GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA PERNIKAHAN BEDA AGAMA PADA DEWASA MADYA DI JAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA PERNIKAHAN BEDA AGAMA PADA DEWASA MADYA DI JAKARTA"

Transkripsi

1 GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA PERNIKAHAN BEDA AGAMA PADA DEWASA MADYA DI JAKARTA Nikita Kayes Kumaranti Nikita Kayes Kumaranti Dosen Pembimbing : Lisa Ratriana Chairiyati, S. Psi., M. Si Binus University : Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat Telp. (62-21) Fax. (62-21) ABSTRACT The purpose of this research is to give an illustration of marital satisfaction on interfaith married couples, with the age range of middle adulthood which is years, domiciled in Jakarta and still in an ongoing relationship. This research is descriptive and non-experimental, involving 50 individuals on interfaith marriage where the sample uses purposive sampling technique. Marital satisfaction in this research was measured by Alat Ukur Kepuasan Pernikahan Masyarakat Urban. The method used is the one-sample t-test is used. Based on this research the result coming out that individuals on interfaith marriage having low level of marital satisfaction with the percentage 54% or can be summed up less satisfied. Key words: marital satisfaction, interfaith marriage, middle adulthood ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kepuasan pernikahan pada pasangan yang menikah beda agama, dengan rentang usia dewasa madya yaitu usia tahun, berdomisili di Jakarta dan masih memiliki pasangan sampai sekarang. Penelitian ini bersifat deskriptif dan nonexperimental yang melibatkan 50 individu yang menikah beda agama dimana pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Dalam penelitian ini, kepuasan pernikahan diukur menggunakan Alat Ukur Kepuasan Pernikahan Masyarakat Urban. Metode yang digunakan adalah t-test one sample. Berdasarkan dari hasil penelitian ini diperoleh hasil yang menunjukan bahwa individu yang menikah beda agama memiliki kepuasan pernikahan yang rendah dengan persentase 54% atau dapat disimpulkan kurang puas dalam pernikahan. Kata Kunci: kepuasan pernikahan, pernikahan beda agama, dewasa madya PENDAHULUAN Setiap manusia akan mencari pasangan hidupnya dan menjalin suatu hubungan serta melanjutkannya ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan yang sah dan membentuk suatu keluarga. Pernikahan memberikan kesempatan bagi individu untuk dapat memenuhi berbagai esensial yaitu seperti keintiman, persahabatan, kasih sayang, kebutuhan seksual dan kebersamaan (Papalia, Sterns, Feldman & Camp, 2007). Keluarga merupakan bagian dari masyarakat terkecil dan merupakan bagian dari sebuah negara, maka suatu pernikahan bertujuan untuk membentuk sebuah keluarga yang sah secara hukum. Pernikahan memiliki tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa seperti yang dinyatakan di dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Pernikahan. Dengan begitu pernikahan bertujuan untuk menyatukan dua individu yang berbeda agar dapat mencapai satu tujuan yang akan diusahakan agar dapat dicapai secara bersama-sama.

2 Indonesia merupakan salah satu negara yang padat penduduknya dan terdiri dari beragam jenis suku, sosial, budaya serta agama. Dengan keragaman tersebut maka interaksi sosial yang dialami oleh setiap individu tinggi kemungkinannya untuk memiliki beragam variasi rekan dari seluruh suku dan agama yang ada. Sehingga tidak menutup kemungkinan untuk memiliki ketertarikan dengan lawan jenis yang memiliki perbedaan agama, dan menjalin hubungan dan kemudian melakukan pernikahan beda agama sehingga terbentuknya pasangan suami istri yang memiliki perbedaan agama. Dengan adanya segala permasalahan, anjuran bahkan larangan untuk tidak melakukan perkawinan beda agama namun masih banyak pasangan yang tetap memutuskan untuk menjalani pernikahan beda agama sehingga semakin terjadi peningkatan jumlah pernikahan beda agama. Ada berbagai macam alasan mengapa pernikahan beda agama semakin meningkat jumlahnya di Indonesia. Pernikahan campur adalah hasil dari adanya heterogenitas dalam satu populasi penduduk (Bossard & Boll, 1957). Berdasarkan data sensus yang didapatkan, tingkat pernikahan beda agama dari tahun 1980 cukup banyak yang melakukan pernikahan beda agama yaitu dengan total Dan pernikahan beda agama mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu terjadi sekitar tahun 1990 yakni dan mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu dengan total pada tahun Di Indonesia, perkawinan diatur dalam Undang-Undang Perkawinan (UUP) No.1/1974. Sejak UUP ini dibuat sudah mengundang kontroversi. Ada satu hal yang jelas terlihat membedakan antara UUP sebelum dikeluarkan dan setelah dikeluarkan yaitu mengenai boleh tidaknya perkawinan beda agama dilakukan. Sebelum UUP dikeluarkan, perkawinan beda agama masih dapat dilakukan, karena perbedaan hukum sama sekali tidak menjadi halangan untuk melangsungkan pernikahan (Asmin,1986). Memang, tak berarti pasangan berbeda agama akan cenderung gagal atau berhasil. Semuanya tergantung kesiapan psikologis masingmasing. Ketika masa pacaran semuanya tampak baik-baik saja, tetapi ketika pernikahan berlangsung beberapa tahun, masalah akibat berbagai perbedaan muncul. Dewasa ini pernikahan bukan hal yang dapat dilaksanakan dengan mudah bagi pasangan yang kerap kali memiliki perbedaan agama dan masing-masing individu tetap memilih untuk memeluk agama nya sehingga pernikahan beda agama yang menjadi pilihan bagi pasangan tersebut. Jalan ini diambil ketika masing-masing pihak tidak ada yang pindah mengikuti agama dari pasangannya. Seperti yang telah kita ketahui bahwa tidak gampang untuk menjalani pernikahan beda agama karena memang sudah ada perbedaan prinsip yang paling dasar yaitu agama. Pernikahan beda agama adalah ikatan lahir batin, antara seorang pria dan seorang wanita, yang masing-masing berbeda agamanya dan mempertahankan perbedaan itu sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa menurut Mandra dan Artadi (1988, dalam Eoh, 1996). Individu yang memiliki perbedaan agama sangat mungkin untuk memiliki ketertarikan satu sama lain ditambah lagi dengan fakta bahwa pada zaman sekarang ini setiap manusia sudah memiliki kebebasan dalam memilih pasangan nya, sehingga kontrol dari pihak keluarga yang memiliki kecenderungan untuk memilih pasangan yang memiliki latar belakang yang sama semakin berkurang (Duvall, Miller, 1985; Laswell,1987). Dalam suatu pernikahan aspek kepuasan pernikahan memegang peranan penting untuk mencapai keluarga yang bahagia. Menurut Gullota, Adams dan Alexander (1986) mengatakan bahwa kepuasan pernikahan merupakan perasaan seseorang terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya. Hal ini berkaitan dengan perasaan bahagia yang pasangan rasakan dari hubungan yang dijalani. Arti kepuasan pernikahan menurut Clayton dalam Ardhianita dan Andayani (2004) merupakan evaluasi secara keseluruhan tentang segala hal yang berhubungan dengan kondisi pernikahan. Evaluasi tersebut bersifat dari dalam diri seseorang (subyektif) dan memiliki tingkatan lebih khusus dibanding perasaan kebahagiaan pernikahan. Menurut Skolnick (dalam Lemme, 1995), ada beberapa kriteria dari perkawinan yang memiliki kepuasan yang tinggi, yaitu adanya relasi personal yang penuh kasih sayang dan menyenangkan dalam keluarga sehingga terdapat hubungan yang hangat, saling berbagi dan menerima antar sesama anggota dalam keluarga, adanya rasa kebersamaan dalam keluarga serta setiap anggota keluarga merasa menyatu dan menjadi bagian dari keluarga, pola orang tua memberikan yang akan menjadi contoh yang baik bagi anak-anak mereka, konflik yang muncul dalam keluarga dapat diterima secara normative serta tidak dihindari melainkan berusaha untuk diselesaikan dengan baik dan menguntungkan bagi semua anggota keluarga. kecocokan dan saling memahami sikap antar pasangan dengan hal ini karena pasangan saling melengkapi kelebihan pasangan yang satu dapat menutupi kekurangan pasangan yang lain, dan kemampuan pasangan untuk memecahkan

3 masalah serta strategi yang digunakan oleh pasangan untuk menyelesaikan konflik yang ada dapat mendukung kepuasan perkawinan pasangan tersebut. Burgess dan Cotrell (dalam Landis dan Landis, 1963) menyatakan bahwa kebahagiaan dalam pernikahan lebih banyak terjadi pada pasangan yang mempunyai masa perkenalan 5 tahun atau lebih, sebaliknya hanya sedikit pasangan yang mencapai kebahagiaan dengan masa perkenalan yang singkat (kurang dari 6 bulan). Hal ini dapat dijelaskan, seperti yang dikatakan oleh Bosscard & Boll (1957), bahwa berbeda agama bukan berarti hanya berbeda dalam tata cara beribadah, kepercayaan teologis ataupun bentuk organisasinya, namun juga cara berfikir yang dihasilkannya. Dengan adanya perbedaan kepercayaan, terdapat pula perbedaan dalam bertingkah laku, dalam memberikan perhatian dalam menjalankan kehidupan seharihari, dalam bersikap, nilai-nilai yang dianut dan penilaian moral. Seperti juga yang dikatakan oleh Landis (1970) bahwa tiap kepercayaan tidak hanya melibatkan filosofi religi, tapi juga cara hidup dan nilai-nilai. Pasangan yang tingkat komitmennya tinggi cenderung lebih baik hati dan suka menolong satu sama lain (Wieselquist dkk, dalam Wulandari, 2005), berkomunikasi dan memecahkan masalah secara lebih efektif, dan lebih puas dengan kehidupan daripada pasangan yang komitmennya rendah (Adams & Jones dalam Wulandari, 2005). Banyaknya masalah yang muncul dalam perkawinan beda agama serta sulitnya melakukan penyesuaian dalam perkawinan, meningkatkan kemungkinan gagalnya perkawinan tersebut. Sebuah perkawinan yang gagal dapat berakhir dengan sebuah perceraian. Sebuah studi menunjukan kegagalan sebesar 75% pada perkawinan beda agama (Rosenbaum, 1999). Menurut Rozakis (2001), permasalahan dalam perkawinan beda agama yang disebabkan oleh perbedaan agama suami dan istri antara lain : Pertama, berkaitan dengan pihak keluarga, teman dan masyarakat sekitar. Kedua, berkaitan dengan ibadah dan pelaksanaan nya sehari-hari serta perayaan hari raya. Ketiga, menyangkut masalah seksualitas. Agama yang berbeda dapat menyebabkan perbedaan pandangan yang berbeda dalam suatu tujuan, serta apa yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan dalam sebuah hubungan seksual. Keempat, masalah yang memiliki keterkaitan dengan keberadaan anak. Perbedaan agama dalam suatu pernikahan dapat menimbulkan permasalahan seperti : pemilihan rumah sakit dimana anak akan lahir, pemilihan upacara kelahiran, pemilihan nama bagi anak, pemilihan sekolah bagi anak, serta pendidikan dan pendalaman ajaran agama pada anak di kemudian hari. Dapat dikatakan bahwa masalah anak menimbulkan masalah yang cukup berat pada pasangan beda agama, terutama apabila anak sudah dapat berbicara dan sudah cukup dewasa untuk menanyakan identitas agamanya (Cowan & Cowan, 1987). Seperti yang dikemukakan oleh Olson & Fowers (1989), salah satu aspek dalam perkawinan yang digunakan untuk mengukur kepuasan perkawinan adalah religious orientation. Aspek ini menilai keyakinan beragama serta bagaimana pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan keagamaan yang dilakukan pasangan suami istri secara bersama-sama memberikan kepuasaan psikologis tersendiri bagi pasangan, sehingga keyakinan yang dianut pasangan suami istri turut mempengaruhi kepuasaan perkawinan itu sendiri. Ketika ada perbedaan keyakinan antara pasangan suami dan istri, hal tersebut dapat memicu kurangnya kebersamaan pasangan yang pada akhirnya berdampak pada kepuasaan perkawinan. Menurut Clark (1998) agama memiliki peranan penting dalam pembentukan sikap terhadap perkawinan dan selanjutnya akan mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan perkawinan, Clark juga menambahkan bahwa ketaatan beragama berhubungan dengan kestabilan perkawinan. Hal ini juga didukung oleh Abdullah (2003) yang menyatakan bahwa seseorang yang mengawali segalanya dengan motivasi iman dan ibadah pada Tuhan semata maka akan merasakan kepuasan dalam hidupnya. Di Indonesia sendiri angka perceraian menunjukan peningkatan. Data terakhir mencatat sejak tahun angka perceraian di Indonesia naik drastis, jika pada tahun 2005 angka perceraian hanya kasus, maka pada tahun 2013 menjadi kasus. Perceraian dapat mengindikasikan bahwasannya rasa puas dalam menjalani biduk rumah tangga sudah luntur bahkan telah pudar, sehingga menjadikan kehidupan dalam rumah tangga terasa hambar dan tidak lagi harmonis. Hal terbut juga sejalan dengan pendapat Hurlock (2002) bahwa perceraian merupakan puncak dari ketidakpuasan pernikahan yang tertinggi dan terjadi apabila suami dan istri sudah tidak mampu lagi saling memuaskan, saling melayani dan mencari cara penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak. Sehingga berdasarkan fenomena tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pernikahan yang seagama memiliki tingkat perceraian yang tinggi apalagi dengan pernikahan beda agama. Terlepas dari persoalan teologis dan keyakinan agama, telah diketahui bahwa tujuan perkawinan adalah membentuk rumah tangga. Rumah tangga kelak membahagiakan ataupun tidak tergantung kepada kedua belah pihak untuk mengusahakan terciptanya kebahagiaan tersebut.

4 Karakter suami istri sudah sewajarnyalah berbeda, karena mereka tumbuh dan berkembang dari keluarga yang berbeda. Kecocokan dan saling pengertian sangat penting perlu diusahakan dan dipelihara. Dari uraian tersebut di atas tampak bahwa hidup perkawinan dibangun berdasar berbagai perbedaan, dan dengan adanya perbedaan agama membuahkan bertambahnya berbagai perbedaan tersebut. Konsekuensi dari bertambahnya perbedaan antara suami-istri maka dibutuhkan usaha yang lebih keras untuk melakukan penyesuaian antara keduanya agar membuahkan kebahagiaan. Perjalanan relasi yang sangat intensif antara dua orang yang berbeda dalam segala hal tentu membuahkan dinamika kehidupan yang sangat berbeda daripada relasi yang dijalin oleh sebagian besar pasangan suami-istri. Pernikahan beda agama sendiri selain memiliki banyak kelemahan, namun bukan berarti tidak memiliki kelebihan. Seperti yang dikatakan oleh Petersen (1986) bahwa penikahan beda agama menghasilkan komitmen yang lebih kuat dibandingkan dengan pernikahan seagama. Eaton (1994) mengatakan apabila pasangan yang menikah beda agama mampu mendiskusikan mengenani perbedaan agama dan menghormati sudut pandang serta tradisi dari pasangannya, mereka bisa membuat kegunaan konstruktif dari perbedaan mereka dan memberikan dukungan pada perkembangan pasangan dalam pelatihan dan identitas keagamaan secara individual, sementara mereka menciptakan perpaduan kultur yang baru yang menyatakan tujuan dan nilai mereka. Pasangan yang menikah beda agama dapat berfungsi dengan baik ketika mereka meminimalkan perbedaan agama dan fokus kepada kesamaan perilaku yang mereka miliki seperti yang dikatakan oleh Joanides, Mayhew dan Mamalakis (2002). Laserwitz menyatakan bahwa pernikahan beda agama menghasilkan peningkatan dalam kebahagian dalam pernikahan dan mengurangi tingkat perceraian seperti yang dikutip oleh dalam Chinitz & Brown (2001) Pernikahan beda agama banyak mengalami peningkatan sekitar tahun dan mengalami penurunan di tahun 2000, setelah Undang-Undang Pernikahan diperbaharui. Pengertian dewasa madya menurut Hurlock (1980) yang disebut juga dengan usia setengah baya dalam terminologi kronologis yaitu pada umumnya berkisar antara usia tahun, dimana pada usia ini ditandai dengan berbagai perubahan fisik maupun mental. Schoen, Astone, Rothert, Standish, dan Kim (2002) mendefiniskan kepuasan pernikahan sebagai penilaian keseluruhan pada keadaan pernikahan dan refleksi untuk kebahagiaan dan fungsi perkawinan. Sedangkan dari prespektif revolusioner, Shackelford dan Buse (dalam Zainah, Nasir, Hashim, & Yusof, 2012) menyatakan bahwa kepuasan pernikahan dapat dilihat dari sisi keadaan pengaturan mekanisme psikologis yang membantu melihat manfaat atau kerugian pernikahan pada orang tertentu. Landis & Landis (dalam Wahyuningsih, 2002) mengatakan bahwa tingkat religiusitas dalam perkawinan dapat mempengaruhi pola pikir dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari termasuk di dalam nya menjalani kehidupan perkawinan. Pria dan wanita menemukan agama sebagai sumber kesenangan dan kebahagiaan yang lebih besar daripada yang pernah diperoleh sebelumnya seperti yang dikatakan oleh Hurlock (2002), sehingga untuk dapat mencapai kepuasan pernikahan, seseorang harus mendapat kepuasan beragama seperti yang dikatakan Jane (dalam Anastasia,2008). METODE PENELITIAN Subjek Penelitian dan Teknik Sampling Karakteristik dari penelitian ini adalah : Individu yang melakukan pernikahan beda agama,memiliki rentang usia dewasa madya yaitu tahun, berdomisili di wilayah Jakarta, dan masih memiliki pasangan sampai sekarang. Penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling yang memiliki pendekatan purposive sampling. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang memberikan informasi atau hasil akhir berupa angka yang dapat dianalisa dengan statistik. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian non-eksperimental karena tidak ada manipulasi yang dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan tujuannya, penelitian ini masuk ke dalam penelitian studi yang bersifat deskriptif. Penelitian ini juga dilakukan peneliti guna memperoleh gambaran secara sistematis akan suatu situasi, masalah, dan fenomena.

5 Alat Ukur Penelitian Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Alat Ukur Kepuasan Pernikahan Masyarakat Urban yang disusun oleh Rumondor, Paramita, Geni, dan Francis pada tahun 2012 yang digunakan untuk mengukur kepuasan pernikahan. Di dalam alat ukur ini terdiri dari 38 item pernyataan, setiap butir memiliki pilihan jawaban dengan model skala Likert, yaitu Sangat Puas (SP), Puas (P), Kurang Puas, (KP), Sangat Tidak Puas (STP). Alat ukur ini telah terbukti memiliki validitas yang tinggi serta memiliki reliabilitas yang memuaskan. Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan menggunakan standar validitas 0,25 yang dibantu dengan menggunakan program SPSS 22 for windows, dengan 50 responden dan dibuktikan dengan total responden 100% menghasilkan nilai corrected item-total correlation yang berkisar antara 0,610 0,852 dengan cronbach s alpha 0,758 Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu membuat persiapan persiapan penelitian. Diawali dengan menentukan topik dan variabel penelitian serta masalah penelitian yang akan diangkat dalam penelitian ini, dengan membaca sumber sumber ilmiah yang terkait dengan topik dan mengumpulkan studi penelitian yang telah dilakukan sebelumnya sesuai dengan topik pembahasan dalam penelitian ini. Setelah itu peneliti mulai mencari fenomena fenomena yang terkait dengan topik penelitian tersebut, dan mencari teori teori yang mendukung. Selain itu menyusun dasar-dasar teori untuk masing-masing variabel dan subjek penelitian, serta dinamika teori antara variabel. Selanjutnya, rumusan masalah dapat memberikan gambaran mengenai desain penelitian yang akan digunakan. Sedangkan melalui dasar teori, fenomena, dan rumusan masalah dapat ditentukan dugaan sementara untuk menjawab rumusan masalah atau hipotesa yang masih perlu diuji kebenarannya lewat penelitian. Dalam menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesa maka dibutuhkan untuk mengukur variabel penelitian. Pengukuran tersebut diberikan kepada sampel yang memang sesuai dengan penelitian dan dalam pemilihan sampel dibutuhkan teknik sampling. Selain itu yang utama adalah dibutuhkan alat ukur yang nantinya akan digunakan dalam penelitian Jika hasil validitas dan reliabilitas sudah dikatakan valid dan reliabel maka selanjutnya dilakukan pengambilan dan pengolahan data. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 29 Juni 2015 hingga 06 Juli 2015, karena mencakup kuesioner serta pengambilan data lain yang diperlukan. Pembagian kuesioner dilakukan dengan peneliti menyebarkan kuesioner dalam bentuk booklet dan juga menyebarkan link yang bisa dibuka via internet di maupun media sosial lain untuk memudahkan responden dan peneliti mengambil data di tempat yang sulit untuk dijangkau, mengingat banyak kesibukan yang dilakukan responden maupun peneliti sendiri. Kemudian setiap jawaban yang terdapat di kuesioner akan diinput kedalam SPSS versi 22 for windows dan Microsoft Excel 2007 untuk pengolahan data lebih lanjut. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisa Data Kepuasan Pernikahan Tabel 1 Frekuensi Persentase rendah % Valid tinggi % Total % Sumber: Pengolahan Data SPSS 22 Dilihat dari tabel 1 menunjukkan bahwa dari 50 responden individu yang melakukan pernikahan beda agama, memiliki rentang usia dewasa madya yaitu tahun, berdomisili di Jakarta dan masih memiliki pasangan sampai sekarang didapatkan hasil yaitu 27 responden dengan persentase 54% memiliki tingkat kepuasan pernikahan yang rendah, dan 23 responden dengan presentase 46% memiliki tingkat kepuasan pernikahan yang tinggi. Hasil Analisa Data Skor Variabel Kepuasan Pernikahan Setiap Aspek

6 Tabel 2 Variabel Skor Total Skewness Min Max Simpangan Baku Rata- Rata Komunikasi 12,56-0, ,822 3,14 Keseimbangan Pembagian Peran 19,20-0, ,499 3,2 Kesepakatan 12,12-0, ,715 3,03 Keterbukaan 9,26-0, ,088 3,08 Keintiman 12,24-0, ,715 3,06 Keintiman Sosial Dalam Relasi 12,04-0, ,515 3,01 Seksualitas 12,66-0, ,479 3,16 Finansial Spiritualitas 12,24-0, ,479 3,06 11,18-0, ,218 2,23 Sumber: Pengolahan Data SPSS 22 Dilihat dari tabel 2 menunjukan bahwa aspek keseimbangan pembagian peran mendapat hasil ratarata yang paling tinggi yaitu 3,2 dan diikuti dengan aspek seksualitas dengan hasil rata- rata yang cukup tinggi yaitu 3,16 dan aspek komunikasi dengan hasil rata-rata 3,14. Untuk aspek keterbukaan dengan hasil rata-rata 3,08 lalu diikuti dengan aspek keintiman dan financial dengan hasil rata-rata yang sama yaitu 3,06 mendapat hasil rata-rata yang cukup. Untuk aspek kesepakatan dengan hasil rata-rata 3,03 dan aspek keintiman social dalam relasi dengan hasil rata-rata 3,01 mendapat hasil rata-rata yang rendah. Aspek spiritualitas mendapat hasil rata-rata yang paling rendah yaitu 2,23. Keseimbangan pembagian peran menilai perasaan dan sikap individu terhadap peran yang beragam dalam kehidupan perkawinan. Fokusnya adalah pada pekerjaan, tugas rumah tangga, peran sesuai jenis kelamin dan peran sebagai orangtua. Suatu peran harus mendatangkan kepuasan pribadi. Pria dapat bekerjasama dengan wanita sebagai rekan baik di dalam maupun di luar rumah. Suami tidak merasa malu jika penghasilan istri lebih besar juga memiliki jabatan yang lebih tinggi. Wanita mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya serta memanfaatkan kemampuan dan pendidikan yang dimiliki untuk mendapatkan kepuasan pribadi (Nasution,2010). Waktu luang bersama keluarga dapat memberikan kesempatan bagi keluarga untuk terikat satu sama lain, menyelesaikan masalah dan memperkuat hubungan (Agate, Zabriskie, Agate, dan Poff, 2009). Selanjutnya, Hawkes, Holman & Epperson (dalam Agate, Zabriskie, Agate, dan Poff, 2009) menyatakan bahwa lebih dari 70 tahun para peneliti mengidentifikaskan dan menemukan adanya hubungan yang positif antara waktu luang bersama keluarga dengan dampak positifnya bagi keluarga. Zabriskie dan McCormick (2003) juga menjelaskan bahwa waktu luang bersama keluarga terkait erat dengan kepuasan dalam rumah tangga. Holman, Holman dan Jacquart, Miller, Orthner, Smith, Snyder & Monsma (dalam Johnson, Zabriskie, dan Hill, 2006) menyatakan bahwa secara konsisten penelitian menghasilkan bahwa suami-istri yang berbagi waktu luang bersama akan lebih puas dengan pernikahannya dibanding yang tidak. Ini dibuktikan dengan hasil keseimbangan peran yang mendapatkan hasil rata-rata yang paling tinggi. Seksualitas dapat menjadi penyebab pertengkaran dan ketidakbahagiaan apabila tidak dicapai kesepakatan yang memuaskan. waktu luang bersama keluarga dapat memberikan kesempatan bagi keluarga untuk terikat satu sama lain, menyelesaikan masalah dan memperkuat hubungan (Agate, Zabriskie, Agate, dan Poff, 2009). Selanjutnya, Hawkes, Holman & Epperson (dalam Agate, Zabriskie, Agate, dan Poff, 2009) menyatakan bahwa lebih dari 70 tahun para peneliti mengidentifikaskan dan menemukan adanya hubungan yang positif antara waktu luang bersama keluarga dengan dampak positifnya bagi keluarga. Zabriskie dan McCormick (2003) juga menjelaskan bahwa waktu luang bersama keluarga terkait erat dengan kepuasan dalam rumah tangga. Holman, Holman dan Jacquart, Miller, Orthner, Smith, Snyder & Monsma (dalam Johnson, Zabriskie, dan Hill, 2006) menyatakan bahwa

7 secara konsisten penelitian menghasilkan bahwa suami-istri yang berbagi waktu luang bersama akan lebih puas dengan pernikahannya dibanding yang tidak.kepuasan seksual dapat terus meningkat seiring berjalannya waktu. Hal ini bisa terjadi karena kedua pasangan telah memahami dan mengetahui kebutuhan mereka satu sama lain, mampu mengungkapkan hasrat dan cinta mereka, juga membaca tanda-tanda yang diberikan pasangan sehingga dapat tercipta kepuasan bagi pasangan suami istri. Aspek-aspek kepuasan pernikahan yang dibangun oleh Rumondor, Paramita, Geni, dan Francis (2012) yaitu keterbukaan, komunikasi, finansial, keseimbangan pembagian peran, keintiman, keintiman sosial dalam relasi, spiritual, dan kesepakatan. Berdasarkan hasil skor variable yang didapat yaitu untuk aspek komunikasi, keseimbangan pembagian peran, dan seksualitas yang mendapatkan hasil yang tinggi dan diikuti dengan skor variable aspek keintiman dan financial yang mendapatkan hasil yang cukup tinggi. Untuk skor variable aspek keintiman dan financial adalah nilai cukup tinggi. Keintiman menilai pilihan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang yang merefleksikan aktivitas yang dilakukan secara personal atau bersama. Aspek ini juga melihat apakah suatu kegiatan dilakukan sebagai pilihan individu atau pilihan bersama serta harapan-harapan dalam mengisi waktu luang bersama pasangan menurut Olson & Fowers (1993). Finansial merupakan cara mengatur keuangan, bentuk-bentuk pengeluaran dan pembuatan keputusan tentang keuangan. Konsep yang tidak realistis, yaitu harapan-harapan yang melebihi kemampuan keuangan, harapan untuk memiliki barang yang diinginkan, serta ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dapat menjadi masalah dalam perkawinan (Hurlock, 2002). Konflik dapat muncul jika salah satu pihak menunjukkan otoritas terhadap pasangannya juga tidak percaya terhadap kemampuan pasangan dalam mengelola keuangan. Skor variable untuk aspek kesepakatan dan keintiman social dalam relasi dengan nilai yang cukup. Aspek kesepakatan berfokus untuk menilai persepsi suami istri teradap suatu masalah serta bagaimana pemecahannya. Diperlukan adanya keterbukaan pasangan untuk mengenal dan memecahkan masalah yang muncul serta strategi yang digunakan untuk mendapatkan solusi terbaik. Untuk aspek kesepakatan yang mendapatkan hasil skor variable yang cukup mempengaruhi kepuasan pernikahan, seperti yang dikatakan oleh Menurut Skolnick (dalam Lemme, 1995) bahwa penerimaan terhadap konflik dan mampu memecahkan konflik karena termasuk di dalam aspek kepuasan pernikahan. Keintiman social dalam relasi juga menilai bagaimana anggota keluarga saling mendukung dalam mengatasi masalah bersama-sama serta membangun kepercayaan satu sama lain. Seperti yang dikatakan oleh Hurlock (2002) bahwa keintiman dapat melihat bagaimana perasaan dan perhatian pasangan terhadap hubungan kerabat, mertua serta teman-teman. Area ini merefleksikan harapan dan perasaan senang menghabiskan waktu bersama keluarga besar dan teman- teman. Perkawinan akan cenderung lebih sulit jika salah satu pasangan menggunakan sebagian waktunya bersama keluarganya sendiri, jika ia juga mudah dipengaruhi oleh keluarganya dan jika ada keluarga yang datang dan tinggal dalam waktu lama (Hurlock, 2002). Sedangkan untuk skor variable aspek spiritualitas mendapatkan nilai yang rendah dan skor variable aspek keterbukaan mendapatkan hasil yang sangat rendah. Seperti yang dikemukakan oleh Olson & Fowers (1993), salah satu aspek dalam perkawinan yang digunakan untuk mengukur kepuasan perkawinan adalah religious orientation. Aspek ini menilai keyakinan beragama serta bagaimana pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan keagamaan yang dilakukan pasangan suami istri secara bersama-sama memberikan kepuasaan psikologis tersendiri bagi pasangan, sehingga keyakinan yang dianut pasangan suami istri turut mempengaruhi kepuasaan perkawinan itu sendiri. Ketika ada perbedaan keyakinan antara pasangan suami dan istri, hal tersebut dapat memicu kurangnya kebersamaan pasangan yang pada akhirnya berdampak pada kepuasaan perkawinan. Ini dibuktikan dengan hasil skor variable aspek spiritualitas yang mendapatkan nilai yang rendah. Hasil Analisa Data Tambahan Tabel 3 Harapan Frekuensi Pernikahan diakui oleh keluarga 5 Tidak dikucilkan dalam keluarga 1

8 Pasangan ikut agama saya 13 Pernikahan beda agama dilegalkan di Indonesia 1 Anak ikut agama saya 7 Restu dari keluarga besar kedua belah pihak 7 Sakinah, Mawadah, Warahmah 3 Keluarga yang sehat 5 Pernikahan langgeng dan harmonis 20 Mengajari dan membesarkan anak dalam agama yang sama 5 Memiliki rumah sendiri 5 Rejeki lancar 1 Pasangan lebih menghargai keluarga 1 Tinggal satu kota dan satu rumah 1 Saling support atas perbedaan yang ada 1 Keluarga pasangan tidak ikut campur dalam masalah rumah tangga 1 Pasangan bisa menerima dan memberikan waktu untuk beribadah 1 Sumber: Pengolahan Data SPSS 22 Dilihat dari tabel 3 menunjukan bahwa responden paling banyak mengisi harapan dengan pernikahan yang langgeng dan harmonis yaitu dengan frekuensi sebanyak 20 orang. Diikuti dengan harapan pasangan bisa pindah ke agama dari responden yaitu dengan frekuensi sebanyak 13 orang. Responden juga mengisi harapan dengan mendapatkan restu dari keluarga besar kedua belah pihak dengan frekuensi sebanyak 7 orang dan dengan jumlah frekuensi yang sama, responden juga mengisi harapan dengan mendapatkan restu dari kedua belah pihak keluarga. Reponden mengharapkan pernikahan diakui oleh keluarga, keluarga yang sehat, mengajari dan membesarkan anak dalam agama yang sama serta memiliki tempat tinggal sendiri dengan frekuensi 5 kali. Sakinah, Mawadah, Warahmah dipilih oleh responden dengan frekuensi sebanyak 3 kali. Dengan frekuensi sebanyak 1 kali responden memilih tidak dikucilkan oleh keluarga, rejeki lancar, pasangan lebih menghargai keluarga, tinggal satu kota dan satu rumah, saling support atas perbedaan yang ada, keluarga pasangan tidak ikut campur dalam masalah rumah tangga, dan pasangan bisa menerima dan memberikan waktu untuk ibadah. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil yang dapat disimpulkan bahwa dari 50 responden pasangan suami istri yang melakukan pernikahan beda agama, memiliki rentang usia dewasa madya yaitu tahun, berdomisili di wilayah Jakarta dan masih memiliki pasangan sampai sekarang didapatkan hasil yaitu 27 responden dengan persentase 54 % memiliki tingkat kepuasan pernikahan yang rendah, dan 23 responden dengan presentase 46 % memiliki tingkat kepuasan pernikahan yang tinggi. Saran 1. Sebaiknya membagi jenis kelamin dalam jumlah yang seimbang, lebih baik jika penilaian terhadap kepuasan pernikahan bisa diambil dari kedua pihak (suami-istri) dalam satu keluarga, dapat memasukkan unsur proses interaksi dalam tiap variabel penelitian, dan melakukan penilaian pada kepribadian masing-masing pasangan.

9 2. Dalam upaya memaksimalkan sampel maka, alat ukur sebisa mungkin diisi oleh orang-orang yang dikenal atau setidaknya teman dari orang yang kita kenal, sehingga bisa cukup terbuka dalam memberikan jawaban, menyediakan waktu yang cukup lama, sehingga dapat memberikan responden waktu yang panjang untuk mengisi kuesioner dengan item yang cukup banyak. 3. Mengingat bahwa penggunaan hasil penelitian ini hanya bisa digambarkan pada orang dengan kriteria sampel yang telah disebutkan, sehingga penelitian selanjutnya bisa melakukan penelitian pada kriteria sampel yang lain atau spesifikasi kriteria pada sampel yang sama untuk makin meluaskan dan menyempurnakan penelitian tentang keluarga dan kepuasan pernikahan. Kemudian, hal lain yang perlu diingat bahwa agar penelitian ini nantinya tidak disalahartikan sebagai penelitian pengaruh dalam konteks sebab-akibat, tetapi hanya sebatas pada gambaran. 4. Penelitian ini masih membutuhkan perbaikan karena masih memiliki kekurangan yaitu jumlah subjek yang masih terhitung sedikit sehingga lebih baik untuk menambah jumlah subjek agar mendapatkan hasil yang lebih baik lagi untuk penlitian selanjutnya. 5. Pencarian subjek harus dilakukan secara merata pada setiap bagian wilayah Jakarta agar mendapat hasil yang lebih valid untuk penelitian selanjutnya. REFERENSI Abdullah, A. M. (2003). Menyatukan Kembali Ilmu-Ilmu Agama dan Umum. Yogyakarta : Suka Press. Agate, J.R., Zabriskie, R.B., Agate, S.T., & Poff, R.(2009). Family leisure satisfaction and satisfaction with family life. Journal of Leisure Research,41(2), Anastasia, S. (2008). Kepuasan Perkawinan Pada Suami/Istri Yang Pasangannya ODHA. Skripsi. Medan : Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Ardhianita, I & Andayani, B. (2004). Kepuasan Penikahan di Tinjau Dari Berpacaran dan Tidak Berpacaran. Jurnal Universitas Gadjah Mada/ Volume 32, No.2, Asmin. (1986). Status Perkawinan Antar Agama Ditinjau Dari Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun Jakarta : PT. Dian Rakyat. Bossard,J.H.& Boll, E.S (1957). One Marriage Two Faith;Guindance on interfaith marriage. New York: The Ronald Press Company. Chinitz, J. G., & Brown, R.A. (2001). Religious homogamy, marital conflict, and stability in same-faith and interfaith Jewish marriages. Journal for the Scientific Study of Religion, 40(4), Clark, W. (1998). Religious Observance : Marriage and Family. Canada : Canada Social Trends. Duvall, E. M & Miller, B. C (1985) Marriages and Family Development (6 th edition) New York. Harper & Row Publisher,Inc. Eaton, S. C. (1994). Marriage between Jews and non-jews : Counseling implications. Journal of Multicultural Counseling& Development, 22(4), Eoh, O.S. (1996). Perkawinan Antar Agama Dalam Teori dan Praktek. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

10 Gullotta, Thomas P., Gerald R. Adams, Sharon J. A. ( 1986 ). Today s Marriages and Families : A Wellnes Approach. California : Brooks / Cole Publishing Co. Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga. Hurlock, E.B. (2002). Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta : Erlangga. Joanides, C.,Mayhew,M.,&Mamalakis, P. (2002). Investigating inter-christian and intercultural couples associated with the Greek Orthodox Archdiocese of America : A qualitative research project. American Journal of Family Therapy, 30, Johnson, H.A., Zabriskie, R.B.,& Hill, B. (2006). The contribution of couple leisure involvement, leisure time, and leisure satisfaction to marital satisfaction. Marriage and Family Review,40(1),69-91 Landis,J.T & Landis, M. G (1963) Building a Successful Marriage 4 th edition, Englewood Cliffs. New York : Prentice Hall Inc. Landis, P. (1970). Your Marriage and Family Living. New York, NY: Mc GrawHill. Laswell, E & Laswell, F. (1987). Marriage and The Family. 2 nd. Ed. California: Wadsworth Publishing. Lemme, B. H. (1995). Developmental in Adulthood. United States of America : A Simon & Schuester Company. Nasution, D. U. (2010). Kepuasan Pernikahan Pada Istri Yang Memiliki Pasangan Beda Agama. Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara. Olson, D. H., & Fowers B. J., (1989). Enrich Marital Inventory: Discriminant validity and cross-validity assessment. [on-line]. Available FTP: Papalia, Diane E., Sterns, H.L., Feldman, R.D., Camp, CJ. (2007). Adult Development and Aging (3 rd Ed). New York: McGraw-Hill. Peterson, L. R. (1986). Interfaith Marriage and Religious Commitment among Catholics. Journal of Marriage and the Family. USA : National Council on Family Relation. Rosenbaum,M. & Rosenbaum,S. (1999). Cellebrating our diferences. Living two faith in one marriage. Philadelphia, PA : Beidel Printing House Inc. Rozakis, L. (2001). Interfaith relationship. Indiana Polis : Macmilan USA Inc. Rumondor, P., Paramita, G.V., Geni, P.L., & Francis, N.P.(2012). Marital Satisfaction and Couple s Income Among Young Adults of Urban Area. Unpublished Manuscript.Psychology Department, BINUS University. Schoen, R., Astone, N. M., Rothert, K., Standish, N. J., & Kim, Y. J. (2002). Women Employment, Marital Happiness and Divorce. Social Forces, 81(2), Wahyuningsih, H. (2002). Perkawinan : Arti Penting Pola dan Tipe Penyesuaian Antar Pasangan. Psikologika : No. 14 Volume VII. Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia.

11 Wulandari, D.A. (2005). Empati dan Komitmen sebagai Fasilitator Perilaku Memberi Maaf pada Hubungan Romantis. Tesis. Tidak Diterbitkan. Program Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Zabriskie, R. B., & McCormick, B. P.(2003). Parent and child perspectives of family leisure involvement and satisfaction with family. Journal of Leisure Research,35(2), Zainah, A.Z., Nasir, R., Hashim, R.S., & Yusof, N.M.(2012). Effect of Demographic Variable or Marital Satisfaction. Asian Social Science,8(9),

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia akan mencari pasangan hidupnya dan menjalin suatu hubungan serta melanjutkannya ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan yang sah dan membentuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan Pernikahan Clayton (1975) dan Snyder (1979) menjelaskan bahwa kepuasan perkawinan merupakan evaluasi secara keseluruhan tentang segala hal yang berhubungan dengan kondisi

Lebih terperinci

Bab 4. Hasil dan Pembahasan Gambaran umum responden penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki karakteristik, yaitu:

Bab 4. Hasil dan Pembahasan Gambaran umum responden penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki karakteristik, yaitu: Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Pengolahan Data 4.1.1 Gambaran umum responden penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki karakteristik, yaitu: suami atau istri usia 20-40 tahun,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2002) desain penelitian merupakan serangkaian proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

Komitmen Pada Perkawinan Ditinjau dari Kepuasan dalam Perkawinan

Komitmen Pada Perkawinan Ditinjau dari Kepuasan dalam Perkawinan Komitmen Pada Perkawinan Ditinjau dari Kepuasan dalam Perkawinan Dyah Astorini Wulandari Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh PO BOX 202 Purwokerto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia melewati beberapa fase dalam siklus kehidupannya. Fase kedua dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di mana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Kepuasan Pernikahan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Kepuasan Pernikahan BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan didefinisikan sebagai hubungan yang diakui secara sosial antara pria dan wanita yang didalamnya terdapat hubungan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH Fransisca Iriani Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, Jakarta dosenpsikologi@yahoo.com

Lebih terperinci

Bab 5. Simpulan, Diskusi, dan Saran. Berdasarkan uji hipotesa dengan analisa regresi berganda dihasilkan bahwa

Bab 5. Simpulan, Diskusi, dan Saran. Berdasarkan uji hipotesa dengan analisa regresi berganda dihasilkan bahwa Bab 5 Simpulan, Diskusi, dan Saran 5.1 Simpulan Berdasarkan uji hipotesa dengan analisa regresi berganda dihasilkan bahwa H 01 ditolak, berarti ada pengaruh waktu luang bersama pasangan dan inisiasi berhubungan

Lebih terperinci

Hubungan Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan pada Individu yang Menikah Melalui Ta aruf

Hubungan Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan pada Individu yang Menikah Melalui Ta aruf Hubungan Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan pada Individu yang Menikah Melalui Ta aruf Helda Novia Rahmah, Ahmad, Ratna Mardiati Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari lahir, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari lahir, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia melewati tahap demi tahap perkembangan dalam kehidupannya. Setiap manusia akan mengalami banyak perubahan dan menyelesaikan tugastugas perkembangan dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dengan proses pacaran dan proses ta aruf. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dengan proses pacaran dan proses ta aruf. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian ini difokuskan pada pasangan yang sudah menikah dengan proses pacaran dan proses ta aruf. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT menciptakan manusia yaitu laki-laki dan perempuan secara berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk setiap masing-masing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian korelasi yang melihat Hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian korelasi yang melihat Hubungan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian korelasi yang melihat Hubungan Antara Penyesuaian Perkawinan dengan Kepuasan Perkawinan. B. Identifikasi Variabel Variabel

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Perkawinan Perkawinan merupakan hubungan antara pria dan wanita yang diakui dalam masyarakat yang melibatkan hubungan seksual, adanya penguasaan dan hak mengasuh anak dan saling

Lebih terperinci

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA 30-40 TAHUN YANG BELUM MENIKAH Siti Anggraini Langgersari Elsari Novianti, S.Psi. M.Psi. Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu dimensi humor styles dan kepuasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa ini, individu dituntut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pernikahan 2.1.1 Pengertian Pernikahan Secara umum, pernikahan merupakan upacara pengikatan janji nikah yang dilaksanakan dengan menggunakan adat atau aturan tertentu. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat seseorang memutuskan untuk menikah, maka ia akan memiliki harapan-harapan yang tinggi atas pernikahannya (Baron & Byrne, 2000). Pernikahan merupakan awal terbentuknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam siklus kehidupan manusia. Setiap orang berkeinginan untuk membangun sebuah rumah tangga yang bahagia bersama orang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Lemme (1995) kepuasan pernikahan adalah evaluasi suami dan istri terhadap

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Lemme (1995) kepuasan pernikahan adalah evaluasi suami dan istri terhadap BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Definisi Kepuasan Pernikahan Menurut Lemme (1995) kepuasan pernikahan adalah evaluasi suami dan istri terhadap hubungan pernikahan yang cenderung berubah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dilakukan dengan mengumpulakan data yang berupa angka. Data tersebut kemudian diolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identitas Variabel Variabel merupakan suatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda, menurut (Sugioyo, 2001), variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat keterikatan secara

Lebih terperinci

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275 KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KONFLIK PERAN PEKERJAAN-KELUARGA DAN FASE PERKEMBANGAN DEWASA PADA PERAWAT WANITA DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. SOEROYO MAGELANG Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL Dwi Rezka Kemala Ira Puspitawati, SPsi, Msi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Variabel merupakan karakteristik objek kajian (konsep) yang mempunyai

BAB 3 METODE PENELITIAN. Variabel merupakan karakteristik objek kajian (konsep) yang mempunyai BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis Variabel merupakan karakteristik objek kajian (konsep) yang mempunyai variasi nilai, baik itu kejadian, situasi, perilaku maupun karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 1 tahin 1974 pasal 1 tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: Ikatan lahir dan batin antara seorang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dengan menggunakan uji U Mann Whitney Test yaitu sig = 0,0001 (P<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa bahwa hasil penelitian ini

BAB V PENUTUP. dengan menggunakan uji U Mann Whitney Test yaitu sig = 0,0001 (P<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa bahwa hasil penelitian ini BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis statistik nonparametrik dengan menggunakan uji U Mann Whitney Test yaitu sig = 0,0001 (P

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Resolusi Konflik Setiap orang memiliki pemikiran atau pengertian serta tujuan yang berbeda-beda dan itu salah satu hal yang tidak dapat dihindarkan dalam suatu hubungan kedekatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab metodologi penelitian, akan dibahas mengenai variabel penelitian, masalah penelitian, subjek penelitian, metode pengambilan data, alat ukur yang digunakan, prosedur

Lebih terperinci

BAB 5 Simpulan, Diskusi, dan Saran

BAB 5 Simpulan, Diskusi, dan Saran BAB 5 Simpulan, Diskusi, dan Saran Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai simpulan yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan pada bab

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tingkat derajat Self-Disclosure pada pasangan suami istri yang telah menikah 0-5 tahun di Gereja X Bandung. Penelitian ini menggunakan desain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

PELATIHAN KONSELING PERKAWINAN BERBASIS KOMUNITAS

PELATIHAN KONSELING PERKAWINAN BERBASIS KOMUNITAS Prosiding SNaPP2016 Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 PELATIHAN KONSELING PERKAWINAN BERBASIS KOMUNITAS 1 Dyah Astorini Wulandari, 2 Suwarti 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian survei, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka dan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian survei, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka dan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan tipe penelitian survei, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka dan bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dapat diartikan sebagai sebuah ikatan lahir batin seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai salah satu dari lima agama yang diakui di Indonesia, sangat menekankan tentang bagaimana seorang muslim seharusnya menjalankan pernikahan. Namun sebelum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data dan diakhiri dengan menjelaskan waktu dan tempat penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. data dan diakhiri dengan menjelaskan waktu dan tempat penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan dimulai dengan menjelaskan mengenai rancangan penelitian, populasi dan sample penelitian,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya serta mencari pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial, biologis maupun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pernikahan adalah salah satu proses penting dalam kehidupan sosial manusia. Pernikahan merupakan kunci bagi individu untuk memasuki dunia keluarga, yang di dalamnya terdapat

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA ABSTRACT Chusnul Chotimah Dosen Prodi D3 Kebidanan Politeknik Kebidanan Bhakti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. fenomena tertentu serta menganalisis hubungan-hubungan antara suatu variabel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. fenomena tertentu serta menganalisis hubungan-hubungan antara suatu variabel 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini dapat digolongkan sebagai penelitian deskriptif kausal, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menguraikan sifat atau karakteristik

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas edisi:4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

DAFTAR PUSTAKA. Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas edisi:4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas edisi:4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Fard, M. K.; Shahabi, R.; & Zardkhaneh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan hidup adalah dengan peningkatan ekonomi. Didalam orang yang sudah berkeluarga tentunya mempunyai berbagai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai Derajat S-1, Sarjana Psikologi Disusu Oleh: NUR ZULAIKAH F 100 030 010 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. digunakan peneliti serta kegiatan yang akan dilakukan selama proses penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. digunakan peneliti serta kegiatan yang akan dilakukan selama proses penelitian 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian (disebut juga rancangan penelitian; proposal penelitian atau usul penelitian) adalah penjelasan mengenai berbagai komponen yang akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang senantiasa memerlukan interaksi dengan orang lain. Saat berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel 1. Variabel tergantung : Kepuasan perkawinan. Variabel bebas : a. Self-esteem b. Penghargaan suami B. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri, saling membutuhkan dan saling tergantung terhadap manusia lainnya, dengan sifat dan hakekat

Lebih terperinci

KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG MEMILIKI PASANGAN BEDA AGAMA. Diajukan untuk memenuhi persyaratan. Ujian Seminar Psikologi Perkembangan.

KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG MEMILIKI PASANGAN BEDA AGAMA. Diajukan untuk memenuhi persyaratan. Ujian Seminar Psikologi Perkembangan. KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG MEMILIKI PASANGAN BEDA AGAMA Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Seminar Psikologi Perkembangan Oleh DEWINA ULFAH NST 061301075 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ketika seseorang memasuki tahapan dewasa muda, menurut Erickson

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ketika seseorang memasuki tahapan dewasa muda, menurut Erickson 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika seseorang memasuki tahapan dewasa muda, menurut Erickson (Monks, Knoers & Haditono, 1982:15), ia akan mengalami masa intimacy versus isolation. Pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Masalah atau problem merupakan bagian dari kehidupan manusia. Hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Masalah atau problem merupakan bagian dari kehidupan manusia. Hampir BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masalah atau problem merupakan bagian dari kehidupan manusia. Hampir setiap hari orang dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang perlu jalan keluarnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal dari keluarga, sifat, kebiasaan dan budaya yang berbeda. Pernikahan juga memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Manusia mengalami berbagai proses perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa kanak-kanak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu proses penyatuan dua individu yang memiliki komitmen berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan anak kenalannya untuk dinikahkan. Pada proses penjodohan itu sendiri terkadang para anak tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Bandung, karena menurut data dari Pengadilan Tinggi tahun 2010, Bandung menempati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membangun dan mempertahankan hubungan dengan pasangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Membangun dan mempertahankan hubungan dengan pasangan merupakan BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Membangun dan mempertahankan hubungan dengan pasangan merupakan salah satu aspek yang penting perkembangan individu dewasa (Kelley & Convey dalam Lemme, 1995).

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian akan dibahas tentang masalah penelitian, hipotesis penelitian, variabel penelitian, subjek penelitian, metode pegumpulan data, alat ukur penelitian, prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu bentuk interaksi antar manusia, yaitu antara seorang pria dengan seorang wanita (Cox, 1978). Menurut Hurlock (1999) salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan bersatunya dua orang ke dalam suatu ikatan yang di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta meneruskan keturunan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMANDIRIAN ISTRI DENGAN KEHARMONISAN PERKAWINAN PADA TAHAP AWAL PERKAWINAN DI KELURAHAN PAGENTAN KECAMATAN SINGOSARI KABUPATEN MALANG

HUBUNGAN KEMANDIRIAN ISTRI DENGAN KEHARMONISAN PERKAWINAN PADA TAHAP AWAL PERKAWINAN DI KELURAHAN PAGENTAN KECAMATAN SINGOSARI KABUPATEN MALANG JURNAL PSIKOLOGI TABULARASA VOLUME 8, NO.2, AGUSTUS 2013: 691 697 HUBUNGAN KEMANDIRIAN ISTRI DENGAN KEHARMONISAN PERKAWINAN PADA TAHAP AWAL PERKAWINAN DI KELURAHAN PAGENTAN KECAMATAN SINGOSARI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS Pada BAB ini akan dibahas secara teoritis tentang komitmen pernikahan. Untuk menjelaskan permasalahan diperlukan landasan dalam penyusunan kerangka berpikir. Adapun teori-teori

Lebih terperinci

PENYESUAIAN PERKAWINAN DENGAN KECENDERUNGAN KESENJANGAN KONSEP PERAN SUAMI ISTRI

PENYESUAIAN PERKAWINAN DENGAN KECENDERUNGAN KESENJANGAN KONSEP PERAN SUAMI ISTRI 1 2 3 PENYESUAIAN PERKAWINAN DENGAN KECENDERUNGAN KESENJANGAN KONSEP PERAN SUAMI ISTRI Novi Qonitatin Fakultas Psikologi Universitas Dipoengoro qonitatin_novi@yahoo.co.id ABSTRAK Perkawinan merupakan kesepakatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman banyak perubahan yang terjadi, salah satunya adalah perubahan dalam pandangan orang dewasa mengenai pernikahan. Hal ini didukung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. PERNIKAHAN 2.1.1. Definisi Pernikahan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan merupakan langkah awal untuk membentuk suatu keluarga. Sangat penting bagi calon pasangan baru untuk memahami bahwa pernikahan merupakan suatu keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan selalu dianggap sebagai hal yang memuaskan dan berharga, namun dalam sebuah hubungan baik itu perkawinan maupun hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan selalu dianggap sebagai hal yang memuaskan dan berharga, namun dalam sebuah hubungan baik itu perkawinan maupun hubungan BAB I PENDAHULUAN I.A.Latar Belakang Masalah Perkawinan selalu dianggap sebagai hal yang memuaskan dan berharga, namun dalam sebuah hubungan baik itu perkawinan maupun hubungan interpersonal lainnya, masalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional. (2010), variabel adalah konstrak yang diukur

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional. (2010), variabel adalah konstrak yang diukur BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Menurut Sangadji (2010), variabel adalah konstrak yang diukur dengan berbagai macam nilai untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada usia dewasa awal tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk menjalani suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penting yang akan dihadapi oleh manusia dalam perjalanan kehidupannya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penting yang akan dihadapi oleh manusia dalam perjalanan kehidupannya BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pernikahan Pernikahan atau perkawinan merupakan salah satu kejadian paling penting yang akan dihadapi oleh manusia dalam perjalanan kehidupannya yang sifatnya paling intim dan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK Dalam menjalani karirnya individu akan terus mengalami pertambahan usia sampai memasuki fase pensiun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya, akan mengalami banyak perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak, masa remaja, masa

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Kesimpulan, Diskusi, dan Saran akan mengemukakan hasil umum yang diperoleh setelah melakukan penelitian, diskusi tentang hasil penelitian beserta kekurangankekurangan yang

Lebih terperinci

Gambaran Kepuasan Pernikahan pada Pasangan Suami-Istri yang Menjalani Commuter marriage Tipe Adjusting yang Memiliki Anak. Fakhiratun Nisa B.

Gambaran Kepuasan Pernikahan pada Pasangan Suami-Istri yang Menjalani Commuter marriage Tipe Adjusting yang Memiliki Anak. Fakhiratun Nisa B. Gambaran Kepuasan Pernikahan pada Pasangan Suami-Istri yang Menjalani Commuter marriage Tipe Adjusting yang Memiliki Anak Fakhiratun Nisa B. Dibimbing Oleh : Dr. Hj. Hendriati Agustiani, M.Si ABSTRAK Commuter

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan awal terbentuknya kehidupan keluarga. Setiap pasangan yang mengikrarkan diri dalam sebuah ikatan pernikahan tentu memiliki harapan agar pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan atau masyarakat. Sekalipun makna pernikahan berbeda-beda, tetapi praktekprakteknya pernikahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut salah satu teori utama pemilihan pasangan, Developmental

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut salah satu teori utama pemilihan pasangan, Developmental BAB II LANDASAN TEORI A. Pemilihan Pasangan 1. Pengertian Pemilihan Pasangan Menurut salah satu teori utama pemilihan pasangan, Developmental Process Theories, pemilihan pasangan adalah suatu proses penyaringan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas LAMPIRAN I KATA PENGANTAR KUESIONER Dengan hormat, Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, maka tugas yang harus dilaksanakan adalah mengadakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dalam setiap tahap perkembangan, manusia mempunyai tugas. perkembangan yang berbeda pada masing-masing tahapannya, termasuk pada

PENDAHULUAN. Dalam setiap tahap perkembangan, manusia mempunyai tugas. perkembangan yang berbeda pada masing-masing tahapannya, termasuk pada 1 PENDAHULUAN Dalam setiap tahap perkembangan, manusia mempunyai tugas perkembangan yang berbeda pada masing-masing tahapannya, termasuk pada masa dewasa awal. Pada masa tersebut, individu menghadapi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974,

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, setiap individu pada tahap perkembangan dewasa awal menjalin suatu hubungan dengan lawan jenis yang berujung pada jenjang pernikahan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEPUASAN PERKAWINAN. alasan ekonomi dan atau reproduksi (Gladding, 2012: 434).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEPUASAN PERKAWINAN. alasan ekonomi dan atau reproduksi (Gladding, 2012: 434). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEPUASAN PERKAWINAN 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Kepuasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010: 129) merupakan perasaan senang, lega, gembira karena hasrat, harapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

Profil Orientasi Masa Depan Bidang Pernikahan Pada Wanita Karir Usia Tahun Yang Belum Menikah

Profil Orientasi Masa Depan Bidang Pernikahan Pada Wanita Karir Usia Tahun Yang Belum Menikah Profil Orientasi Masa Depan Bidang Pernikahan Pada Wanita Karir Usia 26-29 Tahun Yang Belum Menikah Catri Damayanti Langgersari Elsari Novianti, S.Psi. M.Psi.¹ Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pernikahan atau perkawinan adalah suatu kejadian dimana dua orang yang saling mengikat janji, bukan hanya didepan keluarga dan lingkungan sosial melainkan

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Terdapat enam variabel dalam penelitian ini, yaitu faktor kepribadian yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan adalah suatu hubungan yang sakral atau suci dan pernikahan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan adalah suatu hubungan yang sakral atau suci dan pernikahan memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan adalah suatu hubungan yang sakral atau suci dan pernikahan memiliki banyak keuntungan dibandingkan hidup sendiri, karena pasangan yang sudah menikah dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci