B. Lokasi Proyek 1.0 Ringkasan Lokasi 2.0 Tim Proyek dan Pemangku Kepentingan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "B. Lokasi Proyek 1.0 Ringkasan Lokasi 2.0 Tim Proyek dan Pemangku Kepentingan"

Transkripsi

1 Sebelum meluncurkan suatu kampanye Pride, adalah penting untuk memahami sepenuhnya lokasi yang akan menjadi fokus dari kampanye, ancaman dan penyebab yang telah diketahui, kebijakan dan peraturan yang dapat memberikan dampak terhadap lokasi, dan inisiatif konservasi lain yang ada di lokasi. Hal ini pertama-tama dilakukan dengan melakukan kajian lokasi (site review) dan menyiapkan suatu naskah latar belakang yang menyimpulkan informasi primer dan sekunder yang telah dikumpulkan dan darimana informasi itu diambil. Hasil dari pekerjaan yang dilakukan untuk mempersiapkan bab dari rencana ini juga dapat membantu mengidentifikasi pemangku kepentingan utama dan sasaran utama keanekaragaman hayati. Seksi berikut ini akan dimasukkan ke dalam lokasi proyek, termasuk: 1.0 Ringkasan Lokasi 1.1 Informasi dan Sumber Daya yang Penting 1.2 Latar Belakang Andrea 1.3 Lokasi dan Topografi Pulau Serena 1.4 Keanekaragaman Hayati di Pulau Serena (Flora dan Fauna) 1.5 Pemilikan Lahan 1.6 Demografi 1.7 Nilai-nilai Konservasi 1.8 Ancaman yang Diketahui 1.9 Pengelolaan Pulau Serena 2.0 Tim Proyek dan Pemangku Kepentingan 2.1 Lembaga Mitra dan Manajer Kampanye 2.2 Kelompok Lain di Pulau Serena 2.3 Pemangku Kepentingan Utama 25

2 1.0 RINGKASAN LOKASI B. Lokasi Proyek 1.1 Informasi, sumber dan kontak penting yang digunakan dalam pembuatan dokumen ini Sumber daya tertulis yang tersedia dibawah ini telah digunakan untuk mengumpulkan data awal dan latar belakang: SUMBER DAA TERTULIS ANG TERSEDIA Peta Topografi Vegetasi Geologi Survei udara Studi Ilmiah dan studi lainnya Biodiversity of Serena Isl; J. Biological Science; A. Martin An island under threat; B. Jenks; pp Searon Press Andrea s Unique Merpati Quail; Jackson. Article in Birdlife, 1998 Rencana strategis sebelum dan sekarang Rencana Pengelolaan Departemen Kehutanan (Pulau Serena), 2001 Lain-lain Undang-undang Perlindungan Hutan & Hidupan Liar, Andrea Proposal untuk mendeklarasikan Pulau Serena sebagai Taman Nasional (Departemen Kehutanan, memo) Telah Diperiksa? a a a a a 5 a a a Kelompok berikut ini menyediakan masukan utama ke dalam ringkasan lokasi melalui pembicaraan empat mata secara langsung maupun melalui telepon. KELOMPOK PEMANGKU KEPENTINGAN UTAMA 6 BEKERJA DI SERENA? TELAH DIWAWANCARA? (,T) Departemen Pemerintah Kementerian Sumber Daya Alam Kementrian Pariwisata Kementrian Pengembangan Masyarakat Kementrian Pendidikan Pengguna Sumber Daya Koperasi Perikanan Lembaga Rekreasi 5 Artikel oleh Jackson di Birdlife Magazine tidak tersedia dari Perpustakaan Pusat Andrea. Salinannya telah diminta dari Birdlife, UK. 6 University of Andrea juga berlokasi di Rima, LSM konservasi lokal (the Andrean Naturalists Society) dan ASPCA (the Andrean Society for the Prevention of Cruelty to Animals) 6. Keterangan lebih lanjut mengenai kelompok tersebut tersedia berdasarkan permintaan. 26

3 Kelompok Komunitas KELOMPOK PEMANGKU KEPENTINGAN UTAMA 6 BEKERJA DI SERENA? TELAH DIWAWANCARA? (,T) LSM s Audubon Society AAPS Lain-lain Media Pakar Ilmiah Klub Pemuda Sekolah Pemimpin agama No 1.2 Latar Belakang Andrea Pulau Andrea (dibaca An-dre-ya) berlokasi 25 km. di sebelah timur Saint Cristobel di Kepulauan Pulau Windward. Pulau dengan luas 544 km persegi ini ditemukan oleh Andre Gilbert pada tahun 1498, meskipun ditemukan merupakan istilah yang tidak sesuai, karena ia disambut oleh Indian setempat yang memberinya buah-buahan lokal dan koleksi fauna setempat. Andrea menjadi wilayah koloni Inggris pada tahun Selama dua abad setelah itu, pulau ini menjadi hadiah yang diperebutkan oleh Perancis dan Inggris. Diserahkan kepada Inggris melalui Perjanjian Mercedes, pulau ini tetap berada di bawah Kerajaan Inggris sampai diberi kemerdekaan pada tahun Kebanyakan dari penduduk pulau ini yang berjumlah orang hidup di sepanjang pantai, dengan tiga kota utama Rima, Teeboo dan Woking yang didiami oleh lebih dari 60% populasi. Ekonomi pulau ini didominasi oleh pertanian, terutama produksi pisang untuk di ekspor ke daratan utama dan budidaya tanaman umbi-umbian yang telah memiliki pasar di St. Cristobel. Pada tahun 1980, Angin Topan Margaret menyebabkan kerusakan yang sangat luas dan mendorong pemerintah Andrea untuk menganekaragamkan ekonominya dan menempatkan peningkatan perhatian pada pariwisata. Saat ini, hotel-hotel kelas dunia bertebaran di bentang alam sepanjang pesisir, khususnya dekat dengan Grand Anse pada bagian selatan pulau, dengan pantainya yang sepanjang 9 mil dan pasir yang lembut. Andrea memiliki satu pulau lepas pantai kecil -- Serena. Photo dari Google Earth 27

4 1.3 Lokasi dan Topografi Pulau Serena (Fokus Rencana Proyek) B. Lokasi Proyek Pulau Serena memiliki luas 9 ha dan berada 2.7 km dari pesisir barat Andrea. Berbentuk oval, pulau ini memiliki ketinggian maksimum 46 m dan mencakup satu pulau lepas pantai yang lebih kecil, yang dikenal dengan nama Petite Serena di sebelah barat daya. Pulau ini tidak memiliki jaringan jalan, permukiman permanen dan infrastruktur lain, meskipun terdapat pelabuhan kecil dan beberapa gubuk yang digunakan oleh nelayan yang bermalam di sana. Akses menuju Serena adalah dengan perahu dari Pantai Silver Springs yang terletak di sebelah selatan Woking di daratan utama Andrea. Nelayan menetapkan tarif A$5,00 kepada pengunjung (terdapat kesamaan nilai antara dolar Andrea dengan dolar Amerika) sekali jalan. terdapat sungai permanen atau lokasi pertanian permanen. Diperkirakan bahwa kambing dulunya pernah mendiami Pulau Serena tetapi kemungkinan mereka telah habis dibasmi lebih dari satu abad yang lalu. Iklim di sana adalah iklim tropis-laut, dengan rata-rata temperatur tahunan 26 C, bervariasi dari 16,7 sampai 28,3 C. Rata-rata curah hujan tahunan sebanyak 1,100 mm, tetapi bervariasi sepanjang tahun. Dari segi geologi, Serena terdiri dari tanah liat dan tanah lempung di atas batu gamping/kapur. Tanah yang dangkal menutupi sebagian besar pulau ini. Sandi Peta 1.4 Keanekaragaman Hayati Pulau Serena Coklat kuning: Vegetasi Pantai & Pasir Kuning: Formasi Jalur Batu Flora Coklat: Pantai/Hutan Pesisir (E) Hijau: Semak pesisir/berduri Hitam: hutan gugur daun musiman Vegetasi pantai Winward memiliki tanaman seperti Seaside Xavier (Sesinituvium portulacastris), Lobster grasses (Spacium virginicus dan Desarium dischum), peralihan ke Dog Leg Ipomoea (Ipomoea caninensis) mendominasi daerah berpasir lebih jauh ke dalam pulau. Pantai di Pulau Serena cenderung lebih sempit dan kekurangan pasir yang mungkin terdapat pada daerah pesisir Windward. Vegetasi pionir seperti Dog Leg Ipomoea dengan cepat memberikan jalan terhadap pertumbuhan semak belukar dan hutan daerah pesisir. Kawasan hutan pesisir ini terutama dihuni oleh spesies yang hijau sepanjang tahun seperti Pinkwood (Ciabala rosa), Whitewood (Tabebuia spp.), Sequential (Tiares domicera) dan Hairy Fig (Ficus facolia) yang endemik, diselingi dengan Kelapa (Cocos nucifera). Pada kawasan terbuka di sebelah utara pulau didominasi oleh rumpun Pipe Organ Cactus (Pilosocereus flavens) dan Barrel Cacti (Ferocactus spp.). lebih jauh ke bagian dalam pulau, dan khususnya di sepanjang pesisir timur Pulau Serena, vegetasinya didominasi oleh semak belukar seperti Coastal Sage (Croton rosa), Solicia (Croabus heodonii), dan juga Agave dan tumbuh-tumbuhan merambat. Sebidang kecil hutan musim gugur daun tersisa di bagian tengah dan selatan pulau. Kanopi bagian atasnya setinggi 15 m dan bagian bawahnya ditutupi semaksemak/lapisan pohon. Pohon bagian atas terutama adalah jenis-jenis yang menggugurkan daunnya selama musim kemarau (Desember sampai April), termasuk didalamnya Whitewood (Tabebuia spp.) dan Hibiscusum (Hibiscus simaruba). Lapisan bersemak di bawah dapat menjadi sangat padat, termasuk didalamnya spesies berduri dan liana. 28

5 1.4.2 Fauna B. Lokasi Proyek Pulau Serena merupakan rumah bagi Merpati Andrea (Geotrygon andrea) yang langka dan endemik. Merpati Andrea merupakan burung penuh warna yang suka berada di darat, kecil, buntak, berukuran panjang kira-kira cm. Spesies ini dicirikan oleh tungging berwarna kuning, punggung biru gelap dengan sayap dan ekor kehitaman. Pada tubuh bagian bawah burung ini memiliki bagian bawah ekor berwarna coklat dengan bagian perut dan dada berwarna biru muda. Mahkota berwarna gelap, wajah biru pucat, lingkar mata berwarna putih, penanda leher hitam, dengan paruh dan kaki berwarna merah. Jantan dan betina serupa, hanya saja burung betina umumnya memiliki pewarnaan yang tidak mengilap. Merpati Andrea merupakan spesies yang hidup pada bagian semak belukar yang rapat, sehingga dapat digolongkan ke dalam spesies burung yang paling sulit untuk dipelajari atau bahkan diamati. Saat terbaik untuk melihat Merpati Andrea adalah pada fajar atau petang, ketika mereka mencari makan di kawasan terbuka. Merpati Andrea memiliki ciri pemalu dan waspada -- biasanya mereka melarikan diri dengan berjalan kaki, tetapi jika dikagetkan, akan dengan cepat terbang ke arah tumbuhan yang rapat. Suara mereka yang nyaring, dan duet yang jelas terdiri dari frase yang diulang-ulang biasanya merupakan satusatunya indikasi keberadaan Merpati Andrea. Spesies ini terutama mencari makan di tanah, dimana mereka mencari biji-bijian dan, kadang mencari invertebrata kecil. Mereka membangun sarangnya yang berbentuk seperti mangkuk pada pohon yang rendah atau di atas tanah, yang kemudian mereka gunakan sebagai tempat menelurkan dua telur putih, yang bebercak-bercak. Masa pengeraman memakan waktu hari ditambah hari sampai anak dapat belajar terbang. Masa peneluran yang kedua mungkin terjadi. Merpati Andrea dijumpai, meskipun tidak pernah dalam jumlah yang berlimpah, pada pulau utama Andrea sampai dengan tahun 1950-an, ketika kemudian menghilang disebabkan oleh perusakan habitat dan perburuan oleh manusia. Meskipun dapat bertahan hidup di Pulau Serena, populasinya terus menurun, dan pada saat ini jumlahnya kurang dari 100 ekor (Martin, 2005). Keberadaan binatang pengerat kemungkinan besar merupakan penyebab turunnya populasi spesies tersebut baru-baru ini, karena tikus memangsa merpati dewasa, telur dan anak di dalam sarang. diketahui dengan pasti tepatnya kapan atau bagaimana, Tikus perahu (Rattus rattus) mencapai Pulau Serena, tetapi diperkirakan kedatangan mereka terjadi pada waktu yang relatif baru. Diperkirakan bahwa mereka tidak sengaja terbawa oleh nelayan yang bermalam di pulau dan membangun naungan kecil dari kayu dan membawa persediaan dari dataran utama Andrea. Suatu studi pada tahun 2004 yang dilakukan oleh Dwight Carneige dari University of Newtown menggunakan perangkat kamera untuk merekam tikus perahu yang memindahkan sebuah telur dan membunuh anak burung muda. Pada saat ini, merpati tersebut dikategorikan sebagai Genting dalam Kategori Daftar Merah IUCN 2006 (sebagaimana telah dievaluasi oleh Birdlife International Otoritas Daftar Merah resmi untuk burung bagi IUCN) karena jumlah populasinya yang sangat rendah dan ukuran habitatnya yang terbatas. Pada tahun 2005, tim kedua dari University of Newtown (dengan ijin yang diberikan oleh Departemen Kehutanan) berhasil menangkap sekelompok kecil merpati, yang saat ini disangkarkan (dan dikembangbiakkan) di Bayleigh Zoological Society. ada vertebrata endemik lain yang ditemukan di Pulau Serena, juga tidak ada spesies vertebrata lain yang langka atau terancam punah. Makhluk hidup endemik kedua di pulau ini adalah pohon Ara berbulu (Hairy Fig) yang biasa ditemukan di sepanjang kawasan hutan pesisir. Pada daratan utama Andrea, 29

6 spesies Ara Galvin menempati tempat yang sama dan ada kekhawatiran bahwa spesies ini mungkin tidak sengaja akan dimasukkan ke Pulau Serena dan bersaing dengan spesies asli. Burung laut biasa terlihat di sepanjang pesisir Pulau Serena -- termasuk burung Cikalang Magnificent, (Fregata magnificens), Camar Queen (Thalasseus miniimus), dan Angsabatu Coklat (Sula leucogaster). Dipercaya tidak ada yang bersarang di pulau tersebut, meskipun terdapat laporan di abad sebelumnya bahwa Burung Cikalang dan petrel menggunakan pohon di pesisir dan sisi bukit untuk berkembang biak. Petrel dan pengguntinglaut diketahui bersarang di pulau-pulau lepas pantai lain yang mirip di kawasan tersebut, tetapi tidak di Serena mungkin disebabkan oleh adanya binatang pengerat predator. dikenal adanya binatang reptil, amfibi atau artropoda endemik di pulau ini. Kadal Anolis adalah satu-satunya kadal yang diketemukan di Pulau Serena. Populasi Anolis viridis tetap berlimpah; merupakan hewan diurnal, sangat defensif dan arboreal. Berkembang biak selama musim panas, dan termasuk spesies yang bertelur. Kadal Anolis memakan jangkrik, kecoa, laba-laba, dan ngengat. Populasi Anolis viridis juga berlimpah di daratan utama Andrea. 1.5 Pemilikan Lahan Pulau Serena dimiliki oleh pemerintah dan dikelola oleh Departemen Kehutanan Andrea. Saat ini hanya mampu memberikan perlindungan yang terbatas. Dalam beberapa tahun ini telah diusulkan untuk menjadi Taman Nasional, karena keberadaan fauna dan flora asli di dalamnya. Belum ada tindakan yang dilaksanakan dalam mengusahakan perundang-undangan yang diperlukan, sebagian disebabkan kurangnya kehendak politik. 1.6 Demografi Meskipun tidak ada yang hidup di Pulau Serena, dan tidak ada permukiman, situs sejarah atau bukti adanya habitat di masa lalu, nelayan bermalam di sana dan pulau ini populer bagi penduduk lokal yang melakukan piknik di daerah pantainya selama akhir pekan. Pada hari tertentu, lebih dari dua puluh orang dapat berkunjung dengan menyewa pengemudi perahu yang beroperasi dari pantai Silver Spring. Sebagian besar pengunjung tetap tinggal di pantai dan tidak masuk menuju bagian dalam pulau. Mengambil ikan di perairan sekitar Serena adalah legal (Nelayan memerlukan lisensi seharga A$150). Pada beberapa kesempatan, Departemen Kehutanan menyingkirkan gubuk yang dibangun oleh nelayan karena terlihat tidak layak dilihat dan bertentangan dengan hukum lokal. Hal ini telah menyebabkan adanya ketegangan antara Departemen Kehutanan dengan koperasi penangkapan ikan lokal. Gubuk-gubuk telah dibangun kembali dan masih ada hingga sekarang. Nelayan menggunakan gubuk dan pantai berpasir yang datar untuk mengeringkan dan memperbaiki jaring mereka. Mereka telah melakukan hal ini selama yang mereka ingat dan tidak ingin berubah. Suatu survei yang dilakukan oleh Departemen Perikanan pada tahun 2007 memperkirakan bahwa antara 50 dan 70 perahu penangkapan ikan individu menggunakan Pulau Serena pada waktu-waktu tertentu setiap tahunnya sebagian besar datang dari kawasan Woking. 30

7 Populasi Andrea sebagian besar merupakan keturunan Afrika (lebih dari 90% total populasi). Juga terdapat sejumlah kecil birasial yang minoritas tetapi signifikan secara ekonomi sebanyak kira-kira 5%, dengan kaum minoritas Indian sebanyak 3%. Hanya 1.1% berasal dari Eropa (keturunan koloni Perancis, Inggris, dan Irlandia). Bahasa resmi negara ini adalah Bahasa Inggris. Suatu survei pada tahun 1990 yang dilakukan oleh Departemen Statistika Andrea (meliputi 49,620 responden dengan umur antara 15 sampai 65 tahun) mendapatkankan bahwa mayoritas responden berada di antara kelompok umur 30 sampai 40 tahun (25%) dan kelompok umur tahun (20%). Hasilnya menunjukkan bahwa 44% dari sampel yang ada telah berhasil menyelesaikan kelas 8 atau 9 (kelas 2-3 SMP); 26% mencapai sekolah lanjutan dan 6% menyelesaikan pasca sekolah lanjutan. Lima persen dari sampel tidak memiliki pendidikan formal. Ketika "tingkat pendidikan yang telah diselesaikan " ditabulasi silang dengan "tingkat tidak buta huruf", terdapat indikasi bahwa 54% dari sampel dianggap tidak buta huruf; 19% tidak buta huruf secara fungsional dan 27% buta huruf. 1.7 Nilai-nilai Konservasi Pulau Serena merupakan tempat tinggal bagi satu-satunya vertebrata endemik di Andrea yaitu Merpati Andrea, yang di kategorikan kritis oleh IUCN dan dilindungi secara mutlak dibawah perundang-undangan lokal (Undang-undang Perlindungan Hidupan Liar, Andrea, 1980). Pulau ini juga merupakan tempat tinggal bagi spesies endemik Ara berambut/hairy Fig (Ficus facolia), yang biasa dijumpai di kawasan hutan pesisir. 1.8 Ancaman bagi Keanekaragaman Hayati di Pulau Serena Studi yang dilakukan di Pulau Serena sangatlah sedikit berkenaan dengan keanekaragaman hayatinya atau ancaman yang dapat memberikan akibat kepadanya. Tiga kutipan utama dari literatur yang ditinjau untuk rencana ini termasuk: Biodiversity of Serena Isl; J. Biological Science; A. Martin. 6: pp 23-26, 2005 Andrea s Unique Merpati Quail; Alan Jackson. Artikel dalam Birdlife, August, 1998 Proposal to declare Pulau Serena a National Park (Departemen Kehutanan, memo) Andy Martin menghabiskan waktu beberapa bulan di Serena pada akhir tahun 2004 dengan dukungan Departemen Kehutanan. Penelitian yang dilakukannya temasuk analisis sementara ancaman terhadap keanekaragaman hayati pulau ini dan penghitungan kembali populasi merpati dengan menggunakan metodologi yang sama dengan yang digunakan Jackson pada tahun Hasil penelitian Martin dipublikasikan di Journal of Biological Science dan menyediakan landasan bagi analisis tambahan yang dilakukan dibawah proyek ini, yang membawa berbagai macam pemangku kepentingan untuk secara bersama-sama memeriksa data yang dikumpulkan, membuat naskah model konseptual dan peringkat ancaman berdasarkan intensitasnya dan kemampuan Departemen untuk menanganinya. Suatu ringkasan dari ancaman yang diidentifikasi oleh Martin dan tinjauan dari pustaka lain yang dilaksanakan untuk 31

8 rencana ini mengidentifikasi (tetapi tidak memberi peringkat) ancaman berikut bagi keanekaragaman hayati Serena. B. Lokasi Proyek Binatang pengerat berkelompok yang invasif: (Tikus perahu) telah memusnahkan populasi burung laut yang berbiak dan mengancam Merpati Andrea yang endemik. Kebakaran: Pada tahun 2003 dan 2004 kebakaran yang dipicu oleh nelayan yang bermalam melanda sudut barat daya pulau. Luasnya dampak kebakaran itu dibatasi oleh hujan deras yang datang pada saat itu. Perburuan: terdapat laporan adanya pihak yang menggunakan jalur pesisir untuk berburu. Sebagian besar untuk olahraga atau anak muda yang menguji kemampuan mereka pada spesies seperti Burung Cikalang. Angin Topan: Angin Topan Margaret pada tahun 1980 menyebabkan kerusakan yang luas pada kawasan pesisir (melalui gelombang badai) dan pada beberapa area hutan di bagian dalam pulau. Pertambangan pasir: pada masa lalu pemerintah menerbitkan ijin bagi pengusaha lokal untuk melakukan pertambangan pasir dari pantai di Pulau Serena. Kegiatan ini telah berhenti karena adanya alternatif yang lebih murah dan mudah didapatkan. Ara Galvin yang Invasif: Spesies ini tersebar dengan bantuan angin. Saat ini bukan merupakan ancaman yang serius karena jarak Serena yang jauh dari daratan utama, tetapi memiliki potensi untuk itu, karena Pulau Serena memiliki spesies Ara berbulu yang endemik. Catatan: Martin tidak mengkategorikan ancaman terhadap keanekaragaman Serena dengan menggunakan tatanama IUCN, proyek ini berusaha untuk melakukan hal itu lihat halaman 30 dari rencana ini. Dengan pengecualian pada Ara Galvin (yang disebarkan oleh angin) dan angin topan (bencana alam) semua ancaman dapat dihubungkan sebagai akibat tindakan manusia. Karena tidak ada orang yang hidup menetap di Serena, asal mula ancaman yang lain ini berasal dari orang-orang yang mengunjungi pulau dari daratan utama Andrea. 1.9 Pengelolaan Pulau Serena Pengelolaan Pulau Serena jatuh kepada Departemen Kehutanan dan Hidupan Liar dalam Kementerian Sumber Daya Alam Andrea. Departemen ini sebelumnya berada di bawah Departemen Pertanian, tetapi perubahan susunan baru-baru ini menyebabkan dibentuknya Departemen Pemerintah yang baru. Departemen Kehutanan dikepalai oleh Jo Smith yang membawahi tim yang terdiri dari 47 Petugas Kehutanan dan kira-kira 60 staf harian. Anggaran tahunan dari Departemen ini adalah sebesar A$ Departemen ini memiliki tujuh kendaraan termasuk di dalamnya Land Rover tua yang ada di bengkel. Departemen ini juga memiliki perahu patroli kecil. Departemen ini memiliki hubungan kerja yang baik dengan Andrean University, sering menerima pekerja magang musim panas untuk melakukan penelitian dan terdapat Nota Kesepahaman yang sudah lama terjalin dengan Bayleigh Zoological Society yang memiliki sejumlah populasi Merpati Andrea hasil tangkapan. Terakhir, pihak departemen baru saja menerima janji dukungan dari Stallman Foundation untuk membiayai program pembasmian binatang pengerat dan Rodent Eradication International (REI) telah melaksanakan studi kelayakan yang menunjukkan bahwa pembasmian dengan stasiun umpan (bait station) dapat dimungkinkan dengan menggunakan Brodifacoum. Sayangnya, Departemen Kesehatan menolak memberikan ijin pembasmian yang bertempat di daratan berkenaan dengan kesehatan publik. 32

9 Kantor pusat Departemen Kehutanan berada di Rima, ibukota pulau dengan populasi 40,000 jiwa. Terdapat kantor cabang di Woking, di pesisir barat daya pulau, dan di Montreal (tepat di luar Pusat Pelestarian Hutan (Central Forest Reserve) pulau). Kantor di Woking ditempati oleh staf lapangan Kawasan Lindung dari Departemen, termasuk saya sendiri, Jacob Parker, yang memiliki tanggung jawab untuk daerah pulau lepas pantai dan bagian luar. Saya telah bekerja dengan departemen selama 11 tahun dan saya mendapatkan gelar dari University of Bayleigh dalam Pengelolaan Kawasan Lindung dan Hidupan Liar. Saya belum pernah melakukan pelatihan formal dalam pendidikan lingkungan maupun komunikasi Rencana Pengelolaan Departemen Kehutanan Rencana Pengelolaan Hutan Sepuluh Tahun telah disetujui oleh Parlemen Andrea pada tanggal 14 Agustus 2000 dan menugaskan Pemerintah, Untuk memperkuat perlindungan fauna dan flora Andrea agar generasi mendatang masyarakat Andrea dapat menghargai dan menikmatinya. Kutipan dari rencana berikut menyinggung secara khusus pada spesies terancam punah dan Pulau Serena: Seksi 5.0 Spesies Terancam Punah dan Endemik Dengan mengakui adanya tempat khusus yang dimiliki spesies endemik di warisan alami Andrea, Departemen Kehutanan akan mengembangkan Rencana Pemulihan Spesies bagi hewan dan tumbuhan yang dianggap terancam punah; melakukan sensus pada yang statusnya masih belum jelas; dan berkolaborasi dengan Departemen Pemerintah lain, LSM nasional dan komunitas konservasi internasional untuk mengurangi ancaman bagi species-secies yang pemulihannya beresiko. Prioritas akan diberikan pada Merpati Andrea, suatu spesies yang telah punah dari daratan utama dan terancam punah di habitatnya yang masih tersisa di Pulau Serena. Seksi 6.0 Kawasan Lindung, Taman Nasional & Suaka Margasatwa Seksi 6.10 Pulau Serena Diusulkan sebagai Taman Nasional, Pulau Serena bertindak sebagai habitat bagi fauna dan flora yang unik, juga tempat rekreasi yang tenang untuk dinikmati oleh masyarakat Andrea dari segala umur. Departemen Kehutanan akan berusaha untuk mempertahankan sifat pulau yang bisa digunakan untuk berbagai macam hal sambil terus melakukan evaluasi terhadap statusnya sejalan dengan opini publik dan studi ilmiah. 33

10 1.9.2 Perundang-undangan Kehutanan & Hidupan Liar B. Lokasi Proyek Undang-undang Perlindungan Hidupan Liar pada tahun 1980 menyediakan Perlindungan yang mutlak terhadap Merpati Andrea yang dimasukkan ke dalam Jadwal Pertama dari Ordonansi. Kecuali disertai wewenang berupa surat ijin yang diterbitkan di bawah Seksi 10 dari undang-undang ini, setiap orang yang: i. berburu atau mengambil hidupan liar yang dilindungi atau telur, anak ataupun yang muda; ii. merusak atau menghancurkan sarang, anak atau hidupan liar muda yang dilindungi;. Dapat dikenakan hukuman denda sebesar-besarnya lima ribu dolar atau hukuman kurungan selama-lamanya dua belas bulan Alokasi Anggaran Departemen Kehutanan Anggaran tahunan tetap dari departemen ini adalah sebesar A$ ; $ dialokasikan untuk penjangkauan (outreach) dan pendidikan lingkungan. Sumber daya yang dialokasikan oleh Pemerintah Pusat terhadap penjangkauan telah meningkat secara signifikan pada tahun ini, sebagai hasil dari komitmen Andrea dalam Convention on Biological Diversity. Sebagai penandatangan COP7, Andrea sepakat untuk memperkuat komunikasi, pendidikan dan kepedulian publik dan untuk menyusun strategi dan program pendidikan dan kepedulian publik akan pentingnya Kawasan Lindung. Pada tahun 2004, Kementerian Sumber Daya Alam membentuk Unit Pendidikan di dalam Departemen Kehutanan, degnan staf Susan Dikins dan saya sendiri; saya juga diberi tanggung jawab atas Pulau Serena. Pendanaan untuk gaji saya dan biaya transportasi yang berhubungan dengan kampanye Pride akan disediakan dari anggaran tahunan Departemen; pendanaan untuk biaya material akan ditutupi oleh hibah $20,000 yang membentuk sebagian dari program Pride (ditambah dengan donasi lokal yang akan didapatkan dari usaha lokal). Sukarelawan akan digunakan bilamana memungkinkan termasuk dalam melaksanakan survei kuisioner dan dalam rancangan material (pelayanan yang diberikan). Catatan keberlanjutan: Departemen Kehutanan berkomitmen untuk keberlanjutan dampak dari proyek ini. Pada posisi ini saya mendapatkan gaji dan akan menempati pos setelah kampanye Pride dilaksanakan pada pertengahan tahun Merupakan kehendak Departemen bahwa saya akan menggunakan kemampuan yang dipelajari setelah mengikuti Kursus Diploma Rare (Rare s Diploma Course) dan aplikasi praktisnya dalam proyek untuk melatih staf tambahan Departemen, termasuk Asisten Pengajar konservasi yang baru yang diusulkan dalam anggaran pada tahun 2009 (dimasukkan sebagai sasaran yang dapat diukur dalam Seksi E). Telah diantisipasi bahwa pekerjaan kami akan diperluas menjadi mengurangi ancaman tambahan terhadap Pulau Serena, juga terhadap daratan utama. Seperti yang digambarkan oleh konferensi COP7 di atas, Jo Smith mengakui bahwa sebagian besar ancaman yang dihadapi Negara kami diakibatkan oleh ulah manusia dan bahwa pendidikan memainkan, dan akan terus memainkan, peran yang sangat penting dalam mengurangi hal itu. Perubahan perilaku dapat mengalami kemunduran sejalan dengan berlalunya waktu ketika orang mulai lupa dan kehilangan ketertarikan, 34

11 atau ketika orang baru yang belum diberi pesan menggunakan Pulau Serena. Perilaku dapat juga mengalami kemunduran ketika rintangan muncul kembali. Untuk memastikan bahwa kemunduran perilaku tidak terjadi, Departemen Kehutanan berjanji bahwa pekerjaan penjangkauan untuk Pulau Serena dan dana untuk menghilangkan rintangan akan mendapatkan prioritas dukungan dan dimasukkan dalam semua rencana kerja tahunan dimasa yang akan datang. Dan memang benar, pada Tinjauan Strategis mendatang yang dilaksanakan oleh Departemen Keuangan Andrea, keputusan untuk peningkatan sebesar 64% dalam anggaran jangkauan keluar Departemen Kehutanan pada tahun 2009 akan dibuat. 35

RENCANA PROYEK PULAU SERENA. Jacob Parker, Departemen Kehutanan & Hidupan Liar, April 2008

RENCANA PROYEK PULAU SERENA. Jacob Parker, Departemen Kehutanan & Hidupan Liar, April 2008 RENCANA PROYEK PULAU SERENA Jacob Parker, Departemen Kehutanan & Hidupan Liar, April 2008 1 TEORI PERUBAHAN K + A + IC + BR BC TR CR Kampanye pemasaran sosial meningkatkan kepedulian tentang kesehatan

Lebih terperinci

C. Model-model Konseptual

C. Model-model Konseptual C. Model-model Konseptual Semua kampanye Pride Rare dimulai dengan membangun suatu model konseptual, yang merupakan alat untuk menggambarkan secara visual situasi di lokasi proyek. Pada bagian intinya,

Lebih terperinci

D. Analisis Ancaman. 4.0 Peringkat Ancaman 4.1 Lingkup, Intensitas, dan Ketakberbalikan 4.2 Rantai Faktor

D. Analisis Ancaman. 4.0 Peringkat Ancaman 4.1 Lingkup, Intensitas, dan Ketakberbalikan 4.2 Rantai Faktor Sebagian besar lokasi menghadapi sangat banyak ancaman. Sumberdaya konservasi sangat langka dan kompetensi sering terbatas. Tantangan umum untuk manajer sumber daya adalah menentukan yang mana dari banyak

Lebih terperinci

2.0 TIM PROYEK DAN PEMANGKU KEPENTINGAN KUNCI

2.0 TIM PROYEK DAN PEMANGKU KEPENTINGAN KUNCI 2.0 TIM PROYEK DAN PEMANGKU KEPENTINGAN KUNCI B. Lokasi Proyek 2.1 Lembaga Pemimpin dan Manajer Kampanye Pride Untuk menangani elemen-elemen kunci dari Rencana Pengelolaan Hutan Sepuluh Tahun, Kepala Petugas

Lebih terperinci

H. Teori Perubahan 19.0 Teori Perubahan

H. Teori Perubahan 19.0 Teori Perubahan Merupakan sesuatu yang kritis untuk memiliki ide yang jelas bagaimana kampanye Pride kita akan menciptakan yang bertahan lama untuk konservasi keanekaragaman hayati. Salah satu cara untuk melakukan hal

Lebih terperinci

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka Burung Jalak Bali Burung Jalak Bali Curik Bali atau yang lebih dikenal dengan nama Jalak Bali, merupakan salah satu spesies burung cantik endemis Indonesia. Burung

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA)

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA) SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat merupakan lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang biak secara alami. Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Timor memiliki avifauna yang unik (Noske & Saleh 1996), dan tingkat endemisme burung tertinggi dibandingkan dengan beberapa pulau besar lain di Nusa Tenggara (Pulau

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGALIHAN SAHAM DAN BATASAN LUASAN LAHAN DALAM PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL DAN PEMANFAATAN PERAIRAN DI SEKITARNYA DALAM RANGKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu kawasan yang terletak pada daerah tropis adalah habitat bagi kebanyakan hewan dan tumbuhan untuk hidup dan berkembang biak. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung dalam ilmu biologi adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Burung Kakaktua. Kakatua

Burung Kakaktua. Kakatua Burung Kakaktua Kakatua Kakak tua putih Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Aves Ordo: Psittaciformes Famili: Cacatuidae G.R. Gray, 1840 Subfamily Microglossinae Calyptorhynchinae

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN,

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA U M U M Bangsa Indonesia dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa kekayaan berupa

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NOMOR : P. 11/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERBURUAN BURUNG, IKAN DAN SATWA LIAR LAINNYA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERBURUAN BURUNG, IKAN DAN SATWA LIAR LAINNYA SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERBURUAN BURUNG, IKAN DAN SATWA LIAR LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman primata yang tinggi, primata tersebut merupakan sumber daya alam yang sangat bermanfaat bagi kehidupan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Populasi adalah kelompok kolektif spesies yang sama yang menduduki ruang tertentu dan pada saat tertentu. Populasi mempunyai

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun II.TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun demikian burung adalah satwa yang dapat ditemui dimana saja sehingga keberadaanya sangat sulit dipisahkan

Lebih terperinci

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Indikator Perkuliahan Menjelaskan kawasan yang dilindungi Menjelaskan klasifikasi kawasan yang dilindungi Menjelaskan pendekatan spesies Menjelaskan

Lebih terperinci

BRAVO: Barrier Removal Assessment and Viability Overview Sebuah alat untuk menilai kelayakan dan potensi dampak rencana-rencana proyek Rare

BRAVO: Barrier Removal Assessment and Viability Overview Sebuah alat untuk menilai kelayakan dan potensi dampak rencana-rencana proyek Rare BRAVO: Barrier Removal Assessment and Viability Overview Sebuah alat untuk menilai kelayakan dan potensi dampak rencana-rencana proyek Rare PULAU SERENA Ekonomi Teknikal Budaya/Politik Dampak& Metrik BRAVO:

Lebih terperinci

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010 KRITERIA KAWASAN KONSERVASI Fredinan Yulianda, 2010 PENETAPAN FUNGSI KAWASAN Tiga kriteria konservasi bagi perlindungan jenis dan komunitas: Kekhasan Perlindungan, Pengawetan & Pemanfaatan Keterancaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah dinyatakan punah pada tahun 1996 dalam rapat Convention on

BAB I PENDAHULUAN. sudah dinyatakan punah pada tahun 1996 dalam rapat Convention on BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, jumlah populasi manusia semakin meningkat. Di Indonesia kepadatan penduduknya mencapai 200 juta jiwa lebih. Kebutuhan akan tempat dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong dalam 10 negara megadiversitas dunia yang memiliki keanekaragaman paling tinggi di dunia (Mackinnon dkk dalam Primack dkk, 2007:454). Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki mega biodiversity

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki mega biodiversity BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki mega biodiversity setelah Brazil dan Madagaskar. Keanekaragaman sumber daya hayati Indonesia termasuk dalam golongan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menyandang predikat mega biodiversity didukung oleh kondisi fisik wilayah yang beragam mulai dari pegunungan hingga dataran rendah serta

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU EDY HENDRAS WAHYONO Penerbitan ini didukung oleh : 2 BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU Ceritera oleh Edy Hendras Wahyono Illustrasi Indra Foto-foto Dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari 3 negara yang mempunyai tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Fauna merupakan bagian dari keanekaragaman hayati di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia adalah Negara dengan keanekaragaman hayati yang sangat banyak. Salah satunya adalah keanekaragaman jenis satwanya. Dari sekian banyak keanekaragaman

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5794. KEHUTANAN. Hutan. Kawasan. Tata Cara. Pencabutan (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 326). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

MENATA WILAYAH PESISIR, PULAU KECIL, DAN TANAH REKLAMASI

MENATA WILAYAH PESISIR, PULAU KECIL, DAN TANAH REKLAMASI e FIAT JUSTITIA MS & PARTNERS LAW OFFICE NEWSLETTER 10 September 2016 www.msp-lawoffice.com MENATA WILAYAH PESISIR, PULAU KECIL, DAN TANAH REKLAMASI Kajian terhadap Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan burung pemangsa (raptor) memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu ekosistem. Posisinya sebagai pemangsa tingkat puncak (top predator) dalam ekosistem

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PERMEN-KP/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Berikut beberapa penyebab kepunahan hewan dan tumbuhan: 1. Bencana Alam

Berikut beberapa penyebab kepunahan hewan dan tumbuhan: 1. Bencana Alam Banyak sekali ulah manusia yang dapat menyebabkan kepunahan terhadap Flora dan Fauna di Indonesia juga di seluruh dunia.tetapi,bukan hanya ulah manusia saja,berikut beberapa penyebab kepunahan flora dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keanekaragaman Burung di Pantai Trisik Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman hayati di Yogyakarta khususnya pada jenis burung. Areal persawahan, laguna

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 34/Menhut -II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (www.okezone.com 17/8/ % Spesies Primata Terancam Punah)

BAB I PENDAHULUAN. (www.okezone.com 17/8/ % Spesies Primata Terancam Punah) BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Keberadaan primata di seluruh dunia akhir-akhir ini sangat memprihatinkan akibat berkurangnya habitat mereka dan penangkapan liar untuk diperdagangkan. Degradasi dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai sebuah ekosistem mempunyai berbagai fungsi penting dan strategis bagi kehidupan manusia. Beberapa fungsi utama dalam ekosistem sumber daya hutan adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan menurut fungsi pokoknya dibagi menjadi tiga yaitu hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi (Dephut, 2009). Hutan konservasi sendiri didefinisikan kawasan

Lebih terperinci

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM Menimbang: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di wilayah pesisir yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada, dua per tiga wilayah Indonesia adalah kawasan perairan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar pokok Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun No.573, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Pertanahan. Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Penataan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undangundang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang perlu

Lebih terperinci

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila;

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila; Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni hutan tropis sumatera yang semakin terancam keberadaannya. Tekanan terhadap siamang terutama

Lebih terperinci

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS Langkah kami setelah mencari tahu dan segala informasi tentang Pulau Nias adalah survey langsung ke lokasi site untuk Tugas Akhir ini. Alangkah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada tumbuhan lain yang lebih besar dan tinggi untuk mendapatkan cahaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada tumbuhan lain yang lebih besar dan tinggi untuk mendapatkan cahaya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Liana Liana merupakan tumbuhan yang berakar pada tanah, tetapi batangnya membutuhkan penopang dari tumbuhan lain agar dapat menjulang dan daunnya memperoleh cahaya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang dilindungi melalui Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia menyimpan kekayaan alam tropis yang tak ternilai harganya dan dipandang di dunia internasional. Tidak sedikit dari wilayahnya ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung merupakan salah satu kekayaan hayati yang dimiliki oleh Indonesia. Keberadaan pakan, tempat bersarang merupakan faktor yang mempengaruhi kekayaan spesies burung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman hayati yang terkandung

Lebih terperinci

Penilaian pengelolaan lingkungan pulau wisata, di kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Jakarta Utara Siregar, Mara Oloan

Penilaian pengelolaan lingkungan pulau wisata, di kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Jakarta Utara Siregar, Mara Oloan Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Penilaian pengelolaan lingkungan pulau wisata, di kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Jakarta Utara Siregar, Mara Oloan Deskripsi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove yang ada di Indonesia makin lama makin berkurang akibat perubahan bentuk menjadi kawasan pemukiman, pertanian maupun tambak atau mendapat tekanan yang besar

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rusa timor (Rusa timorensis Blainville 1822) merupakan salah satu jenis satwa liar yang hidup tersebar pada beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sampai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber

Lebih terperinci

TUNTAS/PKBM/1/GA - RG 1 Graha Pustaka

TUNTAS/PKBM/1/GA - RG 1 Graha Pustaka RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1 Mata Pelajaran : Geografi Kelas/Semester : XI/1 Materi Pokok : Fenomena Biosfer dan Antroposfer Pertemuan Ke- : 1 dan 2 Alokasi Waktu : 2 x pertemuan (4 x 45 menit)

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR VEGETASI TUMBUHAN HUBUNGANNYA DENGAN KETERSEDIAAN AIR TANAH DI KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR

ANALISIS STRUKTUR VEGETASI TUMBUHAN HUBUNGANNYA DENGAN KETERSEDIAAN AIR TANAH DI KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR ANALISIS STRUKTUR VEGETASI TUMBUHAN HUBUNGANNYA DENGAN KETERSEDIAAN AIR TANAH DI KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seolah tidak pernah berhenti membangun. mengubah pula susunan alamiah yang mendominasi sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. seolah tidak pernah berhenti membangun. mengubah pula susunan alamiah yang mendominasi sebelumnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pantura atau Pantai Utara Pulau Jawa yang merupakan bagian dari kawasan pesisir, telah menjadi pusat berbagai kegiatan manusia sejak jaman kerajaan mendominasi

Lebih terperinci

BAB II BAGAIMANA KETENTUAN HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP SUAKA MARGASATWA KARANG GADING DAN LANGKAT TIMUR LAUT (KGLTL)

BAB II BAGAIMANA KETENTUAN HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP SUAKA MARGASATWA KARANG GADING DAN LANGKAT TIMUR LAUT (KGLTL) BAB II BAGAIMANA KETENTUAN HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP SUAKA MARGASATWA KARANG GADING DAN LANGKAT TIMUR LAUT (KGLTL) A. Definisi Suaka Marga Satwa dan Kawasan Konservasi. Alam menyediakan segala macam

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Taman Nasional Komodo memiliki kawasan darat dan perairan laut seluas

BAB I PENDAHULUAN. Taman Nasional Komodo memiliki kawasan darat dan perairan laut seluas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional Komodo memiliki kawasan darat dan perairan laut seluas 1.817 km 2, terletak diantara pulau Sumbawa di sebelah Barat, dan pulau Flores di sebelah Timur.

Lebih terperinci

NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN Menimbang: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa dalam rangka melaksanakan pembangunan berwawasan

Lebih terperinci

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Sumberdaya Alam Hayati : Unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumberdaya alam nabati (tumbuhan) dan sumberdaya alam hewani (satwa) yang bersama dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai lahan basah paling luas dan mungkin paling beragam di Asia Tenggara, meliputi lahan basah alami seperti rawa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17 persen dari jumlah seluruh spesies burung dunia, 381 spesies diantaranya merupakan spesies endemik (Sujatnika, Joseph, Soehartono,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 17.1 TAHUN 2015

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 17.1 TAHUN 2015 1 BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 17.1 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA) DI KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Burung merupakan salah satu jenis hewan yang banyak disukai oleh manusia, hal ini di karenakan burung memiliki beberapa nilai penting, seperti nilai estetika, ekologi

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN Oleh : Taufik Rizky Afrizal 11.12.6036 S1.SI.10 STMIK AMIKOM Yogyakarta ABSTRAK Di era sekarang, dimana ekonomi negara dalam kondisi tidak terlalu baik dan

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO

ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO Sabua Vol.7, No.1: 383 388, Maret 2015 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO Verry Lahamendu Staf Pengajar JurusanArsitektur,

Lebih terperinci

AssAlAmu AlAyku m wr.wb

AssAlAmu AlAyku m wr.wb AssAlAmu AlAyku m wr.wb BIOMA Bioma adalah wilayah yang memiliki kondisi iklim tertentu dan batas-batas yang sebagian besar dikendalikan di daratan oleh iklim dan yang dibedakan oleh dominasi tertentu,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENJUALAN HEWAN YANG DILINDUNGI MELALUI MEDIA INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENJUALAN HEWAN YANG DILINDUNGI MELALUI MEDIA INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENJUALAN HEWAN YANG DILINDUNGI MELALUI MEDIA INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA JUNCTO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan

Lebih terperinci