ANALISIS BIAYA (COST) DAN MANFAAT (BENEFIT) DALAM PENENTUAN KEBIJAKAN KREDIT DAN PIUTANG DAGANG
|
|
- Glenna Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Vol. 2 No.2, Juli Desember 2014 ISSN: ANALISIS BIAYA (COST) DAN MANFAAT (BENEFIT) DALAM PENENTUAN KEBIJAKAN KREDIT DAN PIUTANG DAGANG Miswanto Program Studi Manajemen STIE YKPN Yogyakarta ABSTRACT In conducting credit sales, account receivables that generated be made appropriate policy cause trade-off between the cost and benefits. Usually, if there are additional benefits of the policy will be accompanied the additional cost. Policy credits and account receivables will be declared good for the company if the costs incurred are lower than the benefits gained. Due to these problems, this article provides a quantitative analysis of the cost and benefits that considered by the company in making policy credits and account receivables. The analysis of costs and benefits are considered in policy credit and account receivables related to the relaxing of credit standards, the credit period, the policy of of cash discount, and last, accounts receivable policy that allows for bad-debt losses. Keywords: accounts receivable, costs, benefits, credit, period, discount, and losses. PENDAHULUAN Selain secara tunai, penjualan barang dan atau jasa dapat dilakukan secara kredit. Kebanyakan perusahaan dalam memasarkan barang dan atau jasa memasuki pasar persaingan yang sangat ketat. Ketatnya persaingan tersebut sering mengarah pada saling berlomba memanjakan layanan ke konsumen dan pelanggan. Selain menjual barang atau jasa yang berkualitas dan harga yang dapat bersaing, upaya memanjakannya juga dengan mereka melakukan penjualan secara kredit, yaitu ketika terjadi transaksi jual beli barang atau jasa, pembeli tidak langsung melakukan pembayaran, melainkan dilakukan di waktu (hari, minggu, bulan, tahun) kemudian. Selain pertimbangan adanya persaingan yang sangat ketat, penjualan kredit dilakukan oleh perusahaan karena: 1) daya beli masyarat yang kurang baik, 2) kelaziman, dan 3) penawaran barang atau jasa secara umum melebihi daripada permintaannya. Daya beli kurang karena uang yang tersedia pada calon pembeli tidak memadai untuk melakukan transaksi tunai, dan karena itu mereka akan mampu beli jika membelinya secara kredit. Kelaziman terjadi apabila para pembeli yang ada adalah pedagang atau distributor, yaitu umumnya mereka membeli barang atau jasa secara kredit. Kondisi penawaran melebihi permintaanya menjadikan pensuplai barang atau jasa menjual secara kredit agar calon pembeli lebih tertarik untuk membelinya. Penjualan tunai mengakibatkan adanya penerimaan kas langsung ke perusahaan dan penjualan kredit menimbulkan piutang pada pelanggan (customer), dan umumnya berupa piutang dagang. Piutang dagang adalah kredit yang diberikan perusahaan kepada para pelanggannya, yang biasanya didasarkan atas kepercayaan dan tidak menggunakan perjanjian formal. Dalam pemberian piutang dagang, perusahaan dapat memetik manfaat (benefit) yaitu penjualan barang atau jasa meningkat. Para pembeli dan pelanggan akan lebih tertarik kalau ditawari barang secara kredit, apalagi tidak dibebani bunga, maka piutang dagang dapat meningkatkan penjualan, dan pada akhirnya peningkatkan laba. Di sisi lain, adanya piutang dagang dapat menimbulkan biaya (cost), misalnya berupa: biaya kesempatan (opportunity cost), piutang tidak tertagih, dan potongan tunai Dalam melakukan penjualan kredit, piutang dagang yang akan ditimbulkan harus dibuat kebijakan yang tepat karena setiap ada piutang dagang akan menimbulkan dua hal yang saling berlawanan (trade-off) yaitu biaya dan manfaat, atau sering disebut trade-off antara risk dan return (Weston and Copeland, 1986; Horne and Wachowicz, 2001) Biasanya, apabila ada tambahan IARN (iarn.detikjogja.com) 41
2 Indonesia Accounting Research Journal Vol. 2 No. 1, Januari Juni 2014 manfaat dari suatu kebijakan piutang dagang akan disertai pula adanya tambahan biaya. Kebijakan kredit dan piutang dagang akan dinyatakan baik bagi perusahaan apabila biaya yang ditimbulkan lebih rendah daripada manfaat yang diperoleh. Sebaliknya kebijakan piutang akan tidak baik bagi perusahaan apabila biaya yang ditimbulkan melebihi manfaat yang akan diperoleh. Sehubungan dengan adanya masalah tersebut, dalam artikel ini, penulis akan membahas analisis kuantitatif biaya dan manfaat yang sekiranya dapat menjadi pertimbangan perusahaan dalam membuat kebijakan kredit dan piutang dagang. Urut-urutan pembahasannya, pertama, faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam kebijakan kredit dan piutang dagang. Kedua, pemberian contoh kasus analisis biaya dan manfaat terhadap kebijakan pelonggaran standar kredit. Ketiga, pemberian contoh kasus analisis biaya dan manfaat terhadap pelonggaran periode kredit. Keempat, pemberian contoh kasus analisis biaya dan manfaat terhadap pemberian potongan tunai/kas. Kelima (terakhir), pemberian contoh kasus analisis biaya dan manfaat terhadap kemungkinan adanya piutang yang tidak tertagih. FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM KEBIJAKAN KREDIT DAN PIUTANG DAGANG Dalam pengadaan piutang, perusahaan harus menyediakan dana yang diinvestasikan pada piutang tersebut. Selain dipengaruhi oleh keadaan perekonomian, penentuan harga jual, dan kualitas produk, tingkat investasi dalam piutang dagang dipengaruhi kebijakan kredit. Kebijakan kredit adalah merupakan perihal yang dapat dipengaruhi atau dapat dikontrol oleh manajer keuangan. Dengan demikian, manajer keuangan perlu memperhatikan faktor-faktor yang sekiranya dapat dipertimbangkan dalam membuat kebijakan kredit yang terkait dengan piutang dagang. Faktor-faktor tersebut adalah 1) standar kredit, 2) panjang periode kredit, 3) potongan tunai/kas, dan 4) program pengumpulan piutang (Horne and Wachowicz, 2001). Keempat faktor tersebut akan berpengaruh tehadap 1) periode pengumpulan piutang dan 2) kerugian piutang tidak tertagih. Hubungan antara keempat faktor, periode pengumpulan, dan kerugian piutang tidak tertagih dapat di lihat pada Gambar 1. Faktor pertama: standar kredit terkait dengan kualitas pembeli yang akan diberi kredit melalui penjualan kredit. Apabila standar kreditnya dilonggarkan, yang berarti kualitas calon pembeli dilonggarkan, akan berdampak penjualandan dan laba meningkat, tetapi periode pengumpulan piutang lebih lambat dan adanya kemungkinan timbul piutang tidak tertagih. Kualitas pembeli tersebut adalah terkait dengan analisis kemampuan melunasi kewajiban dari calon pembeli atau pelanggan yang akan diberi kredit. Dalam pemberian kredit, ada kerangka 3R dan 5C, yang mana kerangka tersebut adalah diambil dari pemberian kredit di perbankan. 3R adalah return, repayment capacity, dan risk-bearing. Return berkaitan dengan hasil yang diperoleh dari pembelian kredit yang diminta, apakah kredit tersebut dapat menghasilkan return (pendapatan) yang memadai untuk melunasi utang. Repayment capacity berkaitan dengan kemampuan calon pembeli barang mengembalikan utangnya di saat jatuh tempo. Risk-bearing ability berkaitan dengan kemampuan pembeli barang atau jasa menanggung risiko kegagalan atau ketidakpastian yang berkaitan dengan penggunaan barang atau jasa yang dibeli secara kredit tersebut (Hanafi, 2006). 5C adalah character, capacity, capital, collateral, dan condition (Weston and Copeland, 1986; Brealey et al, 1991). Character menunjukkan kemampuan pembeli kredit yang terkait dengan sifat dan watak untuk memenuhi kewajibannya. Capacity adalah kemampuan pembeli kredit untuk melunasi kewajiban utangnya, melalui pengelolaan usahanya dengan efektif dan efisien. Capital adalah posisi keuangan pembeli kredit secara keseluruhan. Collateral adalah aset yang dijaminkan untuk pembelian kreditnya. Condition adalah sejauh mana kondisi perekonomian akan mempengaruhi kemampuan mengembalian utangnya (Hanafi, 2006). Pelonggaran standar kredit memang akan meningkatkan penjualan, akan tetapi menimbulkan peningkatan risiko, karena: a) penerimaan piutang yang berisiko tinggi dapat meningkatkan risiko piutang tidak tertagih, dan b) realisasi waktu periode kredit menjadi lebih panjang dan dapat meningkatkan saldo piutang dan mengurangi perputaran piutang, yang akhirnya menimbulkan biaya kesempatan yang semakin tinggi. Faktor kedua, panjang periode kredit adalah lamanya periode kredit yang diberikan kepada calon pembeli. Periode kredit sering juga disebut term of 42 IARN (iarn.detikjogja.com)
3 Miswanto sales (Brealey et al, 1991). Apabila periode kredit ditentukan 30 hari (n=30) menunjukkan bahwa pembeli diberi kelonggaran membayar sampai dengan hari ke 30. Apabila dibuat kebijakan periode kredit diperlonggar menyebabkan penjualan dan laba meningkat. Peningkatan laba tersebut disebabkan banyak calon pembeli yang akan tertarik membeli. Pelonggaran tersebut akan meringankan calon pembeli di dalam membayar utangnya. Di samping adanya manfaat, pelonggaran periode kredit menyebabkan periode pengumpulan piutang juga lebih lama. Hal ini dapat menyebabkan investasi pada piutang meningkat, dan pada akhirnya biaya kesempatan juga meningkat. Faktor ketiga, potongan tunai atau kas adalah pemberian potongan kas apabila pembeli membayar lebih cepat dari periode kredit yang ditentukan. Misalnya ada kebijakan dengan termin kredit 2/10 net 30. Net 30 menunjukkan periode kredit 30, dan 2/10 menunjukkan apabila membayarnya paling lambat pada hari ke 10, pembeli akan mendapat potongan kas sebesar 10 persen, dan membayar penuh jika membayarnya melewati hari ke 10. Pemberian potongan tunai ini akan menarik para pembeli untuk membayar pada periode potongan agar dapat menikmati potongan kas. Apabila pelanggannya perusahaan yang memberikan potong tunai banyak yang tertarik, jumlah uang yang diterima perusahaan menjadi berkurang daripada yang semestinya. Namun demikian, jumlah uang yang diterima dalam waktu yang lebih cepat, ada peluang uang tersebut segera dimanfaatkan sehingga kesempatan untuk mendapat manfaat keuntungan lebih cepat. Faktor keempat, program pengumpulan piutang adalah program yang dibuat perusahaan untuk penagihan piutang. Program pengumpulan piutang merupakan prosedur untuk pengumpulan dan pemonitoran piutang (Brealey et al, 1991). Cara melakukan penagihan piutang dapat dilakukan dengan membuat surat penagihan, menagih melalui emai, telpon, dan ketemu langsung. Program ini sejalan dengan konsep manajemen kas yang berkaitan dengan pengumpulan kas. Apabila perusahaan dapat menciptakan program pengumpulan piutang yang baik, maka dapat membantu manajemen kas yang berupaya kas masuk diperoleh secepat mungkin. Piutang yang masih ada di pelanggan menunjukkan dana yang tidak produktif atau nganggur. Apabila, piutang segera tertagih atau terkumpul, maka kas dari hasil penagihan piutang segera dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk keperluan yang lebih produktif. Program pengumpulan piutang harus dilaksanakan hati-hati. Meskipun mempunyai dampak piutang segera terkumpul, apabila program tersebut tidak dilakukan dengan hati-hati menyebabkan para pelanggan marah, tersinggung, dan merasa tidak dipercaya (Brigham dan Ehrhardt, 2005) Gambar 1: Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Kebijakan Piutang Dagang (Horne dan Wachowicz, 2008) IARN (iarn.detikjogja.com) 43
4 Indonesia Accounting Research Journal Vol. 2 No. 1, Januari Juni 2014 PELONGGARAN STANDAR KREDIT Dalam penentuan kebijakan kredit dan piutang dagang, perusahaan harus memperhatikan adanya trade-off antara biaya dan manfaat, yang berupa biaya kesempatan dan profitabilitas. Biaya kesempatan adalah berupa return sebelum pajak yang minimum harus dicapai (yang disyaratkan). Apabila dana yang diinvestasikan pada piutang dagang diinvestasikan di tempat lain dengan mendapatkan keuntungan 10% berarti biaya kesempatan pada investasi di piutang dagang sebesar 10%. Pelonggaran standar kredit akan meningkatkan penjualan dan laba dari penerimaan piutang yang berisiko tinggi (Weston and Copeland, 1986; Horne dan Wachowicz, 2008). Menurut Brigham dan Ehrhardt (2005), standar kredit diturunkan atau dilonggarkan akan meningkatkan penjualan, tetapi juga akan meningkatkan kerugian piutang tidak tertagih. Keputusan yang diambil dalam rencana pelonggaran standar kredit tergantung pada profitabilitas dari tambahan penjualan yang diharapkan dan biaya kesempatan yang timbul dari tambahan investasi dalam piutang dagang. Apabila profitabilitas dari tambahan penjualan yang diharapkan lebih tinggi daripada biaya kesempatan yang timbul dari tambahan investasi dalam piutang dagang, perusahaan dapat memutuskan untuk melakukan pelonggaran standar kredit, dan berlaku sebaliknya. Keputusan yang optimal adalah pelonggaran standar kredit dapat diteruskan sampai dengan profitabilitas dari tambahan penjualan yang diharapkan minimal sama dengan biaya kesempatan (opportunity cost) yang timbul dari tambahan investasi piutang dagang yang diperlukan untuk menghasilkan tambahan penjualan. Sebagai contoh, perusahaan menjual produknya dengan harga jual Rp1.000 per unit. Biaya variabel per unit sebesar Rp600 (termasuk biaya departemen kredit) sehingga rasio biaya variabel terhadap harga sebesar 60%. Laba kontribusi per unit adalah Rp400, berasal dari Rp Rp600, sehingga rasio laba kontribusi sebesar 40%, yaitu dari Rp400 dibagi dengan Rp Perusahaan saat ini berproduksi jauh di bawah kapasitas normal, sehingga kenaikkan penjualan diasumsikan tidak akan menambah total biaya tetap. Volume penjualan saat ini adalah Rp atau unit per tahun. Apabila perusahaan melakukan pelonggaran kredit diperkirakan akan menghasilkan periode pengumpulan rata-rata 2 (dua) bulan untuk pelanggan baru. Pelanggan yang sudah ada diharapkan tidak mengubah kebiasaannya yakni tetap membayar dalam periode waktu rara-rata 1 (satu) bulan. Pelonggaran standar kredit diharapkan meningkatkan volume penjualan 30%, yaitu menjadi Rp per tahun (naik Rp atau unit). Biaya kesempatan (opportunity cost) karena peningkatan jumlah investasi pada piutang dagang adalah 10%. Berdasar data yang dicontohkan tersebut di atas, biaya dan manfaat dari kebijakan pelonggaran standar kredit tersebut dapat dianalisis atau dihitung. Hasil analisis perhitungan biaya dan manfaat adanya pelonggaran standar kredit secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1. Pada Tabel 1, biaya yang ditimbulkan dari pelonggaran standar kredit berupa return sebelum pajak yang disyaratkan dari tambahan investasi pada piutang dagang yaitu sebesar Rp90 juta. Manfaat yang diperoleh dari pelonggaran standar kredit adalah berupa profitabilitas dari tambahan penjualan yaitu sebesar Rp Berdasar analisis biaya dan manfaat, keputusan yang diambil adalah perusahaan akan melakukan pelonggaran standar kredit karena profitabilitas tambahan penjualan lebih tinggi daripada return yang disyaratkan dari tambahan piutang dagang. Namun perlu di ketahui bahwa analisis ini belum mempertimbangkan kemungkinan timbulnya piutang tidak tertagih yang terjadi karena adanya persetujuan terhadap kredit yang lebih berisiko. PELONGGARAN PERIODE KREDIT Termin kredit menunjukkan panjangnya jangka waktu periode kredit dan potongan tunai yang diberikan apabila dilakukan pembayaran lebih awal oleh pelanggan (Marsh, 1995). Periode kredit adalah total jangka waktu kredit bagi pelanggan untuk membayar utangnya (Weston and Copeland, 1986; Horne dan Wachowicz, 2008; Brigham dan Ehrhardt, 2005). Misalnya, suatu perusahaan memberikan termin kredit 2/10, n/30. Termin 2/10 berarti potongan tunai sebesar 2% dari jumlah piutang bruto, yang akan diberikan apabila pelanggan membayar tagihan dalam waktu 10 hari sejak tanggal faktur. Termin n/30 berarti apabila potongan tunai tidak dimanfaatkan, pelanggan membayar penuh paling lambat pada waktu jatuh tempo yaitu 30 hari sejak tanggal faktur. 44 IARN (iarn.detikjogja.com)
5 Miswanto Tabel 1 Analisis Biaya dan Manfaat dalam Pelonggaran Standar Kredit Perputaran piutang dagang dari pelanggan baru = 1 tahun / periode pengumpulan piutang dagang pelanggan baru= = 12 bulan / 2 bulan= 6 kali Tambahan piutang dagang dari pelanggan baru = Tambahan penjualan / perputaran piutang pelanggan baru = Rp / 6 kali= Rp Tambahan investasi dari tambahan piutang dagang = Rasio biaya variabel x Tambahan piutang dagang = 60% x Rp = Rp Return sebelum pajak yang disyaratkan dari tambahan investasi dalam piutang dagang = Persentase biaya kesempatan x Tambahan investasi dalam piutang dagang = 10% x Rp = Rp Profitabilitas tambahan penjualan = Rasio laba kontribusi x Tambahan penjualan = 40% x Rp = Rp Perusahaan dapat melakukan pelonggaran kredit dengan memperpanjang periode kredit dengan harapan dapat menaikkan volume penjualan. Peningkaan volume penjualan tersebut disebabkan para pelanggan akan tertarik melakukan pembelian karena membayar perlunasan utangnya lebih ringan dengan periode kredit yang lebih longgar. Dalam hal ini, terjadi trade-off antara manfaat yang berupa profitabilitas dari tambahan penjualan dan biaya yang berupa return yang disyaratkan dari tambahan investasi dalam piutang dagang. Sebagai contoh, perusahaan menjual produknya dengan harga jual Rp1.000 per unit. Biaya variabel per unit sebesar Rp700 (termasuk biaya departemen kredit) sehingga rasio biaya variabel sebesar 70%. Laba kontribusi per unit adalah Rp300, berasal dari Rp Rp700, sehingga rasio laba kontribusi sebesar 30%. Perusahaan saat ini berproduksi jauh di bawah kapasitas normal, sehingga kenaikkan penjualan diasumsikan tidak akan menambah total biaya tetap. Volume penjualan saat ini adalah Rp atau unit per tahun. Apabila perusahaan melakukan pelonggaran periode kredit dari termin 2/10, n/30 menjadi termin 2/10, n/60 mengakibatkan periode pengumpulan piutang dagang rata-rata dari pelanggan yang sudah ada berubah dari 1 bulan menjadi 2 bulan. Pelonggaran periode kredit menaikkan volume penjualan sebesar Rp dan pelanggan baru ini juga membayar rata-rata dalam waktu 2 (duan) bulan. Untuk menyederhanakan masalah dalam contoh ini tidak ada pelanggan yang memanfaatkan potongan kas dan tidak ada risiko berupa piutang tidak tertagih. Berdasar data yang dicontohkan tersebut di atas, biaya dan manfaat dari kebijakan pelonggaran periode kredit tersebut dapat dianalisis atau dihitung. Hasil analisis perhitungan biaya dan manfaat adanya pelonggaran periode kredit selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4. Total tambahan investasi dalam piutang dagang terdiri dari 2 bagian yaitu tambahan investasi dalam piutang dagang yang berasal dari pelanggan lama (Tabel 2) dan dari pelanggan baru (Tabel 3). Tabel 4 adalah gabungan dari Bagian 1 dari Tabel 2 dan Bagian 2 dari Tabel 3. IARN (iarn.detikjogja.com) 45
6 Indonesia Accounting Research Journal Vol. 2 No. 1, Januari Juni 2014 Tabel 2: Bagian I, Tambahan Investasi dalam Piutang Dagang karena Semakin Lambatnya (n/30 menjadi n/60) Pengumpulan Piutang Dagang dari Pelanggan Lama Penjualan mula-mula Rp Perputaran piutang dari pelanggan lama sebelum terjadi pelonggaran periode kredit = 1 tahun / periode pengumpulan piutang dagang pelanggan lama = 12 bulan / 1 bulan= 12 kali Tingkat piutang dagang dari pelanggan lama sebelum terjadi pelonggaran periode kredit = Penjualan kredit tahunan / perputaran piutang pelanggan lama = Rp / 12 kali= Rp Perputaran piutang dari pelanggan lama setelah terjadi pelonggaran periode kredit = 1 tahun / periode pengumpulan piutang dagang pelanggan lama = 12 bulan / 2 bulan= 6 kali Tingkat piutang dagang dari penjualan mula-mula setelah terjadi pelonggaran periode kredit = Penjualan kredit tahunan / perputaran piutang pelanggan lama = Rp / 6 kali= Rp Tambahan piutang dagang dari penjualan mula-mula setelah terjadi pelonggaran periode kredit = Rp Rp = Rp Tambahan investasi dari tambahan piutang dagang berasal dari penjualan mula-mula setelah terjadi pelonggaran periode kredit = Rasio biaya variabel x Tambahan piutang dagang dari penjualan mula-mula setelah terjadi pelonggaran periode kredit = 70% x Rp = Rp Tabel 3 Bagian II, Tambahan Investasi dalam Piutang Dagang Dari Pelanggan Baru Perputaran piutang dari pelanggan baru = 1 tahun / periode pengumpulan piutang dagang pelanggan baru = 12 bulan / 2 bulan= 6 kali Tambahan piutang dagang dari pelanggan baru = Tambahan penjualan / perputaran piutang pelanggan baru = Rp / 6 kali= Rp Tambahan investasi dari tambahan piutang dagang dari tambahan penjualan = Rasio biaya variabel x Tambahan piutang dagang dari tambahan penjualan = 70% x Rp = Rp IARN (iarn.detikjogja.com)
7 Miswanto Tabel 4: Gabungan: Bagian I dan II Total tambahan investasi piutang dagang = Rp Rp = Rp Return yang disyaratkan dari tambahan investasi dalam piutang dagang = Persentase biaya kesempatan x Tambahan investasi dalam piutang dagang = 10% x Rp = Rp Profitabilitas tambahan penjualan = Rasio laba kontribusi x Tambahan penjualan = 30% x Rp = Rp Di Tabel 4 dapat dilihat bahwa biaya dari pelonggaran periode kredit karena adanya tambahan investasi dalam piutang dagang sebesar Rp240 juta. Manfaat yang berupa profitabilitas dari adanya tambahan penjualan yang disebabkan karena ada pelonggaran periode kredit sebesar Rp Keputusan yang diambil adalah perusahaan akan melakukan pelonggaran periode kredit, karena profitabilitas tambahan penjualan lebih tinggi daripada return yang disyaratkan dari tambahan piutang dagang Analisis ini belum mempertimbangkan kemungkinan timbulnya piutang tidak tertagih yang disekiranya timbul karena adanya persetujuan terhadap kredit yang berisiko tinggi. PEMBERIAN POTONGAN TUNAI/KAS Potongan tunai/kas adalah persentase pengurangan pembayaran dari jumlah bruto penjualan, karena pembayaran dilakukan dalam periode pemberian potongan tunai (Weston and Copeland, 1986). Potongan tunai diberikan sebagai insentif bagi pelanggan karena melakukan pembayaran lebih awal dalam periode pemberian potongan tunai. Periode pemberian potongan tunai adalah periode waktu pembayaran oleh pelanggan, yang mendapat potongan tunai karena pembayaran lebih awal. Keuntungan pemberian potongan tunai adalah mempercepat pengumpulan piutang dagang sehingga mempercepat perputaran piutang, yang mengakibatkan investasi yang dibutuhan dalam piutang menjadi lebih kecil. pengumpulan piutang yang lebih cepat dapat diinvestasikan segera dengan menghasilkan return tertentu, yang disebut opportunity savings. Namun, pemberian potongan mengakibatkan berkurangnya jumlah pembayaran yang diterima dari pelanggan, yang merupakan oppotunity costs (Horne dan Wachowicz, 2008). Dengan demikian, keputusan mengenai termin potongan tunai tergantung pada perbandingan antara opportunity savings dengan opportunity costs. Apabila perubahan termin kredit mengakibatkan manfaat yang berupa opportunity savings lebih besar daripada opportunity costs, maka pemberian potongan kas dapat diterima, dan berlaku sebaliknya. Sebagai contoh, penjualan kredit tahunan perusahaan adalah Rp dengan termin kredit n/45, tanpa potongan tunai dan periode pengumpulan piutang dagang rata-rata adalah 2 bulan. Apabila perusahaan mengubah termin kredit dari n/45 menjadi 2/10, n/30 akan mengurangi periode pengumpulan rata-rata menjadi 1 (satu) bulan, 80% pelanggan akan memanfaatkan potongan tunai 2%. Tingkat return yang dapat diperoleh dari investasi dari pengumpulan piutang yang lebih cepat adalah 25%. Berdasar data yang dicontohkan tersebut di atas, biaya dan manfaat dari kebijakan pemberian potongan tunai tersebut dapat dianalisis atau dihitung. Hasil analisis perhitungan biaya dan manfaat adanya pemberian potongan tunai selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5. IARN (iarn.detikjogja.com) 47
8 Indonesia Accounting Research Journal Vol. 2 No. 1, Januari Juni 2014 Tabel 5: Analisis Biaya dan Manfaat dalam Pemberian Potongan Tunai Perputaran piutang dagang sebelum perubahan termin kredit = 1 tahun / periode pengumpulan rata-rata sebelum perubahan termin kredit = 12 bulan / 2 bulan= 6 kali Saldo piutang dagang rata-rata = Penjualan kredit / perputaran piutang dagang sebelum perubahan termin kredit = Rp / 6 = Rp Perputaran piutang dagang setelah perubahan termin kredit = 1 tahun / periode pengumpulan rata-rata setelah perubahan termin kredit = 12 bulan / 1 bulan = 12 kali Saldo piutang dagang rata-rata = Penjualan kredit / perputaran piutang dagang sebelum perubahan termin kredit = Rp / 12 = Rp Jumlah piutang dagang yang dapat dipercepat pengumpulannya = Rp Rp = Rp Return dari investasi dana karena pengumpulan yang lebih cepat (opportunity savings) = 25% x Rp = Rp Biaya kesempatan (opportunity costs) karena pemberian potongan tunai= 2% x 80% x Rp = Rp Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa biaya yang ditimbulkan karena adanya pemberian potongan tunai sebesar Rp dan manfaat yang berupa return dari investasi dana yang berasal dari pengumpulan piutang yang lebih cepat sebesar Rp Keputusan yang diambil adalah melakukan pemberian potongan tunai yang semula termin kreditnya n/45 menjadi 2/10, n/30 karena menghasilkan opportunity savings yang lebih besar daripada opportunity costnya. KERUGIAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH (DEFAULT RISK)) Default risk meliputi kerugian dari piutang dagang tidak tertagih yang mungkin terjadi, karena pelonggaran standar kredit dan pelambatan waktu pengumpulan. Dengan demikian, biaya yang timbul dari pelonggaran standar kredit tidak hanya dari biaya kesempatan karena bertambahnya investasi dalam piutang dagang, tetapi juga dari piutang tidak tertagih yang mungkin terjadi (Horne dan Wachowicz, 2008). Standar kredit yang optimum bukanlah standar kredit yang mampu meminimisasi kerugian piutang tidak tertagih, tetapi harus memperhatikan semua biaya yang mungkin timbul dari pelonggaran standar kredit yang diberikan. Sebagai contoh, berikut ini adalah Tabel 6 yang memuat informasi mengenai keadaan standar kredit dengan dua rangkaian alternatif perubahan kebijakan kredit dengan melakukan pelonggaran standar kredit: 48 IARN (iarn.detikjogja.com)
9 Miswanto Tabel 6 Contoh Kebijakan Pelonggaran Standar Kredit yang Menimbulkan Piutang Tidak Tertagih Keterangan Kebijakan saat ini Kebijakan I Kebijakan II Jumlah penjualan kredit Rp Rp Rp Tambahan penjualan Rp Rp Kerugian piutang tidak tertagih Priode pengumpulan piutang dagang rata-rata 2% 10% 18% 1 bulan 2 bulan 3 bulan Harga jual produk Rp1.000 per unit dan biaya variabel Rp800 per unit. Piutang yang tidak tertagih pada: a) kebijakan saat ini sebesar 2% dari penjualan kredit Rp , b) kebijakan I sebesar 10% dari tambahan penjualan kredit yang sebesar Rp , dan c) kebijakan II sebesar 18% dari tambahan penjualan kredit yang sebesar Rp Kontribusi marjin sebesar 20%, yang diperoleh dari Rp( ) dibagi dengan Rp Biaya atau return sebelum pajak yang disyaratkan pada tambahan investasi sebesar 20%. Perusahaan saat ini berproduksi jauh di bawah kapasitas normal, sehingga kenaikkan penjualan diasumsikan tidak akan menambah total biaya tetap. Berdasar data yang dicontohkan tersebut di atas, biaya dan manfaat dari perubahan kebijakan yang memperhatikan adanya kerugian piutang tidak tertagih tersebut dapat dianalisis atau dihitung. Hasil analisis pada kebijakan I, tambahan penjualan sebesar Rp , diperoleh dari Rp Rp Profitabilitas dari tambahan penjualan sebesar Rp , diperoleh dari 20% x Rp Kerugian piutang tidak tertagih sebesar Rp didapatkan dari 10% x Rp Tambahan piutang sebesar Rp yang diperoleh dari tambahan penjualan dibagi perputaran piutang, yaitu dari Rp dibagi 6. Investasi pada tambahan piutang sebesar Rp80.000, yang diperoleh dari biaya variabel dibagi harga jual, kemudian dikalikan dengan tambahan penjualan. Biaya yang berasal dari return sebelum pajak yang disayaratkan pada investasi di tambahan piutang sebesar Rp16.000, yang diperoleh dari 20% dari investasi pada tambahan piutang yang sebesar Rp Biaya keseluruhan sebesar Rp76.000, adalah jumlah dari kerugian piutang `tidak tertagih ditambah return sebelum pajak yang disyaratkan. Terakhir pada kebijakan I, profitabilitas tambahan neto sebesar Rp yang diperoleh dari profitabilitas dari tambahan penjualan dikurangi dengan biaya keseluruhan. Hasil analisis perhitungan biaya dan manfaat selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7. Pada Tabel 7 dapat dlihat bahwa kebijakan I memberikan profitabitas neto positif yaitu sebesar Rp44.000, sedangkan kebijakan II memberikan profitabilitas neto negatif yaitu sebesar Rp Di antara kebijakan I dan II, kebijakan I yang dipilih, karena kebijakan I memberikan manfaat marjinal positif yang berarti manfaat lebih besar daripada biayanya. Kebijakan II memberikan manfaat marjinal negatif yang menunjukkan bahwa manfaat lebih kecil daripada biayanya. IARN (iarn.detikjogja.com) 49
10 Indonesia Accounting Research Journal Vol. 2 No. 1, Januari Juni 2014 Tabel 7 Analisis Biaya dan Manfaat dalam Pengevaluasian Perubahan Kebijakan Kredit yang Menimbulkan Piutang Tidak Tertagih Kebijakan I 1. Tambahan penjualan Rp Profitabilitas dari tamb penjualan (20% kontr marjin x tamb penjualan) Kerugian piutang tidak tertagih (tamb penj x % bad-debt) Tambahan piutang (tamb penj : perputaran piutang baru) Investasi pada piutang tambahan (0.8 x piutang tambahan) Return sebelum pajak yang disyaratkan pada tambahan investasi (20%) Tambahan kerugian piutang tidak tertagih + tamb return yang disyaratkan (baris 3 + 6) Profitabilitas tambahan neto: (baris 2 - baris 7) Kebijakan II Rp (6.000) SIMPULAN Piutang dagang terjadi karena penjualan kredit. Selain pertimbangan adanya persaingan yang sangat ketat, penjualan kredit dilakukan oleh perusahaan karena: 1) daya beli masyarat yang kurang baik, 2) kelaziman, dan 3) penawaran barang atau jasa secara umum melebihi daripada permintaannya. Dalam melakukan investasi pada piutang dagang, perusahan harus mengatur kebijakan kredit dan piutang dagang Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam membuat kebijakan piutang dan kebijakan kredit adalah: 1) standar kredit, 2) periode kredit, 3) potongan tunai/kas, dan 4) progam pengumpulan piutang. Keempat faktor tersebut akan berpengaruh pada periode pengumpulan piutang dan kemungkinan adanya piutang tidak tertagih. Dalam melakukan penjualan kredit, piutang dagang yang ditimbulkan harus dibuat kebijakan yang tepat karena setiap ada piutang dagang akan menimbulkan dua hal yang saling berlawanan (tradeoff) antara biaya dan manfaat. Biasanya, apabila ada tambahan manfaat dari suatu kebijakan piutang dagang akan disertai pula tambahan biaya. Kebijakan kredit dan piutang dagang akan dinyatakan baik bagi perusahaan apabila biaya yang ditimbulkan lebih rendah daripada manfaat yang diperoleh Sehubungan dengan adanya masalah tersebut, artikel ini memberikan analisis kuantitatif biaya dan manfaat yang sekiranya dapat menjadi pertimbangan perusahaan dalam membuat kebijakan kredit dan piutang dagang. Adapun analisis biaya dan manfaat kaitannya dalam penentuan kebijakan kredit dan piutang adalah berkaitan dengan pelonggaran: standar kredit, pelonggaran periode dan termin kredit, potongan tunai, dan terakhir, kebijakan piutang dagang yang memungkinkan adanya piutang tidak tertagih 50 IARN (iarn.detikjogja.com)
11 Miswanto DAFTAR PUSTAKA Brealey, Richard A. et al Fundamental of Corporate Finance. Singapore: Mc-Gra-Hill, Inc. Brigham, Eugene E. and Michael C. Ehrhardt Financial Management: Theory and Practice. 11 th Edition. Ohio: Thomson South-Western Hanafi, Mamduh M Manajemen Risiko. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Horne, James C. Van and John M. Wachowicz, Jr Fundamental of Financial Management. 13 th Edition. Singapore: Prentice Hall. Marsh, Willian H Basic Financial Management, Cincinnanti, Ohio: South-Western College. Weston, J. Fred and Thomas E. Copeland Managerial Finance. Eighth Edition. Tokyo: The Dryden Press. IARN (iarn.detikjogja.com) 51
KEBIJAKAN DALAM PENENTUAN DAN PENDANAAN MODAL KERJA PERUSAHAAN
KEBIJAKAN DALAM PENENTUAN DAN PENDANAAN MODAL KERJA PERUSAHAAN Miswanto Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta miswanto_miswanto@yahoo.com Abstract: Policy in Determining and Financing Company s Working
Lebih terperinciANALISIS PENGELOLAAN PIUTANG SEBAGAI TINDAK LANJUT KEBIJAKAN PENJUALAN KREDIT
ANALISIS PENGELOLAAN PIUTANG SEBAGAI TINDAK LANJUT KEBIJAKAN PENJUALAN KREDIT Suprihatmi Sri Wardiningsih Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABSTRACT With increasing competition in the
Lebih terperinciBAB 7 MANAJEMEN PIUTANG
BAB 7 MANAJEMEN PIUTANG A. Pendahuluan merupakan tagihan perusahaan kepada pihak lain yang timbul dari adanya transaksi penjualan perusahaan secara kredit. Manajemen piutang terutama menyangkut masalah
Lebih terperinciAccount Receivable Management
Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Account Receivable Management Umumnya perusahaan lebih menyukai penjualan secara tunai, tetapi tekanan
Lebih terperinciBab 7 Manajemen Piutang
Dasar Manajemen Keuangan 97 Bab 7 Manajemen Piutang Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan tentang manajemen piutang dan kredit, analisa perputaran dan anggaran pengumpulan piutang. D alam
Lebih terperinciMANAJEMEN PIUTANG ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN KEUANGAN I
MANAJEMEN PIUTANG ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN KEUANGAN I Pengantar KREDITKAN AJA?? Piutang merupakan kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya politik penjualan kredit. Kebijakan
Lebih terperinciJurnal Manajemen Keuangan, FEB Universitas Brawijaya 2016 ABSTRAK
Pengelolaan Piutang yang Efektif untuk Meningkatkan Profitabilitas pada Perusahaan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Tahun 2010-2014 Oleh : Gilang Dwi Surya 1), Dosen Pembimbing: Dr.Siti Aisjah,SE,MS 2)
Lebih terperinciProudly present. Manajemen Piutang. Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK.
Proudly present Manajemen Piutang Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK 081-331-529-764 www.bwmahardhika.com PIUTANG Piutang merupakan hak untuk menagih sejumlah uang dari si penjual kepada si pembeli yang
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN MATAKULIAH DASAR MANAJEMEN KEUANGAN (AKN) KODE / SKS KK 24303/3 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar
SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATAKULIAH DASAR MANAJEMEN KEUANGAN (AKN) KODE / SKS KK 24303/3 SKS Minggu 1 RUANG LINGKUP MANAJEMEN KEUANGAN pengertian dan ruang lingkup manajemen uangan 1. Definisi Manajemen
Lebih terperinciPertemuan 6 Manajemen Piutang
Pertemuan 6 Manajemen Piutang Objektif : 7. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian piutang. 8. Mahasiswa dapat mendefinisikan penilaian resiko kredit. 9. Mahasiswa dapat memformulasikan pengumpulan piutang.
Lebih terperinciManajemen Keuangan. Pengelolaan Piutang. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen.
Manajemen Keuangan Modul ke: Pengelolaan Piutang Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad, SE, MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengelolaan Piutang Materi Pembelajaran Piutang Dagang Jangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Dalam suatu aktivitas perekonomian, baik dalam lingkup yang sempit
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam suatu aktivitas perekonomian, baik dalam lingkup yang sempit maupun luas akan bertujuan untuk mencapai kemakmuran. Bertolak dari hal itu, dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan perusahaan, juga bisa dilakukan dengan menggunakan analisis rasio
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laba 2.1.1 Pengertian Laba Proses menganalisis perusahaan, disamping dilakukan dengan melihat laporan keuangan perusahaan, juga bisa dilakukan dengan menggunakan analisis rasio
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan yang semakin kompetitif dan kompleks mendorong
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan antar perusahaan yang semakin kompetitif dan kompleks mendorong perusahaan-perusahaan untuk memperbaiki manajemen perusahaannya dan mengadakan
Lebih terperinciManajemen dan Kebijakan Modal Kerja 1 BAB 5 MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN MODAL KERJA
Manajemen dan Kebijakan Modal Kerja 1 BAB 5 MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN MODAL KERJA Manajemen dan Kebijakan Modal Kerja 2 PENGERTIAN DAN PENTINGNYA MODAL KERJA Terdapat dua konsep tentang modal kerja yang
Lebih terperinciMANAJEMEN PIUTANG By: Evada El Ummah K., M.AB.
MANAJEMEN PIUTANG By: Evada El Ummah K., M.AB http://nscpolteksby.ac.id/ Tujuan Pembelajaran: Memahami pengertian piutang, Menjelaskan hubungan piutang dan bad debt, Menjelaskan receivable turnover dan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHAS AN. IV.1. Analisis Kebijakan Kredit PT Tirta Varia Intipratama. yaitu, penjualan secara tunai atau secara kredit.
BAB IV PEMBAHAS AN IV.1. Analisis Kebijakan Kredit PT Tirta Varia Intipratama IV.1.1. Analisis Kebijakan Penjualan Kredit Penjualan merupakan kegiatan operasional perusahaan di mana dengan ini perusahaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Modal Kerja 2.1.1. Pengertian dan Konsep Modal Kerja Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya sehari-hari. Uang atau dana yang telah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Berdasarkan analisis terhadap manajemen piutang asuransi yang dilakukan, RSIA CB telah memiliki kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menjanjikan peluang dan harapan bagi kesejahteraan warga
Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi menjanjikan peluang dan harapan bagi kesejahteraan warga dunia. Semua negara ingin mengambil keuntungan semaksimal mungkin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulai pada tahun Pada awal bulan tahun 1998, Indonesia dilanda krisis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi yang berkembang semakin pesat merupakan harapan setiap bangsa di dunia. Indonesia merupakan negara berkembang yang juga mengharapkan hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus berupaya untuk memulihkan kondisi perekonomian di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak terjadinya krisis moneter pada pertengahan tahun 1997, pemerintah Indonesia terus berupaya untuk memulihkan kondisi perekonomian di Indonesia. Salah
Lebih terperinciANALISIS MODAL KERJA DAN LIKUIDITAS UNTUK MENINGKATKAN RENTABILITAS PADA PT LONDON SUMATRA INDONESIA, TBK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
ANALISIS MODAL KERJA DAN LIKUIDITAS UNTUK MENINGKATKAN RENTABILITAS PADA PT LONDON SUMATRA INDONESIA, TBK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Oleh: Nurdiana Simatupang S1 Akuntansi Pinondang Nainggolan,
Lebih terperinciMANAJEMEN MODAL KERJA. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara
MANAJEMEN MODAL KERJA ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara A. Pendahuluan Dewasa ini pengolahan modal kerja suatu perusahaan sudah meliputi berbagai fungsi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam dunia usaha yang semakin ketat menuntut perusahaan perusahaan sejenis untuk terus mengembangkan skala usahanya. Dalam menghadapi persaingan ini perusahaan
Lebih terperinciBAB VI AKTIVA LANCAR-PIUTANG
BAB VI AKTIVA LANCAR-PIUTANG 6.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Investasi Dalam Piutang Dalam rangka usaha untuk memperbesar volume penjualannya kebanyakan perusahaan besar menjual produknya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Laporan Keuangan 2.1.1 Definisi Analisis Laporan Keuangan Menurut Berstein (1983) dalam Sjahrial dan Purba (2013: 1) mendefinisikan analisis laporan keuangan mencakup
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2008:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan
Lebih terperincipendekatan rasional, yang pembuktiannya mudah dilakukan, sedangkan pertimbangan kualitatif
A. PENDAHULUAN Terlaksananya suatu proyek investasi, seringkali tergantung kepada pertimbangan manajemen yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Pertimbangan kuantitatif lebih bersifat kepada pendekatan
Lebih terperinciPENGANGGARAN PIUTANG
PENGANGGARAN PIUTANG Pengertian Dan Manfaat Anggaran Piutang Piutang (receivable) adalah hak menagih sejumlah harta dari kreditor ( pemberi pinjaman) kepada debitor (penerima pinjaman) yang bersedia melunasinya
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,
18 II. LANDASAN TEORI 2.1 Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan
Lebih terperinci4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Penjualan Kredit ( Piutang ) :
INVESTASI DALAM PIUTANG 1. Pengertian Piutang. Piutang adalah merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dilaksanakan kebijakan penjualan kredit. Kebijakan penjualan kredit ini
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Sebagian besar perusahaan menjual secara kredit agar dapat menjual lebih banyak
8 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Piutang Piutang usaha (account receivable) timbul akibat adanya penjualan kredit. Sebagian besar perusahaan menjual
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rentabilitas Menurut Munawir (2004:86), rentabilitas atau profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Lebih terperinciBab 6, Manajemen Keuangan
BAB 6 MANAJEMEN PIUTANG RUANG LINGKUP MANAJEMEN PIUTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA INVESTASI DALAM PIUTANG PENILAIAN RESIKO KREDIT TINGKAT PERPUTARAN PIUTANG PENGERTIAN Piutang adalah tagihan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Publik (2.12 a). Dalam hal ini piutang adalah termasuk aset yang dimaksud.
BAB II LANDASAN TEORI Aset adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas, Standar Akuntansi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
70 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penjabaran dan pembahasan penelitian yang dilakukan penulis pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis terhadap laporan keuangan PT Kimia Farma
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis terhadap laporan keuangan PT Kimia Farma (Persero) Tbk pada tahun 2003, 2004, 2005 dan 2006, yang meliputi analisis rasio dan analisis
Lebih terperinciBAB II Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen merupakan rangkaian berbagai aktivitas yang saling berkaitan dan saling mengorganisir kemampuan individu dalam suatu organisasi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Piutang Piutang meliputi semua klaim atau hak untuk menuntut pembayaran kepada pihak lain, yang pada umumnya akan berakibat adanya penerimaan kas di masa yang akan datang. Pengertian
Lebih terperinciANALISIS PERUBAHAN KEBIJAKAN KREDIT DAN PENINGKATAN PROFITABILITAS (Studi Pada PT. Duta Surya Megah Kharisma )
ANALISIS PERUBAHAN KEBIJAKAN KREDIT DAN PENINGKATAN PROFITABILITAS (Studi Pada PT. Duta Surya Megah Kharisma ) Rifky Sukma Faris Fadhil Darminto Rustam Hidayat Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Rasio Keuangan Rasio yang menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI. 2.1 Piutang (Accounts Receivable) kredit atas barang-barang yang dihasilkan oleh perusahaan.
BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Piutang (Accounts Receivable) Pada umumnya piutang timbul karena adanya transaksi penjualan secara kredit atas barang-barang yang dihasilkan oleh perusahaan. Penjualan kredit
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Piutang
II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Piutang Menurut Niswonger et al (1999) piutang merujuk pada claims (tagihan) dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi sehingga
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN MANAJEMEN KEUANGAN 1 (S1 AKUNTANSI) KODE / SKS: IT / 2 SKS
SATUAN ACARA PERKULIAHAN MANAJEMEN KEUANGAN 1 (S1 AKUNTANSI) KODE / SKS: IT022220 / 2 SKS IDENTITAS MATA KULIAH: Nama Mata : Manajemen Keuangan 1 Kode Mata : IT022220 Bobot SKS : 2 SKS Jenis Mata : Mata
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. operasional, manajemen sumber daya manusia dan manajemen keuangan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Kata manajemen memiliki pengertian yang sangat luas, ilmu manajemen ini memiliki beberapa cabang antara lain manajemen pemasaran,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain. Terdapat beberapa pengertian atau definisi dari piutang berdasarkan
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piutang 2.1.1 Pengertian Piutang Secara umum piutang merupakan hak atas uang, barang dan jasa kepada orang lain. Terdapat beberapa pengertian atau definisi dari piutang berdasarkan
Lebih terperinciKINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MENGGUNAKAN ARUS KAS DAN KESESUAIAN LAPORAN ARUS KAS BERDASARKAN PSAK NO 2 PADA PT PETROSINDO KALBAR
KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MENGGUNAKAN ARUS KAS DAN KESESUAIAN LAPORAN ARUS KAS BERDASARKAN PSAK NO 2 PADA PT PETROSINDO KALBAR Vivianty Halim Email: vivianty14@ymail.com Program Studi Akuntansi STIE
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. investasi (Kasmir, 2012:114). Profitabilitas adalah kemampuaan perusahaan
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Profitabilitas Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan lembaga keuangan ditengah-tengah masyarakat dalam memajukan perekonomian sangat penting. Tidak dapat dipungkiri peranannya sebagai lembaga perantara
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Investasi dalam Piutang
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Piutang Piutang adalah tagihan kepada perorangan atau badan yang timbul dari penjualan barang atau jasa secara kredit tanpa disertai dengan janji tertulis secara formal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang kompetitif. Menghadapi persaingan tersebut, perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Melihat perkembangan dunia usaha yang banyak bermunculan dan tumbuh dengan semakin cepat, hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya suatu persaingan usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda negara Indonesia sejak pertengahan tahun 1997
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian. Krisis ekonomi yang melanda negara Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah mempengaruhi semua bidang kehidupan. Hal ini benar-benar menuntut dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah mempengaruhi semua bidang kehidupan. Hal ini menuntut dunia usaha untuk memperbaiki
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Modal Kerja Setiap perusahaan selalu memerlukan modal kerja yang akan digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk
Lebih terperinciPERANAN KEBIJAKAN PENJUALAN KREDIT UNTUK MENJAGA LIKUIDITAS DAN MENINGKATKAN PROFITABILITAS PADA PT MITRA ABADI KARYA UTAMA
PERANAN KEBIJAKAN PENJUALAN KREDIT UNTUK MENJAGA LIKUIDITAS DAN MENINGKATKAN PROFITABILITAS PADA PT MITRA ABADI KARYA UTAMA Siti Maimunah Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan Siti Rohani Mahasiswa
Lebih terperinciMANAJEMEN KAS DAN EFEK
MATA KULIAH KEUANGAN BISNIS I MANAJEMEN KAS DAN EFEK Nur Imamah Department of Business Administration MANAJEMEN KAS DAN EFEK Merupakan elemen-elemen Aktiva Lancar yang paling likuid sehingga bersama-sama
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. dikemukakan adanya beberapa konsep, yaitu :
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Modal Kerja Menurut Bambang Riyanto (2001:57) pengertian modal kerja ini dapat dikemukakan adanya beberapa konsep, yaitu : 1) Konsep
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Return on Assets (ROA) a. Pengertian Return on Assets (ROA)
BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Return on Assets (ROA) a. Pengertian Return on Assets (ROA) Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas. Dalam analisis laporan keuangan,
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN (PENGAJARAN)
Mata Kuliah : Manajemen Keuangan & Praktikum ** SATUAN ACARA PERKULIAHAN (PENGAJARAN) Kode Mata Kuliah : IT-024310 SKS : 3 Waktu Pertemuan : 150 menit Pertemuan ke : 1 A. Tujuan 1. Tujuan Instruksional
Lebih terperinciMANAJEMEN PIUTANG DAGANG DAN PERSEDIAAN
MANAJEMEN PIUTANG DAGANG DAN PERSEDIAAN MANAJEMEN PIUTANG DAGANG 1. Faktor yang Mempengaruhi Piutang 1.1 Kenapa Perusahaan Mempunyai Piutang Secara umum, perusahaan akan lebih suka untuk menjual dengan
Lebih terperinciAde Heryana ANALISA LAPORAN KEUANGAN
Ade Heryana ANALISA LAPORAN KEUANGAN RASIO KEUANGAN Ratio Keuangan: perhitungan matematika yang bergunauntuk: Mengevaluasi performa perusahaan Memonitor performa perusahaan selama periode tertentu (mingguan
Lebih terperinciPENGARUH PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP PROFITABILITAS
PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP PROFITABILITAS PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap perusahaan baik yang bergerak di bidang dagang, jasa maupun manufaktur memiliki tujuan yang sama
Lebih terperinciABSTRAKSI. Krisis ekonomi yang melanda negara Indonesia sejak pertengahan tahun 1997
ABSTRAKSI Krisis ekonomi yang melanda negara Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah mempengaruhi semua bidang kehidupan. Hal ini benar-benar menuntut dunia usaha Indonesia untuk membenahi manajemen
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis laporan keuangan yang telah dilakukan penulis pada bab 4 dalam menilai kinerja keuangan pada PT Masterindo Logam Tehnik Jaya, maka pada bagian
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian yang telah dilakukan Sitepu (2006) yang berjudul Analisis
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang telah dilakukan Sitepu (2006) yang berjudul Analisis Manajemen Piutang Pada PT. Daya Muda Agung Cabang Medan, dengan perumusan masalah Apakah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan 2.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Manfaat Laporan Keuangan Menurut Soemarso (2002:34), laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak di luar perusahaan,
Lebih terperinciBAB IV MODAL KERJA A. Pengertian Modal Kerja
BAB IV MODAL KERJA A. Pengertian Modal Kerja Modal kerja merupakan investasi dalam harta jangka pendek atau investasi dalam harta lancar (current assets). Modal kerja dapat dikategorikan menjadi dua yaitu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Modal Kerja Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi global yang melanda dunia. Krisis ekonomi global telah membuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian dunia saat ini masih berada pada tahap pemulihan krisis ekonomi global yang melanda dunia. Krisis ekonomi global telah membuat ratusan perusahaan mengalami
Lebih terperinciEKMA4213 MANAJEMEN KEUANGAN (Modul 3)
EKMA4213 MANAJEMEN KEUANGAN (Modul 3) UT KOREA 2014 Tutor : Pandu Sandi Pratama & Saiful Islam TUJUAN EKMA4213 - Manajemen Keuangan KEGIATAN BELAJAR 1: Pengelolaan Kas dan Persediaan Motif Memiliki Kas
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Dewasa ini peranan akuntansi sebagai alat bantu pengambilan keputusankeputusan
BAB II LANDASAN TEORI A. AKUNTANSI Dewasa ini peranan akuntansi sebagai alat bantu pengambilan keputusankeputusan ekonomi dan keuangan semakin disadari oleh para usahawan. Peranan akuntansi dalam membantu
Lebih terperinciPENGARUH PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN STUDI PADA PT. JAINDO METAL INDUSTRIES ABSTRAK
PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN STUDI PADA PT. JAINDO METAL INDUSTRIES Saefi Komariyah, Ani Solihat Bina Sarana Informatika ani.ani@bsi.ac.id ABSTRAK PT. Jaindo Metal Industries
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan dalam Bab IV dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pengelolaan piutang yang dijalankan oleh PT. INTI kurang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Modal Kerja Modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva lancar seperti kas, surat berharga, piutang dan persediaan. Berdasarkan pengertian pokok modal kerja (Working
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. ROA merupakan salah satu indikator untuk mengukur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era persaingan yang sangat ketat, keunggulan kompetitif telah berkembang dan melibatkan pada pentingnya kinerja keuangan perusahaan. Oleh karena itu sangat
Lebih terperinciBAB IX MANAJEMEN PIUTANG
BAB IX MANAJEMEN PIUTANG 9.1. Manajemen Piutang Pengetian piutang diartikan dalam dua hal yaitu: 1. Piutang dalam bentuk penjualan barang atau jasa oleh perusahaan dagang 2. Piutang (kredit) dalam artipemberian
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pembahasan yang telah dilakukan penulis, maka dapat ditarik beberapa simpulan, yaitu: 1. Dalam Siklus Penjualan di PT SS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Perputaran Piutang Usaha 2.1.1 Pengertian Piutang Piutang merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang dapat berubah menjadi kas (uang tunai). Piutang timbul dari kegiatan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen Keuangan ( Financial Management ), atau dalam literature lain di sebut pembelanjaan, adalah segala aktivitas perusahaan
Lebih terperinciMANAJEMEN KEUANGAN JANKA PENDEK
MODUL PERKULIAHAN MANAJEMEN KEUANGAN MANAJEMEN KEUANGAN JANKA PENDEK Fakultas Program Studi Tatap Muka EKONOMI DAN BISNIS MANAJEMEN-S1 Abstract 11 Diisi dengan abstract Berdasarkan data laporan keuangan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Piutang Karena berbentuk penjualan kredit maka ada resiko yang tidak tertagih atau gagal bayar, maka dari itu perlu yang namanya manajemen piutang. Manajemen piutang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecil maupun kota besar. Faktor yang membuat kota itu berkembang diantaranya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota berkembang seiring dengan berjalannya waktu, baik di kota kecil maupun kota besar. Faktor yang membuat kota itu berkembang diantaranya pertumbuhan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan dividen menjadi perhatian banyak pihak seperti pemegang saham,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan dividen menjadi perhatian banyak pihak seperti pemegang saham, kreditur maupun pihak eksternal lain yang memiliki kepentingan dari informasi yang dikeluarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan menginginkan keuntungan yang optimal atas usaha yang dijalankannya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Suatu kegiatan usaha (bisnis) yang dijalankan oleh suatu perusahaan, tentulah memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh pemilik dan manajemen. Pemilik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Piutang Piutang juga merupakan komponen aktiva lancar yang penting dalam aktivitas ekonomi suatu perusahaan karena merupakan aktiva lancar perusahaan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Teori-teori 1. Pengertian piutang Terdapat begitu banyak transaksi yang dilakukan perusahaan dalam aktivitasnya sehari-hari. Baik aktivitas membeli aktiva yang dibutuhkan perusahaan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Piutang a. Pengertian Piutang Salah satu cara untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada serta menarik pelanggan baru adalah dengan melakukan penjualan
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN. Mata Kuliah : Manajemen Keuangan Kode : SKS : 3 SKS Dosen : Maya Sari, SE MM Jumlah TM : 16 Pertemuan
SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata Kuliah : Manajemen Keuangan Kode : SKS : 3 SKS Dosen : Maya Sari, SE MM Jumlah TM : 16 Pertemuan TM Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Uraian Materi/Kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Suatu kegiatan usaha (bisnis) yang dijelaskan oleh suatu perusahaan, tentulah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu kegiatan usaha (bisnis) yang dijelaskan oleh suatu perusahaan, tentulah memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh pemilik dan manajemen. Pemilik
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Piutang 1. Piutang Piutang adalah tagihan kepada pihak lain dimasa yang akan datang karena terjadinya transaksi dimasa lalu. Piutang digolongkan menjadi dua yaitu
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. mereka sendiri, dan disebut sistem lingkaran tertutup (closed-loop system). Sistem
BAB III LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dijelaskan landasan teori yang digunakan untuk mendukung penyusunan Laporan Kerja Praktek. Landasan teori yang akan dibahas ini meliputi permasalahan- permasalahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen keuangan dalam banyak hal berkaitan dengan pembuatan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan dalam banyak hal berkaitan dengan pembuatan keputusan. Seiring dengan perkembangannya, tugas manajer
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Struktur Keuangan 2.1.1 Pengertian Struktur Keuangan Desain struktur keuangan suatu perusahaan, berhubungan dengan komposisi jatuh tempo sumber-sumber pendanaan
Lebih terperinciMANAJEMEN KAS. Float adalah perbedaan kas bank dan kas pembukuan. Pengelolaan float meliputi pengendalian terhadap penerimaan kas dan pengeluaran kas.
1 MANAJEMEN KAS Manajemen kas: Saldo kas terlalu banyak ada masalah produktivitas. Saldo kas terlalu sedikit ada masalah likuiditas. Apabila kas terlalu banyak perusahaan melakukan investasi surat berharga
Lebih terperinciManajemen piutang. Tujuan manajemen piutang Analisis pelanggan dan risiko piutang Analisis penilaian manajemen piutang. Yuhasril,SE,ME.
Modul ke: Manajemen piutang Tujuan manajemen piutang Analisis pelanggan dan risiko piutang Analisis penilaian manajemen piutang Fakultas Ekonomi dan bisnis Yuhasril,SE,ME. Program Studi Manajemen MANAJEMEN
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Piutang Istilah piutang timbul karena adanya kebijakan penjualan kredit di dalam perusahaan. Penjualan kredit ini tidak segera menghasilkan penerimaan kas pada saat penjualan dilakukan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Sebuah perusahaan pastilah memerlukan pencatatan keuangan atas transaksi-transaksi bisnis yang telah dilakukan agar perusahaan
Lebih terperinci