BAB II PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA TAHUN 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA TAHUN 2012"

Transkripsi

1 BAB II PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA TAHUN 2012

2

3 BAB II PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA TAHUN Kondisi Wilayah Sumatera Saat Ini Dalam bidang ekonomi, kinerja pembangunan wilayah Sumatera tahun 2010 menunjukkan peningkatan dibanding tahun 2009, dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi berada di Provinsi Jambi. Adapun sektor utama yang menyumbang perekonomian wilayah Sumatera adalah sektor pertanian sebesar 21,94 persen, industri pengolahan sebesar 18,16 persen, serta pertambangan dan penggalian sebesar 16,49 persen. Provinsi Riau dan Kepulauan Riau merupakan daerah yang paling banyak menarik investasi, baik PMA maupun PMDN. Sementara itu, dalam kurun lima tahun terakhir, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita wilayah Sumatera terus meningkat. Namun, jika dibandingkan antarprovinsi, terlihat adanya ketimpangan yang cukup tinggi, yaitu antara pendapatan per kapita Provinsi Riau dan Kepulauan Riau dengan daerah-daerah lainnya di wilayah Sumatera. Dalam bidang sosial, hampir seluruh provinsi di wilayah Sumatera mengalami penurunan tingkat pengangguran terbuka (TPT) dan kemiskinan pada tahun Secara umum, TPT (Agustus,2010) provinsi di wilayah Sumatera berada di bawah TPT nasional (7,14 persen), kecuali Provinsi Aceh, Sumatera Utara dan Riau. Bahkan Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan memiliki TPT yang melampaui target RPJMN Sementara itu, tingkat kemiskinan provinsi di wilayah Sumatera juga berada di bawah tingkat kemiskinan nasional (13,33 persen (Maret,2010)), kecuali Provinsi Aceh, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung. Dalam hal pembangunan kualitas manusia, pada tahun 2009, IPM menunjukkan adanya peningkatan di semua provinsi di wilayah Sumatera. Secara nasional, posisi sebagian besar provinsi di Wilayah Sumatera berada di peringkat menengah. Terkait dengan perkembangan pembangunan berbasis gender, IPG setiap provinsi di wilayah Sumatera meningkat pada tahun Peringkat tertinggi adalah Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Bengkulu. Selain itu, IDG pada tahun 2009 di wilayah Sumatera untuk tiap-tiap provinsi juga meningkat jika dibandingkan dengan tahun Lampung berada di peringkat tertinggi, sedangkan Kepulauan Riau berada di peringkat terendah. Rendahnya nilai tersebut disebabkan oleh rendahnya keterwakilan perempuan di parlemen, proporsi perempuan dalam pekerjaan profesional, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), dan upah nonpertanian perempuan. Di bidang kesehatan, indikator utama Umur Harapan Hidup (UHH) semua provinsi di wilayah Sumatera menunjukkan adanya perbaikan dengan peningkatan yang hampir merata. Umur harapan hidup tertinggi terdapat di Provinsi Kepulauan Riau, sedangkan umur harapan hidup terendah terdapat di Aceh. Sementara itu indikator utama di bidang pendidikan yakni angka rata-rata lama sekolah, kemajuan cukup berarti terlihat di Provinsi Aceh, Bengkulu, dan Lampung. RKP 2012 III.2-1

4 Terkait dengan kondisi infrastruktur, aksesibilitas antardaerah di wilayah Sumatera dapat dilalui melalui jalan darat yang terdiri dari jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kabupaten/kota dengan kondisi sudah beraspal dan sebagian belum beraspal. Secara ratarata, hampir 90 persen desa-desa di wilayah Sumatera dapat diakses melalui jalan darat, 2.3 persen bisa diakses melalui transportasi air, dan 8.3 persen lainnya bisa dilalui melalui transportasi air dan darat. Sementara itu, konsumsi listrik per rumah tangga di Sumatera saat ini masih kecil apabila dibandingkan dengan Jawa. Rasio elektrifikasi untuk NAD 90,85 persen, Sumut 79,50 persen, Riau 58,66 persen, Sumbar 71,13 persen, Jambi 75,71 persen, Kepri 44,45 persen, Bengkulu 61,11 persen, Sumsel 56,39 persen, Babel 68,73 persen dan Lampung 61,25 persen. Luas daerah irigasi di Pulau Sumatera mencapai 1,99 juta hektar atau sekitar 27 persen dari total daerah irigasi di seluruh Indonesia, dari total 1,99 juta hektar daerah irigasi di Pulau Sumatera hanya 117,75 ribu hektar (6 persen) yang ketersediaan airnya dijamin oleh waduk, sedangkan sisanya masih mengandalkan dari aliran sungai. Sedangkan luas daerah rawa mencapai 802 ribu hektar yang terdiri dari rawa lebak 110,17 ribu hektar dan rawa pasang surut 691,9 ribu hektar. Luas daerah irigasi di Pulau Sumatera mencapai 1,99 juta hektar atau sekitar 27% dari total daerah irigasi di seluruh Indonesia, dari total 1,99 juta hektar daerah irigasi di Pulau Sumatera hanya 117,75 ribu hektar (6 persen) yang ketersediaan airnya dijamin oleh waduk yaitu waduk Keuliling di Aceh, Waduk Way Jepara, Way Rarem dan Batu Tegi di Lampung, sedangkan sisanya masih mengandalkan dari aliran sungai. Luas daerah rawa di Sumatera mencapai 802 ribu hektar yang terdiri dari rawa lebak 110,17 ribu hektar dan rawa pasang surut 691,9 ribu hektar. Dari sisi potensi sumber daya alam, wilayah Sumatera pada tahun 2010 menjadi penyumbang 78,43 persen produksi kelapa sawit nasional. Sedangkan dalam produksi perikanan nasional, wilayah Sumatera merupakan wilayah yang cenderung memproduksi hasil perikanan tangkap yang lebih besar dibandingkan dengan hasil perikanan budidaya. Dari sisi ketersediaan energi, wilayah Sumatera memiliki kekayaan cadangan minyak bumi, gas dan batubara. Untuk Coal Bead Methane (CBM), CBM yang dimiliki oleh Sumatera merupakan 40 persen dari seluruh cadangan CBM nasional. Sedangkan untuk batubara, wilayah Sumatera memegang 50 persen dari total cadangan batubara nasional. Dari sisi luas kawasan hutan, wilayah hutan Sumatera mempunyai luas nomor ketiga setelah Papua dan Kalimantan dengan luas sebesar 27,87 juta hektar. Disamping itu wilayah Sumatera juga mempunyai keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, tiga Taman Nasional yang berada di wilayah Sumatera termasuk dalam World Heritage yaitu Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Kerinci Seblat, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Namun demikian, laju deforestasi Sumatera pada periode tahun tergolong tertinggi dibandingkan dengan regional lainnya, yaitu sebesar 269,1 ribu hektar/tahun. Jika memperhatikan posisi geografis Indonesia yang berada pada pertemuan lempeng bumi serta lintasan gunung api aktif (ring of fire), wilayah Sumatera memiliki potensi ancaman bencana alam yang setiap saat dapat mengancam dan mempengaruhi III.2-2 RKP 2012

5 kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Provinsi Bengkulu merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang rawan terhadap bencana gempa bumi dan tsunami karena terletak di antara dua lempengan Samudra India dengan lempengan Eurasia. Bencana banjir juga masih mengancam wilayah Sumatera, selama tahun 2010 hampir seluruh provinsi di wilayah Sumatera pernah mengalami banjir, potensi kerugian yang besar dan korban jiwa akibat banjir masih menjadi ancaman di wilayah Sumatera seperti yang terjadi di Kota Medan dan Kabupaten Pidie. Sementara itu, wilayah perbatasan di wilayah Sumatera tersebar di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau dan Kepulauan Riau, sedangkan negara yang berbatasan langsung dengan wilayah Sumatera adalah India, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Wilayah perbatasan laut pada umumnya berupa pulau-pulau terdepan, termasuk pulau-pulau kecil, Beberapa di antaranya masih perlu penataan dan pengelolaan yang lebih intensif karena mempunyai kecenderungan permasalahan dengan negara tetangga. RKP 2012 III.2-3

6 TABEL 2.1 PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN WILAYAH SUMATERA Perkembangan Pembangunan Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep.Bangka Belitung Kep. Riau Pertumbuhan Ekonomi 2010 (ADHK 2000)* Peringkat Indeks Iklim Investasi Tahun 2008 PDRB Perkapita dengan Migas Tahun 2009 (Rp.Ribu) Tingkat Pengangguran Terbuka Tahun 2010 (Agustus) Persentase Kemiskinan Tahun 2010 (Maret) Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2009 Indeks Pembangunan Gender Tahun 2009 Indeks Pemberdayaan Gender Tahun 2009 Umur Harapan Hidup Tahun ,64 6,35 5,93 4,17 7,31 5,43 5,14 5,75 5,85 7,21 60,34 11) 50,26 30) 56,54 20) 57,50 18) 59,68 14) 56,78 `19) 50,18 31) 54,65 22) 59,17 16) 61,37 8) ,37 7,43 6,95 8,72 5,39 6,65 4,59 5,57 5,63 6,90 20,98 11,31 9,50 8,65 8,34 15,47 18,30 18,94 6,51 8,05 71,31 17) 73,8 8) 73,44 9) 75,6 3) 72,45 13) 72,61 10) 72,55 12) 70,93 21) 72,55 11) 74,54 6) 64,36 68,91 67,74 65,56 62,64 64,97 67,34 62,34 60,05 62,80 51,41 57,88 60,32 52,67 60,28 62,81 62,40 62,98 44,86 44,70 69,3 72,1 71,1 72,2 70,8 71,4 70,5 71,6 71,0 72,6 Rata-Rata Lama Sekolah Tahun 2009 Sumber : Badan Pusat Statistik Keterangan : *) = Data Pertumbuhan c-to-c Triwulan IV ,6 8,6 8,5 8,6 7,7 7,7 8,2 7,7 7,4 8,1 RKP 2012 III.2-4

7 2.2. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah Sumatera Berdasarkan arahan pengembangan wilayah Sumatera, tujuan pembangunan Wilayah Sumatera tahun 2012 adalah untuk: 1. meningkatkan standar hidup masyarakat Sumatera; 2. meningkatkan produksi dan produktivitas sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan pertambangan di wilayah Sumatera; 3. mengembangkan jaringan dan meningkatnya transportasi di wilayah Sumatera; 4. mengembangkan Sumatera bagian Selatan sebagai lumbung pangan dan lumbung energi; 5. mengembangkan Sumatera bagian tengah dan Sumatera bagian utara sebagai pusat perkebunan dan agribisnis; 6. mewujudkan keseimbangan pembangunan wilayah Sumatera bagian utara, bagian selatan, dan pesisir pantai, 7. mewujudkan keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah di pulau Sumatera. 8. meningkatkan kapasitas penyediaan air baku untuk mengurangi tekanan krisis air di Pulau Sumatera, serta meningkatkan keandalan layanan jaringan irigasi untuk mendukung peningkatan produksi pangan nasional. 9. mendorong terlaksananya pemenuhan, perlindungan dan penghormatan Hak Asasi Manusia (HAM) di seluruh wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota. Mengacu pada tujuan pengembangan wilayah Sumatera, sasaran yang dicapai dalam rangka pengembangan wilayah Sumatera tahun 2012 adalah sebagai berikut: 1. membaiknya berbagai indikator pembangunan, yaitu pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, pengangguran, angka kematian bayi, angka harapan hidup, pengangguran serta pendapatan per kapita; 2. meningkatnya produksi dan produktivitas sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan pertambangan di wilayah Sumatera; 3. berkembangnya jaringan dan meningkatnya transportasi di wilayah Sumatera; 4. berkembangnya Sumatera bagian selatan sebagai lumbung pangan daan lumbung energi; 5. berkembangnya Sumatera bagian tengah dan Sumatera bagian utara sebagai pusat perkebunan dan agribisnis; 6. terwujudnya keseimbangan pembangunan wilayah Sumatera bagian utara, bagian selatan, dan pesisir pantai; 7. terkendalinya kawasan perkotaan di kawasan rawan bencana alam di Pantai Barat dan Pantai Timur; 8. percepatan peningkatan/pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi, antara lain di Daerah Irigasi (DI) Lhok Guci Aceh, DI Sei Belutu dan DI Batang Gadis di Sumut, DI Batang Anai di Sumbar, DI Kelarik Natuna, DI Air Lakitan dan DI Komering di Sumsel, Jaringan irigasi Way Pengubuan dan DI Raman Utara di Lampung, serta rehabilitasi Daerah Rawa Pasut Sugihan OKI Sumsel. Selain itu didukung pula dengan pembangunan Waduk Rajui di Aceh. 9. penyediaan Air Baku bagi PDAM yang mengalami krisis air baku dan dalam rangka mencapai target MDGs, antara lain pembangunan embung Lambadeuk di Aceh, pipa transmisi air baku Kota Pekanbaru, air baku Kolong Bacang Pangkal Pinang, RKP 2012 III.2-5

8 tampungan air baku Sei Gesek Bintan Kepri, Sei Batang Tebo Jambi, dan Kota Bandar Lampung. 10. menurunnya resiko banjir dan abrasi pantai di daerah-daerah pusat pertumbuhan ekonomi, kawasan permukiman padat penduduk dan jalur transportasi utama, dengan kegiatan prioritas antara lain pembangunan tanggul banjir sektor III. 11. meningkatnya pelaksanaan kegiatan RANHAM berdasarkan amanat Perpres No.23 Tahun 2011 yaitu melalui pembentukan dan penguatan institusi pelaksana RANHAM, harmonisasi rancangan dan evaluasi Perda, pendidikan HAM, penerapan norma dan standar HAM, pelayanan komunikasi masyarakat dan pemantauan, evaluasi dan pelaporan. TABEL 2.2 SASARAN PERTUMBUHAN EKONOMI, KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI WILAYAH SUMATERA TAHUN 2012 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi 1) Kemiskinan 2) Pengangguran 3) (%) (%) (%) Aceh 5,00 5,55 18,89 7,25 6,55 Sumatera Utara 6,65 7,35 10,02 7,92 6,65 Sumatera Barat 5,20 5,65 8,84 6,50 5,50 Riau 5,55 6,10 7,60 6,30 5,70 Jambi 5,85 6,45 6,50 4,10 3,65 Sumatera Selatan 5,85 6,45 13,83 5,95 5,15 Bengkulu 5,35 6,20 15,47 2,40 2,10 Lampung 5,85 6,50 16,70 5,60 5,05 Bangka Belitung 5,50 6,10 5,40 3,40 3,05 Kepulauan Riau 7,25 7,80 7,41 3,05 2,40 Sumber: Proyeksi Bappenas; BPS; Susenas Ket: 1) Pertumbuhan Ekonomi: persentase laju perubahan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). 2) Kemiskinan:persentase jumlah penduduk miskin terhadap total jumlah penduduk. 3) Pengangguran: persentase jumlah pengangguran terbuka terhadap total angkatan kerja III.2-6 RKP 2012

9 TABEL 2.3 SASARAN ANGKA KEMATIAN BAYI, UMUR HARAPAN HIDUP DAN RATA-RATA LAMA SEKOLAH DI WILAYAH SUMATERA TAHUN 2012 Provinsi Angka Kematian Bayi 1) Rata-Rata Lama Sekolah 2) Umur Harapan Hidup 3) Aceh 31 9,10 69,61 Sumatera Utara 22 9,02 72,46 Sumatera Barat 25 9,00 71,70 Riau 21 9,10 72,57 Jambi 26 7,96 71,26 Sumatera Selatan 24 7,96 71,79 Bengkulu 27 8,80 71,06 Lampung 23 8,14 72,21 Bangka Belitung 25 8,70 71,35 Kepulauan Riau 20 10,20 72,73 Sumber : Proyeksi Bappenas; BPS; Susenas Ket.: 1) Angka Kematian Bayi: jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun per 1000 kelahiran hidup. 2) Rata-rata Lama Sekolah: rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. 3) Angka Harapan Hidup: perkiraan lama hidup rata-rata penduduk Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Sumatera Secara geografis peran dan posisi wilayah Sumatera semakin penting bagi kepentingan nasional seiring dengan terintegrasinya perekonomian nasional dalam perekonomian regional Asia Tenggara. Dalam konteks kerjasama ASEAN Economic Community yang akan dimulai pada tahun 2015 mendatang, jaringan transportasi utama (Jalur Lintas Timur) sangat mungkin terintegrasi dengan rencana jaringan ASEAN Highway. Oleh karena itu, pengembangan konektivitas domestik intrawilayah maupun dengan wilayah lain di tingkat nasional perlu dipercepat untuk memastikan kesiapan perekonomian domestik bersaing di tingkat kawasan. Daya saing nasional yang kuat dibangun dengan sistem logistik dan sistem transportasi wilayah yang terintegrasi dengan efisien. Disisi lain, pelaksanaan transformasi ekonomi yang tengah digulirkan konsepnya pada saat ini, menuntut peranan wilayah Sumatera yang lebih besar dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya. Transformasi ekonomi yang dikembangkan melalui konsep percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia serta dituangkan kedalam koridor ekonomi Indonesia ini, meliputi Koridor Sumatera yang pengembangannya terutama dengan melihat potensi wilayah Sumatera itu sendiri. Dengan demikian, dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi ke depan, khususnya di koridor Sumatera, pengembangan wilayahnya diarahkan sebagai sentra produksi dan pengolahan hasil bumi dan lumbung energy nasional. Dengan memperhatikan PP 26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Perpres 5/2010 tentang RPJMN dan Rancangan Peraturan Presiden tentang RKP 2012 III.2-7

10 Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera dalam kaitannya dengan titik berat RKP tahun 2012 yaitu perluasan dan percepatan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat, maka pengembangaan wilayah SumateraTahun 2012 terutama diarahkan untuk: (1) Memantapkan interaksi antarkawasan pesisir timur, kawasan tengah, dan kawasan pesisir barat Sumatera melalui pengembangan sistem jaringan transportasi darat, laut, dan transportasi udara lintas Sumatera yang andal; (2) Mendorong berfungsinya pusat-pusat permukiman perkotaan sebagai pusat pelayanan jasa koleksi dan distribusi di Pulau Sumatera; (3) Mengembangkan akses bagi daerah terisolasi dan pulau-pulau kecil di pesisir barat dan timur Sumatera sebagai sentra produksi perikanan, pariwisata, minyak dan gas bumi ke pusat kegiatan industri pengolahan serta pusat pemasaran lintas pulau dan lintas negara; (4) Mempertahankan kawasan lindung sekurang-kurangnya 40 persen dari luas Pulau Sumatera dalam rangka mengurangi risiko dampak bencana lingkungan yang dapat mengancam keselamatan masyarakat dan aset sosial-ekonominya yang berbentuk prasarana, pusat permukiman ataupun kawasan budi daya; (5) Mengembangkan komoditas unggulan wilayah yang memiliki daya saing tinggi melalui kerja sama lintas sektor dan lintas wilayah provinsi dalam pengelolaan dan pemasaran dalam mendorong kemandirian akses ke pasar global dengan mengurangi ketergantungan pada negara-negara tetangga; (6) Menghindari konflik pemanfaatan ruang pada kawasan perbatasan lintas wilayah meliputi lintas wilayah provinsi, lintas wilayah kabupaten dan kota; (7) Mempertahankan dan melestarikan budaya lokal dari pengaruh negatif globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia; (8) Memantapkan keterkaitan antara kawasan andalan, kawasan budidaya lain, berikut kota-kota pusat kegiatan di dalamnya dengan kawasan dan pusat pertumbuhan antarpulau di wilayah nasional, serta dengan pusat-pusat pertumbuhan di kawasan subregional ASEAN, Asia Pasifik, dan kawasan internasional lain. Dalam rancangan Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Sumatera, pusat-pusat pertumbuhan yang diklasifikasikan kedalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah: 1. Lhokseumawe, diarahkan untuk mengembangkan kawasan-kawasan industri Lhokseumawe yang berlokasi disekitar Pelabuhan Lhokseumawe atau di luar kota; 2. Kawasan Perkotaan Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo (Mebidangro), diarahkan untuk mengembangkan kegiatan industri pengolahan untuk mendorong perkembangan komoditas-komoditas unggulan seperti perikanan, kehutanan dan pariwisata; 3. Padang, diarahkan untuk mengembangkan kegiatan industri pengolahan untuk mendorong perkembangan komoditas-komoditas unggulan seperti perikanan, dan pariwisata; 4. Pekanbaru, diarahkan untuk menjadi pusat pertumbuhan wilayah nasional yang mampu mendukung perkembangan industri pupuk, industri hilir kelapa sawit, industri pengolahan karet, industri pengolahan kakao, industri perikanan, perikanan tambak; 5. Dumai, diarahkan untuk menjadi pusat pertumbuhan wilayah nasional yang mampu mendukung perkembangan industri pupuk, industri hilir kelapa sawit, industri III.2-8 RKP 2012

11 pengolahan karet, industri pengolahan kakao, industri perikanan, perikanan tambak; 6. Batam, diarahkan untuk mengembangkan kegiatan industri pengolahan untuk mendorong perkembangan komoditas-komoditas unggulan seperti perikanan, dan pariwisata; 7. Jambi, diarahkan untuk menjadi pusat pertumbuhan wilayah nasional yang mampu mendukung perkembangan industri pupuk, industri hilir kelapa sawit, industri pengolahan karet, industri pengolahan kakao, industri perikanan, perikanan tambak; 8. Palembang, diarahkan untuk mengembangkan kegiatan industri pengolahan untuk mendorong perkembangan komoditas-komoditas unggulan seperti perikanan, dan pariwisata; 9. Bandar Lampung, diarahkan untuk mengembangkan kegiatan industri pengolahan untuk mendorong perkembangan komoditas-komoditas unggulan seperti perikanan, dan pariwisata. Dengan demikian, untuk mendukung pelaksanaan transformasi ekonomi tersebut, serta dalam konteks pengembangan industri unggulan nasional yang berbasis sumber daya lokal, pengembangan wilayah Sumatera diarahkan untuk menjadi sentra produksi dan pengolahan hasil pertanian dan perkebunan serta lumbung energi nasional. Peran PKN (Pusat Kegiatan Nasional) Medan, Pekanbaru, dan Palembang menjadi semakin penting sebagai pusat industri pengolahan yang melayani kawasan sentra produksi wilayah Sumatera. Sementara itu PKN Batam sebagai pusat industri pengolahan untuk tujuan ekspor tetap dipertahankan. Sementara itu untuk mendukung 11 prioritas nasional dan 3 prioritas lainnya sebagaimana tertuang didalam RPJMN , maka arah kebijakan dan strategi pengembangan wilayah dijabarkan sebagai berikut. TABEL 2.4 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA TAHUN 2012 No Prioritas Arah Kebijakan Strategi Pengembangan 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam implementasi tata kelola yang baik; penyelenggaraan otonomi daerah yang efektif; peningkatan kualitas pelayanan publik, dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan. (1) Melakukan penataan birokrasi pemerintah daerah yang bersih, efektif, efisien dan akuntabel, sejalan dengan perluasan reformasi birokrasi pada instansi pemerintah daerah. (2) Meningkatkan penyelenggaraan otonomi daerah secara efektif. (3) Meningkatkan kualitas legislasi melalui evaluasi dan penyempurnaan peraturan daerah yang bermasalah. (4) Meningkatkan kualitas pelayanan publik. (5) Meningkatkan penegakan hukum dan pencegahan korupsi. (6) Mengembangkan sistem RKP 2012 III.2-9

12 No Prioritas Arah Kebijakan Strategi Pengembangan 2 Pendidikan Peningkatan kualitas sumber daya manusia secara umum dan relevansi pendidikan dengan kondisi dan karakteristik wilayah. 3 Kesehatan Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan. 4 Penanggulangan Kemiskinan Pengurangan tingkat kemiskinan secara umum dengan penekanan pada provinsi dengan tingkat kemiskinan lebih tinggi dari angka nasional, pada penanganan kemiskinan perkotaan di Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung serta pada penanganan kemiskinan perdesaan di Aceh, Bengkulu, dan Lampung. informasi dan administrasi kependudukan. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara umum dan relevansi pendidikan dengan kondisi dan karakteristik wilayah. (1) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu, bayi, dan balita. (2) Memperbaiki status gizi masyarakat. (3) Meningkatkan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta penyehatan lingkungan. (4) Meningkatkan pengembangan sumber daya manusia kesehatan. (5) Meningkatkan ketersediaan obat dan vaksin. (6) Meningkatkan pengembangan sistem pembiayaan jaminan kesehatan. (7) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan. (8) Meningkatkan sarana pelayanan kesehatan terutama di daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan. (1) Pengembangan ekonomi lokal dan peningkatan keamanan dan ketertiban kawasan perbatasan. (2) Mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan pro-rakyat miskin dengan memberi perhatian khusus pada usaha-usaha yang melibatkan orang-orang miskin dan orangorang dengan kondisi khusus serta usaha-usaha yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan; (3) Meningkatkan kualitas serta memperluas kebijakan affirmative/keberpihakan untuk penanggulangan kemiskinan melalui 4 klaster program pro- III.2-10 RKP 2012

13 No Prioritas Arah Kebijakan Strategi Pengembangan 5 Ketahanan Pangan Mempertahankan peran wilayah Sumatera sebagai lumbung pangan dan peningkatan efektifitas jaringan distribusi intra dan antarwilayah. 6 Infrastruktur Peningkatan keterkaitan domestik intra dan antarwilayah, meningkatkan peran swasta dalam pembangunan infrastruktur, serta meningkatkan kerjasama antardaerah dalam pengembangan infrastruktur regional, serta untuk mendukung percepatan dan perluasan pengembangan Koridor Ekonomi Sumatera rakyat. (4) Meningkatkan efektivitas pelaksanaan penurunan kemiskinan di daerah (1) Upaya pengembangan wilayah Sumatera sebagai sentra produksi pertanian dan perkebunan ditempuh dengan strategi peningkatkan produktivitas sektor pertanian dan perkebunan, khususnya tanaman pangan, hortikultura, sawit, dan karet. (2) Upaya pengembangan wilayah Sumatera sebagai sentra produksi perikanan dan hasil laut dilakukan dengan strategi meningkatkan produktivitas usaha perikanan dan rumput laut. (3) Percepatan peningkatan dan rehabilitasi jaringan irigasi dan rawa di provisi NAD, Sumut, sumbar, Sumsel, Lampung dan Babel, serta pembangunan Waduk Rajui Di Aceh. (1) Peningkatan kapasitas pembangkit dan integrasi sistem jaringan listrik wilayah; (2) Penguatan integrasi sistem transportasi darat, laut, dan udara. (3) Memastikan beroperasinya fasilitas telekomunikasi Desa Berdering dan Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK); (4) Memperkuat jaringanan serat optik di kota selain kota utama yang menghubungkan 22 ibukota kab/kota; (5) Memperkenalkan layanan TV digital di terutama di Sumatera bagian utara; (6) Memfasilitasi pengembangan e- government; (7) Peningkatan sistem penyediaan air baku di provinsi NAD, Sumut, Kepri, Riau, Sumbar, Bengkulu, RKP 2012 III.2-11

14 No Prioritas Arah Kebijakan Strategi Pengembangan 7 Iklim Investasi dan Usaha Peningkatan kemudahan berusaha, penyempurnaan regulasi yang menghambat dunia usaha, dan peningkatan kepastian hukum dan konsistensi kebijakan pusat-daerah. Peningkatan kompetensi tenaga kerja dan pengembangan informasi pasar kerja. 8 Energi Peningkatan kapasitas produksi kilang-kilang minyak dan sumur gas, optimalisasi produksi batubara, dan peningkatan efisiensi distribusinya serta peningkatan kapasitas pembangkit listrik khususnya untuk mendukung pusat-pusat industri pengolahan. 9 Lingkungan Hidup dan Bencana 10 Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca Konflik Pengembangan wilayah Sumatera diarahkan untuk meningkatkan daya dukung lingkungan dan mitigasi bencana Peningkatan keterkaitan daerah tertinggal dengan pusat-pusat pertumbuhan wilayah,menjadikan wilayah perbatasan sebagai beranda depan nasional, mengurangi pencurian sumber daya alam (illegal fishing) oleh pelaut asing, meningkatkan keamanan jalur pelayaran Selat Malaka. Wilayah perbatasan yang Babel dan Lampung; (8) Pembangunan sarana dan prasarana pengendali banjir di provinsi Aceh, Sumut, Riau, Sumbar, Sumsel, Bengkulu dan Lampung. (1) Meningkatkan kualitas legislasi, (2) Meningkatkan penegakan hukum dan HAM, (3) Pemberantasan korupsi, serta; (4) Meningkatkan kualitas pelayanan publik. (5) Pengembangan pelatihan berbasis kompetensi, terutama di bidang pengolahan hasil bumi. (6) Pengembangan informasi pasar kerja di wilayah koridor ekonomi. (1) Optimalisasi produksi minyak bumi dan gas, batubara; (2) Pengembangan energi alternatif. (3) Pembangunan pembangkit listrik berbasis batubara mulut tambang dan gas bumi beserta perluasan jaringan listrik terintegrasi yang kelak akan pula diinterkoneksikan dengan pulau Jawa, (4) Pembangunan infrastruktur gas bumi (jaringan pipa dan penyimpanan) (1) Pelestarian kawasan lindung; (2) Peningkatan kesiap-siagaan terhadap kerawanan bencana alam; (3) Peningkatan pelestarian keanekaragaman-hayati. Meningkatkan keterkaitan daerah tertinggal dengan pusat-pusat pertumbuhan wilayah,menjadikan wilayah perbatasan sebagai beranda depan nasional, mengurangi pencurian sumber daya alam (illegal fishing) oleh pelaut asing, meningkatkan keamanan jalur pelayaran Selat Malaka. III.2-12 RKP 2012

15 No Prioritas Arah Kebijakan Strategi Pengembangan 11 Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi. diprioritaskan di tahun 2012, yaitu: Sukakarya di Kota Sabang Provinsi Aceh; Pasirlimau Kapuas di Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau; dan Bungaran Timur di Kabupaten Natuna Provinsi Kepri. Peningkatan ketahanan budaya dan kearifan lokal dalam menghadapi arus globalisasi, meningkatkan difusi teknologi tepat guna khususnya kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah, dan mendorong berkembangnya industri kreatif. (1) Meningkatkan ketahanan budaya dan kearifan lokal dalam menghadapi arus globalisasi, (2) Meningkatkan difusi teknologi tepat guna khususnya kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah, dan mendorong berkembangnya industri kreatif. (3) Peningkatan apresiasi masyarakat terhadap seni dan budaya yang berbasiskan pada keragaman budaya daerah, 12 Prioritas Lainnya Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan 13 Prioritas Lainnya Bidang Perekonomian Meminimalisir ancaman terorisme. Pengurangan tingkat pengagguran di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pelayanan dan perlindungan TKI. (4) Peningkatan kualitas pengelolaan, perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan kekayaan budaya daerah. Meningkatkan kapasitas dan pemahaman masyarakat terhadap bahaya munculnya gerakan radikal yang dapat memicu aksi terorisme. Pengembangan aktivitas ekonomi yang mampu mendorong penyerapan tenaga kerja. Meningkatkan peran pemerintah daerah dalam pelayanan dan perlindungan TKI. 14 Prioritas Lainnya Bidang Kesejahteraan Rakyat Pengembangan ekonomi lokal, serta pengembangan industri pariwisata, alam dan budaya. (1) Pengembangan industri rumah tangga. (2) Pengembangan destinasi, pemasaran dan sumber daya pariwisata Sumber: Hasil Analisis, tahun 2011 RKP 2012 III.2-13

16 III.2-14 RKP 2012

17 RKP 2012 III.2-15

BAB II PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA TAHUN 2011

BAB II PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA TAHUN 2011 BAB II PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA TAHUN 2011 2.1. Kondisi Wilayah Sumatera Saat Ini Pertumbuhan ekonomi provinsi di Wilayah Sumatera tahun 2009 rata-rata memiliki laju pertumbuhan positif dan menurun

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 LAMPIRAN BUKU III: Matriks Arah Kebijakan DIPERBANYAK OLEH : KEMENTERIAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB IV PENGEMBANGAN WILAYAH KALIMANTAN TAHUN 2012

BAB IV PENGEMBANGAN WILAYAH KALIMANTAN TAHUN 2012 BAB IV PENGEMBANGAN WILAYAH KALIMANTAN TAHUN 2012 BAB IV PENGEMBANGAN WILAYAH KALIMANTAN TAHUN 2012 4.1 Kondisi Wilayah Kalimantan Saat Ini Dalam bidang ekonomi, kinerja pembangunan wilayah Kalimantan

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH MALUKU 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah Meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN 2012

BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN 2012 BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN 2012 BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN 2012 5.1 Kondisi Wilayah Sulawesi Saat Ini Dalam bidang ekonomi, kinerja pembangunan wilayah Sulawesi tahun 2010

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA Provinsi Papua PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH PAPUA 1 Pendidikan Peningkatan akses pendidikan dan keterampilan kerja serta pengembangan

Lebih terperinci

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2012

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2012 BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2012 BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2012 7.1 Kondisi Wilayah Maluku Saat Ini Perkembangan perekonomian Wilayah Malukutumbuh dengan laju moderat.dengan

Lebih terperinci

BAB VIII PENGEMBANGAN WILAYAH PAPUA TAHUN 2012

BAB VIII PENGEMBANGAN WILAYAH PAPUA TAHUN 2012 BAB VIII PENGEMBANGAN WILAYAH PAPUA TAHUN 2012 BAB VIII PENGEMBANGAN WILAYAH PAPUA TAHUN 2012 8.1 Kondisi Wilayah Papua Saat Ini Dalam hal ekonomi, kinerja pembangunan wilayah Papuatahun 2010 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 14 PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN

BAB 14 PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN BAB 14 PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN 14.1 PEMBANGUNAN WILAYAH NASIONAL 14.1.1 Permasalahan yang Dihadapi Salah satu permasalahan struktural ekonomi yang masih dirasakan adalah besarnya kesenjangan

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH NUSA TENGGARA

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH NUSA TENGGARA MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH NUSA TENGGARA PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH NUSA TENGGARA 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 7.1. Kondisi Wilayah Maluku Saat Ini Perkembangan terakhir pertumbuhan ekonomi di wilayah Maluku menunjukkan tren meningkat dan berada di atas pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN 2011

BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN 2011 BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH TAHUN 2011 5.1. Kondisi Wilayah Sulawesi Saat Ini Perkembangan berbagai indikator ekonomi regional provinsi-provinsi di wilayah Sulawesi menjelang akhir tahun 2009 tak terlepas

Lebih terperinci

BAB II PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA TAHUN

BAB II PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA TAHUN BAB II PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA TAHUN 2010 2014 2.1 Kondisi Wilayah Sumatera Saat Ini 2.1.1 Capaian Pembangunan Wilayah Pertumbuhan ekonomi tiap provinsi di wilayah Sumatera dalam kurun waktu 2004

Lebih terperinci

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016 Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi Jambi, 31 Mei 2016 SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jambi pada Februari 2015 sebesar 4,66

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH SULAWESI

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH SULAWESI MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH SULAWESI Provinsi Sulawesi Utara PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH SULAWESI 1 Pendidikan Peningkatan akses pendidikan dan keterampilan kerja

Lebih terperinci

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1 I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 Oleh : Menteri PPN/Kepala Bappenas Disampaikan dalam acara Musyawarah

Lebih terperinci

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 Prioritas Misi Prioritas Meningkatkan infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah 2 1 jalan dan jembatan Kondisi jalan provinsi mantap

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS PADA PEMBUKAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) PROVINSI JAMBI TAHUN Jambi, 6 April 2011

SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS PADA PEMBUKAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) PROVINSI JAMBI TAHUN Jambi, 6 April 2011 SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS PADA PEMBUKAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) PROVINSI JAMBI TAHUN 2011 Jambi, 6 April 2011 Yang terhormat Saudara Menteri Dalam Negeri, Yang terhormat

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 65.095.787.348 29.550.471.790 13.569.606.845 2.844.103.829 111.059.969.812 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 64.772.302.460

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.583.925.475 29.611.683.617 8.624.554.612 766.706.038 105.586.869.742 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.571.946.166

Lebih terperinci

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2010 2014 7.1 Kondisi Wilayah Maluku Saat Ini 7.1.1 Capaian Pembangunan Wilayah Dalam kurun waktu 2004 2008 perekonomian wilayah Maluku mengalami pertumbuhan yang

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH Perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah perlu memperhatikan korelasinya terhadap pencapaian prioritas dan sasaran pembangunan nasional, dan regional

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB III PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI TAHUN 2012

BAB III PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI TAHUN 2012 BAB III PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI TAHUN 2012 BAB III PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI TAHUN 2012 3.1 Kondisi Wilayah Jawa-Bali Saat Ini Dalam bidang ekonomi, kinerja pembangunan wilayah Jawa-Bali tahun

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi menunjukkan proses pembangunan yang terjadi di suatu daerah. Pengukuran pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat pada besaran Pendapatan Domestik

Lebih terperinci

BAB 14 PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN

BAB 14 PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN BAB 14 PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN 14.1. PEMBANGUNAN WILAYAH NASIONAL Pembangunan wilayah nasional diarahkan pada pemerataan pembangunan di seluruh wilayah dengan mengoptimalkan potensi dan keunggulan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) Sub Bidang Sumber Daya Air 1. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

BAB III PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI TAHUN 2011

BAB III PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI TAHUN 2011 BAB III PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI TAHUN 2011 3.1. Kondisi Wilayah Jawa-Bali Saat Ini Pertumbuhan ekonomi seluruh provinsi di wilayah Jawa-Bali pada tahun 2009 menunjukkan kecenderungan positif, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah masalah yang penting dalam perekonomian suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh suatu negara bertujuan untuk

Lebih terperinci

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO 1 VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO V I S I Riau Yang Lebih Maju, Berdaya Saing, Berbudaya Melayu, Berintegritas dan Berwawasan Lingkungan Untuk Masyarakat yang Sejahtera serta Berkeadilan

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : Tgk.

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Bengkulu Utara selama lima tahun, yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS Nama Organisasi : Pemerintah Kabupaten Tanggamus Visi INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS TERWUJUDNYA MASYARAKAT KABUPATEN TANGGAMUS YANG SEJAHTERA, AGAMIS, MANDIRI, UNGGUL DAN

Lebih terperinci

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA Sungailiat, 14 Maret 2017 Oleh: Dr. YAN MEGAWANDI, SH., M.Si. Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung OUTLINE PERIODESASI DOKUMEN PERENCANAAN CAPAIAN

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI B A B BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berbagai upaya ditempuh untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, pengurangan pengangguran, kemiskinan dan kesenjangan antarwilayah Dalam konteks pembanguan saat ini,

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU III: Pembangunan Berdimensi Kewilayahan DIPERBANYAK OLEH : KEMENTERIAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Sesuai dengan Permendagri 54/2010, visi dalam RPJMD ini adalah gambaran tentang kondisi Provinsi Sulawesi Selatan yang diharapkan terwujud/tercapai pada akhir

Lebih terperinci

PERAN GEOLOGI DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PERAN GEOLOGI DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL 1 PERAN GEOLOGI DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara PPN/Bappenas Workshop Sinkronisasi Program Pembangunan Bidang Geologi: Optimalisasi Peran

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA PROV JATENG

SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA PROV JATENG SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA PROV JATENG PADA ACARA MUSRENBANG RKPD KAB WONOSOBO TH 2019 DENGAN TEMA PEMANTAPAN UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI HARMONISASI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN CAPAIAN INDIKATOR MAKRO

Lebih terperinci

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE C. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015-2019 MISI 1. MEWUJUDKAN BOGOR KOTA YANG CERDAS DAN BERWAWASAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Provinsi Bali BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

Pemerintah Daerah Provinsi Bali BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan serta pencapaian target-target pembangunan pada tahun 2016, maka disusun berbagai program prioritas yang

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat Visi pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011-2016 tersebut di atas sebagai

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Disampaikan dalam Acara: Musrenbang RKPD Provinsi Kepulauan Riau 2015 Tanjung

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum... 1 B. Gambaran Umum 1. Kondisi Geografis dan Demografis... 4 2. Perkembangan Indikator Pembangunan Jawa Barat...

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DALAM ACARA MUSRENBANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI KEPULAUAN BANGKA

SAMBUTAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DALAM ACARA MUSRENBANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI KEPULAUAN BANGKA SAMBUTAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DALAM ACARA MUSRENBANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2017-2022 PERGI KE KEBUN MEMETIK SAHANG REHAT

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI RIAU TAHUN Disampaikan pada acara : MUSRENBANG RPJMD KABUPATEN KAMPAR TAHUN

ARAH KEBIJAKAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI RIAU TAHUN Disampaikan pada acara : MUSRENBANG RPJMD KABUPATEN KAMPAR TAHUN ARAH KEBIJAKAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI RIAU TAHUN 2014-2019 Disampaikan pada acara : MUSRENBANG RPJMD KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2017-2022 PEMERINTAH PROVINSI RIAU PEKANBARU, 5 OKTOBER 2017 INDIKATOR

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI JAMBI TAHUN 2016 MENTERI DALAM NEGERI SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI JAMBI TAHUN 2016 Disampaikan oleh : MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jambi, 7 April

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.396.506.021 27.495.554.957 7.892.014.873 639.818.161 102.423.894.012 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.384.518.779

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

Articles from Khazanah Ilmi

Articles from Khazanah Ilmi Articles from Khazanah Ilmi Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Sumatera Selatan Merujuk MP3EI Wilayah Sumatera Tahun 2012 2012-06-01 17:06:13 ilmanzuhriyadi Sumatera Selatan atau pulau Sumatera bagian selatan

Lebih terperinci

Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) dan Kawasan Strategis () Imam S. Ernawi Dirjen Penataan Ruang, Kementerian PU 31 Januari 2012 Badan Outline : 1. Amanat UU RTR dalam Sistem

Lebih terperinci

PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011

PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011 PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011 ARAHAN WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN TINGKAT NASIONAL (MUSRENBANGNAS) 28 APRIL 2010

Lebih terperinci

RANCANGAN RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

RANCANGAN RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Disampaikan Oleh : Dr. H. WAHIDIN HALIM, M.Si. GUBERNUR BANTEN Serang, 20 JUNI 2017 1 KONDISI EKSISTING 2 CAPAIAN INDIKATOR MAKRO CAPAIAN IPM CAPAIAN LPE 2014 2015 2016

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011 BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011 4.1. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Berdasarkan kondisi dan fenomena yang terjadi di Kabupaten Lebak serta isu strategis, maka ditetapkan prioritas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BUKU III RPJMN TAHUN PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN : MEMPERKUAT SINERGI ANTARA PUSAT-DAERAH DAN ANTARDAERAH

DAFTAR ISI BUKU III RPJMN TAHUN PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN : MEMPERKUAT SINERGI ANTARA PUSAT-DAERAH DAN ANTARDAERAH DAFTAR ISI BUKU III RPJMN TAHUN 2010-2014 PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN : MEMPERKUAT SINERGI ANTARA PUSAT-DAERAH DAN ANTARDAERAH BAB.I ARAH KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN WILAYAH 2010-2014 1.1 Pendahuluan...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dalam proses pertumbuhan ekonomi tersebut. Salah satu indikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dalam proses pertumbuhan ekonomi tersebut. Salah satu indikasi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pertumbuhan ekonomi merupakan aspek indikasi dari pembangunan ekonomi dalam proses pertumbuhan ekonomi tersebut. Salah satu indikasi yang digerakkan oleh para

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN

BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH TAHUN 2010 2014 5.1 Kondisi Wilayah Saat Ini 5.1.1 Capaian Pembangunan Wilayah Pertumbuhan ekonomi provinsi-provinsi di wilayah dalam kurun waktu 2004 2008 cenderung terus meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana untuk mendirikan provinsi-provinsi baru di Indonesia. Pembentukan provinsi baru ini didasari

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Pada Tahun 2014, rencana program dan kegiatan prioritas daerah adalah: Program indikatif prioritas daerah 1 : Agama dan syariat islam. 1. Program Peningkatan

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT KABINET

STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT KABINET LAMPIRAN PERATURAN SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 4 TAHUN 2015 TANGGAL : 19 JUNI 2015 STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT KABINET Sekretaris Kabinet Wakil Sekretaris Kabinet Deputi Bidang Politik,

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENINGKATAN INVESTASI TERHADAP PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SUMATERA UTARA

PENTINGNYA PENINGKATAN INVESTASI TERHADAP PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SUMATERA UTARA Karya Tulis PENTINGNYA PENINGKATAN INVESTASI TERHADAP PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SUMATERA UTARA Murbanto Sinaga DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2003 DAFTAR

Lebih terperinci

Lampiran 6. Menteri Keuangan RI DAFTAR BIDANG DAN PROGRAM. Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 13/PMK.06/2005 URAIAN BIDANG DAN PROGRAM

Lampiran 6. Menteri Keuangan RI DAFTAR BIDANG DAN PROGRAM. Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 13/PMK.06/2005 URAIAN BIDANG DAN PROGRAM 6 KODE POLITIK DAFTAR BIDANG DAN PROGRAM URAIAN BIDANG DAN PROGRAM 01 01 Program Penyempurnaan dan Penguatan Kelembagaan Politik 01 02 Program Peningkatan Kapasitas Poltik dan Hubungan Luar Negeri 01 03

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN A. Visi Visi merupakan kondisi ideal masa depan yang menantang, yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan, berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini. Kondisi

Lebih terperinci

KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN SDGs. Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS)

KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN SDGs. Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS) KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS) LATAR BELAKANG KONDISI KABUPATEN MAROS PASCA MDGs (RPJMD PERIODE 2010 2015) DATA CAPAIAN INDIKATOR MDGs TAHUN 2010 2015 MENUNJUKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

VISI PAPUA TAHUN

VISI PAPUA TAHUN ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2013-2018 ototus Oleh : DR.Drs. MUHAMMAD MUSAAD, M.Si KEPALA BAPPEDA PROVINSI PAPUA Jayapura, 11 Maret 2014 VISI PAPUA TAHUN 2013-2018 PAPUA BANGKIT PRINSIP

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

PRIORITAS 1 MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2011 NASIONAL

PRIORITAS 1 MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2011 NASIONAL PRIORITAS 1 NASIONAL NO. ARAH KEBIJAKAN STRATEGI PENGEMBANGAN FOKUS PRIORITAS KEMENTERIAN/LEMBAGA PROGRAM DALAM JUTA RUPIAH KEGIATAN PAGU INDIKATIF 1 Reformasi birokrasi dan tata kelola Meningkatkan penegakan

Lebih terperinci

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera Jakarta, 29 Juli 2011 1 2 3 Progress Legalisasi RTR Pulau Sumatera Konsepsi Tujuan, Kebijakan, Dan Strategi Rtr Pulau Sumatera Muatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 7 2012, No.54 LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2012 NOMOR : 2 TAHUN 2012 TANGGAL : 6 JANUARI 2012 RENCANA

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan sebaliknya, Provinsi Riau akan menjadi daerah yang tertinggal

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan sebaliknya, Provinsi Riau akan menjadi daerah yang tertinggal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apabila dicermati kembali proses pemekaran Provinsi Riau menjadi Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau, ada dua perkiraan yang kontradiktif bahwa Provinsi Riau Kepulauan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1 2 3 4 1 Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan 1. Jumlah rumah ibadah yang difasilitasi 400 jumlah kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI Jawa Barat Bagian Utara memiliki banyak potensi baik dari aspek spasial maupun non-spasialnya. Beberapa potensi wilayah Jawa Barat bagian utara yang berhasil diidentifikasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum B. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi 3. Status Pembangunan Manusia 4. Kondisi Ekonomi a. Potensi Unggulan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Sawahlunto Tahun 2013-2018, adalah rencana pelaksanaan tahap ketiga (2013-2018) dari Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

1. Perkembangan Umum dan Arah Perencanaan

1. Perkembangan Umum dan Arah Perencanaan Ringkasan Eksekutif Analisis Keuangan Publik Provinsi Sulawesi Selatan 2012 Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik dan Pengelolaan Keuangan Daerah di Gerbang Indonesia Timur 1. Perkembangan Umum dan Arah

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Pekalongan Tahun 2015 merupakan tahun keempat pelaksanaan RPJMD Kabupaten Pekalongan tahun 2011-2016.

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2010 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2010 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 70.623.211.429 31.273.319.583 8.012.737.962 316.844.352 110.226.113.326 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 70.609.451.524

Lebih terperinci