HUBUNGAN ANTARA SUBJECTIVE WELL-BEING DENGAN SELF MANAGEMENT PADA IBU BEKERJA DI RUMAH SAKIT X. Rini Aprillia Program Studi Psikologi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA SUBJECTIVE WELL-BEING DENGAN SELF MANAGEMENT PADA IBU BEKERJA DI RUMAH SAKIT X. Rini Aprillia Program Studi Psikologi"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA SUBJECTIVE WELL-BEING DENGAN SELF MANAGEMENT PADA IBU BEKERJA DI RUMAH SAKIT X Rini Aprillia Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara subjective well-being dengan self management pada Ibu bekerja di Rumah Sakit X. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara subjective well-being dengan self management pada Ibu bekerja di Rumah Sakit X. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 233 orang ibu bekerja dan yang dijadikan sampel sebanyak 100 orang yang didapat melalui teknik random bersayarat. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala subjective well-being dan skala self management. Teknik analisis menggunakan teknik analisis regresi sederhana dengan bantuan SPSS versi Hasil analisis data penelitian dengan komputer menggunakan program SPSS 20.0 for Windows, menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,364 dengan koefisien determinasi (R square) sebesar 0,133 serta nilai p = 0,0000 p < 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara. Subjective well-being dengan self management pada ibu bekerja di Rumah Sakit X. Sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat sebesar 13,3%. Kata Kunci: Subjective well-being, Self Management Pendahuluan Zaman modern ini sudah banyak kaum wanita bekerja di luar rumah, dari tahun ke tahun jumlahnya semakin meningkat terutama di negara industri yang maju karena wanita bisa sangat diandalkan dalam berbagai sektor kehidupan misalanya pendidikan, kesehatan, pemerintahan, politik dan lain sebagainya. Banyak alasan seorang wanita bekerja dalam kehidupan yang semakin 1

2 berkembang ini. Tentunya bekerja adalah salah satu hal yang dapat memajukan perkembangan di dalam kehidupan seseorang mulai dari keuangan, interaksi sosial, pergaulan, pengembangan diri dan lain sebagainya (Dagun, 2002). Tampaknya ketika seorang wanita bekerja di luar rumah yang berstatus belum menikah menjadi begitu sangat menyenangkan karena dapat mengenal dunia kerja, bergaul dengan banyak orang dan mendapatkan penghasilan sendiri untuk kepentingan pribadi. Namun, ketika wanita sudah menikah memiliki suami dan anak semua perubahan begitu terlihat jelas mulai dari status yang berubah menjadi seorang istri atau seorang ibu. Sebelum menikah tidak ada tanggung jawab yang begitu kompleks yang dirasakan ketika setelah menikah tanggung jawabnya menjadi begitu kompleks. Seperti, beberapa wanita di usia dewasa awal dan madya yang masih memiliki anak yang belum dewasa sehingga masih memiliki tanggung jawab sebagai ibu, istri dan wanita bekerja (Elgar & Chester, 2007). Hal ini dapat membuat seorang wanita mengalami perubahan dan masalah psikologis. Menurut Pujiastuti dan Retnowati (Kartajaya, 2002) pada umumnya wanita atau ibu banyak menghadapi masalah psikologis karena adanya berbagai perubahan yang dialami saat menikah, antara lain perubahan peran sebagai istri dan ibu rumah tangga, bahkan juga sebagai ibu bekerja. Apalagi bila seorang ibu mengeluti bidang pekerjaan yang memerlukan waktu yang begitu produktif dengan tenaga yang cukup ekstra. Salah satunya adalah bekerja di rumah sakit. Rumah sakit adalah institusi pelayanan profesional yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sangat diperlukan bagi masyarakat dalam waktu 24 jam. Pelayanan rumah sakit yang harus siap siaga 24 jam membuat karyawan-karyawan yang bekerja di rumah sakit melakukan program jaga atau sering disebut dengan shift. Jarvis (2000) para pekerja shift adalah mereka yang bekerja dengan jam-jam kerja yang tidak bersahabat ada pekerja yang bekerja 2

3 dalam shift teratur tetapi tidak lazim misalnya dimalam hari. Namun ada pula yang bekerja dengan shift tidak teratur dan inilah yang mengakibatkan masalah yang lebih serius. Hal ini membuat ibu bekerja dirumah sakit harus mampu mengelola dirinya dengan baik, baik pengelolaan terhadap waktu, emosi, pikiran dan perilaku yang melibatkan aktivitas sebagai seorang ibu dan juga sebagai pekerja. Pengaturan terhadap diri sendiri merujuk pada istilah self management. Istilah self management telah digunakan untuk merujuk kepada bagaimana seseorang mengelola dirinya. Menurut Curtin, dkk (2002) self management adalah serangkaian kegiatan untuk memelihara, meningkatkan dan mempromosikan diri dengan menggunakan berbagai sumber daya baik di dalam dan di luar. Pengelolaan diri sering dipadankan dengan istilah self management atau manajemen diri (Takwin, 2008) Menurut O keefe dan Berger (1999) self management berkaitan dengan bagaimana individu mampu mengendalikan tiga komponen yang penting dalam diri sesorang yaitu afeksi (perasaan), kognitif (pikiran) dan behavior (perilaku). Seseorang yang memiliki self management yang baik berarti mampu mengendalikan afeksi yang terdiri dari emosi dan sensasi yang positif misalnya merasakan bahagia, puas, cinta, dan kasih sayang. Seseorang yang memiliki self management yang baik mampu mengendalikan pikiran yang positif seperti pemikiran-pemikiran atau ide yang merepleksikan aspek yang diinginkan dari sebuah situasi misalnya saya dapat melakukan sesuatu dengan baik. Terakhir seseorang yang memiliki self management yang baik mampu mengarahkan perilaku kearah yang positif misalnya memberesi rumah, membaca dan lain-lain. Sebaliknya, ketika seseorang memiliki self management yang buruk maka seseorang tidak dapat mengendalika perasaan, pikiran, dan perilaku nya dengan baik sehingga kendali tersebut mengarah kepada kendali yang negatif yaitu emosi yang negative seperti marah, sedih, stress, frustasi, dan takut. Serta pikiran yang 3

4 negatif seperti berpikir saya tidak bisa melakukannya dengan baik dan perilaku yang negatif seperti memecahkan gelas ketika marah. Seorang ibu bekerja yang melakukan aktivitas dirumah dengan segala urusan rumah tangga dan juga bekerja dengan waktu yang produktif serta tenaga yang ekstra sehingga self management yang baik sangat diperlukan bagi ibu bekerja untuk mengatur, mengendalikan dan mengelola dirinya dengan baik agar tidak terjadinya masalah-masalah dalam diri. Banyaknya tugas yang menjadi tuntutan dari berbagai macam peran yang ibu miliki dan kurangnya waktu untuk mengerjakannya menjadi hal yang sangat melelahkan bagi seorang ibu. Ibu yang bekerja di rumah sakit yang selalu berhubungan dengan pasien, lingkungan rumah sakit, waktu kerja yang ekstra, peraturan yang disiplin serta pekerjaan yang memerlukan tenaga yang cukup banyak. Tidak semua ibu dapat mengendalikan dan mengontrol dirinya baik ketika bekerja maupun saat berada dirumah. Peneliti mendapati ibu yang bekerja kurang dapat mengatur emosi saat dihadapkan dengan hal yang tidak menyenangkan karena merasa belum siap saat dihadapkan dengan hal yang tidak menyenangkan, merasa tidak mampu menghadapi masalah yang ada, dan sulit mengontol emosi pada saat bekerja. Orang yang bahagia adalah memiliki rasa kontrol yang kuat. Mereka lebih merasa mampu mengendalikan peristiwa-peristiwa dalam hidup mereka tidak seperti orang-orang yang merasa mereka membebani orang lain dan mengalami ketidakberdayaan yang dipelajari (Myers & Diener, 1996; Myers, 2000; Diener dan Seligmen, 2002). Ketika orang merasa bahagia seseorang mampu mengontrol kejadian-kejadian yang terjadi pada dirinya, perasaan bahagia di dapat melalui bagaimana seseorang menilai atau mengevaluasi kehidupan yang dirasakan hal ini dalam ilmu psikologi mengarah pada istilah subjective well-being. Pada tingkat individu, Subjective well-being telah 4

5 digunakan untuk merujuk kebahagiaan (Diener, Suh, Lucas & Smith, 1999). Selaras dengan pernyataan subjective well-being adalah ukuran dari bagaimana orang merasakan kebahagiaan (Oishi & Diener, 2001; Diener, Lucas, & Oishi, 2002). Penilaian dimana sesorang kurang atau sudah merasa puas terhadap kehidupannya merujuk pada istilah subjective well-being seseorang. Subjective well-being didefinisikan sebagai evaluasi kognitif dan afektif seseorang dalam hidupnya. Evaluasi ini meliputi rekasi emosional terhadap peristiwa serta penilaian kognitif terhadap kepuasan dan pemenuhan (Diener, Lucas, Oishi, 2002). Menurut Myers dan Diener (1995) Subjective well-being tinggi mencerminkan dominan pikiran dan perasaan positif tentang kehidupan seseorang. Pada tingkat kognitif, subjective well-being termasuk rasa kepuasan hidup secara global, makan, kepuasan tertentu dari pekerjaan seseorang, perkawinan, dan domain lainnya. Pada tingkat afektif, orang dengan subjective wellbeing tinggi merasakan emosi terutama menyenangkan, rasa terima kasih sebagian besar untuk penilaian positif peristiwa mereka yang sedang berlangsung. Orang dengan subjective well-being rendah menilai keadaan hidup mereka dan peristiwa sebagai tidak diinginkan, dan karenanya merasakan emosi yang tidak menyenangkan seperti kecemasan, depresi, dan kemarahan. Diener, Suh, dan Oishi (Eid & Larsen, 2008) menjelaskan bahwa ciri-ciri individu dikatakan memiliki subjective well-being tinggi jika mengalami kepuasaan hidup, sering merasa kegembiraan, dan jarang merasakan emosi yang tidak menyenangkan seperti kesedihan dan kemarahan. Sebaliknya, individu dikatakan memiliki subjective wellbeing rendah jika tidak puas dengan kehidupannya, mengalami sedikit kegembiraan dan afeksi, serta lebih sering merasakan emosi negatif seperti kemarahan dan kecemasan. Munandar (2008) seseorang yang merasa bahagia, mengungkapkan dirinya melalui ekspresi wajahnya, gerakangerakannya, perilakunya, ungkapan 5

6 verbalnya. Tenaga kerja atau karyawan yang senang dengan pekerjaannya akan memperlihatkan berbagai macam perilaku yang mencerminkan kesenangannya Halhal yang terjadi pada ibu bekerja yang di dapatkan di lapangan mengungkapkan bahwa adanya ketidakpuasan dalam hidup mereka menjadi ibu bekerja. Fenomena yang terjadi pada ibu bekerja yang ada di lapangan dilihat dari ciri-ciri individu yang memiliki subjective well being rendah yang telah dijelaskan diatas didapat melalui hasil observasi dan wawancara. Peneliti mendapati bahwa ibu bekerja kurang puas dengan kehidupan yang dirasakan sekarang dengan beberapa alasan yaitu karena hidup yang dirasakan sekarang belum sesuai dengan yang diharapkan dan masih banyak harapan yang belum tercapai. Dan tidak begitu menikmati keadaan saat ini karena aktivitas yang monoton serta harus tetap bekerja saat hari libur. Berdasarkan uraian di atas. Maka dirumuskan hipotesis yaitu ada hubungan antara Subjective wellbeing dengan Self management pada ibu bekerja di Rumah Sakit X. Metode Penelitian Variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah subjective wellbeing sebagai variabel bebas dan self management sebagai variabel terikat. Subjective well-being adalah penilaian seorang ibu bekerja di rumah saki X mengenai kehidupannya melalui evaluasi kognitif dan afektif baik kehidupan masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Variabel subjective wellbeing ini akan diukur dengan menggunakan skala yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek subjective well-being menurut Diener dan Larsen (2008) yang terdiri dari aspek afektif dan kepuasan hidup. Self Management adalah kemampuan seorang ibu bekerja di rumah sakit X dalam mengontrol dan mengendalika kognitif, afektif dan perilaku mereka. Self management ini diukur dengan menggunakan skala yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada aspek- 6

7 aspek self management dari Goleman (Prijosaksono, 2001) yaitu: pengendalian diri, sifat dapat dipercaya, kehati-hatian, mampu menyesuaikan diri dan inovasi. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu bekerja di rumah sakit X pada tiga bagian yaitu perawat, bidan dan farmasi berjumlah 233 dengan sampel berjumlah 138 subjek. Berdasarkan cara perhitungan sampel menurut Isaac dan Michael dengan taraf kesalahan 5%, maka sampel dalam penelitian ini akan berjumlah 100 orang dari total 138 responden, sedangkan sisanya yang berjumlah 38 orang akan dijadikan sampel try out (Sugiyono, 2011). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala psikologis untuk mengungkap variabel yang hendak diteliti yaitu self management dan subjective wellbeing yang dibuat berdasarkan dengan menggunakan aspek-aspek self management dan subjective wellbeing. Skala adalah perangkat pernyataan yang disusun untuk mengungkapkan atribut tertentu melalui respon terhadap pertanyaan tersebut (Azwar, 2012). Menurut Yamin dan Kurniawan (2014), analisis regresi sederhana adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk mendefinisikan hubungan matematis antara variabel dependen (y) dan variabe independen (x). hubungan matematis digunakan sebagai suatu model regresi yang digunakan untuk meramalkan atau memprediksi nilai (y) berdasarkan nilai (x) tertentu. Dengan analisi regresi akan diketahui variabel independen yang benar-benar signifikan mempengaruhi variabel dependen dan dengan variabel yang signifikan tadi dapat digunakan untuk memprediksi nilai variabel dependen. 7

8 Hasil dan Pembahasan Dari analisis data yang ada, telah menunjukkan bahwa adanya hubungan yang sangat signifikan antara subjective well-being dengan self management pada ibu bekerja di rumah sakit X. Analisis dilakukan dengan menggunakan teknik regresi sederhana (simple regression) menunjukkan hasil nilai korelasi antara variabel subjective well-being dengan self management yaitu r = 0,364 dengan nilai R square yaitu 133 dan p = 0,000 dimana p 0,01. Menurut O'Keefe dan Berger (1999) self management adalah kemampuan untuk mengambil alih affect (A), behavior (B) dan kognitif (C) dirinya untuk dapat meraih tujuan. Dengan Self management, individu mengarahkan diri sendiri untuk dapat mencapai apa yang diinginkan. Menurut Komalasari (2011) pengelolaan diri (self management) adalah prosedur dimana individu mengatur perilakunya sendiri. Pengukuran self management berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Goleman (Prijosaksono, 2001), yaitu: pengendalian diri, sifat dapat dipercaya, kehati-hatian, mampu menyesuaikan diri dan inovasi. Kategorisasi self management menunjukkan dari 100 ibu bekerja di rumah sakit X yang dijadikan subjek penelitian, terdapat terdapat 55 orang atau 55% yang memiliki self management yang tidak matang dan 45 orang atau 45% orang yang memiliki self management yang matang. Dengan demikian tingkat self management pada ibu bekerja di rumah sakit X adalah buruk. Kategori self management yang tidak matang dapat di dilihat dari aspek self management yaitu mengendalikan diri dan kehatihatian, ibu bekerja yang kurang mampu mengendalikan emosi dengan baik seperti mudah marah serta kurang mampu mengerjakan tugas dengan baik saat diberikan tugas secara mendadak, suka datang terlambat saat bekerja, semua pekerjaan menjadi berantakan saat dibebankan dengan banyak tugas, suka mengabaikan pekerjaan ketika sedang sedih. Sedangkan ibu bekerja 8

9 yang termasuk dalam kategori matang ini terlihat dari mampunya seseorang dalam mengendalikan emosi, tetap tenang walaupun banyak masalah yang dihadapi, bertindak dengan hati-hati sehingga tidak memunculkan masalah yang akan terjadi. Seseorang yang dapat mengendalikan emosi dapat bekerja dengan baik walaupun banyak masalah yang dihadapi serta melakukan sesuatu dengan terorganisasi dan cermat tanpa merugikan orang lain dan dapat menyelesaikan masalah dengan solusi-solusi yang baik. Macan, dkk (1990) menyatakan bahwa orang yang memiliki kemampuan manajemen diri yang baik dapat mengatur dan mengorganisasikan waktu dengan teratur sehingga akan mampu menyelesaikan tugas pekerjaan dan dapat mengambil keputusan dengan tepat. Individu yang mampu memanajemen dirinya dengan baik akan mampu membuat prioritas, kegiatan apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu serta bertindak secara tepat dan tidak gegabah. Penelitian yang dilakukan oleh Widayati (2008) mengenai hubungan antara manajemen diri dengan dengan perilaku kosumtif pada ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Semakin tinggi manajeman dirinya, maka semakin rendah perilaku konsumtifnya. Sebaliknya semakin rendah manajemen dirinya, maka semakin tinggi perilaku konsumtifnya. Seperti yang dijelaskan, bahwa orang yang bahagia adalah orang memiliki rasa kontrol yang kuat. Mereka lebih merasa mampu mengontrol atau mengendalikan peristiwa-peristiwa dalam hidup mereka tidak seperti orang-orang yang merasa mereka membebankan orang lain dan mengalami ketidakberdayaan yang dipelajari (Myers & Diener, 1996; Myers, 2000; Diener dan Seligmen, 2002). Ada empat sifat batin yang ditemukan untuk menandai orang-orang bahagia yaitu harga diri, rasa kontrol pribadi, optimisme, dan extraversion (Myers & Diener, 1995; Carr, 2004). Orang-orang bahagia biasanya merasa mampu mengendalikan diri (Campbell, 1981; 9

10 Larson, 1989 di Myers & Diener,1995). Kebahagiann seseorang yang biasa disebut dengan subjective well being. Diener, dkk (2003) mengartikan subjective well being sebagai penilaian pribadi individu mengenai hidupnya, bukan berdasarkan penilaian dari ahli, termasuk di dalamnya mengenai kepuasan (baik secara umum, maupun pada aspek spesifik), afek yang menyenangkan dan rendahnya tingkat afek yang tidak menyenangkan. Pengukuran subjective wellbeing menggunakan aspek-aspek subjective well-being yang dikemukankan oleh Diener dan Larsen (2008), yaitu: afektif dan kepuasan hidup Dari hasil data yang diperoleh, kategorisasi subjective well-being menunjukkan dari 100 Ibu bekerja di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang yang dijadikan subjek penelitian, terdapat 54 orang atau 54% yang memiliki subjective well-being yang rendah dan 46 orang atau 46% yang memiliki subjective well-being yang tinggi. Dengan kata lain subjective well-being pada ibu bekerja di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembangang paling banyak termasuk dalam kategori yang rendah. Kategori subjective wellbeing pada ibu bekerja yang rendah, dapat dilihat dari aspek afektif dan kepuasan hidup. Seseorang yang memiliki subjective well-being rendah kurang merasakan kebahagiaaan, tidak menikmati aktivitas sehari-hari yang dilakukan, bosan dengan hari-hari yang monoton, lebih mudah merasakan emosi yang yang negatif, khawatir saat bekerja meninggalkan anak dirumah dan kurang puas dengan kehidupan yang dijalani. Sedangkan sebagian ibu bekerja yang memiliki subjective well-being tinggi seperti merasa gembira dengan hari-hari yang dijalani, enjoy dengan aktivitas yang dilakukan setiap hari, merasa sahabat dan keluarga sangat menyayanginya, bangga menjadi wanita karir dan ibu rumah tangga serta selalu bahagia dengan kehidupan yang dijalani saat ini. 10

11 Menurut Diener (2003), individu dengan level subjective well-being yang tinggi, pada umumnya memiliki sejumlah kualitas yang mengagumkan Individu ini akan lebih mampu mengontrol emosinya dan menghadapi berbagai peristiwa dalam hidup dengan lebih baik. Sedangkan individu dengan subjective well-being yang rendah, memandang rendah hidupnya dan menganggap peristiwa yang terjadi sebagai hal yang tidak menyenangkan dan oleh sebab itu timbul emosi yang tidak menyenangkan seperti kecemasan, depresi dan kemarahan (Myers & Diener, 1995). Usia subjek dalam penelitian ini yaitu termasuk ke dalam periode dewasa awal yaitu usia tahun. Periode dewasa awal bermulai pada berusia tahun yaitu usia pemantapan dan penyesuaian terhadap pola hidup baru, pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, serta masa perkembangan karir (Hurlock, 2002) Berdasarkan analisis tambahan yaitu uji beda (t-test) diketahui bahwa kelompok variabel usia memiliki perbedaan self management antara usia tahun dengan usia tahun, karena nilai p<0,05, sehingga memenuhi kaidah. Untuk kelompok 1 (usia tahun) memiliki nilai mean sebesar 117,44 dan untuk kelompok 2 (usia tahun) memiliki nilai mean sebesar 135,17. Sedangkan variabel usia untuk subjective well-being tidak memiliki perbedaan karena p>0,05 sehingga tidak memenuhi kaidah. Berdasarkan hasil analisis tambahan didapatkan hasil sumbangan efektif aspek-aspek variabel bebas pada penelitian ini yaitu subjective well-being adalah sebanyak -1% terdapat pada aspek afektif sedangkan sebanyak 14% terletak pada aspek kepuasan hidup. Dari hasil ini disimpulkan aspek yang menyumbang paling tinggi adalah aspek kepuasan hidup dan aspek yang menyumbang terendang adalah aspek afektif. Secara keseluruhan jika dilihat berdasarkan tabel kategorisasi dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa subjective well- 11

12 being pada ibu bekerja di rumah sakit X adalah rendah dengan kemampuan self management buruk pula. Hal ini sesuai dengan fenomena yang di didapatkan. Berdasarkan uraian dan hasil analisis data di atas, peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan oleh peneliti yaitu ada hubungan antara subjective wellbeing dengan self management pada ibu bekerja di rumah sakit X dalam penelitian ini diterima. Adapun bunyi dari hipotesis penelitian ini berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan adalah ada hubungan yang sangat signifikan antara subjective well-being dengan self management pada ibu bekerja di rumah sakit X. Daftar Pustaka Elgar, K & Chester, A. (2007). The Mental Health Implication of Maternal Employment: Working Versus at-home Mothering Identities. Australian ejournal for the Advancement of mental Health. Dagun, S. M. (2002). Psikologi Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta Kartajaya, T. (2002). Mencapai Keluarga yang Harmonis. Jogyakarta: Liberty. Curtin, R.B., Mapes, D.L., Petillo, M., & Oberley, E. (2002). Long-term dialysis survivors: A transformational experience. Qualitative Health Research, 12(5), Takwin, B., Singgih, E. E., Khrisfianus, S. P. (2012). The Role Of Self Management in Iicreasing Subjective wellbeing of DKI Jakarta s Ciitiez. MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 16, NO. 1, JULI 2012: 1-8 Takwin, B. (2008). Diri dan Pengolahannya. Jurnal Psikologi Sosial no. 13, vol. 2, Fakultas Psikologi UI O keefe, E.J., Berger, D.S. (1999). Self Management for College Students: The ABC approach. New York: Partridge Hill Macan, T. H. (1990). Time Management: Test of Process Model. Journal of Applied Psychology. 79, 3, Munandar, A.S. (2008). Psikologi Industri dan Organisasi. 12

13 Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Myers, D.G. & Diener, E. (1995). Who is happy?. Psychological Science, Vol. 6, No. 1 (Jan., 1995), pp Diener, S & Seligman. (2002). Beyond money: toward an economy of well being. Psychological science in the public interest, 5, Diener., Suh, E. M., Lucas & Smith, H.L. (1999). Subjective well being: three decades Of Progress. Psychology Bulletin, 1999, Vol. 125, No. 2, Diener, E., Oishi, S., & Lucas, R. E. (2003). Personality, culture, and subjective well-being: Emotional and cognitive evaluations of life. Annual Review of Psychology, 54, dengan Perilaku Komsumtif pada Ibu Rumah Tangga yang Tidak Bekerja. Naskah publikasi. Program Studi Psikologi dan Ilmu Social Budaya Universitas Islam Indonesia Yamin, S. Kurniawan, S. (2014). SPSS Complete Edisi 2. Jakarta : Salemba Imfotek. Hurlock, E. (2002). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga Prijosaksono, A & Sembel, R. (2002). Management Series. Jakarta: PT. Elexmedia Komputindo Prijosaksono, A. (2001). Self Mangement Series. Jakarta : Gramedia Azwar, S. (2006). Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyono. (2012). Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & B. Bandung : Alfabeta Widayati, W.W. (2008). Hubungan antara Manajemen Diri 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra

Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra Chintia Permata Sari & Farida Coralia Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung Email: coralia_04@yahoo.com ABSTRAK. Penilaian negatif

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU PAUD DI DAERAH RAWAN BENCANA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajad Sarjana S-1 Diajukan oleh: Nurul Fikri Hayuningtyas Nawati F100110101

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang menginginkan kesejahteraan didalam hidupnya, bahkan Aristoteles (dalam Ningsih, 2013) menyebutkan bahwa kesejahteraan merupakan tujuan utama dari eksistensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu pada hakikatnya akan terus mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan sepanjang hidup. Individu akan terus mengalami perkembangan sampai akhir hayat yang

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dampak perubahan tersebut salah satunya terlihat pada perubahan sistem keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. Dampak perubahan tersebut salah satunya terlihat pada perubahan sistem keluarga dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia. Dampak perubahan tersebut salah satunya terlihat pada perubahan sistem keluarga dan anggota

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 25 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bahagia Suami Istri 1. Definisi Bahagia Arti kata bahagia berbeda dengan kata senang. Secara filsafat kata bahagia dapat diartikan dengan kenyamanan dan kenikmatan spiritual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu pasti melewati segala peristiwa dalam kehidupan mereka. Peristiwa-peristiwa yang dialami oleh setiap individu dapat beragam, dapat berupa peristiwa yang menyenangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Hariandja dalam Tunjungsari (2011) stres adalah ketegangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Hariandja dalam Tunjungsari (2011) stres adalah ketegangan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Stres Kerja 2.1.1 Pengertian Stres Kerja Menurut Hariandja dalam Tunjungsari (2011) stres adalah ketegangan atau tekanan emosional yang dialami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk dalam penelitian komparatif. Menurut Sudjud

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk dalam penelitian komparatif. Menurut Sudjud BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian komparatif. Menurut Sudjud (dalam Arikunto, 2006) penelitian komparatif merupakan suatu penelitian yang dapat menemukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA.

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA. HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KONTROL DIRI TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU

KONTRIBUSI KONTROL DIRI TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU KONTRIBUSI KONTROL DIRI TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU Disusun Oleh: Nama : Suci Melati Puspitasari NPM : 16510707 Pembimbing : Henny Regina Salve M.Psi, Psi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

SUBJECTIVE WELL-BEING PADA PENARI STUDIO SENI AMERTA LAKSITA SEMARANG

SUBJECTIVE WELL-BEING PADA PENARI STUDIO SENI AMERTA LAKSITA SEMARANG SUBJECTIVE WELL-BEING PADA PENARI STUDIO SENI AMERTA LAKSITA SEMARANG Nimas Ayu Nawangsih & Ika Febrian Kristiana* M2A 009 090 nimasayunawang@gmail.com, zuna210212@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Subjective well-being. juga peneliti yang menggunakan istilah emotion well-being untuk pengertian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Subjective well-being. juga peneliti yang menggunakan istilah emotion well-being untuk pengertian yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Subjective well-being Subjective well-being merupakan bagian dari happiness dan Subjective well-being ini juga sering digunakan bergantian (Diener & Bisswass, 2008).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah combined

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah combined BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah combined qualitative and quantitative research, yaitu kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian antara dua kelompok penelitian.adapun yang dibandingkan adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian antara dua kelompok penelitian.adapun yang dibandingkan adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian komparasi atau perbedaan, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk membedakan atau membandingkan hasil penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA Ayu Redhyta Permata Sari 18511127 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2015 Latar belakang masalah -Keterbatasan

Lebih terperinci

Hubungan Antara Coping Stress dengan Subjective Well-Being pada Mahasiswa Luar Jawa

Hubungan Antara Coping Stress dengan Subjective Well-Being pada Mahasiswa Luar Jawa Hubungan Antara Coping Stress dengan Subjective Well-Being pada Mahasiswa Luar Jawa HUBUNGAN ANTARA COPING STRESS DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA MAHASISWA LUAR JAWA Widya Candraning Tyas Jurusan Psikologi,

Lebih terperinci

PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU NEGERI DI SMAN I WONOSARI DENGAN GURU SWASTA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN. Skripsi

PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU NEGERI DI SMAN I WONOSARI DENGAN GURU SWASTA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN. Skripsi PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU NEGERI DI SMAN I WONOSARI DENGAN GURU SWASTA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

Subjective Well-Being Pada Guru Sekolah Menengah. Dinda Arum Natasya Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Subjective Well-Being Pada Guru Sekolah Menengah. Dinda Arum Natasya Fakultas Psikologi Universitas Surabaya Subjective Well-Being Pada Guru Sekolah Menengah Dinda Arum Natasya Fakultas Psikologi Universitas Surabaya dindanatasyaa@yahoo.com Abstrak - Guru mengalami berbagai masalah dalam menjalankan profesinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhlik hidup ciptaan Allah SWT. Allah SWT tidak menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup ciptaan Allah yang lain adalah

Lebih terperinci

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang pada umumnya ditandai dengan perubahan fisik, kognitif, dan psikososial, tetapi

Lebih terperinci

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Kesehatan Mental Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Konsep Kebahagiaan atau Kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well-Being. kebermaknaan ( contentment). Beberapa peneliti menggunakan istilah well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well-Being. kebermaknaan ( contentment). Beberapa peneliti menggunakan istilah well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Subjective Well-Being A. Subjective Well-Being Kebahagiaan bisa merujuk ke banyak arti seperti rasa senang ( pleasure), kepuasan hidup, emosi positif, hidup bermakna,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR Suci Melati Puspitasari 16510707 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2015 BAB I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Guru

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode adalah tata cara atau prosedur yang mempunyai langkahlangkah sistematis digunakan untuk mengetahui sesuatu (Setyorini & Wibhowo, 2008,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan memiliki rasa kesedihan. Kebahagiaan memiliki tujuan penting di dalam kehidupan manusia. Setiap individu

Lebih terperinci

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY 1 RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY Brian Shendy Haryanto, Sri Hartati Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro brianlagiapa@gmail.com

Lebih terperinci

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi Disusun oleh : RIZKIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Subjective Well-being ditinjau dari faktor demografi pada petani sawit di Desa Rawa Bangun

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Subjective Well-being ditinjau dari faktor demografi pada petani sawit di Desa Rawa Bangun BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian komparatif yang bertujuan untuk membandingkan Subjective Well-being ditinjau dari faktor demografi pada petani sawit di

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena dalam pengambilan data peneliti menggunakan instrumen penelitian yaitu skala psikologi untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF REMAJA SMA PROGRAM AKSELERASI DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF REMAJA SMA PROGRAM AKSELERASI DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF REMAJA SMA PROGRAM AKSELERASI DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan validitas dan reliabilitas dan analisis data. 2. Variabel Bebas : Dukungan Sosial

BAB III METODE PENELITIAN. dan validitas dan reliabilitas dan analisis data. 2. Variabel Bebas : Dukungan Sosial BAB III METODE PENELITIAN Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena melalui proses tersebut dapat ditemukan apakah hasil dari suatu penelitian dapat dipertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan seperti firman Allah dalam Qur`an Surat Al- Baqarah ayat 36

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan seperti firman Allah dalam Qur`an Surat Al- Baqarah ayat 36 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang menginginkan kebahagiaan dan kepuasan dalam hidupnya. Selain itu juga Allah memerintahkan manusia untuk mencari kebahagiaan seperti firman Allah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample. Uji normalitas pada skala subjective well-being

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample. Uji normalitas pada skala subjective well-being BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis, peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi, yang terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas. a. Uji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada perguruan tinggi mahasiswa tahun pertama harus bersiap menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Pada perguruan tinggi mahasiswa tahun pertama harus bersiap menghadapi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada perguruan tinggi tahun pertama harus bersiap menghadapi dunia baru yaitu dunia perkuliahan yang tentu saja berbeda jauh dengan kultur dan sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena perceraian merupakan hal yang sudah umum terjadi di masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk, yang terjadi apabila

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. 1. Variabel Dependen : Kesejahteraan Psikologis. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. 1. Variabel Dependen : Kesejahteraan Psikologis. B. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel 1. Variabel Dependen : Kesejahteraan Psikologis 2. Variabel Independen : Tuntutan Pekerjaan B. Definisi Operasional 1. Kesejahteraan Psikologis Kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Definisi Kebahagiaan Seligman (2005) menjelaskan kebahagiaan merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Korban Pelecehan Seksual yang Berusia 8-12 Tahun di Sukabumi

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Korban Pelecehan Seksual yang Berusia 8-12 Tahun di Sukabumi Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Children Well-Being pada Korban Pelecehan Seksual yang Berusia 8-12 Tahun di Sukabumi 1 Farah Fauziah Ismail, dan 2 Fanni Putri Diantina 1,2 Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Metode penelitian korelasional digunakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. variabel bebas dengan variabel tergantungnya. selengkapnya dapat dilihat di lampiran D-1.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. variabel bebas dengan variabel tergantungnya. selengkapnya dapat dilihat di lampiran D-1. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas.uji asumsi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan oleh peneliti, peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara psychological well being

Lebih terperinci

Prosiding Psikologi ISSN:

Prosiding Psikologi ISSN: Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Mengenai Subjective Well-Being pada Warga Usia Dewasa Madya di Kawasan Padat Penduduk RT 09/ 09 Cicadas Sukamulya Kelurahan Cibeunying Kidul Kota Bandung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan tentang metode penelitian dalam penelitian ini, terdiri dari : pendekatan penelitian, variabel penelitian, definisi operasional variabel, alat ukur penelitian,

Lebih terperinci

Pengaruh Kecenderungan Neurotik yang Dimediasi Efikasi Diri terhadap Subjective Well Being pada Mahasiswa

Pengaruh Kecenderungan Neurotik yang Dimediasi Efikasi Diri terhadap Subjective Well Being pada Mahasiswa Pengaruh Kecenderungan Neurotik yang Dimediasi Efikasi Diri terhadap Subjective Well Being pada Mahasiswa Ria Wiyatfi Linsiya Universitas Muhammadiyah Malang ria_wiyatfi@yahoo.com Abstrak. Tipe kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang manusia dalam kehidupan. Manusia menjadi tua melalui proses perkembangan mulai dari bayi, anak-anak, dewasa, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abdi dalem merupakan orang yang mengabdi pada Keraton, pengabdian abdi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abdi dalem merupakan orang yang mengabdi pada Keraton, pengabdian abdi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abdi dalem merupakan orang yang mengabdi pada Keraton, pengabdian abdi dalem ini telah dilakukan selama belasan tahun, bahkan puluhan tahun. Kehidupan Keraton

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari kesejahteraan. Mereka mencoba berbagai cara untuk mendapatkan kesejahteraan tersebut baik secara

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN SUBJECTIVE WELL- BEING SISWA SMA NEGERI 1 BELITANG NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN SUBJECTIVE WELL- BEING SISWA SMA NEGERI 1 BELITANG NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN SUBJECTIVE WELL- BEING SISWA SMA NEGERI 1 BELITANG NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh (WHO, 2015). Menurut National

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tersebutlah yang menjadi salah satu masalah bagi suatu kota besar.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tersebutlah yang menjadi salah satu masalah bagi suatu kota besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampai saat ini kota besar masih memiliki daya tarik bagi masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah kegiatan perekonomian dan pendidikan yang menyebabkan banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel tergantung : Stres Kerja Variabel bebas 1 : Kesejahteraan Keluarga (Family Well-being) Variabel bebas 2 1 : Kepribadian Tipe A Variabel

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa 1 BAB I PENDAHULUAN A LATAR BELAKANG MASALAH Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.secara umum dapat diketahui bahwa sikap remaja saat ini masih dalam tahap mencari jati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika.

Lebih terperinci

Subjective Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Tuna Rungu

Subjective Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Tuna Rungu Subjective Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Tuna Rungu Citra Bunga Negeri Fakultas Psikologi Universitas Surabaya e-mail:citraascamon@yahoo.com INTISARI Abstrak: Penelitian ini dilakukan kepada ibu

Lebih terperinci

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak yang Bekerja sebagai Buruh Nelayan di Desa Karangsong Indramayu

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak yang Bekerja sebagai Buruh Nelayan di Desa Karangsong Indramayu Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak yang Bekerja sebagai Buruh Nelayan di Desa Karangsong Indramayu ¹Hemas Farah Khairunnisa, ²Fanni Putri Diantina 1,2 Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psychological well-being (kesejahteraan psikologis) merupakan suatu kondisi tertinggi yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bekerja

Lebih terperinci

Hubungan antara Regulasi Emosi dan Dukungan Sosial dengan Subjective Well-Being pada Yogini di Hatha Yoga Ganep s

Hubungan antara Regulasi Emosi dan Dukungan Sosial dengan Subjective Well-Being pada Yogini di Hatha Yoga Ganep s Hubungan antara Regulasi Emosi dan Dukungan Sosial dengan Subjective Well-Being pada Yogini di Hatha Yoga Ganep s The Relation of Emotion Regulation, Social Support and Subjective Well-Being on Yogini

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL Dwi Rezka Kemala Ira Puspitawati, SPsi, Msi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu dapat mencapai tujuan hidup apabila merasakan kebahagian, kesejahteraan, kepuasan, dan positif terhadap kehidupannya. Kebahagiaan yang dirasakan oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh: ARRIJAL RIAN WICAKSONO F 100 090 117 Kepada : FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Arikunto (2006:12), mengatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Arikunto (2006:12), mengatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian yang dilakukan ini dapat dikatakan sebagai penelitian kuantitatif. Arikunto (2006:12), mengatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah pendekatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang ini menggunakan pola pendekatan kuantitatif.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang ini menggunakan pola pendekatan kuantitatif. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Dan Pendekatan Penelitian Penelitian yang ini menggunakan pola pendekatan kuantitatif. Sebagaimana dijelaskan Arikunto, 1 penelitian kuantitatif merupakan penelitian

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Gambaran Forgiveness Pada Orang Bercerai Di Kecamantan Kunir Kabupaten Lumajang

NASKAH PUBLIKASI Gambaran Forgiveness Pada Orang Bercerai Di Kecamantan Kunir Kabupaten Lumajang NASKAH PUBLIKASI Gambaran Forgiveness Pada Orang Bercerai Di Kecamantan Kunir Kabupaten Lumajang SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Strata 1 (S-1) Sarjana Psikologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional yang melihat hubungan antara satu atau beberapa ubahan dengan satu atau

Lebih terperinci

ALTRUISME DENGAN KEBAHAGIAAN PADA PETUGAS PMI NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai. Derajat Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

ALTRUISME DENGAN KEBAHAGIAAN PADA PETUGAS PMI NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai. Derajat Gelar Sarjana (S-1) Psikologi ALTRUISME DENGAN KEBAHAGIAAN PADA PETUGAS PMI NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : IKA IRYANA F.100110078 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL Erick Wibowo Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective wellbeing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective wellbeing BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Topik Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective wellbeing menurut Diener (2005) teori digunakan untuk memberikan gambaran mengenai subjective

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebahagiaan merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Kebahagiaan merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan, karena pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan, karena pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan untuk mencari kebahagiaan dalam hidupnya.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN oleh : MUTYA GUSTI RAMA Dra. AISAH INDATI, M.S FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Oleh : SEPTIANI BAROROH

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN

Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 EISSN 2303-2472 HUBUNGAN ANTARA COPING STRATEGY DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI KOTA BANDUNG 1 Silvie Andartyastuti,

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN ANTARA WORK-FAMILY CONFLICT DENGAN KEPUASAN HIDUP PADA PERAWAT PEREMPUAN BAGIAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM (RSU) A KOTA CIMAHI

2016 HUBUNGAN ANTARA WORK-FAMILY CONFLICT DENGAN KEPUASAN HIDUP PADA PERAWAT PEREMPUAN BAGIAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM (RSU) A KOTA CIMAHI BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari skripsi yang akan membahas beberapa hal terkait penelitian, termasuk latar belakang, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH KARAKTERISTIK PEKERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DI PT. DELTA MERLIN SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH KARAKTERISTIK PEKERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DI PT. DELTA MERLIN SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI PENGARUH KARAKTERISTIK PEKERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DI PT. DELTA MERLIN SURAKARTA Oleh : YUDHA WIJAYA B 100 090 246 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 149 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab pendahuluan telah dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran psychological well-being pada wanita dewasa muda yang menjadi istri

Lebih terperinci

PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI DITINJAU DARI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN DAN FASILITAS

PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI DITINJAU DARI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN DAN FASILITAS PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI DITINJAU DARI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN DAN FASILITAS BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun dengan lawan jenis merupakan salah satu tugas perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun dengan lawan jenis merupakan salah satu tugas perkembangan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja memiliki tugas perkembangan yang harus dipenuhi.menjalin hubungan yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik sesama jenis maupun dengan lawan jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Subjective well-being merupakan sejauh mana individu mengevaluasi kehidupan yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia sudah mengalami kemajuan yang begitu pesat. baik dari segi kurikulum maupun program penunjang yang dirasa mampu untuk mendukung peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan, pastinya setiap individu akan mengalami sebuah fase kehidupan. Fase kehidupan tersebut berawal sejak dari kandungan, masa kanak-kanak,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA DISUSUN OLEH SUGESTI HANUNG ANDITYA SUS BUDIHARTO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PRAMUNIAGA MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PRAMUNIAGA MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PRAMUNIAGA MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Pengertian Kebahagiaan Menurut Seligman (2005) kebahagiaan hidup merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

SUBJECTIVE WELL-BEING (KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF) DAN KEPUASAN KERJA PADA STAF PENGAJAR (DOSEN) DI LINGKUNGAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

SUBJECTIVE WELL-BEING (KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF) DAN KEPUASAN KERJA PADA STAF PENGAJAR (DOSEN) DI LINGKUNGAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO SUBJECTIVE WELL-BEING (KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF) DAN KEPUASAN KERJA PADA STAF PENGAJAR (DOSEN) DI LINGKUNGAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO Jati Ariati Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah

BAB 1 PENDAHULUAN. A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah BAB 1 PENDAHULUAN A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah satunya untuk perubahan lingkungan maupun untuk dirinya sendiri yang bertujuan meningkatkan dan merubah kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekitar lima tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 30 Desember 2005,

BAB I PENDAHULUAN. Sekitar lima tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 30 Desember 2005, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekitar lima tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 30 Desember 2005, pemerintah melalui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia melakukan pengesahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia seseorang dikatakan sejahtera apabila dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia seseorang dikatakan sejahtera apabila dapat memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia seseorang dikatakan sejahtera apabila dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak, terlebih mapan secara finansial. Hal itu seolah-olah sudah

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR DAN KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI ANGKATAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

Kata kunci : Work-Family Conflict, Subjective Well-Being, Perawat.

Kata kunci : Work-Family Conflict, Subjective Well-Being, Perawat. HUBUNGAN ANTARA WORK-FAMILY CONFLICT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA PERAWAT RUMAH SAKIT PANTI WILASA DR. CIPTO SEMARANG Valentina Karina Dwiayuningtyas Pratiwi, Harlina Nurtjahjanti* Fakultas Psikologi

Lebih terperinci