INFORMASI PROGRAM DIREKTORAT PEMBINAAN SMA TAHUN 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INFORMASI PROGRAM DIREKTORAT PEMBINAAN SMA TAHUN 2013"

Transkripsi

1 INFORMASI PROGRAM DIREKTORAT PEMBINAAN SMA TAHUN 2013 D I R E K T O R A T P E M B I N A A N S M A DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2013 Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

2 PENGANTAR Dimulainya program Pendidikan Menengah Universal (PMU) pada tahun ini memberikan kesempatan besar kepada setiap warga negara Indonesia untuk mengenyam layanan pendidikan menengah. Program PMU tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan angka partisipasi sekolah penduduk usia tahun, namun juga berfokus pada peningkatan kualitas pendidikan SMA sebagai pusat pengembangan mutu pendidikan (center of excellence). Dengan mengusung tema menjangkau siswa didaerah terpencil yang susah dijangkau (reaching the unreach) diharapkan angka partisipasi kasar pendidikan menengah mencapai 97% pada tahun Mengacu pada Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Tahun , program PMU 12 Tahun diharapkan dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkarater mulia, berilmu-pengetahuan (knowledgeable), dan berkeahlian (skillfull). Melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut diharapkan akan terwujud pembangunan ekonomi bangsa yang produktif dan berkelanjutan. Untuk mendukung program PMU, Direktorat Pembinaan SMA telah menyusun program pembangunan pendidikan SMA yang mengacu pada misi 5K Pendidikan Nasional meliputi: Ketersediaan, Keterjangkauan, Kualitas, Kesetaraan dan Kepastian. Aspek Pilar ketersediaan difasilitasi melalui penyediaan infrastruktur layanan pendidikan meliputi penyediaan ruang kelas yang diaktualisasikan dalam program bantuan sosial Unit Sekolah Baru (USB), Ruang Kelas Baru (RKB). Pilar keterjangkauan difasilitasi melalui penyediaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) SMA, Bantuan Siswa Miskin (BSM) SMA. Pilar kualitas difasilitasi melalui penyediaan fasilitas mutu sekolah dan pengembangan pendidikan karakter siswa, pengembangan kualitas sekolah, olimpiade keilmuan, seni, dan olahraga serta penerapan Kurikulum Pilar kesetaraan difasilitasi percepatan penyediaan infrastruktur pendidikan bagi daerah tertinggal. Pilar kepastian difasilitasi melalui program reformasi birokrasi dan komitmen dari pemerintah untuk mewujudkan tata kelola yang transparan dan akuntabel. Buku Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun Anggaran 2013 ini memuat informasi program dari berbagai program dan kegiatan Direktorat Pembinaan SMA pada Tahun 2013 yang merupakan penjabaran Misi 5-K Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

3 2014. Buku ini disusun agar dapat digunakan sebagai panduan kerja pelaksanaan program-program SMA, sekaligus menjadi salah satu bahan masukan bagi mitra kerja kami di Dinas Pendidikan Propinsi, Kabupaten/Kota, Sekolah dan instansi lainnya dalam merumuskan kebijakan pembangunan pendidikan SMA. Semoga bermanfaat Jakarta, Juni 2013 Direktur Pembinaan SMA Ir. Harris Iskandar, Ph.D NIP Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

4 DAFTAR ISI Kata pengantar Daftar isi ii iii BAB I. Kondisi Umum Pendidikan SMA A. Ketersediaan Layanan Pendidikan SMA 1 B. Keterjangkauan Layanan Pendidikan SMA 4 C. Kualitas Layanan Pendidikan SMA 6 D. Kesetaraan Layanan Pendidikan SMA 7 E. Pendidikan Menengah Universal (PMU) 10 F. Identifikasi Masalah 12 BAB II. Visi, Misi dan Terget Kerja Direktorat Pembinaan SMA A. Visi dan Misi 13 B. Tujuan Strategis dan Terget Kinerja 14 BAB III. Organisasi dan Anggaran A. Organisasi Pelaksana 20 B. Rincian Tugas dan Fungsi 22 C. Anggaran Direktorat Pembinaan SMA Tahun D. Alokasi Anggaran 2013 Pada Setiap Sub Direktorat 25 BAB IV. Program Kerja Tahun 2012 A. Ketersediaan Layanan Pendidikan SMA 32 B. Keterjangkauan Layanan Pendidikan SMA 35 C. Kualitas Layanan Pendidikan SMA 36 D. Kesetaraan Layanan Pendidikan SMA 43 E. Kepastian Layanan Pendidikan SMA 44 F. Dekonsentrasi SMA 45 BAB V. PENUTUP Penutup 47 Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

5 BAB. I KONDISI UMUM PENDIDIKAN SMA nalisis kondisi umum pendidikan SMA diperlukan untuk mengidentifikasi isu, permasalahan, dan A tantangan pendidikan SMA. Identifikasi tersebut menjadi dasar dalam penyusunan Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMA, pokok-pokok kebijakan strategis, program dan sasaran. Berikut ini adalah analisis kondisi umum pendidikan SMA: A. Ketersediaan Layanan Pendidikan SMA Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Dasar (SD dan SMP) lebih tinggi dibandingkan dengan partisipasi pada jenjang Pendidikan Menengah (SMA/SMK/MA). Pada tahun 2010, Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP) mencatat APK Pendidikan Dasar telah mencapai 98.20%, sementara APK Pendidikan Menengah baru mencapai 70.53% dan APK SMA sebesar 30.81%. Berikut ini adalah gambaran perbandingan APK Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Gambar 1.1: Perbandingan APK Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Su mb er: Pu sat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP), Kemdikbud 2010 Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

6 Gambar diatas menunjukan masih terdapat gap/kesenjangan antara APK Pendidikan Dasar dengan APK Pendidikan Menengah. Masih terdapat 28% lulusan SMP/Sederajat yang belum tertampung di Pendidikan Menengah (SMA/SMK/MA). Kesenjangan APK Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah didorong oleh keberhasilan Program Wajib Belajar 9 Tahun pada Pendidikan Dasar. Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP) juga mencatat bahwa dari 497 Kabupaten/Kota (Kab/Kota) yang ada, sebanyak 235 Kabupaten/Kota atau 47.3% memiliki APK Pendidikan Menengah dibawah rata-rata nasional sebesar 70.53%. Berikut ini adalah gambar distribusi APK Pendidikan Menengah berdasarkan indeks kemiskinan propinsi pada tahun Gambar 1.2: Distribusi APK Pendidikan Menengah Berdasarkan Indeks Kemiskinan Propinsi Tahun 2012 Su mb er: Masterp lan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indon esia Gambar diatas menunjukan bahwa terdapat kecenderungan semakin tinggi tingkat kemiskinan suatu daerah maka semakin rendah APK daerahnya. Fakta tersebut sekaligus menunjukan bahwa terdapat korelasi antara tingkat kemiskinan dan partisipasi pendidikan di suatu daerah. Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

7 Rendahnya kemampuan daerah dalam menyediakan layanan pendidikan diyakini menjadi salah satu faktor rendahnya APK Pendidikan Menengah. Secara lebih spesifik, pada tahun 2012, Sekolah Menengah Atas (SMA) tercatat mengalami kekurangan Ruang Kelas untuk dapat menampung 1.8 Juta lulusan SMP/Sederajat yang mendaftar ke SMA. Berikut ini adalah distribusi dan kebutuhan ruang kelas per propinsi pada tahun Gambar 1.3: Distribusi dan Kebutuhan Ruang Kelas per Propinsi Tahun 2012 JAWA TIMUR JAWA TENGAH JAWA BARAT D.K.I JAKARTA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT ACEH SUMATERA SELATAN LAMPUNG BANTEN SULAWESI SELATAN BALI RIAU SULAWESI TENGGARA KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TIMUR D.I YOGYAKARTA NUSA TENGGARA TIMUR NUSA TENGGARA BARAT KALIMANTAN SELATAN BENGKULU JAMBI SULAWESI UTARA SULAWESI TENGAH MALUKU KALIMANTAN TENGAH BANGKA BELITUNG PAPUA SULAWESI BARAT MALUKU UTARA GORONTALO PAPUA BARAT KEPULAUAN RIAU 44,998 52,639 67,652 43,155 58,369 60,484 29,444 40,244 24,882 32,742 23,659 19,567 41,881 33,745 17,743 15,752 71,250 37,583 46,351 30,902 38,545 29,353 24,939 22,741 19,869 23,128 26,928 17,846 21,523 19,703 23,247 21,038 24,017 16,75019,234 8,091 10,161 15,20816,942 7,312 8,654 9,546 10,750 6,780 7,551 6,576 7,299 9,300 9, ,592 62,194 65,120 79,870 54,172 68,165 69,366 47,235 38, , , ,134 95, , , , ,906 JML DITERIMA JML PENDAFTAR Sum be r: Da ta Po kok Di re k tora t P em bi naa n SMA, Yang S u da h Diolah Selain kekurangan, ruang kelas SMA juga tidak seluruhnya dalam kondisi baik. Dari total ruang kelas SMA, tercatat sebanyak 4.14% atau ruang dalam kondisi rusak berat dan 10.67% atau ruang dalam kondisi rusak ringan. Berikut ini adalah gambar persentase kondisi ruang kelas SMA pada tahun Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

8 Gambar 1.4: Persentase Kondisi Ruang Kelas SMA % % % BAIK RUSAK RINGAN RUSAK BERAT Su mb er: D ata Pokok D ir e ktorat P em b in aa n SM A, Yang Su da h Dio la h B. Keterjangkauan Layanan Pendidikan SMA Partisipasi pendidikan masyarakat cenderung menurun seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan. Angka partisipasi masyarakat pada jenjang Pendidikan Dasar lebih tinggi dibandingkan dengan jenjang Pendidikan Menengah. Demikian pula angka partisipasi masyarakat pada Pendidikan Tinggi lebih rendah dibandingkan dengan partisipasi Pendidikan Menengah. Berikut ini adalah ilustrasi mengenai penurunan partisipasi masyarakat pada setiap jenjang pendidikan. Gambar 1.5: Persentase Kondisi Ruang Kelas SMA Su mb er: D ata Pokok D ir e ktorat P em b in aa n SM A, Yang Su da h Dio la h Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

9 Gambar diatas menunjukan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan, maka semakin rendah tingkat partisipasi masyarakat. Terhadap gejala tersebut, Badan Pusat Statistik melalui Suvey Sosial Ekonomi Nasional membuat suatu analisa perbandingan antara komposisi pendidikan tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang siswa dengan tingkat kesejahteraan keluarga yang dihitung dari rata-rata pengeluaran keluarga dan dibagi menjadi 5 kelompok perlimaan (Quantile). Perlimaan/Quantile 1 adalah keluarga paling kaya dan Quantile 5 adalah keluarga termiskin. Berikut ini adalah ilustrasi mengenai hal tersebut. Gambar 1.6: Peranan Pendidikan dalam Pengembangan Perekonomian Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), Susenas 2009 Ilustrasi diatas menunjukan bahwa faktor ekonomi keluarga mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat. Terjadi kesenjangan partisipasi antara keluarga kaya dan miskin. Fenomena tersebut menunjukan bahwa jenjang Pendidikan Menengah didominasi oleh siswa yang berasal dari keluarga kaya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Pendidikan merupakan sebuah komoditas yang mahal dan sulit dijangkau oleh kaum miskin. Tidak terjangkaunya pendidikan bagi siswa miskin dikarenakan tingginya biaya pendidikan. Pada dasarnya, pendidikan yang baik membutuhkan biaya yang tinggi. Data Susenas (2009) mencatat bahwa rata-rata biaya pendidikan per siswa selama 6 bulan (Januari s.d. Juni 2009) adalah sebesar Rp ,-. Jumlah tersebut dirasakan sulit dijangkau oleh keluarga miskin yang memiliki pendapatan dibawah Rp ,-/bulan. Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

