BAB IV DATA DAN ANALISA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV DATA DAN ANALISA"

Transkripsi

1 BAB IV DATA DAN ANALISA 4.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Perhitungan dan analisa sistem refrigerasi kompresi uap diambil pada menit terakhir yaitu menit ke-360 atau jam ke-6. Diambil pada menit terakhir karena agar diketahui kinerja sistem destilasi yang stabil, sehingga diperoleh data yang konstan dan hampir sama mendekati seperti data rata-ratanya tiap interval 10 menit selama 6 jam. Data kinerja sistem destilasi rata-rata dan tabel data pengukuran dari menit awal dapat dilihat pada lampiran. Tabel 4.1. Data Pengukuran Menit ke No Tempat Pengukuran Satuan Waktu (Menit Ke) Refrigeran Discharge 0 C Refrigeran Masuk Kondensor 0 C Refrigeran Masuk Kapiler 0 C Refrigeran Masuk Evaporator 0 C Refrigeran Keluar Evaporator 0 C Refrigeran Suction 0 C Air Sumber Masuk Kondensor 0 C Air Sumber Keluar Kondensor 0 C Udara Masuk Evaporator 0 C Udara Keluar Evaporator 0 C RH Kabin Kondensor % 95,2 93,2 93, Tekanan Discharge Bar gauge 14,6 14,6 14,6 14,6 14,6 13 Tekanan Suction Bar gauge 4,3 4,3 4,3 4,3 4,3 14 Arus Listrik Ampere 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 15 Tegangan Listrik Volt Daya Watt LAPORAN TUGAS AKHIR 28

2 Pd Ps Pada tabel di atas dapat dihitung persamaan-persamaan di bawah ini : = 14,6 Bar gauge = 15,6 Bar absolut = 4,3 Bar gauge = 5,3 Bar absolut Tekanan suction (Pd) dan discharge (Ps) yang terbaca pada pressure gauge diubah menjadi tekanan absolut, karena tekanan tersebut merupakan tekanan alat ukur yang ada pada sistem tertutup dan belum termasuk tekanan atmosfir lingkungan. Untuk mengkonversi ke tekanan bar absolut maka tekanan bar gauge ditambah dengan satu bar. Penambahan 1 bar karena bumi kita dilingkupi oleh lapisan atmosfir atau udara mulai dari permukaan bumi hingga puluhan kilometer jaraknya dari permukaan bumi. Karena udara memiliki masa atau berat akibat adanya gaya grafitasi bumi, maka bekerjalah tekanan pada permukaan bumi, yang disebut tekanan atmosfir. Bayangkan ada satu kolom udara yang mempunyai luas permukaan sebesar 1 m 2 terletak di atas permukaan laut hingga mencapai batas lapisan atmosfir. Massa udara yang ada dalam kolom tersebut adalah 101,325 N. Karena gaya yang ditimbulkan oleh massa udara tersebut bekerja pada luas permukaan 1 m 2, maka tekanan yang bekerja pada permukaan laut, di mana kolom udara itu berdiri adalah 101,325 N/m 2 atau Pa. Angka tersebut dijadikan patokan ukuran tekanan atmosfir atau tekanan barometer di atas permukaan laut, yakni satu atmosfir (1 atm). Pengeplotan data dilakukan manual dengan memasukan data berupa tekanan suction yang merupakan temperatur evaporasi, tekanan discharge yang merupakan temperatur kondensasi, temperatur keluar evaporator, efisiensi isentropi, temperatur discharge, dan temperatur keluar kondensor. LAPORAN TUGAS AKHIR 29

3 Berikut pada gambar 4.1, adalah hasil penggambaran siklus sistem refrigerasi yang diplot pada diagram mollier (p-h). Gambar 4.1. Hasil Plot Diagram p-h Pengukuran Menit 360. Proses isentropik dianggap ideal, yaitu nilainya 1. Temperatur evaporasi (Te) = 2 0 C = 275 K Temperatur kondensasi (Tk) = 41 0 C = 314 K h 1 (Entalpi masukan kompresor) = 418,4 kj/kg h 2 (Entalpi keluaran kompresor) = 447,8 kj/kg h 3 = h 4 = 243,1 kj/kg (Entalpi keluaran dan masuk evaporator) Dengan merujuk persamaan (1), besarnya kerja spesifik kompresi pada sistem refrigerasi diperoleh : q w (kerja spesifik kompresi) = h 2 - h 1 = 447,8 kj/kg 418,4 kj/kg = 29,4 kj/kg Dari persamaan (3) didapat nilai kalor yang dilepas kondensor, yakni : q c (kalor lepas di kondensor) = h 2 h 3 = 447,8 kj/kg - 243,1 kj/kg = 204,7 kj/kg LAPORAN TUGAS AKHIR 30

4 Besarnya kalor yang diserap evaporator dengan persamaan (4) yaitu : q e (kalor serap di evaporator) = h 1 h 4 = 418,4 kj/kg 243,1 kj/kg = 175,3 kj/kg Perbandingan tekanan discharge terhadap tekanan suction, persamaan (2) : Rasio kompresi = Pd Ps = 15,6 5,3 = 2,94 Dari perhitungan perbandingan tekanan discharge dan suction secara absolut di atas diketahui bahwa nilai rasio kompresinya kecil, artinya efisiensi volumetriknya tinggi. Hal itu karena efek ruang sisa dari celah antara roller dan cylinder yang kecil, sehingga hanya sedikit ekspansi gas refrigeran yang tertahan di ruang saluran tekan menuju katup discharge, maka jumlah gas refrigeran aktual yang dikompresi oleh kompresor rotari sedikit lebih kecil daripada kemampuan kompresor rotari sebenarnya sesuai putaran roller. Efisiensi volumetrik yaitu perbandingan antara jumlah gas aktual dengan jumlah gas teoritis. Efisiensi volumetrik juga dipengaruhi oleh perbandingan kompresi, semakin besar rasio kompresi maka efisiensi volumetriknya semakin kecil, begitu juga sebaliknya. COP aktual Untuk COP aktual menggunakan persamaan (5), seperti di bawah ini : = qe qw = 175,3 29,4 = 5,96 Persamaan (6) dipakai untuk menghitung COP Carnot, sebagai berikut : COP Carnot = = Te Tk Te = 7,05 LAPORAN TUGAS AKHIR 31

5 laut, yakni : Persamaan (7) didapat nilai efisiensi dari sistem refrigerasi destilasi air Efisiensi Sistem Refrigerasi = COP aktual COP Carnot = 5,96 7,05 = 85 % x 100% x 100% Dengan efisiensi refrigerasi yang besar maka alat ini dapat dikatakan baik untuk sebuah sistem destilasi karena nilai COP aktual mendekati dibawah nilai COP Carnot. Efisiensi refrigerasi semakin besar nilainya jika COP aktual semakin dekat nilainya dengan COP Carnot. Efisiensi refrigerasi dipengaruhi oleh kedua COP tersebut. COP aktual yang diperoleh tinggi nilainya, COP aktual bernilai tinggi disebabkan karena temperatur yang dicapai evaporator tinggi sebesar 11,5 0 C (suhu rata-rata evaporator). Selanjutnya menganalisa dari data yang telah diperoleh melalui bentuk grafik. Analisa grafik temperatur kabin kondensor dan kabin evaporator terhadap waktu ditunjukkan pada gambar kabin kondensor kabin evaporator Temperatur ( 0 C) Waktu (menit) Gambar 4.2. Temperatur Kabin Kondensor dan Evaporator. LAPORAN TUGAS AKHIR 32

6 Pada grafik yang ditunjukkan pada gambar 4.2 diketahui bahwa suhu kabin kondensor mengalami kenaikan dari 25 0 C 32 0 C dari menit awal sampai 100 menit ke depan, sedangkan untuk menit selanjutnya sampai 20 menit sebelum terakhir didapat suhu yang konstan sebesar 32 0 C, sedangkan 20 menit terakhir mengalami penurunan suhu sebesar 1 0 C. Begitu juga sama dengan kabin evaporator, hal ini terjadi keseimbangan antara kalor yang dilepas di kondensor dengan kalor yang serap oleh evaporator. Karena hal itu maka selisih antara kabin kondensor dengan evaporator selalu sama, jadi laju perpindahan kalor dari kabin kondensor ke evaporator nilainya selalu tetap, tidak ada laju perpindahan kalor yang terlalu tinggi dan terlalu rendah, sehingga ini berpengaruh terhadap jumlah air hasil destilasi, dimana jumlah air hampir mendekati konstan tiap pengukuran selama interval 10 menit. Analisa grafik kelembaban kabin kondensor terhadap waktu ditunjukkan pada gambar 4.3. RH (%) Waktu (menit) Gambar 4.3. Kelembaban Kabin Kondensor. Dari grafik dapat diketahui bahwa RH kabin kondensor berkisar antara 80 % sampai 100 %. Nilai RH pada sistem destilasi mengalami kenaikan dan penurunan. Nilai RH yang tertinggi berada pada nilai 99 %, sedangkan nilai RH terendah berada pada nilai 85 %. Nilai RH yang diukur ini dipengaruhi oleh temperatur tabung basah dan kering serta pembacaan alat ukur termometer digital, LAPORAN TUGAS AKHIR 33

7 sedangkan pengeplotan RH dilakukan pada software psychart. Grafik ini berbanding lurus dengan grafik laju aliran volume distilat terhadap waktu, dimana semakin tinggi RH maka nilai volume distilatnya semakin besar begitu juga sebaliknya. RH ini sangat berpengaruh terhadap proses kristalisasi garam, garam dengan kualitas bagus dihasilkan dengan nilai RH tertentu. 4.2 Sistem Destilasi Pada kondensor terjadi pertukaran kalor antara pipa juga fin kondensor dan air yang disuplaikan oleh pompa berbentuk butiran kecil yang sengaja dikucurkan untuk mendinginkan kondensor, sehingga pipa kondensor melepaskan panas ke air dan air menyerap panas dari kondensor. Temperatur refrigeran keluaran kondensor lebih rendah dari yang masuk kondensor dan temperatur air yang akan mengenai kondensor lebih rendah dari temperatur air yang setelah kontak dengan kondensor. Pengambilan data sistem destilasi ditunjukkan pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Data Sistem Destilasi Volume Volume Laju Perbandingan Menit Wadah Kondensor Berkurang Distilat Distilat Volume (%) Ke Awal (l) Akhir (l) (l) (ml) (ml/s) Distilat Hilang 0 15,98 15, ,98 15,09 0, ,13 8,9 91, ,09 14,73 0, , ,73 14,38 0, ,35 58,3 41, ,38 14,02 0, ,38 65,7 34, ,02 13,67 0, , ,67 13,31 0, , ,31 12,96 0, ,48 80,5 19, ,96 12,60 0, ,48 80,5 19, ,60 12,25 0, ,48 82,9 17, ,25 11,89 0, ,48 80,5 19, ,89 11,54 0, ,48 80,5 19, ,54 11,18 0, ,48 80,5 19, ,18 10,83 0, , ,83 10,47 0, , ,47 10,12 0, , ,12 9,76 0, , LAPORAN TUGAS AKHIR 34

8 170 9,76 9,41 0, , ,41 9,06 0, ,55 80,5 19, ,06 8,7 0, ,44 88,3 11, ,7 8,52 0, , ,52 8,17 0, , ,17 7,81 0, , ,81 7,46 0, , ,46 7,10 0, , ,10 6,745 0, , ,745 6,39 0, , ,39 6,035 0, , ,035 5,68 0, , ,68 5,325 0, , ,325 4,97 0, , ,97 4,615 0, , ,615 4,26 0, , ,26 3,905 0, , ,905 3,55 0, , ,55 3,195 0, , ,195 2,84 0, , Rata-rata 0, ,44 71,64 28,36 Menit ke-4 diketahui pertama kalinya bahwa tetesan kondensasi di evaporator mulai berjatuhan ke wadah distilat. Penjelasan tabel 4.2 pada menit ke- 10 merupakan waktu pertama kali air kondensasi di evaporator diukur volumenya dengan jumlah 80 ml. Dari tabel 4.2 di atas besarnya laju aliran volume untuk air distilat dapat dihitung dengan rumus berikut : Pada menit ke 10 air hasil destilasi yang dihasilkan sebesar 80 ml (volume distilat), maka laju aliran volume distilat dihitung dengan cara : Vd t = 80 ml 10 x 60 = 0,13 ml/s t didapat dari menit ke-10 dikurangi menit ke-0/awal (10 0 = 10), lalu dikonversi ke detik dengan dikali 60. Dengan perhitungan yang sama, maka untuk data setelahnya dapat dicari dengan t sama dengan 10, karena interval pengukurannya tiap 10 menit, sehingga laju aliran dapat ditabelkan seperti tabel 4.2 pada kolom keenam dari sisi sebelah kiri. LAPORAN TUGAS AKHIR 35

9 Laju aliran volume jika digambarkan dalam bentuk grafik terlihat : 0,6 0,5 Laju Aliran Volume (ml/s) 0,4 0,3 0,2 0, Waktu (menit) Gambar 4.4 Laju Aliran Volume Distilat. Dari tabel 4.2 dan grafik gambar 4.4 di atas terlihat bahwa laju aliran air distilat tidak konstan, tetapi mengalami peningkatan setiap 10 menit pada 1 jam pertama saat pengambilan data, itu terjadi karena sistem refrigerasi kompresi uap baru sebentar bekerja, sehingga proses penyerapan dan pelepasan kalor kurang maksimal karena kondensor belum panas serta pemisahan antara larutan garam dan pelarut air juga belum maksimal, sedangkan semakin lama waktu alat destilasi bekerja maka laju aliran volume distilat mulai stabil, sehingga didapat nilai laju aliran yang relatif konstan. Semakin besar beda temperatur antara wadah kondensor dan evaporator, maka perpindahan kalor semakin cepat, sehingga laju aliran udara semakin besar, begitu juga sebaliknya. LAPORAN TUGAS AKHIR 36

10 Untuk perbandingan antara pengurangan volume air residu ( Vr) dan volume hasil destilasi ( Vd), dapat dihitung sebagai berikut : Vd Vr x 100% Contoh perhitungan pada menit ke 10 pada tabel 4.2 : x 100% = 8,9 % 890 diperoleh dari 0,89 dikonvesikan ke ml, angka 8,9 % dapat dilihat pada kolom 7 baris 5 tabel 4.2. Dengan cara perhitungan yang sama diperoleh hasil perbandingannya untuk tiap 10 menit selanjutnya dan dapat dilihat pada tabel 4.2. Arti dari tabel 4.2 di atas, perbandingan dalam % menunjukkan bahwa air yang dihasilkan sebanyak angka yang ada dalam kolom tujuh tiap interval 10 menit, sedangkan banyaknya air yang hilang (losses) sebesar 100 % - Perbandingan Volume Distilat dalam %, yang nilainya dapat dilihat pada kolom delapan. Dari tabel diketahui dengan lamanya sistem destilasi menyala selama enam jam, maka terjadi pengurangan volume air residu sebesar 13,4 liter yang merupakan penjumlahan dari kolom volume berkurang pada tabel 4.2. Dari 13,4 liter air yang berkurang pada wadah residu, hanya 9,6 liter yang menjadi air tawar, sedangkan sisanya ada yang masih menempel di sirip-sirip kondensor dan evaporator dan terkondensasi di saluran udara, sehingga tidak jatuh ke wadah air distilat, jadi air itu tidak terhitung menjadi air distilat. Untuk hasil garam pun diperoleh dari alat destilasi ini, namun garam tersebut belum dapat ditampung pada wadah karena banyak menempel pada siripsirip kondensor yang menyebabkan kondensor tertutupi oleh garam. Dengan demikian penulis tidak bisa menghitung perolehan endapan garam yang terjadi pada alat destilasi ini, karena untuk mengambilnya saja tidak bisa (terjebak diantara sirip kondensor). Dengan begitu hipotesa awal penulis salah bahwa garam itu tidak akan menempel pada sirip-sirip kondensor, tetapi tertampung pada wadah saringan garam yang telah disediakan tepat di beberapa cm dari bawah kondensor. Proses kristalisasi garam sendiri belum dapat diketahui saat sistem LAPORAN TUGAS AKHIR 37

11 destilasi dalam keadaan menyala, meskipun telah lama bekerja, tetapi garam akan terbentuk dan terlihat saat sistem destilasi dimatikan beberapa saat kemudian. Hal tersebut karena sama halnya dengan pemanenan garam yang ada pada air laut, bahwa untuk memanen garam tidak boleh ada air baru pun yang bercampur dengan ladang garam yang telah terdapat benih air laut, jadi kalau masih terdapat hujan para petani belum memulai bertani garam, tetapi hanya sebatas menyiapkan petak-petak penggaraman. Garam baru akan dibuat saat musim benar-benar kemarau. Begitu juga dengan garam yang ada pada alat destilasi ini, selama kondensor masih terkena air, maka tidak akan terlihat pembentukan kristalisasi garam. Dengan siklus berulang yaitu air selalu masuk dan keluar kondensor maka pemisahan antara pelarut (air) dan larutan (garam) akan maksimal. Penulis mengusulkan agar alat destilasi ini memakai kondensor yang tidak memiliki sirip-sirip, sehingga garam mudah untuk diambil dan dapat dihitung. Garam yang dihasilkan dengan proses tradisional dan dengan refrigerasi destilasi air laut menjadikan produk garam yang berbeda, dimana dengan tradisional didapat butiran garam yang begitu kasar, sedangkan dengan alat refrigerasi destilasi diperoleh garam yang lebih halus layaknya seperti garam dapur yang beryodium. Hal itu disebabkan karena perbedaan penguapan temperatur airnya, semakin tinggi suhu penguapan maka butiran garam semakin kecil, ini dibuktikan dengan suhu masukan kondensor yang bersuhu 63 0 C, ditambah dengan siklus selalu berulang, berbeda dengan pemanenan garam dengan matahari yang tidak mungkin suhu penguapannya mencapai 63 0 C. 4.3 Pengamatan Kualitas Air Pengujian untuk parameter DHL, TDS, kekeruhan dan ph dilakukan secara kuantitas. Pengujian terhadap parameter fisik seperti bau dan rasa dilakukan secara kualitas dengan cara merasakan sampel air yang dilakukan oleh beberapa sukarelawan. Dari hasil pengujian itulah diketahui bahwa airnya tidak berasa dan berbau. Penampakan air sebelum dan setelah destilasi dapat dilihat pada gambar 4.5. LAPORAN TUGAS AKHIR 38

12 Gambar 4.5. Air Sebelum Destilasi (kiri) dan Setelah (kanan). Berikut pada tabel 4.3 merupakan hasil pengujian kualitas air yang dikerjakan oleh penulis di laboratorium Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung. Pengujian dilakukan dengan mengambil samper air sebanyak 2 liter. Tabel 4.3. Kualitas Air yang Dikerjakan. Parameter Fisik Sebelum Destilasi Setelah Destilasi Penampakan Agak Kuning Jernih Rasa Asin Tawar / Tidak Berasa Bau Bau Tidak Berbau Endapan Ada Endapan Tidak Ada Endapan DHL Di luar jangkauan alat ukur 0,014 ms/cm TDS Di luar jangkauan alat ukur 10 mg/l Kekeruhan 45,96 NTU 2,58 NTU Temperatur 26,3 0 C 26,3 0 C Parameter Kimia Sebelum Destilasi Setelah Destilasi ph 7 7 LAPORAN TUGAS AKHIR 39

13 Pada tabel 4.3 berbeda dengan tabel 2.1. Pada tabel 2.1 tentang parameter analisa air yang dikerjakan penulis, tidak terdapat kekeruhan, TDS, endapan dan temperatur. Berbeda dengan tabel 4.3 yang dilakukan pengujian oleh penulis. Dilakukan pengujian kekeruhan alasannya karena di laboratorium teknik kimia POLBAN tidak dapat melakukan pengujian warna. Kalau melakukan pengujian di laboratorium lain, seperti laboratorium kualitas air ITB dapat melakukan pengujian parameter warna, namun hasilnya akan diketahui setelah 3 minggu, sedangkan sidang penulis sebentar lagi, jadi warna digantikan dengan kekeruhan. Dengan melihat SNI akan ditemukan pengujian air destilasi berupa pengujian karbon organik total, cemaran logam, timbal, tembaga, kadmium, kromium, raksa, cemaran arsen, cemaran mikroba dan bakteri. Penulis tidak melakukan pengujian itu, tetapi melakukan pengujian secara kasarnya yaitu dengan menguji TDS (Total Dissolved Solids) atau total padatan terlarut. Dengan menguji TDS sudah mewakili pengujian parameter lain yang tidak diuji oleh penulis, karena jika pengujian air didapat nilai TDS sama dengan 0, maka untuk kandungan timbal, tembaga, kadmium dan sebagainya yang disebutkan pada SNI tersebut tidak terdapat pada air yang diuji, sehingga air tersebut aman untuk diminum. Dengan nilai TDS lebih dari 0 seperti 1 mg/l atau 10 mg/l, maka kemungkinan air hasil destilasi mengandung cemaran logam atau timbal atau tembaga ataupun yang lainnya yang disebutkan pada SNI , sehingga air hasil destilsi tersebut tidak aman untuk diminum. Dari tabel 4.3 penulis dapat menganalisa DHL (daya hantar listrik). Sudah dipastikan bahwa sebelum dan setelah destilasi didapat nilai DHL yang berbeda, DHL sebelum destilasi lebih tinggi dibanding setelahnya. Sebelum destilasi DHL tidak terukur pada alat pengukur DHL yaitu konduktifitas, artinya alat tersebut tidak mampu mengukur DHL pada air sebelum destilasi, dikarenakan diperoleh nilai DHL yang sangat tinggi melebihi jangkauan dari alat ukur, sehingga dimaklumi jika alat konduktifitas tidak dapat mengukur DHLnya. Setelah destilasi diperoleh nilai DHL yang sangat kecil sebesar 0,014 ms/cm pada suhu 26,3 0 C, sehingga air hasil destilasi ini dapat digunakan untuk air bersih sebagai keperluan mandi, cuci dan kaskus, namun belum dapat digunakan untuk air minum. SNI 01- LAPORAN TUGAS AKHIR 40

14 mensyaratkan nilai DHL maksimal untuk air yang dapat diminum sebesar 1,3 mikromhos (µs/cm) pada 25 0 C. Pengujian DHL bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kandungan air dalam menghantarkan listrik. Semakin tinggi nilai DHL, semakin besar kandungan air dalam menghantarkan listrik, begitu pun sebaliknya. Air dapat menghantarkan listrik karena mengandung kation dan anion. Kation dan anion pada kandungan air yang besar yang tidak diperlukan oleh tubuh dapat mengganggu kesehatan manusia. Berbeda dengan pocari sweet yang banyak sekali mengandung kation dan anion, tetapi kation dan anion yang khusus diperlukan oleh tubuh. Air sebelum proses destilasi diperoleh nilai TDS yang tidak terukur sama seperti pengujian DHL. Setelah destilasi didapat nilainya 10 mg/l, sehingga penulis dapat mengemukakan bahwa air tersebut tidak dapat diminum, karena dengan membandingakan SNI , dipersyaratkan bahwa kandungan TDSnya maksimal sebesar 1,156 mg/l yang diketahui dari hasil penjumlahan parameter-parameter SNI dengan satuan mg/l (dapat dilihat pada lampiran). Walaupun air ini tidak dapat diminum, tetapi dapat digunakan untuk keperluan air bersih seperti mandi, cuci dan kakus. Pengujian untuk parameter kimia berupa ph sesuai dengan SNI kategori air demineral dengan range 6 7,5, sedangkan yang di uji bernilai 7, artinya air tersebut bersifat netral tidak basa dan asam. Sebelum destilasi nilai phnya 7 karena nilai ph air laut itu umumnya 7. Dengan demikian maka tujuan yang dilakukan penulis pada percobaan tugas akhir ini dalam menghasilkan air dari proses destilasi yaitu airnya dapat digunakan sebagai air bersih dan tidak dapat digunakan untuk keperluan air minum. Dihasilkan air yang cukup banyak dan hasil lain berupa produk garam, meskipun garamnya tidak dapat dihitung berdasarkan jumlah kuantitas. LAPORAN TUGAS AKHIR 41

BAB VI PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS DATA

BAB VI PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS DATA BAB VI PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS DATA Dalam pengambilan data perlu diperhatikan beberapa hal yang harus dipersiapkan terlebih dahulu sebelum pengambilan data dilakukan agar tidak terjadi kesalahan yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel Cooling Tunnel atau terowongan pendingin merupakan sistem refrigerasi yang banyak digunakan di industri, baik industri pengolahan makanan, minuman dan farmasi. Cooling

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Heat pump Heat pump adalah pengkondisi udara paket atau unit paket dengan katup pengubah arah (reversing valve) atau pengatur ubahan lainnya. Heat pump memiliki

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Penyimpanan Energi Termal Es merupakan dasar dari sistem penyimpanan energi termal di mana telah menarik banyak perhatian selama beberapa dekade terakhir. Alasan terutama dari penggunaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2012

BAB II DASAR TEORI 2012 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Brine Sistem Brine adalah salah satu sistem refrigerasi kompresi uap sederhana dengan proses pendinginan tidak langsung. Dalam proses ini koil tidak langsung mengambil

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet BAB II DASAR TEORI 2.1 Blood Bank Cabinet Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 HASIL PENGUJIAN KESTABILAN SISTEM CASCADE Dalam proses pengujian pada saat menyalakan sistem untuk pertama kali, diperlukan waktu oleh sistem supaya dapat bekerja dengan stabil.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Blast Chiller Blast Chiller adalah salah satu sistem refrigerasi yang berfungsi untuk mendinginkan suatu produk dengan cepat. Waktu pendinginan yang diperlukan untuk sistem Blast

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Freezer Freezer merupakan salah satu mesin pendingin yang digunakan untuk penyimpanan suatu produk yang bertujuan untuk mendapatkan produk dengan kualitas yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Vaksin

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Vaksin BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Vaksin Vaksin merupakan bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 HASIL PENGUJIAN STEADY SISTEM CASCADE Dalam proses pengujian pada saat menyalakan sistem untuk pertama kali, diperlukan waktu oleh sistem supaya dapat bekerja dengan stabil.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Refrigerasi dapat berupa lemari es pada rumah tangga, mesin

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda BAB II DASAR TEORI 2.1 Benih Kedelai Penyimpanan benih dimaksudkan untuk mendapatkan benih berkualitas. Kualitas benih yang dapat mempengaruhi kualitas bibit yang dihubungkan dengan aspek penyimpanan adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Refrigeran merupakan media pendingin yang bersirkulasi di dalam sistem refrigerasi kompresi uap. ASHRAE 2005 mendefinisikan refrigeran sebagai fluida kerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Desalinasi Desalinasi merupakan suatu proses menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk mendapatkan air yang dapat dikonsumsi binatang, tanaman dan manusia.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cold Storage

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cold Storage BAB II DASAR TEORI 2.1 Cold Storage Cold storage merupakan suatu ruang penyimpanan yang digunakan untuk menjaga dan menurunkan temperatur produk beserta kelembabannya agar kualitas produk tetap terjaga

Lebih terperinci

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT PK Imron Rosadi, Agus Wibowo, Ahmad Farid. Mahasiswa Teknik Mesin, Universitas Pancasakti, Tegal,. Dosen Teknik Mesin, Universitas

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Coba Lapang Paremeter suhu yang diukur pada penelitian ini meliputi suhu lingkungan, kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi produktivitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR NOTASI... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING Marwan Effendy, Pengaruh Kecepatan Udara Pendingin Kondensor Terhadap Kooefisien Prestasi PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING Marwan Effendy Jurusan

Lebih terperinci

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin BAB II Prinsip Kerja Mesin Pendingin A. Sistem Pendinginan Absorbsi Sejarah mesin pendingin absorbsi dimulai pada abad ke-19 mendahului jenis kompresi uap dan telah mengalami masa kejayaannya sendiri.

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi V. HASIL DAN PEMBAHASAN Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi Mesin pendingin icyball beroperasi pada tekanan tinggi dan rawan korosi karena menggunakan ammonia sebagai fluida kerja. Penelitian

Lebih terperinci

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12 Suroso, I Wayan Sukania, dan Ian Mariano Jl. Let. Jend. S. Parman No. 1 Jakarta 11440 Telp. (021) 5672548

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut. BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi adalah suatu proses penarikan kalor dari suatu ruang/benda ke ruang/benda yang lain untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Vaksin Vaksin merupakan bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian Pengambilan data pada kondensor disistem spray drying ini telah dilaksanakan pada bulan desember 2013 - maret 2014 di Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem refrigerasi kompresi uap Sistem refrigerasi yang umum dan mudah dijumpai pada aplikasi sehari-hari, baik untuk keperluan rumah tangga, komersial dan industri adalah sistem

Lebih terperinci

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR Untuk mengenalkan aspek-aspek refrigerasi, pandanglah sebuah siklus refrigerasi uap Carnot. Siklus ini adalah kebalikan dari siklus daya uap Carnot. Gambar 1.

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM : LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC Nama Praktikan : Utari Handayani NPM : 140310110032 Nama Partner : Gita Maya Luciana NPM : 140310110045 Hari/Tgl Percobaan

Lebih terperinci

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada Siklus Kompresi Uap Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak digunakan dalam daur refrigerasi, pada daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), pengembunan( 2 ke 3), ekspansi (3

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split BAB II DASAR TEORI 2.1 AC Split Split Air Conditioner adalah seperangkat alat yang mampu mengkondisikan suhu ruangan sesuai dengan yang kita inginkan, terutama untuk mengkondisikan suhu ruangan agar lebih

Lebih terperinci

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin BELLA TANIA Program Pendidikan Fisika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surya May 9, 2013 Abstrak Mesin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Latar Belakang Pengkondisian udaraa pada kendaraan mengatur mengenai kelembaban, pemanasan dan pendinginan udara dalam ruangan. Pengkondisian ini bertujuan bukan saja sebagai penyejuk

Lebih terperinci

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng MULTIREFRIGERASI SISTEM Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng SIKLUS REFRIGERASI Sistem refrigerasi dengan siklus kompresi uap Proses 1 2 : Kompresi isentropik Proses 2 2 : Desuperheating Proses 2 3 : Kondensasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tugas Akhir Rancang Bangun Sistem Refrigerasi Kompresi Uap untuk Prototype AHU 4. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara

BAB II DASAR TEORI. Tugas Akhir Rancang Bangun Sistem Refrigerasi Kompresi Uap untuk Prototype AHU 4. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sistem Refrigerasi Kompresi Uap merupakan system yang digunakan untuk mengambil sejumlah panas dari suatu barang atau benda lainnya dengan memanfaatkan

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Arif Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang E-mail : arifqyu@gmail.com Abstrak. Pada bagian mesin pendingin

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahapan ini akan dilakukan studi literatur dan pendalaman

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1 Florist Cabinet (Sumber Gambar: Althouse, Modern Refrigeration and Air Conditioning Hal.

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1 Florist Cabinet (Sumber Gambar: Althouse, Modern Refrigeration and Air Conditioning Hal. BAB II DASAR TEORI 2.1 Florist Cabinet Florist cabinet merupakan suatu alat yang digunakan untuk proses pendinginan bunga. Florist cabinet beragam dalam ukuran dan konstruksi. Biasanya florist cabinet

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN Eko Budiyanto Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyan Metro Jl. KH. Dewantara No.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sistem refrigerasi kompresi uap merupakan suatu sistem yang menggunakan kompresor sebagai alat kompresi refrigeran, yang dalam keadaan bertekanan

Lebih terperinci

Menghitung besarnya kerja nyata kompresor. Menghitung besarnya kerja isentropik kompresor. Menghitung efisiensi kompresi kompresor

Menghitung besarnya kerja nyata kompresor. Menghitung besarnya kerja isentropik kompresor. Menghitung efisiensi kompresi kompresor Menghitung besarnya kerja nyata kompresor Menghitung besarnya kerja isentropik kompresor Menghitung efisiensi kompresi kompresor Menghitung besarnya kebutuhan daya kompresor Menghitung koefisien prestasi(cop)

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Batasan Rancangan Untuk rancang bangun ulang sistem refrigerasi cascade ini sebagai acuan digunakan data perancangan pada eksperiment sebelumnya. Hal ini dikarenakan agar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Maret Yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Maret Yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Maret 2015. Yang meliputi uji coba dan pengolahan data, dan bertempat di Laboratorium Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM. Disusun Oleh: MUHAMMAD NADJIB, S.T., M.Eng. TITO HADJI AGUNG S., S.T., M.T.

MODUL PRAKTIKUM. Disusun Oleh: MUHAMMAD NADJIB, S.T., M.Eng. TITO HADJI AGUNG S., S.T., M.T. MODUL PRAKTIKUM Disusun Oleh: MUHAMMAD NADJIB, S.T., M.Eng. TITO HADJI AGUNG S., S.T., M.T. PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016 i ii KATA PENGANTAR Assalaamu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Air Conditioner (AC) digunakan untuk mengatur temperatur, sirkulasi, kelembaban, dan kebersihan udara didalam ruangan. Selain itu, air conditioner juga

Lebih terperinci

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR Arif Kurniawan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang; Jl.Raya Karanglo KM. 2 Malang 1 Jurusan Teknik Mesin, FTI-Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk memperbaiki kualitas ikan, dibutuhkan suatu alat yaitu untuk menjaga kondisi ikan pada kondisi seharusnya dengan cara menyimpannya didalam sebuah freezer yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Florist Cabinet Florist cabinet merupakan suatu alat yang digunakan untuk proses pendinginan bunga. Florist cabinet sangat beragam dalam ukuran dan konstruksi. Biasanya florist cabinet

Lebih terperinci

HANIF BADARUS SAMSI ( ) DOSEN PEMBIMBING ARY BACHTIAR K.P, ST, MT, PhD

HANIF BADARUS SAMSI ( ) DOSEN PEMBIMBING ARY BACHTIAR K.P, ST, MT, PhD HANIF BADARUS SAMSI (2108100091) DOSEN PEMBIMBING ARY BACHTIAR K.P, ST, MT, PhD Contoh aplikasi di bidang pengobatan biomedis yang membutuhkan temperatur -20 C untuk penyimpanan sampel CFC mengandung ODP

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENGUJIAN DAN PENGAMBILAN DATA

BAB 3 METODE PENGUJIAN DAN PENGAMBILAN DATA BAB 3 METODE PENGUJIAN DAN PENGAMBILAN DATA 3.1. Deskripsi Alat Adsorpsi Alat adsorpsi yang diuji memiliki beberapa komponan utama, yaitu: adsorber, evaporator, kondenser, dan reservoir (gbr. 3.1). Diantara

Lebih terperinci

Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang

Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang Ade Suryatman Margana, Doni Oktaviana Refrigeration And Air Conditioning Department Politeknik Negeri Bandung

Lebih terperinci

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin Galuh Renggani Wilis, ST.,MT ABSTRAKSI Pengkondisian udara disebut juga system refrigerasi yang mengatur temperature & kelembaban udara. Dalam beroperasi

Lebih terperinci

Momentum, Vol. 13, No. 2, Oktober 2017, Hal ISSN ANALISA PERFORMANSI REFRIGERATOR DOUBLE SYSTEM

Momentum, Vol. 13, No. 2, Oktober 2017, Hal ISSN ANALISA PERFORMANSI REFRIGERATOR DOUBLE SYSTEM Momentum, Vol. 13, No. 2, Oktober 2017, Hal. 11-18 ISSN 0216-7395 ANALISA PERFORMANSI REFRIGERATOR DOUBLE SYSTEM Ahmad Farid * dan Royan Hidayat Program Studi Teknik Mesin Universitas Pancasakti Tegal

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-2 DAN R-34a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W Ridwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma e-mail: ridwan@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

Peningkatan Waktu Pengeringan dan Laju Pengeringan Pada Mesin Pengering Pakaian Energi Listrik

Peningkatan Waktu Pengeringan dan Laju Pengeringan Pada Mesin Pengering Pakaian Energi Listrik Peningkatan Waktu Pengeringan dan Laju Pengeringan Pada Mesin Pengering Pakaian Energi Listrik PK Purwadi 1, Wibowo Kusbandono 2 T. Mesin Fakultas Sains dan Teknologi, Univ. Sanata Dharma 1, pur@mailcity.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan sumber air tawar dan kebutuhan akan pasokan air yang lebih besar merupakan persoalan mendesak di banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Sumber air yang

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap Azridjal Aziz 1,a* dan Boby Hary Hartanto 2,b 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan di bumi. Sekarang dimana-mana terjadi krisis air akibat pencemaran dan siklus cuaca yang tak menentu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39 BAB IV PEMBAHASAN Pada pengujian ini dilakukan untuk membandingkan kerja sistem refrigerasi tanpa metode cooled energy storage dengan sistem refrigerasi yang menggunakan metode cooled energy storage. Pengujian

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor ISSN INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor ISSN INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor 2 2016 ISSN 1412-7350 INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN PK Purwadi*, Wibowo Kusbandono** Teknik Mesin Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK Volume Nomor September MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK Kurniandy Wijaya PK Purwadi Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Indonesia Email : kurniandywijaya@gmail.com

Lebih terperinci

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage Sugiyono 1, Ir Sumpena, MM 2 1. Mahasiswa Elektro, 2. Dosen

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA.1 Teori Pengujian Sistem pengkondisian udara (Air Condition) pada mobil atau kendaraan secara umum adalah untuk mengatur kondisi suhu pada ruangan didalam mobil. Kondisi suhu yang

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. P = Pc = P 3 = P 2 = Pg P 5 P 4. x 5. x 1 =x 2 x 3 x 2 1

LANDASAN TEORI. P = Pc = P 3 = P 2 = Pg P 5 P 4. x 5. x 1 =x 2 x 3 x 2 1 III. LANDASAN TEORI 3.1 Diagram suhu dan konsentrasi Hubungan antara suhu dan konsentrasi pada sistem pendinginan absorpsi dengan fluida kerja ammonia air ditunjukkan oleh Gambar 6 : t P = Pc = P 3 = P

Lebih terperinci

menurun dari tekanan kondensasi ( Pc ) ke tekanan penguapan ( Pe ). Pendinginan,

menurun dari tekanan kondensasi ( Pc ) ke tekanan penguapan ( Pe ). Pendinginan, menurun dari tekanan kondensasi ( Pc ) ke tekanan penguapan ( Pe ). Pendinginan, adsorpsi, dan penguapan (4 1) : Selama periode ini, sorber yang terus melepaskan panas ketika sedang terhubung ke evaporator,

Lebih terperinci

BAB V PEMILIHAN KOMPONEN MESIN PENDINGIN

BAB V PEMILIHAN KOMPONEN MESIN PENDINGIN BAB V PEMILIHAN KOMPONEN MESIN PENDINGIN 5.1 Pemilihan Kompresor Kompresor berfungsi menaikkan tekanan fluida dalam hal ini uap refrigeran dengan temperatur dan tekanan rendah yang keluar dari evaporator

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung (Indirect System)

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung (Indirect System) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung (Indirect System) Melinder (2010) menjelaskan sistem refrigerasi tidak langsung yang menggunakan secondary refrigerant telah lama banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung ( Indirect Cooling System 2.2 Secondary Refrigerant

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung ( Indirect Cooling System 2.2 Secondary Refrigerant BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung (Indirect Cooling System) Sistem pendinginan tidak langsung (indirect Cooling system) adalah salah satu jenis proses pendinginan dimana digunakannya

Lebih terperinci

Bab III. Metodelogi Penelitian

Bab III. Metodelogi Penelitian Bab III Metodelogi Penelitian 3.1. Kerangka Penelitian Analisa kinerja AC split 3/4 PK dengan mengunakan refrigeran R-22 dan MC-22 variasi tekanan refrigeran dengan pembebanan terdapat beberapa tahapan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Pengujian dilakukan pada bulan Desember 2007 Februari 2008 bertempat di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 Mesin Refrigerasi Secara umum bidang refrigerasi mencakup kisaran temperatur sampai 123 K Sedangkan proses-proses dan aplikasi teknik yang beroperasi pada kisaran temperatur

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH DIAMETER PIPA KAPILER TERHADAP COEFFISIENT OF PERFORMANCE PADA REFRIGERATOR

ANALISIS PENGARUH DIAMETER PIPA KAPILER TERHADAP COEFFISIENT OF PERFORMANCE PADA REFRIGERATOR ANALISIS PENGARUH DIAMETER PIPA KAPILER TERHADAP COEFFISIENT OF PERFORMANCE PADA REFRIGERATOR Disusun oleh : Nama : Angga Govinda NPM : 20412874 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing 1 : Dr. Ir. Sunyoto.,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Pabrik Arang Batok dan Asap Cair, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Pengujian kandungan kimia distilat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a. 3.1. Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2. Bahan Penelitian Pada penelitian

Lebih terperinci

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika Oleh : Robbin Sanjaya 2106.030.060 Pembimbing : Ir. Denny M.E. Soedjono,M.T PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER No. Vol. Thn.XVII April ISSN : 85-87 KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER Iskandar R. Laboratorium Konversi Energi Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Pengujian sistem refrigerasi..., Dedeng Rahmat, FT UI, Universitas 2008 Indonesia

BAB II DASAR TEORI. Pengujian sistem refrigerasi..., Dedeng Rahmat, FT UI, Universitas 2008 Indonesia BAB II DASAR TEORI 2.1 REFRIGERASI DAN SISTEM REFRIGERASI Refrigerasi merupakan proses penyerapan kalor dari ruangan bertemperatur tinggi, dan memindahkan kalor tersebut ke suatu medium tertentu yang memiliki

Lebih terperinci

Maka persamaan energi,

Maka persamaan energi, II. DASAR TEORI 2. 1. Hukum termodinamika dan sistem terbuka Termodinamika teknik dikaitkan dengan hal-hal tentang perpindahan energi dalam zat kerja pada suatu sistem. Sistem merupakan susunan seperangkat

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan,

3. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan, 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Desember 2010. Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan, pembuatan,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Properti Termodinamika Refrigeran Untuk menduga sifat-sifat termofisik masing-masing refrigeran dibutuhkan data-data termodinamik yang diambil dari program REFPROP 6.. Sedangkan

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN Kemas. Ridhuan 1), I Gede Angga J. 2) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar

Lebih terperinci

EFEK UDARA DI DALAM SISTEM REFRIGERASI

EFEK UDARA DI DALAM SISTEM REFRIGERASI EFEK UDARA DI DALAM SISTEM REFRIGERASI Daud Patabang* * Abstract The performance of refrigeration system are affected by condenser, evaporator,compressor and regulating valve. Besides cooling system itself

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Perencanaan pengkondisian udara dalam suatu gedung diperlukan suatu perhitungan beban kalor dan kebutuhan ventilasi udara, perhitungan kalor ini tidak lepas dari prinsip perpindahan

Lebih terperinci

UNJUK KERJA MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP PADA BEBERAPA VARIASI SUPERHEATING DAN SUBCOOLING

UNJUK KERJA MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP PADA BEBERAPA VARIASI SUPERHEATING DAN SUBCOOLING UNJUK KERJA MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP PADA BEBERAPA VARIASI SUPERHEATING DAN SUBCOOLING Mega Nur Sasongko 1 Teknik Mesin Universitas Brawijaya Jalan M.T Haryono 167 Malang Telp. 0341-587710 E-mail:

Lebih terperinci

COEFFICIENT OF PERFORMANCE (COP) MINI FREEZER DAGING AYAM KAPASITAS 4 KG

COEFFICIENT OF PERFORMANCE (COP) MINI FREEZER DAGING AYAM KAPASITAS 4 KG ISSN-P 2460-8408 Jurnal Teknologi Pendingin dan Tata Udara Politeknik Sekayu (PETRA) Volume 1, No. 1, November 2015, h. 44-54 COEFFICIENT OF PERFORMANCE (COP) MINI FREEZER DAGING AYAM KAPASITAS 4 KG Arief

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Split Air Conditioner (AC) split merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondikan udara didalam ruangan sesuai dengan yang diinginkan oleh penghuni.

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN MESIN PENGERING KAPASITAS LIMAPULUH BAJU SISTEM TERTUTUP Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 2 2017 ISSN 1412-7350 PK Purwadi 1* 1 Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel Cooling Tunnel atau terowongan pendingin merupakan penerapan sistem refrigerasi yang banyak digunakan di industri, baik industri pengolahan makanan, minuman dan farmasi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk menyerap kalor dari lingkungan atau untuk melepaskan kalor ke lingkungan. Sifat-sifat fisik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengering Udara Pengering udara adalah suatu alat yang berfungsi untuk menghilangkan kandungan air pada udara terkompresi (compressed air). Sistem ini menjadi satu kesatuan proses

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF

Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-18 Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF Akhmad Syukri Maulana dan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin U N I V E R S I T A S MERCU BUANA Disusun oleh : Nama : Ari Siswoyo

Lebih terperinci

PENGUJIAN PERFORMANCE DAN ANALISA PRESSURE DROP SISTEM WATER-COOLED CHILLER MENGGUNAKAN REFRIGERAN R-22 DAN HCR-22

PENGUJIAN PERFORMANCE DAN ANALISA PRESSURE DROP SISTEM WATER-COOLED CHILLER MENGGUNAKAN REFRIGERAN R-22 DAN HCR-22 PENGUJIAN PERFORMANCE DAN ANALISA PRESSURE DROP SISTEM WATER-COOLED CHILLER MENGGUNAKAN REFRIGERAN DAN Muchammad 1) Abstrak Efek pemanasan Global (GWP) merupakan salah satu permasalahan yang disebabkan

Lebih terperinci