Analisis Tingkat Kematangan Manajemen Proyek Pengembangan Perangkat Lunak Menggunakan Scrum Maturity Model: Studi Kasus PT. XYZ

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Tingkat Kematangan Manajemen Proyek Pengembangan Perangkat Lunak Menggunakan Scrum Maturity Model: Studi Kasus PT. XYZ"

Transkripsi

1 ISSN : Analisis Tingkat Kematangan Manajemen Pengembangan Perangkat Lunak Menggunakan Scrum Maturity Model: Studi Kasus PT. XYZ Ahlijati Nuraminah Program Studi Sistem Informasi, STIMIK ESQ Jl. TB Simatupang Kavling 1, Cilandak, Jakarta Selatan ahlijati.nuraminah@esqbs.ac.id Abstract: Scrum is an agile framework designed for simplicity to produce software incrementally and iteratively involving collaboration between a team of developers and consumers. PT. XYZ has implemented Scrum since 2012, but there are problems in the implementation that projects don't achieve the time target of software development timeline. This research examines the maturity level of project management of software development that implement Scrum frameworks with quantitative research methodology using Scrum Maturity Model. Data were collected through questionnaires to the Scrum Master on software development projects that have implemented Scrum work. The conclusion from this research is PT. XYZ reached maturity level 2 Scrum Maturity Model. Recommendations for improvement are given to improve processes to achieve maturity level 3, 4, and 5. Keywords: Maturity Level, Project, Scrum, Scrum Maturity Model. Abstrak: Scrum adalah kerangka tangkas dirancang untuk kesederhanaan untuk menghasilkan perangkat lunak secara bertahap dan iteratif yang melibatkan kolaborasi antara tim pengembang dan konsumen. PT. XYZ telah menerapkan Scrum sejak 2012, tetapi ada masalah dalam pelaksanaan, dimana proyek-proyek tidak mencapai target waktu dari timeline pengembangan perangkat lunak. Penelitian ini menguji tingkat kematangan manajemen proyek pengembangan perangkat lunak yang menerapkan kerangka kerja Scrum dengan metodologi penelitian kuantitatif dengan menggunakan Scrum Maturity Model. Data dikumpulkan melalui kuesioner kepada Scrum Master di proyek-proyek pengembangan perangkat lunak yang telah menerapkan Scrum kerja. Kesimpulan dari penelitian ini adalah PT. XYZ mencapai tingkat kematangan 2 dari Scrum Maturity Model. Rekomendasi perbaikan diberikan untuk meningkatkan proses untuk mencapai kematangan level 3, 4, dan 5. Kata kunci: Maturity Level, Project, Scrum, Scrum Maturity Model. 1. PENDAHULUAN Di era perkembangan teknologi informasi saat ini, peranan perangkat lunak semakin penting sehingga dikatakan sebagai business enabler bagi organisasi [1]. Dalam mengembangkan perangkat lunak dikenal beberapa metodologi pengembangan, diantaranya Waterfall, Spiral, dan Agile. Metodologi agile adalah metodologi yang berbasis kolaborasi antara semua pihak yang berkepentingan dalam proses pengembangan dengan menerapkan kesederhanaan dalam mengadaptasi perubahan kebutuhan produk perangkat lunak dan menerapkan strategi bertahap dalam merilis produk. Ahlijati Nuraminah Page 1 Scrum, Scrum Maturity Model

2 Salah satu implementasi agile methodology A B Sprint Daily Scrum Sprint Planning Sprin t Revie w Sprint Retrospe ctive C adalah Scrum. Scrum adalah sebuah kerangka kerja bersifat agile yang didesain secara sederhana dimana orang-orang yang terlibat dalam pengembangan produk perangkat lunak akan bekerja bersama secara kolaboratif untuk menyelesaikan masalah-masalah kompleks yang terjadi sehingga bisa mengembangkan produk dengan nilai setinggi mungkin secara produktif dan kreatif [2]. Prinsip kerja Scrum adalah bekerja secara iteratif dan bertahap hingga mencapai waktu yang telah ditentukan sehingga produk perangkat lunak yang dikembangkan dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh konsumen. PT. XYZ adalah sebuah perusahaan penyedia layanan Teknologi Informasi dengan fokus utama pada aplikasi bisnis, solusi mobile dan infrastruktur jaringan. Sejak tahun 2012 PT. XYZ mulai menerapkan Scrum pada proyekproyek pengembangan perangkat lunak. Hasil evaluasi tahunan pada akhir 2013 diperoleh data adanya ketidakefektifan penerapan kerangka kerja Scrum dilihat dari rata-rata sisa pekerjaan pada Sprint yang selalu tidak tuntas. Tabel 1 menampilkan data jumlah pelaksanaan Daily Scrum, Sprint Planning Meeting, Sprint Review, dan Sprint Retrospective pada proyek pengembangan perangkat lunak berbasis Scrum yang dikumpulkan pada kurun waktu 1 31 Januari 2013 yang dilakukan pada tiga proyek di PT. XYZ yaitu A, B, dan C. Tabel 1. Data Scrum Events pada PT. XYZ Pada Tabel 2 disajikan data total jumlah Sprint Backlog yang direncakan untuk dikerjakan, jumlah Sprint Backlog yang selesai dikerjakan, dan sisa Sprint Backlog yang tidak selesai dikerjakan. Tabel 2. Data Capaian Sprint pada PT. XYZ A B C Jumlah target backlog Jumlah backlog yang selesai Sisa pekerjaan (%) Capaian Sprint % % Rata-rata capaian pada Sprint masih di bawah 70% sementara harapan pencapaian Sprint ditargetkan di atas 80%. Untuk mencari sumber masalah dari rendahnya pencapaian Sprint dilakukan analisis dengan menggunakan diagram Ishikawa yang disajikan pada Gambar 1. A Sprint Daily Scrum Sprint Planning Sprin t Revie w Sprint Retrospe ctive Gambar 1. Diagram Ishikawa Analisis Akar Masalah Diagram Ishikawa pada Gambar 1 membagi akar masalah menjadi empat, yaitu manusia, B metode, material, dan proses. Akar-akar permasalahan yang mungkin menjadi C Ahlijati Nuraminah Page 2 Scrum, Scrum Maturity Model

3 penyebab diidentifikasi dari keempat domain. Dari akar-akar masalah yang berhasil diidentifikasi seperti pada Gambar 1 maka penelitian difokuskan untuk mengetahui tingkat kematangan manajemen proyek pengembangan perangkat lunak menggunakan Scrum. Atas dasar hal ini, penulis menetapkan pertanyaan penelitian berikut ini: Berapakah tingkat kematangan manajemen proyek pengembangan perangkat lunak yang menerapkan kerangka kerja Scrum di PT. XYZ dan apa saja rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki tingkat kematangan? Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan analisis tingkat kematangan manajemen proyek pengembangan perangkat lunak yang menerapkan Scrum pada PT. XYZ dan memberikan rekomendasi perbaikan untuk memperbaiki tingkat kematangan pada proyek pengembangan perangkat lunak yang menerapkan kerangka kerja Scrum pada PT. XYZ. Sementara itu manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai bahan evaluasi bagi PT. XYZ mengenai tingkat kematangan manajemen proyek pengembangan perangkat lunak yang menerapkan kerangka kerja Scrum dan sebagai acuan perbaikan bagi pelaksanaan proyek-proyek TI berikutnya yang akan dikembangkan oleh PT. XYZ, serta sebagai kajian akademik terhadap Agile Project khususnya pada kerangka kerja Scrum. Ruang lingkup penelitian ditetapkan pada proyek TI yang dikerjakan oleh PT. XYZ dibatasi pada proyek yang telah menerapkan metode Scrum pada kurun waktu tahun TINJAUAN TEORITIS Scrum adalah sebagai sebuah metodologi agile untuk mengelola proyek melalui metode incremental dan iterative [3]. Scrum Framework terdiri atas tim Scrum beserta peran-perannya, pertemuan-pertemuan, artefak-artefak, dan sekumpulan aturan main. Setiap komponen pada kerangka kerja Scrum memiliki tujuan tertentu dan sangat penting bagi keberhasilan dan penggunaan Scrum. Aturan-aturan pada Scrum mengatur hubungan dan interaksi diantara events, roles, dan artifact [4]. Roles dalam Scrum adalah peran-peran yang dimainkan dalam proses pengembangan perangkat lunak. Tiga peran utama pada Scrum yaitu: 1) Product Owner, pihak yang bertanggungjawab terhadap suksesnya pengembangan produk, biasanya adalah representasi dari konsumen. 2) Scrum Master, fasilitator untuk melayani tim, tidak bertindak sebagai manajer proyek 3) Tim Pengembang, sekelompok orang yang bertanggung jawab untuk menghasilkan produk perangkat lunak. Pada proyek pengembangan menggunakan Scrum, peran manajer proyek berubah dari fungsi memimpin dan mengontrol perjalanan proyek dalam mencapai tujuan proyek, menjadi memfasilitasi kolaborasi tim dan menyingkirkan penghalang bagi kesuksesan tim. Karena tim pada Scrum bersifat dapat mengelola diri sendiri, maka proses pengambilan keputusan terjadi di tingkat tim pengembang. Oleh sebab itu fungsi pengendalian proyek bergeser dari manajer proyek ke tim pengembang. Scrum Master bertugas memastikan bahwa setiap anggota tim berkolaborasi secara efektif dengan Produt Owner [2]. Scrum juga mengidentifikasikan empat objek artefak yang dioperasikan oleh tim Scrum selama siklus pengembangan, yaitu: 1) Product Backlog: daftar fitur prioritas untuk produk akhir perangkat lunak. 2) Sprint Backlog: daftar pekerjaan yang akan dilaksanakan pada sebuah Sprint (iterasi pengembangan) yaitu menerjemahkan bagian-bagian dari Product Backlog ke dalam produk jadi. 3) Release Burndown Charts: Grafik yang menggambarkan kemajuan dari pelaksanaan proyek dari waktu ke waktu yang memungkinkan tim Scrum untuk Ahlijati Nuraminah Page 3 Scrum, Scrum Maturity Model

4 memiliki visi global terhadap proyek pengembangan. 4) Sprint Burndown Charts: Grafik yang menggambarkan progres Sprint dari waktu ke waktu yang berguna bagi tim pengembang untuk melihat kemajuan Sprint. Interaksi antara peran-peran menggunakan objek artefak di atas menggunakan beberapa jenis pertemuan pada Scrum, yaitu: 1) Sprint, kerangka waktu iterasi dengan durasi maksimal satu bulan untuk mengembangkan produk. 2) Sprint Planning Meeting, rapat perencanaan Sprint yang dilakukan di awal untuk memilih fitur-fitur apa saja yang akan dikerjakan. 3) Sprint Review, pertemuan evaluasi pelaksanaan Sprint yang dilakukan di akhir Sprint. Pada pertemuan ini produk perangkat lunak akan didemonstrasikan kepada Product Owner. 4) Daily Scrum, pertemuan harian bagi tim pengembang. 5) Sprint Retrospective, pertemuan yang dilakukan setelah Sprint Review dan sebelum Sprint Planning berikutnya untuk kilas balik Sprint yang bertujuan mencari hal-hal yang dapat ditingkatkan pada Sprint berikutnya. Siklus iterasi Scrum ditampilkan pada Gambar 2. Gambar 2. Scrum Framework Sumber: Schwaber & Beedle [3] Scrum memperkenalkan konsep Sprint yang merepresentasikan sebuah iterasi dari siklus pengembangan berbasis waktu dengan durasi selama dua minggu sampai satu bulan. Inti dari Scrum terdiri dari satu set sprint-sprint yang menghasilkan perangkat lunak jadi pada setiap akhir Sprint. Sprint adalah kerangka waktu iterasi dengan durasi maksimal satu bulan untuk menghasilkan produk dengan definisi Done atau Selesai, dapat digunakan, dan berpotensi untuk dirilis. Green [5] memaparkan metode yang digunakan oleh Adobe Systems untuk mengukur dampak penerapan Scrum terhadap proses pengembangan perangkat lunak. Ada tiga macam area pengukuran yang diprediksikan oleh Adobe System sebagai faktor yang dapat memberikan indikator yang baik dari pengaruh Scrum terhadap proyek yaitu: 1) Rating subyektif dari anggota tim Scrum tentang bagaimana proses Scrum telah mempengaruhi proyek dan bagaimana cara tim melakukan Scrum. 2) Data tentang defect produk, seperti defect counts, deferral rates, cycle-to-cycle curve information, dan 3) Net Promoter Scores, yaitu skor yang mengukur tingkat kepuasan customer sebelum dan sesudah adopsi Scrum. Dari ketiga area pengukuran, dapat disimpulkan bahwa adopsi Scrum dapat dibuktikan telah memberikan dampak yang positif dalam proyek pengembangan perangkat lunak. V. Mahnic, N. Zabkar [6] memberikan gambaran tentang sebuah perangkat pengukuran yang memberikan wawasan berkelanjutan bagi pihak manajemen TI tentang proses pengembangan perangkat lunak berbasis Scrum. Data yang dijadikan basis pengukuran adalah velocity proyek, Release Burndown Chart, Sprint Burndown Chart dan Earned Value menggunakan Schedule Performance Index (SPI) dan Cost Performance Index (SPI). Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa setiap pengukuran yang diajukan mengindikasikan aspek yang penting dalam mengukur kemajuan proyek pengembangan perangkat lunak berbasis Scrum. Kemajuan Ahlijati Nuraminah Page 4 Scrum, Scrum Maturity Model

5 proyek diperlukan oleh pihak manajemen untuk mengambil keputusan terkait proyek. Lee (2012) menggali faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesuksesan dalam penerapan metodologi Scrum melalui penelitian kualitatif. Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah bahwa tidak mudah untuk melakukan generalisasi teori tentang kemudahan dan kepraktisan dalam penerapan metodologi Scrum. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kombinasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan penerapan Scrum methodology yaitu kinerja pengembangan software, karakteristik tim pengembang, kompetensi tim, ketangkasan pengembangan software. Bustard, Wilkie, & Greer [7] melakukan penelitian untuk memahami kemajuan tingkat kematangan pengembangan perangkat lunak yang menggunakan metode agile melalui survei pada industri perangkat lunak. Survei ini memberikan dua wawasan baru dalam penerapan metodologi agile yaitu 1) Metodologi agile menggantikan Waterfall sebagai pendekatan standar dalam pengembangan perangkat lunak dan 2) penerapan metode agile telah dapat diterima dengan baik oleh perusahaan pengembang perangkat lunak namun definisi metode agile yang lebih jelas lagi masih dibutuhkan untuk peningkatan proses dan manfaat. Untuk memecahkan masalah pada penelitian ini, dilakukan kajian terhadap metodologimetodologi yang relevan yaitu Project Maturity Model (PMMM), Portfolio, Programme and Project Maturity Model (P3M3), Capability Maturity Model Integration (CMMI), Agile Maturity Model (AMM), dan Scrum Maturity Model. Project Maturity Model (PMMM) adalah sebuah perangkat formal yang dikembangkan oleh PM Solutions [8] dan digunakan untuk mengukur kematangan manajemen proyek organisasi. Setelah tingkat kematangan manajemen proyek diidentifikasi, PMMM menyediakan roadmap dan langkahlangkah yang dibutuhkan untuk memperbaiki tingkat kematangan. PMMM mengukur tingkat kematangam melalui sepuluh knowledge area di dalam Project Body of Knowledge [9]. Portfolio, Programme & Project Maturity Model (P3M3) adalah versi pengembangan dari Project Maturity Model [10]. P3M3 bertujuan untuk menyediakan penilaian dan pengukuran skor terhadap portfolio, programme dan aktivitas terkait proyek di dalam proses area yang memberikan kontribusi untuk mencapai kesuksesan proyek. PMMM dan P3M3 sesuai digunakan untuk pengukuran tingkat kematangan manajemen proyek yang menggunakan knowledge area dari PMBOK Project Body of Knowledge [9]. Untuk penelitian ini PMMM kurang relevan karena proyek-proyek yang diteliti tidak menggunakan PMBOK. Capability Maturity Model Integration (CMMI) diperkenalkan pada tahun 2002 oleh Software Engineering Institute yang mendeskripsikan prinsip-prinsip dan praktik-praktik yang mendasari kematangan proses pengembangan perangkat lunak. Tingkat kematangan (maturity level) ditandai dengan satu rangkaian proses area yang telah ditetapkan. Tingkat kematangan dievaluasi dari specific goal dan generic goal yang juga berlaku bagi berbagai area lainnya [11]. Ada lima tingkat kematangan pada staged representation yaitu Initial, Managed, Defined, Quantitatively Managed dan Optimizing. Namun model CMMI belum cukup komprehensif untuk menilai tingkat kematangan manajemen proyek Scrum. Agile Maturity Model (AMM) dikemukakan oleh Patel & Ramachandran [12] yang menghubungkan praktik-praktik pengembangan perangkat lunak dengan metode agile dengan konsep tingkat kematangan pada CMMI. AMM dirancang berdasarkan agile values, agile principles, dan agile practices. Ada lima tingkat kematangan pada AMM yaitu Initial, Explored, Defined, Ahlijati Nuraminah Page 5 Scrum, Scrum Maturity Model

6 Improved, dan Mature. AMM cukup relevan untuk menilai kematangan proyek yang menerapkan metode agile. Namun, untuk menilai tingkat kematangan proyek yang menerapkan kerangka kerja Scrum AMM dinilai masih terlalu umum. Kerangka Agile Maturity Model yang dikembangkan oleh Patel & Ramachandran [12] kemudian dilanjutkan oleh Yin, Figueiredo, & Miguel [13] yang memperkenalkan konsep Scrum Maturity Model untuk menilai tingkat kematangan Scrum. Scrum Maturity Model juga terinspirasi dari process area di dalam CMMI dan dibuat pemetaan antara proces area dengan praktik-praktik Scrum. SMM memiliki lima tingkat kematangan yaitu Initial. Managed, Defined, Quantively Managed dan Optimizing. Scrum Maturity Model sudah cukup relevan untuk menilai kematangan proyek Scrum sehingga dipilih sebagai rujukan utama dalam menilai tingkat kematangan manajemen proyek yang menerapkan kerangka kerja Scrum. Dari berbagai topik yang telah dibahas, dirancang kerangka teoritis penelitian seperti diagram pemikiran sistem yang ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3. Kerangka Teoritis 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan langkah penelitian yang dirancang sesuai dengan diagram yang disajikan pada Gambar 4. Gambar 4. Kerangka Penelitian Gambar 4 menggambarkan alur desain penelitian. Berikut penjabaran tahapan penelitian yang dilakukan: 1. Identifikasi Permasalahan. Bertujuan untuk mendefiniskan latar belakang permasalahan yang mendasari penelitian yang dilakukan dengan metode studi dokumen menggunakan masukan dari dokumen jadwal pengembangan proyek yang menerapkan Scrum di PT. XYZ. Keluaran dari tahapan ini adalah permasalahan utama penelitian. 2. Pendalaman Masalah. Pemetaan akar masalah dengan menggunakan metode analisis Fishbone. Keluaran dari proses ini berupa pertanyaan penelitian. 3. Studi Literatur. Pelaksanaan tinjauan pustaka dilakukan untuk mencari teori, penelitian, serta metodologi yang relevan dengan pertanyaan penelitian yang telah didefinisikan pada tahapan sebelumnya yang besumber dari buku teks, makalah dan jurnal internasional sehingga menghasilkan keluaran berupa kerangka teoritis yang mendasari penelitian. 4. Penyusunan Kuesioner. Pembuatan instrumen penelitian berupa proses penyusunan kuesioner yang diadaptasi dari pertanyaan pada Scrum Maturity Model. Keluaran dari proses ini berupa Ahlijati Nuraminah Page 6 Scrum, Scrum Maturity Model

7 draft daftar pertanyaan. 5. Uji Keterbacaan Kuesioner. Sebelum disusun dalam bentuk final, daftar pertanyaan awal harus diuji coba kepada calon responden yang dinilai mempunyai karakteristik yang relatif sama dengan responden sesungguhnya. Kuesioner akan diperbaiki berdasarkan input balik dari calon responden. Jika daftar final kuesioner sudah dianggap layak untuk disebarkan, maka dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu penyebaran kuesioner. 6. Penyebaran Kuesioner. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner yang telah tersusun pada tahap sebelumnya melalui surat elektronik kepada responden. Keluaran dari proses ini adalah kuesioner yang telah terisi. 7. Analisis Kuesioner. Setelah kuesioner terkumpul kembali kemudian dilakukan analisis terhadap kuesioner menggunakan metode statistik. Keluaran dari proses ini adalah tingkat kematangan proyek pengembangan perangkat lunak yang menerapkan Scrum. 8. Identifikasi Sasaran Perbaikan. Dari tingkat kematangan yang diperoleh kemudian dilakukan identifikasi sasaran perbaikan untuk mencapai tingkat kematangan yang lebih tinggi. Tahapan ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis terhadap KPA (Key Process Area). Keluaran dari tahapan ini adalah rekomendasi sasaran perbaikan. 9. Penyusunan Kesimpulan dan Saran. Langkah terakhir adalah pembuatan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil dan analisis dari tahapan sebelumnya. Ada dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari observasi, penyebaran kuesioner dan wawancara terhadap obyek penelitian. Data sekunder didapatkan dari studi dokumentasi proyek pengembangan perangkat lunak pada PT. XYZ. Berdasarkan pertimbangan jenis data yang dibutuhkan maka subyek penelitian yang ditetapkan adalah individu yang berperan Scrum Master pada proyek pengembangan perangkat lunak yang sudah menerapkan Scrum. Ada empat proyek akan diteliti yaitu TE, NV, HMS, dan TR. Deskripsi dari keempat proyek dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Deskripsi No. 1. TE 2. NV Nama Deskripsi Tipe Client Platform Teknologi Keterangan pengembangan aplikasi sistem back office untuk perusahaan travel agent. PT. AB Desktop Application (Microsoft WPF, SQL Server) Durasi Juni 2012 Desember 2012 Tim Pengembang Scrum Master Deskripsi Delapan orang. Satu orang. Berlatar belakang programmer. pengembangan aplikasi back office dan sistem akuntansi untuk sasaran perusahaan kecil dan menengah. Ahlijati Nuraminah Page 7 Scrum, Scrum Maturity Model

8 No. Nama Tipe Client Platform Teknologi Keterangan Produk internal PT. XYZ Internal perusahaan Cloud Application (Microsoft ASP.NET, SQL Server, Windows Azure) Durasi Maret 2013 Februari 2014 Tim Pengembang Scrum Master Tujuh orang Satu orang. Berlatar belakang programmer. Pengalaman sebagai Scrum Master satu kali pada proyek TE. 3. HMS Deskripsi pengembangan aplikasi pengelolaan hotel. 4. TR Tipe Client Platform Teknologi PT. AB Durasi Mei 2013 Februari 2014 Jumlah Anggota Tim Pengembang Scrum Master Deskripsi Tipe Client Platform Teknologi Cloud Application (Microsoft ASP.NET, SQL Server, Windows Azure) Lima belas orang yang dibagi-bagi menjadi tiga tim kecil terdiri atas masing-masing lima orang Dua orang. Satu orang berlatar belakang programmer dan satu orang berlatar belakang system analyst. pengembangan portal dan aplikasi document management system PT. TR Web Application (Microsoft Sharepoint) Durasi Agustus 2014 Desember 2014 Jumlah Anggota Tim Pengembang Scrum Master Empat orang Dua orang. Satu orang berlatar belakang programmer dan satu orang berlatar belakang system analyst. Pengalaman masing-masing satu kali sebagai Scrum Master. Untuk melakukan analisis data digunakan pendekatan statistik yang diadaptasi dari untuk (Yn) + ½ (Pn) (Tn) (NAn) 100% keperluan analisis data dilakukan penilaian kuesioner menggunakan pendekatan metode Agile Maturity Model (AMM) [12]. Respon pada kuesioner adalah Ya (poin pertanyaan dijalankan/ada seluruhnya), Tidak (poin pertanyaan tidak dijalankan/tidak ada seluruhnya), Sebagian (poin pertanyaan hanya dijalankan sebagian), dan Tidak Berlaku (N/A) (poin pertanyaan tidak dapat diimplementasikan). Presentase untuk masing-masing KPA dihitung menggunakan persamaan: Dimana Y n = Jumlah jawaban Ya (N/A) P n = Jumlah jawaban Sebagian T n = Jumlah total pertanyaan NA n = Jumlah jawaban Tidak Berlaku Ahlijati Nuraminah Page 8 Scrum, Scrum Maturity Model

9 Dari nilai persentase KPA Rating yang diperoleh, maka dilakukan penafsiran penilaian ke dalam kategori berikut : Fully Achieved (Tercapai Sepenuhnya): 86% sampai 100% Largerly Achieved (Sebagian Besar Dicapai): 51% sampai 85% Partially Achieved (Sebagian Dicapai): 16% sampai 50% Not Achieved (Tidak Tercapai): 0% sampai 15% Tingkat kematangan proses pengembangan perangkat lunak yang dinilai akan berada pada level dimana seluruh KPA-nya tercapai sepenuhnya (Nilai KPA Rating 86% untuk setiap KPA). Setelah dilakukan penilaian pada masingmasing tingkat kematangan, selanjutnya dilakukan identifikasi area perbaikan Sasaran perbaikan diidentifikasi melalui jawaban dari kuesioner yang bernilai Sebagian, Tidak, atau Tidak Berlaku (N/A). Dari jawabanjawaban tersebut dipetakan praktik-praktik yang seharusnya dilakukan. 4. HASIL PENELITIAN Penyusunan kuesioner dilakukan dengan mengacu kepada Scrum Maturity Model [13]. Rincian jumlah pertanyaan untuk setiap tingkat kematangan pada masing-masing sasaran umum untuk Scrum Maturity Model dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rincian Jumlah Pertanyaan pada Scrum Maturity Model Tingkat Sasaran Umum Sasaran Khusus Jumlah Pertanyaan Basic Scrum Ada peran-peran Scrum Software Requirements Engineering Customer Relationship Ada artefak-artefak Scrum Ada pertemuan-pertemuan Scrum Sprint dilaksanakan dengan benar Definisi Product Owner jelas Manajemen Product Backlog Sprint Planning Meeting yang sukses Ada definisi Selesai Product Owner tersedia Sprint Review Meeting yang sukses Iteration Pengelolaan Sprint Backlog Standardized Project Iterasi direncanakan Daily Scrum yang sukses Velocity yang terukur Manajemen proyek yang distandarisasi Performance Sprint Retrospective yang sukses Indikator positif Penilaian Tingkat Kematangan 2 Sasaran Umum Basic Scrum Sasaran umum Basic Scrum memiliki empat sasaran khusus yaitu: 1) Ada Ahlijati Nuraminah Page 2 Scrum, Scrum Maturity Model

10 peran-peran Scrum; 2) Ada artefak-artefak Scrum; 3) Ada pertemuan-pertemuan Scrum; dan 4) Sprint dilaksanakan dengan benar. Berdasarkan hasil penilaian tingkat kematangan untuk setiap sasaran khusus yang ada di dalam sasaran umum Basic Scrum diperoleh hasil rekapitulasi KPA Tabel 5. Rating dengan nilai rata-rata sebesar 90.09% sehingga dapat dikatakan sasaran umum ini Fully Achieved (Tercapai Sepenuhnya). Rekapitulasi penilaian KPA Rating untuk sasaran umum Basic Scrum dapat dilihat pada Tabel 5. Rekapitulasi KPA Rating Sasaran Umum Basic Scrum No. Sasaran Khusus TE NV HMS TR Rata-rata 1 Ada peran-peran Scrum % % % % % 2 Ada artefak-artefak Scrum 71.43% 80.00% % 80.00% 82.86% 3 Ada pertemuan-pertemuan Scrum 90.00% 80.00% % 70.00% 85.00% 4 Sprint dilaksanakan dengan benar % % % 70.00% 92.50% Rata-rata 90.36% 90.00% % 80.00% 90.09% Interpretasi Fully Achieved (Tercapai Sepenuhnya) 4.2 Penilaian Tingkat Kematangan 2 Sasaran Umum Software Requirements Engineering Pada dasarnya proses penilaian tingkat kematangan untuk sasaran umum Software Requirement Engineering sama dengan proses pada subbab sebelumnya. Sasaran umum Software Requirement Engineering memiliki tiga sasaran khusus yaitu: 1) Definisi Product Tabel 6. Owner jelas; 2) Manajemen Product Backlog; dan 3) Sprint Planning Meeting yang sukses. Hasil rekapitulasi menunjukkan bahwa nilai rata-rata KPA Rating untuk sasaran umum Software Requirement Engineering adalah sebesar 85.07% dengan interpretasi Fully Achieved (Tercapai Sepenuhnya). Rata-rata KPA Rating untuk setiap proyek dapat dilihat pada Tabel 6. Rekapitulasi KPA Rating Sasaran Umum Software Requirement Engineering No. Sasaran Khusus TE NV HMS TR Rata-rata 1 Definisi Product Owner jelas 87.50% 83.33% 83.33% 75.00% 82.29% 2 Manajemen Product Backlog 91.67% 91.67% 91.67% 91.67% 91.67% 3 Sprint Planning Meeting yang sukses 75.00% 83.33% 91.67% 75.00% 81.25% Rata-rata 84.72% 86.11% 88.89% 80.56% 85.07% Interpretasi Fully Achieved (Tercapai Sepenuhnya) 4.3 Penilaian Tingkat Kematangan 3 Sasaran Umum Customer Relationship Penilaian tingkat kematangan sasaran umum pada subbab ini akan merinci tingkat kematangan untuk sasaran umum Customer Ahlijati Nuraminah Page 2 Scrum, Scrum Maturity Model

11 Relationship yang memiliki tiga sasaran khusus yaitu: 1) Ada Definisi Selesai/ Done; 2) Product Owner Tersedia; dan 3) Sprint Review Meeting yang Sukses. Dari ketiga sasaran khusus yang terdapat pada sasaran umum Customer Relationship, diperoleh hasil rekapitulasi KPA Rating dengan nilai rata-rata sebesar 75.00% sehingga dapat dikatakan sasaran umum ini Largerly Achieved (Sebagian Besar Dicapai). Hasil rekapitulasi secara lengkap untuk sasaran umum Customer Relationship dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rekapitulasi KPA Rating Sasaran Umum Customer Relationship No. Sasaran Khusus TE NV HMS TR Rata-rata 1 Ada definisi Selesai 75.00% 75.00% 75.00% 75.00% 75.00% 2 Product Owner tersedia % 50.00% % 50.00% 75.00% 3 Sprint Review Meeting yang sukses 75.00% 75.00% 75.00% 75.00% 75.00% Rata-rata 83.33% 66.67% 83.33% 66.67% 75.00% Interpretasi Largerly Achieved (Sebagian Besar Dicapai) 4.4 Penilaian Tingkat Kematangan Sasaran Umum Iteration Proses penilaian tingkat kematangan subbab ini pada dasarnya sama dengan subbab-subbab sebelumnya. Sasaran khusus yang dinilai adalah 1) Pengelolaan Sprint Backlog; 2) Iterasi direncanakan; dan 3) Velocity yang terukur; dan 4) Daily Scrum yang sukses. Hasil rekapitulasi KPA Rating adalah rata-rata sebesar 63.54% sehingga dapat dikatakan sasaran umum ini Largerly Achieved (Sebagian Besar Dicapai). Rata-rata KPA Rating untuk keempat proyek cukup bervariasi yang dapat dilihat pada Tabel 8.. Tabel 8. Rekapitulasi KPA Rating Sasaran Umum Iteration No. Sasaran Khusus TE NV HMS TR Rata-rata 1 Pengelolaan Sprint Backlog 57.14% 57.14% 71.43% 64.29% 62.50% 2 Iterasi direncanakan 87.50% 87.50% 87.50% 87.50% 87.50% 3 Velocity yang terukur 50.00% 33.33% 33.33% 33.33% 37.50% 4 Daily Scrum yang sukses 66.67% 58.33% 75.00% 66.67% 66.67% Rata-rata 65.33% 59.08% 66.82% 62.95% 63.54% Interpretasi Largerly Achieved (Sebagian Besar Dicapai) 4.5 Penilaian Tingkat Kematangan Sasaran Umum Standardized Project Sasaran umum Standardized Project adalah satu-satunya sasaran umum yang harus dicapai untuk mencapai tingkat kematangan 4. Sasaran umum Standardized Project hanya memiliki sebuah sasaran khusus yaitu Ahlijati Nuraminah Page 11 Scrum, Scrum Maturity Model

12 Manajemen proyek yang distandarisasi. Hasil rekapitulasi menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh keempat proyek adalah sebesar 50.00% sehingga dapat dikatakan sasaran umum ini Partially Achieved (Sebagian Dicapai). Hasil rekapitulasi lengkap dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Rekapitulasi KPA Rating Sasaran Umum Standarized Project No. Sasaran Khusus TE NV HMS TR Rata-rata 1 Manajemen proyek yang distandarisasi 50.00% 50.00% 50.00% 50.00% 50.00% Rata-rata 50.00% 50.00% 50.00% 50.00% 50.00% Interpretasi Partially Achieved (Sebagian Dicapai) 4.6 Penilaian Tingkat Kematangan Sasaran Umum Performance Penilaian tingkat kematangan untuk sasaran umum Performance dilakukan dengan melakukan penilaian pada dua sasaran khusus yaitu 1) Sprint Retrospective yang sukses dan 2) Indikator positif. Dari keempat proyek yang diteliti, diperoleh hasil rekapitulasi Tabel 10. KPA Rating dengan nilai rata-rata sebesar 45.83% sehingga dapat dikatakan sasaran umum ini Partially Achieved (Sebagian Dicapai). TE dan NV memperoleh ratarata KPA Rating yang sama sebesar 41.67%, sedangkan proyek HMS dan proyek TR samasama memperoleh KPA Rating sebesar 50.00%. Hasil rekapitulasi lengkap dapat dilihat pada Tabel 10. Rekapitulasi KPA Rating Sasaran Umum Performance No. Sasaran Khusus TE NV HMS TR Rata-rata 1 Sprint Retrospective yang sukses 50.00% 50.00% 66.67% 50.00% 54.17% 2 Indikator positif 33.33% 33.33% 33.33% 50.00% 37.50% Rata-rata 41.67% 41.67% 50.00% 50.00% 45.83% Interpretasi Partially Achieved (Sebagian Dicapai) Dari hasil penilaian tingkat kematangan untuk masing-masing sasaran umum, kemudian dilakukan rekapitulasi terhadap perolehan KPA Rating untuk menetapkan tingkat kematangan secara keseluruhan. Perolehan KPA Rating pada setiap sasaran umum akan diinterpretasi untuk menentukan apakah sebuah sasaran umum berada pada posisi Fully Achieved (Tercapai Sepenuhnya), Largerly Achieved (Sebagian Besar Dicapai), Partially Achieved (Sebagian Dicapai), atau Not Achieved (Tidak Tercapai). Tingkat kematangan secara keseluruhan akan berada pada tingkat dimana seluruh KPA dari sasaran umum tercapai sepenuhnya (Nilai KPA Rating 86% untuk setiap KPA). Berdasarkan hasil rekapitulasi KPA Rating dari seluruh sasaran umum yang telah dinilai pada semua tingkat, diperoleh hasil bahwa manajemen proyek PT. XYZ berada pada tingkat kematangan 2. Rekapitulasi perolehan KPA Rating lengkap dapat dilihat pada Tabel 11. Ahlijati Nuraminah Page 12 Scrum, Scrum Maturity Model

13 Tabel 11. Hasil Interpretasi KPA Rating Tingkat Sasaran Umum KPA Rating/ Interpretasi TE NV HMS TR Ratarata Basic Scrum Software Requirements Engineering Customer Relationship Iteration Standardized Performance Project KPA Rating 90.36% 90.00% % 82.50% 90.71% Interpretasi F F F L F KPA Rating 84.72% 86.11% 88.89% 80.56% 85.07% Interpretasi L F F L F KPA Rating 83.33% 66.67% 83.33% 66.67% 75.00% Interpretasi L L L L L KPA Rating 65.33% 59.08% 66.82% 62.95% 63.54% Interpretasi L L L L L KPA Rating 50.00% 50.00% 50.00% 50.00% 50.00% Interpretasi P P P P P KPA Rating 41.67% 41.67% 50.00% 50.00% 45.83% Interpretasi P P P P P Keterangan: N: Not Achieved L: Largerly Achieved P: Partially Achieved F: Fully Achieved Hasil pengukuran tingkat kematangan diperoleh hasil bahwa PT. XYZ masih berada pada tingkat kematangan 2. Untuk mencapai tingkat kematangan yang lebih tinggi diperlukan perbaikan-perbaikan pada proses pengembangan perangkat lunak. Sasaran perbaikan untuk mencapai tingkat di atas 2 diperoleh dengan melakukan identifikasi praktik-praktik yang harus dilakukan pada sasaran umum-sasaran umum untuk setiap tingkat dimana KPA Rating belum tercapai sepenuhnya. Pemilihan praktik didasarkan pada hasil penilaian kuesioner terhadap butirbutir pertanyaan yang bernilai Tidak, Sebagian, dan Tidak Berlaku. 4.7 Rekomendasi Sasaran Perbaikan untuk Tingkat Kematangan 3 Hasil pemetaan rekomendasi sasaran perbaikan untuk tingkat kematangan 3 ditunjukkan pada Tabel 12. Tabel 12. Rekomendasi Sasaran Perbaikan Tingkat 3 Sasaran Umum Sasaran Khusus Praktik Perbaikan Customer Relationship 1. Ada definisi Selesai 2. Product Owner tersedia 3. Sprint Review Meeting yang sukses 1. Setiap proyek perlu memastikan bahwa definisi Selesai tercapai dalam setiap iterasi 2. Setiap tim harus menghargai definisi Selesai 1. Setiap proyek harus memastikan bahwa Product Owner tersedia bagi tim 2. Setiap proyek harus memastikan bahwa Product Owner dapat dihubungi dengan mudah 1. Setiap proyek harus dapat menunjukkan hasil jadi software yang telah melalui pengujian 2. Pada setiap Sprint Review Meeting, Product Owner dan stakeholder lainnya memberikan umpan balik Ahlijati Nuraminah Page 13 Scrum, Scrum Maturity Model

14 Sasaran Umum Sasaran Khusus Praktik Perbaikan Iteration 1. Pengelolaan Sprint Backlog 2. Daily Scrum yang sukses 3. Velocity yang terukur 1. Sprint Backlog harus dibagi-bagi ke dalam pekerjaan-pekerjaan yang lebih kecil. 2. Semua anggota tim harus ikut melakukan estimasi 3. Sisa upaya untuk estimasi setiap pekerjaan diperbarui setiap hari 1. Setiap proyek harus melaksanakan Daily Scrum setiap hari kerja pada tempat dan waktu yang sama. 2. Di dalam Daily Scrum harus diidentifikasi masalah-masalah dan hambatan yang dihadapi. 3. Setiap anggota tim dapat mengetahui apa yang sedang dikerjakan anggota lainnya. 1. Sprint Burndown Chart dibuat dan dapat diakses oleh semua anggota tim 2. Sprint Burndown Chart diperbarui setiap hari 3. Scrum Master melakukan analisis rutin terhadap progres Sprint 4.8 Rekomendasi Sasaran Perbaikan untuk Tingkat Kematangan 4 Hasil pemetaan sasaran perbaikan untuk tingkat kematangan 4 ditunjukkan pada Tabel 13. Tabel 13. Rekomendasi Sasaran Perbaikan Tingkat 4 Sasaran Umum Sasaran Khusus Praktik Perbaikan Standardized Project 1. Manajemen yang Distandarisasi Semua proyek harus dikelola dengan kesesuaian pada seluruh tujuan, sasaran, dan praktik-praktik dari tingkat 2 dan 3 pada Scrum Maturity Model. 4.9 Rekomendasi Sasaran Perbaikan untuk Tingkat Kematangan 5 Tabel 14. Rekomendasi Sasaran Perbaikan Tingkat 5 Sasaran Umum Sasaran Khusus Praktik Perbaikan Performance 1. Sprint Retrospective yang Sukses 2. Indikator Positif Sasaran perbaikan untuk tingkat kematangan 5 ditunjukkan pada Tabel Sprint Retrospective Meeting harus dapat menghasilkan saran perbaikan yang konkrit 2. Beberapa saran yang dihasilkan harus dapat diimplementasikan 3. Pelajaran yang diambil dicatat 1. Setiap proyek dapat mencapai tingkat energi dan kepuasan yang tinggi dari seluruh tim 2. Setiap proyek dapat mencapai tingkat kepuasan yang tinggi dari stakeholder 3. Jam kerja tambahan langka, jika terjadi, dilakukan secara sukarela 4. Diskusi dan kritik yang membangun terjadi pada proyek 5. Eksperimen dan perbaikan proses Scrum dapat dilakukan pada setiap proyek Ahlijati Nuraminah Page 14 Scrum, Scrum Maturity Model

15 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan analisis yang telah dilakukan, berikut uraian kesimpulan penelitian: 1) PT. XYZ telah mencapai tingkat kematangan 2 pada Scrum Maturity Model. 2) Untuk tingkat kematangan 3, PT. XYZ berada pada posisi Largerly Achieved (Sebagian Besar Tercapai) 3) Untuk tingkat kematangan 4, PT. XYZ berada pada posisi Partially Achieved (Sebagian Tercapai) 4) Untuk tingkat kematangan level 5, PT. XYZ berada pada posisi Partially Achieved (Sebagian Tercapai) 5) Rekomendasi perbaikan yang disarankan ditetapkan untuk masing-masing tingkat kematangan. Untuk tingkat kematangan 3 disarankan untuk memperbaiki praktikpraktik pada sasaran khusus yang terkait dengan manajemen hubungan dengan pelanggan dan manajemen iterasi. 6) Rekomendasi perbaikan untuk tingkat kematangan 4 disarankan untuk memperbaiki sebuah praktik pada sasaran khusus yang terkait standarisasi manajemen proyek. 7) Rekomendasi perbaikan untuk tingkat kematangan 5 disarankan untuk memperbaiki praktik-praktik pada sasaran khusus yang terkait manajemen kinerja proyek. Berikut saran bagi PT. XYZ sebagai subyek penelitian: 1) Pemahaman tentang kerangka kerja Scrum beserta seluruh praktik, cara kerja dan aturan-aturannya harus diketahui dan dipahami oleh seluruh anggota tim. 2) Penerapan kerangka kerja Scrum dapat memberikan hasil yang maksimal jika diterapkan secara konsisten di semua proyek. 3) Product Owner harus diberikan pelatihan dan pemahaman yang memadai tentang tugas dan perannya selama proyek berlangsung, sehingga hubungan dengan pelanggan dapat dimaksimalkan. 4) Kerangka kerja Scrum dapat dikombinasikan dengan manajemen proyek lain untuk melingkupi aspekaspek proyek yang tidak dicakup oleh Scrum seperti aspek budget. 5) Dalam kerangka kerja Scrum, pengujian yang dilakukan sebelum demonstrasi produk masih harus ditambahkan dengan pengujian intensif misalnya system integration testing. Dari sisi akademis, berikut saran-saran yang dapat diberikan: 1) Penelitian dapat melibatkan lebih banyak proyek untuk menilai tingkat kematangan yang lebih baik. 2) Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan mengkombinasikan metode kualitatif untuk menghasilkan strategi perbaikan yang lebih sistematis dan komprehensif. DAFTAR REFERENSI [1] L. Applegate, R. D. Austin dan D. L. Soule, Corporate Information Strategy and, New York: McGraw-Hill, [2] K. Schwaber, Agile project management with Scrum, Redmond, WA: Microsoft Press, [3] K. Schwaber dan M. Beedle, Agile Software Development with Scrum, Series in Agile Software Development, Prentice Hall, [4] K. Schwaber dan J. Sutherland, The Scrum Guide, October [Online]. Available: [Diakses 20 March 2014]. [5] P. Green, Measuring the Impact of Scrum on Product Development at Adobe Systems, dalam Proceedings of the 44th Hawaii International Conference on System Sciences, Hawaai, Ahlijati Nuraminah Page 15 Scrum, Scrum Maturity Model

16 [6] V. Mahni dan N. Zabkar, Measuring Progress of Scrum-based Software Projects, ELEKTRONIKA IR ELEKTROTECHNIKA, pp. ISSN , VOL. 18, NO. 8, [7] D. Bustard, G. Wilkie dan D. Greer, The Maturation of Agile Software Development Principles and Practice Observations on Successive Industrial Studies in 2010 and 2012, dalam 20th Annual IEEE International Conference and Workshops on the Engineering of Computer Based Systems (ECBS), [8] PM Solutions, Project Maturity Model, [Online]. Available: [9] Project Institute, A Guide to the Project Body of Knowledge (PMBOK Guide), Fifth Edition, Sylva, North Carolina: PMI Publishing Division, [10] Office of Government Commerce, Portfolio, Programme & Project Maturity Model (P3M3), Office of Government Commerce, [13] A. Yin, S. Figueiredo dan M. d. S. Miguel, Scrum Maturity Model, Validation for IT organizations roadmap to develop software centered on the client role, dalam International Conference on Software Engineering Advances(ICSEA), Barcelona, [14] O. Salo dan P. Abrahamsson, Agile methods in European embedded software development organisations: A survey on the actual use and usefulness of Extreme Programming and Scrum, IET Software, pp , [15] K. Beck, M. Beedle, A. v. Bennekum, A. Cockburn, W. Cunningham, M. Fowler, J. Grenning, J. Highsmith, A. Hunt, R. Jeffries, J. Kern, B. Marick, R. C. Martin, S. Mellor, K. Schwaber, J. Sutherland dan D. Thomas, Manifesto for agile software development, [Online]. Available: [Diakses 20 March 2014]. [16] M. B. Chrissis, M. Konrad dan S. Shrum, CMMI Guidlines for Process Integration and Product Improvement, Inc. Boston, MA, USA: Addison-Wesley Longman Publishing Co., [11] M. Paulk, C. Weber, S. Garcia, M. Chirssis dan M. Bush, Capability Maturity Model for Software, Version 1.2, Pittsburgh, PA: Software Engineering Institute, Carnegie Mellon University, [12] C. Patel dan M. Ramachandran, Agile maturity model (amm): A software process improvement framework for agile software development practices, International Journal of Software, pp. 2, 3-28, Ahlijati Nuraminah Page 16 Scrum, Scrum Maturity Model

BAB III DASAR TEORI 3.1 Manajemen Risiko

BAB III DASAR TEORI 3.1 Manajemen Risiko BAB III DASAR TEORI 3.1 Manajemen Risiko Risiko mengacu pada kondisi di masa depan atau keadaan yang terjadi diluar kendali tim proyek yang akan memberikan dampak yang merugikan proyek (Dey, et al., 2007).

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Risiko Risiko adalah suatu peristiwa atau kondisi yang mungkin terjadi, yang apabila terjadi berdampak pada tujuan proyek. Risiko dinilai berdampak negatif pada tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sejarah Organisasi. Didirikan pada tahun 1987, PT Sigma Cipta Caraka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sejarah Organisasi. Didirikan pada tahun 1987, PT Sigma Cipta Caraka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Sejarah Organisasi Didirikan pada tahun 1987, PT Sigma Cipta Caraka (Telkomsigma) adalah perusahaan yang menyediakan end-to-end ICT Solutions. Memperkerjakan

Lebih terperinci

Metode Pengembangan Perangkat Lunak, Scrum

Metode Pengembangan Perangkat Lunak, Scrum 1206328370 Andreas M. C. Pangaribuan Information System, University of Indonesia Metode Pengembangan Perangkat Lunak, Scrum Sejarah dan Penjelasan Umum Scrum adalah sebuah kerangka kerja untuk mengembangkan

Lebih terperinci

Agile Planning and Estimation

Agile Planning and Estimation Agile Planning and Estimation Budi Irawan facebook.com/deerawan @masbugan blog.budiirawan.com Planning? Penting? 1 Mana yang lebih Terencana? Aku mau menikah sama kamu tahun depan Aku mau menikah sama

Lebih terperinci

METODOLOGI SCRUM. Introduksi

METODOLOGI SCRUM. Introduksi METODOLOGI SCRUM Introduksi Bagi banyak pengembang industri perangkat lunak, metodologi Agile bukanlah sesuatu yang baru. Metode ini adalah jawaban langsung atas paradigma manajemen proyek tradisional

Lebih terperinci

Implementasi Metodologi SCRUM dalam Pembangunan Situs Harga Komoditas

Implementasi Metodologi SCRUM dalam Pembangunan Situs Harga Komoditas Implementasi Metodologi SCRUM dalam Pembangunan Situs arga Komoditas Made Krisnanda Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik Universitas Katolik De La Salle Manado email: made.krisnanda@gmail.com

Lebih terperinci

Scrum Project Management

Scrum Project Management Scrum Project Management 1 1.1 Scrum Roles 2 Scrum Roles Rancangan Software Penentu & Punya Hak Veto PM* PO* SM DT* 3 Scrum Roles 4 Product Owner Bertanggung jawab penuh atas keberhasilan rancangan software

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA METODOLOGI PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK Donni Prabowo @donnipra donnipra.com ANSI Pertemuan 5 Presentasi oleh Reviewer WATERFALL WATERFALL : Summary Classic Life Cycle atau model

Lebih terperinci

PEMBUATAN TATA LAKSANA PROYEK PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI DI UNIVERSITAS X BERDASARKAN CMMI

PEMBUATAN TATA LAKSANA PROYEK PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI DI UNIVERSITAS X BERDASARKAN CMMI PEMBUATAN TATA LAKSANA PROYEK PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI DI UNIVERSITAS X BERDASARKAN CMMI Linda Hadi dan Achmad Holil Noor Ali Program Studi Magister Manajemen Teknologi ITS Email: l1nd4083@yahoo.com;

Lebih terperinci

Pengukuran Level Kematangan Proses Akademik Politeknik XYZ Menggunakan CMMI For Services (CMMI-SVC)

Pengukuran Level Kematangan Proses Akademik Politeknik XYZ Menggunakan CMMI For Services (CMMI-SVC) Pengukuran Level Kematangan Proses Akademik Politeknik XYZ Menggunakan CMMI For Services (CMMI-SVC) Fajri R Umbara 1), Alva Kharisma 2), dan Angelina Prima Kurniati ) Fakultas Informatika, Institut Teknologi

Lebih terperinci

PEMETAAN VORD KE DALAM CMMI UNTUK MENINGKATKAN ANALISIS KEBUTUHAN PERANGKAT LUNAK (STUDI KASUS SISTEM PENJUALAN SUPERMARKET SAKINAH)

PEMETAAN VORD KE DALAM CMMI UNTUK MENINGKATKAN ANALISIS KEBUTUHAN PERANGKAT LUNAK (STUDI KASUS SISTEM PENJUALAN SUPERMARKET SAKINAH) PRESENTASI TUGAS AKHIR PEMETAAN VORD KE DALAM CMMI UNTUK MENINGKATKAN ANALISIS KEBUTUHAN PERANGKAT LUNAK (STUDI KASUS SISTEM PENJUALAN SUPERMARKET SAKINAH) Nurma Prita Yanti NRP. 5207 100 034 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Ketika sebuah perusahaan pengembang software masih tergolong kecil, maka proyek di dalamnya juga relatif kecil. Dan karena proyek-proyek tersebut masih dalam skala

Lebih terperinci

Penggunaan Pendekatan CMMI dalam Metodologi Agile Development

Penggunaan Pendekatan CMMI dalam Metodologi Agile Development ISSN : 2442-8337 Penggunaan Pendekatan CMMI dalam Metodologi Agile Development Anggar Riskinanto Program Studi Sistem Informasi, STIMIK ESQ Jl. TB Simatupang Kavling 1, Cilandak, Jakarta Selatan 12560

Lebih terperinci

PEMBUATA TATA LAKSA A PROYEK PEMBA GU A SISTEM I FORMASI DI U IVERSITAS X BERDASARKA CMMI

PEMBUATA TATA LAKSA A PROYEK PEMBA GU A SISTEM I FORMASI DI U IVERSITAS X BERDASARKA CMMI PEMBUATA TATA LAKSA A PROYEK PEMBA GU A SISTEM I FORMASI DI U IVERSITAS X BERDASARKA CMMI ABSTRAK Pembangunan sistem informasi di Universitas X dilakukan dengan tidak menggunakan manajemen proyek yang

Lebih terperinci

Software Proses. Model Proses Perangkat Lunak. Pengembangan Perangkat Lunak. Framework activities 3/20/2018. System Development Life Cycle (SDLC)

Software Proses. Model Proses Perangkat Lunak. Pengembangan Perangkat Lunak. Framework activities 3/20/2018. System Development Life Cycle (SDLC) System Development Life Cycle (SDLC) Software Proses Planning Implementation Analysis Design Pengembangan Perangkat Lunak Sebuah Lapisan Teknologi Model Proses Perangkat Lunak 1. Linear Sequential Model

Lebih terperinci

Bahan Ajar Rekayasa Perangkat Lunak Agile Software Development Disiapkan oleh Umi Proboyekti

Bahan Ajar Rekayasa Perangkat Lunak Agile Software Development Disiapkan oleh Umi Proboyekti Bahan Ajar Rekayasa Perangkat Lunak Agile Software Development Disiapkan oleh Umi Proboyekti Pengantar Kata Agile berarti bersifat cepat, ringan, bebas bergerak, waspada. Kata ini digunakan sebagai kata

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA METODOLOGI PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK Donni Prabowo @donnipra donnipra.com WATERFALL WATERFALL : Summary Classic Life Cycle atau model Waterfall merupakan model yang paling banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berdirinya sebuah organisasi di dasarkan oleh visi atau tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi tersebut. Dilakukan berbagai cara untuk mencapai tujuan agar kinerja

Lebih terperinci

PENGUKURAN TINGKAT KEMATANGAN SISTEM OTOMASI PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA DENGAN MENGGUNAKAN CMMI

PENGUKURAN TINGKAT KEMATANGAN SISTEM OTOMASI PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA DENGAN MENGGUNAKAN CMMI PENGUKURAN TINGKAT KEMATANGAN SISTEM OTOMASI PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA DENGAN MENGGUNAKAN CMMI Lily Puspa Dewi 1, Ibnu Gunawan 2, Raymond 3 1,2,3 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. XYZ merupakan sebuah perusahaan yang memproduksi sepeda motor Y di Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada 11 Juni 1971 dengan nama PT. A. Pada tahun 2000 perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN DESAIN SISTEM INFORMASI AKADEMIK POLITEKNIK NEGERI MALANG MENGGUNAKAN METODE RAPID APPLICATION DEVELOPMENT (RAD)

ANALISIS DAN DESAIN SISTEM INFORMASI AKADEMIK POLITEKNIK NEGERI MALANG MENGGUNAKAN METODE RAPID APPLICATION DEVELOPMENT (RAD) ANALISIS DAN DESAIN SISTEM INFORMASI AKADEMIK POLITEKNIK NEGERI MALANG MENGGUNAKAN METODE RAPID APPLICATION DEVELOPMENT (RAD) Pramana Yoga Saputra 1) dan Daniel Oranova Siahaan 2) 1) Program Studi Magister

Lebih terperinci

PEMBUATAN PERANGKAT AUDIT PERENCANAAN PROYEK PERANGKAT LUNAK BERDASARKAN CMMI 1.2 PADA PT GRATIKA

PEMBUATAN PERANGKAT AUDIT PERENCANAAN PROYEK PERANGKAT LUNAK BERDASARKAN CMMI 1.2 PADA PT GRATIKA PEMBUATAN PERANGKAT AUDIT PERENCANAAN PROYEK PERANGKAT LUNAK BERDASARKAN CMMI 1.2 PADA PT GRATIKA Irvan Nurachman 5206100012 Pembimbing: Ir. Aris Tjahyanto, M.Kom Apol Pribadi Subriadi, S.T, M.T Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut adalah metode pemodelan (notation), proses (process) dan tool yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut adalah metode pemodelan (notation), proses (process) dan tool yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini piranti lunak semakin luas penggunaannya, baik untuk sistem yang sederhana maupun untuk sistem yang kompleks. Piranti lunak diharapkan menghasilkan luaran

Lebih terperinci

Panduan Scrum. Rincian Panduan Scrum: Aturan Main. Juli Dikembangkan & dikelola oleh Ken Schwaber dan Jeff Sutherland

Panduan Scrum. Rincian Panduan Scrum: Aturan Main. Juli Dikembangkan & dikelola oleh Ken Schwaber dan Jeff Sutherland Panduan Scrum Rincian Panduan Scrum: Aturan Main Juli 2013 Dikembangkan & dikelola oleh Ken Schwaber dan Jeff Sutherland Daftar Isi Tujuan dari Panduan Scrum... 3 Definisi Scrum... 3 Teori Scrum... 3 Tim

Lebih terperinci

Capability Maturity Model Integration (CMMI)

Capability Maturity Model Integration (CMMI) Capability Maturity Model Integration (CMMI) MAKALAH Eka Saputra Destilvianus (321110012) Jonathan Hendry Gunawan (321110013) Margaretha Felicia (321110017) SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PROSES DESAIN. 1. Metodologi Pengembangan Sistem

PROSES DESAIN. 1. Metodologi Pengembangan Sistem PROSES DESAIN 1. Metodologi Pengembangan Sistem SDLC (Systems Development Life Cycle) dalam rekayasa sistem dan rekayasa perangkat lunak adalah proses pembuatan dan pengubahan sistem serta model dan metodologi

Lebih terperinci

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A )

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A ) Media Indormatika Vol. 8 No. 3 (2009) PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A ) Hartanto Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL KINERJA SISTEM ERP PADA MODUL MATERIAL MANAGEMENT

BAB 4 HASIL KINERJA SISTEM ERP PADA MODUL MATERIAL MANAGEMENT 124 BAB 4 HASIL KINERJA SISTEM ERP PADA MODUL MATERIAL MANAGEMENT 4.1 Evaluasi Perspektif dalam IT Balanced Scorecard Sesudah menetapkan ukuran dan sasaran strategis dari masing-masing perspektif IT balanced

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI BACK OFFICE PADA BINUS CENTER

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI BACK OFFICE PADA BINUS CENTER PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI BACK OFFICE PADA BINUS CENTER FREDDY GUNAWAN 1501147095 HARRIS PRAJOGO 1501158022 DARWIN WIRAWAN 1501159076 Natalia Chandra, S.Kom, M.Sc. BINUS UNIVERSITY JL. K. H. SYAHDAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA PROSES MANAJEMEN PROYEK TI MENGGUNAKAN COBIT 4.1 (STUDI KASUS PUSDATA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM)

PERANCANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA PROSES MANAJEMEN PROYEK TI MENGGUNAKAN COBIT 4.1 (STUDI KASUS PUSDATA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM) PERANCANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA PROSES MANAJEMEN PROYEK TI MENGGUNAKAN COBIT 4.1 (STUDI KASUS PUSDATA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM) Ingwang Diwang Katon 1 dan R. V. Hari Ginardi 2 Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Skripsi/Tugas Akhir adalah merupakan karya ilmiah yang disusun oleh mahasiswa berdasarkan hasil penelitian laboratorium atau penelitian lapangan dengan bimbingan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Latar Belakang CMMI (Capability Maturity Model Integration) Menurut Dennis M. Ahern, Aaron Clouse, dan Richard Turner, dalam buku mereka yang berjudul CMMI Distilled: A Practical

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEBUTUHAN AKAN SOFTWARE QUALITY SEBAGAI FAKTOR PENDORONG PENERAPAN CMM-SW

PENINGKATAN KEBUTUHAN AKAN SOFTWARE QUALITY SEBAGAI FAKTOR PENDORONG PENERAPAN CMM-SW PENINGKATAN KEBUTUHAN AKAN SOFTWARE QUALITY SEBAGAI FAKTOR PENDORONG PENERAPAN CMM-SW Firman Anindra, Ina Agustina Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Komunikasi dan Informatika, Universitas Nasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Fakultas Ilmu Terapan Universitas Telkom Bandung memiliki sepuluh Kelompok Keahlian (KK) yaitu Programming, IT Governance, Rekayasa Perangkat Lunak dan Data,

Lebih terperinci

MODEL PENILAIAN KAPABILITAS PROSES OPTIMASI RESIKO TI BERDASARKAN COBIT 5

MODEL PENILAIAN KAPABILITAS PROSES OPTIMASI RESIKO TI BERDASARKAN COBIT 5 MODEL PENILAIAN KAPABILITAS PROSES OPTIMASI RESIKO TI BERDASARKAN COBIT 5 Rahmi Eka Putri Program Studi Sistem Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Andalas e-mail : rahmi230784@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

PENGANTAR MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK

PENGANTAR MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK PENGANTAR MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Proyek Sebuah proyek adalah "usaha sementara

Lebih terperinci

Manajemen Mutu Proyek (Manajemen Kualitas)

Manajemen Mutu Proyek (Manajemen Kualitas) Manajemen Mutu Proyek (Manajemen Kualitas) What is quality? The International Organization for Standardization (ISO) defines quality as the degree to which a set of inherent characteristics fulfils requirements

Lebih terperinci

Pengembangan Enterprise Resource Planning (ERP) dengan Scrum

Pengembangan Enterprise Resource Planning (ERP) dengan Scrum Pengembangan Enterprise Resource Planning (ERP) dengan Scrum Firmansyah Abstract Waterfall have many problem, waterfall is not permission to change on development, needed to many team and needed to many

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam proses penelitian ini ditujukan untuk menilai posisi perusahaan saat ini dan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam proses penelitian ini ditujukan untuk menilai posisi perusahaan saat ini dan BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistimatis dalam waktu yang relatif lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan yang berlaku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Risiko adalah suatu peristiwa atau kondisi yang tidak menentu, yang jika terjadi berpengaruh pada setidaknya satu tujuan proyek. Tujuan proyek dapat mencakup ruang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian harus ditentukan untuk dapat menjadi tolak ukur apakah data penelitian yang telah dikumpulkan, memang cocok dengan penelitian yang dilakukan.

Lebih terperinci

RAHMADINI DARWAS. Program Magister Sistem Informasi Akuntansi Jakarta 2010, Universitas Gunadarma Abstrak

RAHMADINI DARWAS. Program Magister Sistem Informasi Akuntansi Jakarta 2010, Universitas Gunadarma Abstrak EVALUASI PERAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KOPERASI SWADHARMA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MATURITY LEVEL PADA KERANGKA KERJA COBIT PADA DOMAIN PLAN AND ORGANISE RAHMADINI DARWAS Program Magister Sistem Informasi

Lebih terperinci

Agoeng Bhimasta Yetli Oslan

Agoeng Bhimasta Yetli Oslan IMPLEMENTASI CMMI PADA SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN MATAKULIAH SKRIPSI, KERJA PRAKTIK, DAN PEMROGRAMAN TERINTEGRASI TERAPAN DI PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI UKDW Agoeng Bhimasta Yetli Oslan Abstrak Manajemen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY. Visi yang dimiliki oleh BSI UMY adalah menjadi Biro yang mampu meningkatkan posisi UMY sebagai

Lebih terperinci

SOFTWARE PROCESS & METHOD

SOFTWARE PROCESS & METHOD REKAYASA PERANGKAT LUNAK SOFTWARE PROCESS & METHOD Defri Kurniawan M.Kom Software Process Software Process merupakan serangkaian kegiatan yang mengarah ke produksi produk perangkat lunak (Ian Sommerville,

Lebih terperinci

Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ

Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ Dimas Setiawan 1, Dana Indra Sensuse 2 1,2 Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia Kampus UI Depok Indonesia 1 dimas_setiawan.mailbox@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini adalah langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari tahap persiapan penelitian hingga pembuatan dokumentasi

Lebih terperinci

Pengembangan Fitur Notifikasi pada Website Application Comic Strip rupi.co Menggunakan Metode Agile

Pengembangan Fitur Notifikasi pada Website Application Comic Strip rupi.co Menggunakan Metode Agile ISSN 1411-0059 Pengembangan Fitur Notifikasi pada Website Application Comic Strip rupi.co Menggunakan Metode Agile Moh. Roziq Bahtiar 1 dan Anggraini Mulwinda 2 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, dan pengajaran dalam lingkungan pembelajarannya. Sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, dan pengajaran dalam lingkungan pembelajarannya. Sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi saat ini berkembang dengan sangat pesat. Didukung dengan adanya internet, akses terhadap informasi menjadi lebih mudah dan cepat. Banyak perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan dipaparkan sejumlah penelitian terdahulu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan dipaparkan sejumlah penelitian terdahulu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Fokus utama usulan penelitian adalah melakukan adaptasi model pengukuran tingkat kematangan infrastruktur TI dan melakukan evaluasi ke obyek penelitian. Pada bagian ini akan dipaparkan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Capability Maturity Model Integration

Pemanfaatan Capability Maturity Model Integration Pemanfaatan Capability Maturity Model Integration (CMMI) Untuk Meningkatkan Kualitas Perangkat Lunak (Studi Kasus: Sistem Informasi Akademik Universitas Negeri Manado) 1 Alfrina Mewengkang Program Studi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini perkembangan di bidang teknologi sudah semakin pesat. Perkembangan di bidang IT sangat membantu dalam berbagai aspek kehidupan salah satunya untuk pendidikan.

Lebih terperinci

Developing an Enterprise Architecture Management Plan

Developing an Enterprise Architecture Management Plan Developing an Enterprise Architecture Management Plan Learning Objectives LOGO Memahami tujuan dari rencana pengelolaan EA Melihat format contoh untuk rencana pengelolaan EA Memahami jenis konten yang

Lebih terperinci

Knowledge Management Tools

Knowledge Management Tools Knowledge Management Tools Ada beberapa faktor yang dapat memotivasi sebuah organisasi untuk membentuk manajemen formal dan pengetahuan sistematis, termasuk keinginan atau kebutuhan untuk : i. mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dan perkembangan industri teknologi informasi dewasa ini telah meningkatkan tekanan terhadap perusahaan dan bisnis yang dijalankan untuk tetap dapat

Lebih terperinci

Panduan Scrum. Panduan Definitif untuk Scrum: Aturan Main. November 2017

Panduan Scrum. Panduan Definitif untuk Scrum: Aturan Main. November 2017 Panduan Scrum Panduan Definitif untuk Scrum: Aturan Main November 2017 Dikembangkan dan dipertahankan oleh pencipta Scrum: Ken Schwaber dan Jeff Sutherland BAHASA INDONESIAN Daftar Isi Tujuan dari Panduan

Lebih terperinci

MENGAPA PROYEK PERANGKAT LUNAK GAGAL ( PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO DALAM PROYEK PERANGKAT LUNAK )

MENGAPA PROYEK PERANGKAT LUNAK GAGAL ( PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO DALAM PROYEK PERANGKAT LUNAK ) MENGAPA PROYEK PERANGKAT LUNAK GAGAL ( PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO DALAM PROYEK PERANGKAT LUNAK ) Yasmi Afrizal Dosen Jurusan Manajemen Informatika Universitas Komputer Indonesia ABSTRAK Tingkat kegagalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan beberapa hal mendasar pada penulisan tugas akhir ini. Hal-hal tersebut meliputi latar belakang, permasalahan, batasan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika pembahasan

Lebih terperinci

Perbedaan Pengembangan Software Dan Pengembangan Sistem Informasi

Perbedaan Pengembangan Software Dan Pengembangan Sistem Informasi Perbedaan Pengembangan Software Dan Pengembangan Sistem Informasi a. Pengembangan Sistem Informasi Sistem informasi dapat merupakan kombinasi teratur apapun dari orang-orang, hardware, software, jaringan

Lebih terperinci

Software Development Life Cycle (SDLC)

Software Development Life Cycle (SDLC) Software Development Life Cycle (SDLC) Budi Irawan facebook.com/deerawan @masbugan blog.budiirawan.com Kenapa butuh SDLC? 1 2 Software pun harus punya dan butuh siklus hidup SDLC 3 Apa itu SDLC? Siklus

Lebih terperinci

MENINGKATKAN DAYA SAING LABORATORIUM KLINIK XYZ DENGAN CMMI-SVC

MENINGKATKAN DAYA SAING LABORATORIUM KLINIK XYZ DENGAN CMMI-SVC MENINGKATKAN DAYA SAING LABORATORIUM KLINIK XYZ DENGAN CMMI-SVC Fardanto Setyatama 1) dan Hari Ginardi 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Cokroaminoto

Lebih terperinci

Aplikasi Web Manajemen Proyek Sistem Informasi. Sheren Informatika / Fakultas Teknik

Aplikasi Web Manajemen Proyek Sistem Informasi. Sheren Informatika / Fakultas Teknik Aplikasi Web Manajemen Proyek Sistem Informasi Sheren Informatika / Fakultas Teknik she_ren_peace@yahoo.com ABSTRAK Pengembangan proyek sistem informasi memiliki tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu

Lebih terperinci

RANCANGAN MODEL ARSITEKTUR TEKNOLOGI INFORMASI SISTEM PERBANKAN DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA TOGAF

RANCANGAN MODEL ARSITEKTUR TEKNOLOGI INFORMASI SISTEM PERBANKAN DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA TOGAF RANCANGAN MODEL ARSITEKTUR TEKNOLOGI INFORMASI SISTEM PERBANKAN DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA TOGAF Ibrahim 1, Lela Nurpulaela 2 1,2 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Singaperbangsa Karawang

Lebih terperinci

Perancangan Dashboard Sistem Informasi Untuk Agile Manajemen Proyek dengan Menggunakan JIRA Studi Kasus di PT. FLASHiZ Indonesia

Perancangan Dashboard Sistem Informasi Untuk Agile Manajemen Proyek dengan Menggunakan JIRA Studi Kasus di PT. FLASHiZ Indonesia Perancangan Dashboard Sistem Informasi Untuk Agile Manajemen Proyek dengan Menggunakan JIRA Studi Kasus di PT. FLASHiZ Indonesia Prawido Utomo 1, Setiawan 2, Franky Wibisono Prayitno 3 1,2 Dosen STMIK

Lebih terperinci

AUDIT MANAJEMEN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN COBIT 4.1 PADA SISTEM TRANSAKSI KEUANGAN

AUDIT MANAJEMEN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN COBIT 4.1 PADA SISTEM TRANSAKSI KEUANGAN AUDIT MANAJEMEN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN COBIT 4.1 PADA SISTEM TRANSAKSI KEUANGAN Munirul Ula, Muhammad Sadli Dosen Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh

Lebih terperinci

No Course Duration Price (IDR) Type Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

No Course Duration Price (IDR) Type Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Administration 3 0 Administering Windows Server 0 Configuring and Troubleshooting Windows Server 00 Active Directory Domain Services CISSP (Certified Information Systems Security Professional) Exam Preparation

Lebih terperinci

Teknik Informatika S1

Teknik Informatika S1 Software Process(2) Teknik Informatika S1 Rekayasa Perangkat Lunak 1. Linear Sequential Model 1. Waterfall Model 2. V Model 3. RAD Model 2. Prototyping Model 3. Evolutionary Model 1. Incremental Model

Lebih terperinci

Teknik Informatika S1

Teknik Informatika S1 Teknik Informatika S1 Software Requirement Engineering Requirement Classification Disusun Oleh: Egia Rosi Subhiyakto, M.Kom, M.CS Teknik Informatika UDINUS egia@dsn.dinus.ac.id +6285740278021 SILABUS MATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam mendukung tercapainya strategi dan visi perusahaan, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam mendukung tercapainya strategi dan visi perusahaan, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Teknologi Informasi (TI) mulai menjadi bagian yang sangat penting dalam mendukung tercapainya strategi dan visi perusahaan, hal ini didasari oleh survei

Lebih terperinci

Perancangan Cetak Biru Teknologi Informasi

Perancangan Cetak Biru Teknologi Informasi Perancangan Cetak Biru Teknologi Informasi Budi Daryatmo STMIK MDP Palembang budi_daryatmo@yahoo.com Abstrak: Pengelolaan TI perlu direncanakan dan dituangkan dalam bentuk cetak biru TI sehingga organisasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Perpustakaan Universitas Islam Riau yang beralamat di jalan Kaharudin Nasution No. 113, Perhentian Marpoyan. Pekanbaru. 3.2.

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) CSG3K3 MANAJEMEN PROYEK TEKNOLOGI INFORMASI Disusun oleh: Angelina Prima Kurniati Kemas Rahmat Saleh Wiharja Mira Kania Sabariah Ibnu Asror Nungky Selviando Shinta Yulia

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENINGKATAN KEMATANGAN TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN ACMM DAN TOGAF PADA POLITEKNIK XYZ

PERENCANAAN PENINGKATAN KEMATANGAN TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN ACMM DAN TOGAF PADA POLITEKNIK XYZ ISSN : 2302-3805 PERENCANAAN PENINGKATAN KEMATANGAN TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN ACMM DAN TOGAF PADA POLITEKNIK XYZ Agus Hermanto 1), Fridy Mandita 2), Supangat 3) 1), 2, 3) Teknik Informatika Universitas

Lebih terperinci

Sistem Pakar. Tahap-tahap Pengembangan Sistem Pakar. Kelas A & B. Jonh Fredrik Ulysses

Sistem Pakar. Tahap-tahap Pengembangan Sistem Pakar. Kelas A & B. Jonh Fredrik Ulysses Sistem Pakar Tahap-tahap Pengembangan Sistem Pakar Kelas A & B Jonh Fredrik Ulysses jonh.fredrik.u@gmail.com Pengantar Sistem Pakar sebagai sistem memiliki 6 Fase pengembangan: Inisialisasi Analisis dan

Lebih terperinci

Tingkat Kapabilitas Tata Kelola TI Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Sam Ratulangi

Tingkat Kapabilitas Tata Kelola TI Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Sam Ratulangi Tingkat Kapabilitas Tata Kelola TI Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Sam Ratulangi Wella 1, Anasthasia Tampi 2 Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Informatika, Universitas Multimedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Risiko merupakan kondisi di masa depan atau keadaan yang terjadi diluar kendali tim proyek yang akan memberikan dampak yang merugikan proyek (Dey, et al., 2007).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori yang digunakan untuk memperkuat penelitian ini meliputi Skripsi/Tugas Akhir, Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), Software Development Process meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk Bogasari Division sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk Bogasari Division sebagai salah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Industri tepung terigu merupakan industri dengan pertumbuhan yang tinggi di jaman Orde Baru. Hal ini karena industri tepung terigu merupakan industri

Lebih terperinci

Galin, SQA from Theory to Education Limited 2004

Galin, SQA from Theory to Education Limited 2004 Galin, SQA from Theory to Implementation @Pearson Education Limited 2004 Galin, SQA from Theory to Implementation @Pearson Education Limited 2004 Galin, SQA from Theory to Implementation @Pearson Education

Lebih terperinci

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise)

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise) COBIT Control Objective for Information and related Technology Dikeluarkan dan disusun oleh IT Governance Institute yang merupakan bagian dari ISACA (Information Systems Audit and Control Association)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda domisili tersebut, melakukan pekerjaan secara remote, khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. berbeda domisili tersebut, melakukan pekerjaan secara remote, khususnya pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT. Garasilabs Manivesta merupakan sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang jasa pembuatan perangkat lunak seperti toko online, sistem perhotelan, serta

Lebih terperinci

BAB 9. STANDAR DAN PROSEDUR (BAGIAN KEEMPAT)

BAB 9. STANDAR DAN PROSEDUR (BAGIAN KEEMPAT) BAB 9. STANDAR DAN PROSEDUR (BAGIAN KEEMPAT) PENDAHULUAN Diskripsi Singkat Manfaat Audit dan kontrol pada teknologi informasi dan komunikasi dilaksanakan dengan didasarkan pada standar dan prosedur yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian dalam penyusunan tugas akhir ini adalah di Badan Kepegawaian Daerah Kota Semarang. Terletak pada Jl. Pemuda No. 148 lt.5 Semarang Telp.3586680,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bermanfaat guna mendukung pengambilan keputusan secara tepat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bermanfaat guna mendukung pengambilan keputusan secara tepat dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi yang pesat khususnya di bidang teknologi komunikasi dan informasi membawa perubahan yang besar di berbagai bidang kehidupan. Dalam kemajuan teknologi,

Lebih terperinci

Software Engineering - Defined

Software Engineering - Defined Pertemuan 2,3 Software Engineering - Defined (1969) Software engineering adalah pembentukan dan penggunaan prinsip-prinsip rekayasa untuk memperoleh perangkat lunak secara ekonomis yang handal dan bekerja

Lebih terperinci

PERENCANAAN PROYEK BERBASIS RISIKO PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ASET DI PDAM KOTAMADYA MALANG BERBASIS ISO/FDIS 31000:2009

PERENCANAAN PROYEK BERBASIS RISIKO PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ASET DI PDAM KOTAMADYA MALANG BERBASIS ISO/FDIS 31000:2009 Makalah Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIV MMT-ITS PERENCANAAN PROYEK BERBASIS RISIKO PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ASET DI PDAM KOTAMADYA MALANG BERBASIS ISO/FDIS 31000:2009 ANTONIUS GATOT

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan sistem informasi (TI/SI) memberikan

BABI PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan sistem informasi (TI/SI) memberikan 1 BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan sistem informasi (TI/SI) memberikan dampak pada berkembangnya proses bisnis. Proses bisnis dengan dukungan TI dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

PENJAMINAN KUALITAS SOFTWARE pada SIKLUS HIDUP PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK PROTOTYPING

PENJAMINAN KUALITAS SOFTWARE pada SIKLUS HIDUP PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK PROTOTYPING PENJAMINAN KUALITAS SOFTWARE pada SIKLUS HIDUP PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK PROTOTYPING M. Nasrullah (5209100704) Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan pada bab ini akan menjelaskan tentang latar belakang permasalahan diadakannya penelitian mengenai audit, rumusan masalah yang terjadi didalam melakukan penelitian, batasan

Lebih terperinci

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE UNTUK PENINGKATAN KUALITAS MANAJEMEN LAYANAN PADA BAGIAN ADMINISTRASI AKADEMIK STIKOM SURABAYA

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE UNTUK PENINGKATAN KUALITAS MANAJEMEN LAYANAN PADA BAGIAN ADMINISTRASI AKADEMIK STIKOM SURABAYA PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE UNTUK PENINGKATAN KUALITAS MANAJEMEN LAYANAN PADA BAGIAN ADMINISTRASI AKADEMIK STIKOM SURABAYA Yoppy Mirza Maulana 1) dan Febriliyan Samopa ) 1) Program Studi Magister

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KERANGKA KERJA SCRUM PADA MANAJEMEN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI

IMPLEMENTASI KERANGKA KERJA SCRUM PADA MANAJEMEN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI IMPLEMENTASI KERANGKA KERJA SCRUM PADA MANAJEMEN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI M. Arif Firdaus Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta Jl Ring road Utara, Condongcatur, Sleman, Yogyakarta 55281 Email

Lebih terperinci

Tujuan Perkuliahan. PENGANTAR RPL (Pert. 2 chapter 1 Pressman) Agenda. Definisi Software (Perangkat Lunak) Lunak) 23/09/2010

Tujuan Perkuliahan. PENGANTAR RPL (Pert. 2 chapter 1 Pressman) Agenda. Definisi Software (Perangkat Lunak) Lunak) 23/09/2010 Tujuan Perkuliahan PENGANTAR RPL (Pert. 2 chapter 1 Pressman) Oleh : Sarwosri, S.Kom, M.T. Umi Laili Yuhana, S.Kom, M.Sc. Memberikan gambaran tentang perangkat lunak, rekayasa perangkat lunak. Memberikan

Lebih terperinci

Kesesuaian Capability Maturity Model Integration Development V1.2 (CMMI Dev. V1.2) Terhadap ISO 9001

Kesesuaian Capability Maturity Model Integration Development V1.2 (CMMI Dev. V1.2) Terhadap ISO 9001 Kesesuaian Capability Maturity Model Integration Development V1.2 (CMMI Dev. V1.2) Terhadap ISO 9001 Waniwatining Astuti STMIK MDP Palembang wani@stmik-mdp.net Abstrak: Kesesuaian CMMI Development V1.2

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 2. Kajian Pustaka

1. Pendahuluan 2. Kajian Pustaka 1. Pendahuluan Seiring dengan kemajuan dan perkembangan teknologi informasi (TI), Seiring dengan kemajuan dan perkembangan teknologi informasi (TI) dan sistem informasi (SI), penggunaan komputer dalam

Lebih terperinci

Rancang Bangun Aplikasi Web Informasi Eksekutif Pada Pemerintah Kabupaten XYZ

Rancang Bangun Aplikasi Web Informasi Eksekutif Pada Pemerintah Kabupaten XYZ JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-476 Rancang Bangun Aplikasi Web Informasi Eksekutif Pada Pemerintah Kabupaten XYZ Sonny Ariyanto Prabowo, Sholiq dan Feby

Lebih terperinci

Hanif Fakhrurroja, MT

Hanif Fakhrurroja, MT Pertemuan 3 Sistem Informasi Manajemen Komputer: Pengertian Analisis dan Perancangan Sistem Hanif Fakhrurroja, MT PIKSI GANESHA, 2013 Hanif Fakhrurroja @hanifoza hanifoza@gmail.com Latar Belakang Latar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi merupakan teknologi yang dapat digunakan untuk membantu manusia dalam memproses data untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat. Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

PERENCANAAN PROYEK BERBASIS RISIKO PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ASET DI PDAM KOTA MALANG BERBASIS ISO/FDIS 31000:2009

PERENCANAAN PROYEK BERBASIS RISIKO PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ASET DI PDAM KOTA MALANG BERBASIS ISO/FDIS 31000:2009 PERENCANAAN PROYEK BERBASIS RISIKO PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ASET DI PDAM KOTA MALANG BERBASIS ISO/FDIS 31000:2009 Antonius Gatot Yudo Pratomo, Aris Tjahyanto Magister Manajemen Teknologi,

Lebih terperinci

SOFTWARE PROCESS MODEL

SOFTWARE PROCESS MODEL Bahan Ajar Rekaya Perangkat Lunak SOFTWARE PROCESS MODEL Linear SequentialModel/ Waterfall Model Model ini adalah model klasik yang bersifat sistematis, berurutan dalam membangun software. Berikut ini

Lebih terperinci