BAB 4 ANALISIS PENENTUAN RESPONDEN DAN ANALISIS FAKTOR PERTIMBANGAN UNTUK PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA BTS DI KOTA BANDUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISIS PENENTUAN RESPONDEN DAN ANALISIS FAKTOR PERTIMBANGAN UNTUK PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA BTS DI KOTA BANDUNG"

Transkripsi

1 BAB 4 ANALISIS PENENTUAN RESPONDEN DAN ANALISIS FAKTOR PERTIMBANGAN UNTUK PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA BTS DI KOTA BANDUNG Dalam bab ini akan dibahas proses penentuan responden serta hasil analisis faktor pertimbangan penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung. 4.1 Proses Penentuan Responden Sesuai dengan tahap awal yang ada dalam prosedur Delphi, proses penentuan responden merupakan tahap yang harus dilakukan setelah peneliti menentukan isu yang akan dikaji. Agar mencerminkan responden yang terkait dengan penataan dan pembangunan menara, maka proses pemilihan responden ini didasarkan pada kompetensi yang dimiliki oleh para ahli/pakar terkait dengan studi kali ini. Pada proses penentuan responden ini metode yang dipilih adalah dengan purposive sampling (teknik sampling bertujuan). Untuk menentukan responden, peneliti harus menentukan siapa saja responden yang dianggap relevan untuk diminati pendapatnya. Responden yang dipilih haruslah mereka yang memiliki pemahaman atau pengalaman terhadap unit analisis yang akan dijadikan topik bahasan. Adapun pemilihan responden ini di dasarkan pada tiga kriteria yaitu, orang yang memahami karakteristik menara BTS (frekuensi, struktur dan beban), orang yang memahami bentuk pengaturan menara BTS di Kota Bandung serta permasalahannya, dan orang yang memahami peraturan zonasi serta mengetahui kondisi Kota Bandung saat ini. Oleh karena itu, pada studi kali ini terdapat sepuluh responden/ahli yang berasal dari dua institusi yaitu Dinas Tata Ruang Dan Ciptakarya, dan Institut Teknologi Bandung (SAPPK, STEI, dan FTSL). Hal ini karena penataan dan pembangunan menara BTS 73

2 74 di Kota Bandung dilaksanakan oleh Dinas Tata Ruang Dan Ciptakarya. Untuk penentuan responden, peneliti memilih responden ahli yang didasarkan kepada keterlibatannya dalam penyusunan Peraturan Walikota No.812 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembangunan Menara Telekomunikasi Seluler di Kota Bandung. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel IV.1 di bawah ini. TABEL IV.1 RESPONDEN/AHLI YANG TERKAIT DENGAN PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA BTS No Stakeholder Institusi Responden Ahli 1 Institusi Pemerintah Dinas Tata Ruang Dan Ciptakarya Kepala Seksi RDTRT Dinas Tata Ruang Dan Ciptakarya Kepala Seksi Teknik Bangunan Gedung/Struktur Dinas Tata Ruang Dan Ciptakarya Kepala Seksi Perencanaan Peremajaan dan Pengembangan Kota Dinas Tata Ruang Dan Ciptakarya Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Dinas Tata Ruang Dan Ciptakarya 2 Institusi Akademik Institut Teknologi Bandung Perencanaan Kota/Land use Planning & Management SAPPK ITB

3 75 No Stakeholder Institusi Responden Ahli Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan Kota SAPPK ITB Rancang Kota SAPPK ITB Ketua Lab, LSKK, Telekomunikasi Ahli Desain Struktur Teknik Sipil ITB Lektor Kepala Antena dan Propagasi Teknik Elektro ITB 4.2 Hasil Analisis Faktor Pertimbangan Penataan dan Pembangunan Menara BTS di Kota Bandung (Metode Delphi) Pada bagian ini akan dipaparkan proses eksplorasi penggalian pendapat para ahli serta hasil rangkumannya. Sebelum proses penggalian pendapat, responden ditanyakan beberapa hal berkaitan dengan tingkat pemahaman yang mereka miliki terkait dengan persoalan penjamuran menara telekomunikasi seluler di Kota Bandung dan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penataan dan pembangunan menara BTS. Selanjutnya adalah analisis tahap II yaitu hasil umpan balik dari eksplorasi pendapat pada tahap I. Kemudian, hasil dari umpan balik tahap II dikomunikasikan kembali kepada responden untuk melakukan umpan balik tahap III dimana diperoleh hasil akhir dari kesamaan pendapat.

4 Tahap I (Eksplorasi) Pada tahap ini dilakukan penggalian (eksplorasi) pendapat dari para responden mengenai persoalan menara BTS di Kota Bandung beserta faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penataan dan pembangunan menara. Untuk menggali opini dari para responden dilakukan dengan wawancara semi terstruktur Hasil Pengolahan Eksplorasi Tahap I Penggalian pendapat dari responden memberi gambaran bahwa mereka paham tentang permasalahan menara BTS di Kota Bandung dan faktor-faktor yang harus menjadi pertimbangan dalam penataan dan pembangunan menara BTS. Karena sebagian besar mereka adalah orang yang terlibat atau pernah terlibat dalam perumusan pengaturan menara BTS di Kota Bandung. Sebelum pertanyaan inti, responden diberikan pertanyaan tentang berbagai persoalan menara BTS di Kota Bandung. Dimana hampir semua responden berpendapat bahwa persoalan menara BTS saat ini disebabkan belum adanya aturan yang menata dan mengatur peletakan menara, sehingga dapat dikatakan pemerintah hampir terlambat dalam mengantisipasi persoalan tersebut. Sebelum memberikan pendapatnya tentang faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penataan dan pembangunan menara BTS, sebagian besar responden menjelaskan tujuan dasar dalam memberikan faktor pertimbangan yaitu untuk menjamin keselamatan, keamanan, estetika dan keserasian dengan lingkungan, keterjangkauan pelayanan, dan efisiensi penggunaan menara BTS. Adapun tujuan dan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan untuk mencapai tujuan tersebut antara lain: 1. Menjamin aspek keselamatan Aspek keselamatan bagi semua warga yang berada di dekat bangunan menara adalah salah satu aspek terpenting yang harus diperhatikan saat melakukan penataan dan pembangunan menara BTS. Untuk menjamin keselamatan warga di sekitar bangunan menara terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, seperti kekuatan struktur menara untuk menjamin kemampuannya menampung beban, beban antena untuk menghindari robohnya menara, kekuatan pondasi, jarak tertentu dengan

5 77 bangunan berbahaya seperti bangunan listrik bertegangan tinggi, jarak tertentu dengan fasilitas umum (rumah sakit, sekolah, dll) untuk menghindari rusaknya prasarana penting, Kawasan Keselamatan Penerbangan (KKOP), kawasan militer untuk menghindari terjadinya interferensi frekuensi, ketinggian menara, kepadatan bangunan sekitar, radius tumbang menara untuk menghindari tertimpanya bangunan di sekitar menara serta memberikan jaminan asuransi bagi warga yang berada dalam radius tumbang tersebut. 2. Menjamin aspek keamanan Aspek keamanan ini berarti memperhatikan keamanan baik untuk warga di sekitar maupun pemilik menara. Oleh karena itu, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan untuk menjamin keamanan menara bagi warga di sekitar dan pemilik menara seperti pagar pelindung properti menara, radiasi yang dikeluarkan oleh antena, sempadan bangunan menara dan kebutuhan lahan menara untuk sarana pelengkap menara. Selama ini banyak masyarakat yang mengkhawatirkan radiasi yang ditimbulkan oleh menara BTS. Selain masalah radiasi, keamanan bagi menara itu sendiri harus terjamin dari pencurian, terutama bagi properti/sarana pendukung menara. 3. Menjamin aspek estetika dan keserasian dengan lingkungan Saat ini banyak sekali menara yang berdiri di atas tanah maupun gedunggedung dengan tidak memperhatikan keindahan dan keserasian dengan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, penataan dan pembangunan menara BTS harus memperhatikan estetika kota dan keserasian lingkungan agar keindahan kota tetap terjamin serta tidak menuai protes dari masyarakat. Untuk menjaga estetika kota terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, antara lain kamuflase menara agar tidak terlalu nampak sebagai bangunan rangka, skyline, dan cagar budaya serta keteraturan jarak antarmenara agar menara tampak lebih teratur. 4. Menjamin aspek keterjangkauan pelayanan telekomunikasi Kualitas pelayanan yang baik merupakan prioritas bagi semua operator seluler dan merupakan salah satu program pemerintah yaitu memberikan pelayanan

6 78 telekomunikasi yang baik bagi semua masyarakat. Salah satu tolok ukur kualitas bagi pengguna jasa telekomunikasi adalah jaringan yang baik dimana sinyal yang diterima sangat dipengaruhi oleh menara telekomunikasi. Oleh karena itu, keterjangkauan dari pelayanan telekomunikasi merupakan aspek yang harus diperhatikan pada saat penataan dan pembangunan menara BTS. Untuk menjamin keandalan layanan telekomunikasi, faktor yang harus diperhatikan adalah jumlah menara yang ada saat ini, coverage menara (cakupan layanan), kawasan padat kegiatan, ketinggian bangunan sekitar, sistem frekuensi menara, sistem link antarmenara untuk menjaga kenyamanan antar operator. 5. Aspek Efisiensi Saat ini banyak sekali jumlah menara yang ada di Kota Bandung karena masing-masing operator memiliki menara BTS sendiri. Oleh karena itu, untuk mengurangi semakin banyaknya jumlah menara, maka perlu ada efisiensi penggunaan menara dan salah satu faktor yang menentukan adalah konsep penggunaan menara bersama Kesimpulan Eksplorasi Berdasarkan hasil pengolahan eksplorasi pendapat yang dilakukan pada tahap I, maka dapat disimpulkan aspek yang harus diperhatikan serta faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penataan dan pembangunan menara BTS sebagai berikut: 1. Aspek Keselamatan Faktor yang harus dipertimbangkan: a) Kekuatan struktur dan pondasi menara (untuk menampung beban antena) b) Jarak tertentu dengan bangunan berbahaya seperti bangunan listrik bertegangan tinggi c) Jarak tertentu dengan fasilitas umum (Rumah Sakit, Sekolah, dll) d) Kawasan Keselamatan Penerbangan (KKOP) e) Kawasan Militer

7 79 f) Batas ketinggian menara (untuk menghindari banyaknya bangunan yang rusak dan menjaga kualitas pelayanan serta untuk menjaga estetika) g) Radius tumbang menara (untuk memberikan asuransi penduduk di sekitarnya) h) Kepadatan bangunan di sekitar. 2. Aspek Keamanan Faktor yang harus dipertimbangkan: a) Radiasi antena b) Kebutuhan lahan menara (pagar pelindung properti menara dan sempadan bangunan menara). 3. Aspek Estetika dan Keserasian dengan Lingkungan Faktor yang harus dipertimbangkan: a) Kamuflase menara b) Skyline c) Cagar budaya d) Jarak antarmenara e) Menara eksisting (jumlah menara yang ada saat ini). 4. Aspek keterjangkauan pelayanan telekomunikasi Faktor yang harus dipertimbangkan: a) Coverage menara (cakupan layanan) b) Kawasan padat kegiatan c) Sistem link antarmenara d) Ketinggian menara e) Kepadatan bangunan. 5. Aspek efisiensi Faktor yang harus dipertimbangkan: a) Penggunaan menara bersama.

8 Hasil Pengolahan Tahap II Setelah mendapatkan kesimpulan eksplorasi tahap I dari semua responden, dilakukan umpan balik untuk memberikan respon terhadap masing-masing faktor yang harus dipertimbangkan untuk mendapatkan kesimpulan hasil pengolahan tahap II. Pada tahap II ini responden memberikan keterangan alasan sependapat dan tidak sependapat terhadap faktor tersebut dan hal lain yang perlu catatan. Hasilnya pada Tabel IV.2 berikut.

9 81 TABEL IV.2 HASIL UMPAN BALIK OPINI TAHAP II No Responden Faktor Pertimbangan Kepala Seksi RDTRT Dinas Tata Ruang Dan Ciptakarya S S S S S S TS1 S TS1 S S S TS1 S S S S S S S S 2 Kepala Seksi Teknik Bangunan Gedung/Struktur Dinas Tata Ruang Dan Ciptakarya S S S S S S TS2 S S S SC1 S TS2 S S S S TS1 SC 1 S S 3 Perencanaan Kota/Land use Planning & Management SAPPK ITB S TS1 S S S S SC1 S TS2 S KS1 TS1 S S S TS1 S S S KS1 S 4 Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan Kota SAPPK ITB S S S TS1 S S TS3 S S S S S TS3 S S S S S S S S 5 Rancang Kota SAPPK ITB S TS2 S S S S SC2 S S S SC2 TS2 S S S S KS1 S S S S 6 Ketua Lab, LSKK, Telekomunikasi S KS1 S SC1 S S S S S S S S TS4 S S S S S S S S

10 82 No Responden Faktor Pertimbangan Ahli Desain Struktur Teknik Sipil ITB S S S KS1 S S TS4 S KS1 S KS2 SC1 TS5 S S S TS1 SC1 S KS2 S 8 Kepala Seksi Perencanaan Peremajaan dan Pengembangan Kota Dinas Tata Ruang Dan Ciptakarya S S S S S S TS5 S KS2 S S S SC1 S S S S SC2 S S S 9 Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Dinas Tata Ruang Dan Ciptakarya S KS2 S S S S S S KS3 S S S TS6 S S S S S S S S 10 Lektor Kepala Antena dan Propagasi Teknik Elektro ITB S S S S S S KS1 S S S S SC2 KS1 S S S S S S S S

11 83 Keterangan: No 1 Coverage menara 2 Kenyamanan antar operator 3 Kamuflase 4 Kawasan Militer 5 Kekuatan konstruksi menara Faktor Pertimbangan 6 KKOP (Kawasan Keselamatan Penerbangan) 7 Jarak tertentu dengan fasilitas umum (rumah sakit, sekolah,dll) 8 Jarak tertentu dengan bangunan berbahaya (sutet,dll) 9 Sistem link antarmenara (sistem kontrol antarmenara) 10 Menara eksisting (jumlah menara saat ini) 11 Kebutuhan lahan menara (sempada, pagar, dll) 12 Kepadatan bangunan di sekitar 13 Radiasi antena 14 Ketinggian menara (pembatasan tinggi max/min berdasarkan tangkapan jumlah pelanggan dan kapasitas menara serta keselamatan) 15 Cagar budaya (bangunan bersejarah) 16 CBD (kawasan padat kegiatan) 17 Radius tumbang menara dengan bangunan sekitar (keamanan dan keselamatan) 18 Skyline (estetika kota) 19 Jarak antarmenara 20 Ketinggian bangunan sekitar 21 Menara bersama S = Sependapat SC = Sependapat dengan catatan KS = Kurang sependapat TS = Tidak sependapat

12 84 Faktor 2: Kenyamanan operator KS1: Karena operator yang harus menyesuaikan dengan aturan yang ada KS2: Tidak prioritas bagi pemerintah karena yang harus menyesuaikan adalah operator bukan pemerintah yang harus menyesuaikan dengan kenyamanan mereka TS1: Bukan urusan pemberi izin, jadi tidak perlu dipertimbangkan TS2: Pemerintah harus prioritas pada kenyamanan publik bukan kenyamanan operator Faktor 4: Kawasan Militer SC1: Jika memungkinkan terjadinya interferensi tetapi biasanya menara BTS memiliki frekuensi sendiri yang berbeda dengan frekuensi yang ada di kawasan militer KS1: Tidak terlalu berpengaruh di kawasan manapun yang terpenting terjamin kekuatan strukturnya dan tergantung desain struktur itu sendiri TS1: Tidak perlu ada aturan khusus di kawasan tertentu dan disemua kawasan harus diperlakukan sama Faktor 7: Jarak tertentu dengan fasilitas umum SC1: Jika menciptakan interferensi dengan alat-alat yang ada di rumah sakit SC2: Tidak menganggu fasilitas lain khususnya untuk rumah sakit KS1: Tidak ada bedanya antara pemukiman dengan fasilitas umum, kecuali bangunan-bangunan yang memungkinkan terjadi hubungan antara keduanya TS1: Tidak terlalu masalah karena di sarana tersebut banyak yang menggunakan jaringan seluler dan justru malah dibutuhkan menara BTS di sana. TS2: Tidak perlu ada jarak tertentu karena yang terpenting adalah ada jaminan kekuatan dari konstruksi menara tidak mudah roboh

13 85 TS3: Karena ketentuan jaraknya sama saja dengan bangunan lain TS4: Tidak perlu ada jarak tertentu karena yang terpenting adalah ada jaminan kekuatan dari konstruksi menara tidak mudah roboh, bahkan di kawasan yang topografinya berlereng pun tidak masalah tergantung mau sekuat apa rangka yang dibuat TS5: Tidak terlalu berpengaruh dengan fasilitas-fasilitas lain kecuali bangunan berbahaya Faktor 9: Sistem Link antarmenara KS1: Itu dikembalikan ke operator masing-masing dan tidak terlalu penting untuk dipertimbangkan KS2: Sebenarnya itu tidak terlalu penting karena teknisnya urusan operator KS3: Pemerintah tidak perlu mengatur hingga sedetail itu karena hanya perlu memberi aturan-aturan untuk kepentingan masyarakat banyak TS1: Tidak terlalu penting karena itu berkaitan dengan masalah teknologi dan diserahkan kepada operator masing-masing TS2: Tidak terkait dengan masalah perizinan dan tidak menimbulkan masalah bagi masyarakat Faktor 11: Kebutuhan lahan menara KS1: Tidak mungkin dialokasikan lahan yang cukup luas untuk satu menara karena saat ini kondisi Kota Bandung sudah sangat padat KS2: Karena tidak perlu lahan khusus dan bisa didirikan di atas gedung SC1: Kebutuhan lahan menara tidak terlalu banyak karena bisa saja diletakkan di atas gedung SC2: Ada syarat lahan minimal Faktor 12: Kepadatan bangunan sekitar SC1: Perlu dipertimbangkan untuk kualitas pelayanannya tetapi jika ada kekhawatiran akan strukturnya sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan karena sangat bergantung pada kekuatan struktur menara itu sendiri

14 86 SC2: Jika dibangunan yang padat, aktivitasnya juga padat maka ini berpengaruh terhadap pertambahan jumlah menara karena setiap menara hanya mampu melayani kebutuhan dengan tertentu TS1: Tidak terlalu berpengaruh, dan justru yang berpegaruh adalah radiasinya TS2: Tidak ditentukan oleh kepadatan bangunan tetapi pada intensitas kegiatan Faktor 13: Radiasi antena SC1: Jika radiasi antena memang terbukti membahayakan dan tidak aman bagi kesehatan manusia KS1: Radiasi antena BTS sangat kecil dan sama sekali tidak membahayakan kesehatan manusia TS1: Tower BTS itu aman dari radiasi TS2: Sampai sekarang masih menjadi perdebatan dan tidak terbukti bahwa radiasi antena berbahaya bagi kesehatan manusia TS3: Tidak terbukti membahayakan kesehatan manusia TS4: Radiasi yang ditimbulkan oleh menara BTS sangat kecil dibandingkan oleh menara-menara lain, oleh karena itu tidak perlu dijadikan pertimbangan TS5: Hingga saat ini radiasi antena masih aman-aman saja dan tidak terbukti membahayakan manusia TS6: Radiasi antena tidak membahayakan kesehatan manusia karena sangat kecil dibanding alat-alat lain yang menyebabkan radiasi Faktor 16: CBD TS1: Tidak masalah bagi pelayanan jaringan Faktor 17: Radius tumbang menara TS1: Tidak perlu asal ada jaminan dari kekuatan menara baik dari pondasinya maupun rangkanya

15 87 KS1: Lahan yang ada saat ini sangat minim, kecuali untuk pertimbangan kompensasi Faktor 18: Skyline SC1: Jika memang ada peraturan yang harus mengikuti skyline untuk bangunan menara SC2: Jika sudah ada aturan yang jelas mengenai skyline, tetapi saat ini di Kota Bandung belum ada TS1: Menara itu tidak seperti bangunan pada umumnya dan dia hanya bangunan rangka sehingga tidak termasuk ke dalam skyline kota Faktor 19: Jarak antarmenara SC1: Jika bisa disesuaikan dengan kebutuhan operator, karena yang tahu jarak antarmenara adalah providernya Faktor 20: Ketinggian bangunan sekitar KS1: Tidak terlalu berpengaruh dengan kualitas pelayanan KS2: Kemungkinan hubungannya hanya dengan cakupan pelayanan. TABEL IV.3 HASIL UMPAN BALIK OPINI TAHAP II DAN ARGUMENTASINYA Coverage menara Faktor Pertimbangan Keterangan Alasan/Argumentasi Semua responden sependapat bahwa coverage area atau cakupan wilayah pelayanan dari menara BTS harus dipertimbangkan, agar keberadaan menara dapat berfungsi untuk menjamin kualitas pelayanan jaringan telekomunikasi dalam rangka memfasilitasi kepentingan publik.

16 88 Faktor Pertimbangan Keterangan Alasan/Argumentasi Kenyamanan operator Sebagian besar responden tidak sependapat dengan pertimbangan kenyamanan operator. Kebanyakan berpendapat bahwa kenyamanan operator bukan tidak harus diprioritaskan dalam penataan dan pembangunan menara BTS, karena seringkali orientasi yang mereka gunakan adalah keuntungan sehingga kurang memperhatikan peraturan yang ada. Maka seharusnya, pihak operator yang menyesuaikan dengan aturan yang ada. Selain itu, yang kurang sependapat menganggap hal tersebut bukan masalah perizinan yang harus ada dalam aturan zonasi. Akan tetapi, yang sependapat memiliki alasan pemerintah harus menciptakan iklim yang kondusif bagi semua pihak termasuk operator. Kamuflase Semua responden sependapat perlu adanya kamuflase menara di kawasan tertentu. Berfungsi untuk menjaga keindahan dan estetika kota, juga untuk mempertahankan menara BTS yang telah ada yang tidak mungkin untuk dibongkar sehingga tidak merugikan provider maupun lingkungan sekitar.

17 89 Kawasan Militer Faktor Pertimbangan Kekuatan konstruksi menara Keterangan Alasan/Argumentasi Sebagian besar responden sependapat untuk mempertimbangkan kawasan militer. Sebagian besar berpendapat bahwa pentingnya mempertimbangkan kawasan militer adalah untuk menghindari terjadinya interferensi antara frekuensi yang digunakan di kawasan tersebut dengan frekuensi menara. Selain itu, ada yang berpendapat bahwa kawasan militer menjadi penting untuk dipertimbangkan bagi faktor keamanan, karena ada kekhawatiran akan penyalahgunaan fungsi menara bagi kriminalitas. Sedangkan, yang kurang sependapat ataupun tidak sependapat beranggapan bahwa tidak terlalu berpengaruh bagi kawasan militer dan tidak perlu diperlakukan berbeda dengan kawasan-kawasan lain. Semua responden sependapat bahwa Kekuatan konstruksi menara adalah salah satu yang terpenting untuk dipertimbangkan dalam penataan dan pembangunan menara BTS karena sangat berpengaruh terhadap faktor keselamatan. Hampir semua berpendapat bahwa sangat

18 90 Faktor Pertimbangan Keterangan Alasan/Argumentasi penting untuk memberikan jaminan keselamatan jika terjadi kerusakan pada menara, seperti menara yang roboh, terkena petir, dan lain-lain. KKOP Semua responden sependapat bahwa KKOP adalah salah satu faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam penataan dan pembangunan menara BTS. Hal ini terkait dengan Keselamatan Pperasional Penerbangan dimana fungsi penerbangan tidak boleh terganggu dengan adanya bangunan lain. Jarak tententu dengan fasilitas umum Sangat sedikit responden yang sependapat, karena lahan di Kota Bandung saat ini cukup minim dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara fasilitas umum dengan fasilitas lainnya. Hal yang terpenting adalah adanya jaminan kekuatan konstruksi menara BTS. Ada yang sependapat, dengan catatan jika bangunan menara terlalu dekat dengan fasilitas seperti rumah sakit, karena akan menimbulkan interferensi dengan alat-alat kesehatan. Jarak tertentu dengan bangunan Semua responden sependapat untuk

19 91 berbahaya Faktor Pertimbangan Keterangan Alasan/Argumentasi mempertimbangkan adanya jarak tertentu dengan bangunan berbahaya agar terhindar dari hubungan saling mengganggu yang disebabkan terjadinya interferensi antara menara dengan bangunan berbahaya seperti sutet, dan lain-lain. Sistem link antarmenara Sebagian besar responden kurang sepakat, karena teknis kontrol antarmenara adalah kepentingan operator. Pendapat lain mengatakan bahwa hal tersebut sangat terkait dengan teknologi yang dimiliki oleh operator sehingga pemerintah tidak perlu ikut mengatur. Tetapi selebihnya berpendapat lain, adanya sistem link yang terkait dengan peletakan antarmenara, termasuk menara pusat pengontrol menara BTS,harus menjadi pertimbangan untuk menjaga kualitas pelayanan jaringan telekomunikasi. Menara eksisting Semua responden sependapat bahwa jumlah menara yang ada saat ini di Kota Bandung perlu menjadi pertimbangan untuk mengurangi jumlah menara yang ada, juga agar penataan menara terlihat

20 92 Faktor Pertimbangan Keterangan Alasan/Argumentasi lebih rapi dan tidak merusak nilai estetika kota. Kebutuhan lahan menara Kepadatan bangunan sekitar Radiasi antena Sebagian besar responden sependapat akan pentingnya mempertimbangkan kebutuhan lahan menara untuk menjaga kemanan dan kualitas pelayanan operator. Akan tetapi, sebagian kecil memberi catatan bahwa pertimbangan ini harus memperhatikan ketersediaan lahan. Saat ini banyak menara yang berdiri di atas bangunan sehingga tidak terlalu menjadi persoalan, bahkan tidak jadi pertimbangan. Sebagian besar responden sependapat untuk mempertimbangkan kepadatan bangunan di sekitar menara karena terkait dengan faktor keselamatan dan kualitas sinyal yang diterima sehingga nantinya akan membutuhkan lebih banyak jumlah menara. Akan tetapi, beberapa tidak sependapat karena kualitas sinyal tidak ditentukan kepadatan bangunan melainkan intensitas kegiatan. Radiasi antena yang ditimbulkan oleh menara BTS sampai saat ini masih

21 93 Faktor Pertimbangan Keterangan Alasan/Argumentasi diragukan sehingga kebanyakan memilih untuk tidak mempertimbangkan. Adapun yang sependapat memberikan catatan khusus. Pakar telekomunikasi berpendapat bahwa radiasi yang ditimbulkan menara sangat kecil dan tidak berbahaya bagi kesehatan manusia. Ketinggian menara Cagar budaya CBD Seluruh responden sependapat bahwa ketinggian menara harus dipertimbangkan karena terkait dengan faktor keselamatan, daya dukung tanah/gedung dan luasnya coverage area yang diberikan oleh menara BTS. Semua responden sependapat bahwa cagar budaya harus diperhatikan dalam penataan dan pembangunan menara BTS untuk tetap menjaga keindahan kota dan kelestarian nilai-nilai sejarah karena selama ini menara BTS berdiri di sembarang tempat tanpa ada aturan mengenai peletakan menara. Hampir seluruh responden sependapat untuk mempertimbangkan kawasan yang padat kegiatan. Kawasan seperti ini dipastikan akan membutuhkan jumlah

22 94 Faktor Pertimbangan Keterangan Alasan/Argumentasi menara BTS yang cukup banyak, sementara lahan yang tersedia terbatas. Oleh karena itu, kawasan padat kegiatan harus menjadi pertimbangan dalam peletakan menara baik di atas tanah maupun bangunan agar keselamatan, keamanan, kualitas layanan dan estetika kota tetap terjamin. Akan tetapi ada yang tidak sependapat karena menganggap tidak berpengaruh terhadap kualitas jaringan/sinyal. Radius tumbang menara Kebanyakan responden sependapat akan adanya radius tumbang menara yang harus dipertimbangkan untuk menjamin keselamatan dan kompensasi kecelakaan. Akan tetapi, ada yang memberi catatan bahwa lahan yang ada di Kota Bandung saat ini sangat terbatas sehingga sulit untuk mencari lahan yang cukup luas pada saat mendirikan menara BTS. Skyline Tidak semua sepakat terhadap pertimbangan skyline. Responden yang menganggap tidak perlu beralasan bahwa keberadaan menara tidak terlalu berpengaruh terhadap skyline Kota Bandung dan saat ini belum ada

23 95 Faktor Pertimbangan Keterangan Alasan/Argumentasi aturannya. Tetapi ada beberapa responden yang sependapat dengan memberikan catatan bahwa di Kota Bandung terdapat aturan yang mengharuskan bangunan menara disesuaikan ketinggiannya dengan skyline kota. Jarak antarmenara Jarak antarmenara ini disepakati oleh semua responden karena menganggap dengan adanya keteraturan jarak yang tidak terlalu berdekatan akan menciptakan keindahan kota dan mengurangi banyaknya jumlah menara. Juga mengingat pentingnya link antar BTS. Ketinggian bangunan sekitar Beberapa responden kurang sependapat terhadap ketinggian bangunan sekitar, meski beranggapan peletakan dan jumlah menara penting untuk diperhatikan. karena semakin banyak bangunan yang tinggi menyebabkan coverage area suatu menara semakin terbatas sehingga perlu diatur mengenai peletakan dan jumlahnya. Hal ini terkait pula dengan

24 96 Faktor Pertimbangan Keterangan Alasan/Argumentasi alternatif peletakan menara di atas gedung. Menara bersama Usulan tambahan faktor pertimbangan Pertimbangan adanya menara bersama disepakati oleh semua responden, mengingat saat ini terjadi penjamuran menara di Kota Bandung. Pertimbangan adanya menara bersama ini sangat penting untuk mengurangi jumlah menara di masa mendatang yang diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan semakin banyaknya pengguna jasa telekomunikasi seluler. Pada tahap iterasi kedua ini, selain memberikan pendapat yaitu sependapat atau tidak sependapat dengan faktor yang dipertimbangkan, semua responden juga diberikan kebebasan untuk memberikan usulan tambahan pertimbangan yang nantinya dapat dimasukkan pada iterasi ke III. Adapun usulan pertimbangan tersebut antara lain: - Pertimbangan wilayah pedesaan (non built up area) untuk menentukan batas ketinggian terkait dengan coverage area suatu menara.

25 97 Faktor Pertimbangan Keterangan Alasan/Argumentasi - Prasarana penting seperti jaringan listrik, pipa gas, dan telekomunikasi agar pada saat terjadi kerobohan menara tidak berdampak pada prasarana penting yang akan merugikan masyarakat banyak Hasil Pengolahan Tahap III Setelah mendapatkan informasi dari kuesioner yang diberikan pada responden mengenai faktor-faktor yang harus dipertimbangkan pada iterasi ke II, kesimpulan iterasi tersebut menjadi suatu kesimpulan bagi iterasi tahap III. Sesuai prinsip Delphi, untuk menyimpulkan sebuah hasil iterasi dapat menggunakan median, rentangan atau standar deviasi. Pada iterasi III ini, faktor-faktor yang diiterasikan kembali adalah yang disepakati oleh 50% responden (ini adalah penggunaan median) ditambah faktor (tambahan) yang diberikan oleh responden pada iterasi II. Oleh karena itu, pada iterasi III ini ada beberapa faktor yang tidak diiterasikan kembali yaitu jarak tertentu dengan fasilitas umum dan radiasi antena. Sedangkan untuk hasil akhir pada iterasi III ini, kesimpulan yang diambil adalah faktor-faktor yang disepakati oleh semua responden. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel IV.4.

26 98 TABEL IV.4 HASIL UMPAN BALIK OPINI TAHAP III No Responden Faktor Pertimbangan Kepala Seksi RDTRT Dinas Tata Ruang Dan Ciptakarya S TS1 S S S S S TS1 S S S S S S S S S S S TS1 S 2 Kepala Seksi Teknik Bangunan Gedung/Struktur Dinas Tata Ruang Dan Ciptakarya S S S S S S S S S KS1 S S S S SC1 TS1 SC S S KS1 KS1 3 Perencanaan Kota/Land use Planning & Management SAPPK ITB S TS2 S S TS1 S S TS2 S KS2 TS1 SC S TS1 S S S KS1 S TS2 KS2 4 Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan Kota SAPPK ITB S KS1 S TS1 S S S S S S SC1 S S SC1 KS1 TS2 S S S S S 5 Rancang Kota SAPPK ITB S TS3 S S S S S S S SC1 TS2 S S S KS2 S S S S SC1 S

27 99 6 Ketua Lab, LSKK, Telekomunikasi S KS2 S SC1 S S S S S S S S S S S S S S S S SC1 7 Ahli Desain Struktur Teknik Sipil ITB S S S KS1 S S S KS1 S KS3 SC2 S S S TS1 SC1 S KS2 S KS2 KS3 8 Kepala Seksi Perencanaan Peremajaan dan Pengembangan Kota Dinas Tata Ruang Dan Ciptakarya S S S S S S S TS3 S KS4 S S S S S SC2 S S S KS3 S 9 Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Dinas Tata Ruang Dan Ciptakarya S KS3 S S S S S KS2 S S S S S S S S S S S S S 10 Lektor Kepala Antena dan Propagasi Teknik Elektro ITB S TS4 S S S S S S S SC2 SC3 S S S S S S S S SC2 S

28 100 Keterangan: No Faktor Pertimbangan 1 Coverage menara 2 Kenyamanan antar operator 3 Kamuflase 4 Kawasan Militer 5 Konstruksi menara/kekuatan menara 6 KKOP (Kawasan Keselamatan Penerbangan) 7 Jarak tertentu dengan bangunan berbahaya 8 Sistem link antarmenara (sistem kontrol antarmenara) 9 Menara eksisting (jumlah menara saat ini) 10 Kebutuhan lahan menara 11 Kepadatan bangunan di sekitar Ketinggian menara (pembatasan tinggi max/min berdasarkan tangkapan jumlah pelanggan dan kapasitas 12 menara serta keselamatan) 13 Cagar budaya (bangunan bersejarah) 14 CBD (kawasan padat kegiatan) Radius tumbang menara dengan bangunan sekitar 15 (keamanan dan keselamatan) 16 Skyline (estetika kota) 17 Jarak antarmenara 18 Ketinggian bangunan sekitar 19 Menara bersama 20 Wilayah belum terbangun Jarak tertentu dengan jaringan-jaringan penting (jalan 21 utama, pipa gas, telekomunikasi) S = Sependapat SC = Sependapat dengan catatan KS = Kurang sependapat TS = Tidak sependapat

29 101 Faktor 2: Kenyamanan antar operator KS1: Operator harus mengikuti aturan pemerintah KS2: Karena operator yang harus menyesuaikan dengan aturan yang ada KS3: Tidak prioritas bagi pemerintah karena yang harus menyesuaikan adalah operator bukan pemerintah yang harus menyesuaikan dengan kenyamanan mereka TS1: Tidak terlalu perlu karena itu urusan operator TS2: Itu bukan urusan pemberi izin, jadi tidak perlu dipertimbangkan TS3: Pemerintah harus prioritas pada kenyamanan publik bukan kenyamanan operator TS4: Operator adalah profit bukan semata-mata untuk melayani kepentingan publik. Oleh karena itu, mereka yang harus mengikuti aturan pemerintah Faktor 4: Kawasan Militer SC1: Jika memungkinkan terjadinya interferensi tetapi biasanya menara BTS memiliki frekuensi sendiri yang berbeda dengan frekuensi yang ada di kawasan militer KS1: Tidak terlalu berpengaruh di kawasan manapun yang terpenting terjamin kekuatan strukturnya dan tergantung desain struktur TS1: Tidak perlu ada aturan khusus di kawasan tertentu dan di semua kawasan harus diperlakukan sama Faktor 5: Konstruksi menara/kekuatan menara TS1: Bukan masalah perizinan tetapi masalah prasyarat bangunan Faktor 8: Sistem link antarmenara (sistem kontrol antarmenara) KS1: Itu dikembalikan ke operator masing-masing dan tidak terlalu penting untuk dipertimbangkan KS2: Pemerintah tidak perlu mengatur hingga sedetil itu karena hanya perlu memberi aturan-aturan untuk kepentingan masyarakat banyak

30 102 TS1: Tidak terlalu penting karena itu berkaitan dengan masalah teknologi dan diserahkan kepada operator masing-masing TS2: Tidak terkait dengan masalah perizinan dan tidak menimbulkan masalah bagi masyarakat TS3: Sebenarnya itu tidak terlalu penting karena teknisnya urusan operator Faktor 10: Kebutuhan lahan menara SC1: Ada syarat lahan minimal SC2: Untuk menara yang akan dibangun dan jika lahan yang ada masih memungkinkan KS1: Tidak mungkin dialokasikan lahan yang cukup luas untuk satu menara karena saat ini kondisi Kota Bandung sudah sangat padat KS2: Karena tidak perlu lahan khusus dan bisa didirikan di atas gedung KS3: Menara tidak membutuhkan banyak lahan bahkan bisa dibuat bentuk monopole yang hanya butuh beberapa meter lahan, apalagi jika menara BTS yang didirikan di atas gedung hanya membutuhkan kekuatan gedung sebagai tempat berdiri dan kekuatan pondasinya KS4: Bisa saja diletakkan di atas gedung sehingga tidak membutuhkan lahan khusus Faktor 11: Kepadatan bangunan di sekitar SC1: Dengan batas ketinggian dan bentuk yang serasi dengan lingkungan SC2: Perlu dipertimbangkan untuk kualitas pelayanannya tetapi jika ada kekhawatiran akan strukturnya, sebenarnya tidak perlu untuk dipertimbangkan SC3: Untuk keamanan menara terhadap bangunan-bangunan di sekitarnya TS1: Tidak terlalu berpengaruh dan justru yang berpegaruh adalah radiasinya TS2: Tidak ditentukan oleh kepadatan bangunan tetapi pada intensitas kegiatan

31 103 Faktor 12: Ketinggian menara (pembatasan tinggi max/min berdasarkan tangkapan jumlah pelanggan dan kapasitas menara serta keselamatan) SC1: Bukan untuk jumlah tangkapan tetapi untuk keselamatan dan estetika Faktor 14: CBD (kawasan padat kegiatan) SC1: Dengan batas ketinggian dan bentuk yang serasi dengan lingkungan TS1: Tidak masalah bagi pelayanan Faktor 15: Radius tumbang menara dengan bangunan sekitar (keamanan dan keselamatan) SC1: Jika satu menara harus memiliki jarak sekian puluh meter dengan bangunan di sekitarnya maka itu sama saja dengan mematikan fungsi menara karena sudah tidak mungkin dialokasikan di Kota Bandung kecuali untuk kebutuhan asuransi KS1: Karena bisa diganti dengan jaminan kekuatan menara itu sendiri KS2: Lahan yang ada saat ini sangat minim kecuali untuk pertimbangan kompensasi TS1: Tidak perlu asal ada jaminan dari kekuatan menara baik dari pondasinya maupun rangkanya Faktor 16: Skyline (estetika kota) SC1: Jika memang ada peraturan yang harus mengikuti skyline untk bangunan menara SC2: Jika sudah ada aturan yang jelas mengenai skyline, tetapi saat ini di Kota Bandung belum ada TS1: Menara itu tidak seperti bangunan pada umumnya dan dia hanya bangunan rangka sehingga tidak termasuk ke dalam skyline kota TS2: Tidak masalah seandainya pun ada menara yang muncul paling tinggi karena tidak akan merusak skyline

32 104 Faktor 17: Jarak antarmenara SC1: Jika bisa disesuaikan dengan kebutuhan operator karena yang provider lebih tahu jarak antarmenara Faktor 18: Ketinggian bangunan sekitar KS1: Tidak terlalu berpengaruh dengan kualitas pelayanan KS2: Kemungkinan hubungannya hanya dengan cakupan pelayanan Faktor 20: Wilayah belum terbangun SC1: Berpengaruh terhadap kualitas pelayanan, tetapi sudah sangat sedikit wilayah yang belum terbangun di Kota Bandung SC2: Dalam batasan yang sesuai dengan kondisi desa KS1: Di Kota Bandung ini dapat dikatakan sudah hampir tidak ada wilayah yang belum terbangun KS2: Tidak ada permasalahan justru jika dibangun di wilayah yang belum terbangun, karena yang sering jadi masalah sekarang ini adalah lahan yang semakin minim KS3: Lebih fleksibel karena lahan yang tersedia masih banyak TS1: Karena di Kota Bandung sudah tidak ada wilayah pedesaan TS2: Tidak ada permasalahan untuk wilayah yang belum terbangun Faktor 21: Jarak tertentu dengan jaringan-jaringan penting (jalan utama, pipa gas, dan telekomunikasi) SC1: Jika pengaruhnya besar akan mengganggu jaringan-jaringan tersebut, tetapi jika kekhawatirannya karena akan roboh maka tinggal diperkuat saja konstruksinya KS1: Tidak terlalu masalah asal konstruksi menara yang berada dekat dengan jaringan tersebut diperkuat KS2: Tidak berpengaruh untuk jaringan pipa gas dan telekomunikasi kecuali untuk jaringan listrik

33 105 KS3: Tinggal diperkuat saja strukturnya agar tidak roboh, bahkan jika diperlukan karena bisa diganti dengan baja. TABEL IV.5 HASIL UMPAN BALIK OPINI TAHAP III DAN ARGUMENTASINYA Coverage menara Faktor Keterangan Alasan/Argumen Semua responden sependapat seperti pada iterasi II bahwa coverage area atau cakupan wilayah pelayanan dari menara BTS harus dipertimbangkan agar keberadaan menara dapat berfungsi dan menjamin kualitas pelayanan jaringan telekomunikasi untuk kepentingan publik. Kenyamanan operator Sebagian besar responden tidak sependapat dengan pertimbangan kenyamanan operator. Pada iterasi III semakin banyak yang kurang sependapat dengan alasan yang sama. Beberapa tidak sependapat dan menegaskan bahwa bukan pemerintah yang harus menyesuaikan dengan kenyamanan mereka, tetapi sebaliknya, mereka yang harus mengikuti aturan pemerintah untuk kepentingan publik. Selain itu sebagian besar berpendapat bahwa untuk kenyamanan antar operator tidak perlu

34 106 diatur oleh pemerintah. Kamuflase menara Kawasan Militer Kamuflase menara juga merupakan salah satu faktor yang banyak direkomendasikan oleh semua responden untuk menjadi bahan pertimbangan, mengingat kondisi Kota Bandung saat ini yang semrawut dan terlalu banyak ditumbuhi menara BTS. Oleh karena itu kamuflase menjadi sangat penting agar keindahan dan keserasian dengan lingkungan kota tetap terjaga. Sebagian besar responden sependapat untuk mempertimbangkan kawasan militer dengan alasan ada kemungkinan terjadi interferensi sehingga mengganggu fungsi pengawasan di kawasan tersebut. Tetapi ada yang sependapat dengan catatan karena berpendapat bahwa tidak ada masalah untuk menempatkan menara di dekat kawasan militer selama tidak terjadi interferensi frekuensi diantara keduanya dan pastinya ada yang membutuhkan jaringan seluler di kawasan tersebut. Responden yang tidak sependapat menganggap bahwa tidak perlu ada perlakuan yang berbeda antara kawasan militer dengan kawasan lainnya

35 107 seperti kawasan perumahan, industri dan lain-lain, terutama jika jaminan tidak akan robohnya menara maka kawasan militer tidak perlu dijadikan pertimbangan dan cukup diperkuat saja konstruksinya. Kekuatan konstruksi menara (daya dukung pondasi, beban antena) Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) Faktor kekuatan konstruksi menara disepakati oleh 90% responden. Kekuatan konstruksi menara yang kuat merupakan salah satu jaminan bagi keselamatan penduduk sekitar untuk menghindari robohnya menara akan tetapi ada responden yang menganggap bahwa kekuatan konstruksi tersebut bukan merupakan aturan tetapi prasyarat yang harus ada dalam ketentuan syarat bangunan, sehingga tidak perlu dijadikan pertimbangan dalam melakukan penataan dan pembangunan menara BTS. Semua responden sepakat bahwa Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan harus menjadi pertimbangan dalam menentukan zona menara BTS karena sudah jelas semua bangunan yang tinggi harus mengikuti aturan yang ada dalam KKOP agar tidak mengganggu fungsi penerbangan

36 108 tersebut. Jarak tertentu dengan bangunan berbahaya Sistem link antarmenara (kontrol antarmenara BTS) Menara eksisting Semua responden sependapat akan pentingnya memperhatikan jarak tertentu dengan bangunan berbahaya untuk menghindari hubungan saling mengganggu. Hubungan saling mengganggu ini terutama untuk bangunan yang memiliki tegangan tinggi sehingga memungkinkan untuk terjadi interferensi antara keduanya dan menganggu fungsi masing-masing. Sebagian besar responden tidak sependapat untuk mempertimbangkan sistem link antarmenara, karena menganggap bahwa masing-masing operator memiliki sitem link tersendiri dan tidak terlalu berpengaruh untuk pertimbangan dalam penataan dan pembangunan menara. Hal tersebut dikembalikan kepada operator masingmasing dan mereka harus menyesuaikan dengan aturan yang ada dalam penataan dan pembangunan menara BTS. Semua responden sependapat seperti pada iterasi II bahwa jumlah menara yang ada saat ini di Kota Bandung perlu menjadi pertimbangan untuk mengurangi

37 109 jumlah menara yang ada dan untuk melakukan penataan menara agar serasi dengan lingkungan sekitar. Kebutuhan lahan menara Kepadatan bangunan sekitar Ketinggian menara (pembatasan tinggi max/min berdasarkan tangkapan jumlah pelanggan dan kapasitas menara) Sebagian responden sependapat untuk mempertimbangkan kebutuhan lahan menara untuk memfasilitasi sarana dan prasarana pendukung menara tersebut. Tetapi ada beberapa yang sependapat dengan catatan jikan lahan yang ada masih memungkinkan. Sebagian yang lain kurang sependapat dengan alasan bahwa penempatan menara tidak selalu harus di atas tanah dan akan lebih efisien jika lahan yang tersedia tidak banyak digunakan untuk kebutuhan menara BTS. Sebagian responden sependapat untuk menjaga kualitas pelayanan. Sedangkan yang sependapat dengan catatan jika digunakan untuk menyerasikan dengan lingkungan sekitar. Responden yang lainnya tidak sependapat karena menganggap tidak berpengaruh terhadap pelayanan maupun keselamatan. Semua responden sependapat dengan adanya pertimbangan ketinggian dalam penataan dan pembangunan menara BTS karena terkait dengan faktor keselamatan

38 110 terutama batas ketinggian cukup dibatasi oleh KKOP dan coverage menara. Selain itu juga ada pertimbangan untuk menjaga nilai estetika. Cagar budaya Semua responden sepakat untuk memperhatikan cagar budaya khususnya untuk kawasan bersejarah dan ruang hijau agar tidak rusak visualisasinya oleh bangunan menara BTS. Kawasan padat kegiatan Radius tumbang menara Kawasan padat kegiatan ini disepakati oleh sebagian besar responden untuk menjaga kualitas layanan, karena semakin padat kegiatan akan semakin banyak membutuhkan menara BTS. Adapun yang sependapat dengan catatan menganggap bahwa untuk menjaga nilai estetika di kawasan-kawasan tersebut perlu ada penyesuaian dengan lingkungan sekitar. Sedangkan yang tidak sependapat memiliki alasan karena tidak berpengaruh terhadap kualitas sinyal yang diterima. Sebagian besar responden menyepakati meskipun ada beberapa yang kurang sependapat karena akan membutuhkan banyak lahan dan bisa digantikan dengan jaminan kekuatan menara mengingat ada keterbatasan lahan di Kota Bandung.

39 111 Sebagian yang sependapat menganggap ini penting untuk menentukan kompensasi akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh menara. Skyline Pertimbangan adanya skyline dalam penataan dan pembangunan menara BTS tidak disepakati oleh semua responden karena menurut mereka hal tersebut tidak terlalu penting dan yang menentukan skyline adalah bangunan gedung bukan bangunan menara rangka seperti menara BTS. Adapun yang sependapat menganggap hal ini penting untuk menjaga nilai estetika kota. Sedangkan yang sependapat dengan catatan melihat saat ini belum ada aturan yang jelas bahwa bangunan menara harus disesuaikan dengan skyline Kota Bandung. Jarak antarmenara Semua responden sepakat untuk mempertimbangkan perlu adanya jarak tertentu yang tidak terlalu dekat antarmenara untuk mengurangi jumlah menara. Selain itu juga untuk keteraturan menara agar nampak lebih indah. Ketinggian bangunan sekitar Sebagian besar responden sependapat untuk mempertimbangkan ketinggian

40 112 bangunan sekitar untuk mempertimbangkan cakupan area. Hal ini terkait dengan kebutuhan jumlah menara dalam melayani masyarakat karena banyaknya bangunan tinggi yang menghalangi sinyal yang akan diterima. Sedangkan yang kurang sependapat memandang hal tersebut tidak berpengaruh terhadap kualitas pelayanan. Menara bersama Semua responden sependapat dan menganggap konsep menara bersama ini penting untuk menghindari terjadinya hutan menara serta efisiensi penggunaan menara. Wilayah pedesaan (Non Built Up Area) Prasarana penting (jalan, pipa gas, jaringan listrik dan telekomunikasi) Sebagian besar responden kurang sepakat untuk mempertimbangkan wilayah yang belum terbangun. Hal ini karena wilayah tersebut sangat sedikit di Kota Bandung dan lebih fleksibel dalam menentukan letak menara. Oleh karena itu, untuk wilayah yang belum terbangun tidak perlu dipermasalahkan dan dijadikan pertimbangan. Pertimbangan adanya jarak tertentu dengan prasarana penting (jalan, pipa gas, jaringan listrik dan telekomunikasi) tidak disepakati oleh semua responden

41 113 karena ada yang berpendapat bahwa lahan yang ada saat ini sangat terbatas dan ketentuan jarak atas prasarana penting hanya dapat diterapkan jika lahan yang tersedia masih luas, selain itu keberadaan menara tidak terlalu mengganggu jaringan tersebut meskipun ada yang berpendapat penting untuk menghindari gangguan terhadap jaringan listrik. Responden yang kurang sependapat memandang bahwa kebutuhan akan jarak tertentu dengan prasarana penting dapat ditutup dengan jaminan struktur menara. Hasil eksplorasi keseluruhan faktor yang disepakati oleh responden dapat dilihat pada Tabel IV.6. TABEL IV.6 EKSPLORASI FAKTOR PERTIMBANGAN DAN YANG DISEPAKATI SELURUHNYA OLEH RESPONDEN Eksplorasi Tahap I Umpan Balik Tahap II Umpan Balik Tahap III 1. Coverage menara (cakupan layanan) 2. Kamuflase menara 3. Kekuatan konstruksi (struktur dan pondasi menara untuk menampung 1. Coverage menara/kualitas pelayanan operator 2. Kamuflase 3. Kekuatan konstruksi menara 4. KKOP (Kawasan Keselamatan 1. Coverage menara/kualitas pelayanan operator 2. Kamuflase 3. Ketinggian menara 4. Jarak tertentu dengan bangunan khusus yang berbahaya

42 114 Eksplorasi Tahap I Umpan Balik Tahap II Umpan Balik Tahap III beban antena) 4. Kawasan Keselamatan Penerbangan (KKOP) 5. Jarak tertentu dengan bangunan berbahaya seperti bangunan listrik bertegangan tinggi 6. Batas ketinggian menara (untuk menghindari banyaknya bangunan yang rusak serta untuk menjaga estetika) 7. Cagar budaya 8. Menara eksisting (jumlah menara yang ada saat ini) 9. Jarak antarmenara. 10. Penggunaan menara bersama 11. Jarak tertentu dengan fasilitas umum (rumah sakit, sekolah, dll) 12. Kawasan Militer 13. Radius tumbang menara (untuk memberikan asuransi penduduk di sekitarnya) 14. Kepadatan bangunan di sekitar 15. Radiasi antena 16. Kebutuhan lahan menara (pagar pelindung properti Penerbangan) 5. Jarak tertentu dengan bangunan berbahaya (sutet,dll) 6. Ketinggian menara 7. Cagar budaya (bangunan bersejarah) 8. Menara eksisting (jumlah menara saat ini) 9. Jarak antarmenara 10. Menara bersama (sutet, dll) 5. Kawasan Keselamatan Penerbangan (KKOP) 6. Menara eksisting 7. Cagar budaya (bangunan bersejarah) 8. Jarak antarmenara 9. Menara bersama

43 115 Eksplorasi Tahap I Umpan Balik Tahap II Umpan Balik Tahap III menara dan sempadan bangunan menara) 17. Skyline 18. Kawasan padat kegiatan 19. Sistem link antarmenara 20. Ketinggian menara 21. Kepadatan bangunan Berdasarkan hasil analisis, diperoleh keterangan bahwa dalam penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung ada beberapa aspek dasar yang harus dipertimbangkan. Faktor yang menentukan pertimbangan tersebut antara lain: a) Coverage menara/kualitas pelayanan operator (untuk memaksimalkan coverage area sehingga dapat mengurangi jumlah menara BTS) b) Kamuflase (penyesuaian bentuk dengan lingkungan sekitar untuk menjaga nilai estetika dan keserasian dengan lingkungan sekitar) c) Ketinggian menara (batas ketinggian menara untuk menjaga kualitas layanan, keselamatan dan estetika kota) d) Jarak tertentu dengan bangunan khusus yang berbahaya (untuk menghindari terjadinya hubungan saling mengganggu, misalnya terjadi interferensi bangunan listrik bertegangan tinggi, dan lain-lain) e) Kawasan Keselamatan Penerbangan (agar tidak mengganggu fungsi keselamatan penerbangan KKOP) f) Menara eksisting (untuk menentukan pengaturan menara bersama dan melakukan penataan) g) Cagar budaya (untuk menjaga dan melestarika nilai-nilai sejarah pada bangunan atau kawasan bersejarah)

44 116 h) Jarak antarmenara (keteraturan agar terlihat lebih indah dan untuk mengurangi jumlah menara BTS dengan pengaturan jarak yang tidak terlalu dekat) i) Menara bersama (untuk mengurangi jumlah menara sehingga lebih efisien). 4.3 Perbandingan Faktor Pertimbangan Hasil Pelaksanaan Delphi dengan Faktor Berdasarkan Studi Literatur dan Pendapat Peneliti Mengenai Faktor-Faktor yang Harus Dipertimbangkan untuk Penataan dan Pembangunan Menara BTS di Kota Bandung Perbandingan Faktor Pertimbangan Hasil Pelaksanaan Delphi dengan Faktor Berdasarkan Studi Literatur. Hasil analisis menyimpulkan bahwa terdapat 9 (sembilan) faktor pertimbangan dalam penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung. Faktor-faktor tersebut didasari atas tujuan untuk menjamin keselamatan, keamanan, estetika dan keserasian dengan lingkungan, keterjangkauan pelayanan, serta efisiensi. Berdasarkan studi literatur penataan dan pembangunan menara telekomunikasi dari kota-kota di dalam maupun luar negeri terdapat kesamaan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan. Jika dilihat dari iterasi I, dapat dikatakan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli hampir sama dengan hasil yang diperoleh dari studi literatur. Akan tetapi, setelah dilakukan iterasi II dan III, terlihat faktor-faktor yang harus dipertimbangan semakin berkurang sesuai dengan kesamaan pendapat semua responden. Setelah dilakukan iterasi III masih terdapat beberapa faktor pertimbangan yang sama antara hasil analisis dengan studi literatur. Kesamaan faktor-faktor yang dipertimbangkan dapat dilihat pada Tabel IV.7.

45 117 TABEL IV.7 PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN UNTUK PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA BTS No Faktor Pertimbangan Hasil Studi Literatur 1 Tempat-tempat bersejarah (untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai sejarah) 2 Coverage menara (terkait dengan kualitas sinyal yang diberikan) 3 Batas ketinggian menara (untuk menghindari banyaknya kerugian karena banyanya bangunan yang tertimpa oleh menara yang roboh serta untuk penyesuaian dengan bangunan sekitar) 4 Desain dan jenis menara untuk disesuaikan dengan daerah tertentu 5 Kawasan keselamatan penerbangan (KKOP) 6 Menara bersama (konsep penggunaan menara bersama untuk mengurangi jumlah menara berdasarkan menara eksisting dan menara yang akan dibangun) 7 Jarak menara dengan bangunan terdekat (ada jarak tertentu dengan bangunan-bangunan tertentu) Faktor Pertimbangan Hasil Analisis Cagar budaya (untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai sejarah pada bangunan atau kawasan bersejarah) Coverage Menara/kualitas pelayanan operator. (untuk memaksimalkan coverage area sehingga dapat mengurangi jumlah menara BTS) Ketinggian menara (batas ketinggian menara untuk menjaga kualitas layanan, keselamatan dan estetika kota) Kamuflase (penyesuaian bentuk dengan lingkungan sekitar untuk menjaga nilai estetika dan keserasian dengan lingkungan sekitar) Kawasan Keselamatan Penerbangan (agar tidak mengganggu fungsi keselamatan penerbangan KKOP) bersama dan melakukan penataan) Menara eksisting (untuk menentukan pengaturan menara Menara bersama (untuk mengurangi jumlah menara sehingga lebih efisien Jarak tertentu dengan bangunan khusus yang berbahaya (untuk menghindari terjadinya hubungan saling mengganggu, misalnya terjadi interferensi bangunan listrik

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama berisi penjelasan mengenai temuan studi yang akan mengantarkan pada kesimpulan studi faktor pertimbangan untuk penataan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini menjelaskan tentang latar belakang studi, rumusan persoalan, tujuan dan sasaran, ruang lingkup studi yang terdiri dari ruang lingkup wilayah dan materi, metodologi

Lebih terperinci

FAKTOR PERTIMBANGAN UNTUK PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) DI KOTA BANDUNG TUGAS AKHIR. Oleh: ODAH

FAKTOR PERTIMBANGAN UNTUK PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) DI KOTA BANDUNG TUGAS AKHIR. Oleh: ODAH FAKTOR PERTIMBANGAN UNTUK PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) DI KOTA BANDUNG TUGAS AKHIR Oleh: ODAH 15404006 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD 33 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DI KOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DI KOTA SURABAYA SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DI KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN SERTA PEMANFAATAN MENARA TELEKOMUNIKASI

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN SERTA PEMANFAATAN MENARA TELEKOMUNIKASI WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN SERTA PEMANFAATAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR Menimbang

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG PEMANFAATAN MENARA TELEKOMUNIKASI WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa menara telekomunikasi merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENDIRIAN, PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENDIRIAN, PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENDIRIAN, PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 20 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 20 TAHUN 20011 TENTANG PENATAAN, PENGENDALIAN, DAN RENCANA PENEMPATAN MENARA BERSAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DAN FIBER OPTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 89 TAHUN 2006 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : a. bahwa menara telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini meliputi ringkasan temuan, kontribusi teoritik,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini meliputi ringkasan temuan, kontribusi teoritik, BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil temuan dan hasil pengamatan yang sudah dilakukan hingga proses pembahasan kasus maka dapat dirumuskan kesimpulan dari hasil penelitian. Kesimpulan dari penelitian

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENATAAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENATAAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENATAAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 31 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 841 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 31 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 841 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 31 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 841 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENATAAN, PEMBANGUNAN, PENGELOLAAN, DAN PENGGUNAAN MENARA BERSAMA TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG 1 BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt - 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 5 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 68 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PENEMPATAN MENARA BERSAMA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 23 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 23 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 23 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : Bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PENEMPATAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN TEMANGGUNG

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PENEMPATAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PENEMPATAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG PEMANFAATAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG PEMANFAATAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG PEMANFAATAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa berdasarkan evaluasi terhadap pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya sangat pesat. Hal ini ditandai dengan bertambahnya pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya sangat pesat. Hal ini ditandai dengan bertambahnya pelanggan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Teknologi telekomunikasi merupakan salah satu teknologi yang pertumbuhannya sangat pesat. Hal ini ditandai dengan bertambahnya pelanggan selular di setiap tahunnya.

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALI KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 98 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI MIKRO SELULER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN BERSAMA MENARA TELEKOMUNIKASI

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN BERSAMA MENARA TELEKOMUNIKASI PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN BERSAMA MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2018 TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 6 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 6 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 6 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA BERSAMA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR POLEWALI MANDAR PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 7 TAHUN 2011 Menimbang : a. SIPAMANDAQ S I PA M A N D AQ TENTANG PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DRAFT AKHIR WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

Lebih terperinci

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang : a. bahwa telekomunikasi merupakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 08 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 08 TAHUN 2010 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 08 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang : a. bahwa pembangunan dan penggunaan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR POLEWALI MANDAR PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 7 TAHUN 2011 Menimbang : a. SIPAMANDAQ S IPA M A N D AQ TENTANG PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI SLEMAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN 2013-2032 I. UMUM Ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara,

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 42.A TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 42.A TAHUN 2014 TENTANG BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 42.A TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MENARA TELEKOMUNIKASI

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MENARA TELEKOMUNIKASI BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 95TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMENEP Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON. menetapkan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Menara Bersama Telekomunikasi; NOMOR 9 TAHUN 2012 SERI E

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON. menetapkan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Menara Bersama Telekomunikasi; NOMOR 9 TAHUN 2012 SERI E LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 9 TAHUN 2012 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA BERSAMA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 13 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2010

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 13 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2010 BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 13 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA WALIKOTA BOGOR, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN MENARA TELEKOMUNIKASI TERPADU DI KABUPATEN LUWU UTARA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MENARA TELEKOMUNIKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MENARA TELEKOMUNIKASI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMENEP Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 26 TAHUN 2012 PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MENARA TELEKOMUNIKASI

QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 26 TAHUN 2012 PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MENARA TELEKOMUNIKASI 1 QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MENARA TELEKOMUNIKASI BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI SIMEULUE, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY Penyusunan Naskah Akademis Dan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Penataan Menara Telekomunikasi Kota Malang Tahun 2012

EXECUTIVE SUMMARY Penyusunan Naskah Akademis Dan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Penataan Menara Telekomunikasi Kota Malang Tahun 2012 Rencana Teknis kriteria lokasi menara telekomunikasi: 1. Struktur bangunan 1) Menara mandiri (self supporting tower) Menara mandiri merupakan menara dengan struktur rangka baja yang berdiri sendiri dan

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN BANGKA

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN BANGKA BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN BANGKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI MICROCELL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN D A E R A H KABUPATEN BATANG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN BERSAMA MENARA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013 NOMOR 6

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013 NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN, PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, : a. bahwa menara

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2012 Seri : E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2012 Seri : E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2012 Seri : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI ACEH TAMIANG. Rancangan QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 26 TAHUN 2011

- 1 - BUPATI ACEH TAMIANG. Rancangan QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 26 TAHUN 2011 - 1 - BUPATI ACEH TAMIANG Rancangan QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN ACEH TAMIANG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI - 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA KOTA YOGYAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2017

WALIKOTA YOGYAKARTA, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA KOTA YOGYAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2017 WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA KOTA YOGYAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 109 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 109 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 109 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA SORONG,

WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA SORONG, SALINAN WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA SORONG, Menimbang : a. bahwa menara merupakan salah satu

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DI KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DI KABUPATEN TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 002 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN MENARA BERSAMA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN BREBES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA BERSAMA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi telekomunikasi di Indonesia menyebabkan semakin banyaknya fasilitas yang ditawarkan seperti video conference, streaming, dan game

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN BERSAMA MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN JEPARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN BERSAMA MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN BERSAMA MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG BANGUNAN GEDUNG BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN

Lebih terperinci

~ 53 ~ PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup Jelas. Pasal 2 Cukup Jelas. Pasal 3 Cukup Jelas

~ 53 ~ PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup Jelas. Pasal 2 Cukup Jelas. Pasal 3 Cukup Jelas ~ 51 ~ PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KABUPATEN KAYONG UTARA TAHUN 2015-2035 I. UMUM 1. Ruang Wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA KOTA YOGYAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA KOTA YOGYAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH LAMPIRAN WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA KOTA YOGYAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANGUNAN /BUILDING REGULATION

PERATURAN BANGUNAN /BUILDING REGULATION PERATURAN BANGUNAN /BUILDING REGULATION. PERATURAN BANGUNAN NASIONAL NATIONAL BUILDING REGULATION. UNDANG-UNDANG NO 28 TAHUN 2002 BANGUNAN GEDUNG.. KEPUTUSAN MENTERI PU NO 441/KPTS/1998 PERSYARATAN TEKNIS

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya

Walikota Tasikmalaya - 1 - Walikota Tasikmalaya PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 73 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR :18 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN BERSAMA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 12 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI MIKRO SELULER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 08 Tahun 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN POS DAN TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang : a. bahwa perkembangan

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG JARAK BEBAS BANGUNAN DAN PEMANFAATAN PADA DAERAH SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI,

WALIKOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, SALINAN BHI NNEKA TUNGGAL IK A WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DAN RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI

KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN MENARA TELEKOMUNIKASI BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2014 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL No.34,2014 Dinas Perhubungan Kabupaten Bantul. Perubahan,ketiga,Peraturan Bupati Bantul, zona penempatan, menara telekomunikasi. BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maka landasan administrasi dan keuangan diarahkan untuk mengembangkan otonomi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa perkembangan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 09 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG MENARA TELEKOMUNIKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 09 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG MENARA TELEKOMUNIKASI LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 09 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK, Menimbang : a. bahwa meningkatnya

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO,

BUPATI SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO, BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci