KAJIAN SIFAT-SIFAT FINISHING ANYAMAN BAMBU TALI (Gigantochloa apus (J.A & J. H. Schultes) Kurz) GUNAWAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN SIFAT-SIFAT FINISHING ANYAMAN BAMBU TALI (Gigantochloa apus (J.A & J. H. Schultes) Kurz) GUNAWAN"

Transkripsi

1 KAJIAN SIFAT-SIFAT FINISHING ANYAMAN BAMBU TALI (Gigantochloa apus (J.A & J. H. Schultes) Kurz) GUNAWAN DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 28

2 KAJIAN SIFAT-SIFAT FINISHING ANYAMAN BAMBU TALI (Gigantochloa apus (J.A & J. H. Schultes) Kurz) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEHUTANAN Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor GUNAWAN DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 28

3 Judul : Kajian Sifat-sifat Finishing Anyaman Bambu Tali (Gigantochloa apus (J.A & J. H. Schultes) Kurz) Nama : Gunawan NIM : E222 Menyetujui: Dosen Pembimbing Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M.Sc. NIP Mengetahui: Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr. NIP Tanggal Lulus:

4 RINGKASAN Gunawan. Kajian Sifat-sifat Finishing Anyaman Bambu Tali (Gigantochloa apus (J.A & J. H. Schultes) Kurz). Dibimbing oleh Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M Sc Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia mengakibatkan meningkatnya pemanfaatan kayu untuk memenuhi kebutuhan manusia, baik untuk kebutuhan bahan bangunan maupun perkakas rumah tangga. Oleh karena itu diperlukan bahan alternatif lain khususnya untuk keperluan perkakas rumah tangga atau produk lainnya. Jenis bahan atau material yang memiliki peluang besar untuk dijadikan bahan baku alternatif adalah bambu tali (Gigantochloa apus (J.A & J. H. Schultes) Kurz) yang potensinya cukup besar dan banyak ditemukan dilahanlahan milik rakyat di pulau Jawa. Bambu jenis ini merupakan bambu yang paling banyak dimanfaatkan untuk keperluan bangunan rumah sederhana atau penunjang bangunan modern. Di Indonesia selama ini pemanfaatan bambu sudah berlangsung sangat lama namun masih terbatas untuk daerah-daerah di pedesaan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya bangunan rumah berbahan bambu berdiri tegak di pedesaan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan sifat-sifat finishing anyaman bambu tali, khususnya daya tahan lapisan finishing anyaman bambu tali yang menggunakan beberapa jenis bahan finishing interior, terhadap bahan kimia rumah tangga, penguapan air panas dan pengasapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat labur cat dasar (base coat) pada masing-masing aplikasi adalah relatif sama, karena pengaplikasiannya menggunakan gun sprayer pada tekanan,5 kg/cm 2. Berat labur cat dasar (base coat) yang diperoleh adalah,1 gram/cm 2. Selanjutnya pelaburan cat akhir (top coat) tidak menunjukkan perbedaan berat labur yang mencolok. Uji lapisan bahan finishing terhadap bahan kimia rumah tangga memperlihatkan bahwa melamin lak dan nitroselulosa tidak mengalami kerusakan. Lapisan vernis mengalami kerusakan oleh bahan kimia rumah tangga minyak sayur dan saus. Dengan uji asap, ketiga jenis lapisan bahan finishing tidak mengalami kerusakan, sedangkan dengan uji uap air panas lapisan vernis mengalami kerusakan % dan lapisan melamin lak dan nitroselulosa tidak mengalami kerusakan.

5 KATA PENGANTAR Skripsi hasil penelitian ini berjudul Kajian Sifat-sifat Finishing Anyaman Bambu Tali (Gigantochloa apus (J.A & J. H. Schultes) Kurz). Penelitian dilakukan bertempat di laboratorium Kayu Solid dan Laboratorium Pengerjaan Kayu Fakultas Kehutanan IPB selama lima bulan. Bahan anyaman bambu diperoleh dari desa gunung Malang, kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor Jawa barat. Skripsi ini memuat pendahuluan, tinjauan pusataka, metodologi penelitian, hasil dan pembahasan, kesimpulan dan saran dan lampiran-lampiran. Pada BAB I, mencakup latar belakang, tujuan dan manfaat penelitian seperti tercantum pada bab I. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan sifat-sifat finishing anyaman bambu tali. Pada BAB II dijelaskan mengenai metode penelitian dan pengujian. Metode aplikasi ketiga bahan finishing interior (vernis, melamin dan nitroselulosa) menggunakan gun sprayer, sedangkan pengujian mengacu pada standar ASTM D dan kelas finishing mengacu pada ASTM D Pada BAB III memuat tentang pustaka-pustaka yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu dijelaskan tentang bambu tali secara umum dan aplikasi sistem finishing. Hasil penelitian ditunjukkan pada BAB IV, yaitu mengenai berat labur cat dasar (base coat), berat labur cat dasar (base coat) yang diperoleh adalah,1 gram/cm 2, selanjutnya berat labur cat akhir (top coat) masing-masing sistem finishing. Pada bab ini pula ditunjukan hasil pengujian daya tahan lapisan finishing terhadap bahan kimia rumah tangga, memperlihatkan bahwa melamin lak dan nitroselulosa tidak mengalami kerusakan. Lapisan vernis mengalami kerusakan oleh bahan kimia rumah tangga minyak sayur dan saus. Dengan uji asap, ketiga jenis lapisan bahan finishing tidak mengalami kerusakan, sedangkan dengan uji uap air panas lapisan vernis mengalami kerusakan % dan lapisan melamin lak dan nitroselulosa tidak mengalami kerusakan. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M.Sc., selaku dosen pembimbing yang dengan segala perhatianya

6 telah memberikan bimbingan dan arahan pada penulis, Terima kasih kepada Staf dosen Pengajar di Fakultas Kehutanan IPB dan kepada kedua orang tua. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Bogor, Agustus 28 Penulis

7 RIWAYAT HIDUP Gunawan dilahirkan di Ciamis, Jawa Barat pada tanggal 28 April 1982, sebagai anak ke lima dari enam bersaudara dari ayah bernama Tukiman dan ibu bernama Juariah. Penulis mulai belajar formal pada tahun 1989 di SDN 2 Banjarsari dan lulus pada tahun Penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Banjarsari dan lulus pada tahun Kemudian penulis melanjutkan pada Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1 Banjarsari dan lulus pada tahun 21. Melalui jalur USMI, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan. Selama kuliah di IPB, Penulis aktif di DKM Al-Hurriyah tahun Pada tahun 26, penulis melakukan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Kesatuan Pemangkuan Hutan Gunung Slamet Barat. Penulis melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT Injakayu Terpadu, Gunung Putri Bogor, tahun 27. Dalam rangka menyelesaikan studi di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul. Kajian Sifat-sifat Finishing Anyaman Bambu Tali (Gigantochloa apus (J.A & J. H. Schultes) Kurz), dibimbing oleh Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M.Sc.

8 DAFTAR ISI DAFTRA ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bambu Secara Umum Bambu Tali Bahan Finishing Aplikasi Bahan Finishing Tahapan Finishing... 7 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Proses Finishing dengan sistem Vernis, sistem Nitroselulosa dan Sistem Melamin Persiapan Permukaan Anyaman Bambu Pemberian Cat Dasar (Base Coat) Pengecatan Akhir(Top Coating) Pengujian Contoh Uji Uji Daya Tahan Lapisan Terhadap Bahan Kimia Rumah Tangga Uji Ketahanan Terhadap Pengasapan Uji Ketahanan Terhadap Uap Air Panas... 15

9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1. Berat Labur Rata-rata Cat Dasar (Base Coat) Cat Akhir (Top Coat) Cacat Yang Terjadi Selama Proses Pengerjaan, Sebelum Pengujian Daya Tahan Terhadap Bahan Kimia Rumah Tangga Daya Tahan Terhadap Uap Air Panas Daya Tahan Terhadap Asap V. KESIMPULAN DA SARAN 5.1.Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 33

10 DAFTAR GAMBAR 1. Penyiapan bambu tali bahan penelitian Sayatan bambu bahan anyaman contoh uji Pola anyaman bambu Variasi jenis bahan anyaman bambu Pembagian jenis pengujian Pembagian waktu pengamatan Alat pengujian daya tahan terhadap asap Alat pengujian daya tahan terhadap uap air panas Penampilan cacat Blushing pada aplikasi sistem nitroselulosa Diagram kelas finishing pada anyaman berbahan daging bambu dengan uji minyak sayur Diagram kelas finishing pada anyaman berbahan campuran daging dan kulit bambu dengan uji minyak sayur Diagram kelas finishing pada anyaman berbahan daging bambu dengan uji kecap Diagram kelas finishing pada anyaman berbahan campuran daging dan kulit bambu dengan uji kecap Diagram kelas finishing pada anyaman berbahan daging bambu dengan uji saus Diagram kelas finishing pada anyaman berbahan campuran daging dan kulit bambu dengan uji saus Penampilan anyaman bambu setelah uji daya tahan lapisan finishing terhadap bahan kimia rumah tangga Diagram kelas finishing pada anyaman berbahan daging bambu dengan uji uap air panas Diagram kelas finishing pada anyaman berbahan campuran daging dan kulit bambu dengan uji uap air panas Penampilan anyaman bambu setelah uji daya tahan lapisan finishing terhadap uap air panas Diagram kelas finishing pada anyaman berbahan daging bambu dengan uji Asap Diagram kelas finishing pada anyaman berbahan campuran daging dan kulit bambu dengan uji Asap Penampilan anyaman bambu setelah uji daya tahan lapisan finishing terhadap asap... 29

11 DAFTAR TABEL 1. Klasifikasi kondisi permukaan dalam kelas Berat labur cat dasar dan cat akhir (gr/cm 2 )...16

12 DAFTAR LAMPIRAN 1. Rekapitulasi Kelas Finishing Pada Pengujian Minyak Sayur Rekapitulasi Kelas Finishing Pada Pengujian kecap Rekapitulasi Kelas Finishing Pada Pengujian Saus Rekapitulasi Kelas Finishing Pada Pengujian Uap Air Panas Rekapitulasi Kelas Finishing Pada Pengujian Asap Kelas Finishing Rata-Rata Setelah Pelaburan Dengan Uji Bahan Kimia Rumah Tangga, Uji Uap Air Panas dan Uji Asap...2

