SAWERIGADING. Volume 20 No. 2, Agustus 2014 Halaman

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SAWERIGADING. Volume 20 No. 2, Agustus 2014 Halaman"

Transkripsi

1 SAWERIGADING Volume 20 No. 2, Agustus 2014 Halaman RANAH RUMAH TANGGA BENTENG TERAKHIR PEMERTAHANAN BAHASA MOSSO DI KAMPUNG MOSSO KOTA JAYAPURA (Household Domain is the Last Effort to Survive Mosso Language of Mosso Vilage in Jayapura) Arman Balai Bahasa Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Jalan Yoka, Waena, Distrik Heram, Jayapura Telepon (0967) , Faksimile (0967) Pos-el: Diterima: 5 Februari 2014; Direvisi: 6 Juni 204; Disetujui: 7 Juli 2014 Abstract The purpose of this paper is to know language situation of Mosso language in household domain and language choice by the Mosso speakers in the domain. The research uses quantitative method and applies sociolinguistic approach. Result of research shows that elder people are still active using Mosso language in household domain. It is shown by its effect to the younger. Even though the youngers are able to speak Indonesian language, they are fluent and prefer to speak in Mosso language. In addition, based on anava, the research shows the influence of age in relation to language chosen by the speaker, yet, it is not really significant. Keywords: language choice, household domain, age influence Penelitian ini bertujuan mengetahui situasi kebahasaan bahasa daerah Mosso di dalam ranah rumah tangga dan pilihan bahasa penutur bahasa Mosso di dalam ranah rumah tangga. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiolinguistik dengan metode kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan di dalam ranah rumah tangga masyarakat Mosso orang-orang tua masih aktif mempergunakan bahasa Mosso. Keaktifan orang tua di kampung Mosso mempergunakan bahasa Mosso di dalam ranah rumah tangga sedikit banyak berpengaruh terhadap anak-anak Mosso. Anak-anak Mosso walaupun dapat berbahasa Indonesia, tetapi mereka masih fasih berbahasa Mosso. Di samping itu, sekalipun tidak terlalu signifikan berdasarkan hasil anava, penelitian menunjukkan bahwa faktor umur juga berpengaruh terhadap pilihan bahasa masyarakat Mosso. Kata kunci: pilihan bahasa, ranah rumah tangga, faktor umur PENDAHULUAN Mosso adalah nama salah satu kampung di Distrik Muara Tami yang masuk dalam wilayah pemerintahan Kota Jayapura. Kampung Mosso terletak di tapal batas wilayah Negara RI Papua New Gini. Kampung Mosso resmi dibentuk oleh pemerintah Kota Jayapura pada bulan Maret 2006 dan selanjutnya ditetapkan sebagai kampung terakhir di daerah perbatasan pada bulan Mei Sejak saat itu, Kampung Mosso merupakan kampung terluar wilayah Kota Jayapura yang berbatasan langsung dengan Negara Papua Nugini. Penduduk Kampung Mosso berjumlah kurang lebih 120 kepala keluarga (KK). Dari jumlah tersebut, sekitar 70 kepala keluarga (KK) merupakan penduduk yang sudah lama menetap dan sekitar 50 kepala keluarga (KK) merupakan mantan pelintas batas (sumber: Kepala Kampung Mosso, Bapak Deki Sunu, wawancara, tanggal 15 Juni 2012). Kampung Mosso yang didiami oleh kurang lebih 120 (KK) berasal dari suku Nyau 271

2 Sawerigading, Vol. 20, No. 2, Agustus 2014: yang bermarga Wepafoa, Iu, Syau, Nutafoa, Sumu, dan Nupung. Dalam berkomunikasi sehari-hari masyarakat Suku Nyau, Kampung Mosso mempergunakan bahasa Mosso di samping bahasa Indonesia dan bahasa Inggris Pidgin. Jumlah penduduk Kampung Mosso yang hanya didiami oleh kurang lebih 120 (KK) menunjukkan bahwa penutur bahasa Mosso tergolong kecil. Kecilnya jumlah penutur bahasa Mosso ini berpengaruh terhadap daya tahan hidupnya. Seperti yang dinyatakan oleh Edwards (dalam Fautngil, 2010:5--10) bahwa bahasa-bahasa daerah dengan penutur antara berada dalam kondisi yang kurang aman dan bahasa-bahasa daerah dengan jumlah penutur antara berada dalam kondisi yang berbahaya. Berkaitan dengan pendapat Edwards tersebut dapat dipastikan bahwa bahasa daerah Mosso yang terletak di tapal batas RI-PNG, tepatnya di Kampung Mosso, Distrik Muaratami wilayah Kota Jayapura ini berada dalam kondisi yang tidak aman. Selain jumlah penuturnya sedikit, seperti kebanyakan bahasa-bahasa daerah di Indonesia pada umumnya, bahasa daerah Mosso yang terdapat di wilayah Port Numbay ini juga tidak mengenal tradisi tulis. Berkaitan dengan berbagai masalah di atas, yang juga ikut mengancam keberadaan bahasa Mosso adalah pesatnya pembangunan di wilayah Port Numbay. Saat ini penduduk Kota Jayapura semakin heterogen. Keheterogenan penduduk Kota Jayapura membuat situasi kebahasaan Kota Jayapura semakin heterogen pula. Dalam situasi yang demikian, bahasa-bahasa daerah yang memiliki peran terbatas, karena hanya digunakan untuk komunikasi antaranggota suku cepat atau lambat pasti akan tersisih. Jika bahasa-bahasa daerah mengalami penurunan fungsi, maka akan terjadi perubahan pola pemakaian bahasa. Bahasa yang akan dijadikan sebagai alat komunikasi adalah bahasa yang berperan sebagai sarana komunikasi luas. Dalam hal ini, kehadiran bahasa Indonesia, baik dalam perannya sebagai bahasa lingua franca maupun dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi negara tanpa disadari telah mengancam perkembangan bahasa daerah, tanpa kecuali bahasa Mosso. Bahasa daerah Mosso yang jumlah penuturnya kecil dan penguasaannya terhadap berbagai sumber daya terbatas harus berhadapan dengan bahasa Indonesia yang jumlah penuturnya besar dengan berbagai kelebihan yang dimiliki. Namun, hal yang agak berbeda justru ada pada masyarakat Mosso, tidak seperti penutur bahasa daerah lainnya yang ada di perkotaan yang cenderung meninggalkan bahasa daerahnya, kaum muda Mosso berdasarkan pengamatan ketika berada di tengah-tengah perkampungan masyarakat Mosso justru masih amat cakap berbahasa daerah Mosso. Mereka masih mampu dan fasih berbahasa daerah. Penutur bahasa Mosso seakan tidak terpengaruh dengan penutur bahasa lain disekitarnya. Penutur bahasa daerah Mosso walaupun sedikit dan merupakan bahasa minoritas di wilayah perkotaan yang dihuni oleh etnik berpenutur beragam seperti Bugis dan Makassar, terutama etnik berpenutur bahasa Jawa (trasmigran) namun masih dipergunakan dengan baik mulai kalangan anak-anak sampai orang dewasa. Dan satu lagi, sekalipun wilayah penutur bahasa Mosso berdampingan sangat dekat dengan daerah transmigrasi terutama dari Jawa dan bahasa pengantar antaretnik itu adalah bahasa Indonesia, tetapi tidak ada perubahan yang berarti dalam menggunakan bahasa daerah. Kondisi bahasa Mosso sebagaimana digambarkan di atas, tentu sangat menggembirakan. Artinya, peluang bahasa daerah Mosso untuk tetap bertahan dalam jangka waktu yang lama akan terjaga. Menjaga bahasa Mosso untuk tetap bertahan dapat menghindarkan kita dari kerugian yang amat besar dalam bidang nonmaterial yang tak ternilai harganya karena sebuah bahasa mengandung kearifan lokal dan khazanah pengetahuan budaya. Sehubungan dengan masalah-masalah yang dikemukakan di atas, menarik kiranya dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana situasi kebahasaan bahasa daerah Mosso di dalam ranah rumah tangga dan bagaimana pilihan bahasa penutur bahasa Mosso 272

3 Arman: Ranah Rumah Tangga Benteng Terakhir... di dalam ranah rumah tangga? Adapun tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan situasi kebahasaan bahasa Mosso di dalam ranah rumah tangga dan mendeskripsikan pilihan bahasa penutur bahasa Mosso di dalam rumah tangga. KERANGKA TEORI Pemertahanan bahasa (language maintenance) berkaitan dengan masalah sikap penutur bahasa untuk tetap setia mempergunakan bahasa di tengah-tengah bahasa lainnya. Kesetiaan mempergunakan bahasa merupakan konsekuensi atas pilihan yang dilakukan oleh suatu kelompok pemakai bahasa. Menurut (Kridalaksana, 1993:159) pemertahanan bahasa adalah usaha agar suatu bahasa tetap dipakai dan dihargai, terutama sebagai identitas kelompok, dalam masyarakat bahasa yang bersangkutan melalui pengajaran, kesusastraan, media massa, dan lain-lain. Dalam pemertahanan bahasa, guyub (kelompok) secara kolektif menentukan pilihan untuk melanjutkan memakai bahasa yang sudah biasa dipakai (Sumarsono dan Paina Partana, 2002:231). Lebih jauh Sumarsono (dalam Chaer dan Agustina, 2004:147) menyatakan salah satu faktor penting pemertahanan suatu bahasa adalah adanya loyalitas yang tinggi masyarakat pendukungnya. Dengan kata lain, loyalitas masyarakat yang tinggi dibuktikan dengan sikap positif masyarakat bahasa untuk tetap mentransmisikan bahasanya kepada kepada generasi-generasi selanjutnya. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Weinreich (dalam Aslinda dan Syafyahya, 2007:103) bahwa loyalitas bahasa adalah kegiatan orang untuk mengajak orang lain dalam memperjuangkan bahasanya agar diangkat menjadi bahasa resmi dalam suatu masyarakat bahasa. Artinya, kesetiaan terhadap bahasa disebabkan masyarakat yang mendukung bahasa tersebut merasa bangga terhadap bahasa yang dimilikinya dan ingin mengangkat derajat bahasa tersebut pada status yang lebih tinggi lagi. Dalam kaitannya dengan sikap bahasa, menurut Anderson (1974; disitir Suhardi 1996:35), sikap bahasa adalah tata kepercayaan yang berhubungan dengan bahasa yang secara relatif berlangsung lama, mengenai objek bahasa yang memberikan kecenderungan kepada seseorang (yang memiliki sikap bahasa itu) untuk bertindak dengan cara tertentu yang disukainya. Tentang sikap bahasa ini, Halim (1978:3) berdasarkan pendapat Oppenheim (1976: ) merumuskan bahwa dalam kaitan dengan sikap terhadap bahasa, apabila seseorang cenderung memakai bahasa Indonesia, itu berarti bahwa ia memperlihatkan sikap yang positif terhadap bahasa Indonesia. Berdasarkan pengertian ini, dapatlah diketahui sikap seseorang terhadap bahasa Indonesia atau terhadap bahasa Mosso dari pendapat atau perasaannya ketika menggunakan bahasa tersebut. Apabila sikap masyarakat Mosso terhadap bahasa Mosso positif terhadap bahasanya, dapat diperkirakan bahasa tersebut akan tetap bertahan. Menurut Anderson (1974 dalam Suhardi, 1996:35), sikap bahasa adalah tata kepercayaan yang berhubungan dengan bahasa yang secara relatif berlangsung lama, mengenai objek bahasa yang memberikan kecenderungan kepada seseorang (yang memiliki sikap bahasa itu) untuk bertindak dengan cara tertentu yang disukainya. Dengan kata lain, sikap bahasa berhubungan dengan penggunaan bahasa yang secara relatif berlangsung lama. Tentang sikap bahasa ini, Halim (1978:3) berdasarkan pendapat Oppenheim (1976: ) merumuskan bahwa dalam kaitan dengan sikap terhadap bahasa, apabila seseorang cenderung memakai bahasa Indonesia, itu berarti bahwa ia memperlihatkan sikap yang positif terhadap bahasa Indonesia. Berdasarkan pengertian ini, dapatlah diketahui sikap seseorang terhadap bahasa Indonesia atau terhadap bahasa Mosso dari pendapat atau perasaannya ketika menggunakan bahasa tersebut. Apabila sikap masyarakat Mosso terhadap bahasa Mosso positif terhadap bahasanya, dapat diperkirakan bahasa tersebut akan tetap bertahan. Pergeseran bahasa berkaitan dengan tergesernya suatu bahasa karena ketidakmampuan suatu penutur bahasa mempertahankan bahasanya dari pengaruh penutur bahasa yang lain. Menurut (Alwasilah, 1985:133) pergeseran 273

4 Sawerigading, Vol. 20, No. 2, Agustus 2014: bahasa terjadi bila satu kelompok baru datang ke tempat lain dan bercampur dengan kelompok setempat, maka akan terjadilah pergeseran bahasa. Dengan kata lain, pergeseran bahasa berarti suatu komunitas meninggalkan bahasanya dan kemudian sepenuhnya memilih untuk memakai bahasa lain. METODE Responden yang dijadikan sampel pada penelitian ini sebanyak 56 orang. Usia responden berkisar antara 10 tahun sampai dengan 60 tahun atau lebih dan merupakan penutur asli bahasa Mosso yang dapat berbahasa Indonesia. Sampel dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan generasi atau kelompok umur, yakni kelompok umur 20 tahun; kelompok umur tahun; dan kelompok umur 41 tahun. Sampel responden hanya difokuskan pada satu ranah saja, yakni ranah keluarga. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pengumpulan data kuantitatif menggunakan metode acak distratifikasi (Mantra dan Kasto, 1989:162). Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara pengamatan dan kuesioner survei. Kuesioner survei berisi daftar pertanyaan dan pernyataan yang meliputi data pribadi responden, pilihan bahasa dalam ranah keluarga dan sikap masyarakat terhadap bahasa daerahnya. Pada pilihan bahasa di dalam kuesioner skala (1) untuk pilihan selalu menggunakan bahasa daerah, skala (2) untuk pilihan lebih sering menggunakan bahasa daerah daripada bahasa Indonesia, skala (3) untuk pilihan campuran bahasa Indonesia dan bahasa daerah, skala (4) untuk pilihan lebih sering menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa daerah, dan skala (5) untuk pilihan selalu menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa daerah. Penafsirannya, (1) + (2) menggunakan bahasa daerah; (3) menggunakan campuran bahasa daerah-bahasa Indonesia; dan (4) + (5) menggunakan bahasa Indonesia. Pada pernyataan sikap dalam kuiesioner, skala satu untuk pilihan jawaban sts (sangat tidak setuju), skala dua untuk pilihan jawaban ts (tidak setuju), skala tiga untuk pilihan jawaban s (setuju), dan skala empat untuk pilihan jawaban ss (sangat setuju). PEMBAHASAN Pilihan Bahasa Masyarakat Mosso dalam Ranah Keluarga Di bawah ini disajikan tabel temuan penelitian pilihan bahasa masyarakat Mosso dalam ranah keluarga. Temuan tentang pilihan bahasa masyarakat Mosso yang dijaring melalui instrumen penelitian kuantitatif. Tabel 1. Frekuensi Sampel Pilihan Bahasa Masyarakat Mosso pada Ranah Keluarga Bahasa yang Digunakan Aku Ayah/Ibu Aku Anak (-anak) Aku Kakak Aku Adik Aku Kakek/Nenek N % N % N % N % N % 1. BM 23 41, , , , ,1 2. BM > BI 10 17, ,6 9 16, , ,9 3. BM = BI 15 26, , , , ,0 4. BI > BM 5 8,9 9 16,1 6 10,7 9 16,1 6 10,7 5. B I 3 5,4 4 7,1 3 5,4 3 5,4 3 5,4 Total Singkatan: BI = Bahasa Indonesia; BM =Bahasa Mosso 274

5 Arman: Ranah Rumah Tangga Benteng Terakhir... Berdasarkan data pada tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa dalam ranah keluarga Mosso ketika aku (responden) berbicara dengan Bapak/Ibu atau Paman/Bibi, dari 56 responden yang ada, diperoleh data sebagai berikut: selalu/hampir selalu menggunakan bahasa Mosso 23 responden (41,1%), lebih sering bahasa Mosso daripada bahasa Indonesia 10 responden (17,9%), menggunakan bahasa Indonesia bahasa Mosso sama seringnya 15 responden (26,8%), lebih sering menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa Mosso lima responden ( 8,9%), selalu menggunakan bahasa Indonesia tiga responden (5,4%). Ketika aku (responden) berbicara dengan anak (-anak) diperoleh data sebagai berikut: selalu/ hampir selalu menggunakan bahasa Mosso 10 responden (17,9%), lebih sering menggunakan bahasa Mosso daripada bahasa Indonesia 11 responden (19,6%), dan menggunakan bahasa Indonesia bahasa Mosso sama seringnya 22 responden (39,3%), lebih sering menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa Mosso sembilan responden (16,1%), dan selalu / hampir selalu bahasa Indonesia empat responden (7,1%). Ketika aku (responden) berbicara dengan kakak diperoleh data sebagai berikut: selalu/ hampir selalu menggunakan bahasa Mosso 23 responden (41,1%), lebih sering bahasa Mosso daripada bahasa Indonesia sembilan responden (16,1%), menggunakan bahasa Indonesia bahasa Mosso sama seringnya 15 responden (26,8%), lebih sering bahasa Indonesia daripada bahasa Mosso enam responden (10,7%), dan selalu bahasa Indonesia tiga responden (5,4%). Ketika aku (responden) berbicara dengan adik diperoleh data sebagai berikut: selalu/hampir selalu menggunakan bahasa Mosso 12 responden (21,4%), lebih sering bahasa Mosso daripada bahasa Indonesia 10 responden (17,9%), menggunakan bahasa Indonesia bahasa Mosso sama seringnya 22 responden (39,3%). Lebih sering bahasa Indonesia daripada bahasa Mosso sembilan responden (16,1%), dan selalu bahasa Indonesia tiga responden (5,4%). Ketika aku (responden) berbicara dengan kakek/ nenek diperoleh data sebagai berikut: selalu/ hampir selalu menggunakan bahasa Mosso 23 responden (41,1%), lebih sering menggunakan bahasa Mosso daripada bahasa Indonesia 10 responden (17,9%), menggunakan bahasa Indonesia bahasa Mosso sama seringnya 14 responden (25,0%), lebih sering menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa Mosso enam responden (10,7%), dan selalu menggunakan bahasa Indonesia tiga responden (5,4%). Kesimpulannya dalam ranah keluarga Mosso ketika aku (responden) berbicara kepada Bapak/Ibu atau Paman/Bibi, anak-anak, kakak, adik, dan kakek/nenek yang memilih menggunakan bahasa Mosso frekuensinya jauh lebih besar dibandingkan dengan yang memilih menggunakan bahasa Indonesia. Kalau dirataratakan mencapai angka (15,79%) yang memilih menggunakan bahasa Mosso dan hanya (3,64%) yang menggunakan bahasa Indonesia. Adapun yang menggunakan bahasa Indonesia bahasa Mosso sama seringnya (6,28%). 275

6 Sawerigading, Vol. 20, No. 2, Agustus 2014: Tabel 2. Perbandingan Nilai Rata-Rata (Mean) Pemilihan Bahasa Masyarakat Mosso dalam Ranah Keluarga Berdasarkan Umur Aku ---> Aku ---> Bapak/Ibu atau Aku ---> Aku ---> Aku ---> Umur Responden Anak (-anak) Paman/Bibi Kakak Adik Kakek/Nenek <= 20 Mean 3,0385 2,8846 2,9231 3,0385 2,9231 tahun N Std. Deviation 1, , , , ,19743 % of Total 46,4% 46,4% 46,4% 46,4% 46,4% N Mean 2,8333 2,0000 2,0556 2,7222 2,0000 tahun N Std. Deviation 1, , , , ,02899 % of Total 32,1% 32,1% 32,1% 32,1% 32,1% N => Mean 2,0000 1,0000 1,0000 1,7500 1, tahun N Std. 1,04447,00000,00000,62158,00000 Deviation % of Total 21,4% 21,4% 21,4% 21,4% 21,4% N Total Mean 2,7500 2,1964 2,2321 2,6607 2,2143 N Std. Deviation 1, , , , ,24629 % of Total N 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa ketika aku (responden) berbicara dengan anak (-anak) dari umur < tahun diperoleh total rata-rata (mean) sebesar 2,7500 yang berarti responden cenderung menggunakan bahasa Mosso dan bahasa Indonesia sama seringnya. Apabila diperinci lebih lanjut dapat diketahui bahwa pada kelompok umur 20 tahun ketika aku (responden) berbicara dengan anak (-anak) diperoleh rata-rata sebesar 3,0385 (lihat kembali Tabel 2) yang berarti cenderung menggunakan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Mosso sama seringnya. Pada kelompok umur tahun diperoleh ratarata 2,8333 yang berarti menggunakan bahasa Mosso dan bahasa Indonesia sama seringnya, sedangkan pada kelompok umur 41 tahun diperoleh rata-rata sebesar 2,000 yang berarti lebih sering menggunakan bahasa Mosso daripada bahasa Indonesia. 276

7 Tabel 3. Hasil Anava ( = 0,05) Pilihan Bahasa Masyarakat Mosso pada Ranah Keluarga Berdasarkan Umur Umur Sum of Mean Squares Df Square F Sig. Aku ---> Anak (-anak) Between Groups 9, ,519 3,774,029 Within Groups 63, ,197 Total 72, Aku ---> Bapak/Ibu atau Paman/Bibi Catatan: Untuk df 2/53, f tabel = 3, Arman: Ranah Rumah Tangga Benteng Terakhir... Between Groups 30, ,093 15,192,000 Within Groups 52,654 53,993 Total 82, Aku ---> Kakak Between Groups 31, ,596 15,086,000 Within Groups 54, ,034 Total 85, Aku ---> Adik Between Groups 13, ,865 6,186,004 Within Groups 58, ,110 Total 72, Aku ---> Kakek/Nenek Between Groups 31, ,791 15,543,000 Within Groups 53, ,016 Total 85, Berdasarkan hasil anava untuk α = 0,05 pemilihan bahasa masyarakat Mosso dalam ranah keluarga berdasarkan umur, Aku (responden) berbicara dengan anak (-anak) diperoleh nilai F sebesar 3,774, Aku (responden) berbicara dengan bapak/ibu diperoleh nilai F sebesar 15,192, Aku (responden) berbicara dengan kakak diperoleh nilai F sebesar 15,086, Aku (responden) berbicara dengan adik diperoleh nilai F sebesar 6,186, dan Aku (responden) berbicara dengan kakek/nenek diperoleh nilai F sebesar 15,543. Semuanya jauh di atas nilai F tabel 3, (Tabel 3) yang berarti bahwa variabel umur sangat berpengaruh secara signifikan dalam hal pemilihan bahasa Mosso dan bahasa Indonesia ketika aku (responden) berbicara dengan anak (-anak), dengan bapak/ibu, dengan kakak, dengan adik, dan dengan kakek/nenek. Pengaruh variabel umur dalam hal pemilihan bahasa didukung oleh hasil pengelompokan Duncan sebagaimana terlihat pada Bagan 1. Dari bagan itu dapat dilihat adanya tiga kelompok, yaitu kelompok pertama yang keanggotaannya adalah kelompok umur 41 tahun dengan rata-rata 1,000 yang berarti responden selalu menggunakan bahasa Mosso, kelompok kedua yang keanggotaannya adalah kelompok umur tahun dengan rata-rata 2,000 yang berarti responden lebih sering menggunakan bahasa Mosso daripada bahasa Indonesia, dan kelompok ketiga yang keanggotaannya adalah kelompok umur 20 tahun dengan rata-rata 2,8846 yang berarti responden menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Mosso sama seringnya. Bagan 1. Hasil Pengelompokan Duncan Pemilihan Bahasa Masyarakat Mosso dalam Ranah Keluarga Berdasarkan Umur Duncan a,b Umur Subset for alpha = 0.05 Responden N => 41tahun 12 1, tahun 18 2,000 0 <= 20 tahun 26 2,884 6 Sig. 1,000 1,000 1,000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16,916. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. 277

8 Sawerigading, Vol. 20, No. 2, Agustus 2014: Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa ketika aku (responden) berbicara dengan kakak dari umur < tahun diperoleh total rata-rata (mean) sebesar 2,2321 yang berarti responden lebih sering menggunakan bahasa Mosso daripada bahasa Indonesia. Adanya pengaruh variabel umur dalam hal pemilihan bahasa didukung oleh hasil pengelompokan Duncan sebagaimana terlihat pada Bagan 2. Dari bagan itu dapat dilihat adanya tiga kelompok, yaitu kelompok pertama yang keanggotaannya adalah kelompok umur 41 tahun dengan rata-rata 2,000 yang berarti responden selalu menggunakan bahasa Mosso, kelompok kedua yang keanggotaannya adalah kelompok umur tahun dengan rata-rata 2,8333 yang berarti responden lebih sering menggunakan bahasa Mosso daripada bahasa Indonesia, dan kelompok ketiga yang keanggotaannya adalah kelompok umur 20 tahun dengan rata-rata 3,0385 yang berarti responden menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Mosso sama seringnya. Bagan 2. Hasil Pengelompokan Duncan Pemilihan Bahasa Masyarakat Mosso dalam Ranah Keluarga Berdasarkan Umur Duncan a,b Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16,916. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa ketika aku (responden) berbicara dengan kakak dari umur < tahun diperoleh total rata-rata (mean) sebesar 2,2321 yang berarti responden lebih sering menggunakan bahasa Mosso daripada bahasa Indonesia. 278 Subset for alpha = Umur 0.05 Responden N 1 2 => 41tahun 12 2, tahun 18 2,8333 <= 20 tahun 26 3,0385 Sig. 1,000,588 Adanya pengaruh variabel umur dalam hal pemilihan bahasa didukung oleh hasil pengelompokan Duncan sebagaimana terlihat pada Bagan 3. Dari bagan itu dapat dilihat adanya tiga kelompok, yaitu kelompok pertama yang keanggotaannya adalah kelompok umur 41 tahun dengan rata-rata 1,000 yang berarti responden selalu menggunakan bahasa Mosso, kelompok kedua yang keanggotaannya adalah kelompok umur tahun dengan rata-rata 2,0556 yang berarti responden lebih sering menggunakan bahasa Mosso daripada bahasa Indonesia, dan kelompok ketiga yang keanggotaannya adalah kelompok umur 20 tahun dengan rata-rata 2,9231 yang berarti responden menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Mosso sama seringnya. Bagan 3. Hasil Pengelompokan Duncan Pemilihan Bahasa Masyarakat Mosso dalam Ranah Keluarga Berdasarkan Umur Duncan a,b Umur Subset for alpha = 0.05 Responden N => 41tahun 12 1, tahun 18 2,0556 <= 20 tahun 26 2,9231 Sig. 1,000 1,000 1,000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16,916. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa ketika aku (responden) berbicara dengan adik diperoleh total rata-rata (mean) sebesar 2,6607 yang berarti responden cenderung menggunakan bahasa Mosso dan bahasa Indonesia sama seringnya. Adanya pengaruh variabel umur dalam hal pemilihan bahasa didukung oleh hasil pengelompokan Duncan sebagaimana terlihat pada Bagan 4. Dari bagan itu dapat dilihat adanya tiga kelompok, yaitu kelompok pertama yang keanggotaannya adalah kelompok umur 41 tahun dengan rata-rata 1,7500 yang berarti responden lebih sering menggunakan bahasa

9 Arman: Ranah Rumah Tangga Benteng Terakhir... Mosso daripada bahasa Indonesia, kelompok kedua yang keanggotaannya adalah kelompok umur tahun dengan rata-rata 2,7222 yang berarti responden menggunakan bahasa Mosso dan bahasa Indonesia sama seringnya, dan kelompok ketiga yang keanggotaannya adalah kelompok umur 20 tahun dengan rata-rata 3,0385 yang berarti responden menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Mosso sama seringnya. Bagan 4. Hasil Pengelompokan Duncan Pemilihan Bahasa Masyarakat Mosso dalam Ranah Keluarga Bersarkan Umur Duncan a,b Subset for alpha = 0.05 Umur Responden N 1 2 => 41tahun 12 1, tahun 18 2,7222 <= 20 tahun 26 3,0385 Sig. 1,000,387 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16,916. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa ketika aku (responden) berbicara dengan kakek/nenek diperoleh total rata-rata (mean) sebesar 2,2143 yang berarti responden lebih sering menggunakan bahasa Mosso daripada bahasa Indonesia. Pengaruh variabel umur dalam hal pemilihan bahasa didukung oleh hasil pengelompokan Duncan sebagaimana terlihat pada Bagan 5. Dari bagan itu dapat dilihat ada tiga kelompok, yaitu kelompok pertama yang keanggotaannya adalah kelompok umur 41 tahun dengan rata-rata 1,000 yang berarti responden lebih selalu menggunakan bahasa Indonesia, kelompok kedua yang keanggotaannya adalah kelompok umur tahun dengan rata-rata 2,000 yang berarti responden lebih sering menggunakan bahasa Mosso daripada bahasa Indonesia, dan kelompok ketiga yang keanggotaannya adalah kelompok umur 20 tahun dengan rata-rata 2,9231 yang berarti responden menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Mosso sama seringnya. Bagan 5. Hasil Pengelompokan Duncan Pemilihan Bahasa Masyarakat Mosso dalam Ranah Keluarga Berdasarkan Umur Duncan a,b Umur Subset for alpha = 0.05 Responden N => 41tahun 12 1, tahun 18 2,0000 <= 20 tahun 26 2,9231 Sig. 1,000 1,000 1,000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16,916. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. Secara umum di Kampung Mosso ketika aku (responden) berbicara kepada yang telah berusia tahun ke atas, selalu menggunakan bahasa daerah Mosso, sedangkan ketika berbicara kepada yang relatif berusia lebih muda cenderung menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah Mosso sama seringnya. PENUTUP Apabila dilihat dari nilai rata-rata (mean) pemakaian bahasa pada ranah keluarga Mosso berdasarkan variabel umur maka dapat dilihat adanya kecenderungan bahwa semakin muda usia responden penutur bahasa Mosso, pemakaian bahasa daerahnya semakin bercampur dengan bahasa Indonesia. Hal ini juga didukung hasil anava yang menunjukkan bahwa variabel umur berpengaruh secara signifikan dalam hal pemilihan bahasa. Implikasinya adalah ketika berada di rumah dalam berkomunikasi sehari-hari anak-anak Mosso sudah ada sedikit campuran bahasa Indonesianya. Sekalipun demikian, anakanak Mosso ketika berkomunikasi di rumah, bahasa Mosso telah tercampur dengan bahasa Indonesia, meskipuin sedikit mereka masih fasih berbahasa Mosso. Satu hal yang sangat menggembirakan di 279

10 Sawerigading, Vol. 20, No. 2, Agustus 2014: dalam ranah keluarga masyarakat Mosso dalam berkomunikasi sehari-hari para orang tua masih menggunakan bahasa daerah Mosso. Penggunaan bahasa daerah oleh para orang tua di dalam lingkungan keluarga memungkinkan adanya transmisi bahasa dari orang tua kepada anak-anak, sehingga anak-anak mereka tidak lupa bahasa daerahnya. Situasi ini masih dapat memperlambat pergeseran bahasa daerah Mosso dan masih memberikan harapan bagi kebertahanan bahasa daerah Mosso untuk saat ini. Penggunaan bahasa daerah di dalam ranah keluarga Mosso membuktikan bahwa ranah keluarga merupakan benteng terakhir dalam pemertahanan bahasa, khususnya bahasa daerah Mosso. Kampung Mosso ini bisa menjadi contoh bagi kampung lain yang ada di tanah Papua pada umumnya, bahwa penggunaan bahasa daerah di dalam ranah rumah tangga akan memberikan peluang bagi bahasa daerah untuk bertahan. DAFTAR PUSTAKA Alwasilah, A. Chaedar Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa. Aslinda dan Leni Syafyahya Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: PT Refika Aditama. Chaer, Abdul dan Agustina Leonie Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Fautngil, Christ The Marginalisation of The Languages of Papua. Jayapura: Uncen. Fishman, Joshua A Domains and the Relationship between Micro and Macrosociolinguistics, dalam Jhon J. Gumperz dan Dell Hymes (penyunting) Directions in Sociolinguistics: The Ethnography of Communication. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc. Halim, Amran Sikap Bahasa dan Pelaksanaan Kebijaksanaan Bahasa Nasional. Dalam Amran Halim dan Yayah B. Lumintaintang. Editor. Kongres Bahasa Indonesia III. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kridalaksana, Harimurti Kamus Linguistik. Edisi ketiga. Jakarta: PT Gramedia. Mantra, Ida Bagoes dan Kasto Penentuan Sampel, dalam Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian (ed) Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Suhardi, Basuki Sikap Bahasa, Suatu Telaah Eksploratif atas Sekelompok Sarjana dan Mahasiswa di Jakarta. Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Sumarsono dan Paina Partana Sosiolinguistik. Yogyakarta: SABDA dan Pustaka Pelajar. 280

PEMILIHAN BAHASA WALSA-BAHASA INDONESIA OLEH PENUTUR ASLI BAHASA WALSA: STUDI KASUS PADA MASYARAKAT PUND

PEMILIHAN BAHASA WALSA-BAHASA INDONESIA OLEH PENUTUR ASLI BAHASA WALSA: STUDI KASUS PADA MASYARAKAT PUND PEMILIHAN BAHASA WALSA-BAHASA INDONESIA OLEH PENUTUR ASLI BAHASA WALSA: STUDI KASUS PADA MASYARAKAT PUND LANGUAGE CHOICE OF WALSA LANGUAGE- INDONESIAN LANGUAGE BY NATIVE SPEAKER WALSA LANGUAGE: CASE STUDY

Lebih terperinci

Jenis Pupuk o B1 B2 B3 B4

Jenis Pupuk o B1 B2 B3 B4 TUTORIAL SPSS RANCANGAN ACAK KELOMPOK (RAK) oleh : Hendry http://teorionline.wordpress.com/ Rancangan acak kelompok (RAK) sering disebut dengan randomized complete block design (RCBD). Pada rancangan ini

Lebih terperinci

Jawaban Tes Praktikum Pengolahan Data Diklat Metode Penelitian Percobaan dan Pengolahan Data

Jawaban Tes Praktikum Pengolahan Data Diklat Metode Penelitian Percobaan dan Pengolahan Data Jawaban Tes Praktikum Pengolahan Data Diklat Metode Penelitian Percobaan dan Pengolahan Data Peneliti di sebuah pabrik pembuatan genteng bermaksud mencari bahan dan suhu pemanasan optimal dalam produksi

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Hasil Perhitungan Statistik dengan SPSS for Windows versi dan Kuesioner Penelitian

DAFTAR LAMPIRAN. Hasil Perhitungan Statistik dengan SPSS for Windows versi dan Kuesioner Penelitian DAFTAR LAMPIRAN Hasil Perhitungan Statistik dengan SPSS for Windows versi 15.00 dan Kuesioner Penelitian xi LAMPIRAN A Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas A.1. Parental Stress Scale (PSS) A.1.1. Sebelum

Lebih terperinci

LATIHAN SPSS I. A. Entri Data

LATIHAN SPSS I. A. Entri Data A. Entri Data LATIHAN SPSS I Variabel Name Label Type Nama Nama Mahasiswa String NIM Nomor Induk Mahasiswa String JK Numeris 1. 2. TglLahir Tanggal Lahir Date da Daerah Asal Numeris 1. Perkotaan 2. Pinggiran

Lebih terperinci

STATISTICAL STUDENT OF IST AKPRIND

STATISTICAL STUDENT OF IST AKPRIND E-mail : statistikaista@yahoo.com Blog : Contoh Kasus One Way Anova dan Two Way Anova Menggunakan SPSS Lisensi Dokumen: Copyright 2010 ssista.wordpress.com Seluruh dokumen di ssista.wordpress.com dapat

Lebih terperinci

Tests of Normality. Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk

Tests of Normality. Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk LAMPIRAN 1. Hasil Analisa SPSS (Uji Normalitas) sp tempat peterongan banyumanik fatmawati simulasi *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction bp_minyak tempat

Lebih terperinci

ANALISA RAGAM DATA (UJI ANOVA)

ANALISA RAGAM DATA (UJI ANOVA) MATERI III ANALISA RAGAM DATA (UJI ANOVA) STMIK KAPUTAMA BINJAI Wahyu S. I. Soeparno, SE., M.Si Analisa Ragam Satu Arah (Oneway) Analisa ragam satu arah ( oneway ANOVA) digunakan untuk membandingkan mean

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian. 1. Profil Pasar Tradisional Prajurit Kulon Kota Mojokerto

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian. 1. Profil Pasar Tradisional Prajurit Kulon Kota Mojokerto BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian 1. Profil Pasar Tradisional Prajurit Kulon Kota Mojokerto Pasar Prajurit Kulon didirikan oleh Pemerintah Kota Mojokerto yang dibawah naungan UPTD

Lebih terperinci

Pelatihan survey biodiversitas, Way Canguk, Appendix 1. Diversity, Abundance, dan Species Richness

Pelatihan survey biodiversitas, Way Canguk, Appendix 1. Diversity, Abundance, dan Species Richness Appendix. Diversity, Abundance, dan Species Richness Data diambil dari pengamatan burung pada jenis ficus, F. stupenda dan F. benjamina. Keduanya berbeda dalam hal ukuran buah dengan F. stupenda lebih

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Hasil Pengamatan Biji Kenari. A. Data Hasil Pengamatan Presentase Jumlah Kecambah Yang Dihitung Pada Hari Ke- 14 Setelah Tanam (hst)

Lampiran 1. Data Hasil Pengamatan Biji Kenari. A. Data Hasil Pengamatan Presentase Jumlah Kecambah Yang Dihitung Pada Hari Ke- 14 Setelah Tanam (hst) Lampiran 1. Data Hasil Pengamatan Biji Kenari A. Data Hasil Pengamatan Presentase Jumlah Kecambah Yang Dihitung Pada Hari Ke- 14 Setelah Tanam (hst) Konsentrasi (%) Lama perendaman (jam) Ulangan Total

Lebih terperinci

Statistika untuk Keteknikan Analisis Ragam

Statistika untuk Keteknikan Analisis Ragam Statistika untuk Keteknikan Analisis Ragam Teknik Analisis Ragam : Pengolahan data anova satu arah dan anova dua arah dengan rumus statistik dan SPSS. Oleh Delvi Yanti, S.TP, MP Page 0 1.1 Rumus Anova

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Yogyakarta masih berada pada level physiological needs dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Yogyakarta masih berada pada level physiological needs dengan 32 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan Studi Mengenai Hubungan Motivasi Kerja Dan Waktu Kerja Tukang Pada Proyek Konstruksi, dapat diambil kesimpulan

Lebih terperinci

LEMBAR PEMERIKSAAN GIGI HUBUNGAN PERAN IBU DALAM MEMBERSIHKAN RONGGA MULUT DENGAN PENGALAMAN KARIES ANAK UMUR 1-3 TAHUN DI DESA PAYA GELI

LEMBAR PEMERIKSAAN GIGI HUBUNGAN PERAN IBU DALAM MEMBERSIHKAN RONGGA MULUT DENGAN PENGALAMAN KARIES ANAK UMUR 1-3 TAHUN DI DESA PAYA GELI LEMBAR PEMERIKSAAN GIGI HUBUNGAN PERAN IBU DALAM MEMBERSIHKAN RONGGA MULUT DENGAN PENGALAMAN KARIES ANAK UMUR 1-3 TAHUN DI DESA PAYA GELI Tanggal pemeriksaan : Nama ibu : Nama anak : Tanggal lahir : Alamat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi bawang putih

Lampiran 1. Hasil identifikasi bawang putih Lampiran 1. Hasil identifikasi bawang putih Lampiran 2. Bahan uji VCO dan bawang putih A B Keterangan: A. Minyak Kelapa Murni (VCO); B. Bawang putih Lampiran 3. Tris (hidroksil) amninometana dan Lipozyme

Lebih terperinci

Hari ke-1 Pembelian mencit dari FMIPA ITB Bandung. Hari ke-1 sampai ke-7 Aklitimasi/adaptasi mencit hingga mencapai usia dan berat ideal

Hari ke-1 Pembelian mencit dari FMIPA ITB Bandung. Hari ke-1 sampai ke-7 Aklitimasi/adaptasi mencit hingga mencapai usia dan berat ideal Lampiran 1: Rencana Kerja Penelitian Hari ke-1 Pembelian mencit dari FMIPA ITB Bandung Hari ke-1 sampai ke-7 Aklitimasi/adaptasi mencit hingga mencapai usia dan berat ideal Hari ke-8 Induksi aloksan untuk

Lebih terperinci

BANJAR-BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN

BANJAR-BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN PERGESERAN BAHASA (LANGUAGE SHIFTING) DALAM KELUARGA BANJAR-BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN KETUA : ANGGOTA: SITI JAMZAROH, S.S., M.HUM. DRS. SAEFUDDIN, M.PD AGUS YULIANTO,S,S., M.PD DRS. SUMADI, M.HUM. TEGUH

Lebih terperinci

ANALISIS JARGON DALAM GAME ONLINE FOOTBALL SAGA 2

ANALISIS JARGON DALAM GAME ONLINE FOOTBALL SAGA 2 ANALISIS JARGON DALAM GAME ONLINE FOOTBALL SAGA 2 SKRIPSI OLEH : RUSDAN TABIBUL UMAM NIM 09340009 PROGAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

Lampiran 1: Data Sebelum Dan Sesudah Perlakuan. Kadar Glukosa Darah Puasa (mg%) Setelah Induksi Aloksan. Setelah Perlakuan

Lampiran 1: Data Sebelum Dan Sesudah Perlakuan. Kadar Glukosa Darah Puasa (mg%) Setelah Induksi Aloksan. Setelah Perlakuan Lampiran 1: Data Sebelum Dan Sesudah Perlakuan Kelompok Perlakuan (n = 4) Kadar Glukosa Darah Puasa (mg%) Setelah Induksi Aloksan Setelah Perlakuan Penurunan Persentase penurunan (%) I 211 51 160 75.83

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai peranan yang sangat. pada setiap bahasa, khususnya bahasa ibu atau bahasa asal.

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai peranan yang sangat. pada setiap bahasa, khususnya bahasa ibu atau bahasa asal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai peranan yang sangat penting. Bahasa menjadi kunci penentu proses perubahan. Namun demikian, hal itu terkadang kurang

Lebih terperinci

ANALISIS DATA TERHADAP MUTU KIMIA ph KEFIR SUSU KACANG TANAH

ANALISIS DATA TERHADAP MUTU KIMIA ph KEFIR SUSU KACANG TANAH 74 LAMPIRAN 1 ANALISIS DATA TERHADAP MUTU KIMIA ph KEFIR SUSU KACANG TANAH Variasi Bahan Inokulum Ulangan Jumlah Rataan Baku (G) (F) 1 Perlakuan Perlakuan F1 4,4 4,5 8,900 4,450 G1 F 4,5 4,5 9,000 4,500

Lebih terperinci

Lampiran 1 dari Kulit Udang serta Transformasi Kitin menjadi Kitosan 1. Gambar Persiapan Bahan

Lampiran 1 dari Kulit Udang serta Transformasi Kitin menjadi Kitosan 1. Gambar Persiapan Bahan 55 Lampiran 1 Proses Isolasi Kitin dari Kulit Udang serta Transformasi Kitin menjadi Kitosan 1. Gambar Persiapan Bahan kulit udang setelah dikeringkan Penghalusan kulit udang Pengayakann dengan ukuran

Lebih terperinci

Mencit yang dipilih adalah mencit yang berumur 2-3 bulan dengan berat. rata-rata g dan dipelihara di Labaratorium Biokimia Fakultas

Mencit yang dipilih adalah mencit yang berumur 2-3 bulan dengan berat. rata-rata g dan dipelihara di Labaratorium Biokimia Fakultas a. Pemeliharaan hewan coba Mencit yang dipilih adalah mencit yang berumur 2-3 bulan dengan berat rata-rata 20-30 g dan dipelihara di Labaratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Kandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dalam penggunaannya di tengah adanya bahasa baru dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dalam penggunaannya di tengah adanya bahasa baru dalam masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran dan pemertahanan bahasa merupakan dua sisi mata uang (Sumarsono, 2011). Fenomena tersebut merupakan fenomena yang dapat terjadi secara bersamaan. Pemertahanan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS. Perhitungan dosis pembanding (Andriol)

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS. Perhitungan dosis pembanding (Andriol) LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS Perhitungan dosis pembanding (Andriol) Kandungan Andriol (1 kaplet/tablet)= 40 mg Faktor konversi dari dosis manusia (80 mg/70 kg BB) ke dosis mencit yang beratnya 20 g adalah

Lebih terperinci

Keterangan : E = L 2 + a 2 + b 2 E = intensitas warna L, a, b = dapat dilihat dari hasil pengukuran menggunakan chromameter

Keterangan : E = L 2 + a 2 + b 2 E = intensitas warna L, a, b = dapat dilihat dari hasil pengukuran menggunakan chromameter 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan Nilai Intensitas Warna Rumus : Keterangan : E = L 2 + a 2 + b 2 E = intensitas warna L, a, b = dapat dilihat dari hasil pengukuran menggunakan chromameter Tepung tempe

Lebih terperinci

Lampiran 1: Data Mentah Pengamatan Sebelum Dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:

Lampiran 1: Data Mentah Pengamatan Sebelum Dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh data sebagai berikut: Lampiran-lampiran Lampiran 1: Data Mentah Pengamatan Sebelum Dianalisis 1) Tinggi Tanaman Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4: Rata-rata tinggi tanaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Penelitian yang mengangkat masalah Pemertahanan Bahasa Bali belum ada yang melakukan di daerah Gorontalo, namun peneliti menemukan di internet

Lebih terperinci

Lampiran 2. Perhitungan Kadar Serat dan Zat Besi Pada Cookies

Lampiran 2. Perhitungan Kadar Serat dan Zat Besi Pada Cookies Lampiran 2. Perhitungan Kadar Serat dan Zat Besi Pada Cookies Kadungan serat pada cookies cookies dengan substitusi tepung beras merah 60% sebanyak 1,49 g/100 g atau 0,0149g/g Angka kecukupan gizi serat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskriptif Statistik Kandungan Amilosa Tepung Singkong

Lampiran 1. Deskriptif Statistik Kandungan Amilosa Tepung Singkong 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Deskriptif Statistik Kandungan Amilosa Tepung Singkong Dependent Variable: AMILOSA1 PKRNGAN STD SD DH BLANCH Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N 24,9205,94957 6 27,1036,70099

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) 1 of 8 SILABUS Fakultas : Bahasa dan Seni Jurusan/Prodi : Bahasa dan Sastra Indonesia/Sastra Indoesia Mata Kuliah : Sosiolinguistik Kode Mata Kuliah : SAS 311 SKS : 2 SKS Standar Kompetensi : Memiliki

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Bahan Uji Dan Pembanding. x = g/kgbb/hr

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Bahan Uji Dan Pembanding. x = g/kgbb/hr LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Bahan Uji Dan Pembanding Dosis buah belimbing wuluh sebagai penurun kolesterol total untuk manusia 2 buah belimbing wuluh segar dijus dan diminum 3 kali sehari (BPOM, 2006).

Lebih terperinci

UPAYA PEMERTAHANAN BAHASA

UPAYA PEMERTAHANAN BAHASA UPAYA PEMERTAHANAN BAHASA Ida Komalasasi 1, Ida Rusdiana 2 1 STKIP PGRI Banjarmasin, Banjarmasin 2 STKIP PGRI Banjarmasin, Banjarmasin 1 idakomalasari56@gmail.com, 2 idarusdiana41@yahoo.co.id ABSTRAK Masalah

Lebih terperinci

Perlakuan Lama Waktu 2 minggu. 4 Minggu. Ket: (I). Inti, (S).Sinusoid. Ket: (I). Inti, (L).Lemak. Ket: (I). Inti, (S).Sinusoid

Perlakuan Lama Waktu 2 minggu. 4 Minggu. Ket: (I). Inti, (S).Sinusoid. Ket: (I). Inti, (L).Lemak. Ket: (I). Inti, (S).Sinusoid LAMPIRAN Lampiran 1. Gambar Histologi Preparat Jaringan Hati Tikus Putih (Rattus norvegicus) pada luasan sel 25 µm dengan menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 10 x 10. Perlakuan Lama Waktu 2 Kontrol

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi daun poguntano (Picria fel-terrae Lour.)

Lampiran 1. Hasil identifikasi daun poguntano (Picria fel-terrae Lour.) Lampiran 1. Hasil identifikasi daun poguntano (Picria fel-terrae Lour.) 114 Lampiran 2 Simplisia daun poguntano (Picria fel-terrae Lour.) A a b Keterangan: a. Gambar daun poguntano b. Gambar simplisia

Lebih terperinci

LAMPIRAN I SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

LAMPIRAN I SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) LAMPIRAN I SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama lengkap : Tgl lahir : NRP : Alamat : Menyatakan bersedia dan tidak berkeberatan

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA

PEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- 78 PEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA Favorita

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Nugget Jamur Berbasis Tepung Kacang Hijau

Lampiran 1. Gambar Nugget Jamur Berbasis Tepung Kacang Hijau 7. LAMPIRA Lampiran 1. Gambar ugget Jamur Berbasis Tepung Kacang Hijau A B C D Gambar 15. (a) ugget Komersial, (b) ugget Jamur Berbasis Tepung Kacang Hijau 50%, (c) ugget Jamur Berbasis Tepung Kacang Hijau

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Bahan Uji dan Pembanding

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Bahan Uji dan Pembanding LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Bahan Uji dan Pembanding Dosis buah belimbing wuluh sebagai penurun berat badan untuk manusia 2 buah belimbing wuluh segar dijus dan diminum 3 kali sehari (BPOM, 2006). 2 buah

Lebih terperinci

Lampiran 1 Data perhitungan analisis proksimat bahan baku

Lampiran 1 Data perhitungan analisis proksimat bahan baku LAMPIRAN 52 53 Lampiran 1 Data perhitungan analisis proksimat bahan baku a. Kadar air Kadar Air Bahan Baku Pupuk Parameter Sampel Limbah Ikan Kascing Ulangan 1 2 1 2 Berat cawan (g) 19,46 18,92 17,21 17,34

Lebih terperinci

Cara perhitungan dosis ekstrak etanol Bawang Putih

Cara perhitungan dosis ekstrak etanol Bawang Putih Lampiran 1 Cara perhitungan dosis ekstrak etanol Bawang Putih Cara perhitungan dosis buah Bawang Putih Dosis buah bawang putih untuk manusia = 0,5g / kg BB Faktor konversi untuk manusia ke mencit 20g =

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA

LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA Biji pala diperoleh dari Bogor karena dari penelitian yang dilakukan oleh jurusan Farmasi FMIPA ITB dengan menggunakan destilasi uap diketahui bahwa biji pala

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata kunci: dialektologi, sikap, bahasa, minang, rantau

Abstraksi. Kata kunci: dialektologi, sikap, bahasa, minang, rantau Kajian Dialektologi dan Sikap Bahasa Minang Pada Pedagang Rantau di Jakarta 1 Erni Hastuti, 2 Teddy Oswari 1 Fakultas Sastra dan Bahasa, Universitas Gunadarma 2 Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS 54 LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS 1. Perhitungan Dosis Asetosal Dosis Asetosal untuk menimbulkan tukak pada tikus = 800 mg/kg BB (Soewarni Mansjoer, 1994) Berat badan rata-rata tikus = ± 150 gram Dosis Asetosal

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Uji Normalitas dan Anova Penelitian Puding Gelatin Susu Kedelai

Lampiran 1. Hasil Uji Normalitas dan Anova Penelitian Puding Gelatin Susu Kedelai Lampiran 1. Hasil Uji ormalitas dan Anova Penelitian Puding Gelatin Susu Kedelai Explore Tests of ormality Kolmogorov-Smirnov a Statistic df HARDESS,092 60,200* WKT_GEL,175 60,000 AIR,103 60,184 PROTEI,093

Lebih terperinci

APPENDICE. Appendix A Questionaire Kit

APPENDICE. Appendix A Questionaire Kit 44 APPENDICE Appendix A Questionaire Kit 45 Responden 1 1. Sejak kapan menekuni usaha pembuatan sayur asin? + 5 th 2. Mengapa tertarik di usaha ini? Meneruskan usaha keluarga (sudah turun temurun membuatnya).

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Syarat Mutu Tempe Kedelai (SNI :2009)

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Syarat Mutu Tempe Kedelai (SNI :2009) 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Syarat Mutu Tempe Kedelai (SNI 01-3144:2009) 49 50 Lampiran 2. Kurva Standar Asam Sianida KODE KCN ABSORBANSI I ABSORBANSI II ABSORBANSI III ABSORBANSI RATA- RATA 1,2 µm 0,027 0,0269

Lebih terperinci

Tabel. Pengamatan Jumlah Mortalitas Larva Instar III Plutella xylostella Hama yang diinfeksikan. Persentase Mortalitas (%)Pengamatan ke-

Tabel. Pengamatan Jumlah Mortalitas Larva Instar III Plutella xylostella Hama yang diinfeksikan. Persentase Mortalitas (%)Pengamatan ke- LAMPIRAN 1. Data Pengaruh Pemberian Larutan Pestisida Nabati Perasan Daun Kayu Kuning (Arcangelisia flava L.) terhadap Mortalitas Hama Plutella xylostella pada Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Tabel.

Lebih terperinci

V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah para karyawan produksi PT.

V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah para karyawan produksi PT. V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1. KARAKTERISTIK RESPONDEN Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah para karyawan produksi PT. AKM Bekasi sebanyak 102 orang. Profil responden dijelaskan berdasarkan

Lebih terperinci

Lampiran 1.Surat Hasil Identifikasi Daun Bangun-bangun

Lampiran 1.Surat Hasil Identifikasi Daun Bangun-bangun Lampiran 1.Surat Hasil Identifikasi Daun Bangun-bangun 79 Lampiran 2. Surat Rekomendasi Persetujuan Etik Penelitian Kesehatan 80 Lampiran 3. Gambar Makroskopik DaunBangun-bangun Gambar Tumbuhan Daun Bangun-bangun

Lebih terperinci

Perhitungan Dosis Bahan Uji Dan Pembanding

Perhitungan Dosis Bahan Uji Dan Pembanding LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Bahan Uji Dan Pembanding Dosis buah belimbing wuluh sebagai penurun trigliserida untuk manusia 2 buah belimbing wuluh segar dijus dan diminum 3 kali sehari (BPOM, 2006). 2

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Kepada Yth Ibu... Di tempat Perkenalkan nama saya adalah Dharamjit Singh A/L Hambar Shingh. Saya adalah mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter

Lebih terperinci

ANALISIS CAMPUR KODE BAHASA PENYIAR PROGRAM SEMBANG SEKAMPUNG RADIO PANDAWA EDISI MARET-APRIL 2015 ARTIKEL E-JOURNAL

ANALISIS CAMPUR KODE BAHASA PENYIAR PROGRAM SEMBANG SEKAMPUNG RADIO PANDAWA EDISI MARET-APRIL 2015 ARTIKEL E-JOURNAL ANALISIS CAMPUR KODE BAHASA PENYIAR PROGRAM SEMBANG SEKAMPUNG RADIO PANDAWA EDISI MARET-APRIL 2015 ARTIKEL E-JOURNAL diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Lebih terperinci

Lampiran 1 Data panjang dan bobot lobster air tawar yang digunakan sebagai hewan uji

Lampiran 1 Data panjang dan bobot lobster air tawar yang digunakan sebagai hewan uji 45 46 Lampiran 1 Data panjang dan bobot lobster air tawar yang digunakan sebagai hewan uji Panjang (cm) Bobot (gr) Panjang (cm) Bobot (gr) 7,3 21 7,0 19 7,5 22 7,3 21 6,5 16 7,1 21 6,7 18 6,8 17 7,0 19

Lebih terperinci

Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol Daun Papaya (EEDP)

Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol Daun Papaya (EEDP) Lampiran 1 Perhitungan dosis dan Proses Ektraksi Daun pepaya Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol Daun Papaya (EEDP) Dosis daun papaya sebagai antidiare untuk manusia dengan berat badan 70 kg adalah 1 lembar

Lebih terperinci

Sel dihitung menggunakan kamar hitung Improved Neaubauer dengan metode perhitungan leukosit (4 bidang sedang) dibawah mikroskop cahaya.

Sel dihitung menggunakan kamar hitung Improved Neaubauer dengan metode perhitungan leukosit (4 bidang sedang) dibawah mikroskop cahaya. 59 LAMPIRAN 1 Penghitungan Jumlah Sel Sebelum Perlakuan Sel dihitung menggunakan kamar hitung Improved Neaubauer dengan metode perhitungan leukosit (4 bidang sedang) dibawah mikroskop cahaya. Hasil penghitungan

Lebih terperinci

Lampiran 1a. Rekapitulasi data uji rating hedonik

Lampiran 1a. Rekapitulasi data uji rating hedonik LAMPIRAN 45 Lampiran 1a. Rekapitulasi data uji rating hedonik Panelis Sampel* Skor Warna Aroma Rasa Tekstur Keseluruhan 1 1 7 4 6 5 6 1 2 6 4 4 4 7 1 3 6 4 4 6 5 2 1 6 5 4 6 6 2 2 6 6 4 3 5 2 3 7 6 6 6

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama lengkap : Rina Napitupulu Tgl lahir : 8 Juni 1987 NRP : 0510111 Alamat : Jl. Surya

Lebih terperinci

PENGERTIAN SOSIOLINGUISTIK

PENGERTIAN SOSIOLINGUISTIK PENGERTIAN SOSIOLINGUISTIK Janet Holmes (1995:1): sociolinguistics study the relationship between language and society, they are interested in explaining why we speak differently in different social context,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kode etik penelitian

Lampiran 1. Kode etik penelitian Lampiran 1. Kode etik penelitian 38 Lampiran 2. Skema Penelitian 1. Pembuatan Seduhan Teh Hijau dan Teh Hitam Ditimbang teh hijau dan teh hitam sebanyak 1750 /kg, 3500 /kg dan 7000 /kg Seduhan teh dosis1750

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Skrining Fitokimia Kecombrang (Etlingera elatior Jack R. M. Sm) tanin dan triterpenoid/steroid, dapat dilihat pada Tabel 1.

Lampiran 1. Hasil Skrining Fitokimia Kecombrang (Etlingera elatior Jack R. M. Sm) tanin dan triterpenoid/steroid, dapat dilihat pada Tabel 1. Lampiran 1. Hasil Skrining Fitokimia Kecombrang (Etlingera elatior Jack R. M. Sm) Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak etanol bunga kecombrang dijumpai adanya alkaloida, glikosida, antrakinon,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Penelitian di Laboratorium Mikrobiologi FK UKM

Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Penelitian di Laboratorium Mikrobiologi FK UKM Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian di Laboratorium Mikrobiologi FK UKM 79 80 Lampiran 2 Surat Permohonan Ijin Peminjaman Alat di Laboratorium Biologi FK UKM 81 Lampiran 3 Perhitungan Statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah penutur lebih dari satu juta jiwa (Bawa, 1981: 7). Bagi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah penutur lebih dari satu juta jiwa (Bawa, 1981: 7). Bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Bali merupakan salah satu bahasa daerah yang sampai saat ini masih digunakan oleh masyarakat penuturnya. Berdasarkan jumlah penuturnya bahasa Bali dapat

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DETERMINASI BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUS)

LAMPIRAN A DETERMINASI BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUS) LAMPIRAN A DETERMINASI BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUS) 95 LAMPIRAN B SERTIFIKASI TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR 96 LAMPIRAN C HASIL PERHITUNGAN KLT Hasil Perhitungan Harga Rf pada pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ini dilakukan untuk mengetahui sikap bahasa siswa kelas VII di SMPN 9

BAB V PENUTUP. ini dilakukan untuk mengetahui sikap bahasa siswa kelas VII di SMPN 9 BAB V PENUTUP A. Simpulan Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sikap bahasa siswa kelas VII di SMPN 9 Yogyakarta terhadap bahasa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur komisif bahasa Jawa dalam

Lebih terperinci

LAMPIRAN II HASIL PERHITUNGAN KONVERSI DOSIS

LAMPIRAN II HASIL PERHITUNGAN KONVERSI DOSIS LAMPIRAN 1 61 LAMPIRAN II HASIL PERHITUNGAN KONVERSI DOSIS 1. Larutan Glibenklamid Dosis manusia untuk Glibenklamid sebesar 5 mg dan konversi dosis dari manusia ke mencit = 0,0026 (Sunthornsaj N,et al,

Lebih terperinci

Lampiran 1 Jaringan Kolon Mencit Kelompok Kontrol Negatif

Lampiran 1 Jaringan Kolon Mencit Kelompok Kontrol Negatif 56 Lampiran 1 Jaringan Kolon Mencit Kelompok Kontrol Negatif Mukosa normal (perbesaran objektif 4x) Dinding normal(perbesaran objektif 10x) Sel Goblet (+)(perbesaran objektif 40x) 57 Lampiran 2 Jaringan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

LAMPIRAN I SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) LAMPIRAN I SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama lengkap : Tgl lahir : NRP : Alamat : Menyatakan bersedia dan tidak berkeberatan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah Sesudah Induksi dan sesudah Perlakuan

Lampiran 1 Hasil Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah Sesudah Induksi dan sesudah Perlakuan Lampiran 1 Hasil Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah Sesudah Induksi dan sesudah Perlakuan 1 kelompok 2 3 4 5 Kadar Glukosa Darah Mencit (mg%) Persentase Penurunan Penurunan Sebelum Setelah Kadar Glukosa Darah

Lebih terperinci

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN 1 KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN Putu Sosiawan Sastra Bali Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstrak The

Lebih terperinci

Uji hedonik (uji kesukaan)

Uji hedonik (uji kesukaan) ILMU TEKNOLOGI PANGAN Uji hedonik (uji kesukaan) Disusun Oleh : WAHIDATUL LAENI SA ADAH P07131011 047 MEJA :III SEMESTER IV KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM

Lebih terperinci

PEMERTAHANAN BAHASA JAWA PADA MASYARAKAT KAMPUNG CIDADAP KABUPATEN CIREBON. Oleh. Hesti Muliawati, Rendi Suhendra, dan M.

PEMERTAHANAN BAHASA JAWA PADA MASYARAKAT KAMPUNG CIDADAP KABUPATEN CIREBON. Oleh. Hesti Muliawati, Rendi Suhendra, dan M. PEMERTAHANAN BAHASA JAWA PADA MASYARAKAT KAMPUNG CIDADAP KABUPATEN CIREBON Oleh Hesti Muliawati, Rendi Suhendra, dan M. Husen Muttaqin Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP UNSWAGATI

Lebih terperinci

KUESIONER Proses Pembekuan Daging Babi hingga proses Thawing pada Skala Rumah Tangga

KUESIONER Proses Pembekuan Daging Babi hingga proses Thawing pada Skala Rumah Tangga 43 7. LAMPIRAN 7.1.Kuisioner Tanggal : Nama : Pekerjaan : KUESIONER Proses Pembekuan Daging Babi hingga proses Thawing pada Skala Rumah Tangga 1. Apakah anda pernah mengolah masakan berbahan dasar daging

Lebih terperinci

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets 74 LAMPIRA Lampiran I Hasil Perhitungan Analisis Statistik SPSS Pengaruh Perbedaan Jenis Kedelai (Glycine max L.) terhadap Kutu kebul (B. tabaci) 1.1 Berdasarkan Jumlah Telur Jumlah_Telur Between Groups

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Pembuatan Infusa daun Sirih (IDS)

Lampiran 1 : Pembuatan Infusa daun Sirih (IDS) Lampiran 1 : Pembuatan Infusa daun Sirih (IDS) Penelitian ini menggunakan dosis dengan dasar penelitian Vivin K (2008) yang menggunakan ekstrak daun sirih dengan dosis 0,01% sampai 0,1%. Diketahui : 240

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Uji Hedonik

7. LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Uji Hedonik 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Uji Hedonik Warna Bakso Putih Telur Atribut : Warna Dihadapan Anda terdapat delapan sampel basko putih telur. Amati warna sampel secara berurutan dari kiri ke kanan. Setelah

Lebih terperinci

= 0,04 ml/ekor. = 0,001 mg/g BB

= 0,04 ml/ekor. = 0,001 mg/g BB LAMPIRAN 57 LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS 1. Perhitungan dosis pemberian Anthelmentik Albendazole 5% = 5 g/100ml = 50 gram/ml Dosis untuk mencit = 10 mg/kg BB Dosis untuk mencit BB 20 gram = = = 0,04 ml/ekor

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Worksheet dan Scoresheet Uji Optimalisasi Blanching

LAMPIRAN 1. Worksheet dan Scoresheet Uji Optimalisasi Blanching LAMPIRAN 1. Worksheet dan Scoresheet Uji Optimalisasi Blanching 1.1. Worksheet Uji Ranking Hedonik Tanggal uji : Jenis sampel : Brokoli Identifikasi sampel: Brokoli Steam blanching 2 Brokoli Steam blanching

Lebih terperinci

8. LAMPIRAN. Lampiran 1. Hasil Uji Pendahuluan

8. LAMPIRAN. Lampiran 1. Hasil Uji Pendahuluan 8. LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Uji Pendahuluan Bahan Subtitusi Pengeringan Subtitusi nanas Parameter Bonggol Daging nanas buah nanas Sangrai Oven 75% 50% 25% Overall 2,647 2,653 2,513 2,787 2,880 2,760

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Cases. VolumeUdem KontrolNegatif % 0.0% % VolumeUdem KontrolNegatif Mean % Confidence Interval for Mean

LAMPIRAN. Cases. VolumeUdem KontrolNegatif % 0.0% % VolumeUdem KontrolNegatif Mean % Confidence Interval for Mean LAMPIRAN Lampiran 1. Interpretasi hasil SPSS Case Processing Summary Cases Kelompok Perlakuan Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent VolumeUdem KontrolNegatif 13 100.0% 0.0% 13 100.0% Pembanding

Lebih terperinci

Lampiran 1 Perhitungan konsentrasi Perhitungan temephos 1 ppm

Lampiran 1 Perhitungan konsentrasi Perhitungan temephos 1 ppm Lampiran 1 Perhitungan konsentrasi: Konsentrasi 1 ppm = 1000 mg didalam 1.000.000 ml akuades. = 1 mg didalam 1.000 ml akuades. Konsentrasi 1100 ppm = 1100 mg / 1000 ml akuades. Konsentrasi 1300 ppm = 1300

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBUATAN INFUSA KULIT KAYU RAPAT (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke)

PROSEDUR PEMBUATAN INFUSA KULIT KAYU RAPAT (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke) 49 LAMPIRAN 1 PROSEDUR PEMBUATAN INFUSA KULIT KAYU RAPAT (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke) Pembuatan dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data kalibrasi kalsium dengan Spektrofotometer Serapan Atom. dan Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r).

Lampiran 1. Data kalibrasi kalsium dengan Spektrofotometer Serapan Atom. dan Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r). Lampiran 1. Data kalibrasi kalsium dengan Spektrofotometer Serapan Atom dan Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r). NO Konsentrasi (mcg/ml) Absorbansi 1 0,0000 0,0013 2 1,0000 0,0688

Lebih terperinci

PELESTARIAN BAHASA JAWA RAGAM KRAMA DALAM RANAH MASYARAKAT DI KABUPATEN SRAGEN

PELESTARIAN BAHASA JAWA RAGAM KRAMA DALAM RANAH MASYARAKAT DI KABUPATEN SRAGEN PELESTARIAN BAHASA JAWA RAGAM KRAMA DALAM RANAH MASYARAKAT DI KABUPATEN SRAGEN Dewi Untari Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia dewi.untari70@gmail.com ABSTRACT Javanese language is one of local

Lebih terperinci

Lampiran Universitas Kristen Maranatha

Lampiran Universitas Kristen Maranatha Lampiran 1 Cara Pembuatan Ekstrak Etanol Biji Mahoni 1. Biji mahoni yang sudah dikupas kemudian dikeringkan dan digiling hingga halus. 2. Serbuk simplisia tersebut di bungkus dengan kain kasa dan dimasukkan

Lebih terperinci

Uji ANOVA Dua-Arah dengan SPSS

Uji ANOVA Dua-Arah dengan SPSS Uji ANOVA Dua-Arah dengan SPSS Rujukan: Disajikan oleh: Harrizul Rivai 1. David S. Jones, Statistika Farmasi, Penerjemah Harrizul Rivai, Penerbit EGC, Jakarta, 2008 2. Purbayu Budi Santosa dan Ashari,

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1 PERSIAPAN PENELITIAN. A. Persiapan Hewan Coba

LAMPIRAN Lampiran 1 PERSIAPAN PENELITIAN. A. Persiapan Hewan Coba LAMPIRAN Lampiran 1 PERSIAPAN PENELITIAN A. Persiapan Hewan Coba Hewan coba yang digunakan adalah 25 ekor mencit jantan galur Swiss Webster berumur delapan minggu dengan berat badan 20 25 g, diperoleh

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KONVERSI DOSIS

LAMPIRAN 1 KONVERSI DOSIS LAMPIRAN 1 KONVERSI DOSIS Berat rerata hewan coba yang digunakan dalam penelitian = 22 gram. A. Dosis Asetosal Dosis asetosal = 30 mg/100 g tikus (Wahjoedi, 1989) Konversi dari tikus 200 g untuk mencit

Lebih terperinci

PEMERTAHANAN BAHASA BANJAR HULU DI KOTA BANJARMASIN PADA UMUR DEWASA (Ranah Keluarga, Pergaulan, Pekerjaan, dan Ranah Pendidikan)

PEMERTAHANAN BAHASA BANJAR HULU DI KOTA BANJARMASIN PADA UMUR DEWASA (Ranah Keluarga, Pergaulan, Pekerjaan, dan Ranah Pendidikan) 1 PEMERTAHANAN BAHASA BANJAR HULU DI KOTA BANJARMASIN PADA UMUR DEWASA (Ranah Keluarga, Pergaulan, Pekerjaan, dan Ranah Pendidikan) Novia Winda dan Dana Aswadi STKIP PGRI Banjarmasin Email: noviawinda05@stikipbjm.ac.id

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Iklim Kabupaten Bima

Lampiran 1. Data Iklim Kabupaten Bima LAMPIRAN 75 Lampiran 1. Data Iklim Kabupaten Bima 76 Lanjutan Lampiran 1 77 Lanjutan Lampiran 1 78 Lanjutan Lampiran 1 79 80 Lanjutan Lampiran 1 Prakiraan Curah Hujan Bulan Agustus Oktober Tahun 2011 81

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Prosedur Kerja

LAMPIRAN 1. Prosedur Kerja LAMPIRAN 1 Prosedur Kerja Hewan coba yang digunakan adalah mencit Swiss Webster jantan dewasa berusia 6-8 minggu dengan berat badan 25-30 gram sebanyak 25 ekor. Hewan coba diperoleh dari Laboratorium Biologi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Identifikasi Tumbuhan

Lampiran 1 Identifikasi Tumbuhan Lampiran 1 Identifikasi Tumbuhan Lampiran 2 Karakteristik Tumbuhan Temu Giring Tumbuhan Temu giring Rimpang Temu Giring Simplisia Rimpang Temu Giring Lampiran 2 (sambungan) 1 2 3 4 5 6 Mikroskopik serbuk

Lebih terperinci

Rancangan Percobaan dengan SPSS 13.0 (Untuk kalangan sendiri)

Rancangan Percobaan dengan SPSS 13.0 (Untuk kalangan sendiri) Rancangan Percobaan dengan SPSS 13.0 (Untuk kalangan sendiri) Statistical Product and Service Solution (SPSS) merupakan salah satu perangkat lunak/software statistik yang dapat digunakan sebagai alat pengambil

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Pembuatan Infusa Kulit Batang Angsana : Dosis Loperamid

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Pembuatan Infusa Kulit Batang Angsana : Dosis Loperamid LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Kadar infus yang digunakan pada percobaan yaitu 10%, 20%, 30% Tikus 200 g 2 ml x 10% = 10 g/100 ml = 0,1 g/ml x 2 = 0,2 mg/ml Konversi tikus ke mencit = 0,14 Dosis 1 mencit

Lebih terperinci

k = 1 k = 2 j = 1 j = 2 j = 1 j = 2 i = 1 i = 2 i = 3 Output SPSS:

k = 1 k = 2 j = 1 j = 2 j = 1 j = 2 i = 1 i = 2 i = 3 Output SPSS: CONTO Ingin diuji efek dari fee schedule (faktor A), scope of work (faktor B), dan type of supervisory control (faktor C) terhadap kualitas kerja dengan level faktor sebagai berikut: Faktor A Fee Level

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Dosis Phenylephrine. Phenylephrine dosis mencit 25 gr. = 0,5 x 0,14. = 0,07 mg / 25 gram mencit

Lampiran 1. Perhitungan Dosis Phenylephrine. Phenylephrine dosis mencit 25 gr. = 0,5 x 0,14. = 0,07 mg / 25 gram mencit Lampiran 1. Perhitungan Dosis Phenylephrine Phenylephrine dosis tikus Phenylephrine dosis tikus 250 gr Phenylephrine dosis mencit 25 gr = 2 mg / kg = 0,5 mg = dosis 250 gram tikus x faktor konversi = 0,5

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA

LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA Biji pala yng digunakan pada penelitian diperoleh dari Bogor karena berdasarkan penelitian jurusan Farmasi FMIPA ITB dengan destilasi uap diketahui bahwa biji

Lebih terperinci

KURVA STANDART (BATCH 1) KURVA STANDART (BATCH 2)

KURVA STANDART (BATCH 1) KURVA STANDART (BATCH 2) Absorbansi 42 LAMPIRAN 2. Kurva Standar Beta karoten KURVA STANDART (BATCH 1) Konsentrasi (ppm) Absorbansi 0,1 0,0365 3,1 0,2491 6,1 0,3975 9,1 0,5261 12,1 0,6254 15,1 0,8196 1 0,8 0,6 0,4 0,2 y = 0,1478x

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Bobot Badan Ayam Arab (Gallus turcicus) Sebelum Diberi Perlakuan dan Perhitungan Koefisiensi Keragaman Bobot Badan

Lampiran 1. Data Bobot Badan Ayam Arab (Gallus turcicus) Sebelum Diberi Perlakuan dan Perhitungan Koefisiensi Keragaman Bobot Badan 67 Lampiran 1. Data Bobot Badan Ayam Arab (Gallus turcicus) Sebelum Diberi Perlakuan dan Perhitungan Koefisiensi Keragaman Bobot Badan Perlakuan Bobot Badan Awal Simpangan (x-x) Kuadrat simpangan (x-x)

Lebih terperinci