Definisi dan Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Definisi dan Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran"

Transkripsi

1 Kemampuan Akhir yang Direncanakan: Mampu menjelaskan pengertian evaluasi Mampu menjelaskan ruang lingkup evaluasi Indikator: Menjelaskan pengertian evaluasi Memahami dan menjelaskan ruang lingkup Definisi dan Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Definisi Evaluasi Pembelajaran Di bidang pendidikan, penilaian merujuk pada berbagai metode yang digunakan untuk mengevaluasi pendidik, mengukur, dan mendokumentasikan kesiapan akademik, kemajuan belajar, dan akuisisi keterampilan siswa dari prasekolah sampai perguruan tinggi dan dewasa. Sementara penilaian sering disamakan dengan tes-terutama standar tradisional tes yang dikembangkan oleh pengujian perusahaan dan diberikan kepada populasi besar siswa-pendidik menggunakan beragam alat penilaian dan metode untuk mengukur segala sesuatu dari kesiapan belajar siswa. Penilaian biasanya dirancang untuk mengukur unsur-unsur tertentumisalnya belajar, kemampuan yang dirasakan siswa atau kesiapan untuk belajar; atau kemampuan keterampilan tertentu dan pengetahuan; pemahaman dan mengingat fakta-fakta; atau kemampuan untuk menganalisa dan memahami berbagai jenis teks dan bacaan. Penilaian juga digunakan untuk mengidentifikasi kelemahan akademik dan kekuatan sehingga pendidik dapat menyediakan standar akademik penilaian khusus program pendidikan, atau pelayanan sosial. Dengan kata lain, tindakan menilai belajar siswa tidak hanya mengambil banyak bentuk, tetapi umumnya membutuhkan berbagai macam strategi yang canggih dan tekniknis. Akibatnya, ketika penilaian digunakan tanpa kualifikasi, contoh-contoh

2 spesifik, atau penjelasan tambahan, mungkin sulit untuk menentukan dengan tepat apa istilah ini mengacu pada kegiatan di maksud. Secara bahasa Evaluasi berasal dari bahasa inggris, Evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran. Sedangkan menurut istilah para pakar kependidikan, evaluasi 1 adalah: 1) Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. 2) Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan. 3) Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah perencanaan yang sedang di bangun berhasil, sesuia dengan harapan awal atau tidak. 4) Evaluasi adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan menentukan kualiatas (nilai atau arti) daripada sesuatu berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu. 5) Evaluasi adalah suatu proses yang sangat penting dalam pendidikan guru, tetapi pihak-pihak yang terkait dalam program itu seringkali melalaikan atau tak menghayati sungguh-sungguh proses evaluasi tersebut. 6) Menurut Winkel dalam bukunya Psikologi Belajar dan Evaluasi Pendidikan : evaluasi diartikan usaha untuk mengetahui sampai dimana kegiatan pengajaran mencapai sasarannya. Jadi, evaluasi kegiatan terencana untuk mengetahui pencapaian sasaran pembelajaran. Bagaiaman dengan penilaian?2 Penilaian melibatkan penggunaan data empiris pada siswa belajar untuk memperbaiki program dan meningkatkan belajar siswa. (Assessing Academic Programs in Higher Education by Allen 2004). Maka: 7 1 Bandingkan dengan, Sudaryono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: LIC, 2014, h. 2-

3 1) Penilaian adalah proses pengumpulan dan mendiskusikan informasi dari berbagai sumber dan beragam untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang apa yang siswa ketahui, mengerti, dan dapat melakukan dengan pengetahuan mereka sebagai hasil dari pengalaman pendidikan mereka; proses memuncak ketika hasil penilaian digunakan untuk meningkatkan pembelajaran berikutnya. (Learner-Centered Assessment on College Campuses: shifting the focus from teaching to learning by Huba and Freed 2000). 2) Penilaian adalah dasar yang sistematis untuk membuat kesimpulan tentang pembelajaran dan pengembangan siswa. Ini adalah proses mendefinisikan, memilih, merancang, mengumpulkan, menganalisis, menafsirkan, dan menggunakan informasi untuk meningkatkan pembelajaran dan perkembangan siswa. (Assessing Student Learning and Development: A Guide to the Principles, Goals, and Methods of Determining College Outcomes by Erwin 1991) 3) Penilaian adalah sistematis pengumpulan, review, dan penggunaan informasi tentang program-program pendidikan yang dilakukan untuk tujuan meningkatkan pembelajaran siswa dan pengembangan. 2 Diakses pada tanggal, 28 Pebruari 2015

4 (Assessment Essentials: planning, implementing, and improving assessment in higher education by Palomba and Banta 1999) (Terenzini, Patrick T., Assessment with open eyes: Pitfalls in studying student outcomes. Journal of Higher Education, Vol. 60, No. 6, pp , November/December 1989) Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Secara garis besar ruang lingkup evaluasi pembejaran terdiri dari beberapa hal: 1. Dalam perspektif domain hasil belajar tediri dari: kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam melakukan tindakan evaluasi dan penilaian, harus diperhatikan tiga ranah seperti yang dikemukakan Bloom dengan teorinya, taksonomi Bloom. Mengapa? Karena untuk menilai hal-hal ataupun materi yang telah diajarkan dan untuk mengetahui sejauh mana siswa mengetahui/mengerti, memahami, melakukan bahkan menciptakan sesuatu maka pertanyaan-pertanyaan dapat disesuaikan dengan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Misal, kita hendak menilai apakah siswa sudah mengetahui tentang definisi keselamatan ataukah belum maka tidak mungkin kita bertanya, apakah yang Anda pahami atau rasakan tentang keselamatan.

5 Karena itu, ranah kognitif, afektif dan psokomotorik sangat penting dalam melakukan evaluasi dan penilaian (Cognitive: mental skills-knowledge; Affective: growth in feelings or emotional areas -attitude or self; and Psychomotor: manual or physical skills -skills. 1) Domein Kognitif Domain kognitif melibatkan pengetahuan dan pengembangan keterampilan intelektual (Bloom, 1956). Ini termasuk penarikan kembali (recall) atau mengenali fakta-fakta khusus (recognition of specific facts), pola prosedural, dan konsep yang melayani dalam pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan. Ada enam kategori utama kognitif proses, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Ada enam tingkatan dalam domein kognitif, yakni: Pengetahuan (knowledge), Pemahaman (understanding), Aplikasi (application), menyeluruh (comprehension), Analisa (analysis), Perpaduan (synthesis), Evaluasi (evaluation). Lorin Anderson, mantan mahasiswa Bloom, dan David Krathwohl ditinjau domain kognitif pada pertengahan tahun sembilan puluhan dan membuat beberapa perubahan, dengan mungkin tiga yang paling menonjol (Anderson, Krathwohl, Airasian, Cruikshank, Mayer, Pintrich, Raths, Wittrock 2000). Perubahan tersebut adalah: (1) Mengubah nama dalam enam kategori dari kata benda menjadi bentuk kata kerja (2) Menciptakan Menata ulang mereka seperti yang ditunjukkan pada bagan di bawah ini

6 Perhatikan domain kognitif Kategori Mengingat: Ingat atau mengambil informasi yang dipelajari sebelumnya. Pemahaman: Memahami makna, terjemahan, interpolasi, dan penafsiran instruksi dan masalah. Negara masalah dalam kata-kata sendiri. Menerapkan: Gunakan konsep dalam situasi baru atau unprompted penggunaan Contoh, kata kunci (kata kerja), dan teknologi untuk belajar (kegiatan) Contoh: Bacalah kebijakan. Penawaran harga dari memori ke pelanggan. Ucapkan peraturan keselamatan. Kata Kunci: mendefinisikan, menjelaskan, mengidentifikasi, tahu, label, daftar, korek api, nama, menguraikan, mengingat, mengakui, mereproduksi, memilih, negara Teknologi: buku tanda, kartu flash, belajar menghafal berdasarkan pengulangan, membaca Contoh: Menulis ulang prinsip-prinsip tes menulis. Jelaskan dengan kata-kata sendiri langkah-langkah untuk melakukan tugas yang kompleks. Menerjemahkan sebuah persamaan ke dalam spreadsheet komputer. Kata Kunci: memahami, mengkonversi, membela, membedakan, perkiraan, menjelaskan, memperluas, generalizes, memberikan contoh, menyimpulkan, menafsirkan, parafrase, memprediksi, penulisan ulang, meringkas, menerjemahkan Teknologi: membuat analogi, berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning), mencatat, bercerita, pencarian Internet Contoh: Gunakan manual untuk menghitung waktu liburan karyawan. Terapkan hukum statistik untuk mengevaluasi

7 abstraksi. Berlaku apa yang telah dipelajari di kelas ke dalam novel situasi di tempat kerja. Menganalisis: Memisahkan bahan atau konsep ke dalam bagian-bagian sehingga struktur organisasi dapat dipahami. Membedakan antara fakta dan kesimpulan. Mengevaluasi: Membuat penilaian tentang nilai gagasan atau bahan. keandalan dari tes tertulis. Kata Kunci: berlaku, perubahan, menghitung, konstruksi, mendemonstrasikan, menemukan, memanipulasi, memodifikasi, beroperasi, memprediksi, menyiapkan, menghasilkan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan Teknologi: pembelajaran kolaboratif (colaboratif learning), membuat proses, blog, praktek Contoh: Masalah sebuah peralatan dengan menggunakan deduksi logis. Kenali kesalahan logis dalam penalaran. Mengumpulkan informasi dari departemen dan memilih tugas-tugas yang diperlukan untuk pelatihan. Kata Kunci: analisis, rusak, membandingkan, kontras, diagram, mendekonstruksi, membedakan, mendiskriminasikan, membedakan, mengidentifikasi, menggambarkan, menyimpulkan, menguraikan, terkait, memilih, memisahkan Teknologi: fishbowls, berdebat, mempertanyakan apa yang terjadi, menjalankan tes Contoh: Pilih solusi yang paling efektif. Mempekerjakan kandidat yang paling memenuhi syarat. Menjelaskan dan membenarkan anggaran baru. Kata Kunci: menilai, membandingkan, menyimpulkan, kontras, mengkritik, kritik, membela, menjelaskan, mendiskriminasikan, mengevaluasi, menjelaskan, menafsirkan, membenarkan, terkait, meringkas, mendukung Membuat: Membangun struktur atau pola dari berbagai elemen. Menempatkan bagian bersama-sama untuk membentuk keseluruhan, dengan penekanan pada menciptakan makna baru atau struktur. Teknologi: survey, blogging Contoh: Tulis operasional perusahaan atau proses manual. Desain sebuah mesin untuk melakukan tugas tertentu. Mengintegrasikan pelatihan dari beberapa sumber untuk memecahkan masalah. Merevisi dan proses untuk meningkatkan hasil. Kata Kunci: mengkategorikan, menggabungkan, mengkompilasi, menyusun, menciptakan, merencanakan, desain, menjelaskan, menghasilkan, memodifikasi, mengorganisir, merencanakan, menyusun, merekonstruksi, berhubungan, mereorganisasi, merevisi, penulisan ulang, meringkas, mengatakan, menulis

8 Teknologi: Buat model baru, menulis esai, jaringan dengan orang lain Revisi Taksonomi Bloom tidak hanya meningkatkan kegunaan dari itu dengan menggunakan kata-kata tindakan, tetapi menambahkan matriks kognitif dan pengetahuan. Sementara taksonomi asli kognitif Bloom itu menyebutkan tiga tingkat pengetahuan atau produk yang bisa diproses, namun tetap satu dimensi: (1) Faktual - Elemen dasar di mana siswa harus tahu untuk berkenalan dengan disiplin atau memecahkan masalah. (2) Konseptual - hubungan timbal balik antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar yang memungkinkan mereka untuk berfungsi bersama-sama. (3) Prosedural - Bagaimana melakukan sesuatu, metode penyelidikan, dan kriteria untuk menggunakan keterampilan, algoritma, teknik, dan metode. Dalam versi revisi Krathwohl dan Anderson, penulis menggabungkan proses kognitif dengan di atas tiga tingkat pengetahuan untuk membentuk matriks. Selain itu, mereka menambahkan tingkat lain pengetahuan - metakognisi: Metakognitif3 3 Metakognisi berarti apa yang kita ketahui tentang apa yang diketahui (Halpern, 1984: 15). Metakognisi merupakan refleksi terhadap pikiran, berfikir terhadap pikirannya sendiri (Janssens & de Klein, 2005: 73). Menurut Flavell (1985: 104), disebut metakognisi karena makna intinya adalah cognition about cognition atau berfikir terhadap proses berfikirnya sendiri. Metakognisi mencakup pengetahuan dan aktivitas kognitif yang menjadikan aktivitas kognitif itu sebagai objeknya. Metakognisi berarti pengetahuan seseorang tentang proses kognitif dirinya sendiri dan hal-hal yang berhubungan dengannya, seperti pengetahuan tentang informasi dan data yang relevan. Flavell mengemukakan konsep tentang kemampuan metakognitif sebagai pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge) dan pengalaman metakognitif (metacognitive experience). Pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan dan keyakinan yang terhimpun melalui pengalaman kognitif seseorang dan tersimpan dalam memori jangka panjangnya. Pengetahuan metakognitif dapat bersifat deklaratif, yaitu seseorang mengetahui bahwa (knowing that) atau bersifat prosedural, yaitu seseorang mengetahui bagaimana (knowing how), atau kedua-duanya. Pengetahuan metakognitif seseorang dapat dibagi menjadi pengetahuannya tentang pribadi, tugas-tugas dan strategi. Kategori pribadi meliputi pengetahuan dan keyakinan yang berkaitan dengan seperti apa seseorang itu. Pengetahuan dan keyakinan tentang perbedaan kognitif pada diri seseorang, pengetahuan dan keyakinan tentang perbedaan kognitif diantara orang-orang dan pengetahuan dan keyakinan tentang kesamaan kognitif diantara semua orang. Kategori tugas dapat dibedakan menjadi pengetahuan seseorang tentang ruang lingkup informasi yang dijumpainya dan pengetahuan yang berhubungan dengan tugas-tugas kognitif. Kategori strategi meliputi pengetahuan seseorang tentang strategi yang bisa mencapai suatu tujuan kognitif, misalnya strategi untuk memecahkan suatu masalah. Pengetahuan metakognitif seseorang pada dasarnya merupakan kombinasi dari atau interaksi diantara dua atau tiga kategori ini. Pengetahuan ini seringkali teraktifkan secara otomatis, dan tidak diaktifkan secara sengaja melalui

9 - Pengetahuan tentang kognisi secara umum, serta kesadaran dan pengetahuan seseorang kognisi sendiri. Ketika kognitif dan pengetahuan dimensi disusun dalam matriks, seperti yang ditunjukkan di bawah ini, itu memberi bantuan yang bagus untuk membuat tujuan kinerja: Dimensi Kognitif Dimensi Pengetahua n Fakta Konseptual Prosedural Metakogniti f Inga t Memaham i Mengajuka n Permohona n Menganalis a Mengevaluas i Membua t Namun, yang lain telah mengidentifikasi lima isi atau artefak (Clark, Chopeta, 2004; Clark, Mayer, 2007): (1) Fakta - Data spesifik dan unik atau contoh. deteksi pengenalan dan proses respons yang sesuai terhadap situasi kognitif yang telah dikenalnya. Pengalaman metakognitif merupakan pengalaman kognitif dan afektif yang berkenaan dengan usaha kognitif. Sebagai contoh, siswa yang kemudian menyadari bahwa ia tidak memahami soal cerita yang telah dibacanya dapat memacu beberapa tindakan adaptif seperti membaca kembali, berfikir ulang tentang apa yang berhasil dipahaminya, atau meminta penjelasan pada orang lain. Pengalaman metakognitif turut memberikan kontribusi informasi tentang pribadi, tugas-tugas dan strategi pada pengetahuan metakognitif seseorang. Terlihat bahwa pengetahuan metakognitif, pengalaman metakognitif dan perilaku kognitif secara konstan saling menginformasikan dan saling memunculkan selama pengerjaan suatu tugas kognitif. Dalam kaitannya dengan pemecahan masalah, Kramarski dan Mevarech (2003: 284) berpendapat bahwa pengetahuan tentang proses pemecahan masalah, dan kemampuan untuk mengontrol dan mengatur proses pemecahan masalah merupakan pengetahuan metakognitif secara umum. Menurut Schoenfeld (1992: 347), pengetahuan seseorang tentang proses berfikirnya sendiri termasuk dalam pengetahuan metakognitif. Selanjutnya, Schoenfeld mengemukakan konsep metakognisi Flavell dalam pengertian yang bersifat fungsional, yaitu: 1) pengetahuan deklaratif seseorang tentang proses kognitifnya, 2) prosedur pengaturan diri sendiri, mencakup monitoring dan pengambilan keputusan langsung, dan 3) keyakinan dan kesungguhan serta pengaruhnya terhadap unjuk kerjanya. Proses pengaturan diri mencakup a) memahami hakikat masalah sebelum mengusahakan solusinya, b) merencanakan pemecahannya, c) memantau atau memonitor apakah proses berjalan dengan baik sehingga solusi dapat tercapai, dan d) mengalokasikan data informasi atau memutuskan apa yang sebaiknya dikerjakan selagi berusaha memecahkan masalah tersebut.

10 (2) Konsep - Sebuah kelas barang, kata, atau ide-ide yang dikenal dengan nama umum, termasuk beberapa contoh spesifik, saham fitur-fitur umum. Ada dua jenis konsep: beton dan abstrak. (3) Proses - Aliran kejadian atau kegiatan yang menggambarkan bagaimana sesuatu bekerja bukan bagaimana melakukan sesuatu. Biasanya ada dua jenis: proses bisnis yang menggambarkan alur kerja dan proses teknis yang menggambarkan bagaimana segala sesuatu bekerja di peralatan atau alam. Mereka mungkin dianggap sebagai gambaran besar, bagaimana sesuatu bekerja. (4) Prosedur - Serangkaian langkah-demi-langkah tindakan dan keputusan yang menghasilkan pencapaian tugas. Ada dua jenis tindakan: linear dan bercabang. (5) Prinsip - Pedoman, aturan, dan parameter yang mengatur. Ini meliputi tidak hanya apa yang harus dilakukan, tetapi juga apa yang tidak harus dilakukan. Prinsip memungkinkan seseorang untuk membuat prediksi dan menarik implikasi. Mengingat efek, seseorang dapat menyimpulkan penyebab fenomena a. Prinsip adalah blok bangunan dasar dari model kausal atau model teoritis (teori). Dengan demikian, matriks baru akan terlihat seperti ini: Dimensi Kognitif Dimensi Pengetahuan Ingat Memahami Mengajukan Permohonan Menganalisa Mengevaluasi Membuat Fakta Konsep Proses Prosedur/Tata Cara Prinsip Metakognitif Contoh matriks yang telah diisi akan terlihat seperti ini: Pengetahuan Dimensi Ingat Memahami Mengajukan Permohonan Menganalisa Meng evaluasi Membuat

11 Fakta daftar menguraikan dgn kata sendiri menggolongkan garis besar Konsep penarikan menjelaskan Men demonstrasikan kontras pangkat mengkritik Proses garis besar perkiraan menghasilkan diagram membela Tata Cara meniru memberikan contoh Prinsip negara bertobat memecahkan Meta kognitif penggunaan yang tepat menafsirkan menemukan mengkategor ikan memodifikas i rancang bangun menghubungkan mengenali kecaman rencana membedaka n mengambil kesimpulan menyimpul kan meramalka n merevisi mewujudkan 2) Domein Afektif Domain afektif adalah salah satu dari tiga domain dalam Taksonomi Bloom, dengan dua lainnya adalah kognitf dan psikomotorik (Bloom, et al., 1956). Afektif domain (Krathwohl, Bloom, Masia, 1973) meliputi cara di mana kita berurusan dengan hal-hal emosional, seperti perasaan, nilai-nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi, dan sikap. Lima kategori utama terdaftar dari perilaku sederhana sampai yang paling kompleks: Kategori Menerima fenomena: Kesadaran, kesediaan untuk mendengar, perhatian yang dipilih. Merespon Fenomena: Partisipasi aktif dari pihak peserta didik. Hadir dan bereaksi terhadap suatu fenomena tertentu. Hasil pembelajaran dapat menekankan kepatuhan dalam menanggapi, kemauan untuk merespon, atau kepuasan dalam menanggapi (motivasi). Contoh dan Kata Kunci (kata kerja) Contoh: Dengarkan orang lain dengan hormat. Dengarkan dan ingat nama orang yang baru diperkenalkan. Kata Kunci: mengakui, bertanya, penuh perhatian, sopan, berbakti, berikut, memberikan, mendengarkan, yang mengerti Contoh: berpartisipasi dalam diskusi kelas. Memberikan presentasi. Pertanyaan baru cita-cita, konsep, model, dll dalam rangka untuk memahami mereka. Tahu aturan keselamatan dan praktek mereka. Kata Kunci: jawaban, membantu,

12 Menilai: Nilai atau nilai seseorang melekat pada objek tertentu, fenomena, atau perilaku. Hal ini berkisar dari penerimaan sederhana ke keadaan yang lebih kompleks komitmen. Menilai didasarkan pada internalisasi dari serangkaian nilai-nilai tertentu, sementara petunjuk untuk nilai-nilai ini dinyatakan dalam perilaku terbuka pelajar dan sering diidentifikasi. Organisasi: Menyusun nilai-nilai ke dalam prioritas oleh kontras nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antara mereka, dan menciptakan sistem nilai yang unik. Penekanannya adalah pada membandingkan, berhubungan, dan sintesis nilai-nilai. Nilai menginternalisasi (karakterisasi): Apakah sistem nilai yang mengendalikan perilaku mereka. Perilaku ini merasuk, konsisten, dapat diprediksi, dan yang paling penting karakteristik peserta didik. Tujuan instruksional prihatin dengan pola umum siswa penyesuaian (personal, sosial, emosional). membantu, sesuai, sesuai, mendiskusikan, salam, membantu, label, melakukan, hadiah, mengatakan Contoh: Menunjukkan keyakinan dalam proses demokrasi. Sensitif terhadap perbedaan individu dan budaya (keragaman nilai). Menunjukkan kemampuan untuk memecahkan masalah. Mengusulkan rencana untuk perbaikan sosial dan mengikuti melalui dengan komitmen. Menginformasikan manajemen mengenai hal-hal yang satu merasa kuat tentang. Kata Kunci: menghargai, menghargai, harta, menunjukkan, inisiasi, mengundang, bergabung, membenarkan, mengusulkan, rasa hormat, saham Contoh: Mengakui perlunya keseimbangan antara kebebasan dan perilaku yang bertanggung jawab. Menjelaskan peran perencanaan sistematis dalam memecahkan masalah. Menerima standar etika profesional. Membuat rencana hidup selaras dengan kemampuan, minat, dan kepercayaan. Prioritaskan waktu secara efektif untuk memenuhi kebutuhan organisasi, keluarga, dan diri sendiri. Kata Kunci: membandingkan, berhubungan, mensintesis Contoh: Menampilkan kemandirian ketika bekerja secara independen. Bekerja sama dalam kelompok kegiatan (menampilkan kerja tim). Menggunakan pendekatan objektif dalam pemecahan masalah. Menampilkan komitmen profesional untuk praktek etis setiap hari. Merevisi penilaian dan perubahan perilaku dalam terang bukti baru. Nilai orang untuk apa yang mereka, bukan bagaimana mereka terlihat. Kata Kunci: tindakan, mendiskriminasikan, menampilkan,

13 pengaruh, memodifikasi, melakukan, memenuhi syarat, pertanyaan, merevisi, melayani, memecahkan, memverifikasi 3) Domein Psikomotorik Kategori Domein psikomotorik (Simpson, 1972) termasuk gerakan fisik, koordinasi, dan penggunaan keterampilan (wilayah/area keterampilan/skil. Pengembangan keterampilan ini membutuhkan latihan dan diukur dalam hal kecepatan, ketepatan, jarak, prosedur, atau teknik dalam pelaksanaan. Dengan demikian, keterampilan psikomotor kemarahan dari tugas-tugas manual, seperti menggali parit atau mencuci mobil, atau tugas-tugas lain yang lebih kompleks, seperti menari, dll. Persepsi (awareness): Kemampuan untuk menggunakan isyarat sensoris untuk memandu aktivitas motorik. Hal ini berkisar dari rangsangan indra, melalui seleksi isyarat, terjemahan. Contoh dan Kata Kunci (kata kerja) Contoh: Mendeteksi isyarat komunikasi non-verbal. Perkirakan dimana bola akan mendarat setelah dilemparkan dan kemudian pindah ke lokasi yang benar untuk menangkap bola. Mengatur panas kompor untuk suhu yang benar dengan bau dan rasa makanan. Mengatur ketinggian garpu forklift dengan membandingkan mana garpu dalam kaitannya dengan palet. Set: Kesiapan untuk bertindak. Ini mencakup mental, fisik, dan emosional set. Ketiga set adalah disposisi yang mentakdirkan respon seseorang terhadap situasi yang berbeda (kadang-kadang disebut pola pikir). Kata Kunci: memilih, menjelaskan, mendeteksi, membedakan, membedakan, mengidentifikasi, mengisolasi, berhubungan, memilih. Contoh: Tahu dan bertindak atas urutan langkah-langkah dalam proses manufaktur. Kenali kemampuan dan keterbatasan seseorang. Acara keinginan untuk mempelajari proses baru (motivasi). CATATAN: Ini pembagian psikomotorik berkaitan erat dengan "Menanggapi fenomena" pembagian yang

14 Affective domain. Pemanduan/pendampingan: Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks yang mencakup peniruan dan trial and error. Kecukupan kinerja dicapai dengan berlatih. Mekanisme (kemampuan dasar): Ini adalah tahap peralihan dalam mempelajari keterampilan yang kompleks. Tanggapan belajar telah menjadi kebiasaan dan gerakan dapat dilakukan dengan beberapa keyakinan dan kemampuan. Ahli: Kinerja terampil motorik tindakan yang melibatkan pola gerakan yang kompleks. Kemahiran itu ditunjukkan dengan kinerja yang cepat, akurat, dan sangat terkoordinasi, membutuhkan minimal energi. Kategori ini termasuk melakukan tanpa raguragu, dan kinerja otomatis. Misalnya, pemain sering mengucapkan bunyi kepuasan atau kata-kata kasar segera setelah mereka memukul bola tenis atau melempar bola, karena mereka bisa tahu dari merasakan tindakan apa hasilnya akan menghasilkan. Kata Kunci: dimulai, menampilkan, menjelaskan, bergerak, hasil, bereaksi, menunjukkan, negara, relawan. Contoh: Melakukan persamaan matematika seperti yang ditunjukkan. Mengikuti instruksi untuk membangun sebuah model. Merespon tangan-sinyal dari instruktur saat belajar mengoperasikan forklift. Kata kunci: kopi, jejak, berikut, bereaksi, memperbanyak, merespon Contoh: Gunakan komputer pribadi. Memperbaiki keran bocor. Mengendarai mobil. Kata Kunci: merakit, mengkalibrasi, konstruksi, membongkar, menampilkan, mengikatkan, perbaikan, grinds, memanaskan, memanipulasi, ukuran, mends, Mixes, mengorganisasikan, sketsa. Contoh: manuver mobil menjadi tempat parkir paralel ketat. Mengoperasikan komputer dengan cepat dan akurat. Menampilkan kompetensi saat bermain piano. Kata Kunci: merakit, membangun, mengkalibrasi, konstruksi, membongkar, menampilkan, mengikatkan, perbaikan, grinds, memanaskan, memanipulasi, ukuran, mends, Mixes, mengorganisasikan, sketsa. CATATAN: Kata Kunci adalah sama dengan Mekanisme, tetapi akan memiliki kata keterangan atau kata sifat yang menunjukkan

15 Adaptasi: Keterampilan yang dikembangkan dengan baik dan individu dapat memodifikasi pola pergerakan sesuai persyaratan khusus. Origination-terbarukan: Membuat pola gerakan baru agar sesuai dengan situasi tertentu atau masalah khusus. Hasil pembelajaran menekankan kreativitas berdasarkan keterampilan sangat maju. bahwa kinerja yang lebih cepat, lebih baik, lebih akurat, dan lainlain Contoh: Tanggap efektif untuk pengalaman tak terduga. Memodifikasi instruksi untuk memenuhi kebutuhan peserta didik. Melakukan tugas dengan mesin yang awalnya tidak dimaksudkan untuk melakukan (mesin tidak rusak dan tidak ada bahaya dalam melakukan tugas baru). Kata Kunci: menyesuaikan, mengubah, perubahan, menata kembali, mereorganisasi, merevisi, bervariasi. Contoh: membangun sebuah teori baru. Mengembangkan sebuah program pelatihan baru dan komprehensif. Menciptakan rutinitas senam baru. Kata Kunci: menyusun, membangun, menggabungkan, menyusun, membangun, menciptakan, desain, memulai, membuat, berasal. 2. Dalam perspektif sistem pembelajran terdiri dari: 1) Program pembelajaran (tujuan, materi, metode, media dll) 2) Pelaksanaan pembelajran (kegitan, guru,dan peserta didik) 3) Hasil belajar (jangka pendek,menengah dan jangka panjang) 3. Dalam perspektif penilaian berbasis kelas: 1) Penilaian kompetensi dasar mata pelajaran 2) Penilaian kompetensi rumpun pelajaran 3) Penilaian kompetensi lintas kurikulum 4) Penilaian kompetensi tamatan 5) Penilaian kompetensi life skill

16 Evaluasi Mandiri 1. Jelaskan definisi dan ruang lingkup evaluasi pembelajaran. 2. Mengapa evaluasi pembelajaran dibutuhkan dalam proses pembelajaran? 3. Jelas kepentingan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dalam evaluasi pembelajaran? Referensi: Anderson, L.W., Krathwohl, D.R., Airasian, P.W., Cruikshank, K.A., Mayer, R.E., Pintrich, P.R., Raths, J., Wittrock, M.C. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives. New York: Pearson, Allyn & Bacon.

RUANG LINGKUP EVALUASI

RUANG LINGKUP EVALUASI RUANG LINGKUP EVALUASI Materi pertemuan II dan persiapan pertemuan III 1 noh boiliu Prodi PAK-FKIP- diadaptasi dari Eric P. Soulsby (2009), Outcomes Assessment Plan, University of Connecticut Dalam melakukan

Lebih terperinci

Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM

Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM Dosen Pembina: PROF. DR.Ahmad Fauzan,M.Pd, M.Sc. Oleh: Kelompok I Asmi yuriana Dewi Desi Delarosa Isra Marlinawaty Sri Rahayu KONSENTRASI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto

Lebih terperinci

BAB I PENGEMBANGAN AFEKTIF ANAK USIA DINI

BAB I PENGEMBANGAN AFEKTIF ANAK USIA DINI BAB I PENGEMBANGAN AFEKTIF ANAK USIA DINI A. Arti Kata Afektif Kata afektif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI (2001) adalah berbagai perilaku yang berkaitan dengan perasaan, sedangkan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Metakognitif. Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Metakognitif. Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Metakognitif Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan bahwa metakognisi merujuk pada kesadaran pengetahuan seseorang yang berkaitan

Lebih terperinci

TAKSONOMI BLOOM-REVISI. Ana Ratna Wulan/ FPMIPA UPI

TAKSONOMI BLOOM-REVISI. Ana Ratna Wulan/ FPMIPA UPI TAKSONOMI BLOOM-REVISI Ana Ratna Wulan/ FPMIPA UPI Revisi Taksonomi Bloom (Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R.: 2001) Taksonomi Bloom lama C1 (Pengetahuan) C2 (Pemahaman) C3 (Aplikasi) C4 (Analisis) C5 (Sintesis)

Lebih terperinci

3/30/2010 Rustaman file 1

3/30/2010 Rustaman file 1 3/30/2010 Rustaman file 1 3/30/2010 Rustaman file 2 MATERI PERKULIAHAN Pertemuan 3 Prosedur dan Alat Penilaian: Ranah 17 09-2009 kognitif (C1-C6) relevansi dengan tujuan pembelajaran Pertemuan 4 Perbandingan

Lebih terperinci

TAKSONOMI DAN PENILAIAN PEMBELAJARAN. oleh Dr. B. Widharyanto, M.Pd

TAKSONOMI DAN PENILAIAN PEMBELAJARAN. oleh Dr. B. Widharyanto, M.Pd TAKSONOMI DAN PENILAIAN PEMBELAJARAN oleh Dr. B. Widharyanto, M.Pd Pusat Penelitian dan Pelayanan Pendidikan (P4), USD Tahun 2012 DOMAIN/RANAH DALAM BELAJAR Benjamin Bloom (1956) menemukan ada tiga tipe

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil

Lebih terperinci

Penilaian Proses dan Hasil Belajar

Penilaian Proses dan Hasil Belajar Penilaian Proses dan Hasil Belajar Oleh: Dr. Ana Ratna Wulan, M.Pd. FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Revisi Taksonomi Bloom (Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R.: 2001) Taksonomi Bloom C1 (Pengetahuan)

Lebih terperinci

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Sukanti Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam pembelajaran yaitu: (1) minat, 2) sikap, 3) konsep diri, dan 4) nilai. Penilaian afektif

Lebih terperinci

Kebijakan Assessment dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kebijakan Assessment dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kebijakan Assessment dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Baedhowi *) Abstrak: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih menekankan pada kompetensi (competency-based curriculum) dengan

Lebih terperinci

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR A. Model Pembelajaran Novick Model Pembelajaran Novick merupakan salah satu model pembelajaran yang merujuk pandangan konstruktivisme. Gagasan utama dari

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm. 74-82 PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Oleh Sukanti 1 Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistem pendidikan di Indonesia telah lama menggunakan teori taksonomi pendidikan secara adaptif sebagai landasan pendekatan belajar. Implikasi dari penggunaan

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR. A. Kemampuan Matematis dan Revisi Taksonomi Bloom. Kemampuan matematis adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki

BAB II STUDI LITERATUR. A. Kemampuan Matematis dan Revisi Taksonomi Bloom. Kemampuan matematis adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki 10 BAB II STUDI LITERATUR A. Kemampuan Matematis dan Revisi Taksonomi Bloom Kemampuan matematis adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa dalam mata pelajaran matematika. Dalam penelitian ini, kemampuan

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN TES Untuk dapat memperoleh alat penilaian (tes) yang memenuhi persyaratan, setiap penyusun tes hendaknya dapat mengikuti

LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN TES Untuk dapat memperoleh alat penilaian (tes) yang memenuhi persyaratan, setiap penyusun tes hendaknya dapat mengikuti LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN TES Untuk dapat memperoleh alat penilaian (tes) yang memenuhi persyaratan, setiap penyusun tes hendaknya dapat mengikuti langkah-langkah penyusunan tes. Sax (1980), mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Taksonomi SOLO 1. Pengertian Taksonomi Pembelajaran Taksonomi pembelajaran adalah suatu klasifikasi pembelajaran yang digolongkan pada tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif

Lebih terperinci

RANAH RANAH. Misalnya : istilah fakta aturan urutan metode

RANAH RANAH. Misalnya : istilah fakta aturan urutan metode RANAH RANAH Ranah Kognitif Kategori jenis perilaku (C1) Pengetahuan (C2) Pemahaman (C3) Penerapan Kemampuan internal Mengetahui. Misalnya : istilah fakta aturan urutan metode Menterjemahkan Menafsirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengerjakan dan memahami matematika dengan benar. keadaan di dalam kehidupan sehari-hari dan di dunia yang selalu berkembang

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengerjakan dan memahami matematika dengan benar. keadaan di dalam kehidupan sehari-hari dan di dunia yang selalu berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu mempunyai peranan penting dalam menentukan masa depan. Oleh karena itu, pembelajaran matematika di sekolah harus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Keterampilan Metakognisi Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli psikologi sebagai hasil dari perenungan mereka terhadap kondisi

Lebih terperinci

ANALISIS SOAL UJIAN NASIONAL IPA SMP TAHUN 2014 BERDASARKAN DIMENSI PENGETAHUAN DAN DIMENSI PROSES KOGNITIF

ANALISIS SOAL UJIAN NASIONAL IPA SMP TAHUN 2014 BERDASARKAN DIMENSI PENGETAHUAN DAN DIMENSI PROSES KOGNITIF 22-199 ANALISIS SOAL UJIAN NASIONAL IPA SMP TAHUN 2014 BERDASARKAN DIMENSI PENGETAHUAN DAN DIMENSI PROSES KOGNITIF Herni Budiati SMP Negeri 22 Surakarta hernibudiati@yahoo.co.id Abstrak- Penelitian ini

Lebih terperinci

PENGERTIAN TUJUAN PEMBELAJARAN

PENGERTIAN TUJUAN PEMBELAJARAN PENGERTIAN TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan pembelajaran adalah tahapan penting dalam merancang analisis kebutuhan Tujuan pembelajaran merupakan pengikat aktivitas guru dan siswa ALASAN TUJUAN PEMBELAJARAN DIRUMUSKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman, persaingan-persaingan ketat dalam segala bidang kehidupan saat ini, menuntut setiap bangsa untuk mampu menghasilkan Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permendikbud No. 103 Tahun 2014, pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Penerapan Pengetahuan (Application of Knowledge) Rani Puspita D, M.Kom

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Penerapan Pengetahuan (Application of Knowledge) Rani Puspita D, M.Kom KNOWLEDGE MANAGEMENT Penerapan Pengetahuan (Application of Knowledge) Rani Puspita D, M.Kom Tujuan Pembelajaran Penggunaan kembali (reuse) pengetahuan untuk efisiensi perusahaan. Membuat suatu inovasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Berpikir Kritis Menurut Ennis (Kuswana, 2012) berpikir kritis adalah berfikir yang wajar dan reflektif yang berfokus pada memutuskan apa yang harus diyakini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Global Monitoring report, (2012) yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Global Monitoring report, (2012) yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan pendidikan yang menjadi prioritas untuk segera dicari pemecahannya adalah masalah kualitas pendidikan, khususnya kualitas pembelajaran.

Lebih terperinci

Taksonomi Bloom (Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor) serta Identifikasi Permasalahan Pendidikan di Indonesia

Taksonomi Bloom (Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor) serta Identifikasi Permasalahan Pendidikan di Indonesia Taksonomi Bloom (Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor) serta Identifikasi Permasalahan Pendidikan di Indonesia Taksonomi Bloom 1. Ranah Kognitif Ranah ini meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep

Lebih terperinci

MANFA NFA TUJUAN PEMBELAJARAN

MANFA NFA TUJUAN PEMBELAJARAN Retno Wahyuningsih 1 PENGERTIAN Ranah hasil belajar siswa dikelompokkan sebuah taksonomi Taksonomi adalah usaha pengelompokan yang disusun dan diurut berdasarkan ciri-ciri tertentu. 1 MANFAAT Untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat siswa untuk mendapatkan ilmu mencetak sumber daya manusia yang handal, memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hella Jusra, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hella Jusra, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah merupakan suatu gambaran keadaan dengan hubungan dua atau lebih informasi yang diketahui dan informasi lainnya yang dibutuhkan yang dapat menimbulkan

Lebih terperinci

MODEL UMUM PENGAJARAN. Nordin Tahir, IPG Kampus Ipoh

MODEL UMUM PENGAJARAN. Nordin Tahir, IPG Kampus Ipoh MODEL UMUM PENGAJARAN MODEL-MODEL PENGAJARAN FUNGSI MODEL PENGAJARAN 1. Memberi panduan kpd guru tentang langkah-langkah mengajar yang utama 2. Membentuk rangka pengajaran yang lengkap untuk penyelia dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu startegi pembelajaran yang paling tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan ilmu pengetahuan sosial merupakan proses mendidik dan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

Lebih terperinci

Perencanaan : Pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan

Perencanaan : Pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan Perencanaan : Pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan Perencanaan Pembelajaran: Proses pengambilan keputusan hasil berfikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Learning Model pembelajaran PBL merupakan model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BERBASIS KONSEP Pendekatan konstruktivisme. Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada

PEMBELAJARAN BERBASIS KONSEP Pendekatan konstruktivisme. Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada PEMBELAJARAN BERBASIS KONSEP Pendekatan konstruktivisme Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada J.A. Comenius (1592-1670): Permulaan pembelajaran harus dimulai dengan memperhatikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Instrumen adalah alat yang digunkan untuk mengumpulkan data dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Instrumen adalah alat yang digunkan untuk mengumpulkan data dalam 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Instrumen Penilaian Instrumen adalah alat yang digunkan untuk mengumpulkan data dalam penilaian. Sehingga instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah BAB II KAJIAN TEORI E. Kajian Teori 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Mereka juga

Lebih terperinci

Bagian 2. EVALUASI : Prinsip, Karakteristik Kualitas, Taksonomi Hasil Belajar, Ragam Bentuk dan Prosedur.

Bagian 2. EVALUASI : Prinsip, Karakteristik Kualitas, Taksonomi Hasil Belajar, Ragam Bentuk dan Prosedur. Bagian 2 EVALUASI : Prinsip, Karakteristik Kualitas, Taksonomi Hasil Belajar, Ragam Bentuk dan Prosedur. Prinsip-Prinsip Dasar Tes Hasil Belajar 1. Mengukur Hasil Belajar. 2. Mengukur sample yang representatif

Lebih terperinci

RANAH-RANAH TAKSONOMI BLOOM RANAH KOGNITIF-PENGETAHUAN (KNOWLEDGE) Kategori Kemampuan Internal Kata-kata Kerja Operasional Jenis Perilaku

RANAH-RANAH TAKSONOMI BLOOM RANAH KOGNITIF-PENGETAHUAN (KNOWLEDGE) Kategori Kemampuan Internal Kata-kata Kerja Operasional Jenis Perilaku RANAH-RANAH TAKSONOMI BLOOM RANAH KOGNITIF-PENGETAHUAN (KNOWLEDGE) Kategori Kemampuan Internal Kata-kata Kerja Operasional Jenis Perilaku Pengetahuan Mengetahui Mengidentifikasi Misalnya : Istilah Menyebutkan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) I. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis jenjang

Lebih terperinci

TAXONOMY BLOOM'S THEORY. Membagi kemampuan belajar menjadi 3 (tiga) domain: Kognitif (Pengetahuan) Psikomotorik (Keterampilan) Afektif (Sikap)

TAXONOMY BLOOM'S THEORY. Membagi kemampuan belajar menjadi 3 (tiga) domain: Kognitif (Pengetahuan) Psikomotorik (Keterampilan) Afektif (Sikap) TAXONOMY BLOOM'S THEORY Membagi kemampuan belajar menjadi 3 (tiga) domain: Kognitif (Pengetahuan) Psikomotorik (Keterampilan) Afektif (Sikap) SEGI TIGA TAKSONOMI BLOOM Head Health Hand Hearth LEVEL TAKSONOMI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Pengaruh Pengaruh berarti dorongan atau bujukan dan bersifat membentuk atau merupakan suatu efek (Hugiono dan Poerwantana

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KOGNITIF SISWA SMP DENGAN KEMAMPUAN RENDAH BERDASARKAN TAKSONOMI REVISI BLOOM PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

ANALISIS TINGKAT KOGNITIF SISWA SMP DENGAN KEMAMPUAN RENDAH BERDASARKAN TAKSONOMI REVISI BLOOM PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA ANALISIS TINGKAT KOGNITIF SISWA SMP DENGAN KEMAMPUAN RENDAH BERDASARKAN TAKSONOMI REVISI BLOOM PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA 1) Teguh Wibowo, 2) Riawan Yudi Purwoko, 3) Wiwit Hermansyah 1) Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riskan Qadar, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riskan Qadar, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan metode agar tujuan pembelajaran tercapai dan saat ini berbagai metode pembelajaran telah digunakan. Metode pembelajaran ada yang berpusat pada guru

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Dalam konteks pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana atau wahana yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun kewajiban sebagai warga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penelitian yang penulis lakukan merupakan study literarur untuk mengindentivikasi suatu sarat dalam pengambilan keputusan adapun langkah-langkah dalam menyelesaikan penelitian ini.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. didefinisikan sebagai pemikiran tentang pemikiran (thinking about

BAB II KAJIAN TEORI. didefinisikan sebagai pemikiran tentang pemikiran (thinking about BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Metakognisi Istilah metakognisi diperkenalkan oleh John Flavell, seorang psikolog dari Universitas Stanford pada sekitar tahun 1976 dan didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu yang berhubungan dengan dunia pendidikan yang dapat mengembangkan kemampuan untuk berargumentasi, memberi kontribusi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi adalah keterampilan untuk mengontrol ranah atau aspek kognitif.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi adalah keterampilan untuk mengontrol ranah atau aspek kognitif. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Metakognisi Metakognisi adalah keterampilan untuk mengontrol ranah atau aspek kognitif. Huit dalam Kuntjojo (2009: 1) mengatakan bahwa: metakognisi meliputi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. adanya mekanisme suatu sistem. Kata lainnya yang mendekati pengertian tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. adanya mekanisme suatu sistem. Kata lainnya yang mendekati pengertian tentang 9 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Penggunaan Menurut Nurdin Usman, Penggunaan bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Berpikir Kritis Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan tertentu dapat dikatakan berpikir dimana dapat dikatakan berpikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Permendiknas No. 22 (Departemen Pendidikan Nasional RI,

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Permendiknas No. 22 (Departemen Pendidikan Nasional RI, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam Permendiknas No. 22 (Departemen Pendidikan Nasional RI, 2006) secara eksplisit dicantumkan beberapa kemampuan dan sikap siswa yang harus dikembangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Observasi Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Manusia sebagai pemegang dan penggerak utama dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Melalui

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas II di MIN Sumberjati Kademangan Blitar pada mata pelajaran Fiqih dengan melalui penerapan model

Lebih terperinci

Taksonomi Tujuan Pembelajaran

Taksonomi Tujuan Pembelajaran Taksonomi Tujuan Pembelajaran Ari Widodo Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi 229 Bandung Email: widodo@upi.edu September 2005 Dari penulis Taksonomi pembelajaran

Lebih terperinci

2014 PEMBELAJARAN FISIOLOGI TUMBUHAN TERINTEGRASI STRUKTUR TUMBUHAN BERBASIS KERANGKA INSTRUKSIONAL MARZANO UNTUK MENURUNKAN BEBAN KOGNITIF MAHASISWA

2014 PEMBELAJARAN FISIOLOGI TUMBUHAN TERINTEGRASI STRUKTUR TUMBUHAN BERBASIS KERANGKA INSTRUKSIONAL MARZANO UNTUK MENURUNKAN BEBAN KOGNITIF MAHASISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bertujuan untuk mendapatkan mutu sumber daya manusia sesuai dengan tuntutan kebutuhan pembangunan. Pendukung utama terlaksananya sasaran pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) PBL merupakan model pembelajaran yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. II. LANDASAN TEORI 1. Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan yang sangat cepat di semua sektor kehidupan khususnya dunia kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS TINGKAT TINGGI SISWA KELAS X KEP 3 SMK NEGERI 1 AMLAPURA

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS TINGKAT TINGGI SISWA KELAS X KEP 3 SMK NEGERI 1 AMLAPURA IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS TINGKAT TINGGI SISWA KELAS X KEP 3 SMK NEGERI 1 AMLAPURA Oleh I Wayan Puja Astawa (email: puja_staw@yahoo.com

Lebih terperinci

KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR

KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR Definisi 1. Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah

Lebih terperinci

2016 PERBAND INGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO D ENGAN MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK D I SMKN 1 SUMED ANG

2016 PERBAND INGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO D ENGAN MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK D I SMKN 1 SUMED ANG BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1 Definisi Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

Lebih terperinci

Berpikir Kritis (Critical Thinking)

Berpikir Kritis (Critical Thinking) Berpikir Kritis (Critical Thinking) What Is Critical Thinking? (Definisi Berpikir Kritis) Kemampuan untuk berpikir jernih dan rasional, yang meliputi kemampuan untuk berpikir reflektif dan independen Definisi

Lebih terperinci

Deskripsi Singkat Revisi Taksonomi Bloom Elisabeth Rukmini. Keywords: Bloom s taxonomy, cognitive, meta-cognitive

Deskripsi Singkat Revisi Taksonomi Bloom Elisabeth Rukmini. Keywords: Bloom s taxonomy, cognitive, meta-cognitive Deskripsi Singkat Revisi Taksonomi Bloom Elisabeth Rukmini Abstract The Bloom s taxonomy revision mainly consisted of curriculum, instructional design, and assessment. Educational development, sociocultural

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Belajar Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. 11 Slameto merumuskan pengertian belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan metakognisi merupakan salah satu Standar Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan metakognisi merupakan salah satu Standar Kompetensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan metakognisi merupakan salah satu Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dari aspek pengetahuan yang harus dikuasai oleh siswa SMA dalam Kurikulum 2013. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di dunia secara. global dan kompetitif memerlukan generasi yang memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di dunia secara. global dan kompetitif memerlukan generasi yang memiliki kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di dunia secara global dan kompetitif memerlukan generasi yang memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, setiap orang dihadapkan pada berbagai macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dari kehidupan suatu bangsa karena merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanyaan Siswa Banyak kegiatan atau aktivitas yang dilakukan siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering dilakukan di

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT 8 BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT A. Metode Kerja Kelompok Salah satu upaya yang ditempuh guru untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif

Lebih terperinci

PERANGKAT ASESMEN MODEL PKM YANG MELIBATKAN SCAFFOLDING METAKOGNITIF BERDASARKAN REVISI TAKSONOMI BLOOM

PERANGKAT ASESMEN MODEL PKM YANG MELIBATKAN SCAFFOLDING METAKOGNITIF BERDASARKAN REVISI TAKSONOMI BLOOM Awi, Perangkat Asesmen Model 11 PERANGKAT ASESMEN MODEL PKM YANG MELIBATKAN SCAFFOLDING METAKOGNITIF BERDASARKAN REVISI TAKSONOMI BLOOM Awi dan Sukarna Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran IPA a. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan haanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan di era globalisasi dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN. saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan di era globalisasi dewasa ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari input, proses dan output. Input merupakan peserta didik yang akan melaksanakan aktivitas belajar,

Lebih terperinci

TUGAS EVALUASI KELOMPOK III

TUGAS EVALUASI KELOMPOK III TUGAS EVALUASI KELOMPOK III TAKSONOMI MARZANO DISUSUN OLEH: Erna Butsilawati Rida Marta Sari Syafdi Maizora Yuli Yuliza Indriani KONSENTRASI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA (PPS) UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di SD 1. Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pembebasan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pembebasan peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pembebasan peserta didik dari ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ketidakbenaran, ketidakjujuran, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Kartu Kata Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk majemuk atau jamak medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media pembelajaran

Lebih terperinci

LEVEL KOGNITIF SOAL PADA BUKU TEKS MATEMATIKA KURIKULUM 2013 KELAS VII UNTUK PENDIDIKAN MENENGAH. Intan Sari Rufiana Universitas Muhammadiyah Ponorogo

LEVEL KOGNITIF SOAL PADA BUKU TEKS MATEMATIKA KURIKULUM 2013 KELAS VII UNTUK PENDIDIKAN MENENGAH. Intan Sari Rufiana Universitas Muhammadiyah Ponorogo LEVEL KOGNITIF SOAL PADA BUKU TEKS MATEMATIKA KURIKULUM 2013 KELAS VII UNTUK PENDIDIKAN MENENGAH Intan Sari Rufiana Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email: rufiana13@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Examples Non Examples Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga lima orang dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya penting untuk mengembangkan potensi diri dalam penguasaan ilmu.ada beberapa pengklasifikasian tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh ahli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

DIMENSI AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK

DIMENSI AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK SUPLEMEN UNIT 3 DIMENSI AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK Wahono Widodo Suryanti Mintohari PENDAHULUAN Selamat berjumpa kembali Saudara Mahasiswa. Melalui berbagai aktivitas dalam Unit 3 Modul Pembelajaran IPA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Matematika Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir pada semua bidang ilmu pengetahuan. Menurut Suherman (2003:15), matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu peristiwa yang diamati yang kemudian diuji kebenarannya

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu peristiwa yang diamati yang kemudian diuji kebenarannya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains, pada hakikatnya, dapat dipandang sebagai produk dan sebagai proses. Sains sebagai produk berarti sains merupakan produk dari hasil pemikiran terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk karakter individu yang bertanggung jawab, demokratis, serta berakhlak mulia.

Lebih terperinci