13 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia menyebabkan meningkatnya kebutuhan manusia akan kayu, baik itu sebagai kebutuhan bahan bangunan maupun perkakas rumah tangga. Disisi lain kondisi hutan Indonesia dari tahun ketahun semakin rusak akibat pembalakan liar. Oleh karena itu diperlukan bahan alternatif lain untuk keperluan perkakas rumah tangga atau produk lainya. Potensi bambu yang cukup besar di Indonesia diharapkan bisa dijadikan alternatif sebagai bahan baku perkakas rumah tangga atau kerajinan lainya. Jenis bahan atau material yang memiliki peluang besar untuk dijadikan bahan baku alternatif adalah bambu tali (Gigantochloa apus (J.A & J. H. Schultes) Kurz) yang potensinya cukup besar dan banyak ditemukan dilahanlahan milik rakyat di pulau Jawa. Bambu jenis ini merupakan bambu yang paling banyak dimanfaatkan untuk keperluan bangunan rumah sederhana atau penunjang bangunan modern. Di Indonesia bambu tali tersebut belum dimanfaatkan secara optimal dan belum memiliki nilai tambah yang tinggi. Bambu merupakan bahan alternatif bagi produk-produk berbahan kayu. Pemanfaatan bambu sudah berlangsung sangat lama namun penggunaan terbanyak masih di pedesaan. Hal ini nampak dari masih banyaknya bangunan rumah berbahan dari bambu di daerah pedesaan. Bambu untuk keperluan bahan perkakas dituntut memiliki sifat-sifat kekuatan, keawetan, pengerjaan dan finishing yang baik. Dari sifat-sifat tersebut, finishing bambu belum mendapatkan perhatian yang cukup khususnya untuk anyaman bambu. Dengan demikian, untuk meningkatkan nilai estetika dari anyaman bambu, dilakukan penelitian mengenai sifat finishing anyaman bambu tali. Di pasaran terdapat jenis cat yang biasa digunakan masyarakat pedesaan untuk mengecat anyaman bambu, yaitu jenis vernis (vernish). Namun ada cat-cat jenis lain dipasaran yang belum pernah dicobakan sebagai bahan untuk finishing anyaman bambu. Jenis cat lain yang terkenal dan banyak digunakan adalah jenis meuble lack atau nitrocellulose (NC) dan melamine lack yang diproduksi oleh PT. Propan Raya Jakarta.

14 Dari batang bambu tali yang dipilih dapat dibuat bahan anyaman dengan berbagai kemungkinan, yaitu anyaman dari daging bambu dan campuran dari daging dan kulit bambu tali. Pola anyaman bambu bisa dibuat dengan berbagai macam pola yang sangat menarik. Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai sifat-sifat finishing pada anyaman dari daging bambu, dan campuran daging dan kulit dengan berbagai pola. Bambu tali yang digunakan sebagai bahan penelitian ini, diharapkan dapat menghasilkan pola anyaman yang menarik sehingga bisa dijadikan sebagai bahan baku pengganti. Selanjutnya penampilan anyaman bambu tali hasil proses finishing diharapkan bisa memberikan informasi positif bagi masyarakat di daerah pedesaan Tujuan Penelitian Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk menentukan daya tahan lapisan finishing anyaman bambu tali, dan untuk mendapatkan penampilan produk anyaman yang menarik, serta untuk memperkenalkan jenis bahan finishing yang memiliki potensi untuk digunakan pada finishing anyaman bambu Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi pengembangan dan pemanfaatan bambu tali sebagai bahan baku industri anyaman bambu yang bernilai ekonomi tinggi.

15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bambu Secara Umum Bambu merupakan sumber daya hutan bukan kayu. Bambu termasuk kedalam famili Gramineae, suku Bambuseae dan sub famili Bambusoideae, memiliki karakteristik seperti kayu. Bambu terdiri dari batang, akar Rhizoma yang kompleks dan mempunyai sistem percabangan dan tangkai daun yang menyelubungi batang (Dransfield dan Widjaya, 1995). Heyne (1987) menyatakan bambu merupakan tumbuhan yang batangnya berbentuk buluh, beruas, berongga, mempunyai ranting, berimpang, mempunyai daun buluh yang menonjol. Berbeda dengan rotan, buluh bambu sulit untuk dibengkokkan. Bambu tidak memiliki elemen-elemen sel radial seperti dalam kayu. Batang bambu berbentuk seperti pipa-pipa pada jarak-jarak tertentu terdapat sekat. Bagian dalam dan bagian luar bambu dilapisi oleh kutikula (kulit) yang keras. Batang mencapai tinggi lengkap dalam setengah tahun pertama dan dalam dua tahun kemudian terjadi lignifikasi dan batang menjadi dewasa. Batang dewasa pada bagian bawah lebih banyak mengandung lignin daripada bagian atas dan bagian dalam lebih sedikit lignin daripada bagian luar (Yap, 1967). Bambu seringkali menjadi pilihan utama untuk berbagai keperluan (Morisco, 25). Hal ini dikarenakan bambu sangat serba guna, pertumbuhannya cepat dan pengerjaanya mudah (Dransfield dan Widjaya, 1995). Bahkan dibanding kayu, bambu mempunyai beberapa keuntungan, yaitu, ratio energi perunit tegangan yang rendah dan kekuatan lentur yang lebih baik, sehingga bangunan yang terbuat dari bambu lebih aman terhadap gempa bumi Sifat anatomis bambu Batang bambu terdiri atas sekitar 5% parenkim, % serat dan % sel penghubung (sel pembuluh dan sel pembuluh tapis). Parenkim dan sel pembuluh lebih banyak ditemukan pada bagian dalam batang, sedangkan serat lebih banyak terdapat pada bagian luarnya. Kisaran serat pada ruas penghubung antar buku, cenderung bertambah besar dari bawah ke atas sementara parenkimnya makin berkurang (Dransfield dan Widjaya, 1995).

16 Ikatan vaskular bambu terdiri dari xylem dan satu atau dua proto xylem yang kecil dan dua meta xylem yang besar (-12 mikron). Pori bagian dalam dari batang lebih besar dan semakin kecil ke arah bagian luar. Batang, pori dan phloem dikelilingi oleh selubung sklerenkim yang berbeda dalam bentuk, ukuran dan lokasi menurut posisi didalam batang dan jenis bambu. Ikatan vaskular memiliki bentuk, ukuran, susunan dan jumlah ruang yang memberikan ciri suatu jenis bambu (Liese, 1985). Serabut dicirikan oleh sklerenkim yang berada disekitar ikatan vaskular. Panjang dari serabut berbeda-beda tergantung dari jenis, akan tetapi terjadi peningkatan dari panjang serat dibagian luar dan maksimum bagian tengah dan menurun pada bagian dalam batang. Panjang serat lebih pendek pada bagian dalam sekitar 2-% dari pada bagian dalam (Dransfield dan Widjaya, 1995). Menurut Liese (1985), sel parenkim merupakan jaringan didalam batang bambu dan dapat dibedakan atas dua macam yaitu sel parenkim pendek yang terletak berselang seling diantaranya. Sel parenkim panjang memiliki dinding sel lebih tebal dan mengalami lignifikasi pada masa pertumbuhan awal pucuk, sedangkan sel parenkim pendek berdinding tipis dengan sitoplasma yang tetap aktif serta tetap mengalami lignifikasi walaupun telah dewasa. Sel parenkim saling berhubungan satu sama lain melalui noktah sederhana yang terletak pada dinding longitudinal Kandungan kimia bambu Komponen kimia utama bambu terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin, serta sedikit zat kimia lainya yaitu, resin, tanin, lilin dan garam. Hasil penelitian terhadap bambu menunjukan bahwa kandungan holoselulosa berkisar antara 53,6-5,%, pentosan 3,8-32,9%, lignin 2,-32,9%, abu 1,1-1,2% dan zat ekstraktif yang larut dalam alkohol benzene 7,5-9,3%. Kandungan kimia bambu tergantung pada jenis, kondisi lapang pertumbuhan, umur dari bambu dan letak pada bagian batang. Pada musim kering kandungan pati pada bambu lebih besar dari pada musim hujan dan kandungan pati terbesar adalah pada bagian dalamnya dan terkecil pada bagian luarnya (Liese,1985).

17 2.1.3 Sifat fisis bambu Berat jenis kayu merupakan sifat fisis yang paling penting dan kebanyakan sifat mekanis berhubungan dengan berat jenis dan kerapatan. Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan antara kerapatan kayu (atas dasar berat kering tanur dan volume pada kandungan air yang telah ditentukan) dengan kerapatan air pada suhu C (air memiliki kerapatan 1 gr/cm 3, atau kg/m 3 pada suhu strandar tersebut). Berat jenis dipengaruhi oleh kadar air kayu, kadar zat kayu dan zat ekstraktif (Haygreen dan Bowyer, 1996). Menurut Dransfield dan Widjaya (1995), kadar air batang bambu merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi sifat-sifat mekanisnya dan sangat ditentukan oleh jumlah air yang terdapat dalam batang bambu. Kadar air cenderung bertambah dari bawah ke atas pada batang bambu yang berumur 1-3 tahun dan lebih banyak persentasenya saat musim penghujan dibanding musim kemarau. Biasanya bila batang bambu sudah berumur lebih dari 3 tahun, akan mengalami penurunan kadar air. Pada batang bambu muda penurunan kadar air berkisar antara 5-99%, sedangkan pada batang bambu tua bervariasi antara 12-18%. 2.2 Bambu Tali Jenis bambu ini umumnya mempunyai rumpun yang rapat. Buluhnya mencapai tinggi -2 m, berwarna hijau terang sampai kekuning-kuningan. Percabangan tidak besar. Panjang ruas bambu tali 5 cm 65 cm dengan diameter batang 5 cm 8 cm. Batang bambu yang berumur 3 5 tahun memiliki tebal daging dan kulit 3 mm 15 mm(morisco, 25). Cabang primer tumbuh dengan baik yang kemudian diikuti oleh cabang-cabang berikutnya. Pada buku-bukunya tampak adanya penonjolan dan berwarna agak kuning dengan miang coklat kehitam hitaman yang melekat. Pelepah buluhnya tidak mudah lepas dari buluhnya meskipun buluh sudah tua (Sastrapraja et al, 198) Bahan Finishing Finishing dalam pengerjaan produk meuble menggambarkan perlakuan akhir pada permukaan kayu yang bertujuan untuk melindungi dan memperindah penampilannya (Hoadley, 2). Yuswanto (1999) menyatakan bahwa finishing

18 berfungsi melindungi permukaan kayu atau perabot rumah tangga, sehingga terhindar dari hal-hal berikut: 1. Korosi atau pengaruh bahan-bahan kimia yang merusak permukaan kayu. 2. Rusaknya permukaan karena terkelupas atau tergores. 3. Pengaruh cuaca seperti kelembaban, sinar matahari dan perubahan bentuk.. Jamur-jamur pewarna dan pelapuk kayu. 5. Serangga yang sering melubangi dan memakan zat organik pada kayu. Proses produksi pada dasarnya merupakan suatu bentuk kegiatan untuk mengolah satuan bahan baku (input produksi) menjadi produk (output produksi). Untuk melaksanakan proses atau kegiatan tersebut diperlukan satu rangkaian proses pengerjaan yang bertahap. Perancangan proses produksi dalam hal ini akan tergantung pada karakteristik produk yang dihasilkan dan pola kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proyek pembuatan produk. Untuk mendapatkan produk akhir yang sangat bagus, indah dan berpenampilan menarik, maka aspek teknologi proses finishing sangatlah berperan penting (Sobur A, 25). Proses finishing merupakan faktor penentu pada sentuhan akhir suatu produk. Ambrosi dan Offredi (1996), menyatakan bahwa bahan finishing terbuat dari bahan utama, yakni bahan pembentuk film (binder) yang dikenal sebagai resin atau polimer. Bahan pembentuk film ini dilarutkan dalam pelarut organik (solvent). Disamping cat, ada jenis lain bahan finishing yang bisa digunakan sebagai top coat yaitu varnish dan lackuer. Varnish dan lack ini memiliki sifat yang transparan dan jernih sehingga tembus cahaya. Suatu produk yang dilapisi dengan bahan ini akan menampilkan corak alami bahan produk tersebut. 2.. Aplikasi Bahan Finishing Aplikasi bahan finishing memberikan efek tampilan yang berbeda, dengan karakteristik yang khas. Macam-macam aplikasi bahan finishing antara lain menggunakan kuas, rol dan alat semprot (gun sprayer). Aplikasi dengan alat semprot memiliki kualitas dan kapasitas produksi yang lebih baik dibandingkan dengan kuas dan rol. Kemampuan alat spray gun untuk melapiskan sejumlah bahan cat yang efektif menempel pada permukaan bahan adalah jauh lebih baik dari pada kuas dan rol.

19 2.5. Tahapan Finishing Agar hasil proses finishing diperoleh maksimal, perlu diperhatikan proses tahapan aplikasi bahan finishing (Agus sunaryo, 1997). Tahapan pelapisan bahan finishing dijelaskan pada sub bab berikut Persiapan permukaan atau pengamplasan Setiap proses finishing harus diawali dengan proses persiapan permukaan atau pengamplasan. Tujuan pengamplasan adalah untuk meratakan permukaan kayu dan mendapatkan permukaan licin, sehingga kayu siap menerima pelapisan berikutnya. Pada tahap pengamplasan ini dilakukan pembersihan debu, minyak atau lemak, goresan pinsil dan cacat rakit. Persiapan permukaan harus ditangani dengan serius karena merupakan kunci utama dari proses finishing (Aceng, 25). Apabila proses pengamplasan baik dan bersih, maka produk akhir akan menjadi sempurna baik dari segi penampilan maupun kualitas Pengisian permukaan atau pendempulan (Filling) Pendempulan bertujuan untuk mendapatkan permukaan bidang kayu yang halus dan seragam. Khususnya diaplikasikan pada kayu dengan serat terbuka, kayu yang memiliki cacat tergores serta celah-celah sambungan. Tanpa pemberian filler maka bahan-bahan seperti vernis atau cat akan meresap ke dalam kayu, sehingga terjadi pemborosan penggunaan vernis atau cat Pewarnaan dasar (Staining) Pewarnaan dasar dipergunakan untuk mencerahkan atau mengubah warna alami dari substrat (kayu atau rotan), namun tidak mengubah penampilan alami dari substrat. Pewarna dasar (stain) dapat diencerkan atau saling dicampurkan untuk memperoleh warna yang dikehendaki Penutupan permukaan (sealing) Bahan penyekat (sealer) diberikan dengan tujuan sebagai pemisah antara pewarna dasar (stain) dan cat akhir (top coat), untuk mencegah migrasi bahan lapisan cat akhir (top coat) ke dalam substrat (kayu) atau dari substrat ke lapisan cat akhir. Selain itu, sealer juga akan membantu memudahkan pengamplasan, mempercepat pengeringan dan menjaga kestabilan kayu (menurunkan hiroskopisitas kayu). Sealer yang baik adalah sealer yang mempunyai daya tutup

20 permukaan yang baik dan agak lambat kering. Selaer yang mengandung filler disebut sebagai sanding sealer Pengecatan akhir (top coating) Merupakan tahap pelapisan akhir yang dilakukan dalam tahapan proses finishing yang membentuk lapisan tipis yang melindungi dan memberikan kesan keindahan terhadap permukaan yang dilapisi. Bahan-bahan untuk top coat bisa berupa vernis, laquer atau cat.

21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan, mulai tanggal 25 Januari 28 sampai dengan tanggal 2 Juni 28, bertempat di laboratorium Kayu Solid dan Laboratorium Pengerjaan Kayu Fakultas Kehutanan IPB Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: anyaman bambu dari jenis bambu tali, dan bahan-bahan finishing yang digunakan adalah sanding sealer SS-121, melamine sanding sealer MSS-123, top coat meuble lack NC-11 dan melamine lack ML-131 dan tiner serba guna. Untuk pengujian daya tahan lapisan cat, bahan-bahan yang digunakan adalah bahan kimia rumah tangga (minyak sayur, saus dan kecap), sekam padi untuk pengujian asap dan air destilata. Alat yang digunakan dalam peneltian ini adalah gergaji, pisau serut untuk membuat contoh uji, alat-alat gelas, alat-alat tulis, timbangan, pengaduk penggaris, stopwatch, kalkulator, ember/wadah plastik, kain ball, kain lap, kuas ukuran kecil dan sedang, sikat halus, lup, kompor gas mini dan alat gun sprayer Metode Penelitian Contoh uji dibuat dari bambu tali yag berasal dari desa gunung Malang kecamatan Tenjolaya, kabupaten Bogor. Bambu tali ini diambil dari rumpun bambu dengan umur yang tidak terlalu tua. Bambu dipotong-potong, dibuang bagian ruasnya (Gambar 1). Buluh bambu kemudian dibelah belah dengan ukuran 1,5 cm dan dijemur dibawah sinar matahari langsung selama kurang lebih satu hari. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan bambu yang mudah untuk disayat tipis sebagai bahan anyaman.

22 Gambar 1. Jenis bambu tali bahan penelitian. Ket: (A) Kebun bambu; (B) Potongan buluh bambu. Setelah dijemur satu hari, bambu disayat tipis-tipis dengan ketebalan 1-2 mm(gambar 2). Sayatan tipis yang diperoleh, dijemur dibawah sinar matahri langsung sehingga diperoleh sayatan bambu yang cukup kering dan mudah untuk dianyam tanpa menimbulkan kerusakan pada sayatan bambu (diperoleh kestabilan dimensi sayatan bambu). Gambar 2. Sayatan bambu bahan anyaman contoh uji. Bambu yang telah disayat tipis, kemudian dianyam sehingga diperoleh dua jenis pola anyaman bambu, yaitu pola anyaman kajang dan kepang yang umum digunakan dimasyarakat (Gambar 3). Anyaman dibuat dengan ukuran 5 cm x 5 cm dengan variasi dua jenis bagian bambu yaitu kulit dan daging bambu (Gambar ). Untuk pengujian asap dan uap air panas permukaan contoh uji yang akan dilakukan pengujian diberi garis-garis berukuran cm x cm dengan menggunakan pensil dan untuk pengujian dengan bahan kimia rumah tangga, contoh uji dibagi dalam empat bagian yang sama dengan diberi garis-garis berukuran 2 cm x 2 cm. Bambu yang telah dianyam diberi frame (kerangka)

23 untuk mempertahankan kestabilan anyaman dari goncangan dan lekukan dan memudahkan dalam pengerjaan. Masing-masing kombinasi perlakuan anyaman diberi 3 kali ulangan. Gambar 3. Pola anyaman bambu kajang(a) Pola anyaman kepang(b). Gambar. Variasi jenis bahan anyaman bambu. Ket: (A) Pola kajang berbahan campuran daging dan kulit bambu; (B) Pola kajang berbahan daging bambu; (C) Pola kepang berbahan campuran daging dan kulit bambu; (D) Pola anyaman kepang berbahan daging bambu. 3.. Tahapan Finishing dengan Sistem Vernis, Sistem Nitroselulosa dan Sistem Melamin Pada penelitian ini, sistem finishing yang diaplikasikan adalah sistem vernis, sistem nitroselulosa dan sistem melamin dengan menampilkan keindahan serat bambu secara alami. Tahapan aplikasi bahan finishing sistem melamin dan sistem nitroselulosa adalah hampir sama. Perbedaanya adalah pada pemberian cat dasar dan cat akhir yang digunakan. Akan tetapi untuk sistem vernis dilakukan berbeda dengan keduanya mengikuti sistem aplikasi vernis yang dilakukan masyarakat pada umumnya. Adapun urutan proses finishingnya dijelaskan pada sub pokok berikut Persiapan Permukaan Anyaman Bambu Setiap contoh uji dilakukan pengapian/pembakaran beberapa detik/saat untuk menghilangkan bulu-bulu halus yang menempel sewaktu proses pengerjaan

24 dan kumbang penggerek perusak anyaman bambu. Kemudian permukaan dibersihkan dengan kuas halus dan penyemprotan dengan udara bertekanan. Anyaman yang telah bersih dari bulu-bulu halus kemudian dibagi-bagi kedalam empat bagian dengan ukuran 2 cm x 2 cm dengan memberikan garis menggunakan pinsil Pemberian Cat Dasar (Base Coat) Pada sistem nitrocelulosa, pengecatan dasar menggunakan sanding sealer SS-121 yang dicampur tiner(pengencer) dengan perbandingan adalah 1 : 1. Pada sistem melamin, pengecatan dasar menggunakan melamine sanding sealer MSS- 123 dengan perbandingan campuran MSS-123 : pengeras : pengencer melamin adalah 9 : 1 : 6. Pada sistem vernis, pengecatan dasar menggunakan vernis yang telah diencerkan menggunakan pengencer dengan perbandingan 1 : 1,5. Cat dasar ini diaplikasikan menggunakan gun sprayer sebanyak dua kali searah serat anyaman bambu. Kemudian anyaman dikeringkan dengan cara diangin-anginkan selama 2 hari untuk mendapatkan permukaan cat dasar yang bebas pengencer Pemberian Cat Akhir (Top Coat) Pada sistem melamin, pelapisan akhir menggunakan melamine lack ML- 131 transparan yang memiliki tingkat kilap tinggi dengan perbandingan campuran ML-131 : pengeras : pengencer melamin adalah 9 : 1 : 6. Sedangkan pada sistem nitroselulosa, pelapisan akhirnya menggunakan meuble lack NC-11 transparan yang dicampur pengencer dengan perbandingan 1 : 1. Untuk sistem vernis, pelapisan akhirnya menggunakan copal vernish yang biasa digunakan oleh masyarakat umum tanpa dicampur dengan tambahan pengencer. Pemberian cat akhir ini diaplikasikan dengan menggunakan gun sprayer pada tekanan udara,5 kg/cm 2. Selanjutnya contoh uji dikeringkan. Aplikasi dilakukan 2 kali untuk mendapatkan hasil yang lebih rata dan mengkilap Pengujian Contoh Uji Uji Daya Tahan Lapisan Terhadap Bahan Kimia Rumah Tangga Pengujian ini mengacu pada ASTM D 138-2, dengan menggunakan larutan bahan kimia rumah tangga seperti minyak sayur, kecap, dan saus. Sebelum

25 dilakukan pengujian dengan bahan kimia rumah tangga ini, contoh uji dikering udarakan terlebih dahulu selama 1 minggu. Adapun urutan pengujianya adalah sebagai berikut: a. Permukaan contoh uji ditandai dengan pensil dan penggaris kedalam bagian jenis pengujian (Gambar 5). Kemudian masing-masing bagian dibagi kedalam empat bagian kecil. b. Setiap bagian dilabur dengan bahan kimia rumah tangga dengan menggunakan botol semprot secara merata ke semua bagian permukaan contoh uji. Kemudian bagian-bagian kecil tersebut didiamkan selama 5- menit, 1 jam, 6 jam dan 2 jam (Gambar 6). c. Bagian-bagian kecil contoh uji dibersihkan menggunakan kain bersih sesuai dengan interval waktu pengamatan. Kemudian diamati perubahan fisik lapisan cat yang terjadi. Perubahan fisik (cacat) cat yang terjadi kemudian diklasifikasikan dalam kelas seperti yang tersaji pada Table 1. Gambar 5. Pembagian jenis pengujian. Ket: (1) Uji Minyak sayur; (2) Uji Kecap; (3) Uji saos; () Kontrol. Gambar 6. Pembagian waktu pengamatan. Ket: (A) Pengamatan setelah 5- menit; (B) Pengamatan setelah 1 jam; (C) Pengamatan setelah 6 jam; (D) Pengamatan setelah 2 jam; (E) Kontrol.

26 Tabel 1. Klasifikasi kondisi permukaan dalam kelas persentase permukaan bercacat (%) Kelas > 75 Sumber : ASTM D (2) Uji Ketahanan Terhadap Pengasapan Pengujian ini mengacu pada ASTM D Menggunakan asap yang diperoleh dari pembakaran sekam padi. Sebelum dilakukan pengujian, contoh uji dikering udarakan terlebih dahulu selama 1 minggu. Adapun urutan pengujianya adalah sebagai berikut: a. Asap yang dibuat dari pembakaran sekam padi kemudian diarahkan pada permukaan contoh uji dengan menggunakan cerobong asap (Gambar 7). Pengujian dilakukan selama 5- menit. b. Kemudian contoh uji diamati terhadap perubahan fisik (cacat) yang terjadi. Perubahan fisik (cacat) yang terjadi pada permukaan contoh uji diklasifikasikan dalam kelas seperti tersaji pada Tabel 1. Gambar 7. Alat pengujian daya tahan terhadap asap.

27 Uji Ketahanan Terhadap Uap Air Panas Pengujian dengan uap air panas ini mengacu pada ASTM D Uap air panas diperoleh dari perebusan air. Sebelum dilakukan pengujian, contoh uji dikering udarakan terlebih dahulu selama 1 minggu. Adapun urutan pengujianya adalah sebagai berikut: a. Uap air panas yang diperoleh kemudian diarahkan pada permukaan contoh uji dengan menggunakan cerobong uap (Gambar 8). Pengujian dilakukan selama 5- menit. b. Kemudian contoh uji diamati terhadap perubahan fisik (cacat) yang terjadi. Perubahan fisik (cacat) yang terjadi pada permukaan contoh uji diklasifikasikan dalam kelas seperti tersaji pada Tabel 1. Gambar 8. Alat pengujian daya tahan terhadap uap air panas.

28 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1. Berat Labur Cat Dasar dan Cat Akhir Berat labur (gr/cm 2 ) cat dasar (base coat) dan cat akhir (top coat) hasil perhitungan untuk masing-masing sistem finishing disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Berat labur cat dasar dan cat akhir (gr/cm 2 ) Sampel Berat labur cat dasar (gram/cm 2 ) Berat labur cat akhir (gram/cm 2 ) DKM,19,6 DKL,19,3 DKV,11,85 DEM,18,73 DEL,16,7 DEV,7,96 CKM,1,58 CKL,12,57 CKV,9,56 CEM,16,55 CEL,17,5 CEV,9,57 Keterangan: Variasi anyaman bambu (D) bahan daging bambu; (C) Bahan campuran daging dan kulit bambu; (K) pola anyaman kajang; (E) pola anyaman kepang; (M) aplikasi sistem melamin; (L) aplikasi sistem nitroselulosa; (V) aplikasi sistem vernis. Berat labur cat dasar pada masing-masing aplikasi adalah relatif sama, karena pengaplikasiannya menggunakan gun sprayer pada tekanan,5 kg/cm 2. Berat labur cat dasar yang diperoleh adalah,1 gram/cm 2. Aplikasi dengan gun sprayer dan campuran pengencer yang cukup tinggi mengakibatkan cat dasar cepat mengering. Kadar padatan yang terdapat pada sanding sealer adalah % dengan jumlah pengencer sebanyak 5% dari campuran total dan nilai berat labur nya adalah,16 gr/cm 2. Pada melamine sanding sealer lebih besar (komponen A = 52-58% dan komponen B = + 29 %) dengan jumlah pengencer sebanyak 6/16 bagian dari campuran total dan nilai berat labur rata-

29 ratanya adalah,17gram/cm 2. Berbeda dengan melamine sanding sealer dan sanding sealer, pelapisan dasar dengan vernis memiliki berat labur yang paling kecil yaitu,9 gr/cm 2. Hal ini disebabkan karena kadar padatan vernis paling rendah. Berat labur pada ketiga jenis cat akhir yaitu nitroselulosa, melamin dan vernis disajikan pada Tabel 2. Berat labur cat akhir sistem melamin lebih besar dari sistem nitroselulosa, yaitu.62 gram/cm 2 untuk melamin lack dan.5 gram/cm2 untuk meuble lak. Hal ini disebabkan kadar padatan yang terdapat pada melamin lebih besar dari pada kadar padatan pada nitroselulosa. Berbeda dengan keduanya, vernis memiliki berat labur lebih besar yaitu.73 gram/cm 2. Hal ini diduga karena aplikasi cat vernis yang lebih tebal, aplikasi pada tekanan rendah, kecepatan semprot yang rendah dan jarak semprot yang terlalu dekat(sunaryo, 1997)..2. Cacat Yang Terjadi Selama Proses Pengecatan Cacat-cacat pengerjaan yang terjadi pada contoh uji selama proses finishing dapat diuraikan pada sub paragrap berikut..2.1 Poor adhesion Poor adhesion disebabkan oleh adanya benda-benda asing seperti debu, air, wax, minyak dan lainnya yang menempel pada substrat anyaman bambu. Tindakan pencegahan yang dilakukan adalah dengan membersihkan permukaan substrat dari debu dan yang lainnya sebelum dilapisi dengan bahan finishing..2.2 Blistering karena kelembaban Cacat ini disebabkan karena uap air yang terperangkap antara subtrat dan cat dasar, atau antara cat dasar dan cat akhir. Uap ini berasal dari udara atau dari kompresor. Oleh karena itu sebagai tindakan pencegahan sebaiknya dilakukan pengecekan awal apakah udara dalam kompresor sudah bebas air atau belum, kemudian hindari panas langsung pada lapisan cat basah yang tebal..2.3 Blushing Blushing merupakan lapisan putih pada cat yang baru diaplikasikan. Hal ini disebakan oleh pengembunan uap air pada permukaan yang dingin. Cacat ini terjadi pada aplikasi nitroselulosa (NC) seperti tampak pada Gambar 9. Oleh

30 karena itu hindari aplikasi pada kelembaban tinggi, gunakan pengencer yang lambat mengering dan contoh uji yang diaplikasi sebaiknya di jemur terlebih dahulu. Aplikasi nitroselulosa pada anyaman bambu ini harus hati-hati, karena apabila muncul cacat Blushing yang parah akan sulit untuk diperbaiki..2. Orange Peel Orange Peel merupakan cacat pada cat akhir yang memberikan kesan raba yang kasar dengan tampilan seperti kulit jeruk. Cacat ini diduga disebabkan oleh tekanan angin yang terlalu tinggi, lingkungan luar yang terlalu dingin atau panas. Untuk mencegah terjadinya cacat ini gunakan pengencer yang sesuai dengan jumlah yang cukup, aplikasi pada suhu yang direkomendasikan, dan aplikasi pada tekanan sesuai rekomendasi dari produsen. cacat blushing Gambar 9. Penampilan cacat Blushing pada aplikasi sistem nitroselulosa..3. Daya Tahan Lapisan Cat Terhadap Bahan Kimia Rumah Tangga Masing-masing contoh uji dibagi kedalam empat bagian. Keempat bagian itu diuji minyak sayur, uji saus, uji kecap dan kontrol. Masing-masing pengujian dilakukan empat kali pengamatan, dan hasilnya dikan. Hasil pengamatan pada Gambar memperlihatkan bahwa daya tahan terhadap minyak sayur dari anyaman berbahan daging bambu dengan pola anyaman kajang dari lapisan bahan melamin dan nitroselulosa memiliki kelas finishing, sedangkan pada sistem vernis memiliki kelas finishing. Begitu pula pada pola anyaman kepang, lapisan finishing dengan bahan melamin dan bahan nitroselulosa memiliki kelas finishing dan pada sistem vernis memiliki kelas finishing.

31 Kelas Finishing Kajang m Kepang melamin nitroselulosa vernis Pola Anyaman Gambar Diagram kelas finishing pada anyaman berbahan daging bambu dengan uji minyak sayur Hasil pengamatan pada anyaman yang berbahan campuran daging bambu dan kulit bambu memperlihatkan bahwa daya tahan lapisan finishing terhadap minyak sayur untuk pola anyaman kajang pada aplikasi sistem melamin dan sistem nitroselulosa memiliki kelas finishing, sedangkan pada sistem vernis memiliki kelas finishing (Gambar 11). Begitu pula pada pola anyaman kepang, kelas finishing dengan sistem melamin dan sistem nitroselulosa termasuk kelas dan pada sistem vernis memiliki kelas finishing. Kelas Finishing Kajang m Kepang melamin nitroselulosa vernis Pola Anyaman Gambar 11. Diagram kelas finishing pada anyaman berbahan campuran daging dan kulit bambu dengan uji minyak sayur Hasil pengamatan menunjukan bahwa lapisan bahan finishing sistem melamin dan lapisan bahan finishing nitroselulosa untuk kedua jenis pola anyaman dan dua jenis bahan termasuk dalam kelas finishing. Kelas finishing tersebut menunjukan kelas finishing terbaik (ASTM D , 2). Kelas finishing terbaik ditunjukan dengan tidak terjadinya kerusakan atau cacat akibat

32 bahan pengujian. Hal ini disebabkan karena bahan penguji minyak sayur tidak dapat merusak struktur lapisan film baik itu pada lapisan melamin atau lapisan nitroselulosa. Cacat lapisan finishing terjadi apabila suatu zat kimia tertentu merusak struktur lapisan film (bereaksi secara kimiawi) sehingga film menjadi kasar atau tidak rata. Berbeda dengan lapisan melamin dan lapisan nitroselulosa, lapisan vernis mengalami kerusakan setelah dilakukan uji minyak sayur. Dari hasil pengamatan menunjukan bahwa lapisan finishing yang diaplikasikan pada kedua pola anyaman kajang dan kepang serta anyaman berbahan daging dan campuran daging dengan kulit bambu termasuk dalam kelas finishing. Cacat yang terjadi adalah lapisan vernis larut pada minyak sayur, sehingga permukaan lapisan vernis menjadi lengket, terkesan kasar dan berkurang kekilapannya. Penampilan anyaman bambu yang telah difinishing dengan vernis yang telah diuji minyak sayur tampak pada Gambar 16 (DKVP1a, DEVP1a, CKVP1a dan CEVP1a). Pengeringan vernis terjadi karena penguapan pelarut (evaporasi) dan bukan karena reaksi ikatan rantai silang secara kimiawi. Diantara unsur-unsur yang terkandung. Dengan demikian lapisan film yang terbentuk dipermukaan substrat, tidak tahan panas, tidak tahan cuaca serta tidak tahan terhadap pengencer/pelarut (thinner/solvent) (Agus sunaryo, 1997). Pada pengujian dengan bahan kecap (Gambar 12) hasil pengamatan menunjukan bahwa anyaman pola kajang berbahan daging bambu pada aplikasi sistem melamin, sistem nitroselulosa dan sistem vernis memiliki kelas finishing. Pada pola anyaman kepang daya tahan lapisan cat sistem melamin, sistem nitroselulosa dan sistem vernis juga memiliki kelas finishing.

33 Kelas finishing Kajang Kepang Pola Anyaman melamin nitroselulosa vernis Gambar 12. Diagram kelas finishing pada anyaman berbahan daging bambu dengan uji kecap Hasil pengamatan pada anyaman berbahan campuran daging bambu dan kulit bambu (Gambar 13) menunjukan bahwa daya tahan lapisan finishing terhadap untuk pola anyaman kajang pada aplikasi sistem melamin, sistem nitroselulosa dan sistem vernis memiliki kelas finishing, sedangkan untuk pola anyaman kepang dengan sistem melamin, sistem nitroselulosa dan sistem vernis memiliki kelas finishing. Penampilan anyaman bambu yang telah difinishing dan diuji kecap tampak pada Gambar 16b. Kelas finishing Kajang Kepang Pola Anyaman melamin nitroselulosa vernis Gambar 13. Diagram kelas finishing pada anyaman berbahan campuran daging dan kulit bambu dengan uji kecap Daya tahan lapisan finishing sistem melamin dan sistem nitroselulosa pada anyaman berbahan daging bambu dengan pola kajang terhadap bahan saos masuk dalam kelas finishing, sedangkan pada sistem vernis masuk dalam kelas finishing. Selanjutnya daya tahan lapisan finishing sistem melamin dan sistem

34 nitroselulosa pada anyaman kepang termasuk kelas finishing, dan pada sistem vernis termasuk kelas finishing 3 (Gambar 1). Kelas Fi nishing Kajang Kepang 3 melamin nitroselulosa vernis Pola Anyaman Gambar 1. Diagram kelas finishing pada anyaman berbahan daging bambu dengan uji saus Anyaman dengan bahan campuran daging bambu dan kulit bambu untuk pola kajang dengan lapisan melamin dan nitroselulosa menujukkan daya tahan terhadap saus dalam kelas finishing, sedangkan dengan lapisan sistem vernis masuk dalam kelas finishing 3. Selanjutnya pola anyaman kepang dengan lapisan sistem melamin dan sistem nitroselulosa memiliki kelas finishing dan dengan lapisan sistem vernis memiliki kelas finishing (Gambar 15). Kel as Finishing Kajang 3 Kepang melamine nitroselulosa vernis Pola Anyaman Gambar 15. Diagram kelas finishing pada anyaman berbahan campuran daging dan kulit bambu dengan uji saus Kelas finishing terbaik ditunjukan dengan tidak terjadinya kerusakan atau cacat akibat bahan pengujian. Hal ini disebabkan bahan penguji kecap tidak dapat merusak struktur lapisan film baik itu pada lapisan melamin maupun pada lapisan nitroselulosa. Lain halnya dengan lapisan vernis. Pada uji saos, lapisan vernis

35 mengalami kerusakan/cacat dan masuk kelas finishing pada anyaman bambu pola kajang berbahan daging bambu, kelas finishing 3 pada anyaman kepang berbahan daging bambu. Berbeda pada anyaman berbahan campuran daging dan kulit bambu, kelas finishing lapisan vernis pada pola kajang termasuk kelas finishing 3 dan pada pola kepang termasuk kelas finishing. Daya tahan lapisan vernis dengan uji saos termasuk kelas finishing rendah. Penampilan anyaman bambu yang telah difinishing dan diuji saos tampak pada Gambar 16c. Cacat lapisan finishing terjadi apabila suatu zat kimia tertentu merusak struktur lapisan film (bereaksi secara kimiawi) sehingga film menjadi kasar atau tidak rata. Dengan uji saos, kerusakan/cacat yang terjadi pada lapisan vernis adalah lapisan vernis menjadi kasar dan hilang kilapnya. Hal ini diduga karena lapisan vernis yang tidak melekat kuat dengan substrat dan ikatan yang lemah antar bahan yang terkandung dalam vernis. Sehingga pada saat saos mengering, lapisan vernis tertarik/melekat oleh saos.

36 Gambar 16 Penampilan anyaman bambu setelah uji daya tahan lapisan finishing terhadap bahan kimia rumah tangga. Keterangan: DKMP1 = Anyaman pola kajang berbahan daging bambu yang diaplikasi dengan melamin. DKLP1 = Anyaman pola kajang berbahan daging bambu yang diaplikasi dengan nitroselulosa. DKVP1 = Anyaman pola kajang berbahan daging bambu yang diaplikasi dengan vernis. DEMP1 = Anyaman pola kepang berbahan daging bambu yang diaplikasi dengan melamin. DELP1 = Anyaman pola kepang berbahan daging bambu yang diaplikasi dengan nitroselulosa.

37 DEVP1 = Anyaman pola kepang berbahan daging bambu yang diaplikasi dengan vernis. CKMP1 = Anyaman pola kajang berbahan campuran daging dan kulit bambu yang diaplikasi dengan melamin. CKLP1 = Anyaman pola kajang berbahan campuran daging dan kulit bambu yang diaplikasi dengan nitroselulosa. CKVP1 = Anyaman pola kajang berbahan campuran daging dan kulit bambu yang diaplikasi dengan vernis. CEMP1 = Anyaman pola kepang berbahan campuran daging dan kulit bambu yang diaplikasi dengan melamin. CELP1 = Anyaman pola kepang berbahan campuran daging dan kulit bambu yang diaplikasi dengan nitroselulosa. CEVP1 = Anyaman pola kepang berbahan campuran daging dan kulit bambu yang diaplikasi dengan vernis. a = Uji minyak sayur; b = Uji Kecap; c = Uji saos; P1 = Uji bahan kimia rumah tangga... Daya Tahan Terhadap Uap Air Panas Pada pengujian dengan uap air panas, lapisan finishing sistem melamin dan sistem nitroselulosa, baik pada bahan anyaman daging bambu (Gambar 17) maupun campuran daging dan kulit bambu (Gambar 18) memiliki kelas finishing, yaitu termasuk kedalam kelas finishing terbaik. Namun demikian lapisan finishing sistem vernis pada anyaman berbahan daging atau berbahan campuran daging dan kulit memiliki kelas finishing, yaitu kelas finishing terendah. Kelas Finishing Kajang m Kepang melamin nitroselulosa vernis Pola Anyaman Gambar 17 Diagram kelas finishing pada anyaman berbahan daging bambu dengan uji uap air panas

38 Kelas Finishi ng Kajang m Kepang melamin nitroselulosa vernis Pola Anyaman Gambar 18 Diagram kelas finishing pada anyaman berbahan campuran daging dan kulit bambu dengan uji uap air panas Pada uji uap air panas, lapisan melamin dan lapisan nitroselulosa tidak mengalami kerusakan. Hal ini disebabkan kedua bahan finishing ini memiliki daya tahan yang baik terhadap panas. Ikatan antar bahan yang terkandung dalam melamin dan nitroselulosa, menjadikan lapisan bahan finishing ini tidak mudah rusak terkena panas. Kerusakan yang terjadi pada lapisan vernis adalah lapisan vernis menjadi tampak kasar tidak mengkilap dan membentuk butiran halus (granule) (Gambar 19; DKVP2, DEVP2, CKVP2, CEVP2). Lapisan vernis yang tidak tahan panas, tidak tahan cuaca menjadikan bahan finishing ini hanya cocok untuk pelapisan bahan pada penggunaan interior (Agus sunaryo, 1997).

39 Gambar 19 Penampilan anyaman bambu setelah uji daya tahan lapisan finishing terhadap uap air panas. Keterangan: DKMP2 = Anyaman pola kajang berbahan daging bambu yang diaplikasi dengan melamin. DKLP2 = Anyaman pola kajang berbahan daging bambu yang diaplikasi dengan nitroselulosa. DKVP2 = Anyaman pola kajang berbahan daging bambu yang diaplikasi dengan vernis. DEMP2 = Anyaman pola kepang berbahan daging bambu yang diaplikasi dengan melamin. DELP2 = Anyaman pola kepang berbahan daging bambu yang diaplikasi dengan nitroselulosa.

40 DEVP2 = Anyaman pola kepang berbahan daging bambu yang diaplikasi dengan vernis. CKMP2 = Anyaman pola kajang berbahan campuran daging dan kulit bambu yang diaplikasi dengan melamin. CKLP2 = Anyaman pola kajang berbahan campuran daging dan kulit bambu yang diaplikasi dengan nitroselulosa. CKVP2 = Anyaman pola kajang berbahan campuran daging dan kulit bambu yang diaplikasi dengan vernis. CEMP2 = Anyaman pola kepang berbahan campuran daging dan kulit bambu yang diaplikasi dengan melamin. CELP2 = Anyaman pola kepang berbahan campuran daging dan kulit bambu yang diaplikasi dengan nitroselulosa. CEVP2 = Anyaman pola kepang berbahan campuran daging dan kulit bambu yang diaplikasi dengan vernis. P2 = Uji uap air panas.6. Daya Tahan Lapisan Finishing Terhadap Asap Pada pengujian dengan asap, ketiga metode pelapisan bahan finishing yaitu sistem melamin, sistem nitroselulosa dan sistem vernis pada pola anyaman kajang dan kepang baik dari bahan daging bambu ataupun campuran daging dan kulit bambu memiliki kelas finishing (Gambar 2 dan Gambar 21). Kel as finishing melamin nitroselulosa vernis Kajang Kepang Pola Anyaman Gambar 2. Diagram kelas finishing pada anyaman berbahan daging bambu dengan uji Asap Kel as finishing melamin nitroselulosa vernis Kajang Kepang Pola Anyaman Gambar 21. Diagram kelas finishing pada anyaman berbahan campuran daging dan kulit bambu dengan uji Asap

41 Kelas finishing tersebut menunjukan kelas finishing terbaik. Kelas finishing terbaik ditunjukan dengan tidak terjadinya kerusakan pada lapisan finishing atau cacat akibat bahan pengujian asap, hal ini disebabkan asap (bahan yang terkandung dalam asap) tidak dapat merusak struktur lapisan film baik itu pada lapisan melamin, lapisan nitroselulosa dan lapisan vernis. Penampilan anyaman bambu yang telah difinishing dan diuji asap seperti tampak pada Gambar 22 berikut. Gambar 22 Penampilan anyaman bambu setelah uji daya tahan lapisan finishing terhadap asap.

42 Keterangan: DKMP3 = Anyaman pola kajang berbahan daging bambu yang diaplikasi dengan melamin. DKLP3 = Anyaman pola kajang berbahan daging bambu yang diaplikasi dengan nitroselulosa. DKVP3 = Anyaman pola kajang berbahan daging bambu yang diaplikasi dengan vernis. DEMP3 = Anyaman pola kepang berbahan daging bambu yang diaplikasi dengan melamin. DELP3 = Anyaman pola kepang berbahan daging bambu yang diaplikasi dengan nitroselulosa. DEVP3 = Anyaman pola kepang berbahan daging bambu yang diaplikasi dengan vernis. CKMP3 = Anyaman pola kajang berbahan campuran daging dan kulit bambu yang diaplikasi dengan melamin. CKLP3 = Anyaman pola kajang berbahan campuran daging dan kulit bambu yang diaplikasi dengan nitroselulosa. CKVP3 = Anyaman pola kajang berbahan campuran daging dan kulit bambu yang diaplikasi dengan vernis. CEMP3 = Anyaman pola kepang berbahan campuran daging dan kulit bambu yang diaplikasi dengan melamin. CELP3 = Anyaman pola kepang berbahan campuran daging dan kulit bambu yang diaplikasi dengan nitroselulosa. CEVP3 = Anyaman pola kepang berbahan campuran daging dan kulit bambu yang diaplikasi dengan vernis. P3 = Uji asap.

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan, mulai dari bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2009. Penelitian bertempat di Pusat Batik Desa Jarum Kecamatan Bayat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Pembentukan Lapisan Film dengan Teknik Batik

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Pembentukan Lapisan Film dengan Teknik Batik BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Pembentukan Lapisan Film dengan Teknik Batik Penelitian mengenai finishing dengan menggunakan teknik batik ini menerapkan kombinasi beberapa urutan proses pengerjaan. Pada kombinasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 Tabel 3 Klasifikasi kondisi cacat permukaan berdasarkan ASTM D 1654-92 (2000) Presentase Permukaan Bercacat (%) Kelas Tidak bercacat 10 0-1 9 2-3 8 4-7 7 7-10 6 11-20 5 21-30 4 31-40 3 41-55 2 56-57

Lebih terperinci

Kayu jati (JA1) dan Mahoni (MaA1) yang difinishing dengan penambahan air 10% untuk sealer dan 30% air untuk top coat.

Kayu jati (JA1) dan Mahoni (MaA1) yang difinishing dengan penambahan air 10% untuk sealer dan 30% air untuk top coat. 18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kayu Jati dan Mahoni difinishing menggunakan bahan finishing pelarut air (water based lacquer) dan pelarut minyak (polyurethane). Kayu yang difinishing menggunakan bahan pelarut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Efektifitas Fumigasi Amonia Fumigasi amonia bertujuan mereaksikan amonia dengan tanin dalam kayu agar terjadi perubahan warna secara permanen. Fumigasi amonia akan menhasilkan perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bambu Bambu adalah tumbuhan yang batangnya berbentuk buluh, beruas-ruas, berbuku-buku, berongga, mempunyai cabang berimpang dan mempunyai daun buluh yang menonjol (Heyne 1987).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Lebih terperinci

TEKNIK FINISHING PERABOT DENGAN BAHAN MELAMINE

TEKNIK FINISHING PERABOT DENGAN BAHAN MELAMINE TEKNIK FINISHING PERABOT DENGAN BAHAN MELAMINE Oleh: Darmono Dosen JPTSP FT UNY Disampaikan dalam Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Jurusan Bangunan Rayon 11 Angkatan XIV DIY dan Jawa Tengah Pada Tanggal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Lapis Tsoumis (1991) mengemukakan bahwa, kayu lapis (plywood) adalah sebuah produk panel yang terbuat dengan merekatkan sejumlah lembaran vinir atau merekatkan lembaran

Lebih terperinci

Epoxy Floor Coating :

Epoxy Floor Coating : PT PUTRA MATARAM COATING INTERNATONAL Epoxy Floor Coating : Aplikasi dan masalahnya Volume 2 Desember 2015 Pendahuluan Epoxy merupakan cat dua komponen yang terbuat dari kombinasi polimer epoksi sebagai

Lebih terperinci

OXYFLOOR Epoxy Floor Coating

OXYFLOOR Epoxy Floor Coating PT. PUTRAMATARAM COATING INTERNATIONAL OXYFLOOR Epoxy Floor Coating AGUSTUS 2011 VOLUME 8 Pendahuluan Epoxy merupakan cat dua komponen yang terbuat dari kombinasi epoxy dan amine. Epoxy mempunyai keunggulan

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN PENDAHULUAN Pasokan kayu sebagai bahan mebel dan bangunan belum mencukupi kebutuhan yang ada Bambu (multiguna, cepat tumbuh, tersebar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan TINJAUAN PUSTAKA Papan Partikel Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan papan yang terbuat dari bahan berlignoselulosa yang dibuat dalam bentuk partikel dengan menggunakan

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA

PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA i PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 i PENGARUH PERENDAMAN

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Sambungan Satu Ruas dan Dua Ruas Bambu Terhadap Kekuatan Balok Laminasi Bambu Tali MUJAHID

Pengaruh Variasi Sambungan Satu Ruas dan Dua Ruas Bambu Terhadap Kekuatan Balok Laminasi Bambu Tali MUJAHID Pengaruh Variasi Sambungan Satu Ruas dan Dua Ruas Bambu Terhadap Kekuatan Balok Laminasi Bambu Tali MUJAHID DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Pengaruh Variasi Penyusunan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. (a) (b) (c) Gambar 10 (a) Bambu tali bagian pangkal, (b) Bambu tali bagian tengah, dan (c) Bambu tali bagian ujung.

BAB IV PEMBAHASAN. (a) (b) (c) Gambar 10 (a) Bambu tali bagian pangkal, (b) Bambu tali bagian tengah, dan (c) Bambu tali bagian ujung. 22 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Sifat Anatomi Bambu 4.1.1 Bentuk Batang Bambu Bambu memiliki bentuk batang yang tidak silindris. Selain itu, bambu juga memiliki buku (node) yang memisahkan antara 2 ruas (internode).

Lebih terperinci

PELATIHAN TEKNIK FINISHING MEBEL BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN

PELATIHAN TEKNIK FINISHING MEBEL BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN PELATIHAN TEKNIK FINISHING MEBEL BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN Oleh: Darmono, Martono, dan Sutiman Analisis Situasi Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, reka oles atau finishing

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 % TINJAUAN PUSTAKA Limbah Penggergajian Eko (2007) menyatakan bahwa limbah utama dari industri kayu adalah potongan - potongan kecil dan serpihan kayu dari hasil penggergajian serta debu dan serbuk gergaji.

Lebih terperinci

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN Febriyani. E24104030. Sifat Fisis Mekanis Panel Sandwich

Lebih terperinci

PUMA. Buletin SISTEM FINISHING TAHAPAN APLIKASI WOOD FINISHES I PRODUK. PERSIAPAN PERMUKAAN dan PEWARNAAN WOOD FINISHES PUTRAMATARAM *022011*

PUMA. Buletin SISTEM FINISHING TAHAPAN APLIKASI WOOD FINISHES I PRODUK. PERSIAPAN PERMUKAAN dan PEWARNAAN WOOD FINISHES PUTRAMATARAM *022011* PUMA Buletin WOOD FINISHES I TAHAPAN APLIKASI WOOD FINISHES SISTEM FINISHING PERSIAPAN PERMUKAAN PEWARNAAN PRODUK WOOD FINISHES PUTRAMATARAM Edisi II Februari 2011 *022011* design by IT Volume 2 Page 1

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan TINJAUAN PUSTAKA A. Papan Partikel A.1. Definisi papan partikel Kayu komposit merupakan kayu yang biasa digunakan dalam penggunaan perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar,

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINA

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINA TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINA Oleh I.M. Sulastiningsih Peneliti pada Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan Email : tsulastiningsih@yahoo.co.id I. PENDAHULUAN Indonesia sebagai salah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Batang kelapa sawit mempunyai sifat yang berbeda antara bagian pangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Batang kelapa sawit mempunyai sifat yang berbeda antara bagian pangkal TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit Menurut Hadi (2004), klasifikasi botani kelapa sawit dapat diuraikan sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Familia Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Liliopsida

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 10 tergantung dari adanya air dan tanah sebagai kebutuhan penting untuk kehidupannya. Rayap kayu kering sendiri memiliki cara penyerangan yang berbeda dengan rayap tanah. Di Indonesia hanya ditemukan sedikit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Venir Bambu Lamina Venir lamina (Laminated Veneer Lumber atau LVL) adalah suatu produk yang diperoleh dengan cara menyusun sejajar serat lembaran venir yang diikat dengan perekat.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Finishing Kayu

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Finishing Kayu 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Finishing Kayu Kayu merupakan bahan baku yang sering digunakan dalam industri furniture dan memerlukan proses finishing dalam rangka peningkatan nilai jualnya. Setiap jenis kayu

Lebih terperinci

Cara Membuat Alat Untuk Membakar Sekam Padi (Cerobong)

Cara Membuat Alat Untuk Membakar Sekam Padi (Cerobong) Arang sekam padi memiliki banyak kegunaan baik di dunia pertanian maupun untuk kebutuhan industri. Para petani memanfaatkan arang sekam sebagai penggembur tanah. Arang sekam dibuat dari pembakaran tak

Lebih terperinci

Lignalac - Polyurethane

Lignalac - Polyurethane PT PUTRAMATARAM COATING INTERNATIONAL Lignalac - Polyurethane Daftar Isi : Oktober 2011 Volume 10 Pendahuluan 1 Cat PU (Polyurethane) 1 Pendahuluan Produk PU PT Putramataram CI 2 Kayu masih merupakan bahan

Lebih terperinci

Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung

Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung Standar Nasional Indonesia Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung ICS 87.020; 91.180 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia Fakultas MIPA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Bambu Bambu merupakan tumbuhan yang termasuk ke dalam famili Graminaeae sub-famili Bambusoideae, dari suku Bambuceae. Bambu merupakan rumputrumputan berkayu yang tumbuh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Bambu Tali. kayu dengan masa panen 3-6 tahun. Bahan berlignoselulosa pada umumnya dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Bambu Tali. kayu dengan masa panen 3-6 tahun. Bahan berlignoselulosa pada umumnya dapat TINJAUAN PUSTAKA Bambu Tali Bambu sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu yang memiliki kandungan lignoselulosa melimpah di Indonesia dan berpotensi besar untuk dijadikan sebagai bahan pengganti kayu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan,

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan, [ TINJAUAN PUSTAKA Batang Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis yang berasal dari Nigeria (Afrika Barat). Tinggi kelapa sawit dapat mencapai 24 m sedangkan diameternya

Lebih terperinci

BAB XIII PENGECATAN A.

BAB XIII PENGECATAN A. BAB XIII PENGECATAN A. Pekerjaan Pengecatan Pada saat melakukan pengecatan baik itu tembok lama maupun baru, hal pertama yang harus dilakukan adalah memilih warna yang sesuai dengan fungsi dinding yang

Lebih terperinci

Perlindungan kayu. perabotan. Produk Wood Care Putramataram

Perlindungan kayu. perabotan. Produk Wood Care Putramataram Volume 4 April 2011 Putramataram Coating International Wood Care Perlindungan kayu Seperti telah dibahas pada buletin Volume 2 3 dimana selain berfungsi untuk keindahan, fungsi lain proses finishing kayu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763 16 TINJAUAN PUSTAKA A. Kelapa sawit Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Sub famili Genus Spesies : Plantae

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Fakultas Kehutanan Univesitas Sumatera Utara Medan. mekanis kayu terdiri dari MOE dan MOR, kerapatan, WL (Weight loss) dan RS (

METODE PENELITIAN. Fakultas Kehutanan Univesitas Sumatera Utara Medan. mekanis kayu terdiri dari MOE dan MOR, kerapatan, WL (Weight loss) dan RS ( 12 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2017 - Juni 2017. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, dan Workshop Fakultas

Lebih terperinci

3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI Pendahuluan

3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI Pendahuluan 3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI 3.1. Pendahuluan Analisa teoritis dan hasil eksperimen mempunyai peranan yang sama pentingnya dalam mekanika bahan (Gere dan Timoshenko, 1997). Teori digunakan untuk

Lebih terperinci

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL Syahrizal & Johny Custer Teknik Perkapalan Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam, Bengkalis-Riau djalls@polbeng.ac.id

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Produk permainan sekoci handcar anak ini termasuk permainan tradisional, yang awalnya terinspirasi dari sebuah kendaraan tradisonal Handcar. Digunakan sekitar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. 4.1 Analisa Kecukupan Data

BAB IV ANALISA. 4.1 Analisa Kecukupan Data BAB IV ANALISA 4.1 Analisa Kecukupan Data Data yang telah didapat, baik itu berupa data primer maupun data sekunder yang digunakan sebagai referensi dan literatur dari perancangan multimedia interaktif

Lebih terperinci

4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT 48 4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT 4.1 Pendahuluan Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, kekuatan papan yang dihasilkan masih rendah utamanya nilai MOR

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil identifikasi herbarium yang dilakukan mempertegas bahwa ketiga jenis kayu yang diteliti adalah benar burmanii Blume, C. parthenoxylon Meissn., dan C. subavenium Miq. 4.1

Lebih terperinci

KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR. Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal

KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR. Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi Jl. Samarinda Paal Lima Kota Baru Jambi 30128

Lebih terperinci

III. DATA PERANCANGAN. Kesiapan Data Rincian Data. Pedoman Membuat Dining chair. Sumber Inspirasi Refrensi Model. Dalam Menciptakan Dining Chair

III. DATA PERANCANGAN. Kesiapan Data Rincian Data. Pedoman Membuat Dining chair. Sumber Inspirasi Refrensi Model. Dalam Menciptakan Dining Chair III. DATA PERANCANGAN A. TABEL DATA PERANCANGAN Sifat Data Manfaat Data Kesiapan Data Rincian Data Dalam Perancangan Sudah Belum Utama Penunjang Data Objek Dan Teknik Perancangan Spesifikasi Pedoman Membuat

Lebih terperinci

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI Standar Nasional Indonesia Papan partikel ICS 79.060.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Klasifikasi...

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober 2015. Pembuatan papan dan pengujian sifat fisis dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Program Studi Kehutanan,

Lebih terperinci

III.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

III.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di III.METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di lakukan di Laboratium Material Teknik, Universitas

Lebih terperinci

1. Starter dengan larutan gula

1. Starter dengan larutan gula 1. Starter dengan larutan gula Siapkan stoples kaca kedap udara ukuran lima liter, pilih yang kedap udara. Tambahkan ke dalam toples 200 gram gula merah, encerkan dengan 3 liter air bersih aduk sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tandan Kosong Sawit Jumlah produksi kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2010 mencapai 21.958.120 ton dan pada tahun 2011 mencapai

Lebih terperinci

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di III.METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di lakukan di Laboratium Material Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI RANCANGAN

BAB III METODOLOGI RANCANGAN BAB III METODOLOGI RANCANGAN Sebelum dilakukan proses pengerjaan tugas akhir akan lebih baik apabila dilakukan perancangan terhadap pengerjaan tersebut. Pengkonsepan ini dimaksutkan adar dapat membantu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan bambu laminasi untuk rangka sepeda. 3. Perlakuan serat (alkali &bleaching)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan bambu laminasi untuk rangka sepeda. 3. Perlakuan serat (alkali &bleaching) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses persiapan Dalam proses produksi hal yang paling diperhatikan pertama kali yaitu adalah proses persiapan bahan berfungsi sebagai langkah pertama dalam proses pembuatan

Lebih terperinci

1. Pengertian Perubahan Materi

1. Pengertian Perubahan Materi 1. Pengertian Perubahan Materi Pada kehidupan sehari-hari kamu selalu melihat peristiwa perubahan materi, baik secara alami maupun dengan disengaja. Peristiwa perubahan materi secara alami, misalnya peristiwa

Lebih terperinci

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS PANEL STRUKTURAL DARI KOMBINASI BAMBU TALI (Gigantochloa apus Bl. ex. (Schult. F.) Kurz) DAN KAYU LAPIS PUJA HINDRAWAN

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS PANEL STRUKTURAL DARI KOMBINASI BAMBU TALI (Gigantochloa apus Bl. ex. (Schult. F.) Kurz) DAN KAYU LAPIS PUJA HINDRAWAN 1 PENGUJIAN SIFAT MEKANIS PANEL STRUKTURAL DARI KOMBINASI BAMBU TALI (Gigantochloa apus Bl. ex. (Schult. F.) Kurz) DAN KAYU LAPIS PUJA HINDRAWAN DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu 1. Tempat. Penelitian ini akan di lakukan di Kampus STIPAP Beberapa kegiatan penelitian yang dilakukan seperti diperlihatkan pada tabel 3.1. No Tabel 3.1. Kegiatan

Lebih terperinci

KADAR AIR TITIK JENUH SERAT BEBERAPA JENIS KAYU PERDAGANGAN INDONESIA ARIF RAKHMAN HARIJADI

KADAR AIR TITIK JENUH SERAT BEBERAPA JENIS KAYU PERDAGANGAN INDONESIA ARIF RAKHMAN HARIJADI KADAR AIR TITIK JENUH SERAT BEBERAPA JENIS KAYU PERDAGANGAN INDONESIA ARIF RAKHMAN HARIJADI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 KADAR AIR TITIK JENUH SERAT BEBERAPA

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN

PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN Pilihan suatu bahan bangunan tergantung dari sifat-sifat teknis, ekonomis, dan dari keindahan. Perlu suatu bahan diketahui sifat-sifat sepenuhnya. Sifat Utama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Ikatan Pembuluh Bambu Foto makroskopis ruas bambu tali disajikan pada Gambar 7 dan bukunya disajikan pada Gambar 8. Foto makroskopis ruas bambu betung disajikan

Lebih terperinci

8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI Pembahasan Umum

8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI Pembahasan Umum 8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI 8.1. Pembahasan Umum Penggunaan bambu sebagai bahan bangunan bukan merupakan hal yang baru, tetapi pemanfaatannya pada umumnya hanya dilakukan berdasarkan pengalaman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dari bulan Mei sampai Juli 2011 bertempat di Laboratorium Biokomposit, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan,

Lebih terperinci

PENGOLAHAN UMBI GANYONG

PENGOLAHAN UMBI GANYONG PENGOLAHAN UMBI GANYONG Ir. Sutrisno Koswara, MSi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center LPPM IPB 2013 DISCLAIMER This presentation is made possible by the generous support of the American

Lebih terperinci

A. Struktur Akar dan Fungsinya

A. Struktur Akar dan Fungsinya A. Struktur Akar dan Fungsinya Inti Akar. Inti akar terdiri atas pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Pembuluh kayu berfungsi mengangkut air dari akar ke daun. Pembuluh tapis berfungsi mengangkut hasil fotosintesis

Lebih terperinci

BAB VIII PEMBAHASAN UMUM

BAB VIII PEMBAHASAN UMUM BAB VIII PEMBAHASAN UMUM Biodeteriorasi kayu mengakibatkan penurunan mutu dan tidak efisiennya penggunaan kayu. Selain itu umur pakai kayu menjadi lebih pendek dan berakibat konsumsi kayu menjadi meningkat,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN B. Tahapan Proses Pembuatan Papan Serat 1. Pembuatan Matras a. Pemotongan serat Serat kenaf memiliki ukuran panjang rata-rata 40-60 cm (Gambar 18), untuk mempermudah proses pembuatan

Lebih terperinci

PEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI

PEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI PEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA 1997 / 1998 KATA PENGANTAR Upaya para nelayan dalam mempertahankan

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di areal KPH Balapulang Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

FINISHING KAYU KELAPA (Cocos nucifera, L) UNTUK BAHAN INTERIOR RUANGAN

FINISHING KAYU KELAPA (Cocos nucifera, L) UNTUK BAHAN INTERIOR RUANGAN Finishing Kayu Kelapa (Cocos nucifera, L) untuk Bahan Interior Ruangan...Djoko Purwanto. FINISHING KAYU KELAPA (Cocos nucifera, L) UNTUK BAHAN INTERIOR RUANGAN FINISHING OF COCONUT WOOD (Cocos Nucifera,

Lebih terperinci

MACAM MACAM EPOXY DAN POLYURETHANE BASED FLOORING SYSTEM BESERTA KINERJANYA

MACAM MACAM EPOXY DAN POLYURETHANE BASED FLOORING SYSTEM BESERTA KINERJANYA MACAM MACAM EPOXY DAN POLYURETHANE BASED FLOORING SYSTEM BESERTA KINERJANYA Brian Christopher Sutandyo 1, Evan Sutantu Putra 2, Sudjarwo 3, Januar 4 ABSTRAK : Cat lantai Epoxy dan Polyurethane merupakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Chantiqa Handycraft merupakan suatu jenis usaha kerajinan yang memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi barang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Agar pelaksanaan penelitian lebih mudah dan sistematis, maka dibuat diagram alir penelitian serta prosedur penelitian. Dengan begitu, percobaan akan lebih terarah. 3.1. DIAGRAM

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 38 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. yang diharapkan. Tahap terakhir ini termasuk dalam tahap pengetesan stand

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. yang diharapkan. Tahap terakhir ini termasuk dalam tahap pengetesan stand BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND 4.1. Hasil Rancang Bangun Stand Engine Cutting Hasil dari stand engine sendiri adalah dimana semua akhir proses perancangan telah selesai dan penempatan komponennya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dari bulan Juni hingga Agustus 2011 di Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu, Laboratorium Peningkatan

Lebih terperinci

Wood Finishes 2. Sistem Wood Finishes. Jenis Wood Finishes

Wood Finishes 2. Sistem Wood Finishes. Jenis Wood Finishes Volume 3 Mare 2011 Page 1 Wood Finishes 2 Sistem Wood Finishes Topik : Sistem Wood Finishes Jenis Wood Finishes Karakter Cat Wood Finishes Kualitas Wood Finishes Produk wood finishes Putramataram Forum

Lebih terperinci

PENGECATAN. Oleh: Riswan Dwi Djatmiko

PENGECATAN. Oleh: Riswan Dwi Djatmiko 1 PENGECATAN Oleh: Riswan Dwi Djatmiko Salah satu proses finishing yang terpopuler di kalangan masyarakat adalah proses pengecatan (painting). Proses ini mudah dilakukan dan tidak memerlukan beaya yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 4 bulan (Pudjiatmoko, 2008). Klasifikasi tanaman tomat adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Lebih terperinci

PROSES PENGECATAN (PAINTING) Dosen : Agus Solehudin, Ir., MT

PROSES PENGECATAN (PAINTING) Dosen : Agus Solehudin, Ir., MT PROSES PENGECATAN (PAINTING) Dosen : Agus Solehudin, Ir., MT JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FPTK - UPI 2 June 2010 asolehudin@upi.edu 1 PENGENALAN CAT Salah satu metoda yang paling banyak dipergunakan

Lebih terperinci

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT Dr. Sri Handayani Tim PPM Jurusan Pendidikan Kimia FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 1 TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT Dr. Sri Handayani

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Waktu, Lokasi Pengambilan Tanah Gambut dan Tempat Penelitian Bahan gambut berasal dari Kabupaten Dumai, Bengkalis, Indragiri Hilir, Siak, dan Kampar, Provinsi Riau dari

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES (pra Rancangan Pabrik,kgrtas kgrajinan dari enceng gondok. BAB III PERANCANGAN PROSES Perancangan pabrik home industri ini menghasilkan produk kertas kerajinan yang siap dibuat untuk kerajinan yang unik.

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan,

3. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan, 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Desember 2010. Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan, pembuatan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Mutu Kekakuan Lamina BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penyusunan lamina diawali dengan melakukan penentuan mutu pada tiap ketebalan lamina menggunakan uji non destructive test. Data hasil pengujian NDT

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini dibahas mengenai pemaparan analisis dan interpretasi hasil dari output yang didapatkan penelitian. Analisis penelitian ini dijabarkan dan diuraikan pada

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR METALURGI PENGUJIAN KETAHANAN PROTEKSI KOROSI CAT ANTI KARAT JENIS RUST CONVERTER, WATER DISPLACING, DAN RUBBER PAINT

TUGAS AKHIR METALURGI PENGUJIAN KETAHANAN PROTEKSI KOROSI CAT ANTI KARAT JENIS RUST CONVERTER, WATER DISPLACING, DAN RUBBER PAINT TUGAS AKHIR METALURGI PENGUJIAN KETAHANAN PROTEKSI KOROSI CAT ANTI KARAT JENIS RUST CONVERTER, WATER DISPLACING, DAN RUBBER PAINT Oleh Baskoro Adisatryanto NRP. 2102 100 047 Dosen Pembimbing Dr. Ir. H.C.

Lebih terperinci

SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL)

SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL) SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL) SKh-2. 6.6.1 UMUM 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Lapis Penetrasi Macadam Asbuton Lawele adalah lapis perkerasan

Lebih terperinci

Problem solving 1. Pendahuluan. PT Putramataram Coating International. Dari pengalaman. memberikan kontribusi 50% terhadap terjadinya. pengecatan.

Problem solving 1. Pendahuluan. PT Putramataram Coating International. Dari pengalaman. memberikan kontribusi 50% terhadap terjadinya. pengecatan. PT Putramataram Coating International Problem solving 1 Pendahuluan Volume 11 November 2011 Daftar isi Pendahuluan 1 Kualitas hasil pengecatan tidak hanya ditentukan oleh cat terakhir dalam tahapan aplikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 JENIS-JENIS CACAT Pada bagian ini akan dijelaskan jenis-jenis cacat yang dominan, yang ditemui selama proses pengecatan front fender JUPITER MX, yaitu : 5.1.1 Berlubang Jenis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk famili Clusiaceae yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara khususnya di semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, Kamboja,

Lebih terperinci

3 SKS (2 P, 1 T) Dosen Pengampu : Tim

3 SKS (2 P, 1 T) Dosen Pengampu : Tim 3 SKS (2 P, 1 T) Dosen Pengampu : Tim Cat adalah suatu cairan yang dipakai untuk melapisi permukaan bahan dengan tujuan untuk memperindah (decoratif), memperkuat (reinforcing), dan melindungi (protective)

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM Penyusun: Haikal Atharika Zumar 5404416017 Dosen Pembimbing : Ir. Bambang Triatma, M.Si Meddiati Fajri Putri S.Pd, M.Sc JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bambu Bambu termasuk ke dalam famili Graminae, sub famili Bambusoidae dan suku Bambuseae. Bambu biasanya mempunyai batang yang berongga, akar yang kompleks, serta daun berbentuk

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISASI AWAL BAHAN Karakterisistik bahan baku daun gambir kering yang dilakukan meliputi pengujian terhadap proksimat bahan dan kadar katekin dalam daun gambir kering.

Lebih terperinci

Studi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu

Studi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu Studi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu Mitra Rahayu1,a), Widayani1,b) 1 Laboratorium Biofisika, Kelompok Keilmuan Fisika Nuklir dan Biofisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci