FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN DI KAWASAN KHUSUS KOTA BARU BERBASIS INDUSTRI DAN PUSAT KOTA SAMARINDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN DI KAWASAN KHUSUS KOTA BARU BERBASIS INDUSTRI DAN PUSAT KOTA SAMARINDA"

Transkripsi

1 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN DI KAWASAN KHUSUS KOTA BARU BERBASIS INDUSTRI DAN PUSAT KOTA SAMARINDA Karina Mayasari, Surjono, Septiana Hariyani Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145, Indonesia Telp ; Fax ; Telex Unibraw IA ABSTRAK Pengertian nilai lahan atau land value, ialah pengukuran nilai lahan yang didasarkan kepada kemampuan lahan secara ekonomis dalam hubungannya dengan produktivitas dan strategi ekonomis. Sedangkan harga lahan adalah penilaian atas lahan yang diukur berdasarkan harga nominal dalam satuan uang untuk satu satuan luas tertentu. Perbedaan harga lahan yang ada di pasaran Kota Samarinda saat inilah yang melatarbelakangi penelitian ini, khususnya pada Kecamatan Palaran (kawasan khusus kota baru berbasis industri) dan Kecamatan Samarinda Ilir (kawasan pusat kota Samarinda). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi harga lahan pasaran di wilayah studi dan bagaimana faktorfaktor tersebut dalam pembentukan pemodelan harga lahan dan NJOP di kedua kecamatan yang memiliki karakteristik yang berbeda ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif untuk mengetahui karakteristik harga lahan berdasarkan variabel yang mempengaruhi harga lahan di wilayah studi dengan menggunakan analisis crosstabs dan uji test chisquare pada crosstabs. Hasil analisis menunjukkan bahwa diketahui variabel yang memiliki hubungan dengan harga lahan secara signifkan di Kecamatan Samarinda Ilir adalah jenis guna lahan, status kepemilikan lahan, jarak ke pusat kota, kelas jalan, tipe perkerasan jalan, dan jumlah rute angkutan umum yang lewat. Dan variabel yang memiliki hubungan dengan harga lahan secara signifkan di Kecamatan Palaran adalah luas lahan, jenis guna lahan, status kepemilikan lahan, jarak ke pusat kota, kelas jalan, tipe perkerasan jalan, dan jumlah rute angkutan umum yang lewat. Kata kunci : harga lahan, NJOP, pemodelan harga lahan, Kota Samarinda. ABSTRAK Pengertian nilai lahan atau land value, ialah pengukuran nilai lahan yang didasarkan kepada kemampuan lahan secara ekonomis dalam hubungannya dengan produktivitas dan strategi ekonomis. Sedangkan harga lahan adalah penilaian atas lahan yang diukur berdasarkan harga nominal dalam satuan uang untuk satu satuan luas tertentu. Perbedaan harga lahan yang ada di pasaran Kota Samarinda saat inilah yang melatarbelakangi penelitian ini, khususnya pada Kecamatan Palaran (kawasan khusus kota baru berbasis industri) dan Kecamatan Samarinda Ilir (kawasan pusat kota Samarinda). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi harga lahan pasaran di wilayah studi dan bagaimana faktorfaktor tersebut dalam pembentukan pemodelan harga lahan dan NJOP di kedua kecamatan yang memiliki karakteristik yang berbeda ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif untuk mengetahui karakteristik harga lahan berdasarkan variabel yang mempengaruhi harga lahan di wilayah studi dengan menggunakan analisis crosstabs dan uji test chisquare pada crosstabs. Hasil analisis menunjukkan bahwa diketahui variabel yang memiliki hubungan dengan harga lahan secara signifkan di Kecamatan Samarinda Ilir adalah jenis guna lahan, status kepemilikan lahan, jarak ke pusat kota, kelas jalan, tipe perkerasan jalan, dan jumlah rute angkutan umum yang lewat. Dan variabel yang memiliki hubungan dengan harga lahan secara signifkan di Kecamatan Palaran adalah luas lahan, jenis guna lahan, status kepemilikan lahan, jarak ke pusat kota, kelas jalan, tipe perkerasan jalan, dan jumlah rute angkutan umum yang lewat. Kata kunci : harga lahan, NJOP, pemodelan harga lahan, Kota Samarinda. PENDAHULUAN Pengertian nilai lahan atau land value, ialah pengukuran nilai lahan yang didasarkan kepada kemampuan lahan secara ekonomis dalam hubungannya dengan produktivitas dan strategi ekonomis. Sedangkan harga lahan adalah penilaian atas lahan yang diukur berdasarkan harga nominal dalam satuan uang untuk satu satuan luas tertentu pada pasaran lahan (Yunus, 2000 : 89). Nilai dan harga lahan mempunyai arti yang berbeda, tetapi keduanya mempunyai kaitan yang erat. Hal ini dapat dijelaskan bahwa harga lahan ada karena nilai lahannya ada. Sehingga harga lahan merupakan refleksi dari nilai lahan, nilai lahan adalah perwujudan dari kemampuan lahan sehubungan dengan pemanfaatan dan penggunaan lahan (Sujarto, 1985 : 18). Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 1, Juli

2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN DI KAWASAN KHUSUS KOTA BARU BERBASIS INDUSTRI DAN PUSAT KOTA SAMARINDA Perkembangan kota Samarinda lebih banyak berada di pusat kota, yaitu di kawasan tepian mahakam. Dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat maka penggunaan ruang di pusat kota akan semakin terbatas. Untuk itu dalam pengembangannya Kota Samarinda tidak lagi mengembangkan kota lama tetapi lebih ke arah pengembangan kota-kota baru dengan pusat pengembangan baru yang terpisah dengan kota induk (kota lama), pengembangan kota baru tersebut diarahkan terjadi secara menyebar. Upaya pengembangan kutub-kutub pusat tersebut selain ditujukan untuk fungsi lokal, juga dimungkinkan untuk penggunaan fungsi regional. Pengembangan titik-titik kutub tersebut terdiri dari lima bagian dengan fungsi yang berbeda yaitu: (1) Samarinda Seberang sebagai pusat pemerintahan kota dan pendidikan, (2) Palaran sebagai kota baru (New Town) berbasis industri, (3) Makroman (Samarinda Ilir) sebagai pusat kota pemerintahan Propinsi Kalimantan Timur, (4) Lempake (Samarinda Utara) sebagai kawasan pariwisata dan fungsi lindung, dan (5) Samarinda Ilir sebagai Central Businnes District. Kecamatan Palaran adalah wilayah di Kota Samarinda yang saat ini (pada tahun 2008) sedang berkembang dengan banyaknya dilakukan berbagai pembangunan sarana prasarana kota diantaranya adalah pembangunan pelabuhan terpadu Palaran, Stadion Utama, dan Jembatan Mahkota II. Di Kecamatan ini juga terdapat kawasan industri yang tentunya dapat memacu perkembangan kota baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan banyaknya pembangunan yang dilakukan maka akan berpengaruh pada perubahan harga lahan yang pasti akan terjadi. Perubahan harga lahan ini akan dibandingkan dengan Kecamatan Samarinda Ilir yang merupakan pusat Kota Samarinda. Di wilayah ini semua kegiatan berlangsung, baik untuk perkantoran maupun perdagangan. Harga lahan di kawasan ini tentunya juga lebih tinggi daripada di wilayah lain. Kecamatan Samarinda Ilir sebagai kawasan pusat Kota Samarinda ini memiliki karakteristik yang unik pada Kecamatan ini terdapat wilayah CBD dan pendukung CBD. Wilayah yang termasuk CBD adalah Kelurahan Pasar Pagi, Pelabuhan, Karang Mumus, Sungai Pinang Luar, Sidomulyo,Sidodamai dan Sungai Dama sedangkan wilayah pendukung CBD adalah Kelurahan Kelurahan Sambutan, Makroman, Sindang Sari, Pulau Atas, Sungai Kapih, dan Selili pada Kelurahan pendukung CBD juga terdapat pusat pemerintahan kota. (RTRW Kota Samarinda Tahun 2005) Harga lahan di Kecamatan Samarinda Ilir yang merupakan pusat CBD Kota Samarinda semakin meningkat dari tahun-tahun sebelumnya, apalagi dengan adanya rencana pembangunan jembatan Mahkota II. Pada tahun 2000 akhir, harga lahan di pinggir jalan harganya sekitar Rp 100 ribu sampai Rp 300 ribu per meter persegi. Saat ini harganya berkali-kali lipat dari itu. Karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi harga lahan pasaran di wilayah Kecamatan Palaran dan Kecamatan Samarinda Ilir, Kota Samarinda dan bagaimana faktor-faktor tersebut dalam pembentukan pemodelan harga lahan di kedua kecamatan yang memiliki karakteristik yang berbeda ini. Rumusan Masalah dalam penelitian ini; (1) Bagaimana karakteristik harga lahan pasaran berdasarkan variabel yang mempengaruhi harga lahan di Kecamatan Palaran (sebagai kawasan khusus Kota Baru berbasis industri) dan Kecamatan Samarinda Ilir (sebagai kawasan pusat kota) Kota Samarinda? (2) Bagaimana perbandingan antara harga lahan yang ada di pasaran di Kecamatan Palaran (sebagai kawasan khusus Kota Baru berbasis industri) dan Kecamatan Samarinda Ilir (sebagai pusat kota) Kota Samarinda dengan NJOP yang berlaku? (3) Bagaimana pemodelan harga lahan pasaran dan NJOP berdasarkan variabel yang mempengaruhi harga lahan di Kecamatan Palaran (sebagai kawasan khusus Kota Baru berbasis industri) dan Kecamatan Samarinda Ilir (sebagai pusat kota) Kota Samarinda? METODE PENELITIAN Wilayah Studi Kecamatan Palaran sebagai kawasan berkembang memiliki luas wilayah sebesar Ha dan terdiri dari 5 kelurahan, antara lain: (1) Kelurahan Hanil Bhakti, (2) Kelurahan Simpang Pasir, (3) Kelurahan Rwa Makmur, (4) Kelurahan Bakuan), (5) Kelurahan Bantuas (BPS, 2007). Sedangkan Kecamatan Samarinda Ilir sebagai CBD Kota Samarinda memiliki luas wilayah sebesar Ha dan terdiri atas 13 kelurahan, antara lain: (1) Kelurahan Pulau Atas, (2) Kelurahan Sindang Sari, (3) Kelurahan Makroman, (4) Kelurahan Sambutan, (5) Kelurahan Sungai Kapih, (6) Kelurahan Selili, (7) Kelurahan Sungai Dama, (8) Kelurahan Sidodamai, (9) Kelurahan Sidomulyo, (10) Kelurahan Karang Mumus, (11) Kelurahan Pelabuhan, (12) Kelurahan Pasar Pagi, (13) Kelurahan Sungai Pinang Luar (BPS, 2007). 48 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2009

3 Karina Mayasari, Surjono, Septiana Hariyani Penentuan Populasi Dan Sampel Populasi dalam Perbandingan faktor- faktor yang mempengaruhi harga lahan di kawasan berkembang dan CBD pusat Kota Samarinda adalah jumlah petak lahan tahun 2008 yang tercatat di kantor PBB Kota Samarinda yaitu sebesar kapling lahan untuk wilayah studi dengan rincian kapling di Kecamatan Samarinda Ilir dan kapling di Kecamatan Palaran. Besaran ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti Nomogram Herry King dengan menggunakan derajad kesalahan 10%. Nomogram Herry King ini memudahkan peneliti yang memiliki populasi besar lebih dari 1000 karena dengan nomogram ini jumlah sampel yang akan didapat jumlahnya lebih besar daripada jika peneliti menggunakan rumus Slovin untuk mengetahui jumlah sampel. Dengan menggunakan rumus Slovin, berapapun besaran populasi, jumlah sampel yang didapatkan selalu sama. Dengan nomogram Herry King, jumlah sampel yang didapat sesuai dengan besaran populasi (Hines, 1990). Derajat kesalahan 10% digunakan karena alasan keterbatasan waktu dan biaya. Berdasarkan tabel nomogram diketahui bahwa sampel yang akan diambil untuk seluruh populasi adalah sebesar 270. Sampel tersebut didistribusikan berdasarkan jumlah persil lahan di tiap kelurahan di kedua kecamatan secara proporsional. Pembagian jumlah responden tiap kelurahan pada kedua kecamatan dapat dilihat pada tabel 7 berikut. Tabel 1. Pembagian Jumlah Responden Tiap Kelurahan Jumlah Kecamatan Kelurahan Sampel Samarinda Ilir Persil Pasar Pagi Pelabuhan Karang Mumus Selili Sungai Dama Sungai Kapih Pulau Atas Sambutan Sidomulyo Sungai Pinang Luar Makroman Sindang Sari Sidodami Handil Bakti Sampang Pasir Rawa makmur Bukuan Bantuas Total Dari pembagian jumlah sampel pada setiap kelurahan tersebut kemudian akan dilakukan penyebaran kuesioner yang menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini, pertimbangan tertentunya berupa pemilihan persil lahan yang berada pada jalan utama dan terdapat responden yang bisa menjawab kuesioner yang diberikan. Metode Analisis Metode analisis karakteristik harga lahan dan variabel yang mempengaruhi harga lahan Analisis karakteristik harga lahan dilakukan melalui pembandingan harga lahan dengan variabel yang mempengaruhi harga lahan. Variabel yang mempengaruhi harga lahan yang dibahas adalah adalah faktor fisik (luas lahan dan jenis penggunaan lahan), karakteristik legal (Status lahan/kepemilikan lahan), lokasi dan aksesbilitas (jarak terhadap pusat kota, jarak terhadap jalur angkutan umum, hierarki jalan, perkerasan jalan, dan jumlah jalur angkutan umum). Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis statistika deskriptif melalui tabel rerata (cross tabulation) dan grafik garis. Selain menggunakan tabel rerata ditampilkan juga grafik garis untuk menggambarkan pola hubungan antara harga lahan dan variabel yang mempengaruhi harga lahan. Pola hubungan diperoleh dengan menghubungkan rata-rata harga lahan pada setiap kelas variabel yang mempengaruhi harga lahan. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel harga lahan dan variabel yang mempengaruhi harga lahan, maka digunakan uji test chi square pada analisis crosstabs dengan menggunakan software SPSS 13. Metode analisis perbandingan harga lahan pasaran dan NJOP Analisis perbandingan antara harga lahan pasaran dan NJOP pada kedua wilayah studi dilakukan dengan cara menggunakan analisis ratio statistic dengan alat software SPSS 13 untuk mendapatkan rasio perbandingan antara harga lahan pasaran dan NJOP dengan variabel yang mempengaruhi harga lahan. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel rasio perbandingan antara harga lahan pasaran dan NJOP dengan variabel yang mempengaruhi harga lahan, maka digunakan uji test chi square pada analisis crosstabs dengan menggunakan software SPSS 13. Metode analisis pemodelan harga lahan dan NJOP Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli

4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN DI KAWASAN KHUSUS KOTA BARU BERBASIS INDUSTRI DAN PUSAT KOTA SAMARINDA Model penilaian harga lahan atau NJOP merupakan persamaan matematis (yang umumnya menggunakan persamaan regresi) yang menyatakan hubungan antara harga lahan dan karakteristik dari lahan. Secara lebih khusus analisis regresi yang digunakan adalah regresi linear berganda (Multiple Regression). Dalam anaiisis regresi linear berganda ini setiap variabel bebas harus dilakukan pengujian terhadap signifikans pengaruhnya terhadap variabel tak bebasnya yaitu dengan menganalisis t-hitung dari masing-masing variabel dan F-hitung untuk melihat signifikansi pengaruh variabel bebas secara bersama-sama atau serentak. Persamaan regresi yang dibuat dapat dilihat pada rumus 2.1 yang terdapat pada bab 2 halaman 14, dengan pengaplikasian sebagai berikut: Y = a + b1x1+ b2x2 + b3x3+ b4x bnxn Dalam hal ini : Y = harga lahan atau NJOP yang diestimasi a = konstanta atau intercept b = slope garis regresi (koefisien) X 1 - X n = variabel yang mempengaruhi harga lahan (variabel bebas) Adanya jenis data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif maka untuk variabel dengan data kualitatif menggunakan peubah boneka (dummy variable). Secara lebih jelas tahapan pembentukan regresi linear berganda dengan dummy variable dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Kuantifikasi data Kualitatif Pemilihan model regresi terbaik dengan stepwise Penetapan variabel penentu harga lahan Uji koefisien secara serenta (uji F) dan secara parsial (uji T) Hitung R2 dan R2 adj Gambar 1. Diagram Tahapan Pembentukan Pemodelan Regresi Linier Berganda HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Karakteristik Harga Lahan Karakteristik harga lahan pasaran berdasarkan variabel pengaruh harga lahan di Kecamatan Samarinda Ilir dan Kecamatan Palaran adalah sebagai berikut: Kecamatan Samarinda Ilir Variabel harga lahan dan luas lahan diketahui tidak memiliki hubungan signifikan dengan cara menggunakan uji test chi square pada analisis crosstabs dengan nilai signifikansi 0,542. Berdasarkan variabel luas lahan, nilai rata-rata harga lahan cenderung mengalami peningkatan pada tiga kelas luas lahan pertama dari Rp /m 2, menjadi Rp /m 2, lalu Rp /m 2 dan kemudian menurun lagi pada kelas luas lahan selanjutnya. Variabel harga lahan dan guna lahan diketahui memiliki hubungan signifikan dengan cara menggunakan uji test chi square pada analisis crosstabs dengan nilai signifikansi 0,000. Berdasarkan variabel jenis guna lahan, nilai rata-rata harga lahan tertinggi berada pada jenis guna lahan perkantoran (sebesar Rp /m 2 ) dan perdagangan (sebesar Rp /m 2 ). Variabel harga lahan dan status kepemilikan lahan diketahui memiliki hubungan signifikan dengan cara menggunakan uji test chi square pada analisis crosstabs dengan nilai signifikansi 0,000. Berdasarkan variabel status kepemilikan lahan, nilai rata-rata harga lahan tertinggi terdapat pada lahan dengan hak guna bangunan (Rp /m 2 ) kemudian disusul oleh lahan dengan status hak milik (Rp /m 2 ) dan lahan yasan (Rp /m 2 ). Variabel harga lahan dan jarak terhadap pusat kota diketahui memiliki hubungan signifikan dengan cara menggunakan uji test chi square pada analisis crosstabs dengan nilai signifikansi 0,000. Berdasarkan variabel jarak ke pusat kota, nilai rata-rata harga lahan tertinggi terdapat pada kelas jarak ke pusat kota dengan radius 0,0127 1,0160 km (Rp /m2) dan semakin menjauh dari pusat kota maka nilai rata-rata harga lahan akan semakin menurun. Variabel harga lahan dan jarak terhadap jalur angkutan umum diketahui tidak memiliki hubungan signifikan dengan cara menggunakan uji test chi square pada analisis crosstabs dengan nilai signifikansi 0,990. Berdasarkan variabel jarak ke jalur angkutan umum, rata-rata harga lahan terlihat menurun secara drastis dari Rp /m 2 ke Rp /m 2 pada kelas jarak ke angkutan umum pertama ke kelas kedua. Sedangkan dari kelas jarak ke jalur angkutan umum ke dua ke kelas ketiga cenderung stabil. Variabel harga lahan dan kelas jalan diketahui memiliki hubungan signifikan dengan cara menggunakan uji test chi square pada analisis crosstabs dengan nilai signifikansi 0,000. Berdasarkan variabel kelas jalan, nilai rata-rata harga lahan tertinggi terdapat pada lahan dengan kelas jalan arteri primer (Rp /m 2 ) kemudian diikuti pada lahan 50 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2009

5 Karina Mayasari, Surjono, Septiana Hariyani dengan kelas jalan kolektor primer, kolektor sekunder, gang, lokal dan arteri sekunder. Variabel harga lahan dan perkerasan jalan diketahui memiliki hubungan signifikan dengan cara menggunakan uji test chi square pada analisis crosstabs dengan nilai signifikansi 0,017. Berdasarkan variabel tipe perkerasan jalan, nilai rata-rata harga lahan pada jalan aspal lebih tinggi ( /m 2 ) daripada lahan dengan jalan perkerasan atau makadam (Rp /m 2 ). Berdasarkan variabel tipe perkerasan jalan, nilai rata-rata harga lahan pada jalan aspal lebih tinggi ( /m 2 ) daripada lahan dengan jalan perkerasan atau makadam (Rp /m 2 ). Berdasarkan variabel jumlah jalur angkutan umum, rata-rata harga lahan tertinggi terdapat pada kelas yang dilewati lebih dari 3 jalur angkutan (Rp /m 2 dan kemudian pada kelas yang dilewati 2 jalur angkutan (Rp /m2), dan pada kelas terdapat 1 jalur angkutan dan kelas tidak dilalui jalur angkutan. Kecamatan Palaran Berdasarkan variabel luas lahan, semakin besar luasan yang dimiliki lahan suatu persil, maka nilai rata-rata harga lahan cenderung mengalami penurunan kecuali pada lahan dengan jenis guna lahan industri. Variabel harga lahan dan luas lahan diketahui memiliki hubungan signifikan dengan cara menggunakan uji test chi square pada analisis crosstabs dengan nilai signifikansi 0,000. Berdasarkan variabel jenis guna lahan, nilai rata- rata harga lahan tertinggi berada pada kelas jenis guna lahan industri (Rp /m2), kemudian disusul oleh kelas jenis guna lahan perdagangan, perumahan, dan perkebunan. Variabel harga lahan dan guna lahan diketahui memiliki hubungan signifikan dengan cara menggunakan uji test chi square pada analisis crosstabs dengan nilai signifikansi 0,007. Berdasarkan variabel status kepemilikan lahan, rata-rata harga lahan tertinggi terdapat pada lahan dengan hak guna bangunan (Rp /m 2 ) kemudian disusul lahan dengan status hak milik dan lahan yasan. Variabel harga lahan dan status kepemilikan lahan diketahui memiliki hubungan signifikan dengan cara menggunakan uji test chi square pada analisis crosstabs dengan nilai signifikansi 0,006. Berdasarkan variabel jarak ke pusat kota, nilai rata-rata harga lahan tertinggi terdapat pada kelas pertama dengan jarak ke pusat kota berkisar 0,11-1,31 km (Rp /m 2 ) dan semakin menjauh dari pusat kota, maka nilai rata-rata harga lahan akan semakin menurun. Variabel harga lahan dan jarak terhadap pusat kota diketahui memiliki hubungan signifikan dengan cara menggunakan uji test chi square pada analisis crosstabs dengan nilai signifikansi 0,000. Berdasarkan variabel jarak ke jalur angkutan umum, terlihat bahwa rata-rata harga lahan menurun tipis dari Rp /m 2 ke Rp /m 2 pada kelas pertama ke kelas kedua, kemudian menurun drastis dari kelas kedua ke kelas ketiga. Variabel harga lahan dan jarak terhadap jalur angkutan umum diketahui tidak memiliki hubungan signifikan dengan cara menggunakan uji test chi square pada analisis crosstabs dengan nilai signifikansi 0,321. Berdasarkan variabel kelas jalan, nilai ratarata harga lahan tertinggi terdapat pada lahan dengan kelas jalan arteri sekunder (Rp /m 2 ) kemudian diikuti pada lahan dengan kelas jalan kolektor primer, arteri primer, kolektor sekunder, dan lokal. Variabel harga lahan dan kelas jalan diketahui memiliki hubungan signifikan dengan cara menggunakan uji test chi square pada analisis crosstabs dengan nilai signifikansi 0,000. Berdasarkan variabel tipe perkerasan jalan, nilai rata-rata arga lahan pada jalan dengan perkerasan makadam (Rp /m 2 ) lebih tinggi daripada jalan dengn perkerasan asal (Rp /m 2 ). Variabel harga lahan dan perkerasan jalan diketahui memiliki hubungan signifikan dengan cara mengunakan uji test chi square pada analisis crosstabs dengan nilai signifikansi 0,017. Berdasarkan variabel jumlah jalur angkutan umum, nilai rata-rata harga lahan tertinggi terdapat pada kelas yang dilewati lebih dari 3 jalur angkutan (Rp /m 2 ). Variabel harga lahan dan jumlah jalur angkutan umum diketahui memiliki hubungan signifikan dengan cara menggunakan uji test chi square pada analisis crosstabs dengan nilai signifikansi 0,000. Perbandingan Antara Harga Lahan Pasaran dan NJOP Perbandingan antara harga lahan yang ada di pasaran dengan NJOP berdasarkan variabel pengaruh harga lahan di Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda dan Kecamatan Palaran adalah sebagai berikut: Kecamatan Samarinda Ilir lahan pasaran dan NJOP dengan variabel luas lahan adalah 0,000. Angka ini lebih kecil daripada nilai probabilitas yaitu 0,05, yang menunjukkan bahwa H0 ditolak atau terdapat Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli

6 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN DI KAWASAN KHUSUS KOTA BARU BERBASIS INDUSTRI DAN PUSAT KOTA SAMARINDA lahan pasaran dan NJOP dengan variabel luas lahan pada Kecamatan Samarinda Ilir. SPSS 13, nilai signifikansi pearson chi square pada chi square test untuk hubungan antara rasio NJOP dengan variabel jenis penggunaan lahan adalah 0,000. Angka ini lebih kecil daripada nilai probabilitas yaitu 0,05 yang menunjukkan bahwa H0 ditolak atau terdapat hubungan antara rasio NJOP dengan variabel jenis penggunaan lahan pada Kecamatan Samarinda Ilir. menggunakan SPSS 13, nilai signifikansi pearson chi square pada chi square test untuk hubungan antara rasio NJOP dengan variabel jarak jarak terhadap jalur angkutan umum adalah 0,000. Angka ini lebih kecil daripada nilai probabilitas yaitu 0,05, yang menunjukkan bahwa H0 ditolak atau terdapat hubungan antara rasio perbandingan antara harga lahan pasaran dan NJOP dengan variabel jarak jarak terhadap jalur angkutan umum pada Kecamatan Samarinda Ilir. menggunakan SPSS 13, nilai signifikansi pearson chi square pada chi square test untuk hubungan antara rasio NJOP dengan variabel kelas jalan adalah 0,000. Angka ini lebih kecil daripada nilai probabilitas yaitu 0,05, yang menunjukkan bahwa H0 ditolak atau terdapat hubungan antara rasio NJOP dengan variabel kelas jalan pada Kecamatan Samarinda Ilir. menggunakan SPSS 13, nilai signifikansi pearson chi square pada chi square test untuk hubungan antara rasio NJOP dengan variabel perkerasan jalan adalah 0,000. Angka ini lebih kecil daripada nilai probabilitas yaitu 0,05, yang menunjukkan bahwa H0 ditolak atau terdapat hubungan antara rasio perbandingan antara harga lahan pasaran dan NJOP dengan variabel perkerasan jalan pada Kecamatan Samarinda Ilir. Berdasarkan hasil perhitungan dengan lahan pasaran dan NJOP dengan variabel jumlah jalur angkutan umum adalah 0,000. Angka ini lebih kecil daripada nilai probabilitas yaitu 0,05, yang menunjukkan bahwa H0 ditolak atau terdapat hubungan antara rasio perbandingan antara harga lahan pasaran dan NJOP dengan variabel jumlah jalur angkutan umum pada Kecamatan Samarinda Ilir. Kecamatan Palaran lahan pasaran dan NJOP dengan variabel luas lahan adalah 0,957. Angka ini lebih besar daripada nilai probabilitas yaitu 0,05, yang menunjukkan bahwa H0 diterima atau tidak terdapat hubungan antara rasio perbandingan antara harga lahan pasaran dan NJOP dengan variabel luas lahan pada Kecamatan Palaran. lahan pasaran dan NJOP dengan variabel jenis penggunaan lahan adalah 0,387. Angka ini lebih besar daripada nilai probabilitas yaitu 0,05, yang menunjukkan bahwa H0 diterim atau tidak terdapat hubungan antara rasio perbandingan antara harga lahan pasaran dan NJOP dengan variabel jenis penggunaan lahan pada Kecamatan Palaran. lahan pasaran dan NJOP dengan variabel jenis penggunaan lahan adalah 0,387. Angka ini lebih besar daripada nilai probabilitas yaitu 0,05, yang menunjukkan bahwa H0 diterima atau tidak terdapat hubungan antara rasio perbandingan antara harga lahan pasaran dan NJOP dengan variabel jenis penggunaan lahan pada Kecamatan Palaran. lahan pasaran dan NJOP dengan variabel jarak dari pusat kota adalah 0,850. Angka ini lebih besar daripada nilai probabilitas yaitu 0,05, yang menunjukkan bahwa H0 diterima atau tidak terdapat hubungan antara rasio perbandingan antara harga lahan pasaran dan NJOP dengan variabel jarak dari pusat kota pada Kecamatan Palaran. hubungan antara rasio perbandingan antara harga lahan pasaran dan NJOP dengan variabel jarak jarak terhadap jalur angkutan umum adalah 52 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2009

7 Karina Mayasari, Surjono, Septiana Hariyani 0,061. Angka ini lebih besar daripada nilai probabilitas yaitu 0,05, yang menunjukkan bahwa H0 diterima atau tidak terdapat hubungan antara rasio perbandingan antara harga lahan pasaran dan NJOP dengan variabel jarak jarak terhadap jalur angkutan umum pada Kecamatan Palaran. hubungan antara rasio perbandingan antara harga lahan pasaran dan NJOP dengan variabel kelas jalan adalah 0,000. Angka ini lebih kecil daripada nilai probabilitas yaitu 0,05, yang menunjukkan bahwa H0 ditolak atau terdapat lahan pasaran dan NJOP dengan variabel kelas jalan pada Kecamatan Palaran. menggunakan SPSS 13, nilai signifikansi pearson chi square pada chi square test untuk hubunga antara rasio NJOP dengan variabel perkerasan jalan adalah 0,11. Angka ini lebih besar daripada nilai probabilitas yaitu 0,05, yang menunjukkan bahwa H0 diterima atau tidak terdapat hubungan antara rasio perbandingan antara harga lahan pasaran dan NJOP dengan variabel perkerasan jalan pada Kecamatan Palaran. menggunakan SPSS 13, nilai signifikansi pearson chi square pada chi square test untuk hubungan antara rasio NJOP dengan variabel jumlah jalur angkutan umum adalah 0,027. Angka ini lebih kecil daripada nilai probabilitas yaitu 0,05, yang menunjukkan bahwa H0 ditolak atau terdapat lahan pasaran dan NJOP dengan variabel jumlah jalur angkutan umum pada Kecamatan Palaran. Pemodelan harga Lahan dan NJOP Pemodelan harga lahan pasaran Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda dan Kecamatan Palaran Kota Samarinda dapat dilihat di bawah ini. (1) Hasil pemodelan harga lahan dengan metode analisis regresi linier berganda dummy variable dengan metode stepwise pada Kecamatan Samarinda Ilir adalah sebagai berikut: (a) Untuk kawasan CBD Kecamatan Samarinda Ilir Y = ( ) JPK + ( ) K1 + ( ) K2 + ( )K3 + ( ) MK2 Y = Harga lahan (rupiah/m2) JPK = Jarak terhadap pusat kota K1, K3, & K5 = Dummy variable kelas jalan MK2 = Dummy variable jumlah rute angkutan umum yang lewat (b) Untuk kawasan pendukung CBD Kecamatan Samarnda Ilir Y = ( ) JPK + ( ) J2+ ( ) J3 + ( ) D1 + ( ) D2 + ( ) K1 + ( ) K2 + ( ) K3 Y = Harga lahan (rupiah/m2) JPK = Jarak terhadap pusat kota J2 & J3 = Dummy variable jenis guna lahan D1 & D2 = Dummy variable status kepemilikan lahan K1, K2, & K3 = Dummy variable kelas jalan (2) Hasil Pemodelan NJOP dengan metode analisis regresi linier berganda dummy variable dengan metode stepwise pada Kecamatan Samarinda Ilir adalah sebagai berikut : (a) Untuk Kawasan CBD Kecamatan Samarinda Ilir Y = ( ) JPK + ( ) K1 + ( ) MK2 + ( ) MK3 K1 = Dummy Variabel kelas jalan MK2, MK3 = Dummy Variabel jumlah jalur angkutan umum (b) Untuk kawasan pendukung CBD Kecamatan Samarnda Ilir Y = ( ) JPK K1 + ( ) D MK2 D2= Dummy variabel status kepemilikan lahan K2 = Dummy variabel kelas jalan MK2 = Dummy variabel jumlah jalur angkutan umum (3) Hasil pemodelan harga lahan dengan metode analisis regresi linier berganda dummy variable dengan metode stepwise pada Kecamatan Palaran adalah sebagai berikut: Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli

8 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN DI KAWASAN KHUSUS KOTA BARU BERBASIS INDUSTRI DAN PUSAT KOTA SAMARINDA Y = ( )JPK + ( )J1 + ( )J2 + ( )J3+ (63.753)D1 + ( )K1 + ( )K2 + (81.516)K3 + (54.364)K4 Y = Harga lahan pasaran (rupiah/m2) J1, J2, & J3= Dummy Variabel jenis guna lahan D1 = Dummy Variabel status kepemilikan lahan K1, K2, K3, & K4= Dummy Variabel kelas jalan (4) Hasil pemodelan harga lahan dengan metode analisis regresi linier berganda dummy variable dengan metode stepwise pada Kecamatan Palaran adalah sebagai berikut: Y = ( ) JPK + ( ) D2 + (55.023) K1 + (37.507) K2 + ( ) J2 J2 = Dummy Variabel jenis guna lahan (perumahan) D2 = Dummy Variabel status kepemilikan lahan (lahan yasan) K1 & K2 = Dummy Variabel kelas jalan (arteri primer dan arteri sekunder) KESIMPULAN Karakteristik harga lahan pasaran pada Kecamatan Samarinda Ilir dan Kecamatan Palaran adalah sebagai berikut: (1) Harga lahan tertinggi terdapat pada Kelurahan Pasar Pagi Kecamatan Samarinda Hilir yaitu sebesar Rp /m 2 dengan jenis guna lahan perdagangan. Sedangkan harga lahan terendah terdapat pada Kelurahan Pulau Atas yaitu sebesar Rp /m 2 dengan jenis guna lahan perkebunan. (2) Dari uji test chi square pada analisis crostab,diketahui variabel yang memiliki hubungan dengan harga lahan secara signifkan adalah jenis guna lahan, status kepemilikan lahan, jarak ke pusat kota, kelas jalan, tipe perkerasan jalan, dan jumlah jalur angkutan umum yang lewat. (3) Harga lahan tertinggi terdapat pada Kelurahan Simpang Pasir yaitu sebesar Rp /m 2 dengan jenis guna lahan industri. Sedangkan harga lahan terendah terdapat pada Kelurahan Bantuas yaitu sebesar Rp /m 2 dengan jenis guna lahan perkebunan. (4) Dari uji test chi square pada analisis crostab, diketahui variabel yang memiliki hubungan dengan harga lahan secara signifkan adalah luas lahan, jenis guna lahan, status kepemilikan lahan, jarak ke pusat kota, kelas jalan, tipe perkerasan jalan, dan jumlah jalur angkutan umum yang lewat. Perbandingan antara harga lahan yang ada di pasaran dengan NJOP berdasarkan variabel pengaruh harga lahan di Kecamatan Samarinda Ilir (sebagai kawasan CBD) Kota Samarinda dan Kecamatan Palaran (sebagai kawasan yang sedang berkembang) adalah sebagai berikut: (1) Nilai rasio perbandingan antara harga lahan pasaran dan NJOP terkecil di Kecamatan Samarinda Ilir adalah 1,0 yang terdapat di Kelurahan Sungai Pinang Luar, yang berarti nilai harga pasaran adalah 1,0 kalinya nilai NJOP. Nilai rasio perbandingan antara harga lahan pasaran dan NJOP terbesar di Kecamatan Samarinda Ilir adalah 24,4 yang terdapat di Kelurahan Pulau Atas, yang berarti nilai harga pasaran adalah 24,4 kalinya nilai NJOP. Hal ini menunjukkan selisih antara harga lahan pasaran dan NJOP pada Kecamatan Samarinda Ilir sebagai Kecamatan pusat Kota Samarinda tidak besar. Ini berarti NJOP yang ada di wilayah ini telah memiliki besaran yang hampir sebanding dengan harga lahannya. (2) Dari uji test chi square pada analisis crostab, diketahui variabel yang memiliki hubungan dengan nilai rasio perbandingan harga lahan dan NJOP secara signifkan adalah kelas lahan, jenis guna lahan, status kepemilikan lahan, jarak ke pusat kota, kelas jalan, tipe perkerasan jalan, jarak ke jalur angkutan umum, dan jumlah rute angkutan umum yang lewat. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi di Kecamatan Samarinda Ilir cukup kompleks semua variabel yang diduga mempengaruhi harga lahan ternyata juga berpengaruh terhadap besaran rasio perbandingan NJOP dan harga lahan. (3) Nilai rasio perbandingan antara harga lahan pasaran dan NJOP terkecil di Kecamatan Palaran adalah 3,1 yang terdapat di Kelurahan Handil Bakti, yang berarti nilai harga pasaran adalah 3,1 kalinya nilai NJOP. Nilai rasio perbandingan antara harga lahan pasaran dan NJOP terbesar di Kecamatan Palaran adalah 46,4 yang terdapat di Kelurahan Bukuan, yang berarti nilai harga lahan pasaran adalah 46,4 kalinya nilai NJOP. Hal ini menunjukkan selisih antara harga lahan pasaran dan NJOP pada Kecamatan Palaran sebagai kawasan khusus Kota Baru berbasis industri sangat besar. Ini berarti NJOP yang ada di wilayah ini telah memiliki besaran yang tidak sebanding dengan harga lahannya.sebaiknya untuk kedepannya, NJOP di wilayah ini direvisi sehingga selisih dengan 54 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2009

9 Karina Mayasari, Surjono, Septiana Hariyani harga lahannya tidak terlalu jauh. (3) Dari uji test chi square pada analisis crostab, diketahui variabel yang memiliki hubungan dengan nilai rasio perbandingan harga lahan dan NJOP secara signifkan adalah kelas jalan, dan jumlah rute angkutan umum yang lewat. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi di Kecamatan Palaran, untuk besaran nilai rasio perbandingan harga lahan dan NJOP ternyata dipengaruhi faktor aksesibilitas. Pemodelan harga lahan pasaran Kecamatan Samarinda Ilir (sebagai kawasan CBD) Kota Samarinda dan Kecamatan Palaran (sebagai kawasan yang sedang berkembang) Kota Samarinda dapat dilihat di bawah ini: (1) Hasil pemodelan harga lahan dengan metode analisis regresi linier berganda dummy variable dengan metode stepwise pada Kecamatan Samarinda Ilir adalah sebagai berikut : (a) Untuk kawasan CBD Kecamatan Samarinda Ilir Y= ( ) JPK + ( ) K1 + ( ) K2 + ( ) K3 + ( ) MK2 Y = Harga lahan (rupiah/m2) JPK = Jarak terhadap pusat kota K1, K3, & K5 = Dummy Variabel kelas jalan MK2 = Dummy Variabel jumlah rute angkutan umum yang lewat (b) Untuk kawasan pendukung CBD Kecamatan Samarinda Hilir Y = ( ) JPK + ( ) J2+ ( ) J3 + ( ) D1 + ( ) D2 + ( ) K1 + ( ) K2 + ( ) K3 Y = Harga lahan (rupiah/m2) JPK = Jarak terhadap pusat kota J2 & J3 = Dummy variabel jenis guna lahan D1&D2= Dummy variabel status kepemilikan lahan K1, K2, & K3 = Dummy variabel kelas jalan (2) Hasil pemodelan NJOP dengan metode analisis regresi linier berganda dummy variable dengan metode stepwise pada Kecamatan Samarinda Ilir adalah sebagai berikut: (a) Untuk kawasan CBD Kecamatan Samarinda Hilir Y = ( ) JPK + ( ) K1+ ( ) MK2 + ( ) MK3 K1 = Dummy Variabel kelas jalan MK2, MK3 = Dummy Variabel jumlah jalur angkutan umum (b) Untuk kawasan pendukung CBD Kecamatan Samarinda Ilir Y = ( ) JPK K1 + ( ) D MK2 D2 = Dummy variabel status kepemilikan lahan K2 = Dummy variabel kelas jalan MK2 = Dummy variabel jumlah jalur angkutan umum (3) Hasil pemodelan harga lahan dengan metode analisis regresi linier berganda dummy variable dengan metode stepwise pada Kecamatan Palaran adalah sebagai berikut: Y = ( )JPK + ( )J1 + ( )J2 + ( )J3 + (63.753)D1 + ( )K1 + ( )K2 + (81.516)K3 + (54.364)K4 Y = Harga lahan pasaran (rupiah/m2) JPK = Jarak terhadap pusat kota J1, J2, & J3= Dummy Variabel jenis guna lahan D1 = Dummy Variabel status kepemilikan lahan K1, K2, K3, & K4= Dummy Variabel kelas jalan (4) Hasil pemodelan NJOP dengan metode analisis regresi linier berganda dummy variable dengan metode stepwise pada Kecamatan Palaran adalah sebagai berikut: Y = ( ) JPK + ( ) D2 + (55.023) K1 + (37.507) K2 + ( ) J2 J2 = Dummy Variabel jenis guna lahan (perumahan) D2 = Dummy Variabel status kepemilikan lahan (lahan yasan) K1 & K2 = Dummy Variabel kelas jalan (arteri primer dan arteri sekunder) Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan dari studi ini, maka dapat diberikan rekomendasi sebagai berikut: (1) Untuk arahan pengembangan Kota Samarinda selanjutnya, sebaiknya pemerintah secara perlahan-lahan memindahkan konsentrasi kegiatan kota yang terpusat di Kecamatan Samarinda Ilir ke wilayah kecamatan lain seperti Kecamatan Palaran agar aktifitas kegiatan kota bisa merata dan harga lahan pasaran di Kota Samarinda tidak timpang antara wilayah satu dengan wilayah lainnya, (2) Pemerataan aksesibilitas (ketersediaan angkutan umum) sebaiknya dilakukan di Kecamatan Palaran untuk Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli

10 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN DI KAWASAN KHUSUS KOTA BARU BERBASIS INDUSTRI DAN PUSAT KOTA SAMARINDA menarik aktifitas masyarakat dari Kecamatan Samarinda Ilir, (3) Dalam penentuan harga lahan pasaran, baik bagi pemerintah maupun masyarakat, sebaiknya memperhatikan beberapa variabel yang mempengaruhi harga lahan secara signifikan seperti pada pemodelan harga lahan yang telah terbentuk, (4) Sebagai dasar pertimbangan dalam penentuan NJOP bagi masyarakat, sebaiknya pihak Kantor PBB benar-benar menggunakan harga lahan yang sebenarnya dalam analisis penentuan NIR bukan harga lahan yang telah dimodifikasi Anonim Kecamatan Palaran Dalam Angka Tahun Samarinda: Badan Pusat Statistik Kota Samarinda Hines, WW. dan Montgomery, D.C Probabilita dan Statistik dalam Ilmu Rekayasa dan Manajemen. Edisi Kedua. Alih Bahasa: Rudiansyah. Jakarta: UI Press. Yunus, Hadi S Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta. Pustaka Pelajar SARAN Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan dari studi ini, maka dapat diberikan saran sebagai berikut: (1) Untuk instansi Kantor Pelayanan PBB Kota Samarinda, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam proses penetapan Nilai Indikasi Rata-rata untuk menentukan NJOP Kota Samarinda kedepannya, (2) Untuk Badan Pemerintah Kota Samarinda, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun arahan pengembangan Kota Samarinda, khususnya terkait rencana peruntukan guna lahan Kota Samarinda, (3) Untuk penelitian selanjutnya, karena penelitian ini menggunakan sampel dengan harga pasaran lahan di Kecamatan Samarinda Ilir dan Palaran Kota Samarinda, sehingga pemodelan yang dihasilkan tidak dapat digunakan pada wilayah lain, (4) Variabel tidak terukur (aspek psikologis berdasarkan persepsi masyarakat) seperti kenyamanan, keamanan,keindahan lingkungan tidak dibahas dalam penelitian ini, sehingga sebaiknya pada penelitian selanjutnya varianel tidak terukur tadi dapat dijadikan salah satu variabel yang diujikan untuk membentuk pemodelan harga pasaran lahan, (5) Pada penelitian ini, variabel jarak terhadap fasilitas umum (pendidikan dan kesehatan) tidak diujikan sebagai salah satu variabel dalam pemodelan. Sebaiknya dalam penelitiaselanjutnya,peneliti mempertimbangkan untuk memasukkan variabel jarak terhadap fasilitas umum (pendidikan dan kesehatan) dalam penelitiannya DAFTAR PUSTAKA Anonim RTRW Kota Samarinda Tahun Samarinda: Bapeko Kota Samarinda. Anonim Kecamatan Samarinda Ilir Dalam Angka Tahun Samarinda: Badan Pusat Statistik Kota Samarinda. 56 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2009

Critical Review Jurnal Analisa Lokasi dan Keruangan

Critical Review Jurnal Analisa Lokasi dan Keruangan i P a g e Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan critical review dengan lancar yang membahas studi kasus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Peta Lokasi Kota Probolinggo (Sumber : )

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Peta Lokasi Kota Probolinggo (Sumber :  ) BAB III METODOLOGI 3.1 Gambaran Umum Wilayah Studi Kota Probolinggo merupakan salah satu kota yang terletak di Propinsi Jawa Timur, dimana posisinya berada pada 7º 43 41-7º 49 04 Lintang Selatan dan 113º

Lebih terperinci

: 1.1 PETA KOTA SAMARINDA

: 1.1 PETA KOTA SAMARINDA Kota Samarinda merupakan ibukota Propinsi Kalimatan Timur dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Kertanegara. Luas wilayah Kota Samarinda adalah 718,00 km² dan terletak antara 117º03 00 Bujur Timur

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA Nomor 02 Tahun 2010 SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN SAMBUTAN, KECAMATAN SAMARINDA KOTA, KECAMATAN SUNGAI PINANG,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Karakteristik Nilai Tanah Dilihat Dari Variabel Penentu Nilai tanah Variabel yang diduga sebagai variabel penentu nilai tanah sangat beragam. Variabel - variabel

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU Parada Afkiki Eko Saputra 1 dan Yohannes Lulie 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Universitas Atma Jaya Yogyakarta Email: Paradaafkiki@gmail.com

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tempat wisata yang ada di Bogor, diantaranya yaitu kebun raya Bogor, taman wisata mekarsari, taman matahari, dan taman safari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden. Responden dari. data ini dianalisa. Data tersebut antara lain :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden. Responden dari. data ini dianalisa. Data tersebut antara lain : BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Rambah Kecamatan Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu pada tahun 2013. 3.2 Jenis dan Sumber Data 3.2.1 Data Primer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan adalah awal suatu cara untuk mengetahui suatu masalah dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di beberapa peternak plasma ayam broiler di Kota Depok. Penentuan lokasi penelitian dilakukan atas dasar pertimbangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup 39 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah 25 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah yang dipilih sebagai tempat penelitian mengenai Analisis Sistem Integrasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. untuk menjawab tujuan penelitian berdasarkan data yang diperoleh dan dianalisis.

METODE PENELITIAN. untuk menjawab tujuan penelitian berdasarkan data yang diperoleh dan dianalisis. 26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan cakupan makna yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian berdasarkan data yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada Kabupaten/Kota Provinsi Banten, waktu pengumpulan data akan dilakukan pada Januari 2017 sampai Februari 2017.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bangli, Kabupaten Karangasem, dan Kabupaten Buleleng.

BAB III METODE PENELITIAN. Bangli, Kabupaten Karangasem, dan Kabupaten Buleleng. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan lokasi penelitian wilayah Provinsi Bali yang merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia. Luas Provinsi

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1987 TENTANG PENETAPAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SAMARINDA, KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BALIKPAPAN, KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

III. METODE PENELITIAN. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Data Primer Data primer yang digunakan adalah data yang didapat langsung

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Model pendugaan nilai tanah di kawasan sekitar Jalur Lingkar Utara (JLU)

Lebih terperinci

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rezky Fatma Dewi Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan Fak. Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kabupaten ini disahkan menjadi kabupaten dalam Rapat Paripurna DPR

III. METODE PENELITIAN. Kabupaten ini disahkan menjadi kabupaten dalam Rapat Paripurna DPR 32 III. METODE PENELITIAN A. Profil Lokasi Penelitian Kabupaten ini disahkan menjadi kabupaten dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 29 Oktober 2008, sebagai pemekaran dari Kabupaten Tanggamus. Kabupaten ini

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di enam kelurahan di Kota Depok, yaitu Kelurahan Pondok Petir, Kelurahan Curug, Kelurahan Tapos, Kelurahan Beji, Kelurahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif Karakteristik Responden Pada bab ini akan membahas semua data yang dikumpulkan dari responden dalam penelitian, sehingga dapat diketahui bagaimana

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber data, yaitu :

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber data, yaitu : III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Salah satu yang mempengaruhi kualitas penelitian adalah kualitas data yang dikumpulkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dalam

Lebih terperinci

STATISTIKA TERAPAN Disertai Contoh Aplikasi dengan SPSS

STATISTIKA TERAPAN Disertai Contoh Aplikasi dengan SPSS STATISTIKA TERAPAN Disertai Contoh Aplikasi dengan SPSS Penulis: Dr. Bambang Suharjo, M.Si. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengguji hipotesis sehingga termasuk dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengguji hipotesis sehingga termasuk dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengguji hipotesis sehingga termasuk dalam metode eksplanasi ilmu, menyatakan hubungan satu variabel menyebabkan perubahan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dengan demikian penelitian ini di kategorikan sebagai explanatory research.

BAB III METODE PENELITIAN. Dengan demikian penelitian ini di kategorikan sebagai explanatory research. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan koesioner sebagai instrumen pengumpulan data. Dengan demikian

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Kerangka Pikir

Gambar 4.1 Kerangka Pikir 39 4. KERANGKA KONSEP 4.1. Kerangka Pikir LATAR BELAKANG Semakin besar jumlah penduduk semakin besar pula kebutuhan akan ketersediaan lahan; Terjadi perubahan penggunaan lahan untuk lahan terbangun seperti

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan (prediction).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode survey untuk mengetahui pengaruh antara citra merek, harga dan kualitas produk speedy

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas wilayah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada obyek wisata pemandian air panas alam CV Alam Sibayak yang berlokasi di Desa Semangat Gunung Berastagi, Kabupaten Karo Sumatera

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pulau Pasaran terletak di kota Bandar Lampung berada pada RT 09 dan RT 10

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pulau Pasaran terletak di kota Bandar Lampung berada pada RT 09 dan RT 10 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian Pulau Pasaran terletak di kota Bandar Lampung berada pada RT 09 dan RT 10 kelurahan Kota Karang dan Kecamatan Teluk Betung Timur. Pada Tahun

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai risiko produksi cabai merah ini dilakukan di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Lokasi

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Menurut Jogiyanto (2007:61) mengemukakan bahwa, obyek penelitian

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Menurut Jogiyanto (2007:61) mengemukakan bahwa, obyek penelitian BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Menurut Jogiyanto (2007:61) mengemukakan bahwa, obyek penelitian adalah sebagai berikut: suatu entitas yang akan diteliti. Obyek dapat berupa perusahaan,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Regresi Linier Uji hipotesis dalam penelitian ini digunakan regresi linier berganda. Hasil analisis regresi linier berganda dapat dideskripsikan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Design Penelitian Jenis atau design penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory study yaitu bahwa peneliti berusaha untuk menjelasan mengenai hubungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berbatasan dengan Laut Jawa, Selatan dengan Samudra Indonesia, Timur dengan

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berbatasan dengan Laut Jawa, Selatan dengan Samudra Indonesia, Timur dengan BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sampel Provinsi Jawa Timur mempunyai 229 pulau dengan luas wilayah daratan sebesar 47.130,15 Km2 dan lautan seluas 110.764,28 Km2. Wilayah ini membentang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah 25 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah yang dipilih sebagai tempat penelitian mengenai Analisis Usahatani Kelapa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Obyek penelitian ini adalah pemeriksa BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Obyek penelitian ini adalah pemeriksa BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung. III. METODE PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah pemeriksa BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung. Jumlah pemeriksa sebanyak 57 orang yang secara keseluruhan akan dijadikan obyek dalam

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH PEMBANGUNAN HOTEL IMPERIUM ASTON TERHADAP PERUBAHAN HARGA LAHAN DI PUSAT KOTA PURWOKERTO

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH PEMBANGUNAN HOTEL IMPERIUM ASTON TERHADAP PERUBAHAN HARGA LAHAN DI PUSAT KOTA PURWOKERTO UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH PEMBANGUNAN HOTEL IMPERIUM ASTON TERHADAP PERUBAHAN HARGA LAHAN DI PUSAT KOTA PURWOKERTO TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Oleh:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengantisipasi masalah dalam bidang bisnis (sugiyono, 2008 : 5).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengantisipasi masalah dalam bidang bisnis (sugiyono, 2008 : 5). BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode Penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan sehingga

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 57 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian memakai pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode kuantitatif pula yaitu dengan analisis regresi. Karena objek yang diukur adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. IV METODE PENELITIAN 4. 1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis melakukan penelitian tentang Citra merek (Brand Image) pada merek

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis melakukan penelitian tentang Citra merek (Brand Image) pada merek BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Objek Penelitian Penulis melakukan penelitian tentang Citra merek (Brand Image) pada merek perusahaan yang bergerak dalam bidang Industri Sepatu (BATA). Perusahaan tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN NILAI TANAH DI AREA LERENG GUNUNG KELUD PASCA ERUPSI 2014 (Studi Kasus: Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri)

ANALISIS PERUBAHAN NILAI TANAH DI AREA LERENG GUNUNG KELUD PASCA ERUPSI 2014 (Studi Kasus: Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri) ANALISIS PERUBAHAN NILAI TANAH DI AREA LERENG GUNUNG KELUD PASCA ERUPSI 2014 Udiana Wahyu Deviantari 1, Yanto Budisusanto 2, Mohammad Ibnu Aqil 3 1,2,3 Institut Teknologi Sepuluh Nopember Departemen Teknik

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur,

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur, IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur, Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi merupakan keseluruhan dari obyek yang diteliti. Populasi yang

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi merupakan keseluruhan dari obyek yang diteliti. Populasi yang 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Populasi merupakan keseluruhan dari obyek yang diteliti. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan eceran yang terdaftar di Bursa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bagian ini akan menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran studi, ruang lingkup, metode studi, manfaat studi, serta sistematika penulisan yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian asosiatif, yaitu jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian asosiatif, yaitu jenis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian asosiatif, yaitu jenis penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan antara suatu variabel dengan variabel

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara umum pengertian objek penelitian yaitu inti permasalahan yang dijadikan

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara umum pengertian objek penelitian yaitu inti permasalahan yang dijadikan BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Secara umum pengertian objek penelitian yaitu inti permasalahan yang dijadikan topik penulisan dalam rangka penyusunan laporan dari suatu penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan utama ekspor.

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan utama ekspor. digilib.uns.ac.id 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan suatu kajian masalah terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengambil objek di seluruh provinsi di Indonesia, yang berjumlah 33 provinsi

BAB III METODE PENELITIAN. mengambil objek di seluruh provinsi di Indonesia, yang berjumlah 33 provinsi BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis mengambil objek di seluruh provinsi di Indonesia, yang berjumlah 33 provinsi di 5 pulau

Lebih terperinci

Teknik Analisis Data dengan Statistik Parametrik

Teknik Analisis Data dengan Statistik Parametrik Teknik Analisis Data dengan Statistik Parametrik Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Membedakan teknik analisis data Statistik Parametrik dan Statistik Non Parametrik.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari badan pusat statistik (BPS) kabupaten Lampung Tengah. B. Batasan Variabel

Lebih terperinci

3. METODE. Kerangka Pemikiran

3. METODE. Kerangka Pemikiran 25 3. METODE 3.1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu serta mengacu kepada latar belakang penelitian, rumusan masalah, dan tujuan penelitian maka dapat dibuat suatu bentuk kerangka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibandingkan dengan produksi sub-sektor perikanan tangkap.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibandingkan dengan produksi sub-sektor perikanan tangkap. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian dalam menyusun penelitian ini adalah pada 29 kabupaten dan 9 kota di Provinsi Jawa Timur, dengan pertimbangan bahwa Provinsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan kuantitatif adalah suatu penelitian yang menekankan analisisnya pada

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan kuantitatif adalah suatu penelitian yang menekankan analisisnya pada 46 III. METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian dan Sumber Data Pendekatan kuantitatif adalah suatu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data angka yang diolah dengan metode statistika tertentu

Lebih terperinci

STATISTIKA 2 IT

STATISTIKA 2 IT STATISTIKA 2 IT-021259 UMMU KALSUM UNIVERSITAS GUNADARMA 2016 Regresi & Korelasi Linier Regresi? Korelasi? 1. Regresi Linier Sederhana Model regresi adalah persamaan matematik yang memungkinkan dalam peramalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 2002). Penelitian ini dilakukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

BAB III METODE PENELITIAN. 2002). Penelitian ini dilakukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III DESAIN RISET III.1 Pendekatan Studi

BAB III DESAIN RISET III.1 Pendekatan Studi BAB III DESAIN RISET Dalam bab ini akan dibahas metodologi penelitian yang digunakan, unit analisis yang digunakan, data yang mendukung penelitian, pengumpulan data, lokasi penelitian, pemilihan sampel,

Lebih terperinci

dimana: n1= jumlah sampel dalam tiap kecamatan

dimana: n1= jumlah sampel dalam tiap kecamatan IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Kota Bogor merupakan kota

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Penjual Lahan yang Melakukan Transaksi Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Penjual Lahan yang Melakukan Transaksi Lahan VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6. 1 Latar Belakang Penjual Lahan yang Melakukan Transaksi Lahan 6. 1. 1 Jenis Kelamin Responden berdasarkan jenis kelamin lebih didominasi oleh laki-laki sebanyak 25 orang (62,5

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dalam lingkup wilayah Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian, lokasi dan waktu penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang menggabungkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang 64 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Yang menjadi objek Pada penulisan skripsi ini, adalah Analisis Modal

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Yang menjadi objek Pada penulisan skripsi ini, adalah Analisis Modal BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek penelitian Yang menjadi objek Pada penulisan skripsi ini, adalah Analisis Modal Kerja Pengaruhnya Terhadap Tingkat Rentabilitas Ekonomi Pada PT. ABADI MUKTI

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH 56 Intan Alkamalia 1, Mawardati 2, dan Setia Budi 2 email: kamallia91@gmail.com ABSTRAK Perkebunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. September). Data yang dikumpulkan berupa data jasa pelayanan pelabuhan, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. September). Data yang dikumpulkan berupa data jasa pelayanan pelabuhan, yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data sekunder dengan jenis data bulanan mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2011 (bulan September).

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan variabel-variabel untuk melakukan analisis data.

BAB III METODA PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan variabel-variabel untuk melakukan analisis data. BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Operasionalisasi Variabel Dalam penelitian ini digunakan variabel-variabel untuk melakukan analisis data. Variabel tersebut terdiri dari variabel terikat (dependent variable)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mendapatkan bukti sebab akibat antara variabel-variabel penelitian yang terdiri atas

III. METODE PENELITIAN. mendapatkan bukti sebab akibat antara variabel-variabel penelitian yang terdiri atas III. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini mengunakan rancangan penelitian kausal karena bertujuan untuk mendapatkan bukti sebab akibat antara variabel-variabel penelitian yang terdiri

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Insentif dan Disinsentif Pada Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai Instrumen Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian di Sidoarjo

Penentuan Nilai Insentif dan Disinsentif Pada Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai Instrumen Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian di Sidoarjo JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (26) 2337-352 (23-928X Print) F-47 Penentuan Nilai Insentif dan Disinsentif Pada Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai Instrumen Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Diresmikannya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonom pada tanggal 17 Oktober 2001 mengandung konsekuensi adanya tuntutan peningkatan pelayanan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2009 sampai bulan November 2009. Lokasi penelitian adalah wilayah administrasi Kota Jakarta Timur.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. berkenaan dengan studi ketergantungan dari suatu varibel yaitu variabel tak bebas (dependent

BAB 2 LANDASAN TEORI. berkenaan dengan studi ketergantungan dari suatu varibel yaitu variabel tak bebas (dependent BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut Galton, analisis regresi berkenaan dengan studi ketergantungan dari suatu varibel yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun jenis data yang digunakan dalam uraian ini adalah sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun jenis data yang digunakan dalam uraian ini adalah sebagai berikut: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Adapun jenis data yang digunakan dalam uraian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian Kuantitatif Merupakan data yang berbentuk angka atau

Lebih terperinci

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN DI KAWASAN PERUMAHAN BENGKURING SAMARINDA

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN DI KAWASAN PERUMAHAN BENGKURING SAMARINDA ejournal Teknik Sipil, 2016, 1 (1): 1-14 ISSN 0000-0000, ejournal.untag-smd.ac.id Copyright 2016 MODEL BANGKITAN PERGERAKAN DI KAWASAN PERUMAHAN BENGKURING SAMARINDA Nugroho Dwi Puspito Abstrak Nugroho

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data).

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data). 31 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data). 3.2 Metode Analisis Data 3.2.1 Analisis Weighted

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Lokasi penelitian dilakukan di sekitar Bogor, bagi pemilik dan pengendara mobil pribadi. Lokasi yang aksidental berada di sekitar kampus IPB, Indraprasta

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN A. 28 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif analitis. Menurut Surakhmad (2004) metode deskriptif analitik merupakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menguji hipotesa penelitian. Bab ini mengungkap desain metode penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. menguji hipotesa penelitian. Bab ini mengungkap desain metode penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilaksanakan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesa penelitian.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan yang tidak dipublikasikan. Data penelitian bersumber dari laporan keuangan

III. METODE PENELITIAN. dan yang tidak dipublikasikan. Data penelitian bersumber dari laporan keuangan 53 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang akan diteliti adalah data sekunder, berupa catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Belitung Timur Propinsi Bangka

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Belitung Timur Propinsi Bangka IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Belitung Timur Propinsi Bangka Belitung yang terdiri dari 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Gantung, Kecamatan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. usahaternak domba bagi hasil. Adapun yang menjadi subjek dari penelitian ini

III METODE PENELITIAN. usahaternak domba bagi hasil. Adapun yang menjadi subjek dari penelitian ini III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usahaternak domba sistem mandiri dan usahaternak domba bagi hasil. Adapun yang menjadi subjek dari penelitian ini adalah para peternak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup manusia karena lahan merupakan input penting yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup manusia karena lahan merupakan input penting yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sumberdaya Lahan Lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena lahan merupakan input penting yang diperlukan untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Persamaan Regresi Linear Analisis regresi merupakan suatu model matematis yang dapat digunakan untuk mengetahui pola hubungan antara dua atau lebih variabel. Analisis regresi

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMENGARUHI HARGA LAHAN DI DESA SINDUADI, MLATI, SLEMAN. Lilis Suryani Sudrajat

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMENGARUHI HARGA LAHAN DI DESA SINDUADI, MLATI, SLEMAN. Lilis Suryani Sudrajat VARIABEL-VARIABEL YANG MEMENGARUHI HARGA LAHAN DI DESA SINDUADI, MLATI, SLEMAN Lilis Suryani lilis.suryani@mail.ugm.ac.id Sudrajat sdrajat@ugm.ac.id Abstract Sinduadi village is located next to Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk di dalamnya sektor pariwisata. Pembangunan bidang pariwisata

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah. Kabupaten Tulang Bawang yang beralamat di Jalan Cemara Kompleks

Penelitian ini dilakukan di Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah. Kabupaten Tulang Bawang yang beralamat di Jalan Cemara Kompleks BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tulang Bawang yang beralamat di Jalan Cemara Kompleks Perkantoran

Lebih terperinci

BAB. III METODOLOGI PENELITIAN

BAB. III METODOLOGI PENELITIAN BAB. III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu data yang diukur dengan data rasio berdasarkan data time series. Data tersebut diperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Salah satu komponen dari penelitian adalah menggunakan metode yang

BAB III METODE PENELITIAN. Salah satu komponen dari penelitian adalah menggunakan metode yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Salah satu komponen dari penelitian adalah menggunakan metode yang ilmiah, agar metode yang ilmiah ini dapat dilaksanakan dengan relatif lebih mudah dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2010, dan Untuk mendapatkan beberapa informasi dan sumber data yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2010, dan Untuk mendapatkan beberapa informasi dan sumber data yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Untuk mendapatkan beberapa informasi dan sumber data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis menggunakan data dari perusahaan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Klasifikasi dan Sebaran Land Use/Land Cover Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Klasifikasi dan Sebaran Land Use/Land Cover Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pola Sebaran Penggunaan/Penutupan Lahan dan Perubahan Luasannya di Kota Bogor Kota Bogor memiliki luas kurang lebih 11.267 Ha dan memiliki enam kecamatan, yaitu Kecamatan Bogor

Lebih terperinci