Bab 5. Simpulan, Diskusi, dan Saran. Berdasarkan uji hipotesa dengan analisa regresi berganda dihasilkan bahwa
|
|
- Sukarno Sudirman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab 5 Simpulan, Diskusi, dan Saran 5.1 Simpulan Berdasarkan uji hipotesa dengan analisa regresi berganda dihasilkan bahwa H 01 ditolak, berarti ada pengaruh waktu luang bersama pasangan dan inisiasi berhubungan seksual dalam memprediksikan kepuasan pernikahan pada suami dan istri dewasa muda bekerja di Jakarta. Asumsi ini diperoleh dari uji bersama-sama (uji F) bahwa jika F hitung lebih besar dari F tabel (17,831 > 3,145258), maka H 0 ditolak. Besar nilai pengaruh variabel predictor dalam memprediksikan variabel criterion sebesar 0,604 dan sumbangsih yang diberikan sebesar 34,5% yang berarti bahwa ada 65,5% varian dari aspek lain yang tidak di teliti dalam penelitian ini. Dari beta weights (b) masing-masing variabel diperoleh persamaan regresi, yaitu: y =63,512+0,031x1+0,330x2 Persamaan ini memberikan arti bahwa jika waktu luang (x1) dan inisiasi berhubungan seksual (x2) memiliki nilai 0, maka kepuasan pernikahan (y ) hanya memiliki nilai sebesar 63,512. Jika waktu luang (x1) mengalami kenaikan sebesar 1 poin dan inisiasi berhubungan seksual (x2) memiliki nilai tetap, maka kepuasan pernikahan (y ) mengalami kenaikan 0,031. Jika inisiasi berhubungan seksual (x2) mengalami kenaikan sebesar 1 poin dan waktu luang (x1) memiliki nilai tetap, maka kepuasan pernikahan (y ) mengalami kenaikan 0,330. Dari uji hipotesa dengan analisa regresi berganda juga dihasilkan bahwa H 02 diterima, berati tidak ada pengaruh waktu luang bersama pasangan dalam memprediksikan kepuasan pernikahan pada suami dan istri dewasa muda bekerja di Jakarta secara parsial. Asumsi ini dapatkan dari uji parsial (uji t) yang menghasilkan
2 t hitung lebih kecil dari pada t tabel (0,632 < 1,998971), maka H 0 diterima. Sedangkan untuk uji parsial (uji t) dari inisiasi hubungan seksual didapatkan t hitung lebih besar dari pada t tabel (5,412 > 1,998971), maka H 03 diterima. Berarti ada pengaruh inisiasi berhubungan seksual dalam memprediksikan kepuasan pernikahan pada suami dan istri dewasa muda bekerja di Jakarta secara parsial. 5.2 Diskusi Dari penelitian ini dihasilkan bahwa ada pengaruh waktu luang bersama pasangan dan inisiasi berhubungan seksual dalam memprediksikan kepuasan pernikahan pada suami dan istri dewasa muda bekerja di Jakarta. Hal ini didukung dengan penelitian Holman, Holman dan Jacquart, Miller, Orthner, Smith, Snyder & Monsma (dalam Johnson, Zabriskie, dan Hill, 2006) menyatakan bahwa secara konsisten penelitian menghasilkan bahwa suami-istri yang berbagi waktu luang bersama akan lebih puas dengan pernikahannya dibanding yang tidak. Selanjutnya, Byers dan Heinlein (dalam Harvey, Wenzel, dan Sprecher, 2004) menjelaskan bahwa kepuasan seksual yang tinggi akan diperoleh ketika penerimaan terhadap inisiasi juga tinggi dan diikuti peningkatan kepuasan pernikahan. Dalam penelitian ini juga dihasilkan bahwa secara parsial inisiasi berhubungan seksual berpengaruh dalam memprediksi kepuasan pernikahan, sedangkan waktu luang bersama pasangan tidak. Dari hasil olah data waktu luang bersama keluarga dapat dilihat bahwa pasangan muda yang keduanya bekerja memiliki waktu luang bersama pasangan yang sangat rendah, sedangkan hasil olah data inisiasi hubungan seksual memperoleh nilai yang cukup tinggi terutama pada hubungan tidak langsung. Dari olah data kepuasan pernikahan ditemukan bahwa aspek seksualitas menjadi nilai tertinggi yang dapat dicapai oleh keseluruhan responden, sedangkan pembagian peran ditemui sebagai aspek dengan nilai paling
3 rendah. Padahal, kegiatan core masuk dalam aktifitas rumah tangga yang membutuhkan pembagian peran yang adil (Scanzoni dalam DeGenova, 2008). Selain itu, seksual adalah prioritas (Glass dalam DeGenova, 2008) dan merupakan ungkapan rasa sayang di kehidupan awal pernikahan (Ted Huston dan Heidi Melz dalam Strong, DeVault, dan Cohen, 2008). Alasan lain yang mendasari rendahnya nilai waktu luang bersama keluarga adalah waktu, usaha, dan biaya yang dikeluarkan untuk beberapa aktivitas waktu luang terutama jenis balance (Zabriskie & McCormick dalam Buswell, Zabriskie, Lundberg, & Hawkins, 2012), padahal wanita bekerja terutama disebabkan karena faktor ekonomi (DeGenova, 2008) dan adanya pengaruh ketidakcocokan antara pasangan untuk jenis waktu luang terhadap rendahnya kepuasan (Crawford, Houts, Huston, dan George, 2002). Hasil dari penelitian ini memang menunjukkan adanya pengaruh dari beberapa variabel predictor yaitu waktu luang bersama pasangan dan inisiasi hubungan seksual dalam memprediksi satu variabel criterion yaitu kepuasan pernikahan. Namun, pengaruh yang diperoleh dari penelitian ini bukan sebab-akibat tetapi hanya mengambarkan peranan. Karena, desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi dan korelasi berganda dengan pengolahan data analisa regresi berganda. Lebih spesifik dapat dilihat dari hasil olah data kepuasan pernikahan, didapatkan bahwa kepuasan cukup tinggi terutama pada aspek seksualitas, keterbukaan, dan finansial. Hal ini berarti banyak responden yang melakukan aspekaspek kepuasan tersebut. Hasil ini tidak mengejutkan karena hampir semua status tinggal pasangan muda adalah di rumah sendiri atau kontrak, yang berarti tidak dengan orang tua atau mertua. Asumsi ini didukung Holmes dan Rahe (1967) yang menyatakan bahwa sumber stres pasangan salah satunya didapat dari masalah
4 dengan mertua. Selanjutnya, stres yang timbul akibat masalah yang dialami dengan mertua akan mempengaruhi kepuasan perkawinan karena hubungan dengan keluarga besar merupakan salah satu aspek kepuasan perkawinan (Clayton, 1975). Mengarah pada data demografis, budaya merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam melakukan penelitian tentang dual-earner (pasangan yang berpenghasilan ganda), karena perubahan peran gender ini tidak hanya berhubungan dengan masalah ekonomi, namun terlebih budaya yang melatarbelakanginya dan budaya dapat memberikan gambaran berbeda tentang alasan seseorang bekerja (Troost, Matthijs, Vermulst, Gerris, dan Welkenhuysen- Gybels, 2006) dan merupakan faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan (Zainah, Nasir, Hashim, dan Yusof, 2012). Sedangkan dalam penelitian ini, sudah dibatasi ruang lingkupnya yaitu hanya pada masyarakat urban. Kemudian, keberadaan anak dan lama pernikahan merupakan variabel demografis yang dapat berhubungan dengan peningkatan kepuasan pernikahan (Zainah, Nasir, Hashim, dan Yusof, 2012). Dalam penelitian ini sudah dapat dikontrol kedua jenis variabel demografis ini dengan baik, karena rentang usia pernikahan sudah dibatasi yaitu 1-5 tahun, sehingga hasilnya juga berpengaruh pada ada atau tidak keberadaan anak. Terbukti bahwa rata-rata banyak yang belum memiliki anak pada tahap awal pernikahan. Menurut Zainah, Nasir, Hashim, dan Yusof (2012) pendidikan terakhir dapat berhubungan dengan kenaikan kepuasan pernikahan. Untuk variabel demografis pendidikan terakhir terkait erat dengan penghasilan. Dalam penelitian ini memang sengaja dilakukan pengelompokan pendidikan terakhir dan penghasilan responden dalam rentang yang luas untuk akhirnya dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut yaitu melihat perbedaan kepuasan pernikahan antara suami yang memiliki
5 penghasilan lebih dari istri, pengasilan setara, atau istri yang memiliki penghasilan lebih dari suami. Namun, penghasilan pasangan seharusnya diisi oleh pasangan itu sendiri, mengingat penelitian pada keluarga seharusnya melakukan evaluasi pada kedua pihak (Buss; Watson, Hubbard, dan Wiese dalam Kurdek, 2005). Kurdek (2005) menyatakan bahwa jenis kelamin adalah variabel yang sangat penting untuk diperhatikan ketika melakukan penelitian pada kepuasan pernikahan, karena jenis kelamin bisa mempengaruhi orang dalam berbagai aspek biologis dan psikologis. Selain itu, dalam meneliti pasangan berpenghasilan ganda, sangat penting melihat jenis kelamin, karena jenis kelamin mempengaruhi bagaimana seseorang memaknai keuangan keluarga dan memutuskan untuk bercerai (Dew, 2009). Selain itu, kepuasan pernikahan pada wanita akan rendah dalam pernikahan berpenghasilan ganda, dibandingkan laki-laki (Troost, Matthijs, Vermulst, Gerris, dan Welkenhuysen-Gybels, 2006). Sedangkan dalam penelitian ini tidak dibagi dengan seimbang antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Selanjutnya, dalam melakukan penelitian tentang kepuasan pernikahan pada pasangan sebaiknya melakukan penilaian dari kedua pihak yang hidup pada satu kondisi keluarga yang sama, sehingga dapat dilihat hubungan antara masing-masing variabel dari kedua pihak dan akhirnya didapatkan evaluasi secara menyeluruh tentang sebuah keluarga, kemudian baru bisa dilakukan pebandingan dengan keluarga yang lain (Buss; Watson, Hubbard, dan Wiese dalam Kurdek, 2005). Sedangkan dalam penelitian ini tidak mengevaluasi kedua pihak dalam satu keluarga, tetapi hanya salah satu saja. Penelitian tentang kepuasan pernikahan seharusnya melibatkan karakteristik serta proses interaksi yang terjadi di dalamnya (Robinson & Blanton dalam Rosen- Grandon, Myers, dan Hattie, 2004). Melihat juga dari pernyataan Bookwala dan
6 Jacobs (2004) bahwa proses interaksi yang terjadi pada pasangan muda adalah negatif. Proses interaksi yang negatif ini disebabkan karena banyaknya ketidaksetujuan antara pasangan, pembagian peran yang tidak adil, dan strategi penyelesaian konflik yang buruk. Menurut Lewis dan Spanier (dalam Rosen- Grandon, Myers, dan Hattie, 2004) interaksi dalam pernikahan sendiri dapat dilihat dari 3 hal penting, yaitu: konsensus (persetujuan dengan pasangan), kohesi (perasaan terhubung dengan pasangan), dan afeksi (kasih sayang dengan pasangan). Dalam penelitian ini pengukuran kepuasan pernikahan sudah cukup memasukkan proses interaksi tersebut, hanya saja variabel predictor tidak menambahkan aspek konsensus dan kohesi. Terkait dengan proses interaksi dengan pasangan, kepribadan masingmasing pasangan dan kesesuaian kepribadian antara pasangan penting untuk diketahui, sebagai pembeda cara tiap-tiap pasangan dalam melakukan proses interaksi terutama pada cara komunikasi untuk menghasilkan kepuasan pernikahan (Schneewind dan Gerhard, 2002). Sedangkan dalam penelitian ini tidak dilibatkan pengukuran mengenai kepribadian masing-masing pasangan. Selain itu melihat pada sampel penelitian, jumlah sampel hanya sedikit karena waktu yang sempit dalam mencari sampel, jumlah item cukup banyak dan bersifat pribadi, sehingga responden banyak yang mengosongi beberapa bagianbagian dan akhirnya banyak kuesioner yang terbuang. Kemudian, pengambilan sampel pada penelitian ini hanya pada suami dan istri dewasa muda bekerja di Jakarta, sehingga generalisasi hasil penelitian hanya pada suami-istri dengan kriteria dewasa muda (20-40 tahun), berada pada tahap awal pernikahan (1-5 tahun), kedua pasangan bekerja (bekerja di Jakarta), dan tinggal di Jabodetabek.
7 5.3 Saran Dari hasil diskusi di atas, baik teoritis ataupun metodologis, dihasilkan beberapa saran yang dapat digunakan secara praktis atau untuk pengembangan dan perbaikan penelitian selanjutnya. 1. Untuk pasangan urban yang berada pada tahapan dewasa muda (20-40 tahun), di awal usia pernikahan (1-5 tahun), keduanya bekerja di Jakarta, dan tinggal di Jabodetabek dan yang utama ditujukan bagi yang memiliki permasalahan dengan pernikahannya, serta untuk konselor atau terapis yang menemui klien dengan kriteria pasangan seperti yang disebutkan sebelumnya dan dalam permasalahan dengan pernikahannya, maka dapat disarankan beberapa hal: a. Lebih memperhatikan pengaruh waktu luang bersama pasangan dan inisiasi hubungan seksual dalam memprediksikan kepuasan pernikahannya. b. Jika waktu yang dimiliki bersama pasangan sedikit, maka dapat mendahulukan untuk melakukan inisasi hubungan seksual dalam keadaan mandiri tanpa waktu luang bersama pasangan untuk tetap dapat memprediksikan kepuasan pernikahan. Inisiasi berhubungan seksual yang bisa didahulukan adalah bersifat lebih halus dan tidak langsung, seperti: menyiapkan sarapan spesial untuk pasangan. c. Selain berusaha meningkatkan kepuasan pernikahan lewat kedua hal di atas, pasangan bisa mengecek apakah ketiga aspek kepuasan pernikahan ini telah berjalan dengan baik, yaitu: seksualitas, keterbukaan, dan finansial.
8 d. Mengarah pada status tinggal, sebisa mungkin memiliki rumah sendiri atau setidaknya kontrak, sehingga tidak tinggal bersama orang tua atau mertua. 2. Saran yang ditujukan untuk penelitian selanjutnya ada beberapa hal: a. Sebaiknya membagi jenis kelamin dalam jumlah yang seimbang, lebih baik jika penilaian terhadap kepuasan pernikahan bisa diambil dari kedua pihak (suami-istri) dalam satu keluarga, dapat memasukkan unsur proses interaksi dalam tiap variabel penelitian, dan melakukan penilaian pada kepribadian masing-masing pasangan. b. Tetap melakukan kontrol terhadap budaya dan data demografis yaitu ada atau tidaknya keberadaan anak dan lama pernikahannya dengan menentukan sampel secara spesifik seperti penelitian ini. c. Untuk upaya pengembangan penelitian yang seragam, dapat memberikan variasi berupa perbedaan antara penghasilan pasangan, yaitu: suami lebih besar dari istri, istri lebih besar dari pada suami, atau sama sebagai fenomena utama yang disoroti. d. Dalam upaya memaksimalkan sampel maka, alat ukur sebisa mungkin diisi oleh orang-orang yang dikenal atau setidaknya teman dari orang yang kita kenal, sehingga bisa cukup terbuka dalam memberikan jawaban, menyediakan waktu yang cukup lama, sehingga dapat memberikan responden waktu yang panjang untuk mengisi kuesioner dengan item yang cukup banyak. e. Mengingat bahwa pengunaan hasil penelitian ini hanya bisa digambarkan pada orang dengan kriteria sampel yang telah disebutkan, sehingga penelitian selanjutnya bisa melakukan
9 penelitian pada kriteria sampel yang lain atau spesifikasi kriteria pada sampel yang sama untuk makin meluaskan dan menyempurnakan penelitian tentang keluarga dan kepuasan pernikahan. Kemudian, hal lain yang perlu diingat bahwa agar penelitian ini nantinya tidak disalahartikan sebagai penelitian pengaruh dalam konteks sebabakibat, tetapi hanya sebatas pada peranan.
Bab 4. Hasil dan Pembahasan Gambaran umum responden penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki karakteristik, yaitu:
Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Pengolahan Data 4.1.1 Gambaran umum responden penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki karakteristik, yaitu: suami atau istri usia 20-40 tahun,
Lebih terperinciBab 2. Tinjauan Pustaka. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Pernikahan dan Keluarga 2.1.1 Definisi pernikahan dan keluarga. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, didalam bab 1 pasal 1 dinyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu tugas seorang individu yang berada pada tahap dewasa awal menurut Erikson (Desmita, 2005) adalah adanya keinginan untuk melakukan pembentukan hubungan
Lebih terperinciDaftar Pustaka. Antaranews.(2012, 11 Oktober).Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2012,6,3
Daftar Pustaka Antaranews.(2012, 11 Oktober).Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2012,6,3 persen.diunduh dari http://www.antaranews.com/berita/338100/pertumbuhanekonomi-indonesia-2012-63-persen Agate, J.R.,
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Selain itu, bab ini juga berisikan saran, baik saran metodologis maupun saran praktis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap makhluk hidup didunia memiliki keinginan untuk saling berinteraksi. Interaksi social yang biasa disebut dengan proses sosial merupakan syarat utama terjadinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam siklus kehidupan manusia. Setiap orang berkeinginan untuk membangun sebuah rumah tangga yang bahagia bersama orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada usia dewasa awal tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah intimacy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk menjalin suatu hubungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pernikahan 2.1.1. Definisi pernikahan. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, didalam bab 1 pasal 1 dinyatakan definisi perkawinan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. interpersonal sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang dalam
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Interpersonal 2.1.2 Definisi Kompetensi Interpersonal Sebagaimana diungkapkan Buhrmester, dkk (1988) memaknai kompetensi interpersonal sebagai kemampuan-kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan hidup adalah dengan peningkatan ekonomi. Didalam orang yang sudah berkeluarga tentunya mempunyai berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Manusia mengalami berbagai proses perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa kanak-kanak,
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Kesimpulan, Diskusi, dan Saran akan mengemukakan hasil umum yang diperoleh setelah melakukan penelitian, diskusi tentang hasil penelitian beserta kekurangankekurangan yang
Lebih terperinciGAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK
GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK Penelitian deskriptif ini berdasar pada fenomena bahwa kehadiran anak memiliki peran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan, diskusi dan saran-saran sehubungan hasil
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan, diskusi dan saran-saran sehubungan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada sub-bab pertama akan dijabarkan kesimpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pernikahan atau perkawinan adalah suatu kejadian dimana dua orang yang saling mengikat janji, bukan hanya didepan keluarga dan lingkungan sosial melainkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian kepuasan pernikahan Fowers dan Olson (1993) mendefinisikan kepuasan pernikahan sebagai sebuah evaluasi menyeluruh mengenai hubungan pernikahan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis korelasi Product
BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dari skala kepuasan perkawinan dan keterbukaan diri peneliti melakukan pengujian hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta tanggung jawab sosial untuk pasangan (Seccombe & Warner, 2004). Pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah suatu hubungan yang sah dan diketahui secara sosial antara seorang pria dan seorang wanita yang meliputi seksual, ekonomi dan hak serta tanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan adalah sebuah hubungan yang menjadi penting bagi individu lanjut usia yang telah kehilangan banyak peran (Indriana, 2013). Para individu lanjut usia atau
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pernikahan adalah salah satu proses penting dalam kehidupan sosial manusia. Pernikahan merupakan kunci bagi individu untuk memasuki dunia keluarga, yang di dalamnya terdapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seperti kesehatan, ekonomi, sosial, maupun politik. Pergeseran peran tersebut terjadi karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa dekade terakhir peran wanita telah bergeser dari peran tradisional menjadi modern. Hal ini terlihat dari peran sosial yang diikuti sebagian wanita dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial, biologis maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Selama 10 tahun saya menjanda, tidak ada pikiran untuk menikah lagi, karena pengalaman yang tidak menyenangkan dengan perkawinan saya. Tapi anak sudah besar,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan Pernikahan Clayton (1975) dan Snyder (1979) menjelaskan bahwa kepuasan perkawinan merupakan evaluasi secara keseluruhan tentang segala hal yang berhubungan dengan kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 adalah ikatan lahir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan untuk membentuk
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel 1. Variabel tergantung : Kepuasan perkawinan. Variabel bebas : a. Self-esteem b. Penghargaan suami B. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah nilai residual dalam model regresi memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan hubungan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkawinan didefinisikan sebagai suatu ikatan hubungan yang diakui secara
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkawinan didefinisikan sebagai suatu ikatan hubungan yang diakui secara agama dan sosial antara pria dan wanita. Dalam perkawinan terdapat hak dan kewajiban,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari orang-orang yang bisa diandalkan, menghargai dan menyayangi kita yang berasal dari teman, anggota
Lebih terperinciBAB 5 Simpulan, Diskusi, dan Saran
BAB 5 Simpulan, Diskusi, dan Saran Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai simpulan yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan pada bab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi
Lebih terperinciBAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN
BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Subyek yang diteliti pada penelitian ini adalah istri (wanita) pada pasangan suami istri yang terikat dalam perkawinan. Istri
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. fenomena tertentu serta menganalisis hubungan-hubungan antara suatu variabel
25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini dapat digolongkan sebagai penelitian deskriptif kausal, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menguraikan sifat atau karakteristik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masa depan keluarga menjadi fenomena yang sudah lazim terjadi pada era
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suami istri yang bersama-sama mencari nafkah (bekerja) untuk masa depan keluarga menjadi fenomena yang sudah lazim terjadi pada era globalisasi ini. Hal
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat seseorang memutuskan untuk menikah, maka ia akan memiliki harapan-harapan yang tinggi atas pernikahannya (Baron & Byrne, 2000). Pernikahan merupakan awal terbentuknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahasan dalam psikologi positif adalah terkait dengan subjective well being individu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, ilmu psikologi lebih menekankan kepada aspek pemecahan masalah yang dialami individu dan cenderung lebih memusatkan perhatian kepada sisi negatif perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya
Lebih terperinciGAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA PERNIKAHAN BEDA AGAMA PADA DEWASA MADYA DI JAKARTA
GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA PERNIKAHAN BEDA AGAMA PADA DEWASA MADYA DI JAKARTA Nikita Kayes Kumaranti Nikita Kayes Kumaranti Dosen Pembimbing : Lisa Ratriana Chairiyati, S. Psi., M. Si Binus University
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam kehidupan manusia, terutama di kota besar di Indonesia, seperti Jakarta. Sampai saat ini memang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka pernikahan dini di Indonesia terus meningkat setiap tahunya. Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN (2012), menyatakan bahwa angka pernikahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Indonesia, saat ini sudah tidak mengenal kata usai dan terus bertambah setiap tahunnya,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Jenis penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif yang bersifat korelasi untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan tergantung.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Menurut Lemme (1995) kepuasan pernikahan adalah evaluasi suami dan istri terhadap
BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Definisi Kepuasan Pernikahan Menurut Lemme (1995) kepuasan pernikahan adalah evaluasi suami dan istri terhadap hubungan pernikahan yang cenderung berubah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pernikahan adalah suatu hubungan yang sakral atau suci dan pernikahan memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan adalah suatu hubungan yang sakral atau suci dan pernikahan memiliki banyak keuntungan dibandingkan hidup sendiri, karena pasangan yang sudah menikah dapat
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh
25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Data dikumpulkan untuk meneliti suatu fenomena dalam satu kurun waktu tertentu (Umar 2006).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan dini dapat didefinisikan sebagai sebuah pernikahan yang mengikat pria dan wanita yang masih remaja sebagai suami istri. Lazimnya sebuah pernikahan dilakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia akan mencari pasangan hidupnya dan menjalin suatu hubungan serta melanjutkannya ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan yang sah dan membentuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Bandung, karena menurut data dari Pengadilan Tinggi tahun 2010, Bandung menempati
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN
BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai kesimpulan yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian, diskusi mengenai hasil penelitian berdasarkan hasil analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa ini, individu dituntut
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Pada bab 5 ini, dijabarkan mengenai kesimpulan, diskusi, serta saran
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab 5 ini, dijabarkan mengenai kesimpulan, diskusi, serta saran terkait metodologis dan praktis. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data dari uji statistik yang
Lebih terperinciProsiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Endang Pudjiastuti, dan 2 Mira Santi
Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 HUBUNGAN ANTARA ASERTIVITAS DENGAN PENYESUAIAN PERKAWINAN PASANGAN SUAMI ISTRI DALAM USIA PERKAWINAN 1-5 TAHUN DI KECAMATAN COBLONG BANDUNG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman banyak perubahan yang terjadi, salah satunya adalah perubahan dalam pandangan orang dewasa mengenai pernikahan. Hal ini didukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, terutama di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta. Menurut Faradila, berdasarkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya serta mencari pasangan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Untuk membagi kedekatan emosional dan fisik serta berbagi bermacam tugas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita yang bernama Mimi, usia 21 tahun, sudah menikah selama 2 tahun dan memiliki 1 orang anak, mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu bentuk interaksi antar manusia, yaitu antara seorang pria dengan seorang wanita (Cox, 1978). Menurut Hurlock (1999) salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai salah satu dari lima agama yang diakui di Indonesia, sangat menekankan tentang bagaimana seorang muslim seharusnya menjalankan pernikahan. Namun sebelum
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis
19 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2002) desain penelitian merupakan serangkaian proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak perubahan di mana ia harus menyelesaikan tugastugas perkembangan, dari lahir, masa kanak-kanak, masa
Lebih terperinciPENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN
PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan rumah tangga merupakan salah satu tahap yang signifikan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal merupakan permulaan dari suatu tahap kedewasaan dalam rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja dan akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah sebuah komitmen legal dengan ikatan emosional antara dua orang untuk saling berbagi keintiman fisik dan emosional, berbagi tanggung jawab,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebahagiaan merupakan keadaan psikologis yang ditandai dengan tingginya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kunci dari hidup yang baik adalah kebahagiaan. Oleh karena itu, secara disadari maupun tidak, manusia terus berupaya untuk mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. N Ne = 780. n = 780( = 106, N = Jumlah populasi mahasiswa S1 FEMA IPB Tahun e = error (9%)
19 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Desain Penelitian ini adalah cross sectional study, karena data yang dikumpulkan hanya pada satu waktu dan tidak berkelanjutan (Nazir 2009). Lokasi penelitian
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI. Gambar 3.1 FlowChart Metodologi Penelitian. 3.1 Studi Lapangan
BAB 3 METODOLOGI 3.1 Studi Lapangan Gambar 3.1 FlowChart Metodologi Penelitian 74 Dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan keterangan secara langsung yang dilakukan melalui: a. Observasi Pengumpulan data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rentang usia dewasa awal. Akan tetapi, hal ini juga tergantung pada kesiapan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tugas perkembangan manusia pada masa dewasa. Pernikahan idealnya dimulai ketika individu berada pada rentang usia dewasa awal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keharmonisan hubungan suami istri dalam kehidupan perkawinan salah satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui komunikasi interpersonal,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel 3.1.1 Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia itu, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan segi biologis, sosiologis dan teologis.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan-kebutuhan seperti makhluk hidup lainnya, baik kebutuhan-kebutuhan untuk melangsungkan eksistensinya sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum gambaran dari manusia yang sehat adalah mereka yang mampu menyelesaikan tugas perkembangan dengan baik, teratur, dan tepat pada masing-masing tahap
Lebih terperincimemberi-menerima, mencintai-dicintai, menikmati suka-duka, merasakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang butuh orang lain untuk melangsungkan hidupnya. Manusia memerlukan rasa aman, nyaman, dan kasih sayang yang diberikan oleh orang lain,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pernikahan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan sepasang pria dan wanita, karena pada saat ini merupakan babak baru dalam kehidupan mereka
Lebih terperincibahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat guna melangsungkan kehidupan umat manusia serta untuk mempertahankan eksistensi kemanusiaan di muka bumi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian korelasi yang melihat Hubungan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian korelasi yang melihat Hubungan Antara Penyesuaian Perkawinan dengan Kepuasan Perkawinan. B. Identifikasi Variabel Variabel
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, fenomena pernikahan dini kian lama
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, fenomena pernikahan dini kian lama kian berkurang, namun demikian bukan berarti fenomena pemikahan dini
Lebih terperinciKEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI
KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Kepuasan Perkawinan. Menurut Aqmalia dan Fakhrurrozi (2009) menjelaskan bahwa per kawinan
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Menurut Aqmalia dan Fakhrurrozi (2009) menjelaskan bahwa per kawinan merupakan suatu ikatan antara pria dan wanita yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran
Lebih terperinciHubungan Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan pada Individu yang Menikah Melalui Ta aruf
Hubungan Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan pada Individu yang Menikah Melalui Ta aruf Helda Novia Rahmah, Ahmad, Ratna Mardiati Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Abstrak Penelitian
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
19 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini merupakan subsampling dari penelitian utama Hibah Kompetensi DIKTI Sunarti (2012) dengan tema Keragaan Ketahanan Keluarga Indonesia. Disain
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. data dan diakhiri dengan menjelaskan waktu dan tempat penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan dimulai dengan menjelaskan mengenai rancangan penelitian, populasi dan sample penelitian,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai Derajat S-1, Sarjana Psikologi Disusu Oleh: NUR ZULAIKAH F 100 030 010 FAKULTAS
Lebih terperinci8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...
Identitas diri: 1. Jenis kelamin : Pria / Perempuan 2. Status pernikahan : Menikah / Tidak Menikah 3. Apakah saat ini Anda bercerai? : Ya / Tidak 4. Apakah Anda sudah menjalani pernikahan 1-5 tahun? :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan manusia. Pernikahan pada dasarnya menyatukan dua pribadi yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan
13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa point penting
BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa point penting yang dapat dijadikan kesimpulan, yaitu: 1. Dari data yang didapatkan mengenai konflik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial ditakdirkan untuk berpasangan yang lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan bahwa pernikahan adalah salah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. zaman sekarang dapat melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh kaum pria.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini fenomena wanita bekerja bukan hal yang aneh lagi di kalangan masyarakat. Selain untuk memenuhi kebutuhan, bekerja merupakan salah satu cara untuk mengembangkan
Lebih terperinci