RANCANG BANGUN ALAT PEMISAH GARAM DAN AIR TAWAR BERTINGKAT MENGGUNAKAN TENAGA SURYA DWI SETIADI FIRMANSYAH SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RANCANG BANGUN ALAT PEMISAH GARAM DAN AIR TAWAR BERTINGKAT MENGGUNAKAN TENAGA SURYA DWI SETIADI FIRMANSYAH SKRIPSI"

Transkripsi

1 RANCANG BANGUN ALAT PEMISAH GARAM DAN AIR TAWAR BERTINGKAT MENGGUNAKAN TENAGA SURYA DWI SETIADI FIRMANSYAH SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul: RANCANG BANGUN ALAT PEMISAH GARAM DAN AIR TAWAR BERTINGKAT MENGGUNAKAN TENAGA SURYA adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini. Bogor, DWI SETIADI FIRMANSYAH NRP. C

3 RINGKASAN DWI SETIADI FIRMANSYAH. Rancang Bangun Alat Pemisah Garam dan Air Tawar Bertingkat Menggunakan Tenaga Surya. Dibimbing oleh INDRA JAYA dan TRI PRARTONO. Air tawar dan garam merupakan dua kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Namun saat ini dua hal tersebut menjadi masalah yang belum teratasi oleh bangsa Indonesia ini. Masyarakat di beberapa wilayah Indonesia masih sulit dalam memenuhi kebutuhan air bersih, khususnya wilayah pesisir seperti masyarakat Pulau Panggang, Kep. Seribu, Jakarta. Selain kebutuhan air, permasalahan bangsa Indonesia saat ini adalah kekurangan garam. Di sisi lain, kondisi pesisir Indonesia yang memiliki panjang garis pantai km berpotensi untuk memproduksi garam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang dan membuat alat yang dapat memisahkan garam dan air tawar dari bahan baku air laut dengan menggunakan tenaga surya secara bertingkat. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan September 2012 di Bengkel Workshop Akustik dan Instrumentasi Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Alat ini merupakan suatu alat destilasi yang menerapkan prinsip evaporasi dan endapan air laut. Garam dan air tawar dipisahkan dengan cara memanaskan air laut hingga menghasilkan air uap yang bersifat tawar dan mengendapkan kristal garam menggunakan energi matahari. Dalam penelitian ini suhu lingkungan merupakan faktor eksternal yang sangat berpengaruh dalam produktivitas suatu alat destilasi. Pada hasil percobaan diperoleh suhu lingkungan antara o C. Suhu lingkungan akan mempengaruhi suhu pada ruangan evaporasi yang didalamnya terdapat air laut yang akan diuapkan. Suhu air laut yang diperoleh di percobaan ini berkisar antara o C. Dengan meningkatnya suhu pada ruangan evaporasi maka air laut dalam bak penampungan akan menguap. Uap yang terbentuk lalu mengalami kondensasi pada bagian kaca penutup. Hal ini dikarenakan suhu kaca penutup lebih rendah dari suhu dalam ruangan evaporasi. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, alat ini mampu menghasilkan rata-rata air tawar sebanyak 2.6 liter per hari. Pada proses destilasi tersebut terjadi perubahan sifat fisis dan kimia dari air laut. Setelah melalui proses destilasi, salinitas turun dari 33 menjadi 0, ph mengalami penurunan dari 8 menjadi 6,8. Berdasarkan uji lab, air hasil destilasi sudah memenuhi standar menurut Menteri Kesehatan RI NO.907/MENKES/SK/VII/2002 untuk dapat dikonsumsi. Dari hasil pengujian selama 5 hari, diperoleh jumlah garam sebesar 632 gram dari 20 liter sampel air laut. Kandungan garam yang dihasilkan dari alat ini masih kurang bagus untuk memenuhi SNI garam kualitas I. Hal ini dikarenakan masih adanya hasil sampingan yang terdapat dalam kandungan garam. Namun konsep ini sudah sesuai dengan teori yang ada, butuh penelitian lanjutan untuk mendapatkan kualitas garam yang baik.

4 Hak cipta milik Dwi Setiadi Firmansyah, tahun 2013 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruh dalam bentuk apapun, baik cetak, fotocopy, microfilm, dan sebagainya

5 RANCANG BANGUN ALAT PEMISAH GARAM DAN AIR TAWAR BERTINGKAT MENGGUNAKAN TENAGA SURYA Oleh : DWI SETIADI FIRMANSYAH Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

6 Judul Skripsi Nama Mahasiswa Nomor Pokok Departemen : RANCANG BANGUN ALAT PEMISAH GARAM DAN AIR TAWAR BERTINGKAT MENGGUNAKAN TENAGA SURYA : Dwi Setiadi Firmansyah : C : Ilmu dan Teknologi Kelautan Menyetujui, Dosen Pembimbing Dosen Anggota Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc. NIP Dr. Ir. Tri Prartono, M. Sc NIP Mengetahui, Ketua Departemen, Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc. NIP Tanggal lulus : 14 Maret 2013

7 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, serta inayah yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul Rancang Bangun Alat Pemisah Garam dan Air Tawar Bertingkat dengan Menggunakan Tenaga Surya diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Kelautan pada Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Institut Pertanian Bogor (IPB). Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Allah Swt. atas limpahan rahmat dan karunia yang diberikan kepada penulis. 2. Orangtua (Solok dan Simar), Kakak (Maydiansyah Putra) beserta seluruh keluarga besar atas dukungan, kasih sayang, semangat, dan doa yang tak henti-hentinya diberikan selama penulis selama menempuh pendidikan di IPB. 3. Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M. Sc dan Dr. Ir. Tri Prartono, M. Sc selaku dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian tugas akhir. 4. Dr. Ir. Henry M Manik, M.T selaku Ketua Komisi Pendidikan Sarjana. 5. Bapak/Ibu dosen dan staf penunjang Departemen ITK atas bantuannya selama penulis menjalankan studinya di IPB. 6. Risti E. Arhatin, M.Si, selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan arahan dalam hal akademik selama penulis menempuh studi di Departemen ITK.

8 7. Pihak Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan Dept. MSP IPB dan Lab. Kimia Bersama Dept.Kimia. IPB, khususnya Mbak Lila atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama melakukan analisis di Laboratorium. 8. Muhammad Iqbal, M.Si,, Effin Mutaqin, S.Pi, Rizki Rizaldi Hidayat, S.Pi, Tonny Ari Wibowo, S.IK, Afwan Syaugy, Arif Baswantara, R. Irfan Istiqom, Ahmad Ridho dan Priagung Wicaksono atas bantuan, semangat, dan masukan yang diberikan selama penelitian. 9. Teman-teman seperjuangan ITK 45 dan seluruh warga ITK yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. 10. Seluruh anggota Klub MIT (Marine Insrument and Telemetry) yang tidak henti-hentinya memberi dukungan. 11. Pihak Yayasan Karya Salemba Empat (KSE) yang telah membantu penulis selama perkuliahan 12. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Bogor, Februari 2013 DWI SETIADI FIRMANSYAH

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... vii viii ix 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan TINJAUAN PUSTAKA Kebutuhan Air Masyarakat Pesisir Kebutuhan Garam di Indonesia Energi Surya Destilasi Perpindahan Bahang Konduksi Radiasi Konveksi Standar Kualitas Garam METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Alat dan Bahan Pembuatan Alat Alat Pemisah Garam dan Air Tawar Bertingkat Proses Pengambilan Data Variabel Penelitian Teori Operasi Analisis Laboratorium Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Coba Lapang Laju Penguapan Kualitas Air Destilasi Kualitas Garam Destilasi Nilai Ekonomis KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran... 30

10 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 32

11 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Hirarki Kebutuhan Air Tahapan Endapan dari Evaporasi Air Laut Diagram Alir Pembuatan Alat Bagian Bawah Alat Pemisah Garam dan Air Tawar Bagian Atap Alat Pemisah Garam dan Air Tawar Alat Pemisah Garam dan Air Tawar Bertingkat Proses Kerja Alat Diagram Alir Variabel Pengukuran Grafik Suhu Hasil Pengukuran Selama lima hari dengan Air yang Sama Perbandingan Kuantitas Air Destilasi dengan Volume Air Selama lima hari vii

12 DAFTAR TABEL Halaman 1. Kebutuhan Garam di Indonesia dalam ton Standar kualitas air minum Standar kualitas garam Kualitas air hasil destilasi selama lima hari Kualitas garam hasil destilasi selama lima hari viii

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Data Hasil Uji Coba Lapang Foto Kegiatan ix

14 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesulitan masyarakat di wilayah kepulauan dan daerah timur Indonesia untuk memenuhi kebutuhan air bersih saat ini masih dihadapkan banyak kendala, sebagai contoh kejadian kekurangan air bersih bagi warga di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu yang tidak mencukupi kebutuhan dalam satu hari (Dana, 2011). Pulau Panggang dan sebagian besar pulau di Kabupaten Kepulauan Seribu saat ini hanya bergantung kepada curah hujan sebagai sumber air bersih. Hal ini disebabkan oleh kondisi air tanah sudah tidak layak untuk konsumsi akibat rembesan (intrusi) air laut ke dalam air tanah. Ketersediaan air bersih ini telah berpengaruh terhadap kemungkinan perpindahan warga Pulau Panggang ke Pulau Karya dan Pulau Pramuka ke wilayah yang memiliki kondisi relatif lebih baik. Selain kebutuhan air, permasalahan bangsa Indonesia saat ini adalah kekurangan garam untuk kebutuhan individu. Saat ini Indonesia masih mengimport garam dari negara lain dan jumlahnya melebihi angka 1,5 juta ton per tahunnya (KKP, 2012). Di sisi lain, kondisi pesisir Indonesia yang memiliki panjang garis pantai km berpotensi untuk memproduksi garam. Meskipun tidak semua garam produksi lokal bermutu rendah, kelemahankelemahan mendasar mutu garam lokal yang terjadi adalah kandungan I (iodine) yang rendah, sehingga tidak memenuhi standar menurut Badan Standarisasi Nasional (BSN). Setidaknya terdapat 13 kriteria standar mutu yang harus dipenuhi oleh produsen garam. Di antaranya adalah penampakan bersih, berwarna putih, tidak berbau, tingkat kelembaban rendah, dan tidak terkontaminasi dengan timbal/bahan logam lainnya. Kandungan NaCl untuk garam konsumsi manusia

15 2 tidak boleh lebih rendah dari 97 % untuk garam kelas satu dan tidak kurang dari 94 % untuk garam kelas dua. Tingkat kelembaban disyaratkan berkisar 0,5 % dan senyawa SO4 tidak melebihi batas 2,0 %. Kadar iodium berkisar ppm. Pemerintah melalui Kepmen No 77/1995 tentang Pengolahan, Pelabelan dan Pengemasan Garam Beryodium berupaya meningkatkan kualitas garam rakyat sehingga memenuhi syarat SNI. Proses produksi garam rakyat kebanyakan hanya bergantung pada alam (air laut dan cuaca) dan sedikit muatan teknologinya. Khususnya kadar yodium rendah, dimana konsumsi dalam jangka panjang menyebabkan timbulnya penyakit gondok di beberapa daerah akibat kekurangan yodium. Sekitar 16,42 juta jiwa penduduk Indonesia merupakan masyarakat yang hidup di kawasan pesisir. Karena potensi sumber daya alam hayati maupun nonhayati, sumber daya buatan serta jasa lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Namun hal ini tidak menjadikan sepenuhnya masyarakat pesisir sejahtera. Masih rendahnya produktivitas mereka menyebabkan mereka sulit untuk keluar dari ketidaksejahteraan. Diharapkan dengan dikembangkannya alat untuk memproduksi air bersih dan garam ini dapat menaikkan produktivitas sehingga mampu meningkatkan tingkat kesejahteraan mereka. Upaya yang dapat dilakukan untuk penyediaan air bersih adalah dengan memanfaatkan air yang ada, salah satunya adalah air laut. Untuk dapat memanfaatkannya, air laut diolah terlebih dahulu secara praktis dan ramah lingkungan dengan distilator tenaga surya (solar energy). Pemanfaatan tenaga surya untuk distilasi (penyulingan) air laut menjadi air tawar juga merupakan bentuk pemanfaatan energi alternatif.

16 3 Hidayat (2011) telah melakukan penelitian mengenai pembuatan rancang bangun alat pemisah garam dan air tawar. Namun penelitian tersebut memiliki beberapa kelemahan, antara lain kurangnya parameter untuk menentukan kualitas air tawar yang dihasilkan serta garam yang dihasilkan kualitasnya masih rendah, sehingga perlu dilakukan proses pencucian. Oleh karena itu, kegiatan pembuatan alat pemisah garam dan air tawar ini dilakukan sebagai lanjutan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya Tujuan Tujuan Penelitian ini adalah : 1. Merancang dan membuat alat yang dapat memisahkan garam dan air tawar dari bahan baku air laut dengan menggunakan energi matahari secara bertingkat. Mengukur kandungan kimia dan fisik yang terdapat dalam garam dan air tawar yang dihasilkan melalui proses destilasi.

17 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebutuhan Air Masyarakat Pesisir Air adalah salah satu sumberdaya alam yang merupakan sumber kehidupan manusia. Sumberdaya air ini harus dapat dikelola secara profesional agar ketersediaan air tawar sepanjang tahun tetap terjamin untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih. Air tanah sebagai salah satu sumber pasokan akan kebutuhan air untuk berbagai aktivitas. Pemanfaatan air tanah dangkal (shallow groundwater) di Indonesia tidak ada catatan kapan dimulainya, tetapi air tanah dalam (deep groundwater) mulai dimanfaatkan pada 1948 dengan suksesnya pengeboran artesis di benteng Prins Hendrik, Jakarta (Soetrisno, 1993). Oleh karena itu pencarian sumber air lain yang dekat, yaitu air yang ada dibawah permukaan tanah atau airtanah. Sebagian besar masyarakat pesisir di Indonesia memanfaatkan air tanah untuk memenuhi kebutuhan akan air dalam rumah tangganya. Semakin bertambahnya tahun dan meningkatnya populasi manusia, kebutuhan masyarakat pesisir akan air bersih semakin meningkat pula. Manusia memiliki berbagai kategori untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari (Gambar 1). Semakin tinggi tingkat kuantitasnya, maka semakin rendah kualitas air yang dibutuhkan Kebutuhan Garam di Indonesia Garam merupakan salah satu komoditas yang sedang diprioritaskan untuk dikembangkan oleh Kementrian Perindustrian dan Kementrian Kelautan dan Perikanan. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kemenperin (Tabel 1), luas produksi garam yang produktif saat ini di Indonesia adalah sekitar Ha,

18 5 kemampuan produksi rata-rata berkisar antara 1,1-1,4 juta ton per tahun. Menteri Kelautan dan Perairan, mengatakan bahwa kebutuhan untuk tahun 2011 diperkirakan mencapai 3,4 juta ton yang antara lain digunakan 1,6 juta ton untuk konsumsi rumah tangga dan 1,8 juta ton garam untuk industri, dan diperkirakan pada akhir tahun produksi garam lokal mencapai 1,4 juta ton garam (Prayanto, 2011). Kebutuhan akan garam diperkirakan akan terus meningkat menjadi 5 juta ton pada tahun 2015 seiring dengan pertumbuhan industri penggunanya. Gambar 1. Hirarki kebutuhan air (WHO, 1998) Tabel 1. Kebutuhan Garam di Indonesia dalam ton Uraian Tahun Pasokan Dalam Negeri Kebutuhan Dalam Negeri Industri CAP Garam Konsumsi Industri Pangan Pengeboran Minyak Lain-lain sumber: Kemenperin (2013)

19 6 Walaupun Indonesia merupakan negara maritim, namun usaha meningkatkan produksi garam belum diminati, termasuk dalam usaha meningkatkan kualitasnya. Di lain pihak, kebutuhan garam berkualitas baik (kandungan kalsium dan magnesium) dan beryodium serta garam industri kurang banyak diimpor dari luar negeri. 2.3 Energi Surya Energi matahari atau energi surya merupakan energi yang murah dan melimpah di daerah tropis seperti di Indonesia, energi ini sangat potensial untuk kebutuhan masyarakat sebagai energi alternatif. Persediaan alamiah energi panas matahari yang sustainable telah lebih dari cukup jika dimanfaatkan secara maksimal (Hasyim 2005). Pemanfaatan energi surya secara langsung harus dipertimbangkan sifat-sifat fisika dari sinar matahari. Lakitan (2002) mengatakan bahwa untuk mengkaji aspek fisika cahaya ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya : porsi serapan cahaya (absorbtivity), porsi pantulan (reflectivity), porsi terusan (transmisivity), daya pancar (emisivity), aliran energi cahaya (radian flux), kerapatan aliran energi cahaya (radian flux density), intensitas terpaan (irradiance), dan intensitas pancaran cahaya (emmitance). Energi surya sudah banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain : pencahayaan, pemanasan, memasak, desinfektisasi, dan desalinisasi Destilasi Destilasi atau penyulingan adalah perubahan bahan dari bentuk cair ke bentuk gas melalui proses pemanasan cairan tersebut, dan kemudian mendinginkan gas hasil pemanasan, untuk selanjutnya mengumpulkan tetesan

20 7 cairan yang mengembun (Cammack, 2006). Salvato (1972) mengemukakan bahwa destilasi sangat berguna untuk konversi air laut menjadi air tawar. Konversi air laut menjadi air tawar dapat dilakukan dengan teknik destilasi panas buatan, destilasi tenaga surya, elektrodialisis, osmosis, gas hidrasi dan pembekuan. Homig (1978) menyatakan bahwa untuk pembuatan instalasi destilator yang terpenting adalah harus tidak korosif, murah, praktis dan awet. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman telah mengembangkan destilator tenaga surya atap kaca sebagai teknologi terapan untuk penyulingan air laut. Alat ini cocok untuk daerah pantai dan daerah sulit air. Data teknis dan spesifikasi alat yang dikembangkan adalah terdiri pengumpul kalor, kaca penutup kanal kondensat, kotak kayu dan sistem isolasi. Kimpraswil (2004) menyatakan bahwa dengan destilator tenaga surya dengan dimensi ruang pemanas 94 cm x 48 cm bisa dihasilkan air tawar 6-8 l/hari, sedangkan Marsum (2004) menemukan bahwa destilator tenaga surya dengan dimensi ruang pemanas yang sama, mampu menghasilkan air tawar sebanyak 1,34 2,95l l/hari atau rata-rata 1,88 l/hari. Dalam proses destilasi ada beberapa tahapan mineral yang terendapkan, hal tersebut dikarenakan mineral-mineral yang terdapat dalam air laut memiliki massa jenis partikel yang berbeda (Gambar 2), diketahui bahwa pada saat air menguap sebesar 81%, 90.5%, dan 96% senyawa yang mengendap secara berurut adalah CaCO3, CaSO4, NaCl, dan K & Mg (Wright, 1995). Sehingga berdasarkan endapan tersebut kita dapat memisahkan zat pengotor dalam proses pembuatan garam dengan cara destilasi

21 8 Gambar 2. Tahapan endapan dari evaporasi air laut 2.5. Perpindahan Bahang Konduksi Jika pada suatu benda terdapat gradien suhu, maka akan terjadi perpindahan energi dari bagian bersuhu tinggi kebagian bersuhu rendah. Bahang mengalir secara konduksi dari daerah yang bersuhu tinggi ke daerah yang bersuhu rendah. Menurut Rao (2001), energi berpindah secara konduksi berbanding dengan gradien suhu normal : maka: q A ~ T x...(1) Jika dimasukkan konstanta proposionalitas atau tetapan kesebandingan, q = KA T x...(2) Pada konstanta diatas tanda minus diselipkan agar memenuhi hukum termodinamika, yaitu bahwa mengalir ke tempat yang rendah, dimana : A K q = Luas permukaan (m²) = konduktifitas thermal kaca yaitu sebesar 1,83 W/m. C = Laju perpindahan kalor (W)

22 9 T x = gradien suhu ke arah perpindahan kalor Radiasi Berlainan dengan mekanisme konduksi dan konveksi dimana perpindahan energi terjadi melalui perantara, pada radiasi kalor berpindah tanpa melaui perantara atau pada ruang hampa. Mekanisme disini adalah sinaran atau radiasi elektromagnetik. Pertukaran panas netto secara radiasi antara dua badan ideal atau benda hitam adalah : q = σ. A. (T 4. w T 4 c )...(3) dimana : σ = konstanta Stefan Boltzmann (5,67x10 8 W/m 2. o K 4 ) A = Luas bidang (m 2 ) T w = Temperatus air ( o K) T c = Temperatur kaca ( o K) Konveksi Udara yang mengalir diatas suatu permukaan panas, misalnya dalam saluran baja sebuah alat pemanas udara surya dipanasi secara konveksi. Apabila aliran udara disebabkan oleh sebuah blower, kita menyebutnya sebagai konveksi paksa dan apabila disebabkan oleh gradien massa jenis, maka disebut konveksi alamiah (Som, 2008). Pada umumnya, perpindahan panas konveksi dapat dinyatakan dengan hukum pendinginan Newton sebagai berikut : q = h. A. (T w T c )...(4) dimana :

23 10 h = Koefisien konveksi (W/m 2. o K) A = Luas permukaan (m 2 ) T w = Temperatus air ( o K) T c = Temperatur kaca ( o K) 2.6 Standar Kualitas Garam Berdasarkan kualitasnya, garam rakyat dikelompokan 3 jenis yaitu : 1. Kualitas 1 yaitu kualitas terbaik yang memenuhin syarat untuk bahan industri maupun untuk konsumsi, dengan komposisi sebagai berikut : NaCl : 97,46 % CaCl2 : 0,723 % CaSO4 : 0,409 % MgSO4 : 0,04 % H2O : 0,63 % Impurities : 0,65 % 2. Kualitas 2 yaitu kualitas dibawah Kualitas 1, garam jenis ini harus dikurangi kadar berbagai zat agar memenuli standart sebagai bahan baku industri. Secara fisik garam Kualitas 2 berwarna agak kecoklatan dan agak lembab. 3. Kualitas 3 merupakan garam kualitas terendah, tampilan fisik yang coklat dan bercampur lumpur.

24 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga bagian, yaitu pembuatan alat, uji coba alat dan uji hasil. Pembuatan alat dilakukan dari bulan Februari sampai dengan April di Bengkel Workshop Akustik dan Instrumentasi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan, Institut Pertanian Bogor. Kemudian uji coba alat dilakukan di SLK (Stasiun Lapang Kelautan) Pelabuhan Ratu, Jawa Barat pada bulan Mei 2012 dan pengujian hasil di lakukan di Lab. Produktivitas dan Lingkungan Perairan Dept. MSP dan Lab. Kimia Bersama Dept.Kimia pada bulan September 2012 (Lampiran 2) 3.2. Alat dan Bahan Dimensi dan bahan yang digunakan pada alat pemisah garam dan air tawar ini adalah: 1) Rangka luar terbuat dari kayu Borneo dengan ukuran luas penampang 5x10 cm. 2) Rangka dalam terbuat dari kayu Borneo dengan ukuran luas penampang 5x7 cm. 3) Penutup bagian atas alat terbuat dari kaca transparan dengan ketebalan 5 mm yang diberi bingkai alumunium. 4) Alas terbuat dari keramik warna hitam. 5) Insulator terbuat dari styrofoam dengan ketebahan 3 cm. 6) Talangan air menggunakan pipa plastik dengan ukuran 2x3 cm.

25 12 7) Bak penampung air laut terbuat dari keramik dengan kapasitas 158 liter, sedangkan bak penampung air tawar menggunakan drum berkapasitas 60 liter. 8) Penyaring air terbuat dari penyaring sederhana untuk menyaring air 3.3. Pembuatan Alat Pengerjaan alat disusun ke dalam beberapa tahap yang mencangkup perencanaan dan pola pelaksanaan kerja. Desain cara kerja alat tersebut diatur sesuai algoritma pada Gambar 3 meliputi: persiapan, perumusan masalah, perancangan model, pengujian model, perancangan perangkat, penyatuan perangkat, dan pengujian sistem hingga memenuhi syarat. Perancangan model meliputi pembuatan desain dan pemilihan bahan yang akan digunakan. Pemilihan bahan yang tepat sangat mempengaruhi kinerja dan daya tahan alat. Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan untuk pembuatan alat destilasi adalah sifat korosifnya. Untuk itu bahan-bahan yang digunakan adalah bahan-bahan yang tidak korosif. Perancangan model dilakukan berupa pengujian desain dalam bentuk miniatur. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah desain yang dibuat sudah dapat bekerja secara optimal. Apabila kinerja dari model belum dapat bekerja secara optimal maka perlu dilakukan perubahan pada desain yang telah dibuat, sedangkan apabila model sudah berjalan secara optimal maka lanjut ke tahap berikutnya, yaitu pembuatan alat. Pembuatan alat mencangkup pembuatan bak, pembuatan atap ruang evaporasi, dan pembuatan saluran keluaran dari air tawar. Bagian-bagian yang telah dibuat pada tahap sebelumnya diintegrasikan menjadi

26 13 alat destilator. Selanjutnya dilakukan ujicoba, ujicoba mencangkup pengukuran parameter yang mempengaruhi kinerja alat destilasi. Mulai Persiapan Perumusan Masalah Perancangan Model Model Sesuai Tidak Ya Pembuatan Bagian Destilasi Integrasi Bagian Destilasi Ujicoba Tidak Ya Berhasil Selesai Gambar 3. Diagram Alir Pembuatan Alat 3.4. Alat Pemisah Garam dan Air Tawar Bertingkat Alat pemisah garam dan air tawar bertingkat ini merupakan alat destilasi dengan prinsip evaporasi yang terdiri dari dua bagian utama yaitu bak penjemuran

27 14 (Gambar 4) dan ruang evaporasi (Gambar 5). Bak penjemuran dengan ukuran 200 x 120 x 5 cm (a) terbuat dari bahan keramik warna hitam. Pemilihan warna hitam bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bak penjemuran menyerap kalor. Selain sebagai wadah penjemuran air, bak tersebut juga berperan sebagai kolektor pelat datar yang berfungsi untuk menyerap panas. Energi matahari akan memanasi permukaan pelat kolektor secara langsung sehingga panas yang terserap lebih besar. Untuk mengurangi kehilangan energi panas ke lingkungan maka di sisi luar bak penjemuran dilapisi insulator (b) berupa sterofoam dengan ketebalan 3 cm. Pada bagian luar, sebagai penahan atap ruang evaporasi dibuat cassing dari kayu dengan ketebalan 6 cm (c). Pada bagian bawah ini juga terdapat saluran air tawar hasil destilasi (d) yang terbuat dari pipa PVC. Keterangan: (a)= Bak penjemuran Gambar 4. Bagian bawah alat pemisah garam dan air tawar Rangka atap ruang evaporasi terbuat dari bahan alumunium untuk menghindari terjadinya korosi (e). Sedangkan dinding dari ruang evaporasi terbuat dari kaca transparan ketebalan 4 mm (f). Ruangan ini memiliki tinggi 60 cm dengan kemiringan penutup 40 o. Kemiringan kaca penutup tidak boleh terlalu landai agar embun yang terbentuk pada kaca penutup tidak jatuh kembali ke bak

28 15 penjemuran tetapi mengalir ke saluran air hasil destilasi. Penggunaan kaca dipilih sebagai penutup dikarenakan kaca mempunyai sifat kaku, tahan terhadap panas matahari, memiliki daya tembus yang baik, serta memiliki emisivitas yang baik yaitu sebesar 0,98. Selain itu kaca merupakan bahan yang baik untuk mengalirnya air. Kedua bagian tersebut kemudian dibuat menjadi dua secara bertingkat (Gambar 6) Keterangan: (e)= almumunium Gambar 5. Bagian atap alat pemisah garam dan air tawar Gambar 6. Alat pemisah garam dan air tawar bertingkat

29 Proses Pengambilan Data Proses pengambilan data dilakukan dengan cara menjemur setengah dari input air laut (20 liter) pada wadah pertama, kemudian dialirkan ke wadah kedua hingga semua air tersebut menguap (Gambar 7). Selama proses penjemuran tersebut dilakukan pengukuran suhu lingkungan, kaca, dan air laut serta volume air hasil destilasi dan berat kering kriostal garam yang terbentuk.. Pengambilan data suhu dan volume dilakukan dari pukul sampai dengan pukul Ujicoba dilakukan pada pukul tersebut karena diharapkan pada jam tersebut panas dari energi matahari dalam keadan maksimal. Semua air destilasi yang di tampung diukur per hari menggunakan gelas ukur. Suhu diukur menggunakan termometer raksa dengan pencatatan tiap 30 menit. Semua endapan garam yang terbentuk kemudian ditimbang berat keringnya menggunakan timbangan digital. Air (20 l) dimasukkan ke dalam rumah kaca 1 (atas) Proses kondensasi 1 oleh matahari hingga air menguap 50% dari ketinggian sebelumnya Air dialirkan dari rumah kaca 1 ke rumah kaca 2 Air hasil kondensasi 1 & 2 Proses kondensasi 2 oleh matahari hingga air habis Air disaring dengan filter Air tawar Garam Gambar 7. Proses kerja alat

30 Variabel Penelitian Variabel yang diukur mencakup suhu lingkungan, suhu air laut di dalam ruang evaporasi, suhu kaca penutup ruang evaporasi, dan volume air tawar yang dihasilkan. Variabel tersebut lah yang nantinya sangat mempengaruhi unjuk kerja dari alat destilator (Gambar 8). Suhu lingkungan Suhu air laut di dalam ruang evaporasi Suhu kaca penutup ruang evaporasi Volume air Destilator Tenaga Surya Dan Filtrasi Air Efisiensi / unjuk kerja model alat Selisih suhu antara suhu lingkungan dengan suhu kaca Jumlah dan kualitas air tawar yang dihasilkan Jumlah dan kualitas garam yang dihasilkan 3.7. Teori Operasi Gambar 8. Diagram Alir Variabel Pengukuran Radiasi surya yang diserap oleh air sebagai panas τα G T, dipindahkan ke tutup dengan cara konveksi (q kon ), radiasi (q rad ), dan penguapan (q uap ). Dengan asumsi tidak ada kehilangan panas melalui alas dan sisi-sisinya, maka kesetimbangan energi pada air dapat ditentukan dengan persamaan τα G T = q kon + q rad + q uap. (5) Komponen konveksi ditentukan dengan persamaan q kon = 8, T w T c + P w P c P w T w 1 3 (T w T c ) (6) dimana P w P c adalah tekanan parsial uap air (N/m 2 ) yang diperoleh dari tabel uap pada temperatur (K) air (T a ) dan kaca (T c ). Komponen penguapan ditentukan dengan persamaan

31 18 q uap = 16, q kon P w P c T w T c...(7) Sedangkan komponen radiasi ditentukan dengan persamaan q rad = σ εw T w 4 T c 4...(8) Untuk menentukan laju penguapan maka digunakan rumus m uap = q uap h fg (9) Setelah mengetahui laju penguapan maka kita dapat menentukan ukuran bak pengeringan dengan persamaan A = v q...(10) Dimana : A = luas Penampang (m²) v = Volume yang ingin dihasilkan (l) q = Laju penguapan (w) 3.8. Analisis Laboratorium Analisis hasil dilakukan di Laboraturium Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK-IPB untuk pengujian kualitas air dan Laboratorium Kimia Bersama, Departemen Kimia, FMIPA-IPB untuk pengujian kualitas garam. Salinitas diukur menggunakan refraktometer sedangkan ph diukur menggunakan ph meter digital. Penentuan TSS digunakan metode gravimetri langkah-langkah proses sebagai berikut : a) Kertas saring disiapkan dan cawan penguapan dipanaskan dengan suhu 105 o C selama 20 menit. Kemudian diambil dan didinginkan ke dalam desikator selama ± 5 menit lalu ditimbang untuk mengetahui beratnya (berat kering). b) Sampel air laut dan sampel air hasil diukur sebanyak 100 ml.

32 19 c) Masing-masing sampel disaring dengan kertas saring yang sudah diketahui beratnya. d) Sampel dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105 o C selama 1 jam, kemudian dinginkan dalam desikator selama ± 15 menit lalu. e) kemudian diimbang untuk mengetahui beratnya (berat basah). f) TSS dihitung dengan menggunakan rumus : dimana : TSS = B b B k V B b = Berat basah (gr) B k = Berat kering (gr) V = Volume sampel (l) (11) 3.9. Analisis Data Hasil dari penelitian ini dapat dikatakan berhasil apabila kualitas garam dan air tawar yang dihasilkan memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Kemudian penyimpulan lainnya berdasarkan kualitas garam yang terdapat pada tiap wadah. Apabila terdapat perubahan nyata antara kualitas wadah pertama dan kedua, maka penelitian ini dapat dikatakan berhasil. Berikut adalah standar mutu yang telah ditetapkan menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No 416/MENKES/PER/IX/1990 dan Standar Nasional Indonesia Garam Beryodium SNI untuk air tawar dan garam (Tabel 2 dan 3) :

33 20 Tabel 2. Standar kualitas air minum Parameter BM *) BM **) Satuan FISIKA Warna Pt.Co Kekeruhan 5 5 NTU TDS mg/l Bau Tidak berbau - - Rasa Tidak berasa - - KIMIA ph Kesadahan total mg/lcaco 3 Klorida mg/l Ammonia mg/l Nitrit mg/l Nitrat 3 1 mg/l Sulfat mg/l Sulfida mg/l Besi mg/l Barium mg/l Boron mg/l Natrium mg/l Mangan mg/l Florida mg/l Seng 3 15 mg/l Timah hitam mg/l Kadmium mg/l Air Raksa mg/l Arsen mg/l Klorin 5 - mg/l Sianida mg/l Khrommium mg/l Tembaga 2 - mg/l Selenium mg/l Nikel mg/l Deterjen mg/l Alumunium mg/l MIKROBIOLOGI Fecal Coli 0 0 MPN/100ml *)Baku Mutu Air Minum menurut MENKES RI NO.907/MENKES/SK/VII/2002 **)Baku Mutu Air Bersih Berdasarkan Peraturan MENKES RI.No.416/MENKES/PER/IX/1990

34 21 Tabel 3. Standar kualitas garam Materi Standar Mutu Garam Kualitas 1 (%) NaCl Minimal 97,46 CaCl 2 Maksimal 0,72 CaSO 4 Maksimal 0,41 MgSO 4 Maksimal 0,04 Lain-lain Maksimal 1,37 Sumber : Standar Nasional Indonesia Garam Beryodium SNI

35 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Uji Coba Lapang Pada penelitian ini terdapat dua faktor yang mempengaruhi proses destilasi, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal pada proses destilasi ini adalah suhu lingkungan dan faktor internalnya adalah kerapatan dari ruang evaporasi. Kedua hal tersebut yang sangat mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas suatu alat destilasi air laut. Parameter yang diukur antara lain suhu air, kaca, dan lingkungan. Berdasarkan hasil pengamatan didapat nilai suhu yang berbeda pada tiap harinya tergantung dari besarnya intensitas matahari yang diterima. Proses destilasi berlangsung selama 5 hari, dengan suhu lingkungan berkisar antara o C (lampiran 1). Nilai suhu terendah terjadi diakibatkan cuaca mendung yang biasa terdapat pada saat sore hari. Nilai suhu lingkungan sangat berpengaruh erat terhadap nilai suhu kaca dan kemudian berdampak terhadap suhu air. Hal ini disebabkan lamanya penyinaran terik matahari pada kaca akan meningkatkan suhu pada kaca, kemudian suhu air ikut meningkat pula. Hal tersebut terjadi disebabkan adanya proses radiasi serta penyerapan bahang dari energi matahari. Namun suhu kaca relatif lebih mudah menurun apabila suhu lingkungan menurun dibandingkan dengan suhu air. Hal ini dikarenakan air merupakan zat penyimpan panas yang baik. Pada penelitian ini diperoleh suhu kaca pada kisaran o C dan suhu air pada kisaran o C (Gambar 9).

36 23 Gambar 9. Grafik suhu hasil pengukuran selama lima hari dengan air yang sama. Penelitian ini menggunakan konsep green house effect (efek rumah kaca) untuk meningkatkan suhu pada ruang evaporasi. Wisnubroto (2004) mengatakan bahwa sinar matahari memiliki panjang gelombang ( λ ) antara 0,3-3 μm, dan hanya panjang gelombang antara 0,32-2 μm yang mampu menembus kaca transparan dengan membawa energi panas. Ketika melewati kaca sinar matahari mengalami perubahan panjang gelombang dari 0,32-2 μm menjadi 3-80 μm. Akibatnya sinar matahari tidak dapat keluar dan terkurung di dalam ruangan

37 24 evaporasi. Energi panas yang terbawa oleh sinar matahari tersebut akan terakumulasi sehingga suhu di dalam ruangan evaporasi akan meningkat. 4.2 Laju Penguapan Proses destilasi berlangsung selama lima hari, dan diperoleh produksi ratarata air dalam setiap hari adalah 2.6 l per hari. Air tawar yang dihasilkan disini merupakan uap dari air laut yang ditahan oleh kaca untuk kemudian dialirkan melalui pipa menuju bak penampung air tawar. Jumlah air tawar hasil destilasi terendah terdapat pada hari terakhir yaitu sebesar 0.54 liter. Hal ini dikarenakan air yang terdapat pada alat destilasi sudah habis, berlangsung hanya selama ±180 menit. Jumlah air tawar maksimal terdapat pada hari keempat (Gambar 10). Pada hari tersebut intensitas matahari yang diterima maksimal sehingga dapat menaikkan suhu kaca dan air. Suhu lingkungan pada hari tersebut berkisar antara o C, dengan rata-rata o C. 25 Volume Air (Liter) Hari ke- kuantitas air destilasi volume air per hari Gambar 10. Perbandingan kuantitas air destilasi dengan volume air selama lima hari

38 25 Proses penguapan pada ruangan evaporasi akan semakin baik apabila suhu air dalam ruang evaporasi semakin tinggi. Semakin tinggi suhu suatu zat cair maka pergerakan molekul di dalamnya akan semakin cepat hingga terjadi tumbukan antar molekul yang akan menyebabkan semakin cepatnya proses perpindahan massa dari cairan ke gas (penguapan). Selanjutnya setelah proses penguapan, terdapat proses pengembunan yang merupakan proses akhir dari destilasi. Proses pengembunan dipengaruhi oleh suhu kaca penutup ruang evaporasi. Semakin rendah suhu kaca penutup maka proses pengembunan akan semakin cepat terjadi. Kedua hal tersebut yang mempengaruhi kuantitas air hasil destilasi yang dihasilkan. Pada penelitian ini, penguapan air laut terjadi pada suhu di bawah 100 o C namun secara teori air akan mendidih pada suhu 100 o C pada keadan normal (1 atm). Hal ini disebabkan karena ruang evaporator memiliki suhu yang tinggi akibat pemanasan radiasi surya yang menyebabkan suhu udara dalam ruang evaporasi meningkat. Dengan adanya kondensasi pada bagian penutup yang memiliki suhu lebih rendah bila dibandingkan dengan suhu pada evaporator, maka akan memurunkan suhu pengembunan sehingga menyebabkan suhu evaporator tersebut berada di bawah titik uap air secara normal. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, kuantitas air hasil destilasi belum maksimal. Hal tersebut disebabkan masih terdapat sedikit kebocoran pada alat destilasi dan kondisi sinar matahari yang kurang mendukung. Kondisi sinar matahari yang maksimal akan mengakibatkan penguapan (uap air) yang maksimal, sehingga menghasilkan air embun (air destilasi) yang maksimal juga. Menurut Lakitan (2002) laju evaporasi di Indonesia terjadi secara bervariasi

39 26 tergantung ketinggian tempat dan waktu. Pada bulan Januari April laju evaporasi masih rendah, puncaknya terjadi pada bulan Juni September. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Maret April Ini berarti pada periode dimana terjadi kondisi laju penguapan rendah Kualitas Air Destilasi Air yang dihasilkan pada penelitian ini secara umum sudah layak untuk dikonsumsi. Hal tersebut dikarenakan air ini sudah memenuhi standar baku mutu air minum menurut Menteri Kesehatan RI NO.907/MENKES/SK/VII/2002 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI. No.416/MENKES/PER/IX/1990. Beberapa parameter yang diuji dapat dilihat pada Tabel 4. Selama proses penguapan air pada ruang evaporasi terjadi pengendapan dari zat-zat yang terkandung di air tersebut sebelumnya. Zat yang mengendap dari air laut merupakan unsur-unsur penyusun air alam dan berbagai impurities (berupa unsur logam, garam, bahan padat, dan lain-lain). Endapan tersebut merupakan hasil sampingan (sisa) dari alat destilasi ini. Akan tetapi hasil sisa ini masih bisa dimanfaatkan kembali sebagai garam untuk berbagai keperluan rumah tangga maupun industri Kualitas Garam Destilasi Dari hasil pengujian selama enam hari diperoleh jumlah garam sebesar 632 gram dari 20 liter sampel air laut. Jumlah garam tersebut merupakan jumlah dari total dua wadah destilasi. Garam pada wadah pertama merupakan hasil dari 50% penguapan air awal dan garam pada wadah kedua hasil dari 50% sisanya.

40 27 Tabel 4. Kualitas air hasil destilasi selama lima hari Parameter air destilasi BM *) BM **) Satuan FISIKA Warna < Pt.Co Kekeruhan NTU TDS mg/l Bau Tidak berbau Tidak berbau - - Rasa Tidak berasa Tidak berasa - - KIMIA ph Kesadahan total mg/lcaco 3 Klorida mg/l Ammonia mg/l Nitrit mg/l Nitrat mg/l Sulfat mg/l Sulfida < mg/l Besi < mg/l Barium < mg/l Boron < mg/l Natrium mg/l Mangan < mg/l Florida mg/l Seng 0, mg/l Timah hitam < mg/l Kadmium < mg/l Air Raksa < mg/l Arsen < mg/l Klorin mg/l Sianida < mg/l Khrommium < mg/l Tembaga < mg/l Selenium < mg/l Nikel < mg/l Deterjen < mg/l Alumunium < mg/l MIKROBIOLOGI Fecal Coli MPN/100ml Tabel 5. Kualitas garam hasil destilasi selama lima hari *)Baku Mutu Air Minum menurut MENKES RI NO.907/MENKES/SK/VII/2002 **)Baku Mutu Air Bersih Berdasarkan Peraturan MENKES RI.No.416/MENKES/PER/IX/1990

41 28 Garam K* (%) B** (%) Standar Mutu Garam Kualitas I (%) NaCl CaCl CaSO MgSO Lain - Lain Keterangan *wadah1 **wadah2 Garam yang dihasilkan pada proses destilasi alat ini mash belum memenuhi standar. Namun berdasarkan hasil yang didapat kinerja alat ini sudah sesuai dengan teori tahapan endapan evaporasi air laut. Hal tersebut dapat dilihat pada perbedaan presentase kadar garam yang dihasilkan pada wadah 1 dan wadah 2. Wadah 1 berfungsi untuk mengendapkan hasil sampingan dan wadah 2 berfungsi untuk menghasilkan garam yang bersih. Hanya saja pada penelitian ini perbandingan kadar air pada wadah ini 50:50. Sehingga masih terdapat hasil sampingan pada wadah kedua (bersih) Nilai Ekonomis Dari penelitian ini menunjukkan bahwa alat destilasi dengan memanfaatkan tenaga surya mampu menghasilkan air tawar sebanyak 2.6 l/hari. Namun saat musim kemarau permintaan air bersih akan meningkat, sehingga besar kemungkinan harga air bersih akan melonjak. Pembuatan alat ini menghabiskan biaya Rp ,-, suatu biaya yang tak begitu besar bila dibandingkan dengan manfaatnya. Alat ini akan dapat menghasilkan air tawar yang lebih maksimal apabila tidak terdapat kebocoran dan dioperasikan pada musim kemarau. Karena alat ini sangat ketergantungan dengan banyak dan lamanya penyinaran matahari dengan suhu yang tinggi. Sehingga permasalahan

42 29 kekurangan air dapat diatasi dengan adanya alat destilasi ini. Khususnya pada daerah tertentu seperti Kalimantan dan pulau-pulau kecil ketersediaan air tawar menjadi sangat langka. Alat ini juga dapat bermanfaat pada saat terjadi bencana alam pada suatu daerah pesisir. Karena pada saat setelah terjadi bencana masyarakat sulit mendapatkan air bersih, contohnya pada saat gempa di wilayah Pariaman, Sumatra Barat. Oleh karena itu pemanfaatan destilator tenaga surya menjadi layak dipertimbangkan untuk digunakan di daerah sulit air. Destilator tenaga surya memiliki keunggulan komparatif dalam hal penggunaan energi matahari yang murah dan melimpah. Ketersediaan alamiah energi panas matahari yang sustainable telah lebih dari cukup jika dimanfaatkan secara maksimal (Abdullah, 2005). Disamping itu, destilator tenaga surya memiliki disain dan konstruksi yang sederhana. Mudah dibuat dari bahan bahan yang tersedia di desa oleh tenaga lokal. Hampir tidak diperlukan keahlian khusus untuk membuat dan mengoperasikan destilator tenaga surya dimaksud. Selain air tawar, alat ini juga potensial untuk memproduksi garam dengan kualitas yang cukup baik. Dikarenakan proses produksi garam dilakukan dalam wadah evaporasi yang tertutup, petani garam tidak perlu khawatir dengan adanya hujan.

43 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat destilasi ini mampu menghasilkan air tawar dengan rata-rata 2.6 liter per hari. Selain air tawar, yang dihasilkan dari alat destilasi ini adalah garam sebanyak 632 gram per 5 hari untuk 20 liter air laut. Berdasarkan uji laboratorium kualitas air yang dihasilkan alat ini sudah layak konsumsi karena sudah memenuhi standar baku mutu air minum menurut Menteri Kesehatan RI NO.907/MENKES/SK/VII/2002 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI. No.416/MENKES/PER/IX/1990. Akan tetapi kualitas garam yang dihasilkan masih belum memenuhi standar baku mutu. Hal tersebut dikarenakan kandungan NaCl dari garam yang dihasilkan masih di bawah standar. 5.2 Saran Perlu dilakukan percobaan perbandingan penguapan yang berbeda-beda antara wadah 1 dan 2, dimana wadah 1 harus memiliki jumlah penguapan yang lebih besar dibandingkan dengan wadah 2. Dengan harapan pada wadah kedua mampu menghasilkan garam yang memenuhi standar.

44 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Sugeng Distilator Tenaga Surya, Sekolah Pascasarjana UGM Yogyakarta, Yogyakarta. Cammack, R Oxford Dictionary of Biochemistry and Molecular Biology. Oxford University Press. New York. 720 h. Dana G, Buana S Analisis Perbandingan Pola Pasokan Air Bersih di Wilayah Kepulauan. Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. 9 h. Direktorat Jendral Industri Kimia dan Pustand (Pusat Standardisasi - Depperindag) Balai Indusri Semarang Penyusunan Standar Nasional Indonesia Garam Beryodium. Semarang. SNI /Rev.9 Enger, E. D dan Bradley, S Environtmental Science: A Study of Interrelationship. McGraw-Hill New York. 512 h. Hasyim, I Siklus krisis di sekitar energi. Proklamasi Publishing House. Jakarta. 170 h. Hidayat, R. R Rancang Bangun Alat Pemisah Garam dan Air Tawar dengan Menggunakan Energi Matahari. Fakultas Peikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi. Homig, H. E Seawater and Seawater Distillation, Vulkan-Verlag. University of California. 202 h. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 16 h. Kemenperin [Kementrian Perindustrian Republik Indonesia] Kebutuhan Garam di Indonesia dalam ton. Jakarta Lakitan, B Dasar-dasar Klimatologi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. 175 h. Marsum, A. dan Widiyanto, A Efisiensi model destilator tenaga surya dalam memproduksi air tawar dari air laut. Poltekkes Depkes RI. Semarang. 367h. Rao, Y. V Heat Transfer. Universities Press. New Delhi. 476 h..

45 32 Salvato, J. A Environmental engineering and Ssnitation, Wiley- Interscience. University of California. 919 h. Soetrisno S., dan Juanda D.,1993, Kontribusi Hidrogeologi dalam Kawasan Lindung Airtanah, PIT IAGI ke 22, Bandung. Som, S. K Introduction To Heat Transfer. PHI Learning Private. New Delhi. 563 h. Syahrudin Hidrologi Pantai dan Kebutuhan Air Masyarakat Pesisir. World Health Organization (WHO) Jumlah Air Minimal yang Dibutuhkan Untuk Keperluan Rumah Tangga. Technical Notes for Emergencies. Regional Office for South-East Asia. New Delhi. Wright J, Angela C Seawater: Its Compotition, Properties and Behavior. The Open University. England h. Wisnubroto, S Meteorologi Pertanian Indonesia, Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta

46 LAMPIRAN 33

47 34 Lampiran 1. Data hasil ujicoba lapang Hari/Tanggal : Jumat, 25 Mei 2012 = ltr Suhu ( o C) Waktu Lokal Lingkungan Air Kaca Maksimum Minimum Rata-rata Hari/Tanggal : Sabtu, 26 Mei 2012 = ltr Suhu ( o C) Waktu Lokal Lingkungan Air Kaca Maksimum Minimum Rata-rata

48 35 Hari/Tanggal : Minggu, 27 Mei 2012 = ltr Waktu Lokal Suhu ( o C) Lingkungan Air Kaca Maksimum Minimum Rata-rata Hari/Tanggal : Senin, 28 Mei 2012 = ltr Suhu ( Waktu Lokal o C) Lingkungan Air Kaca 9: : : : : : : : : : : : : Maksimum Minimum Rata-rata

49 36 Hari/Tanggal : Selasa, 29 Mei 2012 = ltr Suhu ( Waktu Lokal o C) Lingkungan Air Kaca Maksimum Minimum Rata-rata Lampiran 2. Foto Kegiatan Foto alat pemisah garam dan air tawar bertingkat

50 37 Proses input air laut ke dalam wadah Proses penguapan

51 38 Perbaikan alat di lapang Pengukuran ph insitu

52 39 Penimbangan garam untuk dianalisis Proses pengenceran

53 Proses pencampuran larutan di lab 40

54 41 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, 14 September 1990 dari ayah bernama Suwedi dan ibu bernama Simar. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Pada tahun 2008 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas 30 Jakarta. Pada tahun itu juga penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor, dan tahun 2009 masuk di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan. Semasa kuliah penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan, yaitu: Anggota Departemen Kewirausahaan Himiteka periode 2009/2010, Wakil Ketua Himiteka periode 2010/2011, Wakil Presiden Klub Marine Instrumen and Telemetry periode 2011/2012 dan Presiden Klub Marine Instrumen and Telemetry periode 2012/2013. Penulis juga aktif sebagai Asisten mata kuliah Dasar-dasar Instrumentasi Kelautan, Instrumentasi Kelautan pada tahun 2010 sampai dengan 2012 dan Asisten mata kuliah Akustik Kelautan pada tahun 2013.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Coba Lapang Paremeter suhu yang diukur pada penelitian ini meliputi suhu lingkungan, kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi produktivitas

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan,

3. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan, 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Desember 2010. Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan, pembuatan,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PEMISAH GARAM DAN AIR TAWAR DENGAN MENGGUNAKAN ENERGI MATAHARI

RANCANG BANGUN ALAT PEMISAH GARAM DAN AIR TAWAR DENGAN MENGGUNAKAN ENERGI MATAHARI RANCANG BANGUN ALAT PEMISAH GARAM DAN AIR TAWAR DENGAN MENGGUNAKAN ENERGI MATAHARI RIZQI RIZALDI HIDAYAT SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN JENIS PLAT PENYERAP KACA DAN PAPAN MIKA TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS AIR MINUM PADA PROSES DESTILASI ENERGI TENAGA SURYA

PENGARUH PERBEDAAN JENIS PLAT PENYERAP KACA DAN PAPAN MIKA TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS AIR MINUM PADA PROSES DESTILASI ENERGI TENAGA SURYA PENGARUH PERBEDAAN JENIS PLAT PENYERAP KACA DAN PAPAN MIKA TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS AIR MINUM PADA PROSES DESTILASI ENERGI TENAGA SURYA Adhie Wisnu Pratama 1*, Juli Nurdiana 2, Ika Meicahayanti

Lebih terperinci

DESTILATOR TIPE ATAP SETENGAH BOLA (HEMISPHERE) SEBAGAI SUMBER POTENSIAL BAGI PENGADAAN AIR MINUM

DESTILATOR TIPE ATAP SETENGAH BOLA (HEMISPHERE) SEBAGAI SUMBER POTENSIAL BAGI PENGADAAN AIR MINUM DESTILATOR TIPE ATAP SETENGAH BOLA (HEMISPHERE) SEBAGAI SUMBER POTENSIAL BAGI PENGADAAN AIR MINUM Samlawi, Iwan Sanwani, Nikmah Dwiyani Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LAUT MENJADI AIR BERSIH DAN GARAM DENGAN DESTILASI TENAGA SURYA

PENGOLAHAN AIR LAUT MENJADI AIR BERSIH DAN GARAM DENGAN DESTILASI TENAGA SURYA PENGOLAHAN AIR LAUT MENJADI AIR BERSIH DAN GARAM DENGAN DESTILASI TENAGA SURYA Oleh : Mulyanef, Burmawi dan Muslimin K. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Bung Hatta Jl. Gajah

Lebih terperinci

SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING

SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING Mulyanef 1, Marsal 2, Rizky Arman 3 dan K. Sopian 4 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin Universitas Bung Hatta,

Lebih terperinci

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap BAB III METODE PENELETIAN Metode yang digunakan dalam pengujian ini dalah pengujian eksperimental terhadap alat destilasi surya dengan memvariasikan plat penyerap dengan bahan dasar plastik yang bertujuan

Lebih terperinci

Kaji Eksperimental Pemisah Garam dan Air Bersih Dari Air LAut Mengunakan Kolektor Plat Alumunium Dengan Mengunakan Energi Surya

Kaji Eksperimental Pemisah Garam dan Air Bersih Dari Air LAut Mengunakan Kolektor Plat Alumunium Dengan Mengunakan Energi Surya Kaji Eksperimental Pemisah Garam dan Air Bersih Dari Air LAut Mengunakan Kolektor Plat Alumunium Dengan Mengunakan Energi Surya Dino Sinatra, Mulyanef dan Burmawi Jurusan Teknik Mesin,FTI.UBH. Email: dinosinatra@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BB III METODOLOGI PENELITIN Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah pengujian eksperimental terhadap lat Distilasi Surya dengan menvariasi penyerapnya dengan plastik hitam dan aluminium foil.

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL ALAT PENGOLAHAN AIR LAUT MENGGUNAKAN ENERGI SURYA UNTUK MEMPRODUKSI GARAM DAN AIR TAWAR

KAJI EKSPERIMENTAL ALAT PENGOLAHAN AIR LAUT MENGGUNAKAN ENERGI SURYA UNTUK MEMPRODUKSI GARAM DAN AIR TAWAR KAJI EKSPERIMENTAL ALAT PENGOLAHAN AIR LAUT MENGGUNAKAN ENERGI SURYA UNTUK MEMPRODUKSI GARAM DAN AIR TAWAR Mulyanef *, Rio Ade Saputra, Kaidir dan Duskiardi Jurusan Teknik Mesin Universitas Bung Hatta

Lebih terperinci

PENYEDIAAN AIR TAWAR DARI PENYULINGAN ENERGI SURYA MENGGUNAKAN TEKNIK REFLEKTOR CERMIN CEKUNG

PENYEDIAAN AIR TAWAR DARI PENYULINGAN ENERGI SURYA MENGGUNAKAN TEKNIK REFLEKTOR CERMIN CEKUNG PENYEDIAAN AIR TAWAR DARI PENYULINGAN ENERGI SURYA MENGGUNAKAN TEKNIK REFLEKTOR CERMIN CEKUNG Muhammad Edisar 1), Usman Malik Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau 28293, Indonesia 1) e-mail : edisar_m@yahoo.com

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PEMISAH GARAM DAN AIR TAWAR DENGAN MENGGUNAKAN ENERGI MATAHARI

RANCANG BANGUN ALAT PEMISAH GARAM DAN AIR TAWAR DENGAN MENGGUNAKAN ENERGI MATAHARI RANCANG BANGUN ALAT PEMISAH GARAM DAN AIR TAWAR DENGAN MENGGUNAKAN ENERGI MATAHARI RIZQI RIZALDI HIDAYAT SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

DESTILASI AIR LAUT MENGGUNAKAN PEMANAS MATAHARI DENGAN REFLEKTOR CERMIN CEKUNG

DESTILASI AIR LAUT MENGGUNAKAN PEMANAS MATAHARI DENGAN REFLEKTOR CERMIN CEKUNG DESTILASI AIR LAUT MENGGUNAKAN PEMANAS MATAHARI DENGAN REFLEKTOR CERMIN CEKUNG Fanrico Sanjaya Tambunan*, Muhammad Edisar, Juandi M Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi. Air dapat berubah wujud:

2. TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi. Air dapat berubah wujud: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Air Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi. Air dapat berubah wujud: dapat berupa zat cair

Lebih terperinci

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan

Lebih terperinci

RANGKUMAN STUDI PENINGKATAN MUTU GARAM DENGAN PENCUCIAN

RANGKUMAN STUDI PENINGKATAN MUTU GARAM DENGAN PENCUCIAN Oleh: RANGKUMAN STUDI PENINGKATAN MUTU GARAM DENGAN PENCUCIAN. Vita Ageng Mayasari (347). Riansyah Lukman (348) I.. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai 8. km merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses pengurangan kelebihan air yang (kelembaban) sederhana untuk mencapai standar spesifikasi kandungan kelembaban dari suatu bahan. Pengeringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Alat Pengering Surya Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada perancangan dan pembuatan alat pengering surya (solar dryer) adalah : Desain Termal 1.

Lebih terperinci

ANALISIS THERMAL KOLEKTOR SURYA PEMANAS AIR JENIS PLAT DATAR DENGAN PIPA SEJAJAR

ANALISIS THERMAL KOLEKTOR SURYA PEMANAS AIR JENIS PLAT DATAR DENGAN PIPA SEJAJAR TUGAS AKHIR ANALISIS THERMAL KOLEKTOR SURYA PEMANAS AIR JENIS PLAT DATAR DENGAN PIPA SEJAJAR Disusun Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1) Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN FISIKA BAB V PERPINDAHAN KALOR Prof. Dr. Susilo, M.S KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, (03) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-30 Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca Indriyati Fanani Putri, Ridho Hantoro,

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 38 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakangan ini terus dilakukan beberapa usaha penghematan energi fosil dengan pengembangan energi alternatif yang ramah lingkungan. Salah satunya yaitu dengan pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat di antaranya tingkat ekonomi, pendidikan, keadaan lingkungan, dan kehidupan sosial budaya. Faktor yang penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun hasil-hasil

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 1 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup Edo Wirapraja, Bambang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Desain Termal 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T

Lebih terperinci

SEBARAN MENEGAK KONSENTRASI Pb, Cu, Zn, Cd, DAN Ni DI SEDIMEN PULAU PARI BAGIAN UTARA KEPULAUAN SERIBU. Oleh : ACHMAD AULIA RACHMAN C

SEBARAN MENEGAK KONSENTRASI Pb, Cu, Zn, Cd, DAN Ni DI SEDIMEN PULAU PARI BAGIAN UTARA KEPULAUAN SERIBU. Oleh : ACHMAD AULIA RACHMAN C SEBARAN MENEGAK KONSENTRASI Pb, Cu, Zn, Cd, DAN Ni DI SEDIMEN PULAU PARI BAGIAN UTARA KEPULAUAN SERIBU Oleh : ACHMAD AULIA RACHMAN C64102057 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-204 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Lebih terperinci

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur. KALOR Tujuan Pembelajaran: 1. Menjelaskan wujud-wujud zat 2. Menjelaskan susunan partikel pada masing-masing wujud zat 3. Menjelaskan sifat fisika dan sifat kimia zat 4. Mengklasifikasikan benda-benda

Lebih terperinci

Karakteristik Air. Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 25 September 2017

Karakteristik Air. Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 25 September 2017 Karakteristik Air Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 25 September 2017 Fakta Tentang Air Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi dengan volume sekitar 1.368 juta km

Lebih terperinci

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penggunaan Kolektor Terhadap Suhu Ruang Pengering Energi surya untuk proses pengeringan didasarkan atas curahan iradisai yang diterima rumah kaca dari matahari. Iradiasi

Lebih terperinci

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! Soal Suhu dan Kalor Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1.1 termometer air panas Sebuah gelas yang berisi air panas kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air dingin. Pada

Lebih terperinci

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak didapati penggunaan energi dalambentukkalor: Memasak makanan Ruang pemanas/pendingin Dll. TUJUAN INSTRUKSIONAL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Pemanfaatan energi surya memakai teknologi kolektor adalah usaha yang paling banyak dilakukan. Kolektor berfungsi sebagai pengkonversi energi surya untuk menaikan

Lebih terperinci

PEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan

PEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan PEMISAHAN CAMPURAN Dalam Kimia dan teknik kimia, proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia. Sebagian besar senyawa kimia ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan kebutuhan pokok bagi kegiatan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan kebutuhan pokok bagi kegiatan sehari-hari, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Energi merupakan kebutuhan pokok bagi kegiatan sehari-hari, misalnya dalam bidang industri, dan rumah tangga. Saat ini di Indonesia pada umumnya masih menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU BAB IV TINJAUAN AIR BAKU IV.1 Umum Air baku adalah air yang berasal dari suatu sumber air dan memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air minum. Sumber air baku dapat berasal dari air permukaan

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK) TIPE RAK DENGAN PEMANAS TAMBAHAN PADA PENGERINGAN KERUPUK UYEL

UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK) TIPE RAK DENGAN PEMANAS TAMBAHAN PADA PENGERINGAN KERUPUK UYEL UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK) TIPE RAK DENGAN PEMANAS TAMBAHAN PADA PENGERINGAN KERUPUK UYEL Oleh : DEWI RUBAEATUL ADAWIYAH F14103089 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai jenis sumber daya energi dalam jumlah yang cukup melimpah. Letak Indonesia yang berada pada daerah khatulistiwa, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari disegala

Lebih terperinci

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas Azridjal Aziz Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

FITOPLANKTON : DISTRIBUSI HORIZONTAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PARAMETER FISIKA KIMIA DI PERAIRAN DONGGALA SULAWESI TENGAH

FITOPLANKTON : DISTRIBUSI HORIZONTAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PARAMETER FISIKA KIMIA DI PERAIRAN DONGGALA SULAWESI TENGAH FITOPLANKTON : DISTRIBUSI HORIZONTAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PARAMETER FISIKA KIMIA DI PERAIRAN DONGGALA SULAWESI TENGAH Oleh : Helmy Hakim C64102077 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MASSA AIR ARLINDO DI PINTASAN TIMOR PADA MUSIM BARAT DAN MUSIM TIMUR

KARAKTERISTIK MASSA AIR ARLINDO DI PINTASAN TIMOR PADA MUSIM BARAT DAN MUSIM TIMUR KARAKTERISTIK MASSA AIR ARLINDO DI PINTASAN TIMOR PADA MUSIM BARAT DAN MUSIM TIMUR Oleh : Agus Dwi Jayanti Diah Cahyaningrum C64104051 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DATA HASIL PENGUJIAN KARBON AKTIF KAYU BAKAU

LAMPIRAN A DATA HASIL PENGUJIAN KARBON AKTIF KAYU BAKAU LAMPIRAN A DATA HASIL PENGUJIAN KARBON AKTIF KAYU BAKAU 1. Kadar Air Suhu Massa awal Massa akhir (gr) ( o C) (gr) I II III IV V 500 4,77 4,82 4,80 4,79 4,80 600 4,64 4,63 4,64 4,65 4,64 700 5 4,53 4,54

Lebih terperinci

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. KALOR A. Pengertian Kalor Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pada waktu memasak air dengan menggunakan kompor. Air yang semula dingin lama kelamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah senyawa H2O yang merupakan bagian paling penting dalam kehidupan dan manusia tidak dapat dipisahkan dengan air. Air dalam tubuh manusia berkisar antara 50

Lebih terperinci

Analisis Mutu Garam Tradisional di Desa Siduwonge Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo

Analisis Mutu Garam Tradisional di Desa Siduwonge Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo Nikè:Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015 Analisis Mutu Garam Tradisional di Desa Siduwonge Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo Nanang Kasim Pakaya,

Lebih terperinci

Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja

Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja Ketut Astawa1, Nengah Suarnadwipa2, Widya Putra3 1.2,3

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu daerah, maka penyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit perut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu daerah, maka penyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit perut BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR

KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR A. Pengertian Suhu Suhu atau temperature adalah besaran yang menunjukkan derajat panas atau dinginnya suatu benda. Pengukuran suhu didasarkan pada keadaan fisis zat (

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN Penggunaan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari sangat luas CAKUPAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar BAB NJAUAN PUSAKA Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar 150.000.000 km, sangatlah alami jika hanya pancaran energi matahari yang mempengaruhi dinamika atmosfer

Lebih terperinci

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD 1. Apa yang dimaksud dengan kalor? 2. Bagaimana pengaruh kalor pada benda? 3. Berapa jumlah kalor yang diperlukan untuk perubahan suhu benda? 4. Apa yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN:

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN: PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (217), Hal. 31 36 ISSN: 2337-824 Uji Perbandingan Kualitas Air Sumur Tanah Gambut dan Air Sumur Tanah Berpasir di Kecamatan Tekarang Kabupaten Sambas Berdasarkan Parameter

Lebih terperinci

ANALISA KARAKTERISTIK ALAT PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNG PARABOLA

ANALISA KARAKTERISTIK ALAT PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNG PARABOLA ANALISA KARAKTERISTIK ALAT PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNG PARABOLA Walfred Tambunan 1), Maksi Ginting 2, Antonius Surbakti 3 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau Pekanbaru 1) e-mail:walfred_t@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD Kalor dan Perpindahannya BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD 1. Apa yang dimaksud dengan kalor? 2. Bagaimana pengaruh kalor pada benda? 3. Berapa jumlah kalor yang diperlukan

Lebih terperinci

UPAYA PENGADAAN AIR BERSIH BAGI KELOMPOK USAHA BERSAMA NELAYAN PANTAI BOOM DI KELURAHAN KEPATIHAN KABUPATEN BANYUWANGI

UPAYA PENGADAAN AIR BERSIH BAGI KELOMPOK USAHA BERSAMA NELAYAN PANTAI BOOM DI KELURAHAN KEPATIHAN KABUPATEN BANYUWANGI Jurnal Pengabdian Masyarakat J-DINAMIKA, Vol., No. 1, Juni 017, P-ISSN: 503-1031, E-ISSN: 503-111 UPAYA PENGADAAN AIR BERSIH BAGI KELOMPOK USAHA BERSAMA NELAYAN PANTAI BOOM DI KELURAHAN KEPATIHAN KABUPATEN

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Sistem Kondensasi Uap Hasil Evaporasi pada Sistem Desalinasi Tenaga Matahari

Studi Eksperimental Sistem Kondensasi Uap Hasil Evaporasi pada Sistem Desalinasi Tenaga Matahari Studi Eksperimental Sistem Kondensasi Uap Hasil Evaporasi pada Sistem Desalinasi Tenaga Matahari Oleh: Khilmi Affandi NRP. 4211106016 Dosen Pembimbing 1: Sutopo Purwono Fitri, S.T., M.Eng, Ph.D NIP : 1975

Lebih terperinci

Penggunaan Filter Tembikar Untuk Meningkatkan Kualitas Air Tanah Dangkal Dekat Sungai (Studi Kasus Air Sumur Dekat Sungai Kalimas, Surabaya)

Penggunaan Filter Tembikar Untuk Meningkatkan Kualitas Air Tanah Dangkal Dekat Sungai (Studi Kasus Air Sumur Dekat Sungai Kalimas, Surabaya) SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR Penggunaan Filter Tembikar Untuk Meningkatkan Kualitas Air Tanah Dangkal Dekat Sungai (Studi Kasus Air Sumur Dekat Sungai Kalimas, Surabaya) Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim dan termasuk negara ke 2 dengan garis pantai terpanjang di dunia. Indonesia selama ini juga dikenal sebagai negara penghasil garam

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW

SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW Oleh : Ai Rukmini F14101071 2006 DEPATEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PERANCANGAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. berturut turut disajikan pada Tabel 5.1.

BAB V HASIL PENELITIAN. berturut turut disajikan pada Tabel 5.1. 40 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian Aspek Teknis 5.1.1 Data Jumlah Penduduk Data jumlah penduduk Kabupaten Jembrana selama 10 tahun terakir berturut turut disajikan pada Tabel 5.1. Tabel 5.1.

Lebih terperinci

9/17/ KALOR 1

9/17/ KALOR 1 9. KALOR 1 1 KALOR SEBAGAI TRANSFER ENERGI Satuan kalor adalah kalori (kal) Definisi kalori: Kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat Celcius. Satuan yang lebih sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air merupakan komponen utama makhluk hidup dan mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Dublin,

Lebih terperinci

KALOR SEBAGAI ENERGI B A B B A B

KALOR SEBAGAI ENERGI B A B B A B Kalor sebagai Energi 143 B A B B A B 7 KALOR SEBAGAI ENERGI Sumber : penerbit cv adi perkasa Perhatikan gambar di atas. Seseorang sedang memasak air dengan menggunakan kompor listrik. Kompor listrik itu

Lebih terperinci

Rekristalisasi Garam Rakyat Untuk Meningkatkan Kualitas

Rekristalisasi Garam Rakyat Untuk Meningkatkan Kualitas Rekristalisasi Garam Rakyat Untuk Meningkatkan Kualitas Disusun Oleh : PANDHU BAHARI 2304 100 122 FARID RAHMAWAN 2304 100 115 Dosen Pembimbing Prof.Dr.Ir. Achmad Roesyadi, DEA Laboratorium Teknik Reaksi

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB IV DATA DAN ANALISA BAB IV DATA DAN ANALISA 4.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Perhitungan dan analisa sistem refrigerasi kompresi uap diambil pada menit terakhir yaitu menit ke-360 atau jam ke-6. Diambil pada menit terakhir

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

Volume 5, No. 2, Oktober 2012 ISSN:

Volume 5, No. 2, Oktober 2012 ISSN: EFEKTIFITAS ADITIF NONKIMIA DALAM MEMPERCEPAT PROSES KRISTALISASI DAN MENINGKATKAN KUALITAS PRODUKSI GARAM RAKYAT DI MADURA Haryo Triajie 1, Insafitri 1 1 Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Trunojoyo

Lebih terperinci

Studi Alat Destilasi Surya Tipe Basin Tunggal Menggunakan Kolektor Pemanas

Studi Alat Destilasi Surya Tipe Basin Tunggal Menggunakan Kolektor Pemanas Studi Alat Destilasi Surya Tipe Basin Tunggal Menggunakan Kolektor Pemanas Mulyanef Jurusan Teknik Mesin Universitas Bung Hatta, Padang-Indonesia Email : smulyanef@yahoo.com Abstract Experimental investigation

Lebih terperinci

PRESTASI SISTEM DESALINASI TENAGA SURYA MENGGUNAKAN BERBAGAI TIPE KACA PENUTUP MIRING

PRESTASI SISTEM DESALINASI TENAGA SURYA MENGGUNAKAN BERBAGAI TIPE KACA PENUTUP MIRING PRESTASI SISTEM DESALINASI TENAGA SURYA MENGGUNAKAN BERBAGAI TIPE KACA PENUTUP MIRING Mulyanef Jurusan Teknik Mesin Universitas Bung Hatta Jalan Gajah Mada No.19 Padang, Telp.754257, Fax. 751341 E-mail:

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Kampus IPB Dramaga dan dilakukan dari bulan Juni hingga bulan Oktober 2010. 3. 2 Alat dan Bahan 3.2.

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM IV.1. Umum Air baku adalah air yang memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air minum. Air baku yang diolah menjadi air minum dapat berasal dari

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM I. PARAMETER WAJIB No. Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum Yang Diperbolehkan 1. Parameter

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006).

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006). 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengering Surya Pengering surya memanfaatkan energi matahari sebagai energi utama dalam proses pengeringan dengan bantuan kolektor surya. Ada tiga klasifikasi utama pengering surya

Lebih terperinci

POTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA

POTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3 POTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA KMT-8 Marwani Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya, Palembang Prabumulih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012). 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Air adalah salah satu kekayaan alam yang ada di bumi. Air merupakan salah satu material pembentuk kehidupan di bumi. Tidak ada satu pun planet di jagad raya ini yang

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA KMT-3 RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA Ismail Thamrin, Anton Kharisandi Jurusan Teknik Mesin Universitas Sriwijaya Jl.Raya Palembang-Prabumulih KM.32. Kec.

Lebih terperinci

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1 MATERI DAN PERUBAHANNYA Kimia Kelas X semester 1 SKKD STANDAR KOMPETENSI Memahami konsep penulisan lambang unsur dan persamaan reaksi. KOMPETENSI DASAR Mengelompokkan sifat materi Mengelompokkan perubahan

Lebih terperinci

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air

Lebih terperinci

Analisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip

Analisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 4 No.2. Oktober 2010 (88-92) Analisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip Made Sucipta, I Made Suardamana, Ketut Astawa Jurusan

Lebih terperinci

Analisa Teknis dan Ekonomis Terhadap Metode Direct System pada Solar Energy Distilation di Pulau Tabuhan untuk Kapasitas 100 Liter/Hari

Analisa Teknis dan Ekonomis Terhadap Metode Direct System pada Solar Energy Distilation di Pulau Tabuhan untuk Kapasitas 100 Liter/Hari B-56 JURNAL TEKNIK S Vol. 5 No. 2 (216) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) Analisa Teknis dan Ekonomis Terhadap Metode Direct System pada Solar Energy Distilation di Pulau Tabuhan untuk Kapasitas 1 Liter/Hari

Lebih terperinci

Lingga Ruhmanto Asmoro NRP Dosen Pembimbing: Dedy Zulhidayat Noor, ST. MT. Ph.D NIP

Lingga Ruhmanto Asmoro NRP Dosen Pembimbing: Dedy Zulhidayat Noor, ST. MT. Ph.D NIP RANCANG BANGUN ALAT PENGERING IKAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR SURYA PLAT GELOMBANG DENGAN PENAMBAHAN CYCLONE UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS ALIRAN UDARA PENGERINGAN Lingga Ruhmanto Asmoro NRP. 2109030047 Dosen

Lebih terperinci

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat Standar Nasional Indonesia Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

ATAP DESALINASI SEBAGAI SOLUSI PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH DI DAERAH PESISIR

ATAP DESALINASI SEBAGAI SOLUSI PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH DI DAERAH PESISIR ATAP DESALINASI SEBAGAI SOLUSI PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH DI DAERAH PESISIR Ulvi Pri Astuti* Jurusan Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya * *e-mail: ulvipriastuti@gmail.com

Lebih terperinci

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu BAB 2 PEMANASAN BUMI S alah satu kemampuan bahasa pemrograman adalah untuk melakukan kontrol struktur perulangan. Hal ini disebabkan di dalam komputasi numerik, proses perulangan sering digunakan terutama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering Sebuah penelitian dilakukan oleh Pearlmutter dkk (1996) untuk mengembangkan model

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Energi surya merupakan energi yang didapat dengan mengkonversi energi radiasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Energi surya merupakan energi yang didapat dengan mengkonversi energi radiasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Energi Surya Energi surya merupakan energi yang didapat dengan mengkonversi energi radiasi panas surya (Matahari) melalui peralatan tertentu menjadi sumber daya dalam bentuk lain.

Lebih terperinci

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan Mahasiswa Program S1 Fisika Bidang Fisika Energi Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur

Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur LAMPIRAN 55 Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur Hari/ Tgl Menara Fahutan No Jam Meteran terbaca Volume Ketinggian Air Di Air Menara Terpakai Keterangan (m 3 ) (m 3 ) (m 3 ) 1 6:00

Lebih terperinci

KAJIAN KUALITAS AIR UNTUK AKTIFITAS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRUENG ACEH Susi Chairani 1), Siti Mechram 2), Muhammad Shilahuddin 3) Program Studi Teknik Pertanian 1,2,3) Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR

RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR Gerakan Bumi Rotasi, perputaran bumi pada porosnya Menghasilkan perubahan waktu, siang dan malam Revolusi, gerakan bumi mengelilingi matahari Kecepatan 18,5 mil/dt Waktu:

Lebih terperinci