Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juli 31 Agustus 2008 Bank Dunia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juli 31 Agustus 2008 Bank Dunia"

Transkripsi

1 Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juli 31 Agustus 2008 Bank Dunia Dengan dimulainya kampanye untuk Pemilu 2009 pada tanggal 12 Juli, jumlah insiden dengan kekerasan meningkat tajam, dengan 43 kasus dilaporkan terjadi pada bulan Agustus. Ini merupakan jumlah kasus yang tertinggi sejak terjadinya tsunami. 1 Sebagian dari lonjakan ini disebabkan oleh banyaknya kasus perusakan spandukspanduk kampanye politik. Walaupun kasus-kasus tersebut sampai sekarang relatif tidak berbahaya, kasus-kasus ini merupakan gejala intimidasi y150ang lebih luas. Hal ini menambah iklim ketegangan yang dapat mengakibatkan bentrokan yang lebih serius, sebagaimana dilukiskan oleh serangkaian penyerangan terhadap tokoh-tokoh dan kantor Partai Aceh yang didukung GAM/KPA 2, yang terjadi pada bulan September 2008 ini. Persiapan untuk Pemilu ditandai dengan perselisihan terkait perundang-undangan antara DPRA dan beberapa institusi nasional, yang berakar pada perselisihan pendapat antara Aceh dan Jakarta mengenai interpretasi UUPA (Undangundang Pemerintahan Aceh), dan batas-batas otonomi daerah Aceh. Pada sisi lain, penembakan di Beutong, Nagan Raya, pada bulan Juli juga menimbulkan kekhawatiran bahwa perdamaian mungkin terancam, dengan dugaan hadirnya jaringan gerombolan mantan kombatan di Aceh yang siap melanjutkan perjuangan bersenjata untuk kemerdekaan. Tingkat dukungan yang dimiliki gerombolangerombolan seperti itu sangat lemah, baik pada masyarakat luas maupun di antara para mantan kombatan. Namun ada potensi peningkatan dukungan bila mereka yang kelak memperoleh kekuasaan di Aceh tidak menangani kebutuhan dan keluhan para pemilih. Kasus-kasus korupsi meningkat tajam pada bulan Juli dan Agustus, setelah DPRA setujui APBD 2008 dan dengan demikian memulaikan musim tender. Terakhir, walaupun ada kekhawatiran setelah terjadi penculikan terhadap seorang satpam dari sebuah NGO internasional di Banda Aceh, angka kejahatan bersenjata sebenarnya mengalami penurunan yang tajam. Figur 1: Insiden kekerasan dan jumlah konflik, per bulan 1 Sebagai bagian dari program dukungan analisis bagi proses perdamaian, Program Konflik dan Pembangunan di Bank Dunia Jakarta, didanai oleh Department for International Development (DfID-UK), menggunakan metodologi pemetaan konflik melalui koran untuk mencatat dan mengelompokkan semua insiden konflik di Aceh sebagaimana dilaporkan pada dua koran propinsi (Serambi dan Aceh Kita). Program ini menerbitkan laporan bulanan yang dapat dibaca online di Dataset ini tersedia bagi yang berminat; hubungi Adrian Morel di amorel1@worldbank.org. Terdapat keterbatasan dalam menggunakan koran untuk memetakan konflik; lihat Barron and Sharpe (2005), tersedia di: 2 Komite Peralihan Aceh (KPA) adalah organisasi sipil yang dibentuk untuk mewakili para mantan kombatan yang dulu bergabung di sayap militer GAM (TNA)

2 Kekerasan meningkat mendadak ketika masuk periode kampanye Pemilu 2009 Pada bulan Juli dan Agustus, jumlah konflik tetap tinggi dengan 172 konflik baru pada bulan Juli dan 175 konflik baru pada bulan Agustus (lihat Figur 1). Kekerasan meningkat secara dramatis pada bulan Agustus dengan dilaporkannya 43 kasus (70% lebih banyak daripada jumlah bulanan rata-rata dari bulan Januari hingga Juli 2008). Peningkatan mendadak ini bersamaan dengan dimulainya kampanye Pemilu yang berujung pada meningkatnya ketegangan politis (lihat bagian mengenai Pemilu di bawah). Tabel 1 mengelompokkan insiden-insiden kekerasan yang terjadi pada bulan Agustus. Pada tahun-tahun sebelumnya, perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus telah dinodai oleh kasus-kasus di mana bendera nasional diturunkan dan diganti dengan bendera GAM. Tahun ini, tidak ada laporan mengenai kasus penurunan bendera merah-putih, dan simbol GAM sudah menampak tanpa merupakan pelanggaran hukum, karena bendera Partai Aceh kelihatan di mana mana sepanjang pesisir timur Aceh. Namun, terjadi banyak insiden terkait spanduk-spanduk kampanye Pemilu. Duabelas dari 43 kasus kekerasan pada bulan Agustus (28%) merupakan perusakan spanduk kampanye dari partai politik. Kasus-kasus ini menyebabkan kerusakan materi yang ringan, dan hampir tidak ada orang yang terluka. (Satu orang terluka ketika beberapa anggota KPA memukuli seorang kepala desa yang tertangkap basah menurunkan spanduk Partai Aceh di Aceh Tamiang). Semakin dekat Pemilunya, insiden semacam ini kemungkinan besar akan meningkat jumlahnya, dengan potensi eskalasi menjadi bentuk kekerasan yang lebih serius. Tabel 1: Insiden kekerasan pada bulan Agustus Jenis masalah # kasus % Korban Perusakan bahan kampanye 12 28% 1 luka Penyerangan yang Melawan GAM/KPA 1 5 luka melibatkan para mantan 4.5% Melawan mantan milisi 1 kombatan 1 meninggal Perselisihan berkaitan dengan sumberdaya 4 9% 1 ekskavator dibakar Terkait bantuan 1 2.5% 1 luka Kasus main hakim Main hakim sendiri moral 3 2 luka 21% sendiri Terhadap maling 6 5 luka Penemuan jenazah (motif pembunuhan tidak jelas) 3 7% 3 meninggal Masalah pribadi (balas dendam) 12 28% 4 meninggal, 9 luka JUMLAH % 8 meninggal, 23 luka, 1 kasus pembakaran Jumlah kasus konflik dengan kekerasan yang lainnya yang terjadi pada bulan Juli dan Agustus juga tinggi (dengan 28 dan 31 kasus tercatat untuk masing-masing bulan) dan mengakibatkan angka kematian yang tinggi: 11 pada bulan Juli dan delapan pada bulan Agustus. 3 Di antara kasus yang paling serius adalah kasus penembakan di Nagan Raya dan kasus pembunuhan seorang mantan anggota milisi anti-separatis di Aceh Utara (lihat bagian mengenai kasus Beutong dan ancaman anti-mou, di bawah). Kasus lain adalah penyerangan terhadap sebuah penginapan KPA oleh sekelompok orang di Banda Aceh pada tanggal 23 Agustus, di mana empat orang terluka. Insiden ini rupanya disebabkan masalah pribadi menyangkut teman perempuan, tapi barangkali juga terkait dengan ketegangan internal KPA antara pihak yang di Banda Aceh dan yang di luar. 3 Rata-rata empat kematian per bulan tercatat sejak bulan Januari hingga bulan Juni Angka tertinggi sebelumnya adalah pada bulan Juni 2007, ketika tercatat 12 kematian. 2

3 Perselisihan tentang perundang-undangan dan intimidasi yang meluas menandai awalnya kampanye Pemilu Kampanye untuk Pemilu 2009 dimulai Kotak 1: Partai lokal dan Pemilu 2009 Pasal pada MoU Helsinki menjamin hak partai lokal secara resmi pada tanggal 12 Juli. Enam Aceh untuk mencalonkan caleg DPRA dan DPRK pada partai politik lokal akan bersaing untuk Pemilu tahun depan. Pada bulan Mei, duabelas partai lokal pertama kalinya untuk kursi-kursi disahkan. Pada tanggal 7 Juli, KIP NAD mengumumkan DPRA dan DPRK, disertai 38 partai bahwa enam partai di antaranya memenuhi persyaratan untuk nasional (lihat Kotak 1). Partai Aceh, maju pada tahun 2009: Partai Aceh (PA), Partai Rakyat Aceh yang didukung GAM/KPA, (PRA), Partai SIRA, Partai Aceh Aman Sejahtera (PAAS), diprediksikan memperoleh kursi yang tidak sedikit pada DPRA dan pada Partai Bersatu Aceh (PBA), dan Partai Daulat Aceh (PDA). Partai lokal merupakan tantangan serius bagi partai-partai sebagian DPRK-DPRK. Jumlah konflik nasional seperti Golkar, PPP, PAN dan PKS yang sebelumnya politik meroket pada bulan Agustus menguasai badan legislasi di Aceh. Sejumlah tokoh partai nasional sudah berpindah ke partai lokal. PBA dipimpin oleh dengan dilaporkannya 39 kasus seorang politikus PAN Farhan Hamid, seorang anggota DPR. (peningkatan 160% dari angka bulan Sebuah kemenangan telak oleh partai-partai lokal dapat Juli). 70% dari semua insiden politik menjadi contoh dan menimbulkan tuntutan-tuntutan serupa di terkait langsung dengan Pemilu. Tabel 2 propinsi-propinsi Indonesia lainnya (dan sekaligus menunjukkan rincian konflik terkait menimbulkan penolakan dari Jakarta terhadap adanya partai Pemilu selama dua bulan terakhir. lokal di tempat lain). Pada tahun 2006, setelah calon Masalah yang menonjol termasuk independen diperbolehkan untuk pilkada Aceh, Mahkamah perselisihan terkait perundang-undangan Pemilu antara DPRA dan Jakarta, dan Konstitusi mengeluarkan keputusan yang membuka pintu untuk calon independen secara nasional. intimidasi yang meluas di lapangan. Tabel 2: Konflik terkait Pemilu selama bulan Juli dan Agustus. Jenis masalah Jumlah kasus % dari jumlah Masalah hukum/administratif 7 19% Masalah terkait pendaftaran caleg 5 13% Ketegangan antar Perusakan bahan kampanye 12 partai-partai politik Bentuk-bentuk intimidasi lain 4 42% Masalah internal partai-partai politik 8 21% Lain-lain 2 5% Persiapan Pemilu dihambat oleh dua perselisihan antara lembaga di Aceh dan Jakarta terkait perundang-undangan. Masalah pertama terkait dengan pasal 13 dan 36 dari Qanun No. 3, yang disahkan DPRA Juni lalu, yang menyatakan bahwa para calon partai lokal dan nasional harus melalui ujian membaca al-qur an. Depdagri menentang hak DPRA untuk mengatur partai nasional dan menuntut agar pasal 36 tersebut dibatalkan. DPRA menolak, dengan alasan bahwa legitimasi Qanun itu didasarkan pada ketentuan pada UUPA yang melindungi unsur Islam di Aceh. 4 Masalah kedua berhubungan dengan pembentukan Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu). Lagi-lagi, DPRA dan institusi nasional bertentangan mengenai apakah Qanun atau Undang-undang nasional yang berlaku. Qanun No. 7, yang disahkan tahun lalu, menyatakan bahwa Panwaslu harus terdiri atas lima anggota yang diusul oleh DPRA. Pada sisi lain, undang-undang nasional No , menyatakan bahwa hanya ada tiga anggota, yang dipilih oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dari enam anggota yang diusul oleh KIP NAD. Seperti di atas, DPRA berdalih bahwa Qanun No. 7 berasal dari ketentuan UUPA. 4 Pasal 36 (mengenai partai nasional) pada awalnya dimasukkan pada Qanun No. 3 atas tekanan kuat dari fraksi PPP, PKS dan PAN, di mana masing-masing adalah partai nasional besar Islam. PRA dan SIRA, keduanya partai lokal yang condong sekular, menyatakan bahwa bila Pasal 36 dibatalkan, maka Pasal 13 juga harus dibatalkan untuk menghindari perbedaan ketentuan untuk partai-partai lokal dan nasional. 3

4 DPRA menolak untuk mengubah posisinya dalam kedua masalah. Uji membaca al- Qur an dilaksanakan bagi semua calon pada bulan September. Sebuah kompromi tampak mendekat pada masalah Panwaslu, di mana KIP akan menyerahkan ke Jakarta calon-calon yang sama yang telah diseleksi pada bulan Juni oleh DPRA, walau belum jelas berapa calon akan dilantik. Masalah pelantikan merupakan masalah yang sangat penting bagi lancarnya pelaksanaan Pemilu. Panwaslu bertanggungjawab untuk mengawasi pelaksanaan Pemilu dan menyelidiki keluhan-keluhan, termasuk laporan intimidasi (lihat di bawah ini). Kegagalan untuk segera melantik anggota Panwaslu dapat berakibat pada penolakan terhadap hasil Pemilu oleh calon-calon yang kalah. Kedua masalah tersebut berakar pada masalah yang lebih luas mengenai interpretasi ketentuan-ketentuan UUPA. Jika DPRA didominasi oleh Partai Aceh setelah Pemilu, ini dapat menyebabkan ketidak-sepahaman yang ada antara Aceh dan Jakarta mengenai lingkup otonomi daerah Aceh semakin parah. Walau ketidak-sepahaman seperti itu tidak semata-mata buruk, ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah tersebut dapat menyebabkan ketidaksenangan yang semakin meningkat di Jakarta maupun di Aceh. Awal kampanye Pemilu juga ditandai dengan intimidasi yang meluas di berbagai wilayah. Selain perusakan spanduk, SMS-SMS berisi ancaman dikirim ke sejumlah pendukung dan pejabat dari beberapa partai politik. Hanya ada satu kasus intimidasi fisik terhadap keluarga seorang calon PKS di Aceh Utara - dilaporkan, tapi pasti telah terjadi banyak kasus lain yang tidak dilaporkan atau diumumkan. Pendukung Partai Aceh (PA) dianggap berada dibalik sebagian besar intimidasi yang terjadi. Sebagian besar kasus yang dilaporkan terjadi di wilayah kekuasaan GAM di pesisir timur. Di daerah ini, pendukung Partai Aceh menyebarkan berita bahwa PA tidak boleh tidak menang dan bahwa mereka yang tidak akan memilih PA seharusnya pulang ke Jawa. 5 Kepemimpinan KPA mengakui masalah ini, tapi tidak berbuat banyak untuk menerapkan disiplin secara efektif. Namun PA sendiri telah menjadi sasaran perusakan dan propaganda permusuhan. 6 Di Aceh Timur, SMS diedarkan yang menghubungkan PA dengan para komunis. Di Langsa, spanduk bertulisan: mendukung separatisme sama dengan menghancurkan perdamaian dibentangkan seputar kota. KPA secara resmi telah membantah provokasi-provokasi tersebut sebagai bagian dari kampanye fitnahan terselubung yang dilakukan pasukan keamanan. Partai lokal lainnya juga telah terkena dampak serupa. Intimidasi tidak hanya mengancam legitimasi hasil pemungutan suara, tapi juga berperan dalam meningkatkan ketegangan dan saling curiga yang dapat mengakibatkan konfrontasi yang lebih serius. Pada saat laporan ini ditulis (pertengahan September), sebuah granat meledak di rumah Muzzakir Manaf (Ketua KPA dan Partai Aceh), dua kantor PA dibakar di Lhokseumawe dan Aceh Timur, dan sebuah granat dilemparkan ke kantor PA di Bireuen. Semua ini terjadi dalam masa tujuh hari. Jurubicara PA, Adnan Beuransah, menuduh para mantan milisi antiseparatis sebagai dalang kejadian-kejadian ini, dan menyebut kejadian tersebut sebagai upaya mengacaukan Pemilu (penyerangan-penyerangan tersebut akan dibahas secara lebih rinci pada Laporan berikutnya). Pada bulan Agustus semua partai lokal, dan cabang Aceh dari sebagian besar partai nasional, menerima undangan dari Komisi Pemeliharaan Perdamaian di Aceh (CoSPA Commission on Sustaining Peace in Aceh) untuk menghadiri Forum 5 SMS-SMS yang diforward ke team kami, dan wawancara dengan masyarakat sipil. 6 PA merupakan target dari enam kasus yang dilaporkan di Bireuen, Aceh Timur dan Aceh Tamiang. PKS berada pada urutan kedua, dengan lima kasus, kemudian SIRA (tiga kasus), PRA dan PIS (masing-masing satu kasus). 4

5 Silaturrahmi Partai Politik Peserta Pemilu Pada tanggal 12 September, anggotaanggota Forum secara terbuka menandatangani sumpah di depan Masjid Baiturrahman, untuk mematuhi peraturan Pemilu, tidak melakukan intimidasi dan politik uang, dan untuk menerima apapun hasil pemungutan suara. Namun sayangnya, acara tersebut tidak dihadiri oleh Partai Aceh. Delegasi Partai Aceh menonton dari kejauhan tapi memilih untuk tidak turut serta dalam pengambilan sumpah tersebut. 7 Insiden Beutong dan ancaman anti-mou Pada tanggal 15 Juli, empat orang yang diduga merencanakan aktivitas kriminal dibunuh setelah terjadi baku tembak dengan pasukan keamanan di kecamatan Beutong, Nagan Raya. Seorang anggota kelompok tersebut menyerahkan diri. Senjata-senjata otomatis dan spanduk-spanduk GAM disita di tempat kejadian. Pihak polisi mengidentifikasi kelompok tersebut, yang anggotanya berasal dari Aceh Timur, Aceh Utara dan Bireuen, sebagai bagian dari jaringan kriminal yang lebih besar yang terlibat dalam sejumlah perampokan bersenjata dan penculikan di wilayah pesisir timur dan pertengahan Aceh. Namun, berita menyebar, didorong oleh pernyataan-pernyataan dari tokoh-tokoh KPA, bahwa ada unsur politik dalam kegiatan kelompok tersebut. Sebelum baku tembak terjadi, mereka dilaporkan telah berbicara kepada penduduk desa, menuturkan bahwa arusutama GAM telah mengkhianati perjuangan kemerdekaan, dan bercerita tentang rencana pembunuhan dan tindakan lainnya terhadap KPA dan Partai Aceh. Gubernur Irwandi Yusuf selanjutnya mengaku bahwa dia secara pribadi telah menerima ancaman pembunuhan, dan menuduh bahwa kelompok tersebut mendapatkan dukungan dari Front Demokratik untuk Kemerdekaan Aceh (FDKA), sebuah jaringan internasional yang terdiri dari anggota GAM dalam pengasingan yang bertujuan melanjutkan perjuangan bersenjata untuk kemerdekaan (lihat Kotak 2). Kotak 2: KPAMD dan MP-GAM Organisasi yang disebut Irwandi Yusuf sebagai FDKA sebenarnya adalah Komite Persiapan Aceh Merdeka Demokratik (KPAMD). Komite ini berhubungan erat dengan Majelis Pemerintah Gerakan Aceh Merdeka (MP-GAM), sebuah kelompok pecahan dari GAM yang dibentuk pada tahun 1999 sebagai akibat dari perebutan kekuasaan di antara kepemimpinan GAM dalam pengasingan. MP-GAM dipimpin oleh Husaini Hasan, seorang mantan menteri dalam cabinet GAM. Pada bulan Januari tahun 2006 di New York, KPAMD mengeluarkan pernyataan yang mengakui keberhasilan MoU Helsinki dalam hal membawa perdamaian ke Aceh. Namun, pernyataan itu juga menyebutkan tekad organisasi ini untuk melanjutkan gerakan kemerdekaan dan melaksanakan setiap langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan ini. [Teks lengkap pernyataan ini dapat dilihat online pada website KPAMD: Jaringan KPAMD menjangkau diaspora Aceh di Amerika Serikat, Australia, Swedia, Norwegia dan Malaysia. Diduga organisasi ini juga mendapatkan anggota baru di Aceh di antara para mantan kombatan yang kecewa. Para pendukungnya dikenal sebagai GAM Husaini, dari nama pemimpin MP-GAM. Tuduhan serupa mengenai keterkaitan dengan FDKA/MP-GAM juga telah dibuat mengenai Alm. Teungku Badruddin, seorang mantan komandan militer GAM dari Sawang, Aceh Utara, yang terbunuh pada bulan Desember tahun lalu (lihat Kotak 3). Sehari setelah kejadian Beutong, seorang yang diduga sebagai pemimpin baru pengikut Badruddin, Tgk Brimob, ditangkap oleh polisi Bireuen sebagai tersangka dalam sejumlah penculikan. Penyelidikan kasus Beutong mengarah ke afiliasi pribadi antara kedua kelompok. Elemen dari jaringan tersebut kemudian teridentifikasi sebagai pihak yang bertanggungjawab atas pembunuhan seorang anggota Berantas, sebuah mantan milisi anti-separatis, di Cot Girek, Aceh Utara, pada tanggal 26 Agustus. 7 Untuk analisa yang lebih mendalam mengenai Pemilu dan masalah politik lainnya, lihat International Crisis Group (2008) Pre-Election Anxieties in Aceh, tersedia online di 5

6 Informasi dari lapangan mengesankan bahwa GAM Husaini (lihat Kotak 2) sedang memperluas jangkauannya pada wilayah tertentu di Bireuen, Aceh Utara dan Aceh Timur, berkat frustrasi yang membara dan perasaan ditelantarkan pada banyak mantan kombatan (oleh karena itu mereka disebut GAM sakit hati ). Namun, ancaman dari kelompok-kelompok anti-mou tidak perlu dibesar-besarkan. Kotak 3: Tgk Badruddin dan Pasukan Peudeung Tgk Badruddin, yang dikenal karena sikap anti-mounya yang kuat dan sikap bermusuhannya terhadap KPA, juga telah dituduh melakukan sejumlah tindakan kriminal, termasuk menyita kendaraan milik NGO Cardi pada bulan Mei KPA diduga bertanggung jawab atas pembunuhannya, yang menimbulkan sejumlah aksi pembalasan pada awal tahun ini (lihat Laporan Pemantauan Konflik Desember 2007 dan Januari 2008). Dengan menggunakan jubah hitam dan membawa pedang, para pengikut Badruddin, yang dikenal sebagai Pasukan Peudeung, dianggap mengintimidasi NGO-NGO yang beroperasi di Sawang, mengacau ketertiban umum, dan merusak spanduk-spanduk Partai Aceh. Mengaku mewakili TNA asli, pandangan politiknya yang agak membingungkan mengkaitkan ideologi separatis dan pengaruh jihadi. Akhir-akhir ini, mereka dilaporkan mengganggu para perempuan pekerja NGO yang tidak berpakaian secara benar. Walaupun KPAMD/MP-GAM menentang ketentuan MoU Helsinki, tidak ada bukti bahwa mereka sedang merencanakan pemberontakan bersenjata yang baru. Seandainya ada, rencana tersebut tidak akan diterima dengan baik oleh mayoritas masyarakat Aceh, yang lagi menikmati hasil perdamaian. Ibrahim KBS, juru bicara KPA, telah mengisyaratkan bahwa kelompok-kelompok yang terlibat dalam kekerasan hanyalah kelompok kriminal yang menggunakan ideologi sebagai pembenaran bagi tindakannya. Gubernur Irwandi juga telah menyatakan bahwa kelompok-kelompok seperti itu terlalu lemah organisasinya, dan dukungannya terlalu sedikit untuk menjadi ancaman serius bagi proses perdamaian. Berkaitan dengan Pasukan Peudeung dari Sawang, wawancara yang dilakukan oleh team kami dengan Tgk Brimob dan tokoh-tokoh KPA lokal selama bulan-bulan terakhir memberi kesan bahwa mereka lebih merupakan kelompok anak muda yang kemarahannya dan frustrasinya lebih didasari kemiskinan serta pengangguran daripada ideologi. Walaupun keprihatinan serupa mengenai kemiskinan dan pengangguran memang meluas di antara para mantan kombatan, tetapi hampir semuanya tetap menghendaki perdamaian dan tetap setia pada KPA, terutama pada saat di mana ada harapan baru akan kemenangan politik lebih lanjut. Pada masa mendatang seruan yang mengajak untuk memperbaharui perjuangan bersenjata bisa mendapatkan dukungan, atau sebaliknya kehilangan dukungan, tergantung pada sejauh mana pemerintah daerah dan DPRA/DPRK yang baru berhasil memenuhi harapan-harapan masyarakat. Peningkatan kasus-kasus terkait korupsi, pada saat dimulainya musim tender Jumlah konflik terkait korupsi telah meningkat secara dramatis selama dua bulan terakhir, dengan puncaknya pada bulan Juli ketika 41 kasus dilaporkan (peningkatan sebanyak hampir tiga kali lipat bila dibandingkan dengan jumlah bulanan antara bulan Maret hingga bulan Juni) Oct 06 Nov Dec Jan 07 Feb Mar Apr May June July Aug Sep Oct Nov Dec Jan 08 Feb Mar 5 0 Apr May June July August Figur 2: Kasus-kasus korupsi baru dari Oktober 2006 hingga Agustus

7 Lonjakan ini terjadi setelah APBD 2008 disetujui pada bulan Juni. Anggaran sebesar Rp 8.5 trilyun (US$ 940 juta) mencakup Rp 3.5 trilyun (US$ 390 juta) untuk Dana Otonomi Khusus (Otsus), yang sebagian besar akan dialirkan ke kabupatenkabupaten untuk mendanai proyek pemerintah daerah. Sekarang adalah saat sibuk bagi dinas-dinas propinsi dan kabupaten serta perusahaan kontraktor, dengan dimulainya musim tender. Saat ini terdapat banyak peluang untuk memperkaya diri, untuk membuat transaksi-transaksi rahasia, dan ada peningkatan tekanan atas para pejabat ketika para peserta tender memanfaatkan jaringan-jaringan mereka untuk memenangkan kontrak-kontrak yang didanai APBD itu. Tabel 3 menggambarkan masalah-masalah terkait korupsi yang sering terjadi pada bulan Juli, ketika jumlah terbanyak kasus dilaporkan. Tabel 3: Jenis-jenis utama kasus terkait korupsi Juli 2008 Jenis masalah Jumlah % dari kasus jumlah Masalah mengenai Tender-tender 5 12% kontrak dan kontraktor Keluhan mengenai pelaksanaan proyek 7 18% Pemerintah Daerah, Dinas-dinas 12 30% Pejabat korup Perangkat desa 4 10 % Lain-lain 5 12 % Dalam konteks pra-pemilu sekarang ini, penting diingat bahwa korupsi adalah bagian dari hasil hubungan patron-klien yang mendominasi politik Aceh (dan tentu saja Indonesia). Para individu maupun partai mengumpulkan dukungan dana dengan cara menjual jasa dan janji akan akses kepada pendukung kaya, yang setelah calonnya sudah naik jabatan dan uang mulai mengalir, menekan supaya dana dan dukungan mereka dibalas. Penegakan peraturan yang berlaku mengenai pendanaan kampanye akan merupakan langkah yang berguna dalam membatasi hubungan patron-klien itu dalam Pemilu 2009, dan dengan otomatis itu akan ikut membatasi motivasi dan peluang untuk melakukan korupsi di masa mendatang. 8 Selama dua tahun terakhir ini, ada tekanan yang signifikan dari beberapa pihak di KPA kepada pejabat-pejabat yang berhubungan dengan GAM, untuk mendapatkan kontrak-kontrak dan keuntungan lainnya. Jikalau PA nanti membuat terobosan serius ke DPRK dan DPRA seperti diprediksikan, tekanan ini hanya akan meningkat, dengan resiko bahwa sebagian dari sumber daya negara diambil oleh kepentingan usaha yang terkait dengan para mantan GAM. Kejahatan: penculikan satpam NGO internasional menimbulkan kekhawatiran, namun kejahatan bersenjata berkurang. Pada tanggal 26 Agustus, seorang satpam pada rumah Save the Children di Banda Aceh diculik dengan tuntutan uang tebusan sebesar Rp 100 juta (US$ 1100). Ini merupakan penculikan pertama dengan uang tebusan yang diarahkan ke NGO internasional. Setelah penculikan tujuh warga negara Cina yang bekerja pada sektor swasta pada bulan April, dan peledakan granat di kantor Save the Children di Bireuen pada bulan Mei, kasus baru ini telah mengakibatkan kekhawatiran dalam komunitas internasional. Penculikan yang menimpa salah satu tim kami pada bulan September juga menambah kekhawatiran. Namun, kejadian-kejadian ini tetap jarang. Jumlah kejahatan bersenjata yang serius rupanya menurun tajam selama beberapa bulan 8 Lihat sebuah laporan mendatang dari Program Konflik dan Pembangunan: Samuel Clark and Blair Palmer (2008). Peaceful Pilkada, Dubious Democracy: Aceh s Post-Conflict Elections and their Implications, Indonesian Social Development Paper No. 11. Jakarta: World Bank. Tersedia dalam waktu dekat online di: 7

8 terakhir (lihat Figur 3). Walaupun begitu, sikap was-was dan pemantauan terusmenerus tetap diperlukan. Figur 3: Perampokan bersenjata dan penculikan pada tahun

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 September 2008 Bank Dunia

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 September 2008 Bank Dunia Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 September 2008 Bank Dunia Pada bulan ketiga dalam

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Oktober 30 November 2008 Bank Dunia

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Oktober 30 November 2008 Bank Dunia Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Oktober 30 November 2008 Bank Dunia 47084 Jumlah

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Mei 2006 Bank Dunia/DSF

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Mei 2006 Bank Dunia/DSF Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Mei 2006 Bank Dunia/DSF Sebagai bagian dari program dukungan untuk proses perdamaian, Program Konflik dan Pengembangan Masyarakat di Bank Dunia Jakarta menggunakan

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 et 3 il 8 Bank Dunia Figur 1: Insiden kekerasan dan jumlah total konflik, per

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Mei - 30 Juni 2008 Bank Dunia 44877 Jumlah konflik

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Oktober 2006 World Bank/DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Oktober 2006 World Bank/DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Oktober 26 World Bank/DSF Sebagai bagian dari

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik Aceh 1 31 Desember 2007

Laporan Pemantauan Konflik Aceh 1 31 Desember 2007 Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik Aceh 1 31 Desember 2007 World Bank/DSF Pada bulan Desember,

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juni 31Juli 2006

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juni 31Juli 2006 Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juni 31Juli 2006 World Bank/DSF Sebagai bagian

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 28 Februari 2006 World Bank/DSF

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 28 Februari 2006 World Bank/DSF Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 28 Februari 2006 World Bank/DSF Sebagai bagian dari program dukungan untuk proses perdamaian, Program Konflik dan Pengembangan Masyarakat di Bank Dunia Jakarta

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Januari 2007 World Bank/DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Januari 2007 World Bank/DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Januari 27 World Bank/DSF Sebagai bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan kepala daerah (pemilukada) adalah rangkaian panjang dari proses penentuan kepala daerah yang bakal menjadi pemimpin suatu daerah untuk lima tahun (satu periode).

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juni 31 Juli Bank Dunia/DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juni 31 Juli Bank Dunia/DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juni 31 Juli 20 1 Bank Dunia/DSF 1032 Konflik politik

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Maret 2006 World Bank/DSF

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Maret 2006 World Bank/DSF Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Maret 2006 World Bank/DSF Sebagai bagian dari program dukungan untuk proses perdamaian, Program Konflik dan Pengembangan Masyarakat di Bank Dunia Jakarta menggunakan

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Mei 2007 Bank Dunia/DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Mei 2007 Bank Dunia/DSF Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Mei 7 Bank Dunia/DSF Pelemparan-pelemparan granat misterius, yang mulai bulan lalu, terus berlanjut bulan ini dengan empat insiden baru, sehingga jumlah insiden

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME Gerakan separatisme masih menjadi ancaman nyata bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam menghadapi ancaman gerakan separatisme ini, pemerintahan Indonesia

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 September 30 September 2005

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 September 30 September 2005 Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 September 30 September 2005 Bank Dunia/DSF Sebagai bagian dari program dukungan untuk proses damai, Program Konflik dan Pengembangan Masyarakat di Bank Dunia

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 April 2007 Bank Dunia /DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 April 2007 Bank Dunia /DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 April 2007 Bank Dunia /DSF Pada bulan April terdapat

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara pimpinan. Maka hal ini yang membuat para pimpinan tidak memberikan celah untuk para mantan panglima wilayah melakukan hal-hal yang diluar keinginannya, bahkan pasca rapat tersebut para pimpinan tidak pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. partai politik lokal. partai politik lokal telah menjadi instrumen utama rakyat

BAB I PENDAHULUAN. partai politik lokal. partai politik lokal telah menjadi instrumen utama rakyat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi di Indonesia khususnya daerah Aceh terwujud dari adanya partai politik lokal. partai politik lokal telah menjadi instrumen utama rakyat untuk berkompetensi

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik Aceh 1 Januari 29 Februari 2008 Bank Dunia

Laporan Pemantauan Konflik Aceh 1 Januari 29 Februari 2008 Bank Dunia Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik Aceh 1 Januari 29 ruari 2008 Bank Dunia Situasi di Aceh secara

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh Desember 1, Februari, 2009 Bank Dunia

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh Desember 1, Februari, 2009 Bank Dunia Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh Desember 1, 2008 28 Februari, 2009 Bank Dunia 47974

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pemantauan Konflik Di Aceh 1 31 Desember 2006 Bank Dunia /DSF

Laporan Hasil Pemantauan Konflik Di Aceh 1 31 Desember 2006 Bank Dunia /DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Hasil Pemantauan Konflik Di Aceh 1 31 Desember 6 Bank Dunia /DSF Sebagai bagian

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Perdamaian Aceh 1 Juli 31 Agustus 2009 Pusat Studi Perdamaian dan Resolusi Konflik Universitas Syiah Kuala

Laporan Pemantauan Perdamaian Aceh 1 Juli 31 Agustus 2009 Pusat Studi Perdamaian dan Resolusi Konflik Universitas Syiah Kuala Laporan Pemantauan Perdamaian Aceh 1 Juli 31 Agustus 2009 Pusat Studi Perdamaian dan Resolusi Konflik Universitas Syiah Kuala Bulan Agustus 2009 merupakan momentum penting bagi masyarakat Aceh. Bulan ini

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 st 31 st November 2005 World Bank/DSF

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 st 31 st November 2005 World Bank/DSF Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 st 31 st November 2005 World Bank/DSF Sebagai bagian dari program dukungan untuk proses damai, Program Konflik dan Pengembangan Masyarakat di Bank Dunia Jakarta

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL

QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH [LN 2008/51, TLN 4835] BAB XXI KETENTUAN PIDANA Pasal

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 September 2007 Bank Dunia/DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 September 2007 Bank Dunia/DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 September 2007 Bank Dunia/DSF Di bulan September,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.23, 2015 PEMERINTAHAN DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Penetapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P No.29, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6187) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DAN PEMILIHAN DI ACEH

QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DAN PEMILIHAN DI ACEH QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DAN PEMILIHAN DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2008 LEMBAGA NEGARA. POLITIK. Pemilu. DPR / DPRD. Warga Negara. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4801) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan Aceh Merdeka atau sering kita dengar dalam penyebutan GAM ataupun AGAM adalah organisasi yang dianggap separatis yang memiliki tujuan supaya Aceh lepas

Lebih terperinci

-3- MEMUTUSKAN: Pasal I

-3- MEMUTUSKAN: Pasal I -2-3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (L embaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4252); 4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN ACEH, PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 November 2007 Bank Dunia/DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 November 2007 Bank Dunia/DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 November 2007 Bank Dunia/DSF Di bulan November,

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Oktober 2007 Bank Dunia/DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Oktober 2007 Bank Dunia/DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Oktober 2007 Bank Dunia/DSF Di bulan Oktober,

Lebih terperinci

-1- QANUN ACEH NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, SERTA WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA

-1- QANUN ACEH NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, SERTA WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA -1- QANUN ACEH NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, SERTA WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN BERACARA DALAM PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.768, 2012 KOMISI PEMILIHAN UMUM. Pendaftaran. Verifikasi. Penetapan. Parpol. Pemilu. DPR. DPRD. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENDAFTARAN,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

Lebih terperinci

Nota Kesepahaman. antara Pemerintah Republik Indonesia Dan. Gerakan Aceh Merdeka

Nota Kesepahaman. antara Pemerintah Republik Indonesia Dan. Gerakan Aceh Merdeka Lampiran Terjemahan resmi ini telah disetujui oleh delegasi RI dan GAM. Hanya terjemahan resmi ini yang Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia Dan Gerakan Aceh Merdeka Pemerintah Republik

Lebih terperinci

KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH

KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH OMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH KEPUTUSAN KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH NOMOR 16/Kpts/KIP Aceh/TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN, VERIFIKASI, DAN PENETAPAN PARTAI POLITIK

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan kerangka utama yang mendasari pembentukan bangsa dan negara Republik Indonesia. Upaya kelompok atau golongan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN [LN 2008/176, TLN 4924]

UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN [LN 2008/176, TLN 4924] UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN [LN 2008/176, TLN 4924] BAB XIX KETENTUAN PIDANA Pasal 202 Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan orang lain kehilangan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1062, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM. Dana Kampanye. Pelaporan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAPORAN DANA KAMPANYE

Lebih terperinci

Pemilu Aceh: Sebuah Keniscayaan

Pemilu Aceh: Sebuah Keniscayaan Kabar Pemilu Nomor 8, Juni 2009 Pemilu Aceh: Sebuah Keniscayaan Pemilu di Indonesia diselenggarakan lima tahun sekali, yang terakhir berlangsung bulan April 2009. Tetapi kali ini pemilu di Aceh, yang terletak

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 st 31 st Januari 2006 World Bank/DSF

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 st 31 st Januari 2006 World Bank/DSF Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 st 31 st Januari 2006 World Bank/DSF Sebagai bagian dari program dukungan untuk proses damai, Program Konflik dan Pengembangan Masyarakat di Bank Dunia Jakarta

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN I. UMUM 1. Dasar Pemikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

No. Pasal Kualifikasi Delik Unsur Tindak Pidana Sanksi Setiap orang. kehilangan hak Menyebabkan orang lain

No. Pasal Kualifikasi Delik Unsur Tindak Pidana Sanksi Setiap orang. kehilangan hak Menyebabkan orang lain Lampiran 1 : Ketentuan Pidana Pemilu No. Pasal Kualifikasi Delik Unsur Tindak Pidana Sanksi 1 2 3 4 5 1. 261 Menyebabkan orang lain kehilangan hak Menyebabkan orang lain pilih kehilangan hak pilihnya 2.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.907, 2012 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU. Penyelenggara Pemilu. Pedoman. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (yang telah disahkan dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 18 Juli 2006) RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung, umum, bebas,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA

DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN BERACARA KODE ETIK PENYELENGGARA PEMIILIHAN UMUM DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan Aceh Merdeka atau sering kita dengar dalam penyebutan GAM ataupun AGAM adalah organisasi yang dianggap separatis yang memiliki tujuan supaya Aceh lepas

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU PENYELENGGARA

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Maret 2007 Bank Dunia/DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Maret 2007 Bank Dunia/DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Maret 2007 Bank Dunia/DSF Sebagai bagian dari

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENDAFTARAN, VERIFIKASI, DAN PENETAPAN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehadiran Partai Politik Lokal di Aceh merupakan suatu bukti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehadiran Partai Politik Lokal di Aceh merupakan suatu bukti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran Partai Politik Lokal di Aceh merupakan suatu bukti perkembangan demokrasi di Indonesia. Dengan hadirnya Partai Politik Lokal merupakan tambahan sarana

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2013 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU. Pelanggaran. Kode Etik. Daerah. Pemeriksaaan. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Skripsi ini meneliti mengenai peran Aceh Monitoring Mission (AMM)

BAB V PENUTUP. Skripsi ini meneliti mengenai peran Aceh Monitoring Mission (AMM) BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Skripsi ini meneliti mengenai peran Aceh Monitoring Mission (AMM) dalam proses peacebuilding di Aceh paska konflik GAM dengan Pemerintah Indonesia. Paska konflik GAM dengan

Lebih terperinci

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

Lebih terperinci

DINAMIKA PEMBENTUKAN REGULASI TURUNAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH DYNAMICS OF FORMATION OF DERIVATIVES REGULATION THE LAW ON GOVERNMENT OF ACEH

DINAMIKA PEMBENTUKAN REGULASI TURUNAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH DYNAMICS OF FORMATION OF DERIVATIVES REGULATION THE LAW ON GOVERNMENT OF ACEH Vol. 18, No. 3, (Desember, 2016), pp. 459-458. DINAMIKA PEMBENTUKAN REGULASI TURUNAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH DYNAMICS OF FORMATION OF DERIVATIVES REGULATION THE LAW ON GOVERNMENT OF ACEH Fakultas

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaitkan dengan kekerasan, seperti kerusuhan, separatisme, teroris, dan revolusi.

BAB I PENDAHULUAN. dikaitkan dengan kekerasan, seperti kerusuhan, separatisme, teroris, dan revolusi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Masalah Konflik antara Aceh dengan Pemerintah Pusat pertama kali terjadi pada saat diproklamirkannya Darul Islam (DI/TII) dibawah pimpinan Teungku Daud Beureueh.

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARAAN PEMILU REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMERIKSAAN PELANGGARAN KODE ETIK PENYELENGGARA

Lebih terperinci

- 2 - Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum tanggal 30 Juli 2012; MEMUTUSKAN :

- 2 - Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum tanggal 30 Juli 2012; MEMUTUSKAN : - 2-4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246); 5. Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME Sebagai bagian dari agenda untuk mewujudkan kondisi aman dan damai, upaya secara komprehensif mengatasi dan menyelesaikan permasalahan separatisme yang telah

Lebih terperinci