Pencapaian MDGs Indonesia 2012 Masalah dan tantangannya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pencapaian MDGs Indonesia 2012 Masalah dan tantangannya"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Pencapaian MDGs Indonesia 2012 Masalah dan tantangannya Tb.Rachmat Sentika. DR.Dr.SpA.,MARS Staf Ahli Menteri Koordinator Kesra bidang Kreativitas dan Innovasi, (focal point MDGs) Jakarta 15 Februari 2012, disampaikan pada Rapat Gerakan KIA untuk MDGs 2015

2 Sejahtera Bersama di tahun 2015 melalui MDGs 8 tujuan telah menjadi target RPJM dan RPJM, harus kita sukseskan sebagai komitmen dalam mensejahterakan rakyat

3 Direktif terhadap Pencapaian MDGS MDGs sebagai tujuan bersama untuk sejahtera di tahun 2015 tinggal 3 tahun, Harus lari SPRINT (SBY,0112) 2. Segera lakukan evaluasi disetiap Provinsi dalam percepatan pencapaian MDGs.(Wamen Bappenas,2711,11) 3. Pastikan semua dukungan bagi pencapaian MDGs terpenuhi baik kebijakan dalam Rencana Aksi Daerah, dukungan sarana dan prasarana, dan modal sosial dan libatkan seluruh jejaring kelembagaan. (Menkokesra,Jan 2012) 4. Fokus kan pada target-target dengan status yang memerlukan kerja keras.(rakor Gubernur,18 Jan 2012) 5. Masalah-masalah yang tidak bisa terselesaikan di daerah, segera lakukan koordinasi untuk mencari jalan keluar (Rakro Gub.2012)

4 Direktif Menkokesra pada berbagai kesempatan 6. Rencana Aksi Daerah MDGs berupa PERDA baru diselesaikan pada 25 Provinsi, masih ada 11 Provinsi yang belum menyelesaikan, segera selesaikan 7. Target MDGs sebagai indikator kesejahteraan Rakyat telah digunakan diseluruh Provinsi dan Kabupaten sebagai bagian dari visi, misi, dan kinerja pemerintah terkait dengan RPJM dan RPJMD segera pantau kondisi dan situasinya. 8. Bila ada masalah yang tidak bisa terselesaikan segera koordinasikan dengan Pemerintah Pusat. 9. Jadikan Hasil pemantauan pelaksanaan MDGs 2011 sebagai tolok ukur Keberhasilan, Kelompokkan kedalam 3 status; Tercapai, Signifikan, HARUS KERJA KERAS 10. Segera atasi lebarnya disparitas pencapaian MDGs

5 Direktif Menkokesra pada berbagai kesempatan 11. Gunakan sumber daya secara effektiv dan effisien tepat sasaran, untuk mencapai MDGs 12. Tingkatkan koordinasi antar kementerian/lembaga dan antar pusat dan daerah dalam seluruh program kegiatan terkait pencapaian MDGs. 13. Perkuat monitoring dan evaluasi pencapaian kinerja MDGs di pusat dan daerah.

6 Target MDGs yang Telah Tercapai TUJUAN 1 (TARGET 1A) : MENURUNKAN SEPARUH PROPORSI PENDUDUK DENGAN PENDAPATAN < USD 1 ANTARA TAHUN 1990 DAN 2015 Tingkat kemiskinan ekstrim, yaitu proporsi penduduk yang hidup dengan pendapatan per kapita dari USD 1 per hari, telah menurunkan dari 20,6% (1990) menjadi 5,9% (2008) TUJUAN 3 : MENDORONG KESETARAAN GENDER DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN Target untuk kesetaraan gender dalam semua jenis dan pendidikan diperkirakan akan tercapai Rasio APM perempuan terhadap laki-laki di SD/MI/Paket A dan SMP/MTs/Paket B berturut-turut sebesar 99,73% dan 101,99% (2009) Rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada kelompok usia tahun telah mencapai 99,85% TUJUAN 6 (TARGET 6C) MENGENDALIKAN PENYAKIT TB Terjadi peningkatan penemuan kasus tuberkulosis dari 20,0% (2000) menjadi 78,3% (2010) dari target 70,0% (2015) Penurunan prevelensi tuberkulosis dari 443 kasus (1990) menjadi 244 kasus per penduduk (2009)

7 Target MDGs yang Telah Menunjukkan Kemajuan Signifikan TUJUAN 1 (TARGET 1C): MENURUNKAN SEPARUH PROPORSI PENDUDUKK YANG MENDERITA KELAPARAN Prevelensi balita kekurangan gizi telah berkurang hampir setengahnya, dari 31% (1989) menjadi 17,9% (2010) Target 2015 sebesar 15,5% diperkirakan akan tercapai TUJUAN 2: MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR UNTUK SEMUA Angka partisipasi murni untuk pendidikan dasar mendekati 100% Tingkat melek huruf penduduk mencapai 99,47% (2009) TUJUAN 3: MENDORONG KESETARAAN GENDER DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN Rasio APM perempuan terhadap laki-laki di SM/MA/Paket C dan pendidikan tinggi mencapai 96,16 dan 102,95 (2009) Target 2015 sebesar 100% diperkirakan akan tercapai

8 Target MDGs yang Telah Menunjukkan Kemajuan Signifikan TUJUAN 4: MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK Angka kematian balita menurun dari 97 (1991) menjadi 44 per kelahiran (2007) Diperkirakan target 32 per kelahiran pada tahun 2015 dapat tercapai TUJUAN 8: MENGEMBANGKAN KEMITRAAN GLOBAL UNTUK PEMBANGUNAN Indonesia telah berhasil mengembangkan perdagangan serta sistem keuangan yang terbuka, berdasarkan aturan, bisa diprediksi dan nondiskriminatif terbukti dengan adanya kecenderuangan positif dalam indikator yang berhubungan dengan perdagangan dan sistem perbankan nasional Kemajuan signifikan telah dicapai dalam mengurangi rasio utang LN terhadap PDB dari 24,6% (1996) menjadi 10,9% (2009) Rasio utang pemerintah (Debt Service Ratio) telah dikurangi dari 51% (1996) menjadi 22% (2009)

9 Target MDGs yang Memerlukan Kerja Keras TUJUAN 1: MENANGGULANGI KEMISKINAN DAN KELAPARAN Indonesia telah menaikkan ukuran target pengurangan kemiskinan dan akan memberikan perhatian khusus untuk mengurangi tingkat kemiskinan yang diukur terhadap garis kemiskinan nasional dari 12,49 % (2011/BPS) menjadi 8-10% pada 2014 (Disparitas Tingkat Kemiskinan Antar Provinsi Sangat Tinggi (Jakarta=3,75%, Papua=31,98%, Indonesia=12,49%) TUJUAN 5 (TARGET 5A): MENINGKATKAN KESEHATAN IBU Angka kematian ibu menurun dari 390 (1991) menjadi 228 per kelahiran hidup (2007) Diperlukan upaya keras untuk mencapai target pada tahun 2015 sebesar 102 per kelahiran hidup TUJUAN 6 (TARGET 6A): MENGENDALIKAN HIV DAN AIDS Jumlah penderita HIV / AIDS meningkat, khususnya di antara populasi kunci pengguna narkoba suntik dan pekerja seks. Tingkat kenaikan juga sangat tinggi di beberapa daerah di mana kesadaran tentang penyakit ini rendah

10 Target MDGs yang Memerlukan Kerja Keras TUJUAN 7: MENJAMIN KELESTARIAN LINGKUNGAN Indonesia meimiliki tingkat emisi gas rumah kaca yang tinggi, namun tetap berkomitmen untuk meningkatkan tutupan hutan, menghilangkan pembalakan liar, dan mengimplementaskan kerangka kerja kebijakan untuk mengurangi emisi karbon diokisda paling sedikit 26% selama 20 tahun ke depan. Saat ini hanya 47,73% rumah tangga yang memiliki akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan 51,19% yang memiliki akses sanitasi yang baik. Diperlukan perhatian khusus, untuk memenuhi target MDG pada tahun 2015.

11 MDGS terkait Anak 1. Gizi buruk masih banyak dan Stunting (pendek) meningkat 2. Wajib belajar masih belum tercapai, DO SD ke SLTP dan Pendidikan menengah perlu akselerasi (SLTA) 3. Gender Development Indeks? (Kualitas hidup perempuan, Keterwakilan dan gender di Daerah dan sektor?, KB? ) 4. Kematian Bayi dan Balita masih tinggi, harus fokus pada penyebab utama (BBLR 46%, ISPA, Diare), BBLR (Kangoro metode belum meluas, Stabilitas rujukan tak dipahami, Infra struktur belum mendukung, Dr umum tak terlibat, Spesialis Anak sangat kurang, RS PONEK dan Puskesmas PONED baru 20% 5. Kematian Ibu melahirkan (AKI) masih tinggi, sebab utama perdarahan ante partum (kemampuan mengenal dan USG sangat rendah) perdarahan postpartum sering dilupakan terutama Penekanan uterus (atonia uteri) dan sisa plasenta (bersihkan), Infus, petugas kesehatan belum menyeluruh di desa

12 MDGs Anak 6. ATM masih tinggi, AIDS dan HIV naik 1000 % strategis?, peran KPA?, Narkoba dan seks bebas?. 7. Menjaga lingkungan, perlu akselerasi 8. Networking, Modal sosial, tripel helix, peran organisasi profesi, organisasi masyarakat dan LSM???? Apakah semacam Gerakan KIA, atau memperluas ke ASSEAN, Deklarasi njakarta 2005 tentang percepatan MDGs? Tak jelas implementasinya, RAD baru 25 propinsi, kabupaten hanya 10% yg ada Rencana Aksi Kab / kota

13 Sulawesi Utara Bali DI Yogyakarta DKI Jakarta Jawa Barat Lampung Kep. Riau Kep. Bangka Belitung Bengkulu Jawa Tengah Riau Papua Sumatera Barat Jawa Timur Kalimantan Timur Indonesia Banten Jambi Sumatera Selatan Sulawesi Barat Sumatera Utara Sulawesi Tenggara Kalimantan Selatan Maluku Utara Aceh Sulawesi Selatan Maluku Sulawesi Tengah Gorontalo Papua Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat 10,6 11,0 11,2 11,3 13,0 13,4 14,0 14,9 15,3 15,7 16,2 16,2 17,1 17,1 17,1 17,9 18,5 19,6 19,9 20,5 21,4 22,8 22,9 23,6 23,7 25,0 26,2 26,5 26,5 26,5 27,6 29,1 29,4 30,5 Prevalensi Anak Balita Kekurangan Gizi, Gizi kurang : 18,3 % ke 17,9 % ke 15,1 % Gizi Buruk : 8,3 % ke 7,1 % ke 5,4 % Target MDG ,5 11,9 3,6 Gizi Buruk Gizi Kurang Kekurangan Gizi Sumber : Kemkes, Riskesdas 2010 Disparitas prevalensi kekurangan gizi pada balita antarprovinsi memerlukan penanganan yang lebih efektif. Data Riskesdas 2010, disparitas antarprovinsi prevalensi balita kekurangan gizi pada balita berkisar dari 10,6 persen (Sumatera Utara) sampai dengan 30,5 persen (Nusa Tenggara Barat) 17,9 %

14 MDGs, terkait ANAK Target 1b. Gizi kurang dan buruk Riskesdas 2007 ke 2010, status Gizi membaik STUNTING (Pendek) 30% ada program MCC dari USA Gizi buruk masih tinggi 5,1% Balita Gizi kurang menurun jadi 17,9% ke 15,1% Kepedulian masyarakat masih harus terus ditingkatkan Akibat Gizi bruk akan Kehilangan satu generasi karena Golden periode Perlu Kerja bareng, Modal sosial ditingkatkan Target 2. Pendidikan Untuk semua Indikator kinerja : APM SD.SLTP,SLTA.VS lamanya anak sekolah : (IPM dan HDI, UNDP, BPS,Kemdiknas) Sarana sekolah yang rusak BOS yang tidak lancar WAJIB BELAJAR, dan Sarana SLTP yang lebih sedikit dari SD

15 Terkait Anak Target no 3 Gender (remaja) Remaja putri Perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksinya Kawin muda dibawah 15 tahun Persiapan perkawinan Fungsi keluarga Keluarga Berencana terkait dengan Bina Keluarga balita (Parental skill) Terkait dengan no 4, Kematian Bayi Kasusnya masih tinggi Petugas kesehatan terlatih masih kurang Disparitas Tinggi Sarana PONED dan PONEK baru 30 % Persoalan Stabilitas bayi berat lahir rendah Metode kangguru belum dipahami Inkubator dan CPPA terbatas

16 Analisa kematian bayi baru lahir Barkemeyer BM. Critical Concepts NICU. [diakses pada: 24 Januari 2012]. Diunduh dari : URL: Isu strategis 100% bayi lahir perlu didampingi oleh seseorang/tim ahli resusitasi 10% bayi baru lahir butuh intervensi setingkat B n M ventilation untuk dapat bernapas saat lahir 1% bayi lahir butuh intubasi sampai bantuan obat-obatan FAKTA Baru 74,2% ditolong tenaga kesehatan Tersedia jampersal untuk seluruh Kelahiran yang memerlukan biaya Puskesmas PONED dan RS PONEK baru 30% Dokter anak dan kebidanan serta Anestesi sangat kurang Dr Umum masih kurang terlibat hanya < 5 %

17 REKOMENDASI ILCOR, AHA, AAP TENTANG RESUSITASI Pemakaian plastik BBLSR Resusitasi atau tidak berdasarkan 3 karakteristik (cukup bulan, menangis atau bernapas, dan tonus otot baik) Ventilasi tekanan positif Penggunaan T-piece resusitasi

18 Kangaroo Mother Care

19 Terkait Anak Target 5 Kematian IBU melahirkan, AKI Pemahaman dan peningkatan pengetahuan Kader Desa Siaga Rumah aman Pengetahuan ibu hamil Sarana dan petugas kesehatan yang kurang Transportasi yang sulit Terlambat menolong Target 6, AIDS/HIV, TBC,Malaria Perilaku kesehatan reproduksi seks bebas? Mandatori dan voluntery testing HIV/AIDS pada ibu hamil Pengguna NAPSA yang tetap tinggi 4 juta Pemahaman kondomisa si Kasus meningkat 1000 % dalam satu dekade

20 Target MDGs terkait anak Target MDGs no 7 Air bersih Jamban Keluarga Gerakan Kebersihan Nasional Kampanye Cuci Tangan Sekolah Sehat Dokter Kecil Kecil Menanam Dewasa memanen Target MDGs 8 CSR perusahaan swasta PKBL BUMN Kelompok Masyarakat Kelompok Keagamaan Dunia usaha Perguruan tinggi dan Akademisi LSM PKK Revitalisasi Posyandu

21 TRIPEL HELIX MDGs 2015 Forum Bersama Organisasi Profesi Kesehatan

22 TERIMA KASIH

23 LAMPIRAN: DISPARITAS STATUS PENCAPAIAN TARGET MDGs DI DAERAH

24 TUJUAN 1 : MENANGGULANGI KEMISKINAN DAN KELAPARAN. TARGET 1A : MENURUNKAN SEPARUH PROPORSI PENDUDUK DENGAN TINGKAT PENDAPATAN USD 1 (PPP) PER HARI Kemajuan dalam mengurangi kemiskinan ekstrim (US$ 1,0/kapita/hari) dibandingkan dengan target MDG Tingkat kemiskinan ekstrim, yaitu proporsi penduduk yang hidup dengan pendapatan per kapita kurang dari US $ 1 per hari, telah menurun dari 20,6% (1990) menjadi 5,9% (2008) telah tercapai Sumber: Susenas (berbagai tahun) BPS dan Bank Dunia

25 TARGET 1A: Penurunan tingkat kemiskinan yang diukur terhadap garis kemiskinan nasional dari 13,3 % (2010) menjadi 7,5 % (2015) Tren jangka panjang dalam penanggulangan kemiskinan di Indonesia, (diukur dengan menggunakan indikator Garis Kemiskinan Nasional ) Sumber: Susenas(berbagai tahun), BPS 25

26 DKI Jakarta Bali Kalimantan Selatan Kep Bangka Belitung Kalimantan Tengah Banten Kalimantan Timur Kepulauan Riau Jambi Riau Kalimantan Barat Sulawesi Utara Maluku Utara Sumatera Barat Jawa Barat Sumatera Utara Sulawesi Selatan Indonesia Sulawesi Barat Jawa Timur Sumatera Selatan Jawa Tengah DI Yogyakarta Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah Bengkulu Lampung Aceh NTB NTT Gorontalo Maluku Papua Barat Papua 3,48 4,88 5,21 6,51 6,77 7,16 7,66 8,05 8,34 8,65 9,02 9,10 9,42 9,50 11,27 11,31 11,60 13,33 13,58 15,26 15,47 16,56 16,83 17,05 18,07 18,30 18,94 20,98 21,55 23,03 23,19 27,74 34,88 36,80 Persentase Penduduk di Bawah Garis Kemiskinan Nasional Sumber : BPS, Susenas 2010 Kesenjangan tingkat kemiskinan antarprovinsi di Indonesia masih perlu ditangani secara efektif. Dari 33 provinsi, 17 provinsi memiliki tingkat kemiskinan di bawah rata-rata nasional,sementara 16 provinsi lainnya masih memiliki tingkat kemiskinan di atas rata-rata nasional 26

27 TARGET 1B : MENCIPTAKAN KESEMPATAN KERJA PENUH DAN PRODUKTIF DAN PEKERJAAN YANG LAYAK UNTUK SEMUA, TERMASUK PEREMPUAN DAN KAUM MUDA Laju Pertumbuhan PDB Per Tenaga Kerja (persen) Tahun Pertumbuhan PDB per tenaga kerja tahun cukup bervariasi, dengan pertumbuhan rata-rata sekitar 2,53%. Pertumbuhan pada masa sebelum krisis ( ) relatif lebih tinggi yaitu sebesar 5,42% dibandingkan dengan masa setelah krisis (1998/ ), yaitu sebesar 3,36 persen. Sumber: BPS, Sakernas dan Statistik Indonesia, (1990, 1993, 1996, ) 27

28 Rasio Kesempatan Kerja Terhadap Penduduk Usia Kerja Tahun 1990, 1999 & 2010 BENGKULU NUSA TENGGARA TIMUR BALI KALIMANTAN TENGAH D.I. YOGYAKARTA KALIMANTAN BARAT PAPUA JAWA TENGAH SULAWESI TENGGARA LAMPUNG NUSA TENGGARA BARAT KALIMANTAN SELATAN JAWA TIMUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM SUMATERA UTARA SULAWESI TENGAH JAMBI SUMATERA SELATAN INDONESIA KALIMANTAN TIMUR SUMATERA BARAT SULAWESI UTARA JAWA BARAT RIAU MALUKU SULAWESI SELATAN DKI JAKARTA SULAWESI BARAT PAPUA BARAT GORONTALO BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU MALUKU UTARA BANTEN 0,79 0,72 0,71 0,77 0,71 0,73 0,74 0,74 0,74 0,74 0,68 0,71 0,70 0,67 0,67 0,70 0,68 0,71 0,70 0,72 0,76 0,70 0,69 0,64 0,70 0,66 0,68 0,70 0,65 0,65 0,69 0,71 0,65 0,68 0,71 0,67 0,67 0,66 0,66 0,66 0,57 0,57 0,66 0,64 0,64 0,66 0,67 0,69 0,65 0,64 0,64 0,65 0,66 0,66 0,65 0,63 0,63 0,63 0,62 0,62 0,59 0,58 0,57 0,55 0,48 0,58 0,61 0,56 0,56 0,57 0,64 0,56 0,51 0,60 0,61 0,56 0,56 0,59 0,61 0,57 0,59 0,69 0,65 0,65 0,63 0,60 0,59 0, Februari 2010 Sumber : BPS, Sakernas (diolah), 1990, 1999 dan 2010 Tren Keterangan: Segitiga tren berwarna hijau jika perkembangan searah dengan tren nasional. Jika bergerak berlawanan, segitiga berwarna merah. Tidak ada perubahan dilambangkan dengan titik berwarna kuning. Di tingkat provinsi, rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia kerja antara tahun 1990 dan 2010 pada umumnya menurun. Provinsi dengan rasio tetap adalah Bali, sedangkan Kalimantan Barat, Papua, Sulawesi Tengah, Sumatera Selatan, Riau, Maluku, Sulawesi Selatan, dan DKI Jakarta yang mengalami peningkatan tertinggi yaitu sekitar 0,11. 28

29 TARGET 1C : MENURUNKAN SEPARUH PROPORSI PENDUDUK YANG MENDERITA KELAPARAN Perkembangan Prevalensi Kekurangan Gizi pada Balita ( ) Prevalensi balita kekurangan gizi telah berkurang hampir setengahnya, dari 31 % (1989) menjadi 17,9 % (2010) Target 2015 sebesar 15,5 % diperkirakan akan tercapai Sumber: Susenas berbagai tahun (BPS); Riskesdas 2007, menggunakan standar WHO (2005) 29

30 Sulawesi Utara Bali DI Yogyakarta DKI Jakarta Jawa Barat Lampung Kep. Riau Kep. Bangka Belitung Bengkulu Jawa Tengah Riau Papua Sumatera Barat Jawa Timur Kalimantan Timur Indonesia Banten Jambi Sumatera Selatan Sulawesi Barat Sumatera Utara Sulawesi Tenggara Kalimantan Selatan Maluku Utara Aceh Sulawesi Selatan Maluku Sulawesi Tengah Gorontalo Papua Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat 10,6 11,0 11,2 11,3 13,0 13,4 14,0 14,9 15,3 15,7 16,2 16,2 17,1 17,1 17,1 17,9 18,5 19,6 19,9 20,5 21,4 22,8 22,9 23,6 23,7 25,0 26,2 26,5 26,5 26,5 27,6 29,1 29,4 30,5 Prevalensi Anak Balita Kekurangan Gizi, Target MDG ,5 11,9 5 3,6 0 Sumber : Kemkes, Riskesdas 2010 Gizi Buruk Gizi Kurang Kekurangan Gizi Disparitas prevalensi kekurangan gizi pada balita antarprovinsi masih memerlukan penanganan yang lebih efektif. Menurut data Riskesdas tahun 2010, disparitas antarprovinsi dalam prevalensi balita kekurangan gizi pada balita berkisar dari 10,6 persen (Sumatera Utara) sampai dengan 30,5 persen (Nusa Tenggara Barat) 30

31 ,0 46,8 50,1 51,0 54,6 Persentase 57,9 57,0 59,2 60,2 60,6 61,7 63,5 65,2 65,4 66,5 55,6 61,1 71,6 64,4 65,7 72,3 74,5 70,5 74,2 73,1 76,0 77,5 78,3 79,9 81,1 82,2 82,3 88,7 92,5 96,2 88,7 95,2 91,3 92,2 91,6 91,6 92,5 92,2 92,7 92,3 92,9 92,7 92,6 93,0 93,3 93,5 94,9 95,1 98,1 102,0 105,3 107,2 107,1 107,3 108,1 107,4 108,1 107,6 107,3 106,0 106,0 107,1 106,9 110,0 115,7 116,6 116,8 TUJUAN 2 : MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR UNTUK SEMUA. Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) Jenjang SD dan SMP (termasuk Madrasah), APM SD/MI APM SMP/MTs APK SD/MI APK SMP/MTs Sumber: BPS Susenas 2009 dan Kemdiknas Capaian tahun 2009/2010 : APK SD/MI/Paket A: 116,77 persen APM SD/MI/Paket A: 95,23 persen APK SMP/MTs/Paket B: 98,1 1 persen APM SMP/MTs/Paket B: 74,52 persen 31

32 Persentase Aceh Kalimantan Tengah Jawa Tengah Riau Jawa Timur INDONESIA Jambi Bali Bengkulu Lampung Sumatera Barat Nusa Tenggara Barat Sulawesi Tenggara Jawa Barat Kalimantan Selatan Sumatera Utara Maluku DI Yogyakarta DKI Jakarta Banten Kalimantan Barat Kepulauan Riau Kalimantan Timur Sumatera Selatan Maluku Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Bangka Belitung Nusa Tenggara Timur Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Papua Barat Gorontalo Papua Angka Partisipasi Murni (APM) Jenjang SD/MI Menurut Provinsi Tahun , Sumber: BPS Susenas 2009 dan Kemdiknas Disparitas partisipasi pendidikan antarprovinsi pada jenjang SD/MI sudah sangat kecil. Hampir semua provinsi telah mencapai > 90 persen, kecuali provinsi Papua yang baru mencapai 76,09 persen. APM 100 persen pada tingkat sekolah dasar tidak mungkin tercapai karena fenomena early entry yang makin besar. Angka Partisipasi Sekolah (APS) diusulkan sebagai ukuran untuk mengukur pencapaian sasaran pendidikan universal.

33 Persentase Perkembangan Angka Melek Huruf Penduduk Usia Tahun, ,22 96,70 97,61 97,72 98,15 97,77 98,35 98,42 99,47 98,55 98,74 98,84 99,46 98,27 98,66 98,71 98,76 98, Sumber: BPS Susenas Peningkatan partisipasi pada jenjang pendidikan dasar telah mendorong peningkatan kemampuan penduduk dalam membaca dan menulis. Meningkatnya proporsi siswa kelas I SD/MI yang berhasil menyelesaikan sekolahnya hingga kelas V atau menamatkan SD juga berkontribusi pada peningkatan persentase melek huruf tersebut 33

34 DI Yogyakarta DKI Jakarta Jambi Riau Banten Lampung Sumatera Selatan Kepulauan Riau Aceh Sulawesi Tengah Jawa Barat Bengkulu Kalimantan Tengah Sumatera Utara Kalimantan Timur Sulawesi Utara Kalimantan Selatan Maluku Jawa Tengah Sumatera Barat Maluku Utara Bangka Belitung INDONESIA Jawa Timur Sulawesi Tenggara Kalimantan Barat Bali Gorontalo Nusa Tenggara Barat Sulawesi Selatan Nusa Tenggara Timur Sulawesi Barat Papua Barat Papua Persentase Angka Melek Huruf Penduduk Usia Tahun, , Sumber: BPS Susenas Disparitas antarprovinsi untuk kemampuan melek huruf penduduk berusia tahun hampir tidak ditemukan. Hampir semua provinsi telah mendekati sasaran 100 persen, kecuali provinsi Papua yang baru mencapai 79,69 persen (2009) Dengan capaian 99,47 persen di 2009, masih terdapat sekitar 0,5 persen penduduk berusia tahun yang buta aksara. Umumnya penduduk perempuan, miskin, dan tinggal di perdesaan 34

35 TUJUAN 3 : MENDORONG KESETARAAN GENDER DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN Target untuk kesetaraan gender diperkirakan akan tercapai. Rasio APM perempuan terhadap laki-laki di SD/MI/Paket A dan SMP/MTs/Paket B berturutturut sebesar 99,73 dan 101,99 pada Angka melek huruf kelompok perempuan usia tahun telah mencapai 99,40%, sementara itu pada laki-laki mencapai 99,55% Perkembangan Indeks Paritas Gender (IPG) APM SD/MI/Paket A, SMP/MTs/Paket B, SM/MA/Paket C dan PT IPG SD, MI dan Paket A IPG SMP, MTs, dan Paket B IPG SM, MA, dan Paket C IPG PT Sumber : BPS, Susenas berbagai tahun 35

36 Indeks Paritas Gender (IPG) APM Jenjang SD/MI/Paket A, SMP/MTs/Paket B, dan SMA/SMK/MA/Paket C Menurut Provinsi, 2009 Sumber: BPS, Susenas, 2009 SMA/SMK/MA/Paket C 36

37 TUJUAN 4 : MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK Angka kematian anak balita menurun dari 97 (1991) menjadi 44 per kelahiran (2007) dan diperkirakan target 32 per kelahiran pada tahun 2015 dapat tercapai. Kecenderungan dan proyeksi Angka Kematian Anak Balita, Bayi dan Neonatal ( ) Sumber: SDKI berbagai tahun 37

38 Angka Kematian Neonatal, Bayi, dan Balita, 2007 Angka kematian bayi tertinggi ditemui di Sulawesi Barat (74), Nusa Tenggara Barat(72), Sulawesi Tengah (60), dan Maluku (59). Sedangkan provinsi dengan AKB terendah adalah DI Yog yakarta (19), Aceh (25), Jawa Tengah dan Kalimantan Timur (26 masing-masing) dan DKI Jakarta (28) 38 Sumber : BPS, SDKI 2007

39 K ematian ibu per k.h. TUJUAN 5 : MENINGKATKAN KESEHATAN IBU TARGET 5A: MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU HINGGA TIGA-PEREMPAT DALAM KURUN WAKTU Angka Kematian Ibu (per kelahiran hidup) Tren AK I S D K I MD G target R P J M 2009 R P J M AKI menurun dari 390 (1991) menjadi 228 per kelahiran hidup (2007). Perlu upaya keras untuk mencapai target tahun 2015: 102 per kelahiran hidup Sumber : BPS, SDKI

40 Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Per Provinsi Tahun 2009 Proporsi persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih meningkat dari 40,70% (1992) menjadi 77,34% (2009. Namun, disparitas antarprovinsi masih cukup lebar Sumber : BPS, Susenas,

41 TARGET 5B: MEWUJUDKAN AKSES KESEHATAN REPRODUKSI BAGI SEMUA PADA TAHUN 2015 Peningkatan angka pemakaian alat kontrasepsi (CPR) tidak signifikan dalam 5 tahun terakhir. Berdasarkan SDKI 2007, secara nasional CPR untuk cara modern baru mencapai 57,4% dan semua cara mencapai 61,4%. Prevalensi Pemakaian Alat Kontrasepsi (CPR) Menurut Cara Per Provinsi, 2007 Sumber : SDKI,

42 TUJUAN 6 : MENGENDALIKAN HIV DAN AIDS, MALARIA DAN PENYAKIT MENULAR LAINNYA (TB) TARGET 6A: MENGENDALIKAN PENYEBARAN DAN MULAI MENURUNKAN JUMLAH KASUS BARU HIV/AIDS HINGGA TAHUN 2015 TARGET 6B: MEWUJUDKAN AKSES TERHADAP PENGOBATAN HIV/AIDS BAGI SEMUA YANG MEMBUTUHKAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2010 Kasus AIDS per penduduk ( ) Jumlah penderita HIV / AIDS meningkat, khususnya di antara kelompok risiko tinggi pengguna narkoba suntik dan pekerja seks. Tingkat kenaikan sangat tinggi di beberapa daerah di mana pengetahuan dan kesadaran tentang penyakit ini rendah. Sumber: Kemkes, Ditjen P2PL

43 Gorontalo Kalimantan Timur Sulawesi Tengah Maluku Utara Sulawesi Tenggara Kalimantan Selatan Aceh Kalimantan Tengah Papua Barat Bangka Belitung Bengkulu NTB Lampung Sulawesi Utara Maluku Sumatera Selatan NTT Jambi Kepulauan Riau Banten Sumatera Barat Riau D.I. Yogyakarta Sumatera Utara Sulawesi Selatan Jawa Tengah Kalimantan Barat Bali Papua Jawa Barat Jawa Timur DKI Jakarta Kumulatif Kasus AIDS Hingga Sumber : Kemkes, 2010 Jumlah kumulatif kasus AIDS pada tahun s/d 2010 bervariasi antar provinsi. Kasus AIDS tertinggi terjadi di Provinsi DKI Jakarta (3.995 kasus), dan terendah di Provinsi Gorontalo (3 kasus). 43

44 ,85 2,53 2,47 2,4 2,85 2,83 2,89 3,54 3,45 3,33 3,23 3,18 3,36 3,66 3,63 3,62 3,74 3,81 3,7 4,1 4,68 TARGET 6C: MENGENDALIKAN PENYEBARAN DAN MULAI MENURUNKAN JUMLAH KASUS BARU MALARIA DAN PENYAKIT UTAMA LAINNYA MALARIA Angka kejadian Malaria (API) di Indonesia, Angka kesakitan malaria cenderung menurun dari 4,68 (1990) menjadi 1,85 per penduduk pada tahun 2009 dan naik menjadi 2,4 per penduduk tahun 2010 Prevalensi malaria secara nasional berdasarkan diagnosis klinis adalah 2,89% (Riskesdas, 2007). 1 Sumber: Kementerian Kesehatan (2010) Disparitas angka prevalensi antarwilayah berkisar antara 0,2% dan 2,61%. 44

45 Annual Parasites Incidence (API) Malaria Menurut Provinsi s/d tahun 2010 Sumber: Kementerian Kesehatan (2010) Masih terjadinya disparitas penyakit malaria antar provinsi. Angka API malaria pada tahun 2010 bervariasi antarwilayah berkisar antara 0,3 (Bali) persen dan 31,4 persen (Papua). Terdapat 20 provinsi dengan API diatas angka rata-rata nasional (>2,4 persen) 45

46 TUBERKULOSIS Terjadi peningkatan penemuan kasus tuberkulosis dari 20,0 % (2000) menjadi 73,1 % (2009) dari target 70,0 % (2015) Penurunan prevalensi tuberkulosis dari 443 kasus pada 1990 menjadi 244 kasus per penduduk pada tahun 2009 Angka Penemuan Kasus (CDR) dan Angka Keberhasilan Pengobatan (SR) Nasional untuk TB (%), Sumber : Kemenkes, Dit. PPM Ditjen P2PL,

47 Papua Barat Maluku Utara Kepulauan Riau Sulawesi Barat Bangka Belitung D.I. Yogyakarta Kalimantan Tengah Gorontalo Bali Bengkulu Sulawesi Tengah Maluku Kalimantan Timur Sulawesi Tenggara Papua Jambi Riau Kalimantan Selatan Aceh NTB NTT Sumatera Barat Sulawesi Utara Kalimantan Barat Lampung Sumatera Selatan Sulawesi Selatan DKI Jakarta Banten Sumatera Utara Jawa Tengah Jawa Timur Jawa Barat Jumlah Kasus Baru BTA Positif Menurut Provinsi, Sumber : Kemenkes, Profil Kesehatan,

48 TUJUAN 7 : MEMASTIKAN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP TARGET 7A: MEMADUKAN PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN YANG BERKESINAMBUNGAN DENGAN KEBIJAKAN DAN PROGRAM NASIONAL SERTA MENGEMBALIKAN SUMBERDAYA LINGKUNGAN YANG HILANG Persentase tutupan hutan dari luas daratan di Indonesia dari tahun 1990 sampai 2008 Rehabilitasi dua juta hektar hutan pada tahun 2003 dan 2007 melalui Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan, telahmeningkatkan tutupan lahan yang cukup signifikan. Namun, untuk mengejar angka baseline 1990 dibutuhkan upaya reboisasi, penghijauan, dan pencegahan pembalakan yang lebih intensif. Sumber : Kemenhut,

49 TARGET 7B: MENGURANGI LAJU KEHILANGAN KERAGAMAN HAYATI, DAN MENCAPAI PENGURANGAN YANG SIGNIFIKAN PADA 2010 Sumber daya alam dengan kekayaan keanekaragaman hayatinya selama ini lebih diarahkan untuk menunjang mata pencaharian dan pertumbuhan ekonomi. Jasa ekosistem dan manfaat keanekaragaman hayati terutama dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim masih belum mendapatkan perhatian yang signifikan. Jumlah Jenis Ikan Tawar dan Jenis Ikan Laut Yang Dilindungi dan Terancam Punah Per Tahun Perlindungan spesies akuatik menunjukkan tren peningkatan setiap tahunnya. Sumber : Kemen Kelautan dan Perikanan 49

50 TARGET 7C: MENURUNKAN HINGGA SEPARUHNYA PROPORSI PENDUDUK TANPA AKSES TERHADAP AIR MINUM LAYAK DAN SANITASI LAYAK PADA 2015 Akses Terhadap Air Minum Layak Akses Terhadap Sanitasi Layak Sumber: BPS, Susenas

51 Proporsi Rumah Tangga yang Memiliki Akses Terhadap Sumber Air Minum Layak di Perkotaan dan Perdesaan Menurut Provinsi Tahun 2009 Sumber: BPS, Susenas, 2009 Masih terdapat kesenjangan yang cukup lebar dalam hal akses terhadap air minum yang layak. Provinsi dengan proporsi rumah tangga dengan akses tertinggi ke sumber air minum layak antara lain: DI Yogyakarta, Bali, dan Sulawesi Tenggara. Sementara itu, Banten, Aceh, dan Bengkulu merupakan tiga provinsi dengan proporsi rumah tangga dengan akses terendah terhadap sumber air minum layak. 51

52 Proporsi Rumah Tangga yang Memiliki Akses Terhadap Sanitasi yang Layak di Perdesaan, Perkotaan dan Total Perdesaan dan Perkotaan, Menurut Provinsi, Tahun 2009 Sumber: BPS, Susenas, Terdapat kesenjangan yang cukup lebar dalam hal akses berkelanjutan terhadap sanitasi yang layak antarprovinsi dan antara perkotaan dan perdesaan. Akses sanitasi layak tertinggi sebesar 80,37 persen di DKI Jakarta sedangkan terendah sebesar 14,98 persen di NTT. Dalam hal kesenjangan akses sanitasi yang layak antara perdesaan dan perkotaan berdasarkan provinsi, ada 21 provinsi dengan kesenjangan yang lebih besar daripada rata-rata nasional, dengan kesenjangan terbesar berada di provinsi Kepulauan Riau, Maluku Utara, dan Kalimantan Barat. 52

53 TARGET 7D: MENCAPAI PENINGKATAN YANG SIGNIFIKAN DALAM KEHIDUPAN PENDUDUK MISKIN DI PERMUKIMAN KUMUH (MINIMAL 100 JUTA) PADA TAHUN 2020 Proporsi Rumah Tangga Kumuh Perkotaan, 1993 dan 2009 Estimasi kondisi permukiman kumuh di Indonesia didekati dengan menghitung proporsi rumah tangga kumuh perkotaan. Proporsi rumah tangga kumuh perkotaan telah menurun 8,63% sejak 1993 perlu perhatian khusus untuk mencapai target 6% pada 2020 Sumber: BPS, Susenas 53

54 TUJUAN 8 : MEMBANGUN KEMITRAAN GLOBAL UNTUK PEMBANGUNAN Penurunan rasio utang luar negeri terhadap GDP dari 24,59 % (1996) menjadi 10,89 % (2009). Rasio utang juga telah dikurangi dari 51 % (1996) menjadi 22 % (2009) Tren PLN terhadap PDB dan DSR periode Sumber: Laporan Perekonomian Indonesia, BI 2008, Statistik Utang Luar Negeri Indonesia, BI dan Kementerian Keuangan 2010, Kementerian Keuangan,

55 TERIMA KASIH

PENCAPAIAN TARGET MDGs DALAM RPJMN

PENCAPAIAN TARGET MDGs DALAM RPJMN PENCAPAIAN TARGET MDGs DALAM RPJMN 2010-2014 NINA SARDJUNANI Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bidang SDM dan Kebudayaan Disampaikan dalam Rakornas

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Banten

Lebih terperinci

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan Dr. Hefrizal Handra Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang 2014 Deklarasi MDGs merupakan tantangan bagi negara miskin dan negara berkembang untuk mempraktekkan good governance dan komitmen penghapusan

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI GORONTALO TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Gorontalo

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes.

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes. KATA PENGANTAR Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia sepakat untuk mengadopsi Deklarasi

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator Page 1 Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Uraian Jumlah Jumlah Akan Perlu Perhatian Khusus Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan 12 9 1 2 Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Latar Belakang. Tujuan setiap warga negara terhadap kehidupannya adalah

Latar Belakang. Tujuan setiap warga negara terhadap kehidupannya adalah STRATEGI DAN INOVASI PENCAPAIAN MDGs 2015 DI INDONESIA Oleh Dr. Afrina Sari. M.Si Dosen Universitas Islam 45 Bekasi Email: afrina.sari@yahoo.co.id ABSTRACT Indonesia telah berhasil mengurangi kemiskinan

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS INDONESIA 2010

LAPORAN SINGKAT PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS INDONESIA 2010 LAPORAN SINGKAT PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS INDONESIA 21 DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Tujuan dan Target Millennium Development Goals (MDGs)

Lebih terperinci

PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014

PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014 PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014 1 Jumlah kabupaten/kota 8 Tenaga Kesehatan di fasyankes Kabupaten 9 Dokter spesialis 134 Kota 2 Dokter umum 318 Jumlah 11 Dokter gigi 97 Perawat 2.645 2 Jumlah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

ii DATA DAN INDIKATOR GENDER di INDONESIA

ii DATA DAN INDIKATOR GENDER di INDONESIA ii Kata Pengantar i DAFTAR ISI Kata Pengantar...i Daftar Isi... iii Daftar Tabel...v Daftar Gambar...xi Bab I KEPENDUDUKAN... 1 Bab II INDIKATOR GENDER... 9 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP 27 November 2014 KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. RAD MDGs Jawa Tengah

DAFTAR ISI. RAD MDGs Jawa Tengah DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... ii Daftar Tabel dan Gambar... xii Daftar Singkatan... xvi Bab I Pendahuluan... 1 1.1. Kondisi Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Jawa Tengah... 3 Tujuan 1. Menanggulangi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003

MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003 MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003 MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (TUJUAN PEMBANGUNAN MILENIUM) 1. Menanggulangi Kemiskinan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU dr. Budihardja, DTM&H, MPH Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA Disampaikan pada Pertemuan Teknis Program Kesehatan Ibu Bandung,

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER Kerjasama Penelitian : BADAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, November 2008 Kepala Pusat Data dan Informasi. DR. Bambang Hartono, SKM, MSc. NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, November 2008 Kepala Pusat Data dan Informasi. DR. Bambang Hartono, SKM, MSc. NIP KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2007 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Millennium Development Goals (MDGs) Komitmen Negara terhadap rakyat Indonesia dan global Komitmen Indonesia kepada masyarakat Suatu kesepakatan dan kemitraan global

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB IV. PENCAPAIAN MDG s DI INDONESIA Hasil Pencapaian Tujuan Pertama: Penanggulangan Kemiskinan dan

BAB IV. PENCAPAIAN MDG s DI INDONESIA Hasil Pencapaian Tujuan Pertama: Penanggulangan Kemiskinan dan BAB IV PENCAPAIAN MDG s DI INDONESIA 4.1. Hasil Pencapaian Tujuan Pertama: Penanggulangan Kemiskinan dan Kelaparan Sejak pengambilan komitmen terkandung dalam Deklarasi Milenium tahun 2000 terkait dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

LAUNCHING RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI (RAN-PG) TAHUN

LAUNCHING RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI (RAN-PG) TAHUN SAMBUTAN Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Prof. Dr. Armida S. Alisjahbana, MA LAUNCHING RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI (RAN-PG) TAHUN 2011-2015 Jakarta, 28 Februari 2011

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Target 2A : Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar

Target 2A : Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar Target 2A : Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar 2.1 2.2 2.3 Target MDGs Status Sumber 2015 Angka Partisipasi 90,0202 95,74 100%

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

POLICY UPDATE WIKO SAPUTRA

POLICY UPDATE WIKO SAPUTRA POLICY UPDATE Arah dan Strategi Kebijakan Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) di Indonesia WIKO SAPUTRA Peneliti Kebijakan Ekonomi dan Publik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

MEWASPADAI DATA STATISTIK PADA PENCAPAIAN SASARAN MDGS. Fatia Fatimah Tati Rajati Andriyansah. UPBJJ-UT Padang

MEWASPADAI DATA STATISTIK PADA PENCAPAIAN SASARAN MDGS. Fatia Fatimah Tati Rajati Andriyansah. UPBJJ-UT Padang MEWASPADAI DATA STATISTIK PADA PENCAPAIAN SASARAN MDGS Fatia Fatimah (fatia@ut.ac.id) Tati Rajati Andriyansah UPBJJ-UT Padang Abstrak Pencapaian sasaran Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015 khususnya

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG DAN KONDISI UMUM

LATAR BELAKANG DAN KONDISI UMUM 1. Latar Belakang dan Kondisi Umum 2. Dasar Hukum 3. Proses Penyusunan RAD 4. Capaian RAD MDGS Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011 2015 5. Permasalahan Pelaksanaan Aksi MDGS 6. Penghargaan yang Diperoleh

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

Paparan Kepala Bappeda Provinsi Kalimantan Tengah

Paparan Kepala Bappeda Provinsi Kalimantan Tengah Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jl. Diponegoro No. 60 Telepon (0536) 3221715, 3221645, Fax (0536) 3222217 PALANGKA RAYA 73111 Paparan Kepala Bappeda Provinsi

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan TUJUAN 3 Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan 43 Tujuan 3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar

Lebih terperinci

CAPAIAN MDGs. provinsi KALIMANTAN TENGAH

CAPAIAN MDGs. provinsi KALIMANTAN TENGAH CAPAIAN MDGs provinsi KALIMANTAN TENGAH BAPPEDA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Palangka Raya, 16 Desember 2015 CAPAIAN INDIKATOR MDGS 2 JUMLAH INDIKATOR 23% 20% 1 Menanggulangi kemiskinan dan Kelaparan 2 Mencapai

Lebih terperinci

Dra. Nina Sardjunani, MA Deputi Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan, Kementerian PPN/Bappenas

Dra. Nina Sardjunani, MA Deputi Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan, Kementerian PPN/Bappenas Dra. Nina Sardjunani, MA Deputi Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan, Kementerian PPN/Bappenas Disampaikan dalam Dialog Perencanaan Pembangunan Berkelanjutan 2015-2019 Ruang SG 1-5, Bappenas, 30 Januari

Lebih terperinci

TUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

TUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua TUJUAN 2 Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua 35 Tujuan 2: Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Target 3: Memastikan pada 2015 semua anak-anak di mana pun, laki-laki maupun perempuan, dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA 2. PRIORITAS NASIONAL KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA 2. PRIORITAS NASIONAL KESEHATAN 1 REPUBLIK 2. PRIORITAS NASIONAL KESEHATAN Kesehatan Ibu dan Anak: Angka Kematian Ibu (AKI), Stunting Balita, & Anemia Ibu Hamil Masih Tinggi Imunisasi Belum Merata Angka Kematian Ibu (AKI) Masih Tinggi

Lebih terperinci

DISPARITAS KEMISKINAN MASIH TINGGI - SEPTEMBER 2012

DISPARITAS KEMISKINAN MASIH TINGGI - SEPTEMBER 2012 DISPARITAS KEMISKINAN MASIH TINGGI - SEPTEMBER 2012 DKI JAKARTA BALI KALIMANTAN SELATAN BANGKA BELITUNG BANTEN KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN TIMUR KEPULAUAN RIAU SULAWESI UTARA KALIMANTAN BARAT SUMATERA

Lebih terperinci

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan. S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KINERJA PENDIDIKAN BERDASARKAN INDEKS PENGEMBANGAN PENDIDIKAN UNTUK SEMUA DAN TUJUAN PEMBANGUNAN MILENIUM TAHUN 2011/2012

KINERJA PENDIDIKAN BERDASARKAN INDEKS PENGEMBANGAN PENDIDIKAN UNTUK SEMUA DAN TUJUAN PEMBANGUNAN MILENIUM TAHUN 2011/2012 Ida Kintamani, Kinerja Pendidikan Berdasarkan Indeks Pengembangan Pendidikan untuk Semua dan Tujuan Pembangunan Milenium Tahun 2011/2012 KINERJA PENDIDIKAN BERDASARKAN INDEKS PENGEMBANGAN PENDIDIKAN UNTUK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kemiskinan merupakan isu sentral yang dihadapi oleh semua negara di dunia termasuk negara sedang berkembang, seperti Indonesia. Kemiskinan menjadi masalah kompleks yang

Lebih terperinci

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat di Mandar 2007-2009 Indikator 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 5 6 7 8 9 20 Tujuan Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan Menurunkan Proporsi

Lebih terperinci

LAMPUNG LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG

LAMPUNG LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG RAD MDGs PROVINSI LAMPUNG LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR : 45 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 Desember 2011 BAB I PENDAHULUAN Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals/MDGs) merupakan

Lebih terperinci

CAPAIAN MDGs BIDANG KESEHATAN

CAPAIAN MDGs BIDANG KESEHATAN CAPAIAN MDGs BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH SIMPOSIUM NASIONAL JHCC, Jakarta, 20 Desember 2010 CAPAIAN MDGs BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN dr. Endang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 0 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-

KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 0 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program- PETA KESEHATAN INDONESIA TAHUN 0 PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 0 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN BADAN PUSAT STATISTIK No.06/02/81/Th.2017, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO MALUKU PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,344 Pada September 2016,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2010 Kepala Pusat Data dan Surveilans Eidemiologi. dr. Jane Soepardi NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2010 Kepala Pusat Data dan Surveilans Eidemiologi. dr. Jane Soepardi NIP KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2008 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

STRATEGI AKSELARASI PROPINSI SULBAR DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI

STRATEGI AKSELARASI PROPINSI SULBAR DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI STRATEGI AKSELARASI PROPINSI SULBAR DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI Wiko Saputra Peneliti Kebijakan Publik Perkumpulan Prakarsa PENDAHULUAN 1. Peningkatan Angka Kematian Ibu (AKI) 359 per

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak negara di dunia, karena dalam negara maju pun terdapat penduduk miskin. Kemiskinan identik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tantangan Indonesia saat ini adalah menghadapi bonus demografi tahun 2025 yang diikuti dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Badan Perencanaan

Lebih terperinci

GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN

GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN 2005-2014 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 83.3 85.0 82.0 85.1 60.0 64.5 68.7 71.2 57.5 48.1 2005 2006 2007

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG DATA SASARAN PROGRAM KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS

Lebih terperinci

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Disampaikan oleh: DeputiMenteri PPN/Kepala Bappenas Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan pada Peluncuran Peta Kemiskinan dan Penghidupan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS-DATA MEMPERTAJAM INTERVENSI KEBIJAKAN

PERENCANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS-DATA MEMPERTAJAM INTERVENSI KEBIJAKAN PERENCANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS-DATA MEMPERTAJAM INTERVENSI KEBIJAKAN RAPAT KERJA TEKNIS TKPK TAHUN 2015 KERANGKA ANALISIS SITUASI KEMISKINAN KOMPONEN ANALISIS Perubahan akibat intervensi

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia, sepakat untuk mengadopsi deklarasi Millenium Development Goals (MDG) atau Tujuan Pertumbuhan

Lebih terperinci

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi LAMPIRAN 1 PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2013 Status Gizi No Provinsi Gizi Buruk (%) Gizi Kurang (%) 1 Aceh 7,9 18,4

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan

Lebih terperinci

Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan. Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013

Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan. Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 SISTEMATIKA 1. Arah Kebijakan Prioritas Nasional 2. Isu-isu Penting dalam Prioritas Nasional (PN)

Lebih terperinci