BAB VIII EVOLUSI FONOLOGIS BAHASA OIRATA. dari suatu keturunan (Nerlich, 1989; Lass, 1990; dan McMahon, 1999). Evolusi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VIII EVOLUSI FONOLOGIS BAHASA OIRATA. dari suatu keturunan (Nerlich, 1989; Lass, 1990; dan McMahon, 1999). Evolusi"

Transkripsi

1 BAB VIII EVOLUSI FONOLOGIS BAHASA OIRATA Evolusi bahasa adalah proses perubahan wujud bahasa, dalam jangka waktu lama berkembang secara alamiah dari bentuk awal menjadi bentuk akhir seperti sekarang ini dengan berbagai variasi, adaptasi, seleksi alam, dan ciri khas dari suatu keturunan (Nerlich, 1989; Lass, 1990; dan McMahon, 1999). Evolusi dalam penelitian ini mengacu pada konsep evolusi internal dan evolusi eksternal. Evolusi internal yaitu proses perubahan bahasa yang terjadi secara genetis, sedangkan evolusi eksternal merupakan proses perubahan bahasa yang terjadi secara non-genetis. Evolusi sebagai suatu perubahan bahasa terjadi setelah menempuh proses perjalanan yang cukup panjang dan sepanjang perjalanannya tersebut mengalami berbagai bentuk retensi dan inovasi. Menurut teori evolusi bahwa perubahan bahasa yang terjadi akibat suatu perjalanan panjang dapat menjadi lebih kompleks dan dapat pula sebaliknya, yaitu menjadi lebih sederhana dari bentuknya semula. Evolusi bahasa yang dikaji dalam penelitian ini terbatas pada proses perubahan wujud bahasa bidang fonologi dari bentuknya semula yang dikenali sebagai protobahasanya sampai menjadi bahasa Or sekarang ini. Bahasa Or telah mengalami evolusi internal yang terjadi secara genetis, yaitu perubahan yang terjadi secara alamiah bersama bahasa Ft dan bahasa Mk sebagai sesama bahasa kerabat. Artinya, dalam mengungkap evolusi bahasa Or tidak dapat dipisahkan dengan bahasa Ft dan bahasa Mk sebagai sesama anggota bahasa sekerabat yang pernah menjadi bahasa tunggal di masa yang lalu. Hal ini mengandung makna bahwa evolusi bahasa Or merupakan proses perubahan bahasa dari suatu bentuk protobahasa OFM menuju bentuk mesobahasa OF 312

2 57 sampai pada bentuk bahasa Or modern. Di sisi lain, proses evolusi bahasa Or secara eksternal terjadi secara nongenetis sebagai bentuk pinjaman akibat peristiwa kontak bahasa dengan bahasabahasa di sekitarnya. Bahasa-bahasa yang member kontribusi terhadap terjadinya evolusi bahasa Or secara non-genetis adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa penguasa, bahasa Belanda dan Portugis sebagai bekas penjajah, bahasa Kisar dan bahasa Ambon sebagai bahasa daerah yang ada di sekitarnya. Untuk mengetahui proses perjalanan menjadi bahasa Or sekarang ini dan bentuk-bentuk perubahan yang terjadi, berikut ini disajikan mulai protofonem kelompok OFM, protofonem mesobahasa OF, sampai fonem-fonem bahasa Or sekarang ini berdasarkan temuan-temuan pada bab sebelumnya. 8.1 Evolusi Internal Bahasa Oirata Evolusi internal adalah wujud perubahan menjadi bahasa Oirata modern yang sekarang ini dari wujud sebelumnya sebagai mesobahasa OF yang berasal dari bentuknya semula sebagai protobahasa OFM. Dikatakan internal karena ketiga bahasa Mk, Ft dan bahasa Or merupakan bahasa sekerabat yang telah dibuktikan memiliki hubungan yang sangat erat sesamanya. Artinya, perubahan aspek bahasa Or akan terkait pula perubahan aspek yang sama pada bahasa Ft dan Mk sebagai sesama bahasa berkerabat. Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa evolusi bahasa Or yang diungkap dalam penelitian ini terbatas pada aspek fonologis. Oleh karena itu, pembahasan berikutnya terdiri atas perubahan fonem vokal dan fonem konsonan dari OFM sampai Or sesuai dengan temuan di lapangan. Untuk lebih jelasnya, berikut ini diuraikan fonem-fonem yang mengalami perubahan, arah perubahan

3 58 yang terjadi, dan keterkaitan di antaranya Perubahan fonem vokal Berdasarkan temuan pada Bab VII telah ditetapkan lima protofonem vokal OFM yang terdiri atas protofonem vokal tinggi depan tak bulat */i/, protofonem tinggi belakang bulat */u/, protofonem madya depan tak bulat */e/, protofonem madya belakang bulat */o/, dan protofonem rendah tengah tak bulat */a/. Demikian juga telah ditemukan protofonem vokal OF yang terdiri atas protofonem vokal tinggi depan tak bulat */i/, protofonem vokal tinggi belakang bulat */u/, protofonem vokal madya depan tak bulat */e/, protofonem vokal madya belakang bulat */o/, dan protofonem vokal rendah tengah tak bulat */a/. Terakhir, ditemukan pula fonem vokal Or yang juga terdiri atas fonem vokal tinggi depan tak bulat /i/, fonem vokal tinggi belakang bulat /u/, fonem vokal madya depan tak bulat /e/, fonem vokal madya belakang bulat /o/, dan fonem vokal rendah tengah tak bulat /a/. Untuk lebih jelasnya di bawah ini disajikan protofonem vokal OFM, protofonem vokal OF, dan fonem vokal Or beserta jumlahnya dalam bentuk bagan sebagai berikut. Bagan 21: Vokal OFM, OF, dan Bahasa Or No Vokal Distingtif OFM OF Or 1 vokal tinggi depan tak bulat */i/ */i/ /i/ 2 vokal tinggi belakang bulat */u/ */u/ /u/ 3 vokal madya depan tak bulat */e/ */e/ /e/ 4 vokal madya belakang bulat */o/ */o/ /o/ 5 vokal rendah tengah tak bulat */a/ */a/ /a/ Jumlah fonem vokal 5 vokal 5 vokal 5 vokal

4 59 Bagan protofonem OFM di atas menunjukkan bahwa pada hakekatnya kelompok bahasa OFM sebagai bahasa asal dari bahasa Or, Ft, dan Mk memiliki lima protofonem vokal asal, dan pantulannya juga terdapat lima fonem vokal pada subkelompok OF, serta tetap bertahan menjadi lima fonem vokal pada bahasa Or sekarang ini. Meskipun jumlah fonem vokal pada kelompok OFM sama dengan jumlah fonem vokal subkelompok OF, dan bahasa Or, tetapi masing-masing fonem vokal tersebut mengalami proses yang berbeda-beda pada setiap tahapan perkembangan bahasa itu. Artinya, fonem-fonem vokal OFM ada yang mengalami retensi pada OF dan Or, dan ada pula yang mengalami inovasi pada OF dan Or. Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan fonem-fonem vokal yang mengalami retensi dan fonem-fonem vokal yang mengalami inovasi. Bagan 22: Perubahan Fonem Vokal OFM pada OF dan Or No Vokal Posisi dalam kata OFM OF Or awal (inisial) */i/ */i/ /i/ 1 /i/ 2 /u/ tengah (medial) */i/ */i/ /i/ akhir (final) */i/ */i/ /i/ */e/ /e/ awal (inisial) */u/ */u/ /u/ tengah (medial) */u/ */u/ /u/ akhir (final) */u/ */u/ /u/ awal (inisial) */e/ */e/ /e/ 3 /e/ tengah (medial) */e/ */e/ /e/ akhir (final) */e/ */e/ +) /e/ +)

5 60 No Vokal Posisi dalam kata OFM OF Or awal (inisial) */o/ */o/ /o/ 4 /o/ tengah (medial) */o/ */o/ /o/ akhir (final) */o/ */o/ /o/ 5 /a/ awal (inisial) */a/ */a/ */e/ /a/ tengah (medial) */a/ */a/ /a/ akhir (final) */a/ */a/ */e/ /a/ Catatan: +) mengalami merger Berdasarkan bagan di atas bahwa dari lima protofonem vokal OFM terdapat dua vokal yaitu */u/ dan */o/ yang terpantul dan mengalami retensi pada subkelompok OF serta tiga vokal, yaitu */u/, */o/, dan */a/ yang juga terpantul dan mengalami retensi pada bahasa Or. Selain itu, tiga protofonem vokal OFM, yaitu */i/, */e/, dan */a/ mengalami inovasi dalam bentuk perengkahan (split) dan merger pada subkelompok OF serta terdapat dua vokal, yaitu */i/ dan */e/ yang juga mengalami inovasi dalam bentuk perengkahan (split) dan merger pada Or. Fonem-fonem vokal OFM yang mengalami inovasi dalam bentuk split dan merger pada subkelompok OF dan Or diuraikan sebagai berikut. 1) Split OFM */i/ OF */i//_# OF */e//_# OFM OF Arti *iri *iri kencing *mali *mali besan *wasini *wahini gigi *api *api ikan *niki *niki (ni) nyamuk

6 61 *wari *wari sarang *kaili *kaile bengkok *pitini *pitine putih *ti iri *ti ire berat *neri *nere datar *wai *wehe darah *mu i *mu e mencium *eani *eyane begitu Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal */i/ pada kelompok bahasa OFM sebagai bahasa asal dari bahasa Or modern sekarang mengalami inovasi dalam bentuk perengkahan atau split menjadi */i/ dan */e/ pada subkelompok OF sebagai bahasa turunan terutama pada posisi akhir kata. Perubahan vokal OFM */i/ menjadi */e/ pada subkelompok OF sebagai bahasa turunan mengalami berbagai proses. Pertama, terjadi proses disimilasi yaitu menjadi bunyi yang berbeda dari bunyi-bunyi */i/ sebelumnya untuk menghindari kemonotonan atau untuk menciptakan bunyi yang lebih bervariatif. Data yang dimaksud adalah sebagai berikut. OFM OF Arti *kaili *kaile bengkok *pitini *pitine putih *ti iri *ti ire berat Kedua, terjadi proses asimilasi progresif yaitu menjadi bunyi yang sama dengan */e/ yang di depanya. Data tersebut adalah OFM *neri > OF*nere datar. Ketiga, terjadi perubahan bunyi yang bersifat sporadis yang tidak dengan mudah dapat dijelaskan sebagai akibat dari rentang waktu yang cukup lama yang berpengaruh pada hilangnya eviden-eviden penting yang seharusnya dapat dipakai sebagai bahan untuk menjelaskan proses perubahan itu. Data tersebut adalah sebagai berikut. OFM OF Arti *wai *wehe darah *mu i *mu e mencium *eani *eyane begitu

7 62 Terhadap perubahan bunyi yang bersifat sporadis tersebut, lebih cenderung dapat dikatakan sebagai perubahan dalam bentuk perendahan bunyi dari /i/ yang bercirikan vokal tinggi depan menjadi vokal madya depan. Perubahan dalam bentuk perendahan bunyi tersebut bahkan dapat menggeneralisir semua data yang menyangkut perubahan OFM*/i/ menjadi OF */e/ tersebut di atas. Selanjutnya fonem vokal */i/ pada OF juga mengalami perengkahan (split) menjadi /i/ dan /e/ pada bahasa Or. Berikut ini disajikan beberapa data yang menunjukkan perubahan itu. 2) Split OF */i/ Or /i//_# Or /e//_# OF Or Arti *api ahi ikan *asiri asiri garam *i iri i iri batu asah *lori lori telaga *miri miri baru *pari hari angin *iniri inre kami *piri hire berbohong, dusta *apiri apre kita *piri pire busta, bohong Data di atas memperlihatkan bahwa proses perengkahan (split) yang pada hakekatnya adalah sebagian fonem vokal OF */i/ menjadi Or /e/ merupakan perubahan bunyi akibat proses disimilasi yaitu menjadi bunyi yang berbeda dari fonem vokal /i/ yang ada sebelumnya. Perubahan fonem vokal tersebut juga bermuara pada proses perendahan bunyi. 3) Merger OF */i/ Or /e//_# */e/ OF Or Arti *iniri inre kami *piri hire dusta, bohong *tapi tepe pasti

8 63 *apiri apre kita *ale ale padi *atare ađare dukun jahat *ha ate a ate tajam *ipile ihile terbang *kase kase haus Data di atas memperlihatkan bahwa selain terjadi proses perengkahan (split) seperti yang terjadi pada data 1) dan data 2), pada data 3) justru terjadi proses merger atau dua fonem vokal yang berbeda menjadi satu fonem vokal yang sama. Fonem vokal OF */e/ tetap bertahan sebagai /e/ pada bahasa Or, sementara itu fonem vokal OF */i/ menjadi /e/ pada bahasa Or. Perubahan OF */i/ > Or /e/ pada posisi akhir kata (final) merupakan proses disimilasi yang mengakibatkan terjadinya proses perendahan bunyi. 4) Merger OFM */i/ */e/ OF */e//_# */a/ OFM OF Arti *kaili *kaile bengkok *ti iri *ti ire berat *walali *walale cepat *wali *wale kulit *na i *ne e nama *mire *mire duduk *kaire *kaire parut *ate *ete pohon/kayu *asine *ahine bernanah *ere *ere kamu *ka ara *ka are dingin *wala *wale melahirkan (binatang) *tana tipala *tana tipale tepuk tangan *hena *nahe mencari *kaura *kaure garuk, kais Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa asal Or atau pada saat masih sebagai kelompok OFM, fonem vokal */i/, */e/, dan */a/ pada posisi akhir kata mengalami proses merger menjadi fonem fokal */e/ pada subkelompok OF.

9 64 Perubahan fonem vokal OFM */i/ menjadi OF */e/ pada posisi akhir kata merupakan proses disimilasi atau perubahan menjadi fonem vokal yang berbeda dari fonem vokal /i/ yang ada sebelumnya. Perubahan fonem vokal /i/ menjadi /e/ mengakibakan proses perendahan bunyi. Sebaliknya, perubahan OFM */a/ menjadi OF */e/ mengalami berbagai proses. Pertama, terjadi proses disimilasi atau menjadi fonem vokal yang berbeda dari fonem vokal /a/ yang ada pada suku kata sebelumnya. Akibat dari proses disimilasi menyebabkan terjadinya peninggian bunyi. Data tersebut adalah sebagai berikut. OFM OF Arti *ka ara *ka are dingin *wala *wale melahirkan (binatang) *tana tipala *tana tipale tepuk tangan Kedua, terjadi proses metatesis atau proses pertukaran posisi antara suku kata /he/ dengan /na/ sehingga mengakibatkan terjadinya peninggian bunyi pada posisi akhir kata. Data tersebut adalah OFM *hena > OF *nahe mencari. Ketiga, terjadi kecenderungan yang sama dengan data pertama dan data kedua, yaitu proses peninggian bunyi. Data tersebut adalah OFM *kaura > OF *kaure garuk atau kais. 5) Split OFM */a/ OF /a//#_ OF /e//#_ OFM OF Arti *atu *atu perut *ata *ata api *asa *asa ayam *asa *asa daun *api *api ikan *amini *amini kutu *aniri *aniri saya *ase *ese memadamkan (api, sinar) *ate *ete pohon, kayu *ani *eni luka *ari *eri engkau *ala *ele sepak Data di atas memperlihatkan kelompok OFM sebagai asal dari bahasa Or memiliki fonem vokal */a/ yang mengalami perengkahan (split) menjadi fonem vokal */a/ dan */e/ pada subkelompok OF pada posisi awal kata. Hakekat dari

10 65 split tersebut adalah perubahan fonem vokal /a/ menjadi fonem vokal /e/. Perubahan fonem vokal /a/ menjadi /e/ mengalami berbagai proses. Pertama, terjadi proses asimilasi regresif atau perubahan fonem vokal pada posisi awal (/a/) akibat pengaruh fonem vokal yang mengikutinya (/e/) sehingga menjadi fonem vokal yang sama. Akibat dari perubahan fonem vokal tersebut menyebabkan terjadinya peninggian bunyi pada posisi awal kata. Data yang dimaksud adalah sebagai berikut. OFM OF Arti *ase *ese memadamkan (api, sinar) *ate *ete pohon, kayu Kedua, terjadi proses pengedepanan bunyi dari vokal tengah /a/ menjadi vokal depan /e/ akibat proses asimilasi regresif dari fonem vokal /i/ yang terletak pada suku kata kedua. Akibat proses tersebut menyebabkan terjadinya peninggian bunyi yaitu dari vokal tengah rendah /a/ menjadi vokal depan madya /e/. Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan data yang dimaksud. OFM OF Arti *ani *eni luka *ari *eri engkau Ketiga, pada data OFM *ala > OF *ele sepak pada mulanya terjadi proses peninggian bunyi pada posisi awal kata sebagaimana telah dibuktikan pada pertama dan kedua sehingga terbentuklah *ela. Tahap selanjutnya, terjadi proses asimilasi progresif atau perubahan fonem vokal /a/ yang ada pada suku kedua menjadi fonem vokal /e/ akibat pengaruh dari fonem vokal /e/ pada suku kata pertama. 6) OFM */a/ OF a//_# OF e//_#

11 66 OFM OF Arti *ata *ata api *asa *asa ayam, daun *mata *mata kelelawar *lua-lua *lua-lua lipas *uta *uta membunuh *sina *hina menganyam *iti ala *iti ele sepak (kaki) *kaura *kaure garuk *wala *wale melahirkan (binatang) *misa *muse panjat, mendaki *uha *utue bertelur Data di atas memperlihatkan bahwa kelompok bahasa OFM sebagai bahasa asal bahasa Or terdapat pula fonem vokal */a/ mengalami split atau perengkahan menjadi fonem vokal */a/ dan */e/ pada subkelompok OF pada posisi akhir kata. Hakekat dari perengkahan fonem tersebut adalah perubahan fonem vokal /a/ menjadi /e/ pada posisi akhir kata. Perubahan vokal /a/ menjadi vokal /e/ mengalami berbagai proses. Pertama, terjadi proses asimilasi progresif yaitu pengaruh vokal /i/ yang ada pada suku di depan sehingga mengakibatkan pengedepanan bunyi, yaitu dari vokal tengah /a/ menjadi vokal depan /e/. Data tersebut adalah sebagai berikut. OFM OF Arti *iti ala *iti ele sepak (kaki) Kedua, terjadi pula proses disimilasi yaitu menjadi vokal yang berbeda dengan vokal yang ada pada suku di depannya sebagai akibat proses pengedepanan bunyi sebagaimana yang terjadi pada data sebelumnya. Data tersebut adalah OFM*wala menjadi OF *wale melahirkan (untuk binatang). Ketiga, akibat proses pengedepanan bunyi dari vokal tengah /a/ menjadi vokal /e/ melahirkan sebuah kecenderungan yang terjadi pada sukelompok OF sebagaimana yang tampak pada data berikut ini.

12 67 OFM OF Arti *misa *muse panjat, mendaki *uha *utue bertelur. Berdasarkan data 1) sampai dengan 6) di atas, evolusi vokal bahasa Or secara internal dapat digambar dalam bentuk bagan sebagai berikut. Bagan 23: Evolusi Vokal Bahasa Oirata Vokal OFM inisial medial final Vokal OF */i/ inisial medial final Vokal Or inisial medial Final */i/ /i/ */e/ */e/ */e/ /e/ */a/ */a/ */a/ */a/ 7) Pemadyaan fonem vokal Bila dicermati Bagan Evolusi Vokal Bahasa Or di atas, tampak bahwa ada kecenderungan umum yang terjadi pada kelompok bahasa tersebut yaitu dalam bentuk pemadyaan fonem vokal. Artinya, fonem vokal tinggi cenderung mengalami split menjadi vokal tinggi dan madya, sementara itu vokal rendah mengalami split pula menjadi vokal rendah dan vokal madya. Sebagai konsekuensi logis dari proses perubahan dalam bentuk split tersebut mengakibatkan terjadinya merger pada beberapa vokal menjadi vokal madya baik

13 68 pada subkelompok OF maupun pada bahasa Or. Untuk melengkapi fakta sebagaimana yang terdapat pada bagan di atas, berikut ini disajikan pula beberapa data yang dapat memperkuat pernyataan tersebut di atas. OFM OF Or Arti *piri *piri hire dusta, bohong *tana kaili *tana kaile tana kaile cengkok *walali *walale walale lari, cepat *tuturu *tuture tutre sunggi *na i *ne e nene nama *sapa *hapa opo tulang *nerina *nerina nerene dataran *rasa *rasa sele doa *tana tipala *tana tipale tana tipale tepuk tangan *iniri inre kami *tapi tepe pasti *petu hete tikar *weli(ka) wele kiri Data di atas memperlihatkan adanya fakta perubahan fonem vokal dalam bentuk: a) proses perendahan OFM */i/ > fonem vokal madya Or /e//_#, b) proses perendahan OFM */i/ > fonem vokal madya OF */e/ dan Or /e//_#, c) proses peninggian OFM */a/ > fonem vokal madya Or /o//_#, d) proses peninggian OFM */a/ > fonem vokal madya Or /e//_#, e) proses peninggian OFM */a/ > fonem vokal madya OF */e/ dan Or /e//_#, f) proses perendahan OF */i/ > fonem vokal madya Or /e//_#, dan Berdasarkan fakta proses perubahan fonem vokal di atas dapat disimpulan bahwa telah terjadi proses pemadyaan fonem vokal pada OF dan Or dari vokal OFM. Perlu pula dijelaskan terjadinya proses pemadyaan fonem-fonem sebagaimana yang tampak pada data di atas. Pertama, pemadyaan OFM atau OF */i/ menjadi Or /e/ pada posisi akhir kata seperti pada data OFM dan OF *piri menjadi Or hire dusta, bohong terjadi sebagai akibat dari proses disimilasi

14 69 progresif yaitu menjadi fonem vokal berbeda dari fonem vokal /i/ yang ada pada suku di depannya. Kedua, pemadyaan OFM */i/ menjadi OF dan Or /e/ pada posisi akhir kata seperti pada data di bawah ini. OFM OF Or *tana kaili *tana kaile tana kaile cengkok *walali *walale walale lari, cepat *tuturu *tuture tutre sunggi Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat proses disimilasi progresif, yaitu menjadi fonem vokal yang berbeda dari fonem vokal OFM /i/, /a/, dan /u/ yang ada pada suku kata di depannya. Ketiga, pemadyaan OFM dan OF */a/ menjadi Or /o/ pada posisi akhir kata seperti pada kasus data berikut ini. OFM OF Or *sapa *hapa opo tulang Prmadyaan fonem vokal tersebut cenderung terjadi akibat proses disimilasi progresif, yaitu menjadi fonem vokal yang berbeda dari fonem vokal OFM dan OF /a/ yang ada pada suku di depannya, maka terjadilah bentukan Or apo tulang. Selanjutnya terjadi pula proses asimilasi regresif yaitu menjadi fonem vokal yang sama dengan fonem vokal Or /o/ yang ada pada suku kedua. Keempat, pemadyaan OFM dan OF */a/ menjadi Or /e/ pada posisi akhir kata seperti pada data berikut. OFM OF Or *nerina *nerina nerene dataran *rasa *rasa sele doa Pemadyaan fonem vokal tersebut cenderung sebagai akibat proses desimilasi progresif, yaitu menjadi fonem vokal yang berbeda dari OFM dan OF */i/ dan

15 70 */a/ pada suku kata sebelumnya. Akibat proses tersebut terjadilah bentukan Or nerine dataran dan rase doa. Selanjutnya pada bentukan tersebut terjadi proses asimilasi regresif, yaitu menjadi fonem vokal yang sama dengan fonem vokal Or /e/ pada suku kata terakhir. Khusus bentukan Or rese doa masih mengalami proses perubahan lanjutan, yaitu terjadi metatesis sehingga terjadi bentukan Or sere doa. Perubahan terakhir terjadi bentuk alternasi /r/~/l/ yang sering terjadi pada bahasa Or sehingga mengakibatkan lahir bentukan Or sele doa. Kelima, pemadyaan OFM */a/ menjadi OF */e/ dan Or /e/ pada posisi akhir kata seperti pada data OFM *tana tipala menjadi OF *tana tipale dan Or tana tipale tepuk tangan. Proses pemadyaan fonem vokal tersebut cenderung akibat disimilasi progresif yaitu menjadi fonem vokal yang berbeda dari fonem vokal OFM */a/ yang ada pada suku kata sebelumnya. Keenam, pemadyaan fonem vokal OF */i/ dan */u/ menjadi fonem vokal Or /e/ pada posisi akhir kata seperti pada data berikut ini. OF Or *iniri inre kami *weli(ka) wele kiri *petu hete tikar *tapi tepe pasti Proses pemadyaan fonem vokal tersebut mengalami cara yang berbeda-beda. Data OF *iniri menjadi Or inre kami pada mulanya terjadi disimilasi progresif, yaitu menjadi fonem vokal yang berbeda dari OF */i/ pada suku sebelumnya. Akibat proses itu terjadilah bentukan Or inire. Proses selanjutnya berlaku kecenderungan umum yang terjadi pada bahasa Or dalam bentuk syncope yaitu penghilangan bunyi pada posisi tengah kata. Akibat kecenderungan tersebut, terjadilah bentukan akhir Or inre kami. Data OF *weli(ka) menjadi Or wele kiri cenderung berasal dari kata OF *weli yang selanjutnya sebagian dari

16 71 subkelompok tersebut mengalami proses paragoge, yaitu penambahan bunyi pada posisi akhir kata. Sedangkan, OF *weli menjadi Or wele merupakan akibat dari proses asimilasi progresif, yaitu perubahan fonem vokal menjadi fonem vokal yang sama dengan fonem vokal OF */e/ pada suku sebalumnya. Proses pemadyaan OF *petu menjadi Or hete tikar cenderung sebagai akibat proses asimilasi progresif yaitu perubahan fonem vokal menjadi sama dengan fonem vokal OF */e/ yang ada pada suku kata sebelumnya. Selanjutnya pada bahasa Or berlaku hukum perubahan fonem Mk /b/ Ft /p/ Or /h/ sehingga terjadilah bentukan akhir Or hete tikar. Data OF *tapi menjadi Or tepe pasti sangat dimungkinkan terjadi sebagai bentuk kecenderungan perubahan OF */i/ > Or /e//_# sehingga terjadi bentukan Or tape pasti. Tahapan perubahan berikutnya terjadi proses asimilasi regresif, yaitu menjadi fonem vokal yang sama dengan fonem vokal Or /e/ yang ada pada suku kata berikutnya. Akibat proses tersebut terjadilah bentukan akhir Or tepe pasti Perubahan fonem konsonan Sebelum sampai pada bentuk-bentuk perubahan fonem konsonan dan arah proses perubahannya dari protofonem konsonan OFM menjadi fonem-fonem konsonan OF dan akhirnya sampai pada bahasa Or, perlu disajikan fonem-fonem konsonan ketiga bahasa Mk, Ft, dan Or. Sajian jenis dan jumlah fonem konsonan pada ketiga bahasa tersebut sangat bermanfaat dan berfungsi sebagai dasar perunutan kembali bentuk-bentuk dan arah perubahan fonem konsonan tersebut sehingga menjadi lebih jelas terjadinya proses perubahan tersebut. Berikut ini disajikan jenis dan jumlah fonem konsonan ketiga bahasa tersebut.

17 72 Bagan 24: Konsonan Bahasa Makasai, Fataluku, dan Oirata Cara Artikulasi Tempat Artikulasi TB/B Mk Ft Or bilabial apiko-alveolar TB p p p B b TB t t t B d đ Hambat letup medio-palatal TB B c j dorso-velar TB k k k B g glotal TB Nasal (sengau) bilabial B m m m apiko-alveolar B n n n Sampingan (lateral) apiko-alveolar B l l l Getar (tril) apiko-alveolar B r r r Geseran (frikatif) TB f f labio-dental B v lamino-alveolar TB s s s laringal TB h h h

18 73 Semi-vokal bilabial B w w w medio-palatal B y y Jumlah fonem ( ) Bagan konsonan di atas menunjukkan bahwa jumlah dan jenis fonem konsonan ketiga bahasa tersebut berbeda-beda. Dari segi jumlah, bahasa Mk memiliki 15 fonem konsonan, bahasa Ft memiliki 16 fonem konsonan, dan bahasa Or memiliki 13 fonem konsonan. Artinya ketiga bahasa tersebut memiliki perkembangan fonem konsonan yang berbeda. Dari segi jumlah fonem yang ada, Fonem konsonan bahasa Ft paling berkembang di antanya, disusul bahasa Mk, dan paling lamban perkembangannya adalah bahasa Or. Ditinjau dari segi jenis fonem konsonan yang dimiliki ketiga bahasa tersebut terdapat 11 (sebelas) jenis fonem konsonan yang sama, yaitu konsonan /p/, /t/, /k/, / /, /m/, /n/, /l/, /r/, /s/, /h/, dan /w/. Perbedaan fonem konsonan dari ketiga bahasa tersebut yang sekaligus merupakan penambahannya adalah sebagai berikut. Bahasa Mk memiliki empat penambahan fonem konsonan, yaitu konsonan /b/, /d/, /g/, dan /f/. Bahasa Ft memiliki lima penambahan fonem konsonan, yaitu konsonan /c/, /j/, /f/, /v/, dan /y/. Terakhir, bahasa Or hanya memiliki dua penambahan fonem konsonan, yaitu konsonan /đ/ dan /y/. Ada hal yang menarik dari fakta bahasa secara sinkronis sebagaimana telah digambarkan di atas bila dibandingkan dengan fakta bahasa secara diakronis. Letak menariknya adalah adanya perbedaan jumlah fonem konsonan yang sama-sama dimiliki secara sinkronis dari ketiga bahasa tersebut adalah berjumlah 11 (sebelas) fonem konsonan, sedangkan berdasarkan kajian diakronis sebagaimana telah dibahas pada bab sebelumnya terdapat hanya 10 (sepuluh)

19 74 protofonem konsonan. Letak perbedaanya adalah pada fonem konsonan /h/. Meskipun ketiga bahasa itu secara sinkronis ditemukan sama-sama memiliki fonem konsonan /h/, tetapi fakta bahasa secara diakronis tidak ditemukan protofonem konsonan /h/. Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan fakta bahasa secara diakronis dalam bentuk bagan evolusi fonem konsonan dan selanjutnya akan diuraikan jenis dan bentuk perubahannya termasuk terjadinya konsonan /h/. Bagan 25: Protofonem Konsonan OFM, OF dan Konsonan Bahasa Or Cara Artikulasi Tempat Artikulasi TB/B OMF OF Or Hambat letup bilabial apiko-alveolar medio-palatal dorso-velar TB *p *p p B TB *t *t t B đ TB B TB *k *k k B glotal TB * * Nasal (sengau) bilabial B *m *m m apiko-alveolar B *n *n n Sampingan (lateral) apiko-alveolar B *l *l l Getar (tril) apiko-alveolar B *r *r r Geseran (frikatif) TB labio-dental B lamino-alveolar TB *s *s s

20 75 laringal TB *h h Semi-vokal bilabial B *w *w w medio-palatal B *y y Jumlah fonem ( ) Bagan di atas menunjukkan bahwa secara diakronis kelompok bahasa OFM memiliki 10 (sepuluh) protofonem konsonan, yaitu */p/, */t/, */k/, */ /, */m/, */n/, */l/, */r/, */s/, dan */w/. Selanjutnya, terjadi perkembangan dengan ditemukannya protofonem konsonan */h/ dan */y/ sehingga menjadi 12 (dua belas) protofonem konsonan pada subkelompok bahasa OF. Terakhir, perkembangan fonem konsonan tersebut sampai pada bahasa Or hanya terjadi penambahan satu fonem konsonan /đ/. Dengan demikian, sampai saat ini bahasa Or hanya memiliki 13 fonem konsonan. Berikut ini diuraikan evolusi fonem konsonan dengan berbagai jenis dan bentuk perubahan masing-masing konsonan dari protofonem konsonan kelompok bahasa OFM menjadi protofonem konsonan subkelompok OF hingga sampai pada fonem konsonan bahasa Or. Jenis dan bentuk perubahan fonem konsonan 1) OFM */p/ > OF */p/ > split: a) Mk /p/, /f/, dan /b//#_ dan /V_V b) Ft /p/ dan /f//#_ dan / V_V c) Or /p/ dan /h//#_ dan /_#_/#_ dan / V_V OFM OF Mk Ft Or Arti *panu *panu muka *pata *pata lintah *puru *puru buntung *tapa *tapa tumbuk *tepu *tepu patah *ipili ifi lidah *ipilai ifilai cacing *pani fani manis

21 76 *panarai fanarai gadis *pura bura jual *lopo lobo kandang *sapu sabu jeruk *pai *pai fai pai kerja *panarai *panarai fanare panarai perawan *pele *pele fele pele telapak *upuru *upuru ufuru upuru tubuh *parare *parare parare harare memaki *pipi *pipi pipi hihi kambing *api *api api ahi ikan *ipiti *ipiti ipiti itihi kura-kura Data di atas merefleksikan bahwa protofonem konsonan OFM */p/ terpantul langsung pada OF sebagai */p/ dan mengalami perengkahan (split) menjadi fonem konsonan /p/, /f/, dan /b/ pada bahasa Mk, menjadi fonem konsonan /p/ dan /f/ pada bahasa Ft, serta menjadi fonem konsonan /p/ dan /h/ pada bahasa Or. Dengan kata lain, fonem konsonan /f/ dan /b/ pada bahasa Mk dan fonem konsonan /f/ pada bahasa Ft, serta fonem konsonan /h/ pada bahasa Or merupakan inovasi-inovasi dari fonem konsonan OFM */p/. Di sisi lain, fonem konsonan /p/ pada bahasa Mk, Ft, dan Or merupakan retensi dari fonem konsonan OFM */p/. 2) OFM */t/ > OF */t/ > split: a) Mk /t/ dan /d//#_ dan / V_V b) Ft /t/ dan /c//#_ dan / V_V c) Or /t/ dan /đ//#_ dan / V_V OFM OF Mk Ft Or Arti *tana *tutu *ate *nate *nita *tana *tutu *ete *nate *nita tana tutu ate tena ta tana tutu ete nate nita tana tutu ete nate ita tangan minum pohon berdiri saling *tana *tana tangan *tapa *tapa tumbuk *pata *pata lintah *atu *atu perut *tupa dupa seruling

22 77 *tila dila katak *tura dura tikus *ata *ata aca ađa api *mata *mata maca mađa kelelawar *mete *mete mece međe makan *tu u * tu u cucu đuđu bumbung *tila *tila cila đila katak *ti iri *ti iri ci ire đu ure berat Data di atas mecerminkan bahwa protofonem konsonan OFM */t/ terpantul langsung pada OF sebagai */t/ dan mengalami perengkahan (split) menjadi fonem konsonan /t/, dan /d/ pada bahasa Mk, menjadi fonem konsonan /t/ dan /c/ pada bahasa Ft, serta menjadi fonem konsonan /t/ dan /đ/ pada bahasa Or. Artinya, fonem konsonan /t/ pada bahasa Mk, Ft, dan Or merupakan retensi dari fonem konsonan OFM */t/. Sementara yang lain, fonem konsonan /d/ pada bahasa Mk dan fonem konsonan /c/ pada bahasa Ft, serta fonem konsonan / đ / pada bahasa Or merupakan inovasi-inovasi dari fonem konsonan OFM */t/. 3) OFM */s/ OF */s/ split: Ft /s/ dan /h//#_ dan / V_V OF */h/ Or /s/ dan /Ø/ /#_ dan / V_V OFM OF Ft Or Arti *saka *saka saka saka sendok *soru *soru soru soru balur *asa *asa asa asa daun *asiri *asiri asiri asiri garam *suru *huru huru uru tanduk *siare *hiare hiyare iyare membayar *sina *hina hina ina menganyam *pusu *puhu puhu huu periuk *tasi *tahi tahi tai laut Data di atas menggambarkan bahwa protofonem konsonan OFM */s/ mengalami perengkahan (split) menjadi protofonem konsonan */s/ dan */h/ pada subkelompok OF. Artinya, kehadiran fonem konsonan */h/ pada subkelompok bahasa OF menurun dari kelompok bahasa OFM */s/ dalam bentuk inovasi.

23 78 Selanjutnya, protofonem konsonan OF */s/ mengalami perengkahan pula menjadi fonem konsonan /s/ dan /h/ pada bahasa Ft dan menjadi /s/ dan /Ø/ pada bahasa Or. Fenomena di atas memberi indikasi bahwa sangat dimungkinkan terjadinya /Ø/ pada bahasa Or mengalami proses menjadi fonem konsonan /h/ terlebih dahulu. Maksudnya, proses terjadinya /Ø/ pada bahasa Or bermula dari OFM */s/ menjadi OF */s/ dan selanjutnya mengalami inovasi menjadi Or /h/. Sebagaimana dimaklumi bahwa fonem konsonan /h/ sangat dimungkinkan menjadi /Ø/. Berdasarkan fakta di atas dapat dijelaskan bahwa kehadiran /h/ merupakan fonem konsonan inovasi dalam bentuk perengkahan (split) dari fonem konsonan OFM */s/, yang selanjutnya fonem konsonan /h/ menjadi /Ø/ pada bahasa Or. Pertanyaan yang muncul adalah bagaimanakah fonem konsonan /h/ itu terjadi? Apakah penjelasannya cukup seperti di atas? Untuk lebih lengkapnya penjelasan tentang eksistensi fonem konsonan /h/ pada kelompok bahasa OFM dapat dipaparkan sebagai berikut. Mk /h/, Ft /h/, dan Or /h/ berasal dari: Mk /h/: berasal dari OFM */s/ dan */p//#_ dan / V_V Ft /h/: berasal dari split OFM */s//#_ dan / V_V Or /h/: berasal dari split OFM */p//#_ dan / V_V a) Mk /h/: berasal dari OFM */s/ dan */p//#_ dan / V_V Data 1: Split: OFM */s/ Mk /s//#_ dan / V_V Mk /h//#_ dan / V_V OFM Mk Arti *saka saka sendok tempurung kelapa *sapu sabu jeruk *asa asa daun *muse misa panjat, mendaki *musuke musike menghisap *resini resi lebih *lasuna laihona bawang

24 79 *lausana laehana kehidupan stlh mati *kaisala kaihale kapas Data 1 di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /h/ pada bahasa Mk berasal dari perengkahan (split) protofonem konsonan OFM */s/. Artinya, protofonem konsonan OFM */s/ setelah sampai pada bahasa sekarang mengalami proses inovasi dalam bentuk perengkahan fonem menjadi fonem konsonan /h/ pada bahasa Mk. Dengan demikian, munculnya fonem konsonan /h/ pada bahasa Mk sekarang jelas hasil dari perengkahan protofonem konsonan OFM */s/ dalam bentuk inovasi fonem konsonan. Data 2: Split: OFM */p/ Mk /p//#_ dan / V_V Mk /h//#_ dan / V_V OFM Mk Arti *pata pata lintah *panu panu muka, wajah *puru puru buntung *kapa apo delapan *tapa tapa tumbuk *tepu tupu patah *pai la a hai la a berangkat *pe mau hai mau datang kemari *pe ha musim *tapule tehu membeli Data 2 di atas menunjukkan bahwa kehadiran fonem konsonan /h/ pada bahasa Mk sekarang tidak hanya hasil perengkahan (split) dari protofonem konsonan OFM */s/, tetapi juga hasil perengkahan (split) protofonem konsonan OFM *p/. Artinya, fonem konsonan /h/ yang sekarang juga merupakan bentuk inovasi juga dari protofonem konsonan OFM */p/. Berdasarkan data 1 dan data 2 di atas dapat disimpuklan bahwa fonem konsonan /h/ pada bahasa Mk merupakan hasil merger dari protofonem konsonan OFM */s/ dan OFM */p/ seperti tampak pada data di bawah ini. Merger: OFM */s/ Mk /h//#_ dan / V_V

25 80 OFM */p/ OFM Mk Arti *lasunu laihona bawang *lausuna laehana kehidupan stlh mati *kaisala (k)aihale kapas *pai la a hai la a berangkat *pe mau hai mau datang kemari *pe ha musim *tapule tehu membeli b) Ft /h/: berasal dari split OFM */s//#_ dan / V_V Data : OFM */s/ > OF */s/ Ft /s//#_ dan / V_V Ft /h//#_ dan / V_V OFM OF Ft Arti *saka *saka saka sendok tempurung kelapa *sapu *sapu sapu jeruk *sapuraki *sapuraki sapurika jeruk keprok *sapi *sapi safi sisir *asa *asa asa daun *musa *musa muse panjat, mendaki *musuke *musuke musuke menghisap *lasuna *lasuna lahuna bawang *lausana *lausana lauhana kehidupan stlh mati Data di atas menunjukkan bahwa fonem konsonan /h/ pada bahasa Ft dewasa ini merupaka fonem konsonan hasil atau bentuk perengkahan (split) dari protofonem konsonan OF */s/. Fonem konsonan OF */s/ itu sendiri merupakan retensi dari fonem konsonan OFM */s/. Artinya, fonem konsonan /h/ pada bahasa Ft merupakan bentuk inovasi dalam perjalanan panjangnya dari protofonem konsonan OFM */s/. penjelasannya. Bagaimanakah dengan fonem konsonan /h/ pada bahasa Or? Berikut ini

26 81 c) Or /h/: berasal dari split OFM */p//#_ dan / V_V OFM */p/ > OF */p/ Or /p//#_ dan / V_V Or /h//#_ dan / V_V OFM OF Or Arti *pata *pata pata (tiala) lintah *panu *panu panu muka, wajah *puru *puru puru buntung *kapa *kapa kapa delapan *tapa *tapa tapa tumbuk *tepu *tepu tepu patah *pala *pala hala bapak *pipi *pipi hihi kambing *parare *parare harare memaki *pura *pura huramu menjual *sapu *sapu sahu jeruk *api *api ahi ikan Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /h/ pada bahasa Or modern sekarang ini merupakan hasil perengkahan (split) dari protofonem konsonan OFM */p/ setelah melalui retensi OF */p/. Artinya, fonem konsonan /h/ pada bahasa Or merupakan fonem inovasi dari perjalanan panjang protofonem konsonan OFM */p/. Sebelum sampai pada Or /h/, fonem konsonan tersebut telah membentuk protonya sendiri dalam subkelompok OF yang selanjutnya berbelah kembali saat sampai pada bahasa Or seperti pada data berikut ini. d) Or /h/ menjadi / Ø//#_ dan / V_V OF */h/ Or /h//#_ dan / V_V Or/Ø//#_ dan / V_V OF Ft Or Arti *hela hela hela tarik paksa *hai hai hai sudah *heni heni heni sagu *horupe horupe hohore ajak *hura hira hura harga *tarupaha tarupaha tarhā berapa *hili hili ili perangkap *hiyare hiyare iyare membayar *hoto hoto oto hutan

27 82 *ha ate ha ate a ate tajam *hina hina ina menganyam *irawahu iravahu irawau banjir *wahini wahini waini gigi *wahu vahu wau mencuci Data di atas memperlihatkan bahwa protofonem konsonan OF */h/ setelah sampai pada bahasa Or mengalami perengkahan (split). Sebegian protofonem konsonan OF */h/ menjadi fonem konsonan Or /h/ dan sebagian lagi protofonem konsonan OF */h/ menjadi Or /Ø/. 4) OFM */w/ > OF /w/ Ft /w//#_ dan / V_V Ft /v//#_ dan / V_V OFM OF Ft Or Arti *wali *wali wali wali telinga *wala *wala wala wala melahirkan *watu *watu wacu wađu matahari *wasini *wasini wahini waini gigi *wetike *watike wetike wetke sentil *wata *wata vata wata kelapa *wuli *wele vele wele kulit *wari *wari vari wari sarang *walali *walale valale walale cepat *wari *wari vari wari dengar Data di atas merefleksikan bahwa protofonem konsonan OFM */w/ terpantul langsung pada OF sebagai */w/ dan mengalami perengkahan (split) menjadi fonem konsonan /w/ dan /v/ pada bahasa Ft. Artinya, kehadiran fonem konsonan /v/ pada bahasa Ft merupakan fonem konsonan inovasi dari proses perengkahan fonem konsonan OF */w/. Sementara itu, fonem konsonan /w/ pada bahasa Or, merupakan turunan dari OFM */w/ melalui OF */w/ dalam bentuk fonem konsonan retensi. 5) OFM */t/ Ft /c//#_ dan / V_V

28 83 */s/ OFM OF Ft Or Arti *watu *watu wacu wađu matahari *ata *ata aca ađa api *mata *mata maca mađa kelelawar *mete *mete mece međe makan *tu u * tu u cucu đuđu bumbung *tila *tila cila đila katak *ti iri *ti iri ci ire đu ure berat *asa *asa aca asa ayam *isa *isa ica isa rasa hati *umusina *umusina umucina umusina siuman *usute *usute ucute uste meminta *sapu *sapu sapu sahu jeruk bali *rasa *rasa rasa sele doa *soru *soru soru soru berlulur, balur Pada poin 2) di atas telah diuraikan bahwa fonem konsonan /c/ pada bahasa Ft berasal dari fonem konsonan OFM */t/ dan terpantul langsung dalam bentuk retensi */t/ pada subkelompok OF kemudian mengalami perengkahan (split) menjadi /t/ dan /c/ pada bahasa Ft. Pada data di atas dijelaskan pula bahwa selain fonem vokal /c/ pada bahasa Ft berasal dari perengkahan fonem konsonan OF */t/, fonem konsonan /c/ pada bahasa Ft juga berasal dari perengkahan (split) fonem konsonan OF */s/. Hal itu berarti bahwa terjadiya fonem konsonan /c/ pada bahasa Ft merupakan hasil merger dari fonem konsonan OFM */t/ dan */s/ melalui subkelompok OF. Dengan kata lain bahwa fonem konsonan /c/ pada bahasa Ft merupakan hasil inovasi dari fonem konsonan OF */t/ dan */s/. 6) OFM */V_V/ > OF */y/ > Or /y//#_ dan / V_V OFM OF Ft Or Arti *siare *hiyare hiyare iyare membayar *kaire *kayare kayare kataye lelah *tae *taya taya taya tidur *tae-tae *taya-taya taya-taya taya-taya berbaring *wae *waya waya waya getah, air dari *iyane iyane iyone begitu *iya iya iya kaki *hiyani hiyani iyani atas

29 84 *iyane iyane iyone begitu *iya iya iya kaki *yalu calu yalu jantan *yoni cone yoni jauh *aya (uta) aja (uta) aya (uta) hujan (turun) *yawalw jeuvale yawale kawin *naye nahe naye mencari *huye pohe huye rebus *a aye akahe a aye ngilu pada gigi Data di atas menunjukkan bahwa fonem semivokal /y/ mulai muncul pada subkelompok OF. Kemunculan protofonem konsonan OF */y/ terbentuk dari perpaduan dua fonem vokal yang salah satunya memiliki unsur fonem vokal OFM */i/ atau OFM */e/. Secara teoretis terbentuknya fonem semivokal /y/ sesuai dengan namanya bermula dari unsur fonem vokal /i/ kemudian berpadu dengan fonem vokal lainnya membentuk fonem semivokal /y/. Data di atas memperlihatkan bukti bahwa terbentuknya fonen semivokal /y/ berasal dari unsur fonem vokal /i/ atau fonem vokal /e/. Selanjutnya, protofonem semivokal OF */y/ tetap bertahan dalam bentuk retensi sebagai fonem semivokal /y/ pada bahasa Or. Sementara pada bahasa Ft, fonem semivokal /y/ tersebut mengalami perengkahan (split) menjadi Ft /y/, /c/, dan /j/. Dengan fakta di atas dapat dijelaskan bahwa fonem semivokal OF /y/ mengalami inovasi juga dalam bentuk fonem konsonan /c/ dan /j/. 7) Terbentuknya konsonan letup TB > B OFM */p/ > Mk /b/, OFM */t/ > Mk /d/, OFM */k/ > Mk /g/, OF */y/ > Ft /j/ dan OF */t/ > Or /đ//#_ dan / V_V Dalam perjalanan fonem konsonan dari kelompok bahasa OFM menuju subkelompok bahasa OF dan sampai pada bahasa Mk, Ft, dan Or telah mengalami berbagai perubahan fonem konsonan sebagaimana telah dijelaskan di atas. Salah satu ciri kelompok bahasa OFM sebagaimana telah diuraikan pada protofonem

30 85 konsonannya bahwa tidak ditemukannya protofonem konsonan letup bersuara. Setelah menempuh perjalanan panjang melalui OF dan akhirnya sampai pada bahasa sekarang telah mengalami perubahan menjadi terbentuknya konsonan tetup bersuara bilabial /b/, konsonan apiko-dental /d/, dan konsonan dorso-veler /g/ pada bahasa Mk. Pada bahasa Ft terbentuk konsonan letup bersuara mediopalatal /j/, dan pada bahasa Or terbentuk pula konsonan letup bersuara apikoalveolar aspirat /đ/. Proses terbentuknya konsonan letup bersuara tersebut terjadi berbeda-beda pada setiap bahasa. Berikut ini disajikan proses perubahan fonem menjadi fonem konsonan letup bersuara pada setiap bahasa. Bagan 26: Terbentuknya Fonem Konsonan Hambat Letup Bersuara Bahasa Mk Ft Or TB *p *t *k *t Hambat B b d g j đ Semivokal B *y T/ B Bilabial Apikoalveolar Dorsovelar Mediopalatal Apikoalveolar Untuk kejelasan bagan di atas berikut ini dipaparkan pula data yang mendukung proses perubahan protofonem-protofonem konsonan OFM dan OF menjadi fonem-fonem konsonan letup bersuara pada bahasa Mk, Ft, dan Or.. OFM OF Mk Ft Or Arti *pata pata lintah *puru puru buntung *panu panu wajah *tapa tapa tumbuk *pura bura jual *lopo lobo kandang *sapu sabu jeruk *tana *tutu *ate *nate tana tutu ate tena tangan minum pohon berdiri

31 86 *tupa dupa seruling *tila dila katak *tura dura tikus *kaire kaire lelah *kaili kaili bengkok *kaura kaura garuk *ka ara ga ara dingin *kaise gai mengasah *iyane iyane begitu *iya iya kaki *hiyani hiyani atas *iyane iyane begitu OFM OF Mk Ft Or Arti *aya (uta) aja (uta) hujan *yawalw jeuvale kawin *tana tana tangan *tepu tepu patah *tupurai tuhuru *ata ađa api *mata mađa kelelawar *mete međe makan * tu u đuđu bumbung Data di atas menunjukkan bahwa terbentuknya fonem-fonem konsonan hambat letup bersuara pada bahasa Mk terjadi akibat perengkahan (split) protofonem konsonan OFM */p/ menjadi Mk /p/ dan fonem konsonan hambat letup bersuara bilabial /b/, protofonem konsonan OFM */t/ menjadi Mk /t/ dan fonem konsonan hambat letup bersuara apiko-alveolar /d/, protofonem kononan OFM */k/ menjadi fonem konsonan Mk /k/ dan fonem konsonan hambat letup bersuara dorso-velar /g/. Terjadinya fonem konsonan hambat letup bersuara pada bahasa Ft akibat perengkahan (split) protofonem konsonan OF */y/ menjadi fonem konsonan Ft /y/ dan fonem konsonan hambat letup bersuara medio-palatal /j/. Terakhir, terbentuknya fonem konsonan hambat letup bersuara pada bahasa Or berasal dari perengkahan (split) protofonem konsonan OF */t/ menjadi fonem

32 87 konsonan Or /t/ dan fonem konsonan hambat letup bersuara apiko-alveolar aspirat /đ/. Berdasarkan fakta-fakta perubahan fonem konsonan yang terjadi, dapat disimpulkan evolusi fonem konsonan dari protofonem konsonan kelompok bahasa OFM menjadi protofonem konsonan subkelompok OF sampai pada fonem konsonan bahasa Or sebagai berikut. Cara Artikulasi Bagan 27: Evolusi Internal Fonem Konsonan Bahasa Or Tempat Artikulasi TB /B OMF Mk OF Ft Or bilabial TB *p P *p p p B b apiko-alveolar TB *t t *t t t B d đ Hambat letup TB c medio-palatal B j TB *k k dorso-velar B g glotal TB Geseran (frikatif) labio-dental TB f f

33 88 B v lamino-alveolar TB *s s *s s laringal TB h h h Semi-vokal bilabial B *w w medio-palatal B *y y y

BAB IX TEMUAN BARU. 9.1 Kekerabatan Bahasa Or lebih dekat dengan Ft daripada Mk

BAB IX TEMUAN BARU. 9.1 Kekerabatan Bahasa Or lebih dekat dengan Ft daripada Mk BAB IX TEMUAN BARU Berdasarkan penyajian dan analisis data yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya, berikut ini disajikan kristalisasi hasil penelitian sekaligus merupakan temuan baru disertasi ini. 9.1

Lebih terperinci

BAB X SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, simpulan hasil penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut.

BAB X SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, simpulan hasil penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut. BAB X SIMPULAN DAN SARAN 10.1 Simpulan Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan hipotesis yang diajukan serta fakta-fakta kebahasaan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, simpulan

Lebih terperinci

7.2.1 Penelusuran sistem perubahan fonem vokal OF. subkelompok bahasa OF dicermati pada setiap bentuk dan jenis perubahan bunyi

7.2.1 Penelusuran sistem perubahan fonem vokal OF. subkelompok bahasa OF dicermati pada setiap bentuk dan jenis perubahan bunyi 9 7.2 Rekonstruksi Protobahasa OF 7.2.1 Penelusuran sistem perubahan fonem vokal OF Penelusuran terhadap sistem perubahan fonem vokal yang terjadi pada subkelompok bahasa OF dicermati pada setiap bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertarik pada penelitian bahasa-bahasa Austronesia (AN), padahal telah lama

BAB I PENDAHULUAN. tertarik pada penelitian bahasa-bahasa Austronesia (AN), padahal telah lama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Para linguis historis komparatif Indonesia selama ini pada umumnya lebih tertarik pada penelitian bahasa-bahasa Austronesia (AN), padahal telah lama diakui bahwa di

Lebih terperinci

ANIS SILVIA

ANIS SILVIA ANIS SILVIA 1402408133 4. TATANAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI Kalau kita nmendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtutan bunyi bahasa yang terus menerus, kadang-kadang

Lebih terperinci

1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal

1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal 1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi Alat ucap dan alat bicara yang dibicarakan dalam proses memproduksi bunyi bahasa dapat dibagi atas tiga komponen, yaitu : a. Komponen subglotal

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. akal budi untuk memahami hal-hal tersebut. Sebuah konsep yang kita tulis harus

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. akal budi untuk memahami hal-hal tersebut. Sebuah konsep yang kita tulis harus BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kridalaksana (1984:106), konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan

Lebih terperinci

DAFTAR LAMBANG. 1. Tanda tambah (+) : menyatakan dengan. 2. Tanda kurung siku ([...]) : menyatakan unsur fonetis

DAFTAR LAMBANG. 1. Tanda tambah (+) : menyatakan dengan. 2. Tanda kurung siku ([...]) : menyatakan unsur fonetis DAFTAR LAMBANG Tanda-tanda yang digunakan penyajian hasil analisis data dalam penelitian, yaitu : 1. Tanda tambah (+) : menyatakan dengan 2. Tanda kurung siku ([...]) : menyatakan unsur fonetis 3. Tanda

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode wawancara dengan teknik cakap, catat, dan rekam (Sudaryanto, 1988:7).

BAB III METODE PENELITIAN. metode wawancara dengan teknik cakap, catat, dan rekam (Sudaryanto, 1988:7). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara dengan teknik cakap, catat, dan rekam (Sudaryanto, 1988:7). Dalam

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. diajukan serta fakta-fakta kebahasaan yang telah dipaparkan pada bab-bab

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. diajukan serta fakta-fakta kebahasaan yang telah dipaparkan pada bab-bab 8.1 Simpulan BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan hipotesis yang diajukan serta fakta-fakta kebahasaan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, simpulan

Lebih terperinci

Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi

Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : 1402408261 4. Tataran Linguistik (1) : fonologi Ketika kita mendengar orang berbicara, tentang berpidato atau bercakapcakap, maka kita akan runtunan bunyi bahasa yang berubah-ubah.

Lebih terperinci

BAB 4 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

BAB 4 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI BAB 4 Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa. Fonologi terbentuk dari kata fon = bunyi dan logi

Lebih terperinci

EVOLUSI FONOLOGIS BAHASA OIRATA DAN KEKERABATANNYA DENGAN BAHASA-BAHASA NONAUSTRONESIA DI TIMOR LESTE

EVOLUSI FONOLOGIS BAHASA OIRATA DAN KEKERABATANNYA DENGAN BAHASA-BAHASA NONAUSTRONESIA DI TIMOR LESTE EVOLUSI FONOLOGIS BAHASA OIRATA DAN KEKERABATANNYA DENGAN BAHASA-BAHASA NONAUSTRONESIA DI TIMOR LESTE Disertasi untuk memperoleh Gelar Doktor pada Program Doktor, Program Studi Linguistik Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam waktu tersebut (Keraf

BAB II KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam waktu tersebut (Keraf BAB II KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Linguistik Historis Komparatif Linguistik historis komparatif adalah cabang ilmu bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab III ini menjelaskan prosedur untuk menjawab pertanyaan yang ada dalam penelitian. Pemaparan pada bab ini dimulai dengan permasalahan penelitian, metode penelitian, sumber

Lebih terperinci

JMSC Tingkat SD/MI2017

JMSC Tingkat SD/MI2017 I. Pilihlah jawaban yang benar dengan cara menyilang (X)abjad jawaban pada lembar jawaban kerja yang disediakan. 1. Pada sore hari jika kita menghadap pada matahari, bayangan tubuh kita tampak lebih...

Lebih terperinci

Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp / Telp. (0274) atau

Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp / Telp. (0274) atau Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp 08121575726/ 0274-7817575 Telp. (0274) 882481 Email: hermanuny@yahoo.com atau hermansp@uny.ac.id 1 ORGAN ARTIKULASI Bibir atas (labium superior) Bibir bawah (labium imperior)

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia

Assalamu alaikum Wr. Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia Assalamu alaikum Wr. Wb Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA Bahasa yang terpenting di kawasan Republik Indonesia

Lebih terperinci

ANEKA RESEP OBAT TRADISIONAL ASLI INDONESIA

ANEKA RESEP OBAT TRADISIONAL ASLI INDONESIA ANEKA RESEP OBAT TRADISIONAL ASLI INDONESIA UNTUK PENYAKIT SEHARI-HARI * Penurun panas, batuk, dan pilek Parut bawang merah, tambahkan minyak telon, lalu balurkan pada punggung sampai bagian pantat sambil

Lebih terperinci

Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : BAB 4 FONOLOGI

Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : BAB 4 FONOLOGI Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : 1402408303 BAB 4 FONOLOGI Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari tentang runtutan bunyibunyi bahasa. Fonologi dibedakan menjadi dua berdasarkan objek studinya,

Lebih terperinci

BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI NAMA : TAUFIQ SHOFYAN HADI NIM : 1402408291 BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI Kalau kita mendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtunan bunyi bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal tersebut menjadikan Indonesia mempunyai kekayaan kebudayaan yang sangat beraneka ragam. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM

BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM A. PENGANTAR Fonologi adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa. Fonologi secara Etimologi berasal dari kata fon, yang artinya bunyi dan logi yang berarti ilmu. Fonologi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam melakukan sebuah penelitian, tentu harus ada acuan atau teori-teori yang digunakan oleh peneliti. Begitu pula dalam penelitian ini. Penelitian tentang gejala kelainan pelafalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bagian ini, dipaparkan mengenai pendahuluan penelitian yang dapat diuraikan sebagai berikut. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa. Adapun yang dimaksud dengan

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa. Adapun yang dimaksud dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa. Adapun yang dimaksud dengan bahasa adalah alat komunikasi verbal manusia yang berwujud ujaran yang dihasilkan oleh alat

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pembahasan dalam bab V terbagi menjadi dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan dan saran berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV sebelumnya. 5.1 Simpulan Tujuan utama penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (bahasa tua) sampai ke bahasa yang sekarang kita gunakan. Menurut Keraf

BAB I PENDAHULUAN. (bahasa tua) sampai ke bahasa yang sekarang kita gunakan. Menurut Keraf BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa-bahasa mengalami perubahan dan perkembangan dari bahasa Proto (bahasa tua) sampai ke bahasa yang sekarang kita gunakan. Menurut Keraf (1996:29), bahasa Proto

Lebih terperinci

Kunci Jawaban. 2. Tengkorak 4. Pergerakan tubuh 6. Pembentukan sel darah 8. Sklera, iris, dan pupil 10. Lidah

Kunci Jawaban. 2. Tengkorak 4. Pergerakan tubuh 6. Pembentukan sel darah 8. Sklera, iris, dan pupil 10. Lidah Kunci Jawaban Ayo Berlatih 1.1 2. Karena tulang dada dan tulang rusuk tersusun menjadi satu rangkaian yang membentuk ruang sebagai tempat perlindungan jantung dan paru-paru. Ayo Berlatih 1.2 2. Mata: memakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Indonesia. Please purchase 'e-pdf Converter and Creator' on to remove this message.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Indonesia. Please purchase 'e-pdf Converter and Creator' on  to remove this message. 13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Berkaitan dengan permasalahan dan tujuan yang telah diungkapkan dalam bab sebelumya, penulis akan menggunakan berbagai teori dalam bab ini. Teori yang akan digunakan

Lebih terperinci

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 diuraikan bagian pendahuluan penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY), dan Jawa Timur. Anggota masyarakat bahasa biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY), dan Jawa Timur. Anggota masyarakat bahasa biasanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alat interaksi yang hanya dimiliki manusia (Chaer dan Agustina,2010:11). Bahasa Jawa (BJ) merupakan salah satu

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SD Mata Pelajaran : Seni Budaya dan Keterampilan Kelas/Semester : 1/1 Tema : Diri Sendiri Standar Kompetensi : Seni Rupa 1. Mengapresiasi karya seni rupa.

Lebih terperinci

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini PENJAGAL ANGIN Tri Setyorini Awal yang ku lihat adalah abu putih yang berterbangan. Pikirku itu adalah salju yang menyejukkan. Namun ternyata bukan karena abu ini justru terasa panas dan membakar telapak

Lebih terperinci

BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR FONOLOGI BAHASA NUSANTARA

BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR FONOLOGI BAHASA NUSANTARA BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR FONOLOGI BAHASA NUSANTARA 1. Nama Mata kuliah : Fonologi Bahasa Nusantara 2. Kode/SKS : BDN 120 1/2 SKS 3. Prasyarat : Pengantar

Lebih terperinci

kekinian. Atas dasar itulah bahasa Or dikaji dan dianalisis dari berbagai

kekinian. Atas dasar itulah bahasa Or dikaji dan dianalisis dari berbagai 88 8.2 Evolusi Eksternal Bahasa Oirata Perubahan bahasa dalam bentuk evolusi selain karena terjadi secara internal pada kelompok itu yang bersifat alamiah dapat juga terjadi karena faktorfaktor lingkungan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN)

PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN) 1 Syamsudduha 2 Mahmudah / Penggunaan Segmental Melalui Penerapan Teknik 515 PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN) 1 Syamsudduha 2 Mahmudah

Lebih terperinci

FONOLOGI BUNYI KONSONAN (Soalan Sebenar STPM: )

FONOLOGI BUNYI KONSONAN (Soalan Sebenar STPM: ) Bahasa Melayu Kertas 1 STPM FONOLOGI BUNYI KONSONAN (Soalan Sebenar STPM: 2006-2010) 01 Udara dari paru-paru keluar melalui rongga mulut. Udara tersekat pada dua bibir yang dirapatkan. Udara dilepaskan

Lebih terperinci

BAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya

BAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya BAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya Manusia dalam hidupnya selalu berkomumkasi dengan manusia yang lain lewat bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dengan pendengar berupa bunyi-bunyi.

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Ekologi. Faktor Biotik

Prinsip-Prinsip Ekologi. Faktor Biotik Prinsip-Prinsip Ekologi Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktora biotik antara lain suhu, air, kelembapan,

Lebih terperinci

BAB 4 TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI

BAB 4 TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI BAB 4 TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.pada bidang linguistic yang mempelajari, menganalisis,dan membicarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada bentuknya yang sekarang sudah pasti bahasa-bahasa itu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada bentuknya yang sekarang sudah pasti bahasa-bahasa itu mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa-bahasa yang hidup dewasa ini tidak muncul begitu saja. Sebelum sampai pada bentuknya yang sekarang sudah pasti bahasa-bahasa itu mengalami perjalanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu suatu metode yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari suatu perlakuan (intervensi) yang

Lebih terperinci

Penggolongan Hewan. Jenis makanan Tempat hidup Cara berkembang tubuh. Beranak. Bertelur. Bagan penggolongan hewan.

Penggolongan Hewan. Jenis makanan Tempat hidup Cara berkembang tubuh. Beranak. Bertelur. Bagan penggolongan hewan. Penggolongan Hewan Jenis makanan Tempat hidup Cara berkembang biak Cara bergerak Penutup tubuh Tumbuhan Darat Beranak Berjalan Rambut Daging Air Bertelur Terbang Bulu Segala Amfibi Melompat Sisik Berenang

Lebih terperinci

3/10/2012 TEKNIK VOKAL. Oleh WING W PANDU.

3/10/2012 TEKNIK VOKAL. Oleh WING W PANDU. 3/10/2012 TEKNIK VOKAL Oleh WING W PANDU www.rumahseni2.net TEKNIK VOKAL Oleh WING W PANDU Bernyanyi merupakan sebuah kegiatan seni yang paling murah dalam hal sarana. Karena semua alat sudah dimiliki

Lebih terperinci

FONOLOGI MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S. Pd. M.

FONOLOGI MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S. Pd. M. FONOLOGI MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S. Pd. M. Pd oleh: Konsentrasi Bahasa Indonesia Semester 7 Kelompok

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS. Studi komparatif pertama yang meliputi seluruh rumpun bahasa Austronesia adalah

BAB II KERANGKA TEORETIS. Studi komparatif pertama yang meliputi seluruh rumpun bahasa Austronesia adalah BAB II KERANGKA TEORETIS Ada banyak pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai masalah ini. Studi komparatif pertama yang meliputi seluruh rumpun bahasa Austronesia adalah hasil kajian Dempwolff

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 153 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil analisis yang peneliti lakukan terhadap perubahan fonem pelafalan lirik lagu berbahasa Indonesia dengan menggunakan karakter suara scream dan growl

Lebih terperinci

SULAWESI TENGAH. Elly Lasmanawati

SULAWESI TENGAH. Elly Lasmanawati SULAWESI TENGAH Elly Lasmanawati Program Studi Pendidikan Tata Boga Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia 2010 Selayang Pandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. amatlah perlu mengkaji keberadaan bahasa itu sendiri. Demikian pula bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. amatlah perlu mengkaji keberadaan bahasa itu sendiri. Demikian pula bahasa yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia, maka amatlah perlu mengkaji keberadaan bahasa itu sendiri. Demikian pula bahasa yang perlu dikaji

Lebih terperinci

Harimurti Kridalaksana FONETIK. Definisi dari Para Linguis 21/03/2014. Kamus Linguistik. Fonologi Jepang

Harimurti Kridalaksana FONETIK. Definisi dari Para Linguis 21/03/2014. Kamus Linguistik. Fonologi Jepang FONETIK Pengantar Linguistik Jepang Fonetik 10 Maret 2014 DEFINISI Definisi dari Para Linguis Harimurti Kridalaksana Kamus Linguistik Sheddy N. Tjandra Fonologi Jepang Harimurti Kridalaksana 1. Ilmu yang

Lebih terperinci

KOMPETENSI LULUSAN. Berkomunikasi tertulis. Berfikir Analitis. Bekerja dalam Tim. Berfikir Logis. Bekerja Mandiri. Berkomunikasi Lisan

KOMPETENSI LULUSAN. Berkomunikasi tertulis. Berfikir Analitis. Bekerja dalam Tim. Berfikir Logis. Bekerja Mandiri. Berkomunikasi Lisan KOMPETENSI LULUSAN Berkomunikasi tertulis Berfikir Analitis Bekerja dalam Tim Ilmu Pengetahuan Teknologi Bekerja Mandiri Berfikir Logis Berkomunikasi Lisan Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp 08121575726/ 0274-7817575

Lebih terperinci

MATERI KELAS 1. B. Indonesia

MATERI KELAS 1. B. Indonesia MATERI KELAS 1 TEMA 1 SUB TEMA 1 : Diriku : Aku dan Teman Baru B. Indonesia 1. Mengenal huruf a-z melalui lagu. a. Mengenal dan melafalkan huruf vokal : a, i, u, e, o b. Mengenal dan melafalkan huruf konsonan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem penulisan tidak dapat menggambarkan bunyi yang diucapkan oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. sistem penulisan tidak dapat menggambarkan bunyi yang diucapkan oleh manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa merupakan pengalaman universal yang dimiliki oleh manusia. Bahasa adalah sistem bunyi ujar. Bunyi bahasa yang tidak sesuai diucapkan oleh seorang pengguna

Lebih terperinci

Bahasa sebagai realisasi budaya manusia mengalami perubahan dan. dan perkembangan pola kehidupan manusia sebagai pemilik dan pengguna

Bahasa sebagai realisasi budaya manusia mengalami perubahan dan. dan perkembangan pola kehidupan manusia sebagai pemilik dan pengguna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai realisasi budaya manusia mengalami perubahan dan perkembangan dalam perjalanan waktunya. Hal itu dimungkinkan oleh perubahan dan perkembangan pola kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pernah diteliti. Tetapi penelitian yang relevan sudah pernah ada, yakni sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pernah diteliti. Tetapi penelitian yang relevan sudah pernah ada, yakni sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Sepanjang pengetahuan peneliti permasalahan tentang Kajian Historis Komparatif pada Bahasa Banggai, Bahasa Saluan, dan Bahasa Balantak belum pernah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir semua anak yang dilahirkan. Kemampuan itu dapat diperoleh tanpa harus memberikan pengajaran khusus

Lebih terperinci

HMT Fonetik dan Fonologi Bahasa Melayu Lanjutan

HMT Fonetik dan Fonologi Bahasa Melayu Lanjutan UNIVERSITI SAINS MALAYSIA Peperiksaan Semester Pertama Sidang Akademik 2001/2002 September 2001 HMT 501 - Fonetik dan Fonologi Bahasa Melayu Lanjutan Masa : 3 jam Sila pastikan bahawa kertas peperiksaan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Ciri akustik penutur asli BK dan penutur asli BI, serta perbedaan ciri akustik pada penutur asli BK dan penutur asli BK adalah sebagai berikut. 1. Nada tertinggi penutur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pra Tindakan Setelah peneliti melaksanakan pengumpulan data, maka dapat disajikan data tentang kemampuan penguasaan kosa kata siswa

Lebih terperinci

Berlatih Membuat dan Mengetahui Sesuatu

Berlatih Membuat dan Mengetahui Sesuatu Bab 1 Berlatih Membuat dan Mengetahui Sesuatu M e n u U t a m a Peta Konsep Berlatih Membuat dan Mengetahui Sesuatu dibahas Memahami petunjuk dan cerita anak Bercerita dan menanggapi Memahami teks Menulis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bahwa di Wakatobi terdapat dua kelompok bahasa yaitu kelompok Wangi-Wangi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bahwa di Wakatobi terdapat dua kelompok bahasa yaitu kelompok Wangi-Wangi 180 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kajian relasi kekerabatan bahasa-bahasa di Wakatobi memperlihatkan bahwa di Wakatobi terdapat dua kelompok bahasa yaitu kelompok Wangi-Wangi sebagai bahasa tersendiri dan

Lebih terperinci

SUBTITUSI KONSONAN PADA PENDERITA DISARTRIA. Retno Handayani Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdiknas

SUBTITUSI KONSONAN PADA PENDERITA DISARTRIA. Retno Handayani Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdiknas SUBTITUSI KONSONAN PADA PENDERITA DISARTRIA FON PENDAHULUAN Retno Handayani Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdiknas retno.hdyn@gmail.com Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi terasa mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Melayik, termasuk Kerinci dan Iban. Selain bahasa-bahasa tersebut, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Melayik, termasuk Kerinci dan Iban. Selain bahasa-bahasa tersebut, bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Minangkabau merupakan bahasa yang masuk ke dalam kelompok bahasa Melayik, termasuk Kerinci dan Iban. Selain bahasa-bahasa tersebut, bahasa Melayu Standar, Serawai,

Lebih terperinci

ULANGAN KENAIKAN KELAS IPA KELAS 4. I. Berilah tanda silang (x) pada huruf A,B,C dan D pada jawaban yang benar!

ULANGAN KENAIKAN KELAS IPA KELAS 4. I. Berilah tanda silang (x) pada huruf A,B,C dan D pada jawaban yang benar! ULANGAN KENAIKAN KELAS IPA KELAS 4 I. Berilah tanda silang (x) pada huruf A,B,C dan D pada jawaban yang benar! 1. Perhatikan gambar di bawah ini! Gaya yang dilakukan pada lomba seperti pada gambar di atas

Lebih terperinci

14 Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami dan Terbukti Ampuh

14 Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami dan Terbukti Ampuh 14 Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami dan Terbukti Ampuh Written by Rosalia in Beauty Tips Sebelum membahas lebih lanjut mengenai berbagai cara menghilangkan komedo, terlebih dahulu kita harus tahu

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia. dinolingo.com

Bahasa Indonesia. dinolingo.com Bahasa Indonesia Halo! Apa kabar? Halo! Saya baikbaik saja! 1 Bahasa indonesia kucing anjing dua ekor anjing Seekor kucing dan seekor anjing. burung ikan monyet monyet-monyet harimau badak gorila jerapah

Lebih terperinci

MADURA. Dra. Elly lasmanawati.msi

MADURA. Dra. Elly lasmanawati.msi MADURA Dra. Elly lasmanawati.msi Program Studi Pendidikan Tata Boga Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia 2010 Keadaan daerah

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd.

Disusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd. Disusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : 1402408022 Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd. PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Lebih terperinci

BAB 1 AKU DAN PULAU PISANG

BAB 1 AKU DAN PULAU PISANG BAB 1 AKU DAN PULAU PISANG Jari ini berjalan begitu saja, seiring angan yang tidak pernah berhenti berharap. Merasa sebuah mimpi yang tidak pernah akan terwujud, harapan yang tidak pernah akan tercapai.

Lebih terperinci

Asal Mula Candi Prambanan

Asal Mula Candi Prambanan Asal Mula Candi Prambanan Zaman dahulu ada sebuah kerajaan di Pengging. sang raja mempunyai seorang putera bernama Joko Bandung. Joko bandung adalah seorang pemuda perkasa, seperti halnya sang ayah, ia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ana Roviana Purnamasari, 2015 Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells s Palsy

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ana Roviana Purnamasari, 2015 Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells s Palsy BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi (Chaer, 2002:30). Bahasa merupakan alat terpenting dalam berkomunikasi antar manusia. Pada hakikatnya manusia

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Empat Puluh Tahun

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Empat Puluh Tahun Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Empat Puluh Tahun Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh : Janie Forest Disadur oleh: Lyn Doerksen Diterjemahkan oleh: Widi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kearbitreran bahasa menyebabkan banyak sekali bahasa-bahasa di dunia. Kearbitreran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Kearbitreran bahasa menyebabkan banyak sekali bahasa-bahasa di dunia. Kearbitreran bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kearbitreran bahasa menyebabkan banyak sekali bahasa-bahasa di dunia. Kearbitreran bahasa terjadi karena antara lambang dengan yang dilambangkannya tidak memiliki hubungan

Lebih terperinci

Pertama Kali Aku Mengenalnya

Pertama Kali Aku Mengenalnya 1 Pertama Kali Aku Mengenalnya Aku berhasil menjadi kekasihnya. Laki-laki yang selama 4 tahun sudah aku kagumi dan cintai. Aku pertama kali bertemu dengannya ketika aku duduk di bangku SMP. Saat itu hidupku

Lebih terperinci

JMSO Tingkat SD/MI 2015

JMSO Tingkat SD/MI 2015 Pilihlah jawaban yang benar dari soal-soal berikut dengan cara menyilang abjad jawaban yang benar pada lembar jawaban kerja yang disediakan. 1. Jenis gerakan yang dilakukan oleh anggota gerak bawah contohnya

Lebih terperinci

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9 SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9 1. Di suatu siang yang terik, seekor burung pipit tengah asik menikmati buah Delima kesukaannya. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh teriakan

Lebih terperinci

ASIMILASI DALAM ISOLEK BONAI ULAKPATIAN. Zainal Abidin

ASIMILASI DALAM ISOLEK BONAI ULAKPATIAN. Zainal Abidin ASIMILASI DALAM ISOLEK BONAI ULAKPATIAN Zainal Abidin Balai Bahasa Provinsi Riau Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jalan Binawidya, Kompleks Universitas Riau, Panam, Pekanbaru, 28293 Pos-el: zainalwong@gmail.com

Lebih terperinci

Seru sekali lomba lari itu! Siapa yang lebih dulu tiba di lapangan, dialah yang menjadi pemenang...

Seru sekali lomba lari itu! Siapa yang lebih dulu tiba di lapangan, dialah yang menjadi pemenang... SODIS BOTOL AJAIB Seru sekali lomba lari itu! Mereka berlari sekencang-kencangnya untuk memenangkan perlombaan. 4 5 Pada suatu pagi di hari Minggu, Ani dan Ayah berjalan-jalan. Sesampai di dekat lapangan,

Lebih terperinci

Pendahuluan. 4-Nov-16 Adi Yasran, UPM

Pendahuluan. 4-Nov-16 Adi Yasran, UPM Nota Kuliah BBM3202 Pendahuluan Fitur Distingtif (ciri pembeza) ialah unit terkecil nahu yang membezakan makna. Cth: Pasangan minimal [pagi] dan [bagi] yang dibezakan maknanya pada fitur tak bersuara [p]

Lebih terperinci

BBM 2: CARA MEMBENTUK FONEM BAHASA INDONESIA

BBM 2: CARA MEMBENTUK FONEM BAHASA INDONESIA BBM 2: CARA MEMBENTUK FONEM BAHASA INDONESIA Iyos A. Rosmana PENDAHULUAN Bahan Belajar Mandiri (BBM) 2 ini membahas cara membentuk fonem bahasa Indonesia. Tujuan penulisan BBM ini agar Anda dapat mengetahui

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6 SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6 1. Merpati, Elang, dan Bangau akan pamer kecepatan. Setelah semua siap, Rajawali memberi aba-aba. Tapi belum hitungan ketiga,

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia (Pertemuan

Bahasa Indonesia (Pertemuan Bahasa Indonesia (Pertemuan 2) TKJ Trunojoyo Semester 3 Menyimak untuk Memahami Lafal, Tekanan, Intonasi dan Jeda pada Bahasa Tutur Definisi Menyimak menggunakan indra pendengaran, namun bukan berarti

Lebih terperinci

bab 1 bilangan aku dan keluargaku lingkunganku tema

bab 1 bilangan aku dan keluargaku lingkunganku tema bab 1 tema aku dan keluargaku lingkunganku bilangan namaku bayu rumahku di jalan pemuda nomor 1 aku sangat sayang kepada ayah dan ibu saudaraku 2 orang kakakku bernama salfa adikku bernama gagah aku juga

Lebih terperinci

LAPORAN BACA. OLEH: Asep Saepulloh ( ) Hikmat Hamzah Syahwali ( ) Suherlan ( )

LAPORAN BACA. OLEH: Asep Saepulloh ( ) Hikmat Hamzah Syahwali ( ) Suherlan ( ) LAPORAN BACA OLEH: Asep Saepulloh (180210110037) Hikmat Hamzah Syahwali (180210110035) Suherlan (180210110036) Identitas Buku Judul : Linguistik Umum (Bagian 4 TATARAN LINGUISTIK [1]: FONOLOGI halaman

Lebih terperinci

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa Pengantar Aspek Fisiologis Bahasa Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober 2014 Aspek Fisiologis Bahasa WUJUD FISIK BAHASA Ciri2 fisik bahasa yg dilisankan Aspek Fisik Bahasa Bgmn bunyi bahasa itu dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian sangat dibutuhkan karena bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang diteliti tersebut, agar apa yang diharapkan dapat tercapai. Metode yang digunakan dalam

Lebih terperinci

Unit 3 FONOLOGI BAHASA INDONESIA. Munirah. Pendahuluan

Unit 3 FONOLOGI BAHASA INDONESIA. Munirah. Pendahuluan Pendahuluan Unit 3 FONOLOGI BAHASA INDONESIA Munirah Dalam pengajaran bahasa, hendaknya linguistik sebagai ilmu dasarnya perlu diperkuat dan diperhatikan. Fonologi merupakan bagian dari subdisiplin linguistik

Lebih terperinci

Berbagi Kehangatan Masakan Kambing Bango

Berbagi Kehangatan Masakan Kambing Bango Berbagi Kehangatan Masakan Kambing Bango Jelang Perayaan Idul Adha Daging Kambing Daging g kambing cukup menjadi favorit dan disukai oleh para penggemar kuliner Beberapa kendala yang ada berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya selaku warga negara, mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemelajar bahasa Inggris yang berlatar belakang bahasa Jawa (Javanese

BAB I I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemelajar bahasa Inggris yang berlatar belakang bahasa Jawa (Javanese BAB I I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemelajar bahasa Inggris yang berlatar belakang bahasa Jawa (Javanese Learners of English or JLE) rata-rata mempunyai kebiasaan untuk mengucapkan bunyibunyi bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. penelitian ini. Hasil-hasil penelitian tersebut menyangkut bahasa Or dan linguistik

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. penelitian ini. Hasil-hasil penelitian tersebut menyangkut bahasa Or dan linguistik BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Beberapa hasil penelitian yang relevan patut dikaji berkaitan dengan objek penelitian ini. Hasil-hasil penelitian tersebut menyangkut

Lebih terperinci

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi 1 Nadia Eliora Yuda Putri Bahasa Indonesia 7 13 September 2012 Pelarian Jauh Di Hutan Duarr! Bunyi ledakan bom tentara-tentara Jepang. Setelah ledakan pertama itu, orang-orang di desaku menjadi kalang

Lebih terperinci

DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DEIKSIS JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA PADA ANAK USIA DINI (Kajian Psikolinguistik: Pemerolehan Fonologi Pada Anak Usia 2 Tahun) Mudopar Universitas Swadaya Gunung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Dephut, 1998): Kingdom : Plantae Divisio : Spematophyta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri

BAB I PENDAHULUAN. kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbriter yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana,1983).

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam KBBI konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami

Lebih terperinci

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA 1 Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 10 : 34a. 37-43 Kami telah makan dan minum bersama dengan Yesus setelah Ia bangkit dari antara orang mati. Bacaan diambil dari Kisah Para

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASILATIHAN SOAL 1.2

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASILATIHAN SOAL 1.2 SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASILATIHAN SOAL 1.2 1. Merawat Kulit Agar Tetap Sehat Secara Alami Tiap wanita tentu ingin memiliki kulit putih dan bersih supaya selalu tampak

Lebih terperinci