DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK"

Transkripsi

1

2 DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KABUPATEN SUKAMARA TAHUN 2014 ISBN : No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21,5 x 16,5 cm : v + 68 Halaman Naskah : Seksi Statistik Distribusi BPS Kabupaten Sukamara Gambar Kulit & Layout: Seksi Integrasi, Pengolahan, dan Diseminasi Statistik BPS Kabupaten Sukamara Diterbitkan Oleh : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sukamara Kerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukamara

3 Boleh Dikutip Dengan Menyebutkan Sumbernya

4 KATA PENGANTAR Publikasi Distribusi Pendapatan Penduduk Penduduk Kabupaten Sukamara merupakan publikasi yang rutin diterbitkan setiap tahun. Publikasi ini diterbitkan atas kerjasama antara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Sukamara dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sukamara Publikasi ini menyajikan berbagai ragam data/indikator tingkat pemerataan pendapatan penduduk maupun analisisnya, diantaranya indikator tingkat pemerataan pendapatan versi/kriteria Bank Dunia dan Gini Ratio atau Koefisien Gini menurut tipe daerah, jenis kelamin, lapangan usaha, pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan status usaha. Diharapkan data/indikator tingkat pemerataan tersebut dapat dijadikan masukan/bahan evaluasi dan perencanaan pembangunan di Kabupaten Sukamara. Disadari bahwa publikasi ini masih sangat terbatas, baik dari segi kedalaman analisisnya maupun penampilan datanya. Oleh karena itu kritik dan saran kami harapkan guna penyempurnaan selanjutnya. Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya publikasi ini diucapkan terima kasih. KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN SUKAMARA Sukamara, September 2015 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SUKAMARA, Drs. Wariyanto NIP Gatot Rusdyanto, S.ST NIP Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun 2014 ii

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK ii iii iv v BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tujuan Penghitungan Distribusi Pendapatan Penduduk Sumber Data yang Digunakan Metodologi Pengukuran Tingkat Pemerataan BAB II DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK 1. Pertumbuhan Ekonomi Proporsi Pendapatan Tingkat Pemerataan Pendapatan BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun 2014 iii

6 DAFTAR TABEL Tabel 1. Gini Ratio Menurut Tipe Daerah Gini Ratio Menurut Jenis Kelamin Gini Ratio Menurut Lapangan Usaha Gini Ratio Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Gini Ratio Menurut Status Pekerjaan Utama Penduduk Menurut Golongan Perkapita dan Tipe Daerah Penduduk Menurut Golongan Perkapita dan Jenis Kelamin Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Golongan dan Lapangan Usaha Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Golongan dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Golongan dan Status Pekerjaan Utama Lembar Pengolahan Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun 2014 iv

7 DAFTAR GRAFIK Grafik 1. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sukamara Tahun Persentase Penduduk Pedesaan dan Perkotaan di Kabupaten Sukamara, Tahun Persentase Penduduk Laki-Laki dan Perempuan di Kabupaten Sukamara, Tahun Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha, Tahun Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Tahun Kurva Lorentz Kabupaten Sukamara (Perkotaan + Perdesaan), Tahun Kurva Lorentz Kabupaten Sukamara (Perkotaan), Tahun Kurva Lorentz Kabupaten Sukamara (Perdesaan), Tahun Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun 2014 v

8

9 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu indikator penting guna menilai keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu daerah adalah pertumbuhan ekonomi. Namun, tingginya pertumbuhan ekonomi belum tentu mencerminkan distribusi pendapatan penduduk daerah tersebut merata. Kenyataan menunjukkan bahwa pendapatan penduduk tidak selalu merata. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi seringkali dibarengi dengan kenaikan ketimpangan pendapatan (pendapatan semakin tidak merata). Pertumbuhan ekonomi yang tinggi/pesat, bukan saja membawa disparitas (ketimpangan) pendapatan yang tinggi akan tetapi juga menimbulkan kemiskinan penduduk. Perbedaan pendapatan timbul karena adanya perbedaan dalam kepemilikan sumber daya dan faktor produksi terutama kepemilikan barang modal (capital stock). Pihak yang memiliki faktor produksi yang lebih banyak akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak pula. Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

10 Pendahuluan Sebelas tahun sejak terbentuknya Kabupaten Sukamara pada tahun 2002, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukamara di tahun 2014 ini cukup tinggi yaitu sebesar 6,54 persen. Pertumbuhan ini sangat diperlukan untuk menggerakkan dan memacu pembangunan di berbagai bidang, sekaligus sebagai kekuatan utama pembangunan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. Permasalahannya sekarang adalah apakah pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tersebut diikuti dengan tingkat pemerataan yang memadai, dan apakah hasil-hasil pembangunan telah meningkatkan kesejahteraan penduduk Kabupaten Sukamara? Tidak meratanya distribusi pendapatan dapat memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang merupakan awal dari munculnya masalah kemiskinan. Membiarkan ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan berlarut-larut akan semakin memperparah keadaan, dan tidak jarang dapat menimbulkan konsekuensi negatif terhadap kondisi sosial dan politik. Dengan demikian sudah seharusnya kita memperhatikan masalah distribusi pendapatan dan melihat sejauh mana tingkat pemerataan hasil pembangunan yang terjadi di wilayah Kabupaten Sukamara. Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

11 Pendahuluan 2. Tujuan Penghitungan Distribusi Pendapatan Penduduk Penghitungan distribusi pendapatan penduduk Kabupaten Sukamara ini bertujuan untuk melihat dan membandingkan tingkat pemerataan pendapatan penduduk di Kabupaten Sukamara pada tahun 2014 baik antar golongan pendapatan maupun karaktersitik lainnya seperti karakteristik wilayah (perkotaan dan perdesaan), jenis kelamin, golongan pekerjaan, tingkat pendidikan yang ditamatkan, dan status pekerjaan utama. 3. Sumber Data yang Digunakan Sumber data yang digunakan untuk mengukur tingkat pemerataan pendapatan rumahtangga/penduduk di kabupaten sukamara adalah hasil Susenas tahun 2014 oleh BPS yang mencakup pengeluaran makanan dan non makanan (perumahan, pakaian, pendidikan, kesehatan, transportasi dan rekreasi, dan lain sebagainya). Data pengeluaran dipakai sebagai proksi pendapatan. Meskipun data pengeluaran masih mengandung keterbatasan, misalnya kurang mencakup kelompok lapis atas, kurang terekamnya pengeluaran konsumsi makanan jadi di luar rumah, dan lain-lain. Namun data pengeluaran yang dikumpulkan ini masih relatif lebih baik untuk bisa Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

12 Pendahuluan dipakai dibandingkan dengan data pendapatan dikarenakan adanya keraguan akan akurasi data pendapatan yang ada. 4. Metodologi Pengukuran Tingkat Pemerataan Dari berbagai studi yang dilakukan oleh para peneliti pemerataan pendapatan, dikemukakan bahwa rumus-rumus untuk mengukur pemerataan distribusi pendapatan tersebut ada bermacam-macam, baik menggunakan metode statistik yang sederhana (seperti range, standar deviasi, indeks Bowley, koefisien variasi, dan lain sebagainya), maupun metode empiris (indeks Theil, indeks Oshima, indeks Kusnet, koefisien Gini, ukuran Bank Dunia, kurva Lorentz, dan lain sebagainya). Namun demikian diantara ukuran-ukuran tersebut diatas, ada dua ukuran yang populer digunakan, yaitu kriteria Bank Dunia dan koefisien Gini (Gini Ratio) Kriteria Bank Dunia Ukuran ketimpangan dengan menggunakan kriteria Bank Dunia cukup sederhana dan mudah penghitungannya yaitu diukur dengan menghitung persentase jumlah penduduk dari kelompok yang berpendapatan rendah 40% terendah dibandingkan dengan total pendapatan seluruh penduduk: Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

13 Pendahuluan a. Bila kelompok 40 % penduduk termiskin pengeluarannya lebih kecil daripada 12 % dari keseluruhan pengeluaran, maka dikatakan bahwa daerah yang bersangkutan berada dalam tingkat ketimpangan tinggi. b. Bila kelompok 40 % penduduk termiskin pengeluarannya antara % dari keseluruhan pengeluaran, maka dikatakan bahwa terjadi tingkat ketimpangan sedang. c. Dan bila kelompok 40 % penduduk termiskin pengeluarannya lebih dari 17 % dari keseluruhan pengeluaran, maka dapat dikatakan bahwa tingkat ketimpangan yang terjadi adalah rendah. Kriteria Bank Dunia tersebut dihitung berdasarkan metode statistik, yaitu perhitungan desil Gini Ratio Koefisien Gini atau Gini Ratio biasanya diperlihatkan oleh kurva yang dinamakan Kurva Lorenz. Kurva ini memperlihatkan hubungan kuantitatif antara persentase penerimaan pendapatan penduduk dengan persentase pendapatan yang benar-benar diperoleh selama kurun waktu tertentu, biasanya setahun. Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

14 Pendahuluan Gambar 1. Kurva Lorenz Dari gambar di atas, sumbu horisontal menggambarkan persentase kumulatif penduduk, sedangkan sumbu vertikal menyatakan bagian dari total pendapatan yang diterima oleh masing-masing persentase penduduk tersebut. Sedangkan garis diagonal di tengah disebut garis kemerataan sempurna. Karena setiap titik pada garis diagonal merupakan tempat kedudukan persentase penduduk yang sama dengan persentase penerimaan pendapatan. Semakin jauh jarak garis kurva Lorenz dari garis diagonal, semakin tinggi tingkat ketidakmerataannya. Sebaliknya semakin dekat jarak kurva Lorenz dari garis diagonal, semakin tinggi tingkat pemerataan distribusi pendapatannya. Pada gambar di Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

15 Pendahuluan atas, besarnya ketimpangan (Gini Ratio) digambarkan sebagai daerah yang diarsir. Formula yang digunakan untuk mengukur pemerataan pendapatan dari Gini Ratio adalah: G = 1 - k Σ Pi(Q i + Q i-1 ) i dimana: G = GR (Gini Ratio) P = persentase penduduk Q = persentase kumulatif pendapatan Nilai Gini Ratio berada mulai dari 0 sampai dengan 1, bila nilai GR bergerak mendekati 0 (nol) berarti tingkat pemerataan bertambah baik atau tingkat ketimpangan yang terjadi rendah, dan apabila nilai GR bergerak mendekati 1 (satu) terjadi hal yang sebaliknya yakni tingkat pemerataan makin tidak merata. Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

16 Pendahuluan Ketimpangan pendapatan menurut GR sebagai berikut: i. Tingkat ketimpangan pendapatan dikatakan rendah apabila nilai GR lebih kecil dari 0,3; ii. ketimpangan sedang apabila GR bernilai 0,3 0,5 dan iii. ketimpangan tinggi apabila nilai GR lebih besar dari 0,5. Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

17

18 Distribusi Pendapatan Penduduk DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK 1. Pertumbuhan Ekonomi Dilihat dari angka pertumbuhan ekonominya sejak tahun 2004, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sukamara berfluktuatif. Pada tahun 2004 pertumbuhan ekonomi kabupaten sukamara cukup tinggi, yaitu mencapai 6,48 persen. Namun setelah itu pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukamara mengalami penurunan menjadi sebesar 4,90 persen. Pada tahun 2006 kembali naik menjadi 5,27 persen. Selanjutnya dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukamara terus mengalami perlambatan pertumbuhan, yaitu 4,84 persen (tahun 2007), 4,65 persen (tahun 2008) dan 4,07 persen (tahun 2009). Sedangkan pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sukamara terus mengalami peningkatan yaitu 5,36 persen pada tahun 2010, 5,85 persen pada tahun 2011, 6,11 persen pada tahun 2012 dan 6,54 persen pada tahun Namun, pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukamara mengalami penurunan menjadi 6,05 persen (Lihat Grafik 1.). Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

19 Distribusi Pendapatan Penduduk Grafik 1. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sukamara, Tahun Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukamara pada tahun 2014 yang cukup tinggi (6,54 persen) sangat diperlukan untuk menggerakkan dan memacu pembangunan di berbagai bidang, sekaligus sebagai kekuatan utama pembangunan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. 2. Proporsi Pendapatan Distribusi pendapatan dalam suatu masyarakat idealnya harus merata, dimana menurut Kuznet s bahwa distribusi pendapatan Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

20 Distribusi Pendapatan Penduduk dikatakan betul betul merata apabila kelompok rumahtangga penduduk dalam setiap desil proporsi pendapatannya juga harus sama dengan 1/10 (10 persen). Hal ini berarti bahwa mereka yang menerima pendapatan 10 persen paling bawah jumlahnya kira kira sama dengan 10 persen jumlah penduduk; yang menerima pendapatan 20 persen paling bawah jumlahnya sama dengan 20 persen jumlah penduduk, begitu seterusnya. Namun pada kenyataannya tidak begitu mudah untuk semua wilayah. Kesenjangan distribusi pendapatan untuk kelompok tertentu tetap selalu masih ada. Berdasarkan kriteria Kuznets tersebut, distribusi pendapatan penduduk di Kabupaten Sukamara bisa dikatakan kurang ideal (kurang merata). Karena, 10 persen penduduk paling bawah hanya menerima 3,3 persen total pendapatan. Sedangkan, 10 persen penduduk paling atas menerima 21,32 persen dari total pendapatan. 3. Tingkat Pemerataan Pendapatan Gini Ratio (GR) dibuat berdasarkan data pengeluaran Susenas 2014, disajikan dan dirinci menurut berbagai karakteristik kegiatan / usaha rumahtangga / penduduk, seperti: GR menurut daerah perkotaan dan pedesaan Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

21 Distribusi Pendapatan Penduduk GR menurut jenis kelamin GR menurut lapangan usaha GR menurut pendidikan GR menurut status pekerjaan GR Antara Daerah Perkotaan dan Pedesaan Secara keseluruhan tingkat ketimpangan pendapatan yang terjadi di Kabupaten Sukamara adalah 0,28 yaitu tingkat ketimpangan pendapatan dikatakan rendah atau dengan perkataan lain pembagian pendapatan yang diterima penduduk agak merata. Di daerah perkotaan pembagian pendapatan terlihat agak lebih merata dibandingkan dengan daerah perdesaan. Hal ini ditunjukkan oleh GR daerah perkotaan sebesar 0,27 yang lebih rendah dari GR pedesaan sebesar 0,28. Tabel 1. Gini Ratio Menurut Tipe Daerah No. Daerah Gini Ratio (1) (2) (3) 1. K o t a 0,27 2. D e s a 0,28 Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

22 Distribusi Pendapatan Penduduk 3. K o t a + D e s a 0,28 Dari kriteria Bank Dunia, 40 persen masyarakat lapis bawah pun hanya menikmati total pendapatan sebesar 19,61 persen, lebih dari 17 persen, yang mengidentifikasikan bahwa tingkat ketimpangan yang terjadi di Kabupaten Sukamara adalah rendah. GR Antara Jenis Kelamin Laki-Laki dan Perempuan Ketimpangan pendapatan penduduk laki-laki lebih tinggi daripada penduduk perempuan, yaitu 0,28 persen untuk laki-laki dan 0,27 persen untuk perempuan. Bisa disimpulkan bahwa distribusi pendapatan penduduk perempuan relatif lebih merata dibandingkan penduduk laki-laki. Tabel 2. Gini Ratio Menurut Jenis Kelamin Daerah Gini Ratio (2) (3) Laki-Laki 0,28 Perempuan 0,27 Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

23 Distribusi Pendapatan Penduduk GR Antara Lapangan Pekerjaan/Usaha Di daerah pedesaan sebagian besar penduduk/ rumahtangga yang bekerja di sektor pertanian (pertanian, perkebunan dan perikanan). Sebagian besar masyarakat mulai beralih ke perkebunan sawit. Pendapatan sektor pertanian antara pertanian tradisional yang menggunakan teknologi tradisional dengan produktivitas rendah dengan perkebunan sawit sangat jauh perbedaanya. Tingginya ketimpangan pendapatan disektor pertanian terlihat pada nilai GR nya sebesar 0,26, paling kurang merata bila dibandingkan dengan sektor lainnya. Tabel 3. Gini Ratio Menurut Lapangan Usaha No. Lapangan Usaha Gini Ratio (1) (2) (3) 1. Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Listrik, Gas, dan Air Konstruksi Perdagangan 0.23 Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

24 Distribusi Pendapatan Penduduk 7. Angkutan dan Komunikasi Keuangan Jasa Jasa dan Lainnya 0.25 GR Antara Pendidikan yang Ditamatkan Pembagian pendapatan untuk beragam latar belakang pendidikan, pun GRnya sangat bervariasi. GR untuk penduduk berumur 10 tahun ke atas yang bekerja yang paling besar nilainya adalah tenaga kerja yang tidak pernah sekolah/tidak tamat SD yaitu sebesar 0,31. Gini Coeffisien atau Gini Ratio yang lebih besar ini mungkin disebabkan karena penduduk pada golongan tingkat pendidikan tersebut memiliki pekerjaan/usaha yang lebih bervariasi daripada tingkat pendidikan lainnya. Tabel 4. Gini Ratio Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan No. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Gini Ratio (1) (2) (3) 1. Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD SD/MI/Sederajat SLTP/MTs/Sederajat/Kejuruan 0.21 Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

25 Distribusi Pendapatan Penduduk 4. SMU/MA/Sederajat 0,21 5. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 0,16 6. Diploma/Univesitas 0,21 GR Antara Status Pekerjaan GR untuk status pekerjaan juga bervariasi. Ketimpangan yang paling tinggi berdasarkan status pekerjaan penduduk berumur 10 tahun ke atas yang bekerja terdapat pada status pekerjaan utama berusaha sendiri dengan GR = 0,29. Ketimpangan yang tinggi tersebut dimungkinkan karena jenis usaha dari golongan tersebut beragam, sehingga pendapatan yang diperoleh oleh mereka pun lebih beragam daripada golongan status pekerjaan yang lainnya. Tabel 5. Gini Ratio Menurut Status Pekerjaan Utama No. Status Pekerjaan Utama Gini Ratio (1) (2) (3) 1. Berusaha Sendiri Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap/Buruh Tidak Dibayar Berusaha Dibantu Buruh Tetap/Buruh Dibayar Buruh/Karyawan/Pegawai/Lainnya 0.22 Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

26 Distribusi Pendapatan Penduduk 5. Pekerja Bebas 0,27 6. Pekerja Tidak Dibayar 0,28 Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

27

28 Kesimpulan dan Saran BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,05 persen pada tahun 2014, Kabupaten Sukamara mengalami tingkat ketimpangan pendapatan rendah berdasarkan penghitungan Gini Ratio yaitu sebesar 0,28. Sedangkan berdasarkan Kriteria Bank Dunia, tingkat ketimpangan yang terjadi di Kabpuaten Sukamara adalah rendah. 2. Saran Mengingat penduduk Sukamara pada umumnya bekerja di bidang pertanian, maka tingkat ketimpangan disektor pertanian akan sangat menentukan tingkat ketimpangan pendapatan di Kabupaten Sukamara secara keseluruhan. Sepintas kelihatannya pernyataan tersebut kurang dapat diterima. Kita biasanya membayangkan masyarakat tani sebagai suatu kelompok sosial yang homogenitas dalam berbagai hal, tidak Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

29 Kesimpulan dan Saran terkecuali dalam kedudukan ekonomis dari rumah tangga didalam masyarakat. Tetapi kita tidak dapat menolak kenyataan yang ditunjukkan secara kuantitatif bahwa sektor pertanianlah yang memegang peran penting dalam hal ketimpangan pendapatan suatu wilayah. Sub sektor pertanian yang memegang peranan sangat penting terhadap perekonomian Kabupaten Sukamara adalah perkebunan kelapa sawit. Perbedaan pendapatan masyarakat di sub sektor perkebunan kelapa sawit timbul karena adanya perbedaan dalam kepemilikan sumber daya (alam dan manusia) dan faktor produksi terutama kepemilikan barang modal. Pihak yang memiliki sumber daya dan faktor produksi yang lebih banyak akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak pula. Menurut teori neoklasik, perbedaan pendapatan tersebut dapat dikurangi melalui proses penyesuaian otomatis, yaitu melalui proses penetasan hasil pembangunan (trickle down) dan kemudian menyebar sehingga menimbulkan keseimbangan baru. Apabila proses otomatis tersebut masih belum mampu menurunkan tingkat perbedaan pendapatan yang sangat timpang, maka dapat dilakukan melalui sistem perpajakan dan subsidi. Kedua sistem ini dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan redistribusi pendapatan. Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

30 Kesimpulan dan Saran Penetapan pajak pendapatan/penghasilan akan mengurangi pendapatan penduduk yang pendapatannya tinggi. Sebaliknya subsidi akan membantu penduduk yang pendapatannya rendah, asalkan tidak salah sasaran dalam pengalokasiannya. Pajak yang telah dipungut apalagi menggunakan sistem tarif progresif (semakin tinggi pendapatan, semakin tinggi prosentase tarifnya), dapat digunakan oleh pemerintah untuk membiayai roda pemerintahan, subsidi dan proyek pembangunan. Dari sinilah terjadi proses redistribusi pendapatan yang akan mengurangi terjadinya ketimpangan. Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

31 Daftar Pustaka DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Pusat Statistik, Susenas Badan Pusat Statistik, Berbagai Makalah Pemeratan Pendapatan. 3. Badan Pusat Statistik, Kabupaten Sukamara, Penduduk Sukamara Sam F. Poli, Distribusi Pendapatan Penduduk di Indonesia tahun 1976 Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

32

33 Lampiran Tabel Tabel 6. Persentase Penduduk Menurut Golongan Perkapita dan Tipe Daerah Golongan Perkotaan Daerah Perdesaan Jumlah (1) (2) (3) (4) < Jumlah Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

34 Lampiran Tabel Grafik 2. Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

35 Lampiran Tabel Tabel 7. Persentase Penduduk Menurut Golongan Perkapita dan Jenis Kelamin Golongan Laki-Laki Daerah Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) < Jumlah Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

36 Lampiran Tabel Grafik 3. Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

37 Lampiran Tabel Tabel 8. Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Golongan dan Lapangan Usaha Golongan Lapangan Usaha *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) < Jumlah Berlanjut.. Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

38 Lampiran Tabel Lanjutan Tabel 8. Golongan Lapangan Usaha *) Jumlah (1) (8) (9) (10) (11) < Jumlah Keterangan : *) 1. Pertanian; 2.. Pertambangan dan Penggalian; 3.Industri; 4. Listrik, Air dan Gas; 5. Konstruksi; 6. Perdagangan; 7. Transportasi dan Komunikasi; 8. Bank dan Lembaga Keuangan; 9. Jasa-Jasa dan Lainnya. Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

39 Lampiran Tabel Grafik 4. Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

40 Lampiran Tabel Tabel 9. Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Golongan dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Golongan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tidak Sekolah /Tidak Tamat SD SD / MI SLTP/ MTs SMU/ MA (1) (2) (3) (4) (5) < Jumlah Berlanjut.. Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

41 Lampiran Tabel Lanjutan Tabel 9. Golongan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan SMK Diploma/ Univ Jumlah (1) (6) (7) (8) < Jumlah Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

42 Lampiran Tabel Grafik 5. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas yang Bekerja menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Tahun 2014 Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

43 Lampiran Tabel Tabel 10. Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Golongan dan Status Pekerjaan Utama. Status Pekerjaan Utama Golongan Berusaha Sendiri Berusaha dibantu Buruh Tidak Tetap/ Tidak Dibayar Berusaha dibantu Buruh Tetap /Dibayar Buruh/ Karyawan/ Pegawai (1) (2) (3) (4) (5) < Jumlah Berlanjut Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

44 Lampiran Tabel Lanjutan Tabel 10. Status Pekerjaan Utama Golongan Pekerja Bebas Pekerja Tidak Dibayar Jumlah (1) (6) (7) (8) < Jumlah Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

45

46 Lembar Pengolahan Lembar Pengolahan Gini Ratio Kabupaten Sukamara, Tahun 2014 (Perkotaan+Pedesaan) No Kelas Penduduk * Total %Pddk (Pi) %Kumulatif Q i + Q i-1 (Q i) (Q i-1) Pi (Q i + Q i-1) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 < Jumlah xx xx xxx (i). Koefisien Gini/Gini Ratio (GR) 0,28 (ii). Menurut H. Tatsumi Oshima Gini Ratio : 0-0,3 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Rendah 0,3-0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Sedang > 0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Tinggi (iii). *) Proksi Pendapatan Lembar Pengolahan Gini Ratio Kabupaten Sukamara, Tahun 2014 Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

47 Lembar Pengolahan (Perkotaan) No Golongan Kota *) Total %Pddk (Pi) %Kumulatif Q i + Q i-1 (Q i) (Q i-1) Pi(Q i + Q i-1) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 < Jumlah xx xx xxx (i). Koefisien Gini/Gini Ratio (GR) 0,27 (ii). Menurut H. Tatsumi Oshima Gini Ratio : 0-0,3 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Rendah 0,3-0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Sedang > 0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Tinggi (iii). *) Proksi Pendapatan Lembar Pengolahan Gini Ratio Kabupaten Sukamara, Tahun 2014 Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

48 Lembar Pengolahan (Perdesaan) No. Kelas Desa *) Total %Pddk (Pi) %Kumulatif Q i + Q i-1 Pi(Q i + Q i-1) (Q i) (Q i-1) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 < Jumlah xx xx xxx (i). Koefisien Gini/Gini Ratio (GR) 0,28 (ii). Menurut H. Tatsumi Oshima Gini Ratio : 0-0,3 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Rendah 0,3-0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Sedang > 0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Tinggi (iii). *) Proksi Pendapatan Lembar Pengolahan Gini Ratio Kabupaten Sukamara, Tahun 2014 Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

49 Lembar Pengolahan (Laki-Laki) No Golongan Penduduk Laki2 *) Total %Pddk (Pi) %Kumulatif Q i + Q i-1 (Q i) (Q i-1) Pi(Q i + Q i-1) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 < Jumlah xx xx xxx (i). Koefisien Gini/Gini Ratio (GR) 0,28 (ii). Menurut H. Tatsumi Oshima Gini Ratio : 0-0,3 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Rendah 0,3-0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Sedang > 0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Tinggi (iii). *) Proksi Pendapatan Lembar Pengolahan Gini Ratio Kabupaten Sukamara, Tahun 2014 Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

50 Lembar Pengolahan No. Kelas Penduduk Peremp uan (Perempuan) *) Total %Pddk (Pi) %Kumulatif Q i + Q i-1 Pi(Q i + Q i-1) (Q i) (Q i-1) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 < Jumlah xx xx xxx (i). Koefisien Gini/Gini Ratio (GR) 0,27 (ii). Menurut H. Tatsumi Oshima Gini Ratio : 0-0,3 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Rendah 0,3-0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Sedang > 0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Tinggi (iii). *) Proksi Pendapatan Lembar Pengolahan Gini Ratio Kabupaten Sukamara, Tahun 2014 Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

51 Lembar Pengolahan Lapangan Usaha Pertanian No. Kelas Pert ania n *) Total %Pddk (Pi) %Kumulatif Q i + Q i-1 (Q i) (Q i-1) Pi(Q i + Q i-1) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 < Jumlah xx xx xxx (i). Koefisien Gini/Gini Ratio (GR) 0,26 (ii). (iii). Menurut H. Tatsumi Oshima Gini Ratio : 0-0,3 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Rendah 0,3-0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Sedang > 0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Tinggi *) Proksi Pendapatan Lembar Pengolahan Gini Ratio Kabupaten Sukamara, Tahun 2014 Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

52 Lembar Pengolahan No. Kelas Pertamb angan *) dan Total Penggali an %Pddk (Pi) %Kumulatif (Q i) (Q i-1) Q i + Q i-1 Pi(Q i + Q i-1) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 < Jumlah xx xx xxx (i). Koefisien Gini/Gini Ratio (GR) 0,00 (ii). Menurut H. Tatsumi Oshima Gini Ratio : 0-0,3 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Rendah 0,3-0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Sedang > 0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Tinggi (iii). *) Proksi Pendapatan Lembar Pengolahan Gini Ratio Kabupaten Sukamara, Tahun 2014 Lapangan Usaha Industri Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

53 Lembar Pengolahan No. Kelas Indus Tri *) Total %Pddk (Pi) %Kumulatif Q i + Q i-1 Pi(Q i + Q i-1) (Q i) (Q i-1) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 < Jumlah xx xx xxx (i). Koefisien Gini/Gini Ratio (GR) 0,23 (ii). Menurut H. Tatsumi Oshima Gini Ratio : 0-0,3 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Rendah 0,3-0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Sedang > 0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Tinggi (iii) *) Proksi Pendapatan Lembar Pengolahan Gini Ratio Kabupaten Sukamara, Tahun 2014 Lapangan Usaha Listrik, Gas & Air Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

54 Lembar Pengolahan No. Kelas Listrik, Gas & Air *) Total %Pddk (Pi) %Kumulatif Q i + Q i-1 (Q i) (Q i-1) Pi(Q i + Q i-1) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 < Jumlah xx xx xxx (i). Koefisien Gini/Gini Ratio (GR) 0,24 (ii). Menurut H. Tatsumi Oshima Gini Ratio : 0-0,3 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Rendah 0,3-0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Sedang > 0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Tinggi (iii). *) Proksi Pendapatan Lembar Pengolahan Gini Ratio Kabupaten Sukamara, Tahun 2014 Lapangan Usaha Konstruksi Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

55 Lembar Pengolahan No. Kelas Konst ruksi *) Total %Pddk (Pi) %Kumulatif Q i + Q i-1 (Q i) (Q i-1) Pi(Q i + Q i-1) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 < Jumlah xx xx xxx (i). Koefisien Gini/Gini Ratio (GR) 0,23 (ii). Menurut H. Tatsumi Oshima Gini Ratio : 0-0,3 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Rendah 0,3-0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Sedang > 0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Tinggi (iii) *) Proksi Pendapatan Lembar Pengolahan Gini Ratio Kabupaten Sukamara, Tahun 2014 Lapangan Usaha Perdagangan Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

56 Lembar Pengolahan No. Kelas Perda ganga n *) Total %Pddk (Pi) %Kumulatif Q i + Q i-1 (Q i) (Q i-1) Pi(Q i + Q i-1) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 < Jumlah xx xx xxx (i) Koefisien Gini/Gini Ratio (GR) 0,23 (ii) Menurut H. Tatsumi Oshima Gini Ratio : 0-0,3 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Rendah 0,3-0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Sedang > 0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Tinggi (iii) *) Proksi Pendapatan Lembar Pengolahan Gini Ratio Kabupaten Sukamara, Tahun 2014 Lapangan Usaha Transportasi dan Komunikasi Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

57 Lembar Pengolahan No. Kelas Tran spor tasi & Kom unik asi *) Total %Pddk (Pi) %Kumulatif (Q i) (Q i-1) Q i + Q i-1 Pi(Q i + Q i-1) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 < Jumlah xx xx xxx (i) Koefisien Gini/Gini Ratio (GR) 0,19 (ii) (iii) Menurut H. Tatsumi Oshima Gini Ratio : 0-0,3 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Rendah *) Proksi Pendapatan 0,3-0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Sedang > 0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Tinggi Lembar Pengolahan Gini Ratio Kabupaten Sukamara, Tahun 2014 Lapangan Usaha Keuangan dan Bank Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

58 Lembar Pengolahan No. Kelas Keuang an & Bank *) Total %Pddk (Pi) %Kumulatif Q i + Q i-1 (Q i) (Q i-1) Pi(Q i + Q i-1) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 < Jumlah xx Xx xxx (i) Koefisien Gini/Gini Ratio (GR) 0,00 (ii) Menurut H. Tatsumi Oshima Gini Ratio : 0-0,3 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Rendah 0,3-0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Sedang > 0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Tinggi (iii) *) Proksi Pendapatan Lembar Pengolahan Gini Ratio Kabupaten Sukamara, Tahun 2014 Lapangan Usaha Jasa-Jasa dan Lainnya Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

59 Lembar Pengolahan No. Kelas Jasa - Jasa *) Total %Pddk (Pi) %Kumulatif Q i + Q i-1 (Q i) (Q i-1) Pi(Q i + Q i-1) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 < Jumlah xx xx xxx (i) Koefisien Gini/Gini Ratio (GR) 0,25 (ii) Menurut H. Tatsumi Oshima Gini Ratio : 0-0,3 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Rendah 0,3-0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Sedang > 0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Tinggi (iii) *) Proksi Pendapatan Lembar Pengolahan Gini Ratio Kabupaten Sukamara, Tahun 2014 Pendidikan Tertinggi Tidak Pernah Sekolah/Tidak Tamat SD Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

60 Lembar Pengolahan No. Kelas Tdk Sekolah/ Tdk Tmt SD *) Total %Pddk (Pi) %Kumulatif Q i + Q i-1 (Q i) (Q i-1) Pi(Q i + Q i-1) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 < Jumlah xx xx xxx (i) Koefisien Gini/Gini Ratio (GR) 0,31 (ii) Menurut H. Tatsumi Oshima Gini Ratio : 0-0,3 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Rendah 0,3-0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Sedang > 0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Tinggi (iii) *) Proksi Pendapatan Lembar Pengolahan Gini Ratio Kabupaten Sukamara, Tahun 2014 Pendidikan Tertinggi Tamat SD/MI/Sederajat Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

61 Lembar Pengolahan No Kelas SD/MI/ Se deraja t *) Total %Pddk (Pi) %Kumulatif Q i + Q i-1 (Q i) (Q i-1) Pi(Q i + Q i-1) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 < Jumlah xx xx xxx (i) Koefisien Gini/Gini Ratio (GR) 0,27 (ii) Menurut H. Tatsumi Oshima Gini Ratio : 0-0,3 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Rendah 0,3-0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Sedang > 0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Tinggi (iii) *) Proksi Pendapatan Lembar Pengolahan Gini Ratio Kabupaten Sukamara, Tahun 2014 Pendidikan Tertinggi Tamat SLTP/MTs/Sederajat Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

62 Lembar Pengolahan No Kelas SLTP / MTs/ sedera -jat *) Total %Pddk (Pi) %Kumulatif Q i + Q i-1 (Q i) (Q i-1) Pi(Q i + Q i-1) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 < Jumlah xx Xx xxx (i) Koefisien Gini/Gini Ratio (GR) 0,21 (ii) Menurut H. Tatsumi Oshima Gini Ratio : 0-0,3 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Rendah 0,3-0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Sedang > 0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Tinggi (iii) *) Proksi Pendapatan Lembar Pengolahan Gini Ratio Kabupaten Sukamara, Tahun 2014 Pendidikan Tertinggi Tamat SLTA/MA/Sederajat Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

63 Lembar Pengolahan No Kelas SLTA /MA/ Sede rajat *) Total %Pddk (Pi) %Kumulatif Q i + Q i-1 (Q i) (Q i-1) Pi(Q i + Q i-1) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 < Jumlah xx xx xxx (i) Koefisien Gini/Gini Ratio (GR) 0,21 (ii). (iii) Menurut H. Tatsumi Oshima Gini Ratio : 0-0,3 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Rendah 0,3-0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Sedang > 0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Tinggi *) Proksi Pendapatan Lembar Pengolahan Gini Ratio Kabupaten Sukamara, 2014 Pendidikan Tertinggi Tamat SMK Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

64 Lembar Pengolahan No Kelas SMK *) Total %Pddk (Pi) %Kumulatif Q i + Q i-1 Pi(Q i + Q i-1) (Q i) (Q i-1) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 < > Jumlah xx Xx xxx (i) Koefisien Gini/Gini Ratio (GR) 0,16 (ii). (iii). Menurut H. Tatsumi Oshima Gini Ratio : 0-0,3 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Rendah 0,3-0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Sedang > 0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Tinggi *) Proksi Pendapatan Lembar Pengolahan Gini Ratio Kabupaten Sukamara, 2014 Pendidikan Tertinggi Tamat Diploma/Universitas Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

65 Lembar Pengolahan No. Kelas Diplo ma/ Univ *) Total %Pddk (Pi) %Kumulatif Q i + Q i-1 (Q i) (Q i-1) Pi(Q i + Q i-1) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 < Jumlah xx xx xxx (i). Koefisien Gini/Gini Ratio (GR) 0,21 (ii). Menurut H. Tatsumi Oshima Gini Ratio : 0-0,3 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Rendah 0,3-0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Sedang > 0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Tinggi (iii). *) Proksi Pendapatan Lembar Pengolahan Gini Ratio Kabupaten Sukamara, Tahun 2014 Status Pekerjaan Berusaha Sendiri Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

66 Lembar Pengolahan Kelas Beru * %Kumulatif ) %Pddk Pi(Q No. saha Q (Pi) i + Q i + i-1 Q Sendiri Total i-1) (Q i) (Q i-1) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 < Jumlah xx xx xxx (i). Koefisien Gini/Gini Ratio (GR) 0,29 (ii). Menurut H. Tatsumi Oshima Gini Ratio : 0-0,3 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Rendah 0,3-0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Sedang > 0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Tinggi (iii). *) Proksi Pendapatan Lembar Pengolahan Gini Ratio Kabupaten Sukamara, Tahun 2014 Status Pekerjaan Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap/Buruh Tidak Dibayar Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

67 Lembar Pengolahan No. Kelas Berusaha dibantu buruh tdk tetap/bu ruh tidak dibayar *) Total %Pddk (Pi) %Kumulatif (Q i) (Q i-1) Q i + Q i-1 Pi(Q i + Q i-1) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 < Jumlah xx xx xxx (i) Koefisien Gini/Gini Ratio (GR) 0,25 (ii) Menurut H. Tatsumi Oshima Gini Ratio : 0-0,3 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Rendah 0,3-0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Sedang > 0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Tinggi (iii). *) Proksi Pendapatan Lembar Pengolahan Gini Ratio Kabupaten Sukamara, Tahun 2014 Status Pekerjaan Berusaha Dibantu Buruh Tetap/Buruh Dibayar Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

68 Lembar Pengolahan No. Kelas Berusaha Dibantu Buruh Ttp/Buruh Dibayar *) Total %Pddk (Pi) %Kumulatif Q i + Q i-1 (Q i) (Q i-1) Pi (Q i + Q i-1) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 < Jumlah xx xx xxx (i). (ii). Koefisien Gini/Gini Ratio (GR) 0,21 Gini Ratio : 0-0,3 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Rendah 0,3-0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Sedang > 0,5 = Tingkat Ketimpangan Pendapatan (TKP) Tinggi (iii). *) Proksi Pendapatan Lembar Pengolahan Gini Ratio Kabupaten Sukamara, Tahun 2014 Status Pekerjaan Buruh/Karyawan/Pegawai/Lainnya Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Sukamara Tahun

DISTRIBUSI PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA 2014

DISTRIBUSI PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA 2014 DISTRIBUSI PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA 2014 ISSN : No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : iii + 20 halaman Naskah: Penanggung Jawab Umum : Sindai M.O Sea, SE Penulis

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Buku Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2013

Lebih terperinci

ANALISIS GINI RATIO DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA 2017

ANALISIS GINI RATIO DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA 2017 Geografis ANALISIS GINI RATIO DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA 2017 ii ANALISIS GINI RATIO DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA 2017 ISBN : Ukuran Buku : 21,5 cm x 16 cm Jumlah Halaman : iv + 37 Naskah : Citra Nugroho,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, sandang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, sandang, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemiskinan Saat ini banyak terdapat cara pengukuran kemiskinan dengan standar yang berbedabeda. Ada dua kategori tingkat kemiskinan yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang berkembang, masalah yang sering dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan

Lebih terperinci

GINI RATIO DAN KONSUMSI RUMAHTANGGA KALIMANTAN TENGAH 2013

GINI RATIO DAN KONSUMSI RUMAHTANGGA KALIMANTAN TENGAH 2013 GINI RATIO DAN KONSUMSI RUMAHTANGGA KALIMANTAN TENGAH 2013 GINI RATIO DAN KONSUMSI RUMAHTANGGA KALIMANTAN TENGAH 2013 Nomor Publikasi : 62550.1404 Katalog BPS : 3201025.62 Ukuran Buku Jumlah halaman :

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 29/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 Angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 22,64 juta orang, naik sekitar 0,46 juta orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan output

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan output BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah utama dalam distribusi pendapatan adalah terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan. Hal ini bisa terjadi akibat perbedaan produktivitas yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. banyak belum menjamin bahwa akan tersedia lapangan pekerjaan yang memadai

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. banyak belum menjamin bahwa akan tersedia lapangan pekerjaan yang memadai BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan faktor penting dalam proses pembangunan yakni sebagai penyedia tenaga kerja. Namun dengan kondisi tenaga kerja dalam jumlah banyak belum menjamin bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ini merupakan besarnya tingkat ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat

BAB III METODE PENELITIAN. ini merupakan besarnya tingkat ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Desa Beluk Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan subjek dalam penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN I-2014

INDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN I-2014 No.30/05/33/Th.VIII, 5 Mei 2014 INDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN I-2014 A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 No. 22/5/Th.XVII, 5 Mei 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,75 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi evaluasi dan perencanaan pembangunan di Kota Semarang. Semarang, 2016

Kata Pengantar. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi evaluasi dan perencanaan pembangunan di Kota Semarang. Semarang, 2016 Kata Pengantar Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur atas penerbitan Publikasi Pemerataan Pendapatan dan Pola Konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2015. Bahasan pada publikasi ini memuat gambaran tingkat

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi evaluasi dan perencanaan pembangunan di Kota Semarang. Semarang, 2015

Kata Pengantar. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi evaluasi dan perencanaan pembangunan di Kota Semarang. Semarang, 2015 Kata Pengantar Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur atas penerbitan Publikasi Pemerataan Pendapatan dan Pola Konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2014. Bahasan pada publikasi ini memuat gambaran tingkat

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 25/05/32/Th. XVI, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,66 PERSEN Tingkat partisipasi angkatan kerja

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Pustaka Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa negara, salah satu komoditas perkebunan penghasil devisa adalah kopi. Indonesia

Lebih terperinci

Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjarnegara. Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjarnegara

Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjarnegara. Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjarnegara PEMERATAAN PENDAPATAN KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2008-2012 Katalog BPS : 3201002.3304 No. Publikasi : 33042.13.03 Naskah : Seksi Statistik Sosial Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjarnegara Penyunting

Lebih terperinci

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN SEPTEMBER 2015

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN SEPTEMBER 2015 Nomor : 04/01/63/Th. XX, 04 Januari 2016 KONDISI KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN SEPTEMBER Persentase penduduk miskin di Kalimantan Selatan pada Maret tercatat 4,99 persen dan pada September

Lebih terperinci

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas. Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas. Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Jakarta, 18 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI 2 Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi evaluasi dan perencanaan pembangunan di Kota Semarang. Semarang, 2012

Kata Pengantar. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi evaluasi dan perencanaan pembangunan di Kota Semarang. Semarang, 2012 Kata Pengantar Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur atas penerbitan Publikasi Pemerataan Pendapatan dan Pola Konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011. Bahasan pada publikasi ini memuat gambaran tingkat

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,12% Angkatan kerja NTT pada Februari 2015 mencapai 2.405.644 orang, bertambah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 1,97% Angkatan kerja NTT pada Februari 2014 mencapai 2.383.116 orang, bertambah

Lebih terperinci

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 143 2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 2.2.1 Evaluasi Indikator Kinerja Utama Pembangunan Daerah Kinerja pembangunan Jawa Timur tahun 2013 diukur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling. Bandar Lampung pada bulan Januari sampai Februari 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling. Bandar Lampung pada bulan Januari sampai Februari 2015. 19 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling Bandar Lampung pada bulan Januari sampai Februari 2015. B. Objek dan Alat

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 01/03/Th. VIII, 28 Maret 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 1,32 PERSEN Angkatan kerja di Kabupaten

Lebih terperinci

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN MARET 2015

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN MARET 2015 Nomor : 049/08/63/Th. XIX, 15 September 2015 KONDISI KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN MARET 2015 Persentase penduduk miskin di Kalimantan Selatan pada September 2014 tercatat 4,81 persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Tidak meratanya distribusi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi DKI Jakarta No. 55/11/31/Th. XIX, 6 November 2017 PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Tingkat P Terbuka (TPT) sebesar 7,14

Lebih terperinci

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN *

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN * KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN * Oleh: Kecuk Suhariyanto, Badan Pusat Statistik Email: kecuk@mailhost.bps.go.id 1. PENDAHULUAN Menjelang berakhirnya tahun 2007, 52

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. xxx/05/21/th. V, 10 Mei 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2010 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI TERENDAH DALAM EMPAT TAHUN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pertanian dan peternakan untuk mendapatkan keanekaragaman dan berkelanjutan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pertanian dan peternakan untuk mendapatkan keanekaragaman dan berkelanjutan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Agroforestri Agroforestri adalah sistem manajemen sumberdaya alam yang bersifat dinamik dan berbasis ekologi, dengan upaya mengintegrasikan pepohonan dalam usaha pertanian dan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 28/05/32/Th. XVIII,4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,57 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian menjadi salah satu indikator kemajuan suatu daerah. Pembangunan ekonomi daerah tidak hanya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, melainkan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mendorong dan meningkatkan stabilitas, pemerataan, pertumbuhan dan

I. PENDAHULUAN. mendorong dan meningkatkan stabilitas, pemerataan, pertumbuhan dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa diberlakukannya Otonomi Daerah, untuk pelaksanaannya siap atau tidak siap setiap pemerintah di daerah Kabupaten/Kota harus melaksanakannya, sehingga konsep

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 28/05/16/Th. XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

Pendahuluan Pertumbuhan Ekonomi Sadono Sukirno

Pendahuluan Pertumbuhan Ekonomi Sadono Sukirno Pendahuluan Kita perlu mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi untuk mengetahui bagaimana perkembangan produksi riil suatu negara. Pertumbuhan riil yang mencapai 100 persen mengindikasikan tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah suatu negara yang mempunyai latar belakang perbedaan antar

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah suatu negara yang mempunyai latar belakang perbedaan antar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara yang mempunyai latar belakang perbedaan antar daerah, dimana perbedaan antar daerah merupakan konsekuensi logis dari perbedaan karakteristik

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI JAWA TIMUR KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 No. 34/05/35/Th.XII, 5 Mei 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,02 PERSEN Penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 29,38

Lebih terperinci

BAB IV DISTRIBUSI PENDAPATAN MASYARAKAT

BAB IV DISTRIBUSI PENDAPATAN MASYARAKAT BAB IV DISTRIBUSI PENDAPATAN MASYARAKAT Pendapatan masyarakat yang merata, sebagai suatu sasaran merupakan masalah yang sulit dicapai, namun jabatan pekerjaan, tingkat pendidikan umum, produktivitas, prospek

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 No. 06/05/53/Th. XVI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,59% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Februari 2016 mencapai 3,59

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

SEKTOR TENAGA KERJA INDONESIA

SEKTOR TENAGA KERJA INDONESIA SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SEKTOR TENAGA KERJA INDONESIA DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN SELAKU SEKRETARIS EKSEKUTIF TIM NASIONAL PERCEPATAN

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan masalah distribusi pendapatan yang terjadi dalam negaranya. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan masalah distribusi pendapatan yang terjadi dalam negaranya. Beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara baik negara maju maupun negara berkembang, umumnya sangat memperhatikan masalah distribusi pendapatan yang terjadi dalam negaranya. Beberapa ekonom

Lebih terperinci

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah) 3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN BURUH TANI TEMBAKAU SKRIPSI

TINGKAT KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN BURUH TANI TEMBAKAU SKRIPSI TINGKAT KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN BURUH TANI TEMBAKAU (Kasus di Desa Caturharjo Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Tahun 2012) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

Matakuliah : EK 432/Perekonomian Indonesia Tahun : 2005 Versi : Revisi 1. Pertemuan 6 Kemiskinan dan kesenjangan

Matakuliah : EK 432/Perekonomian Indonesia Tahun : 2005 Versi : Revisi 1. Pertemuan 6 Kemiskinan dan kesenjangan Matakuliah : EK 432/Perekonomian Indonesia Tahun : 2005 Versi : Revisi 1 Pertemuan 6 Kemiskinan dan kesenjangan 1 Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Mahasiswa

Lebih terperinci

Nilai Tukar Petani Kabupaten Magelang Tahun 2013

Nilai Tukar Petani Kabupaten Magelang Tahun 2013 Judul Buku : Nilai Tukar Petani Kabupaten Magelang Tahun 2013 Nomor Publikasi : Ukuran Buku : Kwarto (21 x 28 cm) Jumlah Halaman : v + 44 hal Naskah : Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang Gambar Kulit

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 40/7/61/Th. XVII, 1 Juli 2014 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2014 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015 No. 60/11/14/Th. XVI, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,83 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PDRB sektoral Kabupaten Tulang Bawang

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PDRB sektoral Kabupaten Tulang Bawang 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah PDRB sektoral Kabupaten Tulang Bawang dan Provinsi Lampung yang dihitung berdasarkan harga konstan. Sampel adalah

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 54/09/61/Th.XVIII, 15 September 2015 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2015 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 No. 36/05/35/Th.XIII, 5 Mei 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,31 PERSEN Penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 29,74

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 4.1. Dinamika Disparitas Wilayah Pembangunan wilayah merupakan sub sistem dari pembangunan koridor ekonomi dan provinsi dan merupakan bagian

Lebih terperinci

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015 No. 64/09/71/Th. IX, 15 September 2015 KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui Survei

Lebih terperinci

Gambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia,

Gambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia, Kemiskinan Termasuk bagian penting dari aspek analisis ketenagakerjaan adalah melihat kondisi taraf kehidupan penduduk, yang diyakini merupakan dampak langsung dari dinamika ketenagakerjaan. Kemiskinan

Lebih terperinci

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di

Lebih terperinci

Keterbatasan Indeks Gini sebagai Ukuran Ketimpangan Pendapatan dan Solusi Metoda Alternatif

Keterbatasan Indeks Gini sebagai Ukuran Ketimpangan Pendapatan dan Solusi Metoda Alternatif Prosiding SNaPP2016 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 EISSN 2303-2472 Keterbatasan Indeks Gini sebagai Ukuran Ketimpangan Pendapatan dan Solusi Metoda Alternatif 1 Westi Riani 1 Program Studi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR *) FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR *) FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.22/05/64/Th.XVII, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR *) FEBRUARI 2014 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada 2014 mencapai 1.923.968 orang, bertambah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kuznet dalam todaro (2003:99) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara bersangkutan untuk menyediakan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 66/11/16/Th. XVIII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011 BPS PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2011 SEBESAR 10,83 PERSEN No. 19/05/31/Th XIII, 5 Mei 2011 Jumlah angkatan kerja pada Februari

Lebih terperinci

NO KATALOG :

NO KATALOG : NO KATALOG : 1101002.3510210 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WONGSOREJO 2013 Katalog BPS : 1101002.3510210 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 25,7 cm x 18,2 cm : vi + Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang dapat menjelaskan secara teoritis kajian mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang dapat menjelaskan secara teoritis kajian mengenai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Adapun uraian pada tinjauan pustaka yang diuraikan adalah uraian teoriteori penelitian terdahulu yang dapat menjelaskan secara teoritis kajian mengenai Ketimpangan dan Distribusi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012 BPS KABUPATEN PADANG LAWAS PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012 No. 01/07/1221/Th. V, 8 Juli 2013 Pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2012 yang diukur berdasarkan kenaikan laju pertumbuhan Produk

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 Butir 7 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa

PENDAHULUAN. 1 Butir 7 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang tentunya terus melakukan pembangunan daerah. Salah satu solusi pemerintah dalam meratakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 No. 66/11/13/Th XIX, 07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,09 PERSEN Angkatan kerja Sumatera Barat pada Agustus 2016 sebanyak 2,47 juta

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Sistematika Penulisan.3

DAFTAR ISI. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Sistematika Penulisan.3 Gini Rasio Kabupaten Banyuwangi 2013 i DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN...1 1.1. Latar Belakang.1 1.2. Tujuan.2 1.3. Sistematika Penulisan.3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...4 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Regional 4

Lebih terperinci

Ada 5 (lima) macam ukuran yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan dalam pembangunan yaitu:

Ada 5 (lima) macam ukuran yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan dalam pembangunan yaitu: Ada 5 (lima) macam ukuran yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan dalam pembangunan yaitu: 1. Kekayaan rata-rata 2. Pemerataan pendapatan 3. Kualitas kehidupan 4. Kerusakan lingkungan 5. Keadilan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 No. 62/11/13/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka

Lebih terperinci

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Lebih terperinci

Pendekatan produksi: nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam suatu. Distribusi Pendapatan

Pendekatan produksi: nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam suatu. Distribusi Pendapatan Distribusi Pendapatan Berdasarkan data BPS, 40% penduduk berpendapatan terendah, telah menerima 21,74% pada tahun 2002, sehingga apabila dibandingkan dengan target yang ditetapkan RENSTRA sebesar 20,17%

Lebih terperinci

No. Katalog :

No. Katalog : No. Katalog : 23303003.3375 No. Katalog: 2303003.3375 PROFIL KETENAGAKERJAAN KOTA PEKALONGAN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN PROFIL KETENAGAKERJAAN KOTA PEKALONGAN 2014 ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,91 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,91 PERSEN No. 68 /11/17/Th IX, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,91 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bengkulu pada Agustus 2015

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 No. 06/11/53/Th. XIX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,25 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2016 mencapai

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2008 DAN 2009

ANALISIS PENGELUARAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2008 DAN 2009 ANALISIS PENGELUARAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2008 DAN 2009 Taryono dan Hendro Ekwarso Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017 AGUSTUS 2017 TINGKAT PENGANGGUR- AN TERBUKA SEBESAR 4,33 PERSEN Penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 berkurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen

BERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus 2017 No. 74/11/Th. XI, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus 2017 Agustus 2017:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN. 1 Ketimpangan Sosial DWI MELISA AULIA

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN. 1 Ketimpangan Sosial DWI MELISA AULIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan, Ketimpangan Sosial tampaknya telah menjadi bagian dari kehidupan Masyarakat. Kondisi masyarakat yang berbagai macam dari yang miskin sampai yang

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jambi Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jambi Agustus 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAMBI Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jambi Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka Sebesar 3,87 Persen Jumlah angkatan kerja di Provinsi Jambi pada Agustus

Lebih terperinci

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka Kata pengantar Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun 2012 merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen data terhadap data-data yang sifatnya strategis, dalam

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 67/11/34/Th.XVII, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN Hasil Survei Angkatan Kerja

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 05/01/61/Th. XVIII, 2 Januari 2015 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT JANUARI 2015 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.43/05/64/Th.XX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2017 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Februari 2017 mencapai 1.678.913 orang,

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI KARET DI DESA SUKAMAJU KECAMATAN BATANG PERANAP KABUPATEN INDRAGIRI HULU

STRUKTUR DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI KARET DI DESA SUKAMAJU KECAMATAN BATANG PERANAP KABUPATEN INDRAGIRI HULU STRUKTUR DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI KARET DI DESA SUKAMAJU KECAMATAN BATANG PERANAP KABUPATEN INDRAGIRI HULU Amel Hasan, Suardi Tarumun dan Novia Dewi Fakultas Pertanian Universitas Riau

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2012 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No.51/11/31/Th. XIV, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS Jumlah angkatan kerja di Provinsi DKI Jakarta pada mencapai 5,37 juta orang, bertambah 224,74 ribu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Masalah Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, terutama di negara sedang berkembang. Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN KELUARGA PETANI KELAPA SAWIT RAKYAT DENGAN PETANI PADI SAWAH

PERBANDINGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN KELUARGA PETANI KELAPA SAWIT RAKYAT DENGAN PETANI PADI SAWAH PERBANDINGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN KELUARGA PETANI KELAPA SAWIT RAKYAT DENGAN PETANI PADI SAWAH (Studi Kasus : Desa Ujung Kubu, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara) Nessy Anali Utami, Thomson Sebayang,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015 No. 06/11/53/Th. XV, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,83 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci