1. BAB I PENDAHULUAN. (Badilag) yang merupakan unit eselon 1 di lingkungan Mahkamah Agung,

Transkripsi

1 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen perkara adalah satu dari lima kelompok kerja reformasi birokrasi Mahkamah Agung Republik Indonesia. Oleh Badan Peradilan Agama (Badilag) yang merupakan unit eselon 1 di lingkungan Mahkamah Agung, kelompok kerja manajemen perkara tersebut dijabarkan ke dalam beberapa program, yaitu program penyelesaian perkara dan program implementasi SIADPA (Sistem Informasi Administrasi Perkara Pengadilan Agama). Program penyelesaian perkara difokuskan pada penanganan perkara secara cepat dan tepat. Sehingga, produk pengadilan berupa putusan atau penetapan bisa dihasilkan kurang dari 6 bulan sejak perkara didaftarkan di pengadilan agama. Sedangkan program implementasi SIADPA dititikberatkan pada penggunaan aplikasi berbasis teknologi informasi untuk menunjang sekaligus memperlancar perjalanan berkas perkara mulai dari pendaftaran sampai dengan pengarsipan. SIADPA adalah aplikasi yang berfungsi sebagai input awal sampai akhir proses perkara, keuangan perkara, register (pencatatan) perkara, dan pelaporan perkara tingkat pertama. Di awal penggunaannya sekitar tahun 2007, SIADPA masih dipandang sebelah mata. Terbukti dengan belum dipakainya aplikasi tersebut secara menyeluruh oleh beberapa pengadilan agama. Maka dari itu, di tahun 2010 melalui buku Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama (Buku II), Badan Peradilan Agama menghimbau kepada seluruh Pengadilan Agama di Indonesia untuk memanfaatkan aplikasi SIADPA dalam

2 rangka mendukung Pola Bindalmin (Pola Pembinaan dan Pengendalian Administrasi Kepaniteraan) dan peningkatan kinerja pengadilan serta pelayanan peradilan. Sehingga di tahun yang sama, SIADPA berubah nama menjadi SIADPA Plus yang merupakan pengembangan dari aplikasi SIADPA yang sudah diselaraskan dengan Pola Bindalmin sekaligus makin mudah digunakan (user friendly). Tahun ini adalah tahun ke tujuh SIADPA digunakan di pengadilan agama seluruh Indonesia. Namun, masih ditemui beberapa kendala sehingga SIADPA belum bisa berjalan sebagaimana mestinya. Untuk itu perlu adanya peninjauan terhadap tingkat implementasi aplikasi yang merupakan andalan Badilag tersebut, demi tercapainya reformasi birokrasi di lingkungan Mahkamah Agung. Peninjauan dilakukan dengan cara mengevaluasi implementasi SIADPA untuk mengetahui seberapa jauh capaian yang telah diraih oleh Pengadilan Agama melalui penggunaan aplikasi ini. Selain itu juga dapat diketahui hambatanhambatan apa yang terjadi dalam proses pemanfaatannya serta rencana tindakan atau kebijakan untuk memperbaiki kinerja penerapannya. Evaluasi pada penelitian ini akan dilakukan dengan melihat hubungan antara komponen manusia (human), organisasi (organization) dan teknologi (technology) pada penggunaan SIADPA di tujuh pengadilan agama se koordinator Surakarta. Kesesuaian hubungan antara faktor manusia, organisasi, dan teknologi sebagai penentu terhadap keberhasilan penerapan suatu sistem informasi sejalan dengan yang dikemukakan oleh Yusof et al [35]. Sehingga pada akhirnya dapat digunakan sebagai sebuah landasan pengembangan dari SIADPA. 2

3 1.2 Perumusan Masalah Keberhasilan penggunaan SIADPA belum diketahui dengan pasti. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana keberhasilan penggunaan SIADPA di Pengadilan Agama se-koordinator Surakarta dengan melihat hubungan antara komponen manusia, organisasi, dan teknologi. 1.3 Keaslian Penelitian Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang terkait dengan evaluasi dengan model HOT Fit. Beberapa diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Asep Subagiyo berjudul Penggunaan Metode HOT Fit Dalam Evaluasi Keberhasilan Implementasi Sistem Informasi: Studi Kasus Sistem Informasi Penerimaan Peserta Didik Baru (Ppdb) On Line Kota Yogyakarta Untuk Jenjang SMP. Pada penelitian tersebut, objek penelitian yang digunakan adalah suatu sistem informasi penerimaan siswa baru yang berbasis on line yang diterapkan di wilayah Kota Yogyakarta dan dikhususkan untuk tingkat SMP. Maksud dari penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi keberhasilan implementasi sistem informasi. Ariawan juga telah mengkaji tentang bagaimana mengevaluasi suatu sistem informasi menggunakan metode HOT Fit. Objek yang digunakan untuk penelitian tersebut adalah SIMPUSTRONIK, yaitu suatu sistem informasi kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan SIMPUSTRONIK oleh pengguna. 3

4 Dari uraian di atas, peneliti ingin melakukan penelitian dengan metode yang sama, yaitu HOT Fit dengan melihat bagaimana hubungan ketiga faktor manusia, organisasi, dan teknologi terhadap penggunaan sistem informasi. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengukur hubungan antara komponen manusia, organisasi, dan teknologi dalam penggunaan Sistem Informasi Perkara Pengadilan Agama di Pengadilan Agama se-koordinator Surakarta. 1.5 Manfaat Hasil Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Pengadilan Agama se-koordinator Surakarta Dapat menjadi masukan kepada pimpinan untuk membuat kebijakan terkait dengan penggunaan SIADPA di Pengadilan Agama se-koordinator Surakarta supaya implementasinya bisa utuh dan menyeluruh demi terciptanya pelayanan prima. b. Bagi Ditjen Badilag Sebagai referensi untuk pengembangan SIADPA di masa yang akan datang sehingga Sistem Manajemen Perkara (case management system) yang cepat, efektif dan efisien dapat terwujud. c. Referensi Penelitian Implementasi Sistem Informasi. 4

5 Pada penelitian berikutnya, bisa dimunculkan dimensi-dimensi ukuran lain untuk masing-masing komponen HOT selain yang diteliti pada penelitian ini, sehingga penelitian bisa beragam, semakin kompleks dan hasilnya menjadi lebih baik. 5