Subsistem Pemasaran dan Perdagangan Internasional: Mengembangkan Sumber Pertumbuhan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Subsistem Pemasaran dan Perdagangan Internasional: Mengembangkan Sumber Pertumbuhan"

Transkripsi

1 Bab 4 Subsistem Pemasaran dan Perdagangan Internasional: Mengembangkan Sumber Pertumbuhan o Biar Saja Sidang WTO Gagal o Mengelak Dari Khotbah Organisasi Internasional o Mengantisipasi Dampak Krisis Ekonomi Global o Manfaatkan Cairns Group dan G33 Secara Cerdas o Bersaing Dalam ASEAN - China FTA

2 30 November 13 Desember 2005 Biar Saja Sidang WTO Gagal AWAL DESEMBER 2005, World Trade Organisation (WTO) akan bersidang di Hongkong. Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec. Menteri Pertanian periode , saat diwawancarai AGRINA berpesan, Janganlah kita menjadi anak baik yang mengorbankan kepentingan sendiri. Seberapa penting bagi Indonesia perdagangan internasional itu? Bagi Indonesia, perdagangan hasil pertanian punya peranan penting karena kita sebagai eksportir besar sekaligus importir besar. Kita eksportir produk perkebunan dan importir produk pangan. Artinya, perdagangan internasional mempunyai peranan penting dalam pembangunan sistem agribisnis atau pembangunan pertanian kita. Oleh karena itu, harus dibuat sedemikian rupa agar perdagangan internasional itu menjadi alat untuk pembangunan sistem agribisnis kita, jangan menjadi alat untuk penghambat. Negosiasi WTO belakangan ini macet justru karena kemacetan dalam negosiasi pertanian. Produk pertanian juga sangat penting bagi negara-negara maju. Di negara maju, terdapat kekuatan petani yang demikian besarnya. Memang jumlah petaninya tidak terlalu besar tapi pengaruh politiknya besar. Mereka mampu memaksa pemerintahnya untuk memproteksi pertaniannya dari perdagangan internasional. Oleh karena itu, negara-negara maju hanya ngomong masalah free trade, tapi dalam bidang pertanian mereka sering tidak melakukan khotbahnya. Beda halnya dengan negara-negara berkembang, produk pertanian adalah produk utama perdagangan mereka. Sebab itu, bila WTO berusaha menciptakan perdagangan bebas produk pertanian tapi tidak fair, maka akan merugikan negara-negara berkembang. Alasannya, negara maju mampu memproteksi pertaniannya dengan subsidi yang besar, tarif, dan hambatan teknis. Sedangkan negara berkembang hanya tarif, sementara dalam hal subsidi dan persyaratan teknis tidak mampu. Tarif pun kesulitan karena mereka dipaksa untuk menghilangkannya oleh negara maju dan organisasi dunia, seperti bank dunia dan IMF. Jadi, ada ketidakadilan luar biasa dalam perdagangan internasional hasil-hasil pertanian. Awal Desember mendatang akan ada sidang WTO di Hongkong, apa bahasan pokoknya? Sidang WTO di Seattle, Amerika Serikat gagal karena kepentingan negara-negara berkembang tidak diperhatikan. Kemudian dilanjutkan sidang di Doha, Qatar, berhasil. Berikutnya, pertemuan di Cancun (Meksiko) tahun lalu, WTO gagal menerjemahkan Doha Rounds. Dalam Doha Rounds sudah disepakati adanya trade for development, khu- 164

3 susnya pembangunan negara berkembang. Faktor utama penyebab kegagalan negosiasi di Cancun adalah kekurangrelaan negara-negara maju untuk mengakomodasi kepentingan negara-negara berkembang. Dan kebetulan negara-negara berkembang sudah lebih terorganisir, saat itu ada G20 yang dipimpin India dan Brasil serta G33 dipimpin oleh Indonesia dan Filipina. Jadi, kegagalan di Cancun itu mau diperbaiki di Hongkong. Lantas bagaimana sikap kita menghadapi sidang WTO di Hongkong? Indonesia harus berjuang habis-habisan. Jangan lagi menjadi anak yang baik sehingga kepentingan Indonesia sendiri sering terabaikan. Negosiator kita harus lebih berani dan taktis untuk memperjuangkan kepentingan kita. Tidak ada gunanya sidang WTO sukses, tetapi hasilnya merugikan kepentingan nasional. Lebih baik WTO stagnan seperti sekarang daripada jalan tapi merugikan kita. Yang perlu diperjuangkan adalah kelanjutan dari yang telah diperjuangkan selama ini, memperjuangan ide produk strategis. Bagi kita produk strategis ada empat, yakni beras, jagung, kedelai, dan gula. Kita memilih keempat produk itu karena pada produk tersebut petani kita belum mampu bersaing dengan produk impor yang membanjiri negara kita. Sementara produk tersebut disubsidi di negara asalnya. Produk strategis itu harus diperjuangkan untuk memperoleh kebebasan dalam merumuskan kebijakan guna memperkuat ketahanan pangan, meningkatkan pendapatan petani, dan menyediakan lapangan kerja. Beras dan gula sudah berhasil dirumuskan kebijakan nasionalnya dalam bentuk proteksi dan promosi. Kebijakan ini harus dipertahankan dan diperjuangkan sampai negara-negara lain menghilangkan proteksinya, dan petani kita melalui kebijakan promosi sudah siap bersaing. Kebijakan proteksi dan promosi pada beras dan gula yang diterapkan beberapa tahun terakhir sudah kelihatan hasilnya. Kita juga perlu merumuskan dan memperjuangkan untuk komoditas jagung dan kedelai. Apa yang perlu dipersiapkan negosiator kita? Harus ada persiapan yang matang dari delegasi Indonesia untuk menghadapi semua tantangan. Bahkan negosiasi jangan hanya pada sidang WTO, tapi jauh-jauh hari sebelum sidang sudah harus dilakukan. Mereka harus dilengkapi konsep yang matang dari dalam negeri. Untuk itu pemerintah perlu melakukan diskusi dengan para asosiasi petani dan asosiasi agribisnis Indonesia. Usahakan juga agar mereka bisa ikut dalam sidang WTO sebagai delegasi yang membantu pemerintah. Di sana mereka bisa bergabung dengan para petani dari negara lain untuk memperjuangkan kepentingan pertanian negara dunia ketiga. Negosiator kita juga harus lebih memperkuat G20 dan G33 karena kita tidak bisa berjuang sendiri tapi berjuang bersama-sama. Bahkan kita juga harus memobilisasi LSM lokal yang sepaham untuk memobilisasi LSM internasional agar ikut memperjuangkan kepentingan negara-negara berkembang. Singkatnya, lebih baik sidang WTO gagal daripada kepentingan nasional kita dirugikan.*** 165

4 4 17 Oktober 2006 Mengelak dari Khotbah Organisasi Internasional BELAKANGAN INI BANYAK KITA LIHAT KOMENTAR DI MEDIA MAS- SA tentang perlakuan organisasi internasional seperti World Bank, IMF, dan WTO tentang negeri kita. Dan aneka respons dari dalam negeri terhadap perlakuan itu, sehingga tidak menyelesaikan masalah, ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode , saat diwawancarai AGRINA. Bagaimana pengalaman Profesor dulu berhubungan dengan organisasi tersebut? Pengalaman pertama saya sebagai pejabat berinteraksi dengan World Bank (WB) pada 2000 dalam rangka persiapan menghadapi CGI Meeting di Tokyo. Menko Perekonomian mengatakan kepada saya bahwa anggota CGI khususnya dari Eropa dan Amerika Serikat sangat concern mengenai cara-cara pengelolaan hutan kita selama ini. Jika cara pengelolaan ini tidak diperbaiki maka komitmen mereka membantu Indonesia akan sangat berpengaruh. Dengan demikian saya mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pertemuan itu dilihat dari kepentingan pihak Indonesia. Jika atau tidak bisa meyakinkan CGI mengenai pengelolaan hutan kita berarti akan menjadi penghambat untuk kerjasama dengan CGI dalam segala bidang. Beberapa minggu sebelum pertemuan itu saya dikunjungi representatif WB mengingatkan mengenai CGI Meeting dan pentingnya masalah kehutanan di dalam pertemuan itu. Saya bilang kepada mereka, WB sudah lama bekerja dan mempelajari masalah kehutanan Indonesia, tentunya mempunyai pengetahuan yang memadai tentang mengelola kehutanan secara lestari. Oleh karena itu saya minta asistensi WB untuk membantu staf saya mempersiapkan segala sesuatu agar dalam CGI Meeting dapat memuaskan dan meyakinkan anggota-anggota CJI. Saya hanya beri guide line bahwa dalam manajemen pengelolaan kehutanan Indonesia yang akan datang menganut paham suistanable developmentalist bukan conservationist. Pendek kata, saya dapat bahan pidato yang dipersiapkan dengan baik sehingga isu kehutanan tidak lagi menghambat CGI untuk membantu indonesia. Apakah ada pengalaman lain? Hasil review singkat tentang pertanian dan pangan yang saya buat menyimpulkan bahwa pertanian dan ketahanan pangan Indonesia tidak dapat ditingkatkan jika kita masih menganut paham free trade. Kenapa? Dalam realita perdagangan internasional yang terjadi bukan free trade tapi unfair trade khususnya di bidang pertanian. Oleh karena itu saya rumuskan kebijakan proteksi dan promosi. Untuk menguji kebijakan tersebut dimuat pada media massa. Ternyata WB memberikan perhatian. 166

5 Representatif WB bersama ahlinya minta menghadap dan saya terima. Mereka mengingatkan bahwa kebijakan mengenai proteksi melanggar Letter of Intence (LoI) dan agreement di WTO. Sehingga bisa berkonsekuensi buruk bila diteruskan. Lalu saya jawab, membangun pertanian dan meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia saat ini harus melalui proteksi. Terbukti dengan free trade kita menjadi pengimpor segalanya dalam jumlah besar. Berarti ada yang salah dengan free trade. Negara lain masih memproteksi dan mensubsidi pertaniannya, sementara Indonesia tidak mampu mensubsidi maka jalan satu-satunya melalui proteksi. Kenapa negara lain diperbolehkan sedangkan Indonesia dilarang? Akhirnya saya katakan, maaf kita berbeda dalam soal ini. Dan yang bertanggungjawab mengenai soal ini bukanlah anda tapi saya kepada rakyat Indonesia. Jika rakyat berdemo, anda bisa pergi dari sini, tapi saya tidak. Oleh karena itu menjadi tanggung jawab saya dan menurut saya itulah yang terbaik buat republik ini dan akan kami lakukan. Dan saya mengharapkan anda membantu kami kendati kita berbeda, karena anda bertugas membantu kami. Bagaimana kelanjutannya? Beberapa waktu kemudian mereka mengundang konsultan terdiri dari profesor terkenal di bidang ekonomi pertanian dari Amerika. Mereka ingin meyakin saya bahwa kebijakan proteksi dan promosi itu tidak baik buat Indonesia. Saya jelaskan lagi tentang perdagangan dunia yang unfair trade dan proteksi oleh negara-negara lain. Sehingga jika kami dilarang dimana kedaulatan kami. Malah tanpa debat panjang profesor itu mengerti dengan kebijakan kita. Setelah itu tidak ada lagi diskusi mengenai proteksi dan promosi dengan WB. Saya tidak tahu mereka setuju atau tidak tapi mereka sudah tidak melarang dan menghambat untuk membantu Indonesia. Apa yang dapat Profesor simpulkan? WB dan organisasi lain yang masuk UN System dibuat untuk membantu kita bukan untuk mengkhotbahi atau mengatur kita. Kita atur saja supaya mereka membantu sesuai dengan yang kita mau. Tapi jika mereka lihat cara kita mengatur diri kurang tepat maka mereka pun berkhotbah. Kita harus mampu berdebat dengan mereka yang dilakukan sesuai dengan tatakrama internasional. Jika berhubungan dengan organisasi internasional harus menggunakan bahasa, nilai, dan logika mereka, tapi selalu diarahkan untuk kepentingan kita. Artinya kita harus smart, tidak perlu ngotot dan ngoyo, apalagi caci maki. Mereka sangat menghormati posisi kita kalau disampaikan secara benar dan baik. Mereka lebih hormat lagi kalau ide kita dilaksanakan dengan berhasil. Dan akan lebih baik lagi jika debat itu bukan konsumsi media massa tapi direalisasikan di meja rapat sehingga tidak menimbulkan masalah tapi menyelesaikan masalah.*** 167

6 29 Oktober 11 November 2008 Mengantisipasi Dampak Krisis Ekonomi Global KRISIS EKONOMI DI AS itu mengakibatkan dampak langsung bagi kita, yaitu kehilangan pasar pangan dan pertanian di AS. Dan dampak tidak langsung berupa kehilangan pasar di negara lain yang menjadi partner AS, seperti China, India, Jepang, dan Eropa, ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode , saat diwawancarai AGRINA. Bagaimana kondisi krisis ekonomi saat ini dibandingkan 1998? Memang fenomena saat ini mengingatkan kita pada situasi Namun krisis ekonomi 1998 lebih besar dampaknya bagi kita daripada krisis ekonomi yang sekarang. Karena krisis 1998 lalu kerusakannya disebabkan dari dalam dan kita tidak siap, sedangkan sekarang ini kerusakan datang dari luar dan kita sudah lebih siap menghadapinya lantaran sudah punya pengalaman. Memang pertumbuhan ekonomi kita akan lebih sulit dengan pertumbuhan tidak akan sebesar tahun-tahun sebelumnya. Namun tidak akan mengalami pertumbuhan negatif yang besar seperti Dampak apa saja yang mungkin akan terjadi? Krisis ekonomi yang menimpa perekonomian AS sudah merambat ke seluruh dunia. Hasil akhir dari krisis ekonomi ini sangat tergantung pada efektivitas usaha pemerintah-pemerintah di seluruh dunia secara sendiri-sendiri dan bersama-sama untuk menyelamatkan pasar modal serta sistem perbankan dan keuangan di masing-masing negara. Namun yang pasti, bagaimana pun efektif dari usaha-usaha pemerintah itu, kerusakan ekonomi sudah terjadi. Resesi pasti terjadi. Cuma intensitas dan lama dari resesi itu masih sangat sulit diprediksi sekarang ini. Yang pasti, pertumbuhan ekonomi dunia akan berkurang, pengangguran meningkat, perdagangan menurun, dan harga-harga termasuk harga energi dan pangan akan menurun. Dengan berkurangnya pertumbuhan ekonomi dunia, permintaan terhadap produk-produk pertanian, seperti kelapa sawit, karet, kopi, kakao, teh, dan rempah-rempah akan berkurang. Jumlah permintaan yang berkurang ini juga disertai dengan harga yang semakin rendah. Bagaimana dampak terhadap agribisnis Indonesia? Dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia bisa terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung, khususnya pada pangan dan pertanian Indonesia. Secara langsung, terjadi penurunan ekspor produk-produk pangan dan pertanian Indonesia ke AS yang merupakan pasar ekspor utama produk pangan dan pertanian Indonesia. Secara tidak langsung, dengan pertumbuhan ekonomi AS yang semakin kecil padahal AS merupakan pasar besar buat China dan India, maka pertumbuhan ekonomi Chi- 168

7 na dan India juga akan berkurang. Oleh karena itu, permintaan akan pangan dari China dan India akan berkurang sehingga ekspor pangan dan pertanian dari Indonesia juga akan berkurang. Hal tersebut akan berakibat buruk pada pertanian Indonesia, khususnya produk-produk pertanian Indonesia yang mengandalkan pasar ekspor. Maka sektor pertanian pada masa-masa yang akan datang di Indonesia bakal mengalami penurunan pertumbuhan, pengangguran bertambah, dan kemiskinan juga bertambah. Dan salah satu dampak lain dari krisis ekonomi dunia ini adalah pelarian modal luar negeri dari Indonesia yang berakibat pada penurunan nilai tukar rupiah. Hal itu akan mendorong ekspor pertanian dan mengurangi impornya sehingga akan membantu surplus perdagangan internasional di bidang hasil-hasil pertanian. Namun agar ekspor pertanian Indonesia tidak mengalami stagnasi, maka kontrol terhadap perubahan nilai tukar rupiah oleh Bank Indonesia jangan terlalu merugikan eksportir pertanian. Bagaimana mengatasi akibat buruk tersebut? Secara makro, krisis ini mengakibatkan pengurangan pada ekspor dan investasi, maka variabel yang dapat dimanfaatkan adalah konsumsi dalam negeri dan pembelanjaan pemerintah. Konsumsi dalam negeri terhadap produk-produk domestik harus ditingkatkan, dan harus ada insentif untuk itu. Saat ini kesempatan untuk meningkatkan konsumsi pangan dalam negeri karena harga lebih murah, khususnya konsumsi protein dan lemak yang berasal dari ternak dan ikan. Sementara itu pembelanjaan pemerintah harus ditingkatkan dan distribusinya dipercepat untuk memperbaiki infrastruktur di pedesaan dan pertanian, seperti memperbaiki jalan-jalan desa dan irigasi. Hal tersebut akan menimbulkan lapangan kerja, selanjutnya akan menimbulkan pendapatan kepada rakyat sehingga akan menstimulir konsumsi pangan dan barang-barang industri. Indonesia harus mengusahakan ekspor pertaniannya jangan menurun drastis, kendatipun harus melalui sistem barter. Barter walaupun primitif, masih lebih bagus daripada tidak ada perdagangan sama sekali. Contohnya, barter antara minyak kelapa sawit dari Indonesia dan pupuk dari Rusia; minyak kelapa sawit dari Indonesia dan gandum dari India; karet dari Indonesia dan mesin-mesin pertanian dari China, dan lainnya. Selain itu, jika masih ada peluang untuk mengekspor, semua hambatan ekspor harus dipangkas, misalnya pajak ekspor CPO. Barangkali perlu dihidupkan kembali ide mengenai biodiesel yang berasal dari minyak kelapa sawit. Saat ini adalah kesempatan untuk mengembangkan biodiesel dari minyak kelapa sawit karena harganya turun drastis dibandingkan harga minyak bumi kendatipun juga mengalami penurunan. Di samping itu, perdagangan antarpulau dapat juga menjadi salah satu solusi untuk mengurangi kelesuan yang terjadi di bidang pertanian. Oleh karena itu, hambatan perdagangan antardaerah juga harus dipangkas, seperti aturan-aturan yang rumit di pelabuhan.*** 169

8 8 21 Juli 2009 Manfaatkan Cairns Group dan G 33 Secara Cerdas DEMI KEPENTINGAN NASIONAL, terutama petani, kita harus dapat memanfaatkan Cairns Group dan G 33 agar dapat melaksanakan kebijakan proteksi dan promosi pada produk pertanian dan pangan yang bisa diterima oleh seluruh negara anggota WTO, ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode , saat diwawancara AGRINA. Bagaimana posisi produk pertanian dan pangan kita dalam perdagangan internasional? Indonesia dilihat dari kacamata perdagangan hasil-hasil pertanian dan pangan internasional mempunyai posisi yang sangat khas atau unik. Indonesia bukan hanya menjadi importir hasil-hasil pertanian dan pangan yang besar tetapi sekaligus menjadi pengekspor besar hasil-hasil pertanian dan pangan. Namun jika dibuat balance dari segi nilai, di antara keduanya selalu ekspor pertanian dan pangan kita lebih besar daripada impornya. Oleh karena itu, dalam perdagangan internasional, khususnya diplomasi perdagangan internasional, posisi ini harus disadari oleh para negosiator kita dengan baik. Jangan karena mencegah impor produk-produk pangan dan pertanian berakibat pada hambatan ekspor produk-produk pertanian dan pangan kita. Keduanya, yaitu produk-produk pertanian dan pangan yang masih membutuhkan impor dan yang kita ekspor, sebagian besar merupakan produk-produk dari petani Indonesia. Kita tidak boleh mengorbankan petani yang menghasilkan produk ekspor karena mau memproteksi petani-petani yang masih belum mampu bersaing atau mengalahkan produk-produk impor. Untuk dapat menolong kedua kelompok petani ini, maka kebijakan perdagangan dan diplomasi pertanian dan pangan kita haruslah mempunyai dua sisi yang tidak terpisahkan satu sama lain. Sambil memproteksi petani-petani yang menghasilkan produk pangan dan pertanian, kita juga harus mempromosikan petani-petani yang menghasilkan produk ekspor. Kedua kelompok petani ini adalah rakyat Indonesia. Untuk ini dibutuhkan kemampuan diplomasi tingkat tinggi. Bagaimana kita memperjuangkan kepentingan dua kelompok petani tersebut? Pada Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO) terdapat kelompok negara-negara pengimpor dan pengekspor produk-produk pertanian dan pangan. Oleh karena itu di dalam grouping yang ada di WTO tersebut, kita harus aktif memperjuangkan kebijakan proteksi dan promosi pangan dan pertanian. Untuk memproteksi produk pangan dan pertanian, kita telah secara aktif memimpin kelompok G 33, yakni kelompok negara-negara berkembang pengimpor besar bahan makanan. 170

9 Namun untuk menolong petani-petani yang menghasilkan produk ekspor, kita juga ikut dalam Cairns Group yang merupakan kelompok negara-negara pengekspor produk pertanian dan pangan. Misalnya, minyak kelapa sawit, karet, kakao, kopi, teh, dan lada. Semua produk pertanian untuk ekspor itu sebagian besar diproduksi oleh petani yang tersebar di seluruh Indonesia. Memang pada mulanya Cairns Group hanya memperjuangkan perdagangan bebas dan kita juga membutuhkan perdagangan bebas untuk mengekspor produk-produk pertanian dan pangan. Selain itu, kita telah berhasil meyakinkan Cairns Group pada pertemuan di Punta del Este, Uruguay pada 2001 agar grup ini bukan hanya memperhatikan perdagangan bebas tetapi juga harus memperhatikan perdagangan yang fair atau adil. Dan karena alasan inilah Indonesia tetap berada dalam kelompok Cairns Group sewaktu negosiasi di WTO karena Cairns Group sudah setuju free and fair trade. Berarti kebijakan yang kita terapkan tidak tegas? Memang kelihatannya kebijakan kita itu, memimpin G 33 dan menyetujui Cairns Group, sebagai kebijakan yang ambivalen. Tetapi yang penting adalah bagaimana menyelamatkan kepentingan nasional dalam perdagangan global. Kita tidak hanya berkepentingan untuk produk-produk strategis tetapi juga berkepentingan membuka akses seluas-luasnya terhadap produk-produk ekspor pangan dan pertanian kita. Jadi, karena kita pengekspor besar produk pertanian dan pangan, maka kita tidak perlu keluar dari Cairns Group, bahkan kita perkuat Cairns Group. Tapi di sisi lain kita memperjuangkan agar Cairns Group harus memperhatikan negara-negara pengimpor produk pertanian dan pangan, khususnya dari negara-negara ketiga di mana kita ada di dalamnya. Jika kita keluar dari Cairns Group, menurut pengalaman saya, Cairns Group akan menjadi lemah bahkan bubar. Yang berarti kita kehilangan mitra untuk memperjuangkan perdagangan sebebas-bebasnya dan seadil-adilnya untuk produk-produk pangan dan pertanian kita. Apalagi tidak ada yang melarang kita untuk berada dalam dua pengelompokan itu. Oleh karena itu kita harus cerdas dalam memanfaatkan kedua pengelompokan itu dan juga pengelompokan lainnya yang mengedepankan kepentingan nasional. Jangan hanya kebijakan atau diplomasi bebas aktif tetapi kita mau diplomasi bebas aktif yang mengedepankan kepentingan nasional.*** 171

10 6 19 Januari 2010 Bersaing dalam ASEAN-China FTA JADIKAN PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA sebagai latihan menghadapi perdagangan bebas global. Kita harus memenangkan persaingan produk unggulan kita dan bersedia mengimpor produk bukan unggulan, ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode , saat diwawancara AGRI- NA. Mengapa demikian? Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN China (ASEAN-China Free Trade Agreement atau ACFTA) yang mulai berlaku 1 Januari 2010 harus dijadikan latihan permulaan bagi kita menuju perdagangan bebas secara global. Pada ACFTA kita hanya bersaing secara regional yang tingkat pembangunannya relatif sama. Jika ternyata kita tidak mampu bersaing secara regional, maka tidak ada harapan bagi kita untuk bersaing secara global dengan negara-negara yang sudah jauh lebih maju daripada kita. Bila bersaing dengan China dan negara-negara ASEAN saja kita tidak mampu, di mana lagi kepercayaan diri bangsa ini? Kita sudah cukup lama memproteksi pertanian kita. Saya ingat sewaktu saya menjadi Menteri Pertanian menerapkan kebijakan proteksi sekaligus promosi. Kita tidak biarkan produk pertanian Indonesia berhadapan dengan produk pertanian negara lain dalam perdagangan internasional secara tidak adil sehingga diterapkanlah kebijakan proteksi. Tapi bila hanya proteksi, maka proteksi ini akan terus membesar. Oleh sebab itu sekaligus diterapkan kebijakan promosi sebagai upaya meningkatkan daya saing produk pertanian kita. Dengan pemikiran, pada suatu saat bila daya saing sudah meningkat, proteksi bisa dipreteli sedikit demi sedikit. Sampai saat ini kita sudah melakukan proteksi sekitar 10 tahun, barangkali sudah masanya dipreteli dan ACFTA ini merupakan ajang latihan yang bagus buat produk pertanian kita. Dapat dikatakan dalam menghadapi ACFTA ini kita masih beruntung karena masih berada dalam situasi global excess demand dengan demikian harga produk-produk masih tinggi sehingga tidak terlalu sulit dalam persaingan. Namun harus disadari, suatu ketika akan terjadi global excess supply yang pada saat itu harga-harga akan turun dan produsen yang tidak efisien akan bangkrut. Dan dalam keadaan seperti itu hendaknya kita rela menyerahkan kepada negara lain yang mampu menghasilkan produk dengan biaya lebih murah. Siapa yang paling berperan dalam memenangkan persaingan tersebut? Perdagangan bebas ini membuat semua petani, pengusaha, pemerintah pusat sampai daerah harus bekerja keras, bekerjasama, dan bekerja cerdas. Sebenarnya dalam 172

11 perdagangan bebas yang bersaing bukan hanya produknya tetapi yang paling utama adalah orang dan organisasinya. Petani, pengusaha, pemerintah, dan scientist kita bersaing dengan petani, pengusaha, pemerintah, dan scientist negara lain. Jika produk pertanian kita kalah bersaing, maka yang kalah itu sebenarnya adalah petani, pengusaha, pemerintah, dan atau scientist kita baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersamasama. Menurut pengalaman saya, para petani kita adalah petani yang tangguh, pekerja keras, sekaligus pemikir cerdas. Justru yang lemah adalah pengusaha, birokrasi, dan scientist kita. Misalnya, petani Indonesia dibandingkan petani Thailand. Petani kita bisa menang bersaing tapi pengusaha, pemerintah, dan scientist kita kalah dengan pengusaha, pemerintah, dan scientist Thailand. Hal ini yang membuat para petani kita tidak bisa berbuat apa-apa karena pihak-pihak yang lain itu tidak mampu mendukung mereka untuk bersaing. Bagaimana mengantisipasi perdagangan bebas ASEAN-China tersebut? Perdagangan bebas ASEAN-China ini membuat kita harus berpikir ulang mengenai kebijakan dan organisasi pembangunan pertanian kita. Ujung tombak pertanian itu adalah petani dan pengusaha agribisnis, petani dan pengusaha agribisnis itu harus mendapat dukungan yang kuat dari pemerintah dan scientist. Namun pemerintah kita merupakan pihak yang paling lemah dalam rangka pembangunan pertanian terutama terjadi pada level kabupaten dan kota. Karena itu, dalam rangka perdagangan bebas ini pemerintah daerah harus lebih dimampukan untuk melayani petani dan pengusaha agar mampu bersaing dengan petani dan pengusaha negara lain. Struktur Deptan dan programnya belum banyak berubah dibandingkan keadaan sebelum adanya otonomi daerah. Jika hal ini tidak cepat-cepat dilakukan, maka birokrasi akan selalu menjadi penghambat untuk meningkatkan daya saing produk-produk pertanian. Dengan demikian wajar negeri kita akan dibanjiri produk-produk impor lebih banyak lagi yang seharusnya tidak perlu terjadi. Sudah masanya Indonesia pada tingkat nasional dan daerah menetapkan komoditaskomoditas yang menjadi unggulan didasarkan pada keunggulan komparatif dan kompetitif. Dan terhadap produk-produk unggulan Indonesia tersebut, kita harus lebih agresif untuk meningkatkan produktivitas, produksi, dan mempromosikan dalam perdagangan internasional karena agresivitas merupakan proteksi dari persaingan internasional. Seperti dalam olahraga, bentuk defensif atau proteksi yang paling kuat adalah ofensif atau promosi.*** 173

12

13 174

BAB V PENUTUP. pertanian selain dua kubu besar (Amerika Serikat dan Uni Eropa). Cairns Group

BAB V PENUTUP. pertanian selain dua kubu besar (Amerika Serikat dan Uni Eropa). Cairns Group BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Cairns Group adalah sebuah koalisi campuran antara negara maju dan negara berkembang yang merasa kepentingannya sebagai pengekspor komoditas pertanian selain dua kubu besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL I. PENDAHULUAN

ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL I. PENDAHULUAN ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian nasional dan dunia saat ini ditandai dengan berbagai perubahan yang berlangsung secara

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 1 PENGERTIAN GLOBALISASI Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan

Lebih terperinci

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia Tahun 2001, pada pertemuan antara China dan ASEAN di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam, Cina menawarkan sebuah proposal ASEAN-China

Lebih terperinci

RESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari

RESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari RESUME Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari penandatanganan Perjanjian Pertanian (Agreement on Agriculture/AoA) oleh pemerintahan Indonesia yaitu

Lebih terperinci

SILABUS. : Perdagangan Pertanian Nomor Kode/SKS : ESL 314 / 3(3-0)2

SILABUS. : Perdagangan Pertanian Nomor Kode/SKS : ESL 314 / 3(3-0)2 SILABUS Matakuliah : Pertanian Nomor Kode/SKS : ESL 314 / 3(3-0)2 Semester : 6 (enam) Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini membahas konsep, teori, kebijakan dan kajian empiris perdagangan pertanian dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian sampai saat ini masih mempunyai peranan yang cukup penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap pendapatan nasional, sektor

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Pengertian Globalisasi Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan menyulut

Lebih terperinci

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL INDONESIA DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL (SERI 1) 24 JULI 2003 PROF. DAVID K. LINNAN UNIVERSITY OF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk 114 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk perekonomian bagi masyarakat Indonesia. Salah satu sektor agroindustri yang cendrung berkembang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan

Lebih terperinci

VIII. SIMPULAN DAN SARAN

VIII. SIMPULAN DAN SARAN VIII. SIMPULAN DAN SARAN 8.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut : 1. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa

Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1. Dari pembahasan

Lebih terperinci

KULIAH UMUM MENTERI PERTANIAN PADA PROGRAM MAGISTER ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA

KULIAH UMUM MENTERI PERTANIAN PADA PROGRAM MAGISTER ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA KULIAH UMUM MENTERI PERTANIAN PADA PROGRAM MAGISTER ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA LIBERALISASI PERDAGANGAN DAN PEMBANGUNAN PERTANIAN Jakarta, 8

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dasawarsa terakhir perkembangan perekonomian dunia telah mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) mulai bergesernya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan salah satu bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia, bahkan pada masa krisis ekonomi. Agribisnis subsektor ini mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI I. KINERJA AGRO TAHUN 2012 II. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGRO III. ISU-ISU STRATEGIS

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

IX. KESIMPULAN DAN SARAN 203 IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Analisis terhadap faktor-faktor yang

Lebih terperinci

ACFTA sebagai Tantangan Menuju Perekonomian yang Kompetitif Rabu, 07 April 2010

ACFTA sebagai Tantangan Menuju Perekonomian yang Kompetitif Rabu, 07 April 2010 ACFTA sebagai Tantangan Menuju Perekonomian yang Kompetitif Rabu, 07 April 2010 Awal tahun 2010 dimulai dengan hentakan pemberlakuan ACFTA atau ASEAN-China Free Trade Area. Pro-kontra mengenai pemberlakuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian yang semakin merosot di Indonesia disebabkan oleh krisis moneter, serta merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional. ABSTRAK Indonesia telah menjalankan kesepakan WTO lewat implementasi kebijakan pertanian dalam negeri. Implementasi kebijakan tersebut tertuang dalam deregulasi (penyesuaian kebijakan) yang diterbitkan

Lebih terperinci

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang PASAR BEBAS Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

SEKTOR PERTANIAN : Dari Stagnasi Menuju Pertumbuhan Tinggi Berkelanjutan

SEKTOR PERTANIAN : Dari Stagnasi Menuju Pertumbuhan Tinggi Berkelanjutan PIDATO MENTERI PERTANIAN Pada Pertemuan dengan Harian The Jakarta Post Tanggal 10 Agustus 2004 SEKTOR PERTANIAN : Dari Stagnasi Menuju Pertumbuhan Tinggi Berkelanjutan Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, MEc

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN mendasar, mudahnya perpindahan arus barangfjasa, faktor produksi dan modal

BABI PENDAHULUAN mendasar, mudahnya perpindahan arus barangfjasa, faktor produksi dan modal BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era ekonomi global, akan muncul beberapa perubahan yang mendasar, mudahnya perpindahan arus barangfjasa, faktor produksi dan modal masuk maupun keluar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

Mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional

Mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional Bab 1-1.1 Mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional o Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan...............10 o Indonesia Mampu Atasi Rawan Pangan...............12 o Mewujudkan Kedaulatan Pangan....................14

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Dalam periode September Oktober 2009 terbukti telah terjadi

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Dalam periode September Oktober 2009 terbukti telah terjadi 329 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Dalam periode September 1994 - Oktober 2009 terbukti telah terjadi banjir impor bagi komoditas beras, jagung dan kedele di Indonesia, dengan tingkat tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang berasal dari buah kelapa sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. Minyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan kegiatan transaksi jual beli antar negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh setiap negara untuk

Lebih terperinci

Membangun Pertanian dalam Perspektif Agribisnis

Membangun Pertanian dalam Perspektif Agribisnis Membangun Pertanian dalam Perspektif Agribisnis Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional Indonesia. Sektor agribisnis menyerap lebih dari 75% angkatan

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010 SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 111 Telp: 21-386371/Fax: 21-358711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas November 21 Memperkuat Optimisme

Lebih terperinci

Dr Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian. Workshop Pra-Konferensi PERHEPI Bogor, 27 Agustus 2014

Dr Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian. Workshop Pra-Konferensi PERHEPI Bogor, 27 Agustus 2014 Dr Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian Workshop Pra-Konferensi PERHEPI Bogor, 27 Agustus 2014 1 Multilateral (WTO) Plurilateral/Regional : APEC, ASEAN-FTA (AFTA),

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Harga Minyak Bumi Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi dunia. Oleh karenanya harga minyak bumi merupakan salah satu faktor penentu kinerja ekonomi global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara dianggap sebagai proses alokasi sumber daya ekonomi antar negara dalam rangka meningkatkan derajat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa Selama periode 2001-2010, terlihat tingkat inflasi Indonesia selalu bernilai positif, dengan inflasi terendah sebesar 2,78 persen terjadi pada

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas Indonesia Tahun 2017

Kinerja Ekspor Nonmigas Indonesia Tahun 2017 Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK KAJIAN SINGKAT

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan aspek yang sangat penting dalam. perekonomian setiap Negara di dunia. Tanpa adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan aspek yang sangat penting dalam. perekonomian setiap Negara di dunia. Tanpa adanya perdagangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional merupakan aspek yang sangat penting dalam perekonomian setiap Negara di dunia. Tanpa adanya perdagangan internasional, kebutuhan suatu

Lebih terperinci

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia SIARAN PERS DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021 3858216, 23528400. Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Ekspor Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Tarif Bawang Merah Sejak diberlakukannya perjanjian pertanian WTO, setiap negara yang tergabung sebagai anggota WTO harus semakin membuka pasarnya. Hambatan perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas Bulan Februari 2011 Terus Menguat Menuju Pencapaian Target Ekspor

Kinerja Ekspor Nonmigas Bulan Februari 2011 Terus Menguat Menuju Pencapaian Target Ekspor SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas Bulan Februari 2011 Terus

Lebih terperinci

Kebijakan Proteksi Impor yang Salah Sasaran Luqmannul Hakim

Kebijakan Proteksi Impor yang Salah Sasaran Luqmannul Hakim Kebijakan Proteksi Impor yang Salah Sasaran Luqmannul Hakim Dapatkah manusia bertahan hidup tanpa pangan? Rasanya mustahil. Pangan selalu menjadi kebutuhan hidup dasar yang harus dipenuhi oleh setiap orang

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA PERDAGANGAN INTERNASIONAL Proses tukar menukar atau jual beli barang atau jasa antar satu negara dengan yang lainnya untuk memenuhi kebutuhan bersama dengan tujuan

Lebih terperinci

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia 1. ASEAN ( Association of South East Asian Nation Nation) ASEAN adalah organisasi yang bertujuan mengukuhkan kerjasama regional negara-negara di Asia

Lebih terperinci

hambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l

hambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l BAB V 5.1 Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Dalam kesepakatan AoA, syarat hegemoni yang merupakan hubungan timbal balik antara tiga aspek seperti form of state, social force, dan world order, seperti dikatakan

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan I 2010 Inflasi dan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 diperkirakan berada pada kisaran 5,1-5,5%. Mayoritas responden (58,8%) optimis bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN

ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN 2012-2016 Murjoko Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret email: murjoko@outlook.com Abstrak Indonesia merupakan negara yang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia sehingga industri kelapa sawit diusahakan secara besar-besaran. Pesatnya perkembangan industri kelapa

Lebih terperinci

Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp ,

Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp , ANALISIS TINGKAT DAYA SAING KARET INDONESIA Riezki Rakhmadina 1), Tavi Supriana ), dan Satia Negara Lubis 3) 1) Alumni Fakultas Pertanian USU ) dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi telah menambahkan banyak tantangan baru bagi agribisnis di seluruh dunia. Agribisnis tidak hanya bersaing di pasar domestik, tetapi juga untuk bersaing

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan III 2010 Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 diperkirakan sebesar 6,1%. Inflasi berada pada kisaran 6,1-6,5% Perkembangan ekonomi global dan domestik yang semakin membaik, kinerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Tenggara dan berada di sekitar garis khatulistiwa, sehingga memberikan cuaca tropis. Posisi Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS MEMBANGUN KEMANDIRIAN PANGAN: MANDAT TERBESAR DARI RAKYAT KEPADA KITA SEMUA ) Oleh Kwik Kian Gie ) Saudara-saudara dan hadirin sekalian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Asean sebagai basis produksi pasar dunia. Dilanjutkan dengan WTO ( World Trade Organization ) yaitu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Asean sebagai basis produksi pasar dunia. Dilanjutkan dengan WTO ( World Trade Organization ) yaitu organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi ini telah menjadikan setiap negara melakukan perdagangan secara bebas, sehingga tingkat persaingan di berbagai sektor perdagangan semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG 67 VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG Harga komoditas pertanian pada umumnya sangat mudah berubah karena perubahan penawaran dan permintaan dari waktu ke waktu. Demikian pula yang terjadi pada

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

PROSPEK AGRIBISNIS INDONESIA DAN PELUANG PERBANKAN 1 )

PROSPEK AGRIBISNIS INDONESIA DAN PELUANG PERBANKAN 1 ) PROSPEK AGRIBISNIS INDONESIA DAN PELUANG PERBANKAN 1 ) Melihat kondisi makro ekonomi Indonesia beberapa bulan terakhir yang mengalami perkembangan yang semakin membaik, memberikan harapan kepada dunia

Lebih terperinci

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015 Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Kementerian Perindustrian 2015 I. LATAR BELAKANG 2 INDUSTRI AGRO Industri Agro dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu

Lebih terperinci

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang teori perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam pengembangan sektor pertanian sehingga sektor pertanian memiliki fungsi strategis dalam penyediaan pangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. *

ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. * ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. * Era perdagangan bebas di negaranegara ASEAN tinggal menghitung waktu. Tidak kurang dari 2 tahun pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dunia telah mengalami banyak perubahan beberapa dekade terakhir ini.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dunia telah mengalami banyak perubahan beberapa dekade terakhir ini. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia telah mengalami banyak perubahan beberapa dekade terakhir ini. Perubahan terjadi dibidang politik, ekonomi, sosial dan budaya, teknologi dan komunikasi,

Lebih terperinci

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan merupakan komitmen pemerintah yang ditujukan untuk mewujudkan ketahanan Pangan nasional yang

Lebih terperinci

PROSPEK AGRIBISNIS 2001 DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERTANIAN 2000

PROSPEK AGRIBISNIS 2001 DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERTANIAN 2000 PROSPEK AGRIBISNIS 2001 DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERTANIAN 2000 BUNGARAN SARAGIH *) Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor ABSTRAK Perbaikan ekonomi tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagaimana keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sementara itu

I. PENDAHULUAN. bagaimana keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sementara itu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada dua tantangan besar yang dihadapi lndonesia saat ini, yaitu bagaimana keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sementara itu kita juga harus mencermati globalisasi

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan

Lebih terperinci