Mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional"

Transkripsi

1 Bab Mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional o Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan o Indonesia Mampu Atasi Rawan Pangan o Mewujudkan Kedaulatan Pangan o Fungsikan Kembali Dewan Ketahanan Pangan o Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Petani o Hak Rakyat Atas Pangan o Hati-hati, Tekanan Permintaan Pangan o Hutan dan Ketahanan Pangan o Era Pangan Murah Sudah Berlalu o Perlu Tekad Mengatasi Masalah Pangan o Strategi Pangan Berkelanjutan di Asia o Mencermati Rantai Pangan o Solusi Dasar Masalah Pangan o Ketahanan Pangan Indikator Keberhasilan Pembangunan 38 o Ketahanan Pangan dan Gandum o Kembangkan Food Estate dengan Bijaksana

2 5 18 pril 2005 Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan PENGERTIAN KETAHANAN PANGAN dalam UU No. 7/1996 berbeda dengan yang dianut pemerintahan Orde Baru, yang mengartikan ketahanan pangan sebagai pencapaian swasembada beras, ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode , saat diwawancarai AGRINA. Apa perbedaan prinsipnya? Undang-Undang Nomor 7/1996 tentang Pangan menyatakan, Ketahanan Pangan adalah terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Pengertian ketahanan pangan tersebut lebih luas dari sekadar kemandirian pangan. Kemandirian telah ditegaskan dalam peraturan perundangan, misalnya PP No. 68/2002 tentang Ketahanan Pangan, dinyatakan, (1) pemenuhan kebutuhan pangan diutamakan dari produksi dalam negeri; (2) pengelolaan sistem cadangan pangan ditentukan sendiri sesuai kepentingan nasional, sehingga tidak tunduk pada tekanan negara lain. Ketahanan pangan mencakup tiga aspek penting sebagai indikator keberhasilan peningkatan ketahanan pangan, yaitu: (a) Ketersediaan, yang berarti, pangan tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, baik jumlah maupun mutunya, serta aman; (b) Distribusi, pasokan pangan dapat menjangkau ke seluruh wilayah sehingga harga stabil dan terjangkau oleh rumah tangga; dan (c) Konsumsi; yaitu setiap rumah tangga dapat mengakses pangan yang cukup dan mampu mengelola konsumsinya sesuai kaidah gizi dan kesehatan, serta preferensinya. Ketahanan pangan di tingkat wilayah belum dapat merefleksikan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Pada tataran ini, muncul masalah banyaknya balita dengan bobot badan di bawah standar dan angka harapan hidup masih rendah. Umumnya, masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, kepulauan, dan daerah perbatasan kurang bisa mengakses pangan akibat terbatasnya sarana dan prasarana seperti jalan dan alat transportasi. Kondisi ini menyebabkan masyarakat di wilayah tersebut sangat rentan terhadap masalah kerawanan pangan. Tantangan dan permasalahan apa yang dihadapi ke depan? Dalam aspek ketersediaan antara lain: (i) Tingginya laju peningkatan kebutuhan beberapa komoditas pangan yang lebih cepat daripada laju peningkatan produksi; (ii) Terbatasnya infrastruktur irigasi; (iv) Meningkatnya jumlah petani gurem, luas garapan kurang dari 0,5 ha; (v) Terbatasnya fasilitas permodalan di pedesaan dan meningkatnya suku bunga Kredit Ketahanan Pangan (KKP) rata-rata 2%; (vi) Lambatnya penerapan teknologi akibat kurangnya insentif ekonomi; (vii) Rendahnya kemampuan 10

3 mengelola cadangan pangan; (viii) Masih berlanjutnya pemotongan ternak betina produktif; (ix) Adanya gangguan hama dan penyakit pada tanaman dan ternak; (x) Rentannya produksi pangan domestik karena dampak anomali iklim dan menurunnya kualitas lingkungan. Dalam aspek distribusi, beberapa permasalahan strategis adalah: (i) Terbatasnya sarana dan prasarana perhubungan untuk menjangkau seluruh wilayah, terutama daerah terpencil; (ii) Keterbatasan sarana dan kelembagaan pasar; (iii) Banyaknya pungutan resmi dan tidak resmi; dan (iv) Tingginya biaya angkutan dibanding negara lain. Sementara itu, dalam aspek konsumsi antara lain: (i) Besarnya jumlah penduduk miskin dan pengangguran dengan kemampuan akses pangan rendah; (ii) Rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap diversifikasi pangan dan gizi; (iii) Masih dominannya konsumsi sumber energi karbohidrat yang berasal dari beras; (iv) Rendahnya kesadaran dan penerapan sistem sanitasi dan higienis rumah tangga; dan (v) Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap keamanan pangan. Bagaimana upaya mengurangi bahkan menghilangkan akar permasalahan-permasalahan tersebut? Dalam aspek ketersediaan diupayakan melalui, (i) Peningkatan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan; (ii) Pengembangan infrastruktur pertanian dan pedesaan; (iii) Peningkatan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri; dan (iv) Pengembangan kemampuan pengelolaan cadangan pangan pemerintah dan masyarakat. Dalam aspek distribusi, upaya peningkatan ketahanan pangan antara lain diarahkan pada: (i) Meningkatkan sarana dan prasarana untuk efisiensi distribusi dan perdagangan pangan; (ii) Mengurangi dan atau menghilangkan Perda yang menghambat distribusi pangan antardaerah; (iii) Mengembangkan kelembagaan dan sarana fisik pengolahan dan pemasaran di pedesaan; Dalam aspek konsumsi; upaya peningkatan ketahanan pangan diarahkan pada: (i) Meningkatkan kemampuan akses pangan rumah tangga sesuai kebutuhan baik jumlah, mutu, keamanan, maupun keseimbangan gizi; (ii) Mendorong, mengembangkan, dan memfasilitasi peran serta masyarakat (LSM, Organisasi Profesi, Organisasi Massa) dalam memenuhi hak atas pangan khususnya bagi kelompok kurang mampu; (iii) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas intervensi bantuan pangan dan pangan bersubsidi kepada golongan masyarakat rawan pangan; dan (iv) Mempercepat proses diversifikasi pangan ke arah konsumsi yang beragam dan bergizi seimbang. Bagaimana strategi penerapannya? Secara umum, dapat ditempuh strategi jalur ganda (twin track strategy); yaitu: (a) Memprioritaskan pembangunan ekonomi berbasis pertanian dan pedesaan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan masyarakat; dan (b) Menggerakkan seluruh stakeholders (pemerintah, masyarakat, LSM, organisasi profesi, organisasi massa, organisasi sosial, dan pelaku usaha). Memfokuskan upaya pada pengentasan masyarakat dan rumah tangga rawan pangan, serta masyarakat dan rumah tangga miskin, untuk memenuhi hak atas pangan masyarakat rawan pangan dan gizi serta masyarakat miskin.*** 11

4 25 Januari 7 Februari 2006 Indonesia Mampu Atasi Kerawanan Pangan PETA KERAWANAN PANGAN yang dibuat Deptan menunjukkan, terdapat 100 kabupaten rawan pangan, 30 di antaranya sangat rawan. NTB saja yang selalu mengalami surplus beras juga terjadi rawan pangan, ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode , saat diwawancarai AGRINA Bagaimana sebenarnya kondisi pangan dunia? Kofi Annan, Sekjen PBB, pertengahan tahun lalu menyatakan bahwa orang mati setiap hari akibat kelaparan dan kemiskinan. Kelaparan bukan hanya monopoli negara-negara miskin dan berkembang. Di negara adidaya Amerika Serikat pun sekitar 38 juta orang menderita kelaparan. Maka kemiskinan dan kelaparan merupakan musuh bersama dunia yang harus dilawan. Konferensi Tingkat Tinggi FAO di Roma tahun 1996 menyepakati mengurangi kelaparan dari 840 juta orang menjadi separuhnya pada Sampai kini hanya 25 juta orang yang dapat dibebaskan dari kelaparan, maka target 2015 diyakini tidak tercapai. Dalam catatan FAO, penduduk Afrika, Asia Selatan, China, dan Amerika Latin termasuk kategori yang mengalami rawan pangan. Negara-negara tersebut umumnya mengalami lilitan hutang yang besar dari lembaga-lembaga donor. Maka sangat manusiawi jika ada kebijakan pengampunan utang bagi negara-negara miskin. Kebijakan internal negara-negara berkembang juga tidak diarahkan agar masyarakat bebas dari kemiskinan dan kelaparan. Kebijakan apa yang dimaksud? Kebijakan yang tidak mendorong kemajuan sektor pertanian. Sektor pertanian telah terbukti sangat efektif mengatasi kemiskinan dan kelaparan. Umumnya di negara berkembang sektor pertanian tidak mendapat insentif ekonomi yang memadai. Input produksi yang mahal, pasar terfragmentasi, dan harga produk pertanian yang tidak merangsang peningkatan produktivitas. Sedangkan di negara-negara maju sarat proteksi berupa subsidi dan tarif impor yang tinggi. Banyak pula negara berkembang yang terlalu cepat meliberalisasikan sektor pangannya mengikuti paradigma pasar bebas. Indonesia pun tidak lepas dari persoalan itu. Di masa krisis awal 1998, dengan intervensi kuat dari IMF, kita harus meliberalisasi sektor pangan. Tarif impor pangan dipatok maksimum 5%. Apa masalah utama penyebab kerawanan pangan? Kerawanan pangan terjadi karena kurangnya ketersediaan pangan yang berhubungan dengan kapasitas produksi di daerah itu. Kekurangan ini, dalam situasi mendesak bisa ditutupi oleh impor. Tapi jangan terlalu mudah untuk mengimpor. Produksi nasio- 12

5 nal harus diupayakan untuk mengimbangi laju konsumsi. Ini tentunya memerlukan kebijakan yang memberikan insentif ekonomi yang cukup bagi petani. Masalah lain, sulit didistribusikan dengan harga terjangkau sehingga pangan tidak akan merata diakses oleh keluarga. Aspek distribusi juga sangat menentukan ketahanan pangan dan asupan gizi bagi anggota keluarga. NTB misalnya, selalu mengalami surplus beras setiap tahunnya namun soal rawan pangan juga terjadi. Faktor lain yang sangat penting adalah daya beli masyarakat untuk memenuhi konsumsi yang memenuhi syarat gizi seperti energi dan protein. Dari data yang ada sebenarnya ketersediaan energi dan protein domestik telah melebihi kebutuhan. Namun sebagian masyarakat kita masih kurang kalori dan protein karena daya beli yang rendah. Kita memahami bahwa daya beli berkaitan dengan tingkat kemiskinan. Tingkat kemiskinan di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu 16,67% pada Ada indikasi tahun ini jumlahnya meningkat. Jika bangsa ini mau bebas dari kelaparan, kemiskinan harus diberantas. Upaya mengatasi masalah dengan memberikan bantuan, bukan solusi jangka panjang. Proses pemberdayaan untuk memandirikan masyarakat agar mereka mampu mengatasi persoalannya harus menjadi paradigma di masa depan. Apa yang perlu dilakukan ke depan? Pertama, persepsi masyarakat bahwa pangan itu hanya beras perlu dikoreksi. Budaya lokal yang sejak dahulu kala mengonsumsi non-beras patut didorong karena justru akan mendiversifikasi pola makannya. Kedua, masalah kelancaran distribusi mesti diatasi. Masalah klasik adalah infrastruktur transportasi, seperti kejadian di Yahukimo (Papua). Tampaknya anggaran pemerintah 5 tahun ke depan perlu diarahkan membangun untuk infrastruktur pedesaan. Ini akan sangat membantu akses pangan secara fisik, dan mencegah disparitas harga pangan yang lebar antar daerah. Ketiga, masalah konsumsi yang berkaitan dengan kemiskinan. Akses terhadap pangan ditentukan oleh tingkat pendapatan masyarakat. Pembangunan pertanian dan pedesaan menurut pengalaman Indonesia sangat efektif untuk menyediakan lapangan kerja. Peningkatan pendapatan petani akan meningkatkan daya beli pangan dan nonpangan pedesaan. Sektor industri dan jasa di pedesaan pun secara gradual tercipta karena pasar sudah ada. Keempat, pendidikan pedesaan khususnya bagi anak-anak perempuan. Menurut penelitian FAO, generasi melek aksara menjadi petani dan pekerja yang lebih produktif. Anak-anak perempuan akan menjadi ibu yang lebih baik dalam mengasuh anak-anaknya dan mengatur gizi keluarga. Dan kelima, koordinasi kebijakan dan implementasi sektoral dan vertikal. Masalah peningkatan ketahanan pangan bangsa menyangkut multisektor dan tingkat pemerintahan mulai dari pusat sampai ke daerah. Oleh karena itu, Dewan Ketahanan Pangan mulai dari pusat, provinsi, sampai ke kabupaten/kota yang telah dibentuk pada pemerintahan yang lalu perlu direvitalisasi. Presiden dan/atau Wakil Presiden perlu memimpin kelembagaan ini secara langsung.*** 13

6 12 25 Juli 2006 Mewujudkan Kedaulatan Pangan KEDAULATAN PANGAN kita akan terwujud jika kita mampu menetapkan kebijakan yang tepat. Kebijakan yang kita butuhkan saat ini adalah kebijakan proteksi sekaligus promosi, ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec. (Menteri Pertanian periode ) saat diwawancarai AGRINA. Apakah kebijakan yang sudah diterapkan pada masih relevan saat ini? Proteksi sangat kita butuhkan dalam perdagangan internasional yang tidak adil. WTO itu hanya adil buat negara-negara yang maju, buat kita tidak adil. Memang free trade sesuai buat yang kuat, tapi tidak buat kita. Saya tidak tahu bagaimana dulu kita menyetujui free trade atau memang tidak bisa untuk tidak setuju karena kita belum mempunyai kedaulatan. Kita harus proteksi tapi sekaligus promosi. Kalau kita hanya proteksi, semakin lama proteksinya semakin tinggi dan tidak bisa kita pertahankan. Karena itu sambil memproteksi, kita juga harus promosi melalui peningkatan produktivitas dan kualitas. Jika nanti perdagangan internasional sudah adil, kita preteli proteksi itu secara sedikit demi sedikit. Kalau masih belum adil, tidak perlu kita pura-pura mampu bersaing dengan orang yang lebih mampu dari kita. Jadi jangan naif. Dengan ditandatanganinya Letter of Intend (LoI), negara kita dibuat telanjang. LoI itu dibuat supaya semuanya bisa masuk ke sini. Dan memang tiba-tiba Indonesia menjadi importir pangan terbesar di dunia. Selama kita terapkan kebijakan proteksi dan promosi sebagai bentuk kedaulatan kita. Kedaulatan dalam membuat kebijakan, merumuskan, melaksanakan, dan merevisi bila dirasa itu suatu kebutuhan. Hasilnya, pertanian kita termasuk pangan bertumbuh di atas 4%. Hal ini diakui oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bagaimana kita bisa menerapkan kebijakan tersebut jika petani sebagai salah satu stakeholder agribisnis belum memiliki lembaga? Lembaga petani sebenarnya sudah ada, dalam bentuk kelompok-kelompok yang telah lama dibina. Kemudian asosiasi petani juga sudah semakin kuat, kita punya HKTI, KTNA, petani sawit, petani tebu, petani tembakau, dan petani cengkeh, itu sudah wellorganized. Sekarang pekerjaan pemerintah itu mengidentifikasi yang perlu dikembangkan atau fasilitas yang diberikan supaya mereka itu bisa bekerjasama. Para pengusaha sudah menyadari hanya kalau petani menjadi makmur, maka dunia usaha bisa berkembang. Itu dengan pahit baru disadari setelah reformasi yang baru lalu itu. Jadi sudah lebih baik. Cuma masih ada tetap keinginan-keinginan birokrasi dan mungkin juga politikus 14

7 menggunakan paradigma lama dalam keadaan yang baru ini. Fasilitas apa yang perlu diberikan pemerintah kepada petani? Misalnya kredit. Kredit penting, tapi kredit hanya untuk memperlancar usaha. Ada faktor-faktor lain yang jauh lebih penting. Buktinya, selama kredit tidak ada tapi tetap bisa bertumbuh, tapi kalau ada kredit akan lebih hebat lagi. Menurut hemat saya, kita jangan kembali pada cara lama, mau kasih subsidi yang terlalu besar. Masalah mendasar, tingkat suku bunga nasional itu terlalu tinggi, 18%. Jika tingkat suku bunga nasional 5 6%, tentu untuk pertanian bisa 7 8%, seperti di Malaysia dan Thailand. Kita belum mampu membuat tingkat bunga itu kompetitif dengan negara-negara lain. Apa petani kita sudah tidak butuh subsidi? Subsidi masih dibutuhkan petani kita, tapi harus kita pikirkan bagaimana subsidi yang efisien dan efektif, jangan terjadi penyelewengan. Dikaitkan dengan keberatan WTO tentang subsidi, tidak usah terlalu takut karena itu bagian dari kedaulatan kita. Jadi, sebagai negara yang berdaulat, kita harus bisa melakukan apapun di republik ini untuk meningkatkan ketahanan pangan, menanggulangi kemiskinan, dan juga membangun pedesaan. Bagaimana mewujudkan kedaulatan pangan? Dalam rangka inilah saya ada sedikit pikiran mengenai revitalisasi pertanian. Jadi kita mengapresiasi ide revitalisasi karena ada kesadaran baru mengenai pentingnya pertanian. Lebih tepat jika revitalisasi sistem dan usaha agribisnis karena masalah pertanian itu sebagian besar ada di luar pertanian. Misalnya, infrastruktur, perbankan, perdagangan, pelabuhan, dan lainnya. Bila semua ini tidak diperbaiki, maka pertanian dan ketahanan pangan akan jalan di tempat. Dalam waktu dekat mewujudkan kedaulatan pangan, sebaiknya tugaskan Menko Perekonomian untuk secara sadar bekerjasama dengan menteri terkait dan merumuskan target. Kalau itu tidak mungkin, maka Presiden harus secara aktif take over itu ketahanan pangan, kalau perlu kasih kepada Wakil Presiden untuk mengurusnya. Bila memungkinkan, buat Menko Ketahanan Pangan dan Agribisnis. Jika tidak memungkinkan juga, satu dari lima menteri, yaitu pertanian, kehutanan, kelautan, perindustrian, dan perdagangan diminta menjadi koordinator. Jadikan dia sebagai menteri senior yang bisa mengundang menteri lainnya. Sekarang ini semua sibuk. Semua capek tapi hasilnya tidak ada. Kalau istilah saya, sudah kerja keras, tidak kerjasama, dan tidak kerja smart. Kita perlu kerja keras untuk mendapatkan hasil. Tapi kerja keras saja tidak cukup. Kita membutuhkan kerjasama. Kerjasama tapi tidak keras juga tidak ada gunanya, harus kerja keras dan kerjasama. Walau sudah kerja keras dan kerjasama, bila tidak kerja smart maka tidak berhasil. Kalau sudah kerja smart tapi tidak kerja keras dan kerjasama juga tidak ada gunanya. Harus kerja keras, kerja sama, dan kerja smart. Itulah ramuan dalam mewujudkan kedaulatan pangan kita. *** 15

8 2 15 Mei 2007 Fungsikan Kembali Dewan Ketahanan Pangan BERAS BUKAN HANYA KOMODITAS DI INDONESIA, beras sudah menjadi harga diri bangsa. Oleh karena itu diperlukan Dewan Ketahanan Pangan (DKP) untuk menyusun satu kebijakan perberasan nasional, ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian Periode , saat diwawancarai AGRINA. Apa alasannya Profesor menyebut demikian? Jika beras hanya sebagai komoditas, maka saat harganya naik, konsumsinya diturunkan atau diversifikasi dengan komoditas lain. Dan bila harganya turun, maka konsumsinya meningkat. Beras tidak bisa begitu. Bagi masyarakat Indonesia, beras adalah makanan pokok yang setiap hari mereka butuhkan. Jadi bagaimana kebijakan yang harus diambil? Kebijakan perberasan itu pada dasarnya adalah menyeimbangkan kepentingan produsen dan konsumen. Dari sisi konsumen, beras merupakan makanan pokok yang harus tersedia sehingga itu menjadi kepentingan nasional. Kemudian dari sisi produsen, sebagian besar petani kita adalah petani padi. Apalagi sebagian besar PDB pertanian juga dari padi. Ada sekitar 17% PDB pertanian, padi terbesar di antara komoditas lain. Jadi padi itu dari segi produsen dan konsumen sangat penting. Karena itu sering menjadi komoditas politik karena melibatkan banyak orang. Lain halnya karet, sekalipun nilai ekspornya besar tapi produsen dan konsumennya sedikit. Konsumen dan produsen memiliki kepentingan yang berbeda. Konsumen mau harga beras murah, sedangkan produsen menginginkan harga tinggi sehingga terjadi saling adu kuat untuk mempengaruhi pemerintah. Kebetulan petani padi kita terdiri dari petani kecil, tidak terorganisir, tidak mempunyai kekuatan politik, bahkan dulu dikooptasi oleh partai politik. Konsumen sebenarnya juga tidak terorganisir tapi karena mereka tinggal di kota kalau ribut mendapat perhatian dari politikus dan media massa. Tak heran bila sering kepentingan konsumen lebih diutamakan. Harga beras murah berarti tidak merangsang produksi sehingga harus impor? Bila ingin dapat harga murah berarti pasokan harus diperbanyak. Tapi jika harga murah berarti produksi dalam negeri tidak bisa meningkat karena petani tidak bergairah menanam padi. Oleh karena itu impor saja. Kebetulan kalau mengimpor itu harganya dumping. Thailand, AS, Jepang, China, dan India menjual beras di pasar internasional jauh lebih rendah daripada harga di dalam negeri mereka. Harga pada tingkat konsumen di India dan Indonesia sama, tapi kalau dia mau menjual supaya laku, harganya dibikin rendah. Sebenarnya jika tidak ada dumping, petani kita bisa bersaing dengan siapa pun di dunia 16

9 ini karena produktivitas padi kita termasuk yang tertinggi di dunia. Waktu saya tinggalkan Departemen Pertanian, produktivitas padi kita secara nasional rata-rata 4,6 ton/ha, Thailand 2,5 ton, dan Filipina 2,8 ton. Yang di atas kita produktivitasnya adalah China, Jepang, dan Korea. Bagaimana agar produsen dan konsumen sama-sama diuntungkan? Pada periode , kebijakan kita adalah tidak mau harga terlalu tinggi yang berarti menguntungkan petani tapi merugikan konsumen. Dan juga tidak mau harga terlalu rendah, merugikan petani dan menguntungkan konsumen. Oleh karena itu diusahakan sedemikian rupa supaya harga tetap stabil, petani masih senang dan tidak terlalu memberatkan konsumen. Konsumen kita macam-macam, ada yang kaya dan ada pula yang miskin. Untuk konsumen miskin dibuat kebijakan beras untuk golongan miskin yang kita sebut raskin. Jadi kita biarkan harga di dalam negeri sedikit lebih tinggi yaitu Rp2.200,00/kg tetapi orang miskin kita kasih raskin yang harganya hanya Rp1.000,00/kg. Apakah cukup hanya dengan kebijakan itu? Secara sederhana kebijakan perberasan pada dan sampai sekarang ingin dipertahankan, yakni kebijakan proteksi sekaligus promosi. Proteksi artinya melindungi petani dari praktik perdagangan beras internasional yang tidak adil. Dan promosi adalah meningkatkan produktivitas dan daya saing usaha tani padi kita. Proteksi dan promosi ini digabungkan sebab tidak mungkin melakukan peningkatan produktivitas dan daya saing apabila tidak ada proteksi. Misalnya, kita tingkatkan produktivitas sehingga produsi dalam negeri meningkat. Kemudian karena perdagangan internasional tidak adil, maka impor masuk. Jadi, produksi dalam negeri meningkat berbarengan dengan masuknya beras impor. Akibatnya harga turun merugikan petani sehingga mereka tidak mau lagi berproduksi. Dalam keadaan seperti itu, impor makin lama makin besar lagi. Karena itu kita buat kebijakan promosi sekaligus proteksi bagi petani dari beras impor. Bagaimana dengan kondisi sekarang yang hanya mempermasalahkan beras impor? Masalah kita bukanlah impor beras atau tidak. Masalah kita adalah kemampuan produksi di dalam negeri yang semakin berkurang. Dan masalah ini jarang dibicarakan, sebab jika dibicarakan berhubungan dengan prestasi pemerintah. Untuk mengatasinya, kita perlu memfungsikan kembali DKP yang telah dibentuk pada masa pemerintahan yang lalu. Dengan DKP kita bisa merumuskan kebijakan pangan nasional. Sekarang masingmasing departemen punya kebijakan perberasan sendiri-sendiri dan sering tidak berkaitan satu departemen dengan departemen lainnya. Dengan kembali berfungsinya DKP, institusi ini bisa mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi kemelut perberasan. DKP dapat meneruskan kebijakan yang telah disusun pemerintahan yang lalu atau membuat kebijakan baru tapi tetap memperhatikan kepentingan perberasan nasional bukan sektoral. DKP juga menjadi koordinator perumusan kebijakan dan program serta mengevaluasinya.*** 17

10 11 24 Juli 2007 Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Petani BILA DIPILAH KONSEP PEMBANGUNAN PERTANIAN dalam menjaga ketahanan pangan Indonesia dan kesejahteraan petani, maka ketahanan pangan adalah makronya serta pembangunan pertanian dan kesejahteraan petani adalah mikronya, ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode , saat diwawancarai AGRINA. Apa sebenarnya pengertian ketahanan pangan? Ketahanan pangan adalah ketersediaan dan konsumsi pangan yang bertumbuh secara berkelanjutan dan terjangkau harganya oleh masyarakat. Ketahanan pangan itu bisa pada level nasional, regional, lokal, dan keluarga. Hanya dengan ketahanan pangan yang bertumbuh secara berkelanjutan dan berkeadilan yang dapat memberikan kesejahteraan kepada petani dan penduduk Indonesia. Dalam pengertian ketahanan pangan seperti itu, pembangunan pertanian adalah sisi penawarannya. Jika bisa menyediakan pangan melalui pembangunan pertanian, satu sisi dari ketahanan pangan itu sudah terisi. Kendati pun produksi meningkat tetapi jika tidak ada kemampuan dari konsumen untuk membeli pangan itu, maka ketahanan pangan itu masih rapuh. Aspek permintaan erat kaitannya dengan aspek pendapatan masyarakat. Pendapatan masyarakat datang dari segi pertanian dan nonpertanian. Hanya dengan peningkatan pendapatan rakyat secara terus menerus, peningkatan produksi pertanian itu bisa menjadi suatu ketahanan pangan. Agar ketahanan pangan kita kuat, pembangunan pertanian dan kesejahteraan petani meningkat, maka sektor industri dan jasa harus berkembang dengan baik. Dengan demikian, ada pasar untuk produk pertanian, sebagian dari tenaga kerja di pertanian bisa pindah dari pertanian, serta sumberdaya yang tersedia buat petani menjadi lebih banyak sehingga kesejahteraannya bisa meningkat. Bagaimana dengan konsep pembangunan pertaniannya sendiri? Pembangunan pertanian kita sekarang sudah banyak berubah dari sebelumnya, tapi paradigma mengenai pertanian tidak banyak berubah. Inilah sumber hambatan utama untuk kemajuan pertanian kita yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan ketahanan pangan. Pertanian masih banyak dipandang sebagai way of life. Jadi, karena neneknya dulu mengupayakan padi, dia hanya tahu tanam padi, dan karena nenek saya seperti itu maka saya juga harus seperti itu. Agar pertanian bisa maju, paradigma kita terhadap pertanian harus berubah menjadi pertanian sebagai bisnis. Contohnya, bila ada seseorang memelihara kambing yang 18

11 tujuannya untuk dijual ke pasar dan memperoleh keuntungan berarti dia sudah berbisnis. Sebagai pebisnis dia memilih memelihara kambing karena laku dijual tapi bila kambing tidak laku, dia akan memelihara ternak yang lain, seperti domba atau ayam. Jika dulu pertanian bisa dilihat sebagai salah satu sektor karena industri hulu dan hilirnya belum menjadi penting bagi pertanian. Tidak demikian lagi halnya saat ini, pendekatan sektoral tidak cocok lagi untuk pembangunan pertanian. Pertanian harus dilihat secara bersama-sama dengan sektor hilir, hulu, dan jasa penunjangnya. Jadi pendekatan sektoral harus dirubah menjadi pendekatan intersektoral. Itulah paragdigma baru yang dibutuhkan. Jika dulu semuanya sentralistis, sehingga membanguan pertanian itu direncanakan dan dilaksanakan dari Pasarminggu, Jakarta (Deptan). Mana bisa membangun pertanian dari Pasarminggu? Pembangunan pertanian harus dari Wamena, Tarutung, Sidempuan, Garut, dan tempat lain, artinya membangun dari bawah. Desentralisasi sangat sesuai dengan pembangunan pertanian. Jadi, desentralisasi juga merupakan paradigma baru untuk pembangunan pertanian. Peranan pemerintah daerah menjadi lebih penting. Kini kita tidak hanya membangun pertanian saja tapi juga membangun mulai dari hulu, usaha tani, hilir, dan jasa penunjangnya. Kita membangun keseluruhan sistem dan usaha agribisnis. Jadi, bila pemerintah mengatakan ingin merevitalisasi pertanian, hal itu sudah tidak cukup lagi. Kita harus merevitalisasi sistem dan usaha agribisnis. Jadi revitalisasi sistem dan usaha agribisnis tidak semata-mata tanggung jawab menteri pertanian tetapi juga tanggung jawab menteri-menteri terkait dan terutama semua pelaku agribisnis. Jika itu paradigmanya, apa kebijakannya? Kebijakan yang dibutuhkan sistem dan usaha agribisnis kita adalah kebijakan proteksi sekaligus promosi. Proteksi artinya melindungi petani kita dari praktik perdagangan internasional yang tidak adil. Dan promosi adalah meningkatkan produktivitas dan daya saing dari usaha tani kita. Proteksi dan promosi ini digabungkan bersama-sama sebab tidak mungkin kita melakukan promosi dengan meningkatkan produktivitas dan daya saing apabila tidak ada proteksi. Misalnya, kita tingkatkan produktivitas supaya produksi dalam negeri meningkat. Kemudian karena perdagangan internasional yang tidak adil, maka impor masuk. Produksi dalam negeri meningkat, dan impor masuk sehingga harga turun, sehingga merugikan petani dan membuatnya tidak mau lagi berproduksi. Dalam keadaan yang seperti itu, volume impor makin lama makin besar, dan petani makin lama makin miskin. Oleh karena itu peningkatan produktivitas dan daya saing harus dibarengi proteksi bagi para petani itu dari komoditas impor. *** 19

12 12 25 Desember 2007 Hak Rakyat Atas Pangan BUSUNG LAPAR sudah menjadi bagian dari keadaan kita dari dulu hingga sekarang. Tapi seharusnya sekarang sudah tidak ada lagi. Ternyata hal itu belum dapat kita tanggulangi semua, ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode , saat diwawancarai AGRINA. Apakah kita tidak mampu menanggulanginya? Kejadiannya belakangan ini sudah lebih kecil dibandingkan masa lalu. Dan busung lapar hanya terjadi pada kantong-kantong masyarakat tertentu, bukan lagi berlangsung secara nasional. Jadi busung lapar sekarang ini bukan lagi masalah nasional tapi masalah lokal, bahkan mungkin hanya terjadi pada beberapa keluarga dalam suatu daerah. Hal itu terjadi mungkin disebabkan kemiskinan, budaya, rendahnya tingkat pendidikan, dan keterisolasian. Masalah kelaparan atau busung lapar itu bersifat lokal, sehingga harus diselesaikan oleh Kepala Desa dan Camat dengan bantuan Kepala Daerah. Jika Kepala Desa, Camat, dan Kepala Daerah tidak menyadari masalah itu, maka tidak akan pernah kita menyelesaikan masalah tersebut sekalipun produksi dan pendapatan kita meningkat. Hak atas pangan, apa maksud dan bagaimana kondisinya sekarang ini? Hak atas pangan itu timbul dari rasa kemanusiaan kita, bahwa makhluk hidup terutama manusia harus makan sepanjang hidupnya. Jadi pangan tidak bisa dilihat sebagai komoditas perdagangan saja, tapi pangan juga merupakan kebutuhan dasar manusia. Namun hak atas pangan itu bisa terwujud hanya jika rakyat menuntut haknya. Karena itu harus ada pendidikan politik dan sosial kepada rakyat agar mereka menuntut haknya. Jika rakyatnya belum mengerti mengenai haknya tersebut, sebaiknya wakil rakyat mengerti yang dituntut dan dibutuhkan rakyat. Kemudian pemerintah mempersiapkan diri untuk memenuhi tuntutan itu secara wajar. Dari dulu kita sibuk mengenai pembangunan pertanian, dan hasilnya produksi pangan meningkat. Tapi masalah kerawanan pangan dan busung lapar bukanlah masalah pertanian. Masalah itu lebih banyak berkaitan dengan kesehatan, sosial, pendidikan, dan pendapatan keluarga. Sayangnya ini belum menjadi prioritas pengelola aspek tersebut. Jadi sekalipun produksi pangan meningkat tetap saja ada orang yang kurang gizi, busung lapar, dan kelaparan karena ketersediaan pangan hanyalah salah satu aspek dari masalah pangan kita. Apakah ketersediaan pangan kita sudah tercukupi? Jika bicara sumber kalori seperti beras, jagung, sagu, ketela pohon, kita sudah lumayan baik ketersediaannya. Yang kita sangat ketinggalan adalah sumber protein dan 20

13 lemak yang bersumber dari ternak dan ikan. Hal itu disebabkan sejak Orde Baru penekanan kita ke beras dan bidang perkebunan melulu. Bidang peternakan dan perikanan relatif tertinggal. Ini yang membuat anak-anak kita perutnya gendut dan tubuhnya kecil. Tidak mengherankan jika anak-anak muda kita sering kalah dalam pertandingan olah raga internasional. Jika kita perhatikan, anak-anak sekolah di pedesaan rata-rata tinggi dan bobot badannya lebih kecil dibandingkan anak-anak pada masa 50 tahun silam. Ini berarti ada masalah kekurangan gizi yang sangat fundamental di negeri kita ini. Data FAO menyebutkan, konsumsi protein hewani kita masih tertinggal dibandingkan negara-negara Asean. Misalnya, konsumsi daging ayam Indonesia hanya 4,5 kg/kapita/tahun, Malaysia 20 kg/kapita/tahun, serta Jepang dan Amerika Serikat 45 kg/kapita/ tahun. Bagaimana jalan keluar mengatasi busung lapar dan kelaparan yang bersifat lokal tersebut? Soal kelaparan seolah-olah diambil alih pemerintah, itu kurang tepat. Seharusnya sadarkan manusia itu supaya ia menyelesaikan masalah kelaparannya. Kelihatannya kejam, tapi hanya dengan cara begitu masalah dapat kita selesaikan dengan baik. Karena itu dibutuhkan strategi, kesabaran, ketekunan, dan kerjasama. Kita tidak lagi bicara secara teoritis tentang visi misi tapi tindakan di tingkat grassroot. Upayakan agar institusi di grassroot bersama-sama dengan pemda menyelesaikan masalah kelaparan yang mereka alami. Dalam UU Otonomi Daerah disebutkan, Bupati dan Walikota bertanggungjawab atas ketahanan pangan di daerahnya. Karena itu, organisasi Dewan Ketahanan Pangan (- DKP) yang sudah dibuat pada tingkat provinsi, kabupaten, dan kota agar diaktifkan kembali. Pada waktu lalu telah berjalan mulai dari DKP pusat sampai daerah. Yang menjadi masalah kita adalah konsistensi. Hal-hal yang telah dibuat pada masa-masa sebelumnya tidak pernah mau dipelajari atau diteruskan oleh penerusnya sehingga seolah-olah kita memulai dari nol lagi. Program Raskin dilanjutkan dan diperbaiki sistemnya. Dan baik sekali bila program tersebut tidak hanya beras tetapi ditambah dengan minyak goreng, telur, dan lauk-pauk. Kemudian program pemanfaatan halaman rumah untuk bertanam, beternak, atau berkolam, sebaiknya digalakkan lagi terutama di pedesaan dan pinggir-pinggir kota. Dengan itu semua gizi masyarakat kita bisa diperbaiki. Dalam jangka panjang kita harus melihat pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi dengan mengikutsertakan rakyat di dalamnya harus menjadi fokus. Kita harus segera menemukan model pembangunan baru yang membuat pertumbuhan dengan cepat pada bidang-bidang yang rakyat dapat ikut serta di dalamnya, bukan sebagai penonton. *** 21

14 9 22 Januari 2008 Hati-hati, Tekanan Permintaan Pangan! PADA AKHIR 2007, telah kelihatan tanda-tanda perubahan konteks pertanian dan agribisnis secara nasional dan global. Perubahan konteks ini sudah barang tentu membutuhkan perubahan pendekatan, strategi, dan program untuk pembangunan sistem dan usaha agribisnis ke depan, ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode , saat diwawancarai AGRINA. Perubahan konteks yang bagaimana dimaksud? Sejak krisis moneter lalu sampai pertengahan 2007, pertanian termasuk di dalamnya keseluruhan agribisnis kita dalam konteks excess supply (tekanan suplai). Saat itu laju pertumbuhan produksi pertanian lebih besar daripada pertumbuhan permintaan hasilhasil pertanian. Akibatnya, harga produk pertanian mengalami stagnasi sangat lama. Pertanian menjadi bidang yang kurang menguntungkan dan menarik buat para petani khususnya di bidang pangan. Dalam konteks seperti itu, strategi pembangunan pertanian dan sistem agribisnis lebih ditekankan untuk menanggulangi masalah yang timbul karena adanya tekanan suplai tadi. Strategi yang diambil adalah memberi insentif kepada produsen, yakni petani, agar tetap mau berproduksi dan meningkatkan pendapatannya. Contoh-contoh insentif itu seperti subsidi, pengurangan pajak, dan bujet untuk pembangunan infrastruktur dan kelembagaan di bidang pertanian. Di samping itu, para petani juga dilindungi dari persaingan yang tidak adil di perdagangan internasional. Apa dampaknya excess demand bagi agribisnis kita? Excess demand (tekanan permintaan) dalam pengertian laju pertumbuhan permintaan hasil-hasil pertanian lebih besar daripada pertumbuhan produksi pertanian secara nasional dan global. Akibatnya, harga produk pertanian menjadi meningkat secara luar biasa. Berbeda dengan konteks ekses suplai, dalam excess demand ini pertanian menjadi lebih diuntungkan, pembangunan pertanian menjadi jauh lebih mudah dibandingkan saat ekses suplai. Dengan harga yang tinggi, para petani dengan atau tanpa insentif akan berusaha lebih giat untuk meningkatkan produksi dan produktivitasnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan excess demand merupakan kesempatan baru bagi sistem dan usaha agribuisnis di on-farm dan off-farm. Kendati pun demikian, on-farm agribisnis masih butuh uluran tangan pemerintah karena harga produk pertanian yang meningkat diikuti juga peningkatan biaya produksi sehingga adakalanya marjin buat petani akhirnya tidak berubah. Namun sebaliknya para konsumen akan sangat menderita khususnya konsumen miskin termasuk di dalamnya petani miskin. Mereka harus melakukan penyesuaian 22

15 yang sangat sulit terhadap kenaikan harga. Jika tidak pintar-pintar menghadapi masalah excess demand ini dapat mengakibatkan masalah kemiskinan semakin parah, ditambah masalah baru, yakni kelaparan. Masyarakat dan pemerintah harus waspada mengenai masalah ini. Pemerintah jangan terpesona dengan peningkatan Produk Domesik Bruto (PDB) pertanian. Peningkatan itu sebagian besar disebabkan peningkatan harga sebagai akibat excess demand tadi, namun ketersediaan produk pertanian masih menjadi masalah. Dan itu kelihatan dari harga pangan yang masih terus meningkat, khususnya saat terjadi gangguan alam. Apa penyebab utamanya? Penyebab dari peningkatan pertumbuhan permintaan ini ada 3 hal, yaitu pertama, pertumbuhan bahan bakar nabati (BBN) yang menggunakan produk pertanian dalam jumlah yang jauh lebih besar; kedua pertumbuhan ekonomi yang spektakuler di China dan India yang mengakibatkan pertumbuhan konsumsi hasil pertanian yang lebih besar; dan ketiga pertambahan penduduk dunia termasuk penduduk Indonesia yang membutuhkan bahan makanan lebih banyak. Dan excess demand itu diperparah lagi karena biaya distribusi yang meningkat sangat tinggi sebagai akibat naiknya harga minyak bumi. Apa yang perlu dilakukan menghadapi hal tersebut? Pertama, mencegah excess demand dengan meningkatkan produksi lebih hebat lagi. Tidak hanya nilai produk pertanian yang meningkat tapi produksi fisiknya juga harus meningkat. Kedua, perlu diversifikasi pangan. Diversifikasi pangan membuat obsesi terhadap beras bisa dikurangi sehingga memberi fleksibilitas bagi para konsumen. Untuk itu peningkatan prosesing di off-farm menjadi sangat penting. Ketiga, perbaikan infrastruktur untuk distribusi agar daerah-daerah terpencil tidak mengalami lonjakan harga yang bisa menimbulkan kelaparan lokal dan regional. Dan keempat, koordinasi antarinstansi di pusat dan antara pusat dengan daerah yang mengurus masalah pangan ini menjadi lebih penting. Dalam hal ini peranan Menko Perekonomian dan Menko Kesejahteraan Rakyat sangat penting karena urusan tersebut tidak bisa lagi diatasi Departemen Pertanian sendirian. Departemen Pertanian harus bekerjasama dengan Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Perum Bulog, Departemen Kesehatan, dan Departemen Sosial. Sewaktu terjadi ekses suplai pendekatan sektoral pertanian yang dominan bisa dimengerti. Namun sesudah adanya excess demand maka pendekatan yang sebanding antara produksi dan konsumsi, yakni sistem pangan menjadi sama pentingnya. Oleh karena itu pendekatan sistem dan usaha agribisnis pangan menjadi semakin relevan.*** 23

16 23 Januari 5 Februari 2008 Hutan dan Ketahanan Pangan FAO (BADAN PANGAN DAN PERTANIAN PBB) telah memberi peringatan tentang akan terjadinya krisis pangan termasuk di Indonesia tahun ini. Oleh karena itu, kita harus mencari solusi untuk mengatasinya. Sumberdaya hutan menjadi salah satu solusinya, ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode , saat diwawancarai AGRINA. Bukankah hutan bagi kita hanya sebagai penyedia kayu? Memang selama ini ada kecenderungan kuat demikian. Perguruan tinggi juga lebih banyak menekankan silvikultur, bukan sumberdaya hutan dan kawasan. Belakangan ini sudah ada pergeseran persepsi pada pengelolaan sumberdaya hutan. Pergeseran persepsi perlu dihargai sebagai perubahan yang amat positif tetapi komitmen ke arah tersebut masih belum terlihat kuat. Hal itu terlihat dari belum adanya pertanda perubahan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan hutan. Hutan perlu dilihat sebagai kawasan yang di dalamnya terbentuk ekosistem dan habitat bagi amat banyak makhluk hidup. Hutan juga merupakan sistem hidrologis yang menjamin tersedianya air di segala musim. Hutan juga mengandung unsur keindahan bagi manusia. Dengan begitu, sumberdaya hutan tidak hanya kayu tetapi seluruh sistem hubungan makhluk hidup dengan alam dalam suatu keseimbangan yang amat harmonis. Oleh karena itu, hutan juga adalah suatu teladan sistem pengendalian hama secara terpadu amat canggih yang barangkali di luar jangkauan daya nalar manusia untuk bisa memahaminya secara sempurna. Bagaimana kaitannya hutan sebagai salah satu solusi krisis pangan? Selain berbagai sumberdaya yang telah disebutkan, hutan juga mengandung berbagai bahan pangan dan bahan non-pangan lain yang amat berguna bagi kehidupan manusia. Kita mengetahui bahwa sejak lama sejumlah kelompok masyarakat tertentu sangat tergantung pada sagu yang telah tersedia secara alami di kawasan hutan. Dari berbagai kajian terbukti, satu pohon sagu bisa menghasilkan sekitar 25 kg sagu basah, atau cukup untuk keperluan keluarga beberapa minggu. Tetapi kemudian kelompok masyarakat tersebut dibujuk untuk mengonsumsi beras. Kita juga mengetahui hutan menyediakan bahan makanan yang bernilai ekonomis tinggi, seperti sarang burung walet, rebung, buah-buahan yang amat disukai oleh masyarakat. Dan berbagai tanaman yang berguna untuk obat dan pemeliharaan kecantikan. Akibatnya, banyak yang berebut untuk mendapatkan hak pengelolaan dan pemanfaatan sarang burung walet yang bermukim di goa-goa di tengah hutan. Bagaimana pula kaitannya dengan ketahanan pangan? 24

17 Dalam rangka ketahanan dan keamanan pangan, kita sudah perlu memperhatikan potensi hutan tersebut sebagai penyedia pangan untuk masyarakat. Ketahanan pangan menyangkut ketersediaan berbagai bahan pangan di setiap tempat dalam jumlah dan kualitas yang memadai, di setiap saat, bagi setiap orang, dan pada harga yang terjangkau. Dan keamanan pangan menyangkut bebasnya bahan pangan dari berbagai sisa-sisa pestisida yang mengganggu dan membahayakan kesehatan manusia. Hal ini sesuai dengan produksi pangan dari hutan yang sama sekali bebas dari penggunaan bahanbahan kimia tersebut. Atas dasar pertimbangan itu, kita perlu memikirkan hubungan lestari masyarakat dengan hutan, serta memanfaatkan sumberdaya hutan secara lestari. Selama ini, masyarakat di sekitar hutan sudah tahu betul cara-cara pemungutan hasil secara lestari tersebut, termasuk menghindarkan kebakaran hutan. Yang seringkali mengganggu adalah iming-iming pihak luar. Model pengelolaan hutan dengan sistem HPH menjadi kurang sesuai dengan prinsip pemanfaatan secara lestari tersebut, terlebih bagi ekosistem hutan yang amat rapuh seperti umumnya di Provinsi Papua. Banyak pemilik HPH ternyata kemudian menimbulkan kerusakan amat berat bagi ekosistem yang ada di hutan sehingga sulit bahkan tidak mungkin dipulihkan kembali. Alternatifnya, melibatkan partisipasi yang lebih luas dari masyarakat melalui sistem perhutanan sosial dan hutan kemasyarakatan. Pola manajemen seperti ini tidak perlu mengganggu agroindustri berbasis kayu di hilir (bubur kayu, kayu gergajian). Melalui organisasi koperasi yang kuat dan mandiri, pasokan bahan mentah ke industri hilir bisa tetap terjamin, dan masyarakat bisa memanen kayu secara lestari. Apakah kawasan hutan yang telah rusak dapat dialihkan untuk tanaman pangan? Kawasan hutan yang telah rusak oleh pengelolaan HPH adalah satu potensi yang bisa dimanfaatkan untuk mendukung kebijakan ketahanan pangan dan keamanan pangan. Tetapi, pengelolaannya kelak bisa menimbulkan benturan-benturan baru akibat perbedaan kepentingan yang tidak bisa dikompromikan atau diintegrasikan. Oleh sebab itu, mengalihkan kawasan hutan yang rusak tersebut menjadi lahan pertanian tanaman pangan harus dipelajari dan dipertimbangkan dengan matang. Lebih baik bila dengan penuh kesabaran, ekosistem yang telah rusak itu dipulihkan, paling tidak mendekati kondisi awal. Selama masa transisi, hutan tersebut dapat dimanfaatkan untuk tanaman pangan, namun harus tetap dalam rambu-rambu pengelolaan sumberdaya hutan.*** 25

18 20 Februari 4 Maret 2008 Era Pangan Murah Sudah Berlalu ERA PANGAN MURAH GLOBAL sudah berlalu paling sedikit untuk sementara yang jangkanya tidaklah pendek. Solusinya, di dalam negeri kita harus mampu swasembada pangan strategis, ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode saat diwawancarai AGRINA. Apakah hal ini kelanjutan dari yang telah Profesor sampaikan pada AGRINA No. 71 yang lalu? Ya. Saya ingin menyampaikan solusinya secara komprehensif. Namun sebelumnya saya ingin sampaikan lagi faktor yang menyebabkan terjadinya tekanan permintaan terhadap pangan sehingga harganya meningkat. Pertama, prestasi pertumbuhan ekonomi China dan India yang konsisten menyebabkan peningkatan permintaan pangannya naik secara signifikan. Kedua, harga minyak bumi yang telah beranjak naik sejak an meningkat lagi secara nyata pada akhir 1990-an. Ketiga, bioenergi. Perkembangan bioenergi mengakibatkan kompetisi antara energi dengan pangan dan pakan. Keempat, penduduk dunia yang terus bertambah juga menyebabkan excess demand. Dan kelima, global warming. Global warming sudah mengakibatkan kegagalan panen di mana-mana, baik karena kekeringan maupun banjir dan bencana alam lain. Keempat hal tersebut, kecuali global warming, menyebabkan permintaan dunia untuk produk pertanian dan pangan bertumbuh lebih cepat daripada pertumbuhan suplai. Ini berakibat terjadinya excess demand yang menyebabkan harga produk pertanian dan pangan meningkat secara global. Faktor kelima, kendati pun tidak berakibat pada excess demand, tapi pada waktu-waktu tertentu dapat mengurangi penawaran yang pada akhirnya menyebabkan tambahan kenaikan harga. Lima fenomena tersebut bukanlah fenomena musiman, tapi itu fenomena jangka panjang. Bukan perubahan musim tapi perubahan era atau zaman. Zaman excess supply ke zaman excess demand. Zaman harga pangan murah ke zaman harga pangan mahal. Bagaimana solusinya? Usaha pemerintah mengurangi pajak impor adalah salah satu solusi yang benar untuk sementara. Selain itu, para konsumen harus dibantu agar dapat melakukan diversifikasi pangan ke arah bahan makanan yang harganya lebih murah dan berasal dari dalam negeri. Dan kebijakan raskin perlu diteruskan untuk membantu konsumen dengan pendapatan rendah. Di samping itu, para petani harus dibantu agar lebih cepat lagi dalam peningkatan produksi dan produktivitas pangan, dan tekad swasembada untuk bahan pangan pokok harus diperkuat. Dan swasembada dimaksud tidak hanya mampu meme- 26

19 nuhi kebutuhan sendiri, melainkan juga dapat mengekspor pangan strategis tersebut. Beberapa solusi harus kita lakukan segera saat ini secara bersamaan. Pertama, kemandirian pangan strategis supaya tidak tergantung negara lain yang dapat mengubah kebijakan sesuai kebutuhan mereka. Kita ini negara besar, jika negara lain mengubah kebijakannya dan kita sudah sempat tergantung, maka kita akan sulit membuat penyesuaian. Sekali lagi saya tekankan, hal ini harus menyadarkan kita tentang pentingnya kemandirian pangan. Untuk makanan pokok, kita tidak boleh tergantung pada orang lain. Kedua, kebijakan proteksi dan promosi yang telah kita terapkan sejak 2000 masih relevan dilanjutkan meskipun untuk sementara kebijakan proteksi dikurangi sebagai usaha penyesuaian bagi konsumen agar mereka tidak terlalu menderita. Namun usaha peningkatan produksi dan produktivitas melalui kebijakan promosi harus lebih digalakkan. Produksi dan produktivitas dapat ditingkatkan dengan cara aplikasi teknologi paling mutakhir, perbaikan infrastruktur transportasi dan irigasi, memperlancar perdagangan, perbaikan SDM, pendidikan petani melalui penyuluhan-penyuluhan, kelembagaan pertanian, dan organisasi petani dan pelaku dunia usaha agribisnis. Apa solusi selanjutnya? Ketiga, berkaitan dengan kemandirian pangan dan swasembada pangan, maka desentralisasi dan privatisasi kebijakan pertanian dan pangan kita menjadi lebih penting. Kita harus memanfaatkan budaya pangan lokal sebagai upaya diversifikasi pangan. Kita harus memanfaatkan iklim lokal untuk tujuan produksi yang menyesuaikan diri dengan spesifikasi lokal. Kita harus memberikan iklim usaha yang lebih kondusif agar petani dan dunia usaha dapat bekerja lebih efisien dan efektif. Keempat, koordinasi antarinstansi di pusat, antarinstansi pusat dan daerah perlu ditingkatkan dalam rangka implementasi kebijakan proteksi dan promosi. Untuk ini Dewan Ketahanan Pangan (DKP) dari pusat sampai ke daerah perlu diaktifkan dan diperkuat. Sewaktu excess supply terjadi, masalah pangan kita adalah bagaimana membantu petani, maka leadership untuk ketahanan pangan diharapkan datang dari pertanian (Departemen Pertanian). Tapi sekarang masalah yang kita hadapi adalah bagaimana membantu konsumen, maka leadership yang kita butuhkan barangkali berpindah ke Departemen Perdagangan, Departemen Kesehatan, Departemen Perindustrian, atau Departemen Sosial. Usaha untuk membantu petani sekarang menjadi jauh lebih mudah dibandingkan pada waktu yang lalu. Usaha membantu petani sebagai produsen jauh lebih mudah dibandingkan membantu konsumen pada saat ini. Jika semua ini berjalan dengan lancar, maka saya yakin dalam jangka menengah dan panjang di dalam negeri kita bisa menyesuaikan diri dengan baik terhadap akibat negatif dari excess demand global tersebut.*** 27

20 19 Maret 1 April 2008 Perlu Tekad mengatasi Masalah Pangan MEMANG ADA MASALAH BESAR dengan ketahanan pangan kita, khususnya pangan strategis, seperti beras, jagung, tebu, dan gula. Kedelai hanyalah pemicu yang membuat kita terkejut dan sadar, ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode , saat diwawancarai AGRINA. Mengapa kita terkejut? Apakah kejadian tersebut terjadi secara tiba-tiba? Kita sebagai bangsa, khususnya pemerintah, tidak proaktif mengantisipasi tren perubahan yang telah terjadi beberapa tahun terakhir. Yaitu bergesernya excess supply (kelebihan penawaran) menjadi excess demand (kelebihan permintaan) terhadap produksi pangan secara global. Dan sekarang dampak perubahan itu telah terjadi. Harga pangan membubung tinggi dan konsumen menjerit di mana-mana. Jika konsumen beras, jagung, dan gula terorganisir dengan baik, dampaknya akan fatal dibandingkan demontrasi konsumen antara kedelai, yaitu para perajin tahu dan tempe. Ingat, kita punya 40 juta masyarakat miskin! Sebagian besar pendapatan mereka dibelanjakan untuk beras, gandum, jagung, gula, minyak goreng, dan kedelai. Saya tidak menakut-nakuti, tapi saya ingin menyadarkan bangsa ini bahwa kita punya problem serius dalam ketahanan pangan. Masalah ketahanan pangan kita ini bukanlah masalah jangka pendek. Oleh karena itu, kita sebagai bangsa, khususnya pemerintah, harus punya strategi jangka panjang untuk mengatasi masalah pangan tersebut. Sementara strategi jangka pendeknya cukup melakukan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan akan pangan dalam negeri sendiri. Dari upaya-upaya tersebut kita bertujuan mewujudkan ketahanan pangan yang kuat dengan sasaran antara swasembada beras yang berkelanjutan. Swasembada beras sebagai sasaran antara menuju ketahanan pangan, apakah kita mampu untuk itu? Tergantung bagaimana kita menanganinya. Jika ditangani secara tepat, sekalipun ada kelangkaan secara global dapat kita buat surplus. Jangankan kedelai yang kita impor hanya 1 juta ton lebih, impor beras yang 5 juta ton bisa kita buat tidak impor. Memang itu membutuhkan waktu, dari mengimpor 5 juta ton sampai tidak mengimpor beras kita butuh waktu 4 tahun. Jadi pada 2004 kita telah mencatat prestasi swasembada beras. Jika kurang percaya dengan data produksi yang tersedia, kita dapat dibuktikan dari fenomena harga ratarata beras nasional. Sekalipun impor beras kita larang pada 2004, harga beras di dalam negeri tidak naik. Itu berarti persediaan beras dalam negeri pada kondisi cukup. 28

Pendahuluan. Rakornas Bidang Pangan Kadin 2008

Pendahuluan. Rakornas Bidang Pangan Kadin 2008 Pendahuluan Amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, menyebutkan bahwa Ketahanan Pangan sebagai : Kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010 CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010 I. LATAR BELAKANG Peraturan Presiden No.83 tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan menetapkan bahwa Dewan Ketahanan Pangan (DKP) mengadakan

Lebih terperinci

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN Oleh : Tenaga Ahli Badan Ketahanan Pangan Dr. Ir. Mei Rochjat Darmawiredja, M.Ed SITUASI DAN TANTANGAN GLOBAL Pertumbuhan Penduduk

Lebih terperinci

Ketahanan Pangan dan Pertanian. disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55

Ketahanan Pangan dan Pertanian. disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55 Ketahanan Pangan dan Pertanian disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55 Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Ketahanan Pangan Februari 2015 KONDISI KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL UU NO 7 TH 1996: Pangan = Makanan Dan Minuman Dari Hasil Pertanian, Ternak, Ikan, sbg produk primer atau olahan Ketersediaan Pangan Nasional (2003)=

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan No.60, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Pangan. Gizi. Ketahanan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5680) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia karena pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dimana dalam pemenuhannya menjadi tanggung

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih 1.1. Latar Belakang Pembangunan secara umum dan khususnya program pembangunan bidang pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju

Lebih terperinci

SEKTOR PERTANIAN : Dari Stagnasi Menuju Pertumbuhan Tinggi Berkelanjutan

SEKTOR PERTANIAN : Dari Stagnasi Menuju Pertumbuhan Tinggi Berkelanjutan PIDATO MENTERI PERTANIAN Pada Pertemuan dengan Harian The Jakarta Post Tanggal 10 Agustus 2004 SEKTOR PERTANIAN : Dari Stagnasi Menuju Pertumbuhan Tinggi Berkelanjutan Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, MEc

Lebih terperinci

Matrik Keterkaitan Dukungan Kelembagaan Dalam Pembangunan Pertanian

Matrik Keterkaitan Dukungan Kelembagaan Dalam Pembangunan Pertanian Matrik Keterkaitan Dukungan Kelembagaan Dalam Pembangunan Pertanian Menko Kesra BI Deptan, Dephut, Kelautan /Kan KLH/ BPN No Kebijakan Menko Perekonomian Depkes, BSN Karantina Kem- Ristek/ BPPT /LIPI 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi, sehingga ketersedian pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Manusia dengan segala kemampuannya selalu berusaha

Lebih terperinci

ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN JANGKA PANJANG

ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN JANGKA PANJANG ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN JANGKA PANJANG K E M E N T E R I A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N N A S I O N A L / B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N N A S I O N A L ( B A

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Perolehan pangan yang cukup baik dalam jumlah maupun mutu merupakan sesuatu yang penting bagi setiap manusia agar dapat hidup secara berkualitas. Oleh karena itu hak atas kecukupan

Lebih terperinci

REVITALISASI PERTANIAN

REVITALISASI PERTANIAN REVITALISASI PERTANIAN Pendahuluan 1. Revitalisasi pertanian dan pedesaan, merupakan salah satu strategi yang dipilih oleh Kabinet Indonesia Bersatu dalam upayanya mewujudkan pembangunan masyarakat Indonesia,

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pangan yang sampai saat ini dianggap sebagai komoditi terpenting dan strategis bagi perekonomian adalah padi, karena selain merupakan tanaman pokok bagi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia, karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas

Lebih terperinci

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi Perekonomian Indonesia Peran Pertanian pada pembangunan: Kontribusi Sektor Pertanian: Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Pemasok bahan pangan Fungsi

Lebih terperinci

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi manusia. Pangan yang bermutu, bergizi, dan berimbang merupakan suatu

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan merupakan komitmen pemerintah yang ditujukan untuk mewujudkan ketahanan Pangan nasional yang

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010

Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010 Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010 Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Rusman Heriawan memperingatkan adanya penyusutan luas panen lahan padi nasional. Tahun ini saja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat terhadap sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan perubahan selera, gaya hidup dan peningkatan pendapatan. Karena, selain rasanya

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA 5.1. Sejarah Perkembangan Kedelai Indonesia Sejarah masuknya kacang kedelai ke Indonesia tidak diketahui dengan pasti namun kemungkinan besar dibawa

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN A. KONDISI UMUM Sektor pertanian telah berperan dalam perekonomian nasional melalui sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penerimaan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian sampai saat ini masih mempunyai peranan yang cukup penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap pendapatan nasional, sektor

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi pertanian dari kondisi yang kurang menguntungkan menjadi kondisi yang lebih menguntungkan (long

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara berkembang yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan terus mengupayakan pembangunan,

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa ketahanan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengingat perannya sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN Agar pangsa pasar susu yang dihasilkan peternak domestik dapat ditingkatkan maka masalah-masalah di atas perlu ditanggulangi dengan baik. Revolusi putih harus dilaksanakan sejak

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi terwujudnya ketahanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

Kualitas Gizi Faktor Penting Pembangunan

Kualitas Gizi Faktor Penting Pembangunan Kebijakan Strategis RAN-PG 2016-2019: Kualitas Gizi Faktor Penting Pembangunan Prof. Dr. Bustanul Arifin barifin@uwalumni.com Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA Dewan Pendiri dan Ekonom Senior INDEF

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Menimbang PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA TASIKMALAYA, : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil komoditas pertanian berupa padi. Komoditas padi dikonsumsi dalam bentuk beras menjadi nasi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan pangan merupakan bagian dari hak asasi individu serta sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang jumlah penduduknya 255 juta pada tahun 2015, dengan demikian Indonesia sebagai salah satu pengkonsumsi beras yang cukup banyak dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,

Lebih terperinci

Membangun Pertanian dalam Perspektif Agribisnis

Membangun Pertanian dalam Perspektif Agribisnis Membangun Pertanian dalam Perspektif Agribisnis Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional Indonesia. Sektor agribisnis menyerap lebih dari 75% angkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan beberapa alasan, pertama, sektor pertanian merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL I. PENDAHULUAN

ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL I. PENDAHULUAN ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian nasional dan dunia saat ini ditandai dengan berbagai perubahan yang berlangsung secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA DISKUSI REGULER EVALUASI POLITIK PANGAN PEMERINTAHAN SBY-KALLA. Yogyakarta, 6 Februari 2007

SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA DISKUSI REGULER EVALUASI POLITIK PANGAN PEMERINTAHAN SBY-KALLA. Yogyakarta, 6 Februari 2007 SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA DISKUSI REGULER EVALUASI POLITIK PANGAN PEMERINTAHAN SBY-KALLA Yogyakarta, 6 Februari 2007 Assalaamu alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh, Yang Saya Hormati: Pimpinan Pusat

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN A. Tugas Pokok dan Fungsi PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan ketersediaan pangan, serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN 2012, No.205 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN, PANGAN

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN PANGAN DI DAERAH 1.

KEMANDIRIAN PANGAN DI DAERAH 1. KEMANDIRIAN PANGAN DI DAERAH 1. HM Idham Samawi Bupati Bantul Jika ada yang mengatakan bahwa mereka yang menguasai pangan akan menguasai kehidupan, barangkali memang benar. Dalam konteks negara dan perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga sering disebut sebagai negara agraris yang memiliki potensi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

SEKTOR PERTANIAN : Dari Stagnasi Menuju Pertumbuhan Tinggi Berkelanjutan. Orasi Ilmiah di Universitas Medan Area Tanggal 8 Mei 2004

SEKTOR PERTANIAN : Dari Stagnasi Menuju Pertumbuhan Tinggi Berkelanjutan. Orasi Ilmiah di Universitas Medan Area Tanggal 8 Mei 2004 SEKTOR PERTANIAN : Dari Stagnasi Menuju Pertumbuhan Tinggi Berkelanjutan Orasi Ilmiah di Universitas Medan Area Tanggal 8 Mei 2004 Oleh : Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, MEc Rektor dan Senat Guru Besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras bagi bangsa Indonesia dan negara-negara di Asia bukan hanya sekedar komoditas pangan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

MANAJEMEN AGRIBISNIS (TANAMAN PANGAN & HORTIKULTURA) PEMBANGUNAN EKONOMI ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN INDUSTRIALISASI

MANAJEMEN AGRIBISNIS (TANAMAN PANGAN & HORTIKULTURA) PEMBANGUNAN EKONOMI ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN INDUSTRIALISASI MANAJEMEN AGRIBISNIS (TANAMAN PANGAN & HORTIKULTURA) PEMBANGUNAN EKONOMI ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN INDUSTRIALISASI 1) Pertumbuhan Ekonomi 2) Pemberdayaan Ekonomi Rakyat ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN EKONOMI

Lebih terperinci

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan Oleh : Feryanto W. K. Sub sektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian serta bagi perekonomian nasional pada

Lebih terperinci

hambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l

hambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l BAB V 5.1 Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Dalam kesepakatan AoA, syarat hegemoni yang merupakan hubungan timbal balik antara tiga aspek seperti form of state, social force, dan world order, seperti dikatakan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1)

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1) 74 Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 74-81 Erizal Jamal et al. ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1) Erizal Jamal, Hendiarto, dan Ening Ariningsih Pusat Analisis Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA Abstrak Upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia telah menjadi prioritas di setiap era pemerintahan dengan berbagai program yang digulirkan. Pengalokasian anggaran

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN 2019-2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA Jl. PEMBANGUNAN NO. 183 GARUT

Lebih terperinci

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Siwi Purwanto Direktorat Budi Daya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan PENDAHULUAN Jagung (Zea mays) merupakan salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang

I. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan hal yang sangat penting karena merupakan kebutuhan dasar manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang subsidi pupuk merupakan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci