BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permanen (Wiknjosastro, 2005, p.905). Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Penurunan angka kelahiran yang bermakna.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permanen (Wiknjosastro, 2005, p.905). Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Penurunan angka kelahiran yang bermakna."

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kontrasepsi a. Pengertian Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat sementara dan dapat bersifat permanen (Wiknjosastro, 2005, p.905). b. Tujuan pelayanan kontrasepsi Tujuan pelayanan kontrasepsi menurut Hartanto (2004, p.30) antara lain : 1) Tujuan umum : Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan Keluarga Berencana yaitu dihayatinya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). 2) Tujuan pokok : Penurunan angka kelahiran yang bermakna. c. Daya guna kontrasepsi Menurut Wiknjosastro (2005, p.906) Kontrasepsi terdiri atas 3 daya guna, yaitu : 9

2 10 1) Daya guna teoritis atau fisiologik (theoretical effectiveness) Daya guna teoritis merupakan kemampuan suatu cara kontrasepsi bila dipakai dengan tepat sesuai dengan instruksi dan tanpa kelalaian. 2) Daya guna pemakaian (use effectiveness) Daya guna pemakaian merupakan perlindungan terhadap konsepsi yang ternyata pada kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh faktor ketidak hati-hatian, tidak taat asas, motivasi, keadaan sosial ekonomi budaya, pendidikan dan lain-lain. 3) Daya guna demografik (demographic effectiveness) Daya guna demografik menunjukkan seberapa banyak kontrasepsi yang diperlukan untuk mencegah kelahiran. d. Syarat kontrasepsi Menurut Hartanto (2004, p.36) syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam metode kontrasepsi, antara lain : 1) Aman atau tidak berbahaya. 2) Dapat diandalkan. 3) Sederhana. 4) Murah. 5) Dapat diterima oleh orang banyak. 6) Pemakaian jangka lama (cotinuation rate tinggi).

3 11 e. Faktor-faktor dalam pemilihan metode kontrasepsi Menurut Hartanto (2004, pp.36-37), beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi, diantaranya : 1) Faktor pasangan, merupakan motivasi dan rehabilitas : a) Umur. b) Gaya hidup. c) Jumlah keluarga yang di inginkan. d) Sikap wanita. e) Sikap pria. 2) Faktor kesehatan, merupakan kontraindikasi absolut atau relatif : a) Status kesehatan. b) Riwayat haid. c) Riwayat keluarga. d) Pemeriksaan fisik. e) Pemeriksaan panggul. 3) Faktor metode kontrasepsi, merupakan penerimaan dan pemakaian berkesinambungan : a) Efektivitas. b) Efek samping minor. c) Kerugian. d) Komplikasi yang potensial. e) Biaya.

4 12 2. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/ Intra Uterine Devices (IUD) a. Pengertian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim adalah suatu cara pencegahan kehamilan dengan cara memasukkan alat ke dalam rongga rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang (Saifuddin, 2006, p.mk-74). b. Macam-macam Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Menurut Hartanto (2004, pp ), ukuran dan macammacam IUD antara lain : 1) Un-Medicated IUD a) Lippes loop (1) Diperkenalkan pada tahun 1960-an, dianggap sebagai IUD standar yang terbuat dari polyethylene yaitu plastik inert secara biologik dan ditambah Barium Sulfat. (2) Ada 4 macam IUD Lippes Loop, yaitu : (a) Lippes loop A : Panjang 26,2 mm, lebar 22,2 mm, benang biru, satu titik pada pangkal IUD dekat benang ekor. (b) Lippes loop B : panjang 25,2 mm, lebar 27,4 mm, 2 benang hitam, bertitik 4. (c) Lippes loop C : panjang 27,5 mm, lebar 30,0 mm, 2 benang kuning, bertitik 3.

5 13 (d) Lippes loop D : panjang 27,5 mm, lebar 30,0 mm, 2 benang putih, bertitik 2. (3) Cara insersi : push out (4) Lippes loop dapat dibiarkan in-utero untuk selamalamanya sampai menopause, sepanjang tidak ada keluhan dan persoalan bagi akseptornya. 2) Medicated IUD a) Cooper IUD (1) CuT-200 = Tatum T : panjang 36 mm, lebar 32 mm, mengandung 200 mm 2 Cu ( luas permukaan Cunya), daya kerja 3 tahun, cara insersi withdrawal. (2) CuT-380A = Para Gard : panjang 36 mm, lebar 32 mm, 314 mm 2 kawat Cu pada batang vertikal, 2 selubung Cu seluas masing-masing 33 mm 2 pada masing-masing lengan horisontal, daya kerja 8 tahun, cara insersi withdrawal. (3) Nova-T = Novagard : panjang 32 mm, lebar 32 mm, 200 mm 2 luas permukaan Cu denga inti Ag didalam kawat Cu-nya, daya kerja 5 tahun, cara insersi withdrawal. c. Mekanisme kerja IUD Menurut Hartanto (2004, pp ), ada beberapa mekanisme kerja IUD yang telah diajukan, antara lain :

6 14 1) Timbulnya reaksi radang lokal yang non-spesifik di dalam cavum uteri sehingga implantasi sel telur yang telah di buahi terganggu. 2) Produksi lokal prostaglandin yang meninggi yang menyebabkan terhambatnya implantasi. 3) Gangguan/terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi di dalam endometrium. 4) Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopii. 5) Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri. 6) IUD mencegah spermatozoa membuahi sel telur. 7) Untuk IUD yang mengandung Cu : a) Mengganggu pengambilan estrogen endogenous oleh mucosa uterus. b) Mengganggu jumlah DNA dalam sel endometrium. c) Mengganggu metabolisme glikogen. 8) Untuk IUD yang mengandung hormon Progesterone: a) Gangguan proses pematangan proliferatif-sekreatoir sehingga timbul penekanan terhadap endometrium dan terganggu proses implantasi. b) Lendir serviks yang menjadi lebih kental/tebal karena pengaruh progestin.

7 15 d. Efektivitas IUD Menurut Hartanto (2004, p.207) efektifitas IUD antara lain : 1) Efektivitas dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas yaitu berapa lama IUD tetap tinggal in-utero tanpa ekspulsi spontan, terjadinya kehamilan, pengangkatan/pengeluaran karena alasan medis atau pribadi. 2) Efektivitas dari bermacam-macam IUD tergantung pada: a) IUD-nya : ukuran, bentuk, mengandung Cu atau progesteron. b) Akseptor : umur, paritas, frekuensi senggama. 3) Dari faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan paritas, maka : a) Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan pengeluaran IUD. b) Makin muda usia, makin tinggi angka ekspulsi dan pengeluaran IUD. 4) Use effectiveness dari IUD tergantung pada pasien dan medis, termasuk kemudahan insersi, pengalaman pemasang. e. Keuntungan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Menurut Saifuddin (2006, p.mk-75), keuntungan AKDR antara lain : 1) Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi yaitu 0,6-0,8 kehamilan /100 perempuan dalam 1 tahun pertama.

8 16 2) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan. 3) Metode jangka panjang. 4) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat. 5) Tidak mempengaruhi hubungan seksual. 6) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A). 7) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. 8) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus. 9) Dapat digunakan sampai menopause. 10) Tidak ada interaksi dengan obat-obat. 11) Membantu mencegah kehamilan ektopik. f. Kerugian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Menurut Saifuddin (2006, pp.mk-75-76), kerugian AKDR antara lain : 1) Efek samping yang umum terjadi antara lain : a) Perubahan siklus haid (pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan). b) Haid lebih lama dan banyak. c) Perdarahan antar menstruasi. d) Saat haid lebih sakit.

9 17 2) Komplikasi lain yang terjadi : a) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan. b) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia. c) Perforasi dinding uterus. 3) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS. 4) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan. 5) Sedikit nyeri dan perdarahan terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari. 6) Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. 7) AKDR dapat keluar dari uterus tanpa diketahui. 8) Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. g. Indikasi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Menurut Saifuddin (2006, p.mk-76), indikasi AKDR antara Lain : 1) Usia reproduktif. 2) Keadaan nulipara. 3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang. 4) Tidak menghendaki kontrasepsi hormonal. 5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.

10 18 6) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama. h. Kontraindikasi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Menurut Saifuddin (2006, p.mk-77), kontraindikasi AKDR antara lain : 1) Sedang hamil. 2) Perdarahan vagina yang tidak diketahui. 3) Sedang menderita infeksi alat genital. 4) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri. 5) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm. 6) Kanker alat genital. Menurut Hartanto (2004, p.208), kontraindikasi AKDR antara lain : 1) Kontraindikasi absolut : a) Infeksi pelvis yang aktif, termasuk Gonorrhoe atau Chlamydia. b) Kehamilan. 2) Kontraindikasi relatif kuat : a) Partner seksual yang banyak. b) Partner seksual yang banyak dari partner akseptor IUD. c) Cervicitis akut atau purulent. d) Kelainan darah yang tidak diketahui sebabnya. e) Riwayat kehamilan ektopik.

11 19 3) Keadaan lain yang merupakan kontraindikasi IUD : a) Penyakit katup jantung. b) Keganasan endometrium atau serviks. c) Uterus yang kecil. d) Endometriosis. e) Myoma uteri. f) Polip endometrium. g) Kelainan kongenital uterus. i. Waktu penggunaan AKDR Menurut Saifuddin (2006, p.mk-80), waktu penggunaan AKDR diantaranya : a) Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil. b) Hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid. c) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca persalinan. d) Setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi. e) Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi. f) Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi. j. Prosedur pemasangan AKDR Menurut Saifuddin (2006, pp.pk-3-7), Langkah-langkah pemasangan AKDR adalah :

12 20 1) Menyiapkan peralatan dan instrumen yang akan digunakan untuk pemasangan AKDR antara lain : a) Bivalve speculum (kecil, sedang, besar). b) Tenakulum. c) Sonde uterus. d) Forsep/korentang. e) Gunting. f) Mangkuk untuk larutan antiseptik. g) Sarung tangan steril. h) Cairan antiseptik untuk membersihkan serviks (povidon iodin). i) Kain kassa atau kapas. j) Sumber cahaya yang cukup untuk menerangi serviks. k) Copper T 380A IUD yang masih belum rusak atau terbuka. 2) Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilahkan klien mengajukan pertanyaan. Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasakan sedikit sakit pada waktu pemasangan. Pastikan kandung kemih kosong. 3) Melakukan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah tindakan. 4) Gunakan instrumen dan pakai sarung tangan steril.

13 21 5) Periksa genetalia eksterna (untuk memeriksa adanya pembengkakan kelenjar Bartolin dan kelenjar Skene). Lakukan pemeriksaan spekulum (untuk memeriksa adanya cairan vagina, servisitis). Lakukan pemeriksaan panggul (untuk menentukan besar, posisi, konsistensi dan mobilitas uterus). 6) Lakukan pemeriksaan mikroskopik bila tersedia dan ada indikasi (untuk memeriksa adanya jamur, trikomonas, bakterial vaginosis). 7) Masukkan lengan AKDR Copper T 380A di dalam kemasan sterilnya. 8) Masukkan spekulum, usap vagina dan servik dengan larutan antiseptik. Gunakan tenakulum untuk menjepit serviks (pasang tenakulum secara hati-hati dengan posisi vertikal pada jam 10 atau jam 2). 9) Masukkan sonde uterus secara perlahan-lahan jangan menyentuh dinding vagina atau bibir spekulum untuk menghindari kontaminasi. 10) Pasang AKDR Copper T 380A. Atur letak leher biru pada tabung inserter sesuai dengan kedalaman cavum uteri. Hati-hati memasukkan tabung inserter sampai leher biru menyentuh fundus atau sampai ada tahanan. Lepas lengan AKDR dengan menggunakan teknik menarik (withdrawal technique). Tarik keluar pendorong. Setelah lengan AKDR lepas, dorong secara

14 22 perlahan-lahan tabung inserter kedalam cavum uteri sampai leher biru menyentuh serviks. Tarik keluar sebagian tabung inserter, potong benang AKDR kira-kira 3 4 cm panjangnya. 11) Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum melepas sarung tangan. 12) Lakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan dengan segera setelah selesai pakai ke dalam larutan klorin 0,5%. 13) Ajarkan pada klien bagaimana memeriksa benang AKDR. Minta klien menunggu di klinik selama menit setelah pemasangan AKDR. k. Jadwal kontrol Menurut Saifuddin (2006, p.mk-80) jadwal kontrol AKDR yang harus diperhatikan adalah : 1) Setelah 4 sampai 6 minggu pemasangan AKDR. 2) Selama bulan pertama mempergunakan AKDR, periksalah benang AKDR secara rutin terutama setelah haid. 3) Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan benang setelah haid apabila mengalami : a) Kram/kejang di perut bagian bawah. b) Perdarahan (spotting) diantara haid atau setelah senggama. c) Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami tidak nyaman selama melakukan hubungan seksual.

15 23 4) Dapat kembali ke klinik apabila : a) Tidak dapat meraba benang AKDR. b) Merasakan bagian bawah keras dari AKDR. c) AKDR terlepas. d) Siklus terganggu. e) Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang merugikan. f) Adanya infeksi. l. Prosedur pencabutan AKDR Menurut Saifuddin (2006, p.pk-12), langkah-langkah pencabutan AKDR adalah : 1) Menyiapkan peralatan yang digunakan antara lain : a) Bivalve speculum (kecil, sedang, besar). b) Forsep/korentang. c) Mangkuk untuk larutan antiseptik. d) Sarung tangan steril. e) Cairan antiseptik untuk membersihkan serviks yaitu povidon iodin. f) Kain kasa atau kapas. g) Sumber cahaya yang cukup untuk menerangi serviks. 2) Menjelaskan kepada klien apa yang dilakukan dan dipersilahkan klien untuk bertanya. 3) Melakukan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan setelah tindakan.

16 24 4) Gunakan instrumen dan pakai sarung tangan steril. 5) Memasukkan spekulum untuk melihat serviks dan benang AKDR. 6) Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali. 7) Mengatakan pada klien bahwa sekarang akan dilakukan pencabutan. Meminta klien untuk tenang dan menarik nafas panjang. Pencabutan normal : jepit benang didekat serviks dengan menggunakan klem lurus atau lengkung yang sudah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril dan tarik benang pelanpelan, tidak boleh menarik dengan kuat. AKDR biasanya dapat dicabut dengan mudah. Untuk mencegah benangnya putus, tarik dengan kekuatan tetap dan cabut AKDR dengan pelan-pelan. Bila benang putus saat ditarik tetapi ujung AKDR masih dapat dilihat maka jepit ujung AKDR tersebut dan tarik keluar. Pencabutan sulit : bila benang AKDR tidak tampak, periksa pada kanalis servikalis dengan menggunakan klem lurus atau lengkung. Bila tidak ditemukan pada kanalis servikalis, masukkan klem atau alat pencabut AKDR ke dalam Kavum uteri untuk menjepit benang atau AKDR. Bila sebagian AKDR sudah tertarik keluar tetapi kemudian mengalami kesulitan menarik seluruhnya dari kanalis servikalis, putar klem pelanpelan sambil tetap menarik selama klien tidak merasa sakit. Bila

17 25 dari pemeriksaan bimanual didapatkan sudut antara uterus dengan kanalis servikalis sangat tajam, gunakan tenakulum untuk menjepit serviks dan lakukan tarikan ke bawah dan ke atas dengan pelan-pelan dan hati-hati, sambil memutar klem. 8) Pasang AKDR yang baru bila klien menginginkan dan kondisinya memungkinkan. 9) Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum melepas sarung tangan. 10) Lakukan dekontaminasi alat-alat dan dan sarung tangan dengan segera setelah selesai dpakai kedalam larutan klorin 0,5%. 3. Minat a. Pengertian Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Minat lebih tetap (persisten) karena minat memuaskan kebutuhan yang penting dalam kehidupan seseorang. Semakin kuat kebutuhan ini, semakin kuat dan bertahan pada minat tersebut. Semakin sering minat di ekspresikan dalam kegiatan, semakin kuatlah minat tersebut. Minat akan padam apabila tidak disalurkan (Hurlock, 2002, p.114). Minat adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu. Minat merupakan kekuatan dari dalam dan tampak dari luar

18 26 sebagai gerak gerik dalam menjalankan fungsinya. Minat berhubungan erat dengan pikiran dan perasaan (Purwanto, 1998, p.60). b. Proses Minat Menurut Purwanto (1998, p.60) proses minat terdiri dari : 1) Motif yaitu alasan, dasar dan pendorong. 2) Perjuangan motif, dimana sebelum mengambil keputusan di dalam batin terdapat beberapa motif yang bersifat luhur dan rendah serta harus dipilih. 3) Keputusan yaitu pemilihan motif-motif yang ada dan meninggalkan kemungkinan yang lain, sebab tidak mungkin seseorang memiliki keinginan yang bermacam-macam pada waktu yang sama. 4) Bertindak sesuai dengan keputusan yang diambil. c. Aspek Minat Menurut Hurlock (2002, pp ) minat mempunyai dua aspek, yaitu : 1) Aspek kognitif Konsep yang membangun aspek kognitif minat didasarkan pada pengalaman pribadi dan apa yang dipelajari di rumah, di masyarakat serta dari berbagai media massa. Aspek kognitif minat berupa keuntungan dan kepuasan pribadi yang dapat diperoleh dari minat itu.

19 27 2) Aspek afektif Aspek afektif atau bobot emosional konsep yang membangun aspek kognitif minat dapat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan oleh minat tersebut. Aspek afektif berkembang dari pengalaman pribadi dan sikap orang yang penting terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut serta dari sikap yang dinyatakan dari berbagai media massa terhadap kegiatan itu. Menurut (Hurlock, 2002, p.118) aspek afektif lebih penting dari pada aspek kognitif karena ada dua alasan, yaitu : 1) Aspek afektif mempunyai peran lebih besar dalam memotivasi tindakan dari pada aspek kognitif. Bobot emosional positif dari minat memperkuat minat dalam tindakan begitu pula sebaliknya. 2) Aspek afektif minat yang sudah terbentuk akan lebih tahan terhadap perubahan dibandingkan dengan aspek kognitif. Untuk mengubah aspek afektif minat sangat sulit. Oleh sebab itu, pengaruh minat pada perilaku dan pada penyesuaian pribadi dan sosial dalam perkembangan minat, harus lebih banyak diberikan pada pengembangan bobot emosional positif dari pada aspek kognitifnya (Hurlock, 2002, p.118).

20 28 d. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat Menurut Totok Santoso (dalam Ahmad Muhajir, 2007, pp.13-14) terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tumbuh kembangnya minat, antara lain : 1) Motivasi dan cita-cita Adanya cita-cita dan dukungan motivasi yang kuat dari diri seseorang, maka dapat membesarkan minat orang itu terhadap suatu obyeknya. Apabila cita-cita dan motivasi tidak ada, maka minat sulit ditumbuhkan. 2) Sikap terhadap suatu obyek Sikap senang terhadap obyek, dapat membesarkan minat seseorang terhadap obyek tersebut. Apabila sikap tidak senang terhadap obyek, maka akan memperkecil minat seseorang terhadap obyek tersebut. 3) Keluarga Dukungan dari keluarga yaitu suami dan orang tua serta keadaan sosial ekonomi dan pendidikan dapat mempengaruhi minat seseorang terhadap obyek tertentu. 4) Fasilitas Tersedianya fasilitas yang mendukung yaitu fasilitas kesehatan, sarana prasarana maka akan memperbesar minat seseorang terhadap obyek tertentu.

21 29 5) Teman pergaulan Teman pergaulan yang mendukung, maka teman tersebut dapat meningkatkan minat seseorang. Apabila teman pergaulan tidak mendukung, maka akan menurunkan minat seseorang. e. Pengukuran minat Menurut Nurkancana dan Sumartana (dalam Tomy Darmawan, 2007) terdapat beberapa metode pengukuran minat yaitu : 1) Observasi Pengukuran minat dengan metode observasi mempunyai keuntungan karena dapat mengamati dalam kondisi yang wajar, tidak dibuat-buat. Observasi dapat dilakukan dalam setiap situasi dan pencatatan hasil observasi dapat dilakukan selama observasi berlangsung. 2) Interview Pelaksanaan interview biasanya lebih baik dilakukan dalam situasi yang tidak formal, sehingga percakapan akan lebih dapat berlangsung bebas. 3) Angket atau kuesioner Angket atau kuesioner jauh lebih efisien dalam penggunaan waktu. Isi pertanyaan dalam kuesioner pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan pertanyaan dengan menggunakan metode interview.

22 30 4) Inventori Inventori adalah suatu metode untuk mengadakan pengukuran sejenis kuesioner. Perbedaannya dalam kuesioner responden menulis jawaban yang relatif panjang, sedangkan inventori responden memberi jawaban dengan memberi tanda cek, lingkaran atau tanda yang lain yang berupa jawaban-jawaban singkat. Metode pengukuran minat dalam penelitian ini menggunakan metode angket atau kuesioner, karena metode ini sangat efektif dan efisien dalam penggunaan waktu. 4. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan adalah hasil dari tahu, hal ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Pengetahuan manusia sebagian besar diperoleh melalui indra penglihatan (mata) dan indra pendengaran (telinga). Pengetahuan (kognitif) merupakan domain penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behaviour). Perilaku akan lebih langgeng apabila didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007, pp ).

23 31 Di dalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan sebelum orang tersebut mengadopsi perilaku baru. Proses tersebut yaitu : 1) Awareness (Kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari atau mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek). 2) Interest (merasa tertarik), yaitu orang tersebut sudah mulai tertarik terhadap stimulus. 3) Evaluation (menimbang-nimbang), dimana sikap orang tersebut sudah lebih baik yaitu dengan menimbang-nimbang baik tidaknya stimulus bagi dirinya. 4) Trial (percobaan), yaitu orang tersebut telah mencoba perilaku baru. 5) Adoption (mengadopsi), dimana orang tersebut sudah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2007, p.140). Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2007, p.140).

24 32 b. Tingkat pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007, pp ), dalam domain kognitif pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, yaitu : 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk pengetahuan tingkat ini yaitu mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Dengan demikian, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2) Memahami (comprehension) Memahami yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap obyek yang dipelajari. 3) Aplikasi (aplication) Aplikasi yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode dan prinsip dalam situasi yang lain.

25 33 4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitan satu sama lain. 5) Sintesis (synthesis) Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang telah ada atau menggunakan kriteria yang ditentukan sendiri (Notoatmodjo, 2007, pp ). c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Wawan dan Dewi (2010, p.16-18) terdapat faktorfaktor yang bisa mempengaruhi pengetahuan, diantaranya : 1) Faktor Internal a) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

26 34 kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. b) Pekerjaan Pekerjaan bukan sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. c) Umur Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa. 2) Faktor Eksternal a) Faktor lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. b) Sosial budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

27 35 d. Pengukuran pengetahuan Pengetahuan dapat diukur dengan cara wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007, p.142). Jumlah nilai pengetahuan dapat dikategorikan menjadi : 1) Kurang baik = jika nilai <60% 2) Cukup = jika nilai antara 60 75% 3) Baik = jika nilai >75% (Arikunto, 2006, p.344). 5. Perilaku a. Pengertian Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007, p.133). b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Faktor keputusan konsumen untuk menggunakan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim tidak terlepas dari faktor perilaku yang dimiliki oleh masing-masing individu. Menurut Lawrence Green (1980, dalam Notoatmodjo, 2007, pp.16), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu : 1) Faktor Predisposisi (Predisposing Factor) Faktor predisposisi ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan

28 36 masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. 2) Faktor pemungkin (Enabling Factor) Faktor pemungkin atau yang disebut faktor pendukung ini mencakup ketersediaan sarana prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Misalnya tersedianya puskesmas, rumah sakit, bidan, dokter dan sebagainya. 3) Faktor Penguat (Reinforcing Factor) Faktor penguat atau faktor pendorong ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan. Berdasarkan perilaku dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, konsumen akan memutuskan untuk menggunakan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim. Proses penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim oleh masyarakat dapat djelaskan oleh Anderson (1974, dalam Notoatmodjo, 2007, pp ) bahwa dalam pelayanan kesehatan terdapat 3 kategori yaitu : 1) Karakteristik Predisposisi (Predisposing Characteristics) Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan Alat kontrasepsi yang berbeda-beda. Karakteristik predisposisi ini dibagi dalam 3 kelompok, yaitu :

29 37 a) Ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur. b) Struktur sosial, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan atau ras. c) Manfaat-manfaat kesehatan, seperti keyakinan terhadap pelayanan kesehatan yaitu dokter, bidan. 2) Karakteristik pendukung (Enabling Characteristics) Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, individu tidak akan bertindak untuk menggunakannya, kecuali bila individu mampu menggunakannya. Penggunaan pelayanan kesehatan tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar. Misalnya penggunaaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim, apabila konsumen mampu untuk membayar maka konsumen akan menggunakan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim tersebut. 3) Karakteristik Kebutuhan (Need Characteristics) Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan. Misalnya apabila predisiposisi dan pendukung itu ada, maka seseorang akan menggunakan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim.

30 38 6. Masa Nifas / Post partum a. Pengertian Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil (Mochtar, 2002, p.115). Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Wiknjosastro, 2005, p.237). b. Perubahan masa nifas Menurut Varney (2007), terdapat perubahan pada masa nifas yaitu : 1) Uterus Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran desidua/endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan placenta yang ditandai dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan pada lokasi uterus juga ditandai dengan warna dan jumlah lochea. 2) Lochea Lochea mulai terjadi pada jam-jam pertama post partum berupa secret kental dan banyak. Berturut-turut, banyaknya lochea berkurang, yaitu berjumlah sedang (berupa lochea rubra), berjumlah sedikit (berupa lochea serosa) dan berjumlah sangat sedikit (berupa lochea alba).

31 39 3) Vagina dan perineum Segera setelah kelahiran, vagina tetap terbuka lebar, mungkin mengalami beberapa derajat edema dan memar dan celah pada introitus. Setelah satu sampai dua hari postpartum, tonus otot vagina kembali, celah vagina tidak lagi oedem, sekarang vagina menjadi berdinding lunak, lebih besar dari biasanya dan umumnya longgar. Ukurannya menurun, dengan kembalinya rugae sekitar minggu ketiga post partum. Ruang vagina sedikit lebih besar dari pada sebelum kelahiran pertama. 4) payudara pengkajian payudara pada periode awal post partum meliputi penampilan dan integritas putting susu, memar atau iritasi jaringan payudara karena posisi bayi pada payudara, adanya kolostrum, apakah payudara terisi air susu dan adanya sumbatan duktus, kongesti dan tanda-tanda mastitis potensial. c. Periode masa nifas Menurut Mochtar (2002, p.115), periode masa nifas antara lain : 1) Puerperium Dini Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

32 40 2) Puerperium Intermedial Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu. 3) Remote Puerperium Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan. d. Involusi alat-alat kandungan Menurut Mochtar (2002, pp ), terdapat involusi alat-alat kandungan yaitu : 1) Uterus Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil, yaitu setelah bayi lahir, tinggi fundus uteri setinggi pusat. Setelah uri lahir, tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat. 1 minggu post partum, tinggi fundus uteri pertengahan pusat simpisis. 2 minggu post partum, tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis. 8 minggu post partum tinggi fundus uteri sebesar normal. 2) Bekas implantasi uri Placenta bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu

33 41 menjadi menjadi 3,5 cm. Pada minggu ke enam 2,4 cm dan akhirnya pulih. 3) Luka-luka Pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari. 4) Rasa sakit Rasa sakit (after pains) yaitu merian atau mules-mules disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. 5) Lochea Adalah cairan yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Terdapat macam-macam lochea yaitu : a) Lochea rubra : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium selam 2 hari pasca persalinan. b) Lochea sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan. c) Lochea serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan. d) Lochea alba : cairan putih, setelah 2 minggu. e) Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah, berbau busuk. f) Lochiostatis : lochea yang keluarnya tidak lancar.

34 42 6) Servik Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadangkadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari. 7) Ligamen-ligamen Ligamen, fasia dan diagfragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan. Setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor. e. Perawatan pasca persalinan Menurut Mochtar (2002, pp ), perawatan pasca persalinan antara lain : 1) Mobilisasi Lelah sehabis persalinan, ibu harus istirahat tidur telentang selam 8 jam pasca persalinan. Boleh mring-miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jaln-jalan, hari ke 4 atau ke 5 diperbolehkan pulang.

35 43 2) Diet Makanan harus bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makanmakanan yang mengandung banyak cairan, protein, sayur-sayuran dan buah-buahan. 3) Miksi Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. 4) Defekasi Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit BAB dapat diberikan obat laksans per oral atau per rectal. 5) Perawatan payu dara Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan menyusui bayinya. 6) Laktasi Untuk menghadapi masa laktasi sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan pada kelenjar mamma.

36 44 B. Kerangka Teori Kerangka teori merupakan rangkaian teori yang mendasari topik penelitian (Saryono & Ari Setiawan, 2010, p.54). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu post partum dengan minat pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan : Faktor Internal : 1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Umur Minat Pemakaian AKDR Faktor Eksternal : 1) Lingkungan 2) Sosial budaya Bagan 2.1 Kerangka Teori Sumber : Modifikasi Wawan dan Dewi (2010), Anderson (1974)

37 45 C. Kerangka Konsep berikut : Berdasarkan kerangka teori, dapat dibuat kerangka konsep sebagai Variabel Bebas Tingkat pengetahuan ibu postpartum Variabel Terikat Minat pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Bagan 2.2 kerangka konsep D. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan (Sugiyono, 2011, p.64). Ha = Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu post partum dengan minat pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat yang terbuat dari bahan yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke

Lebih terperinci

PEMASANGAN AKDR. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

PEMASANGAN AKDR. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi PEMASANGAN AKDR Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Check List No Langkah 1 Konseling awal Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri Anda dan tanyakan tujuan kedatangannya 2

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 10 BAB II TINJAUAN TEORI A. Kontrasepsi 1. Pengertian Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi

Lebih terperinci

Cara Kerja : Mencegah masuknya spermatozoa / sel mani ke saluran tuba Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas.

Cara Kerja : Mencegah masuknya spermatozoa / sel mani ke saluran tuba Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas. KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD (INTRA-UTERINE DEVICE) Susiana Candrawati B. LEARNING OUTCOME Setelah menjalani kepaniteraan klinik muda ini, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Melakukan pemasangan IUD 2. Melakukan

Lebih terperinci

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD Nama : NPM : Tanggal Ujian : Penguji : 1. Nilai 2 : Memuaskan : Memperagakan langkah langkah atau tugas sesuai Dengan prosedur standar atau pedoman 2. Nilai 1 :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Keluarga Berencana (KB 2.1.1 Sasaran Keluaraga Berencana Sasaran dan target yang ingin dicapai dengan program KB adalah bagaimana supaya segera tercapai dan melembaganya

Lebih terperinci

PENCABUTAN AKDR. Untuk menjarangkan kehamilan selama 10 tahun

PENCABUTAN AKDR. Untuk menjarangkan kehamilan selama 10 tahun PUSKESMAS DUMBAYABULAN Tim Penyusun : Felmy S Kude, SKM Sugiyarni Sukardi Amd.Keb Nomor Dokumen: 400/Y.03/07/VI/00 Tanggal Terbit : 12 Juni 2015 A. TUJUAN PROSEDUR PENCABUTAN AKDR Tangggal Revisi : Revisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia dengan jumlah penduduk sebanyak 237 juta jiwa pada tahun 2011 menempati negara dengan jumlah penduduk terpadat ke 4 setelah Cina (1,339,240,000), India

Lebih terperinci

KETERAMPILAN PEMASANGAN DAN PENCABUTAN AKDR

KETERAMPILAN PEMASANGAN DAN PENCABUTAN AKDR BUKU PANDUAN KETERAMPILAN PEMASANGAN DAN PENCABUTAN AKDR Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Tahun Akademik 2014-2015 Tim Penyusun Dr. dr. Hj. A. Mardiah Tahir, Sp.OG dr. Hj. Retno Budiati Farid, SpOG.K

Lebih terperinci

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi No. Langkah/Kegiatan 1. Persiapan Lakukan konseling dan lengkapi persetujuan tindakan medis. 2. Persiapkan alat,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan cara memberi nasehat perkawinan pengobatan kemandulan, dan penjarangan kelahiran.

Lebih terperinci

Aspirasi Vakum Manual (AVM)

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Aspirasi Vakum Manual (AVM) Aspirasi Vakum Manual (AVM) merupakan salah satu cara efektif evakuasi sisa konsepsi pada abortus inkomplit. Evakuasi dilakukan dengan mengisap sisa konsepsi dari kavum uteri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Hanafi Winkjosastro, 2007). Kontrasepsi adalah

Lebih terperinci

ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM

ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) PROFIL Sangat efektif,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Implant 1. Pengertian Kontrasepsi Implant Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002). Implant adalah suatu alat kontrasepsi

Lebih terperinci

Referat Fisiologi Nifas

Referat Fisiologi Nifas Referat Fisiologi Nifas A P R I A D I Definisi Masa Nifas ialah masa 2 jam setelah plasenta lahir (akhir kala IV) sampai 42 hari/ 6 bulan setelah itu. Masa Nifas adalah masa dari kelahiran plasenta dan

Lebih terperinci

P E L A T IHA N K E T E R A MP IL A N K L IN IK P E MA S A N G A N DA N P E N C A B U T A N AKDR PKMI PUSAT. d r. A s ri 2.

P E L A T IHA N K E T E R A MP IL A N K L IN IK P E MA S A N G A N DA N P E N C A B U T A N AKDR PKMI PUSAT. d r. A s ri 2. P E L A T IHA N K E T E R A MP IL A N K L IN IK P E MA S A N G A N DA N P E N C A B U T A N AKDR PKMI PUSAT d r. A s ri 2. PROFIL AKDR 1 A.K.D.R. SUATU ALAT YANG JIKA DISISIPKAN KEDALAM RONGGA RAHIM AKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah di dunia yang sedang berkembang sudah terbukti dengan jelas, kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap mortalitas

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum. Niken Andalasari

Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum. Niken Andalasari Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Niken Andalasari Periode Post Partum Periode post partum adalah masa enam minggu sejak bayi baru lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum

Lebih terperinci

LAMPIRAN Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diani Nurcahyaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2015

LAMPIRAN Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diani Nurcahyaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2015 LAMPIRAN Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diani Nurcahyaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2015 SATUAN ACARA PENYULUHAN MASA NIFAS Disusun oleh : DIANI NURCAHYANINGSIH 1211030043 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluarga Berencana 2.1.1 Pengertian Menurut WHO (1970), keluarga berencana adalah program yang bertujuan membantu pasangan suami istri untuk, (1) Menghindari kelahiran yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Perilaku Perilaku adalah suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo, 2011, pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu :

Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo, 2011, pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu : 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efek Samping Kontrasepsi IUD 2.1.1 Pengertian Efek Samping Pengertian efek samping adalah setiap efek yang tidak dikehendaki yang merugikan atau membahayakan pasien (adverse

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Pengertian Nifas Masa nifas adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA Siti Aisyah* Titi Sri Budi** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Kanker Leher Rahim

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Kanker Leher Rahim 7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Kanker Serviks a. Pengertian Kanker Leher Rahim Kanker adalah pertumbuhan abnormal dari suatu sel atau jaringan dimana sel atau jaringan tersebut tumbuh dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan pada suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Definisi Nifas Nifas disebut juga post partum atau puerpurium adalah masa atau waktu sejak bayi lahir dan plasenta keluar sampai enam minggu disertai dengan pulihnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA IUD (Intra Uterine Device)/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA IUD (Intra Uterine Device)/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. IUD (Intra Uterine Device)/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) IUD (Intra Uterine Device) adalah atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan alat kontrasepsi terbuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009). Proses pemulihan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009). Proses pemulihan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil

Lebih terperinci

PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS. Dr.Subandi Reksohusodo,SpOG

PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS. Dr.Subandi Reksohusodo,SpOG PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS Dr.Subandi Reksohusodo,SpOG PENGERTIAN Masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu Masa pulih kembali mulai dari

Lebih terperinci

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN MAL KONDOM AKDR TUBEKTOMI VASEKTOMI PIL INJEKSI IMPLAN JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN NON HORMONAL 1. Metode Amenore Laktasi (MAL) 2. Kondom 3. Alat Kontrasepsi Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi 1. Pengertian Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk menentukan jumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSELING 2.1.1 Definisi Konseling merupakan rangkaian proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Metode Pembelajaran Peer Teaching a. Pengertian Metode Pembelajaran Menurut Roestiyah dalam Zain (2010) metode adalah salah satu alat atau cara untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Nifas Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak et al, 2005: 492). Masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi atau anti kontrasepsi (Conseption Control) adalah cara untuk mencegah terjadinya

Lebih terperinci

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH Jadwal kunjungan di rumah Manajemen ibu post partum Post partum group Jadwal Kunjungan Rumah Paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas, dilakukan untuk menilai keadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Defenisi Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Pelayanan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia mengalami suatu keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator pelayanan KB yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Kontrasepsi adalah cara untuk menghindari/mencegah terjadinya kehamilan akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah terjadinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri harus dapat

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri harus dapat BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Kehamilan. 2.1.1. Pengertian Kehamilan Kehamilan dimulai dari proses pembuahan (konsepsi) sampai sebelum janin lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PNC. kelami

PENGKAJIAN PNC. kelami PENGKAJIAN PNC Tgl. Pengkajian : 15-02-2016 Puskesmas : Puskesmas Pattingalloang DATA UMUM Inisial klien : Ny. S (36 Tahun) Nama Suami : Tn. A (35 Tahun) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Harian Pendidikan

Lebih terperinci

PERSALINAN NORMAL ( KALA IV )

PERSALINAN NORMAL ( KALA IV ) PERSALINAN NORMAL ( KALA IV ) Pengertian Bagian kebidanan dan kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo masih mengenal kala IV, yaitu satu jam setelah placenta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Untuk Menyusui Tinjauan tentang menyusui meliputi definisi menyusui, manfaat menyusui, karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. 2.1.1 Definisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kependudukan dan pembangunan keluarga, Keluarga Berencana adalah upaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kependudukan dan pembangunan keluarga, Keluarga Berencana adalah upaya 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana dan Kontrasepsi 2.1.1 Definisi Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, Keluarga Berencana adalah upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan dan nifas merupakan suatu keadaan yang alamiah. Dimulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas yang secara berurutan berlangsung

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS I. PENGUMPULAN DATA A. Identitas Nama Ibu : Marni Umur : 26 Tahun Suku/Kebangsaan : Jawa/Indonesia Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Alamat : Jl. Tebing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2103) menyatakan bahwa angka kehamilan penduduk perempuan 10-54 tahun adalah 2,68 persen, terdapat kehamilan pada umur kurang 15 tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian Keluarga Berencana merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi

Lebih terperinci

Lampiran 2

Lampiran 2 Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 58 ANGKAH PERSALINAN NORMAL 1. Melihat adanya tanda persalinan kala II: a. Ibu

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR. : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR. : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten SATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR Pokok Bahasan Sub Bahasan Penyuluh : Keluarga Berencana : KB : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten Hari Tanggal : Waktu : Tempat : Sasaran : TUJUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator keberhasilan pembangunan kesehatan. Sehingga kesehatan ibu merupakan komponen yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause adalah periode menstruasi spontan yang terakhir pada seorang wanita. Periode ini terjadi karena adanya penurunan sekresi hormon estrogen dan progesteron dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti mencegah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti mencegah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total BAB V PEMBAHASAN A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan Dalam penelitian ini, peneliti membagi responden menjadi 2 bagian yang sama dalam hal lama penggunaan KB IUD. Lama penggunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.penginderaan

Lebih terperinci

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA PERTEMUAN II * Persalinan - Tanda - tanda persalinan - Tanda bahaya pada persalinan - Proses persalinan - Inisiasi Menyusui Dini (IMD) * Perawatan Nifas - Apa saja

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara maupun bersifat permanen, dan upaya ini dapat dilakukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara maupun bersifat permanen, dan upaya ini dapat dilakukan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Pengertian Kontrasepsi adalah upaya mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen, dan upaya ini dapat dilakukan

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA A. å B. SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA Jln. Ringroad Barat Ambarketawang, Gamping, Sleman Yogyakarta 59242 Telp. (0274)4342000, Fax. (0274)434542 Email : info@stikesayaniyk.ac.id

Lebih terperinci

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) Menurut WHO pengertian keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. perilaku terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melihat derajat kesehatan perempuan. Salah satu target yang ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. melihat derajat kesehatan perempuan. Salah satu target yang ditentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Salah satu target yang ditentukan dalam tujuan ke-5 pembangunan

Lebih terperinci

Medan, Maret 2014 Hormat saya,

Medan, Maret 2014 Hormat saya, Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Fithri Hervianti NIM :101101131 No.Hp : 082376071573 Alamat : Fakultas Keperawatan USU Medan Adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan Persalinan atau Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui jalan lahir vagina ke dunia luar ( Wiknjosastro,

Lebih terperinci

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan BAB XXII Perdarahan dari Vagina yang tidak normal Beberapa masalah terkait dengan menstruasi Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan Perdarahan setelah aborsi atau keguguran Perdarahan setelah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Senam nifas a. Pengertian nifas Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Marmi,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER Buku informasi alat kontrasepsi pegangan untuk kader diperuntukkan bagi kader PPKBD dan Sub PPKBD atau Posyandu yang dipelajari secara berdampingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan

BAB I PENDAHULUAN. hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari hari pertama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Payudara Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI Air susu Ibu (ASI) mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di Wilayah Kerja Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan, ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan, dan membahas asuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Masa Nifas Masa nifas disebut juga masa postpartum yaitu waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Alat kontrasepsi suntik 3 bulan (DMPA) a. Pengertian DMPA (Depot Medroxyprogesterone Asetat) atau Depo Provera, diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN. A. Tujuan Umum Agar klien dapat mengetahui dan mengerti tentang tanda-tanda bahaya kehamilan.

SATUAN ACARA PENYULUHAN. A. Tujuan Umum Agar klien dapat mengetahui dan mengerti tentang tanda-tanda bahaya kehamilan. Lampiran 2 SATUAN ACARA PENYULUHAN Topik : Asuhan Pelayanan Kebidanan Sub Pokok Bahasan : Tanda Bahaya Kehamilan Waktu : 16.00 WIB Sasaran : Ny.M Tanggal : 15 Agustus 2015 Tempat : Klinik Sumiariani A.

Lebih terperinci

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS 1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung kirakira 6 minggu. Anjurkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia Dini/ Usia Muda a. Pengertian Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan pada wanita dengan usia kurang dari 16 tahun dan pada

Lebih terperinci

BAB XXIV. Kanker dan Tumor. Kanker. Masalah pada leher rahim. Masalah pada rahim. Masalah pada payudara. Masalah pada indung telur

BAB XXIV. Kanker dan Tumor. Kanker. Masalah pada leher rahim. Masalah pada rahim. Masalah pada payudara. Masalah pada indung telur BAB XXIV Kanker dan Tumor Kanker Masalah pada leher rahim Masalah pada rahim Masalah pada payudara Masalah pada indung telur Jenis kanker lain yang sering ditemukan Ketika kanker tidak dapat disembuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep mengenai kontrasepsi pascasalin bukanlah hal yang baru, akan tetapi belum banyak perhatian yang diberikan pada metode ini. Penggunaan metode kontrasepsi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Definisi Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian. Persepsi adalah kesadaran intuitif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 1 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Keluarga Berencana Menurut WHO (World Health Organization) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objekobjek tertentu,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN EFEKTIFITAS KIE MELALUI CERAMAH BOOKLET DAN POWERPOINT UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN SUB PPKBD (KADER) TENTANG PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI KOTA BINJAI PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker payudara dan 5 juta orang meninggal karena kanker payudara. Kanker

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker payudara dan 5 juta orang meninggal karena kanker payudara. Kanker 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut (WHO 2005), penyakit kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit kardiovaskuler, setiap tahun terdapat 7 juta penderita kanker payudara

Lebih terperinci

ID Soal. Pertanyaan soal Menurut anda KPSW terjadi bila :

ID Soal. Pertanyaan soal Menurut anda KPSW terjadi bila : 4 Oksigen / Cairan & Elektrolit / Nutrisi / Eliminasi / Rekreasi / Aman & 5 Promotif / Preventif/ Kuratif/Rehabilitatif 6 Pengkajian/Penentuan Diagnosis/Perencanaan/ Implementasi/Evaluasi/Lainlain 7 Maternitas/Anak/KMB/Gadar/Jiwa/Keluarga/Komunitas/Gerontik/Manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. 1. Alat Kontrasepsi Intra Uteri (AKDR) berbentuk spiral (Lippes Loop) atau berbentuk lain (Cu T 380 A)

BAB II TINJAUAN TEORI. 1. Alat Kontrasepsi Intra Uteri (AKDR) berbentuk spiral (Lippes Loop) atau berbentuk lain (Cu T 380 A) BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Alat Kontrasepsi Intra Uteri (AKDR) a. Pengertian AKDR adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik halus berbentuk spiral (Lippes Loop) atau berbentuk lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa nifas (pueperium) adalah masa pulih kembali, setelah dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti saat sebelum hamil. Lama masa nifas yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Gerakan Keluarga Berencana 1. Keluarga Berencana (KB) Keluarga Berencana merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk.

Lebih terperinci

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan Resiko Tinggi Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang

Lebih terperinci