BAB III PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI TAHUN 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI TAHUN 2012"

Transkripsi

1 BAB III PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI TAHUN 2012

2

3 BAB III PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI TAHUN Kondisi Wilayah Jawa-Bali Saat Ini Dalam bidang ekonomi, kinerja pembangunan wilayah Jawa-Bali tahun 2010 menunjukkan peningkatan dibanding tahun 2009, dengan pertumbuhan tertinggi berada di Provinsi Jawa Timur. Adapun sektor utama yang menyumbang perekonomian wilayah Jawa-Bali adalah sektor industri pengolahan sebesar 28,10 persen perdagangan, hotel dan restoran sebesar 24,44 persen; keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar 12,60 persen; pertanian sebesar 9,37 persen; dan jasa-jasa sebesar 8,95 persen. Daya tarik investasi wilayah Jawa-Bali sangat tinggi dan nilai realisasi investasi masih terpusat pada wilayah ini. Investasi swasta dalam bentuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) di wilayah Jawa-Bali relatif besar. Dari total nilai realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) pada tahun 2008, lebih dari 91,00 persen berlangsung di wilayah Jawa Bali. Hal ini juga ditunjukkan oleh peringkat iklim investasi pada tahun 2008 di wilayah Jawa-Bali yang relatif cukup baik dengan peringkat tertinggi di wilayah Jawa- Bali yaitu Provinsi Jawa Tengah yang menduduki peringkat 2 secara nasional. Hal ini menunjukkan bahwa secara garis besar wilayah Jawa Bali memiliki keunggulan dari sisi kondisi tenaga kerja, keamanan usaha, kinerja ekonomi daerah, dan peranan dunia usaha dalam perekonomian daerah, namun perlu meningkatkan sisi promosi investasi. Sementara itu, perkembangan PDRB per kapita wilayah Jawa-Bali terus mengalami peningkatan, namun perbandingan antarprovinsi menunjukkan adanya ketimpangan yang cukup signifikan, yaitu antara Provinsi DKI Jakarta dan provinsi lain di wilayah Jawa-Bali. Dalam bidang sosial, hampir seluruh provinsi di wilayah Jawa-Bali mengalami penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan kemiskinan pada tahun Secara umum TPT (Agustus, 2010) sebagian besar wilayah Jawa-Bali berada dibawah TPT nasional (7,10 persen) kecuali Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Bahkan Provinsi JawaTengah, Jawa Timur, Banten, dan Bali memiliki TPT yang melampaui target RPJMN Hampir sebagian besar tingkat kemiskinan provinsi di wilayah Jawa- Bali berada dibawah angka kemiskinan nasional (13,33 persen) kecuali Provinsi Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, dan Jawa Timur. Dalam hal pembangunan kualitas manusia, pada tahun 2009 hanya tiga provinsi yang memiliki IPM diatas rata-rata IPM nasional yaitu Provinsi DKI Jakarta, DI. Yogyakarta, dan Jawa Tengah. Terkait dengan perkembangan pembangunan berbasis gender di wilayah Jawa-Bali Indeks Pembangunan Gender (IPG) setiap provinsi meningkat pada tahun Peringkat tertinggi adalah Provinsi DKI Jakarta diikuti oleh DI Yogyakarta, sementara itu nilai IPG di empat provinsi lain masih di bawah rata-rata nasional yaitu 65,8. Nilai terendah berada di Provinsi Jawa Barat sebesar 61,84, yang disebabkan oleh rendahnya pendapatan dan umur harapan hidup perempuan. RKP 2012 III.3-1

4 Hal ini menunjukkan masih terjadinya kesenjangan gender antarprovinsi di wilayah Jawa- Bali. Selain indikator IPG, indikator IDG tahun 2009 untuk tiap-tiap provinsi juga meningkat jika dibandingkan dengan tahun DKI Jakarta berada di peringkat tertinggi sedangkan Banten berada di peringkat terendah. Rendahnya nilai tersebut disebabkan oleh rendahnya keterwakilan perempuan di parlemen, proporsi perempuan dalam pekerjaan profesional, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), dan upah nonpertanian perempuan. Di samping itu, upaya perlindungan perempuan dan anak terutama terhadap berbagai tindak kekerasan, juga perlu ditingkatkan mengingat bahwa hal tersebut merupakan salah satu prioritas lainnya di bidang kesejahteraan rakyat. Dalam bidang kesehatan, kondisi Umur Harapan Hidup (UHH) hampir seluruh provinsi di wilayah Jawa-Bali pada tahun 2010 berada diatas UHH Nasional (70,90 tahun) kecuali Provinsi Banten. UHH tertinggi berada di Provinsi DKI Jakarta dan terendah berada di Provinsi Banten. Dalam bidang pendidikan, perkembangan angka Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) di wilayah Jawa-Bali secara garis besar berada diatas angka RLS Nasional (7,70 tahun) kecuali Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. TABEL 3.1 PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN WILAYAH JAWA BALI Perkembangan Pembangunan DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DIY Jawa Timur Banten Bali Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2010 (ADHK 2000)* 6,51 6,09 5,84 4,87 6,67 5,94 5,83 Peringkat Indeks Iklim Investasi Tahun ,03 (Peringkat 12) 59,44 (Peringkat 15) 68,51 (Peringkat 2) 54,14 (Peringkat 24) 63,22 (Peringkat 6) 56,38 (Peringkat 21) 60,71 (Peringkat 10) PDRB Perkapita Dengan Migas Tahun 2009 (Rp.Ribu) Persentase Pengangguran Tahun 2010 (Agustus) Persentase Kemiskinan Tahun 2010 (Maret) ,05 10,33 6,21 5,69 4,25 13,68 3,06 3,48 11,27 16,56 16,83 15,26 7,18 4,88 Indeks Pembangunan Manusia Tahun ,36 (Peringkat 1) 71,64 (Peringkat 15) 72,1 (Peringkat 14) 75,23 (Peringkat 4) 71,06 (Peringkat 18) 70,06 (Peringkat 23) 71,52 (Peringkat 16) Indeks Pembangunan Gender Tahun 2009 Indeks Pemberdayaan Gender Tahun 2009 Umur Harapan Hidup Tahun ,00 61,84 65,03 72,24 63,48 61,89 67,18 63,94 55,77 59,96 63,32 60,26 54,87 59,66 76,20 70,90 72,60 76,0 71,70 69,70 74,30 Rata-Rata Lama Sekolah Tahun ,30 7,70 7,10 8,80 7,20 8,00 7,80 Sumber : Badan Pusat Statistik Keterangan : *) = Data Pertumbuhan c-to-c Triwulan IV 2010 III.3-2 RKP 2012

5 Dari sisi ketersediaan Sumber Daya Alam (SDA), wilayah Jawa Bali pada tahun 2010 merupakan produsen utama komoditas tanaman pangan. Hal tersebut dapat dilihat dari kontribusi wilayah Jawa Bali yang cukup besar apabila dibandingkan dengan produksi nasional. Sedangkan untuk komoditas daging sapi, wilayah Jawa Bali merupakan penyumbang terbesar produksi komoditas daging sapi nasional yaitu sebesar 64,56 persen ( ton).pada tahun 2010, wilayah Jawa Bali merupakan wilayah yang memberikan kontribusi cukup besar dalam produksi perikanan budidaya, yaitu sebesar ton dari sebesar produksi total perikanan budidaya sebesar ton. Wilayah Jawa Bali merupakan konsentrasi kegiatan ekonomi terbesar di dunia mempunyai dua kota metropolitan yaitu Jabodetabek dan Gerbangkertosusilo. Keduanya sedang menuju menjadi pusat utama kegiatan industri manufaktur di masa depan. Wilayah Jawa-Bali memiliki potensi sumber daya energi yang beraneka ragam baik yang berbasis fosil (migas dan batubara) maupun yang berbasis energi baru terbarukan (EBT) seperti panas bumi, dan air. Cadangan batubara di wilayah Jawa adalah sebesar 14,21 Juta Ton. Kondisi infrastruktur wilayah Jawa-Bali relatif lebih memadai jika dibandingkan dengan wilayah lainnya. Akses antarwilayah dapat dilalui melalui jalan darat yang dikategorikan ke dalam tiga kelas jalan, yakni jalan nasional, jalan provinsi, dan jalan kabupaten/kota. Berdasarkan rasio panjang jalan dengan luas wilayah yang mengindikasikan kerapatan jalan untuk tingkat provinsi, kerapatan jalan tertinggi secara nasional terdapat di Provinsi DKI Jakarta, yakni 1,68 km/km2, DI Yogyakarta sebesar 1,47 km/km2, dan Jawa Tengah sebesar 0,72 km/km2. Berdasarkan rasio panjang jalan dengan jumlah kendaraan roda empat yang mengindikasikan kapasitas jalan, kapasitas jalan terendah secara nasional, adalah Provinsi DKI Jakarta sebesar 0,0004 km/unit kendaraan, Bali sebesar 0,0141 km/unit kendaraan, dan Jawa Barat sebesar 0,0190 km/unit kendaraan. Kebutuhan listrik untuk sektor bukan rumah tangga di wilayah Jawa jauh lebih tinggi dibanding dengan kebutuhan listrik sektor rumah tangga, dengan pangsa lebih dari 80 persen. Wilayah Jawa, Madura dan Bali telah terinterkoneksi. Pada tahun 2009, rasio elektrifikasi sebesar 70,10 persen dan rasio desa berlistrik sebesar 99,60 persen. Ketergantungan pembangkit listrik pada minyak harus segera dialihkan kepada energi baru dan terbarukan. Potensi energi untuk pembangkitan terdapat energi panas bumi yang belum dikembangkan. Infrastruktur strategis lainnya adalah irigasi untuk mendukung peran wilayah Jawa-Bali sebagai salah satu lumbung pangan nasional. Luas daerah irigasi di wilayah Jawa- Bali mencapai 3,30 juta hektar. Dari total 3,30 juta hektar daerah irigasi tersebut, hanya sekitar 666,92 ribu hektar (20,20%) yang ketersediaan airnya dijamin oleh waduk, antara lain Waduk Jatiluhur di Jawa Barat, Waduk Sermo di Yogyakarta, Waduk Delingan di Jawa Tengah, Waduk Karangkates di JawaTimur, dan Waduk Grogak di Bali, sedangkan sisanya masih mengandalkan dari aliran sungai baik melalui bendung ataupun free intake. Hampir seluruh wilayah Jawa-Bali termasuk wilayah yang rentan terhadap bencana alam baik gempa bumi, longsor, dan banjir. Daerah yang sangat rawan longsor tersebar di wilayah Jawa-Bali, terluas di Provinsi Jawa Barat, Banten dan Jawa Tengah bagian barat. Daerah potensi banjir tersebar di daerah Pantura dan kawasan lain yang umumnya daerah RKP 2012 III.3-3

6 rendah, terutama di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian utara. Daerah rawan banjir banyak terdapat di wilayah pertanian dan perkotaan sehingga dapat mengancam ketahanan pangan dan investasi. 3.2 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah Jawa-Bali Berdasarkan arahan pengembangan wilayah Jawa-Bali, tujuan pembangunan wilayah Jawa-Bali dalam tahun 2012 adalah untuk: 1. mempertahankan kinerja pembangunan ekonomi wilayah Jawa-Bali sebagai lokomotif pembangunan ekonomi nasional; 2. mempertahankan wilayah Jawa-Bali sebagai lumbung pangan nasional; 3. meningkatkan kapasitas wilayah Jawa-Bali dalam lingkup kerja sama internasional; 4. meningkatnya standar hidup masyarakat Jawa-Bali; 5. mengendalikan pertumbuhan pusat permukiman perkotaan dan perdesaan yang berpotensi mengganggu kawasan yang rawan bencana serta mengancam keberadaan kawasan lindung dan kawasan produksi pangan melalui pengendalian aspek kependudukan dan kegiatan sosial-ekonominya; 6. mempertahankan dan merehabilitasi kawasan lindung yang semakin terdesak oleh kegiatan budidaya, khususnya di Pulau Jawa bagian selatan dan Pulau Bali bagian tengah; 7. mempertahankan sumber-sumber air dan merehabilitasi daerah resapan air untuk menjaga ketersediaan air sepanjang tahun; 8. meningkatkan kapasitas penyediaan air baku untuk mengurangi tekanan krisis air di Pulau Jawa dan Bali, serta meningkatkan keandalan layanan jaringan irigasi untuk mendukung peningkatan produksi pangan nasional. 9. mewujudkan keseimbangan pembangunan wilayah desa-kota dan wilayah utara Jawa bagian utara dan bagian selatan; 10. meningkatkan stabilitas pertahanan dan keamanan melalui pencegahan aksi-aksi terorisme; 11. meningkatkan upaya pemberantasan korupsi; 12. mendorong terlaksananya pemenuhan, perlindungan dan penghormatan Hak Asasi Manusia (HAM) di seluruh wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota. Mengacu pada tujuan pengembangan wilayah Jawa-Bali, sasaran yang dicapai dalam rangka pengembangan wilayah Jawa-Bali pada tahun 2012 adalah sebagai berikut: 1. meningkatnya standar hidup masyarakat Jawa-Bali, yang ditunjukkan dengan membaiknya berbagai indikator pembangunan, yaitu pertumbuhan ekonomi, 2. kemiskinan, pengangguran, angka kematian bayi, angka harapan hidup serta pengangguran; 3. menurunnya konsentrasi penduduk di wilayah Jawa-Bali; 4. mempertahankan dan merehabilitasi kawasan lindung di wilayah Jawa-Bali; 5. mempertahankan dan merehabilitasi wilayah DAS; III.3-4 RKP 2012

7 6. percepatan peningkatan/pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi, antara lain di saluran induk Cisadane dan DI. Ciliman di Banten, jaringan irigasi Subang, dan Bendungan Copong (Leuwi Goong) di Jawa Barat, DI Lanang, Colo Timur dan DI. Comal di Jawa Tengah, serta DI. Sampean di Jawa Timur; 7. penyediaan air baku bagi PDAM yang mengalami krisis air baku dan dalam rangka mencapai target MDGs, antara lain pembangunan siphon Bekasi, prasarana pengambilan dan saluran pembawa air baku Tasik, bendung Karet Waledan, dan rehabilitasi Tarum Barat di Jawa Barat; pembangunan sistem pengembangan air baku Telagawaja di Bali; 8. meningkatkan jumlah tampungan dan ketersediaan air melalui pembangunan dan rehabilitasi waduk, diantaranya: Waduk Jatigede di Jawa Barat, Waduk Jatibarang, Waduk Wonogiri, Waduk Bendo, Waduk Bajulmati di Jawa Timur, serta Bendungan Titab di Bali; 9. menurunkan risiko banjir dan abrasi pantai di daerah-daerah pusat pertumbuhan ekonomi, kawasan permukiman pada penduduk dan jalur transportasi utama, dengan kegiatan prioritas antara lain: penangan banjir Jakarta dan Citarum Jawa Barat; normalisasi Kali Garang (Banjir Kanal Barat), penanganan banjir DAS Bengawan Solo, perbaikan Sungai Wonokromo di Jawa Timur, serta rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana Gunung Merapi di Yogyakarta; 10. menurunkan indeks gini PDRB/kapita wilayah Jawa-Bali perdesaan perkotaan dan wilayah utara selatan; 11. meningkatnya stabilitas keamanan dari aksi terorisme; 12. membaiknya nilai Indeks Persepsi Korupsi (IPK) untuk kota-kota di wilayah Jawa-Bali; 13. meningkatnya pelaksanaan kegiatan RANHAM berdasarkan amanat Perpres No.23 Tahun 2011 yaitu melalui pembentukan dan penguatan institusi pelaksana RANHAM, harmonisasi rancangan dan evaluasi Perda, pendidikan HAM, penerapan norma dan standar HAM, pelayanan komunikasi masyarakat dan pemantauan, evaluasi dan pelaporan. RKP 2012 III.3-5

8 TABEL 3.2 SASARAN PERTUMBUHAN EKONOMI, KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI WILAYAH JAWA BALI TAHUN 2012 Provinsi Pertumbuhan Ekonomi 1) (%) Kemiskinan 2) (%) Pengangguran 3) (%) DKI Jakarta 6,70 7,40 2,59 10,30 9,30 Jawa Barat 5,60 6,20 10,01 10,23 9,20 Jawa Tengah 6,65 7,25 14,33 6,00 5,40 DI Yogyakarta 5,50 6,10 15,67 5,40 4,90 Jawa Timur 6,45 7,10 13,17 4,10 3,23 Banten 6,20 6,80 5,86 12,65 11,75 Bali 6,30 6,70 4,49 2,95 2,50 Sumber: Proyeksi Bappenas; BPS; Susenas Keterangan: 1) Pertumbuhan Ekonomi: persentase laju perubahan Produk Domestik Regional Brut (PDRB). 2) Kemiskinan: persentase jumlah penduduk miskin terhadap total jumlah penduduk. 3) Pengangguran: persentase jumlah pengangguran terbuka terhadap total angkatan kerja. TABEL 3.3 SASARAN ANGKA KEMATIAN BAYI, UMUR HARAPAN HIDUP DAN RATA-RATA LAMA SEKOLAH DI WILAYAH JAWA BALI TAHUN 2012 Provinsi Angka Kematian Bayi 1) Rata-Rata Lama Sekolah 2) Umur Harapan Hidup 3) DKI Jakarta 8 12,00 76,51 Jawa Barat 26 8,40 71,41 Jawa Tengah 20 7,76 73,06 DI Yogyakarta 9 9,22 76,39 Jawa Timur 23 7,74 72,27 Banten 31 8,70 70,06 Bali 13 8,56 74,48 Sumber : Proyeksi Bappenas; BPS; Susenas Keterangan: 1) Angka Kematian Bayi: jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun per 1000 kelahiran hidup. 2) Rata-rata Lama Sekolah: rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. 3) Angka Harapan Hidup: perkiraan lama hidup rata-rata penduduk. 3.3 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Jawa-Bali Pengembangan wilayah Jawa dan Bali sebagai pusat kegiatan ekonomi nasional memiliki tantangan yang kompleks. Wilayah Jawa Bali relatif maju dan berkembang dibanding wilayah lainnya. Dalam 20 tahun ke depan Wilayah Jawa Bali akan menghadapi berbagai tantangan yang akan berimplikasi pada perubahan tatanan sosial, ekonomi, sumberdaya, tata ruang, budaya dan politik. Disisi lain, pelaksanaan transformasi ekonomi yang tengah digulirkan konsepnya pada saat ini, menuntut peranan wilayah Jawa-Bali yang lebih besar dibandingkan dengan III.3-6 RKP 2012

9 tahun tahun sebelumnya. Transformasi ekonomi yang dikembangkan melalui konsep percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia serta dituangkan kedalam koridor ekonomi Indonesia ini, meliputi Koridor Jawa Bagian Utara dan Jawa Bagian Timur-Bali-Nusa Tenggara yang pengembangannya terutama dengan melihat potensi wilayah Jawa-Bali itu sendiri. Dengan demikian, dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi ke depan, khususnya di koridor Jawa, pengembangan wilayahnya diarahkan sebagai pendorong industri dan jasa nasional, serta untuk koridor Bali pengembangan wilayahnya diarahkan sebagai pintu gerbang pariwisata nasional dan pendukung pangan nasional. Dengan memperhatikan PP 26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Perpres 5/2010 tentang RPJMN , dan Rancangan Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali dalam kaitannya dengan titik berat RKP tahun 2012 yaitu perluasan dan percepatan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat, maka pengembangaan wilayah Jawa-Bali Tahun 2012 terutama diarahkan untuk: 1. mempertahankan Pulau Jawa-Bali sebagai lumbung pangan nasional melalui berbagai upaya menetapkan dan mempertahankan kawasan produksi pangan; 2. mengendalikan secara ketat pengembangan industri hingga ambang batas toleransi lingkungan yang aman bagi keberlanjutan pembangunan; 3. mengintegrasikan kegiatan industri ke dalam zona-zona dan kawasan-kawasan industri yang telah ditetapkan; serta 4. mengembangkan zona-zona pemanfaatan minyak dan gas untuk wilayah perairan laut dan/atau lepas pantai. Dalam rancangan Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Jawa-Bali, pusat-pusat pertumbuhan yang diklasifikasikan kedalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN) diantaranya: 1. Serang diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah nasional yang berbasis pada sektor unggulan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perikanan tangkap dan perikanan budi daya, pariwisata bahari, serta industri pengolahan. 2. Cilegon dirahkan untuk mendorong pengembangan PKN Cilegon sebagai pusat pertumbuhan wilayah nasional yang berbasis pada sektor unggulan industri pengolahan dan manufaktur serta mendukung pengembangan pariwisata bahari. 3. Kawasan Perkotaan Jabodetabek diarahkan untuk mengendalikan pembangunan kawasan permukiman, bisnis atau komersial dan/atau industri di daerah pinggiran kota, daerah penyangga, dan/atau disepanjang jalan arteri primer dan kolektor primer. 4. Kawasan Perkotaan Bandung Raya diarahkan untuk mempertahankan fungsi Kawasan Perkotaan Bandung Raya sebagai pusat pertumbuhan wilayah nasional yang mendukung pelayanan pengembangan wilayah di sekitarnya dan nasional, RKP 2012 III.3-7

10 dengan tetap memantapkan fungsi-fungsi keterkaitan dengan pusat-pusat pertumbuhan wilayah. 5. Cirebon diarahkan untuk mendorong pengembangan PKN Cirebon sebagai pusat pertumbuhan wilayah nasional yang berbasis pada sektor unggulan pertanian, perikanan, dan industri pengolahan. 6. Kawasan Perkotaan Semarang Kendal Demak Ungaran Purwodadi (Kedungsepur) diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah nasional yang berfungsi mendorong pertumbuhan sektor industri, perdagangan, jasa pariwisata dan pusat-pusat produksi pertanian wilayah. 7. Surakarta diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi yang mendukung perkembangan sektor perdagangan, pariwisata dan pertanian (pangan dan hortikultura). 8. Cilacap diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi melalui peningkatan kualitas pelayanan PSD kota yang mendukung fungsi kegiatan pemerintahan, perikanan dan pariwisata bahari. 9. Yogyakarta diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah nasional yang berfungsi mendorong pertumbuhan sektor pendidikan, pariwisata, industri, dan pertanian wilayah DI. Yogyakarta. 10. Kawasan Perkotaan Gresik Bangkalan Mojokerto Surabaya Sidoarjo Lamongan (Gerbangkertosusila) diarahkan untuk mempertahankan fungsi PKN Kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila sebagai pusat pertumbuhan wilayah nasional yang mendukung perkembangan sektor perdagangan, pendidikan, dan industri manufaktur sebagai pusat pelayanan pengembangan wilayah di sekitarnya dan Indonesia bagian Timur. 11. Malang diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah pulau yang mendukung perkembangan sektor pertanian (pangan dan hortikultura), perkebunan (tahunan dan musiman), kehutanan, perikanan, serta pariwisata alam (ecotourism). 12. Kawasan Perkotaan Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan (Sarbagita) diarahkan untuk mengembangkan PKN Kawasan Perkotaan Sarbagita sebagai pusat pertumbuhan wilayah nasional yang berfungsi untuk mendorong pengembangan sektor pariwisata, pertanian, perikanan, dan industri pengolahan. Dengan mempertimbangkan titik berat pembangunan pada tahun 2012 yaitu perluasan dan percepatan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat, maka arah pengembangan wilayah Jawa-Bali tahun 2012 diantaranya: mendukung percepatan transformasi ekonomi dilakukan dengan strategi pengembangan (1) pengembangan pendidikan kejuruan dan ketrampilan baik formal maupun non formal di Provinsi Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali dalam mendukung Pengembangan kapasitas SDM sejalan dengan transformasi ekonomi ke arah sektor sekunder (industri pengolahan) dan tersier (jasa); (2) pemantapan PKN Jabodetabek sebagai pusat jasa dan perdagangan berkelas internasional; (3) III.3-8 RKP 2012

11 pengembangan PKN Gerbangkertosusila, Bandung dan Semarang sebagai pusat pertumbuhan wilayah nasional berbasis jasa perdagangan dan industri. Selanjutnya, pengembangan industri unggulan potensial di wilayah Jawa-Bali yang dilakukan melalui strategi pengembangan (1) mengembangkan industri unggulan tekstil dan produk tekstil, gula pasir, pupuk, semen di Provinsi Jawa Barat; (2) mengembangkan industri unggulan tekstil dan produk tekstil di Provinsi Banten; (3) mengembangkan industri unggulan pembekuan ikan dan biota air lainnya, tekstil dan produk tekstil, rokok kretek, gula pasir, semen di Provinsi Jawa Tengah; (4) mengembangkan industri unggulan pembekuan ikan dan biota air lainnya, rokok kretek, gula pasir, pupuk di Provinsi Jawa Timur; (5) mengembangkan industri kecil dan menengah pada industri kreatif terutama kerajinan, seni pertunjukan, desain, layanan komputer dan piranti lunak, serta riset dan pengembangan di Provinsi DI Yogyakarta. Arah kebijakan lainnya yaitu mendukung percepatan pembangunan wilayah selatan Jawa yang dilakukan dengan strategi pengembangan sebagai berikut (1) pengembangan aksesibilitas ke wilayah selatan Jawa; (2) pengembangan PKN Cilacap dan PKN Yogyakarta sebagai pusat pertumbuhan wilayah selatan Jawa; (3) pengembangan potensi wisata pantai (ekowisata) di wilayah selatan Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Sesuai dengan peran strategisnya terhadap pembangunan nasional, serta untuk mendukung perluasan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat, pada tahun 2012 pembangunan wilayah Jawa-Bali juga diarahkan untuk mendukung 11 prioritas nasional dan 3 prioritas lainnya sebagaimana tertuang didalam RPJMN Arah kebijakan pembangunan wilayah Jawa-Bali untuk mendukung 11 prioritas nasional dan 3 prioritas lainnya sebagai berikut: TABEL 3.4 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI TAHUN 2012 No Prioritas Arah Kebijakan Strategi Pengembangan 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam implementasi tata kelola yang baik; penyelenggaraan otonomi daerah yang efektif; peningkatan kualitas pelayanan publik khususnya proses perizinan, dan peningkatan pemberantasan korupsi dan penegakan hukum. (1) Melakukan penataan birokrasi pemerintah daerah yang bersih, efektif, efisien dan akuntabel, sejalan dengan perluasan reformasi birokrasi pada instansi pemerintah daerah. (2) Mengembangakan sistem pengurusan perizinan sehingga pelayanan menjadi lebih efektif dan efisien di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten dan Jawa Timur. (3) Meningkatkan kredibilitas lembaga hukum di Provinsi DKI Jakarta, Bandung, Cirebon, Purwokerto, Surabaya dan Denpasar. (4) Meningkatkan penyelenggaraan otonomi daerah secara efektif. (5) Meningkatkan kualitas legislasi melalui evaluasi dan penyempurnaan peraturan RKP 2012 III.3-9

12 No Prioritas Arah Kebijakan Strategi Pengembangan 2 Pendidikan Peningkatan kapasitas SDM sejalan dengan transformasi ekonomi kearah sektor sekunder (industry pengolahan) dan tersier (jasa) serta peningkatan IPM terutama dari komponen rata-rata lama sekolah (RLS) 3 Kesehatan Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan. 4 Penanggulangan Kemiskinan Pengurangan tingkat kemiskinan perdesaan dan perkotaan daerah yang bermasalah. (6) Mengembangkan sistem informasi dan administrasi kependudukan. (1) Meningkatkan akses masyarakat terhadap infrastruktur pendidikan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali; (2) Mengembangkan pendidikan kejuruan dan ketrampilan baik formal maupun non formal di Provinsi Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. (1) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu, bayi, dan balita. (2) Memperbaiki status gizi masyarakat. (3) Meningkatkan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta penyehatan lingkungan. (4) Meningkatkan pengembangan sumber daya manusia kesehatan. (5) Meningkatkan ketersediaan obat dan vaksin. (6) Meningkatkan pengembangan sistem pembiayaan jaminan kesehatan. (7) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan. (8) Meningkatkan sarana pelayanan kesehatan terutama di daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan. (1) Meningkatkan akses penduduk miskin terhadap pendidikan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DI Yogyakarta; (2) Melindungi buruh miskin perdesaan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan buruh miskin perkotaan di Provinsi DI Yogyakarta; (3) Menyediakan bantuan modal untuk usaha mikro di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur (4) Mengendalikan laju pertumbuhan jumlah penduduk di Provinsi Jawa Barat dan Banten; (5) Mengembangkan pengelolaan program transmigrasi yang profesional dan mampu mendorong tenaga-tenaga terampil untuk bekerja di luar Jawa; (6) Mengembangkan kota-kota kecil dan menengah. (7) Mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan pro-rakyat miskin dengan III.3-10 RKP 2012

13 No Prioritas Arah Kebijakan Strategi Pengembangan memberi perhatian khusus pada usaha-usaha yang melibatkan orang-orang miskin dan orang-orang dengan kondisi khusus serta usaha-usaha yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan; (8) Meningkatkan kualitas serta memperluas kebijakan affirmative/keberpihakan untuk penanggulangan kemiskinan melalui 4 klaster program pro-rakyat. (9) Meningkatkan efektivitas pelaksanaan penurunan kemiskinan di daerah 5 Ketahanan Pangan Mempertahankan wilayah Jawa-Bali sebagai lumbung pangan nasional (1) Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan terutama padi dan jagung melalui penyuluhan dan introduksi teknologi di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali; (2) Mengendalikan konversi lahan sawah dengan memperhatikan kebijakan UU 41/2009 dan RTRWP Jawa Barat danjawa Timur; (3) Mengembangkan peternakan domba dan kerbau di Provinsi Jawa Barat; (4) mengembangkan peternakan sapi perah dan sapi potong di Provinsi Jawa Timur dan Bali; (5) Mengembangkan peternakan kambing di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah; (6) Mengembangkan ternak kecil ayam kampung, ayam petelur, dan ayam pedaging di Provinsi Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah; (7) Mengembangkan perikanan tangkap di Provinsi Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DKI Jakarta; (8) Mengembangkan perikanan kolam (air tawar) di Provinsi Jawa Barat; (9) Mengembangkan perikanan tambak di Provinsi Jawa Timur; (10) Meningkatkan luas pengusahaan lahan petani dan menurunkan ketimpangan penguasaan lahan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, DI.Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali; (11) Mengembangkan sistem insentif dan disinsetif untuk mengurangi luasan lahan tidur dan lahan terlantar di Provinsi Jawa Barat, Banten, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur; (12) Mendorong transformasi angkatan kerja pertanian ke nonpertanian melalui peningkatan kualitas angkatan kerja di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali; RKP 2012 III.3-11

14 No Prioritas Arah Kebijakan Strategi Pengembangan 6 Infrastruktur Pengembangan sistem jaringan infrastruktur perhubungan multimoda yang terintegrasi, untuk mendukung keterkaitan domestik antar wilayah, serta untuk mendukung percepatan dan perluasan pengembangan koridor ekonomi Jawa-Bali. 7 Iklim Investasi dan Usaha Peningkatan investasi yang menyediakan lapangan kerja di wilayah-wilayah yang menjadi daya tarik bagi tenaga kerja serta (13) Rehabilitasi daerah resapan air di kawasankawasan budi daya pertanian di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali; (14) Percepatan peningkatan/pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi khususnya provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. (15) Peningkatkan produksi dan produktivitas tebu untuk mendukung pencapaian swasembada gula nasional. (1) Integrasi sistem jaringan jalan dan jaringan transportasi lainnya; (2) Meningkatkan jangkauan pelayanan telekomunikasi. (3) Meningkatkan sistem penyediaan air baku dan air minum di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. (4) Pembangunan sarana dan prasarana pengendali banjir dan pengamanan pantai di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan DI Yogyakarta (5) Pembangunan waduk di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur (6) Pembangunan pembangkit berbasis panas bumi dan air serta penggunaan teknologi bersih; (7) Pembangunan jaringan listrik terintegrasi Sumatera-Jawa-Bali untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik dan menjamin keandalan pasokan; dan (8) Pembangunan infrastruktur gas bumi (jaringan pipa dan penyimpanan) beserta jaringan distribusinya baik untuk bisnis industri, rumah tangga maupun tranportasi. (9) Memastikan beroperasinya fasilitas telekomunikasi Desa Berdering dan Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK); (10) Memperluas layanan TV digital yang sebelumnya sudah diperkenalkan di Jakarta, Bandung, dan Surabaya; (11) Memfasilitasi pengembangan e-government; (12) Mendukung pengembangan industri manufaktur TIK. (1) Menciptakan iklim investasi yang kondusif di Provinsi DKI Jakarta dari aspek perizinan, stabilitas keamanan; (2) Meningkatkan pembangunan infrastruktur transportasi, air bersih, dan energi; III.3-12 RKP 2012

15 No Prioritas Arah Kebijakan Strategi Pengembangan penyediaan lapangan kerja menitikberatkan pada wilayah dengan tingkat pengangguran terbuka yang cukup tinggi; meningkatkan nilai surplus perdagangan internasional serta memperkuat produktivitas ekonomi dan investasi; meningkatkan kompetensi tenaga kerja terutama di sektor industri pengolahan dan jasa. 8 Energi Menjaga pasokan energi untuk mencukupi kebutuhan wilayah Jawa- Bali 9 Lingkungan Hidup dan Bencana Meminimalisir dampak kerugian akibat kejadian bencana alam; penanganan ancaman bencana banjir dan tanah longsor; pemeliharaan dan pemulihan sumber daya air dan lahan; serta pemeliharaan dan pemulihan fungsi kawasan lindung. (3) Menurunkan gangguan lingkungan terutama banjir dan longsor serta meningkatkan kualitas dan kuantitas air di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. (4) Memperluas jaringan perdagangan internasional di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan Jawa Timur; (5) Mengoptimalkan fungsi pelabuhan hub internasional di Tanjung Priok/Bojonegara, Tanjung Perak/Tanjung Bumi Surabaya/Madura, dan Tanjung Emas Semarang untuk menunjang aktivitas ekspor impor; (6) Mengoptimalkan PKN Semarang dan PKN Gerbangkertosusila sebagai simpul penting perdagangan internasional. (7) Meningkatkan infrastruktur tenaga kerja kompetensi di wilayah-wilayah pengembangan koridor ekonomi. (8) Meningkatkan layanan informasi pasar kerja di wilayah koridor ekonomi. (1) Pembangunan pembangkit berbasis panas bumi dan air serta penggunaan teknologi bersih; pembangunan jaringan listrik terintegrasi Sumatera-Jawa-Bali; (2) Pembangunan infrastruktur gas bumi (jaringan pipa dan penyimpanan); mengendalikan zona-zona pemanfaatan sumber daya alam mineral serta minyak dan gas bumi. (1) Melakukan rehabilitasi dan konservasi hutan di kawasan hutan lindung dan konservasi di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur; (2) Meningkatkan luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota DKI Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bandung, Cirebon, Cimahi, Surakarta, dan Yogyakarta; (3) Melakukan rehabilitasi daerah resapan air dan kawasan DAS di Provinsi Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur; (4) Melakukan rehabilitasi di lahan-lahan yang rawan longsor di Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. (5) Melakukan rehabilitasi kawasan sempadan sungai di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur; (6) Melakukan rehabilitasi sungai di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI RKP 2012 III.3-13

16 No Prioritas Arah Kebijakan Strategi Pengembangan 10 Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca Konflik 11 Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi. Pembangunan daerah tertinggal diarahkan untuk percepatan pembangunan daerah tertinggal. Sementara itu untuk wilayah terdepan/terluar, arah kebijakan pengembangan wilayah yaitu: menjaga eksistensi pulau-pulau kecil terluar di selatan Pulau Jawa sebagai titik dasar garis pangkal wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peningkatan apresiasi masyarakat terhadap seni dan budaya yang berbasiskan pada keragaman budaya daerah; peningkatan kualitas pengelolaan, perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan kekayaan budaya daerah. Yogyakarta, dan Jawa Timur; (7) Melakukan rehabilitasi lahan kritis di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Bali; (8) Mengendalikan pemanfaatan air tanah di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. (9) Meningkatkan kesiapan mitigasi bencana banjir di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur; (10) Meningkatkan kesiapan mitigasi bencana longsor di Provinsi Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. (11) Mengendalikan perkembangan permukiman di kawasan-kawasan rawan bencana di Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah Jawa Timur dan Bali; (12) Mengembangkan infrastruktur dan bangunan yang mampu menahan dampak bencana; (13) Mengembangkan kesiapan mitigasi bencana di kawasan-kawasan rawan bencana. (1) Pengembangan ekonomi lokal di daerah tertinggal. (2) Penguatan kelembagaan masyarakat dan pemerintah daerah dalam pengelolaan sumberdaya lokal di daerah tertinggal. (3) Peningkatan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau di daerah tertinggal. (4) Peningkatan pelayanan pendidikan yang berkualitas di daerah tertinggal. (5) Peningkatan sarana dan prasarana infrastruktur daerah tertinggal serta peningkatan aksesibilitas daerah tertinggal dengan pusat-pusat pertumbuhan. (1) Peningkatan apresiasi masyarakat terhadap seni dan budaya yang berbasiskan pada keragaman budaya daerah, (2) Peningkatan kualitas pengelolaan, perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan kekayaan budaya daerah. III.3-14 RKP 2012

17 No Prioritas Arah Kebijakan Strategi Pengembangan 12 Prioritas Lainnya Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan 13 Prioritas Lainnya Bidang Perekonomian Meminimalisir ancaman terorisme Pengurangan tingkat pengangguran di pusatpusat pertumbuhan ekonomi; serta peningkatan kualitas pelayanan dan perlindungan kepada TKI. (1) Meningkatkan kemampuan aparat untuk mencegah aksi terorisme di Provinsi DKI Jakarta dan Bali; (2) Meningkatkan kapasitas dan pemahaman masyarakat terhadap bahaya munculnya gerakan radikal yang dapat memicu aksi terorisme. (1) Pengembangan aktivitas ekonomi padat karya yang mampu mendorong penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat dan Banten; (2) Peningkatan kemampuan wirausaha SDM angkatan kerja di Provinsi DKI Jakarta; (3) Pengendalian migrasi tenaga kerja tanpa keterampilan ke kota-kota besar dan metropolitan. (4) Meningkatkan peran pemerintah daerah dalam pelayanan dan perlindungan TKI. (5) Meningkatkan kualitas Layanan Terpadu Satu Pintu (LTSP) TKI di Jawa Barat (Bandung) dan Banten (Serang). 14 Prioritas Lainnya Bidang Kesejahteraan Rakyat Pengembangan ekonomi lokal, serta pengembangan industri pariwisata, alam dan budaya. Sumber: Hasil Analisis, tahun 2011 (1) Pelaksanaan reformasi agraria untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap lahan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Banten; (2) Pemberian bantuan permodalan untuk pengembangan usaha tani dan UMKM di wilayah perdesaan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, dan Bali; (3) Pengembangan kegiatan off farm untuk meningkatkan nilai tambah di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Banten, dan Bali; (4) Pengembangan rantai industri unggulan agroprimer di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DI Yogyakarta. (5) Pengembangan destinasi, pemasaran dan sumber daya pariwisata RKP 2012 III.3-15

18 III.3-16 RKP 2012

19 RKP 2012 III.3-17

20 III.3-18 RKP 2012

BAB III PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI TAHUN 2011

BAB III PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI TAHUN 2011 BAB III PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI TAHUN 2011 3.1. Kondisi Wilayah Jawa-Bali Saat Ini Pertumbuhan ekonomi seluruh provinsi di wilayah Jawa-Bali pada tahun 2009 menunjukkan kecenderungan positif, namun

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH MALUKU 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah Meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN 2012

BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN 2012 BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN 2012 BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN 2012 5.1 Kondisi Wilayah Sulawesi Saat Ini Dalam bidang ekonomi, kinerja pembangunan wilayah Sulawesi tahun 2010

Lebih terperinci

BAB IV PENGEMBANGAN WILAYAH KALIMANTAN TAHUN 2012

BAB IV PENGEMBANGAN WILAYAH KALIMANTAN TAHUN 2012 BAB IV PENGEMBANGAN WILAYAH KALIMANTAN TAHUN 2012 BAB IV PENGEMBANGAN WILAYAH KALIMANTAN TAHUN 2012 4.1 Kondisi Wilayah Kalimantan Saat Ini Dalam bidang ekonomi, kinerja pembangunan wilayah Kalimantan

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA Provinsi Papua PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH PAPUA 1 Pendidikan Peningkatan akses pendidikan dan keterampilan kerja serta pengembangan

Lebih terperinci

BAB 14 PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN

BAB 14 PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN BAB 14 PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN 14.1 PEMBANGUNAN WILAYAH NASIONAL 14.1.1 Permasalahan yang Dihadapi Salah satu permasalahan struktural ekonomi yang masih dirasakan adalah besarnya kesenjangan

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH NUSA TENGGARA

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH NUSA TENGGARA MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH NUSA TENGGARA PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH NUSA TENGGARA 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 7.1. Kondisi Wilayah Maluku Saat Ini Perkembangan terakhir pertumbuhan ekonomi di wilayah Maluku menunjukkan tren meningkat dan berada di atas pertumbuhan

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2012

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2012 BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2012 BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2012 7.1 Kondisi Wilayah Maluku Saat Ini Perkembangan perekonomian Wilayah Malukutumbuh dengan laju moderat.dengan

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016 Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi Jambi, 31 Mei 2016 SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jambi pada Februari 2015 sebesar 4,66

Lebih terperinci

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB III PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI TAHUN

BAB III PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI TAHUN BAB III PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI TAHUN 2010 2014 3.1 Kondisi Wilayah Jawa Bali Saat Ini 3.1.1 Capaian Pembangunan Wilayah Seluruh provinsi di wilayah Jawa-Bali menunjukkan kecenderungan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA TAHUN 2011

BAB II PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA TAHUN 2011 BAB II PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA TAHUN 2011 2.1. Kondisi Wilayah Sumatera Saat Ini Pertumbuhan ekonomi provinsi di Wilayah Sumatera tahun 2009 rata-rata memiliki laju pertumbuhan positif dan menurun

Lebih terperinci

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE C. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015-2019 MISI 1. MEWUJUDKAN BOGOR KOTA YANG CERDAS DAN BERWAWASAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI Jawa Barat Bagian Utara memiliki banyak potensi baik dari aspek spasial maupun non-spasialnya. Beberapa potensi wilayah Jawa Barat bagian utara yang berhasil diidentifikasi

Lebih terperinci

BAB VIII PENGEMBANGAN WILAYAH PAPUA TAHUN 2012

BAB VIII PENGEMBANGAN WILAYAH PAPUA TAHUN 2012 BAB VIII PENGEMBANGAN WILAYAH PAPUA TAHUN 2012 BAB VIII PENGEMBANGAN WILAYAH PAPUA TAHUN 2012 8.1 Kondisi Wilayah Papua Saat Ini Dalam hal ekonomi, kinerja pembangunan wilayah Papuatahun 2010 menunjukkan

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA PROV JATENG

SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA PROV JATENG SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA PROV JATENG PADA ACARA MUSRENBANG RKPD KAB WONOSOBO TH 2019 DENGAN TEMA PEMANTAPAN UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI HARMONISASI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN CAPAIAN INDIKATOR MAKRO

Lebih terperinci

RANCANGAN RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

RANCANGAN RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Disampaikan Oleh : Dr. H. WAHIDIN HALIM, M.Si. GUBERNUR BANTEN Serang, 20 JUNI 2017 1 KONDISI EKSISTING 2 CAPAIAN INDIKATOR MAKRO CAPAIAN IPM CAPAIAN LPE 2014 2015 2016

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 65.095.787.348 29.550.471.790 13.569.606.845 2.844.103.829 111.059.969.812 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 64.772.302.460

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.583.925.475 29.611.683.617 8.624.554.612 766.706.038 105.586.869.742 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.571.946.166

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH SULAWESI

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH SULAWESI MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH SULAWESI Provinsi Sulawesi Utara PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH SULAWESI 1 Pendidikan Peningkatan akses pendidikan dan keterampilan kerja

Lebih terperinci

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA Sungailiat, 14 Maret 2017 Oleh: Dr. YAN MEGAWANDI, SH., M.Si. Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung OUTLINE PERIODESASI DOKUMEN PERENCANAAN CAPAIAN

Lebih terperinci

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 Prioritas Misi Prioritas Meningkatkan infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah 2 1 jalan dan jembatan Kondisi jalan provinsi mantap

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DAN KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DAN KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DAN KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1. INDIKASI DAN PROGRAM PRIORITAS Program prioritas perlu ditetapkan untuk mengarahkan pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Provinsi Bali BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

Pemerintah Daerah Provinsi Bali BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan serta pencapaian target-target pembangunan pada tahun 2016, maka disusun berbagai program prioritas yang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN 2011

BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN 2011 BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH TAHUN 2011 5.1. Kondisi Wilayah Sulawesi Saat Ini Perkembangan berbagai indikator ekonomi regional provinsi-provinsi di wilayah Sulawesi menjelang akhir tahun 2009 tak terlepas

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS Pembangunan yang diprioritaskan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang mendesak yang memberikan dampak luas bagi masyarakat, sebagai berikut : 8.1. Indikasi Program

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS 3.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Berdasarkan Kondisi Saat Ini sebagaimana tercantum dalam BAB II maka dapat diidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO 1 VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO V I S I Riau Yang Lebih Maju, Berdaya Saing, Berbudaya Melayu, Berintegritas dan Berwawasan Lingkungan Untuk Masyarakat yang Sejahtera serta Berkeadilan

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH Perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah perlu memperhatikan korelasinya terhadap pencapaian prioritas dan sasaran pembangunan nasional, dan regional

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum... 1 B. Gambaran Umum 1. Kondisi Geografis dan Demografis... 4 2. Perkembangan Indikator Pembangunan Jawa Barat...

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Dasar Hukum 1.3. Gambaran Umum 1.3.1. Kondisi Geografis Daerah 1.3.2. Gambaran Umum Demografis 1.3.3.

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2010 2014 7.1 Kondisi Wilayah Maluku Saat Ini 7.1.1 Capaian Pembangunan Wilayah Dalam kurun waktu 2004 2008 perekonomian wilayah Maluku mengalami pertumbuhan yang

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Tabel IX-1 Indikator Kinerja Daerah Menurut Sasaran Strategis SASARAN INDIKATOR KINERJA Misi satu : Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang melalui peningkatkan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

KET. Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN No AGENDA PROGRAM

KET. Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN No AGENDA PROGRAM Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN 2009-2014 No AGENDA PROGRAM Pagu Indikatif Tahunan dan Satu Tahun Transisi (%) 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Meningkatkan Kualitas

Lebih terperinci

Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) dan Kawasan Strategis () Imam S. Ernawi Dirjen Penataan Ruang, Kementerian PU 31 Januari 2012 Badan Outline : 1. Amanat UU RTR dalam Sistem

Lebih terperinci

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur Disampaikan dalam Acara: World Café Method Pada Kajian Konversi Lahan Pertanian Tanaman Pangan dan Ketahanan Pangan Surabaya, 26 September 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi

Lebih terperinci

IKU Pemerintah Provinsi Jambi

IKU Pemerintah Provinsi Jambi Pemerintah Provinsi Jambi dalam menjalankan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan senantiasa memperhatikan visi, misi, strategi dan arah kebijakan pembangunan. Untuk itu, dalam mewujudkan capaian keberhasilan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : DR.

Lebih terperinci

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : Tgk.

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1 Visi 2014-2018 adalah : Visi pembangunan Kabupaten Bondowoso tahun 2014-2018 TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan Penyelenggaraan pembangunan dalam kurun waktu 2008 2013 telah membuahkan hasil yang diharapkan, tetapi untuk pembangunan kedepan masih terdapat

Lebih terperinci

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) Sub Bidang Sumber Daya Air 1. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU III: Pembangunan Berdimensi Kewilayahan DIPERBANYAK OLEH : KEMENTERIAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

Lampiran 6. Menteri Keuangan RI DAFTAR BIDANG DAN PROGRAM. Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 13/PMK.06/2005 URAIAN BIDANG DAN PROGRAM

Lampiran 6. Menteri Keuangan RI DAFTAR BIDANG DAN PROGRAM. Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 13/PMK.06/2005 URAIAN BIDANG DAN PROGRAM 6 KODE POLITIK DAFTAR BIDANG DAN PROGRAM URAIAN BIDANG DAN PROGRAM 01 01 Program Penyempurnaan dan Penguatan Kelembagaan Politik 01 02 Program Peningkatan Kapasitas Poltik dan Hubungan Luar Negeri 01 03

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen Pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1 2 3 4 1 Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan 1. Jumlah rumah ibadah yang difasilitasi 400 jumlah kegiatan

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 6.1. STRATEGI Untuk mewujudkan visi dan misi daerah Kabupaten Tojo Una-una lima tahun ke depan, strategi dan arah

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.396.506.021 27.495.554.957 7.892.014.873 639.818.161 102.423.894.012 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.384.518.779

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1. Optimalisasi peran dan fungsi Persentase produk hukum kelembagaan pemerintah daerah daerah ditindaklanjuti

Lebih terperinci

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016 DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (TIPE A) LAMPIRAN I NOMOR 21 TAHUN 2016 LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH TENTANG NOMOR : PERENCANAAN, DAN BMD PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PEMBINAAN SMA PEMBINAAN SMK PEMBINAAN

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN A. Kebijakan Umum BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN Pembangunan jangka menengah Kabupaten Pati diupayakan untuk mendukung kebijakan pembangunan nasional yang pro poor, pro job, pro growth

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN A. Visi Visi merupakan kondisi ideal masa depan yang menantang, yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan, berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini. Kondisi

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT

LAMPIRAN 1 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT LAMPIRAN 1 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT Sasaran Indikator Kinerja Utama Satuan TARGET PROGRAM PEMBANGUNAN ANGGARAN Meningkatnya Ketahanan Ekonomi Keluarga Terwujudnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas. Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas. Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Jakarta, 18 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI 2 Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 Oleh : Menteri PPN/Kepala Bappenas Disampaikan dalam acara Musyawarah

Lebih terperinci

PROFIL PEMBANGUNAN BANTEN

PROFIL PEMBANGUNAN BANTEN 1 PROFIL PEMBANGUNAN BANTEN A. GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH Secara geografis Provinsi Banten terletak pada 8 3'40" - 8 50'48" Lintang Selatan dan 114 25'53" - 115 42'40" Bujur Timur. Relief dan topografi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang II. Dasar Hukum III. Gambaran Umum 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Gambaran Umum Demografis 3. Kondisi Ekonomi BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

VISI PAPUA TAHUN

VISI PAPUA TAHUN ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2013-2018 ototus Oleh : DR.Drs. MUHAMMAD MUSAAD, M.Si KEPALA BAPPEDA PROVINSI PAPUA Jayapura, 11 Maret 2014 VISI PAPUA TAHUN 2013-2018 PAPUA BANGKIT PRINSIP

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS Nama Organisasi : Pemerintah Kabupaten Tanggamus Visi INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS TERWUJUDNYA MASYARAKAT KABUPATEN TANGGAMUS YANG SEJAHTERA, AGAMIS, MANDIRI, UNGGUL DAN

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum B. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi 3. Status Pembangunan Manusia 4. Kondisi Ekonomi a. Potensi Unggulan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Pekalongan Tahun 2015 merupakan tahun keempat pelaksanaan RPJMD Kabupaten Pekalongan tahun 2011-2016.

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN TABEL PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN

PROVINSI BANTEN TABEL PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN PROVINSI BANTEN TABEL PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN PERIODE : 2017-2022 NO 1 1 1106 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Fokus Kesejahteraan

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

KEPALA DINAS. Subbagian Perencanaan Program. Bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus. Seksi. Kurikulum dan Pembelajaran

KEPALA DINAS. Subbagian Perencanaan Program. Bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus. Seksi. Kurikulum dan Pembelajaran DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU 1 : PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU PAUD dan Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Non

Lebih terperinci

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2016-2021 Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DASAR PENYUSUNAN Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci