TATA KELOLA INISIASI MENYUSU DINI DAN ASI EKSKLUSIF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TATA KELOLA INISIASI MENYUSU DINI DAN ASI EKSKLUSIF"

Transkripsi

1 TATA KELOLA INISIASI MENYUSU DINI DAN ASI EKSKLUSIF Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif KINERJA-USAID Gedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807 Jl. Jend Sudirman Kav Jakarta, Phone: Fax:

2

3 KATA PENGANTAR Panduan Pendampingan ini ditujukan kepada para pihak yang tertarik lebih dalam bagaimana USAID- KINERJA mengimplementasikan dukungannya dalam peningkatan pelayanan publik di bidang kesehatan (Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif) dengan menguatkan tiga pilar governance yaitu pemerintah daerah, pemberi layanan (puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/kota), dan penerima layanan (masyarakat) yang tersebar di 24 kabupaten/kota dari 5 provinsi di Indonesia. Hasil pendampingan di Papua akan disampaikan dalam seri lain. Panduan ini memberikan tatacara, materi, strategi, target group dari pembelajaran pengalaman USAID- KINERJA mulai dari awal masuk kesuatu daerah sampai membuahkan kemitraan yang kuat antara penerima layanan, pemberi layanan, dan Multi-Stakeholder Forum (MSF) sebagai wadah untuk melakukan fasilitasi, mediasi, advokasi dan monitoring Layanan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas yang mengarah kepada peningkatan pelayanan publikdengan mengacu pada pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM) melalui Organisasi Mitra Pelaksana (OMP). Tulisan ini memberikan inspirasi para pembaca tentang bagaimana USAID-KINERJA dengan memperhatikan keadilan gender dalam setiap tahap pendekatan dan aktivitasnya menghasilkan gerakan masyarakat lokal dengan semangat relawan dan diperkaya oleh berbagai inovasi dan insentif telah mampu memberikan model Janji Perbaikan Layanan Kesehatan dalam Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif. Tulisan ini final berkat kesabaran para personil KINERJA di Jakarta, daerah, serta LPSS, OMP, MSF dan hasil kerja keras mereka semua. USAID-KINERJA dan penulis mengucapkan penghargaan yang tak ternilai kepada seluruh pihak tersebut. Karenanya diharapkan pendekatan governance yang unik dari USAID-KINERJA yang tertuang dalam Seri Pembelajaran ini akan memperkaya Penguatan Layanan Publik di Indonesia kedepan. Jakarta, 25 Maret 2014 Elke Rapp Chief of Party USAID-KINERJA Dirjen BINKESMAS Kementerian Kesehatan RI Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif 1

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 1 DAFTAR ISI 2 RINGKASAN EKSEKUTIF 3 Tujuan and keberhasilan USAID-KINERJA 3 Bab I Pendekatan KINERJA 7 Pendekatan Umum Program KINERJA 7 Inisiatip di Sektor Kesehatan 8 Prinsip dalam Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif 9 Bab 2 Pengalaman KINERJA dalam Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif 12 Situasi yang Dihadapi di Daerah 12 Bagaimana KINERJA Memulai Inisiatif 14 Proses Kerja 17 Proses Perubahan dan Manfaat 19 Bab 3 Mengatasi Tantangan dan Mencapai Sukses 21 Tantangan 21 Cerita Sukses 22 Replikasi dan Scaling up 25 Bab 4 Rekomendasi untuk Replikasi 26 Rekomendasi untuk Pemerintah 26 Rekomendasi untuk Organisasi Mitra Pelaksana 28 Rekomendasi untuk Lembaga Diklat 29 Daftar Lampiran 32 2 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

5 RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Tujuan dan Keberhasilan USAID-KINERJA a) Secara umum Program KINERJA bertujuan membantu pemerintah daerah meningkatkan tata kelola dalam penyediaan layanan publik di Indonesia. Bekerja di 24 kabupaten/kota dari lima ratusan daerah di Indonesia, oleh karena itu program inidapat menjadi pembelajaran praktik baik untuk diadopsi dan diadaptasi di daerah lain di Indonesia. Dokumen ini ditujukan kepada para pengambil keputusan tingkat nasional dan daerah yang berkepentingan memperkuat aspek governance di lembaga atau daerahnya masing-masing. Buku ini bagian dari Seri Pembelajaran KINERJA dalam penerapan tata kelola Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif dengan penerapan prinsip, model penerapan governance dalam sektor kesehatan khususnya kesehatan ibu dan anak, serta rekomendasi kepada para pihak. b) Di Sektor Kesehatan dalam Inisasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Program KINERJA dirancang dengan mandat untuk membantu peningkatan layanan publik dinas kesehatan kabupaten/kota dan puskesmas pada daerah mitra melalui penguatan tiga pilar governance yaitu pemerintah daerah, pemberi layanan, dan penerima layanan. Pendekatan governance ini menjadi paradigma baru bagi tata kelola layanan publik, dari peran penyedia jasa layanan dan satu-satunya aktor dalam upaya peningkatan kualitas layanan kesehatan; bergeser menjadi lembaga pendorong yang memfasilitasi masyarakat untuk terlibat aktif dalam proses perencanaan prioritas, alokasi sumberdaya, dan monitoring untuk perbaikan kualitas layanan untuk pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM). Pendekatan KINERJA membangun kepedulian bersama antara pemerintah daerah, layanan kesehatan, lintas sektor, akademisi, media lokal, dan Forum Multi Pihak/Multi Stakeholder Forum (MSF) yang mewakili unsur-unsur masyarakat. KINERJA bekerja dengan prinsip berikut: (1) sejalan dengan RPJMN, RPJMD dan Renstra Sektor Daerah; (2) Tidak mengembangkan inovasi baru, menggunakan dan mengadopsi pola yang sudah teruji oleh Pemerintah Pusat, Kabupaten/Kota, Universitas, Mitra Pembangunan/donor lainnya; (3) Program dilaksanakan melalui peningkatan kapasitas dan penyebarluasan di daerah/unit layanan mitra; (4) Untuk Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif 3

6 keberlanjutan program, pelaksanaan dukungan dilakukan melalui pihak Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) dengan mengutamakan kapasitas lokal; dan (5) Memperkaya program pelayanan publik dengan konsep tata kelola yang baik dengan penerapan aspek transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi dengan promosi inovasi dan model insentif. 2. Hasil Capaian KINERJA Keberhasilan KINERJA pada tingkat pemberi layanan sampai tahun 2014 telah dilakukan pendampingan di 5 provinsi, 19 dinas kesehatan kabupaten/kota dengan 75 puskesmas mitra. 19 kabupaten/kota sudah mempunyai Peraturan Bupati/Walikota dan/atau Peraturan Daerah tentang Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif yang dibuat mengikuti aspek governance. 11 daerah sudah membiayai kegiatan forum para pemangku kepentingan (Multi-Stakeholder Forum, MSF) dengan 55 MSF tingkat kecamatan. Ada juga 3 Dinas Kesehatan, dan 5 Puskesmas telah menolak bekerjasama dengan susu formula bayi karena mendukung IMD dan ASI Eksklusif, sehingga angka cakupan IMD dan ASI Eksklusif meningkat nyata. 61 puskesmas telah memasang SOP Alur Layanan sehingga terlihat oleh pengguna layanan, dan telah membuat dan menempel di dinding puskesmas Janji Perbaikan Layanan sebagai respon terhadap Survei Pengaduan Pengguna Layanan. 33 puskesmas telah melakukan Kemitraan Bidan dan Dukun model KINERJA yang sesuai kaidah governance, dan 45 puskesmas melakukan revitalisasi Kantong Persalinan. Rata-rata daerah mitra telah menambah jumlah konselor IMD dan ASI Eksklusif dan jumlah kelas ibu hamil, dan telah membuat ruang ASI atau pojok laktasi di fasilitas umum yang sesuai standar dan SOP nasional. Terbangunnya kemitraan dengan lintas sektor seperti dinas pendidikan dan kantor urusan agama sangat mempercepat gerakan perubahan perilaku masyarakat. Pada sisi demand, MSF termasuk media lokal sudah berperan aktif sebagai pengawas, motivator, dan advokator dalam melakukan perubahan dan perbaikan layanan kesehatan pada tingkat dinas kesehatan dan puskesmas. MSF telah melakukan pengelolaan manajemen pengaduan, dan terlibat dalam perencanaan, penentuan prioritas, dan monitoring Jaminan Persalinan Aman (JAMPERSAL), Biaya Operasional Kesehatan (BOK), serta sumber pendanaan lain yang tersedia di puskesmas. MSF melakukan pengawasan terhadap implementasi SOP, janji perbaikan layanan dan lainnya. MSF menggerakkan masyarakat basis secara berkelompok dan individu untuk menjadi promotor dan motivator IMD dan ASI Eksklusif dengan inovasi sumberdaya dan bahasa lokal sehingga mempercepat perubahan perilaku yang berkelanjutan. Partisipasi publik, transparansi dan akuntabilitas pemberi layanan jelas menjadi roh kegiatan KINERJA. 4 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

7 3. Keberlanjutan Program Inisiatif yang sudah dilakukan oleh KINERJA di daerah dan puskesmas mitra perlu keberlanjutan dan perbaikan yang berkesinambungan dengan dukungan penuh pemerintah daerah. Perubahan melalui pendekatan governance KINERJA yang telah dicapai saat ini dengan melakukan replikasi atas dukungan dana APBD di minimal 5 daerah dan 38 puskesmas adalah awal dari penguatan tiga pilar governance yang dapat dijadikan sebagai stimulan dan menjadi tempat pembelajaran bagi puskesmas lain baik yang berada di wilayah mitra maupun di luar daerah mitra. 4. Lingkup Dokumen ini Dokumen ini terdiri atas 4 bab dengan ringkasan eksekutif memuat tentang tujuan dan keberhasilan KINERJA selama 2 tahun pendampingan. Bab 1 menampilkan pendekatan umum proyek, bentuk dukungan inisiatif di sektor kesehatan, dan prinsip KINERJA dalam tata kelola IMD dan ASI Eksklusif. Bab 2 menje laskan pengalaman KINERJA dalam mendukung tata kelola IMD dan ASI Eksklusif, tahapan dalam memulai inisiatif di daerah, pengaturan pekerjaan, sampai pada proses kerja dan perubahan yang dihasilkan. Bab 3 berisikan tantangan yang dihadapi serta strategi untuk mencapai sukses. Bab 4 memuat rekomendasi kepada berbagai pihak untuk replikasi dan scaling up baik dalam daerah mitra maupun di luar daerah. 5. Rekomendasi a) Kepada Pimpinan Daerah Pendekatan governance KINERJA dengan memperkuat supply dan demand side terbukti meningkatkan perbaikan layanan publik dalam waktu 1-2 tahun pendampingan. Pendekatan ini dapat direplikasi dan scaling up ke dalam program dan layanan publik lainnya di dinas kesehatan secara bertahap sesuai ketersediaan anggaran daerah. Pendekatan ini juga dapat di scaling up di semua layanan publik lainnya dengan memperjelas peran unit layanan, MSF, dan OMP, sedangkan fungsi LPSS dapat juga digantikan oleh manajemen tingkat 3 atau 4 dari sektor teknis bila pendanaan daerah terbatas. Seri pembelajaran ini membutuhkan hal-hal mendasar yaitu (1) komitmen yang tinggi dari Bupati/ Walikota, DPRD dan Dinas Kesehatan/sektor teknis, (2) waktu pendampingan untuk pembentukan dan pendampingan MSF sebaiknya 2-3 tahun, (3) untuk meningkatkan dinamika tatakelola pelayanan publik dibutuhkan inovasi dan insentif yang kreatif bagi pemberi dan penerima layanan, (4) dengan koordinasi dan monitoring kuat antara Dinas Kesehatan dengan penyedia layanan kesehatan swasta, (5) mendorong peran sektor pemerintah dan swasta dalam menyediakan fasilitas Pojok ASI beserta konselornya di Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif 5

8 tempat kerja dan fasilitas umum, dan (6) mendorong peran media lokal untuk konsisten menjadi relawan pengawas independen dalam kampanye IMD dan ASI Eksklusif. b) Kepada Calon Organisasi Mitra Pelaksana Kepada OMP yang melakukan advokasi terhadap layanan publik yang berpihak kepada masyarakat marginal dan rentan, perubahan pelayanan publik dengan penguatan kebijakan lokal, pemberi layanan, dan penerima layanan terbukti cost effective, dan mampu mempercepat dan memperkaya gerakan multi unsur dalam komunitas. Mengadopsi dan mengadaptasi materi, alat, dan bahan yang sudah dikembangkan KINERJA sebagai pendekatan program dibidang lain (replikasi dan scaling up) menjadi pilihan yang terbukti membuat perubahan positif dalam waktu 1 2 tahun pendampingan. Kunci keberhasilan dari 2 tahun pendampingan tersebut terjadi karena (1) dilakukannya penguatan personil OMP dengan pendekatan governance KINERJA diawal dan berkesinambungan selama proses pendampingan, yang dapat diperkuat oleh pihak universitas, lembaga diklat, dan Local Champion/STTA; (2) memilih gerakan masyarakat yang sudah mengakar dan aktif di masyarakat. c) Kepada Lembaga Diklat Lembaga yang melakukan pelatihan (Diklat) serta universitas direkomendasikan untuk memasukkan pendekatan governance KINERJA ke dalam kurikulum Diklat dan atau materi pelatihan dengan perspektif gender yang kuat. Mengadopsi dan mengadaptasi materi, alat, dan bahan yang sudah dikembangkan KINERJA ke dalam bahan ajar Diklat yang sudah ada sebagai inovasi Diklat. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan yang sesuai standard dan SOP nasional menjadi kebutuhan yang bersifat segera dan menyeluruh. 6 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

9 BAB 1 PENDEKATAN KINERJA Pendekatan Umum Program KINERJA USAID-KINERJA adalah program bantuan teknis kepada 24 kabupaten/kota di 5 provinsi di Indonesia, yaitu Aceh, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, dan Papua. Program USAID-KINERJA difokuskan pada pengembangan tata kelola pemerintahan khususnya di aspek pelayanan publik pada bidang kesehatan, pendidikan, dan pengembangan iklim usaha yang kondusif. KINERJA menawarkan tiga paket tersebut kepada pemerintah daerah (pemda) kabupaten/kota dengan pendekatan yang komprehensif untuk menguatkan kapasitas dari sisi penyedia layanan maupun pengguna layanan. Harapan KINERJA, pengalaman pemerintah daerah dalam reformasi komprehensif dalam satu-dua layanan publik akan menjadi contoh yang baik agar pemda dapat melakukan sendiri reformasi komprehensif dalam layanan publik lain. KINERJA mendorong perbaikan layanan publik dari dua sisi, yaitu dari sisi pemberi layanan (supply side) dan sisi pengguna layanan (demand side). Dengan adanya intervensi di kedua sisi tersebut, diharapkan upaya untuk mencapai good governance menjadi lebih cepat, berkelanjutan dan dapat direplikasi. Penguatan pada sisi pemberi layanan dilakukan melalui pembangunan kapasitas internal terkait dengan kebijakan, manajemen program, dan pemberi layanan. Penguatan pada sisi pengguna layanan dilakukan dengan membangun kesadaran masyarakat tentang haknya dan memberdayakan mereka agar turut berpartisipasi aktif dalam berbagai aktivitas yang dilakukan oleh pemberi layanan mulai dari perumusan kebijakan, penyusunan rencana, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan/program. KINERJA bekerjasama dengan organisasi yang mempunyai pengalaman, keahlian dan ketrampilan melaksanakan bantuan teknis di kabupaten/kota, yang disebut Organisasi Mitra Pelaksana (OMP). KINERJA mengembangkan sistem dan menyusun program dan OMP mengembangkan strategi dengan menterjemahkan program KINERJA sesuai kondisi lokal seperti bahan yang dipresentasikan di sini. Para fasilitator OMP dilatih sebelum bekerjasama dengan pemda dan dinas kesehatan agar mempunyai kemampuan yang memadai dalam memberikan bantuan teknis bagi daerah mitra KINERJA. Di masa mendatang OMP-KINERJA dan OMP yang baru diharapkan akan menjadi mitra pemerintah daerah setelah program KINERJA berakhir dan mampu memberikan bantuan teknis kepada daerah sebagai bagian dari strategi keberlanjutan dan replikasi. Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif 7

