EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT"

Transkripsi

1 EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Studi Kasus Proyek Kesehatan, Pendidikan dan Ekonomi Pada Program Pengembangan Wilayah atau Area Development Program (ADP) di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur) Yenni Kurnia A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 RINGKASAN Yenni Kurnia. Evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus Proyek Kesehatan, Pendidikan, dan Ekonomi pada Program Pengembangan Wilayah atau Area Development Program (ADP) di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur) (di bawah bimbingan Pudji Muljono). Wahana Visi Indonesia merupakan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang bergerak dibidang sosial kemanusiaan. LSM ini memiliki program ADP (Area Development Program) yang telah berlangsung sejak tahun 1999 di wilayah Jakarta Timur, khususnya di wilayah Kelurahan Tengah. Program ADP dilaksanakan dengan metode pelatihan, pemberian bantuan dan pembangunan infrastruktur. ADP memfokuskan programnya pada tiga bidang yaitu bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Tujuan program ADP secara umum adalah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat agar masyarakat bisa hidup mandiri. Sedangkan tujuan program ADP secara khusus menitikberatkan pada peningkatan kualitas kesehatan masyarakat, peningkatan prestasi belajar anak, dan peningkatan status ekonomi keluarga. Penelitian ini dilakukan di wilayah kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat jati, Kotamadya Jakarta Timur. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan didukung pendekatan kuantitatif. Metode kualitatif yang digunakan adalah studi kasus yakni untuk memperoleh informasi secara mendalam. Pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan tiga metode kualitatif (triangulasi) yakni dengan melakukan pengamatan, wawancara, dan analisis dokumen. Proses pengambilan data dilakukan dengan teknik bola salju yaitu proses pengumpulan data secara bertahap dan berlapis, setiap tambahan data menambah kelengkapan dan kedalaman data yang dikumpulkan, Dan pendekatan kuantitatif dilakukan menggunakan metode survai yaitu pengambilan sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengambil data.

3 Hasil evaluasi yang dilakukan oleh peneliti menghasilkan beberapa kesimpulan yaitu tingkat partisipasi warga dalam mengikuti kegiatan program ADP, faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi warga tersebut, output program ADP, efek program ADP dan dampak Program ADP. Tingkat partisipasi warga bervariasi pada setiap tahapan kegiatan, namun secara umum dapat dikatakan memiliki nilai yang tinggi. Hal ini bisa dilihat pada tingginya tingkat partisipasi warga pada tahap pelaksanaan program yakni sebanyak 70 persen, pada tahap menikmati hasil sebesar 70 persen, dan pada tahap evaluasi sebesar 60 persen, sedangkan pada tahap perencanaan program sebesar 40 persen. Kemudian faktor-faktor yang mendukung tingkat partisipasi warga adalah faktor pendamping, fasilitas yang memadai, monitoring dari pengurus dan pendamping, dan keterlibatan semua pihak. Sedangkan faktor penghambat tingkat partisipasi warga adalah faktor internal dan eksternal dari individu. Output program ADP yang dihasilkan setelah penggunaan input antara lain meningkatnya hubungan kerjasama antara Wahana Visi Indonesia dengan institusi kesehatan, meningkatnya kemampuan institusi kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan gratis, meningkatnya akses warga ke tempat pembuangan sampah, meningkatnya komitmen masyarakat untuk melakukan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat), meningkatnya kapasitas dan kemampuan warga dalam mengelola sampah, meningkatnya jumlah anak yang memiliki buku paket, meningkatnya partisipasi anak dalam forum kegiatan anak-anak, meningkatnya jumlah anak yang dapat mengakses kegiatan ekstrakulikuler, meningkatnya kemampuan masyarakat dalam berorganisasi melalui KUB, dan meningkatnya kualitas produk KUB.

4 Efek yang diterima oleh warga Kelurahan Tengah adalah meningkatnya akses warga ke pelayanan kesehatan melalui program mobile clinic, meningkatnya sanitasi lingkungan yang baik dengan dibangunnya saluran air dan beroperasinya 18 unit gerobak sampah, meningkatnya kemudahan warga untuk mengakses pelayanan pendidikan yang terjangkau dan berkualitas, dan meningkatnya pendapatan kelompok usaha selama setahun terakhir. Dampak pada bidang kesehatan adalah terjadi penurunan beberapa kasus penyakit seperti saluran pernapasan, diare dan kulit. Data menunjukkan penurunan jumlah kasus penyakit saluran pernapasan menjadi 36,2 persen pada tahun 2006 dari 36,7 persen pada tahun Penyakit diare juga mengalami penurunan kasus menjadi 5,1 persen dari 5,3 persen pada tahun dan penyakit kulit kasusnya turun menjadi 3,3 persen dari 4,3 persen kasus pada tahun Dampak pada bidang pendidikan adalah terjadi peningkatan prestasi belajar anak di sekolah. Data Wahana Visi Indonesia menunjukkan bahwa sebesar 66,5 persen siswa Sekolah Dasar (SD) binaan Wahana Visi Indonesia mendapatkan nilai rata-rata tujuh disekolahnya. Dan siswa SMP juga menunjukkan kenaikan rata-rata nilai tujuh sebesar 19,9 persen pada tahun 2006 dibandingkan tahun 2005 hanya 19,1 persen saja. Hal ini tentu menjadi prestasi yang luar biasa bagi anak-anak, orang tua dan LSM Wahana Visi Indonesia sendiri. Wahana Visi Indonesia mentargetkan di tahun 2009 tejadi penurunan jumlah keluarga miskin menjadi 2074 kepala keluarga dari data tahun 2003 sebesar 8296 kepala keluarga. Dampak proyek bidang ekonomi membutuhkan waktu yang panjang untuk dapat merealisasikannya.

5 EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Studi Kasus Proyek Kesehatan, Pendidikan dan Ekonomi Pada Program Pengembangan Wilayah atau Area Development Program (ADP) di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur) Yenni Kurnia A SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

6 FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini dinyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama NRP : Yenni Kurnia : A Program studi : Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Judul : Evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus Proyek Kesehatan, Pendidikan dan Ekonomi Pada Program Pengembangan Wilayah atau Area Development Program (ADP) di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur) Dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Pudji Muljono, M.Si NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof.Dr.Ir.Didy Soepandie, M.Agr NIP Tanggal kelulusan :

7 LEMBAR PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ADALAH BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI TIDAK MENGANDUNG BAHAN BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, Februari 2010 YENNI KURNIA A

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 17 Juni 1985 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan suami istri Abdul Rochim dan Darmayanti. Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Harapan 1 pada tahun 1991 dan pada tahun yang sama melanjutkan sekolah dasar di SD 25 Pagi dan lulus pada tahun Selanjutnya penulis sekolah di SLTPN 20 Jakarta dan lulus pada tahun Kemudian penulis melanjutkan sekolah di SMU PB.Sudirman Jakarta dan lulus pada tahun Penulis pernah mendapatkan juara umum pada tahun pertama di SMU PB.Sudirman. Tahun 2003 penulis melanjutkan studi ke Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada program studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Penulis pernah aktif dalam kegiatan paduan suara IPB selama satu tahun dan pernah mengikuti beberapa acara paduan suara di Bogor dan Jakarta.

9 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdullilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT di bawah bimbingan Dr.Ir.Pudji Muljono, MSi. Skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian skripsi berlokasi di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Kotamadya Jakarta Timur selama tiga bulan. Penyusunan skripsi ini banyak memberikan pelajaran yang berharga bagi penulis yaitu belajar berbagi pengalaman dan pemikiran dengan masyarakat secara langsung. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan dan sekaligus dapat dimanfaatkan dengan baik oleh semua pihak yang ingin mendalami evaluasi program. Bogor, Februari 2010 Penulis

10 UCAPAN TERIMA KASIH Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik karena bantuan yang tidak mengenal kata lelah dan menyerah dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sebagai berikut: 1. Bapak Dr. Ir. Pudji Muljono, MSi sebagai dosen pembimbing yang banyak memberikan masukan dan arahan sehingga skripsi ini bisa diselesaikan. 2. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan dan kasih sayang kepada penulis. 3. LSM Wahana Visi Indonesia khususnya ibu Asih selaku manager ADP Cawang. 4. Semua teman-teman yang telah mengisi hari-hari penulis di kampus menjadi sangat berwarna untuk dikenang. 5. Dan untuk yang terakhir penulis ingin mengucapkan terima kasih sekaligus kata maaf yang terdalam to my lovely husband yang sangat banyak membantu dan juga direpotkan oleh penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL.. iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitan Manfaat Penelitian... 3 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat Konsep Pemberdayaan Partisipasi Masyarakat Strategi Pemberdayaan Pendampingan Sosial Pengembangan Wilayah Kerangka Pemikiran Definisi Operasional Hipotesis Pengarah...29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Objek Pengamatan Pengumpulan Data..31 i

12 3.5 Analisis Data..32 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Wahana Visi Indonesia Sejarah Pendanaan Kinerja ADP Peserta Bidang Kesehatan Bidang Pendidikan Bidang Ekonomi Pembangunan Inrastruktur Evaluasi Lokasi ADP...40 BAB V TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT PROGRAM PENGEMBANGAN WILAYAH atau ADP 5.1 Partisipasi Masyarakat Partisipasi Masyarakat pada Tahap Perencanan Program Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pelaksanaan Program Partisipasi Masyarakat pada Tahap Menikmati Hasil Partisipasi Masyarakat pada Tahap Evaluasi Faktor-Faktor yang mempengaruhi Partisipasi Masyarakt Faktor Pendukung Faktor Penghambat...54 BAB VI EVALUASI INPUT dan OUTPUT PROGRAM 6.1 Input Program Aktivitas Program Peserta Program Anggaran Pendamping Output Program Output pada Bidang Kesehatan...60 ii

13 6.2.2 Output pada Bidang Pendidikan Output pada Bidang Ekonomi...64 BAB V11 EVALUASI EFEK dan DAMPAK PROGRAM 7.1 Efek Program pada Bidang Kesehatan Efek Program pada Bidang Pendidikan Efek Program pada Bidang Ekonomi Dampak Program pada Bidang Kesehatan Dampak Program pada Bidang Pendidikan Dampak Program Pada Bidang Ekonomi BAB VIII KESIMPULAN dan SARAN 8.1 Kesimpulan Saran...73 DAFTAR PUSTAKA..74 LAMPIRAN. 75 iii

14 DAFTAR TABEL Nomor Teks halaman Tabel 1 Target dan Realisasi Peserta di Bidang Kesehatan...36 Tabel 2. Target dan Realisasi Peserta di Bidang Pendidikan...37 Tabel 3. Target dan Realisasi Peserta di Bidang Ekonomi...38 Tabel 4. Target dan Realisasi Pembangunan Infrastruktur...39 Tabel 5 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Tabel 6 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan Tabel 7 Pertambahan Penduduk Selama Bulan Maret 2007 Berdasarkan Lampid...41 Tabel 8. Sarana Ekonomi Usaha Menengah...43 Tabel 9. Data Usaha Kecil...45 Tabel 10. Sarana Kesehatan...46 Tabel 11. Tingkat Partisipasi Warga Kelurahan Tengah pada Tahap Perencanaan Program ADP...49 Tabel 12. Tingkat Partisipasi Warga Kelurahan Tengah pada Tahap Pelaksanaan Program ADP...51 Tabel 13. Tingkat Partisipasi Warga Kelurahan Tengah pada Tahap Menikmati Hasil Program ADP...52 Tabel 14. Tingkat Partisipasi Warga Kelurahan Tengah pada Tahap Evaluasi Program ADP...52 Tabel 15. Laporan Kegiatan Program ADP Bidang Kesehatan Tahun Tabel 16. Laporan Kegiatan Program Bidang Pendidikan Tahun Tabel 17 Laporan Kegiatan Program ADP Bidang Ekonomi Tahun Tabel 18 Aktifitas Program Pemberian Bantuan...59 Tabel 19 Pencapaian Output pada Bidang Kesehatan...62 Tabel 20 Pencapaian Output pada Bidang Pendidikan...64 Tabel 21 Pencapaian Output pada Bidang Ekonomi Tabel 22 Pencapaian Efek pada Bidang Kesehatan...67 iv

15 DAFTAR GAMBAR Nomor Teks Halaman Gambar 1 Kerangka Pemikiran v

16 DAFTAR LAMPIRAN Teks Halaman Kuesioner...77 vi

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan yang terjadi pada masyarakat membuat mereka kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Kemiskinan juga membuat masyarakat sulit berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka dalam keadaan tidak mempunyai keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup. Ife (1995) dalam Suharto (2005) menjelaskan bahwa pemberdayaan yang berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan) bertujuan untuk memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah dan tidak beruntung. Rappaport (1987) dalam Suharto (2005) menjelaskan pemberdayaan adalah suatu cara dimana rakyat, organisasi dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupanya. Pemberdayaan hadir, dicanangkan, dan diprogramkan sesuai dengan kondisi atau kebutuhan masyarakat setempat sehingga diharapkan hasil dari pemberdayaan bisa membuat perubahan sosial dan tepat pada sasaran pada sebuah komunitas miskin atau lemah. Program pemberdayaan telah lama dilakukan oleh pemerintah namun tidak sedikit yang mengalami kegagalan karena belum menyentuh pada kebutuhan masyarakat secara menyeluruh dan berkesinambungan. Penyebab inilah yang akhirnya membuat LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang bergerak dibidang pemberdayaan masyarakat tergerak untuk menyingsingkan lengan untuk menuntaskan dan menghapus masalah kemiskinan dimasa sekarang dan dimasa depan. Wahana Visi Indonesia yang bermitra dengan World Vision mencanangkan program pengembangan wilayah atau Area Development Program (ADP). ADP merupakan program

18 pemberdayaan jangka panjang yang menggunakan pendekatan wilayah. Program ini disusun sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap wilayah dampingan sehingga diharapkan setiap wilayah dapat mengembangkan program ini yang terfokus pada tiga bidang yaitu bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Keberadaan program ADP menarik untuk diamati karena dilakukan di wilayah perkotaan dengan mobilitas warganya yang tinggi. Fenomena ini menjadi lebih menarik untuk dikaji bagaimana tingkat partisipasi masyarakatnya terhadap program pemberdayaan. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan positif untuk program pemberdayaan yang hingga saat ini masih menjadi pekerjaan rumah pihak pemerintahan yang terkait, mengingat banyaknya kegagalan yang terjadi pada pogram pemberdayaan sebelumnya. Evaluasi program merupakan proses pengidentifikasian keberhasilan dan atau kegagalan suatu rencana, pelaksanaan dan hasil kegiatan program. Evaluasi sangat penting dilakukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan telah dicapai sehingga bisa menjadi masukan positif bagi program pemberdayaan selanjutnya. 1.2 Perumusan Masalah 1. Sejauh mana partisipasi masyarakat selama program ADP berlangsung? 2. Apa saja faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat selama program ADP berlangsung? 3. Bagaimanakah pemanfaatan input dan output yang dihasilkan dari pogram ADP? 4. Bagaimanakah efek dan dampak program ADP terhadap warga Kelurahan Tengah?

19 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengkaji sejauh mana partisipasi masyarakat selama program ADP berlangsung; 2. Untuk mengkaji apa saja faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat selama program ADP berlangsung; 3. Untuk mengevaluasi bagaimanakah pemanfaatan input dan output yang dihasilkan dari pogram ADP; dan 4. Untuk mengevaluasi bagaimanakah efek dan dampak program ADP terhadap warga Kelurahan Tengah. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi: 1. Peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai evaluasi program sebagai bahan penelitiannya; 2. Kalangan akademisi yang ingin menambah literatur untuk mengkaji evaluasi program; dan 3. Pihak penyelenggara program agar dapat menjadi acuan untuk meningkatkan kinerja dimasa mendatang.

20 semester selama proses implementasi (biasanya pada akhir phase atau tahap suatu rencana). Kedua ex-post evaluation atau evaluasi akhir yang dilakukan setelah implementasi suatu program atau rencana. Adapun jenis-jenis evaluasi berdasarkan waktu sebagai berikut (Yusuf, 2000): 1. Evaluasi ex-ante Evaluasi ini dilakukan terhadap rencana kegiatan. Misalnya pada seminar proposal rencana penelitian. 2. Evalusi ex-post a. on going evaluation (evaluasi sewaktu berjalan) Evaluasi ini adalah analisa untuk mengetahui apakah kesinambungan relevansi, efisiensi dan efektivitas kegiatan proyek dapat dipertahankan serta untuk mengetahui output, efek dan dampak yang timbul atau akan mungkin ditimbulkannya ketika dilakukan pada waktu proyek tersebut sedang berjalan. Evaluasi ini membantu para pengambil keputusan dengan menyediakan informasi tentang langkah-langkah penyesuaian yang perlu diambil yang menyangkut segi-segi tujuan, kebjaksanaan, strategi pelaksanaan proyek di masa yang akan datang. Evaluasi ini akan menguji apakah semua asumsi dan hipotesa yang telah dirumuskan selama masa persiapan proyek masih tetap berlaku, atau memerlukan penyesuaian-penyesuaian untuk menjamin bahwa keseluruhan tujuan proyek akan dapat tercapai. b. Evaluasi akhir Evaluasi ini dilaksanakan 6-12 bulan setelah proyek berakhir, atau sebelum memulai fase proyek berikutnya sebagai pengganti ex-post evaluation

21 (evaluasi menyeluruh) pada proyek-proyek yang berjangka waktu singkat. Evaluasi ini akan menghitung atau mengukur ouput dan sifatnya bisa dikontrol atau diukur seketika itu juga. c. Evaluasi dampak Untuk mengevaluasi dampak dari kegiatan dan biasanya dilakukan setelah progam selesai sekian lama. Contohnya evaluasi sebab-akibat dan evaluasi perubahan perilaku. Berikut adalah beberapa pendekatan dalam evaluasi program (Suyono, 2005): 1. Pendekatan experimental 2. Pendekatan yang berorientasi pada tujuan 3. Pendekatan yang berfokus pada keputusan 4. Pendekatan yang berorientasi kepada pemakai 5. Pendekatan yang responsive Berikut adalah beberapa desain evaluasi program (Yusuf, 2000): 1. Fixed design Desain evaluasi ini ditentukan dan direncanakan secara sistematik sebelum implementasi dikerjakan. 2. Emergent design Evaluasi ini dibuat untuk beradaptasi dengan pengaruh dan situasi yang sedang berlangsung dan berkembang seperti menampung pendapat audiensi, masalah dan kegiatan program. 3. Experimental design Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menilai manfaat suatu objek, suatu program atau strategi baru yang diuji cobakan.

22 4. Natural inquiry design Strategi yang multiple dan sumber-sumber dipakai untuk mempertinggi reabilitas pengumpulan data. Evaluator merundingkan isu dengan audiensi, hal ini dilakukan sesuai dengan cara evaluator. Evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui efektivitas komponen program dalam mendukung pencapaian tujuan program. Makna dari evaluasi program sendiri mengalami proses pemantapan. Evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan (Suharto, 2005). Sehubungan dengan definisi tersebut The Standford Evacuation Consortium Group menegaskan bahwa meskipun evaluator menyediakan informasi, evaluator bukanlah pengambil keputusan tentang suatu program. Tanpa ada evaluasi, keberhasilan dan kegagalan program tidak dapat diketahui. Evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing komponennya (Arikunto, 1995). Setiap kegiatan tentu mempunyai tujuan, demikian juga evaluasi program. Secara singkat evaluasi program merupakan upaya untuk mengukur ketercapaian program yaitu mengukur sejauh mana sebuah kebijakan dapat terimplementasikan. Evaluasi program adalah penelitian yang mempunyai ciri khusus yaitu melihat keterlaksanaan program sebagai realisasi kebijakan untuk menetukan tindak lanjut dari program yang dimaksud. Jika kesimpulan penelitian diikuti dengan saran maka evaluasi program selalu harus mengarah pada pengambilan keputusan sehingga harus diakhiri dengan rekomendasi kepada pengambil keputusan. 2.2 Pemberdayaan Masyarakat Parson (1994) dalam Suharto (2005) menyatakan bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi

23 pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Ife (1995) dalam Suharto (2005) menjelaskan bahwa pemberdayaan menekankan orang memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah dan tidak beruntung. Rapport (1984) dalam Hikmat (2004). Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya. Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan (Hikmat, 2005). Sebagai proses adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat. Sebagai tujuan, pemberdayaan menuju pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial seperti kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses. Shardlow melihat bahwa berbagai pengertian yang ada mengenai pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka (Adi, 2003). Menurut Rapport (1987) dalam Hikmat (2004) pemberdayaan diartikan sebagai pemahaman secara psikologis pengaruh kontrol individu terhadap keadaan sosial, kekuatan politik dan hak-haknya menurut undang-undang. Sementara itu menurut

24 McArdle pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang-orang yang secara konsekuen melaksanakan keputusan tersebut (Adi, 2003). 2.3 Konsep Pemberdayaan Munculnya konsep pemberdayaan merupakan akibat dari dan reaksi terhadap alam pikiran, tata masyarakat dan tata budaya sebelumnya yang berkembang di suatu negara (Hikmat, 2004). Pada hakikatnya, proses permberdayaan dapat dipandang sebagai depowerment dari sistem kekuasaan yang mutlak-absolut (intelektual-religius, politik, ekonomi dan militer). Konsep ini digantikan oleh sistem baru yang berlandaskan idiil manusia dan kemanusiaan atau humanisme (Hikmat, 2004). Jika kelompok miskin dapat diberdayakan melalui ilmu pengetahuan dan kemandirian sehingga dapat berperan sebagai agen pembangunan maka baru bisa disebut pemberdayaan (Adi, 2003). Pemberdayaan akan menjadi masalah jika secara konseptual bersifat zero-sum. Maksudnya proses pemberdayaan itu diselaraskan oleh adanya power kelompok terhadap kelompok lainnya. Weber mendefinisikan power sebagai kemampuan seseorang atau, individu atau kelompok untuk mewujudkan keinginannya, kendatipun terpakasa menentang lainnya (Suyono, 2005). McArdle (1989) dalam Hikmat (2004) mengartikan pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang-orang yang secara konsekuen melaksanakan keputusan tersebut. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan keharusan untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, keterampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan mereka tanpa bergantung pada pertolongan dari hubungan external. Namun demikian McAdle (1989) mengimplikasikan hal tersebut bukan untuk mencapai tujuan, melainkan makna pentingnya proses dalam pengambilan keputusan. Partisipasi merupakan komponen penting dalam membangkitkan kemandirian dan proses pemberdayaan. Sebaiknya

25 orang-orang harus terlibat dalam proses pemberdayaan sehingga mereka dapat lebih memperhatikan hidupnya untuk memperoleh rasa percaya diri, memiliki harga diri dan pengetahuan untuk mengembangkan keahlian baru. Prosesnya dilakukan secara kumulatif sehingga semakin banyak keterampilan yang dimiliki seseorang semakin baik kemampuan partisipasinya (Hikmat, 2004). Secara konservatif, pengertian pemberdayaan dibatasi oleh situasi mandiri. Menurut pandangan ini pemberdayaan memerlukan partisipasi aktif langkah-langkah pencapaian tujuan pribadi secara menyeluruh dengan intervensi minimal dari luar yang terdiri dari beberapa tahapan yakni (Hikmat, 2004): a. Identifikasi kebutuhan b. Identifikasi pilihan atau strategis c. Keputusan atau pilihan tidakan d. Mobilisasi sumber-sumber e. Tindakan itu sendiri Upaya pemberdayaan merupakan upaya menumbuhkan peran serta dan kemandirian sehingga masyarakat baik di tingkat individu, kelompok, kelembagaan, maupun komunitas memiliki tingkat kesejahteraan yang jauh lebih baik dari sebelumnya, memiliki akses pada sumberdaya, memiliki kesadaran kritis, mampu melakukan pengorganisasian dan kontrol sosial dari segala aktifitas pembangunan yang dilakukan di lingkungannya (Nasdian, 2003). 2.4 Partisipasi Masyarakat Partisipasi berarti melihat keterlibatan masyarakat mulai dari tahap pembuatan keputusan, penerapan keputusan, penikmatan hasil dan evaluasi (Cohen dan Uphoff 1980 dalam Nasdian, 2003). Pemberdayaan dan partisipasi di tingkat komunitas merupakan dua konsep yang erat kaitannya. Seperti dalam pernyataan Craig dan mayo (1995) dalam Nasdian (2003) bahwa empowerment is road to participation. Pemberdayaan warga komunitas

26 merupakan tahap awal menuju pada partisipasi warga komunitas khususnya dalam proses pengambilan keputusan untuk menumbuhkan kemandirian komunitas. Dengan kata lain pemberdayaan dilakukan agar warga komunitas mampu berpartisipasi untuk mencapai kemandirian. Nasdian (2003) menyatakan bahwa partisipasi adalah proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Partisipasi tersebut dapat dikategorikan: warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau dirancang oleh orang lain dan dikontrol oleh orang lain. Partisipasi merupakan proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah mereka sendiri. Titik tolak partisipasi adalah memutuskan, bertindak kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subjek yang sadar. Untuk menjalankan partisipasi secara terus menerus dalam pengambilan keputusan dan pembentukan struktur komunitas memerlukan suatu kegiatan atau kerja yang terus menerus. Logika dasarnya orang akan berpartisipasi dalam kegiatan komunitas apabila kondisinya kondusif untuk melakukan kondisi tersebut. Kondisi tersebut antara lain jika masyarakat memandang penting isu-isu atau aktifitas tertentu dan warga komunitaslah yang menentukan isu atau tindakan mana yang penting. Bagi orang miskin, orientasi kegiatan pengembangan masyarakat dapat menjawab kebutuhan dasarnya, peningkatan pendapatan, kesehatan dan lain lain. Warga komunitas berpartisipasi jika mereka merasa bahwa tindakannya akan membawa perubahan seperti kegiatan usaha ekonomi yang segera memberikan hasil ataupun kegiatan-kegiatan yang memberikan jaminan sosial lebih menarik orang untuk berpartisipasi daripada usaha-usaha ekonomi tahunan atau musiman. Perbedaan bentuk-bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai. Partisipasi komunitas hendaknya dapat dilakukan oleh siapapun juga dengan mempertimbangkan keragaman keterampilan, bakat dan minat. Seseorang harus dimungkinkan untuk berpartisipasi dan

27 didukung dalam partisipasinya. Struktur dan proses partisipasi hendaknya tidak bersifat menjauhkan. Oleh karena itu diperlukan metode-metode yang partisipatif. Pemberdayaan dan partisipasi merupakan strategi yang sangat potensial dalam rangka meningkatkan ekonomi, sosial, dan transformasi budaya. Salah satu agen internasional, Bank Dunia misalnya, percaya bahwa partisipasi masyarakat di dunia ketiga merupakan sarana efektif untuk menjangkau masyarakat termiskin melalui upaya pembangkitan semangat hidup untuk dapat menolong diri sendiri (Paul dalam Hikmat 2004). Brudtland menyimpulkan bahwa jaminan pembangunan berkelanjutan adalah partisipasi masyarakat (Craig dan Mayo dalam Hikmat 2004). 2.5 Strategi Pemberdayaan Proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif. Namun dalam beberapa situasi strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual meskipun pada gilirannya akan tetap berkaitan dengan kolektivitas. Pencapaian tujuan pemberdayaan dapat dilakukan melalui penerapan pendekatan pemberdayaan dan pelaksanaan pendekatan tersebut berpijak pada pedoman dan prinsip pekerjaan sosial (Suharto, 2005). Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan (Suharto, 2005): 1. Pemungkinan Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan struktural yang menghambat; 2. Penguatan Pemberdayaan harus mampu menumbuhkembangkan segenap pengetahuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang kemandirian mereka;

28 3. Perlindungan Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil; 4. Penyokongan Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan; dan 5. Pemeliharaan Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha. Didalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting) mikro, mezzo, dan makro (Adi, 2003): 1. Aras mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individual melalui bimbingan, konseling, stress management, dan crisis intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas( task centered approach). 2. Aras mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya. 3. Aras makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar karena sasarn perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan,

29 perencanaan sosial, kampanye, dan aksi sosial. Lobbying, pengorganisasian masyarakat, dan manajemen konflik adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak. 2.6 Pendampingan Sosial Pendampingan sosial dapat diartikan sebagai interaksi dinamis antara kelompok miskin dan pekerja sosial untuk secara bersama-sama menghadapi beragam tantangan seperti (Suharto, 2005): a. merancang program perbaikan kehidupan sosial ekonomi b. memobilisasi sumberdaya setempat c. memecahkan masalah sosial d. menciptakan atau membuka akses bagi pemenuhan kebutuhan. e. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang relevan dengan konteks pemberdayaan masyarakat. Merujuk pada Payne (1986) dalam Suharto (2005), prinsip utama pendampingan sosial adalah making the best of the client s resourcers. Klien dipandang sebagai sistem sosial yang memiliki kekuatan positif dan bermanfaat bagi proses pemecahan masalah. Bagian dari

30 pendekatan pekerjaan sosial adalah menemukan sesuatu yang baik dan membantu klien memanfaatkan hal tersebut. Pendampingan sosial berpusat pada 4 bidang tugas atau fungsi yakni: a. Pemungkinan (enabling) atau fasilitasi Merupakan fungsi yang berkaitan dengan pemberian motivasi dan kesempatan bagi masyarakat. Beberpa tugas pekerja sosial yang berkaitan dengan fungsi ini antara lain menjadi contoh, melakukan mediasi dan negosiasi, membangun konsensus bersama, serta melakukan manajemen sumber. Pekerja sosial terpanggil untuk mampu memobilisasi dan mengkoordinasi sumber-sumber yang sulit terjangkau masyarakat karena alasan ekonomi maupun birokrasi agar dapat terjangkau. Pengertian manajemen juga meliputi pembimbingan, kepemimpinan dan kolaborasi dengan pengguna atau penerima program PM. Dengan demikian, tugas utama pekerja sosial dalam manajemen sumber adalah menghubungkan klien dengan sumber-sumber sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri klien maupun kapasitas pemecahan masalahnya. b. Penguatan Fungsi ini berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan guna memperkuat kapasitas masyarakat (capacity building). Pendamping berperan aktif sebagai agen yang memberi masukan positif dan direktif berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya serta bertukar gagsan dengan pengetahuan dan pengalaman masyarakat yang didampinginya. Membangkitkan kesadran masyarakat, menyampaikan informasi, melakukan konfrontasi, menyelenggarakan pelatihan bagi masyarakat adalah beberapa tugas yang berkaitan dengan fungsi penguatan. c. Perlindungan Fungsi ini berkaitan dengan interaksi antara pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi kepentingan masyarakat dampingannya. Pekerja sosial dapat

31 bertugas mencari sumber-sumber, melakukan pembelaan, menggunakan media, meningkatkan hubungan masyarakat, dan membangun jaringan kerja. Fungsi perlindungan juga menyangkut tugas pekerja sosial sebagai konsultan dan orang yang bisa diajak berkonsultasi dalam proses pemecahan masalah. d. Pendukungan Mengacu pada aplikasi keterampilan yang bersifat praktis yang dapat mendukung terjadinya perubahan positif pada masyarakat. Pendamping dituntut tidak hanya mampu menjadi manajer perubahan yang mengorganisasi kelompok, melainkan pula mampu melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan berbagai keterampilan dasar seperti melakukan analisasi sosial, mengelola dinamika kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi, berkomunikasi dan mencari serta mengatur sumber dana. Mengacu pada Parson (1994) dalam Suharto (2005) terdapat beberapa peran pekerja sosial dalam pembimbingan sosial yang akan melakukan pendampingan sosial yakni: a. Fasilitator Barker (1987) dalam Suharto (2005) memberi definisi pemungkinan atau fasilitator sebagai tanggung jawab untuk membantu klien menjadi mampu menangani tekanan situasional atau transisional. b. Broker Pemahaman pekerja sosial yang menjadi broker mengenai kualitas pelayanan sosial di sekitar lingkungannya menjadi sangat penting dalam memenuhi keinginan kliennya memperoleh keuntungan maksimal. Parson (1994) dalam Suharto (2005) menerangkan tiga kata kunci dalam pelaksanaan peran sebagai broker yaitu: - Lingking adalah proses menghubungkan orang dengan lembaga-lembaga atau pihakpihak lainnya yang memiliki sumber-sumber yang diperlukan, memperkenalkan klien

32 dan sumber referal, tindak lanjut pendistribusian sumber dan menjamin bahwa barang-barang dan jasa dapat diterima oleh klien. - Goods adalah barang-barang nyata seperti makanan, uang, pakaian dll. Sedangkan service mencakup keluaran pelayanan lembaga yang dirancang untuk memnuhi kebutuhan hidup klien, misalnya perawatan kesehatan, pendidikan, pelatihan, konseling, pengasuhan anak dll. - Quality control adalah proses pengawasan yang dapat menjamin bahwa produkproduk yang dihasilkan lembaga memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan. c. Mediator Pekerja sosial sebagai mediator diperlukan terutama pada saat terdapat perbedaan yang mencolok dan mengarah pada konflik antara berbagai pihak. Kegiatan yang dapat dilakukan seperti kontrak perilaku, negosiasi, pendamaian pihak ketiga serta berbagai macam resolusi konflik. d. Pembela Peran pembelaan merupakan salah satu praktek pekerjaan sosial yang bersentuhan dengan kegiatan politik. Peran pembelaan dapat dibagi dua yakni advokasi kasus dan advokasi kausal. Apabila pekerjaan sosial melakukan pembelaan atas nama seorang klien secara individual maka ia berperan sebagai pembela kasus. Pembelaan kausal terjadi manakala klien yang dibela pekerja sosial bukanlah individu melainkan sekelompok anggota masyarakat. Kegiatan pendampingan sosial melibatkan dua strategi utama yakni pelatihan dan advokasi (pembelaan masyarakat). Terdapat lima aspek penting yang dapat dilakukan dalam

33 melakukan pendampingan sosial khususnya melalui pelatihan dan advokasi terhadap masyarakat yakni (Adi, 2003): a. Motivasi Masyarakat didorong agar dapat memahami nilai kebersamaan, interaksi sosial dan kekuasaan melalui pemahaman akan haknya sebagai warga negara dan anggota masyarakat. Pembentukan kelompok merupakan mekanisme kelembagaan penting untuk melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat. Kelompok dimotivasi untuk terlibat dalam kegiatan peningkatan pendapatan dengan menggunakan sumber-sumber dan kemampuan mereka sendiri. b. Peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan Peningkatan kesadaran dapat dilakukan melalui pendidikan dasar, pemasyarakatan imunisasi dan sanitasi. Keterampilan vokasional dapat dilakukan dengan cara-cara partisipatif, pengetahuan lokal dapat digabungkan dengan pengetahuan luar melalui pelatihan. Hal ini dapat membantu masyarakat menciptakan mata pencaharian atau membantu meningkatkan keahlian mereka untuk mencari pekerjaan di luar wilayahnya. c. Manajemen diri Kelompok harus mampu mengatur kelompoknya sendiri. Pada tahap awal, pendamping dari luar dapat membantu mereka dalam mengembangkan sebuah sistem. Kelompok kemudian dapat diberi wewenang penuh untuk melaksanakan dan mengatur sistem tersebut. d. Mobilisasi sumber Merupakan metode menghimpun sumber-sumber individual melalui tabungan reguler dan sumbangan sukarela dengan tujuan menciptakan modal sosial. Pengembangan sistem

34 penghimpunan, pengalokasian dan penggunaan sumber perlu dilakukan secara cermat sehingga semua anggota memiliki kesempatan yang sama. Hal ini dapat menjamin kepemilikan dan pengelolaan secara berkelnjutan. e. Pembangunan dan pengembangan jaringan Pengorganisasian kelompok-kelompok swadaya masyarakat perlu disertai dengan peningkatan kemampuan para anggotanya dalam membangun dan mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem sosial disekitarnya. Jaringan ini sangat penting dalam menyediakan dan mengembangkan berbagai akses terhadap sumber dan kesempatan bagi peningkatan keberdayaan masyarakat miskin. 2.7 Pengembangan Wilayah Pengembangan adalah kemampuan yang ditentukan oleh apa yang dapat masyarakat laukan dengan apa yang mereka miliki, guna meningkatkan kualitas hidupnya dan juga kualitas hidup orang lain. Pada dasarnya proses pengembangan itu juga merupakan proses belajar (Alkadri, 2001). Secara umum wilayah dapat diartikan sebagai suatu unit geografi yang membentuk suatu kesatuan. Pengertian unit geografi merujuk pada ruang (spasial), sehingga pengertian wilayah tidak hanya sebatas aspek fisik tanah, melainkan juga aspek biologi, ekonomi, sosial budaya, lingkungan, dan lain-lain (Ambardi, 2002). Pengembangan wilayah tidak lain adalah usaha mengawinkan secara harmonis Sumber Daya alam, manusianya dan teknologi dengan memperhitungkan daya tampung lingkungan itu sendiri (Alkadri, 2001). Pengembangan wilayah merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. (Ambardi, 2002). Pengembangan wilayah merupakan program yang menyeluruh dan terpadu dari semua kegiatan dengan

35 memperhitungkan sumber daya yang ada dan kontribusinya pada pembangunan suatu wilayah (Alkadri, 2001). Konsep pengembangan wilayah sangat berorientasi pada issue (permasalahan) pokok wilayah secara terkait dan pada dasarnya merupakan upaya intervensi terhadap kekuatankekuatan pasar yang dalam konteks pengembangan wilayah memiliki tiga tujuan pokok, yakni meminimalkan konflik kepentingan antar sektor, meningkatkan kemajuan sektoral, dan membawa kemajuan bagi masyarakat secara keseluruhan(ambardi, 2002). Tujuan utama pengembangan wilayah adalah menyerasikan berbagai kegiatan pembangunan sektor dan wilayah, sehingga pemanfaatan ruang dan sumberdaya yang ada di dalamnya dapat optimal mendukung kegiatan kehidupan masyarakat sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan wilayah yang diharapkan. Optimal berarti dapat dicapai tingkat kemakmuran yang sesuai dan selaras dengan aspek sosial budaya dan dalam alam lingkungan yang berkelanjutan (Ambardi, 2002). Tujuan pengembangan wilayah menurut (Alkadri, 2001): 1) Merupakan usaha memberdayakan masyarakat suatu masyarakat yang berada di suatu daerah untuk memanfaatkan SDA yang terdapat di sekeliling mereka dengan menggunakan teknologi yang relevan dengan kebutuhan dan bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang bersangkutan. 2) Membuat suatu komunitas dapat berdiri di atas usahanya sendiri, dan benar-benar menyadarkan bahwa mereka dapat memperbaiki nasibnya atas usaha mereka sendiri. 3) Membuat suatu wilayah memiliki dan sadar akan kekuatan politiknya. Arah kebijakan yang ingin dicapai dari analisis setiap unsur pembentuk suatu wilayah adalah sebagai berikut (Ambardi, 2002):

36 1. Analisis kependudukan: untuk mengetahui struktur pendidikan, sebaran penduduk, ciri dan faktor yang mempengaruhi pergerakan atau imigrasi dan produktivitas penduduk. 2. Analisis sosial budaya: untuk memahami faktor-faktor pembentuk pola dan pandangan hidup serta adat istiadat masyarakat. 3. Analisis perekonomian: untuk mengetahui perkembangan ekonomi (meliputi sektor usaha, kesempatan kerja, tingkat produksi dan sektor-sektor unggulan), faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kegiatan ekonomi, sebaran kegiatan ekonomi, serta keterkaitan kegiatan produksi intra dan antar wilayah. 4. Analisis potensi sumber daya alam untuk mengetahui tingkat penggunaan, tingkat ketersediaan serta kemungkinan pengembangannya. 5. Analisis potensi sumber daya buatan: untuk mengetahui tingkat ketersediaan, tingkat pelayanan, sebaran dari prasarana yang ada dan hal lain yang berkaitan dengan teknologi serta biaya pembengunan prasarana yang spesifik sesuai dengan kondisi geografi wilayah. 6. Analisis struktur dan pola pemanfaatan ruang: untuk mengetahui sifat keterkaitan kegiatan-kegiatan produksi, sosial, pemukiman dalam wilayah, hirarki keterkaitannya, serta ciri khusus keterkaitan tersebut dihubungkan dengan kondisi geografi wilayah. Keseluruhan analisis diatas memberikan gambaran mengenai kecenderungan kegiatan sosial budaya, ekonomi, kondisi lingkungan, ketersediaan SDA dan Sumber Daya buatan (prasarana dan sarana) serta pola keterkaitan dan struktur pemanfaatan ruang yang ada di dalam wilayah tersebut. Wilayah menurut tipe-tipenya dapat dipilah menjadi tiga macam, yakni (Ambardi, 2002):

37 1. Wilayah homogen: wilayah yang mempunyai karakteristik seragam. Keseragaman ciriciri tersebut bisa dilihat menurut faktor ekonomi (struktur produksi yang sama, pola konsumsi serupa), geografi (topografi, iklim), sosial budaya (adat istiadat atau perilaku masyarakat), dan aspek-aspek lainnya. 2. Wilayah heterogen: wilayah yang saling berhubungan secara fungsional karena adanya faktor heterogenitas (ketidakmerataan). Wilayah-wilayah yang saling melengkapi tetapi dengan fungsi yang berbeda tersebut, pada umumnya berlangsung anatar wilayah pusat (core) dan wilayah pinggiran (periphery atau hinterland). Contohnya antara Jakarta dan wilayah lain disekitarnya seperti Depok, Bekasi, Bogor, dan Tanggerang. 3. Wilayah perencanaan: wilayah yang berada dalam kesatuan kebijakan/ administrasi. Contohnya wilayah yang tergolong dalam kategori provinsi, kota, kabupaten, kecamatan, dan desa; atau wilayah yang secara special mempunyai perencanaan yang tetap seperti Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu, Bopuncur (Bogor, Puncak, Cianjur). Dalam membangun suatu wilayah, minimal ada tiga pilar yang perlu diperhatikan yaitu SDA, SDM, dan teknologi. Pembangunan suatu wilayah sesungguhnya merupakan pembangunan yang berorientasi kepada manusia (people center development), dimana SDM dipandang sebagai sasaran sekaligus sebagai pelaku pembangunan.

38 2.8 Kerangka Pemikiran Program pengembangan wilayah atau ADP merupakan program yang hadir di tengah masyarakat pinggiran perkotaaan dengan ekonomi lemah. Pusat-pusat pengembangan terbentuk dan dibentuk untuk menjawab akar permasalahan serta isu atau topik regional dengan menerapkan sistem, penggalangan SDA dan SDM, membentuk organisasi masyarakat dan melakukan intervensi program yang komprehensif. Sarana yang diberikan meliputi sarana pada bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Pada bidang kesehatan bantuan dan kegiatan difokuskan untuk anak-anak, Balita dan ibu hamil. Untuk bidang pendidikan bantuan dan kegiatan difokuskan untuk anak-anak usia sekolah, sedangkan pada bidang ekonomi bantuan dan kegiatan difokuskan pada pembentukan kelompok masyarakat yakni Kelompok Usaha Bersama (KUB) dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Tujuan dari program ADP adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan waktu yang cukup lama dan berkelanjutan. Setiap tahun ADP dilaksanakan secara berkelanjutan dengan mempersiapkan input seperti tenaga pendamping atau koordinator lapangan, jumlah peserta dan jumlah dana dan aktivitas yang dilakukan. Penggunaan input direalisasikan untuk meningkatkan partisipasi warga pada tahap perencanaan dan pelaksanaan program. Evaluasi akan dilakukan pada pencapaian output, efek, dan dampak untuk mengetahui keberhasilan program. Output program ADP yang dievaluasi antara lain mengenai hubungan kerjasama antara Wahana Visi Indonesia dengan institusi kesehatan. Kemampuan institusi kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan gratis. Akses warga ke tempat pembuangan

39 sampah, komitmen masyarakat untuk melakukan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat), kapasitas warga dalam mengelola sampah. Jumlah anak yang memiliki buku paket, partisipasi anak dalam forum anak, meningkatnya jumlah anak yang dapat mengakses kegiatan ekstrakulikuler, kemampuan masyarakat dalam berorganisasi melalui KUB, kualitas produk KUB. Evaluasi efek yang diterima oleh warga Kelurahan Tengah adalah mengenai akses warga ke pelayanan kesehatan, sanitasi lingkungan yang baik, akses pelayanan pendidikan yang terjangkau dan berkualitas, dan pendapatan kelompok usaha selama setahun terakhir. Evaluasi dampak pada bidang kesehatan adalah tentang penurunan beberapa kasus penyakit. Dampak pada bidang pendidikan adalah tentang prestasi belajar anak di sekolah. Pada bidang ekonomi evaluasi dampak dilakukan tentang jumlah kepala keluarga yang miskin.

40 2.9 Definisi Operasional 1. Input adalah semua jenis barang, jasa, biaya, tenaga manusia, teknologi, dan sumberdaya lainnya untuk menghasilkan output program. 2. Pendamping adalah fasilitator yang disediakan LSM untuk mendampingi masyarakat dalam melaksanakan program. 3. Peserta program adalah warga binaan yang ikut serta dalam pelatihan program ADP. 4. Aktifitas adalah rangkaian kegiatan yang telah disusun dalam kerangka kerja. 5. Proses adalah tahap perencanaan, pelaksanaan dan partisipasi warga. 6. Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil program. 7. Partisipasi tahap perencanaan adalah keterlibatan masyarakat dalam tahapan penyusunan tujuan dan pemilihan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Terdapat lima pertanyaan yang terkait dengan indikator ini. Jawaban ya diberi nilai dua dan jawaban tidak diberi nilai nol. partisipasi tinggi diberi nilai 6-10 dan partisipasi rendah diberi nilai Patisipasi tahap pelaksanaan adalah keterlibatan warga dalam melaksanakan kegiatan program ADP. Terdapat lima pertanyaan yang terkait dengan indikator ini. Jawaban ya diberi nilai dua dan jawaban tidak diberi nilai nol. partisipasi tinggi diberi nilai 6-10 dan partisipasi rendah diberi nilai Perencanaan program adalah tahapan penyusunan tujuan dan pemilihan langkahlangkah untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam perencanaan melibatkan LSM sebagai pihak pelaksana, aparatur pemerintah setempat sebagai pemberi izin dan penyumbang ide, dan masyarakat setempat sebagai sasaran program. Perencanaan juga melibatkan proses sosialisasi dan musyawarah dengan warga setempat.

EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Studi Kasus Proyek Kesehatan, Pendidikan dan Ekonomi Pada Program Pengembangan Wilayah atau Area Development Program (ADP) di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ditinjau secara segi etimologi, kata strategi berasal dari Yunani yaitu Strategos

TINJAUAN PUSTAKA. Ditinjau secara segi etimologi, kata strategi berasal dari Yunani yaitu Strategos II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Strategi Ditinjau secara segi etimologi, kata strategi berasal dari Yunani yaitu Strategos yang mengambil dari kata strator yang berarti militer dan ag yang berati memimpin.

Lebih terperinci

Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN. Makna Pemberdayaan 5/24/2017. Penyebab Ketidakberdayaan. Pemberdayaan (empowerment) Power/daya.

Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN. Makna Pemberdayaan 5/24/2017. Penyebab Ketidakberdayaan. Pemberdayaan (empowerment) Power/daya. Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN Minggu ke 12 Pemberdayaan (empowerment) Power/daya Mampu Mempunyai kuasa membuat orang lain melakukan segala sesuatu yang diinginkan pemilik kekuasaan Makna Pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIK

BAB II KERANGKA TEORITIK BAB II KERANGKA TEORITIK A. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat Secara konseptual pemberdayaan atau pemberkuasaan (Empowerment), berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan) keterangan. Ide utama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS. mengkaji program-program yang berbasis masyarakat untuk meningkatkan

BAB II PENDEKATAN TEORITIS. mengkaji program-program yang berbasis masyarakat untuk meningkatkan BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Pemberdayaan Pendapat mengenai makna pemberdayaan sudah banyak dikemukakan oleh para ahli, baik dari akademisi maupun pihak lainnya. Konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program pengentasan kemiskinan pada masa sekarang lebih berorientasi kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak program pengentasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PEMANFAATAN SERTA PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan menurut Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia (TKPKRI, 2008) didefinisikan sebagai suatu

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAGIAN I. PENDAHULUAN

BAGIAN I. PENDAHULUAN BAGIAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Kegiatan di sektor ketenagalistrikan sangat berkaitan dengan masyarakat lokal dan Pemerintah Daerah. Selama ini keberadaan industri ketenagalistrikan telah memberikan

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH Strategi pembangun daerah adalah kebijakan dalam mengimplementasikan program kepala daerah, sebagai payung pada perumusan program dan kegiatan pembangunan di dalam mewujdkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 lalu, membawa dampak yang sangat besar terhadap hampir semua lapisan masyarakat. Angka kemiskinan dan pengangguran

Lebih terperinci

ASESMEN MANDIRI. SKEMA SERTIFIKASI : Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat ( FPM ) FORM APL-02

ASESMEN MANDIRI. SKEMA SERTIFIKASI : Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat ( FPM ) FORM APL-02 No. Urut 05 ASESMEN MANDIRI SKEMA SERTIFIKASI : Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat ( FPM ) FORM APL-02 Lembaga Sertifikasi Profesi Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat 2013 Nomor Registrasi Pendaftaran

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,

Lebih terperinci

MEMACU PENINGKATAN PRODUKSI PADI DENGAN MENGINTENSIFKAN PENDAMPINGAN

MEMACU PENINGKATAN PRODUKSI PADI DENGAN MENGINTENSIFKAN PENDAMPINGAN MEMACU PENINGKATAN PRODUKSI PADI DENGAN MENGINTENSIFKAN PENDAMPINGAN Oleh: Rachmat Hendayana Upaya pemerintah meningkatkan produksi padi untuk memenuhi target 70,6 juta ton dilakukan melalui berbagai pendekatan,

Lebih terperinci

Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha

Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha I. Pendahuluan Situasi krisis yang berkepanjangan sejak akhir tahun 1997 hingga dewasa ini telah memperlihatkan bahwa pengembangan

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 08 Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang Tujuan Sosialisasi Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik ik & Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN. PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action Research. Pendekatan PAR

BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN. PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action Research. Pendekatan PAR BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN A. Pendekatan Penelitian dan Pemberdayaan Dalam penelitian skripsi menggunakan pendeketan PAR. Dimana definisi PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut keputusan menteri kesehatan No. 193/ MenKes/ SK/ X/2004 tentang

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut keputusan menteri kesehatan No. 193/ MenKes/ SK/ X/2004 tentang BAB II KAJIAN TEORI A. KONSEP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Menurut keputusan menteri kesehatan No. 193/ MenKes/ SK/ X/2004 tentang kebijakan nasional promosi kesehatan dan keputusan Menteri Kesehatan No. 114/MenKes/SK/VII

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Kemasyarakatan (HKm) Hutan kemasyarakatan (HKm) adalah hutan negara dengan sistem pengelolaan hutan yang bertujuan memberdayakan masyarakat (meningkatkan nilai ekonomi, nilai

Lebih terperinci

Weakness, Opportunity and Threath). Dengan hasil pada masing-masing

Weakness, Opportunity and Threath). Dengan hasil pada masing-masing BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN Pada bagian identifikasi permasalah berdasarkan tugas dan fungsi Kantor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 2013, No.892 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN PERDESAAN SEHAT DI DAERAH TERTINGGAL BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH RESPONSIF GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Oleh : Cahyono Susetyo

Oleh : Cahyono Susetyo PENGEMBANGAN MASYARAKAT BERBASIS KELOMPOK Oleh : Cahyono Susetyo 1. PENDAHULUAN Perencanaan partisipatif yang saat ini ramai didengungkan merupakan suatu konsep yang dianggap mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional I. LATAR BELAKANG Wacana kemiskinan di Indonesia tetap menjadi wacana yang menarik untuk didiskusikan dan dicarikan solusi pemecahannya.

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N

P E N D A H U L U A N P E N D A H U L U A N Latar Belakang Krisis di Indonesia berlangsung panjang, karena Indonesia memiliki faktor internal yang kurang menguntungkan. Faktor internal tersebut berupa konflik kebangsaan, disintegrasi

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 116 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1. Kesimpulan Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang kompleks dibutuhkan intervensi dari semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Selain peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 21 tahun dan belum menikah (www.google.com). Menurut UU No. 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 21 tahun dan belum menikah (www.google.com). Menurut UU No. 23 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep anak didefinisikan dan dipahami secara bervariasi dan berbeda, sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan yang beragam. Menurut UU No. 4 Tahun 1979

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH 5.1 VISI DAN MISI KOTA CIMAHI. Sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

Sekolah Inklusif: Dasar Pemikiran dan Gagasan Baru untuk Menginklusikan Pendidikan Anak Penyandang Kebutuhan Khusus Di Sekolah Reguler

Sekolah Inklusif: Dasar Pemikiran dan Gagasan Baru untuk Menginklusikan Pendidikan Anak Penyandang Kebutuhan Khusus Di Sekolah Reguler Sekolah Inklusif: Dasar Pemikiran dan Gagasan Baru untuk Menginklusikan Pendidikan Anak Penyandang Kebutuhan Khusus Di Sekolah Reguler Drs. Didi Tarsidi I. Pendahuluan 1.1. Hak setiap anak atas pendidikan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tidak terlepas

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

BAGAIMANA MENAKAR PEMBANGUNAN EKONOMI LOKAL DI ERA OTONOMI DAERAH*)

BAGAIMANA MENAKAR PEMBANGUNAN EKONOMI LOKAL DI ERA OTONOMI DAERAH*) BAGAIMANA MENAKAR PEMBANGUNAN EKONOMI LOKAL DI ERA OTONOMI DAERAH*) Oleh M. RUSMIN NURYADIN, SE.M.Si I. PENDAHULUAN Kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi sudah berjalan selama 11 tahun. Seperti kita

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang : bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN I.I Latar belakang Usaha kecil dan Menengah atau yang sering disebut UKM merupakan bagian integral dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I UMUM Menyadari bahwa peran sektor pertanian dalam struktur dan perekonomian nasional sangat strategis dan

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

54 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI

54 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI 54 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI Oleh: Dhio Adenansi, Moch. Zainuddin, & Binahayati Rusyidi Email: dhioadenansi@gmail.com; mochzainuddin@yahoo.com; titi.rusyidi06@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA Bab empat ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kota Bontang tahun 2011-2015 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan nasional merupakan gambaran umum yang memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies) dalam rangka menyeimbangkan pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia seharusnya dapat di akses oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya. Tapi

Lebih terperinci

Tujuan merupakan pernyataan perilaku atau arah program dan manajemen.

Tujuan merupakan pernyataan perilaku atau arah program dan manajemen. a. Perencanaan strategis merupakan proses sistematis yang dilakukan oleh kelompok, komunitas, organisasi, dan pemangku kpentingan lain dalam menetapkan komitmen dan prioritas terhadap perubahan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pedesaan adalah bagian integral dari pembangunan daerah dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Idealnya, program-program

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum dari penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Dengan terbitnya Undang-undang

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH BAB IV VISI DAN MISI DAERAH Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lebak 2005-2025 disusun dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan daerah yang diharapkan dapat dicapai pada

Lebih terperinci

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN Program Promosi Kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Monitoring dan Evaluasi dalam Program Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Monitoring dan Evaluasi dalam Program Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menjalankan sebuah program pemberadayaan masyarakat dibutuhkan perencanaan yang sistematis, perencanaan yang baik akan terlihat dari singkronisasi antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

Perempuan dan Industri Rumahan

Perempuan dan Industri Rumahan A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 51 TAHUN 2007 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 51 TAHUN 2007 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 51 TAHUN 2007 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

TERMINOLOGI PARTISIPATIF

TERMINOLOGI PARTISIPATIF TERMINOLOGI PARTISIPATIF METODE PENGEMBANGAN PARTISIPATIF Agustina Bidarti & Yunita Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya APA ITU PARTISIPASI? Partisipasi sering dikaitkan dengan kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH 1 BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SOPPENG,

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kepemimpinan Siagian (2002) mengemukakan bahwa kepemimpinan memainkan peranan yang dominan, krusial, dan kritikal dalam keseluruhan upaya untuk meningkatkan produktivitas kerja,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fasilitas mendasar seperti pendidikan, sarana dan prasarana transportasi,

TINJAUAN PUSTAKA. fasilitas mendasar seperti pendidikan, sarana dan prasarana transportasi, 27 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemiskinan Masyarakat miskin adalah masyarakat yang tidak memiliki kemampuan untuk mengakses sumberdaya sumberdaya pembangunan, tidak dapat menikmati fasilitas mendasar seperti

Lebih terperinci

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional.

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional. Definisi Global Profesi Pekerjaan Sosial Pekerjaan sosial adalah sebuah profesi yang berdasar pada praktik dan disiplin akademik yang memfasilitasi perubahan dan pembangunan sosial, kohesi sosial dan pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Pembangunan Desa adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah desa, dalam rangka memajukan desa dan meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat desa. Dana pembangunan

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR

KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR Oleh EVITA DWI PRANOVITANTY A 14203053 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA -Tahun 2005- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pengurus Pusat PPNI, Sekretariat: Jl.Mandala Raya No.15 Patra Kuningan Jakarta Tlp: 62-21-8315069 Fax: 62-21-8315070

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 I. Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) huruf A, B, C, atau D pada lembar jawaban! 1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun

Lebih terperinci

Jenis dan Bentuk Perubahan Organisasi

Jenis dan Bentuk Perubahan Organisasi Modul ke: Jenis dan Bentuk Perubahan Organisasi Fakultas Pasca Sarjanan Dr. Ir. Sugiyono, Msi. Program Studi Magister Manajemen www.mercubuana.ac.id Source: Jones, G.R.2004. Organizational Theory, Design,

Lebih terperinci

INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA Copyright (C) 2000 BPHN INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA *52209 INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (INPRES) NOMOR 14 TAHUN 1999 (14/1999) TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS 8.1. Rancangan Program Peningkatan Peran LSM dalam Program PHBM Peran LSM dalam pelaksanaan program PHBM belum sepenuhnya diikuti dengan terciptanya suatu sistem penilaian

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. BAB I PENDAHULUAN Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. Penanggulangan kemiskinan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, terusmenerus, dan terpadu dengan menekankan pendekatan

Lebih terperinci

115 Universitas Indonesia

115 Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan penelitian ini didasarkan atas tujuan penelitian yang ditetapkan dalam skripsi ini yaitu mendeskripsikan pelaksanaan manajemen kasus yang dilakukan

Lebih terperinci

: PEMBINAAN WILAYAH TINGKAT DESA

: PEMBINAAN WILAYAH TINGKAT DESA 11 PEMBINAAN WILAYAH TINGKAT DESA Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu Tujuan : PEMBINAAN WILAYAH TINGKAT DESA : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Untuk menanamkan pemahaman

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 VISI DAN MISI 1. Visi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi

Lebih terperinci

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 92 VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 8.1. Identifikasi Potensi, Masalah dan Kebutuhan Masyarakat 8.1.1. Identifikasi Potensi Potensi masyarakat adalah segala sesuatu yang

Lebih terperinci

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 2 Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Program Pengembangan Masyarakat (Community Development), seharusnya disesuaikan dengan persoalan yang terjadi secara spesifik pada suatu

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

Oleh, Nurin Fajrina Pada Tahun 2015 ABSTRAK. program pengelolaan hasil laut yang diberikan PT.Petrokimia kepada ibu-ibu nelayan di

Oleh, Nurin Fajrina Pada Tahun 2015 ABSTRAK. program pengelolaan hasil laut yang diberikan PT.Petrokimia kepada ibu-ibu nelayan di PROSES PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM KEMITRAAN PENGELOLAAN HASIL LAUT ( STUDI PADA PELAKSANAAN CSR PT.PETROKIMIA GRESIK DI KELURAHAN LUMPUR, KECAMATAN GRESIK, KABUPATEN GRESIK) Oleh, Nurin Fajrina

Lebih terperinci

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas

Lebih terperinci

mereka bekerja di proyek pertambangan migas tersebut.

mereka bekerja di proyek pertambangan migas tersebut. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Perusahaan Exxon Mobil melaksanakan program CSR berfokus pada tiga pilar, yaitu pendidikan, kesehatan, dan pengembangan ekonomi. Salah satu program pilar pengembangan ekonomi

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Papua merupakan daerah di kawasan timur Indonesia yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Papua merupakan daerah di kawasan timur Indonesia yang mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Papua merupakan daerah di kawasan timur Indonesia yang mengalami ketertinggalan pembangunan selama beberapa dekade. Pada era otonomi daerah, kebijakan Otonomi Khusus

Lebih terperinci