BBM bersubsidi dan kenaikan TTL yang lebih tinggi dalam kaitannya dengan upaya pemerintah menjaga sustainabilitas fiskal dan defisit neraca pembayaran. Risiko lain adalah kemungkinan berlanjutnya gejolak harga pangan yang bersumber dari meningkatnya aktivitas gunung berapi di sejumlah daerah seperti yang terjadi di Sumatera Utara yang berpotensi mengganggu produksi dan distribusi di wilayah bencana dalam waktu yang cukup lama. 5. Program Kerja TPI Tahun 2014 Pengendalian inflasi masih menghadapi tantangan yang cukup berat. Selain masih adanya faktor risiko yang dapat meningkatkan tekanan inflasi, perkembangan inflasi di Indonesia masih dipengaruhi oleh seberapa cepat penanganan permasalahan struktural perkeonomian. Beberapa persoalan mendasar yang mendesak untuk dituntaskan antara lain (i) masalah ketersediaan pangan, yang ditandai dengan produksi domestik beberapa komoditas pangan yang masih terbatas, (ii) masalah ketergantungn energi terutama pada minyak, ditengah produksi minyak yang cenderung menurun, (iii) permasalahan kecepatan pertumbuhan permintaan ditengah pertambahan pasokan yang terbatas oleh ketersediaan SDM dan teknologi, (iv) permasalahan struktur pasar dan tata niaga komoditas terutama pangan yang kurang efisien, (v) permasalahan asimetri informasi harga yang membuat disparitas harga lebar, (vi) permasalahan infrastruktur dan sistem logistik nasional yang menimbulkan tingginya biaya distribusi dan (vii) masih cenderung tingginya ekspektasi inflasi. Menghadapi berbagai tantangan tersebut, kegiatan pengendalian inflasi di tingkat pusat (TPI) pada tahun 2014 difokuskan pada beberapa hal yaitu (i) monitoring dan identifikasi sumber-sumber tekanan inflasi serta penyusunan rekomendasi mengenai langkah-langkah pengendalian tekanan inflasi baik dari kelompok pangan maupun administered prices, (ii) menyusun roadmap kebijakan energi yang mendukung pencapaian sasaran inflasi serta sustainabilitas fiskal dan neraca transaksi xix

19 berjalan, (iii) menyusun usulan sasaran inflasi tahun , (iv) mengelola ekspektasi inflasi melalui penguatan program komunikasi dan (v) penguatan aspek kelembagaan dan penyelarasan kegiatan antara TPI dan Pokjanas TPID, dan (vi) penguatan kapasitas sumber daya manusia. Melalui serangkaian kegiatan yang terkoordinasi dan selaras tersebut, diharapkan upaya pengendalian inflasi dapat dilakukan dengan lebih terintegrasi dan efektif. Jakarta, Maret 2014 Tim Koordinasi Pemantauan dan Pengendalian Inflasi PENANGGUNG JAWAB, Luky Alfirman Ketua I Juda Agung Ketua II xx

20 BAB I EVALUASI PENCAPAIAN SASARAN INFLASI

21 EVALUASI PENCAPAIAN SASARAN INFLASI 2013 Inflasi IHK 2013 berada di atas targetnya (4,5%±1%) yang bersumber dari tingginya inflasi administered prices dan inflasi volatile food yang masing-masing mencapai 16,65% dan 11,83% (yoy). Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga BBM bersubsidi bulan Juni serta kendala dalam implementasi kebijakan pengendalian impor produk hortikultura di awal tahun dan anomali cuaca yang menyebabkan pasokan pangan terganggu. Sementara itu, inflasi inti hanya sedikit mengalami peningkatan yakni mencapai 4,98% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 4,40% (yoy) yang terutama didorong oleh dampak lanjutan dari kenaikan harga BBM dan gejolak harga pangan tersebut. Pemerintah dan BI melakukan berbagai kebijakan untuk pengendalian inflasi sehingga laju inflasi dapat ditahan di single digit, lebih baik dari episode kenaikan harga BBM bersubsidi sebelumnya. %,yoy : inflasi naik dipengaruhi kenaikan harga BBM dan harga pangan global 2009 : inflasi turun dipengaruhi penurunan harga BBM dan harga pangan global 2010 : inflasi naik dipengaruhi harga pangan domestik 2011 : inflasi turun didukung pasokan yang melimpah 2012 : inflasi rendah didukung oleh pasokan yang mencukupi 2013 : inflasi melonjak akibat kenaikan harga BBM dan gangguan pasokan (2.00) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV IHK Inti Volatile Food Administered Prices Sumber: BPS (diolah) Grafik 1. 1 Perkembangan Inflasi 1.1. PERKEMBANGAN INFLASI TAHUN 2013 Inflasi IHK pada tahun 2013, meningkat namun tetap terkendali di single digit. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 8,38% (yoy), berada di atas kisaran sasarannya sebesar 4,5% ± 1%, dan meningkat dari tahun sebelumnya (4,30%, yoy). Tingginya realisasi inflasi IHK didorong oleh meningkatnya ketiga komponen inflasi: i) inflasi volatile food melonjak tinggi di atas rata rata historisnya, didorong oleh permasalahan gangguan pasokan terutama pada paruh pertama akibat anomali cuaca dan kendala dalam implementasi kebijakan pengendalian impor serta dampak lanjutan kenaikan harga BBM bersubsidi pada 22 Juni 2013; ii) inflasi administered prices yang meningkat tinggi akibat kenaikan harga premium dan solar bersubsidi masing-masing sebesar 44% dan 22% serta kenaikan TTL yang dilakukan secara bertahap per triwulanan (±16%, yoy); iii) inflasi inti meningkat secara terbatas yang terutama bersumber dari dampak lanjutan kenaikan biaya input volatile food dan harga BBM bersubsidi sementara dampak dari pelemahan Rupiah masih minimal dan dimitigasi oleh penurunan harga global. Meski meningkat signifikan namun secara 2

22 umum inflasi pada tahun ini terkendali dan tidak mencapai double digits sebagaimana yang terjadi pada episode kenaikan harga BBM bersubsidi sebelumnya. %,yoy 12.0 VF ADM Inti IHK %,yoy IHK Inti Volatile Foods Administeres Prices Sumber: BPS (diolah) Grafik 1. 2 Sumbangan Disagregasi Inflasi 2013 Sumber: BPS (diolah) Grafik 1. 3 Pola Inflasi Pada Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Dibandingkan dengan negara negara sekawasan, inflasi IHK Indonesia kembali tercatat paling tinggi di kawasan. Selama 10 tahun terakhir, inflasi Indonesia merupakan yang tertinggi di kawasan. Namun demikian, di tahun 2011 dan 2012 capaian inflasi Indonesia sempat berada di level yang cukup rendah, setara dengan Singapura, Malaysia, Thailand, dan Philipina. Kembali tingginya inflasi Indonesia dikhawatirkan dapat kembali memperlambat konvergensi inflasi dengan negara negara kawasan. %,yoy 10 Malaysia Thailand Singapura Indonesia Filipina %,yoy 10 Thailand Filipina Malaysia Indonesia Singapura Jan-11 Mar-11 May-11 Jul-11 Sep-11 Nov-11 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-11 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-09 Apr-09 Jul-09 Oct-09 Jan-10 Apr-10 Jul-10 Oct-10 Jan-11 Apr-11 Jul-11 Oct-11 Jan-12 Apr-12 Jul-12 Oct-12 Jan-13 Apr-13 Jul-13 Oct-13 Sumber: Bloomberg Grafik 1. 4 Inflasi IHK Negara Kawasan Sumber: Bloomberg Grafik 1. 5 Inflasi Bahan Pangan Negara Kawasan Secara spasial, kenaikan inflasi tahun 2013 tercatat cukup tinggi di Kawasan Sumatera. Inflasi Kawasan Sumatera tercatat 8,92% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tiga kawasan lainnya yakni Jawa (8,55%, yoy), Jakarta (8,00%, yoy) dan Kawasan Timur Indonesia (7,86%, yoy). Inflasi di Kawasan Sumatera yang tercatat lebih tinggi dari kawasan lain dipengaruhi lebih tingginya inflasi volatile food dan inflasi administered prices, sedangkan inflasi inti tercatat lebih rendah. Tingginya inflasi volatile food dipengaruhi oleh gangguan pasokan akibat erupsi Gunung Sinabung dan dampak lanjutan kenaikan BBM sehingga mencapai 12,32% (yoy). Inflasi administered prices di Kawasan Sumatera juga lebih tinggi karena dampak kenaikan BBM terhadap tarif angkutan di Sumatera tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan dampak di kawasan lain. Secara keseluruhan, perkembangan inflasi di kawasan Sumatera tahun 2013 terlihat sangat kontras dengan situasi tahun 2012 ketika Sumatera menjadi kawasan yang memiliki inflasi terendah yakni 3,50% (yoy). 3

23 %,yoy %,yoy Nasional * Rata-rata akhir tahun Sumatera 2013 Jakarta Jawa KTI Historis* Sumatera Jakarta Jawa KTI Sumber: BPS (diolah) Grafik 1. 6 Inflasi IHK di Daerah Sumber: BPS (diolah) Grafik 1. 7 Inflasi Bahan Makanan Kawasan Inflasi Inti Peningkatan inflasi inti relatif terbatas terutama karena perlambatan inflasi traded di tengah kenaikan tekanan domestik akibat gejolak harga pangan dan kebijakan harga energi. Inflasi inti pada tahun ini tercatat sebesar 4,98% (yoy) meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 4,40% (yoy). Sumber utama tekanan berasal dari domestik sebagai dampak lanjutan gejolak harga pangan dan kebijakan harga energi. Kuatnya tekanan domestik terlihat pada kenaikan inflasi inti nontraded sepanjang tahun Sementara itu, inflasi inti traded mengalami perlambatan karena pada saat bersamaan terjadi penurunan harga global di tengah meningkatnya tekanan depresiasi Rupiah. %,yoy 12% 10% 8% 6% %,yoy Core Traded yoy Core Core Traded Core Non-Traded 25% Barang Konstruksi dan Perlengkapannya 6.0% Sandang dan Asesoris 20% 5.0% Elektronik dan Otomotif 15% 4.0% 10% 3.0% 4% 5% 2.0% 2% 0% 1.0% 0% -5% 0.0% Jan-03 Jun-03 Nov-03 Apr-04 Sep-04 Feb-05 Jul-05 Dec-05 May-06 Oct-06 Mar-07 Aug-07 Jan-08 Jun-08 Nov-08 Apr-09 Sep-09 Feb-10 Jul-10 Dec-10 May-11 Oct-11 Mar-12 Aug-12 Jan-13 Jun-13 Nov-13 Jan-08 May-08 Sep-08 Jan-09 May-09 Sep-09 Jan-10 May-10 Sep-10 Jan-11 May-11 Sep-11 Jan-12 May-12 Sep-12 Jan-13 May-08 Sep-08 Sumber: BPS (diolah) Grafik 1. 8 Dekomposisi Inti: Traded Non traded Sumber: BPS (diolah) Grafik 1. 9 Dekomposisi Inti: Traded Tekanan faktor eksternal terbatas karena minimalnya dampak depresiasi nilai tukar yang disertai oleh penurunan harga global. Hal ini tercermin dari perkembangan inflasi inti traded yang menurun menjadi 2,56% (yoy) dari tahun sebelumnya 3,85% (yoy). Tekanan eksternal meningkat pada triwulan III 2013 seiring dengan pelemahan nilai tukar Rupiah selama triwulan III 2013 akibat derasnya capital outflow semenjak menguatnya isu tapering off dari The Fed. Meskipun demikian, kuatnya tekanan eksternal ini dimitigasi oleh penurunan harga global yang tercermin pada pergerakan indeks harga imported inflation (IHIM) yang mengalami penurunan sebesar -12,27% (yoy). Koreksi harga yang cukup dalam pada harga global emas membawa dampak deflasi pada komoditas emas perhiasan domestik. 1 Dengan mengeluarkan emas, terlihat bahwa pelemahan nilai tukar berpengaruh terhadap inflasi. Hal ini tercermin dari kenaikan inflasi traded exclude emas yang meningkat menjadi 5,44% (yoy) dari 4,15% (yoy) pada tahun sebelumnya. Secara sektoral, dampak passthrough nilai tukar terutama 1 Emas sepanjang tahun 2013 mengalami penurunan harga sebesar -5,33% (yoy) memberikan dampak deflasi terhadap inflasi sebesar 0,13% (yoy). 4

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi di bulan Desember menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan bulan lalu dan lebih tinggi dari historisnya. Inflasi

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1 Penurunan Harga Pangan dan Komoditas Energi Dorong Deflasi IHK Bulan Februari Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Februari 2016 mengalami deflasi. Deflasi IHK pada bulan ini mencapai -0,09% (mtm). Realisasi

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Penurunan Harga BBM dan Panen Raya Dorong Deflasi Bulan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi pada awal tahun 2016 mengalami perlambatan dibandingkan dengan bulan lalu. Pada Januari 2016, inflasi IHK tercatat sebesar 0,51% (mtm), lebih rendah

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter - Bank Indonesia, Pusat Kebijakan Ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS INFLASI MARET 2016

ANALISIS INFLASI MARET 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) ANALISIS INFLASI MARET 2016 Komoditas Pangan Dorong Inflasi IHK Maret INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Koreksi Harga Paska Idul Fitri Dorong Deflasi Agustus

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017 RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017 INFLASI IHK Inflasi Mei 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,39% (mtm) di bulan Mei (Tabel 1). Inflasi IHK bulan ini meningkat dibanding

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Inflasi Bulan Januari 2017 Meningkat, Namun Masih

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017 RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 217 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi Bulan Februari 217 Terkendali Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat,23% (mtm) di bulan Februari. Inflasi di bulan ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Inflasi Lebaran 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016 Inflasi Ramadhan 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016 Tekanan Inflasi di Bulan Oktober 2016 Cukup Terkendali

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN TIM KOORDINASI PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN INFLASI TAHUN 2014

LAPORAN KEGIATAN TIM KOORDINASI PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN INFLASI TAHUN 2014 LAPORAN KEGIATAN TIM KOORDINASI PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN INFLASI TAHUN 2014 Daftar Isi Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Pokok- Pokok Laporan Pelaksanaan Tugas... ii ii iii v Bab 1 Evaluasi

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 INFLASI IHK Inflasi Juli 2017 Terkendali Inflasi Juli 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar 4,0±1%. Inflasi Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID Harga Pangan Dorong Inflasi Oktober 2017 Tetap Rendah INFLASI IHK Inflasi IHK sampai dengan Oktober 2017 terkendali dan mendukung pencapaian sasaran

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017 RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017 INFLASI IHK Inflasi Juni 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,69% (mtm) di bulan Juni (Tabel 1). Inflasi IHK pada periode puasa dan lebaran

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016 Inflasi Bulan November 2016 Didorong Harga Pangan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER 2016 Tekanan Inflasi di Bulan September 2016 Cukup Terkendali

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017 RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi April 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,09% (mtm) di bulan April (Tabel 1). Inflasi IHK

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017

RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017 RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Panen Dorong Deflasi Maret 2017 Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami deflasi 0,02% (mtm) di bulan Maret (Tabel 1). Deflasi bulan

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 Koreksi Harga Pangan dan Faktor Musiman Dorong Deflasi Agustus INFLASI IHK Inflasi Agustus 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar

Lebih terperinci

Laporan Perekonomian Indonesia

Laporan Perekonomian Indonesia 1 Key Messages Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat dalam menghadapi spillover dan gejolak pasar keuangan global. Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan relatif

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER INFLASI IHK Inflasi September 2017 Terkendali Inflasi IHK sampai dengan September 2017 terkendali dan mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017. Pada bulan September inflasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016 Inflasi 2016 Cukup Rendah dan Berada dalam Batas

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

Pola Inflasi Ramadhan. Risiko Inflasi s.d Akhir Tracking bulan Juni Respon Kebijakan

Pola Inflasi Ramadhan. Risiko Inflasi s.d Akhir Tracking bulan Juni Respon Kebijakan Pola Inflasi Ramadhan 1 Tracking bulan Juni 2014 2 Risiko Inflasi s.d Akhir 2014 3 Respon Kebijakan 4 Pola Inflasi Ramadhan Bila mengamati pola historis inflasi selama periode Ramadhan-Idul Fitri, umumnya

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai Undang-undang (UU) No. 3 tahun 2004 Pasal 7, tugas Bank

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai Undang-undang (UU) No. 3 tahun 2004 Pasal 7, tugas Bank BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai Undang-undang (UU) No. 3 tahun 2004 Pasal 7, tugas Bank Indonesia adalah mencapai dan menjaga kestabilan nilai Rupiah, yang salah satunya adalah dalam bentuk

Lebih terperinci

Laporan Pengendalian Inflasi Daerah

Laporan Pengendalian Inflasi Daerah Gubernur Bank Indonesia Laporan Pengendalian Inflasi Daerah Rakornas VI TPID 2015, Jakarta 27 Mei 2015 Yth. Bapak Presiden Republik Indonesia Yth. Para Menteri Kabinet Kerja Yth. Para Gubernur Provinsi

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini, Prospek, dan Tantangan Ke Depan

Perkembangan Terkini, Prospek, dan Tantangan Ke Depan Ringkasan Laporan Nusantara Februari 2014 *) Perkembangan Terkini, Prospek, dan Tantangan Ke Depan PERKEMBANGAN TERKINI EKONOMI DAERAH Setelah mengalami perlambatan pada beberapa triwulan sebelumnya, realisasi

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut Indonesia sedang mengalami penyesuaian ekonomi yang cukup berarti yang didorong oleh perlemahan neraca eksternalnya yang membawa perlambatan pertumbuhan dan peningkatan

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2008 4. Outlook Perekonomian Di tengah gejolak yang mewarnai perekonomian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008 diprakirakan mencapai 6,2% atau melambat

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK BIDANG EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK

LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK BIDANG EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK BIDANG EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK STRATEGI KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFLASI DI DAERAH PASCA KEBIJAKAN BARU SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) : Studi di Provinsi D.I.Yogyakarta

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 273 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi, dan simulasi peramalan dampak kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja perekonomian, kemiskinan,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 I. SUBSIDI BBM TAHUN 2013 a. Subsidi BBM Dalam Undang-undang No.19 Tahun tentang APBN 2013, anggaran subsidi BBM dialokasikan sebesar

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 2,86% yoy 3,67% ytd 1,90% avg yoy 1 6,51% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 2,86% yoy 3,67% ytd 1,90% avg yoy 1 6,51% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm 2,86% yoy 3,67% ytd 1,90% avg yoy 1 6,51% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA SOSIALISASI PROGRAM PENGENDALIAN INFLASI BI Jakarta, 25 April 2016

SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA SOSIALISASI PROGRAM PENGENDALIAN INFLASI BI Jakarta, 25 April 2016 SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA SOSIALISASI PROGRAM PENGENDALIAN INFLASI BI Jakarta, 25 April 2016 Yang kami hormati, Gubernur Jawa Tengah, Bapak H. Ganjar Pranowo, Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar bisa berupa banyak

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.

Lebih terperinci

POINTER ARAH KEBIJAKAN TERKAIT PENYEDIAAN DAN PASOKAN DAGING SAPI. Disampaikan pada: Bincang Bincang Agribisnis

POINTER ARAH KEBIJAKAN TERKAIT PENYEDIAAN DAN PASOKAN DAGING SAPI. Disampaikan pada: Bincang Bincang Agribisnis POINTER ARAH KEBIJAKAN TERKAIT PENYEDIAAN DAN PASOKAN DAGING SAPI Disampaikan pada: Bincang Bincang Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Deputi Bidang Pangan dan Pertanian 2016 Permasalahan

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur 1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK

Lebih terperinci

Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah

Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah Kantor Perwakilan Bank Indonesia INFLASI DI AWAL TAHUN 2017 DIPICU OLEH KENAIKAN TARIF YANG DIATUR PEMERINTAH INFLASI IHK SULUT (% mtm) mtm 1,10 % 1,6 % ytd 1,10 % avg (2012-2016) 5,20 % Inflasi Komoditas

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Prospek pertumbuhan global masih tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak Akan tetapi, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH PERKEMBANGAN INFLASI ACEH Pada Desember 2011, inflasi 1 tahunan Aceh tercapai di angka 3,43% (yoy), jauh lebih rendah dibanding inflasi Desember 2010 yang sebesar 5,86% (yoy). Penurunan tekanan inflasi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global

Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global Di tengah ketidakseimbangan pemulihan ekonomi global, kinerja perekonomian domestik selama tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pangan yang sampai saat ini dianggap sebagai komoditi terpenting dan strategis bagi perekonomian adalah padi, karena selain merupakan tanaman pokok bagi sebagian

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Melihat ke tahun 2014, Indonesia menghadapi perlambatan pertumbuhan dan risiko-risiko ekonomi yang signifikan yang membutuhkan fokus kebijakan tidak

Lebih terperinci

Pengendalian Konsumsi BBM Bersubsidi

Pengendalian Konsumsi BBM Bersubsidi Pengendalian Konsumsi BBM Bersubsidi A. Pendahuluan Volume konsumsi BBM bersubsidi dalam beberapa tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan. Tahun 2008 realisasi konsumsi BBM bersubsidi 1 menjadi

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Perkembangan Terkini, Tantangan, dan Prospek Ekonomi Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Disampaikan pada MUSRENBANG RKPD 2017 KOTA BALIKPAPAN OUTLINE 2 Perekonomian Nasional Perekonomian

Lebih terperinci

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

PERSIAPAN MENJELANG BULAN RAMADHAN & HARI RAYA IDUL FITRI

PERSIAPAN MENJELANG BULAN RAMADHAN & HARI RAYA IDUL FITRI HIGH LEVEL MEETING PERSIAPAN MENJELANG BULAN RAMADHAN & HARI RAYA IDUL FITRI Denpasar, 18 Mei 2017 PERKEMBANGAN INFLASI NASIONAL 2 PERKEMBANGAN INFLASI NASIONAL 3 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 Inflasi

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

Grafik 1. Perkembangan Inflasi Secara Bulanan di Pekanbaru dan Nasional. Nasional (data mulai tahun 2005)

Grafik 1. Perkembangan Inflasi Secara Bulanan di Pekanbaru dan Nasional. Nasional (data mulai tahun 2005) Boks 2 PERKEMBANGAN INFLASI DI PROVINSI RIAU 1 Perkembangan inflasi di kota Pekanbaru menunjukkan kecenderungan lebih tinggi dibandingkan dengan nasional. Hal ini antara lain disebabkan karena kelompok

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah RINGKASAN. INFLASI IHK SULUT (mtm) INFLASI FEBRUARI 2017 IHK BULANAN KOMODITAS UTAMA FEBRUARI 2017

Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah RINGKASAN. INFLASI IHK SULUT (mtm) INFLASI FEBRUARI 2017 IHK BULANAN KOMODITAS UTAMA FEBRUARI 2017 Jan-12 Apr-12 Jul-12 Okt-12 Jan-13 Apr-13 Jul-13 Okt-13 Jan-14 Apr-14 Jul-14 Okt-14 Jan-15 Apr-15 Jul-15 Okt-15 Jan-16 Apr-16 Jul-16 Okt-16 Jan-17 Kantor Perwakilan Bank Indonesia INFLASI IHK SULUT (mtm)

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 Pendahuluan Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

INFLASI DAN KENAIKAN HARGA BERAS Selasa, 01 Pebruari 2011

INFLASI DAN KENAIKAN HARGA BERAS Selasa, 01 Pebruari 2011 INFLASI DAN KENAIKAN HARGA BERAS Selasa, 01 Pebruari 2011 Sekretariat Negara Republik Indonesia Tahun 2010 telah terlewati dan memberi catatan inflasi diatas yang ditargetkan yakni mencapai 6,96%. Inflasi

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS

KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS Strategi Operasional Bulog Awal Tahun Awal tahun 2007 dibuka dengan lembaran yang penuh kepedihan. Suasana iklim yang tidak menentu. Bencana demi bencana terjadi di hadapan

Lebih terperinci

BEBAN SUBSIDI BBM DALAM APBN TAHUN 2013

BEBAN SUBSIDI BBM DALAM APBN TAHUN 2013 BEBAN SUBSIDI BBM DALAM APBN TAHUN 2013 I. PENDAHULUAN Dalam Undang-undang No.19 Tahun 2012 tentang APBN 2013, anggaran subsidi BBM dialokasikan sebesar Rp193,8 triliun meningkat Rp56,4 triliun bila dibandingkan

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci