PEMILIHAN BAHASA WALSA-BAHASA INDONESIA OLEH PENUTUR ASLI BAHASA WALSA: STUDI KASUS PADA MASYARAKAT PUND

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMILIHAN BAHASA WALSA-BAHASA INDONESIA OLEH PENUTUR ASLI BAHASA WALSA: STUDI KASUS PADA MASYARAKAT PUND"

Transkripsi

1 PEMILIHAN BAHASA WALSA-BAHASA INDONESIA OLEH PENUTUR ASLI BAHASA WALSA: STUDI KASUS PADA MASYARAKAT PUND LANGUAGE CHOICE OF WALSA LANGUAGE- INDONESIAN LANGUAGE BY NATIVE SPEAKER WALSA LANGUAGE: CASE STUDY ON PUND COMMUNITY Suharyanto Balai Bahasa Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Jalan Yoka Waine Distrik Heram, Jayapura 99358, Papua, Indonesia Pos-el: Naskah diterima: 20 Februari 2014; direvisi: 8 Mei 2014; disetujui: 12 Mei 2014 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemilihan bahasa Walsa-bahasa Indonesia pada ranah keluarga oleh penutur asli bahasa Walsa pada masyarakat Pund, Distrik Waris, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua. Secara lebih khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel umur berpengaruh secara signifikan terhadap pilihan bahasa mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiolinguistik dengan metode kuantitatif. Hasilnya menunjukkan bahwa pada ranah keluarga semakin muda usia responden maka semakin besar pemakaian bahasa Indonesia mereka. Fenomena ini mengindikasikan bahwa telah terjadi pergeseran pemakaian bahasa antargenerasi dalam masyarakat Pund. Adanya pengaruh variabel umur responden terhadap pilihan bahasa ini ditunjukkan oleh hasil anova pada setiap situasi pemakaian bahasa yang memperlihatkan bahwa nilai F selalu berada jauh di atas nilai F tabel. Hasil anova ini semakin diperkuat oleh hasil pengelompokan Duncan yang memperlihatkan adanya perbedaan kelompok pemilih bahasa yang ditandai oleh perbedaan besarnya nilai rata-rata (mean) pilihan bahasa setiap kelompok tersebut. Hasil pengelompokan Duncan ini secara tegas memperlihatkan perbedaan kelompok pemilih bahasa sebagai akibat perbedaan variabel umur tersebut. Kata kunci: pemilihan bahasa, ranah keluarga, variabel umur Abstract This research s objective is to know about the language choice of Walsa language- Indonesian language in family domain of the native speakers of Walsa in Pund society, District Waris, Keerom Regency, Papua Province. This research has a more specifically objective to know whether age variable is significantly affected to their language choice. This study uses sociolinguistic approach with quantitative method. The result showes that, in family domain, the younger of respondents, the greater of their Indonesian language usage. This phenomenon indicates that infiltration of Indonesian language usage have already happened. Age variable affection to these respondents language choice is showed by Analysis of Variance (Anova) in every language usage situation which shows that F value is always over of F table. The result of this analysis is supported by Duncan classification which shows that the differences of the group of language choice marked by mean of language choice differences in each group. This classification strictly shows, Vol. 26, No. 1, Juni

2 Pemilihan Bahasa Walsa-Bahasa Indonesia... (Suharyanto) Halaman that any differences of language user group as the result of differences of the age variable. Keywords: language choice, family domain, age variable PENDAHULUAN Desa Pund terletak di Distrik Waris, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua. Desa ini berjarak kurang lebih 115 Km arah selatan Kota Jayapura, ibu kota Provinsi Papua. Secara administratif Desa Pund di sebelah utara berbatasan dengan Kampung Vam, di sebelah timur berbatasan dengan negara tetangga Papua New Guinea, di sebelah selatan berbatasan dengan Kampung Mo, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kali Bom yang masih termasuk dalam wilayah Kampung Vam (Monografi Desa Pund, 2007). Menurut catatan monografi desa, pada bulan Januari tahun 2007 penduduk Desa Pund berjumlah 340 orang yang terdiri dari 170 orang laki-laki dan 170 orang perempuan. Secara kebahasaan, kondisi Desa Pund dapat dikatakan homogen. Hampir keseluruhan penduduknya adalah penutur bahasa Walsa. Kalau pun ada penutur bahasa lain, mereka biasanya adalah penutur bahasa tetangga yang menikah dengan penduduk desa tersebut dan kemudian menetap di sana. Bahasa Walsa selain digunakan di Desa Pund juga digunakan di desa-desa lain di wilayah Distrik Waris, seperti Kampung Ampas, Kamieti, Mayor, Paitenda, dan Dawa (Tachier,1989:25). Bahkan, bahasa tersebut juga digunakan di negara tetangga Papua New Guinea. Menurut Tachier (1989:25) penutur bahasa Walsa berjumlah lebih kurang orang yang terdiri dari orang yang bermukim di wilayah Papua dan kurang lebih orang bermukim di Negara Papua New Guinea. Sejalan dengan pendapat tersebut, Summer Institute of Linguistics (2006:56) mencatat bahasa Walsa dituturkan oleh sekitar orang 36, Vol. 26, No. 1, Juni 2014 yang tinggal di Indonesia. Menurut catatan SIL (SIL,2006:56) dan Pusat Bahasa (Tim Pemetaan, 2008:322) bahasa Walsa adalah sebutan lain untuk bahasa Waris. Bahasa ini termasuk dalam kelompok bahasa-bahasa Papua. Namun demikian, secara kuantitatif bahasa tersebut tidak memiliki kedekatan leksikal dengan bahasa-bahasa tetangga yang sama-sama menjadi anggota kelompok bahasa Papua tersebut. Bahasa Walsa adalah alat komunikasi utama di antara anggota masyarakat Pund. Namun, seperti sudah menjadi pengetahuan umum, kondisi kebahasaan di Papua yang sangat diglosik mengharuskan setiap penutur bahasa yang ada di sana untuk menguasai bahasa lingua franca, tidak terkecuali penutur bahasa Walsa ini. Untuk keperluan perhubungan pada tingkat yang lebih luas ini dengan berbagai keunggulan yang dimiliki oleh bahasa Melayu maka dipilihlah bahasa tersebut sebagai bahasa lingua franca di antara suku-suku bangsa yang ada di Papua. Peran bahasa Melayu sebagai bahasa lingua franca ini semakin kokoh sejak masuknya para penginjil di tanah Papua pada tahun Para penginjil tersebut memanfaatkan bahasa Melayu yang sudah dikenal saat itu sebagai bahasa pengantar dalam penyebaran agama Kristen. Sejak Papua direngkuh kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi peran bahasa Melayu, yang kemudian berubah nama menjadi bahasa Indonesia, semakin bertambah kokoh. Sejak saat itu, bahasa Indonesia tidak hanya berperan sebagai bahasa lingua franca saja, tetapi juga berkedudukan sebagai bahasa resmi negara. Dengan kedudukan sebagai bahasa resmi negara ini, bahasa Indonesia secara terencana, teratur, dan terarah dikembangkan. Oleh

3 Halaman (Suharyanto) Language Choice Of Walsa Language- Indonesian Language... karena itu, bahasa Indonesia berkembang dengan sangat intensif. Kehadiran bahasa Indonesia, baik dalam perannya sebagai bahasa lingua franca maupun dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi negara tanpa disadari telah menjadi pesaing dalam perkembangan bahasa Walsa. Persaingan kehidupan kedua bahasa ini semakin hari terasa semakin tidak seimbang. Bahasa Walsa yang jumlah penuturnya kecil dan penguasaannya terhadap berbagai sumber daya terbatas harus berhadapan dengan bahasa Indonesia yang jumlah penuturnya besar dengan berbagai kelebihan yang dimiliki. Berkaitan dengan masalah tersebut, makalah ini akan mencoba melihat bagaimana pemilihan bahasa yang terjadi di dalam masyarakat tutur Walsa, khususnya yang bermukim di Kampung Pund. Dengan mempertimbangkan berbagai keterbatasan yang ada, pembicaraan hanya dibatasi pada pemilihan bahasa dalam ranah keluarga dengan variabel umur sebagai variabel penentu. Pembatasan pembicaraan dalam ranah keluarga ini dengan pertimbangan bahwa ranah keluarga merupakan benteng terakhir dalam pemertahan suatu bahasa, sementara itu, berdasarkan pengalaman selama ini, variabel umur merupakan variabel sosial yang paling berpengaruh dalam pemilihan bahasa. LANDASAN TEORI Masyarakat tutur adalah suatu masyarakat yang anggota-anggotanya setidak-tidaknya mengenal satu variasi tutur beserta norma-norma yang sesuai dengan pemakainnya (Fishman dalam Soewito, 1983:20). Masyarakat tutur bukan sekedar kelompok orang-orang yang menggunakan bentuk bahasa yang sama, tetapi kelompok orang tersebut juga mempunyai norma-norma yang sama dalam memakai bentuk-bentuk bahasa yang ada. Menurut Fishman suatu kondisi di mana di dalam suatu masyarakat terdapat dua variasi bahasa atau lebih dengan peran dan fungsi yang berbeda di sebut diglosia. Situasi diglosia ini memungkinkan terjadinya kedwibahasaan pada diri seorang penutur. Menurut Mackey (1972:555), kedwibahasaan adalah penggunaan secara bergantian dua bahasa atau lebih oleh seseorang yang sama. Menurut Baker (1995:2), kedwibahasaan merupakan istilah payung yang memayungi beberapa tingkat keahlian yang berbeda dalam dua bahasa. Seorang dwibahasawan tidak hanya seorang yang ahli dan mampu menggunakan dua bahasa, tetapi dapat pula orang yang sangat ahli dalam dua bahasa, tetapi sudah tidak pernah menggunakan salah satunya. Menurut Holmes (1992:11) ada empat faktor sosial yang mempengaruhi cara seseorang dalam mengekpresikan tuturannya. Keempat faktor sosial tersebut adalah partisipan, yaitu orang yang terlibat dalam pertuturan, latar dan konteks sosial, yaitu waktu dan situasi tuturan berlangsung, topik, yaitu masalah yang dibicarakan, dan fungsi, yaitu maksud dan tujuan tuturan. Sementara itu, ketika membahas ragam bahasa dan situasi sosial Fishman memperkenalkan konsep ranah (domain)). Menurut Fishman (1972:442), yang mendukung konsep ranah terutama adalah topik, hubungan peranan (role-relation), dan tempat (locale). Di antara faktor-faktor di atas, topik sering merupakan faktor utama yang menentukan pemilihan penggunaan bahasa dalam masyarakat dwibahasa atau multibahasa. Terdapat beberapa ranah pemakaian bahasa di antaranya ranah keluarga (family), persahabatan (friendship), agama (religion), pendidikan (education), dan pekerjaan (employment) (Fishman 1972:440). METODE PENELITIAN Populasi penelitian ini adalah seluruh penduduk Desa Pund. Menurut catatan, Vol. 26, No. 1, Juni

4 Pemilihan Bahasa Walsa-Bahasa Indonesia... (Suharyanto) Halaman monografi desa, pada bulan Januari tahun 2007 penduduk Desa Pund berjumlah 340 (Monografi Desa Pund, 2007). Keseluruhan populasi tersebut berdasarkan kelompok umurnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur No. 20 Tahun Tahun 41 Tahun Jumlah Sampel penelitian adalah penduduk Desa Pund yang berumur di atas 12 tahun, penutur asli bahasa Walsa dan dapat berbahasa Indonesia. Sampel kemudian dikelompokkelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan generasi, yakni 20 tahun; 21 tahun 40 tahun; dan 41 tahun. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pengumpulan data kuantitatif menggunakan metode acak distratifikasi (Mantra dan Kasto, 1989:162). Pengumpulan data kuantitatif berhasil berhasil menjaring 65 responden dengan perincian seperti terdapat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2 Responden Berdasarkan Umur Umur Frekuensi Persentase , , ,6 Total HASIL DAN PEMBAHASAN Seperti disebutkan di muka, tuturan seorang penutur ditentukan oleh beberapa faktor sosial. Berdasarkan hal-hal tersebut kemudian ia menentukan pilihan, sebaiknya menggunakan bahasa mana yang sesuai. Di bawah ini adalah jawaban-jawaban responden tentang pemilihan bahasa Walsa dalam ranah keluarga. Di dalam daftar pertanyaan penelitian ini responden diminta memilih bahasa apa yang digunakan apabila mereka berbicara dalam situasi-situasi yang digambarkan dalam daftar pertanyaan tersebut. Situasi yang digambarkan dalam daftar pertanyaan tersebut ada empat, yakni ketika berbicara dengan ayah/ibu atau paman/bibi, ketika berbicara dengan anak (-anak), ketika berbicara dengan kakak, dan ketika berbicara dengan adik responden menggunakan bahasa apa. Di dalam daftar pertanyaan disediakan tiga pilihan bahasa yang digunakan, yaitu (1) selalu/hampir selalu menggunakan bahasa Walsa, (2) menggunakan bahasa Walsa dan bahasa Indonesia sama seringnya,dan (3) selalu/hampir selalu menggunakan bahasa Indonesia. 4.1 Aku Ayah/Ibu Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa ketika aku (responden) berbicara dengan ayah/ibu frekwensi pilihan bahasa Walsa masyarakat Pund masih menunjukkan angka yang tinggi, yaitu 45 responden (69,23%). Sementara itu, frekwensi pilihan bahasa Indonesia mereka jauh lebih rendah karena hanya menunjukkan jumlah 11 responden (16,93%). Pilihan bahasa untuk masing-masing kelompok umur menunjukkan frekwensi yang berbeda-beda, baik terhadap pilihan bahasa Walsa maupun terhadap pilihan bahasa Indonesia mereka. Terhadap pilihan bahasa Walsa, frekwensi pilihan bahasa pada kelompok umur 20 tahun menunjukkan jumlah enam responden (9,23%), frekwensi pilihan bahasa pada kelompok umur tahun menunjukkan jumlah 24 responden (36,93%), dan frekwensi pilihan bahasa pada kelompok umur 41 tahun menunjukkan jumlah 15 responden (23,07%). Terhadap pilihan bahasa 38, Vol. 26, No. 1, Juni 2014

5 Halaman (Suharyanto) Language Choice Of Walsa Language- Indonesian Language... Indonesia, frekwensi pilihan bahasa pada kelompok umur 20 tahun menunjukkan jumlah 10 responden (15,39%), frekwensi pilihan bahasa pada kelompok umur tahun menunjukkan jumlah satu responden (1,53%), dan frekwensi pilihan bahasa pada kelompok umur 41 tahun menunjukkan jumlah nol responden (0%). Tabel 3 Frekuensi Pemilihan Bahasa Masyarakat Pund dalam Ranah Keluarga Berdasarkan Umur Usia Pilihan Bahasa 20 1.BW > B BW = BI 3.BI > BW 1.BW > B1 2.BW = BI 3.BI > BW 41 1.BW > B1 2.BW = BI 3.BI > BW Akuà Ayah/ Ibu Peserta Tutur Kakak Adik Anak (-anak) N % N % N % N % 6 9,23 4 6,15 2 3,08 0 0,00 5 7,70 5 7,70 6 9,23 4 6, , , , , , , , ,77 3 4,62 4 6,15 4 6, ,54 1 1,53 1 1,53 1 1, , , , , ,84 1 1,53 4 6,15 4 6,15 4 6,15 0 0,00 0 0,00 0 0,00 3 4,62 Total Meskipun frekuensi pilihan bahasa Walsa masyarakat Pund masih menunjukkan angka yang cukup tinggi, yaitu 45 responden (69,23%), dalam kehidupan masyarakat Pund sesungguhnya telah terjadi gejala perembesan bahasa Indonesia. Gejala perembesan bahasa Indonesia ini dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean) pilihan bahasa mereka. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa ketika aku (responden) berbicara dengan ayah/ibu diperoleh total rata-rata (mean) sebesar 1,4769 yang berarti ada indikasi pencampuran bahasa Indonesia dalam pemakaian bahasa Walsa mereka. Gejala perembesan bahasa Indonesia ini akan semakin besar pada kelompok usia yang lebih muda. Tabel 4 dapat memperlihatkan fenomena tersebut. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa pada kelompok umur 20 tahun diperoleh nilai rata-rata (mean) sebesar 2,1905, pada kelompok umur tahun diperoleh nilai rata-rata (mean) sebesar 1,1786, dan pada kelompok umur 41 tahun diperoleh nilai rata-rata (mean) sebesar 1,0625. Tabel 4 Perbandingan Nilai Rata-Rata (Mean) Pemilihan Bahasa Masyarakat Pund dalam Ranah Keluarga Berdasarkan Umur Umur Ayah/ Ibu Peserta Tutur Kakak Adik Anak (-anak) 20 Mean 2,1905 2,3810 2,5238 2,8095 N Standart Deviasi 0, , , , Mean 1,1786 1,2143 1,2143 2,0000 N Standart Deviasi 0, , , , Mean 1,0625 1,2500 1,2500 1,6250 N Standart Deviasi 0, , , ,80623 Total Mean 1,4769 1,6000 1,6462 2,1692 N Standart Deviasi 0, , , ,80174, Vol. 26, No. 1, Juni

6 Pemilihan Bahasa Walsa-Bahasa Indonesia... (Suharyanto) Halaman Adanya pengaruh variabel umur terhadap pilihan bahasa masyarakat Pund ini juga ditujukkan oleh hasil analisis varian seperti yang terlihat pada Tabel 5. Berdasarkan hasil anava untuk α = 0,05 diperoleh nilai F sebesar 22,166 yang jauh berada di atas nilai F tabel sebesar 3, Besaran nilai F yang berada di atas F tabel ini berarti bahwa variabel umur berpengaruh secara signifikan dalam hal pemilihan bahasa Walsa dan bahasa Indonesia oleh masyarakat Pund ketika aku (responden) berbicara dengan ayah/ibu. Tabel 5 Hasil Anova (Α = 0,05) Pemilihan Bahasa Masyarakat Pund dalam Ranah Keluarga Berdasarkan Umur Situasi Pembicaraan Situasi 1 Ayah/ Ibu Situasi 2 Kakak Situasi 3 Adik Situasi 4 Anak (-anak) Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Sum of Squares 15,933 22,283 38,215 14,150 26,988 41,138 18,933 22,667 41,600 23,909 18,952 42,862 Catatan: untuk df 2/62, F tabel = 3, Df Mean Square 7,966,359 9,467,366 11,955,306 7,075,435 F Sig. 22,166,000 25,894,000 39,108,000 16,254,000 Adanya pengaruh variabel umur dalam hal pemilihan bahasa ini juga diperkuat oleh hasil pengelompokan Duncan sebagaimana terlihat pada Tabel 6. Dari Tabel itu dapat dilihat adanya dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok yang menggunakan bahasa Walsa ketika berbicara dengan ayah/ibu dan kelompok kedua adalah kelompok yang menggunakan campuran bahasa Walsa dan bahasa Indonesia ketika berbicara dengan ayah/ibu. Kelompok pertama beranggotakan kelompok umur 41 tahun dengan nilai rata-rata (mean) 1,0625 dan kelompok umur tahun dengan nilai ratarata (mean) 1,1786, sedangkan kelompok kedua hanya beranggotakan satu kelompok umur, yaitu kelompok umur 20 tahun dengan nilai rata-rata (mean) 2,1905. Tabel 6 Hasil Pengelompokan Bahasa Duncan Pilihan Bahasa pada Situasi 1 Usia 41 Tahun Tahun 20 N Subset for alpha= 0, ,0625 1,1786 2, Aku Kakak Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa ketika aku (responden) berbicara dengan kakak frekwensi pilihan bahasa Walsa masyarakat Pund masih menunjukkan angka yang cukup tinggi, yaitu 39 responden (60%). Namun demikian, apabila dibandingkan dengan besaran frekwensi pilihan bahasa Walsa dengan mitra tutur ayah/ibu di atas, besaran frekwensi pilihan bahasa Walsa dengan mitra tutur kakak ini menunjukkan angka yang sedikit lebih rendah. Kondisi yang sebalikknya terjadi pada pilihan bahasa Indonesia mereka. Besaran frekwensi pilihan bahasa Indonesia masyarakat Pund ketika aku (responden) berbicara dengan kakak justru menunjukkan jumlah yang sedikit lebih besar apabila dibandingkan dengan besaran frekwensi pilihan bahasa Indonesia mereka ketika aku (responden) berbicara ayah/ibu. Frekwensi pilihan bahasa Indonesia masyarakat Pund ketika ketika aku (responden) berbicara kakak menunjukkan jumlah 13 responden (20%). Pilihan bahasa untuk masing-masing kelompok umur menunjukkan frekwensi yang berbeda-beda, baik terhadap pilihan bahasa Walsa maupun terhadap pilihan bahasa Indonesia mereka. Terhadap pilihan 40, Vol. 26, No. 1, Juni 2014

7 Halaman (Suharyanto) Language Choice Of Walsa Language- Indonesian Language... bahasa Walsa, frekwensi pilihan bahasa pada kelompok umur 20 tahun menunjukkan jumlah empat responden (6,15%), frekwensi pilihan bahasa pada kelompok umur tahun menunjukkan jumlah 23 responden (35,39%), dan frekwensi pilihan bahasa pada kelompok umur 41 tahun menunjukkan jumlah 12 responden (18,47%). Terhadap pilihan bahasa Indonesia, frekwensi pilihan bahasa pada kelompok umur 20 tahun menunjukkan jumlah 12 responden (18,46%), frekwensi pilihan bahasa pada kelompok umur tahun menunjukkan jumlah satu responden (1,53%), dan frekwensi pilihan bahasa pada kelompok umur 41 tahun menunjukkan jumlah nol responden (0%). Meskipun frekwensi pilihan bahasa Walsa masyarakat Pund ketika aku (responden) berbicara dengan kakak masih menunjukkan angka yang cukup tinggi, yaitu 39 responden (60%), gejala perembesan bahasa Indonesia dalam situasi tutur ini semakin membesar. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa ketika aku (responden) berbicara dengan kakak diperoleh total nilai rata-rata (mean) sebesar 1,6000 yang berada di atas total nilai rata-rata (mean) ketika aku (responden) berbicara dengan ayah/ibu di atas. Gejala perembesan bahasa Indonesia pada situasi tutur ini menunjukkan pola yang sedikit berbeda dengan gejala perembesan bahasa Indonesia pada situasi tutur sebelumnya. Pada situasi tutur ini perembesan bahasa Indonesia yang terjadi pada kelompok umur tahun justru lebih rendah apabila dibandingkan dengan gejala perembesan bahasa Indonesia yang terjadi pada kelompok umur 41 tahun. Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) pilihan bahasa responden kelompok umur tahun sebesar 1,2143 sedikit lebih rendah apabila dibandingkan nilai rata-rata (mean) pilihan bahasa responden kelompok umur 41 tahun sebesar 1,2500. Seperti halnya pada situasi tutur pertama sebelumnya, pada situasi tutur kedua ini pilihan bahasa masyarakat Pund juga dipengaruhi oleh variabel umur, meskipun dengan sedikit perbedaan pola. Adanya pengaruh variabel umur terhadap pilihan bahasa masyarakat Pund ini ditujukkan oleh hasil analisis varian seperti yang terlihat pada Tabel 5. Berdasarkan hasil anava untuk α = 0,05 diperoleh nilai F sebesar 25,894 yang jauh berada di atas nilai F tabel sebesar 3, Hal ini berarti bahwa variabel umur berpengaruh secara signifikan dalam hal pemilihan bahasa Walsa dan bahasa Indonesia oleh masyarakat Pund ketika aku (responden) berbicara dengan kakak. Adanya pengaruh variabel umur dalam hal pemilihan bahasa ini juga diperkuat oleh hasil pengelompokan Duncan sebagaimana terlihat pada Tabel 7. Dari Tabel itu dapat dilihat adanya dua kelompok. Kelompok pertama beranggotakan kelompok umur tahun dengan nilai rata-rata (mean) 1,2143 dan kelompok umur 41 tahun dengan nilai rata-rata (mean) 1,2500. Kelompok kedua hanya beranggotakan satu kelompok umur, yaitu kelompok umur 20 tahun dengan nilai rata-rata (mean) 2,3810. Pilihan bahasa kelompok pertama adalah bahasa Walsa, sedangkan pilihan bahasa kelompok kedua adalah campuran bahasa Walsa dan bahasa Indonesia. Tabel 7 Hasil Pengelompokan Bahasa Duncan Pilihan Bahasa pada Situasi 2 Usia Tahun 41 Tahun 20 N Subset for alpha= 0, ,2143 1,2500 2, Aku Adik Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa ketika aku (responden) berbicara dengan adik frekwensi pilihan bahasa Walsa, Vol. 26, No. 1, Juni

8 Pemilihan Bahasa Walsa-Bahasa Indonesia... (Suharyanto) Halaman masyarakat Pund masih menunjukkan angka yang relatif tinggi, yaitu 37 responden (56,93%). Apabila dibandingkan dengan besaran frekwensi pilihan bahasa Walsa masyarakat Pund pada situasi tutur pertama, penurunan besaran frekwensi pilihan bahasa Walsa pada situasi tutur ini begitu terasa. Namun demikian, besaran frekwensi pilihan bahasa Walsa pada situasi tutur ini hanya menunjukkan angka yang sedikit lebih rendah apabila dibandingkan dengan frekwensi pilihan bahasa Walsa pada situasi tutur kedua. Kondisi yang sebaliknya terjadi pada pilihan bahasa Indonesia mereka. Besaran frekwensi pilihan bahasa Indonesia masyarakat Pund ketika aku (responden) berbicara dengan adik justru menunjukkan jumlah yang sedikit lebih besar apabila dibandingkan dengan besaran frekwensi pilihan bahasa Indonesia mereka ketika aku (responden) berbicara ayah/ibu, maupun ketika aku (responden) berbicara kakak. Frekwensi pilihan bahasa Indonesia masyarakat Pund ketika ketika aku (responden) berbicara adik menunjukkan jumlah 14 responden (21,54%). Pada situasi tutur ini, gejala perembesan bahasa Indonesia dalam kehidupan masyarakat Pund terasa semakin meningkat. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa ketika aku (responden) berbicara dengan adik diperoleh total rata-rata (mean) sebesar 1,6462. Hal demikian berarti bahwa sudah terjadi kecenderungan pemakain campuran bahasa Walsa dengan bahasa Indonesia dalam masyarakat Pund ketika aku (responden) berbicara dengan adik dalam ranah keluarga. Seperti halnya pada situasi tutur kedua di atas, gejala perembesan bahasa Indonesia pada situasi tutur ketiga ini juga menunjukkan pola yang sedikit berbeda dengan gejala perembesan bahasa Indonesia pada situasi tutur pertama. Perbedaan pola perembesan bahasa Indonesia pada situasi tutur tiga ini juga terjadi pada kelompok umur tahun yang justru lebih rendah apabila dibandingkan dengan perembesan bahasa Indonesia yang terjadi pada kelompok umur 41 tahun. Sejauh ini, anomali pola perembesan bahasa Indonesia atau pola pilihan bahasa pada kedua kelompok umur tersebut belum dapat dijelaskan secara memadai. Penambahan jumlah responden pada kedua kelompok umur tersebut atau penambahan data dan analisis kualitaitif mungkin akan dapat memberikan penjelasan terhadap anomali pola perembesan atau pola pilihan bahasa kedua kelompok umur tersebut. Meskipun terjadi sedikit anomali pilihan bahasa pada kelompok umur tahun, secara keseluruhan variabel umur tetap berpengaruh terhadap pilihan bahasa masyarakat Pund ketika aku (responden) berbicara dengan adik dalam ranah keluarga. Adanya pengaruh variabel umur terhadap pilihan bahasa ini ditujukkan oleh hasil analisis varian seperti yang terlihat pada Tabel 5. Berdasarkan hasil anava untuk α = 0,05 diperoleh nilai F sebesar 39,108 yang jauh berada di atas nilai F tabel sebesar 3, Hal ini berarti bahwa variabel umur berpengaruh secara signifikan dalam hal pemilihan bahasa Walsa dan bahasa Indonesia oleh masyarakat Pund ketika aku (responden) berbicara dengan adik. Adanya pengaruh variabel umur dalam hal pemilihan bahasa ini juga diperkuat oleh hasil pengelompokan Duncan sebagaimana terlihat pada Tabel 8. Dari Tabel 8 itu dapat dilihat adanya dua kelompok. Kelompok pertama beranggotakan kelompok umur 41 tahun dengan nilai rata-rata (mean) 1,2500 dan kelompok umur tahun dengan nilai rata-rata (mean) 1,2143. Kelompok kedua hanya beranggotakan satu kelompok umur, yaitu kelompok umur 20 tahun dengan nilai rata-rata (mean) 2,5238. Pilihan bahasa kelompok pertama adalah bahasa Walsa, sedangkan pilihan bahasa kelompok kedua adalah campuran bahasa Walsa dan bahasa 42, Vol. 26, No. 1, Juni 2014

9 Halaman (Suharyanto) Language Choice Of Walsa Language- Indonesian Language... Indonesia dengan kecenderungan ke arah pilihan bahasa Indonesia. Tabel 8 Hasil Pengelompokan Bahasa Duncan Pilihan Bahasa pada Situasi 3 Usia Tahun 41 Tahun 20 N Subset for alpha= 0, ,2143 1,2500 2, Aku Anak (-anak) Berbeda dengan tiga situasi tutur yang sudah dibicarakan sebelumnya, berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa ketika aku (responden) berbicara dengan anak(-anak) frekwensi pilihan bahasa Walsa masyarakat Pund menunjukkan angka yang cukup rendah, yaitu 16 responden (24,62%). Sebaliknya, frekwensi pilihan bahasa Indonesia mereka menunjukkan kenaikan jumlah yang cukup signifikan apabila dibandingkan dengan jumlah frekwensi pilihan bahasa Indonesia pada ketiga situasi tutur yang sudah dibicarakan sebelumnya. Frekwensi pilihan bahasa Indonesia masyarakat Pund pada situasi tutur keempat ini menunjukkan jumlah 27 responden ( 41,54%). Pilihan bahasa untuk masing-masing kelompok umur menunjukkan frekwensi yang berbeda-beda, baik terhadap pilihan bahasa Walsa maupun terhadap pilihan bahasa Indonesia mereka. Terhadap pilihan bahasa Walsa, dapat ditunjukkan bahwa pada kelompok umur 20 tahun sudah tidak dijumpai responden (0%) yang menggunakan bahasa Walsa, pada kelompok umur tahun terdapat tujuh responden (10,77%) yang menggunakan bahasa Walsa, dan pada kelompok umur 41 tahun terdapat 9 responden (13,84%) yang menggunakan bahasa Walsa. Terhadap pilihan bahasa Indonesia, dapat ditunjukkan bahwa pada kelompok umur 20 tahun terdapat 17 responden (26,16%) yang menggunakan bahasa Indonesia, pada kelompok umur tahun terdapat tujuh responden (10,77%) yang menggunakan bahasa Indonesia, dan pada kelompok umur 41 tahun terdapat tiga responden (4,62%) yang menggunakan bahasa Indonesia. Apabila diamati secara lebih saksama, rendahnya frekwensi pilihan bahasa Walsa masyarakat Pund ketika aku (responden) berbicara dengan anak(-anak) berbanding terbalik dengan meningkatnya nilai rata-rata (mean) pilihan bahasa Indonesia masyarakat Pund ketika aku (responden) berbicara dengan anak(-anak). Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa ketika aku (responden) berbicara dengan anak(-anak) diperoleh total rata-rata (mean) sebesar 2,1692. Hal ini berarti bahwa masyarakat Pund telah berkomunikasi dengan menggunakan campuran bahasa Walsa dan bahasa Indonesia ketika aku (responden) berbicara dengan anak(-anak) dalam ranah keluarga. Hal ini berarti pula bahwa perembesan bahasa Indonesia yang terjadi pada situasi tutur ini menjadi semakin besar. Gejala perembesan bahasa Indonesia ini akan semakin besar pada kelompok usia yang lebih muda. Tabel 4 dapat memperlihatkan fenomena tersebut. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa pada kelompok umur 20 tahun diperoleh nilai rata-rata (mean) sebesar 2,8095, pada kelompok umur tahun diperoleh rata-rata sebesar 2,0000, dan pada kelompok umur 41 tahun diperoleh nilai rata-rata (mean) sebesar 1,6250. Adanya pengaruh variabel umur terhadap pilihan bahasa masyarakat Pund ini juga ditujukkan oleh hasil analisis varian seperti yang terlihat pada Tabel 5. Berdasarkan hasil anava untuk α = 0,05 diperoleh nilai F sebesar 16,254 yang jauh berada di atas nilai F tabel sebesar 3, Hal ini berarti bahwa variabel umur berpengaruh secara signifikan, Vol. 26, No. 1, Juni

10 Pemilihan Bahasa Walsa-Bahasa Indonesia... (Suharyanto) Halaman dalam hal pemilihan bahasa Walsa dan bahasa Indonesia oleh masyarakat Pund ketika aku (responden) berbicara dengan anak (-anak). Adanya pengaruh variabel umur dalam hal pemilihan bahasa ini juga diperkuat oleh hasil pengelompokan Duncan sebagaimana terlihat pada Tabel 9. Dari tabel itu dapat dilihat adanya dua kelompok. Kelompok pertama beranggotakan kelompok umur 41 tahun dengan nilai rata-rata (mean) 1,6250 dan kelompok umur tahun dengan nilai rata-rata (mean) 2,000. Kelompok kedua hanya beranggotakan satu kelompok umur, yaitu kelompok umur 20 tahun dengan nilai rata-rata (mean) 2,8095. Pilihan bahasa kelompok pertama adalah campuran bahasa Walsa dan bahasa Indonesia, sedangkan pilihan bahasa kelompok kedua adalah bahasa Indonesia. Tabel 9 Hasil Pengelompokan Bahasa Duncan Pilihan Bahasa pada Situasi 4 Usia 41 Tahun Tahun 20 N Subset for alpha= 0, ,6250 2,0000 2,8095 SIMPULAN Berdasarkan perbandingan nilai ratarata (mean) pemilihan bahasa Walsa-bahasa Indonesia masyarakat Pund ( Tabel 4) dapat diketahui bahwa semakin kecil kelompok umur responden pada setiap situasi pemakain bahasa maka semakin besar nilai rata-rata (mean) pilihan bahasa mereka. Hal ini berarti bahwa semakin kecil kelompok umur responden semakin besar campuran bahasa Indonesia yang mereka gunakan saat berkomunikasi. Bahkan, pada kelompok umur 20 tahun total nilai rata-rata (mean) pilihan bahasanya sudah menunjukkan angka 2,4792 yang berarti saat mereka berkomunikasi kelompok umur ini sudah ada kecenderungan menggunakan bahasa Indonesia. Fenomena tersebut juga menunjukkan bahwa pada saat ini sedang terjadi pergeseran pemakaian bahasa antar generasi dalam masyarakat Pund. Pergeseran pemakaian bahasa terjadi dari bahasa Walsa ke bahasa Indonesia. Adanya pengaruh variabel umur responden terhadap pilihan bahasa mereka tersebut ditunjukkan oleh hasil anava pada setiap situasi pemakaian bahasa yang memperlihatkan bahwa nilai F selalu berada jauh di atas F tabel (Tabel 5). Pada situai 1 diperoleh nilai F sebesar 22,166, pada situai 2 diperoleh nilai F sebesar 25,894, pada situai 3 diperoleh nilai F sebesar 39,108, dan pada situasi 4 diperoleh niali F sebesar 16,254 dengan nilai F tabel sebesar 3,1751. Hasil anava tersebut juga diperkuat oleh hasil pengelompokan Duncan yang memperlihatkan adanya dua kelompok dengan pilihan bahasa yang berbeda pada keempat situasi pemakaian bahasa tersebut. DAFTAR PUSTAKA Baker, Colin A Parent s and Teacher s Guide to Bilingualism. Clevedon, Philadhelphia, Adelaide : Multilingual Matters Ltd. Fishman, Joshua A Domains and The Relationship between Micro- and Macrosociolinguistics dalam John J. Gumperz & Dell Hymes (ed) Direction in Sociolinguistics: The Ethnography of Communication. New York : Holt, Rinehart and Winston, Inc. Holmes, Janet An Introduction to Sociolinguistics. New York: Longman Macky, F.W The Description of Bilingualism, dalam Joshua A. 44, Vol. 26, No. 1, Juni 2014

11 Halaman (Suharyanto) Language Choice Of Walsa Language- Indonesian Language... Fishman (ed) Reading the Sociology of Language. Mouton: The Hague Paris. Mantra, Ida Bagoes dan Kasto Penentuan Sampel, dalam Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian (ed) Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Sudaryanto Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Suwito Pengantar Awal Sosiolinguistik, Teori, dan Problema. Surakarta: Kenary Offset. Tim Pemetaan Kekerabatan Bahasabahasa Daerah Di Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. Tachier, A Bahasa-Bahasa Suku Bangsa di Irian Jaya. Jayapura : Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Irian Jaya., Vol. 26, No. 1, Juni

SAWERIGADING. Volume 20 No. 2, Agustus 2014 Halaman

SAWERIGADING. Volume 20 No. 2, Agustus 2014 Halaman SAWERIGADING Volume 20 No. 2, Agustus 2014 Halaman 271 280 RANAH RUMAH TANGGA BENTENG TERAKHIR PEMERTAHANAN BAHASA MOSSO DI KAMPUNG MOSSO KOTA JAYAPURA (Household Domain is the Last Effort to Survive Mosso

Lebih terperinci

Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Keluarga Muda Etnis Bali

Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Keluarga Muda Etnis Bali Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Keluarga Muda Etnis Bali Tanjung Turaeni Balai Bahasa Surabaya tanjungturaeninyoman@ymail.com Abstract When people move from one city to the others, this and the new environment

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat komunikasi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat komunikasi sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam komunikasi, hubungan antara bahasa dan masyarakat tidak dapat dipisahkan karena bahasa merupakan wahana bagi masyarakat untuk berinteraksi satu sama lain. Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alih kode..., Dewi Nuryanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Alih kode..., Dewi Nuryanti, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemahaman berbahasa setiap orang berbeda di setiap budaya. Berkumpulnya berbagai budaya di suatu tempat, seperti ibukota negara, menyebabkan bertemunya berbagai budaya

Lebih terperinci

K A N D A I PILIHAN BAHASA OLEH KAUM REMAJA DI DAERAH TUJUAN WISATA KUTA, BALI

K A N D A I PILIHAN BAHASA OLEH KAUM REMAJA DI DAERAH TUJUAN WISATA KUTA, BALI K A N D A I Volume 9 No. 2, November 2013 Halaman 314-325 PILIHAN BAHASA OLEH KAUM REMAJA DI DAERAH TUJUAN WISATA KUTA, BALI (The Choice of Language By Teenagers in Tourism Destination of Kuta, Bali) I

Lebih terperinci

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN 1 KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN Putu Sosiawan Sastra Bali Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstrak The

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa. Tidak seperti sistem isyarat yang lain, sistem verbal bisa digunakan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa. Tidak seperti sistem isyarat yang lain, sistem verbal bisa digunakan untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori Ibrahim (1993:125 126), berpendapat bahwa semua kelompok manusia mempunyai bahasa. Tidak seperti sistem isyarat yang lain, sistem verbal bisa digunakan untuk mengacu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi tersebut, manusia memerlukan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) 1 of 8 SILABUS Fakultas : Bahasa dan Seni Jurusan/Prodi : Bahasa dan Sastra Indonesia/Sastra Indoesia Mata Kuliah : Sosiolinguistik Kode Mata Kuliah : SAS 311 SKS : 2 SKS Standar Kompetensi : Memiliki

Lebih terperinci

PEMILIHAN BAHASA PADA MULTIBAHASAWAN: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK PEMILIHAN BAHASA PADA MAHASISWA KEBUMEN DI UI MAKALAH NON-SEMINAR

PEMILIHAN BAHASA PADA MULTIBAHASAWAN: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK PEMILIHAN BAHASA PADA MAHASISWA KEBUMEN DI UI MAKALAH NON-SEMINAR PEMILIHAN BAHASA PADA MULTIBAHASAWAN: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK PEMILIHAN BAHASA PADA MAHASISWA KEBUMEN DI UI MAKALAH NON-SEMINAR Ratna Kurniasari Sastra Inggris 0806356162 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat tutur adalah sekelompok orang yang berinteraksi dengan perantara bahasa dengan sekurang-kurangnya memiliki satu variasi bahasa dan terikat dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi antar sesama, baik dalam kehidupan sehari-hari di keluarga maupun di lingkungan masyarakat tempat

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEDWIBAHASAAN SISWA: IMPLEMENTASI STUDI KEBAHASAAN DI SEKOLAH DASAR. Gio Mohamad Johan 1 ABSTRAK

IDENTIFIKASI KEDWIBAHASAAN SISWA: IMPLEMENTASI STUDI KEBAHASAAN DI SEKOLAH DASAR. Gio Mohamad Johan 1 ABSTRAK IDENTIFIKASI KEDWIBAHASAAN SISWA: IMPLEMENTASI STUDI KEBAHASAAN DI SEKOLAH DASAR Gio Mohamad Johan 1 ABSTRAK Studi penelitian ini berupaya mengungkap fenomena kedwibahasaan yang terjadi pada siswa sekolah

Lebih terperinci

PELESTARIAN BAHASA JAWA RAGAM KRAMA DALAM RANAH MASYARAKAT DI KABUPATEN SRAGEN

PELESTARIAN BAHASA JAWA RAGAM KRAMA DALAM RANAH MASYARAKAT DI KABUPATEN SRAGEN PELESTARIAN BAHASA JAWA RAGAM KRAMA DALAM RANAH MASYARAKAT DI KABUPATEN SRAGEN Dewi Untari Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia dewi.untari70@gmail.com ABSTRACT Javanese language is one of local

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN LAPORAN HASIL PENELITIAN TINGKAT PERGESERAN BAHASA BALI DALAM TEKS NARATIF CERITA RAKYAT DI KECAMATAN BLAHBATUH KABUPATEN GIANYAR TIM PENELITI : KETUA : Dr. PUTU SUTAMA, M.S. ANGGOTA : Drs. IDA BAGUS MADE

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 21 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Sinar Resmi, Desa Sinar Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

Supriyanto Widodo, S.S., M.Hum. Abstrak. Tulisan ini merupakan hasil pengamatan penulis ini pada masyarakat Jawa yang tinggal di Kota dan

Supriyanto Widodo, S.S., M.Hum. Abstrak. Tulisan ini merupakan hasil pengamatan penulis ini pada masyarakat Jawa yang tinggal di Kota dan PEMERTAHANAN BAHASA IBU STUDI KASUS BAHASA JAWA DI PAPUA Supriyanto Widodo, S.S., M.Hum. Abstrak Tulisan ini merupakan hasil pengamatan penulis ini pada masyarakat Jawa yang tinggal di Kota dan Kabupaten

Lebih terperinci

PENGERTIAN SOSIOLINGUISTIK

PENGERTIAN SOSIOLINGUISTIK PENGERTIAN SOSIOLINGUISTIK Janet Holmes (1995:1): sociolinguistics study the relationship between language and society, they are interested in explaining why we speak differently in different social context,

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur. Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut

METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur. Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut merydah76@gmail.com ABSTRAK Tulisan ini bertujuan memberikan kontribusi pemikiran terhadap implementasi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berisi beberapa hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dalam penggunaannya di tengah adanya bahasa baru dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dalam penggunaannya di tengah adanya bahasa baru dalam masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran dan pemertahanan bahasa merupakan dua sisi mata uang (Sumarsono, 2011). Fenomena tersebut merupakan fenomena yang dapat terjadi secara bersamaan. Pemertahanan

Lebih terperinci

BANJAR-BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN

BANJAR-BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN PERGESERAN BAHASA (LANGUAGE SHIFTING) DALAM KELUARGA BANJAR-BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN KETUA : ANGGOTA: SITI JAMZAROH, S.S., M.HUM. DRS. SAEFUDDIN, M.PD AGUS YULIANTO,S,S., M.PD DRS. SUMADI, M.HUM. TEGUH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. (Keraf, 1971:1) bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. (Keraf, 1971:1) bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. (Keraf, 1971:1) bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan sebagai alat untuk berinteraksi dalam menyampaikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Dalam bab ini dijelaskan mengenai kajian pustaka, konsep, dan landasan teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Dalam bab ini dijelaskan mengenai kajian pustaka, konsep, dan landasan teori 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Pendekatan yang dipakai dalam kajian ini adalah pendekatan sosiolinguistik. Dalam bab ini dijelaskan mengenai kajian pustaka, konsep, dan landasan teori

Lebih terperinci

PEMERTAHANAN BAHASA BUGIS DALAM RANAH KELUARGA DI NEGERI RANTAU SULAWESI TENGAH

PEMERTAHANAN BAHASA BUGIS DALAM RANAH KELUARGA DI NEGERI RANTAU SULAWESI TENGAH SAWERIGADING Volume 20 No. 3, Desember 2014 Halaman 403 412 PEMERTAHANAN BAHASA BUGIS DALAM RANAH KELUARGA DI NEGERI RANTAU SULAWESI TENGAH (The Buginese Language Preservation of Family Domain in Central

Lebih terperinci

PEMILIHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN TEGAL DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI ALTERATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK.

PEMILIHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN TEGAL DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI ALTERATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK. PEMILIHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN TEGAL DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI ALTERATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK Leli Triana ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk register medis anak dalam rubrik Konsultasi Ahli di Tabloid

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk register medis anak dalam rubrik Konsultasi Ahli di Tabloid 75 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan uraian mengenai hasil dan pembahasan pada bab IV, dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Bentuk register medis anak dalam rubrik Konsultasi Ahli di Tabloid Nakita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisi dan budaya yang sangat tinggi. Bahasa merupakan Sistem lambang bunyi

BAB I PENDAHULUAN. tradisi dan budaya yang sangat tinggi. Bahasa merupakan Sistem lambang bunyi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dapat saling berkomunikasi dan berinteraksi dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah dengan menggunakan ekspresi verbal yang disebut bahasa. Bahasa

Lebih terperinci

INTERFERENSI SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU DALAM BAHASA INDONESIA PADA MASYARAKAT MINANG PERANTAU DI MEDAN

INTERFERENSI SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU DALAM BAHASA INDONESIA PADA MASYARAKAT MINANG PERANTAU DI MEDAN INTERFERENSI SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU DALAM BAHASA INDONESIA PADA MASYARAKAT MINANG PERANTAU DI MEDAN Syamsul Bahri Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. dalam aplikasinya. Ini sejalan dengan gagasan Bailey (2007: 8): Different

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. dalam aplikasinya. Ini sejalan dengan gagasan Bailey (2007: 8): Different BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Penelitian dalam bidang kajian sosiolinguistik tentunya memiliki ciri tersendiri dalam aplikasinya. Ini sejalan dengan gagasan Bailey (2007: 8): Different academic

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Arang Sekam (C)

LAMPIRAN. Arang Sekam (C) LAMPIRAN A. Data Mentah Hasil Pengukuran Panjang Tanaman Sawi Panjang Tanaman 1 (Cm) U1 8.0 8.6 3.3 7.9 7.0 8.6 U2 8.9 9.7 4.0 5.5 2.5 8.0 U3 7.5 9.0 2.3 9.5 8.5 6.6 U4 8.3 9.2 3.0 11.0 7.7 7.0 U5 6.5

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Responden Penelitian ini dilakukan pada Polisi Lalu Lintas, mulai tanggal 1 Juli 2011-25 Juli 2011 dengan menyebar 100 kuesioner. Berikut ini akan dibahas mengenai

Lebih terperinci

Pemakaian Bahasa dalam Keluarga Dengan Orang Tua Berbeda Suku (Sebuah Studi Kasus)

Pemakaian Bahasa dalam Keluarga Dengan Orang Tua Berbeda Suku (Sebuah Studi Kasus) Pemakaian dalam Keluarga Dengan Orang Tua Berbeda Suku (Sebuah Studi Kasus) Nia Kurnia Sofiah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas nia.kurniasofiah@ui.ac.id Abstract The results of a case study

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini memakai pendekatan sosiolinguistik. Sosiolinguistik adalah ilmu bahasa yang berkaitan dengan keadaan sosial masyarakat sekitar pengguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa juga mempengaruhi pikiran manusia itu sendiri. Ilmu Sosiolinguistik

BAB I PENDAHULUAN. bahasa juga mempengaruhi pikiran manusia itu sendiri. Ilmu Sosiolinguistik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain bahasa sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaanya, bahasa juga mempengaruhi pikiran manusia itu sendiri. Ilmu Sosiolinguistik memandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam suku dan budaya. Suku-suku yang terdapat di provinsi Gorontalo antara lain suku

BAB I PENDAHULUAN. beragam suku dan budaya. Suku-suku yang terdapat di provinsi Gorontalo antara lain suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Gorontalo merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki beragam suku dan budaya. Suku-suku yang terdapat di provinsi Gorontalo antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dominan di antara sesama manusia. Realitas ini menunjukkan betapa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dominan di antara sesama manusia. Realitas ini menunjukkan betapa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa adalah salah satu faktor yang menjadi ciri pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Bahasa merupakan alat dalam komunikasi dan interaksi yang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH PENUTUR ASING DI DAERAH TUJUAN WISATA DI BALI

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH PENUTUR ASING DI DAERAH TUJUAN WISATA DI BALI PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH PENUTUR ASING DI DAERAH TUJUAN WISATA DI BALI THE USE OF INDONESIAN LANGUAGE BY FOREIGN SPEAKER AT TOURIST DESTINATION IN BALI I Wayan Sudana Balai Bahasa Provinsi Bali

Lebih terperinci

Hari ke-1 Pembelian mencit dari FMIPA ITB Bandung. Hari ke-1 sampai ke-7 Aklitimasi/adaptasi mencit hingga mencapai usia dan berat ideal

Hari ke-1 Pembelian mencit dari FMIPA ITB Bandung. Hari ke-1 sampai ke-7 Aklitimasi/adaptasi mencit hingga mencapai usia dan berat ideal Lampiran 1: Rencana Kerja Penelitian Hari ke-1 Pembelian mencit dari FMIPA ITB Bandung Hari ke-1 sampai ke-7 Aklitimasi/adaptasi mencit hingga mencapai usia dan berat ideal Hari ke-8 Induksi aloksan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh sekelompok manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan, karena bahasa mengalami

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. beberapa guru PAI yang belum tersertifikasi dan guru PAI yang sudah. dan 15 item untuk penilaian kompetensi professional.

BAB IV HASIL PENELITIAN. beberapa guru PAI yang belum tersertifikasi dan guru PAI yang sudah. dan 15 item untuk penilaian kompetensi professional. 126 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20 Maret sampai dengan 12 Mei 2016 terhadap penilaian siswa yang diajar guru PAI yang belum tersertifikasi dan sudah

Lebih terperinci

Jawaban Tes Praktikum Pengolahan Data Diklat Metode Penelitian Percobaan dan Pengolahan Data

Jawaban Tes Praktikum Pengolahan Data Diklat Metode Penelitian Percobaan dan Pengolahan Data Jawaban Tes Praktikum Pengolahan Data Diklat Metode Penelitian Percobaan dan Pengolahan Data Peneliti di sebuah pabrik pembuatan genteng bermaksud mencari bahan dan suhu pemanasan optimal dalam produksi

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA TONTEMBOAN SISWA SMA DAN SMK DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN

PEMAKAIAN BAHASA TONTEMBOAN SISWA SMA DAN SMK DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN PEMAKAIAN BAHASA TONTEMBOAN SISWA SMA DAN SMK DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN Siska Rambitan 1, Nova Mandolang 2 1,2 Fakultas Ilmu Budaya siskars@yahoo.com; nova_mandolang@yahoo.com ABSTRAK Pemakaian bahasa

Lebih terperinci

SILABUS SOSIOLINGUISTIK BIL008. Dr. Gatot Sarmidi, M.Pd.

SILABUS SOSIOLINGUISTIK BIL008. Dr. Gatot Sarmidi, M.Pd. Kode dokumen Halaman : 1 of 5 SILABUS SOSIOLINGUISTIK BIL008 Dr. Gatot Sarmidi, M.Pd. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG SILABUS

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan fenomena di lapangan.

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan fenomena di lapangan. 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam rencana penelitian ini yaitu penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau fenomena serta untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA KRISTEN 1 Salatiga yang terletak di Jl. Osa Maliki no. 32 Salatiga. Subjek penelitian adalah kelas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, analisis data yang dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dengan menggunakan analisis regresi sederhana, dan perhitungannya menggunakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN. a. Sebelum Uji b. Setelah Uji

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN. a. Sebelum Uji b. Setelah Uji LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN a. Sebelum Uji b. Setelah Uji 110 111 SEBELUM UJI ANGKET UJI COBA INSTRUMEN Petunjuk Pengisian Angket 1. Tulislah terlebih dahulu NAMA dan NIM pada tempat yang telah disediakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai macam suku. Salah satu suku di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai macam suku. Salah satu suku di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terdiri atas berbagai macam suku. Salah satu suku di Indonesia adalah suku Batak yang terdiri atas lima etnik, yakni etnik Batak Toba, etnik Pakpak Dairi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Kristen Satya Wacana yang terletak di Jalan Diponegoro, Salatiga. Populasi penelitian adalah semua

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dibagikan. Kuesioner yang disebarkan berjumlah 130 kuesioner. Jumlah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dibagikan. Kuesioner yang disebarkan berjumlah 130 kuesioner. Jumlah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Dalam Bab IV disajikan analisis terhadap data yang telah diperoleh selama pelaksanaan penelitian. Data yang terkumpul tersebut merupakan data

Lebih terperinci

Jenis Pupuk o B1 B2 B3 B4

Jenis Pupuk o B1 B2 B3 B4 TUTORIAL SPSS RANCANGAN ACAK KELOMPOK (RAK) oleh : Hendry http://teorionline.wordpress.com/ Rancangan acak kelompok (RAK) sering disebut dengan randomized complete block design (RCBD). Pada rancangan ini

Lebih terperinci

Variabel Pelayanan Purna Jual

Variabel Pelayanan Purna Jual 1 Variabel Pelayanan Purna Jual Case Processing Summary N % 25 100.0 Cases Excluded a 0.0 Total 25 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sarana komunikasi yang paling penting sesama masyarakat adalah bahasa. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan manusia lain. Bahasa

Lebih terperinci

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN: PERGESERAN BAHASA DAERAH AKIBAT KONTAK BAHASA MELALUI PEMBAURAN 1. Sulis Triyono FBS Universitas Negeri Yogyakarta

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN: PERGESERAN BAHASA DAERAH AKIBAT KONTAK BAHASA MELALUI PEMBAURAN 1. Sulis Triyono FBS Universitas Negeri Yogyakarta PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN: PERGESERAN BAHASA DAERAH AKIBAT KONTAK BAHASA MELALUI PEMBAURAN 1 Sulis Triyono FBS Universitas Negeri Yogyakarta A. Pendahuluan Bahasa sebagai alat komunikasi selalu mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai peranan yang sangat. pada setiap bahasa, khususnya bahasa ibu atau bahasa asal.

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai peranan yang sangat. pada setiap bahasa, khususnya bahasa ibu atau bahasa asal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai peranan yang sangat penting. Bahasa menjadi kunci penentu proses perubahan. Namun demikian, hal itu terkadang kurang

Lebih terperinci

LINGUA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

LINGUA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang Volume XIV, Nomor 1, Januari 2018 LINGUA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, Indonesia 50229 Telp. (024)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR TABEL... xvii. DAFTAR GAMBAR... xviii. A. Latar Belakang Masalah...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR TABEL... xvii. DAFTAR GAMBAR... xviii. A. Latar Belakang Masalah... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... i iii iv xii DAFTAR TABEL... xvii DAFTAR GAMBAR... xviii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Fokus Penelitian...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN. buah. Dari 105 kuesioner yang dikirimkan kepada seluruh

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN. buah. Dari 105 kuesioner yang dikirimkan kepada seluruh BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MINAT DAN DAYA TALAR ANTARA MAHASISWA JURUSAN UMUM DENGAN MAHASISWA BERBASIS AGAMA DALAM KEMAMPUAN TEKNOLOGI INFORMASI

PERBANDINGAN MINAT DAN DAYA TALAR ANTARA MAHASISWA JURUSAN UMUM DENGAN MAHASISWA BERBASIS AGAMA DALAM KEMAMPUAN TEKNOLOGI INFORMASI Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : 2541-0849 e-issn : 2548-1398 Vol. 2, No 10 Oktober 2017 PERBANDINGAN MINAT DAN DAYA TALAR ANTARA MAHASISWA JURUSAN UMUM DENGAN MAHASISWA BERBASIS AGAMA

Lebih terperinci

ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA MASYARAKAT DESA PULAU BATANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA

ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA MASYARAKAT DESA PULAU BATANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA MASYARAKAT DESA PULAU BATANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL Oleh NETI USPITA WATI NIM 100388201300 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

ANALISIS RELASI GENDER DAN KEBERHASILAN ORGANISASI KOPERASI WARGA (KOWAR) SMP NEGERI 7 BEKASI

ANALISIS RELASI GENDER DAN KEBERHASILAN ORGANISASI KOPERASI WARGA (KOWAR) SMP NEGERI 7 BEKASI ANALISIS RELASI GENDER DAN KEBERHASILAN ORGANISASI KOPERASI WARGA (KOWAR) SMP NEGERI 7 BEKASI DWIMORA EFRINI I34052103 SKRIPSI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata kunci: dialektologi, sikap, bahasa, minang, rantau

Abstraksi. Kata kunci: dialektologi, sikap, bahasa, minang, rantau Kajian Dialektologi dan Sikap Bahasa Minang Pada Pedagang Rantau di Jakarta 1 Erni Hastuti, 2 Teddy Oswari 1 Fakultas Sastra dan Bahasa, Universitas Gunadarma 2 Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Setelah penyebaran kuesioner kepada siswa kelas VII SMP N 11

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Setelah penyebaran kuesioner kepada siswa kelas VII SMP N 11 54 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Setelah penyebaran kuesioner kepada siswa kelas VII SMP N 11 Muaro Jambi dengan jumlah sampel 50 orang, kemudian dilakukan tabulasi, serta

Lebih terperinci

Tabel. Pengamatan Jumlah Mortalitas Larva Instar III Plutella xylostella Hama yang diinfeksikan. Persentase Mortalitas (%)Pengamatan ke-

Tabel. Pengamatan Jumlah Mortalitas Larva Instar III Plutella xylostella Hama yang diinfeksikan. Persentase Mortalitas (%)Pengamatan ke- LAMPIRAN 1. Data Pengaruh Pemberian Larutan Pestisida Nabati Perasan Daun Kayu Kuning (Arcangelisia flava L.) terhadap Mortalitas Hama Plutella xylostella pada Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Tabel.

Lebih terperinci

PENGARUH CAMPUR KODE DALAM BAHASA INDONESIA DI KALANGAN MAHASISWA IKIP SILIWANGI BANDUNG

PENGARUH CAMPUR KODE DALAM BAHASA INDONESIA DI KALANGAN MAHASISWA IKIP SILIWANGI BANDUNG P ISSN 2614-624X E ISSN 2614-6231 DOI: http://dx.doi.org/10.22460/p.v1i3p%25p.671 PENGARUH CAMPUR KODE DALAM BAHASA INDONESIA DI KALANGAN MAHASISWA IKIP SILIWANGI BANDUNG Suci Lestari 1, Syanti Oktaviani

Lebih terperinci

Statistika untuk Keteknikan Analisis Ragam

Statistika untuk Keteknikan Analisis Ragam Statistika untuk Keteknikan Analisis Ragam Teknik Analisis Ragam : Pengolahan data anova satu arah dan anova dua arah dengan rumus statistik dan SPSS. Oleh Delvi Yanti, S.TP, MP Page 0 1.1 Rumus Anova

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengolahan Data Berikut ini adalah hasil dari data yang telah diolah dan dianalisis, diantaranya karakteristik responden, deskripsi umum skor variabel, uji hipootesis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pengantar dalam komunikasi sehari-hari. nasional dan bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pengantar dalam komunikasi sehari-hari. nasional dan bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana yang vital dan utama dalam hidup. Karena tanpa bahasa sulit bagi kita untuk mengerti atau memahami arti dan maksud dari perkataan orang lain.

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENGUSAAN KONSEP GETARAN MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN BUDAYA LOKAL

PENINGKATAN PENGUSAAN KONSEP GETARAN MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN BUDAYA LOKAL PENINGKATAN PENGUSAAN KONSEP GETARAN MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN BUDAYA LOKAL Abstrak Triwiyono FKIP Universitas Cenderawasih (e-mail: y_triwiyono07@yahoo.co.id) Liliasari Sekolah Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini akan dilakukan pembahasan mengenai deskripsi tempat penelitian yaitu di Yayasan Pendidikan Eben Haezer Salatiga, deskripsi responden penelitian yaitu guru-guru

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peneliti di Indonesia. Penelitian-penelitian itu yang dilakukan oleh: Susi Yuliawati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peneliti di Indonesia. Penelitian-penelitian itu yang dilakukan oleh: Susi Yuliawati BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relavan Penelitian mengenai multilingualisme telah banyak dilakukan oleh para peneliti di Indonesia. Penelitian-penelitian itu yang dilakukan oleh: Susi Yuliawati

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat penelitian berlangsung. Terdapat 3 karakteristik responden yang. Tabel 5.1

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat penelitian berlangsung. Terdapat 3 karakteristik responden yang. Tabel 5.1 1 BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakterisitik Responden Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar sebanyak 100 orang yang penulis temui

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA OLEH MASYARAKAT BUGIS DI DESA SENGANAN, TABANAN, BALI

PEMAKAIAN BAHASA OLEH MASYARAKAT BUGIS DI DESA SENGANAN, TABANAN, BALI Vol. 1, No. 1, Juli 217, 2131 DOI: http://dx.doi.org/1.22225/kulturistik.1.1.214 PEMAKAIAN BAHASA OLEH MASYARAKAT BUGIS DI DESA SENGANAN, TABANAN, BALI I Made Suparta IKIP Saraswati Tabanan madesuparta831@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yang telah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yang telah 51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan di SMAN 5 Padang tentang perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sarana komunikasi yang paling penting pada manusia adalah bahasa. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Sarana komunikasi yang paling penting pada manusia adalah bahasa. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana komunikasi yang paling penting pada manusia adalah bahasa. Oleh karena kedudukannya yang sangat penting, maka membuat bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan

Lebih terperinci

PERGESERAN DAN PEMERTAHANAN BAHASA

PERGESERAN DAN PEMERTAHANAN BAHASA PERGESERAN DAN PEMERTAHANAN BAHASA Nurdin Bramono Mifta Rahman Universitas Sebelas Maret Surakarta Naardi18@gmail.com Abstract Economic and technology development are the main reason of language shift.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian dilakukan pada awal bulan Mei 2017 sampai dengan pertengahan bulan Juli 2017. Berikut ini adalah uraian gambaran umum subjek berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun kelompok. Bahasa

Lebih terperinci

PEMILIHAN KODE MASYARAKAT PESANTREN DI PESANTREN AL-AZIZ BANJARPATOMAN DAMPIT

PEMILIHAN KODE MASYARAKAT PESANTREN DI PESANTREN AL-AZIZ BANJARPATOMAN DAMPIT PEMILIHAN KODE MASYARAKAT PESANTREN DI PESANTREN AL-AZIZ BANJARPATOMAN DAMPIT Oleh Abdul Hamid 1 Anang Santoso 2 Roekhan² E-mail: hiliyahhamid@gmail.com Universitas Negeri Malang Jalan Semarang Nomor 5

Lebih terperinci

ANGKET PENELITIAN Identitas Responden B. Petunjuk Pengisian Kuesioner No. Pernyataan STS

ANGKET PENELITIAN Identitas Responden B. Petunjuk Pengisian Kuesioner No. Pernyataan STS ANGKET PENELITIAN A. Identitas Responden a. Nama :... b. Usia :... Tahun c. Jenis Kelamin : Laki-laki \ Perempuan (*coret yang tidak perlu) d. Masa Kerja :... e. Bagian / Unit Kerja :... B. Petunjuk Pengisian

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA Himawatul Azmi Nur dan Prembayun Miji Lestari Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, FBS, Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

DAFTAR RUJUKAN. Alwasilah, C. (1993). Pengantar sosiologi bahasa. Bandung: Angkasa.

DAFTAR RUJUKAN. Alwasilah, C. (1993). Pengantar sosiologi bahasa. Bandung: Angkasa. 285 DAFTAR RUJUKAN Alwasilah, C. (1993). Pengantar sosiologi bahasa. Bandung: Angkasa. Alwi, H. dan D. Sugono. (2003). Politik bahasa: risalah seminar politik bahasa. Jakarta: Progress. Arifianti, I. (2012).

Lebih terperinci

SILABUS Tgl. Berlaku : 8 April 2010 : Versi/Revisi :

SILABUS Tgl. Berlaku : 8 April 2010 : Versi/Revisi : 1. PROGRAM STUDI : Pendidikan Bahasa Indonesia 2. MATA KULIAH : Kedwibahasaan 3. KODE MATA KULIAH : IN625 4. BOBOT : 2 SKS 5. SEMESTER : 2 (Dua) 6. MATA KULIAH PRASYARAT : - 7. DOSEN : Prof. Dr. Yus Rusyana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel, tentang budaya. religius dan pembentukan karakter peserta didik.

BAB IV HASIL PENELITIAN. kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel, tentang budaya. religius dan pembentukan karakter peserta didik. 101 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Statistik deskriptif ini digunakan sebagai dasar untuk menguraikan kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel, tentang budaya religius dan pembentukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISISDAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISISDAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISISDAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan Program Studi Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Lebih terperinci

Upaya Bahasa Jawa Mengakomodasi Tulisan Ilmiah: Tanda-Tanda Impotensi atau Komplikasi?

Upaya Bahasa Jawa Mengakomodasi Tulisan Ilmiah: Tanda-Tanda Impotensi atau Komplikasi? Upaya Bahasa Jawa Mengakomodasi Tulisan Ilmiah: Tanda-Tanda Impotensi atau Komplikasi? Oleh: Djatmika Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstrak Makalah ini membahas kemampuan bahasa Jawa sebagai media

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Hasil Perhitungan Statistik dengan SPSS for Windows versi dan Kuesioner Penelitian

DAFTAR LAMPIRAN. Hasil Perhitungan Statistik dengan SPSS for Windows versi dan Kuesioner Penelitian DAFTAR LAMPIRAN Hasil Perhitungan Statistik dengan SPSS for Windows versi 15.00 dan Kuesioner Penelitian xi LAMPIRAN A Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas A.1. Parental Stress Scale (PSS) A.1.1. Sebelum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Pelita Salatiga kelas XI Tahun ajaran 2012/2013 :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Pelita Salatiga kelas XI Tahun ajaran 2012/2013 : BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Penulis melakukan penelitian di SMK Pelita Salatiga dengan subjek seluruhnya adalah siswa kelas XI. Berikut adalah tabel rekapitulasi

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA KEMAMPUAN METAKOGNISI DAN MEMBACA CEPAT SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 IMOGIRI

KORELASI ANTARA KEMAMPUAN METAKOGNISI DAN MEMBACA CEPAT SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 IMOGIRI Korelasi Antara Kemampuan Metakognisi... 472 KORELASI ANTARA KEMAMPUAN METAKOGNISI DAN MEMBACA CEPAT SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 IMOGIRI THE CORRELATION OF METACOGNITIVE AND SPEED READING SKILLS OF GRADE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa (language) merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi

Lebih terperinci

SIKAP BERBAHASA PARA REMAJA BERBAHASA SUNDA DI KABUPATEN BANDUNG: SUATU KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

SIKAP BERBAHASA PARA REMAJA BERBAHASA SUNDA DI KABUPATEN BANDUNG: SUATU KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Wagiati et al.: Sikap Berbahasa para Remaja... SIKAP BERBAHASA PARA REMAJA BERBAHASA SUNDA DI KABUPATEN BANDUNG: SUATU KAJIAN SOSIOLINGUISTIK (THE LANGUAGE ATTITUDE OF SUNDANESE-SPEAKING TEENAGERS IN BANDUNG

Lebih terperinci

Edu Geography

Edu Geography Edu Geography 1 (2) (2013) Edu Geography http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edugeo PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI ANAK PADA JENJANG PENDIDIKAN TINGGI Agus Arifin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lainnya. Berkomunikasi merupakan cara manusia saling

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lainnya. Berkomunikasi merupakan cara manusia saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Berkomunikasi merupakan cara manusia saling berinteraksi dengan manusia yang

Lebih terperinci

BAB 4 Analisis Hasil

BAB 4 Analisis Hasil BAB 4 Analisis Hasil 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah gay dewasa muda yang berusia 20-40 tahun, mengidentifikasikan diri sebagai penyuka sesama jenis serta berdomisili

Lebih terperinci

Volume 1 (1) Desember 2013 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-7

Volume 1 (1) Desember 2013 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-7 PERGESERAN BENTUK KATA SAPAAN PADA MASYARAKAT JAWA DI DESA REJOAGUNG, KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER THE SHIFT OF ADDRESS WORD IN JAVANESE SOCIETY AT REJOAGUNG VILLAGE, SEMBORO DISTRICT JEMBER REGENCY

Lebih terperinci

Lampiran 1 PERHITUNGAN DOSIS. Dosis mencit: 1,4x0,14(konversi dari tikus ke mencit 20 g)= 0,196 mg BB rata-rata Mencit : 26 gram

Lampiran 1 PERHITUNGAN DOSIS. Dosis mencit: 1,4x0,14(konversi dari tikus ke mencit 20 g)= 0,196 mg BB rata-rata Mencit : 26 gram Lampiran 1 PERHITUNGAN DOSIS sisplatin Dosis untuk tikus= 7mg/kg Dosis absolute pada tikus : 7x0,2=1.4 mg Dosis mencit: 1,4x0,14(konversi dari tikus ke mencit 20 g)= 0,196 mg BB rata-rata Mencit : 26 gram

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diterapkan oleh orang tua subjek, dan tingkat sbling rivalry subjek.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diterapkan oleh orang tua subjek, dan tingkat sbling rivalry subjek. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Dari jumlah 76 sampel yang layak di analisis dari nilai beda minimal 3 pada tiap pola asuh berjumlah 62. Berikut ini akan diuraikan gambaran subjek

Lebih terperinci

VITALITAS BAHASA SUNDA DI KABUPATEN BANDUNG

VITALITAS BAHASA SUNDA DI KABUPATEN BANDUNG VITALITAS BAHASA SUNDA DI KABUPATEN BANDUNG Wagiati, Wahya, dan Sugeng Riyanto Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran email: wagiati@unpad.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 143 BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan tentang: a) deskripsi data; b) uji prasyarat analisis; dan c) pengujian hipotesis penelitian. A. Deskripsi Data Penyajian statistik deskripsi hasil penelitian

Lebih terperinci