10 Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa kesempatan yang setara (equal opportunity) untuk mendapatkan layanan pendidikan, terutama untuk siswa yang berasal dari keluarga miskin, masih menjadi tantangan bagi pembangunan pendidikan SMA saat ini. C. Kualitas Layanan Pendidikan SMA Layanan Pendidikan yang baik sangat ditentukan oleh ketersediaan sarana dan prasarana mutu yang dimiliki oleh sekolah untuk mendukung kegiatan proses belajar mengajar. Kondisi kepemilikan sarana dan prasarana mutu tersebut, dari sisi jumlah masih belum memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP). Berikut ini adalah tabel Kepemilikan Sarana dan Prasarana Mutu SMA. Gambar 1.7: Kepemilikan Sarana dan Prasarana Mutu SMA Sarana & Prasarana Mutu Jumlah SMA A. Perpustakaan Memiliki Perpustakaan % Terhadap SMA 65% 64.1% 66.8% 69.5% 74.5% 83% B. Lab. IPA - Memiliki 3 Lab % terhadap SMA 9.48% 8.93% % 35.63% 52.41% - Memiliki 2 Lab Memiliki 1 Lab. IPA C. Lab. Komputer Memiliki Lab. Komputer % Terhadap SMA 37.4% 36.4% 40.2% 42.6% 47.8% 62% Sumber: Data Poko k D ir ek t orat P em b in aa n SM A, Yang Su da h D iola h Tabel diatas menunjukan bahwa kondisi kepemilikan sarana dan prasarana sekolah masih sangat minim, khususnya untuk sarana Laboratorium IPA dan Komputer. Selain minim, penyebarannya juga belum merata di seluruh daerah, sekolah-sekolah yang memiliki sarana dan prasarana lengkap sebagian besar berada di kota besar. Hal tersebut bisa menjadi salah satu penyebab terjadi dispartitas mutu sekolah. Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

11 Tantangan lainnya adalah masih sangat terbatasnya jumlah peralatan laboratorium dan bahan ajar. Hal tersebut membuat laboratorium ataupun sarana mutu belum dapat termanfaatkan secara maksimal dalam praktek belajar mengajar. Selain itu, jumlah tenaga pengelola laboratorium juga masih terbatas. Kondisi ini menjadi penyebab belum optimalnya pemanfaatan dan pendayagunan sarana dan prasarana mutu yang dimiliki sekolah. Fasilitas lain yang mempengaruhi mutu pendidikan ialah ketersediaan buku pelajaran. Secara nasional ratio buku per siswa di SMA adalah 0.65, belum menunjukkan ratio ideal yakni satu buku untuk satu siswa. Masalah lain, bukan hanya keterbatasan jumlah, tetapi buku belum dijadikan sebagai sumber belajar dan belum tumbuhnya kesadaran membaca di kalangan siswa maupun guru. Hal lain yang terkait dengan sarana dan prasarana mutu pendidikan adalah masih sangat minimnya penggunaan TIK dalam mendukung kegiatan proses belajar mengajar. Pemanfaatan TIK sekolah-sekolah di Indonesia masih sangat tertinggal bila dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Salah satu penyebab minimnya pemanfaatan TIK adalah kurangnya fasilitas TIK, yaitu komputer. Jumlah komputer yang dimiliki sekolah untuk pembelajaran rata-rata tidak sebanding dengan jumlah siswanya. Rata-rata nasional, rasio jumlah komputer dibanding jumlah siswa pada tahun 2009 adalah 1 banding 140. Artinya setiap unit komputer digunakan oleh 140 siswa. D. Kesetaraan Layanan Pendidikan SMA Disparitas kepemilikan kondisi pendidikan seperti kepemilikan fasilitas mutu dan kualitas guru berimplikasi pada tidak meratanya kualitas layanan pendidikan SMA antar daerah. Ketimpangan dapat terlihat pada hasil belajar antar sekolah kota dan desa dan antar sekolah negeri dan swasta. Berikut ini adalah distribusi nilai Ujian Nasional murni SMA per kabupaten/kota berdasarkan indeks kemiskinan. Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

12 Gambar 1.8 Distribusi Nilai UN Murni SMA Kabupaten/Kota Tahun 2012 Berdasarkan Indeks Kemiskinan Sumber: Data Poko k D ir ek t orat P em b in aa n SM A, Yang Su da h D iola h Gambar diatas menunjukan adanya kecenderungan semakin rendah tingkat kesejahteraan daerah maka semakin rendah pula hasil belajarnya (Ujian Nasional). Hal tersebut mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan suatu daerah cenderung berbanding lurus dengan kualitas pendidikan yang dihasilkan. Namun, gambar diatas juga menunjukan adanya daerah-daerah yang memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi, tetapi nilai rata-rata UN daerahnya rendah, hal ini terjadi di Kabupaten Sukamara dan Murung Raya (Propinsi Kalimantan Tengah). Hal tersebut sekaligus menunjukan bahwa tingkat kesejahteraan bukan satu-satunya faktor tingginya kualitas pendidikan suatu daerah, faktor geografis (kota-desa) juga memiliki pengaruh terhadap kualitas pendidikan suatu daerah. Daerah-daerah tertinggal cenderung memiliki kualitas pendidikan yang rendah dibandingkan dengan daerah perkotaan. Berikut ini adalah peta daerah tertinggal dan perbatasan. Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

13 Gambar 1.9 Peta Daerah Tertinggal (3T, Nelayan, dan Perbatasan) Sumber: Data Poko k D ir ek t orat P em b in aa n SM A, Yang Su da h D iola h Lebih lanjut lagi ketimpangan akan lebih terlihat ketika kita membandingkan hasil belajar pendidikan formal SMA dengan program kesetaraan SMA (Paket C). Kualitas output/keluaran dari Pendidikan Kesetaraan Paket C diharapkan memiliki kompetensi yang tidak jauh berbeda dengan kualitas keluaran SMA. Namun, dalam berbagai aspek penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan Paket C masih belum terlaksana sesuai dengan standar yang ada. Dari sisi tenaga pendidik, jumlah tenaga pendidik paket C (Tutor) masih sangat minim. Selain itu, belum semua tutor mengajar sesuai dengan bidang kompetensinya, hal ini terlihat dari banyaknya tutor yang merangkap berbagai bidang studi. Dari sisi sarana dan prasarana belajar, belum seluruh lembaga penyelenggara memiliki bahan ajar yang lengkap. Selain itu, ruang belajar masih belum memadai untuk proses belajar mengajar. Hal tersebut terjadi karena lembaga penyelenggara masih sangat bergantung dari bantuan pemerintah. Selain kualitas, citra Paket C saat ini cukup memprihatinkan. Program kesetaraan Paket C terkadang hanya dijadikan alat oleh sebagian masyararat untuk mendapatkan ijazah dengan cara instan (tanpa melalui pembelajaran). Lembaga Paket C yang dikelola sesuai dengan standar cenderung ditinggalkan oleh peserta didiknya dan beralih ke lembaga yang tidak sesuai standar (yang hanya melakukan UN saja). Tantangan lainnya adalah masalah pendataan lembaga penyelenggara paket C. Sejauh ini belum ada data yang cukup akurat mengenai jumlah lembaga penyelenggara, jumlah tutor, maupun jumlah peserta didik Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

14 Paket C. Sulitnya pendataan ini dikarenakan cukup banyaknya lembaga penyelenggara Paket C hanya membuka program ini pada saat-saat tertentu saja (On-Off), khususnya pada saat ada bantuan dari pemerintah. E. Pendidikan Menengah Universal (PMU) Penyelenggaraan PMU dilatar-belakangi oleh konsekuensi logis keberhasilan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun. Data dari Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP, 2011) menunjukkan bahwa dari 4,2 juta lulusan SMP sebesar 1,2 juta tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah dikarenakan keterbatasan daya tampung sekolah. Keterbatasan daya tampung pendidikan menengah ini berdampak pada rendahnya angka partisipasi kasar (APK) siswa di jenjang sekolah menengah dibandingkan dengan jenjang pendidikan SD dan SMP sederajat. Selama lima tahun terakhir angka partisipasi kasar (APK) pendidikan jenjang menengah terus mengalami peningkatan, yaitu dari 52,20% pada tahun 2005/2006 menjadi 70,53% pada tahun 2010/2011. Namun demikian, angka partisipasi sekolah seiring dengan perjalanan waktu tempuh pendidikan dari jenjang pendidikan dasar, menengah sampai pendidikan tinggi mengalami penurunan. Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk jenjang SD sederajat pada tahun 2011 mencapai 115,3%, sedangkan APK SMP sederajat mencapai 98,2%. Angka partisipasi tersebut mengalami penurunan tajam pada jenjang pendidikan menengah dengan capaian APK hanya sebesar 70,5%. Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya jumlah lulusan yang putus sekolah (DO) dan tidak melanjutkan, yang jumlahnya semakin meningkat seiring dengan jenjang pendidikan yang ditamatkan. Untuk jenjang pendidikan menengah keterbatasan daya tampung menjadi penyebab tidak melanjutkannya lulusan SMP sederajat. Untuk itu diperlukan sebuah program akselerasi penyediaan layanan pendidikan berupa percepatan penyediaan fasilitas akses pendidikan menengah melalui PMU. Program ini pada dasarnya merupakan pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada seluruh warga negara Republik Indonesia untuk mengikuti pendidikan menengah yang bermutu. Tujuan utama PMU adalah meningkatkan kualitas penduduk Indonesia dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa, peningkatan kehidupan sosial politik serta kesejahteraan masyarakat. Sasarannya adalah pada tahun 2020 angka partisipasi kasar (APK) pendidikan menengah sekurang-kurangnya mencapai 97%. Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

15 Gambar 1.10 Skenario Percepatan Peningkatan APK Pendidikan Menengah No A. Data Dasar Komponen a. Jumlah Penduduk Usia Tahun orang 13,516,594 13,625,526 13,743,349 13,863,242 13,983,134 14,103,026 14,222,919 14,342,811 b. Angka Partisipasi Kasar (APK) SM persen 81.38% 85.18% 89.18% 92.78% 94.14% 95.50% 96.50% 97.00% c. Siswa Sekolah Menengah (SM) siswa 10,414,946 11,000,142 11,606,564 12,256,663 12,862,662 13,163,897 13,468,390 13,725,116 13,912,527 d. Penambahan Siswa siswa 585, , , , , , , ,410 e. Penambahan Rombel kelas 16,255 16,845 18,058 16,833 8,367 8,458 7,131 5,205 f. Penambahan Rombel Kemdikbud (90%) g. Penambahan Rombel Kemdikbud APBN (60%) Satuan kelas kelas Sasaran Pemenuhan Kebutuhan 14,630 15,161 16,252 15,150 7,530 7,612 6,418 4,685 8,778 9,096 9,751 9,090 4,518 4,567 3,851 2,811 h. Penambahan Rombel SMA (40%) kelas 3,511 3,639 3,901 3,636 1,807 1,827 1,540 1,124 i. Penambahan Rombal SMK (60%) kelas 5,267 5,458 5,851 5,454 2,711 2,740 2,310 1,686 Sumber: Gra n d Desig n P e n di d ika n Menenga h U niv e rs al Penyelenggaraan PMU menjadi krusial untuk upaya peningkatan angka partisipasi sekolah, menurunkan disparitas angka partisipasi sekolah antar wilayah, serta menguatkan daya saing bangsa. PMU mengusung semangat menjangkau siswa didaerah terpencil dan kepulauan yang susah untuk dijangkau (reaching the unreach), upaya percepatan tersebut mempunyai target sasatan APK pendidikan menengah nasional sebesar 97% dan diperkirakan tercapai pada tahun Apabila tanpa upaya percepatan tersebut maka sasaran nasional tersebut diperkirakan baru akan tercapai pada tahun Penyelenggaraan PMU akan dimulai pada tahun 2012 dalam bentuk rintisan dan akan digulirkan mulai tahun Untuk implementasi PMU telah disusun perencanaan kebutuhan program yang meliputi penyediaan infrasturktur akses pendidikan melalui penyediaan Unit Sekolah Baru (USB) dan Ruang Kelas Baru (RKB), penyediaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Siswa Miskin (BSM), penyediaan pendidik dan tenaga kependidikan, Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

16 serta peningkatan proses pembelajaran yang didasarkan pada jumlah dan distribusi penduduk usia pendidikan jenjang menengah di tingkat kabupaten/kota. Perencanaan tersebut diatas dituangkan dalam sebuah skenario pencapaian sasaran PMU yang mengidentifikasi kebutuhan anggaran; pembagian peran antara Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat; serta perimbangan komposisi SMA dan SMK sesuai dengan potensi daerah. Gambar 1-11 Skenaio Peningkatan APK Provinsi Sumber: Gra n d Desig n P e n di d ika n Menenga h U niv e rs al F. Identifikasi Masalah 1. Daya tampung SMA belum dapat menampung seluruh lulusan SMP dan sederajat. 2. Masih terdapat ruang kelas SMA yang rusak, baik rusak berat, sedang, maupun ringan. 3. Pendidikan SMA belum dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, karena tingginya biaya pendidikan yang harus ditanggung oleh masyarakat. 4. Kualitas proses belajar mengajar masih belum maksimal karena disebabkan oleh masih minimnya ketersediaan sarana dan prasarana mutu, khususnya untuk daerah-daerah terpencil. 5. Pendidikan masih tertinggal dan belum mampu bersaing secara global dengan negara - negara lainnya. 6. Masih terjadinya disparitas mutu pendidikan antar daerah. Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

17 BAB. II VISI, MISI DAN TARGET KINERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SMA A. VISI DAN MISI Mengacu pada Visi Pendidikan Nasional 2025, yaitu Menghasilkan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif atau Insan Kamil/Paripurna, RPJP, RPJM bidang pendidikan dan tema pembangunan pendidikan periode yang difokuskan pada penguatan layanan pendidikan bermutu dalam rangka meningkatkan kualitas dan daya saing pendidikan nasional, desentralisasi fiskal dan otonomi daerah, serta Visi 2014 Kementerian Pendidikan Nasional, yaitu Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan Nasional untuk Membentuk Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif. Tema Layanan Prima sendiri mengandung Misi 5-K Kemendiknas , yaitu meningkatkan: (1) Ketersediaan; (2) Keterjangkauan; (3) Kualitas/Mutu dan Relevansi; (4) Kesetaraan; dan (5) Kepastian/Keterjaminan dalam memperoleh Layanan Pendidikan Bermutu bagi seluruh Rakyat Indonesia. Menyikapi tujuan dan makna yang terkandung dalam visi dan misi Kemendiknas serta memperhatikan secara seksama perkembangan kondisi dan tantangan dunia pendidikan ke depan, baik pada tingkat nasional, regional dan internasional, Direktorat Pembinaan SMA menetapkan visi pendidikan SMA, yaitu: Visi Direktorat Pembinaan SMA 2014 Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan SMA dan Kesetaraan SMA melalui Penguatan Instansi yang Profesional, Akuntabel, dan Berwibawa Sebagai Pendorong Menuju Sekolah Menengah Atas Yang Mandiri Berskala Nasional dan Internasional. Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

18 Pencapaian visi di atas diwujudkan dengan menetapkan misi pendidikan SMA dan kesetaraan SMA tahun , yaitu: 1. Ketersediaan layanan pendidikan Sekolah Menengah Atas dan Kesetaraan Sekolah Menengah Atas yang merata di semua provinsi, kabupaten, kota. 2. Keterjangkauan layanan pendidikan Sekolah Menengah Atas dan Kesetaraan Sekolah Menengah Atas oleh semua lapisan masyarakat, tanpa melihat latar belakang ekonomi, status sosial, gender dan kondisi geografis. 3. Kualitas dan relevansi layanan pendidikan Sekolah Menengah Atas dan Kesetaraan Sekolah Menengah Atas yang mampu mengembangkan potensi dan karakter peserta didik untuk masuk ke perguruan tinggi atau terjun ke masyarakat. 4. Kesetaraan bagi semua lapisan masyarakat untuk memperoleh layanan pendidikan bermutu Sekolah Menengah Atas dan Kesetaraan Sekolah Menengah Atas. 5. Terwujudnya sistem tata kelola yang amanah dan handal dalam menjamin terselenggaranya layanan prima pendidikan Sekolah Menengah Atas dan Kesetaraan Sekolah Menengah Atas. B. TUJUAN STRATEGIS DAN TARGET KINERJA Tujuan strategis Direktorat Pembinaan SMA diarahkan untuk mendukung pencapaian tujuan strategis Kemendiknas pada jenjang Sekolah Menengah Atas dan Kesetaraan Sekolah Menengah Atas yang dirumuskan berdasarkan sistem tata kelola untuk menghasilkan layanan prima sebagaimana dikehendaki dalam rumusan Visi dan Misi Kemendiknas , yaitu sebagai berikut: Tabel 2.1. Tujuan Strategis Pembangunan Pendidikan SMA Kode Tujuan Strategis SMA T.1 Tersedianya layanan pendidikan Sekolah Menengah Atas dan Kesetaraan Sekolah Menengah Atas yang merata di semua propinsi, kabupaten, dan kota T.2 Terjangkaunya layanan pendidikan yang bermutu Sekolah Menengah Atas dan Kesetaraan Sekolah Menengah Atas tanpa melihat kondisi ekonomi, status, dan kondisi geografis di semua propinsi dan kabupaten/kota Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

19 Kode Tujuan Strategis SMA T.3 Kualitas dan relevansi layanan pendidikan Sekolah Menengah Atas dan Kesetaraan Sekolah Menengah Atas yang mampu mengembangkan potensi kecerdasan peserta didik untuk masuk ke Perguruan Tinggi atau bekerja ditengah-tengah masyarakat. T.4 Kesetaraan bagi semua lapisan masyarakat dalam memperoleh layanan pendidikan Sekolah Menengah Atas dan Kesetaraan Sekolah Menengah Atas yang bermutu. T.5 Terwujudnya sistem tata kelola yang amanah dan handal dalam menjamin terselenggaranya layanan prima pendidikan Sekolah Menengah Atas dan Kesetaraan Sekolah Menengah Atas. Untuk keperluan pengukuran ketercapaian tujuan strategis pembangunan pendidikan Sekolah Menengah Atas dan Kesetaraan Sekolah Menengah Atas, diperlukan sejumlah sasaran strategis yang menggambarkan kondisi yang harus dicapai pada tahun Sasaran strategis untuk setiap tujuan tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 2.2. Sasaran Strategis Pembangunan Pendidikan SMA Sasaran Srategis Indikator Kinerja Target 2013 Target Kinerja S3.1 Meningkatnya APK SMA dan Paket C Nasional Mencapai 38,3% APK SMA Nasional 35.74% APK Paket C Nasional 2.20% S3.2 Meningkatkan Persentase SMA/SMK/SMLB yang Memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) dengan Akreditasi Minimal B Sebesar 58 % Persentase SMA Memiliki Sarana Prasarana Sesuai SNP Persentase SMA/Paket C Menerapkan Standar Isi, Standar Proses, Standar Kelulusan, dan Standar Pengelolaan Sesuai SNP 60% 50% Persentase SMA Menerapkan Pendidikan Karakter 90% Persentase Siswa SMA Mendapat Beasiswa Prestasi 1% Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

20 Sasaran Srategis Indikator Kinerja Persentase Siswa SMA Mengikuti Olimpiade, Festival, Lomba, Debat Tingkat Nasional dan Internasional Target 2013 Target Kinerja 7.5% S3.4 Meningkatnya Satker Mendapat Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Program Pendidikan Menengah Mencapai 98% Satker yang Mendapat Dukungan Manajemen dan Layanan Teknis SMA 100% Untuk mencapai target sasaran strategis pada tahun 2014 telah ditetapkan pembabakan pencapain target sasaran strategis per tahun yang tertuang dalam Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Direktorat Pembinaan SMA. Berikut tabel IKK Direktorat Pembinaan SMA. Tabel 2.3. Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Direktorat Pembinaan SMA KODE IKK INDIKA TOR TARGET TAHUN KODE Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun OUTPUT Unit Sekolah Baru (USB) APK SMA Nasional % 30.81% 31.01% 33.20% 35.74% 38.29% SMA Ruang Kelas Baru (RKB) SMA Bantuan Siswa Miskin (BSM) SMA Bantuan Operasional Sekolah (BOS) SMA APK Paket C Bantuan Operasional Paket C % 2.00% 2.10% 2.10% 2.20% 2.20% Nasional (BOP Paket C) Persentase SMA Ruang Perpustakaan SMA Memiliki Sarana % 30% 40% 50% 60% 70% Prasarana Sesuai Ruang Lab. IPA SMA SNP Ruang Lab. Komputer / Multimedia SMA Ruang Pusat Sumber Belajar TIK SMA Rehabilitasi Prasarana SMA Asrama SMA Sarana dan Prasarana SMA Lainnya Ruang Serba Guna SMA Pengembangan SMA di Daerah 3T & Kluster 4 Pengembangan SMA di Papua & Papua Barat

21 KODE IKK Persentase SMA/Paket C Menerapkan Standar Isi, Standar Proses, Standar Kelulusan, Dan Standar Pengelolaan Persentase SMA Menerapkan Pendidikan Karakter Persentase Siswa SMA Mendapat Beasiswa Persentase Siswa SMA Mengikuti Olimpiade, Festival, Lomba, Dan Debat Tingkat Nasional Maupun Internasional Satker Yang Mendapat Dukungan Manajemen Dan Layanan Teknis SMA INDIKA TOR TARGET TAHUN % - 44% 47% 50% 60% KODE % 60% 75% 80% 90% 100% OUTPUT Pengembangan SMA di Masyarakat Peduli Pdk. Buku Perpustakaan, Alat L. IPA, Alat TIK Penerapan Standar Sarana Prasarana SMA SMA Rujukan/ SMA Model/ SMA Berprestasi Penerapan Pembelajaran Berbasis TIK Penerapan Pengelolaan Sekolah Berbasis TIK SMA Terpantau Memenuhi Standar Kelulusan Pedoman, Standar Subdit Program & Evaluasi Pedoman, Standar Subdit Pembelajaran Pedoman, Standar Subdit Sarana Prasarana Pedoman, Standar Subdit Kelembagaan & Peserta Didik Peningkatan Kualitas Kelembagaan Penerapan Standar Proses Paket C Penerapan Kurikulum Baru SMA di Sekolah Penerapan Pendidikan Karakter di Sekolah % 0% 0% 0% 1.00% 1.00% Beasiswa Bakat dan Prestasi Siswa SMA Olimpiade Sains SMA % 7.5% 7.5% 7.5% 7.5% 7.5% Nasional/ Internasional a Olimpiade Olahraga Siswa SMA Nasional/Intern b Festival Lomba Seni Siswa SMA Nasional Olimpiade Penelitian Siswa SMA Indonesia (OPSI) Debat Bahasa Inggris Tingkat Nasional Perencanaan Program KEG Direktorat a Pemantauan Pelaksanaan Program Direktorat b Koordinasi Propinsi Dengan Kab/Kota (Dekonsentrasi) Informasi Layanan Kebijakan (Pengolahan Data) Layanan Perkantoran Untuk mencapai target IKK tahun 2013, Direktorat Pembinaan SMA telah menyusun kebijakan dan program yang relevan. Berikut tabel kebijakan dan program Direktorat Pembinaan SMA tahun 2013 dalam usaha untuk mencapai target IKK Tahun Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

22 Tabel 2.4. Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), Kebijakan, dan Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun 2013 KODE IKK INDIKA TOR TARGET TAHUN KODE OUTPUT Unit Sekolah Baru (USB) APK SMA Nasional % 30.81% 31.01% 33.20% 35.74% 38.29% SMA Ruang Kelas Baru (RKB) SMA Bantuan Siswa Miskin (BSM) SMA Bantuan Operasional Sekolah (BOS) SMA APK Paket C Nasional % 2.00% 2.10% 2.10% 2.20% 2.20% Bantuan Operasional Paket C (BOP Paket C) Persentase SMA Ruang Perpustakaan SMA Memiliki Sarana % 30% 40% 50% 60% 70% Prasarana Sesuai SNP Ruang Lab. IPA SMA Ruang Lab. Komputer / Multimedia SMA Ruang Pusat Sumber Belajar TIK SMA Rehabilitasi Prasarana SMA Persentase SMA/Paket C Menerapkan Standar Isi, Standar Proses, Standar Kelulusan, Dan Standar Pengelolaan % - 44% 47% 50% 60% Asrama SMA Sarana dan Prasarana SMA Lainnya Ruang Serba Guna SMA Pengembangan SMA di Daerah 3T & Kluster 4 Pengembangan SMA di Papua & Papua Barat Pengembangan SMA di Masyarakat Peduli Pdk. Buku Perpustakaan, Alat L. IPA, Alat TIK Penerapan Standar Sarana Prasarana SMA SMA Rujukan/ SMA Model/ SMA Berprestasi Penerapan Pembelajaran Berbasis TIK Penerapan Pengelolaan Sekolah Berbasis TIK SMA Terpantau Memenuhi Standar Kelulusan Pedoman, Standar Subdit Program & Evaluasi Pedoman, Standar Subdit Pembelajaran Pedoman, Standar Subdit Sarana Prasarana Pedoman, Standar Subdit Kelembagaan & Peserta Didik Peningkatan Kualitas Kelembagaan Penerapan Standar Proses Paket C Penerapan Kurikulum Baru SMA di Sekolah Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

23 KODE IKK Persentase SMA Menerapkan Pendidikan Karakter INDIKA TOR TARGET TAHUN KODE OUTPUT % 60% 75% 80% 90% 100% Penerapan Pendidikan Karakter di Sekolah Persentase Siswa SMA Mendapat Beasiswa % 0% 0% 0% 1.00% 1.00% Beasiswa Bakat dan Prestasi Siswa SMA Persentase Siswa SMA Olimpiade Sains SMA Mengikuti Olimpiade, % 7.5% 7.5% 7.5% 7.5% 7.5% Nasional/ Internasional Festival, Lomba, Dan Olimpiade Olahraga Siswa a Debat Tingkat Nasional SMA Nasional/Intern. Maupun Internasional Festival Lomba Seni Siswa b SMA Nasional Olimpiade Penelitian Siswa SMA Indonesia (OPSI) Debat Bahasa Inggris Tingkat Nasional Satker Yang Mendapat Dukungan Manajemen Dan Layanan Teknis SMA KEG Perencanaan Program Direktorat a Pemantauan Pelaksanaan Program Direktorat b Koordinasi Propinsi Dengan Kab/Kota (Dekonsentrasi) Informasi Layanan Kebijakan (Pengolahan Data) Layanan Perkantoran Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

24 BAB. III ORGANISASI DAN ANGGARAN alam rangka menjalankan visi yang ditetapkan, maka D Direktorat Pembinaan SMA menyesuaikan struktur organisasi dan penganggaran berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) untuk mencapai sasaransasaran strategis yang telah ditetapkan. Berikut ini adalah struktur organisasi dan anggaran berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi dari Direktorat Pembinaan SMA. A. ORGANISASI PELAKSANA Secara organisasi, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas terdiri atas 4 (empat) sub direktorat, 8 (delapan) seksi dan dan 1 (satu) sub bagian. Rincan detail organisasi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Sub Direktorat Program dan Evaluasi Sub Direktorat program dan Evaluasi mempunyai tugas untuk melaksanakan penyusunan bahan perumusan kebijakan, program dan anggaran, kerja sama, pemberdayaan peran serta masyarakat, evaluasi pelaksanaan program dan anggaran, dan pelaporan Direktorat. Sub Direktorat Program dan Evaluasi terdiri dari 2 seksi, yaitu: a. Seksi Penyusunan Program b. Seksi Evaluasi Program 2. Sub Direktorat Pembelajaran Sub Direktorat Pembelajaran mempunyai tugas untuk melaksanakan penyusunan bahan perumusan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan, fasilitasi penerapan standar teknis kurikulum, dan akreditasi Sekolah Menengah Atas dan kesetaraan Sekolah Menengah Atas. Sub Direktorat Pembelajaran terdiri dari 2 seksi, yaitu: a. Seksi Pelaksanaan Kurikulum b. Seksi Penilaian dan Akreditasi Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

25 3. Sub Direktorat Sarana dan Prasarana Sub Direktorat Sarana dan Prasarana mempunyai tugas untuk melaksanakan penyusunan bahan perumusan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan serta fasilitasi penerapan standar teknis sarana dan prasarana Sekolah Menengah Atas serta kesetaraan Sekolah Menengah Atas. Sub Direktorat Sarana dan Prasarana teridiri dari 2 seksi, yaitu: a. Seksi Sarana b. Seksi Prasarana 4. Sub Direktorat Kelembagaan dan Peserta Didik Sub Direktorat Kelembagaan dan Peserta Didik mempunyai tugas untuk melaksanakan penyusunan bahan perumusan dan koordinasi pelaksanaan kebijkan serta fasilitasi penerapan standar teknis kelembagaan dan pemberdayaan sekolah serta pembinaan bakat, prestasi, dan karakter peserta didik Sekolah Menengah Atas dan kesetaraan Sekolah Menengah Atas. Sub Direktorat Kelembagaan dan Peserta Didik terdiri dari 2 seksi, yaitu: a. Seksi Kelembagaan b. Seksi Peserta Didik 5. Sub Bagian Tata Usaha Sub Bagian Tata Usaha memiliki tugas untuk urusan persuratan, kepegawaian, keuangan, barang milik negara, dan kerumahtanggaan Direktorat. Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

26 Gambar 3.1. Struktur Organisasi Direktorat Pembinaan SMA DIREKTUR PEMBINAAN SMA Subbagian Tata Usaha Subdirektorat Program dan Evaluasi Subdirektorat Pembelajaran Subdirektorat Sarana dan Prasarana Subdirektorat Kelembagaan dan Peserta Didik Seksi Penyusunan Program Seksi Pelaksanaan Kurikulum Seksi Sarana Seksi Kelembagaan Seksi Evaluasi Program Seksi Penilaian dan Akreditasi Seksi Prasarana Seksi Peserta Didik B. RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI Mengacu pada Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah pasal 338, tugas Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas adalah melaksanakan perumusan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan serta fasilitasi penerapan standar teknis di bidang Sekolah Menengah Atas dan kesetaraan Sekolah Menengah Atas. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 338 tersebut, Direktorat Pembinaan SMA menyelenggarakan fungsinya sebagai berikut: Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

27 1. Perumusan kebijakan di bidang pembelajaran, sarana dan prasarana, kelembagaan, dan peserta didik Sekolah Menengah Atas dan kesetaraan Sekolah Menengah Atas. 2. Koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pembelajaran, sarana dan prasarana, kelembagaan, dan peserta didik Sekolah Menengah Atas dan kesetaraan Sekolah Menengah Atas. 3. Fasilitasi dan pemberian bimbingan teknis penerapan norma, standar, prosedur, dan kriteria pembelajaran, sarana dan prasarana, kelembagaan, dan peserta didik Sekolah Menengah Atas dan kesetaraan Sekolah Menengah Atas. 4. Pelaksanaan kerjasama dan pemberdayaan peran serta masyarakat di bidang pembinaan Sekolah Menengah Atas dan kesetaraan Sekolah Menengah Atas. 5. Evaluasi penerapan norma, standar, prosedur, dan kriteria pembelajaran, sarana dan prasarana, kelembagaan, dan peserta didik Sekolah Menengah Atas dan kesetaraan Sekolah Menengah Atas. 6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. C. ANGGARAN DIREKTORAT PEMBINAAN SMA TAHUN 2013 Untuk mendukung tercapainya Indikator Kinerja Kunci melalui pelaksanaan kebijakan dan program, Direktorat Pembinaan SMA mendapatkan alokasi anggaran APBN pada tahun 2013 adalah sebesar Rp milyar. Alokasi anggaran ini naik sebesar 138% atau Rp milyar, dibandingkan dengan anggaran tahun 2012 sebesar Rp miyar. Kenaikan anggaran ini difokuskan untuk pelaksanaan program Pendidikan Menengah Universal (PMU), melalui alokasi dana rintisan Bantuan Operasional Sekolah Menengah (BOS) SMA dan penyediaan sarana dan prasarana akses SMA seperti subsidi Ruang Kelas Baru (RKB) SMA dan Unit Sekolah Baru (USB) SMA. Anggaran pendidikan SMA dialokasikan untuk pencapaian misi 5K dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kebijakan pembangunan pendidikan SMA ke depan, lebih berfokus pada usaha peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, kesetaraan pendidikan, serta tata kelola dan akuntabilitas. Misi 5K dari Kementerian Pendidikan Nasional, memberikan peluang yang lebih besar bagi Direktorat Pembinaan SMA untuk lebih berfokus pada usaha peningkatan pilar- Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

28 pilar kebijakan pendidikan SMA. Tabel dibawah menjelaskan anggaran pada setiap Sub Direktorat di lingkungan Direktorat Pembinaan SMA beserta anggaran Dekonsentrasi. Tabel 3.1. Alokasi Anggaran Direktorat Pembinaan SMA Tahun 2013 Antara Dana Mengikat dan Tidak Mengikat No Kegiatan Dana Tidak Mengikat Jumlah (Dalam Ribuan) Prosentase 1 A. Pusat 97.7% Subdit. Program dan Evaluasi Subdit Pembelajaran Subdit Sarana dan Prasarana Subdit Kelembagaan dan Peserta Didik Subbag Tata Usaha Sub Jumlah Pusat B. Dekonsentrasi 2.3% Dekonsentrasi (Manajemen di 33 Propinsi) Alokasi Anggaran (Pusat+Dekon) % Tabel 3.2. Alokasi Anggaran Direktorat Pembinaan SMA Tahun 2013 Antara Pilar Kebijakan Pusat Dekon Total Bantuan Sosial Swakelola % Bantuan Sosial 92,1% 0% % Swakelola 5,7% 2,2% Ketersediaan Keterjangkauan Kualitas Kesetaraan Kepastian % Ketersediaan 17,1% 0% % Keterjangkauan 71,4% 0% % Kualitas 5% 0,8% Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

29 Pusat Dekon % Kesetaraan 2,5% 0% % Kepastian 1,7% 1,5% Gambar 3.3. Alokasi Anggaran Direktorat Pembinaan SMA Tahun 2013 Berdasarkan Pilar Kebijakan D. Alokasi Anggaran 2013 Pada Setiap Sub Direktorat Anggaran pendidikan SMA dialokasikan untuk pencapaian misi 5K dari Kementerian Pendidikan Nasional. Kebijakan pembangunan pendidikan SMA pada tahun ini, lebih berfokus pada usaha peningkatan ketersediaan melalui penyediaan ruang kelas, keterjangkauan melalui penyediaan bantuan dana operasional sekolah non personil, dan kualitas penyediaan fasilitas mutu sekolah dan kegiatan asistensi serta fasilitasi. Perintisan Program Pendidikan Menengah Universal (PMU) memberikan peluang bagi peluang yang lebih besar bagi Direktorat Pembinaan SMA untuk lebih berfokus pada usaha peningkatan pilar-pilar kebijakan pendidikan SMA tersebut. Berikut ini adalah anggaran pada setiap Sub Direktorat di lingkungan Direktorat Pembinaan SMA. Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

30 1. Sub Direktorat Program dan Evaluasi 2. Sub Direktorat Pembelajaran 3. Sub Direktorat Sarana dan Prasarana Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

31 4. Sub Direktorat Kelembagaan dan Peserta Didik 5. Sub Bagian Tata Usaha 6. Dekonsentrasi Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

32 BAB. IV PROGRAM KERJA TAHUN Dalam rangka mendukung visi, misi, dan sasaran strategis, maka Direktorat Pembinaan SMA menyusun kebijakan pembangunan pendidikan SMA yang didasari 5 kebijakan pokok pendidikan nasional. Kebijakan pokok pembangunan SMA meliputi: Ketersediaan, Keterjangkauan, Kualitas, Kesetaraan, dan Kepastian pengelolaan pendidikan. Berikut ini adalah program-program yang mendukung terwujudnya kebijakan pembangunan SMA tersebut. A. KETERSEDIAAN LAYANAN PENDIDIKAN SMA Kebijakan Ketersediaan Layanan Pendidikan ditujukan untuk penyediaan ruang belajar (supply). Penyediaan ruang belajar diwujudkan dalam bentuk penyediaan Unit Sekolah Baru, Pembangunan Ruang Kelas Baru, dan Rehabilitasi Bangunan SMA. Penyediaan ruang belajar tersebut dimaksudkan untuk memberikan layanan pendidikan di daerah-daerah terpencil dan daerah pemekaran, memenuhi ratio siswa/kelas, memberikan layanan single shift. Berikut ini adalah informasi mengenai program-program yang ditujukan untuk mendukung kebijakan ketersediaan layanan pendidikan. 1. Pembagunan Unit Sekolah Baru (USB) SMA Unit Sekolah Baru (USB) adalah bantuan pembangunan unit gedung baru untuk penyelenggaraan sekolah SMA Negeri yang diberikan kepada Kabupaten/Kota dalam rangka memperluas akses dan pemerataan layanan pendidikan SMA. Pembangunan Unit Sekolah Baru ini dilaksanakan secara swakelola oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Pada tahun 2013 ini program USB akan diimplementasikan dengan membangun 94 USB dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,-. Pembangunan Unit Sekolah Baru bertujuan untuk meningkatkan Angka Partisipasi Pendidikan SMA. Oleh karena itu, Bantuan ini ditujukan bagi daerah-daerah yang memiliki Angka Partisipasi Pendidikan (APK) rendah. Bantuan ini juga dapat diperuntukan bagi daerah-daerah terpencil yang tidak memiliki atau Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

33 kekurangan fasilitas pendidikan SMA. Selain itu, bantuan ini juga ditujukan bagi daerah atau wilayah perbatasan yang memerlukan layanan pendidikan SMA. Penyediaan bantuan sosial Unit Sekolah Baru (USB) SMA ini bertujuan untuk meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) Kabupaten/Kota melalui penyediaan sekolah baru. Kriteria daerah penerima USB adalah Kabupaten/Kota dengan capaian APK dibawah rata-rata nasional serta Kabupaten/Kota di daerah 3T serta menyediakan lahan yang siap bangun atas nama pemerintah daerah. 2. Pembagunan Ruang Kelas Baru (RKB) SMA Bantuan Ruang Kelas Baru (RKB) bertujuan untuk meningkatkan Angka Partisipasi Pendidikan masyarakat di suatu daerah. Oleh karena itu, bantuan Ruang Kelas Baru ini diprioritaskan untuk sekolah-sekolah yang memiliki daya tampung lebih kecil daripada jumlah siswa pendaftar. Selain itu, bantuan ini juga diperuntukan bagi sekolahsekolah yang menyelenggarakan pendidikan dengan mekanisme double shift. Pada tahun 2013 ini Direktorat Pembinaan SMA telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp ,- untuk membangun ruang kelas sebanyak ruang. Kriteria sekolah penerima bantuan adalah sebagai berikut: Lahan milik PEMDA (SMA Negeri) dan Yayasan (SMA Swasta) yang dibuktikan oleh Pejabat yang berwenang; Memiliki Rombongan Belajar lebih dari 3 dan jumlahnya terus meningkat; Diprioritaskan bagi SMA yang memiliki Rombongan Belajar lebih besar daripada ruang kelas yang ada; SMA dengan jumlah pendaftar lebih banyak dari kapasitas daya tampung yang ada; dan memiliki lahan kosong. Pada tahun 2013 ini, Direktorat Pembinaan SMA membuka peluang bagi donatur untuk berpartisipasi dalam pembangunan ruang kelas. Hal ini diwujudkan dalam program Public Private Participantion. Program ini bertujuan mendorong pihak donatur, baik individu maupun kelompok, untuk berpartisipasi dalam pembangunan Ruang Kelas Baru. Donatur dapat mencantumkan identitasnya pada Ruang Kelas yang dibangun. Disamping dana dari donatur, Direktorat Pembinaan SMA juga akan memberikan alokasi anggaran terkait dengan pembangunan ruang kelas, kuota RKB disesuaikan dengan bantuan dari donatur. Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

34 Penyediaan bantuan sosial Ruang Kelas Baru (RKB) selain bertujuan untuk meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) Kabupaten/Kota melalui penyediaan ruang kelas. SMA penerima RKB diharapkan dapat memperluas daya tampung sekolahnya sehingga mampu menyerap lulusan SMP sederajat untuk melanjutkan ke jenjang SMA. 3. Rehabilitasi Ruang Belajar SMA Program ketersediaan layanaan pendidikan tidak hanya diaplikasikan melalui penyediaan ruang belajar, tetapi juga dengan melakukan rehabilitasi bangunan/ruang yang rusak. Tujuan dari rehabilitasi bangunan/gedung ini ditujukan untuk membantu perbaikan bangunan/gedung atau prasarana fisik sekolah lainnya yang mengalami kerusakan. Bantuan rehabilitasi ini diperuntukan bagi bangunan/gedung yang mengalami kerusakan, yang apabila diperbaiki masih layak untuk digunakan. Bantuan rehabilitasi ini diprioritaskan kepada sekolah yang mengalami kerusakan berat dan sedang, yang meliputi: penggantian rangka atap; penggantian rangka plafond; penggantian rangka kayu; penggantian kusen; dan penggantian semua penutup atap. Bantuan ini juga diperuntukan bagi sekolah yang mengalami kerusakan pada ruang kelas yang menyebabkan terganggunya proses belajar mengajar. Pada tahun 2013 ini program rehabilitasi dialokasikan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK). Melalui mekanisme DAK, maka peruntukan alokasi anggaran untuk rehabilitasi tergantung dari kebijkan setiap pemerintah kabupaten/kota. Adapun proporsi anggaran DAK untuk rehabilitasi adalah sebesar 40% s.d. 50% dari total dana DAK yang diterima oleh pemerintah kabupaten/kota. Rehabilitasi ruang belajar rusak berat ini merupakan bagian dari program Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana DAK merupaka dana transfer dari Pemerintah ke pemerintah daerah dan akan dialokasikan ke sekolah dengan kondisi ruang belajar rusak berat. Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

35 B. KETERJANGKAUAN LAYANAN PENDIDIKAN SMA Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya angka partisipasi masyarakat terhadap pendidikan adalah faktor ekonomi. Untuk meningkatkan partisipasi pendidikan masyarakat, penyediaan layanan pendidikan saja belum cukup tanpa adanya usaha-usaha untuk meningkatkan daya beli (demand power) masyarakat. Untuk meningkatkan daya beli masyarakat terhadap pendidikan, maka Direktorat Pembinaan SMA menyalurkan bantuan pendidikan bagi siswa miskin dan bantuan operasional kepada sekolah. Dalam rangka meningkatkan daya beli masyarakat terhadap pendidikan, maka Direktorat Pembinaan SMA melaksanakan program Bantuan Siswa Miskin (BSM) SMA dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) SMA. Melalui program-program tersebut diharapkan dapat mewujudkan layanan pendidikan SMA yang terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Berikut ini adalah penjelasan dari programprogram tersebut. 1. Bantuan Siswa Miskin (BSM) SMA Sebagai usaha untuk menekan angka putus sekolah siswa SMA, Direktorat Pembinaan SMA memberikan bantuan dana untuk keperluan pribadi siswa melalui program Bantuan Siswa Miskin (BSM) SMA. Program BSM bertujuan untuk membantu siswa miskin dalam memenuhi biaya pendidikannya. Program ini juga sekaligus memberikan peluang dan kesempatan yang lebih besar kepada siswa miskin untuk terus bersekolah hingga menyelesaikan pendidikan SMA. Program BSM adalah pemberian dana pendidikan secara langsung kepada siswa miskin untuk memenuhi biaya pribadi peserta didik, meliputi: buku dan alat tulis sekolah; pakaian dan perlengkapan sekolah; transportasi siswa ke sekolah; dan uang saku siswa ke sekolah. Sasaran BSM pada tahun 2013 ini adalah sebanyak siswa SMA dengan total alokasi dana sebesar Rp ,-. Biaya satuan (Unit Cost) untuk program ini adalah sebesar Rp per siswa per tahun atau Rp per siswa per 6 bulan/semester. Bantuan ini pada dasarnya diperuntukan bagi siswa miskin agar terhindar dari putus sekolah karena masalah ekonomi. Siswa miskin yang dapat menerima bantuan ini adalah siswa yang diusulkan oleh sekolah bersangkutan dan disetujui oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Proses seleksi siswa dilaksanakan oleh sekolah dengan mempertimbangkan berbagai kondisi lokal di daerahnya. Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

36 Kebijakan dan Program ini bertujuan untuk memberikan bantuan biaya pendidikan untuk siswa miskin SMA. 2. Bantuan Operasional Sekolah (BOS) SMA Untuk meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan SMA dan kualitas layanan pendidikan SMA, Pemerintah menyusun program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) SMA. BOS SMA adalah program Pemerintah berupa pemberian dana langsung ke sekolah dimana besaran dana bantuan yang diterima sekolah dihitung berdasarkan jumlah siswa masing-masing sekolah dan satuan biaya (unit cost) bantuan. Dana BOS SMA digunakan untuk membantu sekolah memenuhi biaya operasional sekolah non personalia. BOS SMA memberikan dana untuk membantu sekolah memenuhi biaya operasional sekolah. Sebagai wujud keberpihakan terhadap siswa miskin atas pengalokasian dana bantuan operasional sekolah tersebut, sekolah diwajibkan untuk membebaskan (fee waive) dan/atau membantu (discount fee) siswa miskin dari kewajiban membayar iuran sekolah dan biaya-biaya untuk kegiatan ekstrakurikuler siswa. Sasaran program pada tahap rintisan ini adalah SMA Negeri dan Swasta di seluruh Indonesia. Besar bantuan per sekolah diperhitungkan dari jumlah siswa, dimana program ini memperhitungkan jumlah siswa SMA nasional sebanyak Rp siswa SMA. Satuan biaya (unit cost) program BOS SMA sebesar Rp /siswa/tahun. Kebijakan dan Program ini bertujuan untuk menggantikan dana operasional sekolah yang dialokasikan untuk membebaskan dan / atau membantu biaya pendidikan bagi siswa miskin SMA diseluruh Indonesia. C. KUALITAS LAYANAN PENDIDIKAN SMA Peningkatan partisipasi pendidikan masyarakat harus diimbagi dengan peningkatan kualitas layanan pendidikan. Kebijakan yang berfokus pada mutu layanan pendidikan didasarkan pada salah satu tujuan pendidikan SMA, yakni mempersiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi. Berikut ini adalah programprogram peningkatan kualitas dan mutu pendidikan SMA. Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

37 1. Sekolah Rujukan (497 SMA) Sejalan dengan kebutuhan pendidikan yang bermutu bagi bangsa Indonesia, Pemerintah bersama dengan DPR RI menetapkan Undang- Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya pada pasal 50 ayat 3 yang memberikan amanat kepada pemerintah dan atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurangkurang satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi sekolah rujukan. Selanjutnya untuk menjamin terselenggaranya pendidikan bermutu yang didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan serta Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Jangka Panjang Pembangunan Nasional Tahun yang menetapkan bahwa prioritas RPJP Tahap 1 ( ) adalah meningkatkan kualitas dan akses masyarakat terhadap pendidikan. Berdasarkan amanat tersebut, Direktorat Pembinaan SMA melaksanan program SMA Rujukan. Pada tahun 2013 ini, Direktorat Pembinaan SMA akan membina 497 Sekolah Rujukan di seluruh Indonesia. Sekolah yang masuk program SMA Rujukan adalah sekolah yang sudah memenuhi SNP, berpotensi dan memilliki komitmen untuk didorong ke arah Sekolah Reference. Kebijakan dan Program ini bertujuan untuk menyediakan satu SMA sebagai acuan pengembangan mutu di setiap kabupaten/kota. Sasaran program mencakup 497 SMA. 2. Penerapan Kurikulum 2013 Kebutuhan akan sumberdaya manusia yang berkualitas semakin meningkat seiring dengan perkembangan zaman. Perdagangan bebas (baik pada tingkat regional maupun internasional) memberikan tantangan bagi Bangsa Indonesia untuk dapat bersaing. Selain itu, kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini berimplikasi pada terjadinya kecenderungan kenvergensi antara ilmu dengan teknologi. Berdasarkan hal tersebut, maka peningkatan kompetensi sumberdaya manusia Indonesia mutlak diperlukan untuk dapat bersaing di era globalisasi. Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

38 Implementasi kurikulum 2013 ini akan dilaksanakan pada SMA diseluruh Indonesia. Dalam rangka mensosialisasikan penerapan kurikulum 2013 dan meningkatkan mutu pembelajaran dan penilaian di SMA, Direktorat Pembinaan SMA melaksanakan berbagai program dan kegiatan antara lain melalui pengadaah buku kurikulum 2013; pelatihan guru, kepala sekolah, dan pengawas; pendampingan; supervisi; serta monitoring dan evaluasi. berikut ini adalah sasaran dalam implementasi kurikulum No Sasaran Jumlah 1 Sekolah SMA 2 Rombongan Belajar Rombel 3 Guru Guru 4 Siswa Siswa 5 Buku 1,178,808 Eksemplar 6 Sekolah SMA 7 Rombongan Belajar Rombel 8 Guru Guru Kebijakan dan Program ini bertujuan untuk mengimplementasikan kurikulum baru dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran SMA. 3. Penyediaan Fasilitas Mutu SMA Layanan pendidikan sangat ditentukan oleh ketersediaan sarana dan prasarana mutu yang dimiliki sekolah untuk mendukung kegiatan proses belajar mengajar. Kondisi kepemilikinan sarana dan prasarana tersebut, dari sisi jumlah masih belum memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP). Untuk itu, Direktorat Pembinaan SMA berupaya untuk memenuhi sarana dan prasarana mutu dengan memberikan bantuan pembangunan sarana dan prasarana mutu pendidikan kepada sekolah dalam bentuk dana bantuan sosial yang disalurkan langsung ke sekolah penerima. Untuk memenuhi kualitas layanan pendidikan yang sesuai atau mendekati Standar Nasional Pendidikan, maka pada tahun 2013 akan diberikan bantuan kepada sekolah untuk pembangunan 100 ruang laboratorium komputer dan 210 paket bantuan sosial peralatan TIK untuk mendukung laboratorium komputer, multi media dan ruang PSB. Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

39 Berikut ini adalah jumlah sasaran dan alokasi anggaran untuk program penyediaan fasilitas mutu. Kebijakan dan Program ini bertujuan untuk menyediakan fasilitas mutu SMA dalam upaya meningkatkan peningkatan kualitas pembelajaran. Sasaran program mencakup pembangunan 100 ruang laboratorium ruang laboratorium komputer baru, 210 paket bantuan peralatan TIK 4. Bimbingan Teknis Penerapan Pembinaan Karakter Bangsa SMA Meningkatnya partisipasi pendidikan ternyata belum sepenuhnya diikuti dengan pendidikan karakter dan akhlak mulia yang mampu membangun karakter bangsa yang kokoh. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan karakter bangsa, seperti: penggunaan narkoba; tindak kekerasan di sekolah; pornografi, dll. Pendidikan karakter mempunyai peranan penting dalam upaya pembangunan karakter dalam arti luas, guna mendukung terwujudnya peradaban bangsa yang unggul dan mulia. Sejalan dengan visi pendidikan nasional yakni menciptakan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif (Insan Kamil/Insan Paripurna), maka Direktorat Pembinaan SMA pada tahun 2013 ini akan melaksanakan Bimbingan Teknis Penerapan Pembinaan Karakter Bangsa. Bimbingan teknis ini meliputi: Pembinaan berwawasan lingkungan sehat, kebangsaan, dan karakter bangsa; pembinaan kepemimpinan dan kepanduan; pembinaan dan pendidikan kewirausahaan; dan pencegahan perilaku menyimpang (narkoba, kekerasan, HIV AIDS). Kegiatan Bimbingan Teknis ini direncanakan akan melibatkan Siswa SMA. Kebijakan dan Program ini bertujuan untuk mengembangkan karakter siswa. Impelementasi pelaksanaan program dilakukan melalui kegiatan pramuka dan kemah remaja dengan melibatakan sasaran mencakup siswa SMA. Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

40 5. Lomba Kelimuan SMA Salah satu kegiatan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan adalah mendorong minat siswa di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Usaha mendorong minat tersebut dilakukan dengan menyelenggarakan Olimpiade 8 bidang pengetahuan, yaitu: Fisika, Kimia, Biologi, Matematika, Astronomi, Komputer, Ekonomi, dan Kebumian. Untuk menumbuhkan budaya kompetisi dikalangan para siswa SMA, olimpiade keilmuan dilaksanakan secara berjenjang dari tingkat sekolah, kabupaten/kota, provinsi, nasional sampai dengan internasional. Ajang ini juga sekaligus menjadi alat seleksi untuk mewakili Indonesia di olimpiade internasional. Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2013 akan diselenggarakan di Bandung, Jawa Barat. Indonesia direncanakan akan mengirim siswa dari hasil seleksi dan pembinaan pemenang OSN 2013 untuk mengikuti berbagai event internasional yang akan diselenggarakan sepanjang tahun Jadwal olimpiade keilmuan dan negara penyelenggara yang akan diikuti oleh siswa-siswa wakil Indonesia dapat dilihat pada tabel dibawah: Tabel Jadwal Pelaksanaan Olimpiade Sains Tingkat Internasional Tahun 2013 Event Olimpiade Venues Jadwal International Mathematics Olympiad (IMO) International Physics Olympiad (IPhO) International Chemistry Olympiad (IChO) Bogota, Colombia Copenhagen, Denmark Moscow, Russia Juli Juli Juli International Biology Olympiad (IBO) Zurich, Swiss Juli International Olympiad in Informatics (IOI) International Astronomy Olympiad (IAO) International Olympiad in Astronomy and Astrophysics (IOAA) International Earth Science Olympiad (IESO) Brisbane, Australia Lithuania Athena, Yunani Mysoree,India Juli Agustus Juli Juli Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

41 Event Olimpiade Venues Jadwal International Geoscience Olympiad (IGEO) Kyoto, Jepang Agustus Pada tahun 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan target kepada Direktorat Pembinaan SMA untuk meningkatkan prestasi siswa Indonesia di semua event Olimpiade Internasional. Untuk mencapai target tersebut, kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi terkemuka di Indonesia akan dilanjutkan dalam bentuk program pembinaan khusus (training centre), sebelum siswa mengikuti olimpiade internasional. Pembinaan khusus dilaksanakan dalam III tahap, setiap tahap dilakukan evaluasi dan seleksi untuk menentukan siswa terbaik yang akan mewakili Indonesia di tingkat internasional. Kebijakan dan Program ini bertujuan untuk mengembangkan budaya kompetisi siswa dalam bidang akademik. Sasaran program mencakup 340 siswa SMA. 6. Lomba Olah Raga dan Seni Siswa Nasional SMA Dalam rangka meningkatkan semangat berolaharaga di kalangan siswa SMA, akan dilaksanakan kompetisi olahraga dan seni secara berjenjang dari tingkat kab/kota, provinsi, dan pusat. Kegiatan ini bertujuan untuk membangun fisik yang sehat, kuat dan membentuk karakter siswa yang bersikap sportif, jujur, berprestasi, menumbuhkan kecerdasan estetika, serta mempererat persatuan dan kesatuan bangsa. Kompetisi ini akan diikuti oleh total siswa SMA dari seluruh provinsi yang telah mengikuti seleksi di tingkat kabupaten/kota dan provinsi. Pada tahun 2013 ini, untuk olahraga, yang dipertandingkan hanya lima cabang, yaitu pencak silat, karate, atletik, tenis meja, dan bulu tangkis. Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

42 Sementara untuk seni, akan dipertandingkan 6 cabang kesenian, yaitu: Seni Baca Al Qur an, Seni Kriya/Keterampilan, Seni Membuat Poster, Seni Baca dan Cipta Cerpen, Seni Menyanyi Solo dan Seni Tari Berpasangan. Kebijakan dan Program ini bertujuan untuk mengembangkan budaya kompetisi siswa dalam bidang olahraga dan seni. Sasaran program mencakup siswa SMA. 7. Lomba Penelitian Siswa SMA Banyak ilmuwan terkemuka dari berbagai cabang ilmu pengetahuan lahir dari lomba yang sudah dilaksanakan sejak tahun Sejak saat itu setiap tahun dilaksanakan Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) bagi para remaja (siswa SLTA dan SLTP). Bidang ilmu yang dilombakan adalah pertanian, matematika, fisika (mesin dan elektronika), kimia, geologi, kesehatan, psiklogi, sastra, sejarah/budaya ekologi (antar bidang), ekonomi, manajemen, pendidikan, dan sosiologi. Tujuan penyelenggaraan lomba ini adalah mendorong siswa untuk gemar melakukan penelitian sejak usia remaja. Sejak tahun 2009 nama LPIR dirubah menjadi Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI). Pada tahun 2013, Olimpiade Penelitian Siswa akan dilaksanakan di Jakarta. Kebijakan dan Program ini bertujuan untuk mengembangkan budaya kompetisi siswa dalam bidang penelitian dan pengembangan. Sasaran program mencakup 330 siswa SMA. 8. Lomba Debat Bahasa Indonesia dan Bahasa Asing Siswa SMA Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemikiran analitik siswa dalam mengemukan dan mempertahankan pendapat, membangun rasa percaya diri, serta menumbuhkan sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan pendapat. Ajang debat ini akan membicarakan isu-isu hangat mengenai perkembangan kondisi nasional maupun internasional yang terjadi. Komponen kegiatan dalam program ini meliputi: (1) pemanggilan peserta dari sekolah yang memenuhi syarat dan kreteria, (2) pembinaan khusus, dan (3) pengiriman/ pemberangkatan peserta ke Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

43 lomba debat tingkat internasional. Pelaksanaan lomba debat tingkat internasional akan dilaksanakan di Antalya, Turki. Kebijakan dan Program ini bertujuan untuk mengembangkan budaya kompetisi siswa dalam bidang penelitian dan pengembangan. D. KESETARAAN LAYANAN PENDIDIKAN SMA Disparitas kepemilikan kondisi pendidikan seperti kepemilikan fasilitas mutu dan kualitas guru berimplikasi pada tidak meratanya kualitas layanan pendidikan SMA antar daerah. Ketimpangan dapat terlihat pada hasil belajar antar sekolah kota dan desa dan antar sekolah negeri dan swasta. Disparitas antar wilayah tidak hanya terkait dengan kepemilikan fasilitas mutu dan tenaga pengajar. Ketersediaan fasilitas akses layanan pendidikan juga menjadi tantangan utama pendidikan SMA. Pada daerah-daerah terpencil dan kepulauan besar kemungkinan belum tersedia sekolah SMA. Lebih lanjut lagi ketersediaan ruang kelas yang memadai masih menjadi tantangan utama pendidikan SMA terutama pada daerah-daerah terpencil dan kepulauan. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan kebijakan yang bersifat affirmatif (keberpihakan) pada daerah-daerah terpencil. Berikut ini adalah program-program mengenai hal tersebut. Kedua program tersebut merupakan bantuan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan SMA di beberapa daerah tertinggal. Untuk Program Bantuan Pengembangan SMA di Daerah Khusus, sasaran dari program tersebut adalah daerah-daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) dan daerah nelayan kluster IV. Sedangkan untuk Bantuan Pengembangan SMA di Papua dan Papua Barat ditujukan bagi sekolahsekolah di kedua propinsi tersebut. Kedua program tersebut merupakan bantuan pembangunan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan di sekolah yang bersangkutan. Melalui programprogram tersebut, diharapkan daerah-daerah tertinggal dapat Informasi Program Direktorat Pembinaan SMA Tahun

Hasil Pembahasan Pra-Musrenbangnas dalam Penyusunan RKP 2014

Hasil Pembahasan Pra-Musrenbangnas dalam Penyusunan RKP 2014 Hasil Pembahasan Pra-Musrenbangnas dalam Penyusunan RKP 2014 Deputi Menteri Bidang SDM dan Kebudayaan Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 SISTEMATIKA 1. Arah Kebijakan

Lebih terperinci

INFORMASI PROGRAM DIREKTORAT PEMBINAAN SMA TAHUN 2015

INFORMASI PROGRAM DIREKTORAT PEMBINAAN SMA TAHUN 2015 INFORMASI PROGRAM DIREKTORAT PEMBINAAN SMA TAHUN 2015 DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Dimulainya program

Lebih terperinci

INFOGRAFI PENDIDIKAN Tahun 2011/2012 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN TAHUN 2013

INFOGRAFI PENDIDIKAN Tahun 2011/2012 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN TAHUN 2013 INFOGRAFI PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Buku Infografi Pendidikan ini merupakan salah satu bentuk pendayagunaan data pendidikan

Lebih terperinci

Kebijakan dan Program DAK Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Dan Rencana Tahun 2014

Kebijakan dan Program DAK Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Dan Rencana Tahun 2014 Kebijakan dan Program DAK Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Dan Rencana Tahun 2014 Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013 DAFTAR ISI 1 KEBIJAKAN DAN PROGRAM

Lebih terperinci

Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013

Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013 DAFTAR ISI 1 Pengertian, Kebijakan,

Lebih terperinci

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Prof. Suyanto, Ph.D. Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 Tahapan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN SARANA PRASARANA UNTUK SEKOLAH SWASTA

KEBIJAKAN SARANA PRASARANA UNTUK SEKOLAH SWASTA KEBIJAKAN SARANA PRASARANA UNTUK SEKOLAH SWASTA Prof. Suyanto, Ph.D Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 Tahapan Pembangunan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR

BAB IV BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR 41 LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS Identifikasi Isu-Isu strategis Lingkungan Internal

BAB III ISU-ISU STRATEGIS Identifikasi Isu-Isu strategis Lingkungan Internal BAB III ISU-ISU STRATEGIS 3.1. Identifikasi Permasalahan Identifikasi permasalahan berisikan Isu-isu strategis yaitu isu-isu yang berkaitan dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumbawa

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Pendidikan telah menjadi sebuah kekuatan bangsa khususnya dalam proses pembangunan di Jawa Timur. Sesuai taraf keragaman yang begitu tinggi, Jawa Timur memiliki karakter yang kaya dengan

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL DISKUSI SIDANG KOMISI III PERCEPATAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN MENENGAH UNIVERSAL

LAPORAN HASIL DISKUSI SIDANG KOMISI III PERCEPATAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN MENENGAH UNIVERSAL LAPORAN HASIL DISKUSI SIDANG KOMISI III PERCEPATAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN MENENGAH UNIVERSAL Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan Sawangan, 26 s.d 28 Februari 2012 Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah

Lebih terperinci

Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Pelajaran

Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Pelajaran Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Pelajaran 2011-2012 A. Pengantar Madrasah (RA, MI, MTs dan MA) disebutkan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 merupakan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 NOMOR SP DIPA-23.2-/217 DS9899-2867-4768-95 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) SEKOLAH MENENGAH ATAS TAHUN 2013

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) SEKOLAH MENENGAH ATAS TAHUN 2013 PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) SEKOLAH MENENGAH ATAS TAHUN 2013 DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2013 PENGANTAR Kemiskinan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN HAK ATAS PENDIDIKAN DASAR DI INDONESIA

KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN HAK ATAS PENDIDIKAN DASAR DI INDONESIA KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN HAK ATAS PENDIDIKAN DASAR DI INDONESIA Prof. Suyanto, Ph.D. Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

ALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta

ALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 103 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI TAHUN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017 MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

DISPARITAS KEMISKINAN MASIH TINGGI - SEPTEMBER 2012

DISPARITAS KEMISKINAN MASIH TINGGI - SEPTEMBER 2012 DISPARITAS KEMISKINAN MASIH TINGGI - SEPTEMBER 2012 DKI JAKARTA BALI KALIMANTAN SELATAN BANGKA BELITUNG BANTEN KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN TIMUR KEPULAUAN RIAU SULAWESI UTARA KALIMANTAN BARAT SUMATERA

Lebih terperinci

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode. 1 010022 Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode. 1 010022 Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154 ALOKASI ANGGARAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN YANG DILIMPAHKAN KEPADA GUBERNUR (Alokasi Anggaran Dekonsentrasi Per Menurut Program dan Kegiatan) (ribuan rupiah) 1 010022 : DKI Jakarta 484,909,154

Lebih terperinci

Tabel 2 Ketimpangangan hasil pembangunan pendidikan antar wilayah masih belum terselesaikan

Tabel 2 Ketimpangangan hasil pembangunan pendidikan antar wilayah masih belum terselesaikan Pembangunan Bidang Pendidikan : Perencanaan Yang Lebih Fokus dan Berorientasi Ke Timur Indonesia Merupakan Solusi Atasi Kesenjangan dan Percepat Pencapaian Target Nasional Abstrak Kesenjangan input pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh karena itu perekonomian

Lebih terperinci

KEBIJAKAN STRATEGIS DI BIDANG PENDIDIKAN

KEBIJAKAN STRATEGIS DI BIDANG PENDIDIKAN KEBIJAKAN STRATEGIS DI BIDANG PENDIDIKAN KEBIJAKAN STRATEGIS DI BIDANG PENDIDIKAN I. Arah Kebijakan 1. Menyediakan pelayanan pendidikan dasar yang berkualitas yang dapat diakses oleh seluruh anak usia

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

TIM PENYUSUN PROGRAM KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SMA TAHUN Diterbitkan

TIM PENYUSUN PROGRAM KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SMA TAHUN Diterbitkan TIM PENYUSUN PROGRAM KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SMA TAHUN 2017 Diterbitkan DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2014 NOMOR : DIPA /2014 I A. INFORMASI KINERJA

DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2014 NOMOR : DIPA /2014 I A. INFORMASI KINERJA 1 Fungsi 10 PENDIDIKAN Sub Fungsi 10.02 PENDIDIKAN DASAR 10.90 PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN LAINNYA 2 Program 025.04.07 Program Pendidikan Islam Hasil (Outcome) 01 Meningkatnya Akses, Mutu, dan Daya Saing

Lebih terperinci

Kebijakan dan Program Pendidikan Menengah Tahun

Kebijakan dan Program Pendidikan Menengah Tahun Kebijakan dan Program Pendidikan Menengah Tahun 2013 Sutanto_bagren@yahoo.co.id Jakarta, 2013 DAFTAR ISI Pengantar 1 Kebijakan Ditjen Pendidikan Menengah 2 3 Implementasi Pendidikan Menengah Universal

Lebih terperinci

RAKER GUBERNUR KALBAR HUT PEMDA KALBAR KE 53 KOORDINASI PEMANTAPAN PENYELENGGARAAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2010

RAKER GUBERNUR KALBAR HUT PEMDA KALBAR KE 53 KOORDINASI PEMANTAPAN PENYELENGGARAAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2010 RAKER GUBERNUR KALBAR HUT PEMDA KALBAR KE 53 KOORDINASI PEMANTAPAN PENYELENGGARAAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2010 Drs. Alexius Akim, MM. Kepala Dinas Pendidikan Kalimantan Barat RAKOR GUBERNUR KALBAR

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 ten

2015, No Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 ten BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.890, 2015 KEMENDIKBUD. Lembaga Jaminan Mutu Pendidikan. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desentralisasi fiskal sudah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2001. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci

Risalah Kebijakan (POLICY BRIEF)

Risalah Kebijakan (POLICY BRIEF) Risalah Kebijakan (POLICY BRIEF) Badan Penelitian dan Pengembangan Inovasi Daerah Provinsi Lampung Strategi Pembangunan Pendidikan di Provinsi Lampung dalam rangka Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PIKIRAN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS 2017

POKOK-POKOK PIKIRAN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS 2017 POKOK-POKOK PIKIRAN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS 2017 Kepala Subdirektorat Keuangan Daerah Bappenas Februari 2016 Slide - 1 KONSEP DASAR DAK Slide - 2 DAK Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

Lebih terperinci

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN MENTERIDALAM NEGERI REPUBLIKINDONESIA PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Serang 20 Juni 2017 TUJUAN PEMERINTAHAN DAERAH UU No. 23

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-33.-/216 DS334-938-12-823 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Analisis Kualifikasi Guru pada Pendidikan Agama dan Keagamaan

Analisis Kualifikasi Guru pada Pendidikan Agama dan Keagamaan Analisis Kualifikasi Guru pada Pendidikan Agama dan Keagamaan Oleh : Drs Bambang Setiawan, MM 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pasal 3 UU no 20/2003 menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting di seluruh aspek kehidupan manusia. Hal itu disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan kepribadian manusia.

Lebih terperinci

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI TAHUN

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Biaya Satuan

LAMPIRAN. Biaya Satuan LAMPIRAN LAMPIRAN I : SASARAN TAHUNAN RENSTRA 2005-2009 No. Program-Program Strategis Satuan Biaya Tahun Jumlah Satuan 2005 2006 2007 2008 2009 A PEMERATAAN DAN PERLUASAN AKSES Penambahan daya tampung

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Indikator Kinerja Dinas Pendidikan Kota Pontianak yang mendukung visi, misi, tujuan dan sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU II)

PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU II) 1 PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU II) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, 2013 KATALOG DALAM TERBITAN Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS KEBIJAKAN DAK BIDANG PENDIDIKAN DASAR TAHUN ANGGARAN 2013

PETUNJUK TEKNIS KEBIJAKAN DAK BIDANG PENDIDIKAN DASAR TAHUN ANGGARAN 2013 SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN DASAR TAHUN ANGGARAN 2013 PETUNJUK TEKNIS I. UMUM

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKREDITASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL TAHUN 2018

KEBIJAKAN AKREDITASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL TAHUN 2018 KEBIJAKAN AKREDITASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL TAHUN 2018 BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL Cakupan Materi 1. Landasan Yuridis 2. Kelembagaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tantangan Indonesia saat ini adalah menghadapi bonus demografi tahun 2025 yang diikuti dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Badan Perencanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kemiskinan merupakan isu sentral yang dihadapi oleh semua negara di dunia termasuk negara sedang berkembang, seperti Indonesia. Kemiskinan menjadi masalah kompleks yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I

BAB I PENDAHULUAN BAB I BAB I BAB I 1 A Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) merupakan perwujudan dari tekad melakukan reformasi pendidikan untuk menjawab tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang berkembang, masalah yang sering dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBINAAN SMK. Direktorat Pembinaan SMK Direktorat Jenderal Pendidikan dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBINAAN SMK. Direktorat Pembinaan SMK Direktorat Jenderal Pendidikan dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBINAAN SMK Direktorat Pembinaan SMK Direktorat Jenderal Pendidikan dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan SISTEMATIKA 1. Data dan Kondisi SMK 2. Peningkatan Mutu

Lebih terperinci

KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2015/2016

KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2015/2016 KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2015/2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2016 KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 MOR SP DIPA-115.1-/217 DS887-83-754-948 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan. S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RENCANA KINERJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2014

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RENCANA KINERJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2014 UNIT ORG KERJA RENCANA KINERJA KERJA Halaman 1 25.4.7 Program Pendidikan Islam 1.352.855. 1.352.855. Indikator Kinerja Utama Program 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2 21 22 23 24 25 26 27

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO. Jl. Pattimura No. 09 Bojonegoro

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO. Jl. Pattimura No. 09 Bojonegoro DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO Jl. Pattimura No. 09 Bojonegoro VISI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO TERWUJUDNYA INSAN CERDAS, KOMPERHENSIP DAN BERBUDAYA BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA UNTUK MENOPANG

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BAB III VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL BAB III VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 3.1 Visi dan Misi Kementerian Pendidikan Nasional Dalam rangka mewujudkan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa dan sejalan dengan visi

Lebih terperinci

LAPORA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 (LAKIP)

LAPORA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 (LAKIP) LAPORA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 (LAKIP) Dinas Pendidikan Kabupaten Madiun KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya kami dapat menyelesaikan kewajiban

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembukaan UUD 45 mengamanatkan Pemerintah Negara Republik Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 21 MOR SP DIPA-32.1-/21 DS553-54-8921-629 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

2017, No telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahu

2017, No telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahu No.740, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. TA 2017. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan

DAFTAR ISI. Halaman Judul Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan DAFTAR ISI Halaman Judul Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1 A. LATAR BELAKANG 1 B. LANDASAN HUKUM 4 C. MAKSUD DAN TUJUAN 6 D. SISTEMATIKA PENULISAN 6 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 LATAR BELAKANG PROGRAM SBI 1. Pada tahun 90-an, banyak sekolah-sekolah yang

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016 < 1 Visi Dinas Pendidikan Terwujudnya Ketersediaan, Keterjangkauan, Kesetaraan dan Kualitas Layanan Pendidikan Untuk Membentuk Masyarakat

Lebih terperinci

2017, No Kebudayaan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Mengingat : 1. Un

2017, No Kebudayaan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Mengingat : 1. Un No.225, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. BP-PAUD dan Dikmas. Orta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

TUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

TUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua TUJUAN 2 Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua 35 Tujuan 2: Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Target 3: Memastikan pada 2015 semua anak-anak di mana pun, laki-laki maupun perempuan, dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah Provinsi Papua. Provinsi Papua merupakan salah satu provinsi terkaya di Indonesia dengan luas wilayahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terus menjadi topik yang diperbincangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam

Lebih terperinci

PROGRAM DAN ANGGARAN SUBDIT PROGRAM DAN EVALUASI TAHUN 2012

PROGRAM DAN ANGGARAN SUBDIT PROGRAM DAN EVALUASI TAHUN 2012 PROGRAM DAN ANGGARAN SUBDIT PROGRAM DAN EVALUASI TAHUN 2012 Pahala Simanjuntak Jumat, 17 Februari 2012 POSTUR ANGGARAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2012 No Satuan Kerja Belanja Barang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA

KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA DIREKTORAT FASILITASI DANA PERIMBANGAN DAN PINJAMAN DAERAH DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF TENAGA LAPANGAN DIKMAS (TLD)/ FASILITATOR DESA INTENSIF (FDI) Lampiran 3

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF TENAGA LAPANGAN DIKMAS (TLD)/ FASILITATOR DESA INTENSIF (FDI) Lampiran 3 Lampiran 3 DAFTAR NAMA TLD/FDI PENERIMA DANA INSENTIF TAHUN 2012 PROVINSI :... NO NAMA ALAMAT *) KAB/KOTA NAMA BANK CABANG/UNIT NO. REKENING MASA KERJA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) *) sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang Nomor 22 dan Nomor 25 tahun 1999 yang sekaligus menandai perubahan paradigma pembangunan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Maret

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Maret KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Maret 2015 1 A. KONSEP PROFIL PENDIDIKAN B. VISI KEMDIKNAS 2014 C. MISI PENDIDIKAN 5K D. INDIKATOR PENDIDIKAN BERDASARKAN

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 454, 2016 ANRI. Dana. Dekonsentrasi. TA 2016. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

Hasil Ujian Nasional 2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

Hasil Ujian Nasional 2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA Hasil Ujian Nasional 2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 01 Ujian Nasional tahun 2016 Mengukur capaian kompetensi siswa berdasar Standar Kompetensi Lulusan Peta capaian kompetensi

Lebih terperinci

ANALISIS SWOT RENSTRA KEMDIKBUD TAHUN (Artikel 24)

ANALISIS SWOT RENSTRA KEMDIKBUD TAHUN (Artikel 24) ANALISIS SWOT RENSTRA KEMDIKBUD TAHUN 2010-2014 (Artikel 24) O L E H : S U B I S U D A R T O Renstra perlu dianalisis melalui Analisis SWOT Sesuai Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan 4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 21 MOR SP DIPA-32.6-/21 DS264-891-4155-6432 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1

Lebih terperinci

D I R E K TO R AT J E N D E R A L P E N D I D I K A N A N A K U S I A D I N I D A N P E N D I D I K A N M A S YA R A K AT, K E M D I K B U D R I

D I R E K TO R AT J E N D E R A L P E N D I D I K A N A N A K U S I A D I N I D A N P E N D I D I K A N M A S YA R A K AT, K E M D I K B U D R I PENGELOLAAN DAPODIK PAUD DAN DIKMAS 2017 D I R E K TO R AT J E N D E R A L P E N D I D I K A N A N A K U S I A D I N I D A N P E N D I D I K A N M A S YA R A K AT, K E M D I K B U D R I PENGERTIAN DAPODIK

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM PENDIDIKAN

BAB II KONDISI UMUM PENDIDIKAN BAB II KONDISI UMUM PENDIDIKAN 2.1. Analisis Kondisi Internal Lingkungan Pendidikan Dalam menyusun rencana strategis 10--, diperlukan analisis kondisi internal pendidikan nasional pada periode 05--09 sebagai

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU I)

PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU I) i PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU I) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, 2013 KATALOG DALAM TERBITAN Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 23 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

Rencana pembangunan pendidikan jangka panjang ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi

Rencana pembangunan pendidikan jangka panjang ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi Bab IV RENCANA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN NASIONAL JANGKA PANJANG TAHUN 2005-2025 Rencana pembangunan pendidikan jangka panjang ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi penentuan penekanan pelaksanaan kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi tiga prioritas pembangunan pendidikan nasional, meliputi 1. pemerataan dan perluasan akses pendidikan, 2. peningkatan mutu, relevansi dan daya saing,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.366, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan. Organisasi. Tata Kerja. Perubahan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2010 TANGGAL 1 FEBRUARI 2010

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2010 TANGGAL 1 FEBRUARI 2010 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2010 TANGGAL 1 FEBRUARI 2010 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2010 I. KETENTUAN

Lebih terperinci

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan, CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP 2013 A. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan September 2011 sebesar 29,89 juta orang (12,36 persen).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode Data

METODE PENELITIAN. (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode Data 50 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode 2001-2012. Data

Lebih terperinci

Pengelolaan Pendidikan Menengah. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2017

Pengelolaan Pendidikan Menengah. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2017 Pengelolaan Pendidikan Menengah SMA dan SMK Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2017 Pengelolaan Pendidikan 1. PAUD 2. SD 3. SMP 4. SMA 5. SMK 6. PK

Lebih terperinci

Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Grafik Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif

Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Grafik Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif DAFTAR ISI Hal Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Grafik Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif i iii iv v vi BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum 1 B. Dasar Hukum 2 C. Maksud dan Tujuan 3 D. Tugas, Fungsi, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagaimana cita-cita kita bangsa Indonesia dalam bernegara yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan syarat yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015

KABUPATEN BADUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 KABUPATEN BADUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BADUNG TAHUN 2014 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR

Lebih terperinci

PROGRAM PENUNTASAN REHABILITASI SEKOLAH RUSAK

PROGRAM PENUNTASAN REHABILITASI SEKOLAH RUSAK PROGRAM PENUNTASAN REHABILITASI SEKOLAH RUSAK Prof. Suyanto, Ph.D. Direktur Jenderal DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2011 1 1 Penuntasan Pendidikan Dasar Sembilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun

FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun 2017-2020 SK KETUA DEWAN RISET NASIONAL NOMOR: 27/Ka.DRN/X/2017 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA PERIODE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan. sumber daya manusia. Karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan. sumber daya manusia. Karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan sumber daya manusia. Karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan sumber daya manusia untuk menciptakan

Lebih terperinci