A.PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH 1.1. SENI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "A.PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH 1.1. SENI"

Transkripsi

1 1 BAB I A.PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH 1.1. SENI Seni merupakan bagian hidup dari manusia, karena menurut penyusun seni tercipta oleh manusia. Penyusun memahami bahwa seni itu tercipta oleh manusia, karena seni seringkali teralir dengan tanpa sadar, meskipun di satu sisi seni sering kali diciptakan dengan penuh kesadaran. Seni yang tercipta merupakan pengungkapan emosi, rasa dan ide. Sebagai sebuah pengungkapan emosi, rasa dan ide, tentu saja manusia tidak lepas dari seni karena manusia adalah pencipta dan pelaku seni. Manusia akan mengekspresikan emosi, rasa dan ide dalam dirinya menjadi sebuah ungkapan kesedihan, kesenangan, kebahagiaan. Ungkapan tersebut termanifestasi menjadi realitas seni yang terekpresi dalam bentuk seni musik, seni puisi, seni tari dan sebagainya. Ekspresi seni ini merupakan bagian dari keberadaan manusia yang dipengaruhi oleh konteks. Kebudayaan, bahasa, pola pikir, kebiasaan dan peraturan akan menentukan dan menciptakan konteks yang mempengaruhi keberadaan manusia dalam melakukan kehidupan. Dalam melakukan kehidupannya, manusia mempunyai kebebasan. Kepuasan merupakan tujuan penting dalam kehidupan manusia. 1 Saat mencipta sebuah seni, seni yang tercipta itu akan dipengaruhi oleh konteks (budaya, keadaan sosial-masyarakat, nilai-nilai religius yang berkembang) di mana manusia itu berada. Meskipun seni yang tercipta dipengaruhi konteks, menurut penyusun seni tetap mengandung kebebasan 1 Jan Arie Plaisier Dr., Manusia Gambar Allah, (PT.BPK GUNUNG MULIA: Jakarta-2000), hlm

2 2 berekspresi, karena seni yang tercipta merupakan pengungkapan emosi, rasa dan ide dalam diri manusia KESENIAN JAWA Seni dipengaruhi oleh konteks yang meliputi berbagai segi dan salah satunya adalah budaya, termasuk di dalamnya budaya Jawa. Seni yang tercipta dalam konteks budaya Jawa terwujud pada gamelan, tari Jawa, macapat, geguritan, dll., hal-hal tersebut merupakan pilar-pilar bagi kebudayaan Jawa. 2 Tulisan ini akan membahas mengenai tembang macapat yang merupakan komposisi paling sederhana dan menjadi dasar dari tembang-tembang lain dalam olah vokal tembang Jawa. 3 a. TEMBANG Tembang merupakan istilah dari kata nyanyian dalam bahasa Jawa. Tembang berasal dari kata-kata yang dirangkai dan diatur seperti karangan bunga (tetembungan kang rinonce kadya kembang). 4 Tembang berisi ajaran dan nilai luhur kebudayaan Jawa yang kemudian dijadikan pedoman hidup untuk menuntun ke arah kesempurnaan. Sedangkan tembang itu sendiri ada lima macam yaitu : Tembang Ageng, Tembang Tengahan, Tembang Alit (macapat), Tembang Dolanan dan Tembang Gending. Diantara kelima tembang tersebut, yang paling dikenal masyarakat Jawa adalah macapat. b. MACAPAT Tembang ini disebut/dinamakan macapat karena dalam melagukannya diputus-putus tiap empat suku kata (maca papat). Sedangkan yang disebut dengan macapat itu sendiri adalah puisi berbahasa Jawa yang 2 Kata pengantar yang ditulis oleh Pdt. Yusak Tridarmanto M.Th. (Pembantu Dekan I Fakultas Theologia UKDW) dalam Siman Widyatmanta M.Th., Jangkar Gondhelaning Gesang, (Komisi Komunikasi Massa GKJ Samironobaru : Yogyakarta- 2003) 3 Bambang Yudoyono, Gamelan Jawa, Awal mula, makna dan masa depannya, (PT.Karya UNIPRESS : Jakarta-1984), hlm Sda., hlm.131.

3 3 memperhitungkan jumlah baris untuk tiap bait, jumlah suku kata tiap baris, dan vokal akhir baris; baik jumlah suku kata maupun vokal akhir tergantung atas kedudukan baris bersangkutan pada jenis yang digunakan; di samping itu pembacaannya pun menggunakan patokan pola susunan nada yang didasarkan pada nada gamelan. 5 secara tradisional terdapat 11 jenis macapat, yakni Dhandhanggula, Sinom, Asmaradana, Durma, Pangkur, Mijil, Kinanthi, Maskumambang, Pocung, Gambuh, Megatruh Macapat bisa dikatakan sebagai salah satu wujud pengungkapan emosi, rasa dan ide dalam diri orang Jawa. Hal ini terbukti dengan jenis tembang macapat yang ada, sebagai contoh : Pangkur dan Durma merupakan tembang macapat yang berisi tentang emosi yang menggelora dan biasanya berisi tentang kisah perang; Megatruh dan Maskumambang berisi tentang kesedihan; Asmaradana,berisi tentang kisah asmara. 6 Macapat sangat populer dalam kehidupan masyarakat Jawa, bahkan menjadi syarat yang penting dalam pergaulan masyarakat Jawa jaman dahulu. Dalam macapat terkandung ajaran, nilai luhur dan tauladan yang baik. Tembang macapat yang dilagukan selalu diharapkan memberikan rasa ayem bagi yang mendengar. Dalam nembang macapat,orang Jawa selalu menyanyikannya dengan penuh perasaan.seringkali tempo menjadi hal yang tidak terlalu diperhatikan ketika orang Jawa nembang macapat. Perasaan yang mengalir merupakan tempo saat orang Jawa nembang macapat. Hal terpenting saat nembang adalah melagukan syair dalam tembang dengan penuh ketenangan dan 5 Nada gamelan hendak menerangkan mengenai tangga nada dalam gamelan Jawa yang disebut dengan laras. Laras gamelan Jawa terdiri dari dua bagian, yaitu pelog dan slendro. Pelog terdiri dari tujuh nada (ji, ro, lu pat, mo nem, pi) yang kental dengan nuansa kesedihan, sedangkan slendro terdiri dari lima nada (ji, ro, lu, mo, nem). 6 Kartodirdjo S., Beberapa Segi Etika dan Etiket Jawa, (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Yogyakarta-1987), hlm

4 4 konsentrasi untuk merasakan dan memahami isi tembang. Perasaan yang mengalir pun akan menciptakan cengkok-cengkok yang sesuai dengan isi tembang dan perasaan dalam hati, sehingga tembang yang dinyanyikan enak didengar dan menyentuh perasaan SENI DALAM GEREJA Gereja merupakan bagian dari dunia. Gereja merupakan suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus. 7 Gereja ada karena ada jemaat atau orang-orang percaya yang bersekutu dan membentuk gereja. Jemaat adalah orang-orang yang juga hidup dalam dunia dan konteks tertentu, dengan demikian gereja tidak bisa lepas dari keberadaan jemaat yang hidup dalam konteks dan melakukan kehidupan. Oleh karena itu, gereja pun terkait dengan hal-hal yang dikerjakan oleh manusia, termasuk perihal seni. Karena seni tidak dapat lepas dari manusia, gereja pun juga melakukan seni. Seni dalam gereja sebagian besar ternampakkan dalam ibadah. Dimana ibadah itu merupakan sebuah cara jemaat untuk berhubungan dengan Allah secara dramatis-simbolis. 8 Dalam ibadah, hampir semua unsur seni termaktub di dalamnya. Seni suara termanifestasi dalam nyanyian jemaat, seni musik termanifestasi dalam iringan ibadah dan sebagainya. Seperti halnya seni yang dipengaruhi oleh konteks, demikian pula halnya dengan gereja. Teologi dan perkembangan dogma sangat dipengaruhi konteks dimana gereja itu berada. Perkembangan itu bukan hanya bergantung pada waktu namun juga pada lokasi, sehingga setiap generasi yang berkembang akan mengungkap pemahaman teologi dan dogma dalam hubungan dengan 7 Mukadimah Tata Gereja Sinode GKJ, F. W. Fore, Para Pembuat Mitos, (PT.BPK Gunung Mulia : Jakarta-1999), hlm.22-33

5 5 kehidupan dan zaman mereka sendiri. 9 Perkembangan teologi dan dogma yang dipengaruhi budaya juga berpengaruh pada penciptaan lagu-lagu pujian. Pencipta lagu tentu akan menciptakan lagu sesuai dengan pemahaman teologi dalam dirinya yang dipengaruhi oleh keberadaan budaya yang dekat dengannya. Ketika lagu ciptaannya dinyanyikan oleh orang yang se-budaya, tentu cara menyanyikan dan kemengertian isi lagu pun tidak jauh berbeda. Namun jika lagu itu dinyanyikan oleh jemaat dengan latar belakang budaya yang jauh berbeda, tentu cara menyanyikan lagu dan pemahaman mengenai isi lagu itu pun akan sangat berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan frame budaya berimbas pada perbedaan perlakuan terhadap seni yang tercipta. Kadang-kadang, makna yang dicipta dan diungkap oleh pencipta seni tidak kena pada sasaran, ketika seni yang tercipta itu dikerjakan oleh orang lain. Hal ini terjadi karena adanya gap budaya antara pencipta seni dengan pelaku dari seni. Gap yang terjadi dalam budaya ada karena masing-masing budaya selalu memiliki keunikan masing-masing, dan keunikan itu akan menjadi karakter yang memberi ciri khas terhadap budaya. B. DESKRIPSI MASALAH Jemaat adalah bagian dari gereja. Bahkan jemaat itulah awal mula dan pembentuk gereja. Jemaat adalah orang-orang (people) yang bersekutu dalam sebuah kesatuan yang saling melengkapi sebagai tubuh Kristus. Jemaat yang bersekutu kemudian membentuk komitmen sebagai kesepakatan bersama. Komitmen tersebut terbangun berdasar gagasan-gagasan terkait hubungan jemaat dengan kehidupan riil (konteks) dan hubungan dengan Tuhan. Gagasan yang teralir dalam sebuah komitmen 9 Dalam Pokok-pokok Ajaran GKJ (PPAG) pertanyaan no (hal ) dijelaskan bahwa ibadah merupakan salah satu alat imaniah utama bagi gereja untuk berhubungan dengan ALLAH. Ibadah itu sendiri merupakan pengungkapan pengakuan dalam hubungannya dengan ALLAH atas penyelamatan yang mereka alami dalam bentuk dramatis-simbolis. Bentuk dari dramatis-simbolis itu teralir dalam sembah sujud, puji, pengakuan dosa, permohonan ampun, persembahan dan pengakuan jemaat; sedangkan pengampunan, firman serta berkat diberikan oleh ALLAH.

6 6 kemudian mencipta sebuah sistem yang menjadi acuan untuk me-manage jemaat. Kemudian penyusun menyebut jemaat beserta komitmen dan segala sistem yang telah terbangun tersebut dengan gereja (church). Banyak hal yang menjadi urusan 10 yang harus dikerjakan gereja. Termasuk di dalamnya adalah ibadah. Dalam ibadah terkandung banyak unsur seperti liturgi, pemberitaan firman dan juga nyanyian jemaat. Penyusun akan mengangkat salah satu unsur dalam ibadah yaitu nyanyian jemaat yang difokuskan pada jemaat Gereja-gereja Kristen Jawa (GKJ) Ambarrukma. Sebagian besar jemaat di GKJ Ambarrukma adalah orang Jawa., yang selanjutnya akan disebut dengan jemaat Jawa. Sebagai jemaat Jawa, pola hidup, konsep berpikir dan pemahaman mengenai hidup masih dipengaruhi budaya jawa. Realitas cara bernyanyi jemaat Jawa yang sebagian besar masih belum bisa mengikuti irama dan tempo sesuai dengan lagu, menurut penyusun juga dipengaruhi oleh pilar-pilar budaya Jawa. Saat menyanyikan pujian dalam ibadah yang notabene sebagian besar lagu diciptakan oleh orang barat, jemaat Jawa seringkali dinilai belum bisa bernyanyi dengan benar. Sebagian besar kidung yang dinyanyikan jemaat dalam ibadah adalah nyanyian yang berasal dari Eropa (barat). Kidung ini memiliki patokan notasi yang teratur, tempo dan irama yang tertata dengan tegas. Untuk menghadirkan semangat lagu seperti yang diinginkan pencipta, maka pencipta pun akan memanfaatkan berbagai irama dan tempo sesuai dengan semangat lagu. Untuk lagu gembira, suka atau riang biasanya digunakan tempo cepat (presto, allegro dsb) dengan irama mars, di marcia dsb. Untuk lagu sendu, sedih biasanya digunakan tempo lambat (lento). Hal ini 10 urusan merupakan segala sesuatu yang seyogyanya dikerjakan oleh gereja. Urusan tersebut meliputi penjagaan hubungan jemaat dengan Tuhan (religiusitas), yang terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan iman jemaat. Gereja juga harus memperhatikan hubungan jemaat dengan pribadinya, dimana gereja harus mampu mengontrol keadaan emosi dan karakteristik jemaat agar gereja mampu membantu jemaat dalam menanggapi kehidupan di dunia. Disamping itu, gereja juga memperhatikan hubungan jemaat dengan dunia, yaitu konteks dimana gereja dan jemaat itu berada, terkait dengan proses komunikasi dengan konteks.

7 7 menunjukkan bahwa setiap lagu yang tercipta selalu memiliki warna dan semangat yang khas, dan hal ini didukung dengan pemanfaatan macam tempo, irama dan birama yang sesuai. Sehingga tercipta harmonisasi antara notasi dan isi nyanyian. Dalam menyanyikan kidung, jemaat seringkali kurang bisa menghadirkan semangat kidung seperti yang diinginkan pencipta. Hal ini nampak dalam cara bernyanyi jemaat yang seringkali melakukan generalisasi tempo terhadap semua kidung yang dinyanyikan. Jemaat seringkali menyanyikan kidung dengan tempo lambat. Realita yang demikian berimbas pada anggapan bahwa jemaat Jawa tidak bisa memahami makna teologi dalam pujian jika tidak bernyanyi dengan tempo yang benar. Menurut penyusun, cara bernyanyi yang demikian pasti ada sebabnya. Menurut pengamatan penyusun ada beberapa faktor yang menjadi penyebab sehingga jemaat menyanyikan kidung dengan tempo yang lambat, kurang sesuai dengan tempo, ketukan, notasi, birama dan irama yang benar. Faktor yang pertama adalah, jemaat kurang menyadari, kurang memahami dan kurang memperhatikan bahwa kidung yang dinyanyikan sebenarnya mempunyai dasar notasi, irama dan tempo yang teratur. Kedua, jemaat sebenarnya sadar adanya keteraturan patokan dalam kidung, namun jemaat enggan bernyanyi sesuai dengan patokan dalam kidung, karena turun-temurun kidung tersebut telah dinyanyikan dengan tempo lambat. Penyusun mempunyai persepsi bahwa cara bernyanyi jemaat Jawa dipengaruhi oleh seni macapat. Persepsi penyusun berdasar pada kemiripan dalam beberapa sisi antara jemaat Jawa yang sedang menyanyikan pujian dengan orang Jawa yang sedang nembang macapat. Banyak pihak menilai bahwa cara bernyanyi orang GKJ tidak benar. Bernyanyi dengan benar yang dimaksud adalah bernyanyi dengan tempo dan irama lagu dengan maksud makna teologis dan tujuan yang terkandung dalam lagu dapat dipahami. Anggapan seperti ini bukanlah mengarah kepada sesuatu yang benar atau tidak. Menurut pengalaman penyusun sebagai anggota jemaat Jawa (GKJ), dalam mengikuti ibadah di gereja, penyusun seringkali mengalami kesulitan ketika hendak

8 8 bernyanyi sesuai dengan tempo dan irama lagu. Hal ini terjadi karena sebagian jemaat yang bernyanyi pun bernyanyi dengan tempo yang sama, yaitu tempo yang lambat. Dan hampir semua lagu yang dinyanyikan menggunakan tempo sama. Disamping itu, sering juga terjadi tidak terwujudnya in tempo 11 antara jemaat dengan pengiring ibadah (organis). Permasalahan ini mengundang ketertarikan penyusun untuk membahasnya dalam sebuah tulisan. Keterbukaan jalan berpikir penyusun berawal ketika tengah bercakap-cakap dengan seorang teman (si A). Si A ini adalah seseorang yang mempunyai pengalaman hidup di bidang kebatinan Jawa dan kebetulan si A ini juga berasal dari sinode yang sama, yaitu GKJ. Saat itu penulis bertanya kepada si A, Mas kenapa ya orang GKJ itu kalau nyanyi kok mesti kaya gitu, pelan..., ga in tempo, bikin ngantuk?. Si A pun menjawab : Yang namanya orang Jawa itu masih dipengaruhi budaya jawa... dan itu pasti... itu yang namanya yang kejawen, lha kalau cara nyanyi orang jawa yang kamu sebut tadi, itu bisa jadi karena pengaruh tembang jawa. C. BATASAN MASALAH Untuk lebih mengoptimalkan pembahasan tema dalam tulisan ini, penyusun akan membatasi permasalahan pada : Teori macapat dan seni musik barat. Memperbandingkan patokan macapat dengan teori musik barat. Cara bernyanyi jemaat GKJ Ambarrukma Pengaruh macapat pada cara bernyanyi jemaat Jawa Jemaat GKJ Ambarrukma dalam memahami teologi pujian. 11 in tempo istilah yang dipakai dalam dunia musik untuk mengatakan sesuai atau tidaknya sebuah lagu dengan tempo atau ketukan nada yang diinginkan pencipta.

9 9 D. JUDUL DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL 1. JUDUL Setelah menguraikan pembahasan permasalahan di atas, penyusun kemudian memilih judul : PENGARUH MACAPAT TERHADAP CARA BERNYANYI JEMAAT JAWA DAN RELEVANSINYA DALAM MEMAHAMI TEOLOGI PUJIAN DI GEREJA KRISTEN JAWA AMBARRUKMA 2. ALASAN PEMILIHAN JUDUL Adapun alasan yang menguatkan diri penyusun untuk memilih judul tersebut adalah sebagai berikut : Menarik. Ketertarikan penyusun terletak pada permasalahan yang mempengaruhi seni bernyanyi jemaat Jawa. Sehingga penyusun merasa tertarik untuk menggali secara filosofis hal tersebut. Aktual. Permasalahan dalam tema pembahasan dalam tulisan ini belum pernah mengalami titik final dan mutlak. Disamping itu, permasalahan ini akan selalu menjadi hal yang selalu berkembang. Baru. Menurut pengetahuan penyusun, di UKDW belum pernah ada skripsi yang memfokuskan diri pada tema pembahasan dalam tulisan ini. Relevan. Kegunaan dan manfaat penulisan pembahasan permasalahan akan sangat berguna bagi jemaat GKJ Ambarrukma maupun gereja yang berlatar kebudayaan sama, yaitu jawa (GKJW, GITJ, GKJTU, GKSBS) terlebih bagi gereja di lingkungan Sinode GKJ dan bagi penyusun sendiri.

10 10 E. TUJUAN PENULISAN Penulisan tema pembahasan bertujuan untuk memberikan informasi kepada jemaat mengenai kebiasaan yang biasa mereka lakukan dalam ibadah, sebenarnya bukanlah hal yang biasa. Hal ini merujuk pada penyadaran akan identitas dan karakteristik jemaat GKJ Ambarrukma yang sebagian besar adalah orang Jawa. Sebagai orang Jawa tentu akan selalu dipengaruhi oleh budaya dan rasa Jawa. F. METODOLOGI PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian Penyusun menggunakan pendekatan kualitatif dalam melakukan penelitian dan analisa dalam penyusunan skripsi ini. Yaitu sebuah kajian yang terfokus pada suatu fenomena yang bukan berdasar generalisasi pola pikir, pendapat sebagian besar populasi, namun lebih pada representasi dari fenomena yang menjadi kajian dalam tulisan ini. Kajian kualitatif ini hendak mengembangkan konsep-konsep dan realita dalam lapangan. Melalui kajian ini, peneliti berusaha mencari dan menemukan konsep dan pemahaman jemaat mengenai pengaruh macapat terhadap cara (praktik) bernyanyi dan relevansinya dalam memahami teologi pujian. 2. Populasi Dan Sampel Populasi (universum): jumlah keseluruhan dari unit analisa, 12 yaitu warga GKJ Ambarrukma yang tercatat dalam data sekretariat gereja Sampel : Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif sehingga sampel yang digunakan bukanlah wakil dari sebagian besar populasi. Sampel dipilih berdasar pertimbangan dan kriteria tertentu. Pertimbangan dan kriteria tersebut merujuk pada hal-hal yang menjadi tujuan dan fokus penelitian (purposive sampling), sehingga representasi terhadap fenomena sosial dapat terwujud. 12 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, (PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta-2003), hlm

11 11 Dalam pendekatan kualitatif, jumlah sampel bukan menjadi sesuatu yang penting. Sampel yang digunakan bisa banyak bisa sedikit, tergantung pada tepat tidaknya pemilihan key informan. 13 Untuk memenuhi ketepatan key informan yang berkompeten dengan tema tulisan ini, peneliti kemudian menentukkan sampel awal sebagai langkah awal untuk menentukan sampel selanjutnya. Sampel awal tersebut diambil dari unsur majelis (2 orang), jemaat biasa (4 orang), pengurus komisi (1 orang) dan pengurus wilayah (1 orang). Penyusun kemudian mengembangkan informasi yang didapat dari sampel awal untuk menentukkan key informan. Ada pun key informan yang kemudian menjadi responden dalam penelitian ini ditentukan berdasar kriteria yang memenuhi fokus dan tujuan penelitian. 14 Responden yang dipilih adalah orang-orang yang berkompeten dengan tema penulisan, aktifis dan tokohtokoh kunci dalam gereja. Orang-orang yang berkompeten dipilih dari jemaat yang mampu memberikan informasi sesuai dengan fokus penelitian, dalam hal adalah jemaat yang dianggap mempunyai kelebihan di bidang seni musik (musik barat mau pun Jawa) dibanding dengan jemaat lain. Aktifis gereja yaitu jemaat yang terlibat aktif dalam organisasi di GKJ Ambarrukma dan memiliki pengetahuan dan informasi yang dibutuhkan peneliti. Selanjutnya adalah tokoh-tokoh kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai pengaruh besar dalam jemaat (jemaat biasa, majelis, anggota organisasi di GKJ Ambarrukma). 3. Pengumpulan Data Peneliti melakukan pengumpulan data dengan beberapa metode yaitu : Wawancara. Peneliti akan melakukan wawancara dan ngangsu kawruh (belajar) kepada orang-orang yang berkompeten dalam bidang yang sesuai dengan tema pembahasan. 13 Sda., hlm Sda., hlm

12 12 Penelitian lapangan. Peneliti melakukan observasi secara langsung dalam jemaat untuk memahami keberadaan, karakteristik dan aspek-aspek yang mempengaruhi kehidupan jemaat dalam kaitannya dengan tema pembahasan. Kuisoner. Peniliti akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan fokus dan tujuan penelitian dan dimuat dalam kusioner. Studi literatur. Pemanfaatan artikel, buku dan pustaka yang mendukung tema pembahasan. G. SISTEMATIKA PENULISAN Penulis akan menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang masalah yang terdiri atas seni, kesenian Jawa dan seni dalam gereja. BAB II : KONDISI KONKRET JEMAAT GKJ AMBARRUKMA Bab ini akan memaparkan sejarah jemaat GKJ Ambarrukma, perkembangan, sosio geografis, penataan wilayah pelayanan, struktur organisasi dan penggunaan kidung. BAB III : MACAPAT NYANYIAN GEREJAWI DAN TEOLOGI PUJIAN Bagian pertama dalam bab ini berisi tentang macapat beserta sejarah, teori yang digunakan (pakem) dan watak tembang macapat. Kemudian penyusun akan memaparkan perihal nyanyian gerejawi beserta pengertian dan patokan dasar yang digunakan dalam kidung. Bagian terakhir bab ini memaparkan mengenai teologi pujian. BAB IV : PRAKTIK MEMUJI OLEH JEMAAT Penyusun akan memaparkan sumber data dalam penelitian penyusun. Kemudian penyusun akan memaparkan data hasil penelitian, selanjutnya penyusun melakukan analisa terhadap data hasil penelitian.

13 13 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Berisi intisari pembahasan dalam tulisan dan saran.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya di dunia manusia mengalami banyak peristiwa baik itu yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Terkadang beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus 1. Sebagai kehidupan bersama religius,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal.1. 1 Dalam artikel yang ditulis oleh Pdt. Yahya Wijaya, PhD yang berjudul Musik Gereja dan Budaya Populer,

BAB I PENDAHULUAN. hal.1. 1 Dalam artikel yang ditulis oleh Pdt. Yahya Wijaya, PhD yang berjudul Musik Gereja dan Budaya Populer, BAB I PENDAHULUAN I. PERMASALAHAN I.1. Masalah Ibadah adalah salah bentuk kehidupan bergereja yang tidak terlepas dari nyanyian gerejawi. Nyanyian di dalam sebuah ibadah mempunyai beberapa fungsi yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN TEMBANG MACAPAT BERFORMAT VIDEO INTERAKTIF PADA MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH DI SEKOLAH DASAR

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN TEMBANG MACAPAT BERFORMAT VIDEO INTERAKTIF PADA MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH DI SEKOLAH DASAR PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN TEMBANG MACAPAT BERFORMAT VIDEO INTERAKTIF PADA MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH DI SEKOLAH DASAR Joko Daryanto Universitas Sebelas Maret Abstrak Tembang Macapat merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian kata-kata untuk mempertegas ritual yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian kata-kata untuk mempertegas ritual yang dilakukan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak zaman Mesir kuno bahkan sebelumnya, manusia sudah mengenal seni musik dan seni syair. Keduanya bahkan sering dipadukan menjadi satu untuk satu tujuan

Lebih terperinci

yang tunggal Yesus Kristus, maka tugas jemaat adalah menanggapi penyataan kasih

yang tunggal Yesus Kristus, maka tugas jemaat adalah menanggapi penyataan kasih Bab 5 Penutup 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisa yang penulis sampaikan pada bab 4 tentang praktek nyanyian dan musik gereja di GKMI Pecangaan dalam peribadatan, maka penulis menarik beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap manusia memerlukan orang lain untuk saling memberi dan menerima. Hal itu menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial sekaligus

Lebih terperinci

MUSIK DAN MISI. Oleh. Florentina Wijayani Kusumawati 21. Pendahuluan

MUSIK DAN MISI. Oleh. Florentina Wijayani Kusumawati 21. Pendahuluan MUSIK DAN MISI Oleh Florentina Wijayani Kusumawati 21 Pendahuluan Tidak dapat disangkal bahwa musik merupakan bagian integral dalam ibadah Kristen. Peranan dan pengaruh musik dalam ibadah tidak dapat disepelekan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan karakter sebagian pemuda-pemudi saat ini sehubungan dengan pendidikan karakter atau kodratnya sebagai makhluk sosial, dapat dikatakan sangat memprihatinkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan

Lebih terperinci

Bab 4. Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan

Bab 4. Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan Bab 4 Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan 4.1. Pendahuluan Pada bab ini penulis akan menyampaikan hasil tinjauan kritis atas penelitian yang dilakukan di GKMI Pecangaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30 1 BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan A.1. Latar belakang permasalahan Harus diakui bahwa salah satu faktor penting di dalam kehidupan masyarakat termasuk kehidupan bergereja adalah masalah kepemimpinan.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan akhir dari penelitian tentang teologi kontekstual berbasis budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata peribadahan GKJ di dalam menanamkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Nuraeni S, 2014 Analisis garap pupuh pangkur dalam audio CD Pupuh Raehan karya Yus Wiradiredja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Nuraeni S, 2014 Analisis garap pupuh pangkur dalam audio CD Pupuh Raehan karya Yus Wiradiredja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pupuh merupakan puisi yang termasuk bagian dari sastra Sunda. Pupuh itu terikat oleh patokan (aturan) berupa guru wilangan, guru lagu, dan watek. Guru wilangan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Ibadah etnik merupakan salah satu bentuk ibadah yang memberi ruang bagi kehadiran unsurunsur budaya. Kehadiran unsur-unsur budaya yang dikemas sedemikian rupa

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang yang merencanakan untuk berkeluarga biasanya telah memiliki impian-impian akan gambaran masa depan perkawinannya kelak bersama pasangannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tentunya memiliki masalah dan pergumulannya masing-masing. Persoalan-persoalan ini mungkin berkaitan dengan masalah orang per

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang permasalahan Dalam diri manusia terdapat dua element dasar yang sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian manusia. Element tersebut adalah rasio dan rasa.

Lebih terperinci

BAB IV Musik gamelan sebagai bagian dari Liturgi ibadah. ibadah, sehingga suasana dalam ibadah semakin semangat dan bergairah.

BAB IV Musik gamelan sebagai bagian dari Liturgi ibadah. ibadah, sehingga suasana dalam ibadah semakin semangat dan bergairah. BAB IV Musik gamelan sebagai bagian dari Liturgi ibadah Pemahaman Warga Jemaat terhadap musik gamelan dalam liturgi ibadah Liturgi ibadah sesungguhnya memerlukan kehadiran musik untuk mengiringi ibadah,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Gereja yang ada dan hadir dalam dunia bersifat misioner sebagaimana Allah pada hakikatnya misioner. Yang dimaksud dengan misioner adalah gereja mengalami bahwa dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan hal yang tidak asing bagi kita. Setiap orang pasti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan hal yang tidak asing bagi kita. Setiap orang pasti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan hal yang tidak asing bagi kita. Setiap orang pasti memiliki pengalaman dalam bermusik karena musik mampu menjangkau semua kalangan masyarakat

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut juga berimbas kepada Gereja. Menurut Tata Gereja GKJ, Gereja adalah

Bab I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut juga berimbas kepada Gereja. Menurut Tata Gereja GKJ, Gereja adalah 1 Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pemikiran dan ilmu pengetahuan selalu mengalami perubahan. Dunia di sekitarnya juga turut merasakan perubahan tersebut, terutama mempengaruhi pola pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja sebagai suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada Yesus Kristus 1 hadir di dunia untuk menjalankan misi pelayanan yaitu melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH

SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Keterangan Kelas 1 1. Mendengarkan Mampu mendengarkan dan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern dan maju secara tidak langsung menuntut setiap orang untuk mampu bersaing dalam mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jika melihat sekilas tentang bagaimana Gereja menjalankan karyanya -khususnya Gereja Kristen Jawa (GKJ)-, memang sangat tampak bahwa Gereja merupakan sebuah organisasi

Lebih terperinci

PERPADUAN SENI ISLAM DAN JAWA DALAM TEMBANG

PERPADUAN SENI ISLAM DAN JAWA DALAM TEMBANG PERPADUAN SENI ISLAM DAN JAWA DALAM TEMBANG MAKALAH Disusun guna memenuhi tugas Mata kuliah : Islam dan Budaya Jawa Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hj. Sri Suhanjati Oleh Silma Ariyani (1504026064) FAKULTAS

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN NEMBANG DURMA LARAS SLENDRO PADA PEMBELAJARAN SENI SUARA JAWA

PENINGKATAN KEMAMPUAN NEMBANG DURMA LARAS SLENDRO PADA PEMBELAJARAN SENI SUARA JAWA PENINGKATAN KEMAMPUAN NEMBANG DURMA LARAS SLENDRO PADA PEMBELAJARAN SENI SUARA JAWA Upik Kandarsih, S.Pd. SDN Kedungmutih, Demak-Jawa Tengah, Indonesia Abstract This study is a class action aims to improve

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kehidupan bergereja (berjemaat) tidak dapat dilepaskan dari realita persekutuan yang terjalin di dalamnya. Dalam relasi persekutuan tersebut, maka setiap anggota

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan bernyanyi menjadi bagian yang penting dalam rangkaian peribadahan. Peribadahan-peribadahan yang dilakukan di gereja-gereja Protestan di Indonesia mempergunakan

Lebih terperinci

GLOSSARIUM. Aksentuasi adalah tekanan yang bersifat lemah dan kuat pada kata-kata maupun melodi lagu.

GLOSSARIUM. Aksentuasi adalah tekanan yang bersifat lemah dan kuat pada kata-kata maupun melodi lagu. GLOSSARIUM Aksentuasi adalah tekanan yang bersifat lemah dan kuat pada kata-kata maupun melodi lagu. Alliteration, yaitu teknik pengulangan bunyi awal yang sama secara berturutturut. Ambitus (range ),

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH (1) Tata Gereja GKJ adalah seperangkat peraturan yang dibuat berdasarkan Alkitab sesuai dengan yang dirumuskan di dalam Pokok-pokok Ajaran GKJ dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok-

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok- BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Identifikasi Permasalahan Sebagai salah satu penerus tradisi Gereja Reformasi, Gereja Kristen Jawa (GKJ) memiliki ajaran iman yang sangat mendasar sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penulisan skripsi ini berangkat dari pengamatan dan kesan penulis ketika melihat sikap dan tingkah laku anak muda yang cenderung tidak mengenal dan tidak

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. pada Bab 2 dan sistematika penulisan skripsi ini.

Bab 1 Pendahuluan. pada Bab 2 dan sistematika penulisan skripsi ini. Bab 1 Pendahuluan 1.1. Pendahuluan Penyelenggaraan sebuah ibadah Kristen identik dengan praktek nyanyian dan musik, meskipun keduanya tidak selalu ditemukan dalam ibadah Kristen. Nyanyian dan musik menjadi

Lebih terperinci

SMK NEGERI 1 JAPARA TAHUN 2017

SMK NEGERI 1 JAPARA TAHUN 2017 SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SEMUA BIDANG KEAHLIAN MODUL SENI BUDAYA ( Seni Musik ) Penulis : Ucu susiawan Ssn SMK NEGERI 1 JAPARA TAHUN 2017 Kompetensi Inti 1. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi merupakan gelombang mekanis longitudinal yang bisa didengar manusia melalui sensor bunyi berupa gendang telinga. Manusia dapat mendengarkan bunyi disebabkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diantaranya seni tari, batik, ornamen, cerita rakyat, musik dan lagu daerah, motif

BAB I PENDAHULUAN. Diantaranya seni tari, batik, ornamen, cerita rakyat, musik dan lagu daerah, motif BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki berbagai kekayaan seni dan budaya. Semua daerah di Indonesia, dari ujung Aceh sampai Papua memiliki seni unik dan etnik. Diantaranya seni

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja hidup di tengah masyarakat. Gereja kita kenal sebagai persekutuan orangorang percaya kepada anugerah keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beliau ciptakan, seperti halnya lagu Tuhan adalah kekuatanku yang diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. beliau ciptakan, seperti halnya lagu Tuhan adalah kekuatanku yang diciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan Kekuatan Dan Mazmurku merupakan salah satu lagu yang diciptakan oleh Theodora Sinaga. Theodora Sinaga adalah salah satu pencipta lagu yang ada di kota

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan analisis tentang peranan musik dalam ibadah

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan analisis tentang peranan musik dalam ibadah BAB V PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan analisis tentang peranan musik dalam ibadah minggu di GKMI Salatiga dari perspektif psikologis dan teologis di atas maka penulis menyimpulkan

Lebih terperinci

UKDW BAB I. PENDAHULUAN

UKDW BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada jaman sekarang, tidak dapat dipungkiri bahwa Gereja berada di tengah-tengah konteks yang kian berubah dan sungguh dinamis. Hal tersebut tampak jelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang berpendapat bahwa siklus hidup manusia adalah lahir, menjadi dewasa, menikah, mendapatkan keturunan, tua dan mati. Oleh karena itu pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seperti diketahui bersama bahwa dalam kehidupan orang Kristen saat ini, gereja adalah sebuah identitas yang sangat penting bagi orang-orang percaya kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada anak usia dini dilakukan melalui pemberian rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada anak usia dini dilakukan melalui pemberian rangsangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang dilaksanakan di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) diharapkan dapat mengembangkan berbagi macam kecerdasan anak. Pendidikan pada anak usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Di dalam dogma Kristen dinyatakan bahwa hanya karena anugerah Allah di dalam Yesus Kristus, manusia dapat dibenarkan ataupun dibebaskan dari kuasa dan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan UKDW

BAB I. Pendahuluan UKDW BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini banyak gereja mencoba menghadirkan variasi ibadah dengan maksud supaya ibadah lebih hidup. Contohnya dalam lagu pujian yang dinyanyikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah mitra kerja Tuhan Allah dalam mewujudkan rencana karya Tuhan Allah yaitu untuk menyelamatkan umat manusia. Dalam memenuhi panggilan-nya tersebut,

Lebih terperinci

MUSEUM GAMELAN DAN TEMPAT PERTUNJUKAN MUSIK TRADISIONAL DI BANTUL

MUSEUM GAMELAN DAN TEMPAT PERTUNJUKAN MUSIK TRADISIONAL DI BANTUL PROPOSAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN MUSEUM GAMELAN DAN TEMPAT PERTUNJUKAN MUSIK TRADISIONAL DI BANTUL TUGAS AKHIR PADA PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA DISUSUN

Lebih terperinci

LITURGI KEBAKTIAN BINA IMAN WARGA GEREJA (BIWG) GKI GUNUNG SAHARI DIPANGGIL UNTUK MEMILIH MINGGU VI SESUDAH EPIFANI, 12 FEBRUARI 2017

LITURGI KEBAKTIAN BINA IMAN WARGA GEREJA (BIWG) GKI GUNUNG SAHARI DIPANGGIL UNTUK MEMILIH MINGGU VI SESUDAH EPIFANI, 12 FEBRUARI 2017 LITURGI KEBAKTIAN BINA IMAN WARGA GEREJA (BIWG) GKI GUNUNG SAHARI DIPANGGIL UNTUK MEMILIH MINGGU VI SESUDAH EPIFANI, 12 FEBRUARI 2017 1. PERSIAPAN - Organis/pianis mengalunkan lagu-lagu gerejawi - Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang

BAB I PENDAHULUAN. Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pelaku seni khususnya di bidang seni musik, baik sebagai seorang pengajar, praktisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seringkali kita mendengar dan membaca bahwa negara kita yaitu negara Indonesia adalah negara yang beragama. Dikatakan demikian, karena pada umumnya setiap warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1. Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. Data statistik keagamaan Kristen Protestan tahun 1992, memperlihatkan bahwa ada sekitar 700 organisasi 1 Kristen

Lebih terperinci

UKDW. Bab I PENDAHULUAN

UKDW. Bab I PENDAHULUAN Bab I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah 1.1 Krisis Dalam Pelayanan Jemaat Dalam kehidupan dan pelayanan jemaat tak pernah luput dari krisis pelayanan. Krisis dapat berupa perasaan jenuh dan bosan dalam

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini, di berbagai tempat di dunia, terkhusus di Indonesia, terjadi perubahan yang cukup mencolok dalam partisipasi jemaat

Lebih terperinci

JUKNIS PEKAN SENIS SD, SMP, SMA/SMK TAHUN 2014

JUKNIS PEKAN SENIS SD, SMP, SMA/SMK TAHUN 2014 JUKNIS PEKAN SENIS SD, SMP, SMA/SMK TAHUN 2014 DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BOYOLALI MACAM LOMBA SD, SMP, SMA/SMK KABUPATEN BOYOLALI A. PEKAN SENI SD 1. Macapat Putra Putri 2. Seni tari

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sejak manusia pertama (Adam) jatuh ke dalam dosa, seperti dikisahkan pada kitab Kejadian dari Alkitab Perjanjian Lama, maka pintu gerbang dunia terbuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah Salah satu ciri khas dari semua agama adalah berdoa. Semua agama yang ada di Indonesia mengajarkan kepada umat atau pengikutnya untuk selalu berdoa. Doa diyakini

Lebih terperinci

Liturgi Minggu Nuansa Pemuda. Hidup Bergairah dalam Sukacita dan Kegembiraan Tuhan. GKI Bintaro Utama 30 Agustus 2015 Pukul 17.

Liturgi Minggu Nuansa Pemuda. Hidup Bergairah dalam Sukacita dan Kegembiraan Tuhan. GKI Bintaro Utama 30 Agustus 2015 Pukul 17. Liturgi Minggu Nuansa Pemuda Hidup Bergairah dalam Sukacita dan Kegembiraan Tuhan GKI Bintaro Utama 30 Agustus 2015 Pukul 17.00 WIB 2 Liturgi Minggu (Nuansa Pemuda) Persiapan Ibadah Organis/pianis mengalunkan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah : MTsN Bantul Kota Kelas : VII ( tujuh ) Mata Pelajaran : SENI BUDAYA / SENI MUSIK Semester : (satu) Alokasi Waktu : x 40 menit Standar Kompetensi :. Mengapresiasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak, baik lahir maupun batin. Kehidupan anak-anak Jawa dijaman dahulu tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. anak, baik lahir maupun batin. Kehidupan anak-anak Jawa dijaman dahulu tidak terlepas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dilahirkan di dunia ini telah diberikan bekal alat hidup dengan lengkap, namun belum semuanya dalam keadaan yang sempurna. Pergaulan hidup manusia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Arransemen adalah usaha yang dilakukan terhadap sebuah karya musik untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Arransemen adalah usaha yang dilakukan terhadap sebuah karya musik untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arransemen adalah usaha yang dilakukan terhadap sebuah karya musik untuk suatu pergelaran yang pengerjaanya bukan sekedar perluasan teknis, tetapi juga menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam kebaktian yang dilakukan oleh gereja. Setidaknya khotbah selalu ada dalam setiap kebaktian minggu.

Lebih terperinci

LEMBAGA KAJIAN BUDAYA JAWA (LEMKABUJA) SINODE GKJ WISMA KASIH, SALATIGA;

LEMBAGA KAJIAN BUDAYA JAWA (LEMKABUJA) SINODE GKJ WISMA KASIH, SALATIGA; PROPOSAL TEMU BUDAYAWAN SINODE GEREJA GEREJA KRISTEN JAWA (GKJ) Bersama LEMBAGA KAJIAN BUDAYA JAWA (LEMKABUJA) SINODE GKJ WISMA KASIH, SALATIGA; 14, 15, 16 Mei 2015 Tema: dipilih dari dunia, di utus ke

Lebih terperinci

GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (G P I B) TATA IBADAH HARI MINGGU VII SESUDAH PENTAKOSTA & SYUKUR HUT KE-35 YAPENDIK GPIB

GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (G P I B) TATA IBADAH HARI MINGGU VII SESUDAH PENTAKOSTA & SYUKUR HUT KE-35 YAPENDIK GPIB GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (G P I B) TATA IBADAH HARI MINGGU VII SESUDAH PENTAKOSTA & SYUKUR HUT KE-35 YAPENDIK GPIB TEMA : CERDAS DAN KREATIF DI DALAM KRISTUS Minggu, 03 Juli 2016 Persiapan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI BAB III ANALISIS KOMPOSISI Komposisi Aku Anak Tuhan dan Raja dengan format a cappella untuk paduan suara remaja ini terdiri dari tiga bagian komposisi yang saling berkaitan berdasarkan satu cerita yang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kepemimpinan merupakan hal yang penting berada dalam gereja. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan gereja sebagai organisasi. Dalam teori Jan Hendriks mengenai jemaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konsep tentang panggilan sudah ada sejak jaman Israel kuno seiring dengan pengenalan mereka tentang Allah. Misalnya panggilan Tuhan kepada Abraham (Kej 12:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung. BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja 1 dipahami terdiri dari orang-orang yang memiliki kepercayaan yang sama, yakni kepada Yesus Kristus dan melakukan pertemuan ibadah secara

Lebih terperinci

Minggu, 27 Oktober 2013

Minggu, 27 Oktober 2013 GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (GPIB) TATA IBADAH HARI MINGGU XXIII SESUDAH PENTAKOSTA NUANSA MUDA Minggu, 27 Oktober 2013 PEMBERITA FIRMAN Pukul 18.00 WIB Pendeta Johny Alexander Lontoh (Ketua

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa Kutoarjo merupakan salah satu gereja dari 11 Gereja Kristen Jawa yang berada dibawah naungan Klasis Purworejo. GKJ Kutoarjo merupakan sebuah gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Secara historis, Gereja-gereja Kristen Jawa (GKJ) sedikit banyak terkait dengan buah pekerjaan Zending der Gereformeerde Kerken in Nederland

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN PADUAN SUARA ANAK SEKOLAH MINGGU PHILEO DI GEREJA KRISTEN JAWA DAYU YOGYAKARTA HALAMAN JUDUL. Tugas Akhir S-1 Seni Musik.

MODEL PEMBELAJARAN PADUAN SUARA ANAK SEKOLAH MINGGU PHILEO DI GEREJA KRISTEN JAWA DAYU YOGYAKARTA HALAMAN JUDUL. Tugas Akhir S-1 Seni Musik. i MODEL PEMBELAJARAN PADUAN SUARA ANAK SEKOLAH MINGGU PHILEO DI GEREJA KRISTEN JAWA DAYU YOGYAKARTA HALAMAN JUDUL Tugas Akhir S-1 Seni Musik Oleh : Yesika Dwi Kristianti NIM : 1211878013 Program Studi

Lebih terperinci

Pekerja Dalam Gereja Tuhan

Pekerja Dalam Gereja Tuhan Pekerja Dalam Gereja Tuhan Kim, seorang yang baru beberapa bulan menjadi Kristen, senang sekali dengan kebenaran-kebenaran indah yang ditemukannya ketika ia mempelajari Firman Tuhan. Ia membaca bagaimana

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata Kuliah Kode Mata Kuliah Tingkat/Semester Pokok Bahasan Pertemuan Ke Waktu Pertemuan : Agama Kristen : Ns.A.1.1.1 : I/I : Agama : 1 (satu) : 2X60 menit A. Kompetensi 1. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Awig-awig pesamuan adat Abianbase, p.1

BAB I PENDAHULUAN. 1 Awig-awig pesamuan adat Abianbase, p.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan 1.1.1. Latar Belakang Desa pakraman, yang lebih sering dikenal dengan sebutan desa adat di Bali lahir dari tuntutan manusia sebagai mahluk sosial yang tidak mampu hidup

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. A. Permasalahan. A.1 Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan. A. Permasalahan. A.1 Latar Belakang Masalah 1 Bab I Pendahuluan A. Permasalahan A.1 Latar Belakang Masalah Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) memiliki simbol eksistensi/keberadaan sebagai sebuah organisasi Gereja yang dituangkan dalam sesanti/ semboyan

Lebih terperinci

---saat teduh--- AJAKAN BERIBADAH P2 Jemaat. Marilah berdiri untuk menyambut Firman Tuhan hadir di tengah-tengah persekutuan kita.

---saat teduh--- AJAKAN BERIBADAH P2 Jemaat. Marilah berdiri untuk menyambut Firman Tuhan hadir di tengah-tengah persekutuan kita. TATA IBADAH MINGGU XVIII SESUDAH PENTAKOSTA Minggu, 08 Oktober 2017 ----------------------------------------------------- PERSIAPAN *. Sebelum ibadah dimulai mohon HP di non aktifkan *. Doa Pribadi Warga

Lebih terperinci

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH JEMAAT BERHIMPUN

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH JEMAAT BERHIMPUN LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH PERSIAPAN - Umat bersaat teduh - Lonceng berbunyi - Penyalaan Lilin JEMAAT BERHIMPUN PANGGILAN

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keberadaan gereja di dunia ini menjadi tanda dan alat bagi misi Allah. Misi Allah ini terkait dengan kehendak Allah yang menyelamatkan seluruh umat manusia. Dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang musik tidak akan pernah ada habisnya, karena musik begitu melekat, begitu dekat dengan kehidupan manusia. Musik telah ada sejak sebelum Masehi,

Lebih terperinci

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 23 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH II) KEBANGKITAN-NYA MENGOBARKAN KEBERANIAN DAN PENGHARAPAN

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 23 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH II) KEBANGKITAN-NYA MENGOBARKAN KEBERANIAN DAN PENGHARAPAN TATA IBADAH MINGGU, 23 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH II) KEBANGKITAN-NYA MENGOBARKAN KEBERANIAN DAN PENGHARAPAN Latihan Lagu-Lagu. Pembacaan Warta Lisan. Saat Hening. A. JEMAAT BERHIMPUN 1. AJAKAN BERIBADAH

Lebih terperinci

GKI MENGALAMI PEMBARUAN BUDI Roma 12:1-2

GKI MENGALAMI PEMBARUAN BUDI Roma 12:1-2 GKI MENGALAMI PEMBARUAN BUDI Roma 12:1-2 Tata Ibadah Minggu GKI Kebayoran Baru 27 AGUSTUS 2017 PERSIAPAN a. Saat Teduh b. Sebelum ibadah dimulai, organis/pianis memainkan lagu-lagu gerejawi. c. Lonceng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali Tradisional yang dibentuk oleh pupuh-pupuh. Setiap pupuh

Lebih terperinci

TATA IBADAH HARI MINGGU IV SESUDAH PASKAH

TATA IBADAH HARI MINGGU IV SESUDAH PASKAH TATA IBADAH HARI MINGGU IV SESUDAH PASKAH PERSIAPAN : Doa Pribadi Latihan lagu-lagu baru (Jika tidak ada kantoria, bagian kantoria dinyanyikan oleh umat). Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Permasalahan I.1.1 Latar Belakang Hari Minggu umumnya sudah diterima sebagai hari ibadah umat Kristen. Dikatakan umumnya karena masih ada kelompok tertentu yang menekankan hari Sabat

Lebih terperinci

GPIB Immanuel Depok Minggu, 23 Juli 2017 TATA IBADAH HARI MINGGU VII SESUDAH PENTAKOSTA PERSIAPAN : Doa Pribadi Umat Latihan Lagu-lagu baru Doa para

GPIB Immanuel Depok Minggu, 23 Juli 2017 TATA IBADAH HARI MINGGU VII SESUDAH PENTAKOSTA PERSIAPAN : Doa Pribadi Umat Latihan Lagu-lagu baru Doa para TATA IBADAH HARI MINGGU VII SESUDAH PENTAKOSTA PERSIAPAN : Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah

Lebih terperinci

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH III) BERELASI DENGAN TUHAN YESUS KRISTUS

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH III) BERELASI DENGAN TUHAN YESUS KRISTUS TATA IBADAH MINGGU, 30 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH III) BERELASI DENGAN TUHAN YESUS KRISTUS Latihan Lagu-Lagu. Pembacaan Warta Lisan. Saat Hening. A. JEMAAT BERHIMPUN 1. AJAKAN BERIBADAH (JEMAAT DUDUK) Pnt.

Lebih terperinci

Tugas Akhir Desain Komunikasi Visual 2007

Tugas Akhir Desain Komunikasi Visual 2007 7 Tabel kerangka berpikir II 6 4. Mengamati kekurangan & kelebihan penyanyi rohani lain. Antara lain, Nikita, Finna Arifin, Martha, Dhemy & Stacie Orrico Tabel kerangka berpikir I 5 1.4 MAKSUD DAN TUJUAN

Lebih terperinci

Berdiri. 2. NYANYIAN JEMAAT Alangkah Baik dan Indahnya KMM 81:1-3. (prosesi Alkitab simbol Firman Allah yang siap untuk diberitakan)

Berdiri. 2. NYANYIAN JEMAAT Alangkah Baik dan Indahnya KMM 81:1-3. (prosesi Alkitab simbol Firman Allah yang siap untuk diberitakan) PERSIAPAN a. Saat Teduh b. Sebelum ibadah dimulai, organis/pianis memainkan lagu-lagu gerejawi. c. Lonceng berbunyi. d. Penyalaan Lilin Kristus dan Pembacaan Pokok-pokok Warta Jemaat Berdiri 1. MAZMUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja dalam melaksanakan tugas dan panggilannya di dunia memerlukan beberapa alat pendukung, contohnya: kepemimpinan yang baik, organisasi yang ditata dengan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Gereja Bethel Indonesia Pahlawan, Magelang lahir pada bulan maret 2001 di kota UKDW

BAB I. Pendahuluan. Gereja Bethel Indonesia Pahlawan, Magelang lahir pada bulan maret 2001 di kota UKDW BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Gereja Bethel Indonesia Pahlawan, Magelang lahir pada bulan maret 2001 di kota Magelang dengan anggota jemaat awal sebesar 26 jiwa. Saat ini jumlah jemaat yang

Lebih terperinci