10 Seri Pembelajaran ini bersama modul-modul pelatihan dan bahan lain yang dilampirkan dapat dipakai oleh pemda langsung, dan/atau OMP untuk mengadopsi dan mengadaptasi program KINERJA menjadi lebih berdaya guna. Demikian juga bagi stakeholder yang lain, keberadaan modul ini akan memberi gambaran yang jelas tentang berbagai tahapan program/kegiatan yang membutuhkan keterlibatan dan dukungan para pihak sehingga dapat berperan aktif membantu unit pemberi layanan baik sebagai mediator, advokator, maupun motivator. Inisiatif di Sektor Kesehatan Dalam bidang kesehatan, USAID-KINERJA mendukung Kesehatan Ibu dan Anak sebagai prioritas utama kesehatan nasional jangka panjang dan jangka menengah melalui dua program yaitu (1) Persalinan Aman, dan (2) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif. Kinerja melakukan penguatan terhadap Manajemen Puskesmas melalui perencanaan kegiatan dengan sumber-sumber pendanaan yang tersedia seperti BOK pada tingkat puskesmas dengan keterlibatan aktif Multi Stakeholder Forum (MSF), sehingga menjadi perencanaan layanan kesehatan dasar yang partisipatif, akuntabel, responsif, dan transparan. Inovasi ini menjadi dasar bagi terselenggaranya program Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif yang efektif dan efisien sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM). MSF bidang kesehatan yang beranggotakan unsur-unsur jurnalis warga, media lokal, dinas kesehatan kabupaten/kota, puskesmas, lintas sektor, DPRD, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan masyarakat, dengan keberpihakan kuat terhadap suara perempuan dan kaum muda pada tingkat kabupaten dan kecamatan/ puskesmas telah menjadi penyeimbang supply dan demand side dengan berperan aktif sebagai mediator, advokator, dan motivator. Pengembangan alat dan penerapan Survei Pengaduan dari Pengguna Layanan pada tingkat layanan dasar (puskesmas), yang ditindaklanjuti dalam bentuk Janji Perbaikan Layanan oleh Puskesmas, dan disepakatinya Manajemen Penanganan Keluhan oleh MSF bersama puskesmas dan dinas kesehatan mampu menjadi penghubung yang dinamis antara sisi supply dan demand yang mengarah pada perbaikan kinerja layanan kesehatan yang berkelanjutan, dan sistematis akan meningkatkan pencapaian SPM. Inovasi KINERJA dalam pengelolaan Persalinan Aman melalui inovasi kantong persalinan dan kemitraan bidan dan dukun yang bersifat partisipatif, akuntabel, responsif, dan inovatif. Bidan puskesmas mampu membuat dan menggunakan kantung persalinan sebagai wujud akuntabilitas dan tanggap/siaga dalam menangani Ante- Natal Care (ANC), dan persiapan kegawatdaruratan persalinan. Inovasi mendasar Kemitraan Bidan dan Dukun model KINERJA melalui MoU yang didasarkan atas kesetaraan, kejelasan peran dan tugas antara bidan dan dukun, serta insentif yang layak bagi dukun. Kedua inovasi ini di beberapa daerah mitra KINERJA telah 8 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

11 berkontribusi nyata meningkatkan jumlah persalinan oleh di petugas kesehatan; kesiapsiagaan persalinan oleh bidan; dan pemanfaatan data untuk monitoring serta pemecahan masalah. KINERJA bersama OMP dan dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan penguatan sisi supply dengan menginisiasi pelatihan pendampingan dan konseling IMD dan ASI Eksklusif bagi petugas kesehatan tingkat puskesmas yang sesuai standar dan SOP Kementerian Kesehatan dan WHO. Pada sisi demand, menginisiasi dan menambah jumlah kelas ibu hamil, kelas bapak, dan pojok laktasi. Program KINERJA menginisiasi strategi promosi Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif yang partisipatif, dan membangun kesadaran kritis masyarakat, dan inovatif dari tingkat kabupaten/kota sampai tingkat masyarakat. KINERJA mendukung MSF membuat Peraturan Bupati/Walikota untuk mendukung tatakelola Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif yang mengatur tentang budaya institusi/layanan kesehatan yang ramah terhadap program tersebut, larangan penyediaan susu formula di semua layanan kesehatan, peran masyarakat, pemerintah dan swasta, serta tim monitoring pelaksanaan peraturan bupati/walikota. Berbagai model kampanye Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif dengan pengayaan muatan lokal daerah mitra bermunculan dari MSF, masyarakat, dan petugas kesehatan. Dukungan ini menghasilkan local champion, model insentif pada tingkat supply dan demand, serta strategi promosi yang bernuansa kekayaan lokal akan menjadi salah satu bentuk keberlanjutan program. Prinsip dalam Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif 1. Secara umum Dalam upaya peningkatan pelayanan publik sektor kesehatan khususnya Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif, KINERJA mengacu kepada prinsip-prinsip yang mencerminkan layanan publik yang baik yaitu: Tidak mengembangkan inovasi baru, tapi menggunakan dan mengadopsi pola yang sudah teruji oleh Pemerintah Pusat/Kabupaten/Kota, Universitas, Mitra Pembangunan/donor sebagai, dll. Program dilaksanakan melalui peningkatan kapasitas dan penyebarluasan di daerah/unit pelayanan mitra (replikasi). Dalam rangka mendorong keberlanjutan program, maka dilaksanakan melalui pihak ketiga, disebut Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) dengan mengutamakan sumberdaya/kapasitas lokal. Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif 9

12 Memperkaya pelayanan publik dengan menerapkan aspek governance seperti partisipatif publik, transparansi dan akuntabilitas pemberi layanan, dengan inovasi insentif dan sanksi. KINERJA mendukung program yang sejalan dengan Rencana Pembanguan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategis Sektor Daerah, serta mendukung pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM). 2. Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Dalam Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif, KINERJA menjalankan prinsip di atas dengan memperkuat tiga pilar governance yang ditemukan lemah dan mempunyai daya lenting meningkatkan program yaitu: Membangun komitmen pemerintah daerah dengan memfasilitasi tersedianya kebijakan lokal sebagai payung hukum daerah dan penyediaan anggaran bersumber APBD. Menguatkan supply side dengan membangun budaya organisasi, menyelenggarakan layanan yang sesuai standar dan SOP nasional. Keberadaan SOP teknis dan SOP alur layanan kesehatan menjadi indikator terlaksananya layanan yang berkualitas. SOP disusun dan diterapkan untuk menjamin supply side memberikan layanan sesuai standar baku, sebagai jaminan bagi masyarakat agar memperoleh pelayanan yang berkualitas dan berdampak pada meningkatnya kepuasan pasien. Menguatkan demand side melalui peningkatan pengetahuan dan partisipasi masyarakat dengan membentuk atau merevitalisasi forum masyarakat sehat yang sudah mati suri menjadi MSF. Dikembangkannya model Manajemen Penanganan Keluhan (Complaint Handling Mechanism) yang diawali dengan dilaksanakannya Survei Pengaduan Masyarakat, kemudian menjadi Janji Perbaikan Layanan (service charter) yang ditandatangani oleh kepala puskesmas. Proses ini menjadi bentuk komitmen, transparansi dan akuntabilitas pemberi layanan (Puskesmas) kepada penerima layanan (masyarakat). Dalam advocacy, KINERJA menggunakan MSF sebagai wadah terbangunnya kemitraan dengan lintas sektor (pemerintah dan swasta), kelompok masyarakat, dan media lokal untuk mempunyai kepedulian bersama terhadap isu-isu yang muncul dari hasil Survei Pengaduan, serta melakukan monitoring/pengawasan terhadap implementasi kebijakan lokal dan Janji Perbaikan Layanan. MSF juga melakukan advokasi agar pemerintah daerah menganggarkan dan menyediakan petugas kesehatan yang terampil sesuai SOP nasional dalam melakukan promosi dan konseling tentang pentingnya IMD dan ASI Eksklusif mulai dari pemeriksaan kehamilan (K1 K4) sampai masa persalinan baik di fasilitas kesehatan maupun di rumah. 10 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

13 OMP bersama MSF juga melakukan promosi IMD dan ASI Eksklusif untuk membangun pemahaman dan kesadaran kritis masyarakat, sehingga mereka mau dan berani untuk meminta pelayanan dan penyuluhan IMD dan ASI Eksklusif serta menolak berbagai bentuk promosi susu formula kepada petugas kesehatan (bidan) saat persalinan. Munculnya peran aktif kelompok akar rumput, dan meningkatkan perspektif gender melalui kelompok Bapak serta Remaja Peduli ASI Eksklusif. Untuk meningkatkan cakupan IMD dan ASI Eksklusif untuk mencapai SPM, KINERJA telah mendukung pembuatan Peraturan Bupati/Walikota tentang IMD dan ASI Eksklusif, menginisiasi tersedianya ruang laktasi di fasilitas kesehatan, tempat kerja, dan fasilitas umum sesuai SOP, dan meningkatkan kemitraan dengan lintas sektor, kelompok masyarakat berdasarkan kesetaraan gender, dan media lokal untuk secara kreatif, inovatif, dan simultan mengkampanyekan pentingnya IMD dan ASI Eksklusif kepada semua pihak. Keunikan prinsip KINERJA tersebut layak menjadi hikmah pembelajaran yang cost effective (hemat biaya dan bermanfaat) karena berkontribusi nyata meningkatkan cakupan IMD dan ASI Eksklusif di banyak puskesmas dampingan KINERJA, serta untuk dapat direplikasikan di wilayah lain di Indonesia dengan dukungan berbagai alat dan bahan dalam modul ini. Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif 11

14 BAB 2 PENGALAMAN KINERJA DALAM TATA KELOLA INISIASI MENYUSU DINI DAN ASI EKSKLUSIF Situasi yang Dihadapi di Daerah Meskipun kebijakan pemerintah nasional (melalui dukungan APBN) dan daerah (melalui APBD), serta dukungan lembaga internasional, telah menjadikan program ASI Eksklusif sebagai program prioritas sejak beberapa tahun yang lalu, baru 33,6% bayi di Indonesia yang beruntung mendapat ASI Eksklusif (Susenas, 2010). Bahkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan tren ini menurun. Beberapa penelitian membuktikan bahwa pemberi layanan (fasilitas kesehatan) justru melemahkan upaya peningkatan ASI Eksklusif. Hasil Rapid Assessment dan Kinerja USAID 2012, ditemukan masih banyak rumah sakit pemerintah dan swasta, puskesmas, serta bidan praktik menerima sponsor susu formula dan membagikan hadiah berupa sampel susu formula, tas kit, kalender, ballpoint, blok note, poster, bahkan umrah dan haji. Dari pendampingan KINERJA terungkap bahwa IMD dan ASI Eksklusif sudah menjadi prioritas program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di 19 kabupaten/kota dampingan, namun tidak dibarengi oleh anggaran, aturan yang memberi sanksi kepada petugas yang mempromosikan susu formula, dan budaya organisasi yang tidak mendukung ASI Eksklusif, sehingga cakupan IMD dan ASI Eksklusif tetap rendah bahkan cenderung menurun sesuai konteks di atas. Temuan KINERJA berikutnya, fungsi pemerintah daerah dalam monitoring dan pengawasan pelaksanaan IMD dan ASI Eksklusif, serta larangan susu formula di pelayanan kesehatan dan masyarakat masih lemah. Pemerintah belum terlibat dalam mendorong partisipasi aktif pihak swasta dan masyarakat. Kondisi tersebut 1 Hasil Rapid Assessment 2010, 12 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

15 menyebabkan rendahnya komitmen petugas kesehatan menjalankan program karena menganggap IMD dan ASI Eksklusif adalah program pemerintah pusat. Hasil assesment USAID-KINERJA untuk supply side (sisi pemberi pelayanan) tingkat dinas kesehatan dan puskesmas ke bawah ditemukan: (1) rendahnya anggaran yang mendukung program ASI Eksklusif; (2) bervariasinya komitmen, pemahaman dan keterampilan petugas tentang standar pelayanan IMD dan ASI Eksklusif; (3) terbatasnya waktu dan sarana petugas untuk memberikan konseling dan bimbingan kepada penerima layanan; (3) gencarnya promosi susu formula oleh petugas kesehatan di layanan kesehatan; (4) ketersediaan dan fasilitas ruang laktasi di pelayanan kesehatan terlebih di fasilitas umum belum memadai; dan (5) pendampingan dan pengawasan pada tingkat puskesmas ke bawah jauh dari optimal. Temuan Kinerja tahun 2012, masyarakat tidak menerapkan ASI Eksklusif pada dasarnya karena kurang mengerti manfaat IMD dan ASI Eksklusif. Masih kentalnya budaya memberikan makanan selain ASI segera setelah bayi lahir (misalnya madu) supaya bayi kuat; persepsi yang keliru tentang bayi menangis pasti karena lapar, dan ASI saja tidak cukup dan harus dibantu dengan susu formula atau makanan lembek; masih banyaknya masyarakat membuang kolostrom 2 (susu pertama) karena dianggap basi/rusak; kecenderungan beralih ke susu formula karena dianggap modern dan tidak membuat payudara jatuh; serta malu membuka aurat (payudara) di depan umum. Tantangan terbesar yang ditemui USAID-KINERJA di lapangan adalah rendahnya pengetahuan, keterlibatan, dan pengawasan masyarakat dalam mendukung IMD dan ASI Eksklusif. Tokoh masyarakat, para suami, perempuan yang tidak sedang hamil dan remaja tidak menjadi sasaran penerima informasi tentang manfaat IMD dan ASI Eksklusif, menyebabkan rendahnya dukungan mereka. Padahal keputusan pemberian makanan tambahan bagi bayi banyak dipengaruhi oleh orang yang dituakan dalam keluarga. Sejalan dengan pernyataan Menteri Kesehatan , hanya sekitar 60% masyarakat yang mengetahui informasi tentang ASI. Meskipun dalam PP/No 33/Tahun 2012 tertuang masyarakat secara perorangan, berkelompok, maupun organisasi harus mendukung keberhasilan program ASI Eksklusif. 2 Kolostrom adalah air susu yang berwarna kekuningan dan kental yang dihasilkan oleh kelenjar susu dalam tahap akhir kehamilan dan beberapa hari setelah kelahiran bayi, kolostrum sangat penting bagi bayi karena mengandung banyak gizi dan zat-zat pertahanan tubuh. 3 Hasil Rapid Assessment 2010, Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif 13

16 Bagaimana KINERJA Memulai Inisiatif 1. Komitmen kepala daerah, DPRD, dan pemangku kepentingan Langkah pertama KINERJA di daerah adalah Konsultasi Provinsi sebagai bentuk transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi yang dihadiri oleh pemerintah provinsi bersama lima kabupaten/kota mitra KINERJA dari unsur pimpinan (eselon 2 3) Pemerintah Daerah, Ketua Bappeda, DPRD (Komisi Anggaran, Kesehatan dan Pendidikan), Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, dan Ekonomi. Hasil pertemuan: (1) Kabupaten/Kota memilih satu prioritas dari tiga sektor dukungan KINERJA yaitu Pendidikan, Kesehatan, dan Penguatan Iklim Usaha pada tahun pertama; dan (2) Terbangunnya komitmen Pemerintah Daerah dengan Penandatanganan Nota Kesepakatan (Memorandum of Understanding atau MOU) antara Kepala Daerah dengan Pimpinan KINERJA. Tahap berikutnya di daerah yang memilih bantuan KINERJA di bidang kesehatan dilakukan Konsultasi Tingkat Kabupaten/Kota keseluruh daerah mitra KINERJA dengan metode Diskusi Kelompok Terarah (Focus Group Discussion atau FGD) sebagai bentuk transparansi dan partisipasi pendekatan KINERJA. Konsultasi dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Bappeda dengan peserta pemegang program Dinas Kesehatan, Kepala Puskesmas dan Bidan, Kader Posyandu, Organisasi Masyarakat peduli kesehatan, Organisasi Profesi Pengalaman Kota Makassar tahun (1) Diawali dengan membangun penyadaran dan gerakan dari Kader Posyandu, PKK, Ikatan Bidan Indonesia (IBI), MSF, Bapak Peduli ASI, AINI, Aisyiyah, Ibu Candra Kirana dan Jurnalis Warga terus melakukan sosialisasi mengkampanyekan pentingnya ASI Eksklusif. (2) Pada perayaan Hari jadi Kota Makassar, kelompok tersebut melakukan kampanye bersama pentingnya IMD dan ASI Eksklusif yang digerakkan dan difasilitasi oleh OMP KOPEL serta MSF, dan LPSS. (3) Gerakan tersebut terus menerus baik formal dan non formal melakukan advokasi dan sosialisasi kepada para pengambil keputusan di Kota Makassar sampai akhirnya walikota menyetujui untuk pembuatan Peraturan Walikota tentang ASI Eksklusif. (4) Sebelum program KINERJA, walikota sudah mengkampanyekan gerakan 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) yang didalamnya juga tercakup pentingnya ASI Eksklusif. (5) Setelah Peraturan walikota tentang ASI Eksklusif tersedia, ditindaklanjuti dengan penyusunan modul bagi para penggiat ASI Eksklusif dengan mengadopsi modul dari Kementerian Kesehatan dan WHO dalam bahasa yang mudah dipahami oleh kader masyarakat. 14 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

17 (IDI, IBI), Media, dan Tokoh Masyarakat (Kelompok Agama dan Adat) dengan perspectif gender. Output pertemuan ini diperolehnya (1) isu prioritas dalam Program KIA yang kemudian menjadi IMD dan ASI Eksklusif, dan Persalinan Aman; dan (2) penentuan puskesmas yang akan menjadi dampingan mitra Kinerja sesuai kriteria yang disepakati yaitu puskesmas yang pelayanannya masih kurang, puskesmas terpencil, puskesmas yang sudah cukup bagus. Diskusi informal di daerah dampingan KINERJA dilakukan bersama media (radio, media cetak), staff pemerintahan, DPRD, organisasi profesi untuk mendapatkan gambaran nyata tentang kondisi daerah mitra KINERJA selain data sekunder terkait sosial, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan dari pemerintah daerah. LPSS dan OMP sebagai inisiator, motivator, dan fasilitator, melakukan pendekatan persuasif secara simultan kepada DPRD, Bapeda, pengambil keputusan di Dinas Kesehatan, serta tokoh masyarakat, dan organisasi profesi untuk mendapatkan dukungan moril dan pembiayaan (budget sharing). Unsur ini kemudian menjadi cikal bakal MSF. Pengalaman Kinerja menunjukkan bahwa program IMD dan ASI Eksklusif cukup sukses dibanyak daerah mitra KINERJA bila ada komitmen yang kuat dari pembuat kebijakan, terutama Kepala Daerah, Kepala Dinas Kesehatan, DPRD, Unsur MSF, serta LPSS dan OMP. Pengaturan Pekerjaan KINERJA memulai programnya dengan merekrut tenaga spesialis di bidang pelayanan publik yang disebut dengan Local Public Service Specialist (LPSS) pada tingkat kabupaten/kota. Tugas utama LPSS adalah mengkoordinir program, memfasilitasi OMP untuk dapat menjalankan fungsinya secara optimal dengan Dinas Kesehatan, MSF, dan pemerintah daerah. LPSS bersama OMP bertanggung jawab terhadap mutu capaian program. KINERJA menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil konsultasi daerah. KINERJA menawarkan kegiatan kepada organnisasi lokal dengan proses terbuka melalui beberapa tahap. Pertama, KINERJA mengirimkan konsep tulisan kepada organisasi yang telah teridentifikasi oleh KINERJA. Kemudian menyeleksi organisasi yang memenuhi kriteria. Selanjutnya KINERJA menawarkan proposal. KINERJA membentuk tim penyeleksi proposal, hasil seleksi itu terpilih organisasi mitra pelaksana (OMP). Dukungan KINERJA untuk program IMD dan ASI Eksklusif, dilaksanakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lokal yang disebut Organisasi Mitra Pelaksana (OMP), yang bekerja penuh pada tingkat kabupaten, Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif 15

18 puskesmas, dan masyarakat dalam memfasilitasi pelatihan, lokakarya, dan pendampingan untuk supply side dan demand side terutama MSF. Salah satu kunci keberhasilan KINERJA adalah karena melakukan penguatan kapasitas OMP secara berkala sesuai kebutuhan, sehingga mereka mempunyai kemampuan yang memadai dalam memberikan bantuan teknis bagi daerah mitra KINERJA. Untuk penguatan supply side dalam tehnik IMD dan Konseling ASI Eksklusif, KINERJA kemudian merekrut local champion dengan latar belakang teknis medis untuk mendukung kerja OMP di daerah. Di masa mendatang OMP dan Local Champion (dalam konteks ini adalah SDM lokal yang berfungsi sebagai agen perubahan di sisi supply maupun demand sesuai bidang keahlian masing-masing) diharapkan akan menjadi mitra pendamping pemerintah daerah setelah program KINERJA berakhir sebagai bagian dari strategi keberlanjutan dan replikasi. Oleh karena itu keberadaan Seri Pembelajaran KINERJA ini menjadi penting sebagai panduan praktis pelaku yang berkepentingan kedepan. Untuk dukungan Persalinan Aman, KINERJA bekerjasama dengan lima OMP, yakni: Provinsi Aceh IMPACT (Inspiration for Managing People Action) mendampingi Kota Banda Aceh dan Bener Meriah.. PKPA (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak) mendampingi Aceh Singkil, Aceh Tenggara, dan Simeulue. Provinsi Kalimantan Barat PKBI Kalbar (Perkumpulan Keluarga Berencana Kalimantan Barat) mendampingi Kota Singkawang, Sambas, Melawi, Bengkayang, dan Sekadau. Region Sulawesi KOPEL (Komite Pemantau Legislatif Sulawesi Selatan) mendampingi Kota Makassar dan Bulukumba. FIK ORNOP Sulsel (Forum Informasi dan Komunikasi LSM Sulawesi Selatan) mendampingi Luwu dan Luwu Utara. Provinsi Jawa Timur PKBI Jawa Timur mendampingi Bondowoso. YAPIKMA (Yayasan Pemberdayaan Intensif Kesehatan Masyarakat) mendampingi Kota Probolinggo, Kabupaten Probolinggo, Tulungagung, Jember, dan Bondowoso melanjutkan PKBI Jawa Timur. Yayasan Kesehatan Perempuan (YKP) melakukan penguatan untuk Kesehatan Reproduksi Remaja di Kabupaten Bondowoso. 16 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

19 LPSS dan OMP selalu berkoordinasi dengan jajaran pemerintah daerah melalui Tim Teknis yang terdiri dari unsur-unsur Bappeda, Dinas Kesehatan, Bagian Organisasi, Bagian Keuangan, Badan Kepegawaian Daerah, dan lembaga-lembaga non pemerintah. Tim Teknis ini dibentuk secara resmi dan berdasarkan Surat Keputusan Bupati/Walikota, berperan mengawal kelancaran program KINERJA, advokasi anggaran, dan melakukan monitoring pelaksanaan kegiatan. 2. Pengaturan Pekerjaan Setelah MoU ditandatangi, kemudian dilanjutkan dengan konsultasi kabupaten/kota. Tahap selanjutnya adalah Tim KINERJA yang terdiri atas STTA (Short Term Technical Assistant/tenaga tehnik spesialis jangka pendek - yaitu konsultan dari nasional dan lokal yang dikontrak berdasarkan kebutuhan, berpengalaman dan mempunyai keahlian untuk melakukan pelatihan, pendampingan, on the job training bagi petugas kesehatan di tingkat tertentu, bahkan sampai pada pendampingan petugas di tingkat masyarakat) dan LPSS, melakukan kunjungan ke puskesmas calon dampingan melakukan diskusi kelompok terarah (FGD) bersama kepala puskesmas, bidan, kader, dan tokoh masyarakat. Diskusi ini bertujuan untuk (1) memperkenalkan program governance KINERJA, (2) melakukan penjajakan terhadap komitmen kepala puskesmas dan bidan koordinator, (3) memperoleh informasi langsung dari unit pemberi layanan tentang isu KIA, tantangan dan kendala dalam memberikan layanan KIA, dan (4) serta dukungan yang diharapkan dari KINERJA. Hasil pertemuan ini kemudian menjadi Usulan Rencana Kerja/ Kegiatan paket IMD dan ASI Eksklusif. Tugas STTA di pusat adalah memastikan usulan rencana kerja sejalan dengan RPJMD serta perencanaan dan penganggaran dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Proses Kerja 1. Peran Para Stakeholders Setelah penjaringan aspirasi selesai, KINERJA menyusun paket kegiatan dan mulai menyiapkan TOR serta undangan untuk calon OMP sesuai masukan dari provinsi dan kabupaten/kota mitra. Setelah OMP terpilih, implementasi kegiatan mulai dilakukan sesuai proposal yang disepakati antara KINERJA dan OMP. LPSS membimbing dan memfasilitasi OMP untuk mulai melibatkan SKPD, organisasi profesi, universitas, dan pemerintah daerah, Bappeda, dan media dalam berbagai kegiatan yang akan dilakukan untuk membangun rasa memiliki terhadap program IMD dan ASI Eksklusif selanjutnya. Tahapan ini sangat penting sebagai stimulan/rangsangan untuk membangun peran para pihak seperti: Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif 17

20 Dinas Kesehatan kabupaten/kota (program KIA dan Bina Kesehatan Masyarakat) mendukung sosialisasi IMD dan ASI Eksklusif, dan menyediakan dana pendamping serta narasumber untuk lokakarya, penguatan keterampilan bidan puskesmas dalam pendampingan dan konseling IMD dan ASI Eksklusif, serta melakukan kampanye dan promosi ke masyarakat untuk membangun kesadaran, partisipasi dan kepedulian masyarakat. Unsur di atas kemudian berevolusi (berubah bentuk) menjadi MSF yang berfungsi sebagai motivator, advokator, dan fasilitator bagi Masyarakat. SKPD (sektor terkait), Pemerintah Daerah, dan DPRD. MSF kemudian menjadi tim penyusunan draft peraturan bupati/walikota sampai konsultasi publik, dan monitoring pelaksanaan peraturan tersebut. MSF juga menjadi fasilitator dan motivator ASI Eksklusif. Lintas sektor, universitas, dan pemerintah daerah sudah menjadi bagian dari MSF. DPRD berperan dalam memonitor pelaksanaan program KINERJA, dibeberapa kabupaten/kota DPRD menjadi anggota atau ketua MSF, sebagai advokator internal DPRD dan pihak eksekutif (kepala daerah dan panitia anggaran) untuk memperlancar persetujuan anggaran yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan IMD dan ASI Eksklusif. Pada daerah dimana bupati/walikota mempunyai komitmen yang lebih tinggi dari DPRD, justru peran mereka melakukan advocacy anggaran kepada DPRD seperti di Kabupaten Sambas dan Probolinggo, serta Kota Makassar dan Singkawang. 2. Pelaksanaan Rencana Kerja Program dukungan IMD dan ASI Eksklusif dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: Persamaan persepsi dan membangun komitmen para pihak LPSS mendampingi OMP melakukan inisiasi dan sosialisasi kepada para pihak tentang IMD dan ASI Eksklusif. Proses ini merupakan tahap penting yang bertujuan untuk membangun pemahaman, persepsi, dan kepedulian bersama untuk membangun komitmen awal dalam pelaksanaan program. Pembentukan dan peningkatan kapasitas MSF LPSS bersama OMP memfasilitasi beberapa pertemuan untuk pembentukan MSF dan peningkatan kapasitas MSF untuk mulai memotivasi masyarakat terkait IMD dan ASI Eksklusif. Pertemuan ini bertujuan untuk peningkatan pemahaman MSF tentang pentingnya program IMD dan ASI Eksklusif bagi masyarakat. Berbagi pengalaman dan pemecahan masalah Penguatan MSF dilakukan dengan pertemuan berkala untuk berbagi pengalaman di masyarakat dan mencari pemecahan masalah bersama terhadap temuan dan persoalan di lapangan. Dilanjutkan dengan membuat rencana aksi untuk mendukung pelaksanaan IMD dan ASI Eksklusif. 18 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

21 Advokasi MSF didampingi OMP mengintegrasikan perencanaan MSF ke dinas kesehatan dan puskesmas, bertujuan untuk terjaminnya keberlanjutan program. Strategi advokasi dengan kunjungan ke unit layanan (Puskesmas) untuk berdiskusi dengan manajemen puskesmas. Dengan pendampingan intensif dari Dinas Kesehatan, MSF melakukan advokasi kepada pemerintah daerah untuk ketersediaan peraturan daerah dan anggaran pendukung dalam menjalankan peraturan tersebut. Pelembagaan MSF Beberapa daerah seperti Bengkayang dan Simeulue memilih untuk melegalkan MSF menjadi berbadan hukum. Pilihan ini kemudian memberikan kekuatan hukum bagi MSF dalam mendorong terlaksananya program IMD dan ASI Eksklusif. Proses Perubahan dan Manfaat Perubahan nyata dukungan KINERJA paket IMD dan ASI Eksklusif dapat dilihat di beberapa daerah seperti di Kota Makassar, Kota Singkawang, Kabupaten Sambas, Kota Probolinggo dan Kabupaten Probolinggo, selain juga terjadi secara merata di daerah dampingan KINERJA lainnya. Indikator perubahan yang digunakan adalah sebagai berikut : Dari sisi pemerintah daerah: Tersedianya Peraturan Bupati/Walikota tentang IMD dan ASI Eksklusif sebagai payung hukum, dan dukungan dana APBD untuk melakukan replikasi ke puskesmas di wilayahnya dengan jumlah yang bervariasi di masing-masing daerah. Hasil ini dapat dilihat setelah satu tahun pendampingan. Dari sisi supply: Cakupan IMD dan ASI Eksklusif meningkat tajam setelah enam bulan pendampingan; jumlah dan keterampilan petugas puskesmas yang dilatih IMD dan Konselor ASI sesuai standar nasional meningkat dalam 1 tahun pendampingan; inisiasi ruang laktasi sesuai standar nasional di puskesmas yang ramai pengunjung dalam 1 tahun pendampingan; Dinas Kesehatan dan puskesmas dampingan di daerah ini menolak/tidak lagi bekerjasama dengan susu formula bayi; dan tersedianya tenaga kesehatan lokal yang mampu menjadi pelatih IMD dan Konselor ASI Eksklusif di 4 provinsi mitra dan 5 kabupaten/kota tersebut di atas. Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif 19

22 Dari sisi demand: adanya MSF yang berperan memonitor Janji Perbaikan Layanan; juga secara dinamis dan simultan melakukan pendidikan kritis dengan istilah lokal kepada masyarakat yang menghasilkan strategi unik dan inovatif dari kelompok masyarakat untuk berperan aktif menolong sesama melakukan promosi IMD dan ASI Eksklusif pada tingkat masyarakat seperti kelompok perias pengantin dan pedagang sayur di Kota Probolinggo; Kelompok Bapak, Kelompok Ibu, Kelompok Remaja Peduli ASI di Kota Makassar; dan kelompok Ibu Peduli ASI di Kota Singkawang. Perubahan ini mulai tampak setelah pendampingan KINERJA dan OMP KINERJA selama 1 tahun. Perubahan prilaku masyarakat mulai tampak, dihampir semua puskesmas mitra terjadi peningkatan permintaan untuk Konselor ASI dan Kelas Ibu dari masyarakat. Di Makassar, para ibu yang dahulunya kurang peduli, sekarang mulai memberikan penyuluhan kepada ibu lain yang memberikan susu formula kepada bayinya, sambil menjelaskan manfaat ASI Eksklusif. Di Singkawang, keluarga ibu bersalin mulai meminta layanan IMD kepada bidan saat persalinan, dan menolak ditawarkan contoh-contoh susu formula oleh petugas kesehatan. Pada tingkat Posyandu, kader posyandu juga mulai suka mengajak suaminya untuk ikut promosi ASI Eksklusif. Pengalaman di Kota Makassar dan Singkawang, serta Kabupaten Probolinggo dan Sambas, replikasi IMD dan ASI Eksklusif terus berjalan meskipun KINERJA sudah tidak melanjutkan bantuannya. Hal ini karena komitmen pimpinan daerah di Makassar, dan Sekertaris Daerah Singkawang adalah juga ketua OMP di Singkawang, serta adanya MSF, OMP dan LPSS yang proaktif melakukan lobi ke pemerintah daerah dan DPRD. 20 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

23 BAB 3 MENGATASI TANTANGAN DAN MENCAPAI SUKSES Tantangan Dalam mendukung paket IMD dan ASI Eksklusif, selama 3 tahun pendampingan KINERJA ditemukan tantangan yang berbeda di setiap daerah dan tingkat pemerintahan. Namun yang merata ditemukan bahwa pemahaman pemerintah daerah, DPRD, dan masyarakat tentang manfaat IMD dan ASI Eksklusif masih sangat rendah. Sedangkan petugas kesehatan dari tingkat dinas kesehatan sampai bidan di desa mempunyai pemahaman dan keterampilan yang bervariasi tentang IMD dan ASI Eksklusif karena lemahnya penerapan standar dan SOP nasional. Pada Tingkat Pemerintah Daerah: Belum tegas menerapkan peraturan bupati/walikota khususnya tentang insentif dan sanksi terhadap pemberian susu formula pada tingkat pemberi layanan baik publik maupaun swasta di wilayahnya. Belum optimal menyediakan ruang menyusui sesuai SOP nasional di seluruh layanan kesehatan dan tempat kerja, serta fasilitas umum sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 39 Tahun 2013; PP RI No 33/2012; dan Peraturan Bersama lima Menteri. Advokasi anggaran seringkali tidak sesuai dengan siklus penganggaran berjalan. Pergantian pimpinan daerah kemungkinan diikuti dengan mutasi kepala SKPD dan staff dinas kesehatan, sehingga hubungan kerja dimulai dari awal kembali. Pada Tingkat Dinas Kesehatan dan Puskesmas: Meskipun IMD dan ASI Eksklusif sudah menjadi isu prioritas, namun belum dibarengi dengan alokasi dana. Tidak semua daerah mempunyai pelatih konselor IMD dan ASI Eksklusif yang sesuai standar dan SOP nasional. Adanya personil pada tingkat pengambil keputusan di dinas kesehatan dan puskesmas yang kurang memberikan daya dukung sehingga seringkali menjadi penghambat program. Dinas Kesehatan dan Puskesmas belum yakin bahwa petugas kesehatan (bidan) tidak bekerja sama dengan susu formula bayi di tempat praktik mereka. Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif 21

24 Pada Tingkat MSF, Masyarakat dan Pemberi Kerja: Masih terbatasnya pengetahuan MSF tentang IMD dan ASI Eksklusif, sementara mereka diharapkan berperan mengawal dan melakukan mentoring/pengawasan terhadap Janji Perbaikan Layanan serta memberikan masukan terhadap keluhan masyarakat yang muncul. Masih kentalnya budaya memberi makan bayi segera setelah lahir, dan paradigma bahwa susu formula lebih modern dan gengsi dari ASI Eksklusif. Di wilayah perkotaan, perempuan pekerja dan buruh perusahaan mengalami kesulitan memerah ASI karena belum tersedia tempat perah ASI di tempat kerja. Pada Tingkat OMP: Keterbatasan pengetahuan tentang pendekatan KINERJA dan teknis IMD dan ASI Eksklusif membatasi mereka dalam melakukan pendampingan kepada Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan MSF. Daerah yang terpencil dan berjauhan antara satu puskesmas dengan yang lainnya berdampak rendahnya koordinasi dengan waktu proyek yang sangat pendek. Mengatasi Tantangan Tantangan yang dihadapi KINERJA menjadi praktek baik sebagai pembelajaran diawal bagi pengembang program governance berikutnya. Kendala teknis yang disampaikan di atas sudah banyak terobosan yang diambil oleh KINERJA, namun hambatan budaya masih membutuhkan waktu yang lebih lama. Cerita Sukses Di bawah ini beberapa contoh cerita sukses dari hasil dampingan KINERJA. Ada contoh sukses pelaksanaan program IMD dan ASI Eksklusif di Kota Singkawang, Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Probolinggo. 1. Inisiasi Menyusu Dini di Puskesmas Singkawang Selatan, Kota Singkawang Masyarakat sudah mampu meminta layanan kesehatan Keluarga pasien protes kepada bidan bila ibu tidak dibimbing melakukan IMD saat persalinan. Permintaan terhadap Kelas Ibu Hamil meningkat drastis, tahun 2011 belum ada Kelas Ibu Hamil, menjadi 26 kelas pada 2012, meningkat 28 kelas pada tahun Di banyak tempat, kelas ibu hamil 22 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

25 sudah mampu difasilitasi oleh mantan ibu hamil bersama kader, sehingga mengurangi ketergantung pada bidan/petugas kesehatan. Permintaan terhadap penyuluhan dari konselor ASI meningkat. Cakupan ASI Eksklusif Kota Singkawang juga sudah meningkat. Pada tahun 2011 ketika KINERJA masuk daerah, persentase bayi yang diberikan ASI Eksklusif hanya 22,2%. Cakupannya naik menjadi 38,1% setelah 1 tahun pendampingan (2012), dan meningkat lagi menjadi 48,7% pada tahun Semua persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan wajib diberikan IMD di wilayah Puskesmas Singkawang Selatan. Reformasi kebijakan lokal melalui advokasi oleh MSF. Dinas Kesehatan dan Puskesmas mitra didukung untuk menerapkan aspek governance yaitu partisipasi publik, transparansi dan akuntabilitas, dengan model inovasi model insentif dan sanksi. Adanya Alur Layanan Kesehatan yang dapat dilihat dan dimengerti oleh pengguna layanan. Pemberi layanan/petugas kesehatan mengerti dan terampil menjalankan tugasnya sesuai standar dan SOP teknis nasional. Berfungsinya MSF sebagai wadah partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan, prioritas sumber daya, dan kualitas layanan. Adanya Manajemen Pengelolaan Keluhan yang digerakkan oleh MSF dan pengguna layanan. Program yang mengarah pada pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagai indikator kinerja layanan kesehatan. 2. Bapak Peduli ASI di Kota Makassar Pengalaman Kota Makassar diawali dengan Diskusi Kelompok Terarah (DKT) dengan unsur tokoh masyarakat, bapak-bapak dan DPRD. Setelah mendapat penjelasan pentingnya IMD dan ASI Eksklusif bagi pertumbuhan anak dan kesehatan ibu, bapak-bapak sepakat bahwa ASI bukan hanya tanggung jawab ibu dan petugas kesehatan tetapi juga menjadi tanggung jawab bapak-bapak. Ini awal mereka mengorganisir diri dengan nama Bapak Peduli ASI. Kelompok ini kemudian melakukan serangkaian advokasi kepada DPRD dan Pemerintah Kota untuk membangun komitmen dalam penganggaran dan Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif 23

26 fasilitas pendukung IMD dan ASI Eksklusif. Bapak Peduli ASI juga bekerjasama dengan kelompok imam dan tokoh agama, sampai ada imam yang sering membahas ASI Eksklusif dalam ceramahnya. Hasil advokasi dan komitmen Bapak Peduli ASI sudah mudah dilihat di Kota Makassar. Dari survey awal di wilayah Puskesmas Cenderawasih, hanya 43% ibu sudah sadar terhadap ASI Eksklusif; pada tahun 2014, 80% ibu pasca-bersalin sudah memberikan bayinya ASI Eksklusif. Para ibu juga merasa lebih berani untuk melawan dan menolak susu formula, dan membina ibu lain untuk meminta IMD dan melakukan ASI Eksklusif. 3. ASI Eksklusif di Kabupaten Problinggo Ibu Bupati Probolinggo menjadi Duta ASI Kabupaten Probolinggo dan telah menerbitkan Peraturan Bupati Probolinggo terkait Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif yang disusun secara partisipatif oleh MSF. Penerbitan surat larangan penyediaan susu formula bagi fasilitas kesehatan dan praktek bidan di seluruh Kabupaten Probolinggo. Bupati bersama Dinas Kesehatan aktif melakukan supervisi mendadak (sidak) ke seluruh fasilitas kesehatan dan praktek bidan untuk memeriksa apakah masih menyediakan susu formula, serta memberikan sanksi bagi yang melanggar (bentuk sanksi a.l : ditugaskan di dinas kesehatan selama beberapa waktu). Mencanangkan gerakan penanaman daun katuk yang bermanfaat untuk memperlancar ASI, dan memberikan menu wajib sayur daun katuk bagi ibu melahirkan di Puskesmas dan Rumah Sakit. Bekerjasama dengan swasta untuk menyediakan ruang ASI ditempat kerja. 4. Kampanye ASI Eksklusif di Puskesmas Beji, Kabupaten Tulangagung Sebagai bagian dari kampanye yang lebih luas untuk meningkatkan pemberian ASI, Puskesmas Beji membatalkan perjanjian dengan sebuah perusahaan susu formula. Terhitung sejak bulan Mei 2013, staf puskesmas tidak diizinkan lagi menjadi distributor untuk produk susu formula. Keputusan berani yang diambil oleh kepala puskesmas ini sejalan dengan tuntutan badan pengawasan masyarakat dan juga sesuai dengan peraturan daerah yang baru yang melarang peredaran susu formula di sarana pelayanan kesehatan masyarakat. Pengaruhnya sangat besar. Antara bulan Mei dan Juli, Puskesmas Beji mendapati bahwa persentase ibu yang memberikan ASI eksklusif meningkat dari 54,65% menjadi 87,5%. 24 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Tata Kelola Persalinan Aman. Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA

Tata Kelola Persalinan Aman. Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA Tata Kelola Persalinan Aman Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA 2014 KATA PENGANTAR Panduan Pendampingan ini ditujukan kepada para pihak yang tertarik lebih dalam bagaimana USAID-KINERJA mengimplementasikan

Lebih terperinci

Tata Kelola Persalinan Aman. Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA

Tata Kelola Persalinan Aman. Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA Tata Kelola Persalinan Aman Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA 2014 KATA PENGANTAR Panduan Pendampingan ini ditujukan kepada para pihak yang tertarik lebih dalam bagaimana USAID-KINERJA mengimplementasikan

Lebih terperinci

RINGKASAN TATA KELOLA PERSALINAN AMAN, INISIASI MENYUSU DINI DAN ASI EKSKLUSIF

RINGKASAN TATA KELOLA PERSALINAN AMAN, INISIASI MENYUSU DINI DAN ASI EKSKLUSIF TATA KELOLA PERSALINAN AMAN, INISIASI MENYUSU DINI DAN ASI EKSKLUSIF USAID - KINERJA Gedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807 Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46 Jakarta, 10210 Phone: +62 21 5702820 Fax: +62 21 5702832

Lebih terperinci

Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA

Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA 2014 KATA PENGANTAR Peningkatan pelayanan publik oleh unit pelayanan yang dikelola oleh pemerintah daerah merupakan mandat yang diamanatkan dalam berbagai peraturan

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN Program Promosi Kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat

Lebih terperinci

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik IMPLEMENTED BY RTI INTERNATIONAL AND PARTNERS Ringkasan Eksekutif Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA MODUL MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH KINERJA-USAID Gedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807 Jl. Jend Sudirman

Lebih terperinci

POLICY PAPER Rekomendasi Penerapan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Tahun (Pembelajaran dari Program USAID-KINERJA)

POLICY PAPER Rekomendasi Penerapan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Tahun (Pembelajaran dari Program USAID-KINERJA) POLICY PAPER Rekomendasi Penerapan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Tahun 2015-2019 (Pembelajaran dari Program USAID-KINERJA) Latar Belakang Tulisan ini dimaksudkan untuk mendokumentasikan secara

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi ( P4K ) Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan RI mencanangkan P4K dengan stiker yang merupakan upaya terobosan dalam percepatan

Lebih terperinci

Berbagi Praktik Baik Tata Kelola Kesehatan

Berbagi Praktik Baik Tata Kelola Kesehatan Berbagi Praktik Baik Tata Kelola Kesehatan Kata Pengantar Chief of Party USAID Kinerja Selamat datang di program peningkatan tata kelola pelayanan publik USAID Kinerja. Buku Berbagi Praktik Baik Tata Kelola

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 Rencana Pembangunan TANGGAL Jangka : 11 Menengah JUNI 2013 Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan memainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi yang mengandung sel darah putih, protein dan zat kekebalan yang cocok untuk bayi. ASI membantu pertumbuhan dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN

PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2013-2018 JL. RAYA DRINGU 901 PROBOLINGGO SAMBUTAN

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Term of Reference (ToR) HIBAH PENULISAN ARTIKEL. Inovasi Tatakelola Pemerintahan dalam Pelayanan Publik di Daerah

Term of Reference (ToR) HIBAH PENULISAN ARTIKEL. Inovasi Tatakelola Pemerintahan dalam Pelayanan Publik di Daerah Term of Reference (ToR) HIBAH PENULISAN ARTIKEL Inovasi Tatakelola Pemerintahan dalam Pelayanan Publik di Daerah A. Latar Belakang Gelombang demokratisasi dan desentralisasi telah memaksa pemerintah untuk

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. b. c. Mengingat :

Lebih terperinci

TATA KELOLA DISTRIBUSI GURU SECARA PROPORSIONAL (DGP) Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA

TATA KELOLA DISTRIBUSI GURU SECARA PROPORSIONAL (DGP) Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA Ringkasan Eksekutif TATA KELOLA DISTRIBUSI GURU SECARA PROPORSIONAL (DGP) Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA 2014 KATA PENGANTAR Peningkatan pelayanan publik oleh unit pelayanan yang dikelola oleh pemerintah

Lebih terperinci

2012, No Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu. 2. Air Susu Ibu Eksklusif yang selanju

2012, No Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu. 2. Air Susu Ibu Eksklusif yang selanju No.58, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. ASI Eksklusif. Pemberian. Penggunaan. Susu Formula Bayi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5291) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

Berbagi Praktik Baik Tata Kelola Pendidikan

Berbagi Praktik Baik Tata Kelola Pendidikan Berbagi Praktik Baik Tata Kelola Pendidikan Kata Pengantar Chief of Party USAID Kinerja Selamat datang di program peningkatan tata kelola pelayanan publik USAID Kinerja. Buku Berbagi Praktik Baik Tata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Kerja (Renja) SKPD merupakan dokumen perencanaan dan pendanaan yang berisi program dan kegiatan SKPD sebagai penjabaran dari RKPD dan Renstra SKPD dalam satu

Lebih terperinci

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj IP) DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp. 024-8311729 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji syukur

Lebih terperinci

Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA

Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA 2014 KATA PENGANTAR Peningkatan pelayanan publik oleh unit pelayanan yang dikelola oleh pemerintah daerah merupakan mandat yang diamanatkan dalam berbagai peraturan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KOTA KEDIRI PEMERINTAH KOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TRANSPARANSI DAN PARTISIPASI DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH +- PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MELAWI, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik IMPLEMENTED BY RTI INTERNATIONAL AND PARTNERS Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA MODUL MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH KINERJA-USAID Gedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807 Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46 Jakarta,

Lebih terperinci

TAHAPAN PENGEMBANGAN KLA

TAHAPAN PENGEMBANGAN KLA 7 2012, No.170 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PANDUAN PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA LAYAK ANAK TAHAPAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik

6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 03 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD), RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA

Lebih terperinci

Komite Advokasi Nasional & Daerah

Komite Advokasi Nasional & Daerah BUKU SAKU PANDUAN KEGIATAN Komite Advokasi Nasional & Daerah Pencegahan Korupsi di Sektor Swasta Direktorat Pendidikan & Pelayanan Masyarakat Kedeputian Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015 WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015 TIM PENYUSUN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2014

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

POLICY BRIEF PEKERJAAN RUMAH YANG TIDAK TERSELESAIKAN REKOMENDASI

POLICY BRIEF PEKERJAAN RUMAH YANG TIDAK TERSELESAIKAN REKOMENDASI POLICY BRIEF REKOMENDASI Segera menerbitkan Peraturan Bupati tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Forum Kesehatan Kecamatan yang memuat tujuan, fungsi, pembiayaan, keanggotaan, mekanisme monitoring dan

Lebih terperinci

LAPORAN KOMISI INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT Tahun 2012

LAPORAN KOMISI INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT Tahun 2012 LAPORAN KOMISI INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT Tahun 2012 Komisi Informasi Provinsi Jawa Barat pada awal Tahun 2012 telah melaksanakan pertemuan internal membahas rencana strategis (Renstra) 2011-2015 dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak merupakan potensi dan penerus untuk mewujudkan kualitas dan keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan sejak dini dengan

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Pe

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Pe No.927, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengarusutamaan Gender. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA MATARAM 2016 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016 idoel Tim Penyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah private (RKPD) 1/1/2016 Kota Mataram WALIKOTA MATARAM PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa meningkatnya

Lebih terperinci

Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan. Program Inovasi Desa (PID)

Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan. Program Inovasi Desa (PID) Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan Program Inovasi Desa (PID) 2017 1 Selayang Pandang SOP Percepatan PID Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan Program Inovasi Desa (PID) sebagai langkah

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RETRIBUSI PERSAMPAHAN. Uraikan situasi yang ada sebelum inovasi pelayanan publik ini dimulai

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RETRIBUSI PERSAMPAHAN. Uraikan situasi yang ada sebelum inovasi pelayanan publik ini dimulai PROPOSAL SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RETRIBUSI PERSAMPAHAN Tanggal pelaksanaan inovasi pelayanan publik Wednesday, 01 February 2017 Kategori inovasi pelayanan publik Pelayanan langsung kepada masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKSES DAN KUALITAS LAYANAN DASAR BAGI MASYARAKAT MISKIN DAN RENTAN. 8 Mei 2018

PENINGKATAN AKSES DAN KUALITAS LAYANAN DASAR BAGI MASYARAKAT MISKIN DAN RENTAN. 8 Mei 2018 PENINGKATAN AKSES DAN KUALITAS LAYANAN DASAR BAGI MASYARAKAT MISKIN DAN RENTAN 8 Mei 2018 TENTANG KOMPAK KOMPAK Akronim dari KOlaborasi Masyarakat dan P elaya nan untuk Kesejahteraan KOMPAK merupakan program

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Komp.Perkantoran Pemda Tulang Bawang Jl. Cendana Gunung Sakti Kec. Menggala Kab.Tulang Bawang Provinsi Lampung 34596 Telp (0726)

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA PERATURAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA PERATURAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PANDUAN PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA LAYAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GAWI SABARATAAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 Apa saja prasyaarat agar REDD bisa berjalan Salah satu syarat utama adalah safeguards atau kerangka pengaman Apa itu Safeguards Safeguards

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 3

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 3 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas

Lebih terperinci

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN ACEH SINGKIL DAN TIM KOORDINASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN ACEH TENTANG DUKUNGAN PROGRAM SEDIA UNTUK PENGUATAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

Lebih terperinci

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages Baseline Study Report Commissioned by September 7, 2016 Written by Utama P. Sandjaja & Hadi Prayitno 1 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Sekilas Perjalanan

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

Pelayanan Publik Sektor Pendidikan

Pelayanan Publik Sektor Pendidikan Policy Brief Pelayanan Publik Sektor Pendidikan Tata Kelola Distribusi Guru Proporsional Tata Kelola Bantuan Operasional Satuan Pendidikan Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Tulisan ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG. Buku Saku Dana Desa

LATAR BELAKANG. Buku Saku Dana Desa A LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 1 PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN RENCANA KERJA SATUAN KERJA PEMERINTAH DAERAH BERPERSPEKTIF GENDER KOTA PAREPARE WALIKOTA PAREPARE

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sesungguhnya masih menjadi isu strategis di Indonesia. Tidak hanya di tingkat masyarakat, namun juga pada sisi para pengambil

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa meningkatnya

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT GUBERNUR SULAWESI BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGANGGARAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT,

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG MUSYAWARAH PEMBANGUNAN BERMITRA MASYARAKAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.1312, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Raperda tentang RPJP Daerah dan RPJM Daerah serta Perubahan RPJP

Lebih terperinci

PERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012

PERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012 PERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012 PERUBAHAN UMUM PERUBAHAN 1. Penyebutan Tahun 2012 Perwali dan Lampiran 2. Istilah stakeholder menjadi pemangku kepentingan pembangunan 3. Istilah Persiapan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH Draft 4 GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN FORUM KONSULTASI PUBLIK DI LINGKUNGAN UNIT PENYELENGGARA PELAYANAN

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG)

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG) BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG) BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengintegrasikan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa meningkatnya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TORAJA UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

Program Pelayanan Komprehensif Peduli Ibu dan Anak ( Pelayanan Peduli Bunda )

Program Pelayanan Komprehensif Peduli Ibu dan Anak ( Pelayanan Peduli Bunda ) Program Pelayanan Komprehensif Peduli Ibu dan Anak ( Pelayanan Peduli Bunda ) Nama Inovasi Program Pelayanan Komprehensif Peduli Ibu dan Anak ( Pelayanan Peduli Bunda ) Produk Inovasi Optimalisasi Pelayanan

Lebih terperinci

RUANG MENYUSUI/FASILITAS LAKTASI DI MAL RAMAYANA ALUN-ALUN MALANG KERJA SAMA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG DENGAN PT RAMAYANA LESTARI SENTOSA

RUANG MENYUSUI/FASILITAS LAKTASI DI MAL RAMAYANA ALUN-ALUN MALANG KERJA SAMA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG DENGAN PT RAMAYANA LESTARI SENTOSA RUANG MENYUSUI/FASILITAS LAKTASI DI MAL RAMAYANA ALUN-ALUN MALANG KERJA SAMA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG DENGAN PT RAMAYANA LESTARI SENTOSA Salah satu visi Kota Malang adalah terwujudnya Kota Malang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SABANG, Menimbang : a. bahwa dokumen perencanaan

Lebih terperinci