[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM KOTA YOGYAKARTA 2.1. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik Geografis dan Kondisi Fisik Kota Yogyakarta terletak di koordinat '19" '53" Bujur Timur dan 07 49'26" 07 15'24" Lintang Selatan. Luas Kota Yogyakarta adalah sekitar 32,5 Km2 atau 1,02 % dari luas wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Yogyakarta dialiri oleh 3 sungai. Sungai tersebut antara lain Sungai Gajahwong yang mengalir di bagian timur kota, Sungai Code di bagian tengah dan Sungai Winongo di bagian barat kota. Lebih lengkapnya dapat dilihat dalamtabel berikut: Tabel Air Permukaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Opak Oyo No Nama DAS Sub Das Luas (ha) 1 Opak Oyo SUB DAS OPAK SUB DAS OYO I SUB DAS WINONGO 48, , , Sumber: Badan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo, 2009 DAS Opak Oyo terdiri dari 3 sub DAS antara lai Sub DAS Opak, Sub DAS Oyo dan Sub DAS Winongo. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan gambar peta DAS Opak Oyo pada sebagai berikut

2 Gambar Peta DAS Opak Oyo 17 17

3 Kota Yogyakarta yang merupakan bagian dataran lereng Gunung Merapi secara umum memiliki topografi datar. Sebesar 88,94% lahan berada pada kemiringan 0-2%, 9,64% berada pada kemiringan 2-15%, dan 1,09% berada pada kemiringan 15-40%, serta sisanya 0,34% berada pada kemiringan diatas 40%. Lebih lengkapnya terdapat dalam Tabel. berikut: Tabel Luas Wilayah Kota Yogyakarta Berdasarkan Kemiringan Lahan Luas berdasarkan lereng / kemiringan lahan No Kecamatan 0 2% 2 15% 15 40% > 40% 1 Mantrijeron 244, ,1800 4, Kraton 140, Mergangsan 105, , Umbulharjo 764, ,0400 1,6600 0, Kotagede 277,800 23,2600 2,5200 3, Gondokusuman 328, ,7600 2, Danurejan 75, ,6400 5,9400 0, Pakualaman 63, Gondomanan 105,9200 6, Ngampilan 50, , Wirobrajan 147, ,2600 6,0600 1, Gedongtengen 84,4400 8,3200 2,8200 0, Jetis 148, ,7400 0,4800 0, Teglarejo 254, ,0200 8,8200 3,5000 Jumlah 2.890, , , ,9400 Sumber: Badan Pertanahan Kota Yogyakarta, 2011 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa semua kecamatan di Kota Yogyakarta terletak di daratan yang datar. Kecamatan Kraton dan Pakualaman yang merupakan pusat pemerintahan pada zaman Keraton Yogyakarta merupakan dua kecamatan yang semua wilayahnya terletak di lahan yang datar (flat). Kemiringan lereng landai (2-15%) terluas berada di kecamatan Gondokusuman (67,76 ha) dan Umbulharajo (45,04 ha). Lahan dengan kemiringan lereng curam yang terluas berada di Kecamatan Tegalrejo (8,82 ha), Wirobrajan (6,06 ha) dan Danurejan (5,94). Kemiringan lereng akan sangat berpengaruh terhadap perancangan sistem drainase, karena sifat air yang mengalir menuju tempat yang rendah mengikuti hukum grafitasi. Lahan dengan 18 18

4 kemiringan datar akan membuat perencanaan drainase dan pembuangan limbah menjadi lebih kompleks karena air cenderung sulit mengalir di tempat datar. Sebagian wilayah Kota Yogyakarta berada pada ketinggian kurang dari 100 meter dpa (1.657 Ha), sementara sisanya sebesar Ha berada pada ketinggian antara meter dpa. Kecamatan yang semua wilayahnya terletak pada ketinggian diatas m merupakan kecamatan yang terletak di bagian utara Kota Yogyakarta. Hal tersebut dikarenakan Kota Yogyakarta merupakan dataran lereng gunung merapi yang terletak di bagian utara. Wilayah yang memiliki ketinggian 100 m 700 m dari permukaan laut tersebut berada di kecamatan Mergangsan, Gondokusuman, Danurejan, Pakualaman, Gedongtengen, Jetis dan Tegalrejo. Sedangkan kecamatan yang terletak semua wilayahnya berada pada di ketinggian m dpa adalah kecamatan Mantrijeron dan Kraton. Data ketinggian wilayah secara lengkap tersaji pada Tabel berikut: Tabel Luas Wilayah Kota Yogyakarta Berdasarkan Ketinggian No Kecamatan Ketinggian m m 1 Mantrijeron 261, Kraton 140, Mergangsan 202, , Umbulharjo 604, , Kotagede 302,4915 4, Gondokusuman 0 399, Danurejan 0 110, Pakualaman 0 63, Gondomanan 41, , Ngampilan 30, , Wirobrajan 72, , Gedongtengen 0 96, Jetis 0 170, Teglarejo 0 291,0000 Jumlah 1.657, ,6891 Sumber : Badan Pertanahan Kota Yogyakarta, 2011 Keberadaan Gunung Merapi juga berpengaruh terhadap jenis tanah Kota Yogyakarta. Jenis tanah yang terdapat di Kota Yogyakarta adalah tanah regosol yang terbentuk dari 19 19

5 muntahan abu vulkanik gunung merapi. Kota Yogyakarta terletak di formasi batuan Sedimen Old Andesit. Karena Kota Yogyakarta rata-rata berada pada ketinggian kurang dari 100 m dpl, maka keberadaan air tanah relatih banyak. Berikut disajikan data terkait ketersediaan air tanah pada tabel berikut ini. Tabel Kondisi Air Tanah Kota Yogyakarta Tahun Air Baku Utama Produksi Debit Hasil lt/det 2004 Air Tanah , Air Tanah , Air Tanah , Air Tanah , * Air Tanah ,78 Sumber : Data Fungsi Kota Yogyakarta Tahun 2010 Berdasarkan pengamatan di lima stasiun pengamatan hujan Kota Yogyakarta mengalami musim hujan dengan curah hujan yang besar terjadi pada bulan Oktober sampai dengan Bulan Maret setiap tahunnya, seperti terlihat pada tabel 2.54 di bawah ini. Tabel Data Klimatologi dan Curah Hujan di Lima Stasiun Hujan Kota Yogakarta BULAN KB DONGKELAN PDAM Nitikan Tegalrejo RATA-RATA JML JML JML JML JML JML JML JML JML JML (mm) (hh/rd ) (mm) (hh/rd) (mm) (hh/rd ) (mm) (hh/rd) (mm) (hh/rd ) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November

6 BULAN KB DONGKELAN PDAM Nitikan Tegalrejo RATA-RATA JML JML JML JML JML JML JML JML JML JML (mm) (hh/rd ) (mm) (hh/rd) (mm) (hh/rd ) (mm) (hh/rd) (mm) (hh/rd ) Desember Jumlah Sumber : Data Fungsi Kota Yogyakarta Tahun Administratif Secara administratif, Kota Yogyakarta merupakan ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang memiliki memiliki batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat : Kabupaten Sleman : Kabupaten Bantul dan Sleman : Kabupaten Bantul : Kabupaten Bantul dan Sleman 21 21

7 Gambar Peta Pembagian Wilayah Administrasi Kota Yogyakarta 22 22

8 Kota Yogyakarta meliputi 14 kecamatan dan 614 kelurahan, 614 RW, dan 2524 RT Kecamatan Umbulharjo merupakan kecamatan yang memiliki wilayah paling luas yaitu 8,12 km 2 atau sebesar 24,98% dari luas Kota Yogyakarta. Kecamatan Umbulharjo merupakan dengan kecamatan dengan jumlah kelurahan terbanyak, yaitu sebanyak 7 kelurahan. Selain Kecamatan Umbulharjo, kecamatan dengan jumlah kelurahan terbanyak berikutnya adalah Gondokosuman (3,99 ha) dengan 5 kelurahan. Kecamatan yang memiliki luasan terkecil adalah Kecamatan Pakualaman dengan luas 0,63 km 2 atau sebesar 1,94% dari total wilayah Yogyakarta, dan meliputi 2 kelurahan. Selain Kecamatan Pakualaman, kecamatan lain yang memiliki luas wilayah yang kecil adalah Gondomanan (1,12 km 2 ), Ngampilan (0,82 km 2 ) dan Gedongtengen (0,96 km 2 ). Lebih lengkapnya tentang luas dan pembagian wilayah administrasi Kota Yogyakarta dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel Nama, Luas Wilayah per-kecamatan dan Jumlah Kelurahan No Kecamatan Kelurahan Luas area Luas Wilayah Jumlah Jumlah (km2) (%) RW RT 1 Mantrijeron 3 2,61 8, Kraton 3 1,40 4, Mergangsan 3 2,31 7, Umbulharjo 7 8,12 24, Kotagede 3 3,07 9, Gondokusuman 6 3,99 12, Danurejan 3 1,10 3, Pakualaman 2 0,63 1, Gondomanan 2 3,99 12, Ngampilan 2 0,82 2, Wirobrajan 3 1,76 5, Gedongtengen 2 0,96 2, Jetis 3 1,70 5, Teglarejo 4 2,91 8, Jumlah 45 32,50 100, Sumber : RPJMD Kota Yogyakarta Tahun

9 2.2. Demografi Jumlah penduduk Kota Yogyakarta berdasarkan perhitungan tahun 2010 adalah sebesar jiwa, yang terdiri dari jiwa berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Dengan luas wilayah sebesar 32,50 km2, kepadatan penduduk rata-rata kota Yogya adalah sebesar jiwa per kilometer persegi. Lebih lengkapnya data jumlah dan kepadatan penduduk Kota yogyakarta tahun 2011, dapat dilihat dalam Tabel berikut : Tabel A. Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Kota Yogyakarta Tahun 2011 No. Kecamatan Luas Wilayah (km2) Jumlah Penduduk laki laki Jumlah penduduk perempuan Jumlah penduduk Kepadatan Penduduk (jiwa/km 2 ) 1 Mantrijeron 2, Kraton 1, Mergangsan 2, Umbulharjo 8, Kotagede 3, Gondokusuman 3, Danurejan 1, Pakualaman 0, Gondomanan 1, Ngampilan 0, Wirobrajan 1, Gedongtengen 0, Jetis 1, Teglarejo 2, Jumlah 32, Sumber : Kota Yogyakarta Dalam Angka Tahun 2011 Kecamatan Umbulharjo merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk tertinggi, yaitu sebesar jiwa. Kecamatan berikutnya yang memiliki jumlah penduduk besar adalah Kecamatan Gondokusuman dengan jiwa, dan Kecamatan Tegalrejo dengan jiwa. Besarnya jumlah penduduk di 4 kecamatan tersebut disebabkan karena luasnya wilayah administrasi kecamatan tersebut. Kecamatan Umbulharjo, Gondokusuman, dan Tegalrejo merupakan 3 kecamatan dengan luas wilayah paling 24 24

10 besar. Kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di kecamatan dengan luas wilayah terkecil, yaitu kecamatan pakualaman dengan jumlah penduduk jiwa. Kecamatan lainnya yang memiliki jumlah penduduk kecil adalah kecamatan Gondomanan ( jiwa) dan Ngampilan ( jiwa). Gambar Peta Jumlah Penduduk Kota Yogyakarta tahun 2011 Kepadatan penduduk Kota Yogyakarta tahun 2011 adalah jiwa/km 2. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di kecamatan Ngampilan yaitu sebesar jiwa/km 2. Kecamatan lain dengan kepadatan penduduk tinggi adalah kecamatan Gedongtengen ( jiwa) dan Danurejan ( jiwa). Keberadaan pusat perdagangan dan wisata Kota Yogyakarta yaitu kawasan Malioboro, Pasar Beringharjo dan Kraton yang dekat dengan tiga kecamatan tersebut, membuat penduduk memilih ketiga kecamatan tersebut menjadi tempat bermukim. Sedangkan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk rendah adalah kecamatan Umbulharjo dengan kepadatan jiwa/km 2, dan kecamatan Kotagede dengan jiwa/km

11 Gambar Peta Tingkat Kepadatan Penduduk Kota Yogyakarta tahun 2011 Laju pertumbuhan penduduk kota yogyakarta tahun 2010 adalah minus 2,24%. Menurunnya pertumbuhan penduduk Kota Yogyakarta dapat disebabkan karena beberapa hal. Migrasi penduduk yang tinggi ke Kabupaten lain di sekitar Kota Yogya dapat menjadi penyebab utama. Kepadatan penduduk yang tinggi, dan mahalnya harga lahan di Kota Yogyakarta, dan mudahnya akses menuju dan keluar Kota Yogya membuat keluarga baru memilih untuk bertempat tinggal di luar Kota Yogyakarta, seperti kabupaten Sleman, dan Bantul. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya jumlah perumahan baru di Kabupaten Sleman dan Bantul dalam 2 dasawarsa terakhir. Keberhasilan pemerintah kota yogyakarta menekan laju pertumbuhan penduduk juga disebabkan suksesnya implementasi programa keluarga berencana. No 1 2 Tabel B. Pertumbuhan Penduduk Kota Yogya Tahun Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan penduduk (jiwa/km2) , ,72 Pertumbuhan penduduk (%) 26 26

12 No Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan penduduk (jiwa/km2) , , , , , * ,24 *Proyeksi penduduk Sumber: Kota Yogyakarta Dalam angka 2011 Pertumbuhan penduduk (%) Dalam jangka waktu 5 tahun ke depan, dengan asumsi angka pertumbuhan penduduk masih berada pada angka -2,24%. Jumlah penduduk kota Yogyakarta akan menurun menjadi dengan kepadatan jiwa/km2. Perhitungan proyeksi jumlah pertumbuhan penduduk dilakukan dengan menggunakan metode geometrik (bunga berganda). Asumsi yang digunakan dalam penentuan metode tersebut adalah laju pertumbuhan penduduk sama untuk setiap tahunnya. Berikut ini adalah rumus yang digunakan dalam proyeksi penduduk : Keterangan : Pn Po r n Pn = Po (1+r) n = jumlah penduduk pada tahun n = jumlah penduduk pada tahun o = pertumbuhan penduduk = periode waktu dalam tahun 2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah Realisasi APBD Sumber pendapatan daerah terdiri dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Dalam perencanaan APBD terdapat target pendapatan daerah yang merupakan capaian yang harus diperoleh, sedangkan pada akhir tahun anggaran, diketahui realisasi penerimaan atas pendapatan daerah. Berdasarkan data tahun 2010, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Yogyakarta dalam realisasinya mampu menyumbangkan sebesar 22% dari total realisasi pendapatan daerah. Sementara porsi terbesar berasal dari Dana Perimbangan sebesar 59,43% 27 27

13 dari total pendapatan daerah, sedangkan sisanya merupakan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah sebesar 18,57%. Proporsi Dana Perimbangan cenderung menurun dari tahun Pada tahun 2007, proporsi Dana Perimbangan mencapai 71,33% dan pada tahun 2010 turun menjadi 59,43%. Penurunan proporsi dana perimbangan ini belum menunjukkan kemandirian daerah. Penurunan proporsi dana perimbangan yang relatif besar tidak diikuti peningkatan proporsi PAD yang sebanding. Selama tahun , pergeseran proporsi PAD hanya berkisar 3,4%. Proporsi PAD pada tahun 2007 adalah sebesar 18,5% dan pada tahun 2010 menjadi 22%. Pergeseran proporsi pendapatan yang signifikan bersumber dari Lain-lain Pendapatan Yang Sah. Pada tahun 2007, proporsinya hanya sebesar 10,13% dan pada tahun 2010 mencapai 18,57%. Pergeseran yang besar ini disebabkan karena adanya peningkatan Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus terkait dengan dana transfer daerah untuk tunjangan profesi guru PNSD dan tambahan penghasilan untuk guru PNSD. Pendapatan Daerah Kota Yogyakarta mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Selama tahun , rata-rata pertumbuhannya mencapai 9,83%/tahun. Pertumbuhan yang tertinggi adalah Lain-lain Pendapatan Yang Sah, yang rata-rata pertumbuhannya mencapai 34,39%/tahun. Tingginya pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan pendapatan dari Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus serta Pendapatan Hibah. Sementara itu, pertumbuhan PAD dan Dana Perimbangan masingmasing sebesar 16,29%/tahun dan 3,34%/tahun

14 Gambar Realisasi Pendapatan Daerah Kota Yogyakarta Tahun

15 Tabel Ringkasan Realisasi Pendapatan Daerah Kota Yogyakarta Tahun Uraian Rp % Rp % Rp % Rp % Pertumbuhan PENDAPATAN ASLI DAERAH , , , ,00 16,29 1. Pajak , , , ,60 12,62 2. Retribusi , , , ,95 3,33 3. Hasil perusahaan daerah , , , ,35 7,89 4. Lain lain PAD , , , ,10 39,51 DANA PERIMBANGAN , , , ,43 3,34 1. Dana bagi hasil pajak & Bukan Pajak , , , ,27 16,89 2. Dana Alokasi Umum (DAU) , , , ,49 2,70 3.Dana Alokasi Khusus (DAK) , , , ,67-20,23 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG , , , ,57 34,39 SAH 1. Pendapatan Hibah , , , ,70 30,10 2. Dana Darurat , Dana bagi hasil Pajak dari Propinsi dan Pemerintah daerah lainnya , , , ,01 9,24 30

16 Uraian Rp % Rp % Rp % Rp % Pertumbuhan 4. Dana Penyesuaian & otonomi kusus , , , ,98 203,23 5. Bantuan Keuangan dr Prop/ Pemda Lainya , , , ,89-22,55 PENDAPATAN DAERAH , , , ,00 9,82 Sumber: Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta 31

17 Anggaran sanitasi dan belanja modal sanitasi di Kota Yogyakarta lebih difokuskan pada sub sektor Air Limbah, Drainase, dan Persampahan. Total anggaran yang dialokasikan Kota Yogyakarta dalam 5 tahun terakhir sebesar ,00 rupiah. Proporsi Belanja Modal Sanitasi terhadap Belanja Total APBD Kota Yogyakarta dalam 5 tahun sebesar 2,74. Anggaran sanitasi terbesar dialokasikan untuk penanganan drainase kota baik dari pengadaan/pembuatan, peningkatan maupun pemeliharaan. Total anggaran yang dialokasikan untuk sub sektor drainase di Kota Yogyakarta sebesar ,00 rupiah. Sedangkan untuk penanganan sanitasi terkait dengan air limbah, anggaran akan direncanakan pada pelaksanaan tahun ke 3 dan seterusnya. Oleh karena itu, anggaran untuk sub sektor air limbah lebih kecil jika dibandingkan dengan anggaran untuk sub sektor sanitasi yang lain, yaitu sebesar ,00 rupiah. Berdasarkan hasil perhitungan total belanja modal sanitasi dan jumlah penduduk di Kota Yogyakarta, maka dapat diketahui rata-rata belanja modal sanitasi per penduduk, yaitu ,00 rupiah. Keterangan belanja modal sanitasi di Kota Yogyakarta dalam 5 (lima) tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini. 32

18 Tabel Ringkasan Anggaran Sanitasi dan Belanja Modal Sanitasi Per Penduduk 5 (Lima) Tahun Terakhir No Subsektor/SKPD A Air Limbah , , ,00 B Persampahan , , , , ,00 C Drainase , , , , ,00 D 1 DPU Pengairan , , , PU-CK KLH , , , , ,00 4 Kimtaru , , , , ,00 Aspek PHBS (pelatihan, sosialisasi, komunikasi, pendampingan) E Total Belanja Modal Sanitasi (A s/d D) , , , , ,00 F Total Belanja Modal Sanitasi dari APBD murni (bukan pendamping) G Total Belanja APBD H Proporsi Belanja Modal Sanitasi terhadap Belanja Total (9:10x100%) 2,97 3,30 2,94 1,71 - I Jumlah penduduk J Belanja Modal Sanitasi per penduduk (E:I) Sumber: Dinas Kimpraswil Kota Yogyakarta , , , , ,52 33

19 Peta Kapasitas Fiskal Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 54/PMK.07/2012 tentang Indeks Fiskal dan Kemiskinan Daerah dalam rangka Perencanaan Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2013, maka dapat diketahui bahwa Kota Yogyakarta mempunyai Indeks Kapasitas Fiskal sebesar 0,73 dengan kategori Tingkat Penyediaan DDUB (Dana Daerah untuk Urusan Bersama) RENDAH. Sedangkan pada tahun 2011, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 244/PMK.07/2011, maka Kota Yogyakarta mempunyai Indeks Kapasitas Fiskal sebesar 0,3719 yang tergolong dalam Kategori RENDAH. Tabel Data Kapasitas Fiskal Kota Yogyakarta No Tahun Indeks Kapasitas Fiskal Kategori Kebijakan ,8156 SEDANG 129/PMK.02/ ,7493 SEDANG 73/PMK.02/ ,4947 RENDAH ,3719 RENDAH 244/PMK.07/ ,73 RENDAH 54/PMK.07/2012 Sumber: Menteri Keuangan Republik Indonesia Peta Kapsitas fiskal yang diputuskan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan nomor 129/PMK.02/2005 Kota Yogyakarta mempunyai Indeks Kapasitas Fiskal 0,8156 dengan Kategori SEDANG dan Peta Kapasitas Fiskal berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 73/PMK.02/2006 mempunyai Indeks Kapasitas Fiskal 0,7493 dengan Kategori SEDANG. Pada tahun 2007, Kota Yogyakarta mempunyai Indeks Kapasitas Fiskal 0,4947 dengan kategori RENDAH Pertumbuhan PDRB Pada bagian ini adalah untuk melihat nilai dan kontribusi sektor dalam PDRB Kota Yogyakarta selama 5 (lima) tahun kebelakang. Yaitu mulai tahun 2007 hingga tahun Nilai dan kontribusi sektor dalam PDRB Kota Yogyakarta dilihat berdasarkan harga konstan dan harga berlaku. Berdasarkan nilai dan kontribusi sektor dalam PDRB Kota Yogyakarta yang didasarkan harga konstan, sektor perdagangan, hotel dan restauran adalah sektor yang memberikan 34

20 sumbangan yang terbesar bagi PDRB Kota Yogyakarta. Pada tahun 2007 sektor ini memberikan sumbangan sebesar 24,88% dengan nilai Rp ,- dan meningkat menjadi 25,49% dengan nilai Rp ,- pada tahun Sedangkan sektor-sektor lain yang memberikan sumbangan yang besar bagi PDRB yaitu sektor jasa-jasa (20,63% pada tahun 2010), sektor pengangkutan dan komunikasi (19,83% pada tahun 2007) dan sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan (14% pada tahun 2010). Dilain pihak terdapat pula sektor yang mengalami penurunan sumbangannya terhadap PDRB Kota Yogykarta. Sektor tersebut adalah sektor pertanian. Pada tahun 2007 sumbangan sektor pertanian sebesar 0,4% dan pada tahun 2010 menurun menjadi 0,32%. Penurunan ini disebabkan karena semakin menyempitnya lahan pertanian di Kota Yogyakarta sehingga produksi hasil pertanian juga semakin menurun. Sektorsektor lain yang mengalami penurunan sumbangan terhadap PDRB antara laian sektor pertambangan dan penggalian (0% pada tahun 2010) dan sektor industri pengolahan (0,01% pada tahun 2010). Terkait dengan nilai dan kontribusi sektor dalam PDRB, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel A. Data Perekonomian Umum Daerah Nilai dan Kontribusi dalam PDRB Berdasarkan Harga Konstan Kota Yogyakarta Tahun (juta rupiah) Sektor (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % Pertanian , , , ,32 Pertambangan & penggalian 279 0, , , Industri pengolahan , , , ,01 Listrik,gas & air bersih , , , ,25 Konstruksi , , , ,66 Perdagangan, hotel & restoran Pengangkutan & komunikasi Keuangan, sewa, & jasa Perusahaan , , , , , , , , , ,

21 Sektor (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % Jasa-jasa , , , ,63 PDRB Sumber : BPS Kota Yogyakarta, 2010 Sedangkan untuk nilai dan kontribusi sektor dalam PDRB yang didasarkan pada harga berlaku, sektor jasa-jasa adalah sektor yang memberikan sumbangan terbesar yaitu24,63% pada tahun 2007 dengan nilai Rp ,- dan meningkat menjadi 24,86% pada tahun 2010 dengan nilai Rp ,-. Dan sektorsektor lain yang memberikan sumbangan yang besar terhadap PDRB Kota Yogyakarta yang didasarkan pada harga berlaku adalah sektor perdagangan, hotel dan restauran (23,75% pada tahun 2010), serta sektor pengangkutan dan komunikasi (15,69% pada tahun 2010). Sumbangan PDRB terendah berdasarkan harga berlaku berasal dari sektor pertambangan dan penggalian yaitu 0,01% pada tahun 2007 dengan nilai sebesar Rp ,- dan pada tahun 2010 dengan persentase yang sama yaitu 0,01% dengan nilai Rp ,-. Dan sektor-sektor lain yang mengalami penurunan yaitu sektor pertanian (0,28% pada tahun 2010), sektor industri pengolahan (10,05% pada tahun 2010) dan sektor konstruksi (7,97% pada tahun 2010). Berikut ini tabel nilai dan kontribusi dalam PDRB berdasarkan harga berlaku Kota Yogyakarta sebagai berikut: Tabel B. Data Perekonomian Umum Daerah Nilai dan Kontribusi dalam PDRB Berdasarkan Harga Berlaku Kota Yogyakarta Tahun (juta rupiah) Sektor (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % Pertanian , , ,28 Pertambangan & penggalian Industri pengolahan Listrik,gas & air bersih 497 0, , , , , , , , , , , ,84 Konstruksi , , , ,97 36

22 Sektor (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % Perdagangan, hotel & restoran Pengangkutan & komunikasi Keuangan, sewa, & jasa Perusahaan , , , , , , , , , , , ,39 Jasa-jasa , , , ,86 PDRB Sumber : BPS Kota Yogyakarta, 2010 Sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah sektor penyumbang PDRB terbesar di Kota Yogyakarta. Dan keberadaan sektor ini tersebar hampir diseluruh kecamatan di Kota Yogyakarta. Jika melihat sumbangan PDRB pada setiap kecamatan di Kota Yogyakarta, maka, masing-masing kecamatan memiliki nilai dan kontribusi yang berbeda beda terhadap PDRB Kota Yogyakarta. Berdasarkan pada harga konstan dan harga berlaku, Kecamatan Umbulharjo adalah kecamatan yang memberikan sumbangan yang besar bagi PDRB Kota Yogyakarta. Sektor yang berkembangan pesat di Kecamatan Umbulharjo antara lain sektor jasa, sektor pengangkutan dan telekomunikasi, sektor bangunan, serta sekto keuangan, sewa dan jasa perusahaan. Kecamatan Umbulharjo berdasarkan harga berlaku pada tahun 2007 menyumbang 23,089% sedangkan pada tahun 2010 sebesar 23,086%. Dan untuk kecamatan lain yang memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB Kota Yogyakarta yaitu Kecamatan Gondokusuman ( 17,151% pada tahun 2010) dan Kecamatan Danurejan (9,109% pada tahun 2010). Sedangkan untuk pertumbuhan PDRB Kota Yogyakarta dari tahun 2007 cenderung meningkat yaitu 4,37% pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 4,98% pada tahun Berikut ini tabel distribusi PDRB per kecamatan terhadap total PDRB Kota Yogyakarta, tabel pertumbuhan PDRB per kecamatan Kota Yogyakarta dan tabel pertumbuhan perkapita Kota Yogyakarta. 37

23 Tabel Tabel C. Data Perekonomian Umum Daerah Distribusi PDRB per Kecamatan Terhadap Total PDRB Kota Yogyakarta Tahun (juta rupiah) No Kecamatan Sumber : BPS Kota Yogyakarta, 2010 PDRB HB (%) HK (%) HB (%) HK (%) HB (%) HK (%) HB (%) HK (%) 1 Mantrijeron 4,992 4,948 4,987 4,916 5,007 4,883 4, Kraton 2,6 2,61 2,572 2,595 2,563 2,574 2,584 2,585 3 Mergangsan 4,747 4,799 4,759 4,804 4,796 4, Umbulharjo 23,089 22,488 23,093 22,316 23,086 22,13 23,020 22,512 5 Kotagede 4,469 4,391 4,485 4,417 4,516 4, ,390 6 Gondokusuman 17,106 17,052 16,959 17,177 16,929 17,192 16,584 17,151 7 Danurejan 8,387 8,698 8,63 8,916 8,638 9,078 8,790 9,109 8 Pakualaman 1,221 1,253 1,207 1,25 1,219 1,258 1,222 1,251 9 Gondomanan 7,756 8,312 7,627 8,482 7,418 8,576 7,352 8, Ngampilan 2,431 2,514 2,221 2,225 2,243 2,206 2,259 2, Wirobrajan 5,966 5,892 5,931 5,839 5,911 5,785 5,812 5., Gedongtengen 4,121 3,994 4,25 4,076 4,318 4,135 4,343 4, Jetis 7,757 7,64 7,867 7,706 7,902 7,744 7,920 7, Tegalrejo 5,358 5,321 5,412 5,281 5,454 5,269 5,743 5,306 Kota Yogyakarta Tabel D. Data Perekonomian Umum Daerah Tabel Persentase Pertumbuhan PDRB per Kecamatan Kota Yogyakarta Tahun No Kecamatan Pertumbuhan PDRB 2007 (%) 2008 (%) 2009 (%) 2010 (%) 1 Mantrijeron 3,95 4,03 3,95 4,58 2 Kraton 4,95 4,69 4,95 5,42 3 Mergangsan 4,34 5,08 4,34 5,51 4 Umbulharjo 3,83 4,02 3,83 5,08 5 Kotagede 3,73 3,01 3,73 5,39 6 Gondokusuman 5,01 5,32 5,01 4,73 7 Danurejan 4,27 7,80 4,27 5,33 8 Pakualaman 4,62 5,03 4,62 4,40 9 Gondomanan 7,07 7,30 7,07 4,78 10 Ngampilan 2,45 2,91 2,45 5,34 11 Wirobrajan 4,57 3,85 4,57 4,16 38

24 12 Gedongtengen 4,79 7,37 4,79 4,75 13 Jetis 4,73 6,07 4,73 4,83 14 Tegalrejo 2,97 3,67 2,97 5,71 Kota Yogyakarta 4,47 5,12 4,47 4,98 Sumber : Data PDRB per Kecamatan Tabel Pertumbuhan Perkapita per Kecamatan Kota Yogyakarta Tahun No Kecamatan Pertumbuhan PDRB Mantrijeron 6392,8 6392,8 6752, ,4 2 Kraton 5590,2 5590,2 5922, ,2 3 Mergangsan , Umbulharjo 13712, , , ,4 5 Kotagede 66001, ,1 6993, ,6 6 Gondokusuman 14878, , , ,9 7 Danurejan 18572, , ,50 27,343 8 Pakualaman 4968,2 4968,2 5709, ,9 9 Gondomanan 25126, , , ,1 10 Ngampilan 5998,7 5998,7 5661, ,7 11 Wirobrajan 9207,5 9207,5 9579, ,3 12 Gedongtengen 9450,4 9450, , ,4 13 Jetis 12231, , , ,3 14 Tegalrejo 6320,2 6320,2 6618, ,8 Kota Yogyakarta 10588, , , ,8 Sumber : Data PDRB per Kecamatan Tata Ruang Wilayah Kota Yogyakarta merupakan kawasan perkotaan dengan potensi pendidikan, pariwisata dan pelayanan jasa serta perdagangan, telah ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Sistem pusat-pusat pelayanan untuk Kota Yogyakarta direncanakan membentuk pusat kota, subpusat kota, dan pusat pelayanan lingkungan. Pusat Kota berlokasi di kawasan Kecamatan Danurejan, Kecamatan Gedongtengen, dan Kecamatan Gondomanan, subpusat kota tersebar di seluruh kecamatan dimana masing-masing kecamatan memiliki satu subpusat, sedangkan pusat pelayanan lingkungan tersebar di seluruh kelurahan dan sekitar kawasan permukiman. 39

25 Secara umum pola ruang Kota Yogakarta terdiri dari tiga kawasan antara lain kawasan lindung, kawasan budidaya dan kawasan strategis. Tabel Fungsi Pelayanan pada Tiap Kecamatan di Kota Yogyakarta No Kecamatan Fungsi pelayanan A B C D E F G H 1 Keraton Wisata Budaya/Sub Pusat Kota 2 Mantrijeron Sub Pusat Kota 3 Mergangsan Sub Pusat Kota 4 Umbulharjo Pusat Administrasi Kota 5 Kotagede Sub Pusat Kota 6 Gondokusuman Sub Pusat Kota 7 Ngampilan Sub Pusat Kota 8 Pakualaman Sub Pusat Kota 9 Gondomanan Pusat Kota 10 Danurejan 11 Gedongtengen 12 Wirobrajan Sub Pusat Kota 13 Jetis Sub Pusat Kota 14 Tegal Rejo Sub Pusat Kota Sumber : RTRW Kota Yogyakarta Keterangan : A. Pusat administrasi Provinsi B. Pusat administrasi kota/kecamatan C. Pusat perdagangan, jasa dan pemasaran D. Pusat pelayanan sosial (kesehatan, agama dll) E. Pusat produksi pengolahan F. Pusat perhubungan dan komunikasi G. Pusat pendidikan H. Pusat Jika melihat pada aspek kebencanaan, Kota Yogyakarta sangat rawan terkena dampak bencana sekunder berupa aliran lahar dari Gunung Api Merapi. Gunung api Merapi terletak pada persilangan sesar utama Jawa dengan arah utara-selatan dan timur-barat sehingga menjadi salah satu gunung teraktif didunia, dengan periode letusan 2-7 tahun. Kota Yogyakarta dilewati oleh 3 sungai yang berhulu di Gunung Api Merapi dan sungai ini membelah Kota Yogyakarta. oleh karena itu, jika aktivitas Gunung Merapi sedang meningkat maka ke tiga sungai ini berpotentensi terjadi banjir lahar. Kondisi di eksisting dilapangan di sepanjang tiga sungai ini banyak permukiman penduduk, sehingga sangat rawan terjadi bencana banjir lahar. Potensi kebencanaan lainnya adalah terkait dengan sebelah selatan Pulau Jawa yang merupakan daerah pertemuan antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. 40

26 Tabrakan lempeng ini dapat menimbulkan berbagai dampak antara lain gempa bumi, tsunami dan longsor. Bagi Kota Yogyakarta, posisi ini menyebabkan Kota Yogyakarta sangat rawan untuk terjadi bencana gempa bumi jika terjadi tabrakan antar lempeng. Sektor transportasi merupakan sektor terbesar di Kota Yogyakartayang memberikan kontribusi terhadap pencemaran udara. Terjadinya kemacetan lalu lintas, menyebabkan turunnya efisiensi penggunaan bahan bakar yang mengakibatkan peningkatan kadar CO (Carbon monoksida) di udara ambient atau udara bebas. Besarnya kontribusi emisi sektor ini tidak saja ditentukan oleh volume lalu lintas dan jumlah kendaraan, tetapi juga oleh pola lalu lintas dan sirkulasinya di dalam kota, khususnya di daerah-daerah pusat kota dan perdagangan. Berdasarkan pada potensi bencana Kota Yogyakarta, maka didalam RTRW Kota Yogyakarta tahun , maka ditetapkan rencana kawasan rawan bencana sebagai berikut. 1. Kawasan rawan longsor Arahan pengelolaan kawasan kritis rawan longsor pada prinsipnya dilakukan untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana. Arahan tersebut antara lain sebagai berikut : Pengendalian kegiatan budidaya di sekitar kawasan kritis rawan bencana longsor Mengontrol pemanfaatan lahan pada daerah-daerah yang berlereng curam serta mengupayakan tidak membangun rumah pada daerah-daerah tebing yang rawan longsor. Membuat tanggul pengaman pada daerah-daerah yang rawan longsor, atau pada bagian lereng yang dipotong untuk pembuatan jalan. Rehabilitasi lahan dan konservasi tanah pada kawasan bencana tanah longsor dengan tanaman tahunan yang sekaligus dijadikan sebagai kawasan hijau (Hutan Kota/ jalur hijau). Selain itu pada kawasan-kawasan eksisting yang sangat rawan terhadap bahaya tanah longsor khususnya pada kawasan perumahan dan permukiman diarahkan untuk direlokasi ke kawasan lain yang aman dari bahaya terjadinya bencana. Adapun kawasan-kawasan yang diarahkan untuk direlokasi adalah kawasan perumahan dan permukiman yang berada di perbukitan yang ada di pinggir Sungai Code, Gajahwong dan Winongo. 2. Kawasan rawan gempa bumi 41

27 Rencana Pengelolaan Kawasan Rawan Gempa sebagai berikut. Mengupayakan pembangunan gedung dengan konstruksi tahan gempa. Membangun sistem peringatan dini bahaya tsunami. Membangun fasilitas-fasilitas evakuasi yang sangat berguna bila terjadi gempa maupun tsunami. Kawasan-kawasan rawan akan bencana gempa adalah kawasan di bagian selatan Kota Yogyakarta seperti di Kawasan-kawasan Keraton bagian selatan, Kawasan Kecamatan Mergangsan dan Kecamatan Umbulharjo. Kawasan untuk penanggulangan gempa apabila terjadi gempa di wilayah Kota Yogyakarta atau Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta diarahkan ke Kota Yogyakarta Bagian Barat atau timur yaitu di kawasan Kecamatan Tegal Rejo dan Kecamatan Umbulharjo. 3. Kawasan rawan banjir Arahan pengelolaan kawasan rawan banjir dapat diuraikan sebagai berikut: Pengendalian pemukiman di kawasan sempadan sungai Code, Gajahwong dan Winongo dan pengendalian larian air hujan di wilayah rendah. Melakukan pemeliharaan seluruh saluran drainase berupa pembersihan dari sampah dan memperbaiki struktur saluran. Membangun bangunan pengendali banjir seperti tanggul dan membangun saluran primer dan sekunder di wilayah-wilayah yang biasanya terkena banjir dan menghindari daerah lainnya dari kemungkinan tergenang. Melakukan pengerukan endapan, serta perelokasian kawasan terbangun (permukiman/ jasa dan niaga) yang mengganggu fungsi sungai. Mempertahankan keberadaan kolam air (kolam tandon) dan melakukan perluasan dan pembersihan lahan dari gangguan-gangguan. Meningkatkan pemahaman masyarakat berupa berbagai penyuluhan atau melalui media mengenai pentingnya keberadaan sungai/badan air. Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai dengan mengarahkan kegiatan untuk mengembalikan fungsi kawasan tersebut Perlu ditetapkan PERDA sempadan sungai. Koordinasi antar instansi terkait di wilayah Pemda Kota Yogyakarta, Pemda Kabupaten Sleman dan Bantul untuk menjaga kawasan hutan lindung, kawasankawasan resapan air dan pengadaan jalur hijau. 42

28 4. Kawasan rawan polusi udara Arahan pengelolaan kawasan rawan polusi udara Kota Yogyakarta sebagai berikut : Membangun Hutan Kota di lahan reklamasi dengan menggunakan tanamantanaman yang sesuai, seperti : pohon Bitung (Baringtonia sp) dan pohon Bahu (Hibiscus tiliacus). Memanfaatkan ruang-ruang yang terbuka menjadi Ruang Terbuka Hijau dengan memanfaatkan tanaman yang mampu menyerap polutan antara lain Cemara Kipas (Thuja orientalis). Menjadikan suatu persyaratan bagi bangunan-bangunan baru untuk menyediakan lahan tidak terbangun untuk dijadikan taman dan bagi bangunan-bangunan lama untuk dapat menyediakannya juga sesuai konsep Kota Yogyakarta: Clean and Green City. Membangun jalur hijau di sepanjang jalan yang masih terbuka (belum ditanami) dengan menggunakan tanaman-tanaman seperti Jamuju (Podocarpus imbricata), Mahoni (Sitenia macrophylla), Angsana dan Cemara Kipas (Thuja orientalis) dan tanaman hias, terutama di Jalan dengan sistem Boulevard dan ruas-ruas jalan lainnya. Meningkatkan fungsi tanaman/tanaman hias sebagai fungsi estetika, fungsi lindung (sebagai penyerap polutan) dan fungsi ekonomi yaitu dengan mendorong sektor swasta yang bergerak di bidang penjualan tanaman/tanaman hias di jalan protokol. 43

29 Buku Putih Sanitasi Kota Yogyakarta Gambar 2.6 Peta Struktur Ruang &Pelayanan Kota Yogyakarta 44

30 Buku Putih Sanitasi Kota Yogyakarta PETA POLA RUANG KOTA YOGYAKARTA Gambar 2.3 Peta Pola Ruang Kota Yogyakarta 45

31 2.5. Sosial dan Budaya Pendidikan A. Jumlah Fasilitas pendidikan, Guru dan Murid Salah satu indikator meningkatnya kualitas pendidikan di suatu wilayah adalah meningkatnya sarana pendidikan seperti sekolahan dan meningkatnya jumlah tenaga pendidik. Di Kota Yogyakarta, jumlah tenaga pendidik untuk jenjang pendidikan TK/RA pada tahun 2007 sebanyak 972 dan pada tahun 2011 menjadi orang. Untuk pendidikan SD/MI pada tahun 2007 sebanyak pada tahun 2011 menurun menjadi orang. Untuk tenaga pendidik SMA/SMK pada tahun 2007 sebanyak dan pada tahun 2011 menjadi orang. Peningkatan jumlah tenaga pendidik juga diikuti dengan meningkatnya jumlah pendidik yang bersertifikat sehingga dapat menghasilkan siswa siswi yang berkualitas dan berprestasi. Rasio jumlah guru dan murid di Kota Yogyakarta tahun 2011 tergolong cukup bagus. Pada tingkat TK/RA, rasio guru dan murid adalah 11,01, menurun dibandingkan tahun 2007 yang lalu yang sebesar 12,05. Perbandingan guru dan murid pada tingkat SD pada tahun 2011 adalah 15,77. Rasio tersebut tidak mengalam perubahan dibandingkan dengan tahun 2007 yang lalu. Pada tingkat SMP/MTS perbandingan guru dan murid mengalami peningkatan, yaitu 11,92 tahun 2007 meningkat menjadi 12,42 tahun Sedangkan pada tingkat SMU/SMK perbandingan murid dan guru mengalami penurunan meskipun kecil yaitu 9,96 pada tahun 2007 menjadi 9,77 pada tahun Data jumlah tenaga guru, jumlah sekolah, murid, dan rasio guru murid dapat diperhatikan dalam Tabel 2. 8 berikut ini: Tabel Data Fasilitas Pelayanan Pendidikan di Kota Yogyakarta Tahun NO. URAIAN Banyaknya sekolah (unit) TAHUN * a. TK/RA b. SD/MI c. SMP/MTs d. SMA/SMK/MA Banyaknya tenaga pendidik/guru a. TK/RA

32 NO. URAIAN TAHUN * b. SD/MI c. SMP/MTs d. SMA/SMK/MA Banyaknya murid/siswa (anak) 3. a. TK/RA b. SD/MI c. SMP/MTs d. SMA/SMK/MA Rasio murid : guru (negeri & swasta) 4. a. TK/RA 12,05 12,48 12,81 11,24 11,01 b. SD/MI 15,78 15,64 15,4 15,83 15,77 c. SMP/MTs 11,92 12,46 12,28 12,29 12,42 d. SMA/SMK/MA 9,96 9,94 9,81 10,37 9,77 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, 2011 * : data hingga juni 2011 B. Angka Partisipasi Murni (APM) Angka partisipasi murni adalah perbandingan penduduk usia antara 7 hingga 18 tahun yang terdaftar sekolah pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun. APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. Berikut disajikan data APM Kota Yogyakarta. Tabel Angka Partisipasi Murni Kota Yogyakarta Tahun No Jenjang Pendidikan SD/MI 128% 126% 122% 119% 2. SMP/MTS 96% 93% 90% 89% 3. SMA/SMK/MA 87% 84% 81% 78% Sumber : Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta,2011 Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa APM Kota Yogyakarta untuk jenjang pendidikan SD pada tahun 2007 sebesar 128% dan pada tahun 2010 mengalami penurunan 9% menjadi 119%. Demikian halnya dengan jenjang pendidikan SMP dimana pada tahun 2007 sebesar 96% dan tahun 2010 menjadi 89%. Sedangkan untuk 47

33 pendidikan SMA, juga mengalami penurunan yaitu pada tahun 2007 sebesar 87% dan pada tahun 2010 menjadi 78%. Oleh karena itu untuk meningkatkan pelayanan pendidikan di Kota Yogyakarta dilakukan beberapa langkah antara lain adanya program Konsultasi Belajar Siswa (KBS) On line secara interaktif melalui media kbs.jogjakarta.go.id, Radio Anak, serta konsultasi langsung bagi siswa pemegang Kartu Menuju Sejahtera (KMS) sebagai media bimbingan belajar bagi siswa serta peningkatan kinerja pembelajaran guru yang bermuara pada peningkatan daya serap siswa melalui program pembelajaran berbasis tekologi informasi (E-learning). Untuk memfasilitasi pelaksanaan program ini, telah dibangun situs jogjacerdas.org yang berisi materi pembelajaran dari jenjang sekolah dasar sampai dengan pendidikan menengah. C. Tingkat Pendidikan Masyarakat Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan kunci dari keberhasilan pembangunan nasional dan daerah. Kualitas sumber daya manusia memililiki pernan yang penting dalam meningkatkan daya saing daerah dan perkembangan investasi daerah. Kualitas tenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk suatu wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya. Kota Yogyakarta adalah kota pendidikan. Kota ini memiliki banyak pilihan untuk menempuh pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Begitu banyaknya pilihan pendidikan di Kota Yogyakarta menjadikan kota ini sebagai kota tujuan untuk menempuh pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan. Meningkatnya kualitas pendidikan suatu kota/kabupaten akan berdampak positif terhadap meningkatnya pembangunan di kota/kabupaten tersebut. Kota yogyakarta sudah lama dikenal sebagai kota pelajar dan kota pendidikan. Hal tersebut dikarenakan budaya belajar yang tinggi dan juga didukung tersedianya fasilitas pendidikan yang cukup bagi masyarakat, seperti guru dan sekolah. Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS pada tahun , sebagian besar masyarakat Yogyakarta merupakan lulusan SMA/SMK, yang lebih baik dari rata-rata tingkat pendidikan nasional, yaitu lulusan SMP/MTS. Tingkat pendidikan masyarakat Kota Yogyakarta beragam. Berikut disajikan tabel tingkat pendidikan masyarakat Kota Yogyakarta tahun 2008 hingga

34 Tabel Tingkat Pendidikan Masyarakat Kota Yogyakarta Tahun No Jenis Pendidikan 2008 (%) 2009 (%) 2010(%) 1 Belum tamat SD 10,67 15,78 15,78 2 SD/sederajat 16,4 18,17 18,17 3 SLTP/sederajat 15,65 16,4 16,4 4 SLTA/sederajat 41,05 37,59 37,59 5 Diploma I/II 1,27 0,89 0,89 6 Akademi/DIII 4,49 3,87 3,87 7 Perguruan tinggi 10,47 7,3 7,3 Sumber : BPS Kota Yogyakarta Berdasarkan tabel tersebut, persentase masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan hingga perguruan tinggi termasuk rendah yaitu 7,3%. Dan persentese terbesar yaitu 37,59% masyarakat Kota Yogyakarta memiliki tingkat pendidikan hingga SLTA. Meskipun demikian pemerintah kota akan terus meningkatkan tingkat pendidikan masyarakatnya hingga menempuh pendidikan tinggi. D. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat di Bidang Pendidikan Dilhat dari pendidikan masyarakat Kota Yogyakarta sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari angka melek huruf yang mendekati 100 % dan rata-rata lama sekolah sudah di atas wajib belajar 9 tahun. Selain itu dilihat dari Angka Partisipasi Kasar menunjukkan bahwa seluruh penduduk usia sekolah sudah menikmati pendidikan dari tingkat SD dan yang sederajat sampai dengan SMA dan yang sederajat. Tabel Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat di Bidang Pendidikan Kota Yogyakarta Tahun No Indikator Pendidikan Angka melek huruf 99,76 99,78 99,81 99,95 Jumlah penduduk usia diatas 15 yang bisa baca/tulis Jumlah penduduk usia tahun keatas 2 Angka rata-rata lama 11,00 11,40 11,50 11,50 sekolah 3 Angka partisipasi kasar Angka partisipasi 142,91 143,29 139,31 137,80 kasar (APK) SD/MI/Paket A 49

35 No Indikator Pendidikan Angka partisipasi kasar (APK) SD/MI/Paket A Angka partisipasi kasar (APK) SMP/MTS/Paket B Angka partisipasi kasar (APK) SMA/SMK/MA/Paket C 4 Angka pendidikan yang ditamatkan Sumber: BPS Kota Yogyakarta (Yogyakarta Dalam Angka) Penduduk Miskin 142,91 143,29 139,31 137,80 125,74 124,97 121,01 120,86 115,33 108,82 106,99 106, Jumlah penduduk miskin di Kota Yogyakarta dari tahun 2007 hingga 2009 secara keseluruhan mengalami penurunan pada masing-masing kecamatan. Ini merupakan capaian yang cukup baik terutama dalam usaha mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara umum pada tahun 2007 hingga 2009, penduduk miskin Kota Yogyakarta terus berkurang dari menjadi Pada tahun 2009 kecamatan yang memiliki jumlah penduduk miskin yang paling banyak dibandingkan dengan kecamatan yang lain adalah Kecamatan Umbulharjo dengan jumlah penduduk. Selanjutnya adalah Kecamatan Tegalrejo dengan jumlah penduduk miskin sebesar penduduk. Berbeda dengan Kecamatan Umbulharjo, penduduk miskin di Kecamatan Pakualaman dan Kecamatan Keraton memiliki jumlah yang rendah dibandingkan kecamatan lainnya. Jumlah penduduk miskin di Kecamatan Pakualaman sebesar 722, sedangkan jumlah penduduk miskin di Kecamatan Keraton sebesar Tabel Jumlah Penduduk Miskin di Kota Yogyakarta No Kecamatan Kelurahan Jumlah Penduduk Miskin Tegalrejo Kricak Karangwaru Tegalrejo Bener Jumlah

36 No Kecamatan Kelurahan Jumlah Penduduk Miskin Jetis Bumijo Cokrodiningratan Gowongan Jumlah Gondokusuman Demangan Kotabaru Klitren Baciro Terban Jumlah Danurejan Suryatmajan Tegalpanggung Bausasran Jumlah Gedongtengen Sosromenduran Pringgokusuman Jumlah Ngampilan Ngampilan Notoprajan Jumlah Wirobrajan Pakuncen Wirobrajan Patangpuluhan Jumlah Mantrijeron Gedongkiwo Suryodiningratan Mantrijeron Jumlah Kraton Patehan Panembahan Kadipaten Jumlah Gondomanan Ngupasan Prawirodirjan Jumlah Pakualaman Purwokinanti Gunungketur Jumlah Mergangsan Keparakan Wirogunan

37 No Kecamatan Kelurahan Jumlah Penduduk Miskin Brontokusuman Jumlah Umbulharjo Semaki Muja Muju Tahunan Warungboto Pandeyan Sorosutan Giwangan Jumlah Kotagede Rejowinagun Prenggan Purbayan Jumlah Total Sumber data : Dinas Sosnakertrans Kota Yogyakarta Penanganan permasalahan Kemiskinan di kota Yogyakarta dilaksanakan melalui program Kartu Menuju Sejahtera (KMS) yang diberikan kepada keluarga miskin dengan parameter tertentu. Di samping itu melalui Program Raskin telah disalurkan beras kepada rumah tangga miskin dengan harga jauh di bawah harga pasaran, yaitu Rp ,00 (seribu enam ratus rupiah) per kilogram serta dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) untuk percepatan penangan kemiskinan di 14 kelurahan percontohan Rumah Tangga Jumlah rumah tangga dan jumlah penduduk di Kota Yogyakarta masih tergolong rendah, hal ini tidak terlepas dari program pemerintah yang giat dalam mensosialisasikan KB guna menekan laju pertumbuhan penduduk. Meskipun demikian, jumlah pendatang dan penduduk yang tinggal di Kota Yogyakarta masih perlu dikendalikan. Hal ini mengantisipasi jumlah penduduk dan rumah tangga agar tidak melonjak dan diluar kontrol pertumbuhan penduduk. Jumlah penduduk dan rumah tangga di Kota Yogyakarta hampir berbanding lurus, seperti halnya Kecamatan Umbulharjo yang memiliki jumlah penduduk dan rumah tangga yang paling tinggi yaitu jiwa dan RT. Besar jumlah penduduk dan rumah tangga yang tinggi ini juga diikuti dengan jumlah penduduk miskin yang ada di kecamatan tersebut. 52

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BAB II GAMBARAN UMUM KOTA 2.1. Geografis Kota Yogyakarta terletak di koordinat 110 24'19"-110 28'53" Bujur Timur dan 07 49'26" 07 15'24" Lintang Selatan. Luas Kota Yogyakarta adalah sekitar 32,5 Km2 atau

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012-2016 PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

Tabel Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2012 Kota Yogyakarta. Sumber: Laporan Studi EHRA Kota Yogyakarta, 2012

Tabel Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2012 Kota Yogyakarta. Sumber: Laporan Studi EHRA Kota Yogyakarta, 2012 BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI 5.1. Area Berisiko Sanitasi Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin, maka ditentukan lokasi studi EHRA dengan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS PUSAT OLAHRAGA PAPAN LUNCUR YANG EDUKATIF DAN REKREATIF DI YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN KHUSUS PUSAT OLAHRAGA PAPAN LUNCUR YANG EDUKATIF DAN REKREATIF DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN KHUSUS PUSAT OLAHRAGA PAPAN LUNCUR YANG EDUKATIF DAN REKREATIF DI YOGYAKARTA 3.1 Tinjauan Kondisi Pusat Olahraga Papan Luncur 3.1.1 Tinjauan Pusat Olahraga Papan Luncur di Yogyakarta Pusat

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 128 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2008 T E N T A N G

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMBENTUKAN, SUSUNAN, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selain itu juga merupakan salah satu tujuan masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. selain itu juga merupakan salah satu tujuan masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yogyakarta dikenal dengan julukan sebagai kota pelajar, kota budaya serta kota pariwisata. Julukan tersebut tersemat bukan tanpa alasan. Salah satunya tentu

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2016 T E N T A N G

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2016 T E N T A N G WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2016 T E N T A N G PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012-2016

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012-2016 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012-2016 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2012

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Mengacu pada dokumen perencanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Yogyakarta tahun 2005-2025 maka Visi Pembangunan Kota Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN. wilayah kecamatan dan 45 wilayah kelurahan yang sebagian besar tanahnya. formasi geologi batuan sedimen old andesit.

BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN. wilayah kecamatan dan 45 wilayah kelurahan yang sebagian besar tanahnya. formasi geologi batuan sedimen old andesit. BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN Deskripsi Kota Yogyakarta a. Geografi Luas wilayah Kota Yogyakarta kurang lebih hanya 1,02 % dari seluruh luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu 32, km2. Terbagi

Lebih terperinci

BAB II. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

BAB II. Gambaran Umum Wilayah Penelitian BAB II Gambaran Umum Wilayah Penelitian A. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta 1. Letak Wiayah Kota Yogyakarta terletak antara 110º24 19-110º28 53 Bujur Timur dan antara 07º49 26-07º15 24 Lintang Selatan,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian mengenai tingkat bahaya dan kerentanan banjir juga pernah dilaksanakan oleh Lusi Santry, mahasiswa jurusan teknik sipil Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI 5.1. Area Berisiko Sanitasi Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin, maka ditentukan lokasi studi EHRA dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN KOTA YOGYAKARTA DAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP YOGYAKARTA

BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN KOTA YOGYAKARTA DAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP YOGYAKARTA BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN KOTA YOGYAKARTA DAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP YOGYAKARTA 2.1 Profil Kota Yogyakarta 2.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta yang meliputi daerah Kasultanan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2007 2011 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 A. LATAR

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta

BAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta BAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta Studio foto sewa di Kota Yogyakarta merupakan wadah bagi fotograferfotografer baik hobi maupun freelance untuk berkarya dan bekerja dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Luas wilayah Kota Yogyakarta adalah 3.25 Ha atau 32,50 km 2 (1,02%

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Luas wilayah Kota Yogyakarta adalah 3.25 Ha atau 32,50 km 2 (1,02% BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Luas wilayah Kota Yogyakarta adalah 3.25 Ha atau 32,50 km 2 (1,02% dari luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus Kota di samping empat daerah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Dibawah ini adalah peta prakiraan cuaca di Indonesia pada awal musim

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Dibawah ini adalah peta prakiraan cuaca di Indonesia pada awal musim BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Yogyakarta Dibawah ini adalah peta prakiraan cuaca di Indonesia pada awal musim hujan 20016/2017. Gambar 4.1 Prakiraan Awal musim Hujan 2016/2017 di Indonesia

Lebih terperinci

sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputusan, serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Tak banyak orang yang menyadari

sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputusan, serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Tak banyak orang yang menyadari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjadi tua bukanlah pilihan, melainkan suatu kepastian yang akan dialami setiap orang yang memiliki kesempatan hidup lebih lama, hanya saja yang membedakan adalah

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI BANGUNAN REHABILITASI ALZHEIMER DI YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN LOKASI BANGUNAN REHABILITASI ALZHEIMER DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN LOKASI BANGUNAN REHABILITASI ALZHEIMER DI YOGYAKARTA Bangunan Rehabilitasi Alzheimer di Yoyakarta merupakan tempat untuk merehabilitasi pasien Alzheimer dan memberikan edukasi atau penyuluhan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. membangun image Kota Yogyakarta sebagai Kota Budaya, Kota Perjuangan, Kota

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. membangun image Kota Yogyakarta sebagai Kota Budaya, Kota Perjuangan, Kota BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Profil Kota Yogyakarta 1. Gambaran Umum Kondisi Daerah Filosofi pembentukan Kota Yogyakarta bertumpu pada keberadaan kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang secara spesifik

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN KOTA YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN KAWASAN KOTA YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN KAWASAN KOTA YOGYAKARTA III.1 TINJAUAN UMUM KOTA YOGYAKARTA III.1.1 Kondisi Geografis Yogyakarta Yogyakarta terletak antara 110 o 24'19"-110 o 28'53" Bujur Timur dan antara 07 o 49'26"-07

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN

BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN 4.1. Perilaku Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higieni Program Perilaku Bersih dan Sehat (PHBS) adalah tindakan yag dilakukan oleh

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

DAN HUBUNGANNYA DENGAN KAWASAN KUMUH DI PERKOTAAN YOGYAKARTA. Abstrak

DAN HUBUNGANNYA DENGAN KAWASAN KUMUH DI PERKOTAAN YOGYAKARTA. Abstrak POLA DISTRIBUSI KERUANGAN MCK KOMUNAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN KAWASAN KUMUH DI PERKOTAAN YOGYAKARTA Ariyani Indrayati Dosen Jurusan Geografi FIS - Unnes Abstrak Kota Yogyakarta dilalui tiga sungai utama,

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH RUMAH SINGGAH PENDERITA KANKER LEUKEMIA DI YOGYAKARTA

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH RUMAH SINGGAH PENDERITA KANKER LEUKEMIA DI YOGYAKARTA BAB 3 TINJAUAN WILAYAH RUMAH SINGGAH PENDERITA KANKER LEUKEMIA DI YOGYAKARTA 3.1 Tinjauan Umum Kota Yogyakarta 3.1.1 Luas Wilayah Kota Yogyakarta Gambar 3.1 Peta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber

Lebih terperinci

Yogyakarta, 15 September 2012

Yogyakarta, 15 September 2012 Yogyakarta, 15 September 2012 Latar Belakang dan Permasalahan Sumbangan sektor Telematika terhadap struktur Perekonomian Nasional, naik dari 89 T (2006) menjadi 205 T (2010): sumber BPS Sumbangan Sektor

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG 2.1. Batas Administratif Kabupaten Soppeng merupakan salah satu bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan yang secara administratif dibagi menjadi 8 kecamatan, 21 kelurahan,

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kota Yogyakarta 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta terletak di Pulau Jawa, 500 km ke arah selatan dari DKI Jakarta, Ibukota Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan kampug hijau yang semakin berkembang di Indonesia tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan kampug hijau yang semakin berkembang di Indonesia tidak lepas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerakan kampug hijau yang semakin berkembang di Indonesia tidak lepas dari peran dan upaya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan itu sendiri. Menjaga

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Data Pusat Rehabilitasi Narkoba di Yogyakarta 3.1.1 Esensi Pusat Rehabilitasi Narkoba adalah suatu sarana yang melaksanakan rehabilitasi sosial dan rehabilitasi medis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan penyelenggaraan otonomi daerah, pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Intepretasi Variabel BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Langkah paling awal dalam penelitian ini adalah penentuan lokasi penelitian. Lokasi penelitian ini ditentukan dengan membuat peta daerah aliran

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi dari 33 provinsi yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Yogyakarta 1. Sejarah Singkat Kota Yogyakarta Berdirinya Kota Yogyakarta berawal dari adanya Perjanjian Gianti pada Tanggal Februari 1755 yang ditandatangani

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]

[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA] BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN 4.1. Perilaku Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higieni Program Perilaku Bersih dan Sehat (PHBS) adalah tindakan yag dilakukan oleh

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota yogyakarta merupakan ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang memiliki luas wilayah sekitar 3.250 Ha atau 32.5 km 2 atau 1,025% dari luas wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penyusunan penelitian ini dilakukan dengan menentukan tingkat bahaya banjir yang kemudian dilanjutkan dengan menentukan tingkat kerentanan wilayah terhadap

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. KONDISI UMUM KOTA YOGYAKARTA 1. Visi dan Misi Kota Yogyakarta a. Visi Terwujudnya Kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan berkualitas, Berkarakter dan Inklusif, Pariwisata

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Tingkat Bahaya Banjir Analisis tingkat bahaya banjir pada penelitian ini berpedoman pada Peraturan Kepala BNPB Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Bab I. Pendahuluan Hal. 1. Tabel 1.1 Tabel Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN Bab I. Pendahuluan Hal. 1. Tabel 1.1 Tabel Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek Dari tahun ke tahun tidak dapat dipungkiri bahwa pertambahan penduduk pada suatu Negara tidak dapat dikurangi atau dihentikan.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Kulon Progo.

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Kulon Progo. BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 1.1 Profil Kota Yogyakarta 1.1.1 Keadaan Geografis Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta disamping empat kabupaten lainnya yaitu

Lebih terperinci

Gambaran Umum Wilayah

Gambaran Umum Wilayah Bab 2: Gambaran Umum Wilayah 2.1 Geogrfis, Administratif dan Kondisi Fisik Kabupaten Minahasa Selatan adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Minahasa Selatan adalah Amurang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai

dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dilewati oleh garis katulistiwa di apit oleh dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2018 WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Ngayogyakarta Hadiningrat yang didirikan oleh Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwono 1) pada tahun 1755 hasil dari Perjanjian Giyanti, di

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENINGKATAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH DI KOTA YOGYAKARTA

PERENCANAAN PENINGKATAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH DI KOTA YOGYAKARTA Program Magister Bidang Keahlian Teknik Prasarana Lingkungan Permukiman Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP-ITS Surabaya, 2012 PERENCANAAN PENINGKATAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH DI KOTA YOGYAKARTA Oleh: Meria

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Lokasi Dalam penelitian ini, pengumpulan data primer untuk lokasi penelitian di Kota Yogyakarta dengan melakukan pengambilan data secara acak sesuai dengan data yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI SKPD TAHUN ANGGARAN 2013

RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI SKPD TAHUN ANGGARAN 2013 LAMPIRAN II PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENGGUNAAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN REGRESI LINEAR

PENGARUH JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENGGUNAAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN REGRESI LINEAR 7 PENGARUH JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENGGUNAAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN REGRESI LINEAR Ridayati 1,a Jurusan Teknik Sipil STTNAS Yogyakarta 1 Jalan Babarsari No.1 Depok,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA 3.1. TINJAUAN UMUM 3.1.1. Kondisi Administrasi Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kota Yogyakarta telah terintegrasi dengan sejumlah kawasan di sekitarnya sehingga batas

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTALIKOTA NOMOR 332 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTALIKOTA NOMOR 332 TAHUN 2016 TENTANG YOGYAKARTA PROVINSI DAER O WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTALIKOTA KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 332 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN STEMPEL / CAP DAN KOP NASKAH DINAS PADA SATUAN KERJA

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1 Kondisi Administratif Gambar 3.1. Peta Daerah Istimewa Yogyakarta dan Sekitarnya Sumber : www.jogjakota.go.id Daerah Istimewa Yogyakarta terletak antara 7 30' - 8 15' lintang

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1 58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta Gambar 4.1 Peta Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), D.I.

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup. Sumber daya manusia yang masih di bawah standar juga melatar belakangi. kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. cukup. Sumber daya manusia yang masih di bawah standar juga melatar belakangi. kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya sumber daya manusia dan sumber daya alamnya. Namun sebagian wilayah yang ada di Indonesia rakyatnya tergolong miskin.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN. lainya berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak antara 110 o 24 I 19 II sampai

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN. lainya berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak antara 110 o 24 I 19 II sampai 1 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta sebagai ibukota Provinsi DIY adalah satu-satunya daerah tingkat

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Timur

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Timur Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Timur Kondisi Kinerja pada awal Kondisi Aspek/Fokus/Bidang Urusan/Indikator Kinerja

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA. 3.1 Tinjauan Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB III TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA. 3.1 Tinjauan Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta BAB III TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA 3.1 Tinjauan Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Tinjauan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta akan membahas kondisi geografis, kondisi administratif, potensi dan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA 3.1 Tinjauan Umum DIY 3.1.1 Letak Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara astronomis terletak antara 7 o 33-8 o 12 Lintang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena

BAB I PENDAHULUAN. kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu unsur yang penting di dalam kehidupan. Air juga dipergunakan untuk beberapa kepentingan diantaranya untuk minum, masak, mencuci, dan segala

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci