BAB II TINJAUAN TEORI
|
|
- Yulia Santoso
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN TEORI A. KELUARGA BERENCANA 1. Pengertian Keluarga berencana (KB) adalah upaya untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera. Program Keluarga Berencana (KB) saat ini tidak hanya ditujukan untuk penurunan angka kelahiran namun dikaitkan pula dengan tujuan untuk pemenuhan hak-hak reproduksi, promosi, pencegahan dan penanganan masalah-masalah kesehatan reproduksi seksual, kesehatan dan kesejahteraan ibu, bayi dan anak (BKKBN, 2005). 2. Tujuan umum program KB Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB dimasa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun Sasaran Program KB
2 Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai.sasaran langsung adalah PUS yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepasi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsung adalah pelaksana dan pengolah KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas dan sejahtera. 4. Ruang lingkup program KB Menurut Sri Handayani Ruang lingkup program KB yaitu sebagai berikut: a. Komunikasi Informasi dan Edukasi b. Konseling c. Pelayanan kontrasepsi d. Pelayanan infertilitas e. Pendidikan sex (sex education) f.konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan g. Konsultasi genetic h. Tes keganasan
3 i. Adopsi B. KONTRASEPSI 1. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunakan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilisasi (Sarwono, 2007). 2. Tujuan Penggunaan Kontrasepsi Menurut Saifuddin (2006). Tujuan penggunaan kontrasepsi adalah sebagai berikut : a. Menunda Kehamilan b. Menjarangkan kehamilan c. Mengakhiri kesuburan 3. Syarat Penggunaan Kontrasepsi Syarat syarat kontrasepsi menurut Saifuddin (2006) antara lain sebagai berikut : a. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya b. Lama kerja dapat diukur menurut keinginan c. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan d. Sederhana, sedapat-dapatnya tidak perlu dikerjakan oleh seorang dokter e. Harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas f.dapat menerima pasangan suami istri
4 g. Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang terlambat selama pemakaian. 4. Sasaran Kontrasepsi a. Pasangan usia subur b. Ibu yang mempunyai banyak anak c. Ibu yang mempunyai resiko tinggi terhadap kehamilan. C. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ) 1. Pengertian AKDR adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik halus berbentuk spiral (Lippes Loop) atau berbentuk lain (Cu T 380 A) yang terpasang didalam rahim dengan memakai alat khusus oleh dokter atau bidan (Saifuddin, 2006, p. MK-63). 2. Jenis-jenis AKDR Menurut (Sri Handayani, 2010) jenis AKDR dibagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut: a. AKDR Non Hormonal Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi 2 yaitu: 1) Bentuk terbuka (oven device) Misalnya: LippesLoop, CUT, Cu-7, Marguiles, sping Coil, Multiload, Nova-T
5 2) Bentuk tertutup (close device) Misalnya: Ota-Ring, Atigon, dan Graten Berg Ring. b. AKDR yang mengandung Hormonal 1. Progestasert-T = Alza T a. Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam b. Mengandung 38 mg progesterone dan barium sulfat, melepaskan 65 mg progesteron per hari c. Tabung insersinya berbentuk lengkung d. Daya kerja 18 bulan e. Tehnik insersi : plunging (modified withdrawal) 2. LNG-20 a. Mengandung mg Levonolgestrel, dengan pelepasan 20 mg per hari b. Sedang diteliti di Finlandia c. Angka kegagalan / kehamilan terendah yaitu <0,5 per wanita per tahun
6 d. Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan perdarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya, karena 25% mengalami amenore atau perdarahan haid yang sangat sedikit. 3. Cara Kerja Menurut saifuddin, (2006), MK-75 cara kerja AKDR yaitu sebagai berikut: a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ketuba falopii b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi. d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus. 4. Indikasi Menurut Saifuddin, (2006), MK-76 Indikasi AKDR adalah sebagai berikut: a. Usia reproduktif b. Keadaan nulipara c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang d. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
7 f.setelah terjadi abortus dan tidak terlihat adanya infeksi g. Resiko rendah dari IMS h. Tidak menghendaki metode hormonal i.tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari 5. Kontra Indikasi Menurut Saifuddin, (2006), MK-77 kontra indikasi AKDR adalah sebagai berikut: a. Sedang hamil ( diketahui hamil atau kemungkinan hamil) b. Perdarahan vagina yang tidak diketahui c. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis) d. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri e. Penyakit trofoblas yang ganas f.diketahui menderita TBC pelvic g. Kanker alat genital h. Ukuran rongga rahim kurang dari 8cm 6. Keuntungan
8 Menurut Saifuddin, (2006,) MK-75 Keuntungan AKDR adalah sebagai berikut: a. Sebagai kontrasepsi efektifitasnya tinggi b. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan c. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti) d. Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat. e. Tidak mempengaruhi hubungan seksual f.meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil g. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A) h. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi) j. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir ) k. Tidak ada interaksi dengan obat-obat l.membantu mencegah kehamilan ektopik 7. Kerugian Menurut saifuddin, (2006), MK-75 Kerugian dari AKDR adalah sebagai berikut : a. Efek samping yang mungkin terjadi 1. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan)
9 2. Haid lebih lama dan banyak 3. Perdarahan (spotting) 4. Saat haid lebih sakit b. Komplikasi lain 1. Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan 2. Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemi. 3. Perforasi dinding uterus ( sangat jarang bila pemasangannya benar) c. Tidak mencegah IMS d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yeng sering ganti pasangan e. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR f.prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR. Sering kali perempuan takut saat pemasangan g. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan h. Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri i.akdr dapat keluar dari uterus tanpa diketahui 8. Efek Samping Menurut Sarwono,(2007) efek samping AKDR adalah sebagai berikut : a. Nyeri pada waktu pemasangan b. Kejang rahim, terutama pada bulan-bulan pertama
10 c. Nyeri pelvik, pemberian spasmolitikum dapat mengurangi keluhan ini d. Pingsan dapat terjadi pada pasien dengan predisposisi, untuk keadaan ini dapat diberikan atropin sulfas sebelum pemasangan, untuk mengurangi frekuensi bradikardia dan reflek vasovagal e. Perdarahan diluar haid ( spotting ). f.darah haid lebih banyak ( menoragia) g. Sekret vagina lebih banyak 9. Insersi atau pemasangan AKDR a. Insersi yang tidak baik dari IUD dapat menyebabkan : 1) Ekspulsi 2) Kerja kontrasepsi tidak efektif 3) Perforasi uterus b. keberhasilan insersi tergantung pada beberapa hal, yaitu : 1) Ukuran dan macam IUD beserta tabung inseternya 2) Makin kecil IUD, makin mudah inseternya, makin tinggi ekspulsinya. 3) Makin besar IUD, makin sukar insersinya, makin rendah ekspulsinya. c. Waktu atau saat insersi 1) Insersi interval Insersi ini dapat dilakukan setiap saat dari siklus haid asal kita yakin bahwa calon akseptor tidak dalam keadaan hamil.
11 2) Insersi post-partum Insersi IUD adalah aman dalam beberapa hari post-partum, hanya kerugian paling besar angka kejadian ekspulsi sangat tinggi. 3) Insersi post-abortus 4) Insersi post coital 5) Dipasang maksimal setelah 5 hari senggama tidak terlindungi. d. Teknik insersi ada tiga cara yaitu : 1) Teknik push out : mendorong Lippes loop (bahaya perforasi lebih besar) 2) Teknik withdrawal : menarik Cu IUD 3) Teknik plunging : mencelupkan (progestasert-t) e. Prosedur insersi IUD 1) Jelaskan pada klien prosedur yang akan dilakukan dan inform consent 2) Pastikan klien telah mengosongkan kandung kencingnya 3) Persiapan alat a) Speculum atau cocor bebek b) Tenakulum (penjepit porsio) c) Sounde uterus (untuk mengukur kedalaman uterus) d) Korentang e) Gunting mayo f) Mangkok untik larutan antisepsic g) Sarung tangan steril atau sarung tangan DTT h) Cairan antisepstic
12 i) Kasa atau kapas j) Cairan DTT k) Sumber cahaya yang cukup untuk penerangan servik l) AKDR CuT-308 atau progestasert-t yang masih belum rusak atau terbuka m)bengkok 4) Persiapan tenaga kesehatan 5) Atur posisi pasien di Gyn bed dan lampu penerang 6) Pakai sarung tangan steril 7) Periksa genetalia eksterna (ulkus, pembekakan kelenjar bartholini) 8) Lakukan pemeriksaan inspekulo: pasang spekulum dalam vagina dan perhatikan cairan vagina, sertivitis dan bila ada indikasi lakukan pemeriksaan pap smear 9) Lakukan pemeriksaan dalam bimanual untuk menentukan besar, bentuk, posisi, konsistensi dan mobilisasi uterus, serta untuk menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi atau keganasan dari organ sekitarnya. 10) Lepaskan sarung tangan steril, masukkan ke larutan klorin 0,5% 11) Masukkan lengan AKDR Copper T 380 di dalam kemasan sterilnya 12) Pakai sarung tangan steril atau DTT 13) Pasang kembali spekulum dalam vagina dan lakukan desinveksi endoservik dan dinding vagina
13 14) Pasang tenakulum pada dinding servik atas lakukan tarikan ringan untuk meluruskan dan menstabilkan uterus (untuk mengurangi perdarahan dan resiko perforasi) 15) Lakukan pengukuran dengan sonde uterus untuk menentukan posisi dan kedalaman kavum uteri 16) Atur letak leher biru pada tabung inseter sesuai kedalaman kavum uteri 17) Masukkan tabung inseter dengan hati-hati sampai leher biru menyentuh fundus atau sampai terasa ada tahanan 18) Lepas lengan AKDR dengan menggunakan teknik menarik (Withdrawal technique). Tarik keluar pendorong, setelah lengan lepas, dorong secara perlahan-lahan tabung inseter kadalam kavum uteri sampai leher biru menyentuh servik. 19) Tarik keluar sebagian tebung inseter, potong benang AKDR kira-kira 3-4cm panjangnya. 20) Lepaskan tenakulum dan spekulum 21) Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi, lakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan. 22) Cuci tangan dibawah air yang mengalir 23) Ajarkan pada pasien bagaimana cara memeriksa benang 10. Prosedur pencabutan AKDR a. Jelaskan pada klien tentang prosedur yang akan dilakukan dan inform consent
14 b. Pastikan klien telah mengosongkan kandung kencing c. Persiapan alat 1) Spekulum 2) Korentang 3) Mangkuk untuk larutan antiseptik 4) Sarung tangan steril atau DTT 5) Cairan antiseptik 6) Sumber penerang 7) Tang buaya (tang pontang) 8) Klem lurus d. Persiapan tenaga kesehatan : cuci tangan e. Posisikan pasien di gyn bed dengan lampu penerang f. Pakai sarung tangan steril atau DTT g. Pasang speculum untuk untuk melihat servik dan benang h. Mengusap servik dan vagina dengan larutan antiseptic 2-3 kali i. Jepit benang dideket servik dengan menggunakan klem lurus atau lengkung dan tali benang ditarik pelan-pelan j. Tunjukkan IUD yang berhasil dicabut k. Beri antiseptik, apabila terdapat perdarahan maka pertahankan dengan deep selama 3 menit l. Lepaskan spekulum, bereskan alat, lepas hanscoon dan rendam dilarutan klorin 0,5%.
15 D. PERILAKU KESEHATAN 1. Pengertian Perilaku kesehatan (health behavior) adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Menurut Notoatmodjo (2005, p.43) perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau mahluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari segi biologis semua mahluk hidup termasuk binatang dan manusia, mempunyai aktivitas masing-masing. Manusia adalah sebagai salah satu mahluk hidup mempunyai bentangan kegiatan yang sangat luas, sepanjang kegiatan yang dilakukannya, yaitu antara lain : berjalan-jalan, berbicara, bekerja, menulis, membaca, berpikir dan seterusnya. Secara singkat aktivitas manusia tersebut dikelompokkan menjadi 2, yakni : aktivitas-aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain dan aktivitas yang tidak diamati oleh orang lain (dari luar). 2. Faktor-faktor Perilaku
16 Menurut Notoatmodjo (2005, p.45) perilaku terbentuk didalam diri seseorang dari dua faktor utama yakni : stimulus merupakan faktor dari luar diri seseorang tersebut (faktor eksternal), dan respons merupakan faktor dari diri dalam diri orang yang bersangkutan (faktor internal). Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Sedangkan faktor internal yang menentukan seseorang itu merespons stimulus dari luar adalah: perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti, dan sebagainya. 3. Perilaku Kesehatan Menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2005,p.46) perilaku kesehatan (healthy behavior) adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan bila sakit atau terkena masalah kesehatan. Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003), perilaku dipengaruhi 3 faktor utama, yaitu : a.faktor Predisposisi ( predisposing factors) Faktor predisposisi adalah faktor yang mempermudah dan mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Yang termasuk dalam
17 kelompok ini adalah ilmu pengetahuan, sikap, nilai-nilai budaya, kepercayaan dari orang tersebut tentang dan terhadap perilaku tertentu, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan status ekonomi. Faktor predisposisi dalam penelitian ini adalah: 1) Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan ditujukan untuk menggugah kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan kesehatan baik bagi dirinya sendiri, keluarga, maupun masyarakatnya. Disamping itu pendidikan kesehatan juga memberikan pengertian-pengertian tentang tradisi, kepercayaan masyarakat, dan sebagainya, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan kesehatan (Notoatmodjo, 2003). 2) Tingkat Pengetahuan Pengetahuan adalah Hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
18 Menurut Notoatmodjo (2010), Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu : (a) Tahu (Know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. (b)memahami ( Komprehension) Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. (c) Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. (d)analisis (analysis) Analisis adalah sebagai kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan
19 antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. (e) Sintesis (Syntesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponenkomponen pengetahuan yang dimiliki. (f) Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2003). 3) Ekonomi Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder keluarga dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan
20 mempengaruhi kebutuhan akan informasi yang temasuk kebutuhan sekunder. 4) Paritas Paritas adalah angka-angka yang menunjukkan jumlah anak yang dimiliki PUS yaitu orang anak. 5) Kepercayaan Kepercayaan adalah anggapan atau keyakinan bahwa yang dipercayai itu benar. Kepercayaan disini terkait dengan mitos atau anggapan yang keliru dari ibu dan masyarakat tentang KB AKDR. 6) Nilai dan diinginkan. Nilai adalah konsep dasar mengenai apa yang dipandang 7) Sikap Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata contohnya : sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman
21 seseorang. Seorang akseptor KB dengan alat kontrasepsi IUD mengalami perdarahan. Meskipun sikapnya sudah positif terhadap KB, tetapi ia kemudian tetap tidak mau ikut KB dengan alat kontrasepsi apapun (Notoatmodjo, 2003). b. Faktor Pendukung (enabling factors) Faktor pendukung adalah faktor untuk mendukung terjadinya perilaku tertentu. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah ketersediaan sumber daya kesehatan/fasilitas pelayanan kesehatan, keterjangkauan sumber daya kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya. prioritas dan komitmen pemerintah terhadap kesehatan dan ketrampilan yang berkaitan dengan kesehatan. Tersedia atau tidaknya sarana yang dapat dimanfaatkan adalah hal penting dalam munculnya perilaku seseorang dibidang kesehatan. Berapapun positifnya latar belakang, kepercayaan dan persiapan mental yang dimiliki tetapi jika sarana kesehatan tidak tersedia tentu seseorang tidak akan dapat berbuat banyak dan perilaku kesehatan tidak akan muncul (Maryani,2006). c. Faktor Pendorong (reinforcing factors) Faktor pendorong adalah faktor yang mendorong untuk terjadinya perilaku tertentu. Yang termasuk faktor ini adalah pendapat, dukungan,
22 kritik baik dari keluarga, teman kerja, tokoh masyarakat, tokoh agama, juga dari petugas kesehatan itu sendiri. 1. Keluarga Menurut Bussard dan Ball (1966) Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat hubungannya dengan seseorang. Dikeluarga itu seseorang dibesarkan, bertempat tinggal, berinteraksi satu dengan yang lain, dibentuknya nilai-nilai, pola pemikiran, dan kebiasaanya dan berfungsi sebagai sanksi segenap budaya luar, dan mediasi hubungan anak dengan lingkungannya. Peran keluarga adalah suatu yang diharapkan secara normative dari seorang dalam situasi social tertentu agar dapat memenuhi harapan. Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individudalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, antara lain adalah: a) Ayah
23 Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi rasa aman dalam setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. b) Ibu Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anakanak, pelindung keluarga dan juga mencari nafkah tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. c) Anak Anak berperan sebagai perilaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual. Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungandukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suami atau istri atau dukungan dari saudara kandung
24 Menurut Friedman (1998) dukungan suami dianggap melemahkan dampak stress dan secara langsung memperkokoh kesehatan mental individu dalam keluarga. Keberadaan dukungan suami yang adekuat terbukti berhubungan dengan status kesehatan yaitu timbulnya suatu motivasi bagi istri yang mengarah pada perilaku tertentu. Bentuk dukungan dari suami dapat berupa persetujuan suami pada istri untuk menggunakan AKDR. Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Sedangkan seorang ibu yang tidak mau ikut KB, mungkin karena tidak ada minat dan niat terhadap KB (behavior intencional), atau barang kali tidak ada dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support). Mungkin juga karena kurang atau tidak memperoleh informasi yang kuat tentang KB (accessibility of information) atau mungkin ia tidak mempunyai kebebasan untuk menentukan. Misalnya, harus tunduk kepada suaminya, mertua atau orang lain yang disegani (personal autonomy) ( Notoatmodjo, 2007, p-180). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Nur Musdhalifah (2010) dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi AKDR dapat disimpulkan bahwa
25 ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang AKDR dengan pemilihan metode kontrasepsi AKDR. Dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2010) dengan judul Hubungan karakteristik, Dukungan suami dan pengetahuan ibu dengan perawatan BBL pada primipara dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu mendapatkan dukungan dari suami dalam perawatan bayi baru lahir. B. KERANGKA TEORI Faktor predisposisi Pendidikan Pengetahuan Ekonomi Paritas Kepercayaan Nilai Sikap Faktor pendukung : Ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan Keterjangkauan fasilitas pelayanan kesehatan Faktor pendorong Dukungan suami Perilaku kesehatan yang mempengaruhi rendahnya Akseptor AKDR Gambar 1 Kerangka Teori Sumber : Lawrence W. Green, Health Education Planninga Diagnostic Approach Mayfield Publishing, California, 1980 dalam Notoatmodjo 2007.
26 Keterangan : : diteliti : tidak diteliti C. KERANGKA KONSEP Variabel Bebas Variabel Terikat Pengetahuan Dukungan suami Rendahnya Akseptor AKDR
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat yang terbuat dari bahan yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke
Lebih terperinciPEMASANGAN AKDR. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi
PEMASANGAN AKDR Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Check List No Langkah 1 Konseling awal Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri Anda dan tanyakan tujuan kedatangannya 2
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan cara memberi nasehat perkawinan pengobatan kemandulan, dan penjarangan kelahiran.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Keluarga Berencana (KB 2.1.1 Sasaran Keluaraga Berencana Sasaran dan target yang ingin dicapai dengan program KB adalah bagaimana supaya segera tercapai dan melembaganya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
10 BAB II TINJAUAN TEORI A. Kontrasepsi 1. Pengertian Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi
Lebih terperinciKETERAMPILAN PEMASANGAN DAN PENCABUTAN AKDR
BUKU PANDUAN KETERAMPILAN PEMASANGAN DAN PENCABUTAN AKDR Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Tahun Akademik 2014-2015 Tim Penyusun Dr. dr. Hj. A. Mardiah Tahir, Sp.OG dr. Hj. Retno Budiati Farid, SpOG.K
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efek Samping Kontrasepsi IUD 2.1.1 Pengertian Efek Samping Pengertian efek samping adalah setiap efek yang tidak dikehendaki yang merugikan atau membahayakan pasien (adverse
Lebih terperinciPENCABUTAN AKDR. Untuk menjarangkan kehamilan selama 10 tahun
PUSKESMAS DUMBAYABULAN Tim Penyusun : Felmy S Kude, SKM Sugiyarni Sukardi Amd.Keb Nomor Dokumen: 400/Y.03/07/VI/00 Tanggal Terbit : 12 Juni 2015 A. TUJUAN PROSEDUR PENCABUTAN AKDR Tangggal Revisi : Revisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia dengan jumlah penduduk sebanyak 237 juta jiwa pada tahun 2011 menempati negara dengan jumlah penduduk terpadat ke 4 setelah Cina (1,339,240,000), India
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
1 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Keluarga Berencana Menurut WHO (World Health Organization) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objekobjek tertentu,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Defenisi Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita)
Lebih terperinciCara Kerja : Mencegah masuknya spermatozoa / sel mani ke saluran tuba Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas.
KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD (INTRA-UTERINE DEVICE) Susiana Candrawati B. LEARNING OUTCOME Setelah menjalani kepaniteraan klinik muda ini, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Melakukan pemasangan IUD 2. Melakukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Hanafi Winkjosastro, 2007). Kontrasepsi adalah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti mencegah
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang
Lebih terperinciP E L A T IHA N K E T E R A MP IL A N K L IN IK P E MA S A N G A N DA N P E N C A B U T A N AKDR PKMI PUSAT. d r. A s ri 2.
P E L A T IHA N K E T E R A MP IL A N K L IN IK P E MA S A N G A N DA N P E N C A B U T A N AKDR PKMI PUSAT d r. A s ri 2. PROFIL AKDR 1 A.K.D.R. SUATU ALAT YANG JIKA DISISIPKAN KEDALAM RONGGA RAHIM AKAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Definisi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.
Lebih terperinciALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) PROFIL Sangat efektif,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluarga Berencana 2.1.1 Pengertian Menurut WHO (1970), keluarga berencana adalah program yang bertujuan membantu pasangan suami istri untuk, (1) Menghindari kelahiran yang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara maupun bersifat permanen, dan upaya ini dapat dilakukan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Pengertian Kontrasepsi adalah upaya mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen, dan upaya ini dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Pelayanan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia mengalami suatu keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator pelayanan KB yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma baru Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi atau anti kontrasepsi (Conseption Control) adalah cara untuk mencegah terjadinya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1). dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana 1. Beberapa konsep tentang KB KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,pengobatan kemandulan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN
KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN Dini Rahmayani 1, Ramalida Daulay 2, Erma Novianti 2 1 Program Studi S1 Keperawatan STIKES
Lebih terperinciDAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD
DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD Nama : NPM : Tanggal Ujian : Penguji : 1. Nilai 2 : Memuaskan : Memperagakan langkah langkah atau tugas sesuai Dengan prosedur standar atau pedoman 2. Nilai 1 :
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua perempuan usia reproduksi (Saifuddin, 2006; h. MK-74). IUD Copper T Cu 380 A memiliki panjang 36mm, lebar 32mm,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medis 1. Pengertian IUD Copper T Cu-380 A IUD adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tubektomi dapat berupa pengikatan dan pemotongan, dapat juga Tubektomi
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tubektomi dapat berupa pengikatan dan pemotongan, dapat juga Tubektomi untuk wanita disebut juga sebagai oklusi tuba atau sterilisasi. Indung telur akan menghasilkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA IUD (Intra Uterine Device)/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. IUD (Intra Uterine Device)/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) IUD (Intra Uterine Device) adalah atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan alat kontrasepsi terbuat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara etiomologi, konseling berasal dari bahasa Latin Consilium artinya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konseling 2.1.1 Pengertian Konseling Secara etiomologi, konseling berasal dari bahasa Latin Consilium artinya dengan atau bersama yang dirangkai dengan menerima atau memahami
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation) adalah
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluarga Berencana ( KB ) 2.1.1. Definisi Keluarga Berencana (KB) Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan
Lebih terperinciAspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi
Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi No. Langkah/Kegiatan 1. Persiapan Lakukan konseling dan lengkapi persetujuan tindakan medis. 2. Persiapkan alat,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Metode Pembelajaran Peer Teaching a. Pengertian Metode Pembelajaran Menurut Roestiyah dalam Zain (2010) metode adalah salah satu alat atau cara untuk mencapai
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Keluarga berencana adalah upaya untuk mewujudkan keluarga berkualitas
11 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Keluarga Berencana (KB) Keluarga berencana adalah upaya untuk mewujudkan keluarga berkualitas melalui promosi perlindungan dan bantuan dalam mewujudkan hak-hak reproduksi
Lebih terperinciTingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo, 2011, pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu :
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan berkembangnya berbagai metode kontrasepsi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam mencapai target MDGs (Millennium Development Goals), termasuk negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak negara di berbagai belahan dunia telah berkomitmen secara serius dalam mencapai target MDGs (Millennium Development Goals), termasuk negara Indonesia sampai
Lebih terperinciAspirasi Vakum Manual (AVM)
Aspirasi Vakum Manual (AVM) Aspirasi Vakum Manual (AVM) merupakan salah satu cara efektif evakuasi sisa konsepsi pada abortus inkomplit. Evakuasi dilakukan dengan mengisap sisa konsepsi dari kavum uteri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
Lebih terperinciMedan, Maret 2014 Hormat saya,
Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Fithri Hervianti NIM :101101131 No.Hp : 082376071573 Alamat : Fakultas Keperawatan USU Medan Adalah
Lebih terperinciJENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI
JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN MAL KONDOM AKDR TUBEKTOMI VASEKTOMI PIL INJEKSI IMPLAN JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN NON HORMONAL 1. Metode Amenore Laktasi (MAL) 2. Kondom 3. Alat Kontrasepsi Dalam
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Ibu tentang Kontrasepsi 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ketahun. Jumlah penduduk Indonesia dari tahun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan pada suatu objek tertentu. Penginderaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun Indonesia. merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun 2015. Indonesia merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak, yaitu sebesar 255,993,674
Lebih terperinciAkseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007)
Akseptor Keluarga Berencana 1. Pengertian Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007) 2. Jenis-jenis Akseptor KB a.
Lebih terperinciUpaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) Menurut WHO pengertian keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana 1. Pengertian Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya permasalahan kependudukan, karena Indonesia merupakan negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar pemikiran lahirnya Keluarga Berencana di Indonesia adalah adanya permasalahan kependudukan, karena Indonesia merupakan negara yang jumlah penduduknya berada pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSELING 2.1.1 Definisi Konseling merupakan rangkaian proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian Keluarga Berencana merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2103) menyatakan bahwa angka kehamilan penduduk perempuan 10-54 tahun adalah 2,68 persen, terdapat kehamilan pada umur kurang 15 tahun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengatur jumlah dan jarak anak yang diinginkan yang bertujuan untuk membentuk keluarga kecil yang sesuai dengan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar penanganan masalah kependudukan adalah Undang-undang No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang mengamanatkan bahwa kewenangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah di dunia yang sedang berkembang sudah terbukti dengan jelas, kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap mortalitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kependudukan dan pembangunan keluarga, Keluarga Berencana adalah upaya
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana dan Kontrasepsi 2.1.1 Definisi Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, Keluarga Berencana adalah upaya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Gerakan Keluarga Berencana 1. Keluarga Berencana (KB) Keluarga Berencana merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk menangani masalah kependudukan yang ada. Salah satu progamnya dengan Keluarga Berencana Nasional sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol. jumlah anak dalam keluarga (Suratun,dkk. 2008; 19).
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Definisi Keluarga Berencana Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committee 1970 : keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan
Lebih terperinciSAP KELUARGA BERENCANA
SAP KELUARGA BERENCANA Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan Disusun oleh: 1. ANNISA RAHMATIAH P07120112046 2. FEBRITA LAYSA S. P07120112060 3. RETNO TRI W. P07120112073 4. VINDA ASTRI
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keluarga Berencana Keluarga Berencana ( KB ) adalah suatu program yang dicanangkan pemerintah dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga Berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga
Lebih terperinciTENTANG KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD) DI DESA DONOYUDAN KECAMATAN KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN
1 TENTANG KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD) DI DESA DONOYUDAN KECAMATAN KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana Keperawatan Oleh: NUR
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. permanen (Wiknjosastro, 2005, p.905). Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Penurunan angka kelahiran yang bermakna.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kontrasepsi a. Pengertian Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat sementara dan dapat bersifat permanen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta. kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medis 1. Program Keluarga Berencana a. Pengertian Program Keluarga berencana menurut UU No.10 tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
Lebih terperinciSATUAN ACARA PENYULUHAN KB PASCA PERSALINAN. Disusun Oleh :
SATUAN ACARA PENYULUHAN KB PASCA PERSALINAN Disusun Oleh : Annisatus Sholehah (011112022) Mirantika Rakhmaditya (011112025) I Gusti Ayu Vedadhyanti W.R (011112039) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Kanker Leher Rahim
7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Kanker Serviks a. Pengertian Kanker Leher Rahim Kanker adalah pertumbuhan abnormal dari suatu sel atau jaringan dimana sel atau jaringan tersebut tumbuh dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medis 1. Pengertian Keluarga Berencana Menurut WHO (World Health Organisation) expert Comitte 1970 : keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi 1. Pengertian Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk menentukan jumlah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah satu permasalahannya yaitu masih tingginya pertumbuhan penduduk. Jumlah penduduk tahun 2009 meningkat 1,29%
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. bersifat sementara atau permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan
BAB II TINJAUAN TEORI A. Kontrasepsi 1. Pengertian Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara atau permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang
Lebih terperinciSATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR. : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten
SATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR Pokok Bahasan Sub Bahasan Penyuluh : Keluarga Berencana : KB : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten Hari Tanggal : Waktu : Tempat : Sasaran : TUJUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan latar belakang program Keluarga Berencana (KB) dengan menggunakan metode IUD, rumusan masalah yang timbul, tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, masalah kependudukan merupakan masalah penting yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli kependudukan, baik di Indonesia maupun
Lebih terperinciPENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER
PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER Buku informasi alat kontrasepsi pegangan untuk kader diperuntukkan bagi kader PPKBD dan Sub PPKBD atau Posyandu yang dipelajari secara berdampingan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program KB 2.1.1 Sejarah Program KB di Indonesia Sesungguhnya keluarga berencana bukanlah hal baru, karena menurut catatancatatan dan tulisan-tulisan yang berasal dari Mesir
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMASKONANG KABUPATENBANGKALAN PENELITIAN
1 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMASKONANG KABUPATENBANGKALAN PENELITIAN Oleh: NOVI ANGGRAENI ERLINA DWI DAYANTI AKADEMI KEBIDANAN NGUDIA
Lebih terperinciPerdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan
BAB XXII Perdarahan dari Vagina yang tidak normal Beberapa masalah terkait dengan menstruasi Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan Perdarahan setelah aborsi atau keguguran Perdarahan setelah
Lebih terperincicontoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan
contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan keluhan selama 3 bulan terakhir mengalami perdarahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak permasalahan salah satunya adalah gangguan haid, gangguan haid ini mempunyai manifestasi klinis yang bermacam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tidak. lepas dari masalah kependudukan. Secara garis besar masalahmasalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tidak lepas dari masalah kependudukan. Secara garis besar masalahmasalah pokok di bidang kependudukan yang dihadapi
Lebih terperinciBAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur
BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kontrasepsinya), bentuknya bermacam-macam. sesudah abortus, tidak interaksi dengan obat-obat juga membantu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Hidayati (2009), IUD atau Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah satu alat kontrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran,
Lebih terperinciPERCAKAPAN KONSELING ANTARA BIDAN DENGAN PASIEN TENTANG KB
PERCAKAPAN KONSELING ANTARA BIDAN DENGAN PASIEN TENTANG KB Action 1 Rina : Assalamualaikum wr wb. Masy. : walaikum salam wr wb. Rina : bapak ibu bagaimana kabarnya hari ini? Terima kasih sudah meluangkan
Lebih terperinciPERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS
Suami mempunyai tanggung jawab yang berat. PERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS Suami bertanggung jawab secara sosial, moral dan ekonomi menyangkut : Pencari Nafkah Pelindung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dari tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia terus meningkat. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 adalah 237,6 juta jiwa. Menurut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Siklus menstruasi Haid yaitu keluarnya dari kemaluan perempuan setiap bulan akibat gugurnya dinding rahim karena sel telur tidak dibuahi. Sebenarnay proses yang terjadi adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan "Keluarga Berkualitas 2015" adalah keluarga yang bertaqwa
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam sektor kependudukan dan pembangunan keluarga berkualitas, pemerintah menggelar program keluarga berencana KB dengan paradigma baru program keluarga berencana Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu dari negara berkembang dengan jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara berkembang dengan jumlah penduduk Indonesia yang menempati posisi ke empat di dunia setelah negara Cina, India dan Amerika
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Suami 2.1.1. Pengertian Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (KBBI, 2008). Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Metode Pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan cara-cara atau teknik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran merupakan cara-cara atau teknik pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan materi ajar dan merupakan proses yang sangat penting dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada konferensi kependudukan dunia, yang dilangsungkan di Cairo tahun 1994, sebanyak 179 negara peserta menyetujui bahwa pemberdayaan perempuan, pemenuhan kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2016 mencapai
Lebih terperinci