ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK Oleh: Medyuni Ruswan A PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

2 RINGKASAN MEDYUNI RUSWAN. Analisis Pengaruh Elemen Lanskap terhadap Kualitas Estetika Lanskap Kota Depok (Dibawah bimbingan ANDI GUNAWAN dan AKHMAD ARIFIN HADI). Pembangunan kota dalam perkembangannya selalu mengalami perubahan fisik, sosial, maupun ekonomi. Pembangunan fisik suatu kota diharapkan mampu mendukung aktivitas dan dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat berkaitan dengan kompleksitas, keanekaragaman, serta keaktifan yang dimiliki oleh suatu kota (Branch, 1995). Pembangunan kota yang cenderung tidak mempertimbangkan aspek lingkungan akan berdampak buruk terhadap kenyamanan, kesehatan masyarakat maupun segi kualitas estetika lanskap kota. Elemen lanskap sebagai pembentuk lanskap kota, dapat mempengaruhi kualitas estetika kota. Salah satu upaya perbaikan kualitas estetika lanskap kota adalah mengevaluasi elemen dasar pembentuk lanskap kota berdasarkan pemahaman persepsi masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, telah dilakukan penelitian mengenai pendugaan kualitas estetika berdasarkan metode SBE (Scenic Beauty Estimation) yang dikemukakan oleh Daniel dan Boster (1976). Agar evaluasi kualitas estetika lanskap kota dapat dilakukan dengan mudah dalam waktu yang relatif singkat, perlu diketahui elemen-elemen lanskap apa saja yang berpengaruh dan dapat digunakan untuk menduga kualitas estetika lanskap kota. Untuk itu diperlukan analisis terhadap pengaruh elemen-elemen lanskap terhadap kualitas estetikanya. Tahap awal dari penelitian ini adalah menduga kualitas estetika lanskap kota dengan menggunakan metode Scenic Beauty Estimation (SBE). Metode ini diawali dengan tahap pemotretan pada setiap vantage point (lanskap) yang cukup mewakili karakter masing-masing lanskap. Foto hasil pemotretan tersebut kemudian dipresentasikan dan dinilai oleh 36 responden yaitu mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, IPB. Responden melihat dan menilai foto yang ditampilkan, lalu mengisi kuisioner dengan memberi skor 1 hingga 10. Skor 1 adalah lanskap yang paling tidak disukai, sedangkan skor 10 adalah lanskap yang paling disukai. Hasil kuisioner tersebut kemudian diolah untuk memperoleh nilai SBE setiap vantage point. Selanjutnya, dengan menggunakan sebaran normal,

3 seluruh nilai SBE tersebut dikelompokkan ke dalam lanskap dengan kualitas estetika rendah, sedang, dan tinggi. Pengelompokan bertujuan mengetahui karakteristik lanskap berdasarkan kualitas estetikanya. Setelah dilakukan tahap evaluasi SBE, dilakukan tahap analisis korelasi dan analisis regresi berganda. Kedua analisis tersebut digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan elemen lanskap dengan kualitas estetika (SBE), serta elemen lanskap apa saja yang dapat digunakan untuk memprediksi kualitas estetika suatu lanskap kota. Berdasarkan hasil evaluasi, nilai SBE untuk setiap lanskap perkotaan berkisar 142 hingga 135, dimana nilai SBE < -47 adalah lanskap dengan kualitas estetika rendah, nilai SBE antara -47 sampai 53 adalah kualitas sedang, dan nilai SBE > 53 adalah kualitas estetika tinggi. Nilai SBE untuk kawasan lanskap kota cukup beragam. Hal ini karena lanskap kota mempunyai karakteristik lanskap yang berbeda. Tipe lanskap yang umum dijumpai dalam kawasan perkotaan antara lain adalah kawasan perdagangan atau Central Business Distric (CBD), kawasan perkantoran, kawasan pemukiman dan perumahan, kawasan rekreasi, ruang terbuka hijau, jalan raya, serta kawasan tepi sungai. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui, bahwa elemen vegetasi, elemen bangunan dan elemen air adalah elemen dasar pembentuk lanskap yang dapat mempengaruhi kualitas estetika lanskap kota. Lanskap yang memiliki kerapihan elemen vegetasi, elemen bangunan serta elemen air yang baik dan lingkungan sekitar yang bersih dari sampah, dapat meningkatkan kualitas estetika. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa elemen bangunan memiliki korelasi yang cukup substansial dan berbanding terbalik terhadap nilai SBE, artinya semakin tinggi elemen bangunan, maka semakin rendah nilai SBE. Elemen air menunjukkan korelasi yang cukup substansial dan sejajar terhadap SBE, artinya semakin tinggi elemen air semakin tinggi SBE. Elemen vegetasi memiliki korelasi yang rendah terhadap SBE, artinya peningkatan elemen vegetasi tidak selalu diikuti oleh peningkatan SBE. Faktor kerapihan dan kebersihan memiliki korelasi yang cukup tinggi terhadap nilai SBE, artinya peningkatan kerapihan dan kebersihan akan meningkatkan kualitas estetika. Elemen lanskap yang tidak memiliki korelasi yang nyata terhadap SBE adalah elemen perkerasan, artinya elemen perkerasan tidak mempengaruhi perubahan nilai SBE.

4 Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa, persentase elemen vegetasi, elemen perkerasan, dan elemen air dapat dijadikan sebagai variabel penduga yang dapat memprediksi kualitas estetika lanskap kota (SBE). Persamaan regresi yang diperoleh adalah Y = X X X 3, dengan R 2 = 0.182, dimana Y = Nilai SBE, X 1 = Persentase elemen vegetasi, X 2 = Persentase elemen perkerasan, dan X 3 = Persentase elemen air, serta R 2 adalah nilai koefisien determinasi. Kenaikan seluruh variabel penduga, akan meningkatkan nilai SBE karena seluruh koefisien regresi bernilai positif. Berdasarkan tingkat kerapihan dan kebersihan, diperoleh tiga jenis persamaan pendugaan kualitas estetitka. Lanskap dengan kerapihan dan kebersihan rendah adalah Y 1 = X 1 dengan R 2 = 0.316, dimana Y 1 = Nilai SBE dan X 1 = Persentase elemen vegetasi. Lanskap dengan kerapihan dan kebersihan sedang adalah Y 2 = X 1 dengan R 2 = 0.077, dimana Y 2 = Nilai SBE dan X 1 = Persentase elemen vegetasi. Lanskap dengan kerapihan dan kebersihan tinggi adalah Y 3 = X 2 dengan R 2 =0.347, dimana Y 3 = Nilai SBE dan X 2 = Persentase elemen perkerasan.

5 ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Insitut Pertanian Bogor Oleh : Medyuni Ruswan A PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

6 Judul Nama NRP Program Studi : Analisis Pengaruh Elemen Lanskap terhadap Kualitas Estetika Lanskap Kota Depok : Medyuni Ruswan : A : Arsitektur Lanskap Menyetujui Dosen Pembimbing Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Sc Akhmad Arifin Hadi, SP NIP NIP Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP Tanggal lulus :

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Kobe, Jepang pada tanggal 14 Juni Penulis merupakan putri tunggal dari Bapak Lemana Ruswan dan Ibu Sularti Ruswan. Penulis menyelesaikan pendidikan formal di Kota Kobe, Jepang kurang lebih selama 12 tahun. Tahun 1990 penulis lulus dari TK Maiko. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SD Kozukayama hingga lulus pada tahun Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama di SMP Tamon Higashi kurang lebih satu bulan. Pada tahun 1995 penulis kembali ke Jakarta dan meneruskan pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP PUTRA I Jakarta Timur hingga lulus tahun Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah umum di SMU Negeri 61 Jakarta hingga lulus Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswi Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur UMPTN. Selama menjadi mahasiswa, penulis tergabung sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) dan mengikuti International Student Planning and Design Competition Riau Equatorial Park pada tahun 2005/2006.

8 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, bahwasanya atas rahmat-nya penulisan skripsi dengan judul Analisis Pengaruh Elemen Lanskap terhadap Kualitas Estetika Lanskap Kota Depok ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berisi hasil seluruh kegiatan penelitian yang dilaksanakan selama bulan Februari hingga Juli 2006, berlokasi di Kecamatan Beji, Kota Depok. Selama penulisan skripsi, penulis telah benyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Papa dan mama tesayang atas segala doa, kasih sayang, dukungan, bantuan moril maupun materiil, serta kepercayaan yang telah diberikan selama ini. 2. Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Sc dan Akhmad Arifin Hadi, SP selaku dosen pembimbing skripsi pertama dan kedua, atas bimbingan, bantuan, nasehat yang berharga, serta dorongan yang luar biasa selama proses penulisan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Aris Munandar, MS selaku dosen penguji atas kritik dan sarannya. 4. Julina atas foto-fotonya dan telah mengizinkan saya untuk memakainya dalam penelitian ini. 5. Semua pihak yang tidak disebukan namun turut membantu selama proses penulisan skripsi ini. Penulis mohon maaf atas keterbatasan serta kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penulisan ini di masa yang akan datang. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Bogor, Juli 2006 Penulis

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Manfaat... 2 TINJAUAN PUSTAKA Kualitas Estetika Lanskap Kota... 3 Elemen Lanskap... 4 Kerapihan dan Kebersihan... 7 Scenic Beauty Estimation... 8 Model Statistik... 8 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Estetika Lanskap Kota Pengaruh Elemen Lanskap terhadap Nilai SBE Elemen Vegetasi Elemen Bangunan Elemen Perkerasan Elemen Air Hubungan Elemen Vegetasi dengan Kualitas Estetika Hubungan Elemen Bangunan dengan Kualitas Estetika Hubungan Elemen Perkerasan dengan Kualitas Estetika Hubungan Elemen Air dengan Kualitas Estetika Analisis Regresi Elemen Lanskap terhadap Nilai SBE Pengaruh Kerapihan dan Kebersihan terhadap Nilai SBE Hubungan Kerapihan dan Kebersihan dengan Kualitas Estetika Aplikasi dalam Evaluasi Kualitas Estetika Lanskap Kota KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix x xi

10 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Klasifikasi Nilai Kerapihan dan Kebersihan Lanskap berdasarkan Kualitas Estetika Hasil Analisis Regresi Berganda Signifikansi Koefisien Regresi Hasil Penilaian Kerapihan dan Kebersihan Data Hasil Perhitungan... 53

11 Nomor DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka Analisis Pengaruh Elemen Lanskap terhadap Kuliatas Estetika Lanskap Kota Depok Nilai SBE Tiap Lanskap Lanskap dengan Kualitas Pemandangan Tertinggi (Lanskap 4) Lanskap dengan Kualitas Estetika Sedang (Lanskap 66) Lanskap dengan Kualitas Estetika Terendah (Lanskap 27) Rata-rata Persentase Elemen Lanksap berdasarkan Kualitas Estetika Frekuensi Kisaran Persentase Elemen Vegetasi Contoh Lanskap berdasarkan Kisaran Persentase Elemen Vegetasi Frekuensi Kisaran Persentase Elemen Bangunan Contoh Lanskap berdasarkan Kisaran Persentase Elemen Bangunan Frekuensi Kisaran Persentase Elemen Perkerasan Contoh Lanskap berdasarkan Kisaran Persentase Elemen Perkerasan Frekuensi Kisaran Persentase Elemen Air Contoh Lanskap berdasarkan Kisaran Persentase Elemen Air Hubungan Elemen Vegetasi dengan Nilai SBE Hubungan Elemen Bangunan dengan Nilai SBE Hubungan Elemen Perkerasan dengan Nilai SBE Hubungan Elemen Air dengan Nilai SBE Contoh Lanskap yang Tercemar oleh Sampah Hubungan Kerapihan dan Kebersihan dengan Nilai SBE Foto Eksisting Lanskap Pemukiman Hasil Digitasi AutoCAD... 52

12 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Foto Hasil Pemotretan Format Kuisioner Contoh Perhitungan Nilai SBE Sebaran Normal Nilai SBE Persentase Elemen Lanskap Hasil digitasi AutoCAD dan Nilai SBE Data Korelasi Pearson Elemen Lanskap dengan Nilai SBE Data Hasil Analisis Regresi Data Hasil Analisis Regresi berdasarkan Kerapihan dan Kebersihan Rendah Data Hasil Analisis Regresi berdasarkan Kerapihan dan Kebersihan Sedang Data Hasil Analisis Regresi berdasarkan Kerapihan dan Kebersihan Tinggi Hasil Aplikasi Pendugaan SBE... 83

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kota dalam perkembangannya selalu mengalami perubahan fisik, sosial, maupun ekonomi. Pembangunan fisik suatu kota diharapkan mampu mendukung aktivitas dan dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat berkaitan dengan kompleksitas, keanekaragaman, serta keaktifan yang dimiliki oleh suatu kota (Branch, 1995). Semakin meningkatnya jumlah penduduk, ruang publik sebagai ruang beraktifitas masyarakat perkotaan seperti ruang terbuka hijau semakin menyempit akibat pertumbuhan pemukiman dan berbagai peruntukan lainnya. Ruang publik berfungsi memberikan nilai tambah bagi lingkungan, misalnya terhadap pengendalian pencemaran udara, pengendalian iklim mikro, serta kualitas estetika kota. Pembangunan kota yang cenderung tidak mempertimbangkan aspek lingkungan akan berdampak buruk terhadap kenyamanan, kesehatan masyarakat maupun segi kualitas estetika lanskap kota. Agar tercipta keadaan lingkungan perkotaan yang nyaman, estetik dan proporsional, diperlukan suatu upaya perbaikan dan pelestarian lingkungan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah perbaikan terhadap kualitas estetika lanskap kota dengan mengevaluasi elemen dasar lanskap kota berdasarkan pemahaman persepsi manusia. Elemen dasar lanskap sebagai pembentuk lanskap kota, dapat mempengaruhi kualitas estetika lanskap kota. Lanskap kota yang didominasi oleh elemen vegetasi cenderung lebih disukai masyarakat dan dianggap indah, sedangkan lanskap yang didominasi oleh elemen bangunan cenderung kurang disukai dan dianggap kurang indah (Meliawati, 2003). Evaluasi terhadap kualitas estetika telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menggunakan metode SBE (Scenic Beauty Estimation) yang dikemukakan oleh Daniel dan Boster (1976). Metode ini menilai hasil preferensi responden terhadap lanskap dengan menggunakan kuisioner. Semakin pesatnya perkembangan teknologi, kemudahan memperoleh informasi semakin dibutuhkan pula. Agar evaluasi kualitas estetika lanskap kota dapat dilakukan dengan mudah dalam waktu yang relatif singkat, perlu mengetahui elemen-elemen lanskap apa saja yang dapat mempengaruhi kualitas

14 estetika lanskap kota. Untuk itu perlu dilakukan analisis terhadap pengaruh elemen-elemen lanskap yang ada pada suatu lanskap tersebut terhadap kualitas estetikanya. Berdasarkan hasil analisa dapat diketahui elemen-elemen dasar lanskap apa saja yang mempengaruhi kualitas estetika, serta elemen lanskap apa saja yang dapat menjadi variabel penduga yang dapat memprediksi kualitas estetika lanskap kota. Hasil analisa ini diharapkan dapat mempermudah penelitian selanjutnya baik dalam segi efisiensi waktu maupun tenaga, karena tidak perlu lagi melakukan evaluasi terhadap penilaian responden melalui kuisioner. Tujuan Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh elemen-elemen dasar lanskap terhadap kualitas estetika lanskap Kota Depok. Manfaat Dapat dijadikan sebagai salah satu alat bantu dalam evaluasi kualitas estetika lanskap kota bagi perencana maupun perancang tata kota dalam upaya perbaikan lingkungan kota.

15 TINJAUAN PUSTAKA Kualitas Estetika Lanskap Kota Estetika secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu pengetahuan tentang keindahan atau pembelajaran keselarasan terhadap alam atau seni (Daniel, 2001). Estetika juga dapat diartikan sebagai suatu hubungan harmonis yang jelas dari berbagai bagian dari suatu hal yang kita lihat atau alami (Simonds, 1983). Estetika berkaitan erat dengan penilaian secara visual, karena penilaian suatu obyek melalui penampakan visual sangat mudah ditangkap oleh indera manusia. Kualitas visual estetik merupakan hasil pertemuan antara unsur fisik lanskap dan proses psikologis (perseptual, kognitif, dan emosional) dari pengamat (Daniel, 2001). Kualitas estetika sangat berperan dalam membentuk karakter dan identitas suatu tempat. Menurut Nasar (1988), kualitas estetika suatu lanskap dapat ditentukan oleh dua macam penilaian estetika, yaitu formal dan simbolik. Estetika formal menilai suatu obyek berdasarkan bentuk, ukuran, warna, kompleksitas, dan keseimbangan suatu obyek. Sedangkan estetika simbolik menilai suatu obyek berdasarkan pada makna konotatif dari obyek tersebut setelah dialami oleh pengamat. Menurut Branch (1995), suatu kawasan disebut kota jika telah memiliki keaktifan, keanekaragaman, dan kompleksitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan lainnya. Dengan demikian pembangunan kawasan perkotaan cenderung terfokus pada pemenuhan kepentingan hidup manusia. Kawasan perkotaan merupakan bentuk lanskap buatan manusia akibat aktifitas manusia mengelola kepentingan hidup manusianya (Simonds, 1983). Hal ini dapat dilihat dari adanya pembangunan kawasan perdagangan (Central Business Distric, CBD), perkantoran, pemukiman serta fasilitas rekreasi. Pembangunan yang diimbangi dengan penataan lingkungan yang estetis, akan dapat memperindah kawasan perkotaan sekaligus membentuk kota yang bersih dan sehat. Unsur fisik yang mendukung kualitas estetika kota diantaranya kebersihan kota, bangunan, ruang terbuka, vegetasi dan perancangan perkotaan (Branch, 1985). Kualitas estetika lanskap kota juga dipengaruhi oleh elemen-elemen dasar

16 pembentuk lanskap. Suatu kawasan lanskap kota dikatakan memiliki kualitas estetika tinggi, jika elemen pembentuk lanskap kota berkualitas baik pula. Kawasan yang didominasi oleh elemen vegetasi, elemen air, dan sedikit elemen bangunan lebih disukai, sehingga memiliki kualitas estetika yang cukup tinggi (Meliawati, 2003). Elemen Lanskap Elemen lanskap sebagai pembentuk lanskap kota memiliki peranan yang cukup besar dalam pembentukan kualitas estetika. Elemen lanskap meliputi segala bentuk tanaman atau vegetasi, segala sesuatu di atas permukaan tanah maupun air, serta konstruksi baik bangunan maupun elemen taman (Eckbo, 1964). Elemen dasar lanskap menurut Booth (1983) adalah landform, vegetasi, bangunan, perkerasan, site structure, dan air. Elemen tersebut adalah komponen fisik dasar pembentuk lanskap dan merupakan media yang digunakan oleh para arsitek lanskap dalam membentuk suatu ruang. Setiap elemen memiliki karakter yang berbeda-beda namun dengan keunikan yang dimilikinya, saling mengisi dan mempengaruhi satu sama lain membentuk suatu lanskap yang estetis. Melalui seni ilmu merancang, merencana, serta mengelola dalam arsitektur lanskap, akan tercipta lanskap kota yang secara estetika indah, secara fungsional berguna dan secara ekologi tercipta lingkungan yang berkelanjutan. Penggunaan elemen lanskap sangat penting dalam membentuk pemandangan keseluruhan yang estetik (Booth, 1983). Oleh karena itu penggunaan elemen lanskap harus dipertimbangkan agar sesuai dengan fungsi dan estetika yang diinginkan. Berdasarkan penelitian Meliawati (2003), elemen lanskap yang paling dominan terhadap kualitas estetika lanskap kota adalah vegetasi, bangunan, perkerasan, air dan langit. Proporsi tertentu dari masingmasing elemen akan memberi penilaian terhadap kualitas estetika lanskap kota yang berbeda pula. Elemen Vegetasi Vegetasi merupakan salah satu elemen fisik tapak yang penting dalam disain dan pengelolaan lingkungan. Menurut Booth (1983), vegetasi memiliki tiga

17 fungsi utama yaitu fungsi struktural, fungsi lingkungan dan fungsi visual. Vegetasi sebagai elemen struktural dapat berperan sebagai pembentuk dan pengatur ruang, mempengaruhi pemandangan, dan mempengaruhi arah pergerakan. Vegetasi sebagai fungsi lingkungan dapat berperan sebagai pembersih udara, penjaga kelembaban tanah, pencegah erosi, pengatur suhu, dan sebagai habitat satwa. Vegetasi sebagai elemen visual dapat berperan sebagai focal point dan penghubung visual terhadap karakter vegetasi berupa ukuran, bentuk, warna dan tekstur. Menurut Laurie (1984) karakter vegetasi dapat dilihat dari bunga, daun, bentuk keseluruhan tanaman serta variasi berdasarkan musim. Elemen vegetasi yang biasa digunakan dalam lanskap perkotaan adalah pohon, semak, dan tanaman penutup tanah. Pengaruh elemen vegetasi terhadap kualitas estetika cukup besar. Hal ini sesuai dengan penelitian Rahmawati (2002), Laila (2003), Meliawati (2003), dan Afrianita (2005) bahwa, lanskap dengan kualitas estetika tinggi didominasi oleh elemen vegetasi dengan penataan yang baik. Lestari (2005) dan Laila (2003) mengatakan bahwa, selain proporsi elemen vegetasi, bentuk pohon dan tinggi pohon juga mempengaruhi kualitas estetika lanskap. Bentuk pohon dengan skala horizontal dan tinggi lebih disukai karena memberi kesan sejuk pada area yang cukup luas. Maharta (2004) menambahkan, semakin beragam kompoisi vegetasi berupa tegakan pohon, semak daun maupun semak berbunga dan ground cover dapat meningkatkan kualitas estetika lanskap. Elemen Bangunan Pada lanskap perkotaan elemen bangunan seringkali lebih dominan dibandingkan dengan elemen tanaman. Elemen bangunan memiliki peranan penting dalam membentuk karakter suatu ruang. Kehadiran bangunan dalam suatu lanskap baik secara individu maupun berkelompok (cluster) dapat mempengaruhi pemandangan, membentuk ruang terbuka, memodifikasi iklim mikro, dan menambah nilai fungsional tapak (Booth, 1983). Kualitas estetika visual suatu bangunan juga dapat mempengaruhi nilai keindahan suatu lanskap kota. Pemukiman kumuh di perkotaan memiliki nilai keindahan visual yang rendah

18 (Siregar, 2004). Bangunan yang memiliki nilai keindahan tinggi adalah bangunan dengan arsitektur menarik baik dari segi warna, tekstur, maupun struktur. Bangunan akan bernilai estetik bilamana ditata seimbang dengan vegetasi (Eckbo, 1964). Penampilan fisik bangunan dapat mempengaruhi persepsi masyarakat, seperti halnya dalam bentuk, ukuran, serta warna. Konfigurasi perumahan masih cukup disukai oleh masyarakat, namun bangunan pertokoan dan pemukiman liar dianggap kurang indah dan kurang nyaman karena cenderung mendominasi dan terlalu padat (Gunawan dan Yoshida, 1994). Elemen Perkerasan Elemen perkerasan yang dimaksud adalah jalan, jalur pedestrian, area parkir, plaza, dan sebagainya. Perkerasan dibangun untuk mendukung sirkulasi manusia. Jenis bahan perkerasan memberikan kesan keanekaragaman yang cukup berfungsi, akan tetapi keanekaragaman tersebut harus memperhatikan faktor kegunaan. Penggunaan jenis bahan perkerasan, terutama tekstur dan warna, dalam suatu desain menunjukkan adanya bahaya ataupun kemungkinan kecelakaan pada tertentu. Misalnya tepian kolam, bahu jalan, penyeberangan jalan, halaman rumput dan juga untuk memisahkan daerah-daerah kegunaan yang tidak cocok digabungkan bersama. Hal ini erat kaitannya dengan pembentukan keanekaragaman, pola, dan daya tarik visual suatu perkerasan. Pemilihan bahan disesuaikan dengan tipe lalu lintas. Contoh seperti rumput dan beton merupakan dua jenis bahan penutup lahan yang sangat berbeda penggunaannya untuk jenisjenis lalu lintas. Perkerasan aspal dan beton cor memberi kesan cepat, pergerakan yang tidak terhalangi, sedangkan permukaan kerikil memberi kesan lambat sehingga sesuai digunakan untuk jalur-jalur pejalan kaki dalam suatu taman (Laurie, 1984). Pola perkerasan juga mempengaruhi kualitas estetika visual. Pola penyusunan bahan perkerasan mencerminkan atau memperkuat karakter suatu tempat dimana perkerasan itu menonjol dan terdapat suatu hubungan yang jelas antara bangunan-bangunan dengan ruang-ruang yang terdapat diantara bangunan tersebut (Laurie, 1984).

19 Elemen perkerasan mempengaruhi kualitas estetika seperti halnya dengan elemen bangunan. Berdasarkan hasil penelitian Meliawati (2003), semakin besar proporsi perkerasan dalam suatu lanskap akan menurunkan nilai keindahan lanskap tersebut. Elemen Air Air merupakan elemen lanskap yang cukup unik dan disenangi oleh manusia. Karakteristik berupa plastisitas, pergerakan, suara dan refleksivitas menjadi daya tarik yang menjadi ciri khas dari elemen air (Booth, 1983). Meliawati (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa secara umum semakin besar proporsi elemen air dalam suatu lanskap akan meningkatkan kualitas estetikanya. Elemen Langit Elemen langit merupakan media visualisasi bagi elemen lanskap, seperti vegetasi, bangunan, dan utilitas lainnya. Penataan elemen lanskap yang teratur dan menarik dapat terlihat semakin menarik jika terdapat latar belakang langit yang cerah, namun kehadirannya pada lanskap cenderung bersifat netral, dan tidak selalu dapat mempengaruhi penilaian kualitas estetika. Afrianita (2005) menyimpulkan bahwa, elemen langit memiliki korelasi yang rendah terhadap kualitas estetika, sehingga kenaikan proporsi elemen langit dalam suatu lanskap, tidak selalu dapat meningkatkan kualitas estetikanya. Meliawati (2003) juga menyatakan bahwa, elemen langit tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan kualitas estetika, sehingga dapat diabaikan. Untuk itu, dalam penelitian ini elemen langit tidak dimasukkan dalam analisis data. Kerapihan dan Kebersihan Agar tercipta keadaan lingkungan perkotaan yang nyaman, estetik dan proporsional, diperlukan suatu upaya pelestarian lingkungan. Salah satu upayanya adalah menjaga kebersihan lingkungan kota. Kebersihan dapat diartikan sebagai kondisi dimana lingkungan kota yang bersih dari pencemaran udara, pencemaran air dan sampah.

20 Menurut Branch (1995), salah satu unsur fisik kota yang mempengaruhi kualitas estetika kota adalah kebersihan kota. Hal ini didukung pula oleh pernyataan Meliawati (2003) bahwa, kualitas estetika lanskap suatu kota selain dipengaruhi oleh elemen lanskap, juga dipengaruhi oleh faktor kebersihan lingkungan, serta kerapihan penataan elemen vegetasi, elemen bangunan serta elemen lainnya. Sadik (2004) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa, kondisi fisik bangunan yang memberi penilaian kualitas estetika tinggi adalah bangunan yang memiliki warna menarik pada atap dan dinding serta penutupan vegetasi yang tertata baik di sekitarnya. Scenic Beauty Estimation (SBE) Keindahan pemandangan (Scenic Beauty) dapat diartikan sebagai keindahan alami, estetika lanskap atau sumber pemandangan (scenic resource), dan merupakan hasil tanggapan seseorang terhadap lanskap sekitar. Keindahan pemandangan atau kualitas estetika dapat diukur berdasarkan penilaian manusia. Salah satu upaya penilaian terhadap kulalitas estetika suatu lanskap dapat dilakukan dengan menggunakan metode Scenic Beauty Estimation (SBE) menurut Daniel dan Boster (1976), yaitu suatu metode untuk menilai suatu tapak melalui pengamatan foto berdasarkan suatu hal yang disukai keindahannya secara kuantitatif. Terdapat tiga kategori dalam metode penilaian kualitas pemandangan, yaitu 1) Inventarisasi deskriptif, 2) Survei dan kuisioner, dan 3) Evaluasi berdasarkan preferensi. Metode SBE mengukur preferensi masyarakat dengan penilaian melalui sistem rating terhadap slide foto dengan menggunakan kuisioner. Penilaian manusia terhadap pemandangan melalui foto sama baiknya dengan menilai pemandangan secara langsung (Kaplan, 1988). Model Statistik Model merupakan representasi dari kondisi yang sebenarnya, model dapat didefinisikan sebagai metode untuk membangun hubungan logika antara lingkungan dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam penyusunan suatu model diperlukan sejumlah variabel sebagai faktor yang menentukan nilai dan kualitas

21 suatu aspek. Dalam menentukan variabel sebaiknya dibuat batasan untuk memilih sejumlah variabel karena aspek yang berkaitan dengan subyek yang akan diteliti biasanya sangat banyak (Falero dan Alonzo, 1995 dalam Hidayat, 2004). Model yang akan disusun dalam penelitian ini adalah model yang dapat memprediksi kualitas estetika lanskap kota berdasarkan elemen-elemen dasar lanskap. Penyusunan model menggunakan persamaan regresi berganda (Walpole, 1990) dengan menghubungkan nilai SBE sebagai variabel tak bebas (Y) dan elemen dasar lanskap sebagai variabel bebas (X). Elemen dasar lanskap meliputi elemen lanskap yang dominan mempengaruhi kualitas estetika lanskap kota yaitu vegetasi (X 1 ), bangunan (X 2 ), perkerasan (X 3 ), dan air (X 4 ) (Meliawati, 2004). Persamaan regresi berganda menurut Walpole (1990) dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan: Y = a + b X 1 + c X n X n Dimana: Y = Peubah tak bebas a,b...n = Koefisien pendugaan X = Peubah bebas Sudarmanto (2005) menyatakan bahwa analisis regresi merupakan salah satu alat analisis yang menjelaskan tentang sebab-akibat dan besarnya akibat yang ditimbulkan oleh satu atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat (tidak bebas). Dalam analisis regresi, variabel bebas dapat pula disebut dengan istilah predikor dan variabel terikatnya sering disebut dengan istilah kriterium. Dalam aplikasi praktis, analisis regresi mempunyai kegunaan yang luas, akan tetapi beberapa kegunaan yang penting antara lain: 1. Mereduksi lebar selang kepercayaan dalam melakukan pendugaan beberapa nilai tengah populasi dengan mempertimbangkan efek dari peubah pengiring. 2. Untuk mengeliminasi efek lingkungan dari pendugaan kita terhadap efek perlakuan. 3. Untuk memperkirakan nilai Y (peubah tak bebas) berdasarkan nilai-nilai X (peubah bebas) yang diketahui (Sudarmanto, 2005).

22 Pada penelitian ini digunakan pula analisis korelasi. Analisis korelasi juga merupakan suatu alat untuk menganalisis hubungan elemen lanskap dengan kualitas estetika lanskap. Namun demikian, analisis regresi dan analisis korelasi memiliki perbedaan yang sangat jelas. Analisis regresi memiliki variabel bebas atau prediktor dan variabel tergantung atau kriterium, namun pada analisis korelasi tidak ada sebutan variabel bebas dan variabel tergantung. Pada analisis korelasi, variabel X dan Y merupakan variabel yang simetris, sedangkan pada analisis regresi variabel X merupakan variabel bebas (elemen lanskap) dan variabel Y merupakan variabel tergantung (nilai SBE) yang tidak simetris satu sama lain (Sudarmanto, 2005).

23 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian analisis pengaruh elemen lanskap terhadap kualitas estetika lanskap Kota Depok mengambil lokasi di Kecamatan Beji, Kota Depok. Kegiatan studi dilaksanakan mulai bulan Februari sampai Juli Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang terdiri dari tahap evaluasi kualitas estetika lanskap kota dengan metode Scenic Beauty Estimation (SBE), dan tahap analisis pengaruh elemen lanskap terhadap kualitas estetika lanskap kota dengan metode analisis kuantitatif. Evaluasi Kualitas Estetika Lanskap Kota Evaluasi kualitas estetika lanskap kota mengikuti prosedur metode Scenic Beauty Estimation (SBE) yang dikemukakan oleh Daniel dan Boster (1976) sebagai berikut: Pemotretan. Tahap ini diawali dengan pangamatan dari atas melalui foto udara untuk memudahkan penentuan vantage point saat turun lapang. Penentuan vantage point, yaitu titik dimana lanskap sekitarnya dipotret, didasarkan pada lanskap yang mewakili berbagai tata guna lahan utama dan tipe lanskap kota, seperti kawasan pemukiman, perkantoran, CBD (Central Business District), jalan, tepi sungai, rekreasi, dan ruang terbuka hijau (Gunawan, 2005). Setelah diperoleh 94 vantage point, dilakukan pengamatan langsung ke lapangan untuk melakukan pemotretan. Pemotretan lanskap memperhatikan dominansi dan proporsi elemen lanskap, seperti bangunan, perkerasan, vegetasi, air dan sejenisnya. Foto hasil pemotretan akan diseleksi berdasarkan kualitas yang terbaik dari segi gambar, warna, serta keterwakilan elemen-elemen lanskap kota. Penilaian oleh responden. Mempresentasikan foto hasil pemotretan dalam tampilan slide untuk memperoleh penilaian responden. Presentasi slide foto menggunakan program Microsoft Office Power Point Slide foto yang ditampilkan berjumlah 94 secara acak dengan waktu penayangan 8 detik untuk

24 tiap slide. Teknis pengisian kuisioner berupa pemberian skor 1 sampai 10 terhadap setiap slide yang ditampilkan. Skor 1 adalah lanskap yang paling tidak disukai sedangkan skor 10 adalah yang paling disukai. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 36 orang, yaitu mahasiswa S1 Departemen Arsitektur Lanskap IPB yang memiliki latar belakang serta wawasan mengenai ilmu arsitektur lanskap. Menurut Daniel dan Boster (1976), jumlah responden antara 20 sampai 30 sudah cukup mewakili dan mahasiswa merupakan perwakilan dari total populasi yang dianggap kritis dan peduli terhadap lingkungannya. Perhitungan nilai SBE. Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan metode Scenic Beauty Estimation menurut Daniel dan Boster (1976). Data setiap lanskap diurutkan berdasarkan skala penilaian 1 sampai 10 kemudian dihitung frekuensinya (f), frekuensi kumulatif (cf), probabilitas kumulatif (cp) dan nilai Z berdasarkan tabel Z. Untuk nilai cp = 1,00 digunakan rumus cp = 1-1/(2n) dan untuk nilai cp = 0 (z = ± tak terhingga) menggunakan rumus cp = 1/(2n). Selanjutnya ditentukan nilai rata-rata z untuk setiap titik dan nilai rata-rata z sebagai standar untuk perhitungan SBE. Nilai rata-rata z standar ditentukan dari keseluruhan z untuk tiap titik yang mendekati nol. Rumus perhitungan nilai SBE adalah sebagai berikut: SBE X = (Z LX -Z LS ) x 100 Dimana : SBE X = nilai SBE titik ke-x Z LX = nilai rata-rata z titik ke-x = nilai rata-rata z yang digunakan sebagai standar Z LS Seluruh nilai SBE yang telah diperoleh selanjutnya dikelompokkan berdasarkan kualitas estetika rendah, sedang, dan tinggi menggunakan sebaran normal (Lampiran 4) dengan parameter nilai tengah (µ) dan standar deviasi (σ ). Perhitungan sebagai berikut : SBE rendah < µ σ µ σ = SBE sedang = µ + σ SBE tinggi > µ + σ

25 Analisis Pengaruh Elemen Lanskap terhadap Nilai SBE Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besar keterikatan hubungan elemen lanskap terhadap nilai SBE serta seberapa besar pengaruh elemen lanskap sehingga dapat memprediksi kualitas estetika (nilai SBE) suatu lanskap kota. Elemen lanskap sebagai variabel bebas yang digunakan dalam analisis regresi adalah persentase elemen vegetasi, persentase elemen bangunan, persentase elemen perkerasan, persentase elemen air serta nilai kerapihan dan kebersihan. Hal ini sesuai dengan penelitian Rahmawati (2002), Meliawati (2003), serta Siregar (2004) bahwa, vegetasi dan bangunan memberi pengaruh yang cukup besar terhadap penilaian kualitas estetika lanskap kota. Elemen langit diabaikan dalam analisis ini, karena berdasarkan penelitian Meliawati (2003), persentase elemen langit tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan nilai SBE. Perhitungan Persentase Elemen Lanksap Penentuan luasan elemen lanskap dapat dilakukan dengan metode digitasi AutoCAD. Metode ini cukup akurat karena dapat menghasilkan ukuran dengan tingkat kebenaran yang cukup tinggi (Siregar, 2004). Namun untuk memperoleh hasil yang lebih akurat, diperlukan ketelitian yang cukup besar dalam mendigitasi foto. Luas elemen lanskap yang dihitung adalah elemen vegetasi, elemen bangunan, elemen perkerasan, serta elemen air. Rumus perhitungan persentase elemen lanskap adalah : Persentase elemen lanskap = Luasan elemen lanskap Total luasan elemen lanskap x100% Persentase elemen lanskap tiap seluruh lanskap yang telah diperoleh, selanjutnya dikelompokkan kedalam kisaran persentase 0%, 1% - 20%, 21% 40%, 41% 60%, 61% 80%, dan 81% 100% berdasarkan kualitas estetika (tinggi, sedang, rendah). Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pembahasan pengaruh persentase elemen lanskap terhadap kualitas estetika lanskap.

26 Penentuan Nilai Kerapihan dan Kebersihan Tahap selanjutnya adalah menilai kerapihan dan kebersihan suatu lanskap. Nilai kerapihan dan kebersihan berkisar antara 1 sampai 3, dimana nilai 1 adalah rendah, nilai 2 adalah sedang, dan nilai 3 adalah tinggi. Kategori kerapihan dan kebersihan diuraikan lebih rinci pada tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi Nilai Kerapihan dan Kebersihan Nilai kerapihan dan kebersihan 1 (Rendah) 2 (Sedang) 3 (Tinggi) Ciri-ciri a. Vegetasi tidak tertata dengan baik b. Penataan bangunan tidak baik c. Kualitas fisik bangunan tidak baik (warna, arsitektur dan sebagainya) d. Tekstur perkerasan tidak baik e. Terdapat sampah tidak terdapat sampah a. Vegetasi tertata dengan cukup baik b. Penataan bangunan cukup baik c. Kualitas fisik bangunan cukup baik d. Tekstur perkerasan cukup baik e. Tidak terdapat sampah a. Vegetasi tertata dengan sangat baik b. Penataan bangunan sangat baik c. Kualitas fisik bangunan sangat baik d. Tekstur perkerasan sangat baik (aspal, paving block dan sebagainya) e. Tidak terdapat sampah Data persentase elemen vegetasi, bangunan, perkerasan, air serta nilai kerapihan dan kebersihan yang telah diperoleh tersebut ditabulasikan bersama dengan nilai SBE setiap lanskap. Tabulasi data dapat dilihat pada Lampiran 5. Selanjutnya menganalisa seluruh data tersebut secara kuantitatif dengan menggunakan program statistik SPSS 12.0.

27 Analisis Kuantitatif Data dianalisa secara kuantitatif yaitu mengolah data hasil penelitian yang telah dinyatakan dalam suatu angka untuk dianalisis dengan perhitungan statistik terhadap variabel obyek yang diteliti (Rahayu, 2005). Dalam penelitian ini digunakan alat analisis korelasi dan analisis regresi berganda. Analisis Korelasi Analisis korelasi menggunakan korelasi pearson, yang dapat mengukur hubungan dua variabel yang bersifat linier dan data bersifat kuantitatif (Sulaiman, 2002). Analisis korelasi bertujuan mengukur kekuatan hubungan antara dua peubah melalui sebuah bilangan yang disebut koefisien korelasi (Walpole, 1995). Nilai korelasi variabel X dan Y dilambangkan dengan r. Nilai korelasi (r) digunakan untuk mengukur sejauh mana titik-titik menggerombol sekitar sebuah garis lurus. Bila titik-titik menggerombol mengikuti sebuah garis lurus dengan kemiringan positif, maka terdapat korelasi positif yang tinggi antara kedua peubah. Akan tetapi, bila titik-titik menggerombol mengikuti sebuah garis lurus dengan kemiringan negatif, maka antara kedua peubah terdapat korelasi negatif yang tinggi. Bila titik-titiknya mengikuti suatu pola yang acak atau tidak berpola, maka dapat dikatakan korelasi nol, yang artinya tidak ada hubungan linier antara X dan Y. Tingkat keeratan hubungan atau derajat asosiasi mengikuti pengelompokkan menurut Sulaiman (2002), dimana: 0.7 = r < 1 (+/-) : derajat asosiasi tinggi 0.4 = r < 0.7 (+/-) : derajat asosiasi cukup substansial 0.2 = r < 0.4 (+/-) : derajat asosiasi rendah r < 0.2 (+/-) : derajat asosiasi sangat rendah (tidak ada korelasi) Analisis Regresi Berganda Regresi berganda adalah suatu teknik untuk menentukan korelasi antara suatu variabel tak bebeas dengan kombinasi dari dua atau lebih variabel bebas (Rahayu, 2005). Analisis regresi bertujuan untuk mengetahui pengaruh persentase

28 elemen-elemen lanskap terhadap nilai kualitas estetika. Nilai SBE sebagai variabel tak bebas (Y) dan variabel hasil seleksi (X) sebagai variabel bebas atau variabel penduga. Variabel bebas meliputi persentase elemen vegetasi (X 1 ), bangunan (X 2 ), perkerasan (X 3 ), dan air (X 4 ). Keempat variabel ini dipilih karena merupakan elemen lanskap utama yang cukup menonjol atau mempengaruhi kualitas estetika lanskap kota (Meliawati, 2004). Tahap selanjutnya adalah menganalisis berdasarkan pengelompokan kerapihan dan kebersihan rendah, sedang, dan tinggi. Bentuk umum dari analisis regresi berganda (Walpole, 1990) adalah: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 Dimana: Y = Penafsiran variable tak bebas (nilai SBE) X 1 = Variabel bebas 1 (elemen vegetasi) X 2 = Variabel bebas 2 (elemen bangunan) X 3 = Variabel bebas 3 (elemen perkerasan) X 4 = Variabel bebas 4 (elemen air) a = Nilai konstanta b 1 = Koefisien regresi variabel bebas 1 b 2 = Koefisien regresi variabel bebas 2 b 3 = Koefisien regresi variabel bebas 3 b 4 = Koefisien regresi variabel bebas 4 Namun, keempat variabel bebas tersebut belum tentu signifikan terhadap pendugaan kualitas estetika (nilai SBE). Hal ini berdasarkan pada pengujianpengujian saat tahap analisis regresi. Dalam analisis regresi berganda ada beberapa uji hipotesis yang perlu dilakukan (Rahayu, 2005), yaitu: a) Uji Keberartian Regresi b) Uji Keberartian Tiap Koefisien Regresi a) Uji Keberartian Regresi

29 Pengujian ini digunakan untuk mengetahui signifikansi harga koefisien korelasi ganda (R) variabel bebas X 1, X 2, X 3, dan X 4 terhadap variabel tak bebas Y. Untuk menguji ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Hipotesis dapat dinyatakan sebagai berikut. Ho : Tidak terdapat pengaruh variabel bebas secara signifikan terhadap variabel tak bebas. Statistik uji yang digunakan dalam kriteria penolakan Ho pada uji keberartian regresi ini adalah signifikansi F-hitung. Tolak H 0 jika: Sig F h < alpha (a=0.05) Sig F h = Nilai signifikansi F hitung a = Taraf nyata (signifikansi) Penolakan Ho menginformasikan bahwa paling sedikit satu variabel bebas X 1, X 2, X 3, X 4 dan X 5 mempunyai sumbangan yang nyata terhadap variabel Y. b) Uji Keberartian Tiap Koefisien Regresi Pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah nilai-nilai koefisien tersebut mempunyai pengaruh yang nyata atau tidak sehingga dapat diambil langkah efektif dengan menambah atau mengurangi variabel-variabel bebas yang digunakan untuk model regresi berganda yang dibuat. Untuk menguji apakah koefisien regresi yang diperoleh signifikan atau tidak, dikemukakan dalam hipotesis sebagai berikut. Ho : Tidak terdapat pengaruh koefisien regresi variabel bebas secara signifikan terhadap variabel tak bebas. Pengujian koefisien regresi digunakan signifikansi t-hitung: Tolak H 0, jika: Sig t h < alpha (a = 0.05) Sig t h = Nilai signifikansi t hitung a = Taraf nyata (signifikansi)

30 Penolakan H 0 menginformasikan bahwa koefisien regresi variabel bebas X 1, X 2, X 3, X 4, dan X 5 adalah signifikan. Jika tidak dapat ditolak, maka menunjukkan bahwa variabel bebas ke X n dapat dihilangkan dari model tersebut atau dengan kata lain variabel tersebut tidak mempunyai pengaruh yang berarti dalam model tersebut. Uji Asumsi Regresi Berganda Tahap selanjutnya adalah menguji persamaan regresi hasil pengolahan data melalui asmusi-asumsi sebagai berikut: a) Uji multikolinieritas. b) Uji heteroskedastisitas. c) Uji normalitas. d) Uji autokorelasi. a) Uji Multikolinieritas Multikolinieritas adalah kejadian yang menginformasikan terjadinya hubungan antara variabel-variabel bebas (X n ) dan hubungan yang terjadi cukup besar. Hal ini akan menyebabkan perkiraan keberartian koefisien korelasi yang sangat besar antara variabel-variabel bebas. Menurut Pratisto (2002), multikolinieritas dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan regresi yang bebas multikoliniearitas ditandai dengan nilai VIF berkisar angka 1 dan nilai toleransi berkisar angka 1. b) Uji Heteroskedastisitas Bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians antar pengamatan berbeda, disebut heteroskedastisitas. Jika varians antar pengamatan tetap, disebut homoskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi adanya heteroskedastisitas dilihat dari grafik. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola

31 tertentu yang teratur, maka telah terjadi heteroskedastisitas. Sedangkan jika tidak ada pola yang jelas, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. c) Uji Normalitas Menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel tak bebas, variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal atauakah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Deteksi normalitas dilihat dari penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data menyebar normal di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. d) Uji Autokorelasi Menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah bebas dari autokorelasi. Deteksi asumsi autokorelasi dilihat dari angka Durbin-Watson (D-W) pada tabel Model Summary (Lampiran 7). Jika angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. Model Pendugaan Kualitas Estetika Lanskap Kota Hasil akhir dari analisis regresi berganda adalah model pendugaan kualitas estetika lanskap kota, dengan nilai SBE sebagai variabel tak bebas (Y) dan elemen vegetasi (X 1 ), bangunan (X 2 ), perkerasan (X 3 ), dan air (X 4 ) sebagai variabel bebas atau penduga, namun yang menjadi variabel bebas dalam model pendugaan adalah yang telah memenuhi uji hipotesis dan signifikan terhadap pendugaan nilai SBE. Adapun perumusan sebagai berikut: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4

32 Dimana: Y = Nilai SBE X 1 = Persentase elemen vegetasi X 2 = Persentase elemen bangunan X 3 = Persentase elemen perkerasan X 4 = Persentase elemen air a = Nilai konstanta b 1 b 2 b 3 b 4 = Koefisien regresi elemen vegetasi = Koefisien regresi elemen bangunan = Koefisien regresi elemen perkerasan = Koefisien regresi elemen air

33 PEMOTRETAN Tahap Evaluasi Kualitas Estetika Lanskap Kota (Scenic Beauty Estimation) PRESENTASI FOTO Penilaian oleh responden PERHITUNGAN NILAI SBE (Scenic Beauty Estimation) ANALISIS KUANTITATIF DATA PERHITUNGAN PERSENTASE ELEMEN LANSKAP DAN NILAI KERAPIHAN DAN KEBERSIHAN Tahap Analisis Pengaruh Elemen Lanskap terhadap Kualitas Estetika ANALISIS KORELASI Hubungan elemen lanskap dan nilai SBE ANALISIS REGRESI BERGANDA Elemen lanskap terhadap Nilai SBE MODEL PENDUGAAN KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA Gambar 1. Kerangka Analisis Pengaruh Elemen Lanskap terhadap Kuliatas Estetika Lanskap Kota Depok

34 HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan, Kecamatan Beji terdiri dari tipe lanskap pemukiman, perdagangan, perkantoran, ruang terbuka hijau, lahan pertanian dan tepi sungai. Tipe lanskap yang dominan adalah kawasan pemukiman dengan arsitektur sederhana, sedang, maupun menarik. Secara keseluruhan, lanskap kota Depok memiliki kualitas estetika yang cukup beragam sesuai dengan karakter tiap tipe lanskap. Pada Gambar 2 dapat dilihat, nilai SBE untuk 94 titik pengamatan berkisar antara -142 sampai dengan 135. Lanskap dengan SBE tertinggi adalah kawasan ruang terbuka hijau, artinya lanskap tersebut semakin indah dan semakin disukai. Lanskap dengan SBE terendah adalah kawasan perdagangan tradisional, artinya lanskap tersebut tidak indah dan tidak disukai. Lanskap dengan nilai SBE negatif sebanyak 49 dan SBE positif sebanyak 45. Nilai SBE pada lanskap kota cukup beragam sesuai dengan karakter yang dimiliki oleh masing-masing tipe penggunaan lahan. Menurut Gunawan (2005), tipe lanskap kota terdiri dari kawasan perdagangan (CBD, Central Business Distric), kawasan perkantoran, kawasan pemukiman, kawasan rekreasi, ruang terbuka hijau, jalan raya, serta tepi sungai. Kualitas Estetika Lanskap Kota Berdasarkan sebaran normal, seluruh nilai SBE hasil evaluasi dikelompokkan ke dalam kualitas estetika rendah, sedang dan tinggi, seperti pada Tabel 2. Lanskap dengan nilai SBE < - 47 termasuk ke dalam lanskap dengan kualitas estetika rendah, lanskap dengan nilai SBE antara - 47 sampai 53 adalah lanskap dengan kualitas estetika sedang. Lanskap dengan nilai SBE > 53 termasuk ke dalam lanskap dengan kualitas estetika tinggi. Data sebaran normal nilai SBE dapat dilihat pada Lampiran 4.

35 Nilai SBE Vantage Point (Lanskap) Gambar 2. Nilai SBE Tiap Lanskap 23

36 Tabel 2. Lanskap berdasarkan Kualitas Estetika Kualitas Estetika Rendah (SBE < -47) Sedang (-47 = SBE = 53) Tinggi (SBE > 53) Lanskap Jumlah 14, 21, 22, 24, 25, 27, 37, 38, 51, 54, 58, 60, , 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 16, 17, 18, 19, 20, 26, 30, 31, 34, 35, 36, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 52, 53, 55, 56, 57, 59, 61, 62, 63, 65, 66, 66 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 85, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93 2, 3, 4, 5, 13, 15, 23, 28, 29, 32, 33, 44, 84, 86, Lanskap dengan kualitas estetika tinggi didominasi oleh elemen vegetasi dan air. Elemen vegetasi cukup tertata dengan baik dan rapi, baik dari segi pola penanaman maupun proporsinya. Elemen air berupa danau, kolam, serta sungai, cukup bersih dari sampah. Tipe lanskap yang termasuk ke dalam kualitas estetika tinggi adalah kawasan ruang terbuka hijau, kawasan perkantoran serta kawasan pemukiman. Gambar 3 memperlihatkan lanskap dengan kualitas estetika tertinggi berupa kawasan terbuka hijau yang didominasi oleh elemen air dan dikelilingi oleh vegetasi yang cukup rimbun dan terkesan alami, sejuk, dan nyaman. Di sekitar danau terlihat bangunan dengan arsitektur yang cukup menarik dan memperkuat karakter lanskap tersebut sehingga semakin indah untuk dipandang. Hal ini sesuai dengan penelitian Afrianita (2005) bahwa lanskap dengan kualitas estetika tinggi dicirikan oleh proporsi vegetasi yang dominan dan sedikit bangunan dengan arsitektur yang terlihat menarik. Karakter yang menonjol dari lanskap dengan kualitas estetika sedang adalah elemen vegetasi masih cukup dominan, namun penataannya kurang rapi. Persentase elemen bangunan dengan elemen perkerasan cukup seimbang. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Meliawati (2003) bahwa lanskap dengan kualitas estetika sedang memiliki proposi elemen vegetasi yang cukup seimbang dengan elemen bangunan dan perkerasan, dan secara umum terlihat cukup baik. Sebagian

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK Oleh: Medyuni Ruswan A34201045 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO Oleh DIDIK YULIANTO A34202008 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTIT UT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

METODOLOGI. Jawa Barat Kab. Kuningan Desa Ancaran. Gambar 2. Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Jawa Barat Kab. Kuningan Desa Ancaran. Gambar 2. Lokasi Penelitian 12 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada akhir bulan Maret 2011 hingga bulan Juni 2011. Penelitian ini dilakukan di Desa Ancaran, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, yang memiliki

Lebih terperinci

Gambar 12. Lokasi Penelitian

Gambar 12. Lokasi Penelitian III. METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalur wisata Puncak, terletak di Kabupaten Bogor. Jalur yang diamati adalah jalur pemasangan reklame yang berdasarkan data

Lebih terperinci

Kecamatan Beji. PDF created with pdffactory Pro trial version METODE PENELITIAN

Kecamatan Beji. PDF created with pdffactory Pro trial version  METODE PENELITIAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian evaluasi kualitas ecological aesthetics lanskap kota ini dilaksanakan di Kecamatan Beji Kota Depok. Periode penelitian berlangsung dari Maret 2004 sampai Nopember

Lebih terperinci

METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian Kebun Raya Cibodas

METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian Kebun Raya Cibodas 10 METODE Waktu dan Tempat penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga Juli 2010. Penelitian dilakukan di Kebun Raya Cibodas, Desa Cimacan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

TINJAUAN PUSTAKA Estetika 4 TINJAUAN PUSTAKA Estetika Istilah estetika dikemukakan pertama kali oleh Alexander Blaumgarten pada tahun 1750 untuk menunjukkan studi tentang taste dalam bidang seni rupa. Ilmu estetika berkaitan dengan

Lebih terperinci

Prosiding SN SMAP 09 ABSTRAK PENDAHULUAN. FMIPA UNILA, November

Prosiding SN SMAP 09 ABSTRAK PENDAHULUAN. FMIPA UNILA, November Prosiding SN SMAP 09 UJI SCENIC BEAUTY ESTIMATION TERHADAP KONFIGURASI TEGAKAN-TEGAKAN VEGETASI DI KEBUN RAYA BOGOR Imawan Wahyu Hidayat 1 1 Kebun Raya Cibodas, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pacet

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Desa Ancaran memiliki iklim yang dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18 C dan 32 C serta curah hujan berkisar

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR Oleh SEPTA ARI MAMIRI A34203047 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian mengenai pengaruh reklame ini dilakukan pada lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, Jawa Barat (Gambar 3). Jalan Lingkar (Ringroad Way) pada penelitian ini meliputi

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Agrowisata Agrowisata pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang mengintegrasikan sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga membentuk objek wisata yang menarik. Menurut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Setelah melalui beberapa tahap kegiatan penelitian, dalam bab IV ini diuraikan analisis hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Analisis

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN Disusun oleh: DENI HERYANI A34203018 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DENI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalan bebas hambatan Tol Jagorawi dengan mengambil beberapa segmen jalan yang mewakili karakteristik lanskap jalan

Lebih terperinci

EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A

EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A34204014 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kebun Raya Objek Wisata

TINJAUAN PUSTAKA Kebun Raya Objek Wisata 3 TINJAUAN PUSTAKA Kebun Raya Menurut LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Kebun Raya merupakan suatu kawasan yang mengkoleksi berbagai jenis tumbuhan. Tumbuhan yang dikoleksi kebun raya memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Adapun lokasi penelitian adalah di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Riau Pekanbaru. 3.2 Data Dan Sumber Data a. Data Data

Lebih terperinci

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 Judul Nama NRP : Pengaruh

Lebih terperinci

4/AGIZ.200' PENGARUH TAMAN LINGKUNGAN TERHADAP SURU UDARA SEKIT ARNY A. CITRA INDA HARTl A

4/AGIZ.200' PENGARUH TAMAN LINGKUNGAN TERHADAP SURU UDARA SEKIT ARNY A. CITRA INDA HARTl A 4/AGIZ.200'-1 097 PENGARUH TAMAN LINGKUNGAN TERHADAP SURU UDARA SEKIT ARNY A CITRA INDA HARTl A02499033 DEPARTEMEN BUDI DAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2004 RINGKASAN CITRA INDA

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN HADRIAN PRANA PUTRA.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek / Subyek Penelitian Obyek yang dipilih untuk melakukan penelitian adalah Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berlokasi di Kampus Terpadu, Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto,

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara umum pengertian objek penelitian yaitu inti permasalahan yang dijadikan

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara umum pengertian objek penelitian yaitu inti permasalahan yang dijadikan BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Secara umum pengertian objek penelitian yaitu inti permasalahan yang dijadikan topik penulisan dalam rangka penyusunan laporan dari suatu penelitian.

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Oleh: GIN GIN GINANJAR A34201029 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A34203058 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Dengan ini

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 15 3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pada penelitian ini, lokasi yang menjadi objek penelitian adalah wilayah PPN Brondong, Kabupaten Lamongan propinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini didasari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kerumitan. Variabel intervening dalam penelitian ini adalah sistem e-filling, sedangkan

BAB III METODE PENELITIAN. kerumitan. Variabel intervening dalam penelitian ini adalah sistem e-filling, sedangkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian ini melibatkan lima variabel yang terdiri atas tiga variabel independen (bebas), satu variabel intervening dan satu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengaruh atau hubungan kedua variabel tersebut. berakhir bulan Mei 2015, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengaruh atau hubungan kedua variabel tersebut. berakhir bulan Mei 2015, dapat dilihat pada tabel dibawah ini : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian asosiatif, Sugiyono (2010:11) penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah konsumen di rumah makan Mie Ayam Oplosan Kedai Shoimah. Responden yang menjadi objek penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN. buah. Dari 105 kuesioner yang dikirimkan kepada seluruh

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN. buah. Dari 105 kuesioner yang dikirimkan kepada seluruh BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian Deskripsi responden disini akan menganalisa identitas para konsumen yang menjadi sampel dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Maret sampai Juni 2014 dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Maret sampai Juni 2014 dan 41 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Bulan Maret sampai Juni 2014 dan lokasi penelitian di BNI Syariah Cabang Pekanbaru Jalan Jenderal Sudirman No.

Lebih terperinci

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG DIAR ERSTANTYO DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Paparan Data Hasil Penelitian Pada bab ini mengemukakan hasil dan pembahasan dari penelitian mengenai pengaruh komunikasi organisasi terhadap prestasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR Oleh : Annisa Budi Erawati A34201035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei eksplanasi, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk mengetahui mengapa situasi atau kondisi tertentu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan jenis penelitian diatas, tipe penelitian ini adalah penelitian asosiatif.

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan jenis penelitian diatas, tipe penelitian ini adalah penelitian asosiatif. III. METODE PENELITIAN A.Tipe Penelitian Berdasarkan jenis penelitian diatas, tipe penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden. Responden dari. data ini dianalisa. Data tersebut antara lain :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden. Responden dari. data ini dianalisa. Data tersebut antara lain : BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Rambah Kecamatan Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu pada tahun 2013. 3.2 Jenis dan Sumber Data 3.2.1 Data Primer

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN. 3.. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Malang.Dilakukan di FE UIN Malang, untuk memudahkan peneliti mengambil sampel dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini berlokasi di Desa Sungai Ular Kecamatan Secanggang

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini berlokasi di Desa Sungai Ular Kecamatan Secanggang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini berlokasi di Desa Sungai Ular Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A i SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A34203053 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel bebas adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Variabel bebas atau Independen

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Variabel bebas atau Independen 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengujian hipotesis (hypothesis testing).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengujian hipotesis (hypothesis testing). 41 BAB III METODE PENELITIAN 3. 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian pengujian hipotesis (hypothesis testing). Hypotesis testing adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. permasalahan ditempat yang akan digunakan sebagai lokasi penelitian,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. permasalahan ditempat yang akan digunakan sebagai lokasi penelitian, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan 1. Waktu Penelitian Penelitian ini diawali dengan kegiatan mengidentifikasi permasalahan ditempat yang akan digunakan sebagai lokasi penelitian,

Lebih terperinci

BAB III. penelitiannya berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan metode statistik.

BAB III. penelitiannya berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan metode statistik. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011), metode penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan suatu penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan faktor-faktor

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan suatu penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan faktor-faktor BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian explanatory merupakan suatu penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampoerna, Tbk dengan data laporan keuangan selama 5 tahun terhitung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampoerna, Tbk dengan data laporan keuangan selama 5 tahun terhitung BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Peneliti memilih tempat penelitian di PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk dengan data laporan keuangan selama 5 tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikatakan metode kuantitatif karena penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. dikatakan metode kuantitatif karena penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai BAB III METODE PENELITIAN 3.1 JENIS PENELITIAN Desain dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, dikatakan metode kuantitatif karena penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A Skripsi PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A34203012 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau

Lebih terperinci

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman

Lebih terperinci

PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata Tricolour

PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata Tricolour PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata Tricolour Oleh : Ita Lestari A34301058 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian diperlukan agar penelitian yang dilakukan dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian diperlukan agar penelitian yang dilakukan dapat BAB III 3.1 Rancangan Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Rancangan penelitian diperlukan agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, sistematis serta efektif. Lokasi penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. fungsi variabel dalam hubungan antar variabel, yaitu: Variabel Independen (Independent Variable)

BAB III METODE PENELITIAN. fungsi variabel dalam hubungan antar variabel, yaitu: Variabel Independen (Independent Variable) 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (2002 : 63), variabel penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa pendekatan, salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Selatpanjang yang terletak di JL.Diponegoro, No. 85 A B Selatpanjang Kab.

BAB III METODE PENELITIAN. Selatpanjang yang terletak di JL.Diponegoro, No. 85 A B Selatpanjang Kab. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu penelitian Lokasi tempat penelitian ini dilakukan di CV. Istana Motor Selatpanjang yang terletak di JL.Diponegoro, No. 85 A B Selatpanjang Kab. Kepulauan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambar Umum Objek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian Proses peneliti ini di perkirakan membutuhkan waktu november sampai dengan juni 2016. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Variabel dependen, yaitu loyalitas konsumen

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Variabel dependen, yaitu loyalitas konsumen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Variabel dependen, yaitu loyalitas konsumen. Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995- BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-2015.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di jalur pedestrian kawasan Jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta (Gambar 4). Jalur pedestrian pada Jalan M.H. Thamrin

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A34203031 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Perencanaan adalah suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan, dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sejak bulan Februari 2014 sampai selesai. didapat dari perusahaan yang bersangkutan. yang terdapat di Perusahaan tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN. sejak bulan Februari 2014 sampai selesai. didapat dari perusahaan yang bersangkutan. yang terdapat di Perusahaan tersebut. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada PT. Tridiantara Alvindo Duri, Jln. Jend. Sudirman Lintas KM. 6 Duri, 28884. Dengan waktu penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH KETEBALAN MEDIA PASIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS AKSESI RUMPUT BERMUDA (Cynodon dactylon L.)

PENGARUH KETEBALAN MEDIA PASIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS AKSESI RUMPUT BERMUDA (Cynodon dactylon L.) PENGARUH KETEBALAN MEDIA PASIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS AKSESI RUMPUT BERMUDA (Cynodon dactylon L.) Oleh Chika Seriulina Ginting A34304064 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Kecamatan Bangkinang Seberang Jalan Lintas Bangkinang-Petapahan Sei Jernih.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Kecamatan Bangkinang Seberang Jalan Lintas Bangkinang-Petapahan Sei Jernih. BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini di lakukan di Kabupaten Kampar tepatnya di Daerah Kecamatan Bangkinang Seberang Jalan Lintas Bangkinang-Petapahan Sei Jernih. Penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Universitas Mercu Buana Jakarta, hal tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Universitas Mercu Buana Jakarta, hal tersebut BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Universitas Mercu Buana Jakarta, hal tersebut karena Universitas Mercu Buana Jakarta merupakan salah satu universitas

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perpajakan, kepatuhan wajib pajak dan kinerja penerimaan pajak. Sumber data

BAB III METODE PENELITIAN. perpajakan, kepatuhan wajib pajak dan kinerja penerimaan pajak. Sumber data BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian studi kasus yaitu penelitian yang menggunakan kuesioner berupa daftar pertanyaan

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI ECO-AESTHETIC LANSKAP DESA ANCARAN, KABUPATEN KUNINGAN FYNA NOVIANA HENDRIAWATI A

IDENTIFIKASI ECO-AESTHETIC LANSKAP DESA ANCARAN, KABUPATEN KUNINGAN FYNA NOVIANA HENDRIAWATI A IDENTIFIKASI ECO-AESTHETIC LANSKAP DESA ANCARAN, KABUPATEN KUNINGAN FYNA NOVIANA HENDRIAWATI A44070020 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 LEMBAR PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arsitektur Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup perancangan dan pembangunan keseluruhan lingkungan binaan,

Lebih terperinci

PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMELIHARAAN POHON PENGISI JALUR HIJAU JALAN DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR OLEH : RR. RIALUN WULANSARI A

PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMELIHARAAN POHON PENGISI JALUR HIJAU JALAN DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR OLEH : RR. RIALUN WULANSARI A PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMELIHARAAN POHON PENGISI JALUR HIJAU JALAN DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR OLEH : RR. RIALUN WULANSARI A 34201036 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Pengaruh Alih Fungsi Telajakan Depan Rumah Menjadi Artshop terhadap Kenyamanan dan Estetika Lansekap Desa Tegallalang

Pengaruh Alih Fungsi Telajakan Depan Rumah Menjadi Artshop terhadap Kenyamanan dan Estetika Lansekap Desa Tegallalang Pengaruh Alih Fungsi Telajakan Depan Rumah Menjadi Artshop terhadap Kenyamanan dan Estetika Lansekap Desa Tegallalang I WAYAN PASEK HARIMBAWA 1, I MADE SUKEWIJAYA 1* NI WAYAN FEBRIANA UTAMI 1 1. Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN Adapun metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan

Lebih terperinci

II. LANSKAP DAN KARAKTERISTIK

II. LANSKAP DAN KARAKTERISTIK Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) II. LANSKAP DAN KARAKTERISTIK Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, SP., MAgr, PhD. LANSKAP DAN KARAKTERISTIK Tujuan: Memahami dasar pemikiran merencana

Lebih terperinci

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB VI R E K O M E N D A S I BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota Karakter merupakan sifat dan ciri khas yang dimiliki oleh suatu kelompok, baik orang maupun benda. Karakter lanskap merupakan suatu area yang mempunyai keharmonisan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian explanatory research. Jenis penelitian

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian explanatory research. Jenis penelitian 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian explanatory research. Jenis penelitian explanatory research adalah jenis penelitian yang menyoroti hubungan antar

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK KANOPI POHON TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP JALAN

PENGARUH BENTUK KANOPI POHON TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP JALAN PENGARUH BENTUK KANOPI POHON TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP JALAN The Effect of Tree Canopy Shape on Streetscape Aesthetic Quality Garsinia Lestari Mahasiswa Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. suatu penelitian yang data penelitianya berupa angka-angka dan analisisnya

BAB III METODE PENELITIAN. suatu penelitian yang data penelitianya berupa angka-angka dan analisisnya BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011), metode penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional Definisi operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut : a. Produktifitas kerja ( Υ ) Produktifitas kerja merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di PT. RRAA, Jl. Raya Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat dari bulan April 2016 hingga Oktober

Lebih terperinci

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik).

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). RINGKASAN INE NILASARI. Perencanaan Lanskap Jalan Westertz By Pass di Kotamadya Denpasar, Bali @i bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). Jalan Western By Pass dengan panjang keseluruhan.t 13 km merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Seluruh Karyawan pada PT. Aditama Graha Lestari. hubungan yang bersifat sebab akibat dimana variabel independen

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Seluruh Karyawan pada PT. Aditama Graha Lestari. hubungan yang bersifat sebab akibat dimana variabel independen 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan PT. Aditma Graha Lestari yang beralamat di Komplek Ruko Puri Kembangan Indah No. 168 D, Kembangan Selatan,

Lebih terperinci