SOSIALISASI HASIL PENETAPAN PARAMETER MASALAH KEPENDUDUKAN DAN PROGRAM KB PROPINSI BENGKULU TAHUN DENGAN TFR 2,5.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SOSIALISASI HASIL PENETAPAN PARAMETER MASALAH KEPENDUDUKAN DAN PROGRAM KB PROPINSI BENGKULU TAHUN DENGAN TFR 2,5."

Transkripsi

1 SOSIALISASI HASIL PENETAPAN PARAMETER MASALAH KEPENDUDUKAN DAN PROGRAM KB PROPINSI BENGKULU TAHUN DENGAN TFR 2,5. 1

2 1. Pendahuluan Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan harus menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan karena jumlah penduduk yang besar dengan kualitas rendah dan pertumbuhan yang cepat akan memperlambat tercapainya kondisi yang ideal antara kuantitas dan kualitas penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Perkembangan kependudukan dilakukan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas dan persebaran penduduk, kebijakan pembangunan berkelanjutan adalah kebijakan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk saat ini sekaligus mempertimbangkan kesejahteraan penduduk dimasa mendatang, kebijakan pembangunan untuk meningkatkan taraf hidup penduduk saat ini tidak boleh mengorbankan kesejahteraan penduduk generasi mendatang. Dari sisi kuantitas jumlah penduduk di Indonesia tidak terkecuali di Propinsi Bengkulu sangat besar dengan Laju Pertumbuhan Penduduk yang belum dapat dikendalikan, jumlah penduduk di Propinsi Bengkulu hasil sensus penduduk tahun 2010 sebesar dengan Laju Pertumbuhan Penduduk 1,67, berdasarkan hasil perhitungan sementara yang dilakukan oleh BKKBN Pusat dengan Bappenas TFR Propinsi Bengkulu dari 2,23 SDKI tahun 2007 menjadi 2,5 hasil sensus penduduk 2010, dampak tidak terkendalinya penduduk akan mengakibatkan dampak terhadap kependudukan seperti pengangguran, jumlah tenaga kerja bertambah disisi lain lahan pekerjaan berkurang, perpindahan penduduk dari desa ke kota mengakibatkan tata kelola pemukiman menjadinkumuh, pengangguran dikota besar bertambah serta tingkat kemiskinan meningkat. 2. Grand Design Penduduk, merupakan pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk adalah subyek dan obyek pembangunan 2

3 dimana sebagai subyek pembangunan maka penduduk menjadi penggerak pembangunan. Sebaliknya, pembangunan juga harus dapat dinikmati oleh penduduk yang bersangkutan, pembangunan harus dikembangkan dengan memperhitungkan kemampuan penduduk agar seluruh penduduk dapat berpartisipasi aktif dalam dinamika pembangunan tersebut. Sebaliknya, pembangunan tersebut baru dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk dalam arti yang luas. Secara Nasional tiga sasaran pokok kuantitatif, yang mencakup fertilitas, mortalitas, dan persebaran penduduk, yang diarahkan pada pencapaian kondisi penduduk tumbuh seimbang (replacement level fertiliy) adalah penduduk yang kecepatan perubahan jumlahnya bersifat konstan dan proporsi untuk masing-masing kelompok umurnya tetap, angka pertumbuhan penduduk dalam kondisi dapat positif, nol atau negatif. Penduduk Tumbuh Seimbang diharapkan tercapai pada tahun 2015 yang ditandai dengan TFR sebesar 2,1 per wanita dan NRR sebesar 1 per wanita, kondisi itu perlu secara konsisten diturunkan sehingga pada tahun 2035 Angka Fertilitas Total (TFR) di Indonesia mencapai 1,85 per wanita dan Net Reproduction Rate sebesar 0,89 per wanita. Di sisi lain angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR) juga menurun dari 16,8 per 1000 penduduk pada tahun 2015 menjadi 13,19 per 1000 penduduk pada tahun Untuk mengatasi masalah kependudukan yang demikian kompleks, serta sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Pemerintah membuat semacam grand design pembangunan kependudukan di Indonesia, yang terdiri dari dari 5 (lima) aspek pembangunan kependudukan, yaitu: (1) Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk; (2) Grand Design Peningkatan Kualitas Penduduk; (3) Grand Design Pengarahan Mobilitas Penduduk; (4) ) Grand Design Pembangunan Keluarga: dan (5) Grand Design Pembangunan Data-Base Kependudukan. Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk ini dimaksudkan untuk: 3

4 a) Memberikan arah kebijakan bagi pelaksanaan pengendalian kuantitas penduduk nasional ; b) Menjadi pedoman bagi penyusunan Road Map pengendalian kuantitas penduduk , , , , dan c) Menjadi pedoman bagi lembaga serta pemerintah daerah dalam perencanaan pembangunan yang berwawasan kependudukan. d) Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan melalui rekayasa kondisi penduduk optimal yang berkaitan dengan jumlah, struktur/komposisi, pertumbuhan, serta persebaran penduduk. e) Mengendalikan pertumbuhan dan persebaran penduduk sesuai dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan secara nasional melalui pengendalian angka kelahiran, penurunan angka kematian, dan pengarahan mobilitas penduduk. 3. SKENARIO PENDUDUK MELALUI PENENTUAN TFR 2.5 PADA TAHUN Rencana pembangunan baik ekonomi maupun sosial tergantung dari pertimbangan jumlah, karakteristik penduduk dimasa depan yang berisi jumlah dan struktur sebagai persyaratan minimum dalam proses perencanaan, pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan agar pembangunan dapat dilaksanakan lebih terarah dan tepat sasaran. Penetapan parameter kependudukan difungsikan untuk perencanaan pembangunan, karena kegiatan dari pembangunan sangat erat hubungan dengan kondisi kependudukan. Dalam penetapan parameter faktor yang sangat mempengaruhi perubahan penduduk paling dominan faktor fertilitas, sehingga skenario yang dibuat dengan cara merubah Total Fertility Rate (TFR) dalam melakukan penetapan parameter melalui program Spectrum. Angka kelahiran Total (TFR) yang diharapkan secara nasional akan terus menurun yang diharapkan pada tahun 2015 TFR 2,1 dan Net Reproduction Rate (NRR) =1 untuk mencapai Penduduk Tumbuh Seimbang. 4

5 Seperti halnya pada tingkat nasional, apabila provinsi telah mencapai situasi NRR=1 atau setara TFR=2,1, maka kecenderungan TFR akan ditahan/dipagu pada angka 2,1 tersebut, untuk Propinsi yang telah mencapai NRR=1 atau setara TFR=2,1 dan bahkan telah berada di bawah nilai replacement level tersebut, TFR akan dibuat konstan atau tidak dilanjutkan penurunannya sampai level fertilitas paling rendah 1,2 anak per wanita sebagaimana pengalaman level fertilitas pada negara maju. Untuk membuat proyeksi penduduk dalam penetapan parameter serta dampak dari masalah kependudukan melalui program Spectrum, Propinsi Bengkulu menggunakan data dasar TFR hasil SDKI tahun 2007 sebesar 2,23 juga prevalensi 74, sedangkan jumlah penduduk menggunakan hasil sensus tahun 2010 sebesar dengan Laju Pertumbuhan Penduduk 1,67. Skenario dalam penetapan parameter melalui penentuan TFR sebagai berikut Skenario pertama TFR : pada tahun 2010 sebesar 2,23 dan tahun 2015 sebesar 2,10 dan tahun 2035 sebesar 1,95 Skenario Kedua TFR : pada tahun 2010 sebesar 2,23 dan tahun 2015 stagnan sebesar 2,23 dan tahun 2035 sebesar 2,1 Skenario Ketiga TFR : pada tahun 2010 sebesar 2,23 dan tahun 2015 sebesar 2,5 dan tahun 2035 sebesar 2,40 Hasil sementara penghitungan yang dilakukan oleh Bappenas dan BKKBN terhadap hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 Total Fertilty Rate Indonesia naik dibandingkan dengan TFR hasil SDKI tahun 2007, tidak terkecuali di Propinsi Bengkulu. Propinsi Bengkulu menurut perhitungan sementara hasil TFR melalui Sensus Penduduk tahun 2010 menggunakan teori dari Rele TFR sebesar 2,6 rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang wanita, sedang menggunakan teori dari Palmore TFR sebesar 2,4 dan OC sebesar 2,5. Untuk bahan sosialisasi kepada Stake Holder dan Masyarakat menggunakan skenario ketiga hal ini didasarkan pada kecenderungan fertilitas hasil sensus penduduk tahun 2010 naik dan hal ini tergambar melalui Piramida Penduduk 5

6 dimana penduduk Propinsi Bengkulu kelompok 0 4 tahun menjorok keluar dan kelompok umur 0 14 tahun merata yang dapat diartikan di Propinsi Bengkulu selama 14 tahun yang lalu belum dapat menurunkan atau mengendalikan kelahirannya. Diharapkan para stake holder dan pemerhati kependudukan serta masyarakat mempunyai kepedulian dan rencana induk terhadap masalah kependudukan di Propinsi Bengkulu. 4. Hasil Penghitungan : a. Skenario terhadap TFR Perubahan dinamika penduduk Dari ketiga skenario tersebut adanya variasi dari TFR antara skenario pertama, kedua dan ketiga sebagaimana dalam gambar satu TFR 2, TFR 2, TFR 2, TFR 2,10 TFR 2,23 TFR 2,50 b. Jumlah Penduduk, dengan menggunakan ketiga skenario Dampak dari perubahan TFR mempengaruhi perbedaan jumlah penduduk, proyeksi penduduk tahun Dengan Skenario TFR 2,10 pada tahun 2015 jumlah penduduk tahun 2015 sebesar dan tahun 2035 sebesar , skenario TFR 2,23 tahun 2015 jumlah penduduk Propinsi Bengkulu tahun 2015 diproyeksi sebesar dan tahun 2035 sebesar sedangkan dengan skenario TFR 6

7 2,50 pada tahun 2015 jumlah penduduk sebesar dan tahun 2035 sebesar Proyeksi Penduduk Menurut tiga skenario c. Piramida Penduduk Tahun 2015 TFR 2,50 Penduduk Tahun 2015 dengan skenario TFR 2,50 pada kelompok Umur 0 4 tahun menjorok keluar yang diartikan bahwa fertilitas sangat tinggi pada lima tahun yang lalu. Komposisi penduduk menurut umur dan kelamin di Propinsi Bengkulu. 7

8 Ditinjau dari segi komposisi umur, maka tingkat fertilitas yang tinggi membawa akibat-akibat yang cukup gawat, apabila kita perhatikan komposisi penduduk Propinsi Bengkulu hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menurut golongan umur dan kelamin, maka penduduk dari golongan umur 0-14 tahun berjumlah persen golongan umur tahun sebesar 65,51 persen dan golongan umur 65 tahun keatas sebesar 3,93 persen. Banyaknya penduduk pada ketiga kelompok umur ini sangat besar artinya bagi kehidupan masyarakat karena mereka yang berumur di bawah 15 tahun merupakan golongan yang belum produktip. Mereka yang produktip adalah dari golongan umur-kerja (15-64 tahun), Beban Ketergantungan untuk Propinsi Bengkulu adalah 52,64 artinya di antara setiap 100 orang yang potensiil produktip terdapat 52,64 orang yang nafkahnya tergantung dari 100 orang Jika tingkat fertilitas tetap berada pada taraf yang tinggi, maka proporsi anakanak di bawah umur 15 tahun akan meningkat pada tahun 2015 dengan TFR 2,50 sebesar 28,37 persen, sebaliknya bila TFR tahun 2015 sebesar 2,10 di proyeksi penduduk umur dibawah 15 tahun sebesar 27,64 persen. Menurut sensus penduduk tahun 2010 jumlah wanita usia subur (dari golongan umur tahun) adalah sebesar atau 24,98 persen, jumlah ini akan naik pada tahun 2015 dengan skenario TFR 2,50 yaitu atau 27,65 persen. d. Kelahiran Pada tahun 2015 diproyeksikan jumlah kelahiran menurut TFR 2,10 sebesar tahun 2035 sebesar kelahiran, skenaeio TFR 2,23 proyeksi bayi lahir tahun 2015 sebesar dan tahun 2035 sebesar sedangkan proyeksi TFR 2,50 akan terjadi kelahiran pada tahun 2015 sebesar dan tahun 2035 sebesar atau naik sebesar 1.714, secara lengkap pada tabel dibawah Bila diasumsikan agar kesehatan dari bayi yang lahir tersebut selama lima tahun ke depan terjaga kesehatannya diperlukan biaya kesehatan anak rata-rata Rp. 8

9 , maka pemerintah harus mengeluarkan biaya kesehatan bayi selama lima tahun pada tahun 2015 dengan skenario TFR 2,50 sebesar Rp atau tiap tahun sebesar Bila skenario TFR 2,10 pada tahun 2015 maka biaya yang harus dikeluarkan sebesar Rp ,- atau dapat dihemat biaya sebesar Rp e. Kematian Bayi ( IMR) Dalam kematian bayi tidak mempunyai pengaruh dalam kematian Bayi atau IMR sebagaimana terlihat pada grafik f. Tekanan Penduduk 9

10 Implikasi dari meningkatnya jumlah penduduk secara kuantitas sebagaimana yang diproyeksikan melalui skenario TFR 2,50 akan memberikan dampak langsung terhadap permasalahan kependudukan, Kepadatan penduduk pada tahun 2015 sebesar 93,96 jiwa/km2 yang akan terus meningkat seiring dengan penambahan penduduk. Dampak pada tekanan penduduk lahan pertanian akan semakin sempit disatu pihak konsumsi terhadap pertanian semakin meningkat, hasil produksi meningkat tetapi tidak dapat mengimbangi dari konsumsi. Luas Lahan Subur, Konsumsi dan Produksi Pangan Tahun 2015 TFR 2,50 Luas Lahan Subur Konsumsi Prod , ,905 38, , ,308 50, , ,995 65, , ,531 87, Dari gambaran tersebut diatas dampak dari peningkatan kuantitas penduduk sebagai berikut : 1. Eksploitasi secara berlebihan terhadap tanah pertanian berdampak negatif terhadap produktivitas lahan dan terjadinya degradasi lingkungan. 2. Ekspansi laan pertanian ke wilayah hutan alam, atau lahan lindung dengan melakukan perambahan hutan yang memicu erosi tanah, banjir, longsor dan fungsi hutan sebagai penyimpan air. Untuk Propinsi Bengkulu kerusakan kawasan hutan di Provinsi Bengkulu mencapai 300 ribu hektare (ha) dari total luas kawasan 920 ribu hektare, 10

11 diakibatkan perambahan liar oleh masyarakat dan penebangan kayu secara liar atau illegal logging. Untuk kawasan Hutan Produksi dan Hutan 3. Melakukan aktivitas diluar pertanian yang dapat menyebabkan degradasi sumber daya alam dan lingkungan seperti penggalian tanah dan penambangan pasir yang biasanya dilakukan oleh mereka yang tergusur dari lahan pertanian dan petani marginal (petani gurem) Dampak kerusakan di Propinsi telah dirasakan terhadap pencemaran Sungai Bengkulu yang menjadi salah satu sumber air baku PDAM Kota sudah tercemar akibat pencucian batu bara yang dilakukan di aliran sungai dan, erosi lahan yang bertopografi miring di sekitar kawasan Daerah Aliran Sungai Bengkulu serta perilaku masyarakat yang membuang sampah ke sungai. Pencemaran juga terjadi akibat aktivitas pabrik pengelolaan sawit serta perkebunan sawit yang sebagain besar menggunakan pestisida dan racun lainnya. Hasil survey terhadap air sungai bengkulu tingkat kekeruhan air sebesar 5000 NTU lebih besar dari 5 NTU yang ditetapkan, perubahan warna yang ditolerir sebesar 15 PTCO sudah berada pada angka 267 PTCO. Kandungan besi berada pada angka 0,76 mg per liter dari angka yang di tolerir 0,30 mg per liter. Pencemaran air sungai Bengkulu telah menimbulkan dampak nyata. Warga Desa Tengah Padang, kecamatan Karang Tinggi,Kabupaten Bengkulu Tengah menemukan ratusan ikan mati terapung di Sungai Air Bengkulu. Operasi penambangan juga mempengaruhi tanah. Operasi penambangan terbuka untuk lubang besar yang tidak dapat di tutup lagi karena mengandung air dengan kadar asam tinggi. Air tersebut mengandung Fe,Mn,SO4 dan Pb. Fe dn mn dalam jumlah besar dapat menghambat pertumbuhan tanaman, SO4 mempengaruhi kesuburan tanah dan PH, sedangkan Hg dan Pb dapat meracuni tanaman,. 11

12 Pelaku dari penambangan batu bara di aliran sungai bengkulu berasal dari kabupaten-kabupaten Propinsi Bengkulu yang rata-rata tidak mendapatkan pekerjaan yang layak di wilayahnya. Kawasan Cagar Alam Dusun Besar (Danau Dendam Tak Sudah ) disebabkan : Pengembangan Pemukiman Perambahan Hutan Pembuangan Akhir Sampah Pembuatan Bangunan Pengandali Banjir dan Perkuatan Tanggul g. Kebutuhan Air dan Pembuangan Sampah Salah satu kebutuhan mendasar dari manusia adalah air, diasumsikan bahwa kebutuhan air secara rata-rata manusia butuh air bersih per orang dlm 1 hari sebesar 70 liter/hari terdiri : Minum dan mengolah makanan 5 liter/hari Higien (mandi, membersihkan diri) 30 liter/hari Mencuci pakaian dan peralatan 30 liter/hari Menunjang pengoperasian dan pemeliharaan fasilitasi sanitasi/pembuangan kotoran 6 liter/hari Belum termasuk untuk membersihkan lantai, menyiram bunga, sawah, dan lain-lain Bila penduduk Propinsi Bengkulu tahun 2015 diproyeksikan sebesar maka dalam satu hari dibutuhkan air bersih liter/hari atau ,- liter/tahun pada tahun Kebutuhan air untuk perkebunan sawit dipropinsi Bengkulu seluas HA sebesar liter/hari atau liter/tahun. Dengan adanya pencemaran sungai oleh penambangan batu bara, perkebunan sawit dan karet serta alih fungsi hutan menjadi pemukinan, perkebunan dan pertanian dapat terjadi penyimpanan air dipermukaan berkurang serta tidak layak untuk menjadi air bersih, sehingga manusia akan mengambil air dengan 12

13 cara pengeboran dalam hal ini dimasa mendatang tanah akan turun dan rendah dibandingkan dengan air laut sehingga terjadi banyir/badai rob sebagaimana yang telah terjadi di Jakarta dan daerah/wilayah lain yang mengambil air dengan cara pengeboran. Dampak masalah penduduk adalah pencemaran tanah yang berasal dari sampah yang dibuang atau dikumpulkan disuatu tempat pembuangan sementara atau penampungan akhir, salah satu study tentang rata-rata sampah dibuang oleh manusia dalam satu hari 0,5 Kg belum pembuangan sampah yang berasal dari kegiatan industri, maka dapat diproyeksi pada tahun 2015 sampah yang dibuang sebesar Kg atau dalam satu tahun sebesar Kg di Propinsi Bengkulu sampah dibuang oleh manusia pada tahun h. Pendidikan Dampak lain akibat penambahan penduduk secara kuantitas yang tidak terkendali adalah masalah pendidikan, dimana pemerintah akan terbebani oleh penyediaan sarana dan prasarana pendidikan untuk mencerdaskan bangsa agar dapat bersaing dengan negara lain. Dengan skenario TFR 2,50 pada tahun 2015 proyeksikan anak sekolah tingkat SD pada tahun 2015 sebesar sedang anak sekolah tingkat SLTP 89,286. Tahun Anak Sekolah SD Tahun Anak Sekolah SMP , , , , , , , , , , , ,054 Secara grafik memperlihatkan bahwa kondisi anak sekolah tingkat SD terjadi penurunan tajam pada tahun 2020 dan kembali naik secara tajam pada tahun 2025, sedang anak sekolah tingkat SLTP terjadi kenaikan secara melambat, kondisi tersebut diasumsikan bahwa anak SD terjadi droup out pada tahun

14 Apabila pada tahun 2015, pemerintah mengeluarkan biaya pendidikan melalui Dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) untuk tingkat SD sebesar Rp ,- maka pada tahun tersebut pemerintah harus mengeluarkan dana sebesar 104,031,887,360,- dan tingkat SLTP bila diasumsikan pada tahun 2015 pemerintah mengeluarkan dana BOS sebesar Rp maka dana BOS tingkat SLTP sebesar 58,035,777,536,-. Selain kebutuhan Biaya salah satu melalui dana BOS juga kebutuhan guru sebagai berikut : Tahun Kebutuhan Guru SD Tahun Kebutuhan Guru SLTP , , , , , , , , , , , ,369 Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan tidak terlepas dari peran strategis guru. Dengan kata lain, guru merupakan komponen yang sangat krusial di satuan pendidikan. Tidak hanya mutu guru, jumlah guru di sekolah harus seimbang dengan jumlah siswa di sekolah tersebut. Keterbatasan jumlah guru di sebuah sekolah dapat berakibat pada jumlah siswa yang dapat diterima di sekolah tersebut, yang berarti mengurangi akses calon peserta didik untuk memperoleh 14

15 pendidikan, rasio guru dengan jumlah murid SD tahun 2009 di Propinsi Bengkulu 18 murid per satu guru sedangkan tingkat SMP 17 murid per satu guru. i. Kesehatan Salah satu tujuan pembangunan adalah memperbaiki dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Perbaikan kesehatan bertujuan meningkatkan produktivitas kerja guna mempercepat proses pembangunan. Perbaikan kesehatan masyarakat haruslah dinilai sebagai investasi, yaitu investasi dalam bentuk manusia. Meskipun dalam bidang kesehatan telah banyak dicapai kemajuan, sebagaimana tercermin dari mmutu akin menurunnya tingkat kematian, namun demikian kesehatan masyarakat pada umumnya masih jauh dari memuaskan. Di samping itu fasilitas kesehatan yang masih belum baik perlu ditingkatkan kualitas maupun kuantitasnya. Selama tingkat fertilitas masih tetap tinggi, maka usaha mengejar perbaikan dalam fasilitas pelayanan kesehatan ini akan menjadi terlampau berat, sehingga tidak bisa diharapkan untuk meningkatkan mutu kesehatan masyarakat. Dampak jumlah penduduk pada tahun 2015 sebesar , untuk bidang kesehatan pemerintah akan mengeluarkan biaya kesehatan dalam rangka melengkapi sarana dan prasarana serta jaminan kesehatan pada tahun 2015 sebesar 2,003,969,638,400,- dan tahun 2035 sebesar 2,595,177,103,360,- biaya tersebut akan dapat disimpan atau dialihkan pada bidang lain sebesar ,- bila TFR sebesar 2,10 pada tahun j. Tenaga Kerja Akibat tingkat fertilitas yang tinggi maka sebagian penduduk menjadi terlalu muda untuk masuk angkatan kerja, sehingga pertambahan penduduk ini hanya meningkatkan potensi tenaga kerja secara kurang proporsionil. Hal ini kurang menguntungkan usaha pembangunan karena golongan muda merupakan beban. Pengeluaran konsumsi yang tinggi oleh golongan bukan tenaga kerja ini akan membatasi tabungan, baik tabungan yang dilakukan oleh Pemerintah maupun 15

16 Swasta, hal ini berarti mengurangi kemampuan untuk mengadakan investasi guna mempertinggi kapasitas produksi, sehingga menghambat pula perluasan kesempatan kerja. Masalah tenaga kerja semakin meningkatnya jumlah penduduk maka jumlah penduduk angkatan kerja naik, hal ini terlihat dalam gambar pertumbuhan penduduk angkatan kerja dengan skenario TFR 2,5. Meningkatkan angkatan kerja tidak diimbangi dengan peningkatan kesempatan kerja yang akhirnya menyebabkan tingginya angka pengangguran. Pertumbuhan tenaga kerja di Propinsi Bengkulu dengan skenario TFR 2,50 pada tahun 2015 diproyeksi sebesar ,25 pada saat yang sama diperlukan lahan kerja baru sebesar pada tahun 2035 ada ,63 tenaga kerja dan dibutuhkan lahan kerja baru. Perbandingan antara pertumbuhan tenaga kerja dengan kebutuhan lahan kerja baru sebagaimana dalam gambar dibawah ini

17 Kebutuhan Tahun Pertumbuhan Tenaga Kerja Tahun Lahan Kerja Baru , , , , ,055, , ,135, , ,204, , ,272, ,684 k. Ketahanan Pangan Menurut buku Population, Food, Energy and the Environment (2000), terbitan Council for Asia-Europe Cooperation, pertumbuhan penduduk merupakan tantangan bagi jaminan pangan, yang pada dasarnya beda dari produksi pangan. Jaminan pangan berarti semua orang memiliki akses fisik dan ekonomi untuk bahan pangan yang mereka butuhkan agar mampu berfungsi normal. Kegawatan masalah beras yang sering menimpa akan menempatkan dalam kedudukan yang tidak menguntungkan karena adanya kecenderungan bahwa masalah beraspun tidak terlepas dari pengaruh politik negara-negara besar. Di samping itu kegawatan ini dapat mengganggu stabilitas sosial, ekonomi dan keamanan yang merupakan prasyarat bagi lancarnya pembangunan ekonomi. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat, maka diperkirakan tingkat konsumsi beras akan terus mengalami peningkatan. Beras juga dimanfaatkan sebagai bahan baku oleh industri pengolahan makanan seperti tepung beras, bihun dan lainnya. Peningkatan permintaan akan menambah beban penyediaan beras, apalagi dengan kondisi sumberdaya pertanian yang semakin terbatas. Kondisi ini jika terus berlangsung dikhawatirkan akan terjadi kerawanan pangan di tingkat masyarakat. Untuk itulah diupayakan peningkatan ketahanan pangan dengan mengurangi ketergantungan pada beras. Dalam rangka pembangunan berkelanjutan untuk membentuk manusia Indonesia yang berkualitas, mandiri, dan sejahtera melalui perwujudan 17

18 ketersediaan pangan yang cukup, aman, bermutu, bergizi serta merata dan terjangkau leh daya beli masyarakat yang selanjutnya disebut adanya ketahanan pangan. L. Kemiskinan Kemiskinan penduduk disebabkan oleh berkurangnya peluang bekerja dan berusaha yang dapat diakses oleh penduduk miskin, dengan meningkatkan penduduk juga meningkatnya angkatan kerja yang membutuhkan lapangan kerja bila tidak disertai dengan kemampuan penciptaan peluang bekerja dan peluang berusaha yang mampu diakses oleh penduduk miskin. Selain itu hingga sampai sekarang Indonesia termasuk Propinsi Bengkulu masih menghadapi kemiskinan, pada gambar dibawah diperlihatkan penduduk yang tergolong miskin 18,3 persen, dengan indeks kedalaman kemiskinan sebesar 2,53 %, keparahan kemiskinan 0,56 persen dan penduduk yang masuk dalam garis kemiskinan sebesar Bila penduduk miskin tidak mampu keluar dari kemiskinan akan terjadi perubahan ekonomi menyebabkan penduduk yang nyaris miskin akan menjadi miskin, sehingga akan mempengaruhi dari Pendapatan Daerah. Kenaikan Pendapatan Daerah Bruto dan Perkapita mengalami kenaikan tidak ada artinya bila penduduk miskin juga naik. 18

19 M. Permasalahan Bidang Lain Cepatnya Laju pertumbuhan penduduk mempenaruhi juga penyediaan fasilitas transportasi, fasilitas komunikasi, fasilitas perumahan dalam rangka meningkatkan kuantitatip dan kualitatip penduduk, mengenai perumahan, sebagian besar penduduk di. daerah pedesaan dan di kota-kota mendiami rumah-rumah yang mempunyai masalah secara kualitatip yaitu jauh dibawah standar kesehatan, perumahan di daerah perkotaan bersumber pada ketidak selarasan jumlah rumah dengan jumlah penduduk karena tingginya tingkat kepadatan penduduk di daerah perkotaan. Tingginya tingkat kelahiran/fertilitas dan pesatnya pertambahan penduduk yang tidak seimbang akan menimbulkan keprihatinan nasional, mengakibatkan kegelisahan/ketegangan sosial yang secara potensiil merupakan faktor ancaman yang serius terhadap masalah sosial dan Ketahanan Nasional. Pada tahun 2009 terjadi : Resiko Penduduk Terjadi Tindak Pidana 112 Selang waktu terjadi tindak pidana 4 jam, 47 menit, 24 detik Jumlah tindak pidana Luas Lantai perumahan ideal untuk penduduk umur 1 10 tahun sebesar dibutuhkan luas lantai m2 dan dan untuk ukuran dewasa sebesar sebesar

20 Saran : Memperhatikan data-data tersebut yang mempengaruhi terhadap jumlah penduduk, dan masalah-masalah lainnya maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Melakukan pengendalian penduduk dengan melalui Keluarga Berencana untuk mencegah dampak semakin buruk dari perkembangan kuantitas penduduk terhadap daya dukung alam dan daya tampung lingkungan. 2. Mengendalikan pola penggunaan lahan yang sesuai dengan peruntukannya, untuk mencegah konversi lahan pertanian dan lahan hutan alam dalam upaya untuk mempertahankan daya dukung alam dan daya dukung lingkungan. 3. Mencegah atau mengendalikan eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan secara berlebihan yang dapat berakibat terhadap menurunnya daya dukung alam dan lingkungan secara berlebihan. 4. Melakukan pengembangan kesempatan kerja disektor non pertanian yang dapat menyerap tenaga kerja setempat 5. Pengembangan sistem pertanian yang lebih maju dengan kebutuhan lahan pertanian yang lebih sempit tetapi dapat mendukung standar hidup yang dipandang layak. 6. Penanggulangan kemiskinan diintegrasikan dengan program pemerintah yang efektif dan efisien. AGUS SUPARDI BKKBN BENGKULU 20

HASIL PERTEMUAN PENDALAMAN TEKNIS DALAM PENETAPAN PARAMETER KEPENDUDUKAN PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035

HASIL PERTEMUAN PENDALAMAN TEKNIS DALAM PENETAPAN PARAMETER KEPENDUDUKAN PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035 HASIL PERTEMUAN PENDALAMAN TEKNIS DALAM PENETAPAN PARAMETER KEPENDUDUKAN PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035 I. Pendahuluan Laju pertumbuhan penduduk satu dasawarsa terakhir ini lebih tinggi

Lebih terperinci

PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035

PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035 PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 200 SAMPAI DENGAN 2035 I. Pendahuluan Perkembangan kependudukan dilakukan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk

I. PENDAHULUAN. seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kependudukan, atau dalam hal ini adalah penduduk, merupakan pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk adalah subyek dan obyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya

BAB I PENDAHULUAN. alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumber daya alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya yang termasuk ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian terhadap penduduk terutama jumlah, struktur dan pertumbuhan dari waktu ke waktu selalu berubah. Pada zaman Yunani dan Romawi kuno aspek jumlah penduduk sangat

Lebih terperinci

Ambon, 20 Mei Drs. Djufry Assegaff Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Maluku. iii

Ambon, 20 Mei Drs. Djufry Assegaff Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Maluku. iii KATA PENGANTAR Menyatukan persepsi atau pemahaman tentang penting dan strategisnya Program Kependudukan dan Keluarga Berencana bagi kesejahteraan dan kemajuaan daerah atau bangsa di masa depan merupakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

Kriteria angka kelahian adalah sebagai berikut.

Kriteria angka kelahian adalah sebagai berikut. PERKEMBANGAN PENDUDUK DAN DAMPAKNYA BAGI LINGKUNGAN A. PENYEBAB PERKEMBANGAN PENDUDUK Pernahkah kamu menghitung jumlah orang-orang yang ada di lingkunganmu? Populasi manusia yang menempati areal atau wilayah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Hubungan antara manusia dengan lingkungan adalah sirkuler. Perubahan pada lingkungan pada gilirannya akan mempengaruhi manusia. Interaksi antara manusia dengan lingkungannya

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2010 2035 Dr. Sukamdi Agus Joko Pitoyo, M.A. Eddy Kiswanto, M.Si M. Arif Fahrudin Alfana PENDAHULUAN Proyeksi penduduk merupakan cara penggambaran jumlah penduduk

Lebih terperinci

TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU

TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU irdsall, Kelley dan Sinding eds (2001), tokoh aliran Revisionis dalam masalah demografi membawa pemikiran adanya hubungan antara perkembangan penduduk

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI Jawa Barat Bagian Utara memiliki banyak potensi baik dari aspek spasial maupun non-spasialnya. Beberapa potensi wilayah Jawa Barat bagian utara yang berhasil diidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan konservasi merupakan suatu kawasan yang dikelola dan dilindungi dalam rangka pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Penetapan status sebuah kawasan menjadi

Lebih terperinci

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010)

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010) TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010) BAB I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

Analisis Proyeksi Penduduk Jambi Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia

Analisis Proyeksi Penduduk Jambi Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia Analisis Proyeksi Penduduk Jambi 2010-2035 Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 Perwakilan BKKBN Provinsi Jambi 2015 Analisis Proyeksi Penduduk Jambi 2010-2035 (Berdasarkan Proyeksi Penduduk

Lebih terperinci

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat.

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat. 37 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang menjabarkan pembangunan sesuai dengan kondisi, potensi dan kemampuan suatu daerah tersebut.

Lebih terperinci

PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK KABUPATEN/KOTA TAHUN 2015 DAN TAHUN 2035

PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK KABUPATEN/KOTA TAHUN 2015 DAN TAHUN 2035 PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK KABUPATEN/KOTA TAHUN 2015 DAN TAHUN 2035 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA PROVINSI BENGKULU 1 I. Pendahuluan PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK

Lebih terperinci

PEDOMAN GRAND DESIGN BIDANG PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK TINGKAT PROVINSI JAMBI TAHUN

PEDOMAN GRAND DESIGN BIDANG PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK TINGKAT PROVINSI JAMBI TAHUN LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG GRAND DESIGN PENGENDALIAN PENDUDUK PROVINSI JAMBI TAHUN 2011-2035 PEDOMAN GRAND DESIGN BIDANG PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK TINGKAT PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padahal sumber data penduduk yang tersedia hanya secara periodik, yaitu Sensus Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Padahal sumber data penduduk yang tersedia hanya secara periodik, yaitu Sensus Penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Para pemakai data kependudukan, khususnya para perencana, pengambil kebijaksanaan, dan peneliti sangat membutuhkan data penduduk yang berkesinambungan dari tahun ke

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan wilayah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan dengan dua

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan memberikan kesimpulan hasil penelitian berdasarkan teori dan temuan studi yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Selain itu, juga akan diberikan rekomendasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa pada tahun 2006 memberikan konsekuensi pada perlunya penyediaan perumahan yang layak huni

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana

Lebih terperinci

Makalah Pembangunan Berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN

Makalah Pembangunan Berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN Makalah Pembangunan Berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan pembangunan berkelanjutan sekarang telah merupakan komitmen setiap orang, sadar atau tidak sadar, yang bergelut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia jugalah yang melakukan kerusakan di muka bumi ini dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. manusia jugalah yang melakukan kerusakan di muka bumi ini dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan yang bersih adalah dambaan setiap insan. Namun kenyataannya, manusia jugalah yang melakukan kerusakan di muka bumi ini dengan berbagai macam kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ITB Central Library, penduduk (population) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ITB Central Library, penduduk (population) adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk dapat diartikan sebagai suatu kesatuan organisme yang terdiri dari individu, individu yang sejenis yang mendiami suatu daerah dengan batasbatas tertentu.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari tiga perempat penduduk dunia bertempat tinggal di negara-negara sedang

I. PENDAHULUAN. dari tiga perempat penduduk dunia bertempat tinggal di negara-negara sedang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk di dunia saat ini sudah mencapai tujuh miliar dan diperkirakan akan melonjak menjadi sembilan miliar pada tahun 2035. Lebih dari tiga perempat penduduk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pertanian dan Petani Pertanian memiliki arti penting dalam pembangunan perekonomian. Sektor pertanian tidak saja sebagai penyediaan kebutuhan pangan melainkan sumber kehidupan.

Lebih terperinci

ANALISA HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 DAN IMPLIKASI KEPENDUDUKAN DI PROVINSI BENGKULU

ANALISA HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 DAN IMPLIKASI KEPENDUDUKAN DI PROVINSI BENGKULU ANALISA HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 DAN IMPLIKASI KEPENDUDUKAN DI PROVINSI BENGKULU 1. Sensus Penduduk 2010 dan penyebaran tingkat Kabupaten/Kota Penduduk Provinsi Bengkulu hasil sensus penduduk tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sistem yang kompleks dan terdiri dari komponen utama seperti vegetasi (hutan), tanah, air, manusia dan biota lainnya. Hutan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara dengan jumlah kepulauan terbesar didunia. Indonesia memiliki dua musim dalam setahunnya, yaitu musim

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB XV POPULASI PENDUDUK

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB XV POPULASI PENDUDUK SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB XV POPULASI PENDUDUK Dr. RAMLAWATI, M.Si. Drs. H. HAMKA L., M.S. SITTI SAENAB, S.Pd., M.Pd. SITTI RAHMA YUNUS, S.Pd., M.Pd. KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu dipenuhi dalam mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan menyebutkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Konversi Lahan Konversi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh

II. TINJAUAN PUSTAKA Konversi Lahan Konversi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konversi Lahan Konversi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang membawa

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Dosen: PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sampai dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.310, 2014 WARGA NEGARA. Kependudukan. Grand Design. Pembangunan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas

BAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muka bumi yang luasnya ± 510.073 juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas 148.94 juta Km 2 (29.2%) dan lautan 361.132 juta Km 2 (70.8%), sehingga dapat dikatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengertiannya seringkali rancu. Sesungguhnya pengertian lahan lebih luas

BAB I PENDAHULUAN. pengertiannya seringkali rancu. Sesungguhnya pengertian lahan lebih luas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kaitannya dengan sumber daya alam, dikenal istilah tanah dan lahan yang pengertiannya seringkali rancu. Sesungguhnya pengertian lahan lebih luas daripada tanah,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Masalah Kependudukan Masalah kependudukan di Indonesia di kategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Hal ini mencangkup lima masalah

Lebih terperinci

Tingkat Kemiskinan Kabupaten Pasaman Barat dan Propinsi Sumatera Barat Tahun

Tingkat Kemiskinan Kabupaten Pasaman Barat dan Propinsi Sumatera Barat Tahun KONDISI MAKRO KEMISKINAN Target RPJMN, tingkat kemiskinan 2015 8% di tingkat Propinsi Sumatera Barat, Kabupaten Pasaman Barat berada di peringkat ke-8 Tingkat Kemiskinan Kabupaten Pasaman Barat dan Propinsi

Lebih terperinci

INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA Copyright (C) 2000 BPHN INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA *52209 INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (INPRES) NOMOR 14 TAHUN 1999 (14/1999) TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan Capaian kinerja yang diperoleh, masih menyisakan permasalahan dan tantangan. Munculnya berbagai permasalahan daerah serta diikuti masih banyaknya

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan NO 2018 A ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 1 PDRB per Kapita (juta rupiah) - PDRB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang begitu cepat, serta aktivitas pembangunan dalam berbagai bidang tentu saja akan menyebabkan ikut meningkatnya permintaan akan lahan dalam hal

Lebih terperinci

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN 1994-2003 6.1. Hasil Validasi Kebijakan Hasil evaluasi masing-masing indikator

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sampai dengan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) BAB V PEMBAHASAN Pembahasan ini berisi penjelasan mengenai hasil analisis yang dilihat posisinya berdasarkan teori dan perencanaan yang ada. Penelitian ini dibahas berdasarkan perkembangan wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan angka fertilitas atau total fertility rate (TFR) 2,6. Indonesia masih berada

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan angka fertilitas atau total fertility rate (TFR) 2,6. Indonesia masih berada 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk dunia semakin meningkat. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memprediksikan tahun 2016 jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 miliyar, tahun

Lebih terperinci

Bonus Demografi Menjelaskan Hubungan antara Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi

Bonus Demografi Menjelaskan Hubungan antara Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi Bonus Demografi Menjelaskan Hubungan antara Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi Sri Moertiningsih Adioetomo Kuliah Penduduk dan Pembangunan S2KK, Semester Gasal 2011/2012. 30 September 2011.

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 08 Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang Tujuan Sosialisasi Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik ik & Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan Kapuk, Kelurahan Kamal dan Kelurahan Tegal Alur, dengan luas wilayah 1 053 Ha. Terdiri dari 4 Rukun

Lebih terperinci

Perluasan Lapangan Kerja

Perluasan Lapangan Kerja VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN I. UMUM Ketersediaan lahan untuk usaha pertanian merupakan

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas Latar belakang Kabupaten Gunung Mas merupakan salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 20 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sebagai suatu proses yang disusun secara sengaja dan terencana untuk mencapai situasi yang diingingkan dengan sendirinya terdapat proses perencanaan yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN Adi Setiyanto PENDAHULUAN Tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan ekonomi. Tenaga kerja sebagai sumber daya

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan papan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar bagi setiap individu manusia pasti

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sendayan, Desa Naga Beralih, dan Desa Muara Jalai.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sendayan, Desa Naga Beralih, dan Desa Muara Jalai. 36 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 1.1. Keadaan Geografis 4.1.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Sungai Jalau merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Kampar Utara, Kecamatan Kampar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi DKI Jakarta Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi DKI Jakarta Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Jakarta cenderung meningkat setiap tahun. Peningkatan jumlah penduduk yang disertai perubahan pola konsumsi dan gaya hidup turut meningkatkan jumlah

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia dalam rangka meningkatkan kemakmuran masyarakat telah menempuh berbagai cara diantaranya dengan membangun perekonomian yang kuat, yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Proses alih fungsi lahan dapat dipandang sebagai suatu bentuk konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi serta perubahan struktur sosial ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan kota yang semakin meningkat seharusnya diimbangi dengan penyediaan sarana dan prasarana pendukung kota yang akan memberikan dampak positif terhadap tingkat

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Tabel IX-1 Indikator Kinerja Daerah Menurut Sasaran Strategis SASARAN INDIKATOR KINERJA Misi satu : Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang melalui peningkatkan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat Visi pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011-2016 tersebut di atas sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, () ISSN: 7-59 (-97 Print) Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal Yennita Hana Ridwan dan Rulli Pratiwi Setiawan Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan primer manusia. Sebelum seseorang memenuhi kebutuhan yang lain, pangan menjadi kebutuhan mendasar yang tidak bisa ditunda. Pangan pun menjadi

Lebih terperinci

TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 10/PRT/M/2015 TANGGAL : 6 APRIL 2015 TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR BAB I TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR Oleh: EVA SHOKHIFATUN NISA L2D 304 153 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang diandalkan pemerintah Indonesia untuk mendatangkan devisa. Selain mendatangkan devisa, industri pertambangan juga

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Hubungan dokumen RKPD dengan dokumen perencanaan lainnya...

Lebih terperinci

PP 27/1994, PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PP 27/1994, PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Copyright 2000 BPHN PP 27/1994, PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA *33818 Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 27 TAHUN 1994 (27/1994)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam masalah yang dihadapi pada saat ini. Masalah pertama yaitu kemampuan lahan pertanian kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Alih fungsi atau konversi lahan secara umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumberdaya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya. Alih fungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. Lahan berfungsi sebagai tempat manusia beraktivitas

Lebih terperinci

LATIHAN ANALISIS KEPENDUDUKAN

LATIHAN ANALISIS KEPENDUDUKAN Http://arali2008.wordpress.com LATIHAN ANALISIS KEPENDUDUKAN OLEH Arsad Rahim Ali Staf Dinas Kesehatan Kab Polewali Mandar Analisa kependudukan dibatasi pada analisa distribusi jenis kelamin dan usia,

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam. pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran

BAB I PENDAHULUAN. Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam. pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan sekaligus yang menikmati

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci