BAB IV HASIL PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Ngayogyakarta Hadiningrat yang didirikan oleh Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwono 1) pada tahun 1755 hasil dari Perjanjian Giyanti, di kemudian hari tumbuh menjadi Kota yang kaya akan budaya dan kesenian Jawa. Yang menjadi titik sentral dari perkembangan kesenian dan budaya adalah Kesultanan. Beragam kesenian Jawa klasik, seperti seni tari, tembang, geguritan, gamelan, seni lukis, sastra serta ukuirukiran, berkembang dari dalam keraton dan kemudian menjadi kesenian rakyat. 1. Batas Wilayah Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai Ibukota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus Kota disamping 4 daerah tingkat II lainnya yang berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak ditengah-tengah Propinsi DIY, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : a. Sebelah Utara : Kabupate Sleman b. Sebelah Timur : Kabupaten Bantul dan Sleman c. Sebelah Selatan : Kabupaten Bantul d. Sebelah Barat : Kabupaten Bantul dan Sleman 97

2 Wilayah Kota Yogyakarta terbentang antara 110 o 24 l 19 ll sampai 110 o 28 l 53 ll Bujur Timur dan 7 o 15 l 24 ll sampai 7 o 49 l 26 ll Lintang Selatan dengan ketinggian rata-rata 114 m diatas permukaan laut. 2. Luas Wilayah Kota Yogyakarta memiliki luas tersempit dibandingkan dengan daerah tingkat II lainnya, yaitu 32,5 Km 2 yang berarti 1,025% dari luas wilayah Propinsi DIY. Dengan luas hektar tersebut terbagi menjadi 14 Kecamatan, 45 Kelurahan 617 RW dan RT, serta dihuni oleh jiwa (Sumber dari SIAK per tanggal 28 Februari 2013) dengan kepadatan rata-rata jiwa/km 2. Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Yogyakarta 3. Keadaan Alam Secara garis besar Kota Yogyakarta merupakan datar rendah dimana dari Barat ke Timur relatif datar dan dari Utara ke Selatan memiliki kemiringan ± 1 derajat, serta terdapat 3 sungai yang melintas Kota Yogyakarta, yaitu commit : to user 98

3 a. Sebelah Timur adalah sungai Gajah Wong b. Bagian Tengah adalah sungai Code c. Sebelah Barat adalah sungai Winongo Wilayah Kota Yogyakarta terbagi dalam lima bagian Kota dengan pembagian sebagai berikut: a. Wilayah I Ketinggian daerah ini ± 91 m - ± 17 m diatas permukaan laut ratarata. Yang termasuk dalam Wilayah ini adalah : 1) Sebagian Kecamatan Jetis 2) Kecamatan Gedongtengen 3) Kecamatan Ngampilan 4) Kecamatan Keraton 5) Kecamatan Gondomanan b. Wilayah II Ketinggian daerah ini ± 97 m - ± 114 m diatas permukaan laut ratarata. Yang termasuk ke dalam wilayah ini adalah : 1) Kecamatan Tegalrejo 2) Sebagian Kecamatan Wirobrajan c. Wilayah III Ketinggian daerah ini ± 102 m - ± 130 m diatas permukaan laut ratarata. Yang termasuk ke dalam wilayah ini adalah : 1) Kecamatan Gondokusuman 2) Kecamatan Danurejan 3) Kecamatan Pakualaman 99

4 4) Sebagian kecil Kecamatan Umbulharjo d. Wilayah IV Ketinggian daerah ini ± 75 m - ± 120 m diatas permukaan laut ratarata. Yang termasuk ke dalam wilayah ini adalah : 1) Sebagian Kecamatan Mergangsan 2) Kecamatan Umbulharjo 3) Kecamatan Kotagedhe 4) Kecamatan Mergangsan e. Wilayah V Ketinggian daerah ini ± 83 m - ± 102 m diatas permukaan laut ratarata. Yang termasuk kedalam wilayah ini adalah : 1) Kecamatan Wirobrjan 2) Kecamatan Mantrijeron 3) Sebagian Kecamatan Gondomanan 4) Sebagian Kecamatan Mergangsan 4. Demografi Jumlah penduduk Kota Yogyakarta berdasarkan perhitungan tahun 2011 adalah sebesar jiwa/km 2. Kepadatan penduduk tertinggi terdpat di Kecamatan Ngampilan yaitu sebesar jiwa/km 2. Kecamatan lain dengan kepadatan penduduk tinggi adalah Kecamatan Gedongtengen ( jiwa) dan Danurejan ( jiwa). Keberadaan pusat perdagangan dan wisata Kota Yogyakarta yaitu kawasan Malioboro, Pasar Bringharjo dan Kraton yang dekat dengan 100

5 tiga kecamatan tersebut, membuat penduduk memilih ketiga kecamatan tersebut menjadi tempat bermukim. Laju pertumbuhan penduduk Kota Yogyakarta tahun 2010 adalah minus 2,23%. Menurunnya pertumbuhan penduduk Kota Yogyakarta dapat disebabkan karena beberapa hal. Migrasi penduduk yang tinggal ke Kabupaten lain di sekitar Kota Yogyakarta dapat menjadi penyebab utama. Kepadatan Penduduk yang tinggi, dan mahalnya harga lahan di Kota Yogyakarta, dan mudahnya akses menuju dan keluar Kota Yogyakarta membuat keluarga baru memilih untuk bertempat tinggal di luar Kota Yogyakarta, seperti Kabupaten Sleman dan Bantul. 5. Fasilitas Kesehatan Sarana kesehatan yang ada di Kota Yogyakarta berdasarkan sumber data dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta terdapat : a. RSU 5 buah b. RS Khusus 9 buah c. RS Bersalin 9 buah d. Puskesmas 18 buah e. Poliklinik Swasta 224 buah f. Praktek Dokter 221 buah g. Laboratorium 5 buah h. Apotek 61 buah i. Toko Obat 40 buah j. Optik 7 buah 101

