BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 Aspek Geografi dan Demografi Kondisi Geografi A. Letak Wilayah Kabupaten Klungkung terletak diantara Bujur Timur dan Lintang Selatan dengan batas-batas di sebelah Utara Kabupaten Bangli, sebelah Timur Kabupaten Karangasem sebelah Selatan Samudra Hindia dan sebelah barat Kabupaten Gianyar. Kabupaten Klungkung merupakan kabupaten yang luasnya terkecil kedua setelah Kodya Denpasar dari 9 (sembilan) kabupaten dan kota di Bali dengan luas wilayah Ha. (315 km 2 ) atau 5,60 % dari luas wilayah Provinsi Bali secara keseluruhan. Luas wilayah Kabupaten Klungkung sepertiganya terletak di daratan Pulau Bali ( Ha) dan dua pertiganya terletak di Kepulauan Nusa Penida ( Ha).Pusat Kota Semarapura terdekat berjarak sekitar 12 km dan terjauh 93,1 km dari pusat kota kabupaten se Bali adapun rinciannya seperti dibawah ini: Tabel 2.1 Jarak Kota Semarapura ke Kota Lainnya di Bali Tahun 2012 No. Ke Ibu Kota Kabupaten/Kota se-bali Jarak (km) 1 Gianyar 11,00 2 Bangli 23,00 3 Denpasar 40,00 4 Amlapura 38,00 5 Tabanan 60,00 6 Singaraja (via Kintamani) 103,00 7 Negara 135,00 Sumber :BPS Kab. Klungkung, 2013(Klungkung Dalam Angka2013) B. Klimatologi, Hidrologi dan Hidrogeologi Sebagaimana halnya Wilayah Bali pada umumnya wilayah Kabupaten Klungkung beriklim tropis yang dipengaruhi oleh angin musim. Sebagai daerah tropis, Kabupaten Klungkung memiliki musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau di Klungkung biasanya terjadi sekitar bulan Juni-September dan musim hujan terjadi sekitar bulan Desember-Maret yang diselingi musim pancaroba. Curah hujan di Wilayah Klungkung dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan orografi dan pertemuan (pusaran) arus udara. Oleh karena itu pencatatan dilakukan di masingmasing kecamatan. Di Kecamatan Klungkung, Kecamatan Banjarangkan dan Kecamatan Dawan masing-masing 1 (satu) pengamatan, sedangkan di Kecamatan II - 1

2 Nusa Penida ada 3 (tiga) tempat pengamatan yaitu Sampalan, Prapat dan Klumpu. Berdasarkan data pada tahun 2012 rata-rata curah hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Banjarangkan yaitu sebesar 163,08 mm dengan rata-rata hari hujan perbulansebesar 9,58 hari, sedangkan terendah di Kecamatan Dawan dengan rataratacurah hujan sebesar 51,00 mm dan rata rata hari hujan 5,50 hari. Nusa Penida merupakan kecamatan dengan rata-rata hari hujan terendah yaitu 4,92 hari namun rata-rata curah hujannya cukup tinggi yaitu sebesar 158,75 mm. Untuk data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.2 Tabel 2.2 Jumlah Curah Hujan (CH) dan Hari Hujan (HH) Per Kecamatan di Kabupaten Klungkung Tahun 2012 No. Bulan Kecamatan Nusa Penida Banjarangkan Klungkung Dawan CH HH CH HH CH HH CH HH 1 Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Sumber :BPS Kab. Klungkung, 2013(Klungkung Dalam Angka2013) Sumber air di Klungkung Daratan (Wilayah Kabupaten Klungkung yang berada di Pulau Bali) berasal dari sungai yang mengalir sepanjang tahun sedangkan di Kepulauan Nusa Penida sumber air berasal dari air hujan dan sebagian kecil dari mata air. Penduduk memanfaatkan air hujan dengan menampung dalam cubang (penampungan) untuk kebutuhan sehari-hari. Tabel 2.3 Nama dan Panjang Sungai di Kabupaten Klungkung Tahun 2012 No. Nama Sungai Panjang (m) 1 Tukad Bubungan Tukad Yeh Unda Tukad Telaga Waja Tukad Belatung Tukad Rangka Tukad Lantang Tukad Samu Tukad Pulo II - 2

3 No. Nama Sungai Panjang (m) 9 Tukad Anyar Tukad Menanga Tukad Yeh Jinah Tukad Bubuh Tukad Belok Tukad Melangit Jumlah Sumber :BPS Kab. Klungkung, 2013(Klungkung Dalam Angka2013) C. Kondisi Wilayah Kondisi wilayah Kabupaten Klungkung kalau ditinjau dari ketinggian permukaan air laut sebagian besar berada pada ketinggian m dengan luas 227,48 km 2 sedangkan di atas ketinggian 500 m hanya 1,25 km 2. Selengkapnya disajikan seperti tabel berikut: Tabel 2.4 Klasifikasi Ketinggian Kabupaten Klungkung dari Permukaan Air Laut dan Luas Wilayahnya Klasifikasi Ketinggian (Meter) Luas Wilayah km 2 (%) 0-7 8,33 2, ,61 7, ,27 6, ,06 10, ,48 72,21 >500 1,25 0,40 Jumlah Sumber:BPS Kab. Klungkung, 2013(Klungkung Dalam Angka2013) Kabupaten Klungkung memiliki panjang pantai 97,60 km dan sebagian besar ada di wilayah kepulauan Nusa Penida yaitu sepanjang 83,50 km dan di Klungkung daratan hanya sepanjang 14,10 km seperti disajikan pada tabel berikut. Tabel 2.5 Panjang Pantai Kabupaten Klungkung Tahun 2012 Wilayah Panjang (km) Di Klungkung Daratan 14,10 Di Kepulauan Nusa Penida 83,50 Jumlah 97,60 Sumber: BPS Kab. Klungkung, 2013(Klungkung Dalam Angka2013) Luas lahan Kabupaten Klungkung menurut penggunaan lahan sebagian besar merupakan lahan bukan sawah seluas Ha, sedangkan luas sawah hanya Ha. Lahan bukan sawah sebagian besar merupakan lahan kering seluas Ha, sedangkan sisanya 5Ha adalah lahan lainnya. Selengkapnya disajikan pada tabel berikut. II - 3

4 No. Tabel 2.6 Luas Lahan Menurut Penggunaan Per Kecamatan Tahun 2011 (Ha) Penggunaan Tanah Nusa Penida Banjarangkan Kecamatan Klungkung Dawan Jumlah I. Lahan Sawah Pengairan Teknis Pengairan Setengah Teknis Pengairan Sederhana PU Pengairan Tradisional Tadah Hujan II. Bukan Lawan Sawah Lahan Kering/Kritis a. Pekarangan dan Sekitarnya b. Tegal/Kebun c. Padang Rumput d. Hutan Negara e. Perkebunan f. Hutan Rakyat g. Tanah Yang Sementara Tidak Diusahakan h. Lain-lain Lahan Lainnya a. Rawa-rawa b. Tambak c. Kolam Jumlah Sumber: BPS Kab. Klungkung, 2012(Klungkung Dalam Angka2012) D. Topografi: Topografi wilayah Kabupaten Klungkung dengan panjang pantai 97,60 km, tediri atas panjang pantai di daratan Klungkung sepanjang 14,10 km dan panjang pantai di Kepulauan Nusa Penida sepanjang 83,50 km. Permukaan tanah pada umumnya tidak rata, bergelombang bahkan sebagian besar berupa bukit-bukit terjal yang kering sertatandus dan sebagian kecil saja merupakan dataran rendah. Tingkat kemiringan/lereng di Kabupaten Klungkung dirinci menurut klasifikasi dan luasnya terbagi menjadi daerah datar (kemiringan 0-2º) seluas 42,21 km² atau 13,08% dari luas kabupaten, landai (kemiringan 2-15º) seluas 113,05 km² atau 35,89% luas kabupaten, miring (kemiringan 15-40º) seluas 144,27 km² atau 45,80% luas kabupaten, dan terjal (kemiringan diatas 40º) seluas 16,47 km² atau 5,32% dariluas Kabupaten Klungkung. Di Nusa Penida, secara umum kondisi topografi tergolong landai sampai berbukit. Desa pesisir di sepanjang pantai bagian utara berupa lahan datar dengan kemiringan 0-3 % dari ketinggian lahan m dpl. Semakin ke selatan kemiringan lerengnya semakin bergelombang. Demikian juga pulau Lembongan bagian Utara merupakan lahan datar dengan kemiringan 0-3% dan dibagian Selatan kemiringannya 3-8 %. Sedangkan Pulau Ceningan II - 4

5 mempunyai kemiringan lereng bervariasi antara 8-15% dan 15-30% dengan kondisi tanahbergelombang dan berbukit. Walaupun topografi wilayah Kabupaten Klungkung yang sebagian besar berupa bukit, di Kabupaten Klungkung kemungkinan terjadi banjir tetap ada. E. Kawasan Lindung Kawasan hutan lindung sesuai pasal 31 Perda No. 1 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klungkung Tahun ditetapkan seluas kurang lebih 804,50 (delapan ratus empat koma lima puluh) hektar atau 2,55% (dua koma lima puluh lima persen) dari luas wilayah kabupaten, meliputi : (a). Hutan Lindung Suana seluas 329,5 (tiga ratus dua puluh sembilan koma lima) hektar tersebar di Pulau Nusa Penida, Kecamatan Nusa Penida;(b). Hutan Lindung Sakti seluas 273 (dua ratus tujuh puluh tiga) hektar tersebar di Desa Sakti dan sekitarnya, Kecamatan Nusa Penida; dan (c). Hutan Lindung Lembongan seluas 202 (dua ratus dua) hektar tersebar di perairan Nusa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya sesuai Pasal 32 Perda No. 1 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klungkung Tahun meliputi kawasan resapan air yang sebarannya terdapat di : (a). Kawasan Bukit Abah di bagian utara dan timur, Kecamatan Dawan; dan (b). Kawasan Kepulauan Nusa Penida tersebar terutama di bagian selatan dan sebagian di bagian tengah pulau, Kecamatan Nusa Penida. Kawasan perlindungan Pasal 33 Perda No. 1 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klungkung Tahun meliputi: (a). kawasan suci; (b). kawasan tempat suci; (c). kawasan sempadan pantai; (d). kawasan sempadan sungai; (e). kawasan sempadan waduk; (f). kawasan sempadan jurang; dan (g). kawasan ruang terbuka hijau dan Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK). Kawasan suci sesuai Pasal 34 Perda No. 1 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klungkung Tahun , meliputi: (a). kawasan suci campuhan;(b). kawasan suci pantai; (c). kawasan suci laut;(d). kawasan suci mata air; dan (e). kawasan suci catus patha. Kawasan suci campuhan sebarannya mencakup seluruh lokasi yang memiliki pertemuan aliran dua buah sungai wilayah kabupaten. Kawasan suci pantai sebarannya mencakup tempattempat di pantai yang dimanfaatkan untuk upacara melasti di seluruh pantai wilayah kabupaten, meliputi: (a).pantai Negari, Desa Negari, Kecamatan Banjarangkan; (b). Pantai Lepang, Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan; (c). Pantai Watu Klotok, Desa Tojan, Kecamatan Klungkung; (d). Pantai Jumpai, Desa Jumpai, Kecamatan Klungkung; (e). Pantai Kusamba, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan;(f). Pantai Goa Lawah, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan; (g). Pantai Ped, Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida; (h). Pantai Suana, Desa Suana, Kecamatan Nusa Penida; (i). Pantai Bakung, Desa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida; dan (j). Pantai Tabuanan, Desa Sekartaji, Kecamatan Nusa Penida. II - 5

6 Kawasan suci laut sebarannya mencakup kawasan perairan laut yang difungsikan untuk tempat melangsungkan upacara keagamaan bagi umat Hindu di wilayah kabupaten.kawasan suci mata air sebarannya mencakup tempat-tempat mata air yang difungsikan untuk tempat melangsungkan upacara keagamaan bagi umat Hindu, meliputi: (a). mata air suci Segening Tangluk, Desa Paksebali, Kecamatan Dawan; (b). mata air suci Segening Kamasan, Desa Kamasan, Kecamatan Klungkung; dan (c). mata air suci lainnya.kawasan suci cathus patha, sebarannya meliputi: (a). cathus patha agung wilayah Kabupaten di Simpang Patung Kanda Pat Kawasan Perkotaan Semarapura; (b). Jalur pemelastian Ida Bhatara Gunung Agung dari perbatasan Karangasem Klungkung sampai dengan Pantai Watu Klotok; (c). cathus patha alit tersebar di tiap-tiap wilayah desa adat/pekraman yang difungsikan untuk tempat melangsungkan upacara keagamaan bagi umat Hindu; dan (d). arahan pengelolaan kawasan cathus patha adalah perlindungan kawasan dari kegiatan yang dapat mengganggu pelaksanaan kegiatan ritual keagamaan. Kawasan tempat suci sesuai Pasal 35 Perda No. 1 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klungkung Tahun meliputi: (a). kawasan radius kesucian Pura Sad Kahyangan; (b). kawasan radius kesucian Pura Dang Kahyangan; dan(c). kawasan radius kesucian Pura Kahyangan Jagat, Pura Kahyangan Tiga dan Pura lainnya. Kawasan radius kesucian Pura Sad Kahyangan meliputi:(a). kawasan Pura Goa Lawah, di Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan; dan (b) kawasan Pura Kentel Gumi, di Desa Tusan, Kecamatan Banjarangkan. Kawasan radius kesucian Pura Dang Kahyanganmeliputi: (a). kawasan Pura Watu Klotok, di Desa Gelgel, Kecamatan Klungkung; (b). kawasan Pura Dasar Buana Gelgel, di Desa Gelgel, Kecamatan Klungkung; (c). kawasan Pura Penataran Agung, di Kelurahan Semarapura Kangin, Kecamatan Klungkung; dan (d). kawasan Pura Dalem Penataran Ped di Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida.Kawasan radius kesucian Pura Kahyangan Jagat, Pura Kahyangan Tiga dan pura lainnya mencakup seluruh Pura Kahyangan Desa di tiap-tiap desa adat/pekraman beserta pura-pura dadia dan pura swagina di seluruh wilayah. Kawasan sempadan pantai sesuai Pasal 36 Perda No. 1 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klungkung Tahun mencakup seluruh pantai yang terdapat di kawasan pesisir wilayah seluas kurang lebih 118 (seratus delapan belas) hektar atau 0,37 % (nol koma tiga puluh tujuh persen) dari luas wilayah kabupaten, meliputi: (a). sempadan pantai di wilayah Klungkung Daratan; dan (b). sempadan pantai di wilayah Klungkung Kepulauan. Sempadan pantai di wilayah Klungkung Daratan terletak pada garis pantai sepanjang 13,5 (tiga belas koma lima) km, meliputi: (a). pantai berpasir hitam di Pantai Lepang dan Pantai Tegal Besar di Kecamatan Banjarangkan; (b). pantai berpasir hitam di Pantai Watu Klotok dan Pantai Jumpai di Kecamatan Klungkung; dan (c). pantai berpasir hitam di Pantai Gunaksa, Pantai Kusamba, Pantai Pesinggahan dan Pantai Goa Lawah di Kecamatan Dawan. Sempadan pantai di wilayah Klungkung Kepulauan terletak pada garis pantai sepanjang 104,5 (seratus empat koma lima) km, II - 6

7 meliputi: (a). sempadan pantai di Nusa Penida sepanjang 78 (tujuh puluh delapan) km garis pantai mencakup pantai di 12 (dua belas) desa terdiri atas : (1). pantai berpasir putih di Pantai Batununggul, Pantai Toyapakeh, Pantai Teluk Penida, Pantai Pasir Huug, Pantai Atuh dan Pantai Suana sepanjang 21,1 (dua puluh satu koma satu) km garis pantai; dan (2). pantai berupa tebing terjal sepanjang 56,9 (lima puluh enam koma sembilan) km garis pantai; (b). sempadan pantai di Nusa Lembongan sepanjang 16,3 (enam belas koma tiga) km meliputi: (1). pantai berpasir putih di Pantai Tanjung Sanghyang dan Pantai Jungutbatu sepanjang 4,7 (empat koma tujuh) km garis pantai; (2). pantai berupa tebing terjal sepanjang 6,4 (enam koma empat) km garis pantai; dan (3). pantai berhutan bakau (mangrove) sepanjang 5,30 (lima koma tiga puluh) km garis pantai; (c). sempadan pantai di Nusa Ceningan sepanjang 10,20 (sepuluh koma dua puluh) km, meliputi: (1). pantai berpasir putih di Pantai Ceningan sepanjang 1,10 (satu koma sepuluh) km garis pantai; (2). pantai berupa tebing terjal sepanjang 8,70 (delapan koma tujuh puluh) km garis pantai; dan (3). pantai berhutan bakau (mangrove) sepanjang 1,00 (satu koma nol nol) km garis pantai. Kawasan sempadan sungai sesuai Pasal 37 Perda No. 1 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klungkung Tahun meliputi seluruh sempadan sungai dan sempadan anak sungai yang tersebar di kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan di wilayah Klungkung Daratan maupun wilayah Klungkung Kepulauan seluas kurang lebih (seribu dua ratus dua puluh tujuh) hektar atau 3,90 % (tiga koma sembilan puluh persen) dari luas wilayah kabupaten.sebaran lokasi kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: (a) 14 (empat belas) sungai yang mengalir sepanjang tahun tersebar di wilayah Klungkung Daratan terdiri atas Tukad Bubungan, Tukad Yeh Unda, Tukad Telaga Waja, Tukad Belatung, Tukad Rangka, Tukad Lantang, Tukad Samu, Tukad Pule, Tukad Anyar, Tukad Menanga, Tukad Yeh Jinah, Tukad Bubuh, Tukad Bilok, Tukad Melangit; dan (b) 8 (delapan) sungai yang mengalir musiman tersebar di wilayah Klungkung Kepulauan terdiri atas : Tukad Penida, Tukad Waru, Tukad Prapat, Tukad Bok, Tukad Bodong, Tukad Poing, Tukad Gintungan dan Tukad Telaga. Kawasan sempadan waduk sesuai Pasal 38 Perda No. 1 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klungkung Tahun merupakan sempadan waduk pada kawasan rencana pengembangan Waduk Estuary di wilayah Eks Pertambangan Bahan Galian Golongan C, Kecamatan Dawan seluas kurang lebih 10 (sepuluh) hektar atau 0,03% (nol koma nol tiga persen) dari luas wilayah kabupaten dan rencana pengembangan waduk lainnya. Kawasan sempadan jurang sesuai Pasal 39 Perda No. 1 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klungkung Tahun terletak pada kawasan-kawasan yang memenuhi kriteria sempadan jurang seluas kurang lebih 432 (empat ratus tiga puluh dua) hektar atau 1,37 % (satu koma tiga puluh tujuh persen) dari luas wilayah kabupaten yang sebarannya meliputi: (a). lembah-lembah sungai di seluruh wilayah; (b). kawasan hutan dan perbukitan di wilayah II - 7

8 Kecamatan Dawan dan Kecamatan Nusa Penida; dan (c). kawasan pantai yang berupa tebing sepanjang 71,00 (tujuh puluh satu koma nol nol) km garis pantai di seluruh Kecamatan Nusa Penida. Kawasan ruang terbuka hijau dan ruang terbuka hijau kota (RTHK) sesuai Pasal 40 Perda No. 1 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klungkung Tahun jenisnya meliputi : (a). kawasan jalur hijau; (b). sabuk hijau berupa kawasan pertanian, persawahan dan perkebunan; (c). taman kota yang tersebar di kawasan perkotaan pada berbagai skala; (d). taman pada obyek wisata; (e). hutan kota; (f). setra yang tersebar diseluruh desa adat/pekraman; (g).kuburan umum; (h). Taman Makam Pahlawan; (i). lapangan olah raga; (j). lapangan upacara; (k). parkir terbuka tanpa perkerasan; (l). sempadan sungai, sempadan pantai dan sempadan jurang; (m). jalur pengaman jalan, median jalan dan pedestrian; (n). hutan lindung; (o). bentang alam seperti pegunungan, bukit, lereng dan lembah di seluruh wilayah; (p). ruang terbuka sepanjang perbatasan antar wilayah; dan (q). ruang terbuka sepanjang SUTT. Kawasan jalur hijau ditetapkan sebanyak 28 (dua puluh delapan) blok lokasi, sebarannya meliputi: (a). 8 (delapan) blok lokasi di sepanjang jalur jalan Banjarangkan Bungbungan; (b). 5 (lima) blok lokasi di sepanjang jalur jalan Aan Timuhun Nyanglan; (c). 2 (dua) blok lokasi di sepanjang jalur jalan Banjarangkan Jalan IB Mantra; (d). 3 (tiga) blok lokasi di sepanjang jalur jalan Takmung Jalan IB Mantra; (e). 1 (satu) blok lokasi di sepanjang jalur jalan Tojan Pantai Watuklotok; (f). 4 (empat) blok lokasi di sepanjang jalur jalan Pedanan Tegak dan sekitarnya; (g). 2 (dua) blok lokasi di sepanjang jalur jalan Gelgel Jalan IB Mantra; dan (h). 3 (tiga) blok lokasi di sepanjang jalur jalan Semarapura Kusamba.Sebaran ruang terbuka yang berfungsi sebagai taman kota meliputi: (a). ruang terbuka taman kota sekitar kawasan Cathus Patha; (b). ruang terbuka sekitar GOR Swecapura; dan (c). taman kota lainnya yang lokasinya tersebar. Ruang Terbuka Sepanjang Perbatasan Antar Wilayah meliputi : (a). ruang terbuka pada batas wilayah perbatasan antara Kabupaten Klungkung dengan Kabupaten Karangasem di bagian timur Kecamatan Dawan, Kecamatan Klungkung dan Kecamatan Banjarangkan, mencakup batas wilayah Desa Pesinggahan, Desa Pikat, Desa Besan, Desa Dawan Kaler, Desa Sulang, Desa Paksebali, Kelurahan Semarapura Kangin, Kelurahan Semarapura Tengah, Kelurahan Semarapura Kaja, Desa Akah, Desa Tegak, Desa Selat, Desa Selisihan, Desa Timuhun dan Desa Nyanglan; (b). ruang terbuka pada wilayah perbatasan antara Kabupaten Klungkung dengan Kabupaten Bangli di Kecamatan Banjarangkan bagian utara, mencakup batas wilayah Desa Nyanglan, Desa Tohpati dan Desa Bungbungan; dan (c). ruang terbuka pada wilayah perbatasan antara Kabupaten Klungkung dengan Kabupaten Gianyar di Kecamatan Banjarangkan bagian barat, mencakup batas wilayah Desa Nyalian, Desa Bakas, Desa Tusan, Desa Banjarangkan dan Desa Negari. Ruang terbuka sepanjang jalur SUTT sebarannya pada kawasan lintasan SUTT yang melintasi wilayah. II - 8

9 Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya sesuai Pasal 41 Perda No. 1 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klungkung Tahun meliputi: (a). kawasan pantai berhutan bakau; (b). taman wisata alam (TWA) laut; (c). kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil; dan (d). kawasan cagar budaya. Kawasan pantai berhutan bakau sebarannya mencakup hutan bakau (mangrove) seluas 230,70 (dua ratus tiga puluh koma tujuh puluh)hektar, meliputi: (a). seluas 202 (dua ratus dua) hektar hutan mangrove di Lembongan ditetapkan sebagai Hutan Lindung (HL) Lembongan; (b). Seluas 18,70 (delapan belas koma tujuh puluh) hektar di Lembongan; dan (c). Seluas 10 (sepuluh) hektar di Ceningan. TWA laut sebarannya mencakup TWA Laut Lembongan seluas 300 (tiga ratus) hektar. Kawasan konservasi pesisir dan pulaupulau kecil sebarannya meliputi: (a). kawasan konservasi kawasan suci meliputi : (1). sekitar Pantai Watu Klotok, Desa Gelgel, Kecamatan Klungkung; (2). sekitar Pantai Goa Lawah, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan; dan (3). sekitar Pantai Ped, Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida; (b). Kawasan konservasi dan perlindungan ekosistem pesisir meliputi: (1). kawasan hutan mangrove Nusa Lembongan seluas 202 (dua ratus dua) ha; (2). kawasan terumbu karang Nusa lembongan; dan (3). kawasan padang lamun; (c). kawasan konservasi maritim mencakup : (1). kawasan permukiman nelayan Desa Kusamba; dan (2). kawasan permukiman nelayan Desa Batununggul, Toyapakeh dan Jungutbatu. Kawasan cagar budaya meliputi: (a). Pura Dalem Penataran Ped, Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida; (b). Pura Tamansari, Kelurahan Semarapura Kangin, Kecamatan Klungkung; (c). Sarkofagus, Kelurahan Semarapura Kangin, Kecamatan klungkung; (d). Sarkofagus, Desa Tegak, Kecamatan Klungkung; (e). Pura Dasar Gelgel, Desa Gelgel, Kecamatan Klungkung; (f). Pura Puseh Gelgel, Desa Gelgel, Kecamatan Klungkung; (g). Pura Pengubengan, Desa Besan, Kecamatan Dawan; (h). Pura Samong, Desa Dawan, Kecamatan Dawan; (i). Goa Lawah, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan; (j). Goa Jepang, Desa Banjarangkan, Kecamatan Banjarangkan; (k). Pura Puseh Sari, Desa Banjarangkan, Kecamatan Banjarangkan; (l). Pura Taman Sari, Desa Bungbungan, Kecamatan Banjarangkan; (m).pura Sakti Togoh, Desa Bungbungan, Kecamatan Banjarangkan; (n). Pura Puseh Bungbungan, Desa Bungbungan, Kecamatan Banjarangkan; (o). Pura Kentel Gumi, Desa Tusan, Kecamatan Banjarangkan; (p). Pura Puseh Suwela Giri, Desa Aan, Kecamatan Banjarangkan; (q).pura Pucak Sari, Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan; dan (r). Pura Penataran, Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan. Kawasan lindung geologi sesuai Pasal 43 Perda No. 1 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klungkung Tahun meliputi: (a). kawasan cagar alam geologi; (b). kawasan rawan bencana alam geologi; dan (c). kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah. Kawasan cagar alam geologi meliputi: a. kawasan yang mempunyai keunikan batuan dan fosil, berupa batu gamping tersebar di kawasan Nusa Penida yang batuannya mengandung fosil foraminifera; dan II - 9

10 b. kawasan bentang alam karst terdapat di Kawasan Nusa Penida yang ditandai sumber air yang mengalir sebagai sungai bawah tanah dan adanya goa bawah tanah. Kawasan lindung lainnya sesuai Pasal 44 Perda No. 1 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klungkung Tahun meliputi: (a). kawasan perlindungan plasma nutfah; dan (b). kawasan konservasi perairan. Kawasan perlindungan plasma nutfah meliputi : a. kawasan ekosistem terumbu karang, tersebar pada 80% (delapan puluh persen) garis pantai Wilayah Klungkung Kepulauan dengan perkiraan luas (seribu empat ratus sembilan belas) hektar;dan b. kawasan perlindungan ekosistem ikan mola-mola, meliputi kawasan Perairan Nusa Penida. Kawasan konservasi perairan meliputi perairan pesisir Nusa Penida, Lembongan dan Ceningan dengan luas ,20 (dua puluh ribu lima puluh tujuh koma dua puluh) hektar, meliputi: a. zona inti merupakan zona perlindungan mutlak habitat dan populasi ikan serta ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih 2.232,20 (dua ribu dua ratus tiga puluh dua koma dua puluh) hektar meliputi perairan Pantai Bakung Pantai Atuh Desa Pejukutan; Pantai Seganing (Desa Bunga Mekar) dan Tanjung Melajeng (Desa Sakti), Pesisir Batumelawang (Desa Lembongan) dan Pantai Penguntalan (Desa Lembongan), Hutan Bakau Ceningan, Hutan Bakau Lembongan, radius mata air Peguyangan di Desa Batukandik dan lingkungan karang kekeran Pura Dalem Penataran Ped di wilayah perairan; b. zona perikanan berkelanjutan seluas luas kurang lebih (enam belas ribu tiga ratus dua puluh enam) hektar, meliputi : 1. subzona budidaya rumput laut seluas kurang lebih 346 (tiga ratus empat puluh enam) hektar meliputiperairan pesisir Desa Suana, Desa Batununggul, Desa Kutampi Kaler, Desa Ped, Kampung Toyapakeh, Desa Jungutbatu, Tanjung GelumpangCeningan, dan selatan Lembongan; dan 2. subzona perikanan tangkap berkelanjutan seluas kurang lebih ,50 (lima belas ribu sembilan ratus tujuh puluh enam koma lima puluh) hektar meliputi perairan pesisir Nusa Penida, Lembongan dan Ceningan. c. zona pemanfaatan pariwisata bahari meliputi kegiatan pariwisata bahari di atas permukaan laut (marine) maupun di bawah permukaan laut (submarine) seluas kurang lebih (seribu empat ratus enam puluh dua) hektar, terdiri dari: 1. subzona rekreasi pantai seluas kurang lebih 7,50 (tujuh koma lima puluh) hektar meliputipantai Atuh di Desa Pejukutan, Pantai Sampalan di Desa Batununggul, Pantai Toyapakeh di Kampung II - 10

11 Toyapakeh, Pantai Penida di Desa Sakti, Pantai Ceningan di Ceningan, Pantai Penguntalan di Desa Lembongan,Pantai Pemalikan di Desa Lembongan, Pantai Tanjung Sanghyang di Desa Lembongan, Pantai Celagimpak di Desa Lembongan, Pantai Songlambung di Desa Lembongan, Pantai Jungutbatu di Desa Jungutbatu; 2. subzona rekreasi air yang memanfaatkan medium perairan dangkal dekat pantai seluas kurang lebih 132 (seratus tiga puluh dua) hektar tersebar di pantai sebelah timur laut, utara dan barat laut Nusa Penida serta pantai utara Lembongan dan Lembongan; 3. subzona olah raga air (water/marine sport) yang memanfaatkan medium perairan seluas kurang lebih 148,50 (seratus empat puluh delapan koma lima puluh) hektar meliputi perairan pesisir Toyapakeh di Kampung Toyapakeh, perairan pesisir Bias Munjul di Ceningan, dan perairan pesisir Tanjung Sangyang di Desa Lembongan. 4. Subzona Surfing seluas kurang lebih 15,00 (lima belas koma nol nol) hektar meliputi perairan pantai Jungutbatu (ship wreck point) di Desa Jungutbatu dan perairan pantai Penguntalan (Dream Beach) di Desa Lembongan 5. subzona scuba diving, snorkeling dan coral viewing seluas kurang lebih1.159 (seribu seratus lima puluh sembilan) hektar meliputi : perairan pesisir Batu Abah di Desa Pejukutan; perairan pesisir Semaya (Turtle Point) di Desa Suana, perairan pesisir Suana (Malibu Point) di Desa Suana, perairan pesisir Kutapang Kauh Batununggul Sampalan di Desa Batununggul, perairan pesisir Buyuk dan Telaga di Desa Kutampi Kaler, perairan pesisir Bodong, Pendem, Adegan, Tanah Bias dan Ped di Desa Ped, perairan pesisir Toyapakeh di Kampung Toyapakeh, perairan pesisir Teluk Gamat dan sekitarnya di Desa Sakti, perairan pesisir Teluk Penida (Crystal Bay) dan sekitarnya di Desa Sakti; perairan pesisir Tanjung Sari Tanjung Blidung di Desa Sakti, perairan pesisir Tanjung Banah Tanjung Batumeling di Desa Batumadeg, perairan pesisir Batulumbung di Desa Batukandik; perairan pesisir Tanjung Gelumpang (Ceningan Channel) dan sekitarnya; Perairan pesisir Tanjung Pemaroan, Sakenan, Tanjung Ental (Blue Corner), Jungutbatu di Desa Jungutbatu. F. Kawasan Rawan Bencana Kawasan rawan bencana alam sesuai Pasal 42 Perda No. 1 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klungkung Tahun meliputi: a. kawasan rawan bencana angin kencang; b. kawasan rawan bencana longsor; c. kawasan rawan bencana gelombang pasang; d. kawasan rawan bencana abrasi pantai; dan II - 11

12 e. kawasan rawan bencana banjir. Kawasan rawan bencana angin kencang potensinya tersebar pada kawasan seluas (dua ribu dua ratus delapan) hektar, meliputi : a. kawasan rawan bencana angin kencang dengan potensi sedang seluas 521 (lima ratus dua puluh satu) hektar yang tersebar di Kecamatan Klungkung seluas 164 (seratus enam puluh empat hektar) hektar dan Kecamatan Banjarangkan seluas 357 (tiga ratus lima puluh tujuh) hektar; dan b. kawasan rawan bencana angin kencang dengan potensi tinggi seluas (seribu enam ratus delapan puluh tujuh) hektar yang tersebar di Kecamatan Dawan seluas 435 (empat ratus tiga puluh lima) hektar, Kecamatan Klungkung seluas 488 (empat ratus delapan puluh delapan) hektar, Kecamatan Banjarangkan seluas 675 (enam ratus tujuh puluh lima) hektar, dan Kecamatan Nusa Penida seluas 447 (empat ratus empat puluh tujuh) hektar. Kawasan rawan longsor mencakup kawasan kawasan yang kondisi tanahnya tidak stabil dengan kemiringan di atas 40% (empat puluh persen) yang sebarannya meliputi: a. Kawasan perbukitan terjal di wilayah Kecamatan Banjarangkan, Kecamatan Klungkung, Kecamatan Dawan dan Kecamatan Nusa Penida; dan b. Kawasan sekitar Eks Pertambangan Bahan Galian Golongan C Gunaksa, Tangkas, Sampalan Klod, Jumpai dan Gelgel. Kawasan rawan gelombang pasang tersebar pada sepanjang kawasan pesisir pantai Kabupaten Klungkung. Kawasan rawan abrasi pantai sebarannya berada pada pantai-pantai di Pantai Tegal Besar sampai dengan pantai Jumpai, Pantai Sental, Pantai Suana, Pantai Lembongan dan Pantai Jungutbatu. Kawasan rawan bencana banjir terdiri dari kawasan rawan bencana dengan potensi sedang dan kawasan rawan bencana potensi tinggi dengan luas 241 (dua ratus empat puluh satu) hektar, meliputi: a. kawasan rawan bencana banjir dengan potensi sedang seluas kurang lebih 106 (seratus enam) hektar yang tersebar di Kecamatan Dawan seluas kurang lebih 19 (Sembilan belas) hektar, Kecamatan Klungkung seluas kurang lebih 22 (dua puluh dua) hektar, Kecamatan Banjarangkan seluas kurang lebih 17 (tujuh belas) hektar, dan Kecamatan Nusa Penida seluas kurang lebih 48 (empat puluh delapan) hektar; b. kawasan rawan bencana banjir dengan potensi tinggi seluas kurang lebih 135 (seratus tiga puluh lima) hektar yang tersebar di Kecamatan Dawan seluas kurang lebih 122 (seratus dua puluh dua) hektar, Kecamatan Klungkung seluas kurang lebih 9 (sembilan) hektar, dan Kecamatan Banjarangkan seluas kurang lebih 13 (tiga belas) hektar, serta kawasan rawan bencana baniir kiriman tersebar di hilir aliran Tukad Unda; dan II - 12

13 c. pengembangan kegiatan budidaya pada kawasan rawan banjir harus disesuaikan dengan karakteristik setempat dan tidak menimbulkan kerugian yang besar. Kawasan rawan bencana alam geologi sesuai pasal 43 Perda No. 1 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klungkung Tahun meliputi: (a). Kawasan rawan letusan gunung berapi; (b). kawasan rawan gempa bumi; dan (c). kawasan rawan tsunami. Kawasan rawan letusan gunung berapi adalah kawasan gunung berapi Gunung Agung yang dibagi menjadi dua zona, meliputi: a. kawasan rawan bencana I atau daerah bahaya, merupakan kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, lontaran batu pijar, hujan abu lebat, dan aliran lava yang lokasinya berada diuar wilayah Kabupaten klungkung. b. Kawasan rawan bencana II atau daerah waspada, merupakan kawasan yang berpotensi terlanda aliran lahar hujan (lahar dingin), banjir, terutama jika letusannya semakin membesar, sebarannya meliputi: 1. sebaran aliran lahar ke wilayah kabupaten Klungkung (arah selatan) melalui Tukad Telaga Waja dan Tukad Unda dan dapat mengancam Kota Semarapura dan Kawasan Eks Pertambangan Bahan Galian Golongan C; dan 2. sebaran bencana hujan abu lebat dan kemungkinan lontaran batu pijar. Kawasan rawan gempa bumi meliputi kawasan rawan gempa bumi dengan potensi sedang dan tinggi seluas kurang lebih 906 (sembilan ratus enam) hektar yang tersebar di Kecamatan Dawan seluas kurang lebih 434 (empat ratus tiga puluh empat) hektar, Kecamatan Klungkung seluas kurang lebih 189 (seratus delapan puluh sembilan) hektar, dan Kecamatan Banjarangkan seluas kurang lebih 282 (dua ratus delapan puluh dua) hektar. Kawasan rawan tsunami terdapat di seluruh pantai wilayah Kabupaten seluaskurang lebih 252 (dua ratus lima puluh dua) hektar sebarannya di Kecamatan Dawan seluas kurang lebih 110 (seratus sepuluh) hektar, Kecamatan Nusa Penida seluas kurang lebih 126 (seratus dua puluh enam) hektar dan sisanya di Kecamatan Dawan dan Kecamatan Klungkung. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air meliputi: a. Kawasan imbuhan air tanah sebarannya meliputi kawasan lereng pegunungan yang terdapat di wilayah kabupaten; dan b. Kawasan sekitar mata air sebarannya mencakup 26 (dua puluh enam) mata air di seluruh wilayah kabupaten, meliputi: (1). 3 (tiga) titik mata air di wilayah Kecamatan Banjarangkan; (2). 8 (delapan) titik mata air di wilayah Kecamatan Klungkung; (3). 6 (enam) titik mata air di wilayah Kecamatan Dawan; dan (4). 8 (delapan) titik mata air di wilayah Kecamatan Nusa Penida II - 13

14 G. Kawasan Budidaya Kawasan budidaya sesuai Pasal 45 Perda No. 1 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klungkung Tahun terdiri atas : a. kawasan peruntukan hutan produksi; b. kawasan hutan rakyat; c. kawasan peruntukan pertanian; d. kawasan peruntukan perkebunan; e. kawasan peruntukan perikanan; f. kawasan peruntukan pertambangan; g. kawasan peruntukan industri; h. kawasan peruntukan pariwisata; i. kawasan peruntukan permukiman; j. kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan; dan k. kawasan peruntukan lainnya Kondisi Demografi Penduduk merupakan salahsatu sumber daya pembangunan,karena penduduk itu sendiri berperanpenting dalam proses pembangunan.berdasarkan hasil olahan proyeksipenduduk DAU (BPS Kab. Klungkung 2013) jumlah pendudukkabupaten Klungkung tahun 2012 berjumlah jiwa terdiridari jiwa penduduk laki lakidan jiwa penduduk perempuan.lonjakan penduduk tertinggi selama 5 tahun terjadi di tahun 2008 yaitu sebesar 4,08% sedangkan tahun 2009 dan 2010 pertumbuhan penduduk adalah 0,66%. Secara umum pertumbuhan penduduk Kabupaten Klungkung tahun adalah 0,95%. Gambar 2.1 Grafik Jumlah Punduduk Kabupaten/Kota Se-Bali Tahun 2012 Sumber: BPS Prov. Bali 2013 Dilihat dari perkembangan data di atas, jumlah penduduk Kabupaten Klungkung masih berada di urutan paling bawah, sedangkan jumlah penduduk paling tinggi yaitu Kota Denpasar sebesar jiwa. Bila dibandingkan dengan II - 14

15 luasan wilayah, maka kepadatan penduduk Kabupaten Klungkung ke lima, dimana paling padat yaitu Kota Denpasar sebesar jiwa/km 2 dan paling kecil yaitu Kabupaten Jembrana sebesar 319 jiwa/km 2. Gambar 2.2 Grafik Kepadatan Punduduk per km 2 Kabupaten/Kota Se-Bali Tahun 2012 Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2013 Salah satu faktor kepadatan penduduk yang tinggi adalah adanya perpindahan penduduk dari wilayah perdesaan menuju perkotaan, dan adanya faktor kelahiran hidup dan lainnya. Dilihat dari laju pertambahan penduduk, tahun 2012 Kabupaten Klungkung masih tetap paling rendah dibanding dengan laju pertumbuhan penduduk kabupaten/kota lainnya di Bali. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi yaitu di Kabupaten Badung mencapai 4,27 % dan rata-rata Provinsi Bali sebesar 1,90%. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Klungkung tahun 2010 sebesar 1,50% meningkat menjadi 2,07% di tahun 2011 dan menurun lagi menjadi 0,56 di tahun 2012 (Proyeksi Penduduk Indonesia per Provinsi & Hasil Olahan DataBPS Kab. Klungkung 2013). Berdasarkan atas sensus penduduk tahun 2000 dan tahun 2010, rata-rata pertumbuhan penduduk di Kabupaten Klungkung mencapai 0,95% dimana Kecamatan Nusa Penida mencapai rata-rata pertumbuhan sebesar 0,05% sedangkan untuk Kecamatan Banjarangkan sebesar 1,41%, Kecamatan Klungkung sebesar 1,40% dan Kecamatan Dawan senesar 1,00% (BPS Kab. Klungkung 2013). Demikian juga dilihat dari rata-rata jumlah anggota keluarga per rumah tangga sebesar 4 orang sama dengan rata-rata jumlah anggota keluarga rumah tangga di Bali (BPS. Provinsi Bali 2013), ini mencerminkan bahwa masyarakat Kabupaten Klungkung sudah menerapkan KB secara baik. II - 15

16 Gambar 2.3 Grafik Laju Pertumbuhan Punduduk Kabupaten/Kota Se-Bali Tahun 2012 Sumber: BPS. Provinsi Bali, 2013 Tabel 2.7 Perkembangan Jumlah, Sex Ratio dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Klungkung Tahun No. Jumlah Penduduk (Jiwa) Sex Kepadatan Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Ratio Per km Sumber: BPS Kab. Klungkung, 2013(Klungkung Dalam Angka2013) Hasil Olahan Proyeksi Penduduk DAU. Penyebaran penduduk tidakmerata di empat kecamatan, yaitu73,83% berada di daratan Klungkung(Banjarangkan, Dawan dan Klungkung),sedangkan 26,17% berada di KepulauanNusa Penida (Nusa Penida, NusaLembongan dan Nusa Ceningan).Jumlah penduduk di masing-masingkecamatan yaitu Nusa Penida jiwa, Banjarangkan jiwa,klungkung jiwa dan Dawan jiwa. Dengan demikian terdapatketimpangan kepadatan penduduk diempat kecamatan, kepadatanpenduduk per kilometer persegi dikecamatan Nusa Penida 226 jiwa,kecamatan Banjarangkan 837 jiwa,kecamatan Klungkung jiwa dankecamatan Dawan 911 jiwa. Tabel 2.8 Penduduk Kabupaten Klungkung per Kecamatan per Jenis Kelamin dan Kepadatannya Tahun 2012 No. Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Sex Kepadatan Jumlah Laki-laki Perempuan ratio Per km 2 1 Nusa Penida Banjarangkan Klungkung Dawan Kabupaten Klungkung Sumber: BPS Kab. Klungkung, 2013(Klungkung Dalam Angka2013) II - 16

17 Tabel 2.9 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur 2012 Kelompok Umur Laki - laki Perempuan Jumlah Kabupaten Klungkung Sumber: BPS Kab. Klungkung, 2013(Klungkung Dalam Angka2013) Berdasarkan komposisipenduduk menurut umur dan jeniskelamin pada Tabel di atas, dapat dijelaskan bahwasebagian besar pendudukkabupaten Klungkung berada dalamkelompok umur muda. Jumlah angkatan kerja (penduduk berumur 15 tahun ke atas) di Kabupaten Klungkung tahun 2012 adalah orang yang terdiri dari orang sudah bekerja dan 814orang belum/sedang mencari kerja. Sedangkan penduduk yang bukan merupakan angkatan kerja terdiri dari pelajar 9.247orang, mengurus rumah tangga orang dan lainnya 6.198orang. Berdasarkan komposisipenduduk menurut umur dan jenis kelamin dalam piramida penduduk, dapat dijelaskan bahwabentuk piramida penduduk KabupatenKlungkung merupakan piramidapenduduk ekspansif. Piramidapenduduk ekspansif menggambarkanbahwa sebagian besar pendudukkabupaten Klungkung berada dalamkelompok umur muda. II - 17

18 Gambar 2.4 GrafikPiramida Penduduk Klungkung 2012 Sumber: BPS Kab. Klungkung, 2013(Klungkung Dalam Angka 2013) No. Tabel 2.10 Perkiraan Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2020 Kabupaten/ kota Pertumbuhan penduduk thn Pertumbuhan penduduk thn Jumlah penduduk tahun 2010 Perkiraan jumlah penduduk tahun 2020 bila pertumbuhan penduduk tahun sama dengan thn Jembrana 0,64 1, Tabanan 0,73 1, Badung 2,33 4, Denpasar 3,20 4, Gianyar 1,56 1, Klungkung 0,31 0, Bangli 0,94 1, Karangasem 0,49 0, Buleleng 0,34 1, Provinsi Bali 1,26 2, Sumber: Hasil SP 1990, 2000, dan Aspek Kesejahteraan Masyarakat Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi A. PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh sektor usaha di suatu daerah. Secara agregatif PDRB menggambarkan kemampuan suatu daerah untuk menghasikan pendapatan dari seluruh sektor usaha. Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah satu indikator yang dapat dipakai untuk mengetahui keberhasilan perkembangan II - 18

19 ekonomi di suatu daerah, sehingga akan dapat diketahui laju pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesejahteraan suatu daerah. PDRB menggambarkan perekonomian suatu daerah yang disajikan secara berkala dari tahun ke tahun menurut lapangan usaha. PDRB dibedakan menjadi 2 jenis yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku (PDRB HDHB) menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dan dihitung menurut harga tahun berjalan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (PDRB HDHK) menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan yang dihitung menurut tahun dasar (tahun 2000). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) juga dapat menggambarkan keadaan perekonomian suatu daerah dimana dapat diketahui struktur dan tingkat pertumbuhan ekonomi daerah tersebut, tingkat inflasi atau deflasi serta peranan masing-masing kegiatan ekonomi atau lapangan usaha. Pada tahun 2012, Kabupaten Klungkung memiliki PDRB manurut harga berlaku sebesar 3,35 triliun rupiah. Jika dibandingkan dengan kabupaten lain, Klungkung berada di posisi ke 8 dari 9 kabupaten/kota. Hal ini wajar mengingat wilayah Klungkung tidak seluas kabupaten lainnya dan jumlah penduduknya terkecil. Namun ketika melihat PDRB per kapita maka hal sebaliknya dapat dilihat. Klungkung berada di posisi ke 2 dengan PDRB per kapita sebesar 19,1 juta rupiah. Gambar 2.5 GrafikNilai PDRB ADHB per Kabupaten/Kota di Propinsi Bali Tahun 2012 (Triliun Rupiah) Sumber: BPS Provinsi Bali, 2013 II - 19

20 Tabel 2.11 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Klungkung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (JutaanRupiah) No. Lapangan Usaha I. Pertanian , , , , ,73 A. Tanaman Bahan Makanan , , , , ,91 B. Tanaman Perkebunan , , , , ,31 C. Peternakan Dan Hasil- Hasilnya , , , , ,68 D. Kehutanan 2.212, , , , ,95 E. Perikanan , , , , ,88 II. Pertambangan & Penggalian , , , , ,39 A. Penggalian , , , , ,39 III. Industri Pengolahan , , , , ,38 B. Industri Tanpa Migas , , , , ,38 IV. Listrik, Gas & Air Bersih , , , , ,52 A. Listrik , , , , ,22 C. Air Bersih , , , , ,30 V. Bangunan , , , , ,26 VI. Perdagangan, Hotel & Restoran A. Perdagangan Besar & Eceran , , , , , , , , , ,25 B. Hotel 1.267, , , , ,12 C. Restoran , , , , ,22 VII. Pengangkutan & Komunikasi , , , , ,39 A. Pengangkutan , , , , ,71 A1. Angkutan Jalan Raya , , , , ,03 A2. Angkutan Sungai, Danau & Penyebrangan 1.145, , , , ,53 A3. Jasa Penunjang Angkutan , , , , ,15 B. Komunikasi 6.809, , , , ,68 B1. Pos Dan Telekomunikasi 6.809, , , , ,68 VIII Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan , , , , ,83 A. Bank 1.820, , , , ,07 B. Lembaga Keuangan Tanpa Bank , , , , ,10 D. Sewa Bangunan , , , , ,59 E. Jasa Perusahaan 6.938, , , , ,07 IX. Jasa-Jasa , , , , ,86 A. Pemerintahan Umum , , , , ,54 B. Swasta , , , , ,32 B1. Sosial Kemasyarakatan 8.477, , , , ,05 B2. Hiburan & Rekreasi 3.769, , , , ,28 B3. Perorangan & Rumahtangga , , , , ,99 PDRB Dengan Migas , , , , ,61 PDRB Tanpa Migas , , , , ,61 Sumber: BPS Kab. Klungkung, 2013 (PDRB Kab. Klungkung2013) II - 20

21 Dari tabel di atas, nilai PDRB Kabupaten Klungkung tahun 2012 atas dasar harga berlaku ,61juta rupiah atau meningkat sebesar ,9 juta rupiah dibandingkan tahun 2011, dan PDRB atas dasar harga konstan 2000 tahun 2012 sebesar ,42 juta rupiah atau meningkat sebesar ,19 juta rupiah dibandingkan tahun Perkembangan nilai absolut PDRB Kabupaten Klungkung atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000 dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Walaupun demikian peningkatan PDRB atas dasar harga berlaku nilainya lebih besar dari harga konstan karena PDRB atas dasar harga berlaku selain dipengaruhi oleh peningkatan produksi juga sangat dipengaruhi oleh adanya peningkatan harga. Tabel 2.12 Nilai Absolut PDRB Kabupaten Klungkung Tahun (Milyar Rupiah) Tahun Berlaku Konstan 2000 Nilai Selisih Nilai Selisih ,79 306, ,36 57, ,93 298, ,54 58, ,35 306, ,89 67, ,79 274, ,89 76, ,19 324, ,35 83,46 Sumber: BPS Kab. Klungkung, 2013(PDRB Kab. Klungkung2013) Berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2012 ada beberapa sektor yang mempunyai peranan cukup besar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Klungkung yaitu: Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran, Sektor Jasa-Jasa, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Bangunan dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi. Sektor pertanian menunjukkan peranan yang paling dominan dalam pembentukan PDRB Kabupaten Klungkung. Kondisi ini menunjukan bahwa struktur perekonomian Kabupaten Klungkung masih bercorak agraris. Peranan sektor pertanian tahun 2012 mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya yaitu dari 29,28 % pada tahun 2011 menjadi 28,33 % pada tahun Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya peranan masing masing sub sektor pertanian seperti sub sektor Tanaman, Perkebunan, Peternakan dan hasilhasilnya. Meskipun terjadi peningkatan pada sub sektor perikanan namun belum mampu memberikan andil pada peningkatan sektor pertanian. Penurunan tersebut kemungkinan tidak dipengaruhi oleh terjadinya peningkatan produksi padi sebesar ton jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, meskipun luas panen padi mengalami penurunan. Selain itu sub sektor perikanan juga banyak mendukungnya, dimana pada tahun 2011 sumbangan sub sektor perikanan dalam pembentukan PDRB Kabupaten Klungkung sebesar 11,12 %, dan tahun 2012 mengalami sedikit peningkatan menjadi 11,26 %. Tingginya sumbangan sub sektor ini karena Kabupaten Klungkung memiliki laut yang luas dimana produksi ikan laut pada tahun 2012 mencapai 1768,98 ton. Selain ikan tangkap di Kabupaten Klungkung juga II - 21

22 banyak dihasilkan rumput laut yang banyak diekspor ke luar negeri. Produksi rumput laut tahun 2011 mencapai ton. Ikan tangkap dan rumput laut merupakan sektor andalan di Kabupaten Klungkung. Sub sektor peternakan walaupun sumbangannya belum sebesar subsektor perikanan, tetapi sub sektor ini juga memberikan andil dalampembentukan PDRB sektor pertanian. Sub sektor ini pada tahun 2012memberikan sumbangan sebesar 2,06 %, sedikit mengalami penurunan daritahun sebelumnya (tahun 2011) yaitu sebesar 2,10 %. Peternakan yangbanyak di Kabupaten Klungkung adalah ternak sapi.sektor Perdagangan Hotel dan Restoran menduduki urutan ke dua,dimana pada tahun 2012 peranannya 22,1% terhadap PDRB KabupatenKlungkung. Sub sektor yang mendukung sektor ini adalah sub sektorperdagangan besar dan eceran serta sub sektor restoran/rumah makan,masing-masing sebesar 15,02% dan 7,02%, sedangkan sub sektor hotelmemberikan sumbangan paling rendah yaitu 0,06%. Tingginya share subsektor perdagangan disebabkan karena adanya pasar Galiran yangmerupakan pusat transaksi jual beli baik secara grosir maupun eceran dikabupaten Klungkung. Bahkan banyak masyarakat dari Denpasar dankarangasem melakukan transaksi jual beli di pasar Galiran. Hotel memberikanshare yang terendah karena jumlah hotel di Kabupaten Klungkung sedikit. Sektor Jasa jasa menempati urutan ketiga pembentuk PDRBKabupaten Klungkung. Pada tahun 2012, sektor Jasa jasa memberikankontribusi sebesar 16,63% terhadap PDRB Kabupaten Klungkung naik daritahun 2011 sebesar 16,55%. Sub sektor di sektor Jasa Jasa ini yaitu subsektor Pemerintahan Umum dengan kontribusi sebesar 8,66% dan sub sektorswasta sebesar 7,98% terhadap PDRB Kabupaten Klungkung.Urutan ke empat ditempati oleh sektor industri, peranannya dalampembentukan PDRB tahun 2012 sebesar 9,9%. Kegiatan industri dikabupaten Klungkung umumnya lebih banyak didominasi oleh industri kecildan kerajinan rumah tangga. Industri kecil yang menjadi andalan adalahindustri tenun songket dan kain endek, industri gong, industri lukisan wayangkamasan dan industri kerajinan selongsong peluru.sektor Bangunan menempati urutan kelima, dimana peranannyamengalami sedikit peningkatan dari 8,01% pada tahun 2011 menjadi 8,4 %pada tahun Peningkatan sektor bangunan disebabkan karena peningkatan pembangunan perumahan, pertokoan dan perkantoran terutamadi sepanjang jalan By Pass Ida Bagus Mantra.Sektor Pengangkutan dan Komunikasi menempati urutan ke enam,pada tahun 2012 peranannya sebesar 6,57%. Sumbangan terbesar dari subsektor angkutan jalan raya sebesar 5,19%, diikuti jasa penunjang angkutansebesar 0,98 % dan angkutan sungai danau dan penyeberangan sebesar0,07%. Walaupun penggalian pasir di Kabupaten Klungkung telah ditutupsecara resmi oleh Pemerintah Daerah, namun aktivitas penggalian masihtetap dilaksanakan di desa Tangkas dan Gunaksa. Penggalian dilaksanakansecara manual dan dengan menggunakan mesin sedot, cangkul dan linggis.selain penggalian pasir jenis galian yang banyak dilakukan adalah pencarianbatu krikil halus (batu sikat) dipinggir pantai, penggalian batu putih di NusaPenida dan penggaraman di Pesinggahan dan Kusamba.Sektor Listrik, Gas dan II - 22

23 Air Bersih serta Sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahan peranannya dalam pembentukan PDRBKabupaten Klungkung tahun 2012 masih sangat kecil yaitu dibawah 5%.Sumbangan sektor tersebut pada tahun 2012 masing-masing sebesar 1,8%dan 2,99%. Hal ini kemungkinan disebabkan karena jumlah pendudukkabupaten Klungkung paling sedikit dibandingkan kabupaten yang ada di Bali,sehingga kebutuhan akan listrik dan air bersih juga sedikit. Tabel 2.13 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Klungkung Atas DasarHarga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun (Juta Rupiah) No. Lapangan Usaha I. Pertanian , , , , ,00 A Tanaman Bahan Makanan , , , , ,57 B Tanaman Perkebunan 5.792, , , , ,71 C Peternakan Dan Hasil , , , , ,07 Hasilnya D Kehutanan 1.263, , , , ,19 E Perikanan , , , , ,46 II. Pertambangan & Penggalian , , , , ,38 C Penggalian , , , , ,38 3. Industri Pengolahan , , , , ,71 B Industri Tanpa Migas , , , , ,71 IV Listrik, Gas & Air Bersih , , , , ,16 A Listrik 7.438, , , , ,12 B Air Bersih 5.645, , , , ,04 V Bangunan , , , , ,77 VI Perdagangan, Hotel & , , , , ,71 Restoran A Perdagangan Besar & Eceran , , , , ,12 B Hotel 805,22 871,25 935, , ,52 C Restoran , , , , ,07 VII Pengangkutan & Komunikasi , , , , ,82 A Pengangkutan , , , , ,72 A1 Angkutan Jalan Raya , , , , ,53 A2 Angk. Sungai, Danau & 509,21 559,21 592,17 661,37 757,38 Penyebr. A3 Jasa Penunjang Angkutan , , , , ,80 B Komunikasi 3.044, , , , ,10 B1 Pos Dan Telekomunikasi 3.044, , , , ,10 VIII Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan , , , , ,44 A Bank 970, , , , ,39 B Lembaga Keuangan Tanpa 6.251, , , , ,23 Bank C Sewa Bangunan , , , , ,18 D Jasa Perusahaan 4.201, , , , ,64 IX Jasa-Jasa , , , , ,44 A Pemerintahan Umum , , , , ,43 B Swasta , , , , ,01 B1 Sosial Kemasyarakatan 4.736, , , , ,65 B2 Hiburan & Rekreasi 2.613, , , , ,28 B3 Perorangan & Rumahtangga , , , , ,09 PDRB Dengan Migas , , , , ,42 PDRB Tanpa Migas , , , , ,42 Sumber: BPS Kab. Klungkung, 2013 (PDRB Kab. Klungkung 2013) II - 23

24 Tabel 2.14 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Klungkung Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun (Persen) No. Lapangan Usaha I Pertanian 32,23 31,89 30,77 29,28 28,33 A Tanaman Bahan Makanan 18,97 18,41 17,01 15,42 14,36 B Tanaman Perkebunan 0,60 0,58 0,58 0,54 0,54 C Peternakan Dan Hasil-Hasilnya 2,05 2,04 2,12 2,10 2,06 D Kehutanan 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 E Perikanan 10,52 10,76 10,96 11,12 11,26 II Pertambangan & Penggalian 4,32 3,87 3,63 3,47 3,26 A Penggalian 4,32 3,87 3,63 3,47 3,26 III Industri Pengolahan 9,85 10,11 10,40 10,24 9,89 A Industri Tanpa Migas 9,85 10,11 10,40 10,24 9,89 IV Listrik, Gas & Air Bersih 1,49 1,57 1,62 1,68 1,80 A Listrik 0,97 1,01 1,04 1,09 1,80 B Air Bersih 0,52 0,56 0,58 0,59 0,00 V Bangunan 7,03 7,44 7,68 8,01 8,43 VI Perdagangan, Hotel & Restoran 20,70 20,64 20,77 21,32 22,11 A Perdagangan Besar & Eceran 13,68 13,43 13,49 14,16 15,02 B Hotel 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 C Restoran 6,96 7,15 7,22 7,09 7,02 VII Pengangkutan & Komunikasi 5,87 6,18 6,29 6,44 6,57 A Pengangkutan 5,56 5,86 5,96 6,12 6,24 A1 Angkutan Jalan Raya 4,45 4,79 4,90 5,09 5,19 A2 Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan 0,05 0,06 0,06 0,07 0,07 A3 Jasa Penunjang Angkutan 1,05 1,02 1,00 0,96 0,98 B Komunikasi 0,32 0,32 0,33 0,32 0,32 1 Pos Dan Telekomunikasi 0,32 0,32 0,33 0,32 0,32 VIII Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2,79 2,90 2,99 3,02 2,99 A Bank 0,08 0,09 0,09 0,09 0,09 B Lembaga Keuangan Tanpa Bank 0,49 0,50 0,51 0,53 0,55 D Sewa Bangunan 1,89 1,98 2,06 2,07 2,00 E Jasa Perusahaan 0,32 0,33 0,34 0,33 0,34 IX Jasa-Jasa 15,71 15,39 15,84 16,55 16,63 A Pemerintahan Umum 9,11 8,75 8,79 8,88 8,66 B Swasta 6,60 6,64 7,05 7,67 7,98 B1 Sosial Kemasyarakatan 0,40 0,44 0,46 0,47 0,49 B2 Hiburan & Rekreasi 0,18 0,19 0,19 0,19 0,19 B3 Perorangan & Rumahtangga 6,03 6,02 6,41 7,01 7,30 PDRB Dengan Migas 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 PDRB Tanpa Migas 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Kab. Klungkung, 2013 (PDRB Kab. Klungkung 2013) II - 24

25 Tabel 2.15 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Klungkung Atas DasarHarga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun (Persen) No. Lapangan Usaha I Pertanian 32,92 32,62 31,59 30,16 28,94 A Tanaman Bahan Makanan 19,33 19,13 18,06 16,75 15,64 B Tanaman Perkebunan 0,49 0,49 0,50 0,47 0,47 C Peternakan Dan Hasil-Hasilnya 2,15 2,07 2,14 2,16 2,11 D Kehutanan 0,11 0,10 0,10 0,10 0,11 E Perikanan 10,84 10,82 10,80 10,68 10,61 II Pertambangan & Penggalian 4,20 3,94 3,74 3,50 3,28 C Penggalian 4,20 3,94 3,74 3,50 3,28 III Industri Pengolahan 9,02 9,18 9,34 9,14 8,90 A Industri Tanpa Migas 9,02 9,18 9,34 9,14 8,90 IV Listrik, Gas & Air Bersih 1,11 1,15 1,19 1,22 1,28 A Listrik 0,63 0,64 0,66 0,68 0,72 B Air Bersih 0,48 0,51 0,53 0,54 0,57 V Bangunan 5,38 5,71 5,86 6,01 6,26 VI Perdagangan, Hotel & Restoran 22,33 22,44 22,84 23,54 24,51 A Perdagangan Besar & Eceran 14,16 14,22 14,49 15,29 16,42 B Hotel 0,07 0,07 0,07 0,07 0,08 C Restoran 8,10 8,15 8,28 8,18 8,01 VII Pengangkutan & Komunikasi 5,12 5,11 5,12 5,15 5,23 A Pengangkutan 4,87 4,84 4,85 4,87 4,95 A1 Angkutan Jalan Raya 3,75 3,73 3,74 3,77 3,84 A2 Angkutan Sungai, Danau & 0,04 0,05 0,05 0,05 0,05 Penyeberangan. A3 Jasa Penunjang Angkutan 1,07 1,07 1,06 1,05 1,06 B Komunikasi 0,26 0,27 0,27 0,28 0,28 1 Pos Dan Telekomunikasi 0,26 0,27 0,27 0,28 0,28 VIII Keuangan Persewaan, & Jasa 2,82 2,85 2,92 2,94 2,92 Perusahaan A Bank 0,08 0,08 0,08 0,09 0,09 B Lembaga Keuangan Tanpa Bank 0,53 0,56 0,58 0,61 0,64 D Sewa Bangunan 1,85 1,85 1,91 1,88 1,83 E Jasa Perusahaan 0,36 0,36 0,36 0,36 0,36 IX Jasa-Jasa 17,11 16,99 17,39 18,34 18,67 A Pemerintahan Umum 8,98 8,95 9,07 9,37 9,23 B Swasta 8,13 8,04 8,31 8,97 9,44 B1 Sosial Kemasyarakatan 0,40 0,42 0,43 0,45 0,46 B2 Hiburan & Rekreasi 0,22 0,22 0,22 0,22 0,23 B3 Perorangan & Rumahtangga 7,51 7,41 7,66 8,30 8,75 PDRB Dengan Migas 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 PDRB Tanpa Migas 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Kab. Klungkung, 2013(PDRB Kab. Klungkung 2013) B. Laju Pertumbuhan PDRB Pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Klungkung sebesar 6,03%, meningkat dibandingkan tahun 2011 sebesar 5,81% dan tahun 2010sebesar II - 25

26 5.43 %. Hal ini disebabkan oleh percepatanpertumbuhan di subsektor jasa swasta yang mengalami percepatan signifikandari 8,99% menjadi 14,21%. Laju pertumbuhan PDRB sektor jasa jasaterbesar yaitu 11,62% yang diikuti sektor perdagangan, hotel & restoransebesar 9,06%, sektor bangunan 8,53% dan terkecil sektor pertambangandan penggalian yang mengalami perlambatan sebesar 1,00%. Tingginyapertumbuhan sektor jasa - jasa mencerminkan tingginya tingkat pertumbuhanekonomi dan kemampuan ekonomi masyarakat dalam memperoleh jasa.berkembangnya sektor industri diikuti pula oleh tingginya pertumbuhnansektor perdagangan hotel dan restoran. Ini mencerminkan adanya korelasi positif antara sektor industri pengolahan dengan sektor perdagangan hoteldan restoran. Sedangkan sektor pertanian pertumbuhannya kecil (1,02%)walaupun sharenya paling besar (30,16%). Hal ini disebabkan olehperlambatan pertumbuhan di sub sektor Tabama (Tanaman Bahan Makanan)sebesar 1,87% yang sharenya paling besar yaitu 16,75%. Gambar 2.6 Grafik Laju Pertumbuhan Ekonomi Klungkung Pada Tahun (%) Sumber: BPS Kab. Klungkung, 2013(Stada Kab.Klungkung2013) Tabel 2.16 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Klungkung Atas DasarHarga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun (Persen) No. Lapangan Usaha I. Pertanian 1,74 3,97 2,12 1,02 1,74 A. Tanaman Bahan Makanan 0,92 3,86-0,50-1,87-0,96 B. Tanaman Perkebunan 1,22 3,96 8,02 0,05 5,91 C. Peternakan Dan Hasil-Hasilnya 1,60 1,03 8,93 6,66 3,80 D. Kehutanan 1,64 2,20 3,34 7,88 9,06 E. Perikanan 3,30 4,78 5,18 4,72 5,31 II. Pertambangan & Penggalian 3,52-1,58-0,04-1,00-0,50 A. Penggalian 3,52-1,58-0,04-1,00-0,50 III. Industri Pengolahan 8,17 6,81 7,31 3,46 3,23 A. Industri Tanpa Migas 8,17 6,81 7,31 3,46 3,23 IV. Listrik, Gas & Air Bersih 10,13 9,33 9,09 8,43 11,41 II - 26

27 No. Lapangan Usaha A. Listrik 7,36 7,50 7,84 9,17 11,85 B. Air Bersih 14,01 11,73 10,68 7,51 10,87 V. Bangunan 6,71 11,36 8,21 8,53 10,44 VI. Perdagangan, Hotel & Restoran 8,09 5,48 7,30 9,06 10,41 A. Perdagangan Besar & Eceran 6,60 5,36 7,43 11,61 13,92 B. Hotel 10,43 8,20 7,41 9,43 10,30 C. Restoran 10,80 5,66 7,06 4,58 3,87 VII. Pengangkutan & Komunikasi 5,64 4,55 5,70 6,45 7,66 A. Pengangkutan 5,54 4,37 5,57 6,37 7,70 A1. Angkutan Jalan Raya 5,74 4,27 5,79 6,81 7,76 A2. Angkutan Sungai, Danau & Penyebrangan 4,55 9,82 5,89 11,69 14,52 A3. Jasa Penunjang Angkutan 4,88 4,49 4,79 4,60 7,19 B. Komunikasi 7,72 8,00 8,18 7,90 6,84 B1. Pos Dan Telekomunikasi 7,72 8,00 8,18 7,90 6,84 VIII. Keuangan Persewaan, & Jasa Perusahaan 5,48 6,16 8,01 6,31 5,50 A. Bank 4,25 6,00 7,87 9,52 9,54 B. Lembaga Keuangan Tanpa Bank 14,10 11,27 8,26 12,28 11,06 C. Sewa Bangunan 3,08 4,93 8,35 4,58 2,90 D. Jasa Perusahaan 6,76 5,03 5,93 5,20 8,71 IX. Jasa-Jasa 5,57 4,21 7,86 11,62 7,92 A. Pemerintahan Umum 6,48 4,62 6,85 9,24 4,46 B. Swasta 4,58 3,77 8,99 14,21 11,54 B1. Sosial Kemasyarakatan 6,12 8,89 9,94 10,22 9,01 B2. Hiburan & Rekreasi 4,37 4,21 5,65 6,14 9,46 B3. Perorangan & Rumahtangga 4,50 3,48 9,04 14,66 11,73 PDRB Dengan Migas 5,07 4,92 5,43 5,81 6,03 PDRB Tanpa Migas 5,07 4,92 5,43 5,81 6,03 Sumber: BPS Kab. Klungkung, 2013(PDRB Kab. Klungkung 2013) C. PDRB Per Kapita Kabupaten Klungkung PDRB per kapita merupakan suatu ukuran yang dapat dijadikan cerminan kasar tentang tingkat kesejahteraan penduduk di suatu wilayah. Dikatakan kasar karena angka ini hanya menggambarkan produktivitas ekonomi dan tidak mencakup keadaan sosial masyarakat. Disamping itu angka ini juga tidak bisa mencerminkan distribusi pendapatan masyarakat karena tidak semua masyarakat memiliki akses serta pendapatan yang sama, maka angka agregat ini diharapkan dapat mewakili atau paling tidak angka ini dapat dijadikan gambaran untuk melihat tingkat pendapatan masyarakat secara umum, sehingga pemerintah daerah dapat menilai pengaruh kinerja pembangunan yang telah berjalan terhadap tingkat perekonomian masyarakat. Nilai PDRB per kapita Kabupaten Klungkung atas dasar harga berlaku terus meningkat, sejalan dengan meningkatnya harga barang dan jasa. Pada tahun 2007 II - 27

28 PDRB per kapita atas dasar harga belaku sebesar Rp ,89 dan tahun 2012 sudah mencapai Rp ,25 atau terjadi peningkatan sebesar 32,94% selama kurun waktu 5 tahun. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menggambarkam besarnya nilai tambah per penduduk, sedangkan PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan real dari pendapatan perkapita. Peningkatan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku tidak dapat dijadikan indikator dari peningkatan daya beli masyarakat, karena angka PDRB tersebut masih mengandung infasi yang sangat berkaitan erat dengan daya beli. Untuk itu perlu ditelaah perkembangan PDRB per kapita atas dasar harga konstan. PDRB per kapita atas dasar harga konstan 2000 juga mengalami peningkatan selama 5 tahun terakhir. Namun peningkatannya tidak sebesar peningkatan PDRB per kapita harga berlaku. Tabel 2.17 PDRB Per Kapita Kabupaten Klungkung Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000 Tahun (Rupiah) Tahun PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan , , , , , , , , , ,33 Sumber: BPS Kab. Klungkung, 2013 (PDRB Kab. Klungkung 2013) D. Pengeluaran Per KapitaKabupaten Klungkung Dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pengeluaran masyarakat Klungkung secara rata-rata mencapai rupiah per kapita per bulan, mengalami peningkatan sebesar 3,82% dari tahun sebelumnya. Peningkatan terjadi pada komoditas makanan yaitu sebesar 16,6%, sedangkan komoditas bukan makanan turun sebesar 5,08%. Tabel 2.18 Pengeluaran Rata-rata per Kapita (Rupiah) Golongan Pengeluaran Makanan Bukan Makanan Jumlah Sumber: BPS Kab. Klungkung, 2013(Klungkung Dalam Angka 2013) II - 28

29 E. Laju Inflasi Laju inflasi PDRB Kabupaten Klungkung mengalami fluktuasi, tahun 2007 sebesar 5,95% dan meningkat tajam menjadi 11,04 % di tahun 2008, sedangkan tahun 2010 menurun menjadi 6,75%. Sedangkan tahun 2011 mencapai 3,95% dan tahun 2012 meningkat kembali menjadi 4,43%. Tabel 2.19 Laju Inflasi PDRB Kabupaten Klungkung Menurut Lapangan Usaha Tahun (Persen) No. Lapangan Usaha I Pertanian 11,08 8,39 6,33 3,61 5,30 A Tanaman Bahan Makanan 11,94 6,45 4,49 1,62 4,14 B Tanaman Perkebunan 9,44 6,76 3,26 3,26 4,50 C Peternakan dan Hasil-Hasilnya 10,07 12,23 7,64 2,09 4,52 D Kehutanan 12,55 7,34 4,95 4,31 3,32 E Perikanan 9,83 11,22 9,05 6,49 6,53 II Pertambangan & Penggalian 15,90 3,78 5,68 6,06 4,55 A Penggalian 15,90 3,78 5,68 6,06 4,55 III Industri Pengolahan 13,27 9,36 7,95 4,64 3,67 A Industri Tanpa Migas 13,27 9,36 7,95 4,64 3,67 IV Listrik, Gas & Air Bersih 14,29 9,94 6,11 5,49 6,32 A Listrik 12,54 10,33 7,24 5,88 5,34 B Air Bersih 19,80 10,25 4,75 4,38 7,89 V Bangunan 17,12 8,24 7,37 5,59 5,55 VI Perdagangan, Hotel & Restoran 7,31 7,70 5,55 3,52 4,00 A Perdagangan Besar & Eceran 6,81 6,16 5,22 3,49 3,06 B Hotel 9,73 7,37 7,05 1,07 5,08 C Restoran 8,66 10,74 6,14 3,31 5,59 VII Pengangkutan & Komunikasi 14,78 14,72 8,24 5,86 4,84 A Pengangkutan 15,18 15,19 8,36 6,14 4,93 A1 Angkutan Jalan Raya 16,87 17,55 8,95 7,01 4,69 A2 Angkutan Sungai, Danau & 21,87 15,70 7,48 6,58 8,72 Penyebrangan A3 Jasa Penunjang Angkutan 8,20 5,28 5,36 1,02 5,69 B Komunikasi 7,97 6,48 6,16 0,97 2,96 B1 Pos dan Telekomunikasi 7,97 6,48 6,16 0,97 2,96 VIII Keuangan Persewaan, & Jasa 15,86 11,73 7,55 4,22 3,88 Perusahaan A Bank 16,24 14,89 1,86 0,60 7,85 B Lembaga Keuangan Tanpa 11,85 4,61 6,70 1,73 3,14 Bank D Sewa Bangunan 17,80 13,72 8,04 5,68 4,30 E Jasa Perusahaan 11,77 11,45 7,24 2,15 4,43 IX Jasa-Jasa 8,04 7,04 7,43 2,91 3,12 A Pemerintahan Umum 6,90 4,51 5,87 1,71 3,30 B Swasta 9,35 10,45 9,66 4,69 3,30 B1 Sosial Kemasyarakatan 17,10 15,60 6,60 2,42 6,70 B2 Hiburan & Rekreasi 14,09 16,97 7,50 1,26 3,86 B3 Perorangan & Rumah Tangga 8,74 9,84 9,94 4,99 3,09 PDRB Dengan Migas 11,04 8,56 6,75 3,95 4,43 PDRB Tanpa Migas 11,04 8,56 6,75 3,95 4,43 Sumber: BPS Kab. Klungkung, 2013(PDRB Kab. Klungkung 2013) II - 29

30 F. Distribusi pendapatan Gini rasio mencerminkan tingkat pemerataan pendapatan penduduk suatu daerah. Pendapatan dikatakan merata jika semua orang mendapatkan distribusi pendapatan yang sama rata, atau dengan kata lain Rasio Gini-nya adalah sama dengan nol (Gini Ratio = 0). Perkembangan gini rasio Kabupaten Klungkung mengalami fluktuasi dimana tahun 2008 hanya mencapai 0,2876 sedangkan di tahun 2013 meningkat menjadi 0,3473 termasuk katagori ketimpangan sedang. Berikut adalah arti nilai dari besaran gini rasio: Gini Rasio < artinya ketimpangan rendah 0.3 Gini Rasio 0.5 artinya ketimpangan sedang Gini Rasio > 0.5 artinya ketimpangan tinggi Tabel 2.20 Gini Rasio Kabupaten/Kota Di Bali Tahun Kabupaten/Kota T a h u n Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar B A L I Sumber : BPS Prov. Bali, 2013 (Bali Dalam Angka2013) Pertumbuhan ekonomi yang tinggibiasanya memang akan diikuti oleh melebarnya kesenjangan pendapatan. Kondisimelebarnya kesenjangan pendapatan di tahun 2011, juga tercermin dari hitungandengan menggunakan kriteria Bank Dunia. Pada tahun 2009, 40%penduduk berpendapatan rendah menerima lebih dari 22,15% total pendapatan,sedangkan di tahun 2010 mereka hanya menerima 20,75%. Untuk tahun 2011kesenjangan kembali terjadi dengan menurunnya kembali porsi 40% pendudukberpendapatan rendah yang hanya menjadi 17,20%. Namun demikian,kesenjangan yang terjadi masih bisa dikatakan rendahkarena besarnyapendapatan yang diterima oleh 40% penduduk berpendapatan rendah, masihmelebihi 17 persen total pendapatan.disamping itu, hasil penghitungan dengan menggunakan kriteria Bank Duniaadalah kondisi dimana persentase peningkatan penerimaan pendapatan ditahun2011 hanya terjadi pada 20% penduduk berpendapatan tinggi, sementara 40%penduduk berpendapatan sedang juga mengalami penurunan seperti halnya yangdialami oleh 40% penduduk berpendapatan rendah. Hal ini menunjukan bahwaperkembangan sektor tersier menciptakan nilai tambah yang jauh lebih besardibanding apa yang diciptakan oleh sektor primer di Provinsi Bali. II - 30

31 Tabel 2.21 Distribusi Pengeluaran Berdasarkan Kriteria Bank Dunia per Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun No Kabupaten/Kota Distribusi Pendapatan 40% penduduk 40% penduduk 20% penduduk pendapatan rendah pendapatan sedang pendapatan tinggi Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Kota Denpasar Provinsi Bali Sumber: BPS Provinsi Bali G. Indeks Ketimpangan Regional Untuk mengukur tingkat pemerataan pendapatan antar wilayah/regional,umumnyadigunakan Indeks Ketimpangan Regional/Indeks Ketimpangan Williamson. Dasarperhitungannya adalah dengan menggunakan PDRB per kapita yang dikaitkan denganjumlah penduduk masing masing daerah. Besarnya Indeks Ketimpangan Williamsonantara 0 (nol) sampai dengan 1 (satu). Jika Indeks Ketimpangan Williamsonmendekati 0, maka ketimpangan distribusi pendapatan antar wilayah / regional dalamkatagori rendah atau pertumbuhan ekonomi antar daerah cenderung merata. JikaIndeks Ketimpangan Williamson mendekati 1, maka ketimpangan distribusipendapatan antar wilayah/regional dalam kategori tinggi atau pertumbuhan ekonomiantar wilayah cenderung tidak merata. Secara umum dari tahun ,kesenjangan pendapatan antar wilayah kabupaten/kota di Provinsi Bali cenderungmeningkat, namun masih dalam katagori rendah. Indeks Ketimpangan Williamson pada tahun 2012 sebesar 0,36, meningkat dari tahun masing masingsebesar 0,35 dan dari tahun 2008 sebesar 0,34. Kondisi ini disebabkan oleh realitaketimpangtan potensi ekonomi, infrastruktur dan investasi antar kabupaten/kota diprovinsi Bali. Investasi dan infrastruktur yang lebih memadai cenderungterkonsentrasi di wilayah Bali Selatan (SARBAGITA), sehingga mendorong terjadinyamigrasi penduduk yang produktif ke wilayah tersebut dan selanjutnya berdampakkepada tidak optimalnya pemanfaatan potensi ekonomi daerah di wilayah Bali lainnya. II - 31

32 H. Kemiskinan Penduduk miskin adalah penduduk yang pendapatan perkapitanya kurang dari satu dolar/orang per hari atau penduduk yang pendapatannya kurang dari kilo kalori per orang/hari (BPS, 1998). Untuk itu, salah satu sasaran pembangunan adalah dalam rangka menekan jumlah penduduk miskin dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil Susenas Maret 2013, persentase penduduk miskin di Bali sedikit berkurangsebanyak 0,23 persen dari 4,18 persen pada Maret 2012 menjadi 3,95 persen. Demikian juga dari sisijumlah pada periode yang sama sedikit berkurang sebanyak 6,3 ribu orang(berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 39/07/51/Th. VII, 1 Juli 2013). Pada tahun 2010, di Kabupaten Klungkung jumlah penduduk miskin sebanyak jiwaatau sebesar 7,58% kemudian di tahun 2011menurun menjadi jiwa atau sebesar 6,10%dan terus mengalami penurunan dimana tahun 2012 tersisa jiwa atau sebesar 5,37%. Penentuan penduduk miskin oleh Badan Pusat Statsitik (BPS), didahului oleh penentuan GarisKemiskinan (GK) sebagai besaran nilai pengeluaran yang dibutuhkan penduduk untuk memenuhikebutuhan dasar makanan dan non makanan. Terdapat dua komponen untuk menghitung GarisKemiskinan (GK) yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan(GKNM). Selanjutnya penduduk miskin ditentukan berdasarkan posisi rata-rata pengeluaran per kapitaper bulan terhadap Garis Kemiskinan. Penduduk dengan rata-rata pengeluaran per kapita per bulandibawah garis kemiskinan (GK) tergolong penduduk miskin. Dilihat dari Garis Kemiskinan per Kapita (Rp) per Bulan di Kabupaten Klungkung terus mengalami peningkatan, dimana tahun 2008 sebesar Rp. 175,268,- meningkat menjadi Rp ,- di tahun 2009 dan tahun 2010 menjadi Rp ,- tahun 2011 meningkat menjadi Rp ,- dan tahun 2012 mencapai Rp ,-.Sedangkan dilihat dari keparahan kemiskinan (P2) tahun 2010 sebesar 0,26 menurun menjadi 0,16 di tahun 2012 (BPS Provinsi Bali 2014). Tabel 2.22 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kotadi Provinsi BaliTahun Kabupaten / Kota Jumlah Penduduk Miskin (000) Persentase Penduduk Miskin (%) Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar B A L I Sumber: BPS Prov, Bali (Bali Dalam Angka2014,berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Juli) Diakses dari : tanggal 13 Mei 2014 II - 32

33 Berdasarkan Pendataan Program Perlindungan Sosial tahun 2008 (PPLS08) yangdilaksanakan oleh BPS, jumlah rumahtangga sangat miskin, miskin dan hampir miskin di Provinsi Bali masing-masing berjumlah , , dan rumahtangga dengan jumlah keseluruhan sebanyak rumahtangga. Bila dilihatper kabupaten/kota, kebanyakan rumahtangga sangat miskin, miskin dan hampir miskin berada di Kabupaten Buleleng dan Karangasem. Pada tahun 2011Pemerintah Indonesia (BPS) kembali melaksanakan pendataan pada sekitar 40%penduduk yang berpenghasilan paling rendah di semua provinsi. Tujuan daripendataan tersebut adalah dalam rangka memberikan perlindungan sosial kepadamasyarakat termasuk kelompok masyarakat yang rentan miskin, misalnya pemberianbantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) ketika ada kenaikan harga bahanbakar minyak. Untuk Provinsi Bali jumlahnya adalah rumahtangga yang terdiridari RT sangat miskin, RT miskin, RT hampir miskin dan RT rentan miskin. Tabel 2.23 Jumlah Rumah Tangga Sasaran Menurut Kriteria Kemiskinan per Kecamatan Kabupaten Klungkung, Tahun 2011 No. Kecamatan Kelompok 1 (sangat miskin) Kriteria Kelompok 2 (miskin) Kelompok 3 (rentan miskin) Total Jumlah RT 1 Nusa Penida Banjarangkan Klungkung Dawan Kab. Klungkung Sumber: TNP2K: Data PPLS tahun Fokus Kesejahteraan Sosial A. Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator untuk mengetahui tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang mencerminkan status kemampuan dasar penduduk, meliputi: Angka Usia Harapan Hidup (AHH) untuk mengukur peluang hidup; rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf untuk mengukur status tingkat pendidikan; serta pengeluaran rill perkapita untuk mengukur akses terhadap sumberdaya untuk mencapai standar hidup layak. IPM memberikan suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia: (1). Indeks kesehatan: Panjang umur dan menjalani hidup sehat (diukur dari usia harapan hidup); (2). Indeks pendidikan : Terdidik (diukur dari tingkat kemampuan baca tulis orang dewasa dan tingkat pendaftaran di sekolah dasar, lanjutan dan tinggi); dan (3). Indeks daya beli : Memiliki standar hidup yang layak (diukur dari paritas daya beli/ PPP, penghasilan). II - 33

34 Tabel 2.24 Indeks Pembangunan Manusia dan Komponennya Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2012 Kabupaten / Kota AHH (e0) AMH RLS PPP (Rp 000) IPM 1. Jembrana 71,95 91,36 7,86 637,96 73,62 2. Tabanan 74,55 90,86 8,39 640,54 75,55 3. Badung 71,91 93,01 9,47 644,94 75,69 4. Gianyar 72,22 88,79 8,90 644,69 74,49 5. Klungkung 69,20 84,15 7,43 658,53 71,76 6. Bangli 71,81 85,83 6,68 642,64 71,80 7. Karangasem 68,00 76,03 5,88 654,46 67,83 8. Buleleng 69,53 89,94 7,54 640,64 71,93 9. Denpasar 73,12 97,52 10,94 649,48 78,80 Bali 70,84 90,17 8,57 640,86 73,49 Sumber: BPS Prov. Bali, 2013 (Bali Dalam Angka2013) AHH = Angka Harapan Hidup; AMH = Angka Melek Huruf; RLS = Rata-rata lama sekolah; PPP = Paritas Daya Beli Angka IPM Kabupaten Klungkung tahun 2012 sebesar 71,76 meningkat dibandingkan tahun 2010 sebesar 70,54, Beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur IPM diantaranya adalah Angka Harapan Hidup (AHH) yang meningkat dari 69,10 tahun 2010 menjadi 69,20 tahun 2012, Angka Melek Huruf juga meningkat dari 82,09 tahun 2010 menjadi 84,15. Rata rata Lama Sekolah juga mengalami peningkatan dari 7,11 tahun 2010 menjadi 7,43 tahun Dilihat dari IPM, Kabupaten Klungkung menempati urutan ke 7 (tujuh) sedikit lebih tinggi dari Kabupaten Karangasem. IPM Kabupaten Klungkung berada di bawah rata-rata Provinsi Bali. Untuk itu tantangan peningkatan sumber daya manusia sesuai dengan indikator IPM adalah peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan serta peningkatan daya beli masyarakat. B. Angka Usia Harapan Hidup Variabel lain dari mortalitas adalah usia harapan hidup (UHH), sebagai salah satu indikator penting bidang kesehatan yang menentukan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Secara konsepsi angka harapan hidup diartikan sebagai rata-rata jumlah tahun hidup yang dapat dijalani oleh seseorang sejak lahir hingga akhir hidupnya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi angka harapan hidup adalah lingkungan, status sosial ekonomi penduduk, keberadaan fasilitas dan tenaga kesehatan, serta keadaan status gizi penduduk. Dalam konsep perencanaan pembangunan, angka harapan hidup digolongkan mewakili indikator kesehatan dalam menilai tingkat kesejahteraan penduduk.usia harapan hidup di Kabupaten Klungkung dalam empat tahun terakhir ( ) cenderung meningkat secara siginifikan dari 69,05 pada tahun 2009 menjadi 69,07 pada tahun 2009 dan meningkat lagi menjadi 69,07 pada tahun 2010, capaian ini meningkat lagi pada tahun 2011 yaitu 69,10 dan di tahun 2012 menjadi 69,20. Kondisi tersebut II - 34

35 menggambarkan bahwa kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat meningkat. C. Angka Partisipasi Sekolah Upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Klungkung di bidang pendidikan telah menunjukkan hasil yang cukup baik, meskibelum dapat menuntaskan seluruh permasalahan dibidang pendidikan seperti disajikan pada tabel berikut. Tabel 2.25 Angka Partisipasi Sekolah Tahun Uraian * Angka Melek Huruf 81,00 80, ,15 - Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 7,03 7,11 7,35 7,43 - Rasio Murid dgn Guru a. SD b. SMP c. SMA Angka Partisipasi Sekolah a ,69 99,65 99,13 100,00 99,96 b ,97 95,89 97,21 93,84 100,03 c ,51 69,24 75,07 71,29 77,99 Sumber: BPS Kab. Klungkung, 2013(Klungkung Dalam Angka2013) *) Angka Sementara Daerah, Sumber:Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kab. Klungkung 2014 Tahun 2012, Angka Partisipasi Kasar (APK): SD/MI sebesar 103,29 SMP/MTs sebesar88,64; SMA sebesar103,49; dan Perguruan Tinggi sebesar13,85. Pencapaian Angka Partisipasi Murni (APM): SD/MI sebesar92,82; SMP/MTs sebesar67,88; SMA sebesar70,00; dan Perguruan Tinggi sebesar5,69. Angka Partisipasi Sekolah (APS): SD/MI sebesar99,13; SMP/MTs sebesar97,21; SMA/MA sebesar75,07; dan Perguruan Tinggi sebesar8,10. Sedangkan tahun 2011 Pencapaian Angka Partisipasi Kasar (APK): SD/MI sebesar103,04; SMP/MTs sebesar 99,12; SMA sebesar71,93; dan SMK sebesar38,07. Pencapaian Angka Partisipasi Murni (APM): SD/MIsebesar 90,43; SMP/MTs sebesar78,46; SMA sebesar50,75; dan SMK sebesar26,99. Angka Melanjutkan Pendidikan: SD/MI sebesar102,44;dan SMP/MTs sebesar105,15. D. Angka Rata-rata Lama Sekolah dan Angka Melek Huruf Angka rata-rata lama sekolah merupakan jumlah tahun belajar penduduk usia 15 tahun ke atas yang telah diselesaikan dalam pendidikan formal (tidak termasuk tahun yang mengulang). Untuk menghitung Rata-rata Lama Sekolah dibutuhkan informasi: (a). Partsipasi sekolah; (b). Jenjang dan jenis pendidikan yang pernah/sedang diduduki; (c). Ijasah tertinggi yang dimiliki; dan (d). II - 35

36 Tingkat/kelas tertinggi yang pernah/sedang diduduki. Tingginya angka Rata-rata Lama Sekolah menunjukkan jenjang pendidikan yang pernah/sedang diduduki oleh seseorang. Semakin tinggi angka Rata-rata Lama Sekolah maka semakin lama/tinggi jenjang pendidikan yang ditamatkannya. Angka Melek Huruf (AMH) adalah persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari. Angka Melek Huruf (AMH) dapat digunakan untuk: Mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, terutama di daerah pedesaan di Indonesia dimana masih tinggi jumlah penduduk yang tidak pernah bersekolah atau tidak tamat SD. Menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai media. Menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Sehingga angka melek huruf dapat berdasarkan kabupaten mencerminkan potensi perkembangan intelektual sekaligus kontribusi terhadap pembangunan daerah. Berdasarkan data BPS Prov. Bali (Bali Dalam Angka 2013)AMH Kabupaten Klungkung tahun 2012 mencapai 84,15 lebih rendah dari Kabupaten Bangli, dan lebih rendah dari rata-rata Provinsi Bali. Ini mencerminkan bahwa masih banyak atau sekitar 15,85 % penduduk Kabupaten Klungkung masih buta huruf. Sedangkan angka rata-rata lama sekolah Kabupaten Klungkung tahun 2012 mencapai 7,43 tahun. Angka ini masih jauh dari harapan dalam rangka mengejar pendidikan wajib belajar 12 tahun. Sedangkan rata-rata Provinsi Bali adalah 8,57 tahun dan Denpasar telah melampoi wajib belajar 9 tahun yaitu 10,94 tahun. E. Angka Kematian Bayi dan Balita Angka Kematian (mortality rate) dalam suatu kelompok populasi dapat menggambarkan kondisi kesehatan masyarakatnya. Keberhasilan pelayanan kesehatan dan berbagai program kesehatan lainnya dapat diukur melalui tingkat kematian yang terjadi, antara lain melalui angka kematian bayi dan balita serta angka kematian ibu maternal. Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berumur tepat satu tahun, sedangkan angka kematian balita menggambarkan kejadian kematian pada fase antara kelahiran sampai sebelum umur 5 tahun. Angka kematian bayi tahun 2008adalah7,03 per 1000 kelahiran hidup sedangkan tahun 2013sebesar 10,06per 1000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian bayi tahun 2013 adalah BBLR, Asfiksia, Sepsis dan Aspirasi. II - 36

37 Tabel 2.26 Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 Kelahiran Hidup di Kabupaten Klungkung Tahun Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Klungung 2014 No. Tahun Angka Kematian Bayi , , , , , ,60 AKB di Provinsi Bali dari tahun 1986sampai dengan tahun 2012 menunjukan kecenderungan menurun dan sudahlebih rendah dari angka kematian bayi secara nasional.tapi tahun 2011 terjadipeningkatan menjadi 7,21 per kelahiran hidup, tahun 2012 menurunkembali menjadi 5,09 per kelahiran hidup. Angka ini tetap lebih rendahdibandingkan dengan AKB nasional yang masih menggunakan angka hasilsdki 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup. Dari angka 5,09 per 1.000kelahiran hidup, diketahui bahwa 5,74 per kelahiran hidup berjeniskelamin laki-laki dan 4,42 per kelahiran hidup berjenis kelaminperempuan. Salah satu penyebabnya menurunnya angka kematian bayidiprediksi sebagai pengaruh dari berlakunya Jampersal dan Jaminan KesehatanMasyarakat Bali (JKBM), yang menyebabkan semakin meningkatnyamasyarakat memeriksakan kesehatan pada pelayanan kesehatan (Dinas Kesehatan Propinsi Bali 2013: Profil Kesehatan Provinsi Bali 2013). Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah anak yang meninggalsebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000kelahiran hidup. AKABA mempresentasikan peluang terjadinya kematian padafase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun.millenium Development Goals (MDGs) menetapkan nilai normatif AKABA,yaitu sangat tinggi dengan nilai > 140, tinggi dengan nilai , sedangdengan nilai dan rendah dengan nilai <20. Sesuai dengan profilkesehatan Kabupaten/Kota tahun 2012, capaian nilai AKABA sebesar 5.44 per1.000 kelahiran hidup. Angka ini jika dibandingkan dengan nilai normatif AKABApada target MDGs termasuk kategori rendah karena <20(Dinas Kesehatan Propinsi Bali 2013: Profil Kesehatan Provinsi Bali 2013). Kematian balita di Kabupaten Klungkung pada tahun 2012 sebesar 8,2 sudah menurun dibanding tahun 2011 sebesar 10,2 per 1000 kelahiran hidup (sebanyak 30 Balita) meningkat dibandingkan tahun 2010 sebesar 6,30 per 1000 kelahiran hidup yaitu sebanyak 18 balita, lebih baik dari target MDGs sebesar 44/1000 kelahiran hidup maupun target nasional 32/1000 kelahiran hidup di tahun 2015 (Dinas Kesehatan Kab. Klungkung 2013). II - 37

38 F. Angka Kematian Ibu (AKI) Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) per kelahiran hidup.angka kematian ibu maternal (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu terkait dengan masa kehamilan, persalinan dan masa nifas. Angka kematian ibu maternal di Kabupaten Klungkung selama periode tahun cenderung berfluktuatif.angka Kematian ibu maternal pada tahun 2008 sebesar 140,6 per , terjadi penurunan di tahun 2009 menjadi 103,41 hingga tahun 2010 AKI mencapai angka 70 per kelahiran hidup, namun meningkat lagi pada tahun 2011 menjadi 102 per kelahiran hidup (3 kematian dari lahir hidup). Dari 3 kasus kematian ibu yang terjadi pada tahun 2011 di 2 kasus di sebabkan karena eklamsi dan 1 kasus disebabkan oleh emboli air ketuban. Kasus kematian maternal terjadi di wilayah Puskesmas Nusa Penida II sebanyak 2 Kasus dan wilayah Puskesmas Klungkung I sebanyak 1 kasus. Sedangkan di tahun 2012 angka kematian ibu meningkat menjadi 135,23/per LH. Capaian AKI di Provinsi Bali Tahun2012 sebesar 89,67 per KH, jauh lebih rendah jika dibandingkandengan target MDGs tahun 2015 sebesar 102 per KH dan juga lebihrendah dibandingkan terget nasional tahun 2010 yaitu sebesar 110 per KH dan bahkan seluruh Kabupaten/Kota di provinsi Bali telah mencapaitarget(dinas Kesehatan Propinsi Bali 2013: Profil Kesehatan Provinsi Bali 2013). Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Klungkung tahun 2012 mencapai 135,23 lebih tinggi dari capaian tahun 2011 yang sebesar 101,98 (Laporan Capaian SMP Dinas Kesehatan 2013). Indikator capaian pembangunan kesehatan di Kabupaten Klungkung seperti cakupan kunjungan ibu hamil (K4) tahun 2012 sebesar 95,21% lebih baik dari tahun 2011 mencapai 91,10 persen, lebih rendah dari Kota Denpasar, seperti terlihat grafik berikut. Gambar2.7 Grafik Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) Provinsi Bali Tahun 2012 Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2013 II - 38

39 Kematian ibu dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya karena anemia. Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi pada masa kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi. Cakupan pemberian tablet Fe3 pada ibu hamil di Kabupaten Klungkung tahun 2011 mencapai 91,08 persen lebih rendah dari Kabupaten Gianyar, seperti terlihat grafik berikut. Gambar 2.8 Grafik Cakupan Pemberian Tablet Fe3 Pada Ibu Hamil Provinsi Bali Tahun 2011 Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2012 Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Klungkung tahun 2012 mencapai 94,9% meningkat dibanding tahun 2011 sebesar 92,54%. Angka ini lebih rendah dari rata-rata di Provinsi Bali yaitu 97,06%. Oleh karena itu tantangan ke depan adalah memberikan perhatian khusus pada penyediaan pelayanan yang memadai dan berkelanjutan dengan penekanan pada ketersediaan penolong persalinan terlatih. Aktivitas masyarakat ditekankan pada upaya untuk menjamin bahwa wanita dan bayi baru lahir memperoleh akses terhadap pelayanan, mengusahakan setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapatkan pelayanan yang memadai, dan setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. II - 39

40 Gambar 2.9 Grafik Cakupan Persalinan Yang Ditolong Tenaga Kesehatan Kabupaten/Kota diprovinsi Bali Tahun 2012 Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2013 Cakupan kunjungan neonatus adalah cakupan neonatus (bayi 0-28 hari) yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar minimal 2 (dua) kali di sarana pelayanan kesehatan maupun kunjungan rumah. Jika dibandingkan dengan target yang ditentukan 82 % di Provinsi Bali, capaian di Kabupaten Klungkung telah mencapai 99,52 % (tahun 2012). Hal ini menunjukkan pelayanan kesehatan bayi neonatus sudah cukup baik. Tantangan ke depan yang harus diperhatikan adalah upaya mempertahankan kondisi ini agar petugas kesehatan harus pro-aktif memantau bayi neonatus di Kabupaten Klungkung. Gambar 2.10 Grafik Cakupan Kunjungan Neonatus (KN Lengkap) Kabupaten/Kota diprovinsi Bali Tahun 2012 Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2013 Cakupan pelayanan kesehatan bayi di Kabupaten Klungkung tahun 2012 telah mencapai 98,72 menempati urutan ke tiga setelah Kabupaten Bangli dan Buleleng, sedangkan paling rendah yaitu Kota Denpasar sebesar 79,56. II - 40

41 Gambar 2.11 Grafik Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Kabupaten/Kota diprovinsi Bali Tahun 2012 Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2013 Sedangkan untuk pelayanan Balita tahun 2012 sebesar 75,26 menempati urutan ke empat setelah Kabupaten Badung, Tabanan, Jembrana, dan Bangli. Sedangkan paling rendah yaitu Buleleng sebesar 44,88. Gambar 2.12 GrafikCakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Kabupaten/Kota diprovinsi Bali Tahun 2012 Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2013 II - 41

42 N0 Tabel 2.27 Capaian SPM Kesehatan Kabupaten Klungkung Tahun Indikator Target SPM Persentase Hasil Pencapaian Target Tahun (%) Angka kematian Ibu/ LH ,59 103,41 70,65 101,98 135, Angka Kematian Bayi/1000 LH - 7,03 8,96 5,95 9,18 6,76 10,6 3 Angka kematian neonatus 0,68 3,00 9,13 6,2 10,2 7,4-4 Cakupan kunjungan Bumil K4 95% 94,92 92,49 88,12 91,8 95,2 92,2 5 Persalinan oleh tenaga kesehatan 90% 92,23 92,95 89,95 92,54 96,4 94,9 6 Cakupan kunjungan neonatus 90% 93,98 96,67 91,7 100, ,2 7 Cakupan kunjungan bayi 90% 105,79 106,7 109,62 183,63 103,4 101,3 8 Cakupan bayi berat lahir rendah (BBLR) 9 Cak Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita dan Pra Sekolah (DDTK) 10 Cak. Pemeriksaan siswa SD oleh Nakes 11 Cakupan pelayanan kesehatan remaja - 2,11 2,59 42,56 4,1 3,8 3,8-90,62 97,95 96, ,05 66,39 46,52 90,8 96, Cakupan peserta aktif KB 70% 18,22 16,52 59,09 13 Balita bawah garis merah (BGM) - 86,82 87,87 85,1 85,92 84,9 87,5 14 Balita Gizi Buruk (BB/U) - 2,3 3,7 1,59 0,7 0,52 0,5 15 Balita gizi buruk dapat perawatan - 0,01 0,02 0,03 0,6 0,52 0,54 16 Balita naik berat badan Cakupan Bumil mendapat 90 tablet Fe 18 Cak. Balita dapat kapsul Vit A (2 kali) 19 Cak. Pemberian MP-ASI Bayi BGM Gakin 95% 79,61 80,81 81,17 84,3 85,01 77,5 80% 94,99 92,49 88,12 91,08 95,21 92,21 100% 99, Rumah tangga sehat 85% ,71 21 Bayi mendapat ASI-Eksklusif - 86,54 78,11 85,25 92,3 89,08 58,1 22 Desa dengan garam beryodium baik - 36,48 38,35 41,08 56,08 62,04-23 Posyandu Purnama - 39,66 31,03 27, ,7 24 Cakupan JPKM pra bayar ,44 66,09 66, Cak JPK Gakin dan masyarakat rentan - 27,38 27, Rawat Jalan 15% 61, , ,99 50,07 27 Rawat Inap 1,5% 1,36 1,26 1,63 1,53 1,66 2,03 28 Ibu hamil resti dirujuk 29 Pelayanan gangguan jiwa di sarkes umum 30 Akses ketersediaan darah bagi Bumil dan Neonatus yang dirujuk 15% 0,37 0,91 0,38 1,32 0,84 1, II - 42

43 N0 Indikator 31 Ibu hamil resti/komplikasi ditangani 32 Neonatal resti/komplikasi ditangani 33 Penyuluhan NAPZA oleh petugas kesehatan 34 Ketersediaan obat sesuai kebutuhan Target SPM Persentase Hasil Pencapaian Target Tahun (%) ,99 53,99 65,09 79,9 87,9 8,47-8,67 8,67 13,7 64,1 63,7 60, , ,8 90% ,42 86,73 35 Pengadaan obat esensial 100% ,42 80,43 36 Pengadaan obat generik 100% , ,82 37 Penulisan resep obat generik 90% 98,7 97,79 98,86 98,9 99,21 98,85 38 Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat dapat diakses masyarakat. 100% Imunisasi dasar/ UCI 100% tingkat Drop out imunisasi - - 0,3 0,8 0,2 6,03 0,3 40 Desa/kelurahan mengalami KLB ditangani<24 jam Kecamatan bebas rawan gizi Acute Flacid Paralysis (AFP)/ pdk<15 th Penderita malaria diobati 100% Penderita kusta selesai berobat (RFT) rate < ,48 0,43 0,38 0,43 45 Penderita DBD ditangani 100% Angka kesembuhan Penyakit TB BTA (+) 47 Cak. Balita dengan diare ditangani 48 Cak. balita dengan pneumonia ditangani 85 62,86 97, ,34 42,11 100% % ,5 4,4 34,27 45,53 49 Klien HIV/AIDS ditangani Infeksi Menular Seksual ditangani 100% 94, Rumah bebas jentik nyamuk Aedes 95% 89,5 94, ,16 94,27 93,67 52 Institusi dibina 80% ,3 53 Tempat umum memenuhi syarat 85% Umur Harapan Hidup (UHH) 72 69,00, 69,05 69,07 69,15 69,20 - Sumber: Dinkes. Klungkung, 2014 G. Penyakit Menular dan Potensial KLB/Wabah Penyakit menular merupakan salah satu indikator morbiditas, yaitu angka kesakitan yang terjadi di masyarakat yang menggambarkan status kesehatan masyarakat. Berikut ini gambaran umum beberapa penyakit menular di Klungkung. II - 43

44 a. Penyakit ISPA Penyakit menular ISPA pada umumnya berada pada urutan pertama pada daftar 10 penyakit terbanyak yang menjadi salah satu penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Pengendalian penyakit ISPA lebih difokuskan pada penangan dini terhadap penderita pneumonia balita yang ditemukan melalui managemen terpadu balita sakit (MTBS). Angka prevalensi pneumonia balita tahun 2011 adalah 4,53anak Balita mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010 sebesar 4,7anak Balita. Penanganan penderita pnemonia pada anak balita sudah mencapai 100% dari target 86%. b. Penyakit Malaria API (Angka Anual Parasit Insiden) di Kabupaten Klungkung masih dibawah target yang ditentukan (target API Malaria <1 per 1000 penduduk). Pada tahun 2011 API sebesar 0,01 per 1000 penduduk menurun dibandingkan tahun 2010 sebesar 0,05 per 1000 penduduk. c. Penyakit Tb BTA (+) Milenium Development Goals (MDGs) menjadikan penyakit TB paru sebagai salah satu penyakit yang menjadi target untuk diturunkan selain malaria dan HIV/AIDS. Prevalensi TB di Kabupaten Klungkung tahun 2008 sampai 2011 cenderung menunjukkan peningkatan. Gambar 2.13 GrafikPrevalensi TB di Kabupaten Klungkung Tahun (Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung, 2012) d. Penyakit IMS dan HIV/AIDS Penanggulangan PMS, HIV/AIDS ditujukan pada penderita yang ditemukan juga diarahkan pada upaya preventif melalui penemuan penderita yang dilanjutkan dengan konseling (VCT). Penderita infeksi menular seksual di sarana pelayanan kesehatan tahun 2011 dilaporkan sebanyak 57 penderita HIV dan 74 Penderita AIDS. Terdapat 12 orang yang meninggal oleh karena HIV. Hasil pelaksanaan surveilans HIV/AIDS pada pendonor darah menunjukkan bahwa infeksi HIV/AIDS positif di Kabupaten Klungkung pada tahun 2011 sebesar 0,20% (4 orang dari II - 44

45 2.008 sampel darah yang diperiksa).menurut yang diakses tanggal 27 Mei :56:25WIB menyebutkan hingga bulan Agustus 2013, jumlah pengidap kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Klungkung telah mencapai 191 orang, 130 orang di antaranya pria. Dari jumlah itu pula, 9 kasus ditularkan dari ibu kepada bayinya, 9 kasus karena penggunaan narkoba melalui jarum suntik, dan 22 kasus dari pasangan berisiko tinggi.besaran kasus HIV dan AIDS juga dapat dlihat dengan menggunakan Case Rate AIDS yangdiperoleh dengan membandingkan jumlah kasus kumulatif terhadap jumlahpenduduk per penduduk. Case Rate AIDS Bali secara nasional padatahun 2009 termasuk tertinggi ke kedua sebesar 45,4 setelah Papua.Sedangkan tahun 2010 Case Rate Provinsi Bali sebesar 24,05 per penduduk tahun 2011 sebesar 14,03 per penduduk, tahun 2012meningkat menjadi 16,41 per penduduk dengan jumlah kematiankeseluruhan 22 orang 16 diantaranya berjenis kelamin laki-laki (Dinas Kesehatan Prov. Bali 2013: Profil Kesehatan Prov. Bali 2013). e. Penyakit Kusta Indonesia sudah mencapai eleminasi penyakit kusta pada tahun 2000, namun demikian di Kabupaten Klungkung penyakit kusta masih menjadi masalah kesehatan. Angka prevalensi penderita kusta di Kabupaten Klungkung mulai meningkat dan diatas target <1/ penduduk mulai tahun Angka prevalensi kusta pada tahun 2011 sebesar 0,4 per penduduk menurun dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 1,64 per penduduk. Angka penemuan penyakit kusta tahun 2011 sebesar 4,86 per penduduk. Jumlah penderita kusta yang selesai berobat (RFT Rate) mencapai 75% masih dibawah target 90%. Pada tahun 2011, di Provinsi Bali ditemukan kasus baru kusta sebesar 65orang penderita, 13 orang penderita kusta PB dan 52 orang penderita KustaMB. Dari 65 orang tersebut, sebagian besar (42 orang) berjenis kelaminlaki-laki dan sisanya 23 orang berjenis kelamin wanita. Sedangkan tahun 2012ditemukan kasus baru kusta sebanyak 84 penderita (7 orang kusta PB dan 77orang kusta MB), 47 orang diantaranya laki-laki Kalau digabungkan dengankasus sebelunya, jumlah kasus keseluruhan berjumlah 188 orang, 105 orangdiantaranya berjenis kelamin laki-laki dan 83 orang berjenis kelaminperempuan dan angka prevalensi secara keseluruhan sebesar 0,45 per penduduk. Sedangkan angka penemuan kasus baru (NCDR) tahun 2012 sebesar 2,08 per penduduk (Dinas Kesehatan Prov. Bali 2013: Profil Kesehatan Prov. Bali 2013). II - 45

46 f. Campak Campak adalah penyakit yang sangat potensial untuk menimbulkan wabah. Penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian imunisasi campak. Sebelum imunisasi campak dipergunakan secara luas di dunia hampir setiap anak dapat terinfeksi campak. Kasus campak dengan gizi buruk akan meningkatkan angka kematian campak. Indonesia adalah negara ke empat terbesar penduduknya di dunia yang memiliki angka kesakitan campak sekitar satu juta pertahun dengan kematian, yang menyebabkan Indonesia menjadi salah satu dari 47 negara prioritas yang di identifikasi oleh WHO dan UNICEF untuk melaksanakan akselerasi dan menjaga kesinambungan dari reduksi campak. Strategi untuk kegiatan ini adalah cakupan rutin yang tinggi (> 90%) di setiap Kabupaten/Kota serta memastikan semua anak mendapatkan kesempatan kedua untuk imunisasi campak. Program imunisasi campak di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1984 dengan kebijakan memberikan 1 dosis pada bayi usia 9-12 bulan. Saat ini kegiatan pengendalian campak di Indonesia adalah dengan imunisasi rutin pada bayi usia 9-12 bulan dan melalui kegiatan BIAS pada anak kelas 1 sekolah dasar.capaian imunisasi campak di Kabupaten Klungkung tahun 2011 mencapai 101,49%. Angka ini di atas target WHO sebesar 90%, namun secara regional Provinsi bali masih di bawah Kabupaten Jembrana dan Badung. Tantangan ke depan adalah upaya peningkatan pemberian imunisasi guna mencegah timbulnya kasus di Kabupaten Klungkung. Gambar 2.14 Grafik Cakupan Imunisasi Campak Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2011 Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2012 g. TBC Prevalensi TBC adalah banyaknya kasus TBC per penduduk. Angka kematian karena TBC adalah banyaknya kematian karena TBC II - 46

47 per penduduk. Kasus TBC didefinisikan sebagai pasien yang secara klinis telah positif terdiagnosis mengidap TBC. Di Indonesia bahkan tercatat sebagai negara penyumbang kasus TBC nomor empat di dunia setelah India, China dan Afrika Selatan. Diperkirakan ada 430 ribu kasus TBC baru dan 169 orang di antaranya meninggal setiap hari ( 21 Mei 2012). Angka prevalensi TB di Kabupaten Klungkung sebesar 57,75 di atas rata-rata Provinsi Bali sebesar 43,06. Gambar 2.15 Grafik Prevalensi TB Per PendudukMenurutKabupaten/Kota diprovinsi Bali Tahun 2011 Sumber: Dinasl Kesehatan Provinsi Bali, 2012 Angka case detection rate TB paru di Kabupaten Klungkung juga menempati urutan paling kecil yaitu 61,96 % sedangkan capaian Provinsi Bali sebesar 63,64. Gambar 2.16 GrafikCase Detection Rate TB Paru MenurutKabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2011 Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2012 II - 47

48 Penyakit yang tergolong potensial KLB/wabah antara lain: a. Demam Berdarah Dengue(DBD) Di Kabupaten Klungkung kejadian kasus DBD pada tahun 2008 masih menyebar secara sporadis namun dibeberapa desa sudah termasuk katagori daerah endemis.insiden rate DBD di Kabupaten Klungkung pada tahun 2004 sebesar 6,0 per penduduk meningkat tajam pada tahun 2006 sebesar 80 per penduduk, namun secara signifikan berhasil diturunkan menjadi 39,4 (2007) dan menurun lagi menjadi 33,6 per penduduk tahun Semua kasus DBD telah dapat ditangani seluruhnya dengan angka kematian(case fatality rate) DBD pada tahun 2008 sebesar 0%. Hal ini menggambarkan bahwa upaya penanganan penderita demam berdarah dengue (DBD) sudah baik namun masih terjadi kendala dalam pengendalian nyamuk aedes aegypti. Angka Incidence Rate DBD pada tahun 2012 sebesar 26,81 per penduduk dimana terdiri dari laki-laki berjumlah 34,39 per penduduk, sedangkan perempuan berjumlah 18,97 per penduduk. Angka Case Fatality Rate DBD sebesar 0%. Angka Kesakitan Malaria (Annual Parasit Incidence) sebesar 0.01per penduduk dimana terdiri dari laki-laki 0,01 per penduduk, perempuan 0,00 per penduduk. Angka Case Fatality Rate Malaria 0%. Angka Kesakitan Filariasis sebesar 0% per penduduk. Di Provinsi Bali tahun 2011, terdapat kasus, kasus diantaranyaberjenis kelamin laki-laki dan sisanya (1.331) kasus berjenis kelaminperempuan, dengan jumlah kematian 8 orang, menurun dibandingkan tahun2010 sebanyak 35 orang. Sedangkan tahun 2012 terjadi penurunan kasusnamun tidak singnifikan menjadi kasus, diantaranya berjeniskelamin laki-laki dan berjenis kelamin perempuan. Dengan demikian IRDBD pada tahun 2012 sebesar 65,55 per penduduk dengan CFR 0,30%, menurun dibandingkan tahun 2011 sebesar 75,1 per pendudukdengan CFR sebesar 0,27% (Dinas Kesehatan Prov. Bali 2013: Profil Kesehatan Prov. Bali 2013). b. Rabies Rabies adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus rabies yangditularkan melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing, kelelawar, kera,musang dan srigala yang di dalam tubuhnya mengandung virus rabies.penyakit dengan CFR tinggi ini terus menyebar ke berbagai wilayah diprovinsi Bali. Sampai dengan akhir tahun 2012, seluruh Kabupaten/Kota diprovinsi Bali sudah terdapatkasus rabies. II - 48

49 Tabel 2.28 Kasus (Ks) dan Positif Rabies (Pos) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun No Kabupaten/Kota Ks Pos Ks Pos Ks Pos Ks Pos Ks Pos 1 Denpasar Badung Tabanan Gianyar Karangasem Klungkung Bangli Jembrana Buleleng Jumlah Sumber: Dinas Kesehatan Prov. Bali, 2013 (Profil Kesehatan Prov. Bali 2013). H. Konsumsi Garam Yodium Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka penanggulangan GAKYadalah memasyarakatkan penggunaan garam beryodium untuk semua desa dengan target 100 % yang didukung dengan pelaksanaan pemantauan dan KIE secara Intensif dan peningkatan kualitas bahan makanan sebagai sumber zat yodium terutama bahan pangan laut (ikan, rumput laut dll). Hasil pemantauan MGB (Monitoring Garam Beryodium) yang dilaksanakan pada bulan Agustus Tahun 2012menunjukkan bahwa dari 58 desa sampel yang dilakukan survey MGB ternyata mendapatkan hasil hanya 19 desa (32,76 %) termasuk desa baik atau telah menggunakan garam beryodium sehari-hari.sedangkan untuk cakupan Gayo (garam beryodium)tingkat rumah tangga di Kabupaten Klungkung tahun 2012 dari sampel 300 RT diperoleh hasil sejumlah 206 RT ( 68,67 % ) yang memenuhi syarat Gayo RT. Hal ini menunjukkan Cakupan RT yang mengkonsumsi Gayo di Kabupaten Klungkung pada tahun 2012 baru mencapai 68,67 % dari target 80%. Hasil pemantauan MGB (Monitoring Garam Beryodium) yang dilaksanakan pada bulan Agustus Tahun 2013 menunjukkan bahwa dari 58 desa sampel yang dilakukan survey MGB ternyata mendapatkan hasil sebanyak28 desa (48,28%) termasuk desa baik atau telah menggunakan garam beryodium sehari-hari, atau meningkat sebanyak 15,52 % dari tahun sebelumnya. I. Penyakit Tidak Menular Secara nasional menurut hasil riset dasar kesehatan (Rikesdas) tahun 2013, penyakit tidak menular, terutama hipertensi terjadi penurunan dari 31,7 persen tahun 2007 menjadi 25,8 persen tahun Asumsi terjadi penurunan bisa bermacam-macam mulai dari alat pengukur tensi yang berbeda sampai pada kemungkinan masyarakat sudah mulai datang berobat ke fasilitas kesehatan. Terjadi peningkatan prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara (apakah pernah didiagnosis nakes dan minum obat hipertensi) dari 7,6 persen tahun 2007 menjadi II - 49

50 9,5 persen tahun Hal yang sama untuk stroke berdasarkan wawancara (berdasarkan jawaban responden yang pernah didiagnosis nakes dan gejala) juga meningkat dari 8,3 per1000 (2007) menjadi 12,1 per1000 (2013). Demikian juga untuk Diabetes melitus yang berdasarkan wawancara juga terjadi peningkatan dari 1,1 persen (2007) menjadi 2,1 persen (2013). Terjadi penurunan prevalensi kebutaan penduduk umur 6 tahun dari 0,9 persen (2007) menjadi 0,4 persen (2013), sedangkan prevalensi katarak semua umur tahun 2013 adalah 1,8 persen, kekeruhan kornea 5,5 persen, serta pterygium 8,3 persen. Untuk gangguan pendengaran tercatat 2,6 persen pada penduduk 5 tahun dengan antar provinsi dari yang terendah di DKI Jakarta (1,6%) dan tertinggi di Nusa Tenggara Timur (3,7%). Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia berdasarkan Rikesdas tahun 2013 sebesar 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di DI Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Proporsi RT yang pernah memasung ART gangguan jiwa berat 14,3 persen dan terbanyak pada penduduk yang tinggal di perdesaan (18,2%), serta pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah (19,5%). Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia 6,0 persen. Provinsi dengan prevalensi ganguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur. Penyakit tidak menular yang terdapat di Kabupaten Klungkung tahun 2013 berdasarkan data Surveilans Terpadu Berbasis Rumah Sakit Sentinel di Kabupaten KlungkungPeriode Januari s/d Desember 2013 diperoleh kasus yang paling tinggi yaitu DM YTT sebanyak 137 kasus dan yang meninggal sebanyak 14 orang. Sedangkan kasus yang meninggal paling banyak yaitu kasus Filariasis sebanyak 18 orang dari total kunjungan sebanyak 31 kasus. Selengkapnya disajikan pada tabel berikut. Table 2.29 Surveilans Terpadu Berbasis Rumah Sakit Sentinel di Kabupaten KlungkungPeriode Januari s/d Desember 2013 No Jenis Penyakit Laki Total Perempuan Rawat Inap Total Kunjungan Meninggal 1 Tetanus Pneumonia Filariasis Hipertensi Essensial DM YTD lainnya DM YTT Neoplasma ganas payudara Paru obstruksi menahun Kecelakaan lalu lintas Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Klungkung 2014 II - 50

51 J. Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (KBBLR) Prevalensi BBLR di Kabupaten Klungkung empat tahun terakhir cenderung meningkat dimana pada tahun 2008 menjadi 2,11% dari lahir hidup, tahun 2009 menjadi 2,56% (75 kasus) serta tahun 2011 meningkat menjadi 4,1% (120 kasus). Seluruh kasus BBLR (100%) tersebut sudah mendapat penanganan. Cakupan nenatal resti ditangani oleh petugas kesehatan tahun 2011 baru sebesar 64,1% dari target 80%. Jika ditinjau berdasarkan wilayah kerja Puskesmas, Presentase kasus BBLR tertinggi pada tahun 2011 terdapat di Puskesmas Nusa Penida I (7,0%) sedangkan jumlah kasus BBLR terendah di Puskesmas Klungkung I (2,8%). Gambar 2.17 GrafikKasus Bayi BBLR di Kabupaten Klungkung Tahun (Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung, 2012) K. Pelayanan Imunisasi Pada Bayi Drop out imunisasi pada bayi di Kabupaten Klungkung tahun 2011 mencapai 0,16%. Angka ini di bawah rata-rata Provinsi Bali sebesar 2,93%, selengkapnya disajikan pada grafik berikut. Gambar 2.18 GrafikDrop Out Rate Imunisasi Pada Bayi Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2011 Bali; 2,93 Tabanan; -2,60 Jembrana;-3,17 Bangli; -4,42 Kota Denpasar; 10,96 Buleleng; 3,53 Karangasem; 2,47 Gianyar; 0,4 Klungkung; 0,16 Badung; 0, Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2012 II - 51

Geographycal Situation. KEADAAN GEOGRAFIS Geographycal Situation

Geographycal Situation. KEADAAN GEOGRAFIS Geographycal Situation Geographycal Situation KEADAAN GEOGRAFIS Geographycal Situation Geographycal Situation 1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Klungkung merupakan Kabupaten yang luasnya terkecil kedua setelah Kodya Denpasar

Lebih terperinci

Geographycal Situation. KEADAAN GEOGRAFIS Geographycal Situation

Geographycal Situation. KEADAAN GEOGRAFIS Geographycal Situation Geographycal Situation KEADAAN GEOGRAFIS Geographycal Situation Keadaan Geografis 1. Keadaan Geografis Kabupaten Klungkung merupakan Kabupaten yang luasnya terkecil kedua setelah Kodya Denpasar dari 9

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

Gambaran Umum Wilayah

Gambaran Umum Wilayah Bab 2: Gambaran Umum Wilayah ` 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik Kabupaten Klungkung, merupakan Kabupaten yang paling kecil dari 9 (Sembilan) Kabupaten dan Kota di Provinsi Bali dengan luas

Lebih terperinci

Gambaran Umum Wilayah

Gambaran Umum Wilayah Bab 2: Gambaran Umum Wilayah ` 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik Kabupaten Klungkung, merupakan Kabupaten yang paling kecil dari 9 (Sembilan) Kabupaten dan Kota di Provinsi Bali dengan luas

Lebih terperinci

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 18 BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Pada bagian perumusan isu strategi berdasarkan tugas dan fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mengemukakan beberapa isu strategis yang krusial

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2013-2033 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN KAWASAN BARAT PULAU NUSA PENIDA. dengan luas wilayah 315 km² atau 5,59% dari luas Provinsi Bali.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN KAWASAN BARAT PULAU NUSA PENIDA. dengan luas wilayah 315 km² atau 5,59% dari luas Provinsi Bali. BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN KAWASAN BARAT PULAU NUSA PENIDA Kabupaten Klungkung merupakan salah satu kabupaten yang luasnya terkecil ke dua setelah Kota Denpasar dari sembilan Kabupaten dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Geografi Kabupaten Badung. satu kota di Bali yang mempunyai wilayah seluas 418,52 km 2 atau 41.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Geografi Kabupaten Badung. satu kota di Bali yang mempunyai wilayah seluas 418,52 km 2 atau 41. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Geografi Kabupaten Badung Kabupaten Badung merupakan satu dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali yang mempunyai wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

RENCANA UMUM PENGADAAN TAHUN 2012 Nomor : 600/271/Dis. PU

RENCANA UMUM PENGADAAN TAHUN 2012 Nomor : 600/271/Dis. PU PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG DINAS PEKERJAAN UMUM Jalan Gajah Mada Nomor 47 (0366) 21016, 21383 S E M A R A P U R A RENCANA UMUM PENGADAAN TAHUN 2012 Nomor : 600/271/Dis. PU Dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Demikian disampaikan dan terima kasih. Semarapura, 25 Maret LKPJ Akhir Tahun Anggaran 2014 ii

KATA PENGANTAR. Demikian disampaikan dan terima kasih. Semarapura, 25 Maret LKPJ Akhir Tahun Anggaran 2014 ii KATA PENGANTAR Angayubagia kita panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia-nya, penyusunan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Klungkung

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Setelah era reformasi yang menghasilkan adanya otonomi daerah, maka daerah administrasi di Provinsi Kalimantan Barat yang telah mengalami

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR

BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR Perencanaan dan perancangan bangunan gedung pertunjukan musik rock sangat dipengaruhi dengan lokasi bangunan tersebut berada. Bangunan penunjang rekreasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA

GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA PULAU BALI 1. Letak Geografis, Batas Administrasi, dan Luas Wilayah Secara geografis Provinsi Bali terletak pada 8 3'40" - 8 50'48" Lintang Selatan dan 114 25'53" -

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia memiliki wilayah laut sangat luas 5,8 juta km 2 yang merupakan tiga per empat dari keseluruhan wilayah Indonesia. Di dalam wilayah laut tersebut terdapat

Lebih terperinci

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian merupakan wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No 12 Tahun 1999 sebagai hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

KONDISI GEOGRAFIS. Luas Wilayah (Ha)

KONDISI GEOGRAFIS. Luas Wilayah (Ha) B A B KONDISI GEOGRAFIS 3.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Sumedang terletak antara 6º44 70º83 Lintang Selatan dan 107º21 108º21 Bujur Timur, dengan Luas Wilayah 152.220 Ha yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 39 BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 4.1 KARAKTERISTIK UMUM KABUPATEN SUBANG 4.1.1 Batas Administratif Kabupaten Subang Kabupaten Subang berada dalam wilayah administratif Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN 2012 No. 44/08/51/Th. VI, 6 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN Pertumbuhan ekonomi Bali pada Triwulan II- mencapai 2,81 persen dibandingkan Triwulan I - yang mengalami kontraksi sebesar 0,06

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Banten secara geografis terletak pada batas astronomis 105 o 1 11-106 o 7 12 BT dan 5 o 7 50-7 o 1 1 LS, mempunyai posisi strategis pada lintas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

MENCARI INVESTOR UNTUK ECO LODGE DI NUSA PENIDA

MENCARI INVESTOR UNTUK ECO LODGE DI NUSA PENIDA MENCARI INVESTOR UNTUK ECO LODGE DI NUSA PENIDA SELAYANG PANDANG Nusa Penida merupakan salah satu wilayah kecamatan dari empat kecamatan yang ada di Kabupaten Klungkung, Propinsi Bali. Kecamatan Nusa Penida

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Deskripsi umum lokasi penelitian 3.1.1 Perairan Pantai Lovina Kawasan Lovina merupakan kawasan wisata pantai yang berada di Kabupaten Buleleng, Bali dengan daya tarik

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau dan Kabupaten Lingga BAB III KONDISI UMUM 3.1. Geografis Wilayah Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad silam tidak hanya di nusantara tetapi juga

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BAB V LAHAN DAN HUTAN

BAB V LAHAN DAN HUTAN BAB LAHAN DAN HUTAN 5.1. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan Kota Denpasar didominasi oleh permukiman. Dari 12.778 ha luas total Kota Denpasar, penggunaan lahan untuk permukiman adalah 7.831 ha atau 61,29%.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG DINAS PENDIDIKAN

PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG DINAS PENDIDIKAN PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG DINAS PENDIDIKAN Alamat : Jalan Ngurah Rai, Semarapura Telp. : (0366) 21197 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) ONLINE TK,SD,SMP NEGERI KABUPATEN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Lampiran II. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : Tanggal : DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Tabel-1. Lindung Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik Bali Dalam Angka Denpasar

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik Bali Dalam Angka Denpasar DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2015. Bali Dalam Angka 2015. Denpasar Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar 2015, Sejarah/Kronologi Kawasan Hutan Provinsi Bali s/d Tahun 2015. Denpasar

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kondisi Geografis

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kondisi Geografis 43 KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Geografis Provinsi Banten dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Provinsi Banten. Wilayah Provinsi Banten berasal dari sebagian

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH

KARAKTERISTIK WILAYAH III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Karakteristik Wilayah Studi 1. Letak Geografis Kecamatan Playen terletak pada posisi astronomi antara 7 o.53.00-8 o.00.00 Lintang Selatan dan 110 o.26.30-110 o.35.30 Bujur

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI Rencana Pola ruang adalah rencana distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Bentukan kawasan yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain 56 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain sebagai pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar pokok Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864 DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA JENIS DATA : DATA UMUM : Geografi DATA SATUAN TAHUN 2015 SEMESTER I TAHUN 2016 I. Luas Wilayah

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

Seuntai Kata. Denpasar, November 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Ir. I Gde Suarsa, M.Si.

Seuntai Kata. Denpasar, November 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Ir. I Gde Suarsa, M.Si. Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan,

IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan, 31 IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Kota Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2013 No. 27/05/51/Th. VII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2013 Pada Triwulan I-2013, PDRB Bali mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) sebesar 0,33 persen dibanding Triwulan IV-2012

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Lombok memiliki luas 467.200 ha. dan secara geografis terletak antara 115 o 45-116 o 40 BT dan 8 o 10-9 o 10 LS. Pulau Lombok seringkali digambarkan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, yang berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, yang berarti tidak akan ada kehidupan di bumi ini jika tidak ada air. Air merupakan komponen lingkungan hidup

Lebih terperinci