Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Maret 2007 Bank Dunia/DSF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Maret 2007 Bank Dunia/DSF"

Transkripsi

1 Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Maret 2007 Bank Dunia/DSF Sebagai bagian dari program dukungan analisis bagi proses perdamaian, Program Konflik dan Pengembangan di Bank Dunia Jakarta menggunakan metodologi pemetaan konflik melalui surat kabar untuk merekam dan mengkategorikan semua laporan tentang insiden konflik di Aceh yang diberitakan di dua surat kabar daerah (Serambi dan Aceh Kita). Program ini mempublikasikan perkembangan per bulan, sejauh mungkin didukung oleh kunjungan ke lapangan, yang terangkum dalam bahasa Inggris dan Indonesia. 1 Bulan ini tercatat angka paling tinggi untuk insiden kekerasan sejak terjadinya tsunami. Beberapa kasus pengeroyokan dan penganiayaan merupakan tanda penting tentang tingginya ketegangan antara KPA, masyarakat, dan satuan keamanan. Dinamika ini sangat kuat terutama di Aceh Utara. Konflik tingkat lokal bulan ini mencapai puncak baru hingga 126 insiden. Laporan ini menyoroti dua jenis konflik tingkat lokal. Pertama, konflik yang berkaitan dengan penyaluran dana reintegrasi. Penyaluran dana reintegrasi telah meningkatkan ketegangan di dalam tubuh KPA dan kelompok anti-separatis, dan program BRA-PPK untuk korban konflik telah menjadi sasaran dalam insiden pemerasan, perampokan, dan pengerusakan. Kedua, konflik terkait hasil pilkada tingkat kabupaten masih terus berlanjut, sebagai lanjutan dari beberapa kelemahan pada pelaksanaan pemilihan. Konflik-konflik ini termasuk protes terhadap kandidat terpilih yang dianggap korup, protes terhadap penanganan pelanggaran pemilihan, dan kasus Aceh Tenggara yang terus berlanjut sampai sekarang. Tidak ada insiden GAM-RI, tetapi ketegangan meletus menjadi kekerasan di Aceh Utara Seperti pada bulan-bulan sebelumnya, tidak ada insiden konflik langsung antara GAM- RI yang dilaporkan pada bulan Maret (lihat Figur 1). 2 Meski demikian, ketegangan di Aceh Utara meletus pada beberapa insiden kekerasan. Insideninsiden ini menunjukkan kurangnya kepercayaan antara Figur 1: Konflik GAM-RI dan konflik tingkat lokal per bulan 0 Jan FebMar AprMay Jun Jul Aug 05 MoU GAM-GoI SepOctNovDec Jan 06 Local Level Conflict FebMar AprMayJuneJulyAugSepOctNovDec Jan Feb Mar 07 masyarakat dan satuan keamanan, sementara GAM/KPA memegang peranan penting dalam tindakan masyarakat. Seperti pada beberapa kasus sebelumnya, ada pendapat berlawanan mengenai perannya GAM/KPA itu sebagai mediator atau provokator dalam insiden kekerasan bulan ini. 1 Terdapat keterbatasan dalam menggunakan surat kabar untuk memetakan konflik, untuk analisis dan metodologi lebih lanjut lihat: Patrick Barron dan Joanne Sharpe (2005). Counting Conflict: Using Newspaper Reports to Understand Violence in Indonesia, Indonesian Social Development Paper No. 7. Jakarta: World Bank. Laporan itu, serta laporan hasil pemantauan bulanan, dapat juga dilihat di: Dataset tersedia bagi yang membutuhkan, dengan menghubungi Blair Palmer di: bpalmer@worldbank.org. 2 Insiden GAM-RI adalah insiden konflik dimana kedua belah pihak terlibat dalam insiden kekerasan ketika mereka berperan sebagai angkatan bersenjata

2 21 Maret, desa Alue Dua, Nisam, Aceh Utara Warga setempat mulai mencurigai empat orang pria yang tiba di desa dan menginap di sebuah gedung sekolah tanpa melaporkan diri kepada aparat desa. Setelah warga berkumpul dan menanyai mereka, dari situ ditemukan bahwa mereka adalah anggota TNI dan membawa senjata di dalam tas mereka. Karena mencurigai mereka sebagai agen intelijen, warga langsung mengeroyok keempatnya, mengakibatkan beberapa diantaranya luka berat, dan mengurung mereka di balai desa. Keesokan harinya, ketegangan makin meningkat ketika pihak militer menggugat bahwa KPA berada dibalik kejadian penyerangan itu, sementara KPA menyatakan bahwa campur tangan mereka justru menyelamatkan tentara-tentara itu dari pemukulan yang lebih parah lagi. Untuk meredakan ketegangan, Pangdam Aceh Supiadin menjamin bahwa anggotanya tidak akan membalas dendam. Tetapi meskipun ada jaminan itu, dua hari setelahnya, sekelompok TNI kembali ke desa untuk menyelidiki insiden itu, dan menganiayai sedikitnya 14 warga. Laporan selanjutnya menunjukkan bahwa tentara yang dipukuli sedang di sub-kontrakkan sebagai satpam untuk menjaga sekolah tempat mereka menginap, yang dibangun oleh sebuah LSM internasional. Dengan tingginya angka pengangguran diantara mantan kombatan, anggota KPA bisa jadi iri terhadap anggota TNI yang bekerja sambilan sebagai penjaga keamanan. Maka, kecurigaan tentang misi tentara itu mungkin telah diperbesar dengan kemarahan terhadap kerja sambilan mereka; tampaknya pada insidennya, anggota KPA aktif dalam menangkap dan menginterogasi para tentaranya. Insiden ini menandakan pentingnya lembaga bantuan mengawasi bagaimana pendistribusian keuntungan, termasuk dalam pemberian pekerjaan, dapat berkontribusi dan berinteraksi dengan ketegangan paska konflik yang tengah berlangsung, khususnya di daerah yang yang memiliki intensitas konflik tinggi seperti di Nisam. Selain itu, insiden ini semakin menggaris bawahi pentingnya koordinasi antara KPA dan satuan keamanan, dan pentingnya membangun pemahaman yang jelas mengenai peran mereka masingmasing dalam masyarakat. Setelah insiden itu terjadi, Gubernur Irwandi Yusuf dan Pangdam Iskandar Muda, Supiadin, telah mengingatkan KPA untuk tidak mempolisikan masyarakat. Sedangkan Bupati Aceh Utara terpilih, yang berasal dari KPA, telah mengusulkan pembentukan Forum Bersama bulanan, dalam rangka membangun hubungan dan kepercayaan antara satuan keamanan, pemerintahan lokal, KPA, dan masyarakat. AMM (Aceh Monitoring Mission) juga pernah menyelenggarakan pertemuan serupa di tingkat kecamatan di Aceh Utara dan cukup berhasil. 3 Forum-forum seperti itu di daerah yang memiliki ketegangan tinggi harus didukung. 11 Maret, desa Lhok Meureubo, Sawang, Aceh Utara Warga mengeroyok delapan orang yang disebut sebagai jamaah tabligh yang datang ke desa untuk mengajarkan Islam dari rumah ke rumah, dan menuduh mereka mengajarkan aliran sesat. Warga mulai mencurigai kelompok itu karena salah seorang diantaranya terlihat memiliki tato. Setelah warga berkumpul untuk menginterogasi mereka, ditemukan bahwa salah satu anggota kelompok itu menyimpan gambar porno di Hpnya; ini dianggap bukti bahwa mereka dari aliran sesat. Dari kartu identitasnya tiga diantaranya akhirnya diketahui sebagai anggota polisi. Langsung kedelapan anggota kelompok itu dikeroyok, kemudian lebih dari seribu orang mengurung mereka di meunasah selama dua hari hingga bupati (yang berafiliasi dengan GAM) datang membebaskan mereka. Setelah insiden itu, Kepala Dinas Syariat Islam Propinsi Aceh mengatakan secara tegas bahwa masyarakat tidak boleh main hakim sendiri, dan hanya tokoh-tokoh agama yang boleh memutuskan kalau sebuah ajaran merupakan aliran sesat, setelah diadakan penyelidikan 3 Lihat Laporan Pemantauan Konflik bulan Mei 2006, tersedia di 2

3 menyeluruh. Pihak polisi menyatakan bahwa tiga petugas polisi itu telah meninggalkan tugas untuk menjadi jamaah tabligh, dan membantah bahwa mereka punya tugas intelijen. Ada kemungkinan insiden ini merupakan kasus di mana agama digunakan untuk menyembunyikan tugas intel, atau sebaliknya tuduhan aliran sesat digunakan untuk menyembunyikan aksi penyerangan main hakim sendiri melawan satuan keamanan. 27 Maret, Lhoksukon, Aceh Utara Sebuah mobil mendatangi kantor KPA Lhoksukon pada tengah malam. Sekelompok pria turun dan membakar kantornya. Aceh Kita melaporkan bahwa seorang saksi melihat patroli polisi lewat beberapa menit setelah kebakaran mulai. Pihak kepolisian Lhoksukon mengaku bahwa ada patroli di wilayah itu pada saat itu, tetapi mereka tidak mengetahui identitas atau motif pelaku. Kantor itu pernah dirusakkan sebelumnya, setelah terjadi perselisihan antara KPA dan polisi. 13 Maret, Tapaktuan, Aceh Selatan Ketua KPA Tapaktuan memprotes adanya peraturan bagi pihak keluarga narapidana untuk mendaftar ke TNI terlebih dahulu sebelum menjenguk keluarga mereka di penjara. Pihak keluarga telah berusaha mengunjungi empat anggota KPA yang ditahan karena penyerangan terhadap anggota TNI di Trumon, namun ditolak karena mereka belum melapor ke TNI sebelumnya. 4 Konflik tingkat lokal, dan kekerasan, mencapai titik tertinggi pasca-tsunami Bulan ini tercatat ada 126 konflik tingkat lokal. Ini adalah angka tertinggi yang pernah tercatat, sedikit lebih tinggi dibanding bulan lalu (lihat Figur 2). 5 Tingkat konflik selama dua bulan terakhir ini menunjukkan peningkatan yang dramatis, hampir dua kali lipat tingkat rata-rata pada tahun Insiden kekerasan juga meningkat ke tingkat tertinggi bulan ini, dengan 20 insiden dilaporkan. Figur 2 menunjukkan angka-angka kekerasan dan non-kekerasan ini, dan Tabel 1 meringkas jenis-jenis insiden kekerasan yang terjadi bulan ini. 7 Figur 2: Konflik tingkat lokal kekerasan dan non-kekerasan per bulan Tabel 1: Jenis konflik tingkat lokal kekerasan Violent Local Level Conflict Non-violent Local Level Conflict # Jenis insiden kekerasan Pengeroyokan, pemukulan dan perkelahian, karena berbagai alasan Kerusuhan, dua diantaranya terkait konflik politik 60 di Aceh Tenggara dan Aceh Barat Daya (lihat di bawah) Pembakaran. Tiga gedung menjadi sasaran 20 dalam serangan terpisah: kantor MPU (Majelis 0 Permusyawaratan Ulama ) Sawang, Aceh Utara; Jan Feb Mar Apr May Jun Jul AugSep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr MayJuneJulyAug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar 05 MoU kantor KPA Lhoksukon, Aceh Utara; dan sebuah kantor BRR di Meulaboh, Aceh Barat. 2 Jenis lainnya 4 Mengenai penyerangan Trumon, lihat Laporan Pemantauan Konflik bulan Januari 2007, tersedia di 5 Perlu dicatat bahwa angka bulan Februari pada Figur 1 dan Figur 2 telah berubah sedikit dari Laporan bulan lalu. Ini karena beberapa insiden pada akhir Februari baru dilaporkan pada koran bulan Mei. Insiden-insiden ini telah ditambahkan ke angka Februari sekarang. 6 Laporan bulan lalu menyebutkan tiga penjelasan atas peningkatan ini, tetapi masih terlalu dini untuk memutuskan di antaranya. Peningkatan tidak disebabkan oleh peningkatan pada salah satu tipe konflik saja. 7 Sebelumnya, kami klasifikasi sweeping dan penangkapan oleh warga sebagai kekerasan, meskipun korbannya tidak dipukuli, karena pelaku tidak memiliki wewenang untuk menerobos masuk ke rumah orang dan melakukan penangkapan. Sekarang, kami telah klasifikasi ulang insiden tersebut sebagai nonkekerasan, supaya definisi kekerasan menunjuk kasus-kasus kekerasan fisik terhadap manusia ataupun gedung (tetapi termasuk penculikan). Figur 2 telah direvisi untuk mencerminkan definisi ini. 3

4 Selebihnya Laporan Pemantauan ini membicarakan dua hal penting: konflik tentang dana reintegrasi paska konflik, dan konflik terkait pilkada. Konflik mengenai dana reintegrasi BR A (Badan Reintegrasi Damai Aceh) didirikan pada Februari 2006 untuk mengawasi proses reintegrasi. BRA telah mengembangkan beberapa program yang ditargetkan pada kelompok penduduk tertentu, dengan pendanaan dari pemerintah RI sekitar USD 150 juta untuk tahun (lihat Tabel 2). Bagian ini menggambarkan bagaimana program-program ini mengakibatkan atau terimbas berbagai macam konflik. Tabel 2: Dana Reintegrasi BRA Bantuan Ekonomi No Kategori Jumlah Orang Jumlah 1 Kombatan GAM 3,000 Rp. 25 juta/orang 2 GAM sipil 6,200 Rp. 10 juta/orang 3 Tahanan politik 2,035 Rp. 10 juta/orang 4 GAM menyerah sebelum MoU 3,204 Rp. 5 juta/orang 5 Kelompok anti-separatis 6,500 Rp. 10 juta/orang 6 Korban konflik (disalurkan melalui Semua desa diluar Rp juta/desa program BRA-PPK) Bantuan Sosial 7 Diyat - Geuchik dan tokoh agama - PNS daerah perkotaan ,000 (5,726 desa) Rp. 3 juta/orang per tahun - Masyarakat yang anggotanya hilang atau meninggal 8 Bantuan rumah 14,000 unit Rp. 35 juta/rumah 9 Bantuan untuk orang cacat fisik 3,100 Rp. 10 juta/orang 10 Bantuan medis 1 paket Rp. 5 miliar/tahun Tiga bantuan pertama di Tabe l 2 kini telah disalurkan, dan sebagian dari item 4 dan 5 telah disalurkan. Dana untuk korban konflik (item 6) telah disalurkan kepada 1724 desa. Tetapi, penyaluran bantuan ini telah menyebabkan atau memperparah ketegangan, baik diantara maupun di dalam kelompok-kelompok sasaran. Telah terjadi konflik didalam KPA mengenai penyaluran internal dana-dana ini (item 1 dan 2 di Tabel 2); konflik internal serupa di dalam tubuh organisasi anti-separa tis ( mengenai item 5); dan berbagai konflik mengenai penyaluran bantuan kepada masyarakat korban konflik (item 6). Konflik mengenai dana reintegrasi dalam tubuh KPA Di Aceh Barat Daya, penyaluran dana reintegrasi telah memperburuk sebuah perpecahan yang ada di KPA. Perpecahan ini telah mempengaruhi putaran pertama maupun kedua pilkada, dan terus bergulir menjadi konflik lebih lanjut (lihat Kotak 1). 4

5 Kotak 1: Kasus konflik mengenai dana reintegrasi di KPA mempengaruhi pilkada Aceh Barat Daya 8 Penyaluran dana reintegrasi menjadi terkait dengan sebuah perpecahan dalam tubuh KPA di Blang Pidie (wilayah KPA/GAM yang meliputi Aceh Barat Daya). Kedua fraksi yang pecah mendukung calon bupati yang berbeda di kedua putaran pilkada, maka orang yang bersimpati terhadap GAM/KPA terpaksa memilih di antara beberapa pilihan calon bupati. Perpecahan ini juga mengakibatkan kekerasan, setidaknya satu kali. Isu utama yang menyebabkan perpecahannya adalah apakah anggota GAM yang meninggalkan perjuangan sebelum MoU (tetapi tidak menyerah) berhak menerima bagian penuh dari dana reintegrasi. Satu fraksi, yang dipimpin Panglima Wilayah Abdurrahman, merasa bahwa GAM yang keluar itu seharusnya menerima lebih sedikit daripada mereka yang masih aktif hingga MoU. Pemimpin-pemimpin fraksi Abdurrahman ini juga menuduh bahwa GAM yang keluar ini telah bergabung dengan GAM yang menyerah dalam membentuk organisasi anti-separatis seperti Forkab (Forum Komunikasi Anak Bangsa), dan oleh karenanya akan memperoleh dana reintegrasi anti-separatis. Sebaliknya, fraksi yang dipimpin mantan Panglima Wilayah Burhan mengklaim bahwa GAM yang keluar berhak menerima porsi dana reintegrasi sama dengan GAM lainnya, dan bahwa dia sendiri keluar dari GAM karena pergi ke Jawa untuk berobat, bukan melarikan diri dari perjuangan. Fraksi Burhan juga menklaim bahwa Abdurrahman telah menyalahgunakan dana reintegrasi yang sudah cair. Masing-masing fraksi mengaku memiliki dukungan 75% anggota GAM di Blang Pidie (Aceh Barat Daya). Ada kandidat yang berafiliasi dengan KPA pada putaran pertama pilkada di Aceh Barat Daya, tapi secara formal kantor KPA tidak mendukung kandidat tertentu. Fraksi Burhan justru mengaku mendukung Akmal (yang pada akhirnya menang) sedangkan Abdurrahman katanya mendukung Sulaiman (yang berhasil melaju ke putaran kedua). Kandidat yang berafiliasi KPA menjadi pemenang ketiga pada putaran pertama, barangkali karena kekurangan kekompakan ini, dan tumbang. Pada putaran kedua, Burhan tetap mendukung Akmal dan Abdurrahman tetap mendukung Sulaiman; keduanya saling menuding lawannya bahwa mereka mendukung kandidat itu karena disuap dengan uang. Perpecahan ini mengakibatkan panasnya situasi pilkada. Pendukung dari kandidat pesaing saling bertikai dua hari sebelum putaran kedua pada 4 Maret. Menangnya Akmal yang didukung Burhan bisa jadi berarti bahwa fraksi KPA yang dipimpinnya akan menikmati pengaruh yang semakin besar. Bila KPA Blang Pidie tidak melakukan konsolidasi, perpecahan ini dapat terus menimbulkan konflik dan mempengaruhi politik lokal secara negatif. Konflik mengenai dana reintegrasi di dalam organisasi anti-separatis Penyaluran dana reintegrasi telah menghasilkan konflik dalam kelompok anti-separatis juga. Dua contoh kasus di Kotak 2 menggambarkan tentang konflik-konflik yang terjadi dan menunjukkan bahwa, seperti pada konflik internal KPA di Aceh Barat Daya, perpecahan internal seringkali berhubungan dengan politik lokal. Dana reintegrasi ditambah dengan persaingan politik lokal telah menguatkan hubungan ini, dan semakin memperbesar perpecahan internal. Kotak 2: Dua kasus konflik dana reintegrasi pada kelompok anti-separatis Aceh Barat Daya dan Aceh Barat Anggota PETA (Pembela Tanah Air, sebuah organisasi anti-separatis) di Aceh Barat Daya, yang masing-masing seharusnya menerima dana reintegrasi sebesar Rp. 10 juta (USD 1100), mengeluh bawa dana tersebut (untuk 135 anggota) telah diberikan pada orang-orang yang salah. GPSG (Gerakan Perlawanan Separatis GAM) telah mengubah nama menjadi PETA, namun ketika hal itu terjadi, pejabat Bupati mengeluarkan surat pada 29 November 2006 yang menetapkan pemimpin baru bagi PETA beserta 90 orang anggotanya yang diklaim sebagai 90% mukamuka baru. Penyaluran pertama sebesar Rp. 450 juta (USD ) diterima oleh Amiruddin, ketua GPSG, pada bulan Agustus 2006; dia kemudian mengaku telah menyalurkan dana itu kepada anggota organisasi, termasuk GAM yang menyerah dan lain-lainnya. Penyaluran yang kedua pada akhir Februari sebesar Rp. 900 juta (USD ) kepada Muazam, ketua PETA. Meski begitu, mereka yang mengadu menyatakan bahwa mereka tidak menerima sepeserpun dari dua-duanya pembayaran itu. 8 Informasi di Kotak 1 berdasarkan wawancara-wawancara yang dilaksanakan pada bulan Desember 2006, serta wawancara kelanjutan melalui telepon dengan sumber-sumber lokal pada bulan April

6 Di Aceh Barat, Frontum (sebuah organisasi anti-separatis) menerima Rp. 10 juta (USD 1100) untuk masing-masing 220 anggotanya, yang seluruhnya dimasukkan dalam satu rekening dengan tujuan membentuk sebuah usaha bersama. Kemudian pemimpin Frontum menjadi manajer kampanye pilkada untuk Iskandar, salah satu calon di putaran kedua pilkada Aceh, dan bendahara Frontum juga bergabung. Anggota Frontum mengklaim bahwa ada upaya mengalihkan dana reintegrasi kepada kampanye Iskandar. 9 Konflik mengenai dana reintegrasi di tingkat masyarakat Untuk masyarakat korban konflik (item 6 pada Tabel 2 di atas), dana disalurkan melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) RI/Bank Dunia. 10 Penerimaan secara umum terhadap program ini adalah positif, namun program ini tetap menghadapi tantangan termasuk upaya pemerasan oleh mantan kombatan, perampokan, dan miskomunikasi mengenai prosedur program. Kotak 3 merangkum empat insiden yang terjadi selama dua bulan terakhir ini. Semuanya telah diatasi. Kotak 3: Empat kasus konflik berkaitan dengan penyaluran dana kepada masyarakat korban konflik Sawang, Aceh Utara, 7 Februari Sekelompok orang, dipimpin oleh empat pria yang kemudian diketahui sebagai anggota KPA, merusak dan mencuri komputer dari kantor PPK di Sawang. Staf PPK lari ke kecamatan lain karena takut akan terjadi kekerasan lebih lanjut. Setelah diadakan pertemuan antara PPK dan Camat, KPA mengatakan bahwa kejadian itu hanya kesalahpahaman, dan bahwa mereka akan mendukung kembalinya staf PPK dan berlanjutnya program. Komputerkomputer telah dikembalikan secara diam-diam. Nisam, Aceh Utara, Februari Ketua KPA di Nisam menuntut bagian Rp. 13 juta (USD 1400) dari block grant dana BRA-PPK setiap desa di kecamatan (sehingga totalnya Rp. 572 juta atau USD ). Setelah diadakan pertemuan untuk menyelesaikan masalah ini bersama KPA, BRA Aceh Utara dan staf PPK, ketua KPA mencabut tuntutannya. Seunuddon, Aceh Utara, 20 Maret Staf BRA-PPK dirampok dengan todongan senjata ketika menarik uang proyek sebesar Rp. 62 juta (USD 6800) dari bank. Hal ini berarti dana menjadi kurang untuk melaksanakan proyek di Aceh Utara. Setelah diadakan pertemuan konsultatif dengan masyarakat, diputuskan bahwa bunga bank dari dana proyek akan diambil untuk menutupi sebagian dana yang kurang, dan Rp (USD 90) akan dipotong dari alokasi dana per desa untuk menutupi sisanya. Aceh Tengah/Bener Meriah Ada yang klaim bahwa anggota KPA di Linge (Aceh Tengah/Bener Meriah) meminta dana Rp. 3 juta (USD 330) dari alokasi dana BRA-PPK untuk tiap desa. Sebuah surat disebarluaskan, menyatakan bahwa BRA dan PPK telah menyetujui pembayaran ini diberikan pada KPA oleh setiap desa. Hal ini dibantah oleh BRA lokal dan pemimpin KPA; KPA menyatakan bahwa mereka akan menjatuhkan sanksi bagi anggotanya yang mencoba melakukan pemerasan. Konflik-konflik mengenai dana reintegrasi memiliki kaitan dengan pengangguran, kriminalitas, hubungan sosial (social cohesion), dan inklusivitas politik. Agar dapat memfasilitasi program reintegrasi yang lebih efektif, BRA seharusnya melakukan lebih banyak kegiatan sosialisasi sehingga masyarakat, dan mantan kombatan khususnya, mengetahui keuntungan-keuntungan apa saja yang bisa diperoleh dan bagaimana cara mendapatkannya. Sistem penanganan keluhan yang 9 International Crisis Group (2007). Indonesia: How GAM won in Aceh. Crisis Group Asia Briefing No.61, 22 Maret Jakarta/Brussels: ICG. Lihat halaman Seperti yang sudah dijelaskan pada Laporan Pemantauan sebelumnya, melalui mekanisme BRA-PPK ini akan disalurkan dana kurang lebih USD 60 juta yang berasal dari Pemerintah RI, untuk mencakup semua desa (kecuali pada kotamadya) di Aceh (total desa). Setiap desa menerima dana bantuan block grant mulai dari Rp. 60 juta (USD 6700) hingga Rp. 170 juta (USD ), tergantung intensitas konflik pada masa lalu di tingkat kecamatan, dan jumlah penduduk desa. 6

7 kuat, termasuk kontak atau hotline untuk melaporkan upaya pemerasan, akan sangat membantu staf fasilitator BRA-PPK di lapangan, serta dapat lebih menjamin mulusnya perjalanan program. Terakhir, program reintegrasi dan bantuan mata pencaharian (livelihoods) bagi mantan kombatan adalah isu vital untuk keberlanjutan perdamaian di Aceh, tetapi hanya beberapa organisasi saja melaksanakan program; diperlukan upaya yang lebih besar, dan terkoordinir, untuk hal ini. Konflik terkait pilkada: kasus korupsi, tekanan terhadap KIP, dan, tentu, Aceh Tenggara Setelah beberapa kasus pengadilan yang menentang hasil pilkada di tingkat kabupaten dikalahkan, 11 beberapa insiden terkait dengan pemilihan terjadi bulan ini. Ini termasuk: protes terhadap kandidat terpilih yang dianggap korup, protes terhadap penanganan pelanggaran pemilihan, dan kasus Aceh Tenggara yang terus berlanjut sampai sekarang (lihat Kotak 4). Kotak 4: Konflik terkait pilkada di bulan Maret 2007 Tuduhan korupsi mengganggu pelantikan bupati di Nagan Raya dan Aceh Singkil, dan ketegangan di Simeulue Terjadi demonstrasi bulan ini di Nagan Raya dan Aceh Singkil, memprotes pelantikan bupati terpilih yang sedang ada kasus pengadilannya, dan meminta agar pelantikan ditangguhkan hingga pengadilan mengeluarkan keputusannya. Bupati terpilih di Simeulue, yang juga mantan bupati, sedang diadili dengan tuntutan merusak ribuan hektar hutan lindung untuk membangun perkebunan kelapa sawit, namun ia tidak dapat menghadiri pengadilan pada 28 Maret karena sedang dilantik sebagai bupati baru. Mantan bupati dari partai Golkar menang pilkada di tiga kabupaten (Aceh Singkil, Nagan Raya, dan Simeulue); ketiga orang itu sedang tertimpa kasus pengadilan, dan ada protes mengenai pelantikan mereka di ketiga kabupaten tersebut. Demonstrasi memprotes pelanggaran pilkada di Aceh Barat Daya dan Aceh Tamiang Pada 9 Maret, ribuan orang berdemo di depan kantor KIP di Aceh Barat Daya, memprotes bahwa putaran kedua pilkada tidak adil dan bahwa banyak terjadi penjual-belian suara. Pemimpin demo mendesak KIP dan Panwas untuk menyelidiki secara menyeluruh semua pengaduan mengenai pelanggaran, dan mengatakan bahwa mereka akan menggelar demo yang lebih besar lagi bila hal itu tidak dilaksanakan. Aceh Kita melaporkan bahwa pemimpinpemimpin KPA lokal terlihat di antara para demonstran. Pada 20 Maret di Aceh Tamiang, seorang kandidat yang kalah meluncurkan tuntutan hukum terhadap polisi dan kejaksaan, karena mereka tidak menangani kasus perusakan kotak suara. 12 Pengaduan itu sudah dilanjutkan dari Panwas kepada polisi, namun tidak ditindaklanjuti hingga akhirnya melewati batas waktu penanganan. Ada klaim bahwa hal ini terjadi karena alasan politis. Kasus Aceh Tenggara masih berlanjut Aceh Tenggara (Agara) tetap merupakan kabupaten yang paling bermasalah, dimana hasil pilkada masih belum ditetapkan setelah beberapa kali campur tangan dari KIP NAD dan berbagai janji dari KIP Agara. Hasilnya, yang dilaporkan oleh KIP tingkat kecamatan, mengindikasi bahwa Hasanuddin menang, mengalahkan mantan bupati Armen Desky dengan selisih suara. Situasi makin memanas bulan ini ketika KIP Agara memutuskan untuk melakukan penghitungan ulang terhadap beberapa kotak suara. Penghitungan ulang dilaksanakan mulai tanggal 23 Maret, dan segera disusul dengan demonstrasi pada tanggal 24 Maret, yang menyatakan bahwa penghitungan ulang melanggar ketentuan pilkada. Pada hari yang sama, saksi dari pihak Hasanuddin dikeluarkan dari ruang penghitungan suara karena menyebabkan kekacauan. Dari hampir semua kotak suara yang dihitung kembali, Armen Desly mendapatkan suara terbanyak. Demonstrasi berlanjut pada tanggal 25 Maret dan berakhir dengan kericuhan; setidaknya tiga orang polisi terluka karena dilempari batu, dan Aceh Kita melaporkan bahwa enam orang ditembak polisi. Penghitungan tidak dilanjutkan setelah kerusuhannya. Juga pada tanggal 25 KIP NAD mendeklarasikan bahwa penghitungan ulang suara tersebut menyalahi peraturan, dan meminta polisi untuk menghentikannya. Gubernur Irwandi mengingatkan Pj. Bupati Agara untuk bersikap netral, dan mengatakan bahwa ia mendukung keputusan apapun yang dibuat oleh KIP NAD. Kalau ada yang melawan, ya kita tangkap saja, katanya. Situasi masih belum terselesaikan. 11 Lihat Laporan Pemantauan Konflik bulan lalu, tersedia di 12 Lihat Laporan Pemantauan Konflik bulan Januari 2007, tersedia di 7

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 28 Februari 2006 World Bank/DSF

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 28 Februari 2006 World Bank/DSF Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 28 Februari 2006 World Bank/DSF Sebagai bagian dari program dukungan untuk proses perdamaian, Program Konflik dan Pengembangan Masyarakat di Bank Dunia Jakarta

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Januari 2007 World Bank/DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Januari 2007 World Bank/DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Januari 27 World Bank/DSF Sebagai bagian dari

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Oktober 2006 World Bank/DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Oktober 2006 World Bank/DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Oktober 26 World Bank/DSF Sebagai bagian dari

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Mei 2006 Bank Dunia/DSF

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Mei 2006 Bank Dunia/DSF Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Mei 2006 Bank Dunia/DSF Sebagai bagian dari program dukungan untuk proses perdamaian, Program Konflik dan Pengembangan Masyarakat di Bank Dunia Jakarta menggunakan

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Mei 2007 Bank Dunia/DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Mei 2007 Bank Dunia/DSF Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Mei 7 Bank Dunia/DSF Pelemparan-pelemparan granat misterius, yang mulai bulan lalu, terus berlanjut bulan ini dengan empat insiden baru, sehingga jumlah insiden

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 April 2007 Bank Dunia /DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 April 2007 Bank Dunia /DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 April 2007 Bank Dunia /DSF Pada bulan April terdapat

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juni 31 Juli Bank Dunia/DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juni 31 Juli Bank Dunia/DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juni 31 Juli 20 1 Bank Dunia/DSF 1032 Konflik politik

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Maret 2006 World Bank/DSF

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Maret 2006 World Bank/DSF Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Maret 2006 World Bank/DSF Sebagai bagian dari program dukungan untuk proses perdamaian, Program Konflik dan Pengembangan Masyarakat di Bank Dunia Jakarta menggunakan

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juni 31Juli 2006

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juni 31Juli 2006 Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juni 31Juli 2006 World Bank/DSF Sebagai bagian

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pemantauan Konflik Di Aceh 1 31 Desember 2006 Bank Dunia /DSF

Laporan Hasil Pemantauan Konflik Di Aceh 1 31 Desember 2006 Bank Dunia /DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Hasil Pemantauan Konflik Di Aceh 1 31 Desember 6 Bank Dunia /DSF Sebagai bagian

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 st 31 st November 2005 World Bank/DSF

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 st 31 st November 2005 World Bank/DSF Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 st 31 st November 2005 World Bank/DSF Sebagai bagian dari program dukungan untuk proses damai, Program Konflik dan Pengembangan Masyarakat di Bank Dunia Jakarta

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 28 Februari 2007 World Bank/DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 28 Februari 2007 World Bank/DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 28 Februari 2007 World Bank/DSF Sebagai bagian dari

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 September 2006 Bank Dunia /DSF

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 September 2006 Bank Dunia /DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 3 September 6 Bank Dunia /DSF Sebagai bagian

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 st 31 st Januari 2006 World Bank/DSF

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 st 31 st Januari 2006 World Bank/DSF Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 st 31 st Januari 2006 World Bank/DSF Sebagai bagian dari program dukungan untuk proses damai, Program Konflik dan Pengembangan Masyarakat di Bank Dunia Jakarta

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 September 30 September 2005

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 September 30 September 2005 Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 September 30 September 2005 Bank Dunia/DSF Sebagai bagian dari program dukungan untuk proses damai, Program Konflik dan Pengembangan Masyarakat di Bank Dunia

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 et 3 il 8 Bank Dunia Figur 1: Insiden kekerasan dan jumlah total konflik, per

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Agustus 2007 Bank Dunia/DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Agustus 2007 Bank Dunia/DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Agustus 2007 Bank Dunia/DSF Pada bulan Agustus,

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 November 2007 Bank Dunia/DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 November 2007 Bank Dunia/DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 November 2007 Bank Dunia/DSF Di bulan November,

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Mei - 30 Juni 2008 Bank Dunia 44877 Jumlah konflik

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik Aceh 1 31 Desember 2007

Laporan Pemantauan Konflik Aceh 1 31 Desember 2007 Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik Aceh 1 31 Desember 2007 World Bank/DSF Pada bulan Desember,

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Oktober 30 November 2008 Bank Dunia

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Oktober 30 November 2008 Bank Dunia Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Oktober 30 November 2008 Bank Dunia 47084 Jumlah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Skripsi ini meneliti mengenai peran Aceh Monitoring Mission (AMM)

BAB V PENUTUP. Skripsi ini meneliti mengenai peran Aceh Monitoring Mission (AMM) BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Skripsi ini meneliti mengenai peran Aceh Monitoring Mission (AMM) dalam proses peacebuilding di Aceh paska konflik GAM dengan Pemerintah Indonesia. Paska konflik GAM dengan

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 September 2007 Bank Dunia/DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 September 2007 Bank Dunia/DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 September 2007 Bank Dunia/DSF Di bulan September,

Lebih terperinci

Perjanjian Damai Aceh: Sejauh mana kita kita telah berjalan? Desember 2006

Perjanjian Damai Aceh: Sejauh mana kita kita telah berjalan? Desember 2006 Perjanjian Damai Aceh: Sejauh mana kita kita telah berjalan? Desember 2006 Saat ini sudah 15 bulan setelah Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menandatangani Memorandum of Understanding

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 September 2008 Bank Dunia

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 September 2008 Bank Dunia Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 September 2008 Bank Dunia Pada bulan ketiga dalam

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara pimpinan. Maka hal ini yang membuat para pimpinan tidak memberikan celah untuk para mantan panglima wilayah melakukan hal-hal yang diluar keinginannya, bahkan pasca rapat tersebut para pimpinan tidak pernah

Lebih terperinci

Nota Kesepahaman. antara Pemerintah Republik Indonesia Dan. Gerakan Aceh Merdeka

Nota Kesepahaman. antara Pemerintah Republik Indonesia Dan. Gerakan Aceh Merdeka Lampiran Terjemahan resmi ini telah disetujui oleh delegasi RI dan GAM. Hanya terjemahan resmi ini yang Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia Dan Gerakan Aceh Merdeka Pemerintah Republik

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik

BAB VI PENUTUP. perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan Konflik TNI-Polri selama periode pasca Reformasi, 80% merupakan aksi perkelahian dalam bentuk penganiayaan, penembakan, pengeroyokan dan bentrokan; dan 20% sisanya merupakan

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juli 31 Agustus 2008 Bank Dunia

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juli 31 Agustus 2008 Bank Dunia Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juli 31 Agustus 2008 Bank Dunia Dengan dimulainya

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Oktober 2007 Bank Dunia/DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Oktober 2007 Bank Dunia/DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Oktober 2007 Bank Dunia/DSF Di bulan Oktober,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

TERBENTUKNYA GAM DAN RMS SEBAGAI BUKTI LEMAHNYA PENERAPAN PANCASILA

TERBENTUKNYA GAM DAN RMS SEBAGAI BUKTI LEMAHNYA PENERAPAN PANCASILA TERBENTUKNYA GAM DAN RMS SEBAGAI BUKTI LEMAHNYA PENERAPAN PANCASILA Oleh: NAMA : AGUNG CHRISNA NUGROHO NIM : 11.02.7990 KELOMPOK :A PROGRAM STUDI : DIPLOMA 3 JURUSAN DOSEN : MANAJEMEN INFORMATIKA : Drs.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR/WAKIL GUBERNUR, BUPATI/WAKIL BUPATI

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.23, 2015 PEMERINTAHAN DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Penetapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Surabaya, 09 Mei Purnomo S. Pringgodigdo, SH., MH.

Kata Pengantar. Surabaya, 09 Mei Purnomo S. Pringgodigdo, SH., MH. Kata Pengantar Buku ini merupakan e-book kedua yang saya hasilkan. Sebagaimana e-book yang pertama, buku ini juga merupakan hasil dari kegundahan ketika mempelajari pasal pasal yang ada, khususnya terkait

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Film Ip Man III Dikisahkan kehidupan seorang guru besar bela diri aliran Wing Chun yang sangat dihormati oleh masyarakat di wilayah itu bernama

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN GERAKAN ACEH MERDEKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

-1- RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR TAHUN 2015 TENTANG BADAN REINTEGRASI ACEH

-1- RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR TAHUN 2015 TENTANG BADAN REINTEGRASI ACEH -1- RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR TAHUN 2015 TENTANG BADAN REINTEGRASI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

Lebih terperinci

2 Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 6 Tahun 2012

2 Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 6 Tahun 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.995, 2015 BAWASLU. Penghitungan Suara. Pilkada. Pemungutan Suara. Pencabutan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PEMERINTAH DAN GERAKAN ACEH MERDEKA PRESIDEN, Dalam rangka pelaksanaan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan kepala daerah (pemilukada) adalah rangkaian panjang dari proses penentuan kepala daerah yang bakal menjadi pemimpin suatu daerah untuk lima tahun (satu periode).

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI LUAR NEGERI DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 08 TAHUN 2006 NOMOR 35 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI LUAR NEGERI DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 08 TAHUN 2006 NOMOR 35 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI LUAR NEGERI DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 08 TAHUN 2006 NOMOR 35 TAHUN 2006 TENTANG PEMANTAU ASING DALAM PEMILIHAN GUBERNUR/WAKIL GUBERNUR, BUPATI/WAKIL BUPATI, DAN WALIKOTA/WAKIL

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

2016, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang; b. bahwa Pasal 22B huruf a dan huruf b Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tent

2016, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang; b. bahwa Pasal 22B huruf a dan huruf b Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tent No.1711,2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU.Pemilihan.Gubernur.Bupati.Walikota.Pelanggaran Administrasi. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA DI TEMPAT PEMUNGUTAN SUARA DALAM PEMILIHAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PELANGGARAN ADMINISTRASI TERKAIT LARANGAN MEMBERIKAN

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Perdamaian Aceh 1 Juli 31 Agustus 2009 Pusat Studi Perdamaian dan Resolusi Konflik Universitas Syiah Kuala

Laporan Pemantauan Perdamaian Aceh 1 Juli 31 Agustus 2009 Pusat Studi Perdamaian dan Resolusi Konflik Universitas Syiah Kuala Laporan Pemantauan Perdamaian Aceh 1 Juli 31 Agustus 2009 Pusat Studi Perdamaian dan Resolusi Konflik Universitas Syiah Kuala Bulan Agustus 2009 merupakan momentum penting bagi masyarakat Aceh. Bulan ini

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 151 TAHUN 2000 (151/2000) TENTANG TATACARA PEMILIHAN, PENGESAHAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILU KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN BIMA TAHUN 2010

TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILU KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN BIMA TAHUN 2010 Lampiran NO I. : Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Nomor 32 Tahun 2009 Tanggal 28 Desember 2009 TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILU KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILU KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN BIMA TAHUN 2010

TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILU KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN BIMA TAHUN 2010 Lampiran NO I. : Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Nomor 32 Tahun 2009 Tanggal 28 Desember 2009 TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILU KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

ACEH: KOMPLIKASI PASKA KONFLIK. Asia Report N Oktober 2007

ACEH: KOMPLIKASI PASKA KONFLIK. Asia Report N Oktober 2007 ACEH: KOMPLIKASI PASKA KONFLIK Asia Report N 139 4 Oktober 2007 DAFTAR ISI RINGKASAN IKHTISAR DAN REKOMENDASI... i I. PENDAHULUAN... 1 II. PEMBANGUNAN POLITIK... 3 III. MASALAH-MASALAH YANG MELIBATKAN

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN

Lebih terperinci

Nota Kesepahaman. antara. Pemerintah Republik Indonesia. dan. Gerakan Aceh Merdeka

Nota Kesepahaman. antara. Pemerintah Republik Indonesia. dan. Gerakan Aceh Merdeka Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menegaskan komitmen mereka untuk penyelesaian konflik Aceh secara

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA DI TEMPAT PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari analisis yang telah dilakukan terkait resolusi konflik yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, baik jangka pendek maupun jangka panjang guna mengatasi konflik di Sampit,

Lebih terperinci

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

2017, No sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum, sehingga perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huru

2017, No sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum, sehingga perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huru BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1428, 2017 BAWASLU. Penanganan Pelanggaran Administrasi. Pencabutan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN [LN 2008/176, TLN 4924]

UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN [LN 2008/176, TLN 4924] UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN [LN 2008/176, TLN 4924] BAB XIX KETENTUAN PIDANA Pasal 202 Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan orang lain kehilangan

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik Aceh 1 Januari 29 Februari 2008 Bank Dunia

Laporan Pemantauan Konflik Aceh 1 Januari 29 Februari 2008 Bank Dunia Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik Aceh 1 Januari 29 ruari 2008 Bank Dunia Situasi di Aceh secara

Lebih terperinci

1. PELAPORAN Proses pertama bisa diawali dengan laporan atau pengaduan ke kepolisian.

1. PELAPORAN Proses pertama bisa diawali dengan laporan atau pengaduan ke kepolisian. KASUS PIDANA UMUM CONTOH-CONTOH KASUS PIDANA: Kekerasan akibat perkelahian atau penganiayaan Pelanggaran (senjata tajam, narkotika, lalu lintas) Pencurian Korupsi Pengerusakan Kekerasan dalam rumah tangga

Lebih terperinci

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME A. KONDISI UMUM Kasus separatisme di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang mengancam integritas Negara Kesatuan

Lebih terperinci

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.248, 2016 BPKP. Pengaduan. Penanganan. Mekanisme. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG MEKANISME

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 130, 2016 PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5898) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI

Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI Selasa 26 September 2017, 15:58 WIB CIA Pantau PKI Momen Krusial! Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI Fitraya Ramadhanny detiknews https://news.detik.com/berita/d-3658975/momen-krusial-ini-pantauan-cia-saat-kejadian-g30spki

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH [LN 2008/51, TLN 4835] BAB XXI KETENTUAN PIDANA Pasal

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, DAN/ATAU WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA

Lebih terperinci

BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 SUMATERA JAVA KALIMANTAN Disampaikan pada: IRIAN JAYA Rapat Koordinasi Nasional dalam

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan kerangka utama yang mendasari pembentukan bangsa dan negara Republik Indonesia. Upaya kelompok atau golongan

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 TAHUN 2011 TENTANG LARANGAN KEGIATAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI JAWA BARAT

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 TAHUN 2011 TENTANG LARANGAN KEGIATAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI JAWA BARAT 1 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 TAHUN 2011 TENTANG LARANGAN KEGIATAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa hak beragama adalah

Lebih terperinci

REGULASI NO. 2001/11

REGULASI NO. 2001/11 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA Administrasi Transisi Perserikatan Bangsabangsa di Timor Lorosae NATIONS UNIES Administrasion Transitoire des Nations Unies in au Timor Oriental UNTAET UNTAET/REG/2001/11 13

Lebih terperinci

Kompilasi Kasus Penembakan di Aceh medio Desember 2011 Januari 2012

Kompilasi Kasus Penembakan di Aceh medio Desember 2011 Januari 2012 Kompilasi Kasus Penembakan di Aceh medio Desember 2011 Januari 2012 No Waktu Lokasi Peristiwa 1 4 Desember 2011 Perusahaan Sawit Kreung Jawa, Aceh Utara Pelaku penembakan : Penembakan terjadi saat para

Lebih terperinci

Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, serta Pelaksanaan Cuti Pejabat Negara dalam Kampanye Pemilu

Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, serta Pelaksanaan Cuti Pejabat Negara dalam Kampanye Pemilu BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD TAHUN 2014 SUMATERA Disampaikan pada: Rapat KALIMANTAN Koordinasi Nasional dalam rangka Pemantapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Bangsa Gayo menurut daerah kediaman dan tempat tinggalnya dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut Tawar, Gayo Linge yang

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGISIAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGISIAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGISIAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Pengantar. Purnomo S. Pringgodigdo

Pengantar. Purnomo S. Pringgodigdo Pengantar Membaca peraturan perundang undangan bukanlah sesuatu yang mudah. Selain bahasa dan struktur, dalam hal Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tantangan ini bertambah dengan perubahan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151 TAHUN 2000 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151 TAHUN 2000 TENTANG TATACARA PEMILIHAN, PENGESAHAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

Laporan Monitoring Media Periode 29 April 29 Maret 2016

Laporan Monitoring Media Periode 29 April 29 Maret 2016 Laporan Monitoring Media Periode 29 April 29 Maret 2016 1 PENGANTAR Menjelang dilaksanakannya pemilihan kepala daerah di Provinsi Aceh, Jaringan Survey Inisiatif (JSI) melakukan Pemantauan Media untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa anak merupakan amanah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang Mengingat : a. bahwa Desa sebagai kesatuan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. KPUD sebagai penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah harus. menjunjung tinggi netralitas. KPUD adalah birokrasi

BAB V PENUTUP. 1. KPUD sebagai penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah harus. menjunjung tinggi netralitas. KPUD adalah birokrasi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. KPUD sebagai penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah harus menjunjung tinggi netralitas. KPUD adalah birokrasi harusnya bersikap netral. Tudingan tidak netral yang dialamatkan

Lebih terperinci

C. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah).

C. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa demokrasi ini, pelaksanaan pemiliham umum secara langsung tidak hanya untuk lembaga legislatif serta presiden dan wakil presiden. Pemilihan umum kepala daerah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 53 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 53 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 53 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 5 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUTON, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 74, Pasal 75, dan Pasal 76 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang

Lebih terperinci