BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Metode Pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan cara-cara atau teknik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Metode Pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan cara-cara atau teknik"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran merupakan cara-cara atau teknik pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan materi ajar dan merupakan proses yang sangat penting dalam proses pembelajaran untuk menentukan situasi belajar yang sesungguhnya. Metode pembelajaran merupakan komponen strategi pembelajaran yang sederhana (Prawiradilaga, 2008). B. Metode pembelajaran Ceramah 1. Pengertian Metode ceramah atau biasa dikenal dengan TCL ( Teacher Centre Learning) identik dengan apa yang dikenal dengan Instructor-Centered Methode. Pendidik adalah satu - satunya orang yang bertanggung jawab terhadap penyampaian materi kepada pesrta didik, sehingga arah komunikasi cenderung hanya satu arah, yaitu dari pendidik kepada peserta didik yang cenderung membosankan. Metode ceramah dapat menjadi metode yang efektif jika dipakai untuk pengajaran pada tingkatan yang rendah, yaitu pengetahuan dan pemahaman, dari pembelajaran ranah kognitif, terutama pada kelas besar(zaini, 2007). 1

2 2 2. Langkah- langkah Ceramah a.1.1.a) Persiapan a.1.1.a.1) Mempelajari materi dengan sistematika yang baik, lebih baik lagi jika disusun dengan diagram atau skema. a.1.1.a.2) Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya SAP, slide, sound system, power point dan sebagainya. a.1.1.b) Pelaksanaan Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah tersebut dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk itu penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) Sikap dan penampilan meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah. 2) Suara cukup keras dan jelas. 3) Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah. 4) Berdiri di depan (di pertengahan), tidak boleh duduk. 5) Menggunakan alat-alat bantu lihat semaksimal mungkin. a.1.1.c) Penutup

3 3 1.a.1.1)Membuat kesimpulan. 1.a.1.2)Menilai pemahaman siswa mengenai pokok bahasan yang diterima melalui tes lisan, tes tulis, atau tugas. C. Metode Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Dasar pengembangan metode pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk- bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Sinergi yang muncul melalui kerja sama akan meningkatkan motivasi yang jauh lebih besar daripada melalui lingkungan kompetitif individual (Suprijono, 2009). Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif mendorong mahasiswa mempelajari secara mendalam sehingga dapat meningkatkan pencapaian mahasiswa selama proses belajar. (H. Barrows, 2007). 2. Macam- macam Metode Pembelajaran Kooperatif a.jigsaw Merupakan metode pembelajaran yang diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok lebih kecil yaitu kelompok asal (home teams) kelompok heuristik, kelompok kritik, kelompok interpretasi dan kelompok

4 4 historiografi. Setelah kelompok asal terbentuk, guru membagikan materi tekstual kepada tiap- tiap kelompok. Sesi berikutnya, membentuk expert teams (kelompok ahli), dalam satu kelompok ahli ada anggota dari kelompok heuristik,kritik,interpretasi dan historiografi. Setelah terbentuk kelompok ahli, berikan kesempatan kepada mereka berdiskusi. Sebelum pembelajaran diakhiri, diskusi dengan seluruh kelas perlu dilakukan. Selanjutnya, guru menutup pembelajaran dengan memberikan review terhadap topik yang telah dipelajari. b. Think-Pair-Share Thinking Pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya. Selanjutnya, Pairing, pada tahap ini guru meminta peserta didik berpasang-pasangan. Beri kesempatan kepada pasangpasangan untuk berdiskusi. Hasil diskusi di tiap pasangan dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas, tahap ini dikenal dengan Sharing. c.numbered Heads Together Pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered Heads Together diawali dengan Numbering. Guru membagi

5 5 kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap- tiap kelompok. Langkah berikutnya adalah guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. d. Group Investigation Pembelajaran dengan metode group investigation dimulai dengan pembagian kelompok. Selanjutnya guru dan peserta didik memilih topik-topik tertentu dengan permasalahanpermasalahan yang dapat dikembangkan dari topik- topik itu. Setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang telah mereka rumuskan. Langkah berikutnya adalah presentasi hasil oleh masing-masing kelompok. e.two stay two stray Metode dua tinggal dua tamu itu diawali dengan pembagian kelompok, setelah kelompok terbentuk pendidik memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus didiskusikan jawabannya. Setelah diskusi intrakelompok usai, dua orang dari masing- masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai tamu mempunyai kewajiban menerima tamu dari kelompok lain. Tugas mereka menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada

6 6 tamu tersebut. Dua orang yang ditugaskan bertamu wajib datang ke semua kelompok. Setelah kembali ke kelompok asal, baik yang bertugas sebagai tamu maupun menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan. f. Small Group Discussion Metode pembelajaran yang mengkolaborasikan suatu metode pembelajaran yang bertujuan untuk memecahkan suatu masalah dengan cara diskusi kelompok kecil. Kelompok diskusi kecil berjumlah 5-6 orang, dipimpin oleh peserta didik untuk mencari dan memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan pengajaran sehingga meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan mengembangkan kecerdasan interpersonal (Suprijono, 2009). D. Metode Pembelajaran Small Group Discussion 1. Pengertian Menurut kamus besar bahasa Indonesia diskusi memiliki makna melibatkan saling tukar pendapat secara lisan, teratur, dan untuk mengungkapkan pikiran mengenai pokok pembicaraan tertentu. Metode pembelajaran diskusi mempunyai arti suatu situasi di mana pendidik dengan peserta didik atau peserta didik dengan peserta didik yang lain saling bertukar pendapat secara lisan, saling berbagi gagasan dan pendapat (Tjokrodiharjo, 2006).

7 7 Metode pembelajaran diskusi adalah strategi pengajaran peserta didik untuk memberikan suatu masalah. Metode pembelajaran diskusi merupakan kombinasi pembelajaran kooperatif dan pembelajaran kerja sama (Eggen, 2012). Diskusi kelompok (Group Discussion) diartikan sebagai cara untuk memecahkan suatu masalah yang memerlukan beberapa jawaban alternatif yang dapat mendekati kebenaran dalam pembelajaran, peserta didik bisa berpikir kritis, sistematis dan menyumbangkan idenya dalam memecahkan masalah (Gulo, 2008). Metode pembelajaran Small Group Discussion merupakan salah satu strategi pembelajaran aktif dimana dalam proses pembelajaran peserta didik dibagi menjadi kelompok kelompok untuk memecahkan dan mendiskusikan beberapa topik permasalahan. Topik yang didiskusikan berupa materi yang sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, dimana pendidik sebagai fasilitator dan peserta didik sebagai subjek. Pembelajaran Small Group Discussion lebih mengutamakan pola kerjasama dalam kelompok kecil sehingga peserta didik tidak ada yang merasa bahwa dirinya yang paling pintar dan menguasai materi. Dengan adanya pembelajaran Small Group Discussion diharapkan peserta didik terbiasa mengeluarkan pendapat dan bekerjasama dalam proses interaksi sosial (Gulo, 2008).

8 8 2. Tujuan Pembelajaran Small Group Discussion a. Diskusi mendorong peserta didik untuk aktif menggunakan pengetahuan dan pengalamannya dalam memecahkan masalah tanpa bergantung pada orang lain. b. Peserta didik mampu menyampaikan pendapat secara lisan. Sebab hal ini diperlukan untuk kehidupan yang demokratis. c. Mengembangkan sikap saling menghormati dan tanggung jawab terhadap keragaman pendapat orang lain, dalam rangka mengembangkan kecerdasan interpersonal peserta didik. d. Mengembangkan pengetahuan dasar- dasar materi sesuai konteks, berpikir kritis, berpikir aktif, mengembangkan ketrampilan interpersonal, meniru perang orang dewasa. (Ibrahim, 2005). 3. Kelebihan dan Kekurangan Small Group Discussion Dalam Isjoni (2012) kelebihan dan kekurangan penerapan Small Tabel 1 Kelebihan dan Kekurangan Small Group Discussion Group Discussion antara lain :

9 9 Kelebihan a. Melibatkan peserta didik secara langsung dalam proses belajar mengajar b. Memupuk kepercayaan kepada diri sendiri c. Menggabungkan berbagai pendapat dari berbagai sumber d. Menghasilkan pandangan baru e. Memudahkan pencapaian tujuan f. Melatih peserta didik belajar bertukar pikiran dan berfikir secara terarah g. Memupuk sikap toleran, mau memberi dan menerima h. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memperbaiki pandangannya. i. Memberi kesempatan kepada mereka untuk menjalin hubungan dan kerjasama berikutnya Kekurangan a.hasil diskusi tidak bisa dicapai dengan baik, sebab diskusi menyimpang dari pokok bahasan. b.diskusi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya jika peserta tidak mempunyai latar belakang pengetahuan tentang masalah yang didiskusikan. c.waktu yang dibutuhkan lebih lama d.diskusi tidak akan melibatkan segenap peserta jika pemimpin diskusi tidak bijaksana e.terjadi dominasi pada saat diskusi (Sumber : Isjoni 2012) Langkah pelaksanaan Small Group Discussion

10 10 a. Pendidik membuat topik dan tujuan diskusi b. Pendidik menjelaskan aturan dalam berdiskusi dan menyebutkan pokok pokok masalah yang akan dibahas c. Peserta didik diminta membuat kelompok kecil ( 5 sampai 6 orang) d. Aktivitas dimulai dengan memilih salah satu untuk dijadikan pemimpin diskusi atau juru bicara, notulen, dan lainnya sebagai anggota e. Peserta didik memulai diskusi dari membahas kasus yang ada, kemudian menganilisis kasus yang ada. f. Peserta didik memiliki tugas mengemukakan ide-idenya untuk menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah yang didiskusikan. g. Pendidik bertugas untuk mengawasi interaksi antar peserta didik, mendampingi peserta didik jika diskusi keluar dari topik. h. Hasil diskusi yang telah disepakati dari tiap kelompok kecil akan dipresentasikan ke kelas besar. i. Dalam kelas besar didiskusikan kembali apabila peserta didik mengalami kesulitan dan pendidik bertugas untuk memberikan informasi berkaitan dengan topik diskusi. j. Memberikan kesimpulan dan melakukan evaluasi. Pendidik mengulas pada setiap akhir sesi diskusi peserta didik.

11 11 E. Hasil Belajar Kognitif KB IUD Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Menurut Gagne hasil belajar berupa informasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi kognitif, ketrampilan motorik dan sikap. Benyamin Bloom dalam (Nana Sudjana, 2009) mengemukakan secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya merupakan kognitif tingkat tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi (aplication), analisis (analysis), sintetis (syntetis), evaluasi (evaluation). Ranah kognitif paling banyak dinilai oleh pendidik karena berkaitan dengan kemampuan peserta didik dalam menguasai materi pembelajaran. Ranah kognitif dengan hasil belajar terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi (Sudjana, 2008). Hasil belajar pokok KB IUD adalah kemampuan kognitif yang dimiliki oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran

12 12 pada pokok bahasan KB IUD yang mencakup pemahaman materi tentang IUD. Kemampuan kognitif tersebut akan dijelaskan sebagai berikut : a.1.1.c.i.1. Tahu (Know) Tahu dapat di perhatikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tentang materi KB IUD adalah mengingat kembali pengertian, macam- macam, keuntungan dan waktu pemasangan. a.2. Paham (Comprehension) Paham merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Peserta didik yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat mejelaskan pengertian, macam- macam, keuntungan dan waktu pemasangan IUD. a.3. Aplikasi (Aplication) Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari yaitu anemia pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang lain. Dengan aplikasi siswi dapat menerapkan materi mengenai anemia yaitu pengertian, macammacam, keuntungan dan waktu pemasangan IUD di lahan.

13 13 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi IUD ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan mengenai IUD, membedakan kondisi pasien yang dapat dipasang KB IUD atau tidak, tahu kapan waktu yang tepat dipasang KB IUD. 5) Sintetis (Synthetis) Sintesis disini menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi merupakan penilaian-penilaian pada suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Sudjana, 2009). F. Faktor faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Caroll dalam R Angkowo dan A. Kosasih (2007), hasil belajar dipengaruhi oleh lima faktor yaitu bakat belajar, waktu yang

14 14 tersedia untuk belajar, kemampuan individu, kualitas pengajaran dan lingkungan serta metode pembelajaran. Sedangkan menurut Sadirman (2007), faktor- faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor intern (dari dalam) diri peserta didik dan faktor ekstern dari peserta didik. Berkaitan dengan faktor dari dalam mahasiswa, selain faktor kemampuan, ada juga faktor lain yaitu motivasi, minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi, kondisi fisik dan psikis. Dalam menentukan metode yang akan dipilih harus mengetahui tentang IUD. Materi ini akan memuat tentang pengertian IUD, macam-macam IUD, cara kerja dan efek samping IUD, keuntungan dan kerugian IUD, indikasi dan kontraindikasi IUD, waktu dan teknik pemasangan IUD. Adapun materi pelayanan KB pokok bahasan KB IUD selengkapnya sebagai berikut : 1. Pengertian AKDR / IUD adalah alat kontrasepsi berupa benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang (Handayani, 2010). 2. Macam-macam IUD IUD yang banyak dipakai di Indonesia dari jenis Un medicate yaitu Lippes Loop dan yang dari jenis Medicate Cu T, Cu-7, Multiload dan Nova-T (Handayani, 2010)

15 15 a.un-medicated AKDR Yang termasuk Un-Medicated AKDR yaitu Lippes Loop, Margulies Coil, Staf-Coil. Lippes Loop merupakan IUD yang berbentuk spiral, jenis IUD ini bisa selamanya di pakai sampai menopause dengan syarat akseptor tidak memiliki keluhan selama menggunakan KB tersebut. b. Medicated AKDR Yang termasuk Medicated AKDR yaitu Cu T 200 (masa kerja 3 tahun), Cu T 220 C (masa kerja 5 tahun), Cu T 380 A (masa kerja 8 tahun), Cu 7 (masa kerja 3 tahun), Nova T (masa kerja 5 tahun). Medicated AKDR ada yang mengandung hormon yaitu Progestasert-T (Alza-T) mempunyai masa kerja 18 bulan dan LNG Cara Kerja dan Efek samping IUD a. Dapat menyebabkan perubahan pada endometrium sehingga menghambat keampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi, mematikan sperma. b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri. c. Kemungkinan untuk mencegah implantasi, menyebabkan nidasi terlambat, serta meningkatkan pergerakan saluran telur (Saifuddin, 2010).

16 16 Sedangkan efek samping dari penggunaan IUD adalah nyeri perut bagian bawah beberapa hari setelah pemasangan, adanya bercak darah setelah pemasangan, perubahan menstruasi, IUD tertanam dalam endometrium, IUD terlepas secara spontan, terjadinya infeksi (Varney,2006). 4. Keuntungan dan Kerugian IUD Keuntungan IUD antara lain angka kegagalan rendah yaitu 0,6 0,8 kehamilan / 100 perempuan dalam tahun pertama, dapat efektif segera setelah pemasangan, metode jangka panjang yaitu 10 tahun, tidak ada efek samping hormonal, tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI, dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus, tidak mengganggu hubungan seksual. Sedangkan kerugian dari IUD adalah spooting antar menstruasi, menstruasi lebih lama dan banyak, tidak mencegah IMS, benang IUD terlepas dengan sendirinya, harus oleh petugas kesehatan yang terlatih, dapat meningkatkan resiko penyakit radang panggul (Setyaningrum, 2014). 5. Indikasi dan Kontraindikasi IUD Indikasi penggunaan IUD adalah usia reproduktif, keadaan nulipara, menginginkan menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang, perempuan menyusui yang ingin menggunakan

17 17 kontrasepsi, setelah abortus dan tidak terlihat adanya infeksi, risiko rendah dari IMS, tidak mengehendaki metode hormonal, hipertensi. Yang tidak boleh menggunakan IUD adalah hamil atau diduga hamil, penyakit radang panggul, kanker servik, alergi terhadap tembaga, mioma uteri, anemia, kelainan pembekuan darah, endometritis, dismenorhoea berat (Kurniawati, 2014). 6. Waktu dan teknik pemasangan IUD IUD dapat dipasang pada waktu bersamaan dengan menstruasi, segera setelah menyusui, pada masa akhir pueperium, tiga bulan pasca melahirkan, bersamaan dengan seksio sesaria, selama 1-5 hari setelah senggama. Teknik pemasangan sesuai prosedur adalah a.memastikan kandung kemih kosong dan tidak ada pembesaran uterus. b. Sebelum memasukkan alat cuci tangan terlebih dahulu kemudian memasukkan lengan IUD ke dalam tabung inserter. c.memakai sarung tangan steril. d. Membersihkan vulva dengan kapas DTT, memasang spekulum dan melihat servik. e.membersihkan servik beberapa kali dengan larutan antiseptik, servik ditampilkan dan bibir depan servik dijepit

18 18 dengan tenakulum, pada arah jam penjepit dilakukan kira-kira 2 cm dari ostium uteri eksternum. f. Sambil menarik servik dengan tenakulum, masukkan sonde uterus dengan cara no touch technique untuk mengukur ke dalam uterus dan menyesuaikan tabung inserter sesuai hasil pengukuran g. Tabung inserter dengan IUD di dalamnya dimasukkan melalui kanalis servikalis sesuai dengan arah dan jarak yang di dapat pada waktu pemasangan sonde. h. IUD dilepaskan dalam kavum uteri dengan cara mendorong tabung inserter ke dalam kavum uteri dengan cara withdrawl technique. i. Tabung dan pendorong kemudian dikeluarkan, benang IUD dipotong 2 3 cm (10) lepas spekulum dan rendam alat-alat ke dalam larutan klorin. Setelah 4-6 minggu pasien dianjurkan untuk kontrol dan diajari cara mengecek benang(affandi, 2012). G. Pengaruh Small Group Discussion Terhadap Hasil Belajar KB IUD Metode pembelajaran Small Group Discussion merupakan metode pembelajaran jenis diskusi dan termasuk kombinasi dari metode kooperatif. Pada proses belajar mengajar pendidik sebagai fasilitator yaitu memonitoring dan mengevaluasi jalannya diskusi

19 19 sedangkan mahasiswa sebagai pelaku yang aktif dalam proses belajar mengajar (Isjoni, 2012). Dalam metode pembelajaran Small Group Discussion pada materi KB IUD yaitu peserta didik menganalisa permasalahan yang ada, kemudian mencari jawaban permasalahan tersebut dari buku sumber yang dicari, mengeluarkan pendapat antara anggota dalam kelompok, mengemukakan hasil diskusi kelompok di depan kelompok lain, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban atas permasalahan yang ada secara mandiri. Dalam metode pembelajaran tersebut peserta didik mendapat pengalaman dengan memanfaatkan semua indra, sehingga pengalaman yang didapat lebih mendalam dan pemahaman terhadap materi lebih bertahan lama. Pelaksanaan metode pembelajaran Small Group Discussion pada materi KB IUD jika dikelola dengan baik, maka diharapkan akan memberikan hasil pembelajaran secara optimal tentang materi KB IUD pada peserta didik (Gulo, 2008). Menurut klasifikasi Edgar Dale bahwa semakin ke bawah mahasiswa ikut terlibat sehingga informasi dan pengalaman yang diingat semakin kuat. Menurut Edgar Dale jika peserta didik terlibat dalam diskusi kemudian presentasi daya ingatnya 50% sampai 70%, menggunakan semua indra dalam proses belajar mengajar lebih meningkatkan daya ingat mahasiswa. ini menunjukkan bahwa dengan

20 20 metode Small Group Discusssion daya ingatnya lebih kuat dibanding harus mendengarkan ceramah dari pendidik. Adapun hasil penelitian yang mendukung dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Budi mangaratua (2013), Penerapan Model Pembelajaran Small Group Discussion dengan Metode Group Investigation Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa di Kelas XI IS SMA Swasta Budisatrya Medan Tahun Pembelajaran 2012/2013, hasil penelitian penerapan model pembelajaran pembelajaran Small Group Discussion dengan metode Group Investigation pada pokok bahasan persamaan dasar akuntansi dikelas di kelas XI IS-2 SMA Swasta Budisatrya Medan Tahun Pembelajaran 2012/2013 dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar akuntansi siswa. 2. Anindya sulistyaningrum (2013), Perbedaan efektifitas model pembelajaran Small group Discussion dengan Ceramah Terhadap Hasil Belajar KB AKDR, hasil penelitian Hasil pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Small Group Discussion lebih efektif (p=0,000) dengan nilai rata-rata KB AKDR 60,62 daripada ceramah dengan nilai rata-rata KB AKDR 33, Ike Yuliya (2014), Pengaruh model pembelajaran Small group Discussion dengan Terhadap Hasil Belajar ASKEB I, hasil

21 21 penelitian Hasil pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Small Group Discussion lebih efektif (p=0,000) dengan nilai rata-rata ASKEB I 61,60. H. Kerangka Konsep Model pembelajaran Small Group Discussion adalah proses belajar yang menuntut peserta didik untuk aktif. Peserta didik berperan sebagai subjek belajar, pembelajaran dimulai dengan menganalisis masalah, kemudian menyampaikan pendapat dalam kelompok, setelah itu mengemukakan hasil diskusi dan melakukan tanya jawab. Dengan metode ini, diduga informasi yang diterima peserta didik akan bertahan lama karena pengalaman belajar dengan penggunaan optimal indra sehingga pemahaman materi akan lebih mendalam. Diduga hal tersebut dapat mengefektifkan kemampuan dan hasil belajar peserta didik pada materi KB IUD. Sedangkan model pembelajaran ceramah adalah model pembelajaran dimana peserta didik menjadi pasif dan pserta didik berperan sebagai objek belajar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan sebagai berikut :

22 22 Gambar 1 Bagan kerangka konsep

23 23 Keterangan : : Variabel bebas : Variabel perantara : variabel terikat I. Hipotesis Ada perbedaan metode pembelajaran Small Group Discussion dan Ceramah terhadap hasil belajar KB IUD di DIII Kebidanan FK UNS.

24 24

BAB V PEMBAHASAN. peneliti terlebih dahulu menjelaskan prosedur metode Small Group

BAB V PEMBAHASAN. peneliti terlebih dahulu menjelaskan prosedur metode Small Group BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Sebelum melakukan pretest (kelompok kontrol dan eksperimen) peneliti terlebih dahulu menjelaskan pokok bahasan yang akan didapat mahasiswa dalam penelitian yang tujuannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat yang terbuat dari bahan yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan proses pengembangan kreativitas. berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan proses pengembangan kreativitas. berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses pengembangan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan dan mengonstruksi pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Metode Pembelajaran Peer Teaching a. Pengertian Metode Pembelajaran Menurut Roestiyah dalam Zain (2010) metode adalah salah satu alat atau cara untuk mencapai

Lebih terperinci

Cara Kerja : Mencegah masuknya spermatozoa / sel mani ke saluran tuba Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas.

Cara Kerja : Mencegah masuknya spermatozoa / sel mani ke saluran tuba Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas. KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD (INTRA-UTERINE DEVICE) Susiana Candrawati B. LEARNING OUTCOME Setelah menjalani kepaniteraan klinik muda ini, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Melakukan pemasangan IUD 2. Melakukan

Lebih terperinci

PEMASANGAN AKDR. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

PEMASANGAN AKDR. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi PEMASANGAN AKDR Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Check List No Langkah 1 Konseling awal Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri Anda dan tanyakan tujuan kedatangannya 2

Lebih terperinci

Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo, 2011, pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu :

Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo, 2011, pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu : 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Keluarga Berencana (KB 2.1.1 Sasaran Keluaraga Berencana Sasaran dan target yang ingin dicapai dengan program KB adalah bagaimana supaya segera tercapai dan melembaganya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia dengan jumlah penduduk sebanyak 237 juta jiwa pada tahun 2011 menempati negara dengan jumlah penduduk terpadat ke 4 setelah Cina (1,339,240,000), India

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMAKAIAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG () PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSELING 2.1.1 Definisi Konseling merupakan rangkaian proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan

Lebih terperinci

P E L A T IHA N K E T E R A MP IL A N K L IN IK P E MA S A N G A N DA N P E N C A B U T A N AKDR PKMI PUSAT. d r. A s ri 2.

P E L A T IHA N K E T E R A MP IL A N K L IN IK P E MA S A N G A N DA N P E N C A B U T A N AKDR PKMI PUSAT. d r. A s ri 2. P E L A T IHA N K E T E R A MP IL A N K L IN IK P E MA S A N G A N DA N P E N C A B U T A N AKDR PKMI PUSAT d r. A s ri 2. PROFIL AKDR 1 A.K.D.R. SUATU ALAT YANG JIKA DISISIPKAN KEDALAM RONGGA RAHIM AKAN

Lebih terperinci

PENCABUTAN AKDR. Untuk menjarangkan kehamilan selama 10 tahun

PENCABUTAN AKDR. Untuk menjarangkan kehamilan selama 10 tahun PUSKESMAS DUMBAYABULAN Tim Penyusun : Felmy S Kude, SKM Sugiyarni Sukardi Amd.Keb Nomor Dokumen: 400/Y.03/07/VI/00 Tanggal Terbit : 12 Juni 2015 A. TUJUAN PROSEDUR PENCABUTAN AKDR Tangggal Revisi : Revisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 10 BAB II TINJAUAN TEORI A. Kontrasepsi 1. Pengertian Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua perempuan usia reproduksi (Saifuddin, 2006; h. MK-74). IUD Copper T Cu 380 A memiliki panjang 36mm, lebar 32mm,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua perempuan usia reproduksi (Saifuddin, 2006; h. MK-74). IUD Copper T Cu 380 A memiliki panjang 36mm, lebar 32mm, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medis 1. Pengertian IUD Copper T Cu-380 A IUD adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Berpikir Kritis Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan tertentu dapat dikatakan berpikir dimana dapat dikatakan berpikir

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan cara memberi nasehat perkawinan pengobatan kemandulan, dan penjarangan kelahiran.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluarga Berencana 2.1.1 Pengertian Menurut WHO (1970), keluarga berencana adalah program yang bertujuan membantu pasangan suami istri untuk, (1) Menghindari kelahiran yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Defenisi Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan menyenangkan dan berpusat pada siswa semestinya harus selalu dilakukan seorang guru. Siswa antusias mengacungkan

Lebih terperinci

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan BAB XXII Perdarahan dari Vagina yang tidak normal Beberapa masalah terkait dengan menstruasi Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan Perdarahan setelah aborsi atau keguguran Perdarahan setelah

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang dilakukan oleh manusia sepanjang hayat. Belajar adalah kunci utama dari pendidikan. Pendidikan ini penting bagi manusia

Lebih terperinci

ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM

ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) PROFIL Sangat efektif,

Lebih terperinci

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi No. Langkah/Kegiatan 1. Persiapan Lakukan konseling dan lengkapi persetujuan tindakan medis. 2. Persiapkan alat,

Lebih terperinci

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN MAL KONDOM AKDR TUBEKTOMI VASEKTOMI PIL INJEKSI IMPLAN JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN NON HORMONAL 1. Metode Amenore Laktasi (MAL) 2. Kondom 3. Alat Kontrasepsi Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Implant 1. Pengertian Kontrasepsi Implant Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002). Implant adalah suatu alat kontrasepsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN EFEKTIFITAS KIE MELALUI CERAMAH BOOKLET DAN POWERPOINT UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN SUB PPKBD (KADER) TENTANG PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI KOTA BINJAI PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang I. PENDAHULUAN Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman konsep matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan berkembangnya berbagai metode kontrasepsi.

Lebih terperinci

Copper-Bearing Intrauterine Devices (IUDs)

Copper-Bearing Intrauterine Devices (IUDs) Copper-Bearing Intrauterine Devices (IUDs) Karakteristik IUD Copper T 380A dr. M. Nurhadi Rahman, SpOG Session I, Slide 1 Copper IUDs: Tujuan Peserta akan: dielaskan karakteristik IUD tembaga dengan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan model pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Model-model pembelajaran tradisional kini mulai ditinggalkan berganti dengan model yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan kemajuan zaman, tidak terkecuali bangsa Indonesia. Demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan salah satu bidang IPA yang menyediakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan salah satu bidang IPA yang menyediakan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi merupakan salah satu bidang IPA yang menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Keterampilan proses sains di antaranya keterampilan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) Tadjuddin * Abstrak: Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Salah satu cara yang digunakan meningkatkan kualitas pendidikan. adalah dengan pembaharuan sistem pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Salah satu cara yang digunakan meningkatkan kualitas pendidikan. adalah dengan pembaharuan sistem pendidikan. BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan yang penting karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

KETERAMPILAN PEMASANGAN DAN PENCABUTAN AKDR

KETERAMPILAN PEMASANGAN DAN PENCABUTAN AKDR BUKU PANDUAN KETERAMPILAN PEMASANGAN DAN PENCABUTAN AKDR Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Tahun Akademik 2014-2015 Tim Penyusun Dr. dr. Hj. A. Mardiah Tahir, Sp.OG dr. Hj. Retno Budiati Farid, SpOG.K

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi manusia untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Seperti yang diuraikan pada

Lebih terperinci

Aspirasi Vakum Manual (AVM)

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Aspirasi Vakum Manual (AVM) Aspirasi Vakum Manual (AVM) merupakan salah satu cara efektif evakuasi sisa konsepsi pada abortus inkomplit. Evakuasi dilakukan dengan mengisap sisa konsepsi dari kavum uteri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan produktif. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efek Samping Kontrasepsi IUD 2.1.1 Pengertian Efek Samping Pengertian efek samping adalah setiap efek yang tidak dikehendaki yang merugikan atau membahayakan pasien (adverse

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara etiomologi, konseling berasal dari bahasa Latin Consilium artinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara etiomologi, konseling berasal dari bahasa Latin Consilium artinya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konseling 2.1.1 Pengertian Konseling Secara etiomologi, konseling berasal dari bahasa Latin Consilium artinya dengan atau bersama yang dirangkai dengan menerima atau memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia sangatlah penting. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang telah menuntut manusia untuk selalu

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB PASCA PERSALINAN. Disusun Oleh :

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB PASCA PERSALINAN. Disusun Oleh : SATUAN ACARA PENYULUHAN KB PASCA PERSALINAN Disusun Oleh : Annisatus Sholehah (011112022) Mirantika Rakhmaditya (011112025) I Gusti Ayu Vedadhyanti W.R (011112039) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin

I. PENDAHULUAN. SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin Sukarame Bandar Lampung. Pada SMA 12 ini proses belajar mengajar masih menggunakan metode pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memerlukan inovasi-inovasi yang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kebutuhan ilmu peserta didik tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail dinyatakan bahwa siswa yang masuk pendidikan menengah, hampir 40 persen putus sekolah. Bahkan yang

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI

HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI 244 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 1, 2008, hlm 244-249 HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI Wisnu Sunarto, Woro Sumarni, Eli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003: pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan pada suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) a. Pengertian Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) Strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA 2.1.1 Definisi Pembelajaran Menurut Susanto (2013: 19) pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan guru agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA IUD (Intra Uterine Device)/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA IUD (Intra Uterine Device)/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. IUD (Intra Uterine Device)/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) IUD (Intra Uterine Device) adalah atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan alat kontrasepsi terbuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medis 1. Pengertian Keluarga Berencana Menurut WHO (World Health Organisation) expert Comitte 1970 : keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause adalah periode menstruasi spontan yang terakhir pada seorang wanita. Periode ini terjadi karena adanya penurunan sekresi hormon estrogen dan progesteron dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik. BAB II KAJIAN TEORI A. Partisipasi dan Prestasi Belajar Matematika 1. Partisipasi Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI : 2007) partisipasi adalah turut berperan serta dalam suatu kegiatan (keikutsertaan/

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran dapat dimaknai sebagai landasan dasar untuk membentuk. atau mendisain program pembelajaran didalam kelas.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran dapat dimaknai sebagai landasan dasar untuk membentuk. atau mendisain program pembelajaran didalam kelas. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran dapat dimaknai sebagai landasan dasar untuk membentuk atau mendisain program pembelajaran didalam kelas. Hal ini sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran aktif merupakan langkah

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran aktif merupakan langkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan utama dalam proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau siswa menuju pada keadaan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seseorang. Ada beberapa teori belajar salah satunya adalah teori belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seseorang. Ada beberapa teori belajar salah satunya adalah teori belajar 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas dan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku seseorang. Ada beberapa teori belajar salah satunya adalah teori

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR SD Negeri Purbasana

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 1. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray. peserta didik 20 dengan rincian 9 perempuan dan 11 laki-laki.

BAB V PEMBAHASAN. 1. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray. peserta didik 20 dengan rincian 9 perempuan dan 11 laki-laki. BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray dalam Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Proses Pembentukan Tanah Model cooperative learning

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Hakikat Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran dapat di artikan sebagai pedoman atau acuan dalam menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kognitifnya. Costa (1988) mengkategorikan proses pembelajaran menjadi tiga

BAB I PENDAHULUAN. kognitifnya. Costa (1988) mengkategorikan proses pembelajaran menjadi tiga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru yang diharapkan mampu meningkatkan pemahaman siswa sehingga hasil belajar siswa meningkat. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan dihampir semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam pendidikan formal. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angkaangka,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angkaangka, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi Matematika Komunikasi dalam dunia pendidikan sangatlah penting karena dengan komunikasi dapat mengetahui kemampuan siswa dalam proses belajarnya. Menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008:26). Menurut Amri dan Ahmadi. (2010:89) bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus memahami

I. PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008:26). Menurut Amri dan Ahmadi. (2010:89) bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus memahami 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan proses kerja antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada, baik potensi yang bersumber dari siswa seperti minat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut lembaga pendidikan untuk lebih dapat menyesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. menuntut lembaga pendidikan untuk lebih dapat menyesuaikan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya alam manusia (SDM). Sejalan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Cooperative Tipe Talking Stick dan CIRC a. Pengertian model pembelajaran Cooperative tipe Talking Stick Cooperative learning adalah belajar yang

Lebih terperinci

Sagacious Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial Vol. 3 No. 2 Januari-Juni 2017

Sagacious Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial Vol. 3 No. 2 Januari-Juni 2017 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HAL BELAJAR IPA MATERI PERUBAHAN KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI DAN BENDA LANGIT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SMALL GROUP DISCUSON Nany Suprapti Sekolah Dasar Negeri

Lebih terperinci

Medan, Maret 2014 Hormat saya,

Medan, Maret 2014 Hormat saya, Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Fithri Hervianti NIM :101101131 No.Hp : 082376071573 Alamat : Fakultas Keperawatan USU Medan Adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti mencegah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti mencegah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. baik secara fisik maupun secara mental aktif.

BAB II KAJIAN TEORI. emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. baik secara fisik maupun secara mental aktif. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian belajar menurut beberapa ahli Menurut Djamarah dan Syaiful (1999 : 22) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas tinggi akan membawa kemajuan suatu negara. Sebaliknya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan atau pengajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah, I. PENDAHULUAN Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Adapun hal lain yang perlu juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan

Lebih terperinci

perkembangan kesuburan dalam rahim (Irianto, 2014).

perkembangan kesuburan dalam rahim (Irianto, 2014). 7 yang berbentuk huruf T. IUD mengandung progestin yang menekan perkembangan kesuburan dalam rahim (Irianto, 2014). IUD merupakan suatu alat atau benda yang dimasukan ke dalam rahim yang sangat efektif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi (PT), bahkan di tingkat Taman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Model Pembelajaran Cooperative Script

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Model Pembelajaran Cooperative Script 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Model Pembelajaran Cooperative Script Model pembelajaran merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan penyelenggaraan proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan suatu proses yang berkelanjutan. Pendidikan merupakan pengulangan yang perlahan tetapi pasti dan terus-menerus sehingga sampai pada bentuk yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang menggunakan segala sumber daya sesuai dengan perencanaan yang telah

I. PENDAHULUAN. yang menggunakan segala sumber daya sesuai dengan perencanaan yang telah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dan pengajar yang menggunakan segala sumber daya sesuai dengan perencanaan yang telah dipersiapkan sebelumnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengatur jumlah dan jarak anak yang diinginkan yang bertujuan untuk membentuk keluarga kecil yang sesuai dengan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Pendidikan adalah sarana yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia dalam aspek kemampuan,

Lebih terperinci

Dian Ayu Natalia. Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dian Ayu Natalia. Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA XI IIS 4 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Dian Ayu Natalia Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas biasanya masih berfokus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas biasanya masih berfokus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas biasanya masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada individuindividu guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar

Lebih terperinci