PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN"

Transkripsi

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn DI KELAS VIII MTs.ALKHAIRAAT LOBU KECAMATAN MOUTONG KABUPATEN PARIGI MOUTONG ABSTRAK Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn melalui model pembelajaran Cooperative Script. Penelitian ini dilaksanakan di Kelas VIII MTs.Alkhairaat Lobu Kecamatan Moutong Kabupaten Parigi Moutong. Permasalahan utama dalam penelitian ini rendahnya pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn. Model pembelajaran ini digunakan dalam penelitian tindakan kelas, dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa lembar observasi kegiatan guru, dan pengamatan pemahaman siswa setelah menerima pelajaran. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan mdel pembelajaran cooperative script maka pemahaman siswa dapat ditingkatkan. Hal ini terlihat pada pemahaman siswa yaitu pada siklus I 61,54% dan pada siklus II menjadi 88,46%. Pada mata pelajaran PKn akan meningkat, teruji dan dapat diterima. Kata kunci : Pemahaman Siswa, Cooperative Script. PENDAHULUAN Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban di dunia. Oleh sebab itu, hampir semua negara menempatkan variabel pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu juga Indonesia menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama. Hal ini dapat di lihat dari isi Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang menegaskan bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam pendidikan terdapat proses pembelajaran. Menurut Degeng (dalam Hamzah B. Uno 2006:2) pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan dan kemahiran tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Peran guru sebagai tenaga pengajar harus memperhatikan metode-metode pembelajaran dan penggunaan media pembelajaran seperti buku. Selain itu, guru juga memerlukan suatu model pembelajaran yang bisa melatih siswa untuk berfikir secara kreatif sehingga dapat mengemukakan pertanyaan, menjawab pertanyaan dengan ide dan gagasan serta pendapat dengan tetap berpatokan pada teori-teori serta realitas yang terjadi di lapangan. 1

2 Kenyataan menunjukkan bahwa rendahnya hasil belajar yang di peroleh siswa disebabkan oleh rendahnya pemahaman yang dimiliki oleh siswa. Dalam arti, siswa dalam memasuki dunia sekolah hanya sebatas sebagai penerima, pendengar dan mencatat sesuai dengan sumber belajar yang di tentukan. Dengan hal tersebut maka dapat di pastikan tujuan yang seharusnya dicapai oleh siswa tidak berjalan maksimal, yang berarti pula bahwa kondisi pembelajaran belum memenuhi harapan yang di inginkan. Kondisi ini tentu menuntut perubahan dalam pengorganisasian, pengelolaan kelas, penggunaan metode mengajar, maupun sikap dan kualitas guru dalam mengelolah proses belajar mengajar. Sejalan dengan hal tersebut, maka guru sebagai pelaksana dan pendidik harus terus berupaya untuk meningkatkan pembelajaran kepada peserta didik karena guru sebagai pelaku reformasi di kelas dan sebagai tenaga pendidik harus siap, mampu, dan kreatif dalam penyusunan teknik-teknik pembelajaran. Sesuai observasi dan wawancara di MTs. Alkhairat Lobu dimana dalam proses belajar mengajar di butuhkan kreativitas tenaga pendidik guna meningkatkan pemahaman siswa secara maksimal. Namun hal ini kurang dapat perhatian yang serius sehingga berdampak pada siswa dikelas yang nampak dari beberapa indikator, misalnya rendahnya respon siswa selama pembelajaran berlangsung yang di akibatkan oleh minimnya kreatifitas guru dalam menyajikan materi pelajaran. Kurangnya strategi pengembangan model pembelajaran merupakan objek atau studi di mana guru mempunyai anggapan bahwa sudah berakhir proses belajar mengajarnya, apabila sudah menjelaskan suatu bahan pada siswanya. Dimana guru tersebut masih berorientasi pada bahan yang tidak melihat apakah siswanya ketika pada proses pembelajaran antusias atau termotivasi mengikuti materi. Kondisi seperti ini tidak akan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami mata pelajaran PKn. Akibatnya nilai akhir yang dicapai siswa tidak seperti yang diharapkan Hal ini sangat memprihatinkan, sehingga dibutuhkan sebuah model baru yang dapat membantu siswa agar mereka lebih memahami materi yang diajarkan pada saat pembelajaran. Salah satu model yang dapat meningkatkan pemahaman siswa adalah model pembelajaran cooperative script. Model Pembelajaran Cooperative Script adalah model pembelajaran dimana siswa bekerja secara berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Model ini akan sangat membantu untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn. Sebab dalam model ini para siswa dilatih untuk dapat kerja sama dan mengakui perbedaan pendapat dengan orang lain. a. Hakikat Pembelajaran PKn Pendidikan kewarganegaraan ( PKn) merupakan suatu pembelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang baik dan cerdas. Menurut Darmadi (2009:97) bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah wahana untuk menyiapkan, membina dan mengembangkan pengetahuan serta kemampuan dasar peserta didik yang berkenaan dengan hak, kewenangan, tanggung jawab dan kewajiban diri sebagai warga negara yang baik yang 2

3 bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta hubungan antara warga negara dan negaranya. Secara umum, tujuan pendidikan kewarganegaraan (PKn) dalam UUSPN No.20/2003 ialah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Sedangkan secara khusus, bertujuan untuk membina moral yang diharapkan mewujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku manusia yang adil dan beradab, perilaku manusia yang beraneka ragam kebudayaan, kepentingan, perilaku kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan perorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran, pendapat, ataupun kepentingan diatasi melalui musyawarah dan mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. b. Pengertian Pemahaman Siswa Pada hakikatnya pemahaman merupakan salah satu bentuk hasil belajar. Pemahaman ini terbentuk akibat dari adanya proses belajar. Pemahaman berasal dari kata paham yang berarti mengerti. Menurut Fajri dan Senja (2008), pemahaman berarti proses perbuatan cara memahami. Sedangkan Depdikbud (1994) menjelaskan bahwa kata paham dapat berarti: (1) pengertian; pengetahuan yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran; pandangan, (4) mengerti benar (akan); tahu benar (akan); (5) pandai dan mengerti benar. Apabila mendapat imbuhan me- i menjadi memahami, berarti : (1) mengerti benar (akan); mengetahui benar, (2) memaklumi. Dan jika mendapat imbuhan pe- an menjadi pemahaman, artinya (1) proses, (2) perbuatan, (3) cara memahami atau memahamkan (mempelajari baik-baik supaya paham) ( Menurut Benyamin S.Bloom, dkk ( Arifin 2009:21) menyatakan bahwa pemahaman ( comprehension) adalah jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkan dengan hal-hal lain. Suharsimi (2009: 118) menyatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan. Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta fakta atau konsep. Tersedia ( di akses 6 April Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman merupakan kemampun diri dalam mengerti atau mengetahui dengan benar 3

4 terhadap sesuatu. Kemampuan memahami ini menjadi bagian penting dalam mengetahui atau mempelajari sesuatu. c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Pemahaman Dalam pembelajaran PKn, kemampuan pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn dipengaruhi oleh beberapa faktor dominan yang sifatnya relatif dan situasional (Uno,2010:42).Secara garis besar faktor ini dapat digolongkan menjadi 3 bagian utama yaitu : 1. Faktor guru, sebagai faktor utama yang dalam keseharian selalu bertatap muka dengan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga kemampuan mendesain proses pembelajaran tersebut menjadi lebih bermakna, menarik dan menyenangkan sangat menentukan keberhasilan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran itu sendiri. 2. Faktor kemampuan siswa, yang terdiri dari : 1) keragaman tingkat kemampuan siswa dalam hal ini materi yang diajarkan harus sesuai dengan kemampuan intelektual siswa yang beragam, 2). Minat terhadap mata pelajaran tersebut yang menyebabkan menurunnya antusias siswa untuk belajar sehingga kemampuan untuk memahami serta menguasai konsepkonsep yang diberikan menjadi kecil. 3. Faktor lingkungan siswa, baik itu lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat disekelilingnya yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan mental spiritualnya. d. Pengertian Belajar Slameto (2010:8-10) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dapat diartikan sebagai belajar. Hamzah B. Uno (2009:15) bahwa belajar merupakan suatu proses atau interaksi yang di lakukan seseorang dalam memperoleh sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan perilaku sebagai hasil dari belajar. Perilaku tersebut tampak dalam penguasaan siswa pada pola-pola tanggapan(respons) baru terhadap lingkungannya yang berupa keterampilan (skill), sikap atau pendirian (attitude), kemampuan ( ability), pengetahuan (knowledge), pemahaman (understanding), apersiasi ( appreciation) jasmani dan etika atau budi pekerti serta hubungan sosial. Dari pendapat para ahli diatas maka dapat di simpulkan bahwa hakikat belajar adalah perubahan serangkaian kegiatan atau usaha yang di lakukan oleh seseorang guna memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya, atau belajar sebagai suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respon. Proses belajar terjadi ketika seseorang memperoleh sesuatu yang ada dalam lingkungan sekitar, maksudnya belajar tidak hanya di dapat dari sekolah tetapi belajar juga dapat diperoleh dari pengalaman. e. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar Menurut Slameto (2010:50) dalam belajar ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu sebagai berikut : 4

5 1) Faktor interen adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor interen dibagi menjadi dua aspek yakni : a. Aspek fisiologis Kondisi umum jasmani yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. b. Aspek psikologis Banyak faktor yang mempengaruhi belajar siswa yakni: Intelegensi Intelegensi merupakan suatu kecakapan yang dimiliki seseorang siswa dalam menyerap dan merealisasikan hal-hal yang telah dipelajarinya. Siswa yang telah memiliki tingkat intelegensi yang tinggi akan memperoleh hasil belajar yang memuaskan, sebab cepat menyerap apa yang dijelaskan oleh guru dan mudah menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dalam waktu yang tepat. Kebiasaan belajar Kebiasaan belajar ini bersifat individual yang berbeda-beda satu sama lain dan tidak bisa ditentukan sama rata dari setiap orang. Minat Dalam mempelajari pelajaran siswa perlu memiliki minat terhadap materi yang dipelajari. Kurangnya minat mengakibatkan kurangnya perhatian dalam belajar sehingga akan mengurangi dan mempengaruhi hasil belajar siswa. 2) Faktor eksteren adalah faktor-faktor yang ada diluar individu dan faktor interen juga dibagi menjadi tiga yakni Faktor keluarga Lingkungan keluarga merupakan faktor penting dalam membina dan membentuk kepribadian anak, bahkan juga dapat dikatakan lingkungan keluarga merupakan faktor dominan yang menentukan prestasi siswa, seperti ekonomi keluarga, suatu rumah dan pengawasan orang tua. Faktor sekolah Lingkungan sekolah memegang peranan penting bagi kelangsungan proses belajar mengajar, maka sudah tentu terdapat faktor-faktor yang bersumber dari sekolah itu sendiri yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor tersebut antara lain kemampuan guru, metode mengajar guru, fasilitas proses belajar mengajar. Kemampuan guru dalam menguasai materi-materi dengan penyampaiannya merupakan syarat utama bagi pengajar. Seorang guru yang tidak menggunakan metode mengajar yang tepat akan menimbulkan kesulitan bagi siswa dalam memahami pelajaran. Sarana dan prasarana juga sangat menunjang proses belajar mengajar apalagi yang pada umumnya menggunakan metode mengajar yang baik. Faktor masyarakat 5

6 Manusia sebagai makhluk sosial yang ingin bergaul dengan semua manusia dan ingin berkelompok dengan masyarakat disekitarnya. Keadaan masyarakaat juga mempengaruhi hasil belajar siswa. f. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Script Kata Cooperative berasal dari kata Cooperate yang artinya bekerja sama, bantuan-membantu, gotong royong. Sedangkan kata dari Cooperation yang memiliki arti kerja sama. Script ini berasal dari kata Script yang memiliki arti uang kertas darurat, surat saham sementara dan surat andil sementara. Jadi pengertian dari Cooperative adalah Strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda. Metode Cooperative Script menurut Departemen Nasional yaitu dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian materi yang dipelajari. Jadi pengertian dari Metode Cooperative Script adalah Metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi Pendidikan Kewarganegaraan yang dipelajari(online, Media pembelajaran dikaitkan-dengan metode cooperative script : 2012). Miftahul A la (2011: 97), model pembelajaran cooperative script di sebut juga Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajarinya dalam ruangan kelas. Hal tersebut sangat membantu siswa dalam mengembangkan serta mengaitkan fakta-fakta dan konsep-konsep yang pernah didapatkan dalam pemecahan masalah. Pembelajaran cooperative script merupakan salah satu bentuk atau model pembelajaran kooperatif. Riyanto ( 2009:280), langkah-langkah untuk menerapkan model pembelajaran cooperative script adalah sebagai berikut : 1. Guru membagi peserta didik untuk berpasangan. 2. Guru membagi wacana/materi untuk dibaca dan dibuat ringkasannya. 3. Guru dan peserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar. 4. Pembicara membacakan ringkasannnya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok kedalam ringkasannya. Sedangkan peserta didik yang lain berperan : a. Menyimak/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap b. Membantu mengingat, menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan dengan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya. 5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Dan lakukan kembali kegiatan seperti diatas (langkah 4) 6. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan materi pelajaran. 7. Penutup g. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Cooperative Script Kelebihan model pembelajaran cooperative script sebagai berikut 1. Melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan 2. Setiap siswa mendapatkan peran 3. Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan 4. Interaksi yang terjadi selama pembelajaran Cooperative Script membantu memotivasi siswa dan mendorong pemikirannya. 6

7 5. Dapat meningkatkan atau mengembangkan keterampilan berdiskusi 6. Memudahkan siswa melakukan interaksi social 7. Menghargai ide orang lain. 8. Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Kelemahan model pembelajaran cooperative script sebagai berikut : 1. Beberapa siswa mungkin pada awalnya takut untuk mengeluarkan ide, takut dinilai teman dalam kelompoknya. 2. Tidak semua siswa mampu menerapkan Model pembelajaran Cooperative Script. Sehingga banyak tersita waktu untuk menjelaskan mengenai model pembelajaran ini. 3. Penggunaan Model pembelajaran Cooperative Script harus sangat rinci melaporkan setiap penampilan siswa dan tiap tugas siswa, dan banyak menghabiskan waktu untuk menghitung hasil prestasi kelompok. 4. Sulit membentuk kelompok yang solid yang dapat bekerja sama dengan baik. 5. Penilaian terhadap murid sebagai individual menjadi sulit karena tersembunyi di dalam kelompok. METODE Penelitian ini dilaksanakan di MTs.Alkhairaat Lobu dengan subyek yang dikenai tindakan adalah kelas VIII. Kelas ini memiliki 26 orang siswa dengan rincian 14 siswa laki laki dan 12 siswa perempuan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas ( PTK) yang mengacu pada beberapa tahap yaitu : 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) pengamatan, 4) refleksi. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Hasil Penelitian Siklus I Tabel 4 Hasil Rekapitulasi Pengamatan KBM Siklus I Sangat Baik Cukup Kurang Persentase Pertemuan Baik I 4,77 % 23,81 % 47,61 % 23,81 % 100 II 9,53 % 42,85 % 42,85 % 4,77 % 100 Jumlah 14,3 % 66,66 % 90,46 % 28,58 % - Rata-rata 7,15 % 33,33 % 45,23 % 14,29 % - Sumber : Hasil Penelitian Kelas VIII MTs.Alkhairaat Lobu Dari uraian tabel pada siklus I pertemuan I nampak bahwa dari 21 aspek kegiatan guru yang diamati dan dinilai, 1 aspek (4,77%) meliputi menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar dengan kriteria sangat baik (SB),5 aspek (23,81%) meliputi (1).mempersiapkan siswa untuk belajar, (2).menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan 7

8 karakteristik siswa, (3).membimbing siswa dalam penerapan model pembelajaran, (4).melaksanakan pembelajaran secara runtut, (5).melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa, dengan kriteria baik (B), 10 aspek (47,61%) meliputi (1).melakukan kegiatan apersepsi, (2).melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakaterstik siswa, (3).menguasai kelas, (4).melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual, (5).melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan, (6).menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa, (7).memantau kemajuan belajar selama proses, (8).melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan), (9).menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai, (10).melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan dengan kriteria cukup (C), dan 5 aspek (23,81%) meliputi (1).membimbing siswa dalam bertanya, (2).mengaitkan materi dengan realitas kehidupan, (3).melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif, (4).menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, (5).menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar, dengan kriteria nilai kurang (K). Aspek pengamatan kegiatan guru ini belum optimal sehingga perlu diperbaiki pada pertemuan berikutnya. Dari uraian tabel pada siklus I pertemuan II nampak bahwa dari 21 aspek kegiatan guru yang diamati dan dinilai, 2 aspek (9,53%) meliputi (1).mempersiapkan siswa untuk belajar, (2).menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar, dengan kriteria sangat baik (SB), 9 aspek (42,85%) meliputi (1).melakukan kegiatan apersepsi, (2).membimbing siswa dalam bertanya, (3).membimbing siswa dalam penerapan model pembelajaran, (4).melaksanakan pembelajaran secara runtut, (5).melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif, (6).menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa, (7).menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar, (8).menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai, (9).melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa, dengan kriteria baik (B), 9 aspek (42,85%) meliputi (1).menyampaikan materi dengan jelas sesuai dengan hierarki belajar dan karakteristik siswa, (2).mengaitkan materi dengan realitas kehidupan, (3).melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakaterstik siswa, (4).menguasai kelas, (5).melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual, (6).melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan, (7).memantau kemajuan belajar selama proses, (8).melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan), (9).melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, dengan kriteria cukup (C), dan 1 aspek (4,77%) meliputi (1).menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran dengan kriteria nilai kurang (K). 8

9 Tabel 5 Hasil pengamatan peningkatan pemahaman siswa pada siklus 1 No Aspek Pengamatan Krieria Baik Cukup Kurang F % F % F % , ,93 1. Kemampuan Bertanya 2. Kemampuan 10 38, , ,07 Menjawab 3. Kemampuan 7 26, , ,77 Berdiskusi Sumber : Hasil Penelitian Kelas VIII MTs.Alkhairaat Lobu Pada tabel di atas sangat tampak bahwa tingkat pemahaman siswa pada materi Pelajaran yang di ajarkan khususnya mata pelajaran PKn sangat rendah. Untuk Kriteria Baik Kemampuan bertanya siswa hanya memperoleh presentase 50%, Kemampuan menjawab siswa hanya memperoleh presentase 38,46% dan kemampuan berdiskusi memperoleh presentase 26,93%. Pada Kriteria Cukup kemampuan bertanya siswa memperoleh presentase 23,07%, kemampuan menjawab memperoleh presentase 38,46% dan kemampuan berdiskusi memperoleh presentase 42,30%. Sedangkan pada Kriteria Kurang Kemampuan bertanya siswa memperoleh presentase 26,93%, untuk kemampuan menjawab siswa memperoleh presentase 23,07% dan kemampuan berdiskusi siswa memperoleh presentase 30,77%. Dengan melihat hasil persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pemahaman siswa masih rendah dan perlu diadakan perbaikan pada siklus berikutnya. Tabel 6 Data hasil belajar siswa pada siklus 1 No Ketuntasan Frekuensi Siswa Presentase ( % ) 1 Tuntas 10 Orang 38,46% 2 Tidak Tuntas 16 Orang 61,54% Jumlah 26 Orang 100% Sumber : Hasil Penelitian Kelas VIII MTs.Alkhairaat Lobu Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperative script di lihat dari 26 siswa ada 10 orang (38,46%) yang pemahamannya mulai meningkat dan dikategorikan tuntas dan 16 orang (61,54%) yang pemahamannya masih rendah dan dikategorikan tidak tuntas. Sehingga belum mencapai target 80% sesuai dengan indikator kerja. 9

10 Hasil Penelitian Siklus II Tabel 9 Hasil Rekapitulasi Pengamatan KBM Siklus II Pertemuan Sangat Baik Baik Cukup Persentase I 33,33 % 52,39 % 14,28 % 100 II 57,14 % 38,09 % 4,77 % 100 Jumlah 90,47 % 90,48 % 19,05 % - Rata-rata 45,23 % 45,24 % 9,52 % - Sumber : Hasil Penelitian Kelas VIII MTs.Alkhairaat Lobu Dari uraian tabel diatas pada siklus II pertemuan I nampak bahwa dari 21 aspek kegiatan guru yang diamati dan dinilai mengalami peningkatan dimana dalam 21 aspek tersebut 7 aspek (33,33%) meliputi (1).mempersiapkan siswa untuk belajar, (2).melakukan kegiatan apersepsi, (3).membimbing siswa dalam penerapan model pembelajaran, (4).melaksanakan pembelajaran secara runtut, (5).memantau kemajuan belajar selama proses, (6).menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar, (7).menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai, memperoleh nilai pengamatan yang sangat baik(sb), 11 aspek (52,38%) meliputi (1).menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan karakteristik siswa, (2).membimbing siswa dalam bertanya, (3).melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakaterstik siswa, (4).menguasai kelas, (5).melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual, (6).melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif, (7).menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, (8).menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa, (9).menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar, (10).melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan), (11).melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa, memperoleh nilai pengamatan dengan kriteria baik(b), 3 aspek ( 14,28%) meliputi (1).mengaitkan materi dengan realitas kehidupan, (2).melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan, (3).melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, memperoleh kriteria cukup (C). Presentase ini belum optimal karena masih ada beberapa aspek yang harus diperbaiki. Dari uraian tabel diatas, nampak bahwa dari 21 aspek kegiatan guru yang diamati dan dinilai mengalami peningkatan dimana dalam 21 aspek tersebut 12 aspek (57,14%) meliputi (1).mempersiapkan siswa untuk belajar, (2).melakukan kegiatan apersepsi, (3).menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan karakteristik siswa, (4).membimbing siswa dalam bertanya, (5).membimbing siswa dalam penerapan model pembelajaran, (6).melaksanakan pembelajaran secara runtut, (7).melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan, (8).memantau kemajuan belajar selama proses, (9).melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan), (10).menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar, 10

11 (11).menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai, (12).melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa, memperoleh nilai pengamatan yang sangat baik(sb), 8 aspek (38,09%) meliputi (1).mengaitkan materi dengan realitas kehidupan, (2).melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakaterstik siswa, (3).menguasai kelas, (4).melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual, (5).melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif, (6).menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa, (7).menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar, (8).melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, memperoleh nilai pengamatan dengan kriteria baik(b), 1 aspek (4,77%) yaitu menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, memperoleh kriteria cukup (C), sedangkan untuk kriteria kurang memperoleh 0%. Tabel 10 Hasil pengamatan peningkatan pemahaman siswa pada siklus II No Aspek Pengamatan Krieria Baik Cukup Kurang F % F % f % 21 80, ,53 2 7,70 1. Kemampuan Bertanya 2. Kemampuan 20 76, ,38 2 7,70 Menjawab 3. Kemampuan 22 84,61 2 7,70 2 7,70 Berdiskusi Sumber : Hasil Penelitian Kelas VIII MTs.Alkhairaat Lobu Berdasarkan hasil yang ada pada tabel di atas tampak bahwa telah terjadi peningkatan pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Terlihat pada Kriteria (Baik), kemampuan bertanya siswa memperoleh presentase 80,77%, Kemampuan Menjawab siswa memperoleh presentase 76,92% dan kemampuan berdiskusi memperoleh presentase 84,61%. Pada Kriteria (cukup), kemampuan bertanya siswa memperoleh presentase 11,53%, kemampuan menjawab siswa memperoleh presentase 15,38% dan kemampuan berdiskusi memperoleh presentase 7,70%. Sedangkan untuk Kriteria (Kurang), Kemampuan bertanya siswa memperoleh presentase 7,70%, untuk kemampuan menjawab siswa memperoleh presentase 7,70% dan kemampuan berdiskusi memperoleh presentase 7,70%. Dengan demikian kegiatan belajar mengajar yang di lakukan peneliti untuk meningkatkan pemahaman siswa sudah berhasil, tingkat pemahaman siswa bertambah dimana dengan di tandai dengan adanya peningkatan dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran PKn dan siswa pun termotivasi untuk mengikuti pembelajaran berikutnya. 11

12 Tabel 11 Hasil belajar siswa pada siklus II No Ketuntasan Frekuensi Siswa Presentase ( % ) 1 Tuntas 22 Orang 85 % 2 Tidak Tuntas 4 Orang 15% Jumlah 26 Orang 100% Sumber : Hasil Penelitian Kelas VIII MTs.Alkhairaat Lobu Dari tabel di atas dapat di lihat terjadi peningkatan hasil belajar yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi siswa yang tuntas pada siklus I hanya 10 orang (38,46%) dan pada siklus II frekuensi siswa yang tuntas mencapai 22 orang(85%). Hal ini berarti bahwa upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Pkn di kelas VIII MTs.Alkhairat Lobu Kecamatan Moutong Kabupaten Parigi Moutong melalui model pembelajaran Coopreative Script telah berhasil pada siklus II dan tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Pembahasan Hasil penelitian tindakan kelas dilaksanakan pada siswa kelas VIII MTs.Alkhairat Lobu Kecamatan Moutong Kabupaten Parigi Moutong menunjukkan bahwa pemahaman siswa dalam proses belajar mengajar meningkat setelah melalui tindakan yang dilakukan baik pada siklus I maupun pada siklus II. Meskipun kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan telah berdampak pada peningkatan pemahaman siswa, namun masih perlu pengembangan lebih lanjut. Dalam penerapan model pembelajaran cooperative sript, sesuai analisis data hasil penelitian pada siklus I kegiatan guru dan pengamatan peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran masih terdapat beberapa aspek pembelajaran yang memperoleh nilai pengamatan cukup dan kurang Meningkatkan pemahaman siswa merupakan kewajiban guru dalam upaya mengembangkan kognitif siswa. Menurut Benyamin S.Bloom, dkk ( Arifin 2009:21) menyatakan bahwa pemahaman ( comprehension) adalah jenjang kemampuan yang menuntut siswa untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkan dengan hal-hal lain. Memperhatikan indikator keberhasilan peneliti yang ditetapkan, maka dengan hasil tersebut berarti tindakan kelas yang dilakukan belum mampu meningkatkan pemahaman siswa kelas VIII MTs.Alkhairat Lobu. Oleh karena itu, dalam refleksi yang dilakukan melalui konsultasi dengan guru pengamat disepakati bahwa tindakan kelas dilanjutkan kesiklus II dengan melakukan perbaikan dan penyempurnaan terhadap aspek-aspek kegiatan guru dan aspek pemahaman siswa yang belum optimal. Dari hasil penelitian peningkatan kualitas pembelajaran maupun hasil belajar siswa erat kaitannya dengan kemampuan guru menggunakan model 12

13 pembelajaran cooperative script dalam proses belajar mengajar, dimana apabila penggunaan model pembelajaran cooperative script dilakukan secara efektif agar dapat memberikan pemahaman bagi siswa sehingga siswa memperoleh hasil yang baik. Dari siklus I dapat dilihat bahwa kegiatan belajar mengajar belum terlaksana dengan optimal, baik itu pengelolaan pembelajaran oleh guru, aspek pemahaman siswa maupun hasil belajar siswa. Pelaksanaan siklus I sudah sesuai dengan tahapan-tahapan dalam prosedur penelitian tindakan kelas dan langkahlangkah dalam model pembelajaran cooperative script, hanya saja masih ada beberapa aspek-aspek yang dianggap belum maksimal Hasil Pengamatan Kegiatan Belajar Mengajar Siklus I dan II Hasil analisis data siklus I memberikan gambaran bahwa nilai pengamatan pengelolaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I untuk kategori sangat baik pada siklus I pertemuan I yaitu 4,77%, sedangkan pada siklus II pertemuan I yaitu sebesar 33,33%. Untuk kategori baik pada siklus I pertemuan I yaitu 23,81%, sedangkan pada siklus II pertemuan I yaitu 52,39%. Untuk kategori cukup pada siklus I pertemuan I yaitu 47,61%, sedangkan pada siklus II pertemuan I yaitu 14,28%. Untuk kategori kurang pada siklus I yaitu 23,81%, sedangkan pada siklus II pertemuan I sudah tidak ada kekurangan lagi dalam aspek-aspek yang diamati. Untuk kategori sangat baik pada siklus I pertemuan II yaitu 9,53%, sedangkan pada siklus II pertemuan II yaitu 57,14%. Untuk kategori baik pada siklus I pertemuan II yaitu 42,85%, sedangkan pada siklus II pertemuan II yaitu 38,09%. Untuk kategori cukup pada siklus I pertemuan II yaitu 42,85%, sedangkan pada siklus II pertemuan II yaitu 4,77%. Untuk kategori kurang pada siklus I pertemuan II yaitu 4,77%, sedangkan pada siklus II pertemuan II sudah tidak ada lagi kekurangan dalam setiap aspek. Dari analisis data diatas dapat dilihat setelah dilakukan perbaikan terhadap aspek-aspek pengamatan kegiatan guru yang belum terlaksana dengan baik pada siklus I, maka pada siklus II terjadi peningkatan dimana dalam pengamatan kegiatan guru dalam proses belajar mengajar sudah memenuhi kriteria yang diharapkan peneliti Hasil Pengamatan Pemahaman Siswa Siklus I dan II Hasil analisis data pemahaman siswa pada siklus I dapat dilihat Untuk Kriteria Baik Kemampuan bertanya siswa yaitu 50%, sedangkan pada siklus II kemampuan bertanya siswa meningkat menjadi 80,77%. Kemampuan menjawab siswa pada siklus I 38,46%, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 76,92%. Kemampuan berdiskusi pada siklus I 26,93%, sedangkan pada siklus II menjadi 84,61%. Pada Kriteria Cukup kemampuan bertanya siswa pada siklus I 23,07%, sedangkan pada siklus II menjadi 11,53%. Kemampuan menjawab siswa pada siklus I 38,46%, sedangkan pada siklus II menjadi 15,38%. Kemampuan berdiskusi pada siklus I 42,30%, sedangkan pada siklus II menjadi 7,70%. Sedangkan pada Kriteria Kurang Kemampuan bertanya siswa pada siklus I 13

14 26,93%, sedangkan pada siklus II menjadi 7,70%. Kemampuan menjawab siswa 23,07%, sedangkan pada siklus II menjadi 7,70%. Kemampuan berdiskusi pada siklus I 30,77%, sedangkan pada siklus II menjadi 7,70%. Dari hasil analisis siklus I dan siklus II diatas dapat dilihat telah terjadi peningkatan pemahaman siswa Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II Analisis data hasil belajar siswa menunjukkan bahwa pada siklus I dari 26 siswa hanya 10 orang atau 38,46% yang dikategorikan tuntas dan 16 orang atau 61,54% yang dikategorikan tidak tuntas. Pada siklus II frekuensi siswa yang tuntas mencapai 22 orang atau 85%. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini yakni jika guru melaksanakan proses belajar mengajar pada mata pelajaran Pkn menggunakan model pembelajaran cooperative script dengan baik maka pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn akan meningkat dengan demikian hipotesis ini dapat diterima. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Dalam model pembelajaran cooperative script mengikutsertakan semua siswa, sehingga semua siswa akan ikut berperan aktif dalam pembelajaran, dan diharapkan bisa membuat siswa bersemangat dalam belajar sehingga siswa dapat memahami pelajaran dengan lebih mudah. Dalam cooperative script ini mengandung suatu unsur kerjasama dalam kelompok yang membuat siswa berperan aktif dalam pembelajaran, bukan guru. Guru bertindak sebagai fasilitator untuk mengarahkan dan motivator bagi siswa. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran cooperative script yang telah dilakukan oleh peneliti pada mata pelajaran Pkn dapat meningkatkan pemahaman siswa serta dapat meningkatkan pengelolaan kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa. Ada beberapa hal yang dapat di simpulkan dari hasil pembahasan yang ada yaitu : Saran 1. Telah terjadi peningkatan pembelajaran yang sangat optimal dari siklus I ke siklus II. Jika presentase kegiatan guru yang diamati pada siklus I 40,48%, maka pada siklus II telah mencapai 90,47%. 2. Telah terjadi peningkatan pemahaman siswa yang pada siklus I 16 orang siswa atau 61,54% yang paham maka pada siklus II telah menjadi 23 orang siswa atau 88,46% yang telah mengalami peningkatan pemahaman. 3. Telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Jika presentase hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I hanya 38,46% maka pada siklus II telah mencapai 85%. Hal ini berarti indikator hasil belajar siswa yang ingin dicapai yaitu 80% sudah tercapai pada siklus II. 14

15 Mengacu pada pembahasan dan simpulan yang telah dikemukakan diatas, maka berkaitan dengan penelitian ini peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Guru merupakan salah satu hal yang paling urgen dalam proses pembelajaran, oleh karena itu sebelum melakukan kegiatan pembelajaran guru seharusnya dapat mempersiapkan dengan matang hal-hal yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. 2. Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah, guru dapat menerapkan model pembelajaran cooperative script pada pembelajaran PKn dengan kompetensi yang lain ataupun pada mata pelajaran lain. 3. Model pembelajaran cooperative script yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan pada penelitian-penelitian lain sebagai bahan bandingan sehingga dikemudian hari menjadi lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad,2009. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo Arifin Zainal,2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Arikunto, Suharsimi dkk Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi.2010.Prosedur Penelitian.Jakarta:Rineka Cipta A la, Miftahul Quantum Teaching. Yogyakarta : Diva press. Darmadi, Hamid Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung : CV. Alfabeta Riyanto, yatim Paradigma Baru Pembalajaran. Jakarta : Kencana Prenada media grup. Sagala, Syaiful Konsep Belajar Dan Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar Dan mengajar. Bandung: Alfabeta. Slameto, Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Uno, Hamzah B Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara Uno, Hamzah B Perencanaan Pembelajaran. Jakatra : Bumi Aksara Diakses tanggal 5 april Diakses tanggal 5 april Diakses tanggal 5 april Diakses tanggal 6 april di akses 6 April

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Alkhairat Lobu Kecamatan Moutong Kabupaten Parigi Moutong. Penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Model Pembelajaran Cooperative Script

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Model Pembelajaran Cooperative Script 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Model Pembelajaran Cooperative Script Model pembelajaran merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan penyelenggaraan proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak

BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teoretis 1. Strategi Cooperative Script Dalam strategi pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah

Lebih terperinci

VOL. 8 NO. 1 MARET 2018 ISSN: ISSN: RIYANTON

VOL. 8 NO. 1 MARET 2018 ISSN: ISSN: RIYANTON 40 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS III A SEMESTER II SD MUHAMMADIYAH SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK 145 Upaya Meningkatkan Kualitas Guru Melalui Konsep Pembelajaran Learning Together Di Sma Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Ajaran 2014/ /2015 Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK Pembelajaran learning

Lebih terperinci

Mutiah GuruSDN Tlogohaji IKec.SumberrejoKab. Bojonegoro

Mutiah GuruSDN Tlogohaji IKec.SumberrejoKab. Bojonegoro MENIGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORASI PADA SISWA KELAS VI SDN TLOGOHAJI I SUMBERREJO BOJONEGORO Mutiah GuruSDN Tlogohaji IKec.SumberrejoKab. Bojonegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS IV SDN 1 BALE DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANYA JAWAB

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS IV SDN 1 BALE DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANYA JAWAB MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS IV SDN 1 BALE DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANYA JAWAB Oleh: Ian Trianti, Widayati Pujiastuti, Rizal Abstrak Permasalahan dalam penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA,KERANGKA PIKIR DAN PARADIKMA. Dalam tinjauan pustaka ini akan memaparkan pengertian-pengertian konsep yang

TINJAUAN PUSTAKA,KERANGKA PIKIR DAN PARADIKMA. Dalam tinjauan pustaka ini akan memaparkan pengertian-pengertian konsep yang II. TINJAUAN PUSTAKA,KERANGKA PIKIR DAN PARADIKMA 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini akan memaparkan pengertian-pengertian konsep yang berkaitan dengan penelitian sebagai berikut: 2.1.1. Konsep

Lebih terperinci

ROSITA SAYEDI Nim Pembimbing 1. Dr. Hamzah Yunus, M.Pd 2. Badriyyah Djula, S.Pd., M.Pd

ROSITA SAYEDI Nim Pembimbing 1. Dr. Hamzah Yunus, M.Pd 2. Badriyyah Djula, S.Pd., M.Pd MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DENGAN METODE DRILL PADA MATERI KERTAS KERJA (WORKSHEET) MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS X 5 SMA NEGERI 2 GORONTALO ROSITA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam mewujudkan suatu negara yang maju, maka dari itu orang-orang yang ada di dalamnya baik pemerintah itu sendiri atau masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan kualitas sumber daya manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas

Lebih terperinci

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DI KELAS V SD NEGERI 106146 MULIOREJO MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri 106146 Muliorejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang dan direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI GROUP RESUME SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI GROUP RESUME SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI GROUP RESUME ( PTK di Kelas VIII Semester 2 SMP Ne geri 1 Nogosari) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI 164519 KOTA TEBING TINGGI Syarigfah Guru SD Negeri 164519 Kota Tebing Tinggi Surel : syarigfah16@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mendukung kemajuan bangsa dan Negara sebagaimana tercantum di

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 1 ISSN 2354-614X Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu Nuriati, Najamuddin Laganing, dan Yusdin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pemberian tugas menceritakan kembali cerita dengan menggunakan model picture and

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pemberian tugas menceritakan kembali cerita dengan menggunakan model picture and BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitan Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Pelaksanaan tindakan kelas melalui pemberian tugas menceritakan kembali cerita dengan

Lebih terperinci

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS Ani Rosidah, M.Pd anirosidah.cjr@gmail.com Universitas Majalengka (UNMA) ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia, sehingga dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia yang utuh. Pendidikan memegang peranan penting

Lebih terperinci

PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Sumarni

PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Sumarni Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 2, April 2016 ISSN 0854-2172 PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN SD Negeri 02 Wuluh

Lebih terperinci

PENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SEKOLAH MENEGAH PERTAMA

PENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SEKOLAH MENEGAH PERTAMA PENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SEKOLAH MENEGAH PERTAMA SYAFRIMAR Guru SMP Negeri 2 Pangkalan Kuras syafmar1@gmail.com ABSTRAK Keberhasilan

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING Jaka Nugraha & Choirul Nikmah Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya jaka.unesa@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidak terlepas dari peran guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas. Namun secara khusus keberhasilan dalam belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis, sistematis, intensional dan kreatif dimana peserta didik mengembangkan potensi diri, kecerdasan, pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses untuk membantu. manusia dalam mengembangkan dirinya hingga mampu menghadapi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses untuk membantu. manusia dalam mengembangkan dirinya hingga mampu menghadapi setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya hingga mampu menghadapi setiap perubahan dan tantangan yang ada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Banjarmasin Timur, subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Banjarmasin Timur, subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Sungai Bilu 2 Banjarmasin Timur, subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PERMAINAN SIMULASI PADA MATA PELAJARAN PPKN SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PERMAINAN SIMULASI PADA MATA PELAJARAN PPKN SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PERMAINAN SIMULASI PADA MATA PELAJARAN PPKN SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI Yeni Sugianti Surel : yeni.sugianti00@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELAS IV SDN 1 NGLURUP KECAMATAN SENDANG TULUNGAGUNG SEMESTER I TAHUN 2011/2012

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELAS IV SDN 1 NGLURUP KECAMATAN SENDANG TULUNGAGUNG SEMESTER I TAHUN 2011/2012 JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 29 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELAS IV SDN 1 NGLURUP KECAMATAN SENDANG TULUNGAGUNG SEMESTER I TAHUN 2011/2012 Oleh:

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP MUHAMMAD IDRIS Guru SMP Negeri 3 Tapung iidris.mhd@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan (Ngalim Purwanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun Rohani semakin meningkat dalam usaha menyesuaikan diri dengan

BAB I PENDAHULUAN. maupun Rohani semakin meningkat dalam usaha menyesuaikan diri dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu proses dalam rangka perubahan pada pembentukan sikap, dimana kepribadian dan keterampilan manusia menghadapi masa depan yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hayat. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hayat. Setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan mempunyai peranan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-H SMP NEGERI 1 BALONGBENDO

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-H SMP NEGERI 1 BALONGBENDO 232 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-H SMP NEGERI 1 BALONGBENDO Oleh: SUSMIATI SMP Negeri 1 Balongbendo Abstrak:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 7 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dari pelaksanaan tindakan perbaikan yang dilakukan penulis di kelas SD Negeri Kluwih 0 Kecamatan Bandar Kabupaten Batang diperoleh data yaitu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah merosotnya moral siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah merosotnya moral siswa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Setting Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di MIN Teluk Dalam Banjarmasin. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III yang berjumlah

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL Husnah Guru SDN 001 Pasar Inuman Kecamatan Inuman husnah683@gmail.com ABSTRAK Penelitian tentang

Lebih terperinci

Oleh. Hamidah SDN 1 Cakranegara

Oleh. Hamidah SDN 1 Cakranegara Media Bina Ilmiah51 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MENCARI PASANGAN (Make a Match) PADA POKOK BAHASAN GEJALA ALAM DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA TETANGGA KELAS VI

Lebih terperinci

Pemanfaatan Media Alat Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PKn di Kelas IV SDN 1 Toili

Pemanfaatan Media Alat Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PKn di Kelas IV SDN 1 Toili Pemanfaatan Media Alat Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PKn di Kelas IV SDN 1 Toili Sulastri, Jamaludin, dan Hasdin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar (2011: 46) PTK adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang diharapkan, harus

Lebih terperinci

Multin Arabi, Salma Bowtha, Radia Hafid 1. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Abstrak

Multin Arabi, Salma Bowtha, Radia Hafid 1. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Abstrak MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU MELALUI METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DI KELAS VII SMP NEGERI 4 BOLAANG UKI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN Multin Arabi, Salma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan aspek utama dalam pembentukan moral suatu bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan, kecakapan, ketelitian, keuletan,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK DIANA MANURUNG Guru SMPN 1 Patumbak Email : chairini.nurdin@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dari buaian hingga liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar baik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Subjek Penelitian 3.1.1 Setting penelitian 3.1.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Sidorejo Lor 04 Salatiga yang terletak di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap bangsa. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM Zuraidah Guru IPS SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel : zuraidahida867@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sangat strategis dan mudah dijangkau untuk melaksanakan penelitian, subjek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sangat strategis dan mudah dijangkau untuk melaksanakan penelitian, subjek 45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Pelaksanaan tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 7 Bonepantai, Kabupaten Bone Bolango. Sekolah ini dipilih oleh peneliti karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, menyatakkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PTK merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang

BAB III METODE PENELITIAN. PTK merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian Pada penelitian ini, rancangan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Saryono, (dalam Yanti dan Munaris, 0:) PTK merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses belajar mengajar antara guru dengan siswa untuk pengembangan potensi diri yang dilakukan secara sadar dan terencana agar dapat

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENILAIAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN

INSTRUMEN PENILAIAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN INSTRUMEN PENILAIAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN Nama Nim Tempat Praktek :... Kelas :... Mata Pelajaran :... Tanggal :... Berilah skor pada butir-butir perencanaan pembelajaran dengan cara melingkari angka

Lebih terperinci

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. (PKn) Pengertian Mata PelajaranPendidikan Kewarganegaraan Berdasarkan UU Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ery Nurkholifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ery Nurkholifah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan, pemerataan kesempatan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Demonstrasi Dapat Meningkatkan Hasili Belajar Siswa Pada Materi Kenampakan Bumi di Kelas IV SDN No.

Penerapan Metode Demonstrasi Dapat Meningkatkan Hasili Belajar Siswa Pada Materi Kenampakan Bumi di Kelas IV SDN No. Penerapan Metode Demonstrasi Dapat Meningkatkan Hasili Belajar Siswa Pada Materi Kenampakan Bumi di Kelas IV SDN No. 2 Pangalasiang Mersilia Busoso, Haeruddin, dan Andi Imrah Dewi Mahasiswa Program Guru

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli Samriah Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai

Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai Margareta Ni Made Ardani Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) SISWA KELAS VIIC SMP NEGERI 1 SENTOLO Nurul Arum Sulistyowati FKIP, Universitas

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANYA JAWAB PADA PEMBELAJARAN PPKN DI KELAS VIIB SMP NEGERI 10 PALU ABSTRAK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANYA JAWAB PADA PEMBELAJARAN PPKN DI KELAS VIIB SMP NEGERI 10 PALU ABSTRAK 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANYA JAWAB PADA PEMBELAJARAN PPKN DI KELAS VIIB SMP NEGERI 10 PALU Arni 1 Abduh H. Harun 2 Imran 3 Program Studi PPKn, Jurusan pendidikan IPS

Lebih terperinci

Sri Andayani 5. Kata kunci: model pembelajaran TAI (Team-Assisted-Individualization), hasil belajar. Guru SDN Gadingrejo 01 Umbulsari Jember

Sri Andayani 5. Kata kunci: model pembelajaran TAI (Team-Assisted-Individualization), hasil belajar. Guru SDN Gadingrejo 01 Umbulsari Jember MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION ) PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SDN GADINGREJO 01 KECAMATAN UMBULSARI KABUPATEN JEMBER Sri

Lebih terperinci

PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM. Azwinar

PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM. Azwinar 2 PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM 3 Azwinar ABSTRAK Perkembangan bahasa anak di Taman Kanak-kanak Syukrillah Agam masih rendah. Tujuan penelitian

Lebih terperinci

Saira Tolana, , *Dr. Hj. Zulaecha Ngiu, M.Pd, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan

Saira Tolana, , *Dr. Hj. Zulaecha Ngiu, M.Pd, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Kemasyarakatan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo Hal. 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Strata 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh: ATIK SETYAWAN NIM : A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

NASKAH PUBLIKASI. Strata 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh: ATIK SETYAWAN NIM : A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE GUIDED NOTE TAKING (CATATAN TERBIMBING) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 03 KEMUNING NGARGOYOSO TAHUN PELAJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PERJUANGAN MERAIH KEMERDEKAANMELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF SCRIPT

PERJUANGAN MERAIH KEMERDEKAANMELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF SCRIPT PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PKn TENTANG PERJUANGAN MERAIH KEMERDEKAANMELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF SCRIPT PADA PESERTA DIDIK KELAS VISD NEGERI 1 MENDURAN SEMESTER 1 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai peran penting dalam kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

Pardomuan N.J.M. Sinambela Afrodita Munthe. Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, Pembelajaran Matematika Realistik.

Pardomuan N.J.M. Sinambela Afrodita Munthe. Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, Pembelajaran Matematika Realistik. 1 PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI SEGI EMPAT DI KELAS VII MTS AMDA PERCUT SEI TUAN T.A. 2014/2015 Pardomuan N.J.M.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan

1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu membangun kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya pendidikan adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerus. Selaku

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GEOMETRI DAN PENGUKURAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI PEMANFAATAN BARANG BEKAS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GEOMETRI DAN PENGUKURAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI PEMANFAATAN BARANG BEKAS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN Prosiding Seminar Nasional Matematika Prodi Pendidikan Matematika, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 24 Juli 2011 PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GEOMETRI DAN PENGUKURAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat kemajuan pendidikannya. Apa yang dapat dihasilkan dari sebuah pendidikan itulah yang akan memberikan

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Oleh: Wahyuning Triyadi, Aminuddin P. Putra, Sri Amintarti

ABSTRAK. Oleh: Wahyuning Triyadi, Aminuddin P. Putra, Sri Amintarti ABSTRAK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 6 RSBI BANJARMASIN PADA KONSEP SISTEM GERAK MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN WORKSHEET BERBASIS WEB Oleh: Wahyuning Triyadi, Aminuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (tingkah laku) individu dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. (tingkah laku) individu dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya untuk mencerdaskan anak bangsa, yaitu melalui pendidikan. Sebab pendidikan merupakan salah satu jalur yang sangat strategis untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 1.1 Kajian Teoritik 2.1.1 Hasil Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas bangsa, karena dengan pendidikan dapat meningkatkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. UU Sistem Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2003, menyatakan

Lebih terperinci

Niasni Sinaga Guru SMP Negeri 3 Berastagi

Niasni Sinaga Guru SMP Negeri 3 Berastagi PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE QUANTUM TEACHING DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU DI KELAS VII-6 SMP NEGERI 3 BERASTAGI Niasni Sinaga Guru SMP Negeri 3 Berastagi Email : yoana_stphani@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Oleh: Siti Halimah SD Negeri 01 Sembon, Karangrejo, Tulungagung

Oleh: Siti Halimah SD Negeri 01 Sembon, Karangrejo, Tulungagung 8 Siti Halimah, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui... PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS IV SDN 1 SEMBON KECAMATAN KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah karena tidak hanya sekedar menyerap informasi yang disampaikan oleh guru, tetapi melibatkan berbagai

Lebih terperinci

Di dalam proses belajar mengajar PKn, seorang guru dituntut harus bersikap professional serta dinamis dan kreatif, sehingga mampu mengubah dan

Di dalam proses belajar mengajar PKn, seorang guru dituntut harus bersikap professional serta dinamis dan kreatif, sehingga mampu mengubah dan MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI MODEL UNJUK KERJA PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS IV MIS DAMBALO KECAMATAN TOMILITO KABUPATEN GORONTALO UTARA Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pembelajaran tim pendengar. Pemahaman berasal dari kata paham yang berarti

BAB II KAJIAN TEORI. pembelajaran tim pendengar. Pemahaman berasal dari kata paham yang berarti BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pemahaman a. Pengertian pemahaman Kajian ini berkenaan dengan pemahaman guru tentang strategi pembelajaran tim pendengar. Pemahaman berasal dari kata paham yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Seting dan Karakteristik Subyek Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam melakukan penelitian ini guru sekaligus

Lebih terperinci

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 1 TILAMUTA

Lebih terperinci

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE POWER OF TWO PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI KELAS VIII-B DI SMP NEGERI 1 BOLAANG Tjitriyanti Potabuga 1, Meyko

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS POKOK BAHASAN USAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sistem yang dirancang untuk manusia dengan tujuan tertentu dan merupakan upaya manusia secara sadar untuk mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA. KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA. KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014 PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014 JURNAL PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI MELALUI PEMBUATAN MINIATUR MUKA BUMI PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI SIDOMULYO 03

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI MELALUI PEMBUATAN MINIATUR MUKA BUMI PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI SIDOMULYO 03 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI MELALUI PEMBUATAN MINIATUR MUKA BUMI PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI SIDOMULYO 03 Sri Widayati 1 Abstrak. Di kelas 3 SDN Sidomulyo 03 untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar dan penting bagi pembangunan suatu negara. Dengan adanya pendidikan maka akan tercipta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SDN 25 Limboto

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SDN 25 Limboto BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SDN 25 Limboto Kecamatan Limboto. Sekolah ini dipilih oleh peneliti karena dianggap sangat

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP Heru Susanto, Eti Sunarsih Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP Singkawang,

Lebih terperinci

Jurnal Paradigma, Volume 10, Nomor 1, Januari 2015

Jurnal Paradigma, Volume 10, Nomor 1, Januari 2015 PENGGUNAAN MODEL DIRECT INSTRUCTION KOMBINASI DENGAN TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG DI KELAS V SDN KUIN CERUCUK 3 BANJARMASIN Diana Fatmasari, Hj.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah salah satu mata pelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD/MI. IPA berhubungan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KREATIVITAS BERMAIN MUSIK ANSAMBEL. Erlin Sofiyanti

PENINGKATAN KREATIVITAS BERMAIN MUSIK ANSAMBEL. Erlin Sofiyanti Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah ISSN 0854-2172 SMP Negeri 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan Abstrak Tujuan penelitian ini yaitu (1) Untuk mengetahui peningkatan

Lebih terperinci