BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)
|
|
- Yuliani Yuwono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi 1. Pengertian Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk menentukan jumlah anak, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan dan mengatur interval diantara kelahiran (Hartanto, 2004). Kontrasepsi berasal dari dua kata yaitu kontra dan konsepsi. Kontra berarti menolak, konsepsi berarti pertemuan antara sel telur wanita (ovum) yang sudah matang dengan sel sperma pria sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan. Dengan demikian kontrasepsi berarti mencegah bertemunya sel telur yang matang dengan sel sperma pada waktu berseggama, sehingga tidak akan terjadi pembuahan dan kehamilan (Manuaba, 2002). Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah atau menghindari terjadinya kehamilan baik yang bersifat sementara ataupun menetap. Kontrasepsi dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis menggunakan obat, alat dan operasi (Mengel, 2001). Kontrasepsi suntik adalah obat pencegah kehamilan yang pemakaiannya dilakukan dengan cara penyuntikan obat tersebut pada wanita usia subur (PUS). Obat ini berisi depo medroxy asetate (DMPA). Penyuntikan dilakukan pada otot intramuskuler di bokong (gluteus) pada pangkal lengan (deltoid) (Maryani, 2008).
2 2. Macam Metode Kontrasepsi a. Metode Sederhana 1) Metode Alamiah Metode ini di gunakan untuk menentukan periode masa subur yang terjadi sekitar waktu ovulasi, umumnya 14 hari sebelum haid berikutnya, dapat menghindari sanggama kurang lebih 7-8 hari, termasuk masa subur dari tiap siklus ( Hartanto, 2003 ) a) Metode Kalender Dengan menentukan waktu ovulasi dari data haid yang dicatat selama 6-7 bulan terakhir. Adapun tehknik metode kalender ini adalah seorang wanita menentukan masa suburnya dengan mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek untuk menentukan awal dari masa suburnya dan mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang,untuk menentukan akhir dari masa suburnya. Efektifitas dari metode kalender adalah angka kegagalan 14,4 sampai 47 kehamilan pada 100 wanita pertahun. Masalah terbesar dengan metode kalender adalah bahwa jarang ada wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap 28 hari. b) Metode suhu badan basal Metode ini dengan cara peninggian suhu badan basal 0,2-0,5 C pada waktu ovolus. Peninggian suhu badan basal mulai 1-2 hari estela ovulasi, disebabkan oleh peninggian, kadar hormon progesteron.
3 Efektifitas metode suhu badan basal adalah angka kegagalan 0,3-6,6 kemilan 100 pada wanita pertahun. Kerugian utama pada metode suhu badan basal adalah bahwa abtinens sudah harus dilakukan pada masa pra- ovulasi. c) Metode lendir serviks Dengan melihat siklus dari lendir serviks yang terjadi karena kadar estrogen. Adapun teknik metode lendir serviks ini adalah abstinens dimulai pada hari pertama diketahui adanya lendir setelah haid dan berlanjut sampai dengan hari keempat setelah gejala puncak (peak symtom). Efektivitas metode lendir serviks adalah angka kegagalan 0,4-39,7 kehamilan pada 100 wanita per tahun. 2) Sanggama Terputus Merupakan metode kontrasepsi dimana sanggama diakhiri sebelum terjadi ejakulasi intra-vaginal, ejakulasi terjadi jauh dari vagina. Keuntungan metode sanggama terputus adalah tidak memerlukan alat atau obat dan murah. Kerugiannya adalah angka kegagalan cukup tinggi antara kehamilan pada 100 wanita per tahun. b. Metode Moderen 1) Kontrasepsi Hormonal Kontrasepsi hormonal pada dasarnya mengandung devirat hormon estrogen dan progestin yang diberikan dalam kombinasi dosis kecil atau secara sekuensial dimulai dengan estrogen dan diakhiri dengan progestin.
4 a) Pil Oral Dasar dari pil oral adalah meniru proses-proses alamiah, pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan progesteron oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium selama siklus haid yang normal sehingga mencegah ovulasi. Keuntungan kontrasepsi pil oral adalah dapat dipergunakan untuk mengobati perdarahan disfungsional uterus, kista ovarium dan kanker payudara jinak. Kerugiannya adalah sakit kepala, hipertensi, miokard infark dan displasia serviks. b) Suntik Di Indonesia terdapat tiga jenis suntikan KB yang telah beredar di pasaran, kontrasepsi hormonal suntik di antaranya adalah : (1) Cyclofem. Mengandung progesterone 50 mg penyuntikkan dilakukan pada setiap bulan sekali. Komponen estrogen yang terkandung di dalamnya bisa memberikan kerugian dimana tidak setiap bulan haid datang padahal diharapkan dengan kandungannya tersebut, haid tetap normal, harus kembali ke pelayanan KB, liang senggama terasa kering dan badan terasa panas. Keuntungan sangat efektif 99,6 %, resiko kesehatan kecil dan akseptor tidak perlu mernyimpan obat suntik. Efektivitas kontrasepsi suntik jenis cyclofem adalah anggka kegagalan kurang dari 0,1 % kegagalan 100 wanita per tahun (Hadi, 2006).
5 (2) Norigest. Mengandung levonorgestrel 60 mg. Penyuntikkan dilakukan setiap dua bulan sekali. Keuntungan dapat dipakai segala usia pada masa produktif, dapat dipakai segera setelah masa nifas atau setelah keguguran, tidak mengganggu laktasi dan tidak terpengaruh faktor lupa dari pemakai. Kerugian tidak dapat haid setelah pemakaian berulang, perdarahan bercak lebih lama, jarang terjadi perdarahan yang banyak, dapat mengakibatkan sakit kepala, nyeri payudara, perubahan perasaan, jerawat dan kurang libido seksual. Efektivitas kontrasepsi suntik jenis norigest adalah angka kegagalan kurang dari 0,3 % kegagalan 100 wanita per tahun (Hartanto, 2004). (3) Depoprovera. Mengandung progesterone 150 mgr, penyuntikan dilakukan setiap 12 minggu. Kerugian yang di timbulkan adalah kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian, seringkali haid datang dengan tidak tepat padahal suntikan sudah tidak dilakukan yang mengarah juga pada efek lainnya yaitu pendarahan yang berlangsung lama dan tidak teratur. Keuntungan pada suntikan depoprovera tidak terkandung estrogen sehingga tidak mempengaruhi secara serius penderita penyakit jantung dan reaksi penggumpalan darah. Efektivitas kontrasepsi suntik jenis depoprovera adalah angka kegagalan kurang dari 0,7 % kegagalan 100 wanita per tahun (Indiarti, 2007).
6 World Health Organisation (WHO) menganjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi suntik pada kehamilan, karsinoma payudara, karsinoma traktus genitalia, perdarahan abnormal uterus dan wanita dengan diabetes atau riwayat diabetes selama kehamilan, harus dilakukan pemeriksaan lebih teliti ( Hartanto, 2004 ). Cara menggunakan atau pemberian kontrasepsi suntik yaitu pascapersalinan, Segera ketika masih di rumah sakit dan jadwal suntikan berikutnya, pasca-abortus atau keguguran, segera setelah perawatan dan jadwal waktu suntikan diperhitungkan dan interval hari kelima menstruasi dan jadwal waktu suntikan diperhitungkan. Jadwal waktu suntikan berikutnya diperhitungkan dengan pedoman depoprovera untuk 12 minggu, norigest untuk 8 minggu dan Cyclofem untuk 4 minggu (Manuaba, 1999 ). c) Implant Setiap kapsul susuk KB mengandung 36 mgr yang akan dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80 mcg. Mekanisme kerja sebagai progestin, yang dapat menghalangi pengeluaran LH sehingga tidak terjadi ovulasi. Kerugian kontrasepsi implant adalah insersi dan pengeluaran harus dilakukan tenaga medis terlatih. Keuntungan mencegah terjadinya anemia. Efektivitas 2,5-3 % mencegah terjadinya anemi.
7 2) Intra Uterine Devices (IUD) IUD juga disebut dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Cara kerjanya bersifat lokal, AKDR dalam keadaan kolaps membuat suasana pada fundus uteri menjadi normal dan siap menerima hasil konsepsi. Keuntungan IUD dapat diterima masyarakat dengan baik dan kontrol medis ringan. Kerugiannya terjadi kehamilan dengan AKDR in situ dan terdapat perdarahan spoting. 3) Kontrasepsi Mantap Berbagai macam bentuk kontrasepsi mantap wanita (MOW). Kontrasepsi mantap wanita ini dengan cara penutupan tuba fallopii sehingga spermatozoa dan ovum tidak bisa bertemu. Keuntungan kontrasepsi MOW ini adalah mudah dan aman. Kerugiannya risiko komplikasi kesalahan. Efektivitas dari kontrasepsi ini adalah angka kegagalan 0-2,7 kehamilan 100 wanita per tahun. B. Pemilihan Kontrasepsi Pengalaman menunjukkan bahwa saat ini pemilihan metode kontrasepsi umumnya masih dalam bentuk cafetaria atau supermarket, di mana calon akseptor memilih sendiri metode kontrasepsi yang diinginkannya (Hartanto, 2004). Dalam pemilihan metode kontrasepsi dipengaruhioleh beberapa faktor yaitu: 1. Faktor Kesehatan
8 Merupakan kontra indikasi bagi akseptor KB baik yang bersifat absolut atau relatif, kontra indikasi merupakan suatu kondisi medis yang menyebabkan suatu bentuk pengobatan menjadi tidak aman dipakai atau tidak dianjurkan pada akseptor, faktor kesehatan meliputi: a. Setatus kesehatan setatus kesehatan akseptor yaitu riwayat kesehatan yang lalu dan riwayat kesehatan sekarang yang dapat mempengaruhi dalam penggunaan kontrasepsi suntik. Akseptor yang memiliki penyakit diabetes atau riwayat diabetes selama kehamilan harus dilakukan follow-up dengan teliti, karena kandungan DMPA dapat mempengaruhi metabilisme karbohidrat (Hartanto, 2004). b. Riwayat haid (Menstruasi) Seorang wanita mempunyai siklus haid yang bervariasi dari 28 sampai 36 hari, yaitu seorang wanita tergolong durasi menstruasi kurang dari 4 hari dan wanita dengan durasi menstruasi lebih dari 6 hari. Hanya sedikit wanita yang mempunyai daur haid teratur, lebih-lebih seorang wanita yang sudah melahirkan dan pada tahun-tahun menjelang menopause (Manuaba, 1999). 2. Faktor Metode Kontrasepsi Merupakan penerimaan dan pemakaian berkesinambungan bagi akseptor KB. Faktor metode kontrasepsi meliputi: a. Efektivitas kontrasepsi Sampai saat ini belum ada alat kontrasepsi yang 100 % efektif. Keefektivan kontrasepsi yang berkaitan dengan keamanan, kenyamanan, biaya, ketersediaan dan kemudahannya dalam menggunakan. Kontrasepsi
9 suntik merupakan metode kontrasepsi yang mendekati ciri kontrasepsi yang efektif. Dengan angka kegagalan 0,1 % kegagalan 100 wanita per tahun (Potter, 2005). b. Efek samping minor Merupakan komplikasi yang ditimbulkan akibat dari penggunaan metode KB. Efek samping yang ditimbulkan tidak terlalu berat atau minimal dan dapat diatasi dengan pengobatan (Manuaba, 1999). C. Karakteristik Ibu Karakteristik ibu dalam memilih metode kontrasepsi dipengaruhi oleh berbagai karakter di antaranya adalah 1. Paritas Anak yang dilahirkan seorang wanita selama hidupnya sangat mempengaruhi kesehatannya. Kelahiran yang pertama disertai dengan komplikasi yang tinggi, sehingga menyebabkan kematian baginya dan bayinya, dibandingkan dengan kelahiran yang kedua dan ketiga. Terutama karena kelahiran pertama menunjukkan kelemahan fisik dan ketidak normalan keturunan, kelahiran kedua dan ketiga umumnya akan lebih aman akan tetapi pada kelahiran keempat bayi lahir mati dan angka kematian bayi naik, angka kematian bayi dan anak semakin meningkat dengan kelahiran anak ke lima dan setiap anak yang menyusu sesudahnya ( Royston, 2002 ). 2. Umur
10 Kontrasepsi di tujukan kepada PUS yang lebih muda baik untuk menunda kehamilan, menjarangkan kelahiran dan membatasi jumlah anak yang diinginkan. Disarankan untuk tidak melahirkan dibawah umur 18 tahun dan setelah umur 35 tahun. Karena pada usia kurang dari 18 tahun dan setelah umur 35 tahun resiko komplikasi kehamilan dan melahirkan lebih tinggi ( Manuaba, 1999 ). 3. Pendidikan Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi dalam memahami suatu informasi tentang kontrasepsi yang telah diberikan oleh providur. Informasi yang disampaikan oleh providur lebih cepat dipahami dan diterima oleh seorang yang pendidikannya lebih tinggi bila dibandingkan dengan seorang yang pendidikan rendah (Saifudin, 1996). 4. Pendapatan Pendapatan merupakan sejumlah penghasilan dari seluruh anggota keluarga baik dalam bentuk uang maupun barang. Tingkat pendapatan biasanya berupa uang yang dapat mempengaruhi dalam pemilihan kontrasepsi, pendapatan yang cukup dapat memperoleh kualitas pelayanan kesehatan khususnya program KB. Faktor yang mempengaruhi pendapatan yaitu : a. Jumlah anggota keluarga yang bekerja, pada keluarga dimana hanya ayah yang mencari nafkah tentu berbeda dengan pendapatan keluarga yang mengandalkan sumber keuangan dari ayah dan ibu atau anggota keluarga yang lain.
11 b. Kesempatan kerja yang segera bisa menghasilkan uang pekerjaan di luar usaha tani sangat menentukan besar kecilnya pendapatan dalam suatu keluarga. Bila kepala keluarga yang pekerjaan utamanya bertanimaka penghasilannya lebih kecil dibandingkan kepala keluarga yang pekerjaannya sebagai buruh pabrik atau pekerja kantor dengan upah yang lebih besar dan menentu. c. Pendidikan merupakan faktor penting dalam usaha memperoleh kesempatan kerja. Seorang yang pendidikannya tinggi akan mendapat kesempatan kerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan seorang yang pendidikannya rendah. Pekerjaan yang layak akan memperoleh upah yang lebih tinggi bila dibandingkan yang pendidikan rendah (Sumarso, 1999). D. Pengetahuan Ibu Pengetahuan dapat dibentuk suatu sikap dan menimbulkan suatu perilaku di dalam kehidupan sehari-hari (Notoatmojo, 2002). Kebijakan dalam program KB telah melakukan advokasi pendidikan dan proses perilaku agar perempuan yang menikah lebih dewasa dan memiliki anak setelah cukup umur. Informasi bagi peserta KB dari providur harus dapat memberikan informasi yang lengkap dan rasional sehingga dapat dipahami untuk membantu peserta KB dalam memilih alat kontrasepsi secara optimal ( Hartanto, 2004 ). Menurut Notoatmodjo (2002) pengetahuan mencakup di dalam domain kognitif yang mempunyai enam tingkatan yaitu 1. Tahu
12 Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk mengingat kembali terhadap suatu spesifik dari seluruh beban yang telah dipelajari. Dimana Akseptor KB dapat menyebutkan jenis dan efek samping dari KB suntik. 2. Memahami Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Dimana Akseptor KB mampu menjelaskan manfaat dari metode kontrasepsi suntik. 3. Aplikasi Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Akseptor KB melaksanakan suntik KB harus sesuai dengan prinsip dari suntik KB mengenai jadwal, jenis dan efek samping dari suntik KB tersebut. 4. Analisis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama yang lain. Setelah mengerti tentang metode kontrasepsi suntik, akseptor KB dapat memilih 1 bulan, 2 bulan dan tiga bulan untuk melaksanakan KB suntik. 5. Sintesis Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun
13 formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Sehingga akseptor KB dapat merencanakan untuk melaksanakan KB suntik. 6. Evaluasi Evaluasi berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi objek. Penilaian-penilain itu didasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. Sehingga hasil yang di capai pada akseptor KB adalah dapat mempertahankan dan melaksanakan KB suntik. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi, yang dapat diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas. Pengetahuan masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1. Tingkat pengetahuan Semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan mudah menerima dan menyesuaikan hal-hal yang baru. 2. Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan meberikan pengetahuan yang lebih jelas. 3. Budaya
14 Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi-informasi baru akan disaring sesuai dengan budaya dan agama yang dianut. 4. Pengalaman Pengalaman yang berkaitan dengan usia dan pendidikan individu, pendidikan yang tinggi akan memiliki pengalaman yang luas dan kematangan dalam usia. 5. Sosial ekonomi Tingkan pendapatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup. E. Kerangka Teori Karakteristik Ibu 1. Paritas 2. Umur 3. Pendidikan 4. Pengetahuan 5. Pendapatan Pengetahuan Ibu Pemilihan kontrasepsi suntik Faktor Dalam Pemilihan Kontrasepsi 2. Faktor Kesehatan a. Setatus kesehatan b. Riwayat haid 2. Faktor Metode Kontrasepsi a. Efektivitas kontrasepsi b. Efek samping Skema 2.1 Kerangka Teori (Hartanto, 2007).
15 F. Kerangka Konsep Variabel Bebas 1. Paritas 2. Umur 3. Pendapatan Variabel Terikat Pemilihan kontrasepsi suntik Pengetahuan Ibu Skema 2. 2 Kerangka Konsep (Hartanto, 2003) G. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini digunakan dua variabel, yaitu: 1. Variabel Independen (Bebas) Merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel ini dikenal dengan nama variabel bebas artinya bebas dalam mempengaruhi variabel lain (Azis, 2003). Dalam penelitian ini, variabel independen yang diteliti adalah paritas, umur, pengetahuan dan pendapatan. 2. Variabel Dependen (Terikat) Merupakan variabel yang menjadi akibat karena variabel bebas, variabel ini dapat tergantung dari variabel bebas terhadap perubahan (Azis, 2003). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemilihan kontrasepsi suntik. H. Hipotesis
16 Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian ( Nursalam, 2003 ). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Ha : Ada hubungan antara paritas dengan pemilihan kontrasepsi suntik 2. Ha : Ada hubungan antara umur dengan pemilihan kontrasepsi suntik 3. Ha : Ada hubungan antara pengetahuan kontrasepsi dengan pemilihan kontrasepsi suntik 4. Ha : Ada hubungan antara pendapatan dengan pemilihan kontrasepsi suntik.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian Keluarga Berencana merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi
Lebih terperinciBAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur
BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang
Lebih terperinciUpaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) Menurut WHO pengertian keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah di dunia yang sedang berkembang sudah terbukti dengan jelas, kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap mortalitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Hanafi Winkjosastro, 2007). Kontrasepsi adalah
Lebih terperinciKONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE)
1. Pengertian KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE) Kontrasepsi injeksi adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi suntikan di Indonesia semakin
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Defenisi Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita)
Lebih terperinciPENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER
PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER Buku informasi alat kontrasepsi pegangan untuk kader diperuntukkan bagi kader PPKBD dan Sub PPKBD atau Posyandu yang dipelajari secara berdampingan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian Menurut World Health Organization (WHO) Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
KUESIONER PENELITIAN EFEKTIFITAS KIE MELALUI CERAMAH BOOKLET DAN POWERPOINT UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN SUB PPKBD (KADER) TENTANG PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI KOTA BINJAI PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) digunakan untuk mengatur jarak kehamilan sehingga dapat mengurangi resiko kehamilan atau jumlah persalinan yang membawa bahaya (Royston,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka merupakan sumber ide penelitian yang dapat memberikan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka merupakan sumber ide penelitian yang dapat memberikan informasi tentang hal-hal yang harus diketahui dan memberikan informasi tentang pendekatan penelitian. Tinjauan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi atau anti kontrasepsi (Conseption Control) adalah cara untuk mencegah terjadinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2103) menyatakan bahwa angka kehamilan penduduk perempuan 10-54 tahun adalah 2,68 persen, terdapat kehamilan pada umur kurang 15 tahun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi fertilitas. (Prawirohardjo, 2006) kehamilan dengan memakai kontrasepsi. (Mochtar, 1998)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi 1. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan
Lebih terperinciMODUL PENGAJARAN MENJAGA JARAK KEHAMILAN DAN MEMILIH ALAT KONTRASEPSI YANG TEPAT
MODUL PENGAJARAN MENJAGA JARAK KEHAMILAN DAN MEMILIH ALAT KONTRASEPSI YANG TEPAT MENJAGA JARAK KEHAMILAN DAN MEMILIH ALAT KONTRASEPSI YANG I. MENJAGA JARAK KEHAMILAN A. Penentuan Jarak Kehamilan TEPAT
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN
HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana
Lebih terperinciJENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI
JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN MAL KONDOM AKDR TUBEKTOMI VASEKTOMI PIL INJEKSI IMPLAN JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN NON HORMONAL 1. Metode Amenore Laktasi (MAL) 2. Kondom 3. Alat Kontrasepsi Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana lebih dari dua dasa warsa terakhir ini menjadi fokus utama program kependidikan di Indonesia. Program KB dan Kesehatan Reproduksi dilaksanakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Gerakan Keluarga Berencana 1. Keluarga Berencana (KB) Keluarga Berencana merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan pada suatu objek tertentu. Penginderaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia cukup tinggi yaitu 1,38% per tahun. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah tingginya angka kelahiran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat yang terbuat dari bahan yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ledakan penduduk merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh Negara Indonesia. Ledakan penduduk mengakibatkan tingkat kesehatan masyarakat semakin menurun,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesteron,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kontrasepi Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang
Lebih terperinciGAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI
GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia merupakan jumlah terbesar di Asia Tenggara yakni 65 juta di ikuti Vietnam (25,3 juta) dan Filipina (23
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Definisi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008) mengatakan bahwa program keluarga berencana merupakan suatu tindakan yang membantu pasangan suami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma baru Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Implant 1. Pengertian Kontrasepsi Implant Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002). Implant adalah suatu alat kontrasepsi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
9 BAB II TINJAUAN TEORI A. TINJAUAN TEORI 1. Alat Kontrasepsi Suntik DMPA a. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Hanafi Winkjosastro, 2007 : 905). Kontrasepsi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Alat kontrasepsi suntik 3 bulan (DMPA) a. Pengertian DMPA (Depot Medroxyprogesterone Asetat) atau Depo Provera, diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang diterbitkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga
Lebih terperinciPELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS
PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS 3.1. Penyuluhan KB Sebelum pemberian metode kontrasepsi, misalnya pil, suntik, atau AKDR terlebih dahulu menentukan apakah ada keadaan yang membutuhkan
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB WANITA DI TUWEL
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB WANITA DI TUWEL Aminatul Maula, Iroma Maulida, Mutiarawati ABSTRAK Proporsi pasangan usia subur indonesia menurut BKKBN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) merupakan makanan paling ideal baik secara fisiologis maupun biologis untuk diberikan bayi di awal kehidupannya (Almatsier, 2004). Keuntungan ASI
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Primatex CO Indonesia Batang, yang merupakan pabrik pembuatan kain. Hasil produksi biasanya dipasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini telah diketahui banyak metode dan alat kontrasepsi meliputi suntik, pil, IUD, implan, kontap dan kondom. Metode KB suntik merupakan salah satu metode
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian dan kesakitan pada ibu hamil dan bersalin serta bayi baru lahir sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara berkembang (Saifuddin, 2005). Berdasarkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengertian fertilitas Fertilitas merupakan hasil reproduksi nyata dari seorang atau sekelompok wanita, sedangkan dalam bidang demografi fertilitas adalah suatu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. perilaku terdiri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak permasalahan salah satunya adalah gangguan haid, gangguan haid ini mempunyai manifestasi klinis yang bermacam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasangan Usia Subur (PUS) Pasangan suami istri yang pada saat ini hidup bersama, baik bertempat tinggal resmi dalam satu rumah ataupun tidak, dimana umur istrinya antara 15
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis Empat Pilar Safe Motherhood.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi oleh semua negara baik negara maju maupun negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu
Lebih terperinciKontrasepsi Hormonal (PIL)
Kontrasepsi Hormonal (PIL) A.KONTRASEPSI HORMONAL Adalah: kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron Bentuk kontrasepsi hormonal, antara lain: 1. Kontrasepsi oral 2. Kontrasepsi suntik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Suami Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan bahwa suami adalah pria yg menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita (istri) yg telah menikah. Sedangkan peran adalah perangkat
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-I Keperawatan. Disusun Oleh: YENI KURNIAWATI J.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DEPO MEDROKSI PROGESTERON ASETAT ( DMPA ) DI RB. KHARISMA HUSADA KARTASURA SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kontrasepsi Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan untuk pengaturan kehamilan dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah terpenting yang dihadapi oleh negara berkembang, seperti di Indonesia yaitu ledakan penduduk. Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun pasangan menikah pada usia subur semakin meningkat. Kecenderungan peningkatan pasangan menikah usia subur akan berdampak pada peningkatan angka kelahiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan "Keluarga Berkualitas 2015" adalah keluarga yang bertaqwa
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam sektor kependudukan dan pembangunan keluarga berkualitas, pemerintah menggelar program keluarga berencana KB dengan paradigma baru program keluarga berencana Nasional
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan negara kelima di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu berkisar 249 juta. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengatur jarak kelahiran sangat bermanfaat bagi kesehatan ibu dan anak (Rahman and Akter, 2009). Data di Indonesia jarak kelahiran kurang dari 18 bulan sebesar 6%,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lebih dari 100 juta wanita di dunia memutuskan untuk menggunakan kontrasepsi setelah melahirkan (Scudder, 2008). Setiap tahun mereka memutuskan untuk menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai permasalahan kependudukan.pemerintah Indonesia telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ketahun selalu meningkat. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2013 sebanyak 248,4 juta orang (Badan Pusat Statistik,2014). Jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa pada wanita usia tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk berada pada posisi keempat di dunia dengan laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. Salah satu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Sterilisasi Pada Wanita (Tubektomi) 1. Defenisi Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk yang besar. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu permasalahan global yang muncul
Lebih terperincicontoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan
contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan keluhan selama 3 bulan terakhir mengalami perdarahan
Lebih terperinciPROFIL PENGGUNAAN KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR ( PUS ) DI WILAYAH KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI
PROFIL PENGGUNAAN KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR ( PUS ) DI WILAYAH KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI OLEH : ANGGUN PRIBADI K 100020209 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara keempat terbesar penduduknya di dunia dengan lebih dari 253 juta jiwa (BPS, 2014). Fertilitas atau kelahiran adalah salah satu faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia adalah masih tingginya laju pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia terus meningkat. Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15 % hingga 2,49% pertahun (Sujiyatini & Arum, 2011). Berdasarkan
Lebih terperinciJENIS PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN GANGGUAN MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
JENIS PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN GANGGUAN MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Laode Muhamad Sety 1) 1) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari Email: setydinkes@yahoo.co.id
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID
PENELITIAN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID Anisa K.A*,Titi Astuti* *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang **Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluarga Berencana 2.1.1. Defenisi Keluarga Berencana (KB) Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup cepat. Berdasarkan penelitian Noya, dkk. (2009), penduduk Indonesia pada tahun 1971 berjumlah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Kontrasepsi 1.1 Pengertian Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma (Hartanto,
Lebih terperinciISY ROYHANATY, S.SiT
ISY ROYHANATY, S.SiT Menentukan periode/masa subur, terjadi sekitar waktu ovulasi, umumnya kira-kira 14 hari sebelum haid berikutnya. Menghindari sanggama selama kurang lebih 7 18 hari, termasuk masa subur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang memiliki salah satu masalah yang sangat penting yaitu ledakan penduduk. Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak, yaitu 249 juta. Di antara negara ASEAN,
Lebih terperinciPENGERTIAN KELUARGA BERENCANA
1. DATANG KE BALAI PENYULUH KB DI MASING-MASING KECAMATAN TEMUI PETUGAS PENYULUH KB ATAU PEMBANTU PENYULUH KB DESA ATAU LANGSUNG KE TEMPAT PELAYAN KESEHATAN/PUSKESMAS/RUMAH SAKIT 2. PILIH KONTRASEPSI YANG
Lebih terperinciUMUR DAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEJADIAN AMENORRHOE
UMUR DAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEJADIAN AMENORRHOE Elisabeth Tiwi*, Arimina Hartati Pontoh* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email : admin@akbid-griyahusada.ac.id
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMAKAIAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG () PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini merupakan masalah yang cukup serius, tidak saja bagi negara-negara yang berkembang seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. dengan jumlah penduduk jiwa pada tahun Angka pertambahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar ke 4 dengan jumlah penduduk 237.641.326 jiwa pada tahun 2010. Angka pertambahan penduduk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ketahun. Jumlah penduduk Indonesia dari tahun
Lebih terperincitanda ceklis ( ) pada jawaban yang benar, kuesioner yang telah disediakan.
No responden.. Diisi oleh peneliti Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, serta beri tanda ceklis ( ) pada jawaban yang benar, kuesioner yang telah disediakan. Karakteristik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Pada saat ini telah banyak
Lebih terperinciAkseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007)
Akseptor Keluarga Berencana 1. Pengertian Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007) 2. Jenis-jenis Akseptor KB a.
Lebih terperinciMATERI PENYULUHAN KB 1. Pengertian KB 2. Manfaat KB
MATERI PENYULUHAN KB 1. Pengertian KB Suatu upaya menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi (Sulistyawati,2013) 2. Manfaat KB a. Untuk ibu : dengan jalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk makin meningkat dari tahun ke tahun baik di dunia, maupun di Indonesia. Pada Oktober 2011 penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk menangani masalah kependudukan yang ada. Salah satu progamnya dengan Keluarga Berencana Nasional sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite 1970, Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Kontrasepsi a. Pengertian Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang artinya mencegah dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15% pertahun hingga 2,49% pertahun. Tingkat pertumbuhan penduduk seperti itu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai 13 September 1994 di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 dan misi sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma baru program keluarga berencana nasional mempunyai visi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 dan misi sangat menekankan pentingnya
Lebih terperinciPil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon akif estrogen/progesin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon akif.
Pil kombinasi Dalam satu pil terdapat baik estrogen maupun progesteron sinteik. Pil diminum seiap hari selama iga minggu diikui dengan satu minggu tanpa pil atau plasebo. Estrogennya adalah einil estradiol
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdarahan uterus abnormal merupakan perdarahan dari uterus yang disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak berdarah (Manuaba,
Lebih terperinciSURAT PERNYATAAN. Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Umur : Alamat :
SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Umur : Alamat : Menyatakan bersedia mengisi kuesioner untuk kepentingan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul Gambaran Pengetahuan,
Lebih terperinci