PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT"

Transkripsi

1 PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Oleh: GIN GIN GINANJAR A PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN GIN GIN GINANJAR. Perancangan Lanskap Agrowisata Ikan Hias Air Tawar Di Balai Pengembangan Benih Ikan Ciherang, Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Dibimbing oleh HADI SUSILO ARIFIN. Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Ciherang-Cianjur merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perikanan di Jawa Barat. BPBI Ciherang dikembangkan sebagai pusat pengembangan berbagai benih ikan hias air tawar. Studi ini dilakukan atas dasar pemikiran bahwa BPBI Ciherang merupakan pusat pengembangan pembenihan ikan hias air tawar di Jawa Barat, namun kondisi tapaknya potensial untuk dikembangkan menjadi suatu obyek agrowisata. Dengan adanya penambahan fungsi pada tapak akan menyebabkan terjadinya konflik antar kedua fungsi tersebut yang akan menyebabkan terjadinya penyimpangan fungsi utama BPBI Ciherang dan menurunkan kemampuan tapak untuk mendukung keberlanjutan fungsi utama tersebut. Oleh karena itu diperlukan suatu perencanaan dan perancangan yang dapat mengakomodasi dua fungsi yang berbeda tersebut dan menjadikannya suatu kesatuan fungsi tapak yang sinergi. Studi perencanaan dan perancangan dilakukan di BPBI Ciherang, jalan raya Cipanas KM 12, kampung Ciherang, Desa Ciputri RT 01 RW 02, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Luas tapak adalah m 2, terletak di sebelah utara Kota Cianjur, dengan jarak tempuh 13 km dari ibu kota kabupaten tersebut. Kegiatan pengambilan data studi ini dimulai pada bulan Februari 2005 sampai dengan Juni 2005 dan dilanjutkan dengan kegiatan penyusunan laporan. Perencanaan dan perancangan dilakukan dengan menggunakan metode survei deskriptif dengan mengacu pada proses perencanaan dan perancangan Gold (1980) dengan pendekatan sumberdaya dan aktivitas. Tahapan-tahapannya meliputi Persiapan, Inventarisasi, Analisis dan Sintesis, Perencanaan dan Perancangan. Kondisi lahan cukup putensial dengan luas m 2 dan lokasi yang strategis serta mudah dijangkau oleh semua kendaraan. Luasan lahan yang belum dimanfaatkan berupa lahan terbuka adalah 9800 m 2 (43,2%), tetapi luasan tersebut menyebar, tidak pada satu area. Elevasi tapak adalah mdpl dengan topografi yang bervariasi. Sumberair yang digunakan berasal dari saluran irigasi non-teknis dari sungai citarum dan air tanah dari sumur artesisi. Air tersebut didistribusikan secara paralel. Kondisi iklim pada tapak cukup nyaman, dengan nilai THI rata-rata tiap bulan (Temperature Humidity Indeks) (<27). Keragaman jenis vegetasi pada tapak rendah dan tidak tertata. Persebarannya paling banyak di area pagar pembatas berupa pagar BRC. Kebutuhan listrik dipasok dari PLN dan sudah terdapat jaringan telekomunikasi pada tapak. Penduduk disekitar tapak berjumlah 62 orang dan bermukim di luar pagar tapak. Jumlah kunjungan tiap tahun tidak terlalu banyak dengan tujuan kunjungan dinas, studi/penelitian, observasi dan studi banding, wisata, transaksi jual beli ikan hias, dan lainnya. Konsep dasar pengembangan BPBI Ciherang adalah pusat pengembangan benih ikan hias air tawar yang mendukung kegiatan wisata sehingga dapat menjadi obyek agrowisata berbasis perikanan air tawar. Dengan konsep tersebut diharapkan BPBI Ciherang menjadi suatu tapak yang mampu mengakomodir kebutuhan ruang untuk kegiatan budidaya ikan hias air tawar dan pengunjung, dengan menonjolkan karakter lanskap atau nilai-nilai ekologis pada

3 tapak tersebut. Dalam konsep dasar tersebut dikembangkan beberapa fungsi, yaitu fungsi budidaya, wisata, pendidikan, dan ekonomi. Konsep pengembangan BPBI Ciherang dilakukan berdasarkan kondisi sumberdaya wisata (resources based tourism). Sumberdaya wisata ini secara garis besar terdiri dari potensi alam dan potensi budidaya perikanan. Sumberdaya wisata ini selanjutnya dikelola menjadi suplai wisata (tourism supply) dengan cara pengembangan aktivitas wisata dan menyusun waktu kunjungan optimal. Pengembangan konsep untuk penataan lanskap BPBI Ciherang diwujudkan melalui rencana pengembangan ruang, sirkulasi, tata hijau, dan fasilitas. Dalam rencana ruang dikembangkan ruang budidaya yang terbagi menjadi ruang budidaya intensif dan non-intensif, ruang wisata yang terdiri dari ruang wisata penerimaan dan pelayanan, dan ruang penyangga. Rencana sirkulasi dikembangkan menjadi sirkulasi pejalan kendaraan dan pejalan kaki. Dalam rencana tata hijau dikembangkan konsep tata hijau estetis, pengarah, peneduh, dan konservasi. Fasilitas yang mendukung kegiatan agrowisata yang sudah ada dalam tapak dan dilakukan perbaikan dan dirancang ulang antara lain; tempat parkir, aula pertemuan, tempat penginapan/asrama, guest house, musholla, gedung bursa ikan hias (showroom), dan kolam pemancingan. Dalam rancangan ulang beberapa fasilitas dilakukan perluasan bangunan dan fasilitas untuk menambah kapasitas. Perluasan dilakukan pada area parkir dari 489 m 2 menjadi 620 m 2 ; aula pertemuan dari 270 m 2 menjadi 330 m 2 ; tempat penginapan/asrama dari 200 m 2 menjadi 358 m 2 ; dan guest house dari 180 m 2 menjadi 443 m 2. Fasilitas yang merupakan tambahan antara lain: gerbang masuk dengan volume 40,7 m 3 ; kantor pengelola dan pusat informasi berupa bangunan satu tingkat yang memiliki balkon dek dan plaza dengan luas keseluruhan 241 m 2 ; restoran/tempat makan yang memiliki dek kayu dan plaza dengan luas 342,5 m 2 ; viewing deck dengan luas 110 m 2 ; shelter dengan volume tiap unit 6.76 m 3, tempat sampah dengan volume 0,15 m 3 ; tempat pembuangan sampah sementara dan pembuatan kompos dengal luas 36,75 m 2 ; fasilitas penerangan berupa lampu bollard dan lampu pedestrian dengan volume masing-masing 0,45 m 3 dan 0;013 m 3. Fasilitas lainnya adalah papan informasi (signage wall) dengan volume 1,7 m 3 dan pagar pembatas dengan luas 175 m 2. Perancangan lanskap BPBI Ciherang sebagai obyek agrowisata dilakukan untuk mendapatkan manfaat dan fungsi lebih dari tapak, selain sebagai pusat pengembangan benih ikan hias. Hal tersebut tercapai dengan mengelola sumberdaya tapak menjadi suplai wisata (tourism supply). Hasil studi ini merupakan alternatif pengembangan tapak sebagai obyek agrowisata dengan mengoptimalkan potensi sumberdaya alam dan perikanan yang ada serta menciptakan keharmonisan antara manusia dengan alam lingkungannya. Studi perancangan ulang lanskap BPBI Ciherang ini hanya dilakukan sampai tahapan desain konsep (concept design) yang memberikan gambaran rencana pengembangan yang peruntukannya adalah untuk menarik klien dan investor sehingga dapat dilanjutkan dengan tahap design development, production documentation, dan budgeting apabila desain konsep tersebut dapat direalisasikan nantinya.

4 PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Petanian Bogor Oleh: Gin gin Ginanjar A PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

5 Judul Nama NRP : PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG, KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT : GIN GIN GINANJAR : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS. NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP Tanggal Lulus :...

6 RIWAYAT HIDUP Gin gin Ginanjar dilahirkan di Garut pada tanggal 28 Februari 1983 sebagai putra kelima dari lima bersaudara pasangan Undang Suhendar dan Euis Rohanah (Alm). Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Wanamekar Garut dan lulus tahun Tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan menengah di SMPN 1 Wanaraja Garut, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 1 Tarogong Garut dan lulus tahun Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan Studio Pro Arsitektur Lanskap, organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) tahun , asisten Mata Kuliah Konstruksi Bangunan Taman (AGR 364) tahun , dan menjadi asisten dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan agrowisata dan ekowisata.

7 KATA PENGANTAR Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya sehingga studi penulis dapat terselesaikan dengan skripsi yang berjudul Perancangan Lanskap Agrowisata Ikan Hias Air Tawar di Balai Pengembangan Benih Ikan Ciherang, Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Skripsi tersebut disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB. Keberhasilan studi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, dan pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis selama penyusunan skripsi. 2. Ir. Indung Siti Fatimah, Msi sebagai dosen pembimbing akademik. 3. Dr. Ir. Andi Gunawan MSc dan Dr. Ir. Aris Munandar, MS sebagai dosen penguji. 4. Kasie Aplikasi Kelompok Ikan Mas dan Hias BPBI Ciherang, Ir. Deden Daelami AS, MM. 5. Staf dan pegawai BPBI Ciherang. 6. Semua dosen, staf administrasi dan pegawai Departemen Arsitektur Lanskap IPB. 7. Rekan-rekan mahasiswa dan alumni angkatan 35, 36, 37, 38, 39, 40, dan 41 Departemen Arsitektur Lanskap. 8. Kedua orang tua, ayahanda, almarhumah Ibunda, dan kakak-kakak atas dukungan moril maupun materil. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah membantu penulis menyelesaikan studi. Semoga hasil studi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait dan membutuhkannya. Bogor, Mei 2008 Penulis

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Studi Kegunaan Studi Kerangka Pikir Studi... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Pengertian Lanskap dan Tapak Perencanaan Lanskap Perancangan Lanskap Rekreasi Pengertian Rekreasi Perencanaan Kawasan Rekreasi Wisata Pengertian Wisata Produk Wisata Permintaan dan Penawaran Wisata Agrowisata Pengertian dan Manfaat Agrowisata Lanskap Agrowisata Ruang Lingkup Agrowisata Perencanaan dan Pengembangan Agrowisata Sarana dan Prasarana Pendukung Agrowisata Ikan Hias Air Tawar Pembenihan Ikan Hias Air tawar Perencanaan Pembangunan Pembenihan Ikan Hias Air Tawar Pengaturan Tata Letak Fasilitas Bangunan Pembenihan Ikan Hias Air Tawar III. METODOLOGI Tempat dan Waktu Batasan Studi Proses Perencanaan dan Perancangan Tapak Persiapan Konsep Dasar Pengumpulan Data Analisis Sintesis Pengembangan Konsep Perencanaan Perancangan... 27

9 iii IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Sejarah Perkembangan BPBI Ciherang Organisasi BPBI Ciherang Jenis Produksi BPBI Ciherang Fasilitas Produksi BPBI Ciherang Sumberdaya Manusia Sumber Dana Analisis Aspek Biofisik Luas, Letak dan Aksesibilitas Tata Guna Lahan Tanah Topografi Hidrologi dan Hidrografi Iklim dan Kenyamanan Vegetasi Kualitas Visual dan Akustik Utilitas Aspek Sosial Kependudukan Pola Pemukiman Pengunjung Sintesis Konsep Perencanaan Pengembangan BPBI Ciherang Konsep Dasar Pengembangan Konsep Suplai Wisata Pengembangan Aktifitas Waktu Kunjungan Penataan Lanskap Rencana Ruang Rencana Sirkulasi Rencana Tata Hijau Rencana Fasilitas Perancangan V. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

10 DAFTAR TABEL No Halaman 1. Kesesuaian kualitas air beberapa jenis ikan hias Jenis, satuan, bentuk, kegunaan dan sumber data Objek wisata disekitar BPBI Ciherang Jenis penggunaan lahan di BPBI Ciherang Kualitas air permukaan BPBI Ciherang Kualitas air tanah BPBI Ciherang Kondisi Iklim Kecamatan Pacet tahun Nilai THI Kecamatan Pacet Jenis, jumlah dan fungsi vegetasi di BPBI Ciherang Kunjungan tamu ke BPBI Ciherang tahun Hasil analisis dan sintesis Jenis dan bentuk aktivitas berdasarkan potensi BPBI Ciherang Waktu dan motivasi kunjungan berdasarkan bentuk aktivitas yang dikembangkan di BPBI Ciherang Alternatif tanaman yang digunakan untuk perencanaan pengembangan BPBI Ciherang Fasilitas dan utilitas yang direncanakan... 85

11 DAFTAR GAMBAR No Halaman 1. Kerangka pikir penelitian Peta orientasi lokasi studi Bagan proses perencanaan dan perancangan pada level tapak Struktur organisasi BPBI Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat Struktur organisasi BPBI Ciherang Situasi dan batas tapak Pagar BRC pada tapak Orbitasi tapak Aksesibilitas tapak Tata guna lahan Ruang pengamatan pada Indoor hatchery Topografi dan kemiringan Saluran irigasi non teknis sebagai sumber air yang digunakan di BPBI Ciherang Tempat penampungan dan penyimpanan air Sistem distribusi air permukaan dan sumur artesis Penggunaan tanaman peneduh untuk mereduksi radiasi matahari Pengaruh vegetasi pada iklim mikro Karakteristik dan penyebaran vegetasi Vista pada tapak berupa kolam dengan latar belakang lahan Pertanian dan bukit Kualitas visual di luar dan di dalam tapak Sampah yang dibuang di belakang hatchery Sistem pembuangan limbah cair dari rumah tangga Pemukiman penduduk di sekitar BPBI Ciherang Diagram konsep perencanaan ruang Penampang tipikal jalan kelas IV Diagram konsep hubungan jalur sirkulasi dengan ruang yang direncanakan Rencana ruang dan sirkulasi Rencana tata hijau Rencana fasilitas dan utilitas... 81

12 vii 30. Rancangan tapak (Site plan) Potongan Potongan Ilustrasi dan detil gerbang pertama Ilustrasi dan detil gerbang kedua Ilustrasi komplek bangunan kantor pengelola dan pusat informasi, aula, dan asrama/penginapan Ilustrasi area musholla Ilustrasi guest house dan area parkir Ilustrasi showroom Ilustrasi restoran dengan viewing deck dan akses sekunder Ilustrasi shelter Ilustrasi fasilitas penerangan Ilustrasi signage wall Ilustrasi tempat sampah

13 DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. Inventarisasi induk ikan BPBI Ciherang tahun Sarana dan prasarana BPBI Ciherang Daftar nominatif pegawai BPBI Ciherang tahun Daftar kriteria kualitas air Planting plan Perbesaran 1 planting plan Perbesaran 2 planting plan Perbesaran 3 planting plan Detil shelter Detil lampu pedestrian Detil lampu bollard Detil signage wall Detil tempat sampah

14 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Ciherang-Cianjur merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perikanan di Jawa Barat. BPBI Ciherang dikembangkan sebagai pusat pengembangan berbagai benih ikan hias air tawar, hal tersebut merupakan potensi yang besar dalam pengembangan teknologi pembenihan ikan hias air tawar dan sebagai pusat pelayanan bagi masyarakat petani ikan hias air tawar. Di sekitar BPBI Ciherang berkembang pula kegiatan budidaya ikan hias air tawar yang diusahakan oleh petani setempat, selain di sekitar BPBI Ciherang ikan hias, khususnya ikan Koi banyak diusahakan oleh petani setempat, juga di Jawa Barat maupun di Indonesia secara umum usaha di bidang ikan hias ini semakin marak dan berkembang. Oleh karena itu, keberadaan BPBI Ciherang semakin terasa penting untuk bisa mengembangkan teknologi di bidang perikanan, maupun memberi pembinaan bagi petani ikan khususnya petani ikan hias. Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Ciherang memiliki sumber air yang cukup memadai yang berasal dari air permukaan dan air tanah (menggunakan sistem sumur) untuk memenuhi kebutuhan pembenihan dan konsumsi. Letak BPBI Ciherang strategis dan aksesibilitas yang tinggi, mudah dijangkau dengan sarana dan prasarana transportasi yang memadai. BPBI Ciherang terletak di pinggir jalan raya dan berada dalam jalur wisata Bogor- Puncak-Cianjur atau yang lebih dikenal dengan jalur wisata BoPunJur. Lokasi BPBI Ciherang berdekatan dengan balai-balai penelitian lainnya, seperti Balai Penelitian Tanaman Hias dan Balai Penelitian Hortikultur. Di sekitar BPBI juga terdapat berbagai obyek wisata seperti, Taman Nasional Gede Pangrango, Kebun Raya Cibodas, Taman Bunga Nusantara, Kota Bunga, Kebun Teh Gedeh dan lain-lain. Tapak berpotensi untuk dikembangkan menjadi obyek agrowisata yang cukup menarik bagi masyarakat atau para peminat dan pecinta ikan hias. BPBI Ciherang memiliki potensi atraksi koleksi ikan hias air tawar yang beragam, sarana akomodasi, serta pemandangan alam di luar tapak disekeliling BPBI Ciherang sangat impresif jika dilihat dari dalam tapak. Kondisi ini sangat mendukung jika BPBI Ciherang dikembangkan sebagai salah satu tujuan

15 2 kunjungan agrowisata di bidang perikanan. Oleh karena itu diperlukan perencanaan dan perancangan BPBI Ciherang sebagai obyek tujuan agrowisata Tujuan Studi Tujuan studi ini adalah untuk mengkaji dan mengevaluasi bentuk, struktur, fungsi dan estetika lanskap BPBI Ciherang untuk menghasilkan produk perancangan lanskap BPBI Ciherang sebagai pusat pengembangan benih ikan hias dan obyek agrowisata Kegunaan Studi Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur dalam merencanakan dan merancang pengembangan lanskap BPBI Ciherang sebagai obyek agrowisata Kerangka Pikir Studi Studi ini dilakukan atas dasar pemikiran bahwa BPBI Ciherang merupakan pusat pengembangan pembenihan ikan hias air tawar di Jawa Barat, namun kondisi tapaknya sangat potensial untuk dikembangkan menjadi suatu obyek wisata. Dengan adanya penambahan fungsi pada tapak akan menyebabkan terjadinya konflik antar kedua fungsi tersebut yang akan menyebabkan terjadinya penyimpangan fungsi utama BPBI Ciherang dan menurunkan kemampuan tapak untuk mendukung keberlanjutan fungsi utama tersebut. Oleh karena itu diperlukan suatu perencanaan dan perancangan yang dapat mengakomodasi dua fungsi yang berbeda tersebut dan menjadikannya suatu kesatuan fungsi tapak yang sinergi. Perencanaan dan perancangan dilakukan dengan mengoptimalkan komponen-komponen yang mempengaruhi kedua fungsi tersebut. Komponenkomponen tersebut kemudian diterjemahkan dalam ruang dan pola sirkulasi berdasarkan aktivitas wisata yang akan dikembangkan. Berdasarkan ruang dan pola sirkulasi yang terbentuk serta penyediaan fasilitas wisata dilakukan perencanaan dan perancangan lanskap BPBI Ciherang sebagai pusat pengembangan benih ikan hias dan agrowisata.

16 3 BPBI Ciherang UPTD Perikanan Potensi pusat pengembangan benih ikan hias air tawar Evaluasi potensi tapak Agrowisata Kondisi air (fisik, kimia dan biologis) Sistem penyediaan dan distribusi air Sarana Pembenihan Ikan Hi Pemeliharaan Ikan Hias Atraksi Wisata Kegiatan budidaya ikan hias air tawar Koleksi ikan hias air tawar Kegiatan pertanian hortikultura sekitar tapak Pemandangan sekitar tapak Sistem Transportasi Aksesibilitas mudah Dapat dilalui berbagai jenis kendaraan pribadi maupun umum Informasi Gerbang penanda dan identitas kawasan Pelayanan Sarana penginapan (guest house) Gedung bursa ikan hias air tawar (showroom) Perancangan Lanskap BPBI Ciherang sebagai pusat pengembangan benih ikan hias air tawar dan obyek agrowisata Gambar Rancangan Tapak (Site Plan) Gambar Rencana Penanaman (Planting Plan) Gambar Detil Tapak (Site Detail) dan Potongan Gambar Ilustrasi dan Perspektif Gambar 1 Kerangka pikir studi

17 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Pengertian Lanskap dan Tapak Simonds (1983) mendefinisikan lanskap sebagai suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, karakter tersebut menyatu secara harmoni dan alami untuk memperkuat karakter lanskapnya. Menurut Rachman (1994) lanskap adalah wajah atau karakter lahan atau bagian dari muka bumi dengan segala sifat dan kehidupan yang ada di dalamnya baik yang bersifat alami maupun buatan, manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, sejauh indera dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat menjangkau serta membayangkan. Tapak (site), secara fisik, merupakan bagian dari suatu lanskap atau lanskap itu sendiri, berbentuk alami atau buatan, statis atau dinamis, dengan ukuran serta karakter yang beragam. Secara teknis, tapak didefinisikan sebagai suatu areal yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan yang akan direncanakan atau dirancang dengan tujuan dan manfaat tertentu. Tapak merupakan suatu sistem (fisik dan sosial) yang dibentuk dan dipengaruhi keberadaan serta kelestariannya oleh berbagai elemen pembentuk lanskap (tanah, air, vegetasi, iklim, ekonomi, politik dan budaya manusia yang mendiaminya. Setiap tapak juga memiliki bentuk fisik (forms, features, forces) dengan karakter tertentu (statis, dinamis, ramah, gagah, meluas dan lainnya) yang mempengaruhi tujuan, pembentukan, dan penataannya (Nurisjah, 2004). Lebih lanjut Nurisjah (2004) menyatakan bahwa untuk mengolah dan membentuk suatu tapak menjadi peruntukan terbaiknya diperlukan berbagai data dan informasi penunjang. Dalam bidang arsitektur lanskap data dan informasi tersebut dapat berbentuk data kuantitatif dan data kualitatif. Data tersebut dapat merupakan informasi yang dikumpulkan atau diukur langsung di lapangan atau disebut dengan data primer, tetapi dapat juga merupakan informasi yang dikumpulkan melalui studi pustaka atau berbagai bahan yang telah tersedia sebelumnya atau disebut data sekunder.

18 Perencanaan Lanskap Perencanaan lanskap adalah suatu proses sintesis yang kreatif tanpa akhir dan dapat ditambah, juga merupakan proses yang rasional dan evolusi yang teratur. Perencanaan merupakan urutan-urutan pekerjaan yang saling berhubungan dan berkaitan. Semua bagian tersebut tersusun sedemikian rupa sehingga apabila terjadi perubahan pada suatu bagian, maka akan mempengaruhi bagian lainnya (Simonds, 1983). Knudson (1980), menyatakan bahwa perencanaan lanskap kemampuan untuk mengumpulkan dan menginterpretasikan data, memproyeksikan data, memproyeksikan ke masa depan, mengidentifikasi masalah dan memberikan pendekatan yang beralasan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. Perencanaan tapak (lanskap) merupakan suatu kompromi antara penyesuaian tapak dan adaptasi program terhadap kondisi tapaknya, hubungan timbal balik antara tapak dengan program menghasilkan suatu tata guna lahan (Laurie, 1986). Lebih lanjut Laurie menjelaskan bahwa perencanaan tapak adalah suatu proses dimana persyaratan pada program dilengkapi, ditempatkan dan dihubungkan satu sama lain dengan menghindari kerusakan pada tapak, diikuti imajinasi serta kepekaan dalam analisis tapak. Dalam perencanaan terjadi proses pemahaman dan pengaturan ruang, sirkulasi, sarana dan prasarana, nilai-nilai keindahan, air dan perlindungan tanah serta keadaan di atasnya pada suatu tapak. Rencana ini akan memperhatikan dimana program secara spesifik dapat ditampung dalam tapak dan bagaiman proyek tersebut dihubungkan dengan lingkungan sekitarnya. Proses perencanaan merupakan suatu proses yang dinamis, saling terkait dan saling menunjang (Gold, 1980). Dijelaskan lebih lanjut, bahwa proses perencanaan merupakan suatu tahapan sistematis untuk menentukan kondisi awal tapak, kondisi yang diinginkan pada tapak dan cara atau model terbaik untuk mencapai kondisi yang diinginkan pada tapak tersebut. Adapun proses perencanaan dan perancangan yang dikemukakan Gold (1980), terdiri dari enam tahap, yaitu: persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, perencanaan, dan perancangan. Persiapan merupakan tahap perumusan tujuan, program dan informasi lain tentang berbagai keinginan pemilik dan pemakai (Gold, 1980). Pada awal proses perencanaan lanskap dimulai dengan memperhatikan, menafsirkan dan menjawab berbagai kepentingan dan kebutuhan manusia dan

19 6 mengakomodasikan berbagai kepentingan ke dalam produk (lahan) yang direncanakan, seperti untuk mengkreasi dan merencanakan secara fisik berbagai bentuk pelayanan, fasilitas dan berbagai bentuk pemanfaatan sumber daya tersedia lainnya serta nilai-nilai budaya manusia. Pada tahapan perencanaan selalu terdapat kemungkinan adanya perubahan yang diakibatkan oleh penyesuaian kepentingan dan beberapa hal yang tidak dapat dihindari. Selama dapat menunjang tujuan yang direncanakan, perubahan-perubahan tersebut dapat ditoleransi atau diakomodasikan (Nurisjah dan Pramukanto, 1993). Inventarisasi merupakan proses pengumpulan data keadaan awal dari tapak. Dilakukan dengan survei lapang, wawancara, pengamatan, perekaman, studi pustaka dan sebagainya. Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1993), data yang dikumpulkan dalam inventarisasi meliputi: (a) data fisik, terdiri dari: data iklim, fisiografi, topografi, hidrologi, kemiringan, biota, kualitas visual dan tata ruang, (b) data sosial, terdiri dari: kebudayaan, kependudukan, perilaku dan kebiasaan pengguna lanskap, (c) data ekonomi, menyangkut tentang berbagai ketersediaan biaya untuk pelaksanaan dan pemeliharaan. Analisis merupakan suatu tahapan untuk mengidentifikasi potensi, masalah dan kemungkinan pengembangan lain dari tapak sebagai alternatif berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan inventarisasi tapak (Rachman, 1994). Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1993), analisis dilakukan terhadap berbagai aspek dan faktor yang berperan terhadap keindahan dan kelestarian rencana pada tapak/lahan tersebut sehingga dapat diketahui masalah, hambatan, potensi dan berbagai tingkat kerawanan atau kerapuhan tapak. Penentuan suatu potensi bila sesuai dengan tujuan dan atau mengganggu tapak dan daerah sekitarnya. Secara kualitatif deskriptif, elemen pembentuk lanskap dikelompokan menjadi empat kelompok yaitu masing-masing yang termasuk ke dalam kelompok potensi, kendala, amenity, danger signal. Secara kuantitatif, dihitung daya dukung dari sumber daya yang akan dikembangkan untuk tujuan dan fungsi yang direncanakan atau diinginkan. Untuk pengembangan suatu tapak/lahan sebaiknya diperhatikan ambang batas daya dukungnya agar tidak terjadi degradasi sumber daya sehingga kelestarian dan keindahan alamnya dapat tetap terjaga. Hasil dari proses analisis disajikan dalam bentuk kemungkinan atau alternatif pengembangan tapak/lanskap, baik dalam skala lanskap total maupun hanya bagian dari tapak yang direncanakan.

20 7 Sintesis merupakan suatu tahap menentukan alternatif pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi dengan menggunakan beberapa cara yang disesuaikan dengan tujuan perencanaan (Rachman, 1994). Pada tahap ini, hasil dari tahap analisis dikristalisasi dan dikembangkan sebagai input untuk menentukan konsep pengembangan yang mengacu pada tujuan dan fungsi yang ditetapkan. Nurisjah dan Pramukanto (1993) menyatakan bahwa hasil dari tahap sintesis adalah altenatif-alternatif perencanaan, dimana alternatif tersebut merupakan alternatif terpilih yang berupa modifikasi dan kombinasi dari beberapa alternatif pra-perencanaan. Alternatif yang terpilih ini harus memenuhi syarat dasar yaitu memungkinkan untuk dilaksanakan dan dipelihara berdasarkan aspek fisik, sosial, ekonomi, maupun teknik. Konsep menurut Rachman (1994) merupakan tahap mencari dan menetapkan cara terbaik untuk pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi. Setelah dilakukan pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi akan diperoleh alternatif-alternatif pembagian ruang/zonasi Nurisjah dan Pramukanto (1993) menyatakan bahwa hasil perencanaan lanskap dapat disajikan dalam bentuk gambar pra-perencanaan terdiri dari gambar situasi tapak awal (denah, perspektif atau ilustrasi lainnya) dan gambar atau ilustrasi tahap analisis dan sintesis (detil dan menyeluruh, perwilayahan, block plan), sedangkan gambar perencanaan lanskap yaitu : rencana lanskap utama (master landscape plan), rencana tata letak (site plan), rencana tata hijau (planting plan), rencana teknis konstruksi (construction plan) dan rencana teknis lainnya Perancangan Lanskap Perancangan lanskap merupakan pengembangan lebih detail dari perencanaan lanskap. Perancangan adalah ilmu dan seni pengorganisasian ruang dan massa dengan mengkomposisikan elemen lanskap alami dan non alami serta kegiatan yang ada didalamnya agar tercipta suatu karya tata ruang yang secara fungsi berdaya guna dan secara estetik memiliki keindahan sehingga diperoleh kepuasan jasmaniah dan rohaniah manusia serta makhluk lainnya yang hidup di dalamnya (Rachman, 1994). Simonds (1983) menyatakan bahwa suatu kegiatan perancangan lebih ditujukan pada pengelolaan dan penataan volume dan ruang. Menurut Laurie (1986) bahwa wujud dan bentuk

21 8 perancangan lanskap timbul dari hasil rumusan yang jelas terhadap potensi dan kendala tapak serta masalah perancangan yang ada, sedangkan sumber bentuk yang paling penting adalah raut atau wajah tapak itu sendiri, seperti dipertegas oleh garis batas tepian tapak dan topografi. Adapun sumber bentuk kedua berasal dari suatu perkiraan mengenai fungsi atau kegunaan yang akan dibentuk. Suatu perancangan lanskap yang baik harus sesuai dengan prinsip disain, yaitu keterpaduan elemen-elemen penyusun tapak dan terdapatnya sifat unity, harmony, interest, simplicity, emphasis, balance, scale dan sequence antar elemen-elemen tersebut, baik elemen awal (existing) dan atau elemen rancangan. Unity adalah sifat kesatuan antar elemen-elemen penyusun tapak. Harmony adalah keserasian antar elemen-elemen penyusun tapak dan keserasian antara elemen-elemen penyusun tapak dengan lingkungan sekitarnnya. Interest merupakan suatu rasa ketertarikan, rasa ingin tahu, rasa penasaran dari calon pengguna/pengunjung yang bersifat mengundang ditimbulkan oleh tapak. Emphasis adalah penekanan atau kontras yang dibuat pada salah satu elemen, titik, dan atau ruang dalam tapak. Balance adalah keseimbangangan antar elemen sehingga berimplikasi pada stabilitas dan keamanan tapak. Scale adalah perbandingan relatif yang proporsional antara tinggi, panjang, lebar, luas, massa dan volume dari masing-masing elemen lanskap. Sequence adalah keteraturan arah, kecepatan dan model dari pergerakan pengunjung (Reid, 1993). Hakim (2002) menyatakan bahwa perancangan suatu tapak dapat menyangkut perancangan detil lanskap yang merupakan usaha seleksi dan ketepatan penggunaan komponen/material, material/bahan, tanaman dan kombinasi pemecahan detil berbagai elemen. Hal tersebut merupakan pemecahan spesifik dan berkualitas dari program ruang dan area dari sebuah rencana rinci tapak. Laurie (1986) menyatakan bahwa yang perlu diperhatikan dalam pemilihan material adalah kebutuhan dan ketersediaan, penampilan, ketahanan terhadap cuaca, kebersihan keamanan, pantulan dan pemantulan cahaya, drainase, jenis pelayanan, keadaan tanah, kemudahan pemeliharaan, kenyamanan, proporsi antar bagian dengan lingkungan serta biaya yang dikeluarkan (Cochrane, 1979).

22 Rekreasi Dalam suatu obyek wisata, selain menikmati berbagai atraksi yang ditawarkan di obyek tersebut juga disediakan berbagai kegiatan yang akan dilakukan oleh wisatawan. Salah satu kegiatan utama yang dilakukan dalam suatu obyek wisata ini adalah kegiatan rekreasi. Pada awal perkembangannya, kegiatan wisata ini selalu identik dengan kegiatan rekreasi, tetapi dalam perkembangan selanjutnya kegiatan rekreasi bukan lagi merupakan hal utama dan satu-satunya tetapi berkembang berbagai kegiatan lainnya seperti edukasi, kultural, historikal atau nostalgia bahkan berbelanja, dan lain-lainnya Pengertian Rekreasi Rekreasi merupakan penggunaan waktu luang untuk suatu hal yang menyenangkan dan dapat mengembangkan kemampuan seseorang untuk sesuatu yang baru dan lebih memuaskan. Aktivitas rekreasi dapat berbentuk rekreasi fisik berupa aktivitas yang berhubungan dengan fisik dan rekreasi psikis yang melibatkan pikiran, perasaan dan kenyamanan (Nurisjah 2004). Laurie (1986) membedakan rekreasi menurut kegiatannya menjadi rekreasi aktif dan pasif. Rekreasi aktif membutuhkan banyak energi untuk melakukan kegiatannya, sedangkan rekreasi pasif merupakan rekreasi yang dilakukan seseorang untuk menghilangkan keletihan fisik setelah bekerja keras sehingga rekreasi ini hanya memerlukan energi sedikit Perencanaan Kawasan Rekreasi Menurut Gold (1980) merencanakan suatu lanskap untuk kawasan rekreasi merupakan suatu proses yang menghubungkan antara sumberdaya rekreasi dengan kebutuhan manusia untuk berekreasi tanpa mengakibatkan kerusakan. Tujuan perencanaan kawasan rekreasi adalah untuk memaksimalkan kesejahteraan manusia dengan menciptakan lingkungan yang lebih baik, sehat, menyenangkan dan menarik. Pendekatan yang dapat digunakan dalam merencanakan kawasan rekreasi adalah sebagai berikut : 1. Pendekatan sumberdaya Sumberdaya fisik akan menentukan bentuk dan kemungkinan aktivitas rekreasi, baik jenis maupun jumlahnya. Pertimbangan terhadap penawaran dan unsur-unsurnya lebih diutamakan daripada permintaan, dengan kata lain penawaran membatasi permintaan atau membatasi penggunaan oleh

23 10 manusia atau membatasi daya dukung sumberdayanya sehingga kepentingan sosial diminimalkan. 2. Pendekatan aktivitas Pendekatan yang digunakan untuk menentukan bentuk rekreasi berdasarkan aktivitas pengguna, baik itu aktivitas rekreasi yang ada pada masa lampau maupun saat ini. Perhatian lebih ditekankan pada permintaan atau faktor sosial lebih diutamakan daripada faktor alam. Tujuannya adalah agar kepuasaan pengguna dapat tercapai dan terpenuhi. 3. Pendekatan ekonomi Sumberdaya ekonomi digunakan untuk menentukan jumlah, jenis dan lokasi yang potensial untuk rekreasi. Dalam hal ini faktor ekonomi lebih diutamakan daripada faktor alam maupun sosial, sehingga permintaan untuk aktivitas dikendalikan oleh harga. 4. Pendekatan tingkah laku Bentuk rekreasi ditentukan berdasarkan kebiasaan atau tingkah laku manusia dalam mempergunakan waktu singgahnya. Pusat perhatian dalam pendekatan ini adalah rekreasi sebagai pengalaman, alasan berapresiasi, bentuk aktivitas yang diinginkan dan dampaknya terhadap seseorang. Dalam pendekatan ini aspek permintaan menjadi pertimbangan utama Wisata Wisata merupakan suatu sistem dengan komponen yang saling berkaitan satu sama lain, baik yang datangnya dari sisi permintaan (demand) ataupun sisi penawaran (supply). Sebagai sebuah sistem wisata dapat berjalan dengan baik jika bagian-bagian dari sistem tersebut berfungsi secara efisien dan sinergis antara bagian yang satu dengan yang lainnya Pengertian Wisata Wisata (tour, travel, jalan-jalan) didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan seseorang atau sekelompok orang untuk sementara (temporal) dalam jangka waktu tertentu ke tujuan-tujuan di luar tempat mereka tinggal dan tempat rutinitas bekerja, untuk tujuan kesenangan (pleasure) (Gunn, 1997). Dalam melakukan perjalanan wisata banyak ragam motivasi untuk melakukan perjalanan (seperti untuk kesenangan, kekuasaan, pengalaman spiritual, komersil); daerah tujuan dan jangka waktu berwisatanya. Selama tinggal di daerah wisata, wisatawan

24 11 akan dan dapat melakukan berbagai kegiatan dan untuk mengakomodasi hal ini maka disediakan berbagai fasilitas pendukung kenyamanan wisatawan ini. Menurut Nurisjah (2004) wisata merupakan rangkaian kegiatan yang terkait dengan pergerakan manusia yang melakukan perjalanan dan/atau persinggahan sementara dari tempat tinggalnya ke satu atau beberapa tempat tujuan di!uar dari lingkungan tempat tinggalnya, yang didorong oleh berbagai keperluan dan tanpa bermaksud untuk mencari nafkah tetap. Sumberdaya wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik bagi pengunjung, diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta yang dalam istilah wisata disebut dengan natural amenities seperti iklim, bentuk tanah dan pemandangan, hutan, flora dan fauna serta pusat-pusat kesehatan yang termasuk dalam kelompok ini, 2) Hasil ciptaan manusia antara lain bendabenda yang memiliki nilai sejarah, keagaman dan kebudayaan, 3) Tata cara hidup masyarakat setempat. Merencanakan suatu kawasan wisata merupakan upaya untuk menata dan memanfaatkan sumberdaya wisata untuk mendukung kegiatan wisata yang akan dikembangkan dan meminimalkan kerusakannya Produk Wisata Produk wisata adalah satu paket atau kemasan yang terdiri dari komponen barang-barang berwujud dan tidak berwujud yang dapat digunakan untuk beraktivitas di daerah tujuan wisata dan paket ini akan dilihat atau disaksikan oleh wisatawan sebagai suatu pengalaman yang dapat dibeli dengan harga tertentu (Yoeti, 2003). Produk wisata merupakan susunan produk yang terdiri dari kombinasi atraksi wisata, transportasi, akomodasi dan hiburan. Produk ini merupakan bahan baku bagi perencana dan penyelenggara perjalanan wisata untuk menyusun paket wisata yang selanjutnya ditawarkan atau dipasarkan kepada calon wisatawan. Terdapat lima komponen utama dalam total produk wisata yaitu daya tarik daerah tujuan wisata, fasilitas dan pelayanan, aksesibilitas, image dan persepsi daerah tujuan wisata serta harga atau biaya untuk perjalanan wisata Permintaan dan Penawaran Wisata Secara umum wisata dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran, karenanya dalam perencanaan wisata perlu diketahui aspek-aspek apa saja

25 12 yang mempengaruhi permintaan dan penawaran. Sisi permintaan atau pasar wisata adalah orang-orang yang yang berminat dan memiliki kemampuan untuk berwisata. Sedangkan sisi penawaran dapat didefinisikan sebagai program dan pengembangan fisik di daerah tujuan wisata untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan (Gunn, 1997). Lebih lanjut Gunn menyatakan bahwa terdapat lima komponen yang membentuk sisi penawaran yaitu : atraksi, pelayanan, transportasi, informasi dan promosi. Atraksi merupakan segala sesuatu yang menjadi daya tarik suatu daerah untuk dikunjungi, termasuk obyek dan aktivitas yang ada di dalamnya. Atraksi wisata diartikan sebagai segala perwujudan dan sajian alam serta kebudayaan, yang secara nyata dapat dikunjungi, disaksikan serta dinikmati wisatawan di suatu kawasan wisata. Sedangkan obyek wisata didefinisikan sebagai suatu keadaan alam dan perwujudan ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah dan tempat yang memiliki daya tarik untuk dikunjungi wisatawan (Nurisjah, 2004). Berdasarkan Yoeti (1997), atraksi wisata merupakan sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan melalui suatu pertunjukkan (shows) yang khusus diselenggarakan untuk para wisatawan, sedangkan obyek wisata adalah segala sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan tanpa membayar. Dalam atraksi wisata untuk menyaksikannya harus dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan obyek wisata dapat dilihat tanpa dipersiapkan terlebih dahulu. Obyek dan segala atraksi wisata yang diperlihatkan merupakan daya tarik utama, mengapa seseorang datang berkunjung ke suatu tempat dan keasliannya harus dipertahankan, sehingga wisatawan hanya dapat melihat dan menyaksikan obyek serta atraksi wisata hanya di tempat tersebut. Obyek wisata khususnya agrowisata tidak hanya terbatas kepada obyek dengan skala hamparan yang luas seperti areal perkebunan, namun juga skala kecil yang karena keunikannya dapat menjadi obyek wisata yang menarik. Fasilitas dan pelayanan wisata merupakan semua sarana dan prasarana yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang berkunjung atau tinggal untuk sementara waktu di daerah tujuan wisata yang dikunjunginya. Keberadaannya sangat penting sebagai pendukung kegiatan wisata di suatu obyek wisata, sehingga penempatannya haruslah di tempat strategis yang memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk mengakses fasilitas pelayanan tersebut (Yoeti, 2003). Ketersediaan fasilitas serta kemudahan untuk mengakses fasilitas tersebut merupakan salah satu yang

26 13 mendorong wisatawan berkunjung ke suatu obyek wisata. Obyek wisata sebaiknya memberikan kemudahan bagi wisatawan dengan cara melengkapi kebutuhan sarana dan prasarananya. Fasilitas pelayanan tersebut di tempatkan pada lokasi yang tepat dan strategis sehingga fungsional dan dapat diakses, digunakan dan dimanfaatkan secara maksimal (Tirtawinata dan Fachruddin, 1996). Lebih lanjut Tirtawinata dan Fachrudin (1996) menyatakan bahwa penyediaan fasilitas untuk dapat dilakukan dengan dua pendekatan. Pendekatan pertama dengan memanfaatkan semua obyek, baik prasarana, sarana dan fasilitas lingkungan yang masih berfungsi baik dan melakukan perbaikan bila diperlukan. Pendekatan kedua yaitu membangun prasarana, sarana dan fasilitas yang masih dianggap kurang (Tirtawinata dan Fachruddin, 1996). Aksesibilitas menuju daerah tujuan wisata merupakan pembentuk produk industri wisata (Yoeti, 1997). Di dalam pengembangan Suatu obyek wisata, berbagai model perjalanan bagi pergerakan manusia sepanjang perjalanan sangat penting untuk dipertimbangkan untuk mengurangi berbagai perselisihan yang mungkin terjadi (Gunn, 1997). Aksesibilitas merupakan unsur-unsur kemudahan yang tersedia atau disediakan bagi wisatawan saat berkunjung, berupa bentuk alternatif pergerakan manusia menuju obyek wisata. Transportasi merupakan komponen yang sangat penting di dalam sistem kepariwisataan berupa sarana atau alat yang digunakan dalam model pergerakan. Informasi berfungsi untuk membantu pengunjung untuk memahami dan menikmati atraksi yang ditawarkan. Informasi perlu disediakan agar wisatawan dapat mengetahui segala sesuatu mengenai daerah wisata yang dikunjunginya (Yoeti, 2003). Informasi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti melalui leaflet, booklet, pameran, cinderamata, mass media dalam bentuk iklan atau media audiovisual serta penyediaan informasi pada tempat publik seperti hotel, restoran, bandara dan lainnya. Kerjasama antara obyek wisata dengan biro perjalanan, perhotelan dan jasa angkutan sangat berperan dalam pengembangan obyek wisata (Deptan, 2003). Menurut Yoeti (2003), promosi perlu dilakukan agar mencapai sasaran seperti makin banyaknya wisatawan yang datang dan lebih banyak membelanjakan uangnya. Salah satu metode promosi yang dinilai efektif dalam mempromosikan obyek wisata khususnya agrowisata adalah metode tasting, yaitu memberi kesempatan kepada calon wisatawan untuk datang dan

27 14 menentukan pilihan konsumsi dan menikmati produk tanpa pengawasan berlebihan sehingga wisatawan merasa betah. Kesan yang dialami promosi ini akan menciptakan promosi tahap kedua dan berantai dengan sendirinya (Deptan, 2003) Agrowisata Agrowisata merupakan suatu kegiatan wisata yang terintegrasi dengan keseluruhan sistem pertanian dan pemanfaatan obyek-obyek pertanian sebagai teknologi pertanian maupun komoditi pertanian. Dalam setiap kegiatannya wisatawan diajak untuk menikmati dan mengapresiasi kegiatan pertanian dan kekhasan serta keindahan sumberdaya alam ataupun binaan sehingga dapat meningkatkan daya apresiasi dan kesadaran untuk mencintai dan melestarikannya Pengertian dan Manfaat Agrowisata Menurut Arifin (2001) agrowisata adalah salah satu bentuk kegiatan wisata yang di lakukan di kawasan pertanian dan aktivitas di dalamnya seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan dan bahkan wistawan dapat membeli produk pertanian tersebut sebagai oleh-oleh. Agrowisata tersebut ikut melibatkan wisatawan dalam kegiatan-kegiatan pertanian. Lebih lanjut Tirtawinata dan Fachruddin (1996) menjelaskan bahwa agrowisata merupakan suatu upaya dalam rangka menciptakan produk wisata baru (diversifikasi). Kegiatan agrowisata juga merupakan kegiatan pengembangan wisata yang berkaitan dengan kegiatan pedesaan dan pertanian yang mampu meningkatkan nilai tambah kegiatan pertanian dan kesejahteraan pedesaaan. Tirtawinata dan Fachruddin (1996) menyatakan bahwa agrowisata dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Meningkatkan konservasi lingkungan. 2. Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam. 3. Memberikan nilai rekreasi. 4. Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan. 5. Mendapatkan keuntungan ekonomi.

28 Lanskap Agrowisata Lanskap agrowisata merupakan suatu kawasan rekreasi umum yang menyajikan pemandangan pertanian berupa lahan pertanian, fasilitas penunjang produksi pertanian dan pengolahan hasil pertanian. Pemandangan pertanian tersebut berupa sawah, perkebunan, palawija, taman bunga, tanaman koleksi, pembibitan dan pekarangan, peternakan dan perikanan. Pemandangan yang biasa terlihat pada lanskap pertanian pada umumnya terdiri dari : tanaman hias, tanaman hortikultur, hutan, bangunan pertanian, rumah kaca, kandang ternak dan kolam budidaya ikan Ruang Lingkup Agrowisata Tirtawinata dan Fachruddin (1996) menjelaskan ruang lingkup dan potensi agrowisata yang dapat dikembangkan di Indonesia meliputi bidang sebagai berikut : 1. Kebun raya. Obyek wisata berupa kebun raya memiliki kekayaan berupa tanaman yang berasal dari berbagai spesies. Daya tarik yang dapat ditawarkan kepada wisatawan mencakup kekayaan flora yang ada, keindahan pemandangan didalamnya dan kesegaran udara yang memberikan rasa nyaman. 2. Perkebunan. Kegiatan usaha perkebunan meliputi perkebunan tanaman keras dan tanaman lainnya yang dilakukan oleh perkebunan swasta nasional maupun asing, BUMN, dan perkebunan rakyat. Berbagai kegiatan obyek wisata perkebunan dapat berupa pra produksi (pembibitan), produksi, dan pasca produksi (pengolahan dan pemasaran). 3. Tanaman pangan dan hortikultur. Lingkup kegiatan wisata tanaman pangan meliputi usaha tanaman padi dan palawija serta hortikultur yakni bunga, buah sayur, dan jamu-jamuan. Berbagai proses kegiatan mulai dari pra panen, pasca panen berupa pengolahan hasil, sampai kegiatan pemasarannya dapat dijadikan obyek agrowisata. 4. Perikanan. Ruang lingkup kegiatan wisata perikanan dapat berupa kegiatan budi daya perikanan sampai proses pasca panen. Daya tarik perikanan sebagai sumberdaya wisata diantaranya pola tradisional dalam perikanan serta kegiatan lain, misalnya memancing ikan.

29 16 5. Peternakan. Daya tarik peternakan sebagai sumberdaya wisata antara lain pola beternak, cara tradisional dalam peternakan serta budidaya hewan ternak Perencanaan dan Pengembangan Agrowisata Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996), prinsip yang harus dipegang dalam sebuah perencanaan agrowisata, yaitu: (1) sesuai dengan rencana pengembangan wilayah tempat agrowisata itu berada, (2) dibuat secara lengkap, tetapi sesederhana mungkin, (3) mempertimbangkan tata lingkungan dan kondisi sosial masyarakat disekitarnya, (4) selaras dengan sumberdaya alam, sumber tenaga kerja, sumber dana, dan teknik-teknik yang ada, (5) perlu evaluasi sesuai dengan perkembangan yang ada. Dalam mengidentifikasi suatu wilayah pertanian sebagai wilayah kegiatan agrowisata perlu pertimbangan yang matang. Pertimbangan tersebut meliputi kemudahan aksesibilitas, karakter alam, sentra produksi pertanian, dan adanya kegiatan agroindustri. Perpaduan antara kekayaan komoditas dengan bentuk keindahan alam dan budaya masyarakat merupakan kekayaan obyek wisata yang amat bernilai. Agar lebih banyak menarik wisatawan, obyek wisata perlu dilengkapi dengan sarana dan prasarana pariwisata, seperti transportasi, promosi dan penerangan (Tirtawinata dan Fachruddin, 1996). Lebih lanjut Tirtawinata dan Fachrudin (1996) menyatakan bahwa terdapat tiga alternatif model agrowisata yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut : 1. Alternatif pertama. Memilih daerah yang mempunyai potensi agrowisata dengan masyarakat tetap bertahan dalam kehidupan tradisional berdasarkan nilai-nilai kehidupannya. Model alternatif ini dapat ditemui di daerah terpencil dan jauh dari lalu lintas ekonomi luar. 2. Alternatif kedua. Memilih salah satu tempat yang dipandang strategis dari segi geografis pariwisata, tetapi tidak mempunyai potensi agrowisata sama sekali. Pada daerah ini akan dibuat agrowisata buatan. 3. Alternatif ketiga. Memilih daerah yang masyarakatnya memperlihatkan unsur-unsur tata hidup tradisional dan memiliki pola kehidupan bertani, beternak, berdagang dan sebagainya serta tidak jauh dari lalu lintas wisata yang cukup padat.

30 Sarana dan Prasarana Pendukung Agrowisata Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat mengklasifikasikan faktor sarana pendukung agrowisata kedalam dua jenis, yaitu sarana umum dan sarana khusus. 1. Sarana umum, terbagi kedalam tiga bagian, yaitu sarana pokok, sarana pelengkap dan sarana penunjang. (a) Sarana pokok, meliputi: sarana transportasi, sarana akomodasi, sarana restoran dan tempat makan lainnya, sarana travel biro (biro perjalanan umum), souvenir shop (perusahaan penjual cinderamata). (b) Sarana pelengkap, meliputi: fasilitas olahraga dan fasilitas permainan. (c) Sarana pendukung, meliputi: fasilitas hiburan dan lainnya. 2. Sarana khusus, diantaranya meliputi laboratorium, tempat penelitian, literatur pendukung, tenaga peneliti pada obyek yang dimaksud dan lainlain. Faktor prasarana dalam agrowisata secara umum dibagi ke dalam dua golongan, yaitu : 1. Prasarana perekonomian, meliputi prasarana transportasi, prasarana komunikasi, prasarana perbankan dan prasarana utilitas. 2. Prasarana sosial, meliputi prasarana pendidikan kepariwisataan, prasarana kesehatan, prasarana keamanan dan pusat informasi pariwisata. Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996) sarana dan fasilitas yang dibutuhkan untuk suatu agrowisata antara lain: jalan menuju lokasi, pintu gerbang, tempat parkir, pusat informasi, sign board (papan informasi), jalan (sirkulasi) dalam kawasan agrowisata, shelter, toilet, tempat ibadah, dan tempat sampah 2.5. Ikan Hias Air Tawar Pembenihan Ikan Hias Air Tawar Pembenihan ikan hias air tawar dapat dikelompokan ke dalam dua kelompok, yaitu pembenihan ikan hias beranak dan pembenihan ikan hias bertelur (Daelami, 2001). Setiap jenis ikan hias pada dasarnya memerlukan kebutuhan dan kriteria/persyaratan khusus yang berbeda-beda untuk lingkungan tumbuhnya sehingga diperlukan sarana dan fasilitas yang berbeda pula untuk tiap jenis ikan hias tersebut. Menurut Lesmana (2002) faktor yang mempengaruhi

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Oleh: GIN GIN GINANJAR A34201029 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN Disusun oleh: DENI HERYANI A34203018 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DENI

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap 2.2 Wisata Terpadu

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap 2.2 Wisata Terpadu II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Menurut Simond (1983) lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dengan karakter lanskap tersebut.

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR Oleh : Annisa Budi Erawati A34201035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A34203015 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERENCANAAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT Oleh : RINRIN KODARIYAH A 34201017 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata 6 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Pariwisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008.

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008. METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian berlokasi di Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) yang secara administratif berlokasi di Kp. Bojongsari RT 03 RW 05 Kecamatan

Lebih terperinci

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A i SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A34203053 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Kawasan Wisata

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Kawasan Wisata 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Kawasan Wisata Perencanaan merupakan suatu bentuk alat yang sistematis yang diarahkan untuk mendapatkan tujuan dan maksud tertentu melalui pengaturan, pengarahan

Lebih terperinci

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR Oleh : YAYAT RUHIYAT A34201018 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YAYAT RUHIYAT. Studi

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA DI DESA SITUDAUN, KECAMATAN TENJOLAYA, KABUPATEN BOGOR. Oleh: Asril Hafif Sachmud A

PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA DI DESA SITUDAUN, KECAMATAN TENJOLAYA, KABUPATEN BOGOR. Oleh: Asril Hafif Sachmud A PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA DI DESA SITUDAUN, KECAMATAN TENJOLAYA, KABUPATEN BOGOR Oleh: Asril Hafif Sachmud A 34201010 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rekreasi dan Wisata 2.2 Perencanaan Kawasan Wisata

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rekreasi dan Wisata 2.2 Perencanaan Kawasan Wisata 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rekreasi dan Wisata Secara etimologi kata rekreasi berasal dari bahasa Inggris yaitu recreation yang merupakan gabungan dari kata re yang berarti kembali dan creation yang berarti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata dan Rekreasi Undang- Undang No.9 Tahun 1990 mendefinisikan wisata sebagai perjalanan atau sebagian dari kegiatan yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sektor pariwisata telah berkembang pesat seiring perubahan pola pikir, bentuk dan sifat kegiatan yang ditawarkan. Perkembangan ini menuntut agar industri

Lebih terperinci

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO Oleh DIDIK YULIANTO A34202008 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTIT UT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Kelapa Rapat (Klara) Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, dengan luas area ± 5.6 Ha (Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan selama 4

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA OLEH: MOCH SAEPULLOH A44052066 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A34201037 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian. III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Agrowisata Agrowisata pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang mengintegrasikan sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga membentuk objek wisata yang menarik. Menurut

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penambangan Batubara

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penambangan Batubara 4 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penambangan Batubara Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009, pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan

Lebih terperinci

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Wisata Agro

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Wisata Agro 1. Latar Balakang. Pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Bogor merupakan bagian integral dan berkesinambungan antara tahapan pembangunan yang telah dilalui dan yang akan dilaksanakan baik dalam Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN (Kasus Kampung Cimenteng, Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten)

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A34203058 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Dengan ini

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA Oleh: PUTERA RAMADHON A34204046 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta) BAB III METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai lanskap kawasan ekowisata karst ini dilakukan di Lembah Mulo, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Budaya

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Budaya 21 TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Budaya Simonds (1983) mendefinisikan lanskap sebagai suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dimana karakter tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam mempertahankan kelangsungan bisnisnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

Oleh : Slamet Heri Winarno

Oleh : Slamet Heri Winarno Oleh : Slamet Heri Winarno PENDAHULUAN Pariwisata telah menjadi sektor strategis dalam memperkuat perekonomian negara Pariwisata ini merupakan sektor penghasil utama devisa negara nonmigas. 2 Pariwisata

Lebih terperinci

EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A

EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A34204014 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

6. MODEL PENGEMBANGAN DAN RANCANGAN IMPLEMENTASI

6. MODEL PENGEMBANGAN DAN RANCANGAN IMPLEMENTASI 6. MODEL PENGEMBANGAN DAN RANCANGAN IMPLEMENTASI 6.1 Model Pengembangan Agrowisata Mempertimbangkan berbagai hasil yang telah dipaparkan pada bagian terdahulu, maka model pengembangan agrowisata berbasis

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi mengenai perencanaan lanskap jalur interpretasi wisata sejarah budaya ini dilakukan di Kota Surakarta, tepatnya di kawasan Jalan Slamet Riyadi. Studi ini dilaksanakan

Lebih terperinci

Pusat Wisata Kopi Sidikalang BAB 1 PENDAHULUAN

Pusat Wisata Kopi Sidikalang BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Bagi bangsa Indonesia, kopi merupakan salah satu komoditi perdagangan yang memiliki

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google)

METODOLOGI. Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google) METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai perencanaan lanskap agrowisata berkelanjutan ini dilakukan di Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Propinsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

TINJAUAN PUSTAKA Estetika 4 TINJAUAN PUSTAKA Estetika Istilah estetika dikemukakan pertama kali oleh Alexander Blaumgarten pada tahun 1750 untuk menunjukkan studi tentang taste dalam bidang seni rupa. Ilmu estetika berkaitan dengan

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang penuh dengan keberagaman budaya dan pariwisata. Negara yang memiliki banyak kekayaan alam dengan segala potensi didalamnya, baik

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap merupakan suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A34204040 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

DESAIN LANSKAP WISATA PANTAI KELAPA RAPAT (KLARA), KABUPATEN PESAWARAN, PROVINSI LAMPUNG OLEH : YUSTIANI YUDHA PUTRI A

DESAIN LANSKAP WISATA PANTAI KELAPA RAPAT (KLARA), KABUPATEN PESAWARAN, PROVINSI LAMPUNG OLEH : YUSTIANI YUDHA PUTRI A DESAIN LANSKAP WISATA PANTAI KELAPA RAPAT (KLARA), KABUPATEN PESAWARAN, PROVINSI LAMPUNG OLEH : YUSTIANI YUDHA PUTRI A34204047 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PUSAT REKREASI DAN PEMBENIHAN IKAN AIR TAWAR DI MUNCUL DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK

PUSAT REKREASI DAN PEMBENIHAN IKAN AIR TAWAR DI MUNCUL DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT REKREASI DAN PEMBENIHAN IKAN AIR TAWAR DI MUNCUL DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik).

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). RINGKASAN INE NILASARI. Perencanaan Lanskap Jalan Westertz By Pass di Kotamadya Denpasar, Bali @i bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). Jalan Western By Pass dengan panjang keseluruhan.t 13 km merupakan

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata di Indonesia saat ini banyak sekali mendatangkan komoditi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata di Indonesia saat ini banyak sekali mendatangkan komoditi yang sangat BAB I PENDAHULUAN I.LATAR BELAKANG 1.1 Kelayakan Proyek Pariwisata di Indonesia saat ini banyak sekali mendatangkan komoditi yang sangat menjanjikan bagi perkembangan daerah-daerah di Indonesia, apalagi

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR Oleh SEPTA ARI MAMIRI A34203047 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata dan Potensi Obyek Wisata

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata dan Potensi Obyek Wisata 9 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata dan Potensi Obyek Wisata Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

WISATA AGRO BUNGA SEBAGAI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SUKUH PERMAI DI NGARGOYOSO KARANGANYAR

WISATA AGRO BUNGA SEBAGAI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SUKUH PERMAI DI NGARGOYOSO KARANGANYAR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR WISATA AGRO BUNGA SEBAGAI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SUKUH PERMAI DI NGARGOYOSO KARANGANYAR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran manusia makin meningkat dalam mencapai suatu prestasi yang tinggi, maka negara-negara yang

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Budaya Lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dimana karakter tersebut menyatu secara harmoni

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arsitektur Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup perancangan dan pembangunan keseluruhan lingkungan binaan,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Desa Ketep. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian. Tanpa Skala

III METODOLOGI. Desa Ketep. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian. Tanpa Skala 14 III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian berada di Desa Ketep, Kecamatan Sawangan yang merupakan bagian dari Kawasan Agropolitan Merapi Merbabu, Kabupaten Magelang, Provinsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Agrowisata. hubungan usaha di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, hortikultura,

TINJAUAN PUSTAKA. Agrowisata. hubungan usaha di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, hortikultura, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Agrowisata 1. Definisi Agrowisata Agrowisata merupakan rangkaian kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi pertanian sebagai obyek wisata, baik potensial berupa pemandangan alam

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan basah merupakan sumber daya alam hayati penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. Salah satu tipe lahan basah adalah lahan gambut. Lahan gambut merupakan ekosistem

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

Proses Desain (1) 10/18/2016. Proses perencanaan (Simonds & Starke, 2006) (ARL 200) PRAKTIKUM MINGGU 10

Proses Desain (1) 10/18/2016. Proses perencanaan (Simonds & Starke, 2006) (ARL 200) PRAKTIKUM MINGGU 10 MK. DASAR DASAR ARSITEKTUR LANSKAP (ARL 200) Perencanaan Perencanaan merupakan suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan kondisi yang diharapkan dari suatu tapak serta cara untuk mencapai kondisi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia yang merupakan negara agraris, memiliki wilayah yang luas untuk usaha pertanian. Selain diperuntukkan sebagai budidaya dan produksi komoditi pertanian serta perkebunan,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan di Kabupaten Bandung tepatnyadi Desa Malakasari, Kecamatan Baleendah. Objek wisata ini berdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam berbagai bentukan alam, struktur historik, adat budaya, dan sumber daya lain yang terkait dengan wisata.

Lebih terperinci

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Untuk penentuan prioritas kriteria dilakukan dengan memberikan penilaian atau bobot

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat

METODOLOGI Waktu dan Tempat 41 METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan di base camp Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat (Gambar 15). Kegiatan ini dilaksanakan dari bulan Mei 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT Oleh: NORTHA IDAMAN A 14105583 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Obyek Wisata Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata dan salah satu alasan pengunjung melakukan perjalanan ( something to see).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

BAB II SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA. budaya serta bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya

BAB II SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA. budaya serta bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya BAB II SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA 2.1 Pengertian Objek Wisata Objek wisata adalah perwujudan ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik

Lebih terperinci

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 Judul Nama NRP : Pengaruh

Lebih terperinci

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SIMPUL CURUG GEDE DI KAWASAN WISATA BATURADEN

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SIMPUL CURUG GEDE DI KAWASAN WISATA BATURADEN P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SIMPUL CURUG GEDE DI KAWASAN WISATA BATURADEN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci