Laporan Pemantauan Konflik di Aceh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Pemantauan Konflik di Aceh"

Transkripsi

1 Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Mei - 30 Juni 2008 Bank Dunia Jumlah konflik terus meningkat mencapai ketinggian baru pada bulan Mei dan Juni, peningkatan ini terutama terjadi pada meningkatnya persoalan perselisihan administratif. 1 Tingkat insiden kekerasan tetap relatif tinggi, seperti tercatat sejak Desember tahun lalu. Sejumlah insiden terjadi pada perbatasan antara Bener Meriah dan Aceh Utara. Insiden pertama terjadi ketika masyarakat melaporkan serangan teror oleh aparat keamanan Bener Meriah di sebuah desa di kecamatan Nisam Antara. Laporan tersebut, yang mengingatkan akan masa konflik, diikuti oleh tuntutan-tuntutan penduduk beberapa desa Bener Meriah untuk disatukan dengan Aceh Utara, dan oleh percobaan pembunuhan atas seorang pejabat desa. Walaupun ada indikasi bahwa motif dibalik insiden-insiden tersebut seputar pembalakan liar, namun penyerangan tersebut telah menjadi konfrontasi antara tokoh-tokoh GAM, termasuk Gubernur Irwandi Yusuf, dan Bupati Bener Meriah, dengan saling menuduh bahwa masing-masing pihak memanipulasi kekerasan untuk kepentingan politiknya. Ini menunjukkan betapa ketegangan di level masyarakat dan masalah politik yang lebih luas dapat saling memperkuat penciptaan suasana yang semakin terpolarisasi pada saat persiapan untuk pemilihan umum tahun depan. Potensi terjadinya insiden lebih lanjut cukup tinggi di dataran tinggi Gayo, pada saat kemungkinan berhasilnya pembentukan propinsi baru Aceh Leuser Antara makin menipis dan para pendukungnya khawatir dengan perkembangan Partai Aceh di kabupaten-kabupaten tetangga. Kontroversi sekitar seleksi anggota Komisi Independen Pemilihan tingkat kabupaten mengingatkan bahwa kepastian akan pemilu yang transparan dan adil merupakan kunci dalam meredakan ketegangan. Bulan Mei dan Juni juga ditandai dengan jumlah kejadian vigilantisme (main hakim sendiri) yang tinggi, kemungkinan merupakan konsekuensi dari perubahan fungsi Wilayatul Hisbah yang mundur dari operasi penegakan untuk lebih fokus kepada kegiatan sosialisasi. Sebuah laporan oleh International Finance Corporation meningkatkan kesadaran akan maraknya pungutan liar di Aceh dan mendesak aparat keamanan untuk mengambil tindakan tegas. Tindakan-tindakan ini perlu dilakukan secara hati-hati untuk menghindari peningkatan rasa saling curiga antara aparat keamanan dan KPA. Pada tanggal 14 Mei, sebuah granat meledak di kantor sebuah LSM internasional di Bireuen. Selain insiden ini, tingkat konflik terkait bantuan tetap stabil, dan hanya menimbulkan sedikit kekerasan. Namun insiden terkait dengan bantuan pasca konflik mengalami peningkatan pada bulan Juni, menggaris-bawahi dua celah utama: kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan program bantuan bagi korban konflik di dataran tinggi Gayo, dan kurangnya perhatian kepada mantan kombatan non-gam. Ketegangan di perbatasan antara Aceh Utara dan dataran tinggi Gayo Pada bulan Mei dan Juni, sejumlah insiden terjadi di perbatasan antara Bener Meriah dan pedalaman Aceh Utara. Kejadian-kejadian yang mengakibatkan satu korban jiwa ini menunjukkan bahwa kondisi keamanan masih belum stabil di wilayah perbatasan yang memisahkan dataran tinggi Gayo dari wilayah basis GAM di pantai timur. Kasus-kasus ini 1 Sebagai bagian dari program dukungan analisis bagi proses perdamaian, Program Konflik dan Pengembangan di Bank Dunia Jakarta serta didanai oleh Department for International Development (DFID), menggunakan metodologi pemetaan konflik melalui surat kabar untuk merekam dan mengkategorikan semua laporan tentang insiden konflik di Aceh yang diberitakan di dua surat kabar daerah (Serambi and Aceh Kita). Program ini menerbitkan laporan bulanan yang menganalisa data dengan didukung oleh kunjungan lapangan. Laporan pemantauan bulanan dapat diakses di Dataset tersedia bagi mereka yang membutuhkan, dengan menghubungi Blair Palmer di bpalmer@wboj.or.id atau Adrian Morel di amorel1@worldbank.org. Terdapat keterbatasan dalam menggunakan surat kabar untuk memetakan konflik. Lihat Barron dan Sharpe (2005) yang tersedia secara online 1

2 juga mengungkapkan betapa ketegangan di tingkat masyarakat dan masalah-masalah politik yang lebih luas dapat saling menguatkan, sehingga mengakibatkan potensi terjadinya insideninsiden lanjutan, terutama dengan semakin dekatnya pemilihan umum tahun depan. Ketegangan mulai pada tanggal 3 Juni ketika masyarakat desa setempat melaporkan bahwa pasukan bersenjata telah melintas di perbatasan Bener Meriah dan menyerang desa Alue Dua, sebuah desa terpencil di pegunungan Nisam Antara, Aceh Utara, meneror penduduk dengan tembakan membabi-buta dan pembakaran gubuk dan sepeda motor (Lihat Kotak 1 untuk kronologi kejadian terperinci). 2 Kapolres Bener Meriah mengakui bahwa pasukan polisi didukung oleh TNI sedang melakukan operasi gabungan di wilayah tersebut untuk mengumpulkan bukti pembalakan liar, tapi menyangkal telah menggunakan kekerasan. Dua minggu kemudian, masyarakat dari dua desa di Bener Meriah yang terletak tidak jauh dari perbatasan dengan Nisam Antara, menuntut agar disatukan dengan Aceh Utara. Mereka mengatakan bahwa pemerintah Bener Meriah tidak memperhatikan kebutuhan mereka dan mereka tidak ingin menjadi bagian dari propinsi ALA yang terpisah. 3 Pada tanggal 30 Juni, Ardiansyah, seorang kepala dusun di salah satu desa tersebut, diserang oleh orang-orang bersenjata. Isterinya yang sedang hamil terbunuh dalam penembakan. Ardiansyah menghubungkan serangan tersebut kepada anggota KPA yang mempunyai hubungan erat dengan para pembalak liar yang dicari dalam operasi pasukan keamanan di Nisam Antara, yang menuduh dia sebagai informan (cuak). Kejadian yang disebut terakhir dengan cepat meningkat menjadi konfrontasi politik yang lebih luas antara KPA, Gubernur Irwandi Yusuf dan Bupati Bener Meriah Tagore Abubakar. Tagore, seorang mantan pemimpin milisi pro-jakarta (PETA) dan juga partisan ALA, menyatakan bahwa kondisi keamanan di Kabupaten Bener Meriah sekarang tidak beda sebelum MoU. Ini, menurut beliau, disebabkan kegiatan kelompok bersenjata yang menentang pemekaran propinsi. Karena itu, Tagore meminta intervensi dari Jakarta. KPA dan Irwandi mengecam usaha-usaha Bupati untuk mempolitisir kasus tersebut. Gubernur menerangkan bahwa kejadian tersebut dapat dikaitkan dengan manipulasi pihak-pihak tertentu dengan tujuan untuk memulai konflik horizontal antara masyarakat pesisir dan pedalaman, GAM dan bukan GAM. 4 Kotak 1: Insiden perbatasan Aceh Utara/Bener Meriah, bulan Mei dan Juni 29 Mei, Nisam Antara, Aceh Utara. Ketika melakukan operasi gabungan sweeping senjata ilegal di seberang perbatasan, polisi Bener Meriah didukung oleh pasukan TNI menangkap empat orang pembalak liar Mei, dusun Jabal Antara, desa Alue Dua, Nisam Antara, Aceh Utara. Menurut laporan anggota masyarakat, 30 orang bersenjata berseragam menyeberang perbatasan dari Bener Meriah dan menyerang kampung, membakar tiga pondok, empat sepeda motor dan menembak seekor kerbau. 4 9 Juni. Kapolres Bener Meriah menegaskan bahwa pasukan polisi dan TNI kembali ke Nisam Antara pada tanggal 30 Mei untuk mengumpulkan barang bukti pembalakan liar, tapi menyangkal tuduhan terjadi kekerasan. KPA mempertanyakan keterlibatan militer dalam operasi penegakan hukum, sedangkan Pangdam or Jenderal Supiadin menyatakan bahwa penyerangan itu direkayasa. Penyelidikan oleh Forum Koordinasi dan Komunikasi Desk Aceh (FKK) tidak dapat mengambil kesimpulan. 12 Juni, Lhokseumawe. Ratusan kepala rumah tangga dari kampung Seni Antara dan Rikit Musara, Kecamatan Permata, Bener Meriah, melakukan perjalanan ke Lhokseumawe untuk menuntut penggabungan kampung mereka dengan Aceh Utara. 2 Alue Dua tahun lalu telah menjadi lokasi insiden ketika anggota KPA menyerang empat prajurit yang disewa sebagai keamanan oleh NGO Save the Children pada tanggal 21 et, Aceh Leuser Antara merujuk ke proyek pembentukan propinsi baru lepas dari Aceh, yang akan mencakup kebupaten Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues, Aceh Tenggara dan Aceh Singkil (lihat Laporan Januari ruari 2008). 4 Irwandi Yusuf, Medan Bisnis, 4 Juli. Selama kunjungannya ke Aceh dan Jakarta awal Mei, tti Ahtisaari, mantan Presiden Finlandia dan Ketua Crisis Management Initiative, juga menyampaikan keprihatinannya kepada or Supiadin atas dugaan adanya operasi intelijen di Aceh. Supiadin menyangkal dugaan tersebut. 2

3 30 Juni, pukul 2:00, Desa Seni Antara, Permata, Bener Meriah. Kelompok bersenjata menyerang tempat tinggal kepala dusun Bukit Antara, Ardiansyah, melukai dia dan membunuh isterinya yang sedang hamil. 2 Juli. Korban penyerangan, Ardiansyah, mengakui bahwa dia telah diancam elemen KPA yang menuduh dia sebagai informan (cuak). Bupati Bener Meriah, Tagore Abubakar, mennyatakan ada hubungan antara insiden 30 Juni dengan persoalan ALA. Dia menuntut intervensi pemerintah pusat untuk menumpas gerombolan bersenjata. Bupati telah menunjukkan jati dirninya sebagai petinggi PETA, kata KPA. 4 Juli. Gubernur Irwandi Yusuf mencela usaha disinformasi oleh Tagore dan Badan Intelijen Nasional. Dia mengkaitkan insiden 30 Juni dengan kelompok mantan kombatan yang tidak ingin Aceh damai, dan menambahkan bahwa kelompok-kelompok tersebut tidak dapat bergerak tanpa dukungan pihak-pihak yang menunggangi mereka untuk kepentingan tertentu. Motivasi sesungguhnya dari penyerangan 30 Mei dan penembakan 30 Juni tampaknya berkisar sekitar pembalakan liar dan dendam pribadi. Mengenai insiden pertama, bisa jadi operasi penegakan hukum yang lepas kendali, atau pasukan keamanan Bener Meriah dengan sengaja ingin memberi contoh, atau pembalak liar terkait dengan KPA berusaha untuk membesar-besarkan operasi penegakan hukum agar kelihatan sebagai agresi terhadap masyarakat sipil. Kemungkinan terbesar adalah kombinasi dari ketiganya. Usaha pembunuhan atas Ardiansyah dapat dipastikan sebagai aksi balas dendam oleh pembalak liar. Insiden-insiden tersebut terjadi bersamaan dengan latar belakang meningkatnya ketegangan di tengah masyarakat, politik dan ekonomi di wilayah itu: Ketegangan di level masyarakat. KPA mendapat dukungan luas dari masyarakat di Nisam Antara, sebuah basis GAM dan salah satu wilayah yang paling menderita akibat konflik. Di seberang perbatasan, di Bener Meriah, penduduk desa yang setia pada GAM dan para pendukung PETA sering hidup berdampingan di lokasi yang sama. Menurut hasil kunjungan lapangan terakhir di wilayah tersebut oleh peneliti Bank Dunia, hubungan antara mantan kombatan dari pihak-pihak yang berlawanan telah cukup membaik bila dibandingkan dengan keadaan pada tahun Namun masalah ALA telah meningkatkan ketegangan dan kecurigaan di antara kedua pihak. Persoalan politik. Walaupun kemungkinan berhasilnya pemekaran propinsi semakin menipis (lihat seksi berikutnya), ALA masih mendapat dukungan kuat dari elit politik Bener Meriah, masyarakat etnik Jawa dan elemen milisi. Masyarakat yang memutuskan untuk keluar dari Bener Meriah pada tanggal 12 Juni adalah orang Gayo yang mendukung GAM selama konflik dan merasa semakin terisolasi dan tidak aman. 5 Di sisi lain, elemen pro-ala khawatir akan berkembangnya bendera merah Partai Aceh di basis-basis GAM pesisir timur. Mereka mencurigai bahwa bila Partai Aceh memenangkan mayoritas kursi di DPRA, kemungkinan akan dapat memperoleh cukup pengaruh untuk mengusulkan referendum kemerdekaan. Kepentingan ekonomi. Pembalakan liar telah meluas di kedua sisi perbatasan, dan elit Bener Meriah dan KPA dilaporkan sama-sama terlibat. Karena dikira pemerintah propinsi tidak tegas terhadap KPA, elit Bener Meriah mungkin telah memutuskan untuk mengambil alih permasalahannya dan memberikan peringatan kepada pembalak yang beroperasi dari Nisam Antara. Selain itu, walaupun KPA tidak terlalu kuat di Bener Meriah, para kontraktor yang terkait dengan organisasi itu berhasil mendapatkan proyek publik yang cukup besar, termasuk rehabilitasi 40 km jalan yang menghubungkan Bener Meriah dan Nisam Antara. Kombinasi yang terjadi pada persoalan di tingkat masyarakat, ketegangan politik dan persaingan ekonomi, telah berperan penting dalam rangkaian kejadian yang berujung pada pembantaian Atu Lintang di Aceh Tengah pada tanggal 1 et tahun ini (lihat Laporan Januari ruari 2008). Tekanan-tekanan seperti itu kemungkinan akan terus meningkat, terutama pada saat militan pro-ala terdesak oleh kesulitan yang dialami rencana pemekaran. 5 Wawancara dengan tokoh KPA Wilayah Pasee, 14 Juli. 3

4 Konflik politik: kesempatan bagi ALA/ABAS semakin menipis; persiapan untuk pemilu tahun depan mulai menimbulkan kontroversi. Proses legislatif yang diawali oleh faksi-faksi DPR pada bulan Januari untuk memekarkan Aceh dan menciptakan dua propinsi baru, Aceh Leuser Antara dan Aceh Barat Selatan (lihat Laporan Januari - ruari 2008), mengalami kemunduran akhir Mei ketika rancangan undang-undang gagal dimasukkan dalam agenda DPR tahun ini. Gubernur Irwandi Yusuf juga melaporkan pada tanggal 17 Juni, bahwa Wakil Presiden Yusuf Kalla telah meyakinkan dia akan ketidak-setujuannya atas rencana pemekaran tersebut. 6 Kemungkinan pembentukan ALA/ABAS akan berhasil dalam jangka pendek sekarang rupanya makin kecil. Namun, militan ALA tetap dikerahkan, dan informasi dari kunjungan lapangan mengindikasikan bahwa mereka melihat kemenangan mutlak Partai Aceh pada tahun 2009 sebagai ancaman langsung terhadap keamanannya. Sebagai akibatnya, ketegangan kemungkinan akan berlanjut dan meningkat selama kampanye pemilu. Seleksi anggota KIP Kabupaten, yang merupakan langkah penting pertama dalam persiapan pemilihan umum 2009, dihadapkan pada pertentangan yang serius. Peraturan KIP melarang keanggotaan bagi mereka yang mempunyai hubungan dengan partai politik ataupun bagi mereka yang pernah memegang atau mencalonkan diri untuk jabatan politik tertentu selama lima tahun terakhir. Namun, puluhan calon anggota yang lolos seleksi ternyata memegang posisi kader pada partai-partai politik, atau terkait secara langsung atau tidak langsung dengan organisasi atau tokoh politik tertentu. Kasus seperti itu dilaporkan di 11 kabupaten. Selama pemilihan umum 2006, beberapa KIP Kabupaten rupanya telah memiliki bias, seperti di Aceh Tenggara, di mana KIP lokal mendukung Bupati Armen Desky yang diputuskan kalah oleh KIP provinsi. Perselisihan tersebut mengakibatkan mobilisasi pendukung kedua belah pihak, yang kemudian berujung pada sejumlah insiden kekerasan di Aceh Tenggara, seperti pengeboman dan pembakaran di bulan Agustus Walaupun keadaan sekarang telah tenang, kunjungan lapangan yang dilaksanakan pada bulan November tahun lalu menunjukkan bahwa penduduk Aceh Tenggara masih tetap terpecah, dan ketegangan tampak jelas (lihat Laporan November 2007). Penerapan peraturan dan melawan nepotisme dan korupsi dari tahap awal merupakan kunci terlaksananya pemilihan umum yang adil dan transparan pada tahun Jumlah konflik tetap meningkat, kekerasan tetap tinggi Pada bulan Mei dan Juni, jumlah konflik tetap meningkat hingga mencapai tingkat tertinggi ke tiga secara berturut-turut, dengan dilaporkannya 149 konflik baru pada bulan Mei, dan 166 pada bulan Juni (lihat Figur 1). Figur 1: insiden kekerasan dan jumlah konflik, per bulan Insiden kekerasan Jumlah total konflik Jan 05 Apr Jun Jul Aug MoU Sep Oct Nov Dec Jan 06 Apr July Aug Sep Oct Nov Dec Jan 07 Apr July Aug Sep Oct Nov Dec Jan 08 April 6 Pada hari yang sama juga dilaporkan bahwa Presiden Yudhoyono telah menandatangani ampres yang memberi kuasa kepada Depdagri untuk memulai pembahasan bersama DPR mengenai masalah tersebut. Ini memberikan harapan baru kepada pendukung ALA/ABAS dan membuat Irwandi marah mengancam akan mengundurkan diri. Namun kedua reaksi rupanya berlebihan karena sifat dokumen tersebut hanya formalitas administratif yang tidak memiliki konotasi politik yang kuat. 4

5 Peningkatan ini terutama terjadi karena makin banyaknya perselisihan administratif, yang meningkat secara tajam selama semester pertama tahun 2008, dan mencapai 67% dari semua konflik baru di bulan Juni. Perselisihan administratif terutama berkisar sekitar pengelolaan dana dan program publik, termasuk bantuan pasca tsunami dan pasca konflik. Kenaikan harga bahan bakar minyak, yang menimbulkan kerusuhan besar di Jakarta dan di seluruh Indonesia, hanya menyebabkan sedikit protes dan demonstrasi di Aceh. Kekerasan tetap berada pada tingkat tinggi sebagaimana tercatat sejak bulan Desember tahun lalu, dengan 22 kasus dilaporkan pada bulan Mei, dan 25 kasus di bulan Juni. Kasus-kasus kekerasan bersenjata yang serius, seperti penembakan dan pelemparan granat, tetap terjadi (lihat bagian mengenai insiden di Aceh Utara dan Bener Meriah, dan bagian mengenai konflik terkait bantuan). Namun, dua bulan terakhir ditandai dengan meningkatnya proporsi korban meninggal yang disebabkan pertikaian antara anggota masyarakat mengenai masalah-masalah pribadi dan ekonomi. Dari delapan kematian yang tercatat di bulan Mei dan Juni, enam daripadanya dapat dikaitkan dengan kasus-kasus jenis seperti ini. Aksi main hakim sendiri kembali meningkat ketika peran Wilayatul Hisbah (WH) dalam penegakkan Shariah Islam berubah Jumlah insiden kekerasan akibat aksi main hakim sendiri, setelah menurun secara drastis selama semester kedua tahun 2007, mulai meningkat lagi di tahun 2008 (lihat Figur 2). 15 kasus dilaporkan pada bulan Mei, dan 10 kasus pada bulan Juni. Dua per tiga (9 dari 15) merupakan tindakan terhadap pasangan non muhrim, dan lainnya merupakan aksi terhadap pencuri. Jenis insiden terakhir dapat mengarah ke kekerasan sadistis, sebagaimana terjadi di Aceh Utara pada tanggal 14 Juni, ketika penduduk desa mencoba untuk memenggal tangan seorang pencuri kambing. Sembilan orang dilaporkan mengalami luka sebagai akibat aksi main hakim sendiri selama bulan Mei dan Juni, tapi angka sebenarnya kemungkinan lebih tinggi. Figur 2 : jumlah insiden main hakim sendiri dari bulan Januari 07 hingga bulan Juni Jan Apr July Aug Sept Oct Nov Dec Jan Apr Kejadian-kejadian ini memunculkan pertanyaan mengenai peran masyakarat dalam memelihara ketertiban dan menegakkan Shariah Islam. Aksi main hakim sendiri bisa jadi diakibatkan oleh prestasi buruk Wilayatul Hisbah (WH), yang tingkat efisiensinya lemah disebabkan kurangnya sumber daya manusia dan keuangan, serta ketidakpopulerannya. Banyak orang Aceh, terutama GAM, menganggap WH sebagai sebuah warisan dari usaha Jakarta dalam mengalihkan perhatian publik dari tuntutan kemerdekaan ke persoalan agama. Lebih dari itu, citra WH telah dirusak oleh beberapa skandal seks yang melibatkan anggotanya serta persepsi bahwa aksinya hanya memilih sasaran orang miskin, sementara para elit yang berkelakuan tercela berhasil menghindari hukuman. Petugas WH telah sering menjadi korban kekerasan dari anggota masyarakat yang kesal. Pada tanggal 9 Juni, suatu bom Molotov dilemparkan ke sebuah kendaraan WH di Banda Aceh Faktor-faktor tersebut kemungkinan menjadi salah satu alasan untuk mempertimbangkan kembali peran WH. Pada tanggal 1 April, WH digabungkan dengan Satuan Polisi Pamong 5

6 Praja (Satpol PP), dan perannya dibatasi kepada sosialisasi Syariah Islam. 7 Menurut suatu wawancara dengan petinggi WH, penerapan Shariah Islam di tingkat masyarakat sebagian besar mungkin akan diserahkan kepada lembaga adat, seperti Tuha Peut dan imam desa. Apakah perubahan seperti itu akan mengurangi atau meningkatkan kemungkinan digunakannya kekerasan terhadap pelanggar belum pasti. Usaha membasmi pungutan liar di Aceh Pada tanggal 28 Mei, International Finance Corporation (IFC) merilis temuan satu survey yang melaporkan merambahnya pungutan liar yang dilakukan oleh GAM/KPA (pajak nanggroe) dan aparat keamanan terhadap investor, kontraktor swasta, proyek pemerintah dan program bantuan di Aceh. Hari berikutnya, Asosiasi Kontraktor Aceh (AKA) cabang Aceh Timur memperkuat penemuan itu dan menyesalkan dampaknya tindakan-tindakan tersebut pada kualitas proyek. Laporan IFC tersebut membuka debat publik tentang hal itu, sehingga mendesak aparat keamanan untuk mengambil tindakan tegas. Pada tanggal 4 Juni, Kapolda Aceh mengumumkan pembentukan suatu unit pemburu pungli, meniru komposisi unit khusus yang telah dibentuk sebelumnya guna melawan perampokan dan penculikan bersenjata, dengan kombinasi unsur-unsur Detasemen Khusus 88, Brimob dan Reserse Kriminal. Pemerasan hanyalah bagian dari praktek-praktek tak sehat yang meningkat tajam akibat dari maraknya pelaksanaan proyek publik yang digerakkan oleh usaha rekonstruksi. Banyak petinggi KPA mengambil kesempatan dari kemenangan mantan anggota GAM pada pilkada 2006 dengan membuka usaha kontraktor dan memenangkan tender untuk perusahaanperusahaan di bawah kuasa GAM atau menjadi agen bagi kontraktor lain. Hal ini berperan dalam memperburuk kondisi internal antara mantan kombatan yang berada di lokasi strategis, dan mereka yang berada di wilayah-wilayah yang lebih terisolasi. Di sisi lain, hal tersebut terkadang juga berperan dalam menyatukan musuh-musuh era konflik. Di beberapa wilayah, KPA, aparat keamanan dan pemerintah setempat telah membuat perjanjian di bawah tangan untuk berbagi rejeki dari proyek-proyek. Di daerah lain, KPA dan unsur-unsur milisi telah menjadi anggota asosiasi kontraktor yang sama. Belum tentu upaya untuk memberantas pungutan liar akan didukung oleh keinginan politis yang memadai. Berhasilnya upaya tersebut juga tergantung kepada kapasitas aparat keamanan untuk berubah dan melepaskan kebiasaan-kebiasaan buruk dari masa lalu. Lagipula, operasi penegakkan perlu diarahkan kepada semua aktor yang terlibat tanpa pandang bulu agar tidak mengarah pada persepsi KPA bahwa tujuan utamanya adalah untuk memotong Partai Aceh dari salah satu sumber dananya. Konflik terkait bantuan: insiden granat terhadap LSM Internasional; protes terhadap program-program BRA meningkat 34 konflik baru terkait bantuan dilaporkan pada bulan Mei dan 33 pada bulan Juni. Angkaangka ini relatif tinggi, dibandingkan dengan jumlah konflik terkait bantuan sejak Januari 2006 yang bervariasi di sekitar 25 per bulan. Figur 3 menunjukkan bahwa konflik terkait bantuan juga cenderung menghasilkan jumlah komplain, protes dan demonstrasi yang lebih tinggi. Masalah-masalah yang belum teratasi meningkatkan rasa frustrasi dan protes yang berkepanjangan (lihat Laporan et April 2008). Kasus-kasus kekerasan terkait bantuan tetap jarang, dan sangat jarang memilih sasaran LSM internasional. Satu perkecualian direkam pada tanggal 14 Mei, ketika sebuah granat meledak di kantor Save the Children di Bireuen (lihat Kotak 2).. 7 Pengabungan WH dengan Satpol PP telah selesai dilaksanakan pada tingkat propinsi. Pelaksanaan pada tingkat kabupaten diharapkan akan tuntas dalam tahun ini. 6

7 Kotak 2: Granat meledak di kantor Save the Children di Bireuen Pada tanggal 14 Mei di Bireuen, satu granat dilempar ke parkiran kantor Save the Chidren. Ledakan tersebut tidak mengakibatkan korban dan hanya sedikit kerusakan materi. Pengkajian Save the Children menyimpulkan bahwa insiden tersebut adalah intimidasi yang mungkin dilakukan oleh kontraktor. Pelemparan granat sering di Aceh pasca perang, dan lembaga-lembaga bantuan sering menjadi korban intimidasi oleh pihak-pihak yang ingin meraih tender atau bentuk-bentuk retribusi lain (lihat bagian sebelumnya mengenai pemerasan). Bagaimanapun, kasus ini merupakan insiden granat pertama yang diarahkan kepada suatu LSM internasional di Aceh sejak pelaksanaan MoU. Pada tanggal 21 et 2007, empat prajurit yang disewakan sebagai staff keamanan oleh Save the Children dipukul oleh anggota KPA di Nisam Antara, Aceh Utara. Namun tidak ada bukti keterkaitan antara kedua kasus tersebut. Figur 3: Jumlah insiden terkait bantuan dari bulan Juni 07 hingga Juni July Aug Sept Oct Nov Dec Jan 08 Apr Bantuan pasca tsunami Bantuan pasca konflik Program pemerintah lain Figur 3 juga menunjukkan bahwa protes dan keluhan terkait bantuan pasca-konflik mencapai puncak pada bulan Juni, dengan 15 insiden. Ini merupakan angka tertinggi yang tercatat sejak MoU. Masalah pokok di bulan Juni berhubungan dengan tuduhan-tuduhan penyimpangan dalam pelaksanaan bantuan bagi korban konflik di dataran tinggi Gayo, dan kekurangan perhatian kepada kombatan GAM yang menyerah sebelum MoU. Anggota GAM yang menyerah kemudian sering dibina oleh TNI dan dianggap pengkhianat oleh KPA. Tabel 1: Isu-isu utama yang terkait dengan bantuan pasca konflik pada bulan Juni Badan Pengawas BRA melaporkan berbagai pelanggaran dalam seleksi penerima manfaat programprogram BRA, terutama di dataran tinggi Gayo. Korban konflik Aceh Tengah dan Bener Meriah, yang telah melakukan protes besar-besaran di Banda Aceh pada bulan Desember tahun lalu, berdemonstrasi di Pengadilan Tinggi menuntut penyelidikan tuntas atas tuduhan penyalahgunaan dana terkait dengan rekonstruksi rumah yang rusak akibat konflik. Keluhan mengenai kurangnya bantuan bagi mantan kombatan GAM yang menyerah sebelum MoU. Mengenai kelemahan pelaksanaan program-program pasca konflik di dataran tinggi Gayo dan kekurangan perhatian kepada GAM yang menyerah, terlalu mudah jika mengambil kesimpulan bahwa itu adalah akibat dari tidak adanya keinginan politis dari pemerintah propinsi dan BRA. Bantuan bagi GAM yang menyerah berada di bawah tanggung jawab Kesbanglinmas, bukan BRA. Lagipula, penyimpangan dalam pelaksanaan program bantuan di dataran tinggi tampaknya melibatkan terutama elit dan administrasi lokal, sebagaimana digambarkan oleh temuan audit yang dilakukan tahun ini oleh Badan Pemeriksaan Keuangan (BPKP). Contohnya, audit ini menunjukkan bahwa dana bantuan bagi anggota PETA untuk tahun 2007 (Rp 800juta) tidak pernah sampai kepada yang berhak, dan sebaliknya malah terkumpul di rekening bank yang dikuasai oleh petinggi milisi, yaitu pengusaha kopi Misriadi alias Adijan dan Bupati Tagore Abubakar. 7

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 et 3 il 8 Bank Dunia Figur 1: Insiden kekerasan dan jumlah total konflik, per

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Mei 2006 Bank Dunia/DSF

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Mei 2006 Bank Dunia/DSF Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Mei 2006 Bank Dunia/DSF Sebagai bagian dari program dukungan untuk proses perdamaian, Program Konflik dan Pengembangan Masyarakat di Bank Dunia Jakarta menggunakan

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Oktober 2006 World Bank/DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Oktober 2006 World Bank/DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Oktober 26 World Bank/DSF Sebagai bagian dari

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 st 31 st November 2005 World Bank/DSF

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 st 31 st November 2005 World Bank/DSF Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 st 31 st November 2005 World Bank/DSF Sebagai bagian dari program dukungan untuk proses damai, Program Konflik dan Pengembangan Masyarakat di Bank Dunia Jakarta

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 28 Februari 2006 World Bank/DSF

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 28 Februari 2006 World Bank/DSF Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 28 Februari 2006 World Bank/DSF Sebagai bagian dari program dukungan untuk proses perdamaian, Program Konflik dan Pengembangan Masyarakat di Bank Dunia Jakarta

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Mei 2007 Bank Dunia/DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Mei 2007 Bank Dunia/DSF Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Mei 7 Bank Dunia/DSF Pelemparan-pelemparan granat misterius, yang mulai bulan lalu, terus berlanjut bulan ini dengan empat insiden baru, sehingga jumlah insiden

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 September 2008 Bank Dunia

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 September 2008 Bank Dunia Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 September 2008 Bank Dunia Pada bulan ketiga dalam

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 September 30 September 2005

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 September 30 September 2005 Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 September 30 September 2005 Bank Dunia/DSF Sebagai bagian dari program dukungan untuk proses damai, Program Konflik dan Pengembangan Masyarakat di Bank Dunia

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Oktober 30 November 2008 Bank Dunia

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Oktober 30 November 2008 Bank Dunia Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Oktober 30 November 2008 Bank Dunia 47084 Jumlah

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Maret 2006 World Bank/DSF

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Maret 2006 World Bank/DSF Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Maret 2006 World Bank/DSF Sebagai bagian dari program dukungan untuk proses perdamaian, Program Konflik dan Pengembangan Masyarakat di Bank Dunia Jakarta menggunakan

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Januari 2007 World Bank/DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Januari 2007 World Bank/DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Januari 27 World Bank/DSF Sebagai bagian dari

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juni 31Juli 2006

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juni 31Juli 2006 Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juni 31Juli 2006 World Bank/DSF Sebagai bagian

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juli 31 Agustus 2008 Bank Dunia

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juli 31 Agustus 2008 Bank Dunia Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juli 31 Agustus 2008 Bank Dunia Dengan dimulainya

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juni 31 Juli Bank Dunia/DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juni 31 Juli Bank Dunia/DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juni 31 Juli 20 1 Bank Dunia/DSF 1032 Konflik politik

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik Aceh 1 Januari 29 Februari 2008 Bank Dunia

Laporan Pemantauan Konflik Aceh 1 Januari 29 Februari 2008 Bank Dunia Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik Aceh 1 Januari 29 ruari 2008 Bank Dunia Situasi di Aceh secara

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 st 31 st Januari 2006 World Bank/DSF

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 st 31 st Januari 2006 World Bank/DSF Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 st 31 st Januari 2006 World Bank/DSF Sebagai bagian dari program dukungan untuk proses damai, Program Konflik dan Pengembangan Masyarakat di Bank Dunia Jakarta

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik Aceh 1 31 Desember 2007

Laporan Pemantauan Konflik Aceh 1 31 Desember 2007 Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik Aceh 1 31 Desember 2007 World Bank/DSF Pada bulan Desember,

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 April 2007 Bank Dunia /DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 April 2007 Bank Dunia /DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 April 2007 Bank Dunia /DSF Pada bulan April terdapat

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pemantauan Konflik Di Aceh 1 31 Desember 2006 Bank Dunia /DSF

Laporan Hasil Pemantauan Konflik Di Aceh 1 31 Desember 2006 Bank Dunia /DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Hasil Pemantauan Konflik Di Aceh 1 31 Desember 6 Bank Dunia /DSF Sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik

BAB VI PENUTUP. perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan Konflik TNI-Polri selama periode pasca Reformasi, 80% merupakan aksi perkelahian dalam bentuk penganiayaan, penembakan, pengeroyokan dan bentrokan; dan 20% sisanya merupakan

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Oktober 2007 Bank Dunia/DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Oktober 2007 Bank Dunia/DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Oktober 2007 Bank Dunia/DSF Di bulan Oktober,

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Perdamaian Aceh 1 Juli 31 Agustus 2009 Pusat Studi Perdamaian dan Resolusi Konflik Universitas Syiah Kuala

Laporan Pemantauan Perdamaian Aceh 1 Juli 31 Agustus 2009 Pusat Studi Perdamaian dan Resolusi Konflik Universitas Syiah Kuala Laporan Pemantauan Perdamaian Aceh 1 Juli 31 Agustus 2009 Pusat Studi Perdamaian dan Resolusi Konflik Universitas Syiah Kuala Bulan Agustus 2009 merupakan momentum penting bagi masyarakat Aceh. Bulan ini

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Maret 2007 Bank Dunia/DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Maret 2007 Bank Dunia/DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Maret 2007 Bank Dunia/DSF Sebagai bagian dari

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Agustus 2007 Bank Dunia/DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Agustus 2007 Bank Dunia/DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Agustus 2007 Bank Dunia/DSF Pada bulan Agustus,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 November 2007 Bank Dunia/DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 November 2007 Bank Dunia/DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 November 2007 Bank Dunia/DSF Di bulan November,

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan kerangka utama yang mendasari pembentukan bangsa dan negara Republik Indonesia. Upaya kelompok atau golongan

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME Sebagai bagian dari agenda untuk mewujudkan kondisi aman dan damai, upaya secara komprehensif mengatasi dan menyelesaikan permasalahan separatisme yang telah

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN I. UMUM 1. Dasar Pemikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara pimpinan. Maka hal ini yang membuat para pimpinan tidak memberikan celah untuk para mantan panglima wilayah melakukan hal-hal yang diluar keinginannya, bahkan pasca rapat tersebut para pimpinan tidak pernah

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Hak asasi merupakan hak yang bersifat dasar dan pokok. Pemenuhan hak asasi manusia merupakan suatu keharusan agar warga negara

Lebih terperinci

Nota Kesepahaman. antara Pemerintah Republik Indonesia Dan. Gerakan Aceh Merdeka

Nota Kesepahaman. antara Pemerintah Republik Indonesia Dan. Gerakan Aceh Merdeka Lampiran Terjemahan resmi ini telah disetujui oleh delegasi RI dan GAM. Hanya terjemahan resmi ini yang Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia Dan Gerakan Aceh Merdeka Pemerintah Republik

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh Desember 1, Februari, 2009 Bank Dunia

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh Desember 1, Februari, 2009 Bank Dunia Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh Desember 1, 2008 28 Februari, 2009 Bank Dunia 47974

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan kepala daerah (pemilukada) adalah rangkaian panjang dari proses penentuan kepala daerah yang bakal menjadi pemimpin suatu daerah untuk lima tahun (satu periode).

Lebih terperinci

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Balas campur tangan militer Kenya di Somalia, kelompok al Shabab menyerang sebuah mal di Nairobi,

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 28 Februari 2007 World Bank/DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 28 Februari 2007 World Bank/DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 28 Februari 2007 World Bank/DSF Sebagai bagian dari

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 September 2006 Bank Dunia /DSF

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 September 2006 Bank Dunia /DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 3 September 6 Bank Dunia /DSF Sebagai bagian

Lebih terperinci

Peningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Penanggulangan Kriminalitas

Peningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Penanggulangan Kriminalitas XIX Peningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Penanggulangan Kriminalitas Keamanan dan ketertiban merupakan prasyarat mutlak bagi kenyamanan hidup penduduk, sekaligus menjadi landasan utama bagi pembangunan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, di Kantor Presiden, tanggal 1 April 2014 Selasa, 01 April 2014

Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, di Kantor Presiden, tanggal 1 April 2014 Selasa, 01 April 2014 Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, di Kantor Presiden, tanggal 1 April 2014 Selasa, 01 April 2014 PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG KABINET PARIPURNA DI KANTOR PRESIDEN,

Lebih terperinci

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME A. KONDISI UMUM Kasus separatisme di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang mengancam integritas Negara Kesatuan

Lebih terperinci

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG ACEH TAHUN

QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG ACEH TAHUN QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG ACEH TAHUN 2012-2032 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA

Lebih terperinci

TERBENTUKNYA GAM DAN RMS SEBAGAI BUKTI LEMAHNYA PENERAPAN PANCASILA

TERBENTUKNYA GAM DAN RMS SEBAGAI BUKTI LEMAHNYA PENERAPAN PANCASILA TERBENTUKNYA GAM DAN RMS SEBAGAI BUKTI LEMAHNYA PENERAPAN PANCASILA Oleh: NAMA : AGUNG CHRISNA NUGROHO NIM : 11.02.7990 KELOMPOK :A PROGRAM STUDI : DIPLOMA 3 JURUSAN DOSEN : MANAJEMEN INFORMATIKA : Drs.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keamanan dalam negeri

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang dikaji. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Skripsi ini meneliti mengenai peran Aceh Monitoring Mission (AMM)

BAB V PENUTUP. Skripsi ini meneliti mengenai peran Aceh Monitoring Mission (AMM) BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Skripsi ini meneliti mengenai peran Aceh Monitoring Mission (AMM) dalam proses peacebuilding di Aceh paska konflik GAM dengan Pemerintah Indonesia. Paska konflik GAM dengan

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME Gerakan separatisme masih menjadi ancaman nyata bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam menghadapi ancaman gerakan separatisme ini, pemerintahan Indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 13 SERI E NOMOR SERI 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 10 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 13 SERI E NOMOR SERI 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 10 TAHUN 2006 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 13 SERI E NOMOR SERI 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Bangsa Gayo menurut daerah kediaman dan tempat tinggalnya dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut Tawar, Gayo Linge yang

Lebih terperinci

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M No.73, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041) PERATURAN

Lebih terperinci

Nota Kesepahaman. antara. Pemerintah Republik Indonesia. dan. Gerakan Aceh Merdeka

Nota Kesepahaman. antara. Pemerintah Republik Indonesia. dan. Gerakan Aceh Merdeka Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menegaskan komitmen mereka untuk penyelesaian konflik Aceh secara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME I. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI Peran Pemerintah dan masyarakat untuk mencegah dan menanggulangi terorisme sudah menunjukan keberhasilan yang cukup berarti,

Lebih terperinci

RANCANGAN QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

RANCANGAN QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RANCANGAN QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS KABUPATEN ACEH

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

Perjanjian Damai Aceh: Sejauh mana kita kita telah berjalan? Desember 2006

Perjanjian Damai Aceh: Sejauh mana kita kita telah berjalan? Desember 2006 Perjanjian Damai Aceh: Sejauh mana kita kita telah berjalan? Desember 2006 Saat ini sudah 15 bulan setelah Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menandatangani Memorandum of Understanding

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. KPUD sebagai penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah harus. menjunjung tinggi netralitas. KPUD adalah birokrasi

BAB V PENUTUP. 1. KPUD sebagai penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah harus. menjunjung tinggi netralitas. KPUD adalah birokrasi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. KPUD sebagai penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah harus menjunjung tinggi netralitas. KPUD adalah birokrasi harusnya bersikap netral. Tudingan tidak netral yang dialamatkan

Lebih terperinci

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 September 2007 Bank Dunia/DSF

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 September 2007 Bank Dunia/DSF Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Pemantauan Konflik di Aceh 1 30 September 2007 Bank Dunia/DSF Di bulan September,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1 USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1 USULAN UMUM: MEMPERKUAT SISTEM PRESIDENSIAL 1. Pilihan politik untuk kembali pada sistem pemerintahan

Lebih terperinci

Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik

Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik Departemen Keuangan RI Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik Panitia Antar Departemen Penyusunan Rancangan Undang-undang Akuntan Publik Gedung A Lantai 7 Jl. Dr. Wahidin No.1 Jakarta 10710 Telepon:

Lebih terperinci

KOMISI XI PILIH AGUS JOKO PRAMONO SEBAGAI ANGGOTA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

KOMISI XI PILIH AGUS JOKO PRAMONO SEBAGAI ANGGOTA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KOMISI XI PILIH AGUS JOKO PRAMONO SEBAGAI ANGGOTA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN metrotvnews.com Komisi XI DPR i akhirnya memilih Agus Joko Pramono sebagai Anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ii Pengganti

Lebih terperinci

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg No.1748, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DKPP. Kode Etik dan Pedoman Perilaku. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN

Lebih terperinci

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.248, 2016 BPKP. Pengaduan. Penanganan. Mekanisme. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG MEKANISME

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (yang telah disahkan dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 18 Juli 2006) RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME A. KONDISI UMUM Keterlibatan dalam pergaulan internasional dan pengaruh dari arus globalisasi dunia, menjadikan

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

amnesti internasional

amnesti internasional [Embargo: 11 Maret 2004] Umum amnesti internasional Indonesia Direktur-direktur Amnesti Internasional seluruh Asia Pacific mendesak partai-partai politik untuk menjadikan HAM sebagai prioritas Maret 2004

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME A. KONDISI UMUM Keterlibatan dalam pergaulan internasional dan pengaruh dari arus globalisasi dunia, menjadikan Indonesia secara langsung maupun tidak langsung

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAGIAN DAN PENYALURAN DANA BAGI HASIL PAJAK ROKOK KEPADA KABUPATEN/KOTA DALAM WILAYAH ACEH BERDASARKAN REALISASI PENERIMAAN BULAN DESEMBER 2015 DAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAGIAN DAN PENYALURAN DANA BAGI HASIL PAJAK KENDARAAN BERMOTOR, BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR, PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR DAN PAJAK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 http://kesbangpol.kemendagri.go.id I. PENDAHULUAN Dana kampanye adalah sejumlah biaya berupa uang, barang, dan jasa yang digunakan

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah peradaban Aceh begitu panjang, penuh liku dan timbul tenggelam.

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah peradaban Aceh begitu panjang, penuh liku dan timbul tenggelam. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah peradaban Aceh begitu panjang, penuh liku dan timbul tenggelam. Sejarah pernah mencatat bagaimana kegemilangan kerajaan Aceh pada masa pemerintahan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. sesuai

Lebih terperinci

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA 151060046 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG 1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN

Lebih terperinci