RENCANA PROYEK PULAU SERENA. Jacob Parker, Departemen Kehutanan & Hidupan Liar, April 2008

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA PROYEK PULAU SERENA. Jacob Parker, Departemen Kehutanan & Hidupan Liar, April 2008"

Transkripsi

1 RENCANA PROYEK PULAU SERENA Jacob Parker, Departemen Kehutanan & Hidupan Liar, April

2 TEORI PERUBAHAN K + A + IC + BR BC TR CR Kampanye pemasaran sosial meningkatkan kepedulian tentang kesehatan dan permasalahan lingkungan mengenai tikus di antara para nelayan dan wisatawan Kampanye Pemasaran Sosial: 1. Meningkatkan keinginan memerangkap tikus di perahuperahu 2. Meningkatkan penerimaan atau dukungan terhadap pembasmian tikus di pulau Kampanye Pemasaran sosial meningkatkan diskusi diantara khalayak target tentang tikus dan pembasmiannya 1. Mitra Pride menyediakan perangkap gratis dan pelatihan bagi para nelayan 2.Hibah dari Kementrian Kesehatan memungkinkan mitra Pride membasmi tikus di Pulau Serena 1. Para nelayan mulai memerangkap tikus di perahu-perahu 2. Mitra Pride membasmi tikus di Pulau Serena Pembasmian tikus dan pemangsaan oleh tikus di Pulau Serena Populasi Merpati Andrea meningkat dari 100 menjadi 250 dalam waktu 10 tahun Narasi Teori Perubahan: Untuk menghilangkan ancaman utama yang dihadapi oleh Merpati Andrea yang endemik dan langka, binatang pengerat invasif harus dibasmi dari Pulau Serena dan invasi-kembalinya harus dicegah. Khalayak kunci (nelayan dan wisatawan) akan diberi informasi mengenai nilai keanekaragaman hayati pulau, ancaman binatang pengerat yang dihadapi dan manfaat pembasmian. Mereka akan diminta untuk membuat petisi kepada pemerintah untuk menyetujui program pembasmian, serta mengubah perilaku mereka untuk menjamin tidak terjadinya invasi kembali. Akan ada 100% kepatuhan untuk mengadopsi pemantauan binatang pengerat dan strategi-strategi pemerangkapan di perahu-perahu mereka sebelum menggunakan pulau tersebut. Kampanye Pride Serena akan dikatakan sukses apabila binatang pengerat berhasil dibasmi dari pulau tersebut, invasi kembali tidak terjadi, dan jika populasi Merpati Andrea yang endemik berhasil meningkat dari 100 burung di tahun 2007 menjadi 250 pada tahun Keberhasilan-keberhasilan yang sama telah dicapai di Pulau Campbell di Selandia Baru dan memberi kami harapan untuk Serena dan Merpatinya! 2

3 PERNYATAAN Pulau Serena dan Andrea adalah pulau fiksi dan rencana proyek ini hanya ditujukan sebagai contoh untuk digunakan dalam hubungannya dengan panduan pengajaran dan kurikulum Pride yang lainnya. Manajer Kampanye Pride sebaiknya menggunakan rencana ini sebagai model (template) ketika mengembangkan rencana kampanye mereka. Bagaimanapun juga, Rare mengakui bahwa rencana ini merupakan standar tinggi yang dikembangkan untuk suatu kasus buatan yang sederhana, dan bahwa kampanyekampanye yang sebenarnya dapat menghadapi ancaman yang lebih kompleks, kelompok sasaran yang dinamis dan beraneka ragam, memiliki informasi yang hanya sedikit di lapangan/lokasi, memiliki bauran hubungan kemitraan yang lebih kompleks, dan lain sebagainya. Dengan adanya kenyataan tersebut, rencana yang sebenarnya mungkin tidak dapat menyediakan segala informasi yang ditunjukkan di sini, tetapi manajer kampanye harus berusaha untuk mengikuti contoh yang diberikan di sini sebaik mungkin. Manajer kampanye harus mengikuti kurikulum Pride agar dapat memahami sepenuhnya setiap bagian dari rencana ini, seperti pembuatan model konseptual, pemeringkatan ancaman, penelitian formatif, dan pengembangan kampanye. Rencana ini hanya mengandung contoh ringkas dari konsep di atas dan rencana yang sebenarnya diperkirakan akan lebih luas pada beberapa bagian diantaranya pada panjang kuesioner survei dan jumlah analisis yang dikemukakan. Lebih jauh, kegiatan dan kemitraan untuk penyingkiran hambatan (barrier removal) mungkin akan digunakan berbeda antara yang digambarkan di sini dengan kampanye yang sesungguhnya. PENDAHULUAN oleh Jacob Parker Selama 11 tahun belakangan ini, saya telah bekerja dengan Departemen Kehutanan dan Hidupan Liar Andrea yang bertanggung jawab dalam pengelolaan pulau-pulau lepas pantainya -- khususnya Serena yang merupakan habitat Merpati yang endemik dan terancam punah. Selama masa tersebut, saya dan rekan-rekan saya telah menjadi saksi terus meningkatnya jumlah pengunjung dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan pada lingkungan. Populasi Merpati mengalami penurunan, peristiwa kebakaran dan perburuan meningkat dua kali lipat dalam lima tahun. Selama masa jabatan saya, pihak departemen telah mencoba berbagai teknik untuk meningkatkan kesehatan flora dan fauna di pulau tersebut, mulai dari melakukan kegiatan pengambilan sampah di daerah pantai sampai menawarkan pelajaran mengamati burung secara cuma-cuma kepada pengunjung, semuanya dengan sedikit atau tanpa keberhasilan. Kami memerlukan suatu program untuk membantu kami memecahkan suatu masalah mendasar: 3

4 Bagaimana cara Departemen Kehutanan dan Hidupan Liar Andrea melindungi flora dan fauna Pulau Serena yang unik dari degradasi yang lebih lanjut dan memelihara keanekaragaman hayati agar dapat dinikmati generasi berikutnya di masa yang akan datang? Rencana Proyek ini menyediakan bukti dokumenter dari tahap pertama kampanye Pride di Pulau Serena yang menguraikan bagaimana ancaman terhadap Pulau Serena diidentifikasi dan diuji kebenarannya, bagaimana sumber-sumber ancaman tersebut divalidasi dan perilaku yang ada diidentifikasi. Rencana Proyek ini menjelaskan proses-proses yang digunakan untuk mengembangkan model konseptual dan peringkat ancaman, juga bagaimana dan mengapa khalayak dibagi-bagi dan pesan-pesan dibuat. Sasaran proyek yang diatur dalam rencana ini dan strategi pengawasan yang dijabarkan telah diperiksa oleh pemangku kepentingan utama dan keseluruhan rencana telah dibaca dan disetujui oleh Kepala Petugas Kehutanan 4

5 DAFTAR ISI A. Ringkasan Eksekutif hal. 6 B. Lokasi Proyek 1.0 Ringkasan lokasi hal Tim proyek dan pemangku kepentingan hal. 36 C. Model-model Konseptual (3.0) hal. 39 D. Analisis Ancaman (4.0) hal. 45 E. Penelitian Formatif 5.0 Percakapan Terarah hal Pilihan Pengelolaan hal Rantai hasil dan sasaran awal hal Membangun data dasar (baseline) hal Hasil survei hal Memahami khalayak kita hal. 73 F. Model-model Konseptual yang Direvisi 11.0 Model konseptual yang direvisi hal Mitra utama penyingkiran rintangan hal Intervensi mitra yang melengkapi hal. 82 G. Strategi Kampanye 14.0 Tangga manfaat hal Sasaran SMART hal Bauran Pemasaran hal Pesan-pesan Kampanye hal Rencana Pemantauan hal. 96 H. Teori Perubahan (19.0) hal. 75 I. Anggaran dan Jadwal (20.0) hal. 83 5

6 A. Ringkasan Eksekutif Ringkasan eksekutif menyediakan gambaran keseluruhan kampanye Pride dari latar belakang lokasi dan ancaman konservasi sampai khalayak sasaran yang diinginkan dan kegiatan Pride yang dirancang untuk mencapai masing-masing khalayak. Halamanhalaman berikut ini paling baik digunakan sebagai alat referensi setelah membaca keseluruhan rencana proyek. 6

7 A. Ringkasan Eksekutif KILASAN KAMPANYE NEGARA (UN), Negara Bagian atau Provinsi Nama lokasi RarePlanet URL Informasi Angkatan (Nama Angkatan, nomor, dan manajer utama) Jangka waktu proyek Lembaga pemimpin Kontak lembaga pemimpin (misalnya Direktur Eksekutif) Nama manajer kampanye Mitra BINGO (dan rincian kontak) Mitra lain (dan rincian kontak) Ancaman utama yang ditangani Sasaran keanakeragaman hayati utama Slogan kampanye ANDREA Pulau Serena Simpul: University of Kent di Canterbury Nama: Fall 07 (Invasif pulau) Nomor : SERNA K0702 Manajer: Rosemary Godfrey September 07 (tahap universitas) sampai Juli 09 (penyelesaian proyek) Departemen Kehutanan & Hidupan Liar, Kementerian Sumber Daya Alam Mr. Jo Smith, Kepala Petugas Kehutanan, Departemen Kehutanan & Hidupan Liar Jacob Parker, Petugas Pengelolaan Taman Nasional & Hidupan Liar, Departemen Kehutanan & Hidupan Liar N/A Penyingkir hambatan - Rodent Eradication International (Presiden, Jake Stenly, telepon: ) Pengawasan merpati Perkumpulan Naturalis Andrea (Andrea Naturalists Society) (Direktur Eksekutif, Duncan Major, telepon: ) Spesies bukan asli yang invasif pembasmian hewan pengerat yang invasif (Tikus perahu) dan pencegahan invasi kembali. Kategori ancaman IUCN: 8 (Invasif & Spesies Bermasalah Lain): 8.1 Spesies bukan asli yang invasif. Lihat halaman 10. Merpati Andrea, Geotrygon andrea Selamatkan Serena Kita (Save Our Serena) 7

8 A. Ringkasan Eksekutif Khalayak sasaran utama (dan populasi) jumlah hektar yang terancam Kampanye Teori Perubahan (Maksimal 175 kata) Nelayan yang bermalam di Pulau Serena (± 250 menggunakan pulau tersebut beberapa waktu dalam satu tahun); Wisatawan (diperkirakan sekitar 10,000 orang telah mengunjungi Pulau Serena). Pulau Serena memiliki luas 9 hektar. Kampanye ini akan berpusat pada penduduk yang bermukim di Andrea. Andrea (544 km 2 ) = 54,400 hektar Untuk menghapuskan ancaman utama terhadap Merpati Andrea yang endemik dan terancam punah, binatang pengerat yang invasif harus dibasmi dari Pulau Serena dan invasi kembalinya dicegah. Khalayak utama (Nelayan dan Wisatawan) akan diberi informasi mengenai nilai keanekaragaman hayati pulau tersebut, ancaman binatang pengerat dan manfaat pembasmiannya. Mereka akan diminta untuk mengajukan petisi kepada pemerintah untuk menyetujui program pembasmian, dan mengubah perilaku mereka untuk memastikan agar invasi kembali tidak terjadi. Akan ada 100% kepatuhan dalam mengadopsi strategi pemerangkapan binatang pengerat dan pengawasannya pada perahu-perahu mereka sebelum digunakan di pulau tersebut. Kampanye Pride di Serena akan dianggap sukses jika binatang pengerat telah dibasmi dari pulau, invasi kembali tidak terjadi dan jika populasi Merpati Andrea yang endemik naik kembali dari 100 ekor burung di tahun 2007 menjadi 250 di tahun

9 A. Ringkasan Eksekutif Deskripsi lokasi (maks. 275 kata) Tipe ekosistem (IUCN) Peta lokasi (topografi) Koordinat GPS (Google Earth) Hotspot Keanekaragaman hayati Status perlindungan-kawasan lainnya INFORMASI LOKASI Andrea: Pulau Andrea (dibaca An-dre-ya) dengan luas 544 km persegi berlokasi 25 km di sebelah timur Saint Cristobel di kepulauan Pulau Windward. Dari jumlah penduduk 100,000 orang, sebagian besar hidup di sepanjang garis pantai, dengan tiga kota utama yaitu Rima, Teeboo dan Woking yang ditempati oleh lebih dari 60% populasi. Ekonomi pulau ini didominasi oleh pertanian, dengan produksi utama pisang untuk diekspor ke daratan utama dan budidaya tanaman umbi-umbian yang sudah memiliki pasar di St. Cristobel. Pada tahun 1980, Angin Topan Margaret menimbulkan kerusakan yang sangat luas dan mendorong pemerintah Andrea untuk melakukan diversifikasi pada ekonominya dan memberikan penekanan terhadap pariwisata. Pulau Serena: Seluas 9 ha dan berada 2.7 km dari pesisir barat Andrea. Berbentuk oval, pulau ini memiliki ketinggian daratan maksimum 46 m dan mencakup sebuah pulau yang lebih kecil di lepas pantai yang dikenal dengan nama Petite Serena di sebelah barat daya. Pulau ini tidak memiliki fasilitas jalan, permukiman dan fasilitas infrastruktur lain, meskipun terdapat satu dermaga kecil tempat berlabuh dan beberapa gubuk yang digunakan oleh nelayan yang menginap di sana. Akses menuju Serena dilakukan dengan menggunakan perahu dari Pantai Silver Springs yang berada di sebelah selatan Woking di daratan utama Andrea. Tidak terdapat sungai atau lahan pertanian yang permanen di sana. Diperkirakan bahwa sebelumnya kambing telah menjelajahi Pulau Serena tetapi kemudian barangkali mereka telah musnah lebih dari satu abad yang lalu. Pulau Serena dimiliki oleh pemerintah dan dikelola oleh Departemen Kehutanan & Hidupan Liar. Selama beberapa tahun belakangan ini, pulau tersebut telah diusulkan untuk dijadikan sebagai Taman Nasional karena fauna dan flora aslinya. Belum ada tindakan yang dilakukan untuk mengesahkan perundang-undangan yang diperlukan, sebagian dikarenakan tidak adanya kemauan politik. Hutan Kering Tropis [1.5] (Hutan Gugur Daun Musiman); dengan Belukar Kering Tropis [3.5] (Belukar Pantai /hutan pesisir); Pantai berbatu [10.1](Formasi bebatuan); dan Pantai Pasir, Koral [10.2] (Vegetasi Pantai dan Vegetasi Pasir Pantai). Lihat halaman dari Rencana Proyek (dan lampiran-lampiran) U B Kepulauan Karibia (Conservation International) Selama beberapa tahun belakangan ini, pulau tersebut telah diusulkan untuk dijadikan sebagai Taman Nasional karena fauna dan flora aslinya. Belum ada tindakan yang dilakukan untuk pengesahan perundang-undangan yang diperlukan, sebagian dikarenakan tidak adanya kemauan politik. Jumlah hektar sasaran kampanye Pulau Serena memiliki luas 9 ha. Kampanye akan dipusatkan pada penduduk yang hidup di Andrea. Andrea (544 km2) = 54,400 hektar 9

10 A. Ringkasan Eksekutif SPESIES TERANCAM PUNAH Nama spesies (umum) Nama spesies (ilmiah) Deskripsi spesies bendera/spesies flagship (maks 250 kata) Merpati l Andrea Geotrygon andrea Merpati Andrea merupakan burung kecil, buntak, berwarna-warni yang hidup di tanah dan berukuran panjang kira-kira cm. Spesies ini dicirikan oleh tungging berwarna kuning, punggung biru gelap dengan sayap dan ekor kehitaman. Tubuh bagian bawah burung ini terdiri atas bagian bawah ekor yang berwarna coklat dengan bagian perut dan dada berwarna biru muda. Mahkota berwarna gelap, wajah biru pucat, lingkar mata berwarna putih, penanda leher hitam, dengan paruh dan kaki berwarna merah. Jantan dan betina serupa, hanya saja burung betina umumnya memiliki pewarnaan yang tidak mengilap. Merpati Andrea merupakan spesies yang hidup pada bagian semak belukar yang rapat, sehingga dapat digolongkan ke dalam spesies burung yang paling sulit untuk dipelajari atau bahkan diamati. Spesies ini terutama mencari makan di atas tanah, dimana mereka mencari biji-bijian dan, kadang mencari invertebrata kecil. Mereka membangun sarang dari rantingranting, berbentuk seperti mangkuk pada pohon yang rendah atau di atas tanah, yang kemudian mereka gunakan sebagai tempat meletakkan dua telur putih berbintik-bintik. Masa pengeraman memakan waktu hari ditambah hari sampai anak dapat belajar terbang. Masa peneluran yang kedua mungkin terjadi. Merpati Andrea pernah dijumpai, meskipun tidak pernah dalam jumlah yang berlimpah, di pulau utama Andrea sampai dengan tahun 1950an, sampai kemudian menghilang disebabkan oleh perusakan habitat dan perburuan oleh manusia. Meskipun dapat bertahan hidup di Pulau Serena, populasinya terus menurun, dan pada saat ini jumlahnya kurang dari 100 ekor (Martin, 2005). Keberadaan binatang pengerat kemungkinan besar merupakan penyebab turunnya populasi spesies tersebut baru-baru ini, karena tikus memangsa merpati dewasa, anak di dalam sarang dan telur. Jumlah spesies pada Daftar Data Merah IUCN Pulau Serena hanya memiliki satu spesies yang terdapat pada Daftar Data Merah IUCN (Merpati Andrea). Dimasukkan dalam kategori Genting pada tahun 2006 Kategori Daftar Merah IUCN (sebagaimana telah dievaluasi oleh BirdLife International Otoritas Daftar Merah resmi untuk burung bagi IUCN) karena jumlah populasinya yang sangat rendah dan ukuran habitatnya yang terbatas. Jumlah spesies yang endemik Pulau Serena memiliki dua spesies endemik, Merpati Andrea yang terancam punah dan Ara berambut (Hairy Fig) (Ficus facolia) 10

11 A. Ringkasan Eksekutif ANCAMAN Ancaman (IUCN) Ancaman (lanjutan) Ancaman berikut ini memberikan dampak terhadap lingkungan daratan Pulau Serena pada umumnya dan khususnya pada Merpati: Binatang pengerat berkelompok, Invasif (Spesies bukan asli yang invasif) Tikus perahu telah mengurangi populasi burung laut yang berkembang biak dan mengancam Merpati Andrea yang endemik. - Kategori ancaman IUCN: 8 (Invasif & Spesies Bermasalah Lain): 8.1 Spesies bukan asli yang invasif Ara Galvin yang invasif (spesies bukan asli yang invasif) Spesies ini disebarkan oleh angin. Bukan merupakan ancaman yang serius karena jarak yang jauh antara daratan utama (dimana populasi ini biasa berada) dengan Pulau Serena, tetapi berpotensi menjadi ancaman yang serius karena Pulau Serena memiliki spesies ara yang endemik. - Kategori ancaman IUCN: 8 (Invasif & Spesies Bermasalah Lain): 8.1 Spesies bukan asli yang invasif Kebakaran (Kebakaran & Pemadaman Kebakaran) Pada tahun 2003 dan 2004 kebakaran yang disebabkan oleh nelayan yang bermalam, menghancurkan bagian barat daya pulau. Dampak yang ditimbulkannya terbatas karena adanya hujan deras yang jatuh di sepanjang tahun tersebut.. - Kategori ancaman IUCN: 7 (Modifikasi Sistem Alami): 7.1 Kebakaran & Pemadaman Kebakaran Perburuan (Perburuan & Pengambilan Hewan Daratan) Terdapat laporan mengenai adanya orang-orang yang menggunakan jalur pesisir untuk berburu. Kebanyakan untuk berolahraga atau anak-anak muda yang menguji kemampuan mereka untuk berburu jenis-jenis hewan seperti burung Cikalang. - Kategori ancaman IUCN: 5 (Penggunaan Sumber Daya Alam Hayati): 5.1 Perburuan dan pengambilan hewan daratan. Angin topan (Badai dan banjir) Angin Topan Margaret pada tahun 1980 menyebabkan kerusakan yang sangat besar pada kawasan pesisir melalui gelombang badai dan pada beberapa kawasan hutan di bagian dalam pulau. - Kategori ancaman IUCN: 11(Perubahan Iklim & Cuaca yang Berat): 11.4 Badai & Banjir. Pertambangan pasir (pertambangan dan penggalian) Pada masa lalu pemerintah menerbitkan ijin bagi pengusaha lokal untuk menambang pasir dari pantai Pulau Serena. Saat ini kegiatan tersebut sudah berhenti karena alternatif yang lebih murah dan mudah didapat telah ditemukan. 11

12 A. Ringkasan Eksekutif Kategori ancaman IUCN: 3 (Produksi Energi & Pertambangan) : 3.2 Pertambangan & Penggalian Ancaman yang ditangani dengan kampanye (IUCN) Ancaman diberi peringkat menggunakan Miradi dengan Lingkup (Scope), Tingkat Kerusakan (Severity) & Ketakberbalikan (Irreversibility). Binatang pengerat yang invasif diberi peringkat sangat tinggi atas akibatnya pada Merpati Andrea, sementara berburu diberi peringkat tinggi. Diskusi dengan Dr. Camerol, (Ilmuwan Senior di Kementerian Sumber Daya Alami), menegaskan bahwa ancaman yang diakibatkan oleh binatang pengerat sangatlah kritis, dan jika ancaman ini dihilangkan, populasi Merpati Andrea akan aman. Jika ancaman lain dapat ditangani secara bersamaan atau bertahap maka ini akan menjadi nilai tambah, khususnya mengenai perburuan. Janji Departemen Kehutanan untuk menambah penegak hukum dapat membantu menangani masalah itu. Populasi manusia di lokasi Ringkasan Populasi Manusia (300 kata) Golongan sasaran kunci Ancaman yang ditangani oleh kampanye: Spesies bukan asli yang invasif (8.1) pembasmian binatang pengerat yang invasif (Tikus perahu) dan pencegahan invasi kembali. POPULASI MANUSIA Tidak ada manusia yang tinggal di Pulau Serena. Meski tidak ada seorang pun yang hidup di Pulau Serena, dan tidak ada permukiman, ditemukan situs sejarah atau bukti adanya permukiman di masa lalu, nelayan dari Pulau Andrea menginap di sana dan pulau ini populer bagi penduduk lokal yang melakukan piknik di bagian pantai pada akhir minggu. Pada hari-hari tertentu mungkin lebih dari dua puluh orang berkunjung, menyewa pengemudi perahu dari pantai Silver Spring. Sebagian besar pengunjung tetap berada di bagian pantai dan tidak masuk ke pedalaman pulau. Sebagian besar dari orang penduduk Andrea hidup di sepanjang pesisir pada tiga kota utama Rima, Teeboo dan Woking sebanyak lebih dari 60% total populasi yang ada. Sebagian besar merupakan keturunan Afrika (lebih dari 90% total populasi). Juga terdapat sejumlah kecil birasial yang minoritas tetapi signifikan secara ekonomi kira-kira 5%, dengan kaum minoritas Indian sebanyak 3%. Hanya 1,1% berasal dari Eropa (keturunan koloni Perancis, Inggris, dan Irlandia). Bahasa resmi negara ini adalah Bahasa Inggris. Suatu survei pada tahun 1990 yang dilakukan oleh Departemen Statistika Andrea (meliputi 49,620 responden dengan umur antara 15 sampai 65 tahun) menemukan bahwa mayoritas responden berada diantara kelompok umur 30 sampai 40 tahun (25%) dan kelompok umur tahun (20%). Hasilnya menunjukkan bahwa 44% dari sampel yang ada telah berhasil menyelesaikan kelas 8 atau 9 (kelas 2-3 SMP); 26% mencapai sekolah lanjutan dan 6% menyelesaikan pasca sekolah lanjutan. 5% dari sampel tidak memiliki pendidikan formal. Ketika "tingkat pendidikan yang telah diselesaikan" ditabulasi silang dengan "tingkat tidak buta huruf", terdapat indikasi bahwa 54% dari sampel dianggap tidak buta huruf; 19% tidak buta huruf secara fungsional dan 27% buta huruf. Nelayan dan Wisatawan (Khalayak Sekunder), kawan-kawan mereka dan sumber yang dipercaya PDB Per kapita PDB - Per Kapita (PPP): US$ (Perkiraan 2006) 12

13 A. Ringkasan Eksekutif MANFAAT KONSERVASI Manfaat konservasi pada tahun 2008 (sukses sementara) Konservasi berkelanjutan teruji kebenarannya di lapangan pada tahun 2010 (sukses akhir) Ijin pembasmian diterbitkan, pembasmian sukses (sebagaimana ditunjukkan oleh survei), tidak ada invasi lebih lanjut (sebagaimana ditunjukkan oleh survei), berkurangnya ancaman terhadap Merpati Andrea secara signifikan. Binatang pengerat telah dibasmi habis dari Serena,sebagaimana ditentukan oleh survei binatang pengerat, perangkap jepit, perangkap lem, titik-titik umpan (bait stations) Pencegahan invasi kembali dari binatang pengerat, sebagaimana ditentukan oleh survei binatang pengerat, perangkap jepit, perangkap lem, titik-titik umpan Mengamankan populasi Merpati Andrea sebagaimana ditentukan oleh survei transek dua tahunan RENCANA KEBERLANJUTAN Rencana Strategis Pelatihan staf Keberlanjutan sumberdaya Rencana Pengelolaan Hutan Sepuluh Tahun yang telah disetujui oleh Parlemen Andrea pada tanggal 14 Agustus menyebutkan bahwa Pemerintah berkomitmen untuk melindungi Pulau Serena dan menyediakan alokasi anggaran untuk hal tersebut. Sebagai penandatangan COP7, Andrea telah setuju untuk memperkuat komunikasi, pendidikan dan kepedulian publik, dan untuk menyusun strategi dan program pendidikan dan kepedulian publik akan pentingnya kawasan yang dilindungi. Kampanye Pride yang diuraikan dalam dokumen ini membentuk bagian yang penting dan utuh dari pekerjaan ini dan telah disetujui oleh Kepala Petugas Kehutanan. Manajer Kampanye, Jacob, akan menggunakan keahlian yang dipelajari ketika menghadiri Kursus Diploma Rare dan aplikasi praktisnya dalam proyek untuk melatih Asisten Pendidik Konservasi yang diusulkan sesuai dengan anggaran Departemen Kehutanan pada tahun Pelatihan diawasi oleh Manajer Kursus selama kunjungan-kunjungan bantuan. Manajer Kampanye dalam jabatan yang digaji, terjamin melampaui durasi kampanye. Peningkatan 64% untuk anggaran penjangkauan (outreach) diusulkan pada tahun Diawasi oleh Manajer Program selama kunjungan kunjungan bantuan. 13

14 A. Ringkasan Eksekutif Kemunduran perilaku dan perlunya penyampaian pesan yang terus menerus Demi stabilisasi populasi Merpati Andrea di masa depan, invasi kembali dari binatang pengerat harus tidak pernah terjadi. Hal ini berarti bahwa perilaku nelayan (dan wisatawan) dalam memasang perangkap dan memeriksa palka mereka harus terus berlanjut selamanya. Perubahan perilaku dapat mengalami kemunduran sejalan dengan berlalunya waktu karena orang mulai lupa atau kehilangan ketertarikannya, atau ketika nelayan yang baru dan belum pernah diberi pesan yang ada menggunakan Pulau Serena. Perilaku juga dapat mengalami kemunduran jika penghalang kembali (yaitu ketika perangkap yang mereka terima hilang dan tidak diganti). Untuk memastikan bahwa kemunduran perilaku tidak terjadi, Departemen Kehutanan akan berjanji memberikan prioritas bantuan utama pada kegiatan penjangkauan di Pulau Serena dan dana untuk perangkap baru akan dimasukkan dalam semua rencana kerja tahunan. 14

15 RENCANA AKSI UNTUK MENJANGKAU SEMUA KHALAYAK A. Ringkasan Eksekutif SEMUA KHALAYAK RENCANA AKSI RENCANA PENGAWASAN RESIKO UTAMA Sasaran Fokus Hasil yang Sasaran utama 1 Kegiatan Alat yang Mitra Satuan Metode Target Frekuensi Sosio-politis Ilmiah/ diperlukan utama 2 diperlukan ukuran lain Sasaran keanekaragaman hayati: Untuk mengamankan populasi Merpati Andrea yang endemik & terancam punah sedemikian sehingga jumlahnya meningkat dari 100 menjadi 250 di tahun 2010 Merpati Andrea yang endemik dan terancam punah Populasi Merpati Andrea meningkat Populasi Merpati Andrea meningkat dari 100 (2007) menjadi 250 di tahun 2010 Pengawasa n populasi Merpati Andrea Sukarelawan yang diatur oleh Departemen Kehutanan Perkumpulan Naturalis Andrea (Andrea Naturalists Society (ANS)) Jumlah Merpati Andrea Survei 250 transek dua pada tahunan tahun 2010 Dua tahunan dimulai dari tahun 2008 selama sepuluh tahun. Tidak ada Sukarelawan yang memadai. (ANS memastikan bahwa hal ini tidak akan menjadi masalah) Sasaran pengurangan ancaman: 1) Perijinan untuk program pembasmian Memastikan adanya ijin untuk membasmi tikus Ijin disetujui Departemen Kesehatan menyetujui ijin pada 11/08 Petisi Pemerintah Petisi ANS Pembasmian disahkan Persetujuan dalam Undangundang Des 2008 Des 2008 Pemerintah mungkin mengabaikan petisi 2) Pembasmian binatang pengerat yang invasif Pembasmian binatang pengerat yang invasif Binatang pengerat dibasmi Tikus yang ditangkap setiap 100 perangkap menurun dari 36 menjadi 0 Program pembasmian Stasiun umpan REI Jumlah tikus di Pulau Serena Pengawasan jebakan tikus & papan dengan lem tikus Tidak ada tikus pada Jan 2009 Harian, mingguan, triwulan Invasi kembali mungkin terjadi jika tidak ada dukungan Kecelakaan keracunan. REI memastikan resiko yang minimum 1 Lihat seksi F untuk gambaran sasaran yang lengkap 2 Perlu diperhatikan bahwa format dari beberapa kegiatan (misalnya brosur atau papan reklame) baik digunakan untuk membangun pengetahuan (yaitu pesan-pesan kognitif); sementara yang lain misalnya stiker untuk bemper dimaksudkan untuk mendatangkan respon emosional (yaitu lagu-lagu dan khotbah), sementara yang lain hanya berguna sebagai anjuran (stiker). Bagaimanapun juga, idealnya, semua kegiatan harus memiliki aspek emosional di dalamnya agar menjadi relevan bagi para anggota kelompok sasaran. 15

16 SEMUA KHALAYAK RENCANA AKSI RENCANA PENGAWASAN RESIKO UTAMA Sasaran Fokus Hasil yang Sasaran utama 1 Kegiatan Alat yang Mitra Satuan Metode Target Frekuensi Sosio-politis Ilmiah/ diperlukan utama 2 diperlukan ukuran lain 3) Deklarasi Pulau Serena sebagai Kawasan yang Dilindungi Deklarasi Pulau Serena sebagai Taman Nasional Taman Nasional dideklarasikan Pemerintah menyetujui status Taman Nasional pada tahun 2010 Petisi pemerintah Petisi ANS Persetujuan TN diberikan Persetujua n dalam Undangundang Des 2009 Des 2009 A. Ringkasan Eksekutif Pemerintah mungkin mengabaikan petisi 16

17 A. Ringkasan Eksekutif RENCANA AKSI UNTUK MENJANGKAU NELAYAN NELAYAN RENCANA AKSI RENCANA PENGAWASAN RESIKO UTAMA Tahapan perubahan perilaku Tahap Perenungan (Pengetahuan) Fokus 1) Nilai keanekaragaman hayati 2) Ancaman (pada merpati dan manusia) disebabkan oleh binatang pengerat yang invasif 3) Bagaimana tikus sampai ke Pulau Serena Hasil yang diperlukan 1) Pengetahuan 1) Pada Agustus tentang Nilai 2008, 70% nelayan keanekaragaman yang bermalam di hayati Pulau Serena akan menyadari nilai keanekaragaman hayatinya (naik dari 19%) 2) Pengetahuan 2) Pada Agustus tentang ancaman 2008, 70% nelayan yang disebabkan yang bermalam di oleh binatang Pulau Serena akan pengerat yang mengetahui bahwa invasif pada Pulau tikus adalah Serena ancaman yang serius pada hidupan liar asli (33%); mengancam kesehatan nelayan (100% naik dari 48%) dan mengancam kesehatan ekonomi nelayan (100% naik dari 62%) 3) Pengetahuan tentang peranan perahu dalam transmisi vektor Sasaran utama Kegiatan utama Alat yang diperlukan 3) Pada Agustus 2008, 90% nelayan yang bermalam di Pulau Serena akan mengetahui bagaimana binatang pengerat sampai ke Pulau Serena (4%) Pesan-pesan kognitif Ditanamkan melalui radio, papan reklame dan Teater Alam (Bush Theatre) Ijin & bahan papan reklame Laptop dan proyektor Mitra KQRS & Reef Radio Satuan Ukuran Perubahan kesadaran Metode Target Frekuensi Sosio-politis Ilmiah/ lain Pra/pasca survei 1) 70% naik dari 19% 2) 70% naik dari 33% 3) 90% naik dari 4% Jan & Des 2008 Penggunaan papan reklame tidak diijinkan Radio meminta pembayaran untuk penyiaran Tidak ada 17

18 A. Ringkasan Eksekutif Tahap Persiapan (Sikap) 1) Kesepakatan mengenai masalah yang disebabkan oleh binatang pengerat yang invasif 2) Dukungan untuk pembasmian binatang pengerat 1) Kesepakatan mengenai masalah yang disebabkan oleh binatang pengerat yang invasif 2) Dukungan untuk pembasmian binatang pengerat 1) Pada Agustus 2008, 80% nelayan yang bermalam di PS akan setuju bahwa tikus akan membawa masalah bagi manusia dan lingkungan (33%) -- ekonomi dan kesehatan dan sedikit pengaruh pada lingkungan 2) Pada Agustus 2008, 80% nelayan yang bermalam di PS akan mendukung pembasmian binatang pengerat (33%) Pesan-pesan Emosional Ditanamkan melalui lembar khotbah Lembar Khotbah Uskup Montreal, James Bacon Gereja di seluruh penjuru negeri Perubahan sikap Pra/pasca survei 80% naik dari 33% Jan & Des 08 Kurangnya dukungan dari Pendeta Katolik dan pemimpin agama lain Tidak ada 18

19 A. Ringkasan Eksekutif RENCANA AKSI UNTUK MENJANGKAU NELAYAN lanjutan NELAYAN RENCANA AKSI RENCANA PENGAWASAN RESIKO UTAMA Tahapan perubahan perilaku Fokus Hasil yang diperlukan Sasaran utama Kegiatan utama Alat yang diperlukan Mitra Satuan Ukuran Metode Target Frekuensi Sosio-politis Ilmiah/ lain Tahap Validasi (Sikap) Tahap Aksi (Praktek) Isu binatang pengerat invasif 1) Perangkap jepit dan pembuangan binatang pengerat yang sudah mati 2) Menggunakan perangkap jepit dan memeriksa palka perahu Berbicara mengenai masalah yang ditimbulkan oleh binatang pengerat dan bagaimana mengatasinya 1) Pengetahuan penggunaan dan pemasangan perangkap dan pembuangan tikus yang sudah mati 2) Nelayan mulai dengan membasmi tikus dari perahu mereka Pada Agustus 2008, 80% nelayan yang bermalam di Pulau Serena akan sudah berbicara satu sama lain mengenai isu tikus dan solusinya (naik dari 40%)? 1) Pada September 2008, 100% nelayan yang bermalam di Pulau Serena akan telah diberitahu bagaimana cara memeriksa palka mereka dan memasang perangkap jepit. (Naik dari 0) 2) Pada Desember 2008, 100% nelayan akan memeriksa perahu mereka (naik dari 17%) dan memasang perangkap jepit (harian) untuk binatang pengerat sebelum mendarat di Pulau Serena dan akan melaporkan jika melihat binatang pengerat kepada Departemen Kehutanan Pesan-pesan Interpersonal Pertemuan empat mata dengan komunitas 1) Pelatihan penggunaan yang benar dari perangkap jepit 2)Distribusi perangkap & perlengkapan lain Perangkap disediakan dan didanai oleh kehutanan, lampu senter dan radio komunikasi Tidak ada, Lembaga Mitra Utama Tidak ada, Lembaga Mitra Utama Berbicara satu sama lain 1) Jumlah nelayan 2a) Jumlah perahu yang dilengkapi perangkap 2b) Jumlah tikus yang tertangkap Survei kesiapan 1) Pengamatan & diskusi 2a) Laporan mandiri & pelaksanaan pemeriksaan (bangkai binatang pengerat) 2b) Laporan nelayan dengan menggunakan radio yang disumbangkan 80% naik dari 40% 1) Semua 1) Agustus a) Semua perahu menggunakan perangkap 2b) Tidak ada binatang pengerat di perahu Oktober 2008 Nelayan terlalu sibuk atau tidak mau menghadiri pertemuan 2a) Bulanan dari Agustus b) Saat melihat tikus Kurangnya kepercayaan dari petugas Departemen Kehutanan 1) Nelayan terlalu sibuk atau tidak mau menghadiri sesi latihan 2) Tidak semua nelayan telah dilatih dan bersedia melakukannya Tidak ada 1) Tidak ada 2) memerlukan 100% kepatuhan atau proyek ini akan gagal 19

20 RENCANA AKSI UNTUK MENJANGKAU WISATAWAN A. Ringkasan Eksekutif WISATAWAN RENCANA AKSI RENCANA PENGAWASAN RESIKO UTAMA Tahap Perubahan Fokus Hasil yang diperlukan Sasaran utama 3 Kegiatan utama 4 Alat yang diperlukan Mitra Satuan Ukuran Metode Target Frekuensi Sosio-politis Ilmiah/ lain Perilaku Tahap 1) Ancaman Pesan-pesan Karya seni, Tidakl ada, Perubahan Pra/pasca 60% Jan & Des Kesediaan Tidak ada Perenungan (pada merpati Kognitif seniman Lembaga Pengetahuann survei naik 2008 rumah-rumah dan manusia) Ditanamkan grafis untuk Mitra Utama dari usaha untuk (Pengetahuan) disebabkan pada poster poster dengan 28% memasang oleh binatang dan siaran dukungan poster pengerat yang pers rumah invasif media Tahap Persiapan 2) Isu binatang pengerat invasif Dukungan untuk pembasmian 1) Pengetahuan tentang ancaman yang disebabkan oleh binatang pengerat yang invasif pada Pulau Serena 2) Pengetahuan tentang masalah yang disebabkan oleh binatang pengerat bagaimana cara mengatasinya Dukungan untuk pembasmian 1) Pada Oktober 2008, 60% dari Wisatawan ke Pulau Serena akan menyadari bahwa tikus merupakan ancaman utama keanekaragaman hayati & kesehatan (Naik dari 28%) 2) Pada Agustus 2008, 70% dari Wisatawan ke Pulau Serena akan menyadari langkah pokok yang diperlukan untuk melindungi PS bagi generasi mendatang termasuk kebutuhan pembasmian binatang pengerat & deklarasi TN (32%) Pada Oktober 2008, setidaknya 70% Wisatawan Pesan-pesan Emosional Ditanamkan Dukungan media cetak dan audio visual Musisi dan studio rekaman Tidak ada, Lembaga Mitra Utama Perubahan sikap Pra/pasca survei 70% naik dari 32% 70% naik dari 40 Januari & Desember 08 Persetujuan kunjungan oleh Departemen Tidak ada 3 Lihat seksi F untuk gambaran sasaran yang lengkap 3 Perlu diperhatikan bahwa format dari beberapa kegiatan (misalnya brosur atau papan reklame) baik digunakan untuk membangun pengetahuan (yaitu pesan-pesan kognitif); sementara yang lain misalnya stiker untuk bemper dimaksudkan untuk mendatangkan respon emosional (yaitu lagu-lagu dan dakwah), sementara yang lain hanya berguna sebagai anjuran (stiker). Bagaimanapun juga, idealnya, semua kegiatan harus memiliki aspek emosional di dalamnya agar menjadi relevan bagi para anggota kelompok sasaran. 4 20

21 A. Ringkasan Eksekutif (Sikap) Tahap Validasi (Sikap) binatang pengerat dan deklarasi TN Isu binatang pengerat invasif binatang pengerat dan deklarasi TN Berbicara mengenai masalah yang disebabkan oleh binatang pengerat bagaimana cara mengatasinya ke Pulau Serena akan mendukung pembasmian binatang pengerat dan deklarasinya sebagai TN (Naik dari 40 dan 33% secara berurutan) Pada Oktober 2008, setidaknya 70% dari Wisatawan ke PS akan sudah berbicara satu sama lain mengenai tikus dan langkah yang diperlukan untuk melindungi Pulau Serena. (Naik dari 21%) pada lagu dan kunjungan sekolah Pesan-pesan Interpersonal Pertemuan empat mata dengan komunitas untuk menghasilkan lagu Sistem PA Kostum Pin/Kancing dengan dukungan Departemen Pendidikan Tidak ada, Lembaga Mitra Utama Berbicara satu sama lain Survei kesiapan dan 33% 70% naik dari 21% Pendidikan. Kesediaan radio untuk menyiarkan lagu anak-anak yang membawa pesan tepercaya bagi para orang tua Oktober 2008 Wisatawan terlalu sibuk atau tidak mau datang ke pertemuan Tidak ada 21

22 A. Ringkasan Eksekutif RENCANA AKSI UNTUK MENJANGKAU WISATAWAN lanjutan WISATAWAN RENCANA AKSI RENCANA PENGAWASAN RESIKO UTAMA Tahap perubahan perilaku Fokus Hasil yang diperlukan Sasaran utama Kegiatan utama Alat yang diperlukan Mitra Metrik Measure Target Frekuensi Sosio-politis Ilmiah/ other Tahap Aksi (Praktek) 1) Menggunaka n perangkap jepit dan memeriksa palka perahu 1) Wisatawan mengambil langkahlangkah untuk membasmi tikus dari perahu mereka 2) Petisi 2) Petisi ditandatanga ni dan dikirimkan kepada Menteri Kesehatan 1) Pada Desember 2008, 100% dari pemilik perahu Wisatawan) akan memeriksa perahunya dan memasang perangkap jepit (harian) untuk binatang pengerat sebelum berlabuh di PS dan akan melaporkan keberadaan binatang pengerat kepada Departemen Kehutanan (0) 2) Pada Oktober 2008, 5,000 Wisatawan akan menandatangani petisi kepada Menteri Kesehatan mendukung program pembasmian binatang pengerat yang direncanakan dan dilaksanakan dengan matang 1) Distribusi perangkap 1) Tersedianya perangkap dan didanai oleh kehutanan 2) Petisi 2) Sukarelawan untuk membantu mendorong terjadinya petisi 1) Tidak ada, Lembaga Mitra Utama 2) Perkumpul an Naturalis Andrea (Andrea Naturalists Society) 1a) Jumlah perahu dengan perangkap 1b) Jumlah tikus yang tertangkap 2) Jumlah tanda tangan 1) Laporan mandiri & pelaksanaan pemeriksaan (bangkai binatang pengerat) 2) Penghitung an tanda tangan 1a) Semua perahu menggu nakan perangk ap 1b) Tidak ada binatang pengerat di perahu 1a) Bulanan dari Agustus b) Saat terlihat 2) 5,000 2) Oktober ) Tidak semua Wisatawan telah dilatih dan bersedia dengan sukarela 2) Pihak kementerian tidak menghiraukan petisi 1) Binatang pengerat menghindari perangkap jepit 2) Tidak ada 22

23 KERANGKA KERJA KAMPANYE: NELAYAN Masy. Naturalis Andrea Dept Kehutanan Andrea Rodent Eradication Int l 23

24 KERANGKA KERJA KAMPANYE: WISATAWAN Masy. Naturalis Andrea Dept Kehutanan Andrea Rodent Eradication Int l 24

25 B. Lokasi Proyek Sebelum meluncurkan suatu kampanye Pride, adalah penting untuk memahami sepenuhnya lokasi yang akan menjadi fokus dari kampanye, ancaman dan penyebab yang telah diketahui, kebijakan dan peraturan yang dapat memberikan dampak terhadap lokasi, dan inisiatif konservasi lain yang ada di lokasi. Hal ini pertama-tama dilakukan dengan melakukan kajian lokasi (site review) dan menyiapkan suatu naskah latar belakang yang menyimpulkan informasi primer dan sekunder yang telah dikumpulkan dan darimana informasi itu diambil. Hasil dari pekerjaan yang dilakukan untuk mempersiapkan bab dari rencana ini juga dapat membantu mengidentifikasi pemangku kepentingan utama dan sasaran utama keanekaragaman hayati. Seksi berikut ini akan dimasukkan ke dalam lokasi proyek, termasuk: 1.0 Ringkasan Lokasi 1.1 Informasi dan Sumber Daya yang Penting 1.2 Latar Belakang Andrea 1.3 Lokasi dan Topografi Pulau Serena 1.4 Keanekaragaman Hayati di Pulau Serena (Flora dan Fauna) 1.5 Pemilikan Lahan 1.6 Demografi 1.7 Nilai-nilai Konservasi 1.8 Ancaman yang Diketahui 1.9 Pengelolaan Pulau Serena 2.0 Tim Proyek dan Pemangku Kepentingan 2.1 Lembaga Mitra dan Manajer Kampanye 2.2 Kelompok Lain di Pulau Serena 2.3 Pemangku Kepentingan Utama 25

26 1.0 RINGKASAN LOKASI B. Lokasi Proyek 1.1 Informasi, sumber dan kontak penting yang digunakan dalam pembuatan dokumen ini Sumber daya tertulis yang tersedia dibawah ini telah digunakan untuk mengumpulkan data awal dan latar belakang: SUMBER DAYA TERTULIS YANG TERSEDIA Peta Topografi Vegetasi Geologi Survei udara Studi Ilmiah dan studi lainnya Biodiversity of Serena Isl; J. Biological Science; A. Martin An island under threat; B. Jenks; pp Searon Press Andrea s Unique Merpati Quail; Jackson. Article in Birdlife, 1998 Rencana strategis sebelum dan sekarang Rencana Pengelolaan Departemen Kehutanan (Pulau Serena), 2001 Lain-lain Undang-undang Perlindungan Hutan & Hidupan Liar, Andrea Proposal untuk mendeklarasikan Pulau Serena sebagai Taman Nasional (Departemen Kehutanan, memo) Telah Diperiksa? Ya Ya Ya Tidak Ya Ya Tidak 5 Ya Ya Ya Kelompok berikut ini menyediakan masukan utama ke dalam ringkasan lokasi melalui pembicaraan empat mata secara langsung maupun melalui telepon. KELOMPOK PEMANGKU KEPENTINGAN UTAMA 6 BEKERJA DI SERENA? TELAH DIWAWANCARA? (Y,T) Departemen Pemerintah Kementerian Sumber Daya Alam Kementrian Pariwisata Kementrian Pengembangan Masyarakat Kementrian Pendidikan Y Y Y Y Y Tidak Y Tidak Pengguna Sumber Daya Koperasi Perikanan Lembaga Rekreasi Y Y Y Y 5 Artikel oleh Jackson di Birdlife Magazine tidak tersedia dari Perpustakaan Pusat Andrea. Salinannya telah diminta dari Birdlife, UK. 6 University of Andrea juga berlokasi di Rima, LSM konservasi lokal (the Andrean Naturalists Society) dan ASPCA (the Andrean Society for the Prevention of Cruelty to Animals) 6. Keterangan lebih lanjut mengenai kelompok tersebut tersedia berdasarkan permintaan. 26

27 B. Lokasi Proyek Kelompok Komunitas KELOMPOK PEMANGKU KEPENTINGAN UTAMA 6 BEKERJA DI SERENA? TELAH DIWAWANCARA? (Y,T) Tidak Y LSM s Audubon Society AAPS Lain-lain Media Pakar Ilmiah Klub Pemuda Sekolah Pemimpin agama Y Tidak Tidak Y Y Y Tidak Y Tidak Y Y Y Tidak No 1.2 Latar Belakang Andrea Pulau Andrea (dibaca An-dre-ya) berlokasi 25 km. di sebelah timur Saint Cristobel di Kepulauan Pulau Windward. Pulau dengan luas 544 km persegi ini ditemukan oleh Andre Gilbert pada tahun 1498, meskipun ditemukan merupakan istilah yang tidak sesuai, karena ia disambut oleh Indian setempat yang memberinya buah-buahan lokal dan koleksi fauna setempat. Andrea menjadi wilayah koloni Inggris pada tahun Selama dua abad setelah itu, pulau ini menjadi hadiah yang diperebutkan oleh Perancis dan Inggris. Diserahkan kepada Inggris melalui Perjanjian Mercedes, pulau ini tetap berada di bawah Kerajaan Inggris sampai diberi kemerdekaan pada tahun Kebanyakan dari penduduk pulau ini yang berjumlah orang hidup di sepanjang pantai, dengan tiga kota utama Rima, Teeboo dan Woking yang didiami oleh lebih dari 60% populasi. Ekonomi pulau ini didominasi oleh pertanian, terutama produksi pisang untuk di ekspor ke daratan utama dan budidaya tanaman umbi-umbian yang telah memiliki pasar di St. Cristobel. Pada tahun 1980, Angin Topan Margaret menyebabkan kerusakan yang sangat luas dan mendorong pemerintah Andrea untuk menganekaragamkan ekonominya dan menempatkan peningkatan perhatian pada pariwisata. Saat ini, hotel-hotel kelas dunia bertebaran di bentang alam sepanjang pesisir, khususnya dekat dengan Grand Anse pada bagian selatan pulau, dengan pantainya yang sepanjang 9 mil dan pasir yang lembut. Andrea memiliki satu pulau lepas pantai kecil -- Serena. Photo dari Google Earth 27

28 1.3 Lokasi dan Topografi Pulau Serena (Fokus Rencana Proyek) B. Lokasi Proyek Pulau Serena memiliki luas 9 ha dan berada 2.7 km dari pesisir barat Andrea. Berbentuk oval, pulau ini memiliki ketinggian maksimum 46 m dan mencakup satu pulau lepas pantai yang lebih kecil, yang dikenal dengan nama Petite Serena di sebelah barat daya. Pulau ini tidak memiliki jaringan jalan, permukiman permanen dan infrastruktur lain, meskipun terdapat pelabuhan kecil dan beberapa gubuk yang digunakan oleh nelayan yang bermalam di sana. Akses menuju Serena adalah dengan perahu dari Pantai Silver Springs yang terletak di sebelah selatan Woking di daratan utama Andrea. Nelayan menetapkan tarif A$5,00 kepada pengunjung (terdapat kesamaan nilai antara dolar Andrea dengan dolar Amerika) sekali jalan. Tidak terdapat sungai permanen atau lokasi pertanian permanen. Diperkirakan bahwa kambing dulunya pernah mendiami Pulau Serena tetapi kemungkinan mereka telah habis dibasmi lebih dari satu abad yang lalu. Iklim di sana adalah iklim tropis-laut, dengan rata-rata temperatur tahunan 26 C, bervariasi dari 16,7 sampai 28,3 C. Rata-rata curah hujan tahunan sebanyak 1,100 mm, tetapi bervariasi sepanjang tahun. Dari segi geologi, Serena terdiri dari tanah liat dan tanah lempung di atas batu gamping/kapur. Tanah yang dangkal menutupi sebagian besar pulau ini. Sandi Peta 1.4 Keanekaragaman Hayati Pulau Serena Coklat kuning: Vegetasi Pantai & Pasir Kuning: Formasi Jalur Batu Flora Coklat: Pantai/Hutan Pesisir (E) Hijau: Semak pesisir/berduri Hitam: hutan gugur daun musiman Vegetasi pantai Winward memiliki tanaman seperti Seaside Xavier (Sesinituvium portulacastris), Lobster grasses (Spacium virginicus dan Desarium dischum), peralihan ke Dog Leg Ipomoea (Ipomoea caninensis) mendominasi daerah berpasir lebih jauh ke dalam pulau. Pantai di Pulau Serena cenderung lebih sempit dan kekurangan pasir yang mungkin terdapat pada daerah pesisir Windward. Vegetasi pionir seperti Dog Leg Ipomoea dengan cepat memberikan jalan terhadap pertumbuhan semak belukar dan hutan daerah pesisir. Kawasan hutan pesisir ini terutama dihuni oleh spesies yang hijau sepanjang tahun seperti Pinkwood (Ciabala rosa), Whitewood (Tabebuia spp.), Sequential (Tiares domicera) dan Hairy Fig (Ficus facolia) yang endemik, diselingi dengan Kelapa (Cocos nucifera). Pada kawasan terbuka di sebelah utara pulau didominasi oleh rumpun Pipe Organ Cactus (Pilosocereus flavens) dan Barrel Cacti (Ferocactus spp.). lebih jauh ke bagian dalam pulau, dan khususnya di sepanjang pesisir timur Pulau Serena, vegetasinya didominasi oleh semak belukar seperti Coastal Sage (Croton rosa), Solicia (Croabus heodonii), dan juga Agave dan tumbuh-tumbuhan merambat. Sebidang kecil hutan musim gugur daun tersisa di bagian tengah dan selatan pulau. Kanopi bagian atasnya setinggi 15 m dan bagian bawahnya ditutupi semaksemak/lapisan pohon. Pohon bagian atas terutama adalah jenis-jenis yang menggugurkan daunnya selama musim kemarau (Desember sampai April), termasuk didalamnya Whitewood (Tabebuia spp.) dan Hibiscusum (Hibiscus simaruba). Lapisan bersemak di bawah dapat menjadi sangat padat, termasuk didalamnya spesies berduri dan liana. 28

29 1.4.2 Fauna B. Lokasi Proyek Pulau Serena merupakan rumah bagi Merpati Andrea (Geotrygon andrea) yang langka dan endemik. Merpati Andrea merupakan burung penuh warna yang suka berada di darat, kecil, buntak, berukuran panjang kira-kira cm. Spesies ini dicirikan oleh tungging berwarna kuning, punggung biru gelap dengan sayap dan ekor kehitaman. Pada tubuh bagian bawah burung ini memiliki bagian bawah ekor berwarna coklat dengan bagian perut dan dada berwarna biru muda. Mahkota berwarna gelap, wajah biru pucat, lingkar mata berwarna putih, penanda leher hitam, dengan paruh dan kaki berwarna merah. Jantan dan betina serupa, hanya saja burung betina umumnya memiliki pewarnaan yang tidak mengilap. Merpati Andrea merupakan spesies yang hidup pada bagian semak belukar yang rapat, sehingga dapat digolongkan ke dalam spesies burung yang paling sulit untuk dipelajari atau bahkan diamati. Saat terbaik untuk melihat Merpati Andrea adalah pada fajar atau petang, ketika mereka mencari makan di kawasan terbuka. Merpati Andrea memiliki ciri pemalu dan waspada -- biasanya mereka melarikan diri dengan berjalan kaki, tetapi jika dikagetkan, akan dengan cepat terbang ke arah tumbuhan yang rapat. Suara mereka yang nyaring, dan duet yang jelas terdiri dari frase yang diulang-ulang biasanya merupakan satusatunya indikasi keberadaan Merpati Andrea. Spesies ini terutama mencari makan di tanah, dimana mereka mencari biji-bijian dan, kadang mencari invertebrata kecil. Mereka membangun sarangnya yang berbentuk seperti mangkuk pada pohon yang rendah atau di atas tanah, yang kemudian mereka gunakan sebagai tempat menelurkan dua telur putih, yang bebercak-bercak. Masa pengeraman memakan waktu hari ditambah hari sampai anak dapat belajar terbang. Masa peneluran yang kedua mungkin terjadi. Merpati Andrea dijumpai, meskipun tidak pernah dalam jumlah yang berlimpah, pada pulau utama Andrea sampai dengan tahun 1950-an, ketika kemudian menghilang disebabkan oleh perusakan habitat dan perburuan oleh manusia. Meskipun dapat bertahan hidup di Pulau Serena, populasinya terus menurun, dan pada saat ini jumlahnya kurang dari 100 ekor (Martin, 2005). Keberadaan binatang pengerat kemungkinan besar merupakan penyebab turunnya populasi spesies tersebut baru-baru ini, karena tikus memangsa merpati dewasa, telur dan anak di dalam sarang. Tidak diketahui dengan pasti tepatnya kapan atau bagaimana, Tikus perahu (Rattus rattus) mencapai Pulau Serena, tetapi diperkirakan kedatangan mereka terjadi pada waktu yang relatif baru. Diperkirakan bahwa mereka tidak sengaja terbawa oleh nelayan yang bermalam di pulau dan membangun naungan kecil dari kayu dan membawa persediaan dari dataran utama Andrea. Suatu studi pada tahun 2004 yang dilakukan oleh Dwight Carneige dari University of Newtown menggunakan perangkat kamera untuk merekam tikus perahu yang memindahkan sebuah telur dan membunuh anak burung muda. Pada saat ini, merpati tersebut dikategorikan sebagai Genting dalam Kategori Daftar Merah IUCN 2006 (sebagaimana telah dievaluasi oleh Birdlife International Otoritas Daftar Merah resmi untuk burung bagi IUCN) karena jumlah populasinya yang sangat rendah dan ukuran habitatnya yang terbatas. Pada tahun 2005, tim kedua dari University of Newtown (dengan ijin yang diberikan oleh Departemen Kehutanan) berhasil menangkap sekelompok kecil merpati, yang saat ini disangkarkan (dan dikembangbiakkan) di Bayleigh Zoological Society. Tidak ada vertebrata endemik lain yang ditemukan di Pulau Serena, juga tidak ada spesies vertebrata lain yang langka atau terancam punah. Makhluk hidup endemik kedua di pulau ini adalah pohon Ara berbulu (Hairy Fig) yang biasa ditemukan di sepanjang kawasan hutan pesisir. Pada daratan utama Andrea, 29

30 B. Lokasi Proyek spesies Ara Galvin menempati tempat yang sama dan ada kekhawatiran bahwa spesies ini mungkin tidak sengaja akan dimasukkan ke Pulau Serena dan bersaing dengan spesies asli. Burung laut biasa terlihat di sepanjang pesisir Pulau Serena -- termasuk burung Cikalang Magnificent, (Fregata magnificens), Camar Queen (Thalasseus miniimus), dan Angsabatu Coklat (Sula leucogaster). Dipercaya tidak ada yang bersarang di pulau tersebut, meskipun terdapat laporan di abad sebelumnya bahwa Burung Cikalang dan petrel menggunakan pohon di pesisir dan sisi bukit untuk berkembang biak. Petrel dan pengguntinglaut diketahui bersarang di pulau-pulau lepas pantai lain yang mirip di kawasan tersebut, tetapi tidak di Serena mungkin disebabkan oleh adanya binatang pengerat predator. Tidak dikenal adanya binatang reptil, amfibi atau artropoda endemik di pulau ini. Kadal Anolis adalah satu-satunya kadal yang diketemukan di Pulau Serena. Populasi Anolis viridis tetap berlimpah; merupakan hewan diurnal, sangat defensif dan arboreal. Berkembang biak selama musim panas, dan termasuk spesies yang bertelur. Kadal Anolis memakan jangkrik, kecoa, laba-laba, dan ngengat. Populasi Anolis viridis juga berlimpah di daratan utama Andrea. 1.5 Pemilikan Lahan Pulau Serena dimiliki oleh pemerintah dan dikelola oleh Departemen Kehutanan Andrea. Saat ini hanya mampu memberikan perlindungan yang terbatas. Dalam beberapa tahun ini telah diusulkan untuk menjadi Taman Nasional, karena keberadaan fauna dan flora asli di dalamnya. Belum ada tindakan yang dilaksanakan dalam mengusahakan perundang-undangan yang diperlukan, sebagian disebabkan kurangnya kehendak politik. 1.6 Demografi Meskipun tidak ada yang hidup di Pulau Serena, dan tidak ada permukiman, situs sejarah atau bukti adanya habitat di masa lalu, nelayan bermalam di sana dan pulau ini populer bagi penduduk lokal yang melakukan piknik di daerah pantainya selama akhir pekan. Pada hari tertentu, lebih dari dua puluh orang dapat berkunjung dengan menyewa pengemudi perahu yang beroperasi dari pantai Silver Spring. Sebagian besar pengunjung tetap tinggal di pantai dan tidak masuk menuju bagian dalam pulau. Mengambil ikan di perairan sekitar Serena adalah legal (Nelayan memerlukan lisensi seharga A$150). Pada beberapa kesempatan, Departemen Kehutanan menyingkirkan gubuk yang dibangun oleh nelayan karena terlihat tidak layak dilihat dan bertentangan dengan hukum lokal. Hal ini telah menyebabkan adanya ketegangan antara Departemen Kehutanan dengan koperasi penangkapan ikan lokal. Gubuk-gubuk telah dibangun kembali dan masih ada hingga sekarang. Nelayan menggunakan gubuk dan pantai berpasir yang datar untuk mengeringkan dan memperbaiki jaring mereka. Mereka telah melakukan hal ini selama yang mereka ingat dan tidak ingin berubah. Suatu survei yang dilakukan oleh Departemen Perikanan pada tahun 2007 memperkirakan bahwa antara 50 dan 70 perahu penangkapan ikan individu menggunakan Pulau Serena pada waktu-waktu tertentu setiap tahunnya sebagian besar datang dari kawasan Woking. 30

H. Teori Perubahan 19.0 Teori Perubahan

H. Teori Perubahan 19.0 Teori Perubahan Merupakan sesuatu yang kritis untuk memiliki ide yang jelas bagaimana kampanye Pride kita akan menciptakan yang bertahan lama untuk konservasi keanekaragaman hayati. Salah satu cara untuk melakukan hal

Lebih terperinci

B. Lokasi Proyek 1.0 Ringkasan Lokasi 2.0 Tim Proyek dan Pemangku Kepentingan

B. Lokasi Proyek 1.0 Ringkasan Lokasi 2.0 Tim Proyek dan Pemangku Kepentingan Sebelum meluncurkan suatu kampanye Pride, adalah penting untuk memahami sepenuhnya lokasi yang akan menjadi fokus dari kampanye, ancaman dan penyebab yang telah diketahui, kebijakan dan peraturan yang

Lebih terperinci

C. Model-model Konseptual

C. Model-model Konseptual C. Model-model Konseptual Semua kampanye Pride Rare dimulai dengan membangun suatu model konseptual, yang merupakan alat untuk menggambarkan secara visual situasi di lokasi proyek. Pada bagian intinya,

Lebih terperinci

D. Analisis Ancaman. 4.0 Peringkat Ancaman 4.1 Lingkup, Intensitas, dan Ketakberbalikan 4.2 Rantai Faktor

D. Analisis Ancaman. 4.0 Peringkat Ancaman 4.1 Lingkup, Intensitas, dan Ketakberbalikan 4.2 Rantai Faktor Sebagian besar lokasi menghadapi sangat banyak ancaman. Sumberdaya konservasi sangat langka dan kompetensi sering terbatas. Tantangan umum untuk manajer sumber daya adalah menentukan yang mana dari banyak

Lebih terperinci

2.0 TIM PROYEK DAN PEMANGKU KEPENTINGAN KUNCI

2.0 TIM PROYEK DAN PEMANGKU KEPENTINGAN KUNCI 2.0 TIM PROYEK DAN PEMANGKU KEPENTINGAN KUNCI B. Lokasi Proyek 2.1 Lembaga Pemimpin dan Manajer Kampanye Pride Untuk menangani elemen-elemen kunci dari Rencana Pengelolaan Hutan Sepuluh Tahun, Kepala Petugas

Lebih terperinci

BRAVO: Barrier Removal Assessment and Viability Overview Sebuah alat untuk menilai kelayakan dan potensi dampak rencana-rencana proyek Rare

BRAVO: Barrier Removal Assessment and Viability Overview Sebuah alat untuk menilai kelayakan dan potensi dampak rencana-rencana proyek Rare BRAVO: Barrier Removal Assessment and Viability Overview Sebuah alat untuk menilai kelayakan dan potensi dampak rencana-rencana proyek Rare PULAU SERENA Ekonomi Teknikal Budaya/Politik Dampak& Metrik BRAVO:

Lebih terperinci

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka Burung Jalak Bali Burung Jalak Bali Curik Bali atau yang lebih dikenal dengan nama Jalak Bali, merupakan salah satu spesies burung cantik endemis Indonesia. Burung

Lebih terperinci

8.0 MENETAPKAN DATA DASAR (BASELINE) (SURVEI DENGAN KUESIONER)

8.0 MENETAPKAN DATA DASAR (BASELINE) (SURVEI DENGAN KUESIONER) E. Penelitian Formatif 8.0 MENETAPKAN DATA DASAR (BASELINE) (SURVEI DENGAN KUESIONER) Departemen Kehutanan mengadakan survei kuantitatif dengan 28 pertanyaan untuk menetapkan data dasar (baseline) untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA)

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA) SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Timor memiliki avifauna yang unik (Noske & Saleh 1996), dan tingkat endemisme burung tertinggi dibandingkan dengan beberapa pulau besar lain di Nusa Tenggara (Pulau

Lebih terperinci

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Indikator Perkuliahan Menjelaskan kawasan yang dilindungi Menjelaskan klasifikasi kawasan yang dilindungi Menjelaskan pendekatan spesies Menjelaskan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

Rencana Aksi Rencana Pemantauan Risiko Kunci. Mitra Ukuran Metode Target Frekuen si BBTNGL, FFI, UNESCO, KSM Lokal

Rencana Aksi Rencana Pemantauan Risiko Kunci. Mitra Ukuran Metode Target Frekuen si BBTNGL, FFI, UNESCO, KSM Lokal 19.0 TEORI PERUBAHAN H. Teori Perubahan Penjelasan Mengenai Teori Perubahan (maksimum 175 kata) Untuk menghentikan kawasan hutan dan memelihara area hutan Taman Nasional Gunung Leuser Wilayah SPTN VI Besita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu kawasan yang terletak pada daerah tropis adalah habitat bagi kebanyakan hewan dan tumbuhan untuk hidup dan berkembang biak. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010 KRITERIA KAWASAN KONSERVASI Fredinan Yulianda, 2010 PENETAPAN FUNGSI KAWASAN Tiga kriteria konservasi bagi perlindungan jenis dan komunitas: Kekhasan Perlindungan, Pengawetan & Pemanfaatan Keterancaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menyandang predikat mega biodiversity didukung oleh kondisi fisik wilayah yang beragam mulai dari pegunungan hingga dataran rendah serta

Lebih terperinci

19.0 TEORI PERUBAHAN. H. Teori Perubahan

19.0 TEORI PERUBAHAN. H. Teori Perubahan 19.0 TEORI PERUBAHAN H. Teori Perubahan Penjelasan Mengenai Teori Perubahan (maksimum 175 kata) Untuk mempertahankan keberadaan Hutan Geumpang sebagian Kawasan Blang Raweu, suatu kawasan yang kaya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman primata yang tinggi, primata tersebut merupakan sumber daya alam yang sangat bermanfaat bagi kehidupan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.41 /Menhut-II/2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun II.TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun demikian burung adalah satwa yang dapat ditemui dimana saja sehingga keberadaanya sangat sulit dipisahkan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NOMOR : P. 11/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGALIHAN SAHAM DAN BATASAN LUASAN LAHAN DALAM PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL DAN PEMANFAATAN PERAIRAN DI SEKITARNYA DALAM RANGKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung dalam ilmu biologi adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat merupakan lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang biak secara alami. Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi,

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5794. KEHUTANAN. Hutan. Kawasan. Tata Cara. Pencabutan (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 326). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undangundang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang perlu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman hayati yang terkandung

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki mega biodiversity

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki mega biodiversity BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki mega biodiversity setelah Brazil dan Madagaskar. Keanekaragaman sumber daya hayati Indonesia termasuk dalam golongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut. Ekosistem mangrove

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan burung pemangsa (raptor) memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu ekosistem. Posisinya sebagai pemangsa tingkat puncak (top predator) dalam ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai sebuah ekosistem mempunyai berbagai fungsi penting dan strategis bagi kehidupan manusia. Beberapa fungsi utama dalam ekosistem sumber daya hutan adalah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

G. RENCANA TINDAK LANJUT

G. RENCANA TINDAK LANJUT G. RENCANA TINDAK LANJUT Rencana Tindak Lanjut Kampanye adalah strategi yang diartikulasikan dengan jelas dari langkah-langkah yang perlu diterapkan oleh lembaga mitra dalam periode 1-3 tahun untuk membangun,

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERBURUAN BURUNG, IKAN DAN SATWA LIAR LAINNYA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERBURUAN BURUNG, IKAN DAN SATWA LIAR LAINNYA SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERBURUAN BURUNG, IKAN DAN SATWA LIAR LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.228, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5941) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari 3 negara yang mempunyai tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Fauna merupakan bagian dari keanekaragaman hayati di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia adalah Negara dengan keanekaragaman hayati yang sangat banyak. Salah satunya adalah keanekaragaman jenis satwanya. Dari sekian banyak keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PERMEN-KP/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total 15 TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Penelitian Pulau Sembilan merupakan salah satu pulau yang terdapat di Kabupaten Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah dinyatakan punah pada tahun 1996 dalam rapat Convention on

BAB I PENDAHULUAN. sudah dinyatakan punah pada tahun 1996 dalam rapat Convention on BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, jumlah populasi manusia semakin meningkat. Di Indonesia kepadatan penduduknya mencapai 200 juta jiwa lebih. Kebutuhan akan tempat dan

Lebih terperinci

Burung Kakaktua. Kakatua

Burung Kakaktua. Kakatua Burung Kakaktua Kakatua Kakak tua putih Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Aves Ordo: Psittaciformes Famili: Cacatuidae G.R. Gray, 1840 Subfamily Microglossinae Calyptorhynchinae

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong dalam 10 negara megadiversitas dunia yang memiliki keanekaragaman paling tinggi di dunia (Mackinnon dkk dalam Primack dkk, 2007:454). Keanekaragaman

Lebih terperinci

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU EDY HENDRAS WAHYONO Penerbitan ini didukung oleh : 2 BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU Ceritera oleh Edy Hendras Wahyono Illustrasi Indra Foto-foto Dokumen

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 17.1 TAHUN 2015

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 17.1 TAHUN 2015 1 BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 17.1 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA) DI KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Populasi adalah kelompok kolektif spesies yang sama yang menduduki ruang tertentu dan pada saat tertentu. Populasi mempunyai

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan yaitu: 1. Tahap Perencanaan, yang dilaksanakan pada bulan September 2006 Februari 2007, dilaksanakan di Aceh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk visual. Pendapat ini muncul seiring dengan dimulainya gerakan untuk melakukan simulasi visual guna menilai baik buruknya keputusan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.508 pulau dan panjang garis pantai lebih dari 81.000

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN Oleh: Dini Ayudia, M.Si. Subbidang Transportasi Manufaktur Industri dan Jasa pada Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA & LH Lahan merupakan suatu sistem yang kompleks

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni hutan tropis sumatera yang semakin terancam keberadaannya. Tekanan terhadap siamang terutama

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ... itj). tt'ii;,i)ifir.l flni:l l,*:rr:tililiiii; i:.l'11, l,.,it: I lrl : SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI DAFTAR SINGKATAN viii tx xt xii... xviii BAB

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, Menimbang : a. bahwa hutan mangrove di Kota Bontang merupakan potensi

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI

LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI Istiyarto Ismu Manager Kampanye Bali Barat Pengantar Strategi penyingkir halangan yang diterapkan oleh Yayasan Seka dalam rangka penyelamatan habitat Jalak Bali (Leucopsar

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam 2.1.1 Sejarah Singkat Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Balai Besar KSDA Jawa Timur merupakan salah satu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, lebih dari 81.000 KM garis pantai dan 17.508 pulau yang membentang

Lebih terperinci

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa) INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa) TUGAS AKHIR Oleh: LISA AGNESARI L2D000434 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi geografis yang dimiliki Indonesia berpengaruh terhadap pembangunan bangsa dan negara. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2011 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

Penilaian pengelolaan lingkungan pulau wisata, di kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Jakarta Utara Siregar, Mara Oloan

Penilaian pengelolaan lingkungan pulau wisata, di kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Jakarta Utara Siregar, Mara Oloan Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Penilaian pengelolaan lingkungan pulau wisata, di kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Jakarta Utara Siregar, Mara Oloan Deskripsi

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seolah tidak pernah berhenti membangun. mengubah pula susunan alamiah yang mendominasi sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. seolah tidak pernah berhenti membangun. mengubah pula susunan alamiah yang mendominasi sebelumnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pantura atau Pantai Utara Pulau Jawa yang merupakan bagian dari kawasan pesisir, telah menjadi pusat berbagai kegiatan manusia sejak jaman kerajaan mendominasi

Lebih terperinci

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suksesi dan Restorasi Hutan Hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di dominasi oleh pepohonan. Masyarakat hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang hidup dan tumbuh

Lebih terperinci

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP)

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) Copyright (C) 2000 BPHN PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 62 TAHUN 1998 (62/1998) TENTANG PENYERAHAN

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis

PENDAHULUAN. pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis PENDAHULUAN Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem yang memiliki peranan penting dalam pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis kondisi dan keberadaannya. Beberapa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

Penjelasan Teknis Penyusunan Naskah Konsep Bandar Lampung 2012

Penjelasan Teknis Penyusunan Naskah Konsep Bandar Lampung 2012 Penjelasan Teknis Penyusunan Naskah Konsep Bandar Lampung 2012 Supriyanto (MercyCorps), Erwin Nugraha (MercyCorps) Kamis, 9 Agustus 2012 di ruang rapat BAPPEDA Kota Bandar Lampung 1 1. Pendahuluan: skema

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Burung merupakan salah satu jenis hewan yang banyak disukai oleh manusia, hal ini di karenakan burung memiliki beberapa nilai penting, seperti nilai estetika, ekologi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia menyimpan kekayaan alam tropis yang tak ternilai harganya dan dipandang di dunia internasional. Tidak sedikit dari wilayahnya ditetapkan

Lebih terperinci

-2- Pasal 68 ayat huruf c dan Pasal 69 ayat UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19

-2- Pasal 68 ayat huruf c dan Pasal 69 ayat UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.621, 2017 KEMEN-LHK. Pengelolaan Pengaduan Dugaan Pencemaran. Perusakan Lingkungan Hidup dan/atau Perusakan Hutan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN

Lebih terperinci

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 Praktek REDD+ yang Menginspirasi MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA RINGKASAN Apa Pengembangan kawasan konservasi masyarakat dan pengelolaan hutan berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat

BAB I PENDAHULUAN. dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Istimewa Yogyakarta terkenal dengan kota pelajar dan kota budaya, selain itu Daerah Istimewa Yogyakarta juga dikenal sebagai daerah pariwisata ini dibuktikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam 11 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan, termasuk hutan tanaman, bukan hanya sekumpulan individu pohon, namun merupakan suatu komunitas (masyarakat) tumbuhan (vegetasi) yang kompleks yang terdiri dari pohon,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunitas burung merupakan salah satu komponen biotik ekosistem yang berperan dalam menjaga keseimbangan dan kelestarian alam. Peran tersebut dapat tercermin dari posisi

Lebih terperinci

Melestarikan habitat pesisir saat ini, untuk keuntungan di esok hari

Melestarikan habitat pesisir saat ini, untuk keuntungan di esok hari Melestarikan habitat pesisir saat ini, untuk keuntungan di esok hari Kesejahteraan masyarakat pesisir secara langsung terkait dengan kondisi habitat alami seperti pantai, terumbu karang, muara, hutan mangrove

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS

RENCANA STRATEGIS TROPICAL FOREST CONSERVATION ACTION FOR SUMATERA RENCANA STRATEGIS 2010-2015 A. LATAR BELAKANG Pulau Sumatera merupakan salah kawasan prioritas konservasi keanekaragaman hayati Paparan Sunda dan salah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN KETAPANG

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN KETAPANG PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN KETAPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun No.573, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Pertanahan. Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Penataan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keanekaragaman hayati di suatu negara memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Keanekaragaman hayati merupakan sumber penghidupan dan kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Gorontalo sebagian besar wilayahnya berbentuk dataran, perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian 0 2000 M di atas permukaan laut. Luas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep Madura Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember 2016. Gambar

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR Oleh : AGUSTINA RATRI HENDROWATI L2D 097 422 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

17.0 PESAN KAMPANYE Strategi pembuatan pesan Pesan-pesan Inti dan Slogan-slogan. G. Strategi Kampanye

17.0 PESAN KAMPANYE Strategi pembuatan pesan Pesan-pesan Inti dan Slogan-slogan. G. Strategi Kampanye 17.0 PESAN KAMPANYE 17.1 Strategi pembuatan pesan Strategi pembuatan pesan bagi petani dan masyarakat akan membantu memandu semua pesan yang dirancang agar dapat mencapai sasaran kampanye kami. Strategi-strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup yang berada di suatu lingkungan akan saling berinteraksi, interaksi terjadi antara makhluk hidup dengan makhluk hidup itu sendiri maupun makhluk

Lebih terperinci