BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini menjelaskan tentang latar belakang studi, rumusan persoalan, tujuan dan sasaran, ruang lingkup studi yang terdiri dari ruang lingkup wilayah dan materi, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan, serta kerangka pemikiran studi. 1.1 Latar Belakang Berkembangnya jasa telekomunikasi di Kota Bandung memang memberikan banyak dampak positif, akan tetapi tidak sedikit persoalan yang ditimbulkan perkembangan industri tersebut. Salah satunya adalah berdirinya menara pemancar seluler (Base Tranceiver Station/BTS) yang saat ini berjumlah 391 buah (Dinas Tata Kota Bandung 2007). Banyaknya pembangunan menara tersebut menimbulkan berbagai persoalan, antara lain pendirian menara yang tumpang tindih dan tidak teratur tanpa mengindahkan aspek penataan ruang (misal, satu gedung dengan 4-5 menara). Masalah lain, timbulnya konflik sosial karena pembangunan menara yang tidak sesuai aspirasi masyarakat. Sebanyak 93% dari jumlah menara yang ada saat ini bermasalah dengan perizinan ( 65% dari total menara BTS tersebut diprotes warga, karena penempatannya tidak sesuai dan dianggap mengancam keselamatan warga ( karena berdiri di tengah permukiman padat. Banyak rumah yang hampir berimpitan dengan menara BTS dikhawatirkan terkena radiasi antena yang akan mengganggu kesehatan baik dalam jangka pendek maupun panjang. Selain itu, keberadaan menara

2 2 BTS terkadang menimbulkan protes masyarakat sekitar, misalnya yang disampaikan warga RW 04 dan RW 07 Kelurahan Babakan Tarogong Kecamatan Bojongloa Kaler Bandung pada awal April 2007 ( karena menara BTS dibangun di dekat masjid. Banyaknya menara BTS di beberapa titik menjadi ancaman serius bagi estetika kota dan keamanan masyarakat sekitar. Persoalan lain yaitu ganti rugi lahan dan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana induk atau masterplan Pemkot Bandung (Kepala Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung). Sebagai contoh, warga Jl. Swadarma Terusan Buah Batu Kel. Batununggal Kec. Bandung Kidul menolak pembangunan menara suatu perusahaan telekomunikasi yang dinilai akan menurunkan harga lahan dan banyak merugikan masyarakat di sekitar menara tersebut ( Banyaknya persoalan yang timbul akibat pembangunan menara BTS yang tidak beraturan ini menjadi sebuah kekhawatiran dan menuntut perhatian khusus dari Pemerintah Kota Bandung. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Bandung harus lebih siap dalam menghadapi perkembangan telekomunikasi yang begitu pesat, dan berupaya mencari alternatif untuk mencegah munculnya hutan menara di Kota Bandung. 1.2 Rumusan Persoalan Adanya kekhawatiran Pemerintah Kota Bandung akan munculnya hutan menara, menjadi sebab dikeluarkannya Peraturan Walikota Bandung Nomor 812 Tahun 2007 tentang penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung. Belum adanya kebijakan khusus dari Pemerintah Kota Bandung yang mengatur dan mengawasi pendirian bangunan menara BTS dalam konteks penataan ruang kota menjadikan setiap pengajuan dari provider selalu diizinkan tanpa melihat terlebih

3 3 dahulu di mana akan dibangun dan apa implikasinya, yang mana pada akhirnya menimbulkan berbagai persoalan. Maka, di dalam peraturan walikota tersebut pemerintah kota berusaha mengatur dan menata menara yang sudah ada serta mengantisipasi pertumbuhan menara yang akan datang. Kajian dalam masalah penjamuran menara BTS dari berbagai kasus di beberapa kota luar negeri, seperti City of Valdosta, Georgia ( Carroll County, Maryland ( dan City of Suwanee ( serta beberapa kota di New York, menunjukkan bahwa hal tersebut telah menimbulkan berbagai persoalan, seperti peletakan menara yang tidak teratur, gangguan terhadap satwa lindung, dan nilai estetika yang kurang diperhatikan. Akan tetapi, di kota-kota tersebut persoalan ini telah teratasi dan bahkan menguntungkan kota, karena adanya peraturan mengenai penataan dan pembangunan menara telekomunikasi yang terintegrasi ke dalam peraturan zonasi. Beberapa kota di tingkat Municipality telah memiliki peraturan khusus mengenai penataan menara telekomunikasi yang ada dalam peraturan zonasi. Di kotakota tersebut, setiap provider yang ingin mendirikan menara harus menentukan jenis menara dan desain sesuai zona masing-masing. Pengaturan menara ditujukan untuk menjaga kesehatan, keamanan, dan keselamatan lingkungan dan tempat tinggal, dengan berbagai syarat dan standar keamanan menara, perlindungan alam, nilai estetika, dan lain-lain (http;// Hal yang sama juga diterapkan di City Of Valdosta (Georgia), Carroll County (Maryland) dan City of Suwanee dimana terdapat peraturan mengenai penataan dan pembagian zona menara telekomunikasi yang memperhatikan berbagai faktor pertimbangan seperti kawasan penerbangan, kepadatan bangunan dan kawasankawasan khusus serta jenis menara yang disesuaikan lingkungan. Kota Bandung pun telah mengatur penataan dan pembangunan menara BTS, melalui Peraturan Walikota Bandung Nomor 812 Tahun 2007 tentang penataan dan

4 4 pembangunan menara BTS di Kota Bandung yang mengatur perizinan pembangunan dan penataan menara. Akan tetapi, peraturan ini masih berdiri sendiri, tidak sebagaimana kota-kota tersebut yang telah memadukannya ke dalam peraturan zonasi. Padahal UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang pasal 35 dan 78, telah mengharuskan adanya pengendalian pemanfaatan ruang melalui peraturan zonasi di daerah masing-masing dan penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak undang-undang ini diberlakukan. Maka atas dasar itu, sudah seharusnya Kota Bandung memiliki peraturan zonasi yang di dalamnya terdapat peraturan mengenai penataan dan pembangunan menara BTS. Pengaturan menara BTS dalam suatu peraturan zonasi di Kota Bandung tentu saja memerlukan pemikiran mendalam mengenai faktor-faktor berpengaruh dan penting yang harus dijadikan acuan pertimbangan dalam penyusunan aturan zonasi terkait penataan dan pembangunan menara BTS, yang selama ini belum ada studi tentang faktor-faktor tersebut. Hal ini lebih dimungkinkan oleh terbitnya Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia No.02 Tahun 2008 yang diberlakukan setelah Peraturan Walikota Bandung Nomor 812 Tahun Tujuan dan Sasaran Berdasarkan rumusan persoalan di atas, maka studi ini bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung, sebagai bahan masukan bagi penyusunan peraturan zonasi.

5 5 Untuk dapat mencapai tujuan di atas, maka sasaran-sasaran yang harus dipenuhi sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi berbagai faktor pertimbangan penataan dan pembangunan menara di kota-kota di dalam maupun luar negeri. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penataan dan pembangunan menara di Kota Bandung berdasarkan eksplorasi pendapat dari para responden (ahli). 3. Merumuskan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penataan dan pembangunan menara BTS berdasarkan perbandingan faktor-faktor yang didapatkan dari hasil analisis proses Delphi dengan faktor faktor yang didapatkan melalui studi literatur sebelumnya. 1.4 Ruang Lingkup Studi Ruang lingkup studi menjelaskan batasan studi dari penelitian ini. Ruang lingkup studi mencakup dua bagian pokok yaitu ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi. Ruang lingkup wilayah merupakan pembatasan pada wilayah studi dari sudut pandang geografis, sedangkan ruang lingkup materi merupakan batasan materi yang akan dibahas Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah pada penelitian ini adalah seluruh Wilayah Administratif Kota Bandung.

6 Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi pada studi ini dibatasi pada analisis faktor-faktor yang penting untuk dipertimbangkan dalam penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung. Penentuan faktor-faktor pertimbangan tersebut dibatasi pada konteks aturan zonasi. Adapun mengenai ketentuan perizinan, keterkaitan dengan pihak pembangun menara (provider), dan lain-lain tidak termasuk dalam pembahasan. 1.5 Metodologi Studi Metodologi studi merupakan rumusan teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran-sasaran studi. Metodologi ini mencakup metode pendekatan studi, metode pengumpulan data, dan metode analisis Metode Pendekatan Studi Pendekatan studi yang dimaksud adalah metode pendekatan yang digunakan untuk mencapai sasaran studi. Adapun proses pendekatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Pendekatan Normatif. Yaitu studi literatur dengan mempelajari peraturan perundang-undangan serta ketentuan teknis dalam penataan menara yang ada di beberapa kota baik di dalam maupun luar negeri. b. Pendekatan Teknokratis. Yaitu eksplorasi pendapat atau opini tentang faktor-faktor yang penting untuk dipertimbangkan dalam penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung, kepada para pakar di Kota Bandung yang memiliki kompetensi di bidang masing-masing terkait dengan studi yang dilakukan. Untuk mendapatkan hasil tersebut, digunakan metode Delphi dalam bentuk paper

7 7 pencil/conventional Delphi melalui pertanyaan semi terstruktur. Kemudian menggali pendapat (tahap I)dari responden tentang faktor apa saja yang disetujui, kurang disetujui, dan tidak disetujui atau disetujui dengan catatan, sehingga akan terlihat persamaan dan perbedaan dalam memandang faktor yang penting untuk dipertimbangkan. Agar proses penggalian pendapat tersebut dapat berjalan maksimal, maka yang pertama kali dilakukan adalah memberikan suatu pengantar tentang kegiatan penelitian yang dilakukan. Pengantar tersebut berupa gambaran umum permasalahan secara singkat yang terdiri dari latar belakang studi serta gambaran umum wilayah Kota Bandung. Tahap selanjutnya adalah menyimpulkan jawaban responden sebagai bahan eksplorasi pada umpan balik tahap II. Materi tahap II adalah berupa hasil rangkuman pendapat responden yang diurutkan. Pendapat yang memiliki persamaan atau semua sependapat, disusun menjadi satu kelompok dan diberi beberapa penjelasan dari masingmasing faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut disusun dan dikembalikan kepada responden dalam bentuk kuesioner pada umpan balik tahap III. Responden dimintai pendapatnya apakah sependapat, sependapat dengan catatan, kurang sependapat atau tidak sependapat. Setelah melakukan umpan balik tahap III, output yang diharapkan adalah konvergensi opini terhadap faktor-faktor yang disepakati. Selain itu, diperoleh pula point-point faktor yang pada akhirnya tetap tidak disepakati berikut alasannya. c. Pendekatan Komparasi Yaitu melakukan perbandingan faktor pertimbangan hasil studi literatur dengan hasil pelaksanaan metode Delphi. Perbandingan faktor ini dilakukan untuk melihat persamaan dan perbedaan faktor yang harus dipertimbangkan antara hasil studi literatur dengan hasil pelaksanaan metode Delphi dengan cara menganalisis isi (content) dari masing-masing faktor tersebut. Selain itu, pendekatan komparasi ini dilakukan untuk menghasilkan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan

8 8 dalam penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung sebagai bahan masukan bagi penyusunan peraturan zonasi Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dalam rangka menemukan informasi dan pengetahuan baru yang dapat mendukung pencapaian tujuan dan sasaran studi. Dalam studi ini data dikumpulkan melalui dua cara yaitu: a. Survei Primer Wawancara kepada para ahli (di Kota Bandung) mengenai faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung. Survei data primer ini dilakukan kepada 10 responden, berdasarkan kompetensinya terkait dengan studi yang dilakukan. Teknik Pemilihan responden ini dilakukan secara purposive dengan kriteria sebagai berikut: - Responden adalah orang yang memahami tentang zonasi dan karakteristik Kota Bandung; atau - Responden adalah orang yang memahami karakteristik menara BTS; atau - Responden adalah orang yang mengetahui bentuk pengaturan menara BTS di Kota Bandung. Berdasarkan kriteria di atas, nama-nama responden/ahli serta pertimbangan untuk memilih responden tersebut dapat dilihat pada Tabel I.1 di bawah ini.

9 9 TABEL I.1 NAMA RESPONDEN DAN ALASAN PEMILIHAN RESPONDEN No Nama Bidang Keahlian/Jabatan Alasan Memilih 1 Dudy Prayudi Kepala Seksi RDTRT Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya 2 Yayat.A.Sudrajat Kepala Seksi Teknik Bangunan Gedung/Struktur Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya 3 Dr. Agung Harsoyo Ketua Lab, LSKK, Telekomunikasi ITB menara BTS dalam RDTRT prasyarat ketentuan teknis bangunan gedung sistem frekuensi dan link antar menara 4 Made Suarjana Ir,M.Sc.Ph.D Desain Struktur Teknik Sipil ITB komponen dan struktur menara 5 Suri Saepudin Kepala Seksi Perencanaan Peremajaan dan Pengembangan Kota Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya 6 Ade Suharyo Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya 7 Petrus Natalivan Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan Kota SAPPK ITB perkembangan dan peremajaan Kota Bandung untuk masa yang akan datang terkait dengan persoalan menara saat ini menara sebagai salah satu bagian dari sarana dan prasarana kota penataan menara dari sisi perencana dan sebagai orang yang memahami konsep zoning regulation

10 10 No Nama Bidang Keahlian/Jabatan Alasan Memilih 8 Dr. Ir. Adit Kurniawan, M.Eng 9 Roos Akbar, Ir.M.Sc.Ph.D Lektor Kepala Antena dan Propagasi Teknik Elektro ITB Perencanaan Kota/Land use Planning & Management SAPPK ITB komponen antena dan frekuensi menara BTS menara terkait dengan manajemen lahan perkotaan 10 Denny Zulkaidi, Ir. MUP Kelompok Perencanaan Perancangan SAPPK ITB Keahlian dan Kota menara terkait dengan zonasi menara Pemilihan nama responden di atas dilakukan melalui beberapa cara, antara lain studi literatur mengenai orang yang pernah membuat suatu tulisan atau kajian mengenai pengaturan menara BTS di Kota Bandung, orang yang memahami tentang menara BTS dan zoning regulation, serta rekomendasi dari institusi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada analisis penentuan responden dalam bab 4.1. Penyebaran kuesioner kepada responden yang sama. Pada penyebaran kuesioner ini responden diberikan pertanyaan yang sama dan diminta untuk menyatakan apakah sependapat, sependapat dengan catatan, kurang sependapat atau tidak sependapat serta memberikan alasan masing-masing. Selain itu responden juga diberikan kesempatan untuk memberikan faktor tambahan yang belum dijadikan pertimbangan pada tahap I untuk diiterasikan kembali pada tahap III. b. Survei Data Sekunder Survei data sekunder dilakukan melalui studi literatur yang berasal dari internet, tugas akhir, tesis, dan data instansi terkait. Studi literatur bertujuan untuk mencari

11 11 data dan informasi teoritis mengenai pengaturan menara telekomunikasi di kota-kota baik dalam maupun luar negeri. Data instansi bertujuan untuk mengetahui jumlah menara yang ada saat ini serta sebarannya di Kota Bandung. Selain itu, survei instansi ini juga bertujuan untuk melihat peraturan-peraturan mengenai penataan dan pembangunan menara BTS terkait dengan konsep Zoning Regulation sebagai bahan masukan bagi Kota Bandung ke depan Metode Analisis Terdapat dua metode yang digunakan dalam menganalisis data pada studi ini yaitu Content Analysis dan Deskriptif Kualitatif. Kedua metode analisis tersebut digunakan pada data yang berbeda yaitu: 1. Content Analysis (metode analisis isi) Metode analisis isi (Content Analysis) adalah suatu teknik penelitian dengan membuat kesimpulan dengan memperhatikan konteksnya (Bungin, 2007). Analisis ini merupakan studi komunikasi yang terekam, seperti buku, situs internet, lukisan dan hukum. Dalam hal ini, pengambilan kesimpulan analisis isi dilakukan pada data sekunder berupa peraturan perundang-undangan yaitu dengan menggunakan keyword atau kata kunci. Selain itu juga dilakukan untuk menganalisis perbandingan faktor hasil studi literatur dengan hasil pelaksanaan metode Delphi. 2. Deskriptif Kualitatif Metode analisis Deskriptif Kualitatif ini digunakan untuk menganalisis data hasil wawancara.

12 Metode Sintesis Metode sintesis faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung ini dilakukan melalui perbandingan faktor hasil studi literatur dengan hasil metode Delphi, dengan cara melihat faktorfaktor yang memiliki kesamaan antara keduanya. Faktor-faktor hasil proses Delphi yang memiliki kesamaan dengan faktor hasil studi literatur yang kemudian dijadikan sebagai faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung. 1.6 Sistematika Pembahasan Studi ini dilaporkan dalam 5 (lima) bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Bab pertama membahas tentang inti dari penelitian yang dilakukan, antara lain mengenai latar belakang, rumusan persoalan, tujuan dan sasaran, ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi yang tercakup di dalam ruang lingkup studi, metode pengumpulan data, metode survei lapangan, dan metode analisis yang tercakup di dalam metodologi studi serta sistematika pembahasan. Pada bab ini juga ditampilkan kerangka pemikiran studi yang menunjukkan alur berpikir terhadap studi yang dilakukan. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Berisikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan studi yang dilakukan seperti karakteristik penting dari menara BTS, Zoning Regulation, metode dan tahapan penyusunan Zoning Regulation, peraturan perundang-undangan terkait pengendalian dan pemanfaatan ruang, kedudukan peraturan zonasi,

13 13 dan studi literatur tentang penataan dan pembangunan menara BTS di dalam maupun luar negeri. BAB 3 GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK WILAYAH KOTA BANDUNG TERKAIT DENGAN SEMAKIN MENJAMURNYA MENARA BTS Dalam bab ini dijelaskan gambaran umum wilayah kajian studi (Kota Bandung) terutama berkaitan dengan perencanaan dan penataan menara BTS, permasalahan serta sistem penataan menara saat ini. BAB 4 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA SELULER DI KOTA BANDUNG DAN ANALISIS FAKTOR PERTIMBANGAN PENENTUAN ZONA MENARA BTS Pada bab ini akan dilakukan analisis penentuan responden, analisis untuk mendapatkan faktor-faktor pertimbangan penataan dan pembanguan menara BTS di Kota Bandung serta melakukan perbandingan hasil analisis dengan peraturan penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung dan hasil studi literatur untuk menghasilkan pendapat peneliti. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini dikemukan temuan studi, kesimpulan studi dan rekomendasi, keterbatasan studi serta studi lanjutan.

14 14 Kerangka pemikiran studi ini menggambarkan alur berpikir serta tahapan studi yang dilakukan untuk mencapai tujuan studi. GAMBAR 1.1 KERANGKA PEMIKIRAN STUDI

FAKTOR PERTIMBANGAN UNTUK PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) DI KOTA BANDUNG TUGAS AKHIR. Oleh: ODAH

FAKTOR PERTIMBANGAN UNTUK PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) DI KOTA BANDUNG TUGAS AKHIR. Oleh: ODAH FAKTOR PERTIMBANGAN UNTUK PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) DI KOTA BANDUNG TUGAS AKHIR Oleh: ODAH 15404006 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN RESPONDEN DAN ANALISIS FAKTOR PERTIMBANGAN UNTUK PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA BTS DI KOTA BANDUNG

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN RESPONDEN DAN ANALISIS FAKTOR PERTIMBANGAN UNTUK PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA BTS DI KOTA BANDUNG BAB 4 ANALISIS PENENTUAN RESPONDEN DAN ANALISIS FAKTOR PERTIMBANGAN UNTUK PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA BTS DI KOTA BANDUNG Dalam bab ini akan dibahas proses penentuan responden serta hasil analisis

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama berisi penjelasan mengenai temuan studi yang akan mengantarkan pada kesimpulan studi faktor pertimbangan untuk penataan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Disadari bahwa ketersediaan ruang adalah tidak tak terbatas, oleh karenanya jika pemanfaatan ruang tidak diatur akan mengakibatkan pemborosan ruang dan penurunan kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam, maupun faktor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN PENDEKATAN PENELITIAN TAHAPAN PENELITIAN METODE PENGUMPULAN DATA METODE ANALISA VARIABEL PENELITIAN METODE SAMPLING BAB III METODE PENELITIAN 10 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya sangat pesat. Hal ini ditandai dengan bertambahnya pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya sangat pesat. Hal ini ditandai dengan bertambahnya pelanggan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Teknologi telekomunikasi merupakan salah satu teknologi yang pertumbuhannya sangat pesat. Hal ini ditandai dengan bertambahnya pelanggan selular di setiap tahunnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Palembang, sebagai ibukota Provinsi Sumatera Selatan saat ini menjadi salah satu kota tujuan di tanah air. Hal ini dikarenakan kondisi kota Palembang yang dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN SERTA PEMANFAATAN MENARA TELEKOMUNIKASI

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN SERTA PEMANFAATAN MENARA TELEKOMUNIKASI WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN SERTA PEMANFAATAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 12 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI MIKRO SELULER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI,

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DENGAN

Lebih terperinci

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA 1.1 LATAR BELAKANG Proses perkembangan suatu kota ataupun wilayah merupakan implikasi dari dinamika kegiatan sosial ekonomi penduduk setempat, serta adanya pengaruh dari luar (eksternal) dari daerah sekitar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah dan pengelolaannya kini menjadi masalah yang kian mendesak di kotakota di Indonesia termasuk kota Bandung. Penanganan dan pengendalian permasalahan persampahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses berkembangnya suatu kota baik dalam aspek keruangan, manusia dan aktifitasnya, tidak terlepas dari fenomena urbanisasi dan industrialisasi. Fenomena seperti

Lebih terperinci

2016 KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER

2016 KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebakaran merupakan salah satu jenis bencana yang cukup potensial dengan meninggalkan kerugian yang besar jika tidak mendapatkan perhatian dan penanganan yang

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEMERINTAH KABUPATEN BARITO KUALA DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Jalan AES Nasution No. 92A Telp. (0511) 4799418 Marabahan KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEKERJAAN : PENYUSUNAN CELL PLAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA DAN CIPTA KARYA

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA DAN CIPTA KARYA BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA DAN CIPTA KARYA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sumber daya yang tersebar secara luas di bumi ini walaupun dalam jumlah yang berbeda, air terdapat dimana saja dan memegang peranan penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kota seringkali diidentikkan dengan berkembangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kota seringkali diidentikkan dengan berkembangnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kota seringkali diidentikkan dengan berkembangnya kawasan bisnis maupun kawasan niaga. Gejala menjamurnya pembangunan fisik yang berlebihan dipastikan akan

Lebih terperinci

Tugas Akhir PW Dosen Pembimbing : Ir. Heru Purwadio, MSP

Tugas Akhir PW Dosen Pembimbing : Ir. Heru Purwadio, MSP Tugas Akhir PW 09-1333 Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Sawah Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit dikabupaten Siak-Riau Ikhlas Saily NRP 3607 100 027 Dosen Pembimbing : Ir. Heru Purwadio, MSP PROGRAM

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 68 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PENEMPATAN MENARA BERSAMA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 89 TAHUN 2006 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Sebagai pembuka dari penulisan tugas akhir ini, bab ini berisikan tentang hal-hal yang berkaitan langsung dengan penelitian ini meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN PERATURAN DAERAH KOTA TIDORE KEPULAUAN NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA POS DAN TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENDIRIAN, PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENDIRIAN, PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENDIRIAN, PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah susun ini dirancang di Kelurahan Lebak Siliwangi atau Jalan Tamansari (lihat Gambar 1 dan 2) karena menurut tahapan pengembangan prasarana perumahan dan permukiman

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALI KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 98 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI MIKRO SELULER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar 20 METODOLOGI dan Waktu Studi dilakukan di kawasan Jalan Lingkar Luar Kota Bogor, Jawa Barat dengan mengambil tapak di kawasan lanskap Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Balai Kota Denpasar di Lumintang 1

BAB I PENDAHULUAN. Balai Kota Denpasar di Lumintang 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini akan diuraikan pendahuluan dari pemilihan judul perancangan balai kota di Denpasar yang menjabarkan beberapa sub bab. Mulai dari latar belakang dari pemilihan judul, rumusan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD 33 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 02/PER/M.KOMINFO/3/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 02/PER/M.KOMINFO/3/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 02/PER/M.KOMINFO/3/2008 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN MENARA BERSAMA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk berdasarkan proyeksi sensus penduduk tahun 2012 yaitu 2,455,517 juta jiwa, dengan kepadatan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 20 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 20 TAHUN 20011 TENTANG PENATAAN, PENGENDALIAN, DAN RENCANA PENEMPATAN MENARA BERSAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan desa diarahkan untuk mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya dari masyarakat perdesaaan agar mampu lebih berperan secara aktif dalam pembangunan desa.

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA, BANGUNAN DAN PEMUKIMAN KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

pembangunan (misalnya dalam Musrenbang). Oleh sebab itu, pemerintah tidak mengetahui secara tepat apa yang sebenarnya menjadi preferensi lokal

pembangunan (misalnya dalam Musrenbang). Oleh sebab itu, pemerintah tidak mengetahui secara tepat apa yang sebenarnya menjadi preferensi lokal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan desentralisasi pembangunan di Indonesia pada era otonomi daerah tidak dapat terpisahkan dari upaya perwujudan demokrasi dalam pembangunan. Sebagaimana

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk memberikan

Lebih terperinci

1.1 TINJAUAN TERHADAP OBJEK STUDI

1.1 TINJAUAN TERHADAP OBJEK STUDI BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN TERHADAP OBJEK STUDI Peraturan Daerah no 1 tahun 2009 Kota Bandung tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Menara Telekomunikasi di Kota Bandung terdiri dari 63 pasal yang

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 95TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

Tugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN

Tugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta yang memiliki tingkat perkembangan yang tinggi mendorong minat investor untuk berinvestasi di kota metropolitan ini. Dengan kondisi yang demikian, DKI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya perkembangan kota, membutuhkan sarana dan prasarana untuk menunjang berbagai aktivitas masyarakat kota. Meningkatnya aktivitas

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt - 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur ruang merupakan bagian dari organisasi keruangan sebuah kota dan mencirikan penggunaan lahan tertentu di kota (Bourne, 1971). Struktur ruang mempresentasikan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA Gambaran Umum Wilayah Luas wilayah Kota Yogyakarta: 3.250 Ha (32,5 Km 2 ) Kota Yogyakarta memiliki 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 614 Rukun Warga (RW), dan 2.524 Rukun

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DI KOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DI KOTA SURABAYA SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DI KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 02/PER/M.KOMINFO/3/2008 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN MENARA BERSAMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DKI Jakarta memiliki permasalahan permukiman kumuh dengan kondisi rumah tidak sesuai dengan standar yang ada dan kurang memperhatikan kelengkapan prasarana dan sarana

Lebih terperinci

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era perkembangan ekonomi seperti saat ini, saat gelombang ekonomi mengakibatkan krisis di berbagai area kehidupan, masyarakat membutuhkan adanya sumber modal

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI MICROCELL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-F TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-F TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 36 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-F TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual

BAB III METODE PENELITIAN. dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual

Lebih terperinci

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERBAIKAN LINGKUNGAN FISIK PERMUKIMAN (STUDI KASUS : KECAMATAN RUNGKUT) Disusun Oleh: Jeffrey Arrahman Prilaksono 3608 100 077 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN TAHUN 2009-2028 I. UMUM 1. Ruang wilayah Kabupaten Pacitan, baik sebagai kesatuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1490, 2014 KEMENPERA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Daerah. Pembangunan. Pengembangan. Rencana. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DAN FIBER OPTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembatasan masalah, tujuan dari Tugas Akhir, dan sistematika penulisan Tugas

BAB I PENDAHULUAN. pembatasan masalah, tujuan dari Tugas Akhir, dan sistematika penulisan Tugas BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dari Tugas Akhir, dan sistematika penulisan Tugas Akhir Rancang Bangun Aplikasi Pemilihan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PREVIEW II ARAHAN PENGENDALIAN ALIH FUNGSI DAERAH RESAPAN AIR MENJADI LAHAN TERBANGUN DI KECAMATAN LEMBANG, BANDUNG

PREVIEW II ARAHAN PENGENDALIAN ALIH FUNGSI DAERAH RESAPAN AIR MENJADI LAHAN TERBANGUN DI KECAMATAN LEMBANG, BANDUNG PREVIEW II ARAHAN PENGENDALIAN ALIH FUNGSI DAERAH RESAPAN AIR MENJADI LAHAN TERBANGUN DI KECAMATAN LEMBANG, BANDUNG NASTITI PREMONO PUTRI (3609100069) DOSEN PEMBIMBING : IR. HERU PURWADIO,MSP LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang : a. bahwa pembangunan dan penggunaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR POLEWALI MANDAR PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 7 TAHUN 2011 Menimbang : a. SIPAMANDAQ S IPA M A N D AQ TENTANG PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pihak yang membutuhkan aliran informasi yang cepat dan murah.

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pihak yang membutuhkan aliran informasi yang cepat dan murah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Informasi telah menjadi gerbang bagi manusia menuju era baru tanpa terhalang oleh adanya batas-batas geografis dan geopolitis, yang pada akhirnya tercipta

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Oleh : Ir. Bahal Edison Naiborhu, MT. Direktur Penataan Ruang Daerah Wilayah II Jakarta, 14 November 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Pendahuluan Outline Permasalahan

Lebih terperinci

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 33 METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian mengenai Rencana Penataan Lanskap Kompleks Candi Muara Takus sebagai Kawasan Wisata Sejarah dilakukan di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii I. PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 9 1.3 Tujuan Penelitian 9 1.4 Manfaat

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 43 TAHUN : 2015 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PENEMPATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisa arus..., Andrie Surya, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisa arus..., Andrie Surya, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Industri layanan telekomunikasi nirkabel di Indonesia telah berkembang dengan sangat pesat seiring dengan pesatnya perkembangan jumlah pelanggan layanan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus 30 KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Wilayah perencanaan situs Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jarak kompleks candi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan, lingkup tugas akhir, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Sistem adalah sekelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses demokratisasi yang berlangsung sejak tahun 1998 memberikan pengaruh besar terhadap sistem pemerintahan di Indonesia. Proses yang menawarkan mekanisme keterbukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini telepon selular sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Penggunaan telepon selular sudah melingkupi masyarakat

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN 2013-2032 I. UMUM Ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara,

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN, PENGATURAN PEMANFAATAN SEMPADAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN,

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KOTA TEGAL

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KOTA TEGAL WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tegal terletak di pantai utara Jawa Tengah dengan wilayah pantai dan laut yang berbatasan dengan Kabupaten Tegal oleh Sungai Ketiwon di sebelah timur dan dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN HOTEL INNA DIBYA PURI SEBAGAI CITY HOTEL DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN HOTEL INNA DIBYA PURI SEBAGAI CITY HOTEL DI SEMARANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Semarang direncanakan menjadi pusat perdagangan dan industri yang berskala regional, nasional dan internasional. Kawasan Johar merupakan salah satu pusat perniagaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

APARTEMEN DI BEKASI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

APARTEMEN DI BEKASI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bekasi adalah penyangga ibukota Republik Indonesia, DKI Jakarta. Terletak di sebelah timur DKI Jakarta, dengan letak astronomis 106 55 bujur timur dan 6 7-6 15

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 23 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 23 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 23 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : Bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan cakupan pajak daerah, retribusi daerah, serta pemberian fleksibilitas bagi

PENDAHULUAN. dan cakupan pajak daerah, retribusi daerah, serta pemberian fleksibilitas bagi PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah memberikan kewenangan besar kepada daerah untuk memperluas jenis dan cakupan pajak daerah, retribusi

Lebih terperinci

Zonasi Kawasan Terdampak Akibat Pembangunan Interchange TOL di Kabupaten Jombang

Zonasi Kawasan Terdampak Akibat Pembangunan Interchange TOL di Kabupaten Jombang JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-207 Zonasi Kawasan Terdampak Akibat Pembangunan Interchange TOL di Kabupaten Jombang Anggra Sukma Setyagama dan Ardy Maulidy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang merupakan bagian dari pelayanan sosial yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat kota, karena sarana merupakan pendukung kegiatan/aktivitas masyarakat kota

Lebih terperinci

Zonasi Kawasan Terdampak Akibat Pembangunan Interchange TOL di Kabupaten Jombang

Zonasi Kawasan Terdampak Akibat Pembangunan Interchange TOL di Kabupaten Jombang JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Zonasi Kawasan Terdampak Akibat Pembangunan Interchange TOL di Kabupaten Jombang Anggra Sukma Setyagama, Ardy Maulidy Navastara

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kajian pengetahuan/persepsi masyarakat, berisi mengenai pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemikiran masyarakat bahwa hidup diperkotaan lebih terjamin dibandingkan dengan hidup dipedesaan telah menjadi salah satu faktor yang mendorong terjadinya urbanisasi

Lebih terperinci

UPAYA PEMERINTAH KOTA DENPASAR DALAM MENGATASI LINGKUNGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA DENPASAR

UPAYA PEMERINTAH KOTA DENPASAR DALAM MENGATASI LINGKUNGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA DENPASAR UPAYA PEMERINTAH KOTA DENPASAR DALAM MENGATASI LINGKUNGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA DENPASAR oleh A.A Ngurah Putra Prabawa Marwanto Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum, Universitas Udayana ABSTRAK

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

KANTOR KOMUNIKASI & INFORMATIKA KOTA BOGOR PROSEDUR MONITORING DAN EVALUASI MENARA

KANTOR KOMUNIKASI & INFORMATIKA KOTA BOGOR PROSEDUR MONITORING DAN EVALUASI MENARA Halaman 1 dari 6 Catatan Pemeriksaan & Pengesahan Dokumen Dibuat Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Moch. Fattah, ST Agus Suharjanto, ST, MT Ir. H. Chusnul Rozaqi, MM Kasi Postel dan Informasi Kepala

Lebih terperinci