6 k. Praktek Bidan 21 buah l. Tenaga Dokter 379 orang m. Dokter Gigi 58 orang Jumlah tenaga kesehatan dipandang sudah mencukupi, namun demikian secara kualitas masih kurang terutama tenaga pelayanan kesehatan di Rumah Sakit (paramedik), tenaga kesehatan yang profesional di Puskesmas dalam melaksanakan tugas pelayanan kesehatan masyarakat terutama penyuluhan. 6. Komponen Air Bersih Potensi sumber daya air yang menonjol berasal dari curah hujan dan air tanah. Karena pengaruh kondisi dan struktur geografis yang bervariasi, maka potensi air tanah tidak merata. Daerah-daerah yang mempunyai potensi air tanah meliputi daerah lereng vilkan merapi, daerah endapan dan daerah pantai selatan. Sedangkan daerah yang potensi air tanahnya kecil terdapat di daerah perbukitan. Tangkapan hujan (recharge area) berada di lereng Gunung Merapi. Kondisi air tanah yang bersifat tertekan dan tidak tertekan. Pda saat ini penduduk memanfaatkan air tanah yang tertekan dengan cara pembuatan sumur dangkal. Dengan melihat kondisi air tanah yang ada, maka sumber daya air cukup potensial, sehingga masyarakat cukup mudah memperoleh air non-perpipaan. Prasarana air bersih cukup banyak mengalami masalah-masalah kualitas air yang disebabkan oleh prasarana Kota lainnya. Dalam hal ini sumber-sumber air bersih baik sumur gali maupun perpipaan tercemar 102

7 kualitasnya akibat manusia, baik dari perkembangan industrinya maupun oleh kotoran manusia (air pembuangan). Kualitas air nonperpipaan (sumur dangkal) tidak memenuhi persyaratan sebagai air minum, karena kandungan bakteri coli mencapau 240 MPN/ml, meskipun secara fisik dan kimia memenuhi persyaratan. 7. Komponen Persampahan Aspek persampahan ini akan sangat berpengaruh terlebih lagi terhadap kualitas lingkungan, apabila dalam pengolahan dan penanganan sampah tidak tepat, proses penguraian sampah akan mencemari kualitas udara, tanah dan air tanah. Pengelolaan persampahan Kota Yogyakarta secara umum telah mampu melayani wilayah Kota, dengan menggunakan mekanisme off-site management. Hampir di setiap rumah di Kota Yogyakarta memiliki unit pewadahan sendiri yang berupa ember, cor beton, tong plastik, bekas drum dan di pusat keramaian terdapat tong sampah umum. B. Hasil Penelitian BAB ini menyajikan hasil penelitian sebagai berikut dengan menggunakan analisis univariat, analisisi bivariat dan analisis multivariat. 1. Karakteristik Subjek Penelitian Hasil penelitian kepada kelompok kasus 30 subjek ibu yang menderita kanker serviks (kasus) dan kelompok kontrol 90 subjek ibu yang tidak menderita kanker serviks (kontrol). Tabel distribusi frekuensi karakteristik subjek penelitian dapat dijelaskan pada Tabel

8 Tabel 4.1 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia ibu, pekerjaan, pendidikan dan pendapatan No Karakteristik Kasus Kontrol N (%) N (%) 1 Usia Ibu a. < 40 tahun b. 40 tahun Pendidikan Ibu a. < 12 tahun b. 12 tahun 11 17, ,5 3 Pekerjaan Ibu a. Bekerja b. Tidak bekerja Pendapatan a. < Rp , ,4 b. Rp , ,6 Sumber: Data Primer, 2016 Hasil diskripsi Tabel 4.1 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia ibu, pekerjaan, pendidikan dan pendapatan dibagi menjadi dua subjek yang pertama yaitu subjek kasus dengan hasil, usia ibu ( 40 tahun) mayoritas yang menderita kanker serviks sebanyak 21 ibu (23%), pendidikan ibu mayoritas kurang < 12 tahun sebanyak 19 orang (33%), pekerjaan ibu mayoritas tidak bekerja sebanyak 27 orang (30%), dan pendapatan mayoritas kurang dari Rp sebanyak 21 orang (39.6%). Yang kedua subjek kontrol, usia ibu 40 tahun sebanyak 69 (77%), pendidikan ibu mayoritas 12 tahun sebanyak 52 orang (82.5%), pekerjaan ibu mayoritas tidak bekerja sebanyak 64 orang (70%) dan pendapatan ibu mayoritas Rp sebanyak 58 orang (86.6%). 104

9 2. Hasil Analisis a. Analisis Univariat Deskripsi variabel penelitian secara univariat menjelaskan tentang gambaran umum data penelitian masing-masing variabel penelitian meliputi status kanker serviks, pendidikan, pendapatan, usia pertama kali melakukan hubungan seksual, jumlah pasangan seksual, penggunaan kontraepsi oral, status gizi, higiene genetalia, dan sanitasi lingkungan. Tabel 4.2 Deskripsi Status Kanker Servik Status Risiko Kanker Serviks Frekuensi (n) Persentase (%) Tidak Ya Total Hasil deskripsi status kanker serviksmenunjukkan terdapat 90 subjek ibu yang tidak mengalami kanker serviks (75%) dan 30 subjek ibu mengalami kanker serviks(25%). Tabel 4.3 Deskripsi Pendidikan Ibu Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%) Rendah < 12 tahun Tinggi 12 tahun Total Sumber : Data diolah, 2016 Hasil deskripsi pendidikan ibu menunjukkan terdapat 57 subjek yang memiliki pendidikan rendah< 12 tahun (47.5%) dan 57 subjek yang memiliki pendidikan tinggi 12 tahun (52.5%). 105

10 Tabel 4.4 Deskripsi Pendapatan Keluarga Pendapatan Keluarga Frekuensi (n) Persentase (%) Rendah < Rp Tinggi Rp Total Hasil deskripsi pendapatan keluarga dalam sebulan menunjukkan terdapat 53 subjek yang memiliki pendapatan keluarga rendah<rp (44.2%) dan 67 subjek yang memiliki pendapatan tinggi Rp (55.8%). Tabel 4.5 Deskripsi Usia Pertama Kali Hubungan Seksual Usia Pertama Kali Hubungan Seksual Frekuensi (n) Persentase (%) Beresiko < 20 tahun Tidak Beresiko Total Hasil deskripsi usia pertama kali hubungan seksual menunjukkan terdapat 77 subjek yang tidak berisiko 20 (64.2%) dan 43 subyek memiliki usia berisiko < 20 tahun (35.8%). Tabel 4.6 Deskripsi Jumlah Pasangan Seksual Jumlah Pasangan Seksual Frekuensi (n) Persentase (%) 1 pasangan > 1 pasangan Total Hasil deskripsi jumlah pasangan seksual menunjukkan terdapat 47 subjek yang tidak berisiko hanya 1 pasangan (39.2%) dan 73 subyek memiliki berisiko > 1 pasangan (60.8%). 106

11 Tabel 4.7 Deskripsi Penggunaan Kontrasepsi Oral Penggunaan Kontrasepsi Oral Frekuensi (n) Persentase (%) < 5 tahun tahun Total Hasil deskripsi penggunaan kontrasepsi oral menunjukkan terdapat 86 subjek yang menggunakan < 5 tahun (71.7%) dan 34 subyek menggunakan 5 tahun (28.3%). Tabel 4.8 Deskripsi Status Gizi Status Gizi Frekuensi (n) Persentase (%) Normal Tidak Normal Total Hasil deskripsi status gizi menunjukkan terdapat 50 subjek dengan status gizi tidak normal (50%) dan 50 subjek dengan status gizi normal (50%). Tabel 4.9 Deskripsi Higiene Genetalia Higiene Genetalia Frekuensi (n) Persentase (%) Baik Buruk < Total Hasil deskripsi higiene genetalia menunjukkan terdapat 65 subjek dengan higiene genetalia buruk < 88 (54.2%) dan 55 subjek dengan higiene genetalia baik 88 (45.8%). Tabel 4.10 Deskripsi Sanitasi Lingkungan Tempat Tinggal Sanitasi Lingkungan Tempat Tinggal Frekuensi (n) Persentase (%) Baik Buruk < Total

12 Hasil deskripsi sanitasi lingkungan tempat tinggal terdapat 87 subjek dengan lingkungan baik Baik 12 (72.5%) dan 33 subjek dengan lingkungan buruk < 12 (27.5). b. Analisis Bivariat Analisis secara bivariat menjelaskan tentang pengaruh satu variabel independent terhadap satu variabel dependent yaitu pendidikan ibu, pendapatan keluarga, usia pertama kali melakukan hubungan seksual, jumlah pasangan seksual, kontrasepsi oral, status gizi, higiene genetalia dan sanitasi lingkungan terhadap kejadian kanker serviks. Metode yang digunakan adalah uji chi-square, dengan taraf kepercayaan 95% (nilai p=0.05). Tabel 4.11 Uji Chi-Square Pengaruh Pendidikan Ibu dengan Kejadian Kanker Serviks Status Kanker Serviks CI (95%) Kelompok OR Batas Batas p variabel Tidak (%) Ya(%) bawah atas Status Pendidikan Ibu Tinggi 12 tahun Rendah < 12 tahun 52 (82.5%) 38 (66.7%) 11 (17.5%) 19 (33.3%) Total 90 (75%) 30 (25%) Pada tabel 4.11 menyajikan analisis bivariat tentang pendidikan ibu dengan kejadian kanker serviks didapatkan nilai chisquare hitung Odd ratio (OR) sebesar 2.36 dengan nilai p=0.045 lebih kecil dari 0.05;CI (95%)= Hal ini menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara pendidikan dengan kejadian kanker serviks. 108

13 Tabel 4.12 Uji Chi-Square Pengaruh Pendapatan Keluarga dalam sebulan dengan Kejadian Kanker Serviks Status Kanker CI (95%) Kelompok Serviks OR p variabel Tidak Ya Batas Batas (%) (%) bawah atas Pendapatan Rp (86.6%) (13.4%) <Rp (60.4%) (39.6%) Total 90 (75%) 30 (25%) Pada tabel 4.12 menyajikan analisis bivariat tentang pendapatan keluarga dalam sebulan dengan kejadian kanker serviks didapatkan nilai chi-square hitung Odd ratio (OR) sebesar 4.22 dengan nilai p =0.001 lebih kecil dari 0.05;CI (95%)= Hal ini menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara pendapatan keluarga dalam sebulan dengan kejadian kanker serviks. Tabel 4.13 Uji Chi-Square Pengaruh Usia Pertama Melakukan Hubungan Seksual dengan Kejadian Kanker Serviks Status Kanker CI (95%) Kelompok Serviks OR p variabel Tidak Ya Batas Batas (%) (%) bawah atas Usia pertama Kali Hubungan Seksual Tidak beresiko tahun (87%) (13%) Berisiko <20 tahun 23 (53.5%) 20 (46.5%) Total 90 (75%) 30 (25%) Pada tabel 4.13 menyajikan analisis bivariat tentang usia pertama berhubungan seksual dengan kejadian kanker serviks didapatkan nilai commit chi-square to user hitung Odd ratio (OR) sebesar 109

14 5.82dengan nilai p=0,000 lebih kecil dari 0.05;CI (95%)= Hal ini menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara usia pertama melakukan hubungan seksual dengan kejadian kanker serviks. Tabel 4.14 Uji Chi-Square Pengaruh Jumlah Pasangan Seksual dengan Kejadian Kanker Serviks Status Kanker CI (95%) Kelompok Serviks OR p variabel Tidak Ya Batas Batas (%) (%) bawah atas Jumlah Pasangan Seksual 1 pasangan (86.3%) (13.7%) > 1 pasangan (57.4%) (42.6%) Total (75%) (25%) Pada tabel 4.14 menyajikan analisis bivariat tentang jumlah pasangan seksual dengan kejadian kanker serviks didapatkan nilai chi-square hitung Odd ratio (OR) sebesar 4.66 dengan nilai p=0.001 lebih kecil dari 0.05;CI (95%)= Hal ini menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara jumlah pasangan seksual dengan kejadian kanker serviks. 110

15 Tabel 4.15 Uji Chi-Square Pengaruh Kontrasepsi Oral dengan Kejadian Kanker Serviks Status Kanker CI (95%) Kelompok Serviks OR p variabel Tidak Ya Batas Batas (%) (%) bawah atas KB Oral < 5 tahun (81.4%) (18.6%) tahun (58.8%) (41.2%) Total (75%) (25%) Pada tabel 4.15 menyajikan analisis bivariat tentang pengaruh kontrasepsi oral dengan kejadian kanker serviks didapatkan nilai chi-square hitung Odd ratio (OR) sebesar 3.06 dengan nilai p=0.010 lebih kecil dari 0.05;CI (95%)= Hal ini menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara pengaruh kontrasepsi oral dengan kejadian kanker serviks. Tabel 4.16 Uji Chi-Square Pengaruh Status Gizi dengan Kejadian Kanker Serviks Status Kanker CI (95%) Kelompok Serviks OR p Variabel Tidak Ya Batas Batas (%) (%) bawah atas Status gizi Normal 52 8 (86.7%) (13.3%) Tidak normal (63.3%) (36.7%) Total (75%) (25%) Pada tabel 4.16 menyajikan analisis bivariat tentang pengaruh status gizi dengan kejadian kanker serviks didapatkan nilai chi-square hitung Odd commit ratio to (OR) user sebesar 3.76 dengan nilai p=

16 lebih kecil dari 0.05;CI (95%)= Hal ini menunjukkanterdapat hubungan signifikan antara status gizi dengan kejadian kanker serviks Tabel 4.17 Uji Chi-Square Pengaruh Higiene Genetalia dengan Kejadian Kanker Serviks Status Kanker CI (95%) Kelompok Serviks OR p Variabel Tidak Ya Batas Batas (%) (%) bawah atas Higiene Genetalia Baik (89.1%) (10.9%) Kurang < (63.1%) (36.9%) Total (75%) (25%) Pada tabel 4.17 menyajikan analisis bivariat tentang pengaruh Higiene Genetalia dengan kejadian kanker serviks didapatkan nilai chi-square hitung Odd ratio (OR) sebesar 4.78 dengan nilai p=0.001 lebih kecil dari 0.05;CI (95%)= Hal ini menunjukkanterdapat hubungan signifikan antara higiene genetalia dengan kejadian kanker serviks. Tabel 4.18 Uji Chi-Square Pengaruh Sanitasi Lingkungan Tempat Tinggal dalam sebulan dengan Kejadian Kanker Serviks Status Kanker Serviks Kelompok variabel Tidak Ya (%) (%) Sanitasi Lingkungan Baik (86.2%) (13.8%) kurang < (45.5%) 18(54.5%) Total 90 (75%) 30 (25%) OR CI (95%) Batas bawah Batas atas p 112

17 Pada tabel 4.18 menyajikan analisis bivariat tentang pengaruh sanitasi lingkungan tempat tinggal dengan kejadian kanker serviks didapatkan nilai chi-square hitung Odd ratio (OR) sebesar 7.5 dengan nilai p=0.001 lebih kecil dari 0.05;CI (95%)= Hal ini menunjukkanterdapat hubungan signifikan antara sanitasi lingkungan tempat tinggal dengan kejadian kanker serviks. c. Analisis Multivariat dengan Multilevel Pengaruh secara multivariat menjelaskan tentang pengaruh lebih dari satu variabel independent yaitu pendidikan, pendapatan, usia pertama kali melakukan hubungan seksual, jumlah hubungan seksual, status gizi, kontrasepsi oral, higiene genetalia dan sanitasi lingkungan terhadap satu variabel dependent yaitu risiko mengalami kanker serviks. Metode yang digunakan adalah regresi logistik dengan pendekatan multilevel menggunakan program STATA 13. Analisis multilevel digunakan untuk data yang berstruktur hirarki. Pada penelitian ini terdapat level individu yaitu pendidikan, pendapatan keluarga, usia pertama kali melakukan hubungan seksual, jumlah pasangan seksual, status gizi, kontrasepsi oral dan higiene genetalia. 113

18 Tabel 4.19 Hasil Regresi Logistik Dengan Pendekatan Analisis Multilevel Determinan Sosial Dengan Kejadian Kanker Serviks Variabel Independent OR CI 95% Lower Upper p Fixed Effect: Pendidikan ibu 12 tahun 0.14 ( ) Pendapatan keluarga (Rp ) 3.45 ( ) Usia pertama melakukan hubungan seksual < 20 tahun 8.54 ( ) Jumlah pasangan seksual > 1 pasangan 14.6 ( ) Kontrasepsi oral 5 tahun 1.85 ( ) Status gizi (BMI < 18,50, 23,00) 5.69 ( ) Higiene genetalia buruk < ( ) Random Effect: Konstanta Sanitasi lingkungan rumah Var (Konstanta) N Observasi = Likelihood Ratio p = Interclass correlation 40.68% LR test vs. Logistic regression chi square (x 2 ) = 7.32, p = Hasil persamaan regresi logistik dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Pendidikan Ibu Terdapat pengaruh yang terbailk (negatif) antara pendidikan ibu dan risiko untuk mengalami kanker serviks, tetapi pengaruh tersebut secara statistik tidak signifikan. Ibu dengan pendidikan tinggi 12 tahun memiliki risiko untuk mengalami kanker serviks 1/7 kali lebih rendah daripada yang berpendidikan rendah < 12 tahun (OR=0.14, CI= , p=0.155). 2. Pendapatan Keluarga Terdapat pengaruh yang positif kuat antara pendapatan keluarga dan risiko untuk mengalami kanker serviks, tetapi secara statistik tidak signifikan (OR=3.45; CI= ; p=0.346). 114

19 3. Usia Pertama Kali Melakukan Hubungan Seksual Terdapat pengaruh yang positif kuat antara usia pertama kali melakukan hubungan seksual dan risiko mengalami kanker serviks dan pengaruh tersebut secara statistik signifikan. Wanita yang melakukan hubungan seksual pertama kali pada usia dibawah 20 tahun memiliki risiko untuk mengalami kanker serviks 8.5 kali lebih besar dari usia lebih 20 tahun (OR=8.54, CI= , p=0.034). 4. Jumlah Pasangan Seksual Terdapat pengaruh yang positif kuat antara jumlah pasangan seksual dan risiko mengalami kanker serviks dan pengaruh tersebut secara statistik signifikan. Wanita dengan jumlah pasangan seksual lebih dari 1 pasangan memiliki risiko 15 kali untuk mengalami kanker serviks daripada yang hanya 1 pasangan (OR=14.6, CI= , p=0.001) 5. Kontrasepsi Oral Terdapat pengaruh yang lemah antara penggunaan kontrasepsi oral dan risiko mengalami kanker serviks, tetapi secara statistik tidak signifikan. (OR=1.85; CI= ; p=0.452). 6. Status Gizi Terdapat pengaruh yang positif kuat antara status gizi dan risiko mengalami kanker serviks dan pengaruh tersebut secara statistik signifikan. Ibu dengan status gizi yang tidak normal memiliki 115

20 risiko untuk mengalami kanker serviks 6 kali lebih besar daripada yang status gizi normal (OR=5.69; CI= ; p=0.017) 7. Higiene Genetalia Terdapat hubungan yang positif kuat antara higiene genetalia dan risiko kanker serviks dan pengaruh tersebut secara statistik signifikan. Wanita dengan higiene genetalia yang buruk memiliki risiko untuk mengalami kanker serviks sebesar 9.5 kali dari yang higiene genetalianya baik (OR=9.23; CI= ; p=0.009) 8. Sanitasi Lingkungan Rumah Pada tabel 4.19 ditunjukkan ICC=40,68%, indikator tersebut menunjukkan bahwa risiko kanker serviks pada ibu bervariasi, dan sebanyak 40,68% dari variasi tersebut ditentukan pada level yang lebih tinggi yaitu sanitasi lingkungan rumah. Angka tersebut lebih besar dari angka patokan rule of thumb 8-10%, maka pengaruh kontekstual sanitasi rumah tersebut yang ditunjukkan dari analisis multilevel memang penting untuk diperhatikan dan konstanta bervariasi menurt level 2 yaitu sanitasi lingkungan rumah. Pada tabel tersebut juga ditunjukkan LR test vs logistic regression chi square 7.32, p=0.003 artinya terdapat perbedaan secara statistik yang signifikan antara model tanpa memperhitungkan pengaruh konstektual dan model yang memperhitungkan pengaruh konstektual. Dalam hal ini kondisi sanitasi lingkungan rumah. 116

BAB III TINJAUAN LOKASI BANGUNAN REHABILITASI ALZHEIMER DI YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN LOKASI BANGUNAN REHABILITASI ALZHEIMER DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN LOKASI BANGUNAN REHABILITASI ALZHEIMER DI YOGYAKARTA Bangunan Rehabilitasi Alzheimer di Yoyakarta merupakan tempat untuk merehabilitasi pasien Alzheimer dan memberikan edukasi atau penyuluhan

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kota Yogyakarta 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta terletak di Pulau Jawa, 500 km ke arah selatan dari DKI Jakarta, Ibukota Negara

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS PUSAT OLAHRAGA PAPAN LUNCUR YANG EDUKATIF DAN REKREATIF DI YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN KHUSUS PUSAT OLAHRAGA PAPAN LUNCUR YANG EDUKATIF DAN REKREATIF DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN KHUSUS PUSAT OLAHRAGA PAPAN LUNCUR YANG EDUKATIF DAN REKREATIF DI YOGYAKARTA 3.1 Tinjauan Kondisi Pusat Olahraga Papan Luncur 3.1.1 Tinjauan Pusat Olahraga Papan Luncur di Yogyakarta Pusat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN KOTA YOGYAKARTA DAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP YOGYAKARTA

BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN KOTA YOGYAKARTA DAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP YOGYAKARTA BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN KOTA YOGYAKARTA DAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP YOGYAKARTA 2.1 Profil Kota Yogyakarta 2.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta yang meliputi daerah Kasultanan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN. wilayah kecamatan dan 45 wilayah kelurahan yang sebagian besar tanahnya. formasi geologi batuan sedimen old andesit.

BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN. wilayah kecamatan dan 45 wilayah kelurahan yang sebagian besar tanahnya. formasi geologi batuan sedimen old andesit. BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN Deskripsi Kota Yogyakarta a. Geografi Luas wilayah Kota Yogyakarta kurang lebih hanya 1,02 % dari seluruh luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu 32, km2. Terbagi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi dari 33 provinsi yang

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH RUMAH SINGGAH PENDERITA KANKER LEUKEMIA DI YOGYAKARTA

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH RUMAH SINGGAH PENDERITA KANKER LEUKEMIA DI YOGYAKARTA BAB 3 TINJAUAN WILAYAH RUMAH SINGGAH PENDERITA KANKER LEUKEMIA DI YOGYAKARTA 3.1 Tinjauan Umum Kota Yogyakarta 3.1.1 Luas Wilayah Kota Yogyakarta Gambar 3.1 Peta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus Kota di samping empat daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Papiloma Virus (HPV) terutama HPV 16 dan 18 (Aziz et al, 2006 ).

BAB I PENDAHULUAN. Papiloma Virus (HPV) terutama HPV 16 dan 18 (Aziz et al, 2006 ). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan jenis kanker yang paling banyak dijumpai pada perempuan di dunia. Setiap tahun terdapat 527.600 kasus kanker serviks invasif baru dan 265.700

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta

BAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta BAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta Studio foto sewa di Kota Yogyakarta merupakan wadah bagi fotograferfotografer baik hobi maupun freelance untuk berkarya dan bekerja dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Data Pusat Rehabilitasi Narkoba di Yogyakarta 3.1.1 Esensi Pusat Rehabilitasi Narkoba adalah suatu sarana yang melaksanakan rehabilitasi sosial dan rehabilitasi medis

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. KONDISI UMUM KOTA YOGYAKARTA 1. Visi dan Misi Kota Yogyakarta a. Visi Terwujudnya Kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan berkualitas, Berkarakter dan Inklusif, Pariwisata

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA. 3.1 Tinjauan Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB III TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA. 3.1 Tinjauan Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta BAB III TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA 3.1 Tinjauan Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Tinjauan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta akan membahas kondisi geografis, kondisi administratif, potensi dan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KOTA YOGYAKARTA. satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus kota di samping 4 daerah tingkat II

KEADAAN UMUM KOTA YOGYAKARTA. satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus kota di samping 4 daerah tingkat II IV. KEADAAN UMUM KOTA YOGYAKARTA A. Keadaan Alam 1. Batas wilayah Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Propinsi DIY dan merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus kota di samping 4

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN KOTA YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN KAWASAN KOTA YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN KAWASAN KOTA YOGYAKARTA III.1 TINJAUAN UMUM KOTA YOGYAKARTA III.1.1 Kondisi Geografis Yogyakarta Yogyakarta terletak antara 110 o 24'19"-110 o 28'53" Bujur Timur dan antara 07 o 49'26"-07

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota yogyakarta merupakan ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang memiliki luas wilayah sekitar 3.250 Ha atau 32.5 km 2 atau 1,025% dari luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan penyelenggaraan otonomi daerah, pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA 3.1. TINJAUAN UMUM 3.1.1. Kondisi Administrasi Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kota Yogyakarta telah terintegrasi dengan sejumlah kawasan di sekitarnya sehingga batas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN. lainya berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak antara 110 o 24 I 19 II sampai

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN. lainya berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak antara 110 o 24 I 19 II sampai 1 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta sebagai ibukota Provinsi DIY adalah satu-satunya daerah tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup tinggi mengakibatkan peningkatan jumlah kendaraan yang beroperasi di

BAB I PENDAHULUAN. cukup tinggi mengakibatkan peningkatan jumlah kendaraan yang beroperasi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambahan penduduk biasanya diikuti pula dengan bertambahnya kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh semua lapisan masyarakat disetiap bidangnya. Salah satu

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN 3.1. Tinjauan Umum Kota Yogyakarta Sleman Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta berada di tengah pulau Jawa bagian selatan dengan jumlah penduduk 3.264.942 jiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selain itu juga merupakan salah satu tujuan masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. selain itu juga merupakan salah satu tujuan masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yogyakarta dikenal dengan julukan sebagai kota pelajar, kota budaya serta kota pariwisata. Julukan tersebut tersemat bukan tanpa alasan. Salah satunya tentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi yang terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan berhadapan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Intepretasi Variabel BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Langkah paling awal dalam penelitian ini adalah penentuan lokasi penelitian. Lokasi penelitian ini ditentukan dengan membuat peta daerah aliran

Lebih terperinci

STRATEGI PERWUJUDAN KERJASAMA ANTAR DAERAH DALAM PERCEPATAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN PERKOTAAN

STRATEGI PERWUJUDAN KERJASAMA ANTAR DAERAH DALAM PERCEPATAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN PERKOTAAN STRATEGI PERWUJUDAN KERJASAMA ANTAR DAERAH DALAM PERCEPATAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN PERKOTAAN Pemerintah Daerah DIY Disampaikan dalam Lokakarya Nasional Diseminasi Kebijakan dan Strategi Pembangunan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Jakarta Pusat, Propinsi DKI Jakarta. Posisi Kota Jakarta Pusat terletak antara 106.22.42 Bujur Timur

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Kota Yogyakarta 1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kota Yogyakarta Luas wilayah Kota Yogyakarta adalah 3.250 Ha atau 32,50 Km2 (1,2% dari luas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BAB II GAMBARAN UMUM KOTA 2.1. Geografis Kota Yogyakarta terletak di koordinat 110 24'19"-110 28'53" Bujur Timur dan 07 49'26" 07 15'24" Lintang Selatan. Luas Kota Yogyakarta adalah sekitar 32,5 Km2 atau

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH 2.1 Letak Geografis dan Jumlah Penduduk Tenggarong merupakan salah satu Kecamatan dari 15 Kecamatan yang ada diwilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, dengan luas wilayah 398,10

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kota Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis DI. Yogyakarta terletak antara 7º 30' - 8º 15' lintang selatan dan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kota Yogyakarta. 1) Kondisi Geografis Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta merupakan ibukota provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN, KEDUDUKAN, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS KESEHATAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup. Sumber daya manusia yang masih di bawah standar juga melatar belakangi. kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. cukup. Sumber daya manusia yang masih di bawah standar juga melatar belakangi. kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya sumber daya manusia dan sumber daya alamnya. Namun sebagian wilayah yang ada di Indonesia rakyatnya tergolong miskin.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH

BAB II DESKRIPSI WILAYAH BAB II DESKRIPSI WILAYAH 1.1 Kondisi Geografis 2.1.1 Kota Magelang a. Letak Wilayah Berdasarkan letak astronomis, Kota Magelang terletak pada posisi 110 0 12 30 110 0 12 52 Bujur Timur dan 7 0 26 28 7

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mergangsan adalah sebuah kecamatan di Kota Yogyakarta, Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Mergangsan adalah sebuah kecamatan di Kota Yogyakarta, Provinsi BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah Mergangsan adalah sebuah kecamatan di Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan ini memiliki luas wilayah sebesar 133,705 Ha. Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1 Kondisi Administratif Gambar 3.1. Peta Daerah Istimewa Yogyakarta dan Sekitarnya Sumber : www.jogjakota.go.id Daerah Istimewa Yogyakarta terletak antara 7 30' - 8 15' lintang

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA

BAB IV TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA BAB IV TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA IV.1. Kondisi Kota Yogyakarta IV.1.1. Letak Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta (D.I.Y) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian selatan Pulau

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA 3.1 Tinjauan Umum DIY 3.1.1 Letak Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara astronomis terletak antara 7 o 33-8 o 12 Lintang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Daerah hulu dan hilir dalam penelitian ini adalah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Secara geografis Kabupaten Sleman terletak pada 110 33 00

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penyusunan penelitian ini dilakukan dengan menentukan tingkat bahaya banjir yang kemudian dilanjutkan dengan menentukan tingkat kerentanan wilayah terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Sewon dibangun pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Sewon dibangun pada awal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang a. Profil IPAL Sewon Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Sewon dibangun pada awal Januari 1994 Desember 1995 yang kemudian dioperasikan pada tahun 1996. IPAL Sewon

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3. 54 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.185,80 km 2 dengan perbatasan wilayah dari arah Timur : Kabupaten Wonogiri di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum penelitian Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang terletak di Jalan Sambiroto Semarang. Letak Geografis & Wilayah Kerja terletak di RT 01 RW I, Kelurahan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Kebijakan Jampersal di Kota Yogyakarta? b. Bagaimana pelaksanaan Jampersal di Kota Yogyakarta tahun 2013?

LAMPIRAN. Kebijakan Jampersal di Kota Yogyakarta? b. Bagaimana pelaksanaan Jampersal di Kota Yogyakarta tahun 2013? LAMPIRAN Pedoman Wawancara 1. Kepala UPT PJKD Kota Yogyakarta: a. Bagaimana persiapan UPT PJKD Kota Yogyakarta dalam implementasi Kebijakan Jampersal di Kota Yogyakarta? b. Bagaimana pelaksanaan Jampersal

Lebih terperinci

LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN LOKASI

LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Kota Yogyakarta Gambar 3.1 Peta Kota Yogyakarta Sumber: google.com, diakses tanggal 17 Mei 2014 Daerah Istimewa Yogyakarta atau biasa kita menyebutnya DIY merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah genangan pasang adalah daerah yang selalu tergenang air laut pada waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran rendah di dekat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Yogyakarta terletak antara 110⁰ ⁰28 53 bujur Timur

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Yogyakarta terletak antara 110⁰ ⁰28 53 bujur Timur IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 1. Keadaan Umum Kota Yogyakarta A. Keadaan Fisik Wilayah Kota Yogyakarta terletak antara 110⁰24 19-110⁰28 53 bujur Timur dan antara 07⁰49 26-07⁰15 24 lintang Selatan,

Lebih terperinci

ANALISIS MULTILEVEL PENYEBAB BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG

ANALISIS MULTILEVEL PENYEBAB BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG ANALISIS MULTILEVEL PENYEBAB BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG Yulia Nur Khayati 1), Adi Prayitno 2), Eti Poncorini 3) 1) Universitas Ngudi Waluyo 2,3)Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

Tabel Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2012 Kota Yogyakarta. Sumber: Laporan Studi EHRA Kota Yogyakarta, 2012

Tabel Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2012 Kota Yogyakarta. Sumber: Laporan Studi EHRA Kota Yogyakarta, 2012 BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI 5.1. Area Berisiko Sanitasi Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin, maka ditentukan lokasi studi EHRA dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia terus bertambah setiap tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tidak menunjukkan peningkatan, justru sebaliknya laju pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Provinsi D.I. Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian selatan Pulau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagi manusia kebutuhan air akan sangat mutlak karena sebagian besar tubuh

I. PENDAHULUAN. Bagi manusia kebutuhan air akan sangat mutlak karena sebagian besar tubuh 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan paling vital bagi kehidupan mahkluk hidup. Bagi manusia kebutuhan air akan sangat mutlak karena sebagian besar tubuh manusia terdiri atas air,

Lebih terperinci

Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Sepanjang sejarah peradaban

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik,

Lebih terperinci

BAB II. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

BAB II. Gambaran Umum Wilayah Penelitian BAB II Gambaran Umum Wilayah Penelitian A. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta 1. Letak Wiayah Kota Yogyakarta terletak antara 110º24 19-110º28 53 Bujur Timur dan antara 07º49 26-07º15 24 Lintang Selatan,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI 5.1. Area Berisiko Sanitasi Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin, maka ditentukan lokasi studi EHRA dengan

Lebih terperinci

KESEHATAN DINAS KESEHATAN Halaman 7

KESEHATAN DINAS KESEHATAN Halaman 7 URUSAN PEM. ORGANISASI KODE REKENING : : 1.02 - KESEHATAN 1.02.01 - DINAS KESEHATAN Halaman 7 URAIAN ANGGARAN REALISASI Bertambah/ 1.02 1.02.01 00 00 4 PENDAPATAN 11.614.196.593,00 19.717.892.852,00 8.103.696.259,00

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Konsep Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Konsep Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini dirumuskan dengan menentukan tingkat bahaya banjir kemudian menentukan kerentanan wilayah terhadap banjir. Penentuan kelas kerentanan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Bab I. Pendahuluan Hal. 1. Tabel 1.1 Tabel Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN Bab I. Pendahuluan Hal. 1. Tabel 1.1 Tabel Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek Dari tahun ke tahun tidak dapat dipungkiri bahwa pertambahan penduduk pada suatu Negara tidak dapat dikurangi atau dihentikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Hal ini karena beberapa jenis sampah memiliki kandungan material

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Hal ini karena beberapa jenis sampah memiliki kandungan material BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan tentang sampah saat ini telah menjadi isu serius yang berkembang menjadi permasalahan publik. Penumpukan sampah dapat mengakibatkan aroma tidak sedap dan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA Keberadaan suatu bangunan tidak pernah lepas dari tempat di mana ia berada, kapan ia berada, dan di lingkungan seperti apa ia berpijak. Tipologi bangunan Museum

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Dibawah ini adalah peta prakiraan cuaca di Indonesia pada awal musim

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Dibawah ini adalah peta prakiraan cuaca di Indonesia pada awal musim BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Yogyakarta Dibawah ini adalah peta prakiraan cuaca di Indonesia pada awal musim hujan 20016/2017. Gambar 4.1 Prakiraan Awal musim Hujan 2016/2017 di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Yogyakarta 1. Sejarah Singkat Kota Yogyakarta Berdirinya Kota Yogyakarta berawal dari adanya Perjanjian Gianti pada Tanggal Februari 1755 yang ditandatangani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan kampug hijau yang semakin berkembang di Indonesia tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan kampug hijau yang semakin berkembang di Indonesia tidak lepas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerakan kampug hijau yang semakin berkembang di Indonesia tidak lepas dari peran dan upaya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan itu sendiri. Menjaga

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Secara administratif Kota Yogyakarta berada di bawah pemerintahan Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi

Lebih terperinci

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN BAHAYA DAN KERENTANAN BANJIR DI YOGYAKARTA

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN BAHAYA DAN KERENTANAN BANJIR DI YOGYAKARTA NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN BAHAYA DAN KERENTANAN BANJIR DI YOGYAKARTA (Studi Kasus: DAS Code) 1 Andhika Prayudhatama 2, Nursetiawan 3, Restu Faizah 4 ABSTRAK Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG KEADAAN KOTA YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG KEADAAN KOTA YOGYAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 KEADAAN KOTA YOGYAKARTA Kota Yogyakarta merupakan kota yang sangat kaya akan warisan budaya, masyarakat kota Yogyakarta sebagian besar berkebudayaan jawa yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi masalah Adanya pencemaran airtanah karena kebocoran tangki timbun di SPBU. Survey Pendahuluan

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi masalah Adanya pencemaran airtanah karena kebocoran tangki timbun di SPBU. Survey Pendahuluan 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Alir penelitian akan ditampilkan dalam bentuk flowchart pada gambar 3.1. Mulai Identifikasi masalah Adanya pencemaran airtanah karena kebocoran

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN 3.1 Data Lokasi Gambar 30 Peta Lokasi Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 62 1) Lokasi tapak berada di Kawasan Candi Prambanan tepatnya di Jalan Taman

Lebih terperinci

BAB II PROFIL WILAYAH. acuan untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan selama KKN

BAB II PROFIL WILAYAH. acuan untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan selama KKN BAB II PROFIL WILAYAH A. Kondisi Wilayah Survei sangat perlu dilakukan sebelum penerjunan ke lokasi KKN sebagai acuan untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan selama KKN belangsung, sehingga

Lebih terperinci

1. Pendahuluan SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DAN UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA KAWASAN KUMUH KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN

1. Pendahuluan SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DAN UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA KAWASAN KUMUH KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN Prosiding SNaPP2014 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 EISSN 2303-2480 SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DAN UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA KAWASAN KUMUH KECAMATAN MEDAN MAIMUN

Lebih terperinci

RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI SKPD TAHUN ANGGARAN 2013

RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI SKPD TAHUN ANGGARAN 2013 LAMPIRAN II PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Kabupaten Bantul Gambar 4.1 Peta Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Pusat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah ini juga harus disertai

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah ini juga harus disertai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada suatu wilayah bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah ini juga harus disertai dengan pemerataan pada tiap-tiap

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman, IV. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Keadaan Fisik Daerah Kabupaten Bantul merupakan kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibukotanya adalah Bantul. Motto dari Kabupaten ini adalah Projotamansari

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. astronomi ibukota Kecamatan Sewon terletak pada 7 O Bujur Timur dan. : Kecamatan Bantul dan Kecamatan Jetis

KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. astronomi ibukota Kecamatan Sewon terletak pada 7 O Bujur Timur dan. : Kecamatan Bantul dan Kecamatan Jetis IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kecamatan Sewon merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten bantul. Letak di bagian timur laut dari wilayah Kecamatan Sewon sangat dekat

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 12/PJ/2010 TENTANG : NOMOR OBJEK PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TATA CARA PEMBERIAN NOP

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 12/PJ/2010 TENTANG : NOMOR OBJEK PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TATA CARA PEMBERIAN NOP LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 12/PJ/2010 TENTANG : NOMOR OBJEK PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TATA CARA PEMBERIAN NOP DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Mengacu pada dokumen perencanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Yogyakarta tahun 2005-2025 maka Visi Pembangunan Kota Yogyakarta

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2018 WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan pembangunan pada dasarnya disusun untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat sebesarbesarnya yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER- 12 /PJ/2010 TENTANG NOMOR OBJEK PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TATA CARA PEMBERIAN NOP

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER- 12 /PJ/2010 TENTANG NOMOR OBJEK PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TATA CARA PEMBERIAN NOP LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER- 12 /PJ/2010 TENTANG NOMOR OBJEK PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TATA CARA PEMBERIAN NOP DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan Kesehatan merupakan jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif yang akan memberikan gambaran mutu tindakan non medis pelayanan kontrasepsi oleh bidan di

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 363 TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 363 TAHUN 2014 TENTANG KEPUTUSAN NOMOR 363 TAHUN 2014 TENTANG TAMBAHAN FORMASI PEGAWAI NEGERI SIPIL DARI PELAMAR UMUM Menimbang : a. bahwa agar setiap SKPD mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsi secara optimal untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo. mencakup 14 Kelurahan, 201 Dukuh, 138 RW (Rukun Warga), dan 445 RT

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo. mencakup 14 Kelurahan, 201 Dukuh, 138 RW (Rukun Warga), dan 445 RT BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Puskesmas Sukoharjo terletak di Kelurahan Begajah, Kecamatan Sukoharjo. Luas wilayah kerja Puskesmas Sukoharjo sekitar ± 4.458

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN. Tabel 4.1 Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Kabupaten/ Luas Area

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN. Tabel 4.1 Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Kabupaten/ Luas Area BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN A. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Luas Wilayah Tabel 4.1 Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Kabupaten/ Luas Area Kelurahan/ Kota (km 2 Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci