ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA SUBSPESIES BURUNG DARA LAUT (Laridae) SKRIPSI KAMARIAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA SUBSPESIES BURUNG DARA LAUT (Laridae) SKRIPSI KAMARIAH"

Transkripsi

1 ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA SUBSPESIES BURUNG DARA LAUT (Laridae) SKRIPSI KAMARIAH DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 RINGKASAN KAMARIAH. D Analisis Morfometrik Kepala pada Beberapa Subspesies Burung Dara Laut (Laridae). Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Rini H. Mulyono, M.Si. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Dewi M. Prawiradilaga Ukuran-ukuran linear kepala burung dara laut yang diamati pada penelitian; dilakukan untuk memperoleh kajian morfometrik ukuran kepala burung. Spesies burung dara laut yang diamati, meliputi Anous minutus worcesteri, Anous stolidus pileatus (genus Anous); Chlidonias hybrida javanica (genus Chlidonias); Sterna albifrons sinensis, Sterna anaethetus anaethetus, Sterna bergii cristatus, Sterna fuscata nubilosa dan Sterna sumatrana sumatrana (genus Sterna). Status konservasi spesies-spesies tersebut adalah least concern atau tidak memerlukan perhatian khusus. Penelitian ini menggunakan spesimen yang disediakan Laboratorium Ornitologi Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Cibinong. Spesimen yang diamati adalah Anous minutus worcesteri (camar angguk hitam) yang terdiri atas tujuh spesimen (lima ekor jantan dan dua ekor betina). Anous stolidus pileatus (camar angguk coklat) yang diamati terdiri atas sembilan spesimen (lima ekor jantan dan empat ekor betina); Chlidonias hybrida javanica (dara laut kumis) terdiri atas empat belas spesimen (sembilan ekor jantan dan lima ekor betina); Sterna albifrons sinensis (dara laut kecil) terdiri atas 13 spesimen (lima ekor jantan dan delapan ekor betina); Sterna anaethetus anaethetus (dara laut batu) terdiri atas 18 spesimen (11 ekor jantan dan tujuh ekor betina); Sterna bergii cristatus (dara laut jambul) terdiri atas 54 spesimen (24 ekor jantan dan 30 ekor betina); Sterna fuscata nubilosa (dara laut sayap hitam) terdiri atas 17 spesimen (tujuh ekor jantan dan 10 ekor betina); dan Sterna sumatrana sumatrana (dara laut tengkuk hitam) terdiri atas 36 spesimen (16 ekor jantan dan 20 ekor betina). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi morfometrik dari burung dara laut yang diamati. T 2 -Hotelling digunakan untuk membedakan ukuranukuran linear kepala diantara setiap dua spesies burung dara laut yang diamati. Ketidakserupaan morfometrik kepala dilakukan dengan pendekatan jarak minimum D 2 Mahalanobis. Analisis Komponen Utama digunakan untuk ukuran dan bentuk kepala burung dara laut yang diamati. Hasil statistik T 2 -Hotelling menyatakan bahwa ditemukan perbedaan ukuranukuran linear kepala diantara setiap dua spesies dari delapan spesies burung dara laut yang diamati (P <0,01). Pendekatan jarak minimum ketidakserupaan morfometrik D 2 Mahalanobis memisahkan delapan subspesies menjadi dua kelompok besar pada titik percabangan 3,6004; yaitu kelompok A dan B. Kelompok A dibagi menjadi dua kelompok, yaitu A 1 dan A 2 pada titik percabangan 2,9539; kelompok B dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok B 1 dan B 2 pada titik percabangan 2,6182. Kelompok A 1 terdiri atas Anous stolidus pileatus, Chlidonias hybrida javanica, Sterna anaethetus anaethetus dan Sterna fuscata nubilosa; sedangkan kelompok A 2 terdiri atas Sterna bergii cristatus. Kelompok B 1 adalah Sterna albifrons sinensis; sedangkan kelompok B 2 terdiri atas Anous minutus worcesteri dan Sterna sumatrana sumatrana.

3 Hasil Analisis Komponen Utama menyatakan bahwa penciri ukuran pada delapan subspesies adalah panjang paruh. Vektor eigen penciri ukuran, yaitu panjang paruh pada Anous minutus worcesteri sebesar 0,975; pada Anous stolidus pileatus sebesar 0,917; pada Chlidonias hybrida javanica sebesar 0,746; pada Sterna albifrons sinensis sebesar 0,931; pada Sterna anaethetus anaethetus sebesar 0,983; pada Sterna bergii cristatus sebesar 0,879; pada Sterna fuscata nubilosa sebesar 0,875; dan pada Sterna sumatrana sumatrana sebesar 0,985. Penciri bentuk pada Anous stolidus pileatus, Chlidonias hybrida javanica dan Sterna anaethetus anaethetus adalah lebar kepala dengan vektor eigen masing-masing sebesar 0,882; 0,714 dan 0,975; sedangkan pada Anous minutus worcesteri, Sterna albifrons sinensis, Sterna bergii cristatus, Sterna fuscata nubilosa dan Sterna sumatrana sumatrana adalah panjang kepala dengan vektor eigen masing-masing sebesar 0,956; 0,742; 0,757; 0,922 dan 0,728. Hasil pengelompokan dalam bentuk dendogram berdasarkan jarak minimum D 2 Mahalanobis dan pengelompokan dalam bentuk diagram kerumunan berdasarkan Analisis Komponen Utama; memperlihatkan kesesuaian hasil terutama yang berhubungan dengan skor ukuran. Analisis Komponen Utama menyajikan skor bentuk yang tidak terdapat pada D 2 Mahalanobis. Kata-kata kunci: burung air, T 2 -Hotelling, jarak minimum ketidakserupaan morfometrik D 2 -Mahalanobis, Analisis Komponen Utama, skor ukuran dan bentuk ii

4 ABSTRACT Head Morphometric Analysis of Several Terns (Laridae) Subspecies Kamariah, R. H. Mulyono and D. M. Prawiradilaga This experiment was conducted to determine the size and body shape score of terns using Principal Component Analysis (PCA). The measurement taken were bill length, bill width, bill depth, head width and head length. A total of 168 specimen of terns consisted of 79 specimen males and 89 specimen females were measured. There were differences in linear bill and head measurements among subspecies of terns (P<0.01). The discriminator of head size for all subspecies terns being examined was bill length. The Eigen vectors of the discriminator of head size in subspecies Anous minutus worcesteri was 0,975; Anous stolidus pileatus was 0,917; Chlidonias hybrida javanica was 0,746; Sterna albifrons sinensis was 0,931; Sterna anaethetus anaethetus was 0,983; Sterna bergii cristatus was 0,879; Sterna fuscata nubilosa was 0,875; and Sterna sumatrana sumatrana was 0,985. The discriminator of head shape of subspecies A. s. pileatus, C. h. javanica and S. a. anaethetus were head width, while the subspecies A. m.s worcesteri, S. a. sinensis, S. b. cristatus, S. f. nubilosa and S. s. sumatrana were head length. The Eigen vectors of the discriminator of head shape in subspecies A. s. pileatus, C. h. javanica and S. a. anaethetus were 0,882; 0,714 and 0,975 respectively. The Eigen vectors of the discriminator of head shape in subspecies A. m. worcesteri, S. a. sinensis, S. b. cristatus, S. f. nubilosa and S. s. sumatrana were 0,956; 0,742; 0,757; 0,922 and 0,728 respectively. Descriminator of size is influenced by the environment. Bill length as descriminator of shape indicates that the bill length is affected by habitat. Head width and head length are influenced by genetics. The Minimum D Mahalonobis distance showed the classification of terns into two group at the branching point of , group A and B. Group A consisted of A. s. pileatus, C. h. javanica, S. a. anaethetus, S. f. nubilosa and S. b. cristatus. Group B consisted of S. a. sinensis, A. m. worcesteri and S. s. sumatrana. Keywords: water birds, T2-Hotelling, minimum distance D 2 Mahalanobis, Principal Component Analysis, discriminator size and shape

5 ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA SUBSPESIES BURUNG DARA LAUT (Laridae) KAMARIAH D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

6 Judul : Analisis Morfometrik Kepala pada Beberapa Subspesies Burung Dara Laut (Laridae) Nama : Kamariah NIM : D Menyetujui, Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota, Ir. Rini H. Mulyono, M.Si. NIP Dr. Dewi Malia Prawiradilaga NIP Mengetahui: Ketua Departemen, Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc. NIP Tanggal Ujian: Tanggal Lulus:

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 8 September 1988 di Kecamatan Muara Muntai, Kutai Kartanegara. Penulis adalah anak bungsu dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Jarnie (alm) dan Ibu Jahrah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 057 Samarinda pada tahun 2000, pendidikan menengah pertama di SLTPN 1 Muara Muntai diselesaikan pada tahun 2003 dan pendidikan menegah atas di SMAN 1 Muara Muntai diselesaikan pada tahun Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Pemerintah Daerah Kutai Kartanegara dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan pada tahun Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah aktif sebagai anggota Koperasi Mahasiswa (KOPMA) pada tahun 2007/ Penulis juga aktif dalam Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Kutai Kartanegara pada tahun 2006 hingga sekarang.

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kepada Allah SWT atas limpahan karunia, rahmat dan hidayah-nya yang tidak terhingga sehingga penulis mampu menyelesaikan studi di Fakultas Peternakan ini. Shalawat dan salam dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai junjungan dan suri tauladan kita. Skripsi dengan judul Analisis Morfometrik Kepala pada Beberapa Subspesies Burung Dara Laut (Laridae), disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai perbedaan ukuran-ukuran linear kepala, jarak minimum ketidakserupaan ukuran-ukuran linear kepala kepala dan mengetahui karakteristik morfometrik kepala burung-burung tersebut. Penulis berharap agar penelitian ini dapat dilanjutkan ke spesies burung lain yang memiliki status konservasi terancam. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu penyusunan skripsi ini, semoga Allah SWT memberikan rahmat kepada kita semua. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebaik-baiknya. Bogor, Januari 2011 Penulis

9 DAFTAR ISI RINGKASAN... ABSTRACT... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Manfaat... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Family Laridae... 3 Paruh... 3 Tengkorak Kepala... 3 Sexual Dimorphism... 4 Anous minutus worcesteri... 4 Anous stolidus pileatus... 5 Chlidonias hybrida javanica... 7 Sterna albifrons sinensis... 8 Sterna anaethetus anaethetus... 9 Sterna bergii cristatus Sterna fuscata nubilosa Sterna sumatrana sumatrana Lahan Basah Analisis Komponen Utama (AKU) Jarak Minimum Ketidakserupaan Morfometrik D 2 Mahalanobis. 15 METODE Lokasi dan Waktu Materi Burung Air Peralatan Peubah yang Akan Diamati Prosedur Rancangan Statistik Analisis Deskriptif i iii iv v vi vii viii x xi xii

10 Statistik T 2 -Hotelling Jarak Minimum Ketidakserupaan Morfometrik D 2 Mahalanobis Penyajian Dendogram Analisis Komponen Utama Diagram Kerumunan HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Statistik Deskriptif Hasil Statistik T 2 -Hotelling Hasil Statistik D 2 Mahalanobis Hasil Analisis Komponen Utama Marga Anous Marga Chlidonias Marga Sterna KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Ukuran-ukuran Linear Peubah Kepala Burung Dara Laut Jantan dan Betina pada Genus Anous Ukuran-ukuran Linear Peubah Kepala Burung Dara Laut Jantan dan Betina pada Genus Chlidonias Ukuran-ukuran Linear Peubah Kepala Burung Dara Laut Jantan dan Betina pada Genus Sterna Rekapitulasi Hasil Uji Statistik T 2 -Hotelling antara Subspesies Burung yang Diamati Hasil Rekapitulasi Uji Statistik T 2 -Hotelling antara Jenis Kelamin pada Setiap Subspesies yang diamati Akar dari Jarak Minimum D 2 Mahalanobis diantara Delapan Subspesies Burung Dara Laut yang diamati Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Anous minutus worcesteri berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Anous stolidus pileatus berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Chlidonisas hybrida javanica berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna albifrons sinensis berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna anaethetus anaethetus berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna bergii cristatus berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna fuscata nubilosa berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna sumatrana sumatrana berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen... 36

12 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Anous minutus worcesteri Anous stolidus pileatus Chlidonias hybrida javanica Sterna albifrons sinensis Sterna anaethetus anaethetus Sterna bergii cristatus Sterna fuscata nubilosa Sterna sumatrana sumatrana Bagan Kepala Burung Dara Laut yang Diamati Dendogram Ketidakserupaan Morfometrik Ukuran-ukuran Linear Kepala diantara Delapan Subspesies Burung Dara Laut yang Diamati Diagram Kerumunan Marga Anous Berdasarkan Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala Diagram Kerumunan Marga Chlidonias Berdasarkan Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala Diagram Kerumunan Marga Sterna Berdasarkan Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala Diagram Kerumunan Delapan Subspesies Burung Dara Laut Berdasarkan Skor Ukuran dan Bentuk Kepala... 40

13 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Perhitungan Manual Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Anous minutus worcesteri Betina Perhitungan Manual Uji Statistik T 2 Hotelling pada Peubahpeubah antara Kelompok Subspesies Anous minutus worcesteri dan Anous stolidus pileatus Perhitungan Jarak D 2 Mahalanobis anatara Sterna sumatrana sumatrana, Anous minutus worcesteri dan Sterna albifrons sinensis Perhitungan untuk Memperoleh Persamaan Komponen Utama Pertama Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada Anous minutus worcesteri Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada Anous minutus worcesteri Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada Anous stolidus pileatus Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada Anous stolidus pileatus Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada Chlidonias hybrida javanica Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada Chlidonias hybrida javanica Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada Sterna albifrons sinensis Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada Sterna albifrons sinensis Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada Sterna anaethetus anaethetus... 67

14 14. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada Sterna anaethetus anaethetus Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada Sterna bergii cristatus Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada Sterna bergii cristatus Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada Sterna fuscata nubilosa Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada Sterna fuscata nubilosa Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada Sterna sumatrana sumatrana Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada Sterna sumatrana sumatrana Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala pada Anous minutus worcesteri Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala pada Anous stolidus pileatus Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala pada Chlidonias hybrida javanica Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala pada Sterna albifrons sinensis Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala pada Sterna anaethetus anaethetus xiii

15 26. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala pada Sterna bergii cristatus Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala pada Sterna fuscata nubilosa Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala pada Sterna sumatrana sumatrana Penciri Ukuran dan Bentuk Kepala Spesies Burung Air yang Diamati Berikut Korelasinya terhadap Skor Ukuran dan Bentuk Diagram Kerumunan Anous minutus worcesteri Berdasarkan Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala Diagram Kerumunan Anous stolidus pileatus Berdasarkan Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala Diagram Kerumunan Sterna albifrons sinensis Berdasarkan Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala Diagram Kerumunan Sterna anaethetus anaethetus Berdasar kan Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala Diagram Kerumunan Sterna bergii cristatus Berdasarkan Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala Diagram Kerumunan Sterna fuscata nubilosa Berdasarkan Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala Diagram Kerumunan Sterna sumatrana sumatrana Berdasarkan Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala Spesimen Anous minutus worcesteri Spesimen Anous stolidus pileatus Spesimen Chlidonias hybrida javanica Spesimen Sterna albifrons sinensis Spesimen Sterna anaethetus anaethetus Spesimen Sterna bergii cristatus Spesimen Sterna fuscata nubilosa Spesimen Sterna sumatrana sumatrana xiv

16 PENDAHULUAN Latar Belakang Burung air merupakan kelompok burung yang menghuni lahan basah, seperti rawa, sungai, danau dan pantai. Mereka memiliki fungsi penting dalam lingkungan, karena merupakan indikator yang baik bagi kerusakan lingkungan dan menjaga keseimbangan ekosistem lahan basah. Lingkungan yang rusak akan mengancam kehidupan makhluk hidup termasuk burung air, karena ketersediaan pakan semakin berkurang. Selain itu ketiadaan burung air dapat menyebabkan peledakan populasi makhluk hidup lain, karena ketiadaan predator yang berfungsi menjaga keseimbangan ekosistem. Salah satu suku (family) burung air yang berperan dalam proses tersebut adalah suku Laridae atau dara laut. Suku Laridae terdiri atas 12 marga (genus), diantara marga tersebut adalah Anous, Chlidonias dan Sterna. Ukuran populasi Anous, Chlidonias dan Sterna hingga tahun 2010 berkisar antara 150 ribu-22 juta individu dewasa; dan digolongkan ke dalam status konservasi (status keberadaan) Least Concern atau tidak memerlukan perhatian khusus (BirdLife International, 2011 a,b,c,d,e,f,g ). Ukuran populasi yang belum mengkhawatirkan tersebut, harus tetap mendapatkan perhatian untuk mencegah kepunahan dan menjaga kelestarian burung air dunia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah penangkaran. Upaya penangkaran memerlukan data spesifik mengenai burung yang akan ditangkarkan, sehingga sangat membutuhkan informasi genetik. Informasi genetik morfometrik ukuran-ukuran kepala burung dara laut (Laridae) dapat mendukung upaya penangkaran spesies tersebut untuk keperluan konservasi ex situ, karena memberikan informasi penting mengenai kerakteristik spesies berdasarkan ukuran-ukuran linear kepala. Penentuan karakteristik tersebut penting, terutama untuk spesies yang memiliki karakteristik kualitatif yang hampir sama. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui pengukuran tulang pada bagianbagian kepala karena tulang bersifat genetis yang diturunkan dari tetua. Setiap spesies memiliki perbedaan karakteristik yang spesifik sehingga melalui Analisis Komponen Utama (AKU) dapat diperoleh penciri ukuran dan bentuk kepala dari

17 masing-masing spesies, setiap penciri berhubungan dengan faktor genetik dan lingkungan. Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik morfometrik kepala burung dara laut (Laridae), dengan membedakan peubah-peubah ukuran linear kepala yang diamati pada setiap dua spesies burung air melalui uji statistik T 2 -Hotelling. Penelitian ini juga bertujuan untuk memperoleh karakteristik morfometrik kepala burung melalui pengamatan ukuran dan bentuk kepala; berikut pencirinya dari masing-masing spesies yang diamati berdasarkan Analisis Komponen Utama (AKU). Ukuran dan bentuk kepala divisualisasikan ke dalam diagram kerumunan berdasarkan skor yang diperoleh. Penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan kedekatan hubungan morfometrik kepala berdasarkan ketidakserupaan morfometrik melalui pendekatan jarak minimum D 2 -Mahalanobis yang divisualisasikan dalam bentuk diagram pohon. Manfaat Penelitian ini bermanfaat sebagai informasi tambahan mengenai karakteristik ukuran dan bentuk kepala burung air yang diamati, yaitu Anous minutus worcesteri (camar angguk hitam), Anous stolidus pileatus (camar angguk coklat), Chlidonias hybrida javanica (dara laut kumis), Sterna albifrons sinensis (dara laut kecil), Sterna anaethetus anaethetus (dara laut batu), Sterna bergii cristatus (dara laut jambul), Sterna fuscata nubilosa (dara laut sayap hitam), dan Sterna sumatrana sumatrana (dara laut tengkuk hitam) yang dapat digunakan sebagai acuan konservasi bagi spesies burung untuk mempertahankan keanekaragaman satwa, terutama burung air dunia. Ilmu genetika yang mendasari pengelompokan berdasarkan ukuran dan bentuk kepala, memberikan manfaat yang berharga bagi keberlanjutan eksistensi spesiesspesies burung air dalam upaya penangkaran. 2

18 TINJAUAN PUSTAKA Suku Laridae Suku Laridae memiliki karakteristik kaki pendek, sayap panjang, dan runcing, ekor menggarpu, dan paruh yang halus serta runcing (MacKinnon, 1996). Storer (1960) menjelaskan bahwa suku Laridae memiliki karakteristik ukuran tubuh yang kecil hingga sedang dengan sayap yang panjang, dan jari kaki berselaput. MacKinnon (1996) memisahkan suku Laridae ke dalam anak suku Sterninae. Suku Laridae terdiri atas beberapa marga, diantaranya marga Anous, Chlidonias, dan Sterna. Marga Anous terdiri atas Anous stolidus pileatus dan Anous minutus worcesteri serta Anous tenuirostris. Marga Chlidonias terdiri atas Chlidonias hybrida javanica, Chlidonias niger, Chlidonias leucopterus dan Chlidonias albostriatus; dan marga Sterna terdiri atas 20 spesies, diantaranya Sterna albifrons sinensis, Sterna anaethetus anaethetus, Sterna bergii cristatus, Sterna fuscata nubilosa dan Sterna sumatrana sumatrana (Bridge et al., 2005). Baskoro (2009) menyatakan bahwa spesies burung dalam marga Anous, Chlidonias dan Sterna memiliki jumlah telur 1-2 atau 2-3 butir setiap periode dan berbiak pada bulan Mei sampai Juni. Paruh Paruh merupakan salah ciri morfologi yang dapat mengidentifikasi jenis burung berdasarkan pakan dan cara burung mengambil pakan (Pough et al., 2006). Paruh pada burung memiliki fungsi yang hampir sama dengan tangan, dan mulut; serta mengindikasikan kebiasaan makan burung (Storer et al., 1968). Ukuran paruh yang ditunjukkan pada panjang, lebar dan dalam paruh; dapat menyumbang informasi pada skor ukuran berdasarkan Analisis Komponen Utama, tetapi informasi ekologi lebih dapat memberikan variasi pada ukuran dan bentuk paruh sebagai akibat dari jenis pakan yang dikonsumsi (Sutherland et al., 2008). Tengkorak Kepala Tengkorak kepala merupakan informasi penting untuk mengidentifikasi perkembangan dan mengetahui hubungan genetik antara jenis yang berbeda. Bangsa berpengaruh terhadap ukuran tengkorak kepala (Saparto, 2004). Pengukuran kepala dilakukan dari pangkal paruh hingga tengkorak kepala belakang (Sutherland et al.,

19 2008). Tengkorak kepala terdiri atas ruang otak (cranium) serta rahang atas dan bawah (maxilla dan mandibula). Pada umumnya, tulang pada cranium akan menjadi bentuk yang sempurna pada saat burung dewasa (Tyne dan Berger, 1976). Warwick et al. (1995) menyatakan bahwa ukuran-ukuran tubuh termasuk ukuran-ukuran kepala berguna untuk menelusuri asal-usul dan hubungan filogenetik antar hewan yang diamati. Sexual Dimorphism Sexual dimorphism adalah perbedaan morfologi antara jenis kelamin jantan dan betina dalam satu spesies yang sama. Perbedaan tersebut dapat ditunjukkan pada ukuran tubuh, warna dan struktur tubuh antara jenis kelamin (Owen dan Hartley, 1998). Sexual dimorphism dalam beberapa spesies berbeda-beda secara geografis. Pada beberapa spesies burung, jantan memiliki warna yang lebih cerah dibandingkan betina. Sexual dimorphism pada burung juga dapat ditemukan pada ukuran tubuh keseluruhan, ukuran paruh dan panjang ekor (Tyne dan Berger, 1976; dan Owen dan Hartley, 1998). Perbedaan ukuran tubuh berhubungan dengan variasi dalam sistem perkembangbiakan dan perbedaan jenis kelamin dalam perawatan anakan yang ditunjukkan dalam persaingan antar jenis kelamin (Owens dan Hartley, 1998). Sutherland et al. (2008) menjelaskan bahwa perbedaan jenis kelamin pada burung bisa dilihat dari warna dan ukuran tubuh. Biasanya ukuran tubuh jantan lebih besar dibandingkan betina, kecuali pada burung elang terjadi sebaliknya. Anous minutus worcesteri Anous minutus worcesteri atau burung camar angguk hitam, diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes; suku Laridae dan marga Anous (ZipcodeZoo, 2010 a ). Anous minutus worcesteri memiliki karakteristik yang hampir sama dengan Anous stolidus pileatus, tetapi ukuran jenis burung ini lebih kecil dibandingkan Anous stolidus pileatus. Burung ini memiliki karakteristik panjang tubuh 33 cm (MacKinnon, 1996). Karakterisik lain yang membedakan adalah bulu yang berwarna hitam, kecuali pada bagian tengkuk berwarna abu-abu tua dan dahi berwarna putih (del Hoyo et al., 1996). Anous minutus worcesteri memiliki habitat yang serupa dengan burung air lain, seperti pantai berpasir, karang, bebatuan dan laut (del Hoyo et al., 1996). 4

20 Tempat tersebut merupakan tempat tinggal sekaligus tempat untuk mencari makan. Makanan utama yang didapat di daerah tersebut adalah ikan-ikan kecil, cumi-cumi, serangga dan krustasia (MacKinnon, 1996; dan del Hoyo et al., 1996). Gambar 1 menyajikan Anous minutus worcesteri yang sedang bertengger di ranting pohon. Gambar 1. Anous minutus worcesteri Sumber: Worldbirds (2010 a ) Populasi Anous minutus worcesteri sampai tahun 2010 diperkirakan berjumlah antara 160 ribu-1,1 juta individu dewasa (BirdLife International, 2011 a ). Ukuran tersebut masih di luar ambang batas kepunahan, sehingga status konservasi (status keberadaan) bagi jenis burung ini adalah Least Concern atau tidak memerlukan perhatian khusus. Subspesies ini memiliki ancaman predator, yang terdiri atas kucing, ular Boiga irregularis dan manusia yang memanfaatkan telur, anakan dan individu dewasa untuk dikonsumsi (BirdLife International, 2011 a ). Jenis burung ini menyebar hampir di seluruh dunia, diantaranya Samudera Hindia, Karibea dan Samudera Atlantik (Guager, 1999). MacKinnon (1996) menjelaskan bahwa Anous minutus worcesteri merupakan pengembara yang jarang dan kadang dapat ditemui di sepanjang tepi pantai utara di Jawa dan Bali. Anous stolidus pileatus Anous stolidus pileatus atau burung camar angguk coklat, diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes; suku Laridae dan marga Anous (ZipcodeZoo, 2010 b ). Anous stolidus pileatus merupakan dara laut yang berukuran besar. Anous stolidus pileatus memiliki karakteristik yang hampir sama dengan Anous minutus worcesteri, baik dari ukuran maupun warna 5

21 bulu. Anous stolidus pileatus memiliki warna coklat gelap dan ukuran yang lebih besar dibandingkan Anous minutus worcesteri (del Hoyo et al., 1996). Burung ini memiliki karakteristik panjang tubuh 39 cm (MacKinnon, 1996) del Hoyo et al. (1996) menjelaskan bahwa jenis burung ini dapat ditemukan di dekat pantai, pulau, batu karang, pasir kerikil dan lepas pantai. Anous stolidus pileatus sering mencari makan di sekitar pantai sampai sejauh 50 km. Makanan utama jenis burung ini adalah cumi-cumi, moluska, serangga dan ikan kecil (del Hoyo et al., 1996; dan MacKinnon, 1996). Gambar 2 menyajikan Anous stolidus pileatus yang sedang bertengger di ranting pohon. Gambar 2. Anous stolidus pileatus Sumber: Worldbirds (2010 b ) Ukuran populasi Anous stolidus pileatus sampai dengan 2010 diperkirakan antara 180 ribu-1,1 juta individu dewasa (BirdLife International, 2011 b ). Jumlah tersebut belum mengkhawatirkan sehingga jenis burung ini dikatagorikan dalam status konservasi (status keberadaan) Least Concern atau tidak memerlukan perhatian khusus. Anous stolidus pileatus merupakan dara laut tropis yang menyebar di seluruh dunia. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies ini adalah predator kucing, tikus, ular Boiga irregularis dan manusia (memanfaatkan telur, anakan serta individu dewasa untuk dikonsumsi) (BirdLife International, 2011 b ). Daerah sebaran spesies ini meliputi Hawai, Kepulauan Tuamuto, Australia, Samudera Hindia, Amerika, Laut Merah sampai dengan Asia Tenggara (del Hoyo et al., 1996). MacKinnon (1996) menjelaskan bahwa Anous stolidus pileatus banyak bersarang di kepulauan Karimun Jawa. 6

22 Chlidonias hybrida javanica Chlidonias hybrida javanica atau burung dara laut kumis, diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes; suku Laridae dan marga Chlidonias (ZipcodeZoo, 2010 c ). Spesies ini memiliki karakteristik yang cukup unik karena memiliki tutupan seperti kumis berwarna hitam pada bagian atas paruh. Paruh yang kuat dengan panjang mm ditemukan pada jantan dan mm pada betina. Burung dewasa pada musim panas memiliki paruh dan kaki yang berwarna kemerahan. Sisi bagian leher berwarna putih, bahkan putih sampai dengan ke bagian tengkuk. Bulu belakang sampai dengan bagian scapula berwarna coklat gelap dan memiliki kerakteristik panjang tubuh 33 cm (MacKinnon, 1996). Spesies ini memiliki berbagai habitat lahan basah, tetapi sering ditemukan pada tanah berawa air tawar dengan perairan yang luas, terutama daerah yang ditumbuhi tanaman pakan sapi atau kuda. Habitat lain dari spesies burung ini adalah sungai, pulau, empang dengan tumbuhan teratai, muara, daratan pantai, pinggiran pantai dan bakau (del Hoyo et al., 1996; dan Snow dan Perrins, 1998). Gambar 3 menyajikan Chlidonias hybrida javanica yang sedang bertengger pada batu. Gambar 3. Chlidonias hybrida javanica Sumber: Worldbirds (2010 c ) Makanan utama spesies ini menurut del Hoyo et al. (1996) meliputi serangga darat dan serangga air (misalnya: Dytiscidae, Odonata baik larva maupun dewasa, Orthoptera, laba-laba, katak, kepiting kecil dan semut terbang). Makanan lain spesies ini adalah serangga terutama capung (MacKinnon, 1996). Populasi spesies ini sampai 7

23 dengan tahun 2010 diperkirakan berkisar antara 300 ribu-1,5 juta individu dewasa (BirdLife International, 2011 c ). Ukuran populasi tersebut belum mendekati ambang batas kepunahan, meskipun demikian masih tetap diperlukan konservasi untuk menjaga kelestarian spesies tersebut. Status konservasi (status keberadaan) spesies ini adalah Least Concern atau tidak memerlukan perhatian khusus. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies ini adalah kerusakan sarang akibat gangguan binatang pengerat dan sejumlah telur diambil oleh penduduk lokal untuk dikonsumsi atau dijual (BirdLife International, 2011 c ). Chlidonias hybrida merupakan burung air migran, tetapi khusus pada Chlidonias hybrida javanica, menyebar hanya di sekitar pulau Jawa dan Australia (MacKinnon dan Phillips, 1993). Sterna albifrons sinensis Sterna albifrons sinensis atau burung dara laut kecil, diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes; suku Laridae dan marga Sterna (ZipcodeZoo, 2010 d ). Spesies ini merupakan burung dara laut yang berukuran kecil dengan warna kaki dan paruh berwarna kuning serta warna putih pada dahi. Pada musim dingin, warna putih pada dahi akan semakin luas, paruh berwarna hitam dan warna hitam pudar pada kaki (del Hoyo et al., 1996). Burung ini memiliki karakteristik panjang tubuh 25 cm (MacKinnon, 1996). Gambar 4 menyajikan Sterna albifrons sinensis yang sedang mencari makan di antara pasir. Gambar 4. Sterna albifrons sinensis Sumber: Viana (2010) Habitat Sterna albifrons sinensis ditemukan pada daerah pantai tandus, pulau dan tepi pantai, kerikil, bukit karang lepas pantai, sungai, muara, bendungan serta sering ditemukan bersarang pada daerah rumput kering (del Hoyo et al., 1996). 8

24 Makanan spesies ini sebagian besar adalah ikan kecil (misalnya: Ammodytes spp., Rutilus rutilus, Scardinius erythrophthalmus, Cyprinus carpio dan Perca fluviatilis) dan binatang berkulit keras dengan ukuran 3-6 cm seperti serangga serta cacing, siput dan udang (del Hoyo et al., 1996 dan MacKinnon, 1996). Ukuran populasi Sterna albifrons sinensis sampai dengan tahun 2010 dicatat sebanyak ribu individu dewasa (BirdLife International, 2011 d ). Spesies ini dikategorikan ke dalam status konservasi (status keberadaan) Least Concern atau tidak memerlukan perhatian khusus, karena berjumlah cukup besar dan sedikit mengalami penurunan ukuran populasi. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies ini adalah kerusakan habitat untuk pengembangan industri, polusi pestisida dan pengumpulan telur untuk konsumsi manusia (BirdLife International, 2011 d ). Kondisi ini tetap membutuhkan perhatian untuk keberlangsungan populasi burung air ini. Penyebaran Sterna albifrons sinensis menetap di sepanjang pantai daerah sedang dan tropika. MacKinnon menjelaskan bahwa terdapat populasi kecil Sterna albifrons sinensis di Jawa dan Bali. del Hoyo et al. (1996) menambahkan bahwa spesies ini juga dapat ditemukan di Eropa, menyebar di sepanjang pantai di bagian Afrika serta Asia Timur, Asia Barat, Arab, New Zealand hingga sesekali dapat ditemukan di Hawai. Hampir semua jenis burung dara laut kecil menyebar luas di seluruh dunia. Sterna anaethetus anaethetus Sterna anaethetus anaethetus atau burung dara laut batu, diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes; suku Laridae dan marga Sterna (ZipcodeZoo, 2010 e ). Jenis burung ini merupakan dara laut yang berukuran sedang. Karakteristik yang dimiliki adalah panjang tubuh 37 cm, sayap dan ekor berwarna abu-abu gelap pada bagian atas, sedangkan pada bagian bawah berwarna putih (MacKinnon, 1996). Karakteristik lain yang dimiliki adalah dahi dan alis berwarna putih, kaki serta paruh yang berwarna hitam (Bridge et al., 2005). Jenis burung ini ditemukan pada daerah lepas pantai laut tropis dan subtropis, yang meliputi daerah tumbuhan pantai, karang, batuan pulau, daerah pelagis hingga sampah apung yang digunakan untuk menangkap ikan-ikan kecil (del Hoyo et al., 1996). Makanan utama jenis burung ini menurut del Hoyo et al. (1996) dan 9

25 MacKinnon (1996) adalah cumi-cumi dan ikan permukaan yang berukuran kurang dari enam cm, selain itu juga memakan krustasia, serangga air, semut terbang, kumbang, kutu busuk dan moluska. Gambar 5 menyajikan Sterna anaethetus anaethetus yang sedang bertengger. Gambar 5. Sterna anaethetus anaethetus Sumber: Worldbirds (2010 d ) Ukuran populasi Sterna albifrons anaethetus sampai dengan 2010, menurut BirdLife International (2011 e ) berkisar antara 610 ribu-1,5 juta individu dewasa. Jumlah ini belum mendekati ambang batas bawah bagi populasi yang mendekati kepunahan, sehingga Sterna albifrons anaethetus dikatagorikan ke dalam status konservasi (status keberadaan) Least Concern yang berarti tidak memerlukan perhatian khusus. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies ini adalah kucing, aktivitas manusia di sekitar habitat serta pemanfaatan telur dan anakan oleh manusia untuk dikonsumsi (BirdLife International, 2011 e ). Kondisi tersebut harus mendapat perhatian untuk menghindari kepunahan burung air. Wilayah sebaran spesies ini meliputi Samudera Pasifik dan Atlantik termasuk Karibia, Afrika timur hingga selatan, Arab, India, Asia Tenggara, New Zealand dan Australia (de Hoyo et al., 1996). MacKinnon (1996) menjelaskan bahwa Sterna albifrons anaethetus merupakan penghuni tetap di lepas pantai di Jawa dan Bali. Sterna bergii cristatus Sterna bergii cristatus atau burung dara laut jambul, diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes; suku Laridae dan marga Sterna (ZipcodeZoo, 2010 f ). Sterna bergii cristatus 10

26 merupakan salah satu burung dara laut dengan ukuran yang cukup besar. Karakteristik yang dimiliki burung ini adalah panjang tubuh yang berkisar antara cm (Cooper, 2006). Dahi dan bagian bawah tubuh berwarna putih, bagian belakang dan sayap bawah berwarna abu-abu kehitaman (Snow dan Perrins, 1998). Sterna bergii cristatus mendiami daerah garis pantai tropis dan subtropis, mencari makan pada daerah perairan dangkal, danau dan pinggiran laut, batu karang, muara, teluk, daerah berpasir, berbatu hingga di perairan payau (del Hoyo et al., 1996). Habitat tersebut merupakan tempat burung ini tinggal dan mencari makan. Makanan utama meliputi ikan dengan panjang cm, cumi-cumi, serangga, binatang berkulit keras seperti kepiting dan kerang (del Hoyo et al., 1996). Ukuran populasi Sterna bergii cristatus sampai dengan tahun 2010 diperkirakan sebanyak 150 ribu-1,1 juta individu dewasa. Populasi spesies ini cukup tinggi dibandingkan dengan penurunan populasi sehingga BirdLife International (2011 f ) mengkategorikan dalam status konservasi (status keberadaan) Least Corcern atau tidak memerlukan perhatian khusus. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies ini adalah gangguan aktivitas manusia pada koloni yang sedang berkembang biak yang dapat menyebabkan kegagalan reproduksi; selain itu peningkatan pemangsa burung ibis terhadap telur dan kandang (BirdLife International, 2011 f ). Kondisi tersebut memerlukan upaya konservasi untuk menjamin keberlanjutan generasi. Gambar 6 menyajikan Sterna bergii cristatus yang sedang mencari makan di pinggiran pantai. Gambar 6. Sterna bergii cristatus Sumber: Grosset (2010) 11

27 Sterna bergii cristatus termasuk burung yang sering ditemukan bersarang di perairan dekat pantai dan pulau-pulau kecil di Jawa dan Bali (MacKinnon, 1996). Daerah penyebaran Sterna bergii cristatus, meliputi Atlantik, Afrika Selatan, Asia, Australia, sebelah barat samudera Hindia, samudera Pasifik dan dapat juga ditemukan di Madagaskar (del Hoyo et al., 1996). Pratt et al. (1987) menyatakan bahwa spesies ini juga ditemukan di Aldabra dan Etoile yang merupakan bagian dari samudera Hindia, Samudera Pasifik yang meliputi Kiribati, Fiji dan Tonga. Penyebaran yang luas menyebabkan spesies tersebut dapat ditemukan di berbagai bagian dunia. Sterna fuscata nubilosa Sterna fuscata nubilosa atau burung dara laut sayap hitam diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes; suku Laridae dan marga Sterna (ZipcodeZoo, 2010 g ). Spesies ini memiliki karakteristik ukuran tubuh yang cukup besar dengan panjang 43 cm (MacKinnon, 1996). Sterna fuscata nubilosa memiliki warna bulu abu-abu gelap pada bagian atas tubuh dan warna putih pada bagian bawah tubuh. Paruh dan kaki berwarna hitam, memiliki warna putih yang cukup besar pada dahi serta tidak memiliki garis pada leher (Tregear, 1981). Gambar 7 menyajikan Sterna fuscata nubilosa yang sedang berdiri di atas pasir. Gambar 7. Sterna fuscata nubilosa Sumber: Deng (2010)s Sterna fuscata nubilosa memiliki habitat di sekitar dataran terbuka atau daerah dengan tumbuhan yang cukup jarang, dekat laut atau pulau berpasir, batu 12

28 karang serta perairan lepas pantai yang kaya akan plankton, ikan dan cumi-cumi sebagai makanannya (del Hoyo et al., 1996). Makanan utama dari burung ini adalah ikan yang berukuran 6-8 cm hingga dapat memangsa ikan berukuran 18 cm (del Hoyo et al., 1996). Makanan lainnya meliputi cumi-cumi, serangga dan makanan lain di atas permukaan air. Ukuran populasi Sterna fuscata nubilosa yang dicatat BirdLife International (2011 g ) sekitar juta ekor individu dewasa. Sterna fuscata nubilosa merupakan burung yang hidup berkoloni dengan jumlah yang cukup besar. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies ini adalah predator kucing, tikus, semut invasif. Subspesies ini juga terancam punah akibat cemaran minyak dari kapal dan pemanfaatan telur untuk dikonsumsi manusia (BirdLife International, 2011 g ). Ukuran populasi yang cukup besar dan hingga sekarang belum mendekati ambang batas bawah populasi, sehingga burung ini berada pada status konservasi (status keberadaan) Least Concern (tidak memerlukan perhatian khusus) dan tetap diperlukan penangkaran untuk menjaga kelangsungan populasi burung air dunia. Sterna fuscata nubilosa ditemukan pada kepulauan Krakatau di antara Jawa dan Sumatera (MacKinnon, 1996). Pada musim dingin, jenis burung ini lebih banyak ditemukan pada perairan tropis, hal ini merupakan kebiasaan dari burung laut. Collinson (2006) menerangkan bahwa Sterna fuscata nubilosa ditemukan di Laut Merah, Samudera Hindia hingga Samudera Pasifik. Sterna sumatrana sumatrana Sterna sumatrana sumatrana atau burung dara laut tengkuk hitam, diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes; suku Laridae dan marga Sterna (ZipcodeZoo, 2010 h ). Sterna sumatrana sumatrana memiliki karakteristik panjang tubuh 35 cm (MacKinnon, 1996). Paruh dan kaki berwarna hitam. Jenis burung ini memiliki warna putih pada bagian muka dan bagian dada dengan warna putih keabu-abuan (del Hoyo et al., 1996). Jenis burung air ini memiliki habitat yang tidak berbeda dengan burung air lain. Mereka dapat ditemukan pada pulau kecil, pulau lepas pantai, padang alangalang, pinggiran pantai sampai laut. Makanan utama dari jenis burung ini adalah 13

29 ikan-ikan kecil dan binatang kecil lain seperti serangga (del Hoyo et al., 1996). Gambar 8 menyajikan Sterna sumatrana sumatrana yang sedang berdiri di atas batu. Gambar 8. Sterna sumatrana sumatrana Sumber: Tarrant (2010) Jenis burung ini berdasarkan BirdLife International (2011 h ) dikatagorikan ke dalam status konservasi (status keberadaan) Least Concern atau tidak memerlukan perhatian khusus. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies ini adalah predator kucing, perubahan iklim sekitar habitat dan pemanfaatan telur untuk dikonsumsi manusia (BirdLife International, 2011 h ). Kondisi ini menunjukkan bahwa jumlah spesies tersebut belum mendekati ambang kepunahan, tetapi masih diperlukan konservasi untuk menjaga kelestarian unggas air dunia. Jenis burung ini menyebar pada daerah tropis dan subtropis. Jangkauan sebaran dari Samudera Hindia hingga bagian timur Samudera Pasifik (del Hoyo et al., 1996). Sterna sumatrana sumatrana termasuk burung dara laut yang paling umum ditemukan dan berbiak di pantai karang dan pulau-pulau kecil lepas pantai di Jawa dan Bali (MacKinnon, 1996). Lahan Basah Davies et al. (1995) menyatakan lahan basah memiliki dua pengertian yaitu secara sempit dan luas. Definisi sempit menerangkan bahwa lahan basah adalah sebuah ekoton (suatu daerah peralihan antara daratan dan perairan yang menyebabkan beberapa bagian daratan tergenang air), sedangkan definisi secara luas menerangkan bahwa lahan basah yaitu daerah-daerah rawa, payau, lahan gambut, dan perairan. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (2007) menjelaskan bahwa lahan basah adalah daerah-daerah payau, tanah gambut atau 14

30 perairan yang bersifat alami maupun buatan, tetap ataupun sementara, dengan perairan tergenang atau mengalir, tawar, agak asin ataupun asin, termasuk daerahdaerah perairan laut yang dengan kedalaman tidak lebih dari enam meter pada waktu surut. Analisis Komponen Utama (AKU) Gaspersz (1992) menerangkan bahwa Analisis Komponen Utama (AKU) merupakan struktur varian-kovarian melalui kombinasi linear dari peubah-peubah tertentu. Penggunaan AKU ditujukan untuk mereduksi data dan bisa menginterpretasikan dalam bentuk diagram kerumunan. Wiley (1981) menjelaskan bahwa AKU adalah suatu teknik multivariat yang digunakan untuk menemukan hubungan struktural antara dua peubah bebas yang disebut komponen utama. Komponen utama pertama terdiri atas peubah dengan keragaman total yang tertinggi, sedangkan komponen utama kedua meliputi peubah dengan keragaman total terbesar setelah komponen utama pertama (Hayashi et al., 1982). Penggunaan metode AKU dalam analisis morfometrik menerangkan bahwa komponen utama pertama mengindikasikan ukuran (size) sebagai vektor ukuran dan komponen utama kedua mengindikasikan bentuk (shape) sebagai vektor bentuk dari hewan yang diteliti (Everitt dan Dunn, 1998). Komponen utama digunakan untuk membentuk diagram sebaran. Nishida et al. (1982) menjelaskan bahwa diagram kerumunan tersebut dibuat berdasarkan skor ukuran dan skor bentuk yang ditentukan oleh persamaan bentuk dan ukuran setelah dianalisis menggunakan metode AKU. Sumbu X menunjukkan ukuran dan sumbu Y menunjukkan bentuk dari data yang diamati (Hayashi et al., 1982). Jarak Minimum Ketidakserupaan Morfometrik D 2 Mahalanobis Jarak minimum ketidakserupaan morfometrik D 2 Mahalanobis digunakan untuk membentuk diagram pohon (dendogram) berdasarkan pengamatan morfometrik terhadap spesies yang diamati. Jarak minimum D 2 Mahalanobis disajikan dalam bentuk matriks yang dipergunakan untuk menghasilkan dendogram (Gaspersz, 1992). Pembuatan dendogram dilakukan dengan asumsi bahwa laju evolusi antara kelompok hewan yang diamati adalah sama (Nei, 1987). 15

31 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ornitologi Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Cibinong. Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan yaitu dari bulan Mei 2010 sampai Oktober Materi Burung Air Penelitian ini menggunakan 168 spesimen burung dewasa dari suku Laridae. Subspesies yang diamati adalah Anous minutus worcesteri (camar angguk hitam) yang terdiri atas tujuh spesimen (lima ekor jantan dan dua ekor betina); Anous stolidus pileatus (camar angguk coklat) terdiri atas sembilan spesimen (lima ekor jantan dan empat ekor betina); Chlidonias hybrida javanica (dara laut kumis) terdiri atas 14 spesimen (sembilan ekor jantan dan lima ekor betina); Sterna albifrons sinensis (dara laut kecil) terdiri atas 13 spesimen (lima ekor jantan dan delapan ekor betina); Sterna anaethetus anaethetus (dara laut batu) terdiri atas 18 spesimen (11 ekor jantan dan tujuh ekor betina); Sterna bergii cristatus (dara laut jambul) terdiri atas 54 spesimen (24 ekor jantan dan 30 ekor betina); Sterna fuscata nubilosa (dara laut sayap hitam) terdiri atas 17 spesimen (tujuh ekor jantan dan 10 ekor betina); dan Sterna sumatrana sumatrana (dara laut tengkuk hitam) terdiri atas 36 spesimen (16 ekor jantan dan 20 ekor betina). Sterna fuscata nubilosa, Sterna albifrons sinensis, Sterna bergii cristatus, Sterna sumatrana sumatrana, dan Sterna anaethetus anaethetus digolongkan dalam marga Sterna. Anous stolidus pileatus, dan Anous minutus worcesteri digolongkan dalam marga Anous; sedangkan Chlidonias hybrida javanica digolongkan dalam marga Chlidonias. Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur berupa jangka sorong, lembar data, alat tulis, dan kamera digital. Perangkat lunak Mega 4.1 Beta (Molecular Evolutionary Genetics Analysis) digunakan untuk menyajikan dendogram jarak minimum ketidakserupaan morfometrik D 2 Mahalanobis. Perangkat lunak MINITAB Release digunakan untuk membantu mengolah data.

32 Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah bagian kepala dan paruh. Bagian paruh yang diukur meliputi panjang, lebar, dan tinggi; sedangkan bagian kepala yang diukur meliputi lebar dan panjang. Prosedur Pengamatan dilakukan pada ukuran-ukuran linear pada kepala, yang meliputi panjang paruh (X 1 ), lebar paruh (X 2 ), tinggi paruh (X 3 ), lebar kepala (X 4 ) dan panjang kepala (X 5 ). Ukuran-ukuran linear kepala yang diamati disajikan pada Gambar 9. Prosedur pengamatan yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1. Panjang paruh (cm) : pengukuran dilakukan dari pangkal paruh hingga ujung paruh. 2. Lebar paruh (cm) : pengukuran dilakukan dari bagian pangkal paruh bagian atas hingga pangkal paruh bagian bawah. 3. Tinggi paruh (cm) : pengukuran dilakukan dari bagian pangkal paruh bagian atas hingga pangkal paruh bagian bawah secara vertikal. 4. Lebar kepala (cm) : pengukuran dilakukan pada daerah belakang mata pada bagian tengkorak. 5. Panjang kepala (cm) : pengukuran dilakukan dari bagian tengah tulang tengkorak kepala hingga bagian bawah paruh. X 4 X 5 X 2 X 3 X 1 Keterangan: X 1 = panjang paruh (cm); X 2 = lebar paruh (cm); X 3 = tinggi paruh (cm); X 4 = lebar kepala (cm); X 5 = panjang kepala (cm) Gambar 9. Bagan Kepala Burung Dara Laut yang Diamati 17

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ornitologi Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Cibinong. Penelitian ini dilaksanakan selama

Lebih terperinci

STUDI MORFOMETRIK TUBUH BURUNG DARA LAUT (LARIDAE) MELALUI ANALISIS KOMPONEN UTAMA DAN JARAK MINIMUM D 2 -MAHALANOBIS SKRIPSI SITI BADRIAH

STUDI MORFOMETRIK TUBUH BURUNG DARA LAUT (LARIDAE) MELALUI ANALISIS KOMPONEN UTAMA DAN JARAK MINIMUM D 2 -MAHALANOBIS SKRIPSI SITI BADRIAH STUDI MORFOMETRIK TUBUH BURUNG DARA LAUT (LARIDAE) MELALUI ANALISIS KOMPONEN UTAMA DAN JARAK MINIMUM D 2 -MAHALANOBIS SKRIPSI SITI BADRIAH DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

Gambar 1. Burung dara laut S. hirundo yang Sedang Terbang

Gambar 1. Burung dara laut S. hirundo yang Sedang Terbang TINJAUAN PUSTAKA Burung dara laut Burung dara laut merupakan suku kecil dari burung laut yang menyebar luas di dunia. Burung dara laut memiliki karakteristik berkaki pendek, sayap panjang dan runcing,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UKURAN DAN BENTUK TUBUH BURUNG BAYAN-BAYANAN (Psittacidae) DI INDONESIA

KARAKTERISTIK UKURAN DAN BENTUK TUBUH BURUNG BAYAN-BAYANAN (Psittacidae) DI INDONESIA KARAKTERISTIK UKURAN DAN BENTUK TUBUH BURUNG BAYAN-BAYANAN (Psittacidae) DI INDONESIA SKRIPSI IVA IRMA KHUMALA DEWI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KECAMATAN CIBADAK DAN SAJIRA KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN SKRIPSI SAROJI

KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KECAMATAN CIBADAK DAN SAJIRA KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN SKRIPSI SAROJI KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KECAMATAN CIBADAK DAN SAJIRA KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN SKRIPSI SAROJI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keanekaragaman Burung di Pantai Trisik Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman hayati di Yogyakarta khususnya pada jenis burung. Areal persawahan, laguna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Burung jalak bali oleh masyarakat Bali disebut dinamakan dengan curik putih atau curik bali, sedangkan dalam istilah asing disebut dengan white starling, white mynah,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Harpiocephalus harpia Serangga Rhinolophus keyensis Serangga Hipposideros cervinus Serangga

MATERI DAN METODE. Harpiocephalus harpia Serangga Rhinolophus keyensis Serangga Hipposideros cervinus Serangga MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kota Tual, desa Ohoira, desa Ohoidertawun dan desa Abean, Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara. Penelitian lapang dilaksanakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Tekukur Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi danwaktu Penelitian ayam Ketawa dilaksanakan di tiga tempat, yaitu Peternakan Ayam Ketawa (Arawa) Permata Hijau II Cidodol, Kebayoran Lama, Jakarta Barat dan Pondok Pesantren Daarul

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Mitra Tani (MT) Farm Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Pancoran Mas Depok dan Balai Penyuluhan dan Peternakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 1. Jumlah Kuda Delman Lokal Berdasarkan Lokasi Pengamatan. Kuda Jantan Lokal (ekor) Minahasa

MATERI DAN METODE. Tabel 1. Jumlah Kuda Delman Lokal Berdasarkan Lokasi Pengamatan. Kuda Jantan Lokal (ekor) Minahasa MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pengolahan data dan penulisan dilakukan di Laboratorium Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Burung merupakan salah satu jenis hewan yang banyak disukai oleh manusia, hal ini di karenakan burung memiliki beberapa nilai penting, seperti nilai estetika, ekologi

Lebih terperinci

STUDI UKURAN DAN BENTUK TUBUH AYAM KAMPUNG, AYAM SENTUL DAN AYAM WARENG TANGERANG MELALUI ANALISIS KOMPONEN UTAMA SKRIPSI

STUDI UKURAN DAN BENTUK TUBUH AYAM KAMPUNG, AYAM SENTUL DAN AYAM WARENG TANGERANG MELALUI ANALISIS KOMPONEN UTAMA SKRIPSI STUDI UKURAN DAN BENTUK TUBUH AYAM KAMPUNG, AYAM SENTUL DAN AYAM WARENG TANGERANG MELALUI ANALISIS KOMPONEN UTAMA SKRIPSI VINDHA YULI CANDRAWATI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

KETIDAKSERUPAAN MORFOMETRIK, UKURAN DAN BENTUK TUBUH PADA BURUNG AIR SKRIPSI REVAN MAULANA

KETIDAKSERUPAAN MORFOMETRIK, UKURAN DAN BENTUK TUBUH PADA BURUNG AIR SKRIPSI REVAN MAULANA KETIDAKSERUPAAN MORFOMETRIK, UKURAN DAN BENTUK TUBUH PADA BURUNG AIR SKRIPSI REVAN MAULANA DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 KETIDAKSERUPAAN

Lebih terperinci

STUDI KERAGAMAN FENOTIPE DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU SUNGAI, RAWA DAN SILANGANNYA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANDRI JUWITA SITORUS

STUDI KERAGAMAN FENOTIPE DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU SUNGAI, RAWA DAN SILANGANNYA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANDRI JUWITA SITORUS STUDI KERAGAMAN FENOTIPE DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU SUNGAI, RAWA DAN SILANGANNYA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANDRI JUWITA SITORUS PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 2. Jumlah Kuda yang Diamati Berdasarkan Lokasi dan Jenis Kelamin

MATERI DAN METODE. Tabel 2. Jumlah Kuda yang Diamati Berdasarkan Lokasi dan Jenis Kelamin MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun II.TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun demikian burung adalah satwa yang dapat ditemui dimana saja sehingga keberadaanya sangat sulit dipisahkan

Lebih terperinci

STUDI KERAGAMAN FENOTIPIK DAN JARAK GENETIK ANTAR DOMBA GARUT DI BPPTD MARGAWATI, KECAMATAN WANARAJA DAN KECAMATAN SUKAWENING KABUPATEN GARUT

STUDI KERAGAMAN FENOTIPIK DAN JARAK GENETIK ANTAR DOMBA GARUT DI BPPTD MARGAWATI, KECAMATAN WANARAJA DAN KECAMATAN SUKAWENING KABUPATEN GARUT STUDI KERAGAMAN FENOTIPIK DAN JARAK GENETIK ANTAR DOMBA GARUT DI BPPTD MARGAWATI, KECAMATAN WANARAJA DAN KECAMATAN SUKAWENING KABUPATEN GARUT SKRIPSI TANTAN KERTANUGRAHA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI

Lebih terperinci

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka Burung Jalak Bali Burung Jalak Bali Curik Bali atau yang lebih dikenal dengan nama Jalak Bali, merupakan salah satu spesies burung cantik endemis Indonesia. Burung

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Jumlah Kuda Delman yang Diamati pada Masing-masing Lokasi

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Jumlah Kuda Delman yang Diamati pada Masing-masing Lokasi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini menggunakan data sekunder pengamatan yang dilakukan oleh Dr. Ir. Ben Juvarda Takaendengan, M.Si. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kuntul 2.1.1 Klasifikasi Burung Kuntul Burung kuntul termasuk ordo Ciconiiformes dan famili Ardeidae (Mackinnon, 1993). klasifikasi Kuntul besar (Egretta alba) adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing Kambing diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; subfilum Vertebrata; kelas Mammalia; ordo Artiodactyla; sub-ordo Ruminantia; familia Bovidae; sub-familia

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Sulawesi Utara

Gambar 3. Peta Sulawesi Utara HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Propinsi Sulawesi Utara mencakup luas 15.272,44 km 2, berbentuk jazirah yang memanjang dari arah Barat ke Timur pada 121-127 BT dan 0 3-4 0 LU. Kedudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar 17.000 pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau menjadikan Indonesia berpotensi memiliki keanekaragaman habitat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Burung Pantai Menurut Mackinnon et al. (2000) dan Sukmantoro et al. (2007) klasifikasi burung pantai adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Fillum : Chordata

Lebih terperinci

PENYEBARAN KOMUNITAS FAUNA DI DUNIA

PENYEBARAN KOMUNITAS FAUNA DI DUNIA PENYEBARAN KOMUNITAS FAUNA DI DUNIA Materi Penyebaran Komunitas Fauna di Dunia Keadaan fauna di tiap-tiap daerah (bioma) tergantung pada banyak kemungkinan yang dapat diberikan daerah itu untuk memberi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MORFOLOGI UKURAN TUBUH KERBAU MURRAH DAN KERBAU RAWA DI BPTU BABI DAN KERBAU SIBORONGBORONG

KARAKTERISTIK MORFOLOGI UKURAN TUBUH KERBAU MURRAH DAN KERBAU RAWA DI BPTU BABI DAN KERBAU SIBORONGBORONG KARAKTERISTIK MORFOLOGI UKURAN TUBUH KERBAU MURRAH DAN KERBAU RAWA DI BPTU BABI DAN KERBAU SIBORONGBORONG SKRIPSI GERLI 070306038 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Ayam Kampung Jantan (a) dan Ayam Kampung Betina (b) dari Daerah Ciamis

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Ayam Kampung Jantan (a) dan Ayam Kampung Betina (b) dari Daerah Ciamis MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Ciamis (Jawa Barat), Tegal (Jawa Tengah) dan Blitar (Jawa Timur). Waktu penelitian dibagi menjadi tiga periode. Periode pertama yaitu pengukuran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total 15 TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Penelitian Pulau Sembