LAYANG PRB. Huntap Diharapkan Selesai Akhir Mengungsi (Lagi) Demi Rumah Baru. Eling lan waspada ngadhepi bebaya. Edisi Oktober-November 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAYANG PRB. Huntap Diharapkan Selesai Akhir Mengungsi (Lagi) Demi Rumah Baru. Eling lan waspada ngadhepi bebaya. Edisi Oktober-November 2012"

Transkripsi

1 LAYANG Eling lan waspada ngadhepi bebaya Urun Rembug Urip Bahagia : Relokasi Beriringan dengan Pemulihan Ekonomi dan Halaman 2 Info Jogja & Jateng Musim Hujan, Waspadai Banjir Lahar Dingin Halaman 5 Opini Dua Tahun Pascaerupsi : Pelajaran dari Merapi Halaman 6 Huntap Diharapkan Selesai Akhir 2012 Warga terdampak erupsi Merapi yang sudah mendapat rumah di Huntap Batur, Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, bergotong royong membangun jalan awal Oktober lalu. Mengungsi (Lagi) Demi Rumah Baru Sudah beberapa minggu terakhir Purwaningsih (49) dan Argomulyo. Awal tahun 2012, lokasi Huntara Kuwang keluarganya kembali ke rumah lamanya di Dusun Kliwang, ditetapkan menjadi lokasi Huntap. Oleh karena itu, Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY. beberapa bulan lalu Huntara Kuwang dibongkar sehingga Rumah itu sebenarnya sudah ia tinggalkan karena terkena ia dan penghuni lainnya harus kembali mengungsi sampai banjir lahar dingin pada awal 2011 silam. Namun ia rumah baru mereka selesai dibangun. Para tetangga yang memutuskan kembali ke rumah itu karena tempat rumahnya masih bisa dipakai juga kembali ke Kliwang. Tapi tinggalnya di hunian sementara (Huntara) dibongkar untuk kan ada juga tetangga yang separuh rumahnya terendam dijadikan lokasi hunian tetap (Huntap). pasir, jadi ya mereka harus cari tempat lain untuk tinggal Waktu ada banjir lahar, rumah saya hanya diputari pasir, sementara, ujarnya. jadi masih berdiri dan bisa ditempati. Sebelum pindah ke Purwaningsih menyadari betul bahwa rumahnya di sini lagi, rumah tinggal dibersihkan saja, ujarnya, Selasa Kliwang masuk dalam area yang tidak layak huni. Banjir (6/11). lahar dingin bisa kembali sewaktu-waktu, terutama pada Saat lahar dingin membanjiri Dusun Kliwang awal 2011 musim penghujan. Oleh karena itu, ia tidak sabar untuk silam, Purwaningsih mengungsi di Huntara Kuwang, Desa segera pindah ke rumah barunya (bersambung ke hlm. 7) YOGYAKARTA Mendekati akhir 2012, pembangunan hunian tetap (Huntap) bagi sebagian warga yang terkena dampak erupsi Gunung Merapi 2010 baru dimulai. Melihat perkembangan tersebut, penyelesaian pembangunan seluruh Huntap yang ditargetkan selesai pada akhir 2012 terancam meleset dari target. Wijang Wijanarko, Urban Design Expert National Management Consultant Rekompak (Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas) selaku lembaga yang mendapat wewenang untuk membangun Huntap, mengakui proses pembangunan Huntap berjalan agak lamban. Hingga awal November, dari total target pembangunan rumah, baru rumah yang selesai dibangun (lihat tabel). Selebihnya masih berstatus penyelesaian fisik, dan 378 rumah baru menginjak persiapan pembangunan. Jika akhir 2012 tidak selesai, penyelesaian diusahakan awal 2013, jelasnya saat ditemui, Selasa (6/11). Menurut dia, lambannya pembangunan Huntap dipengaruhi banyak faktor. Salah satunya adalah alur kerja yang panjang karena harus mengedepankan keterlibatan warga calon penghuni Huntap. Mereka terlibat mulai dari tahap persiapan, pengorganisasian relawan, peninjauan rencana desa, hingga penyusunan rencana penataan permukiman dan penentuan wilayah aman huni. Warga juga menyusun rancangan teknis penataan lingkungan dan permukiman, mengajukan pencairan Bantuan Dana Lingkungan (BDL) maupun Bantuan Dana Rumah (BDR), serta membentuk Kelompok Pemukim (KP). Jadi sebenarnya yang lebih penting dari semua proses itu bukanlah pembangunan rumahnya. Rumah hanya sarana untuk meningkatkan kapasitas warga dalam pengurangan risiko bencana. Ada penyadaran di situ. Ini bukan hanya proses memindahk an rumah, melaink an juga memindahkan kehidupan warga, terang Wijang. Faktor lainnya adalah proses pelepasan lahan lokasi Huntap di sejumlah wilayah yang berjalan alot. Hal ini berdampak pada mundurnya proses penyiapan lahan untuk pembangunan Huntap. Selain itu, sejumlah warga yang tinggal di kawasan rawan bencana (KRB) III menolak direlokasi ke Huntap. Mereka adalah warga di Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul, dan Srunen di Desa Glagaharjo, serta Dusun Pangukrejo di Desa Umbulharjo. (bersambung ke hlm. 7)

2 URUN REMBUG LAYANG 2 TAJUK Negara Wajib Penuhi Relokasi Beriringan dengan Hak Korban Bencana Pemulihan Ekonomi dan Alinea empat Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 menyebutkan, salah tujuan dibentuknya Pemerintahan Republik Indonesia adalah melindungi segenap bangsa. Pernyataan tersebut menunjukan komitmen negara untuk melindungi warganya dari ancaman, termasuk ancaman bencana yang dalam satu dekade terakhir ini begitu sering terjadi di Indonesia. Dalam konteks tersebut, pemerintah telah menetapkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana sebagai pedoman utama dalam menghadapi ancaman bencana. Dengan aturan itu, melindungi segenap bangsa dari ancaman bencana menjadi tugas wajib bagi pemerintah. Oleh karena itu, ketika ada bencana di wilayah NKRI, pemerintah harus segera ber tindak untuk meringankan beban masyarakat yang terkena dampak bencana. Hak-hak warga yang terkena bencana telah diatur dengan jelas dalam UU No.24 Tahun 2007 pasal 26. Dengan aturan tersebut, warga yang terkena bencana berhak menuntut pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasarnya seperti tempat tinggal, pendidikan, layanan kesehatan, sumber penghidupan maupun dukungan psikososial. Dalam konteks erupsi Merapi, salah satu kebutuhan mendasar bagi warga terdampak adalah tempat tinggal. Erupsi maupun lahar dingin telah membuat sekitar kepala keluarga kehilangan tempat tinggal sekaligus batas lahan. Pascaerupsi, warga yang kehilangan rumah sempat hidup di pengungsian sebelum dipindahkan ke hunian sementara (Huntara). Mereka tinggal di Huntara sembari menunggu pembangunan hunian tetap (Huntap) yang ditargetkan selesai pada akhir Namun hingga dua bulan menjelang akhir 2012, belum semua Huntap selesai dibangun. Ratusan Huntap bahkan baru mulai dibangun. Padahal pembangunan Huntap membutuhkan waktu sedikitnya tiga bulan. Selain itu, sejumlah Huntap dibangun di lahan yang lokasi Huntara sehingga warga penghuni Huntara harus kembali mengungsi. Mereka harus mencari lokasi pengungsian sendiri. Mereka juga menanggung sendiri biaya pengungsian, meskipun mata pencaharian mereka belum sepenuhnya pulih pascaerupsi Merapi Kondisi semacam itu perlu menjadi bahan refleksi bersama dan perlu segera dicari jalan keluarnya. Jangan sampai kondisi semacam itu terulang. Jangan sampai berkali-kali terkena bencana, namun kita masih kerap terlambat menangani dampaknya. (*) Urip Bahagia (Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman ) Penolakan warga Meski begitu, ia mengakui proses relokasi di Kabupaten Sleman tidak berjalan sesuai rencana karena ada warga yang menolak. Berdasarkan data BPBD Sleman, saat ini masih ada 592 kepala keluarga yang belum bersedia mengikuti relokasi. Warga yang menolak relokasi itu tersebar di Dusun Kalitengah lor, Kalitengah Kidul dan Srunen (Desa Glagaharjo) dan Dusun Pangukrejo (Desa Umbulharjo). Empat dusun itu termasuk dalam daftar sembilan dusun yang tidak direkomendasikan menjadi wilayah hunian. Menurut dia, warga tidak mau direlokasi karena dalam erupsi lalu lahan mereka tidak terkena dampak erupsi secara langsung, melainkan terkena ses atau debu dari material erupsi. Rumah mereka memang hancur, namun batas lahan mereka masih jelas sehingga mereka memilih kembali menempati lahan tersebut. Berdasarkan pemantauannya di lapangan, sejumlah warga yang mampu telah membangun rumah di kawasan tersebut. Terkait dengan kondisi itu, pihaknya masih menunggu perkembangan. Sementara ini kami tidak melakukan intervensi di dusun- dusun tersebut, termasuk untuk program pemulihan ekonomi. Namun kami tetap membangun jalur evakuasi, sistem peringatan dini, dan memberikan pelatihan peningkatan kapasitas warga dalam hal pengurangan risiko bencana (), jelasnya. (RAS) Relokasi warga dari hunian sementara (Huntara) ke hunian tetap (Huntap) bukan sekadar memindahkan manusia, namun juga kehidupannya. Oleh karena itu, proses relokasi harus dilakukan beriringan dengan upaya pemulihan mata pencaharian dan peningkatan kapasitas warga dalam upaya pengurangan risiko bencana (). Kepala BPBD Kabupaten Sleman Urip Bahagia menuturkan, saat ini pembangunan Huntap sebagai bagian dari proses relokasi masih berjalan. Pembangunan Huntap ditujukan bagi warga di daerah yang rawan terkena erupsi Merapi maupun banjir lahar dingin. Menurut dia, proses relokasi itu dilakukan beriringan dengan upaya pemulihan ekonomi dan. Saat ini, pemulihan ekonomi tengah dilakukan bekerjasama dengan berbagai instansi dan lembaga terkait. Adapun untuk, upaya yang sudah dilakukan adalah membangun kembali sistem peringatan dini dan jalur evakuasi, serta meningkatkan kapasitas warga dengan merancang rencana kontinjensi mulai dari tingkat kabupaten hingga dusun. Rencana kontijensi itu disusun bagi 22 dusun yang rawan bencana erupsi dan banjir lahar dingin di wilayah Sleman. Rencana kontinjensi itu mencakup empat hal, yaitu penyusunan prosedur standard (SOP) untuk evakuasi manusia, evakuasi ternak, sistim komunikasi tanggap LAYANG IOM / Idha bencana, dan terbentuknya tim desa. Untuk evakuasi itu, saya membayangkan nantinya ada sistim encon, artinya desa yang rawan bencana dipasangkan dengan desa tujuan pengungsian sementara. Jadi warga di desa terdampak bencana dengan desa tujuan pengungsian sementara itu sudah menjalin komunikasi dan persaudaraan sebelum bencana terjadi. Ini akan memudahkan proses evakuasi, tuturnya.... proses relokasi harus dilakukan beriringan dengan upaya pemulihan mata pencaharian dan peningkatan kapasitas warga dalam upaya pengurangan risiko bencana (). - Urip Bahagia- PENANGGUNG JAWAB PRODUKSI : Diana Setiawati (IOM), Danang Samsurizal (Koordinator Forum DIY) PENYUNTING : Diana Setiawati, Idha Saraswati (IOM ), Aris Sustiyono (Forum DIY), Mariana Pardede (Forum DIY) REPORTER : Idha Saraswati, Lubabun Ni am LAYOUT : Sampur Ariyanto (IOM) KONTRIBUTOR : Aris Sustiyono, Mariana Pardede. Alamat Redaksi : Gedung KESBANGLINMAS DIY Lt 2, Jl Sudirman No 5, Yogyakarta layang_prb@yahoo.com Redaksi Layang menerima tulisan opini sepanjang 5000 karakter (termasuk spasi) dilengkapi biodata singkat penulis. Bagi tulisan yang dimuat, redaksi akan memberikan honor sepantasnya.

3 INFO FORUM LAYANG 3 Negara Asia Pasifik Berkomitmen Laksanakan Deklarasi Yogyakarta YOGYAKARTA Sebanyak 50 negara peserta konferensi tingkat menteri bidang pengurangan risiko bencana atau Asian Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction (AMCDRR) ke-5, Oktober 2012, menghasilkan komitmen bersama yang disebut Yogyakarta Declaration on Disaster Risk Reduction in Asia and the Pacific Deklarasi Yogyakarta tersebut berisi rekomendasi pengarusutamaan pengurangan risiko bencana dalam agenda pembangunan pasca Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif membacakan Deklarasi Yogyakarta itu dalam penutupan AMCDRR di Jogja Expo Center, Yogyakarta, Kamis (25/10). Deklarasi itu berisi tujuh butir rekomendasi. Rekomendasi pertama menyebut pentingnya mengintegrasikan upaya pengurangan risiko bencana di tingkat lokal dan adaptasi perubahan iklim dalam perencanaan pembangunan nasional. Rekomendasi kedua menyatakan pentingnya kajian terhadap risiko finansial akibat bencana. Rekomendasi ketiga menyebut pentingnya penguatan tata kelola dan kemitraan dalam menghadapi risiko bencana di tingkat lokal. latar belakang kultural, dan sebagainya. Tujuh butir rekomendasi Deklarasi Yogyakarta juga dilengkapi dengan pernyataan sikap dari perwakilan anak dan remaja, masyarakat sipil, organisasi dan individu yang bergerak di isu disabilitas, organisasi dan individu yang bergerak di isu gender, pemerintah lokal, palang merah dan bulan sabit merah, parlemen, sektor swasta, peneliti dan akademisi, serta media yang berkomitmen mendukung upaya pengurangan risiko bencana. Hasil dari AMCDRR ini akan dibawa ke tingkat global, yakni dalam Global Platform for Disaster Reduction pada Mei 2013 di Genewa, Swiss. Margareta Wahlstrom, Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana, dalam siaran persnya menekankan bahwa isi Deklarasi Yogyakarta sudah beranjak dari kesepakatan sebelumnya yang lebih fokus pada upaya penanganan darurat pascabencana ke perencanaan strategi menghadapi bencana. Deklarasi Yogyakarta juga memberi pemahaman bahwa upaya harus diprioritaskan pada komunitas lokal. Kita harus mengukur keberhasilan penerapan HFA lebih ke depan. Dalam dua atau empat tahun awal pelaksanaan HFA memang belum kelihatan hasilnya. Sepuluh tahun barulah waktu yang cukup, ujar Margareta. Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB Sugeng Triutomo mengatakan, Deklarasi Yogyakarta m e r u p a k a n k o m i t m e n p e m e r i n t a h u n t u k penanggulangan bencana. Komitmen tersebut diturunkan pada ranah perundang-undangan, kelembagaan, Rekomendasi keempat adalah membangun daya lenting masyarakat di tingkat lokal. Praktik-praktik penguatan daya lenting komunitas yang baik perlu diinformasikan agar menjadi inspirasi bagi komunitas lain. Rekomendasi kelima berisi ajakan bagi negara-negara peserta untuk mengidentifikasi hal-hal yang akan dicapai pasca Kemampuan pemerintah, komitmen politik, keterlibatan publik, dan pengetahuan masyarakat tentang bencana harus dievaluasi. Rekomendasi kelima ini disampaikan terkait dengan akan berakhirnya Hyogo Framework of Action (HFA) pada 2015 mendatang. HFA merupakan rencana kerja termasuk pendanaan. pengurangan risiko bencana alam periode HFA Pada ranah kelembagaan, Sugeng menganggap, dirumuskan pada 2005 lalu dalam World Disaster dalam kerangka nasional sudah terpenuhi dengan adanya Reduction Conference di Kobe, Hyogo, Jepang. Hingga BNPB. Penerapan di tingkat lokal, terutama soal 2012, HFA sudah diadopsi oleh 168 negara. kelengkapan kelembagaan, adalah prioritas awal yang Rekomendasi keenam menyatakan perlunya akan dilakukan setelah AMCDRR. Sekarang kita lihat di mengurangi faktor-faktor risiko bencana. Sedangkan daerah. Apakah sudah punya peraturan daerah tentang rekomendasi ketujuh menyatak an pentingnya penanggulangan bencana? Apakah sudah punya BPBD? memasukkan isu-isu lintas sektoral dalam HFA. Ini bisa Apakah sudah punya juga anggarannya? Itulah mengapa dilakukan dengan melakukan upaya pengurangan risiko perlu diterapkan sampai di tingkat lokal, urainya. (LBB, bencana yang inklusif, memperhatikan gender, disabilitas, RAS) Informasi Pengurangan Risiko Bencana di Kampoeng kesiapsigaan maupun pengurangan risiko bencana di tingkat lokal. Total ada 17 lembaga anggota F yang menyemarakkan pameran ini. Mereka antara lain IMDFF- DR, T-Nol, MercyCorps, LPTP Surakarta, Hijau GPL, Combine, Yakkum Emergency Unit (YEU), IDEA dan Koperasi Kaliadem Sejahtera, YP2SU, KYPA, Perkumpulan Lingkar, Sentra Advokasi Perempuan, Difabel, dan Anak (SAPDA), Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) DIY, PALUMA, Yayasan Lestari Indonesia (YLI), Jogja Cepat Tanggap (JTC), dan PKPU. Masing-masing peserta menampilkan informasi mengenai proses maupun hasil kegiatan pendampingan YOGYAKARTA Bersamaan dengan agenda Asian Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction atau AMCDRR ke-5, Oktober di Jogja Expo Center, Yogyakarta, Forum Pengurangan Risiko Bencana (F DIY) PSB / Sigit menyelenggarakan pameran bertajuk Kampoeng di Suasana "Kampoeng " yang digelar dalam rangka AMCDRR ke-5 di halaman Hotel Royal Ambarukmo Yogyakarta. Pameran ini masyarak at yang pernah dilakuk an, termasuk halaman Hotel Royal Ambarukmo, akhir Oktober silam d i i k u t i l e m b a g a yang b e rgerak d a l a m u p aya menampilkan produk-produk kar ya masyarakat mendapatkan informasi tentang bencana dan upaya untuk penanggulangan bencana di tingkat lokal hingga dampingan. Informasi tersebut dituangkan dalam leaflet, mengurangi risikonya, sehingga bisa membangun internasional. poster, sticker, PIN, maupun buku yang dibagikan secara kesiapsiagaan di tempat tinggalnya masing-masing. Selain Selain menyemarakkan kegiatan AMCDRR, Kampoeng gratis kepada pengunjung pameran. dikunjungi masyarakat Yogyakarta, Kampoeng juga digelar guna menyebarluaskan informasi dan Dengan membagikan informasi tersebut, masyarakat dikunjungi peserta AMCDRR yang berasal dari berbagai p e n g e t a h u a n m e n g e n a i u p aya m e n i n g k atk a n yang mengunjungi Kampoeng diharapkan bisa negara. (MD)

4 LAYANG INFO JOGJA & JATENG 4 Produk Warga Merapi Ditampilkan dalam Side Event AMCDRR YOGYAKARTA Aneka produk para pelaku usaha terdampak erupsi Gunung Merapi di Sleman, Provinsi DI Yogyakarta ditampilkan secara atraktif lewat pertunjukan seni dalam Side Event The 5th Asian Ministerial Conference in Disaster Risk Reduction (AMCDRR), Senin (22/10) di Jogja Expo Center, Yogyakarta. Pertunjukan tersebut menggambarkan ketangguhan warga Lereng Merapi untuk bangkit dari bencana, sekaligus memperkenalkan sektor potensial yang mendapat dukungan dari The Indonesia Multi Donor Fund Facility (IMDFF-DR). Side Event itu diselenggarakan lembaga pelaksana program Merapi dan Mentawai Livelihood Recovery (Joint- Programme) IMDFF-DR, yaitu IOM, UNDP, FAO dan ILO untuk memperkenalkan program pendampingan yang sudah dilakukan, sekaligus mempromosikan produk pelaku usaha yang didampingi. A c a r a d i a w a l i d e n g a n t a l k s h o w u n t u k memperkenalkan program IMDFF-DR. Ketua Tim Teknis IMDFF-DR Kuswiyanto menjelaskan, mekanisme IMDFF-DR dibentuk untuk memobilisasi dana internasional guna mendukung upaya Pemerintah Indonesia dalam menangani bencana di berbagai wilayah. Saat ini, IMDFF- DR mendapat dukungan dari Pemerintah Selandia Baru. Acara dilanjutkan dengan pertunjukan seni. Para penari laki-laki dan perempuan yang mengenakan pakaian tradisional dan rias wajah atraktif membuat komposisi gerak untuk menceritakan kisah warga Lereng Merapi. Pertunjukan seni itu dibagi dalam tiga babak yang menggambarkan kondisi warga sebelum bencana, saat terjadi bencana, dan kondisi ketika mereka berupaya untuk bangkit dari bencana dengan dukungan dari pemerintah dan lembaga internasional. Di akhir pertunjukan, para penari membagikan produk seperti bakpia ubi ungu, keripik jamur, stik sayuran dan salak kepada penonton yang berasal dari berbagai negara. Acara dilanjutkan dengan peragaan busana yang menampilkan kreasi perancang busana Lulu Lutfi Labibi dan Lia Popperca. Lulu menampilkan kreasi busana bertema Local Modernity yang diolah dari kain batik karya kelompok Batik Lereng Merapi di Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY. Sedangkan Lia Popperca menampilkan kreasi dompet dan tas yang diolah dari karya sulam bermotif flora dan fauna dari Kelompok Merapi Crafts di Dusun Kuwang, Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY. Diana Setiawati, National Project Manager IOM selaku koordinator Side Events menjelaskan, produk-produk yang ditampilkan merupakan karya kelompok usaha terdampak erupsi Gunung Merapi yang sedang mendapat pendampingan dari Joint-Programme IMDFF-DR. Selain pendampingan teknis seperti pelatihan sesuai sektor dan komoditas mereka, mereka juga diperkenalkan dengan upaya peningkatan kualitas dan nilai tambah produk. (RAS) Ketua Tim Teknis IMDFF-DR Kuswiyanto menyampaikan kata sambutan dalam side events AMCDRR, Senin (22/10) di Jogja Expo Center. IOM/Sampur Para model menampilkan karya perancang busana Lulu Luthfi Labibi. Rancangan tersebut dibuat dari kain batik karya kelompok Batik Lereng Merapi dari Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, DIY. IMDFF-DR, IOM dan LPTP mempersembahkan Narasumber - Warga terdampak erupsi Merapi - Perwakilan Pemerintah - Lembaga Swadaya Masyarakat Didukung oleh : Upaya Pemulihan Mata Pencaharian Dan Pengurangan Risiko Bencana Pascaerupsi Gunung Merapi IOM OIM Waktu Tayang TVRI Yogyakarta Obrolan Angkringan Minggu 11 November & 9 Desember 2012 Radio Sonora 97,4 FM Talkshow Interaktif Setiap Kamis & Selasa Mulai 6 November s/d 11 Desember 2012 Jam wib.

5 INFO JOGJA & JATENG LAYANG 5 Musim Hujan, Waspadai Banjir Lahar Dingin YOGYAKARTA Memasuki musim hujan, masyarakat yang tinggal di sekitar sungai yang berhulu di Gunung Merapi diminta waspada. Kemungkinan terjadinya banjir lahar dingin masih besar karena saat ini sisa material erupsi di Gunung Merapi diperkirakan mencapai 77 juta meter kubik. Hal itu disampaikan Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Badan Geologi Yogyakarta Subandriyo, saat berbicara dalam pengambilan gambar program Obrolan Angkringan di Stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI) Yogyakarta, Jumat (2/11). Program bertema Merapi Menyambut Musim Hujan yang diselenggarakan IOM, LPTP, bersama TVRI Yogyakarta tersebut disiarkan pada Minggu (11/11). Dalam acara itu, Subandriyo menjelaskan bahwa setiap tahun sisa material erupsi berkurang sekitar 20 persen. Oleh karena itu, kemungkinan terjadinya lahar dingin pada musim hujan masih akan terus ada hingga beberapa tahun mendatang. Adapun besar kecilnya ancaman banjir lahar dingin tergantung pada tingginya curah hujan. Saat ini, 40 persen volume lahar dingin berada di bagian selatan atau mengarah ke wilayah Yogyakarta. Sedangkan sekitar 30 persen volume lahar dingin lainnya berada di wilayah barat atau mengarah ke Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Meskipun sisa material di wilayah selatan lebih banyak, kemungkinan terjadinya banjir lahar dingin lebih besar di bagian barat karena jenis material sisa erupsi di wilayah barat lebih halus dan sangat mudah terbawa air hujan. Oleh karena itu, warga di Kabupaten Magelang harus meningkatkan kewaspadaan. Adapun untuk wilayah Yogyakarta, kemungkinan terjadinya banjir lahar dingin lebih kecil karena jenis materialnya merupakan endapan awan panas yang lebih padat dan tidak mudah terbawa aliran air hujan. Namun warga di yang tinggal di sekitar aliran sungai Boyong dan yang tinggal di wilayah hulu, pihaknya tidak terkena Code di Kota Yogyakarta harus waspada. Di sungai dampak langsung banjir lahar dingin. Meski begitu, ia dan tersebut material lahar dingin yang sebenarnya tidak warga desa lain yang terkena dampak erupsi Merapi mudah turun menjadi banjir. Namun warga harus tetap merasa ikut bertanggungjawab untuk memantau banjir waspada, karena kalau sampai terjadi banjir, Sungai lahar dingin dan menyampaikan informasinya kepada Boyong yang berlanjut ke Sungai Code itu melewati warga di bawah. Dengan begitu, warga bisa menyiapkan kawasan padat penduduk, jelasnya. diri menghadapi banjir lahar dingin. Kami juga selalu Sriyanto, warga Desa Kepuharjo, Kecamatan berusaha ngabari sedulur (memberi kabar kepada saudara- Cangkringan, Kabupaten Sleman yang juga mengisi saudara) di bawah, ujarnya. (RAS) program Obrolan Angkringan menuturkan, sebagai warga IOM / Sampur Suasana pengambilan gambar program Obrolan Angkringan di Stasiun TVRI Yogyakarta, Jum at (2/11). Warga Jumoyo Bersiaga Sambut Hujan MAGELANG Warga Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah meningkatkan kesiapsiagannya dalam menyambut musim penghujan. Hal itu dilakukan guna menghindari banjir lahar dingin di desa mereka. Sungkono, Kepala Desa Jumoyo, menuturkan masyarakat di Jumoyo telah mendapat informasi mengenai endapan material sisa erupsi yang siap meluncur ke bawah dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta. Ini yang membuat pemerintah desa beserta relawan bersiap-siap menghadapi musim hujan , ujarnya, saat ditemui akhir Oktober silam. Ia menjelaskan, di tingkat desa ada organisasi pengurangan risiko bencana. Organisasi tersebut beranggota lebih dari 100 orang. Mereka dilengkapi fasilitas seperti alat komunikasi berupa handy talkie, motor trail, dan ambulans. Desa Jumoyo juga memiliki radio komunitas bernama Lahara 101,7 FM. Ketika situasi sedang tenang, radio ini lebih banyak memutar lagu. Namun di saat mulai terjadi banjir, radio komunitas ini menjadi media utama bagi warga yang ingin mendapatkan informasi tentang Gunung Merapi. Kami pun bekerja sama dengan BMKG (Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika), BPPTK Yogyakarta, dan Universitas Gadjah Mada terkait perkembangan terkini di puncak Merapi, terangnya. Pemerintah Desa Jumoyo juga memetakan daerah rawan banjir lahar dingin berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang. Menurut Sungkono, hampir seluruh wilayah di pinggir Kali Putih rawan terkena banjir lahar dingin, mulai dari Dusun Dowakan (125 rumah), Kenduran (225 rumah), Seloiring (215 rumah), dan Gempol (seluruh rumah). Kami menyiapkan leaflet supaya informasi tentang banjir ini dapat dikomunikasikan. Kami akan selalu mengingatkan kepada masyarakat akan bahaya banjir. Kami selalu mengadakan pertemuan rutin dan penyuluhan kepada masyarakat, tambahnya. (LBB)

6 OPINI LAYANG 6 Dua Tahun Pascaerupsi : Pelajaran dari Merapi Oleh : Sukiman Mochtar Pratomo Koordinator Radio Komunitas Lintas Merapi di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah Bagi warga, dahsyatnya letusan Merapi bukan menjadi mengusulkan untuk direlokasi ke tempat lain yang dinilai Rp Jika mereka harus mengungsi selama 45 hari, hal yang perlu ditakutkan, tetapi justru menjadi lebih aman. Namun sampai sekarang mereka belum maka mereka membutuhkan Rp 1,2 juta. Jika Merapi pembelajaran. Yakni bahwa kesiapsiagaan dan mendapat kejelasan mengenai kelanjutan program meletus setiap empat tahun sekali, maka mereka perlu pengurangan risiko bencana tidak bergantung seratus relokasi tersebut. menyisihkan dana Rp per tahun, atau Rp persen pada program pemerintah, melainkan menjadi per bulan. Jika pemerintah menyediakan makan selama menjadi tanggungjawab pribadi, keluarga, dan kelompok Kemandirian warga pengungsian, dana yang ditabung itu akan digunakan masyarakat yang hidup di kawasan rawan bencana. Lain cerita dengan warga di sebelah timur Sungai Woro, untuk membiayai evakuasi ternak. Masyarakat yang enggan meninggalkan bekas yakni di Desa Sidorejo dan Tegalmulyo Kecamatan Menarik untuk menyimak obrolan warga saat kampung halaman bukan berarti tidak tahu sewaktu- Kemalang, Klaten. Erupsi Merapi 2010 mendorong warga cangkrukan (berkumpul). Menurut mereka, saat Merapi waktu Merapi mengancam jiwanya. Tetapi mereka merasa membangun kesiapsiagaan secara bergotong royong. kembali meletus, pemerintah perlu mempertimbangkan bisa hidup nyaman menghadapi ancaman yang bisa Meraka mendirikan Tim Siaga Desa (TSD) secara mandiri. pilihan-pilihan berikut : datang kapan saja tersebut. Warga juga secara mandiri dan sadar mewujudkan Kenyamanan bagi warga Merapi tentu saja berbeda makna hidup nyaman di sekitar Merapi dengan 1. Menyediakan pakan ternak saat Merapi Waspada, atau dengan makna nyaman bagi warga di luar Merapi. mengantisipasi dampak bencana di berbagai aspek. Sektor mengganti ternak yang mati. Kenyamanan warga Merapi muncul karena mereka ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan, semuanya mempunyai cara sendiri untuk mengantisipasi terjadinya berorientasi pada kesiapsiagaan mengadapi ancaman 2. Melayani pengungsi, atau melibatkan masyarakat erupsi di kemudian hari. Warga mempunyai modal berupa erupsi Merapi. Bahkan salah satu Rukun Warga (RW) sudah sehingga tidak perlu melayani melainkan hanya kebersamaan, gotong-royong serta saling berbagi tugas mempunyai prosedur tetap (Protap) RW. menyediakan bahan makanan. baik sebelum maupun sesudah bencana. Untuk meningkatkan kesiapsiagaan, masing-masing Sedangkan bagi sebagian warga yang bukan dari warga diajak menabung lewat program Tabungan Siaga 3. Menyediakan fasilitas mandi cuci kakus (MCK) dan air, Merapi, yang dimaksud nyaman mungkin adalah Bencana yang dikelola oleh masing-masing Rukun atau membangun barak Pengungsian. meninggalkan kampung halaman untuk menjauhi Merapi. Tetangga (RT). Tabungan itu disimpan di bank secara Akan tetapi jika mau mengikuti pendapat itu, beberapa kolektif. Dana Tabungan Siaga Bencana itu berguna bagi 4. Membangun kebersamaan dengan masyarakat, atau faktor terkait program relokasi untuk pengurangan risiko warga yang harus tinggal di pengungsian ketika Merapi memilih terjadinya konflik berkepanjangan di lokasi bencana justru menimbulkan ketidaknyamanan bagi kembali meletus. pengungsian. sebagian warga. Bagi dua RW di Desa Sidorejo yang berjarak empat Tidak semua program relokasi itu baik, demikian pula kilometer dari puncak Merapi, tidak mengikuti relokasi sebaliknya, tergantung bagaimana pelaksanakan program bukan berarti tidak melakukan upaya menghindari risiko tersebut. Contohnya terjadi pada warga Desa Balerante, bencana erupsi Merapi. Jika Merapi kembali meletus, Kecamatan Kemalang, Klaten, Jawa Tengah yang terkena mereka sudah merencanakan untuk pindah sementara dampak erupsi Merapi. Dari 165 Kepala Keluarga (KK) yang waktu ke lokasi yang aman dengan membawa ternak serta dianjurkan untuk ikut relokasi, hingga artikel ini ditulis baru harta bendanya. 31 KK yang menyetujui. Keengganan warga untuk Kepindahan sementara itu akan ditopang dana menyetujui program relokasi itu muncul karena mereka Tabungan Siaga Bencana. Mereka sudah menghitung melihat pengalaman warga yang telah mengikuti program perkiraan jumlah uang minimal yang dibutuhkan relokasi. selama mengungsi. Setiap hari, masing- Warga Balerante yang menyetujui relokasi telah masing individu akan membutuhkan ditempatkan di dekat Balai Desa. Lokasi tersebut masih uang makan sekitar Rp berada di kawasan rawan bencana karena berada di dekat Sungai Woro. Mengutip Radio Lintas Merapi yang menerangkan bahwa awan panas mengalir mengikuti sungai yang berhulu di kawah gunung Merapi, warga pun Isi dari artikel yang berupa opini dalam Layang ini adalah tanggung jawab penulis dan tidak mewakili opini lembaga. Doc. Pribadi

7 LAYANG 7 Mengungsi... (sambungan hlm. 1) yang saat ini sedang dibangun. Saya belum tahu rumah itu Ia menuturkan, pembangunan Huntap Dongkelsari jadinya kapan, tambahnya. direncanakan selesai pada Desember Selama masa Jika Purwaningsih memilih kembali ke rumah, Ahmad Kardan pembangunan, warga yang dulu menghuni Huntara itu harus (37) kini mengungsi di bangunan berdinding anyaman bambu pindah. Keputusan untuk pindah sementara waktu itu sudah dan tripleks. Ahmad sekeluarga tinggal di bangunan semi disepakati warga. Mereka pun pindah dari Huntara tanpa bantuan permanen itu bersama sekitar 30 warga lainnya. Ia tak punya biaya dari pihak manapun. pilihan tempat mengungsi lain karena rumahnya di Dusun Jika Ahmad dan 30 warga memilih tinggal di bangunan Srodokan, Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, sudah semipermanen, ada warga lain yang memilih mengontrak rumah, hancur terkena erupsi Merapi. ada pula yang pindah di huntara lain yang tidak berpenghuni. Bangunan semi permanen yang bersekat-sekat itu disediakan Separuh lebih penghuni huntara mengungsi di rumah famili di pemerintah bagi eks penghuni Huntara Dongkelsari. Huntara di lokasi yang terpencar-pencar. Desa Wukirsari ini juga dibongkar karena dijadikan lokasi Menurut Ahmad, pembangunan Huntap Dongkelsari pembangunan Huntap. terbilang lamban. Padahal kepastian tempat pembangunan Ahmad yang pandai merancang rumah adalah salah satu huntap di sini sudah lama, dari sekitar Maret, paparnya. Ketua Kelompok Pemukim (KP) di Huntap Dongkelsari. Sebagai Meski demikian, ia dan warga yang lain sudah merasa nyaman Ketua KP, ia bertugas memastikan pembangunan sekitar 70 untuk tinggal di lokasi tersebut. Di sini air melimpah, akses jalan rumah dari total 146 rumah yang sedang dibangun di lokasi juga mudah. Warga senang di sini, ujarnya datar. (LBB, RAS) tersebut. IOM / Idha Sejumlah warga masih menghuni dan beraktivitas di Huntara Gondang 3 yang sudah dibongkar untuk dijadikan lokasi Huntap. Huntap... (sambungan hlm. 1) Kawasan rawan bencana Pembangunan unit rumah bagi warga terdampak erupsi Merapi dilakukan di sembilan desa di wilayah Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yogyakarta, dan empat desa di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Pembangunan Huntap Merapi ini dilaksanakan di luar Kawasan Rawan Bencana (KRB) III. KRB III telah ditetapkan sebagai kawasan tidak layak huni. Oleh karena itu warga yang sebelumnya tinggal di KRB III direlokasi ke kawasan lain, baik secara mandiri (membangun Huntap di tanah sendiri) maupun kolektif (Huntap dibangun di lahan yang disediakan pemerintah daerah). Untuk pembangunan Huntap itu, pemerintah memberikan stimulus senilai Rp 30 juta per unit rumah. Satu unit rumah diberikan kepada satu kepala keluarga. Rumah yang dibangun adalah rumah tipe 36 yang konstruksinya dirancang tahan gempa. Luas lahan untuk setiap rumah 100 meter persegi, ditambah fasilitas umum seluas 50 meter persegi per rumah. Wijang menjelaskan, konsep uluran pemerintah kepada korban Merapi adalah bantuan. Jadi itu bukan ganti rugi. Makanya ketika jumlah bantuan pemerintah tidak bisa mengganti keseluruhan harta benda korban yang lenyap karena bencana erupsi, maka itulah batas kemampuan pemerintah, tandasnya. Secara terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman Urip Bahagia menuturkan, pembangunan perumahan bagi warga terdampak erupsi dan banjir lahar dingin Merapi di Kabupaten Sleman ditargetkan selesai pada akhir Rumah dikatakan selesai jika sudah memenuhi unsur RM2, yakni rapet (dinding, atap, jendela dan pintu sudah terpasang), murup (listrik menyala) dan mancur (air mengalir). Semuanya sekarang sedang dalam proses pembangunan, katanya. (LBB, RAS) Perkembangan Pembangunan Hunian Tetap Merapi Status Lokasi Kategori Jumlah Proses Selesai Fisik Persiapan Desa Umbulharjo Tersebar Mandiri Huntap Karangkendal Mandiri & TKD Huntap Plosokerep TKD Desa Kepuharjo Tersebar Mandiri Huntap Batur TKD Huntap Pagerjurang TKD Desa Wukirsari Tersebar Mandiri Huntap Gondang 3 TKD Huntap Gondang 2 TKD Huntap Dongkelsari TKD Desa Glagaharjo Tersebar Mandiri Huntap Gading TKD Huntap Jetis Sumur TKD Huntap Banjarsari TKD Desa Argomulyo Tersebar Mandiri Huntap Kuwang TKD Huntap Randusari TKD Desa Sindumartani Tersebar Mandiri Huntap Kuripan TKD Desa Bimomartani Mandiri 3 3 Desa Selomartani Mandiri 1 1 Desa Sendang Agung Mandiri Jumlah di DI Yogyakarta Desa di Magelang, Jawa Tengah Jumlah DI Yogyakarta dan Jawa Tengah Sumber: Buletin REKOMPAK edisi Oktober 2012 dan pemutakhiran data hasil wawancara dengan Wijang Wijanarko pada Selasa, 8 November *TKD adalah Tanah Kas Desa

8 PROFIL LAYANG 8 MERAPI CRAFTS Sulam Cantik dari Merapi Crafts Dompet berbahan kain denim yang dihias dengan pola untuk membantu perekonomian keluarga. Hal itu terjadi Purwaningsih mengatakan, anggota Merapi Crafts sulam cantik menarik minat para pengunjung pameran karena dalam satu hari, mereka maksimal hanya bisa yang aktif membuat karya sulam dan assesoris saat ini dalam rangka The 5th Asian Ministerial Conference on Disaster membuat tiga buah dompet berjumlah sekitar 29 orang. Mereka berharap bisa Risk Reduction (AMCDRR), Oktober silam, di halaman Selama ini, selain menunggu pesanan dari UGM, warga mengembangkan usahanya. Kami ingin usaha ini Hotel Royal Ambarukmo, Yogyakarta. Dompet-dompet juga mengandalkan pemasaran produknya melalui berkembang sehingga hasilnya bisa diandalkan, tuturnya. cantik itu adalah buah tangan para perempuan dari Desa pameran serta menitipkannya ke Dinas Perdagangan dan (RAS) Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, DI Perindustrian Kabupaten Sleman. Oleh karena itu, mereka Yogyakarya, dalam usahanya untuk bangkit pascaerupsi bercita-cita bisa membuat dompet dan memasarkannya Gunung Merapi sendiri tanpa tergantung pihak lain. Para perempuan pembuat dompet sulam itu tergabung Melalui program pendampingan pemulihan mata dalam kelompok Merapi Crafts. Mereka membuat dompet pencaharian dan pengurangan risiko bencana yang secara manual. Dompet tersebut dilapisi dengan bahan difasilitasi The Indonesia Multi Donor Fund for Disaster yang empuk sehingga bisa dipakai sebagai wadah telepon Recovery (IMDFF-DR), International Organization for genggam maupun hardisc eksternal. Permukaan dompet itu Migration (IOM) berupaya meningkatkan kapasitas anggota dihiasi dengan guntingan kain perca batik warna alam yang Merapi Crafts untuk bisa mengembangkan usahanya. membentuk pola tertentu, seperti Gunung Merapi, rumah, Tujuannya agar mereka bisa mengembangkan berbagai awan, burung-burung, bunga, maupun pepohonan. Pola- variasi produk serta meningkatkan kualitasnya. pola itu dipercantik dengan sentuhan benang sulam. Salah satu upaya mengembangkan produk dilakukan Purwaningsih (49), Ketua Kelompok Merapi Crafts dengan menggandeng perancang busana Lia Popperca menuturkan, usaha pembuatan dompet sulam itu dimulai untuk berkolaborasi dengan anggota Merapi Crafts. akhir 2011 silam. Waktu itu ada program pendampingan Kolaborasi itu menghasilkan aneka jenis tas dan dompet dari Universitas Gadjah Mada, saya dan para perempuan di bernuansa modern, dengan tetap mempertahankan ciri shelter Kuwang diajari membuat dompet yang dihias khas produk Merapi Crafts. Hasil kolaborasi itu antara lain dengan sulam, tuturnya. ditampilkan dalam Side Event AMCDRR akhir Oktober lalu di Dalam pelatihan itu, mereka diajari jenis-jenis tusuk Gedung Jogja Expo Center. dalam menyulam. Jenis-jenis tusuk itulah yang diterapkan Di sisi pemasaran, selain mempromosikan produk dalam menghias dompet. Usai pelatihan, mereka mendapat pasokan kain untuk melayani pesanan dompet dari UGM. Masing-masing anggota Merapi Crafts membuat sendiri dompet-dompet itu dari bahan baku hingga menjadi barang jadi. Mereka memotong kain, menjahit, memasang resleting lalu menghiasinya dengan benang sulam. Untuk setiap dompet yang sudah jadi, mereka mendapat upah Rp Seiring waktu, mereka memperbanyak jenis produk yang dibuat. Selain dompet, mereka juga membuat wadah komputer jinjing, tas selempang, maupun tas dari kain blacu dengan hiasan sulam. Mereka juga membuat aneka assesoris dari manik-manik, seperti gelang, kalung, dan bros. Menurut Purwaningsih, usaha membuat dompet itu bisa mengisi waktu luang para anggotanya. Meski demikian, hasilnya masih terlalu kecil sehingga belum bisa diharapkan Merapi Crafts melalui pameran, IOM juga berupaya menghubungkan kelompok ini dengan pelaku pasar khususnya di wilayah DI Yogyakarta. Salahsatu hasil perpaduan karya dari perajin Merapi Crafts dan designer Lia Popperca. Produksi Layang ini didukung oleh : NZ NEW ZEALAND MINISTRY OF FOREIGN AFFAIRS & TRADE Aid Programme

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2010 merupakan salah satu letusan besar dalam catatan sejarah terjadinya erupsi Gunung Merapi. Letusan eksplosif yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara periodik setiap tiga tahun, empat tahun atau lima tahun. Krisis Merapi yang berlangsung lebih dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DAFTAR LAMPIRAN 1. Peta Lokasi Huntap Komunal Di Kecamatan Cangkringan, Sleman 2. Peta Persil Huntap Banjarsari, Desa Glagahharjo, Kecamatan Cangkringan 3. Peta Persil Huntap Batur, Desa Kepuhharjo, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Pasca erupsi Gunung Merapi tahun 2010, Pemerintah Pusat melalui Badan

BAB VI PENUTUP. Pasca erupsi Gunung Merapi tahun 2010, Pemerintah Pusat melalui Badan BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Pasca erupsi Gunung Merapi tahun 2010, Pemerintah Pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengeluarkan kebijakan relokasi atas dasar pertimbangan Peta

Lebih terperinci

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman 2013

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman 2013 Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman 2013 1 Kebijakan Teknis Evakuasi Kebijakan teknis evakuasi merupakan bagian dari Skenario Rencana Penanggulangan Bencana Erupsi Gunungapi Merapi Menyusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia adalah negara yang kaya akan gunung api dan merupakan salah satu negara yang terpenting dalam menghadapi masalah gunung api. Tidak kurang dari 30

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan permukiman sehingga muncul larangan bermukim. Merapi terletak antara dua provinsi yakni Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan permukiman sehingga muncul larangan bermukim. Merapi terletak antara dua provinsi yakni Daerah Istimewa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak dapat terelakkan. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin banyak kebutuhan lahan yang harus disiapkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua daerah tidak pernah terhindar dari terjadinya suatu bencana. Bencana bisa terjadi kapan dan dimana saja pada waktu yang tidak diprediksi. Hal ini membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember 2010 tercatat sebagai bencana terbesar selama periode 100 tahun terakhir siklus gunung berapi teraktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erupsi Merapi yang terjadi pada bulan Oktober 2010 telah memberikan banyak pelajaran dan meninggalkan berbagai bentuk permasalahan baik sosial maupun ekonomi yang masih

Lebih terperinci

PROPOSAL : PEMBANGUNAN RUMAH SAHABAT SALIMAH PW SALIMAH DIYOGYAKARTA 2010

PROPOSAL : PEMBANGUNAN RUMAH SAHABAT SALIMAH PW SALIMAH DIYOGYAKARTA 2010 PROPOSAL PROGRAM PEMBANGUNAN RUMAH SAHABAT PW DIYOGYAKARTA 2010 NAMA PROGRAM : PEMBANGUNAN RUMAH SAHABAT RASIONALISASI : 1. Erupsi Merapi Oktober November 2010 menimbulkan sekian banyak korban : ratusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bencana lahar di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah telah

BAB I PENDAHULUAN. Bencana lahar di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana lahar di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah telah menenggelamkan 19 kampung, memutus 11 jembatan, menghancurkan lima dam atau bendungan penahan banjir, serta lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yaitu dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yaitu dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah sebagai pelaksana roda pemerintahan dalam suatu Negara wajib menjamin kesejahteraan dan keberlangsungan hidup warga negaranya. Peran aktif pemerintah diperlukan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH. koorditat 07 º 40 42,7 LS 07 º 28 51,4 LS dan 110º 27 59,9 BT - 110º 28

KEADAAN UMUM WILAYAH. koorditat 07 º 40 42,7 LS 07 º 28 51,4 LS dan 110º 27 59,9 BT - 110º 28 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Keadaan Geografi 1. Letak dan Luas Wilayah Desa Desa Kepuharjo terletak di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Wilayah Desa Kepuharjo secara geografis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan kepulauan Indonesia merupakan daerah pertemuan lempeng bumi dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan curah hujan yang relatif

Lebih terperinci

PERENCANAAN HUNTAP PAGERJURANG

PERENCANAAN HUNTAP PAGERJURANG MAKALAH KELOMPOK PERENCANAAN HUNTAP PAGERJURANG Diajukan sebagai tugas mata kuliah Evaluasi Infrastrukur Pasca Bencana Disusun oleh : Irfan Faris Abdurrahman 12511313 Ilhamius Hamit 12511432 Fitra Mabrur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Terjadinya bencana alam di suatu wilayah merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan. Hal ini disebabkan karena bencana alam merupakan suatu gejala alam yang tidak

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN 1. LATAR BELAKANG PROYEK

KERANGKA ACUAN 1. LATAR BELAKANG PROYEK KERANGKA ACUAN Lembaga Pelaksana Kegiatan Peningkatan Kapasitas & Penyuluhan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta 16 Mei 2012 1. LATAR BELAKANG PROYEK Organisasi Internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gunung Merapi merupakan gunung api tipe strato, dengan ketinggian 2.980 meter dari permukaan laut. Secara geografis terletak pada posisi 7 32 31 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

Perencanaan Partisipatif Kelompok 7

Perencanaan Partisipatif Kelompok 7 Perencanaan Partisipatif Kelompok 7 Anastasia Ratna Wijayanti 154 08 013 Rizqi Luthfiana Khairu Nisa 154 08 015 Fernando Situngkir 154 08 018 Adila Isfandiary 154 08 059 Latar Belakang Tujuan Studi Kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan lebih dari 13.466 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Wilayah Indonesia terbentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian Selatan dan Timur Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian Selatan dan Timur Indonesia terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik, yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT - 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai suatu negara kepulauan yang mempunyai banyak sekali gunungapi yang berderet sepanjang 7000 kilometer, mulai dari Sumatera, Jawa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Gunungapi Merapi dikenal sebagai gunungapi teraktif dan unik di dunia, karena periode ulang letusannya relatif pendek dan sering menimbulkan bencana yang

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Ringkasan Temuan Penahapan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud terdapat lima tahap, yaitu tahap perencanaan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud 2014, tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dan memiliki kurang lebih 17.504 buah pulau, 9.634 pulau belum diberi nama dan 6.000 pulau tidak berpenghuni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan

BAB I PENDAHULUAN. (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang dilintasi oleh jalur api (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan Australia. Letak wilayah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis, hidrologis, dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana. Badan Nasional Penanggulangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merapi ditingkatkan dari normal menjadi waspada, dan selanjutnya di tingkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Merapi ditingkatkan dari normal menjadi waspada, dan selanjutnya di tingkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Menurut Gema Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) (2011:14), Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif di dunia. Erupsi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Masyarakat Tangguh Bencana Berdasarkan PERKA BNPB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana, yang dimaksud dengan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana adalah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. atas kehilangan-kehilangan yang mereka alami, mulai dari anggota keluarga,

BAB V PENUTUP. atas kehilangan-kehilangan yang mereka alami, mulai dari anggota keluarga, BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Erupsi Gunung Merapi pada 26 Oktober dan 5 November 2010 telah membuat dampak kerusakan diberbagai sektor. Dari segi fisik, bencana tersebut telah menyebabkan kerusakan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan gunung berapi terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah gunung berapi yang masih aktif

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki 129 gunungapi yang tersebar luas mulai dari Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Kepulauan Nusa Tenggara, Kepulauan Banda, Kepulauan Halmahera dan Sulawesi

Lebih terperinci

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PB

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PB PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PB PELUNCURAN DAN DISKUSI BUKU TATANAN KELEMBAGAAN PB DI DAERAH PUJIONO CENTER, 3 JUNI 2017 RANIE AYU HAPSARI Peran Serta Masyarakat SFDRR: Prioritas 1 (Memahami Risiko Bencana):

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui garis astronomis 93⁰BT-141 0 BT dan 6 0 LU-11 0 LS. Dengan morfologi yang beragam dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Artinya, bagaimana partisipasi/keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana

BAB I PENDAHULUAN. Artinya, bagaimana partisipasi/keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Skripsi ini menganalisis tentang partisipasi masyarakat dalam mitigasi bencana. Artinya, bagaimana partisipasi/keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gunung Merapi merupakan gunung api tipe strato, dengan ketinggian 2.980 meter diatas permukaan laut. secara geografis terletak pada posisi 7 32.5 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta. No.1602, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia yang berada di salah satu belahan Asia ini ternyata merupakan negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu 9 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu masih menyisakan pilu bagi banyak pihak, terutama bagi orang yang terkena dampak langsung

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gunungapi Merapi merupakan jenis gunungapi tipe strato dengan ketinggian 2.980 mdpal. Gunungapi ini merupakan salah satu gunungapi yang masih aktif di Indonesia. Aktivitas

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL UJICOBA LAPANGAN CHILD PROTECTION RAPID ASSESMENT dalam Situasi Darurat Kabupaten Sleman, Yogyakarta - Juli 2011

LAPORAN HASIL UJICOBA LAPANGAN CHILD PROTECTION RAPID ASSESMENT dalam Situasi Darurat Kabupaten Sleman, Yogyakarta - Juli 2011 Gedung Nusantara II (Gedung Ex-PAU Ekonomi) Lantai 1 FISIP UI, Kampus UI Depok. Depok 16424 T: (021) 788 49181 F: (021) 788 49182 LAPORAN HASIL UJICOBA LAPANGAN CHILD PROTECTION RAPID ASSESMENT dalam Situasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak pada zona rawan bencana. Posisi geografis kepulauan Indonesia yang sangat unik menyebabkan Indonesia termasuk

Lebih terperinci

BAB II VISI, MISI DAN LANDASAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA

BAB II VISI, MISI DAN LANDASAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA BAB II Rencana Aksi Daerah (RAD) VISI, MISI DAN LANDASAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA 2.1 Visi Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Badan Penanggulangan Bencana Derah Kabupaten Pidie Jaya, menetapkan Visinya

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan dan pembasahan yang telah dijelaskan, dapat dijelaskan proses konsensus Dusun Pelemsari dan Dusun Pangukrejo lebih mengarah pada proses konsensus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan lereng Gunungapi Merapi merupakan daerah yang dipenuhi oleh berbagai aktivitas manusia meskipun daerah ini rawan terhadap bencana. Wilayah permukiman, pertanian,

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional

Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional Kegiatan Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional SFDRR (Kerangka Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana) dan Pengarusutamaan PRB dalam Pembangunan di Indonesia Tanggal 17 Oktober

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Indonesia rawan akan bencana yang diakibatkan oleh aktivitas gunungapi. Salah satu gunungapi aktif yang ada di Indonesia yaitu Gunungapi Merapi dengan ketinggian 2968

Lebih terperinci

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Penelitian bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko kesehatan masyarakat di Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunungapi Merapi dengan menggunakan variabel dan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. tektonik aktif yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. tektonik aktif yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Secara geologi, wilayah Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia di bagian utara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gunungapi Merapi, berdasar sumber informasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, merupakan gunungapi aktif yang dipadati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erupsi Merapi yang terjadi dua tahun lalu masih terngiang di telinga masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan kehilangan mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan terkena bencana. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan terkena bencana. Pada tahun 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan terkena bencana. Pada tahun 2014 saja, jumlah kejadian bencana yang terjadi di Indonesia mencapai 972 kejadian dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kondisi Kebencanaan Kota Yogyakarta dan Perencanaan Partisipatif Dalam Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di Tingkat Kampung A. Kondisi Kebencanaan Kota Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN pulau, terletak diantara dua benua (Asia dan Australia) dan di antara dua

BAB I PENDAHULUAN pulau, terletak diantara dua benua (Asia dan Australia) dan di antara dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki lebih dari 17.480 pulau, terletak diantara dua benua (Asia dan Australia) dan di antara dua

Lebih terperinci

Manajemen Pemulihan Infrastruktur Fisik Pasca Bencana

Manajemen Pemulihan Infrastruktur Fisik Pasca Bencana Manajemen Pemulihan Infrastruktur Fisik Pasca Bencana Teuku Faisal Fathani, Ph.D. Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada 1. Pendahuluan Wilayah Indonesia memiliki

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Kegiatan MALAM TIRAKATAN MEMPERINGATI CATUR WARSA GEMPA BUMI YOGYAKARTA, 26 MEI Eling, Waspodo, lan Sembada Ngadhepi Bebaya

Kerangka Acuan Kegiatan MALAM TIRAKATAN MEMPERINGATI CATUR WARSA GEMPA BUMI YOGYAKARTA, 26 MEI Eling, Waspodo, lan Sembada Ngadhepi Bebaya Kerangka Acuan Kegiatan MALAM TIRAKATAN MEMPERINGATI CATUR WARSA GEMPA BUMI YOGYAKARTA, 26 MEI 2006 2010 Eling, Waspodo, lan Sembada Ngadhepi Bebaya Forum PRB-DIY Forum Pengurangan Risiko Bencana Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gunungapi Merapi merupakan gunung yang aktif, memiliki bentuk tipe stripe strato yang erupsinya telah mengalami perbedaan jenis erupsi, yaitu erupsi letusan dan leleran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanyaan penelitian; (3) tujuan penelitian; (4) manfaat penelitian; (5) batasan

BAB I PENDAHULUAN. pertanyaan penelitian; (3) tujuan penelitian; (4) manfaat penelitian; (5) batasan BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini, dimaksudkan untuk menjelaskan urgensi permasalahan penelitian yang diuraikan dengan sistematika (1) latar belakang; (2) pertanyaan penelitian; (3) tujuan penelitian;

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi atau ring of fire yang dimulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi Utara hingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan peningkatan urbanisasi, deforestasi, dan degradasi lingkungan. Hal itu didukung oleh iklim

Lebih terperinci

Deklarasi Dhaka tentang

Deklarasi Dhaka tentang Pembukaan Konferensi Dhaka tentang Disabilitas & Manajemen Risiko Bencana 12-14 Desember 2015, Dhaka, Bangladesh Deklarasi Dhaka tentang Disabilitas dan Manajemen Risiko Bencana, 14 Desember 2015 diadopsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau. Indonesia terletak diantara 2 benua yaitu benua asia dan benua australia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah lama diakui bahwa Negara Indonesia memiliki posisi yang sangat strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia serta diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan the ring of fire. Wilayah ini berupa sebuah zona

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan the ring of fire. Wilayah ini berupa sebuah zona BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia berada di dalam area yang sangat tidak stabil. Penyebab tidak stabilnya wilayah indonesia karena Indonesia terletak di wilayah yang dikenal dengan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV.49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424 021-5228371

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV.49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424 021-5228371

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG 1 2015 No.14,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul. Peran serta, Lembaga Usaha, penyelenggaraan, penanggulangan, bencana. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum, kejadian bencana di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Dalam kurun waktu 1 abad (1900-2012), tercatat lebih dari 212,000 orang meninggal, lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and Trans Asiatic Volcanic Belt dengan jajaran pegunungan yang cukup banyak dimana 129 gunungapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Peristiwa banjir lahar dingin biasanya mengancam daerah-daerah di. yang lalu Gunung Merapi di Jawa Tengah meletus,

BAB 1 PENDAHULUAN. Peristiwa banjir lahar dingin biasanya mengancam daerah-daerah di. yang lalu Gunung Merapi di Jawa Tengah meletus, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa banjir lahar dingin biasanya mengancam daerah-daerah di sepanjang sungai yang dilalui material vulkanik hasil erupsi gunung berapi. Beberapa waktu yang lalu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Kondisi Geofisik 1. Letak Geografis Desa Kepuharjo yang berada sekitar 7 Km arah Utara Kecamatan Cangkringan dan 27 Km arah timur laut ibukota Sleman memiliki aksesibilitas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembobotan Data yang digunakan untuk menentukan nilai pembobotan berdasarkan kuisioner yang di isi oleh para pakar dan instansi-instansi terkait. Adapun pakar dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2000 sekitar 500 juta jiwa penduduk dunia bermukim pada jarak kurang dari 100 m dari gunungapi dan diperkirakan akan terus bertambah (Chester dkk., 2000). Indonesia

Lebih terperinci

PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA

PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA Ida Ngurah Plan International Indonesia Ida.Ngurah@plan-international.org Konteks Bencana dan Dampak Pendidikan

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013-2015 Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berada di jalur dua pegunungan muda, yaitu pegunungan muda sirkum Pasifik dan Mediteran, juga terletak di pertemuan lempeng Eurasia,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Efektivitas implementasi program pada ketiga kegiatan dalam program REKOMPAK dibagi menjadi efektivitas proses dan efektivitas output. Pada kegiatan penyusunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA SINGKAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR :60 2014 SERI : D PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SERTA RINCIAN TUGAS JABATAN PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN FUNGSI, KLASIFIKASI, PERSYARATAN ADMINISTRATIF DAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA 1 BEncANA O Dasar Hukum : Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana 2 Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LEBAK

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2015 No.22,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul. Perubahan, Peraturan Daerah Kabupaten Bantul, Penanggulangan, bencana. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI MUSEUM GUNUNG API MERAPI (MGM)

BAB II DESKRIPSI MUSEUM GUNUNG API MERAPI (MGM) 45 BAB II DESKRIPSI MUSEUM GUNUNG API MERAPI (MGM) A. Sekilas tentang Museum Gunung Api Merapi Indonesia merupakan negara yang terletak di jalur pertemuan lempengan bumi sehingga menjadi negara yang rawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan. Menurut Bakosurtanal, pulau di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan. Menurut Bakosurtanal, pulau di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan. Menurut Bakosurtanal, pulau di Indonesia yang terdata dan memiliki koordinat berjumlah 13.466 pulau. Selain negara kepulauan, Indonesia

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website,  2011) BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Gunung Merapi secara geografis terletak pada posisi 7º 32.5 Lintang Selatan dan 110º 26.5 Bujur Timur, dan secara administrasi terletak pada 4 (empat) wilayah kabupaten

Lebih terperinci

PERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI PERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Geografi

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG DUNIA USAHA TANGGUH BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA BUPATI KARANGANYAR, ESA Menimbang : a.

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA TERHADAP BAHAYA LONGSOR (Studi kasus di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat)

MITIGASI BENCANA TERHADAP BAHAYA LONGSOR (Studi kasus di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat) MITIGASI BENCANA TERHADAP BAHAYA LONGSOR (Studi kasus di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat) Nur Ainun Jariyah dan Syahrul Donie Peneliti di Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan DAS, Surakarta

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA 9 Oktober 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Nomor 7 Seri A Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang, Bendung Krapyak berada di Dusun Krapyak, Desa Seloboro, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Secara geografis terletak pada posisi 7 36 33 Lintang Selatan

Lebih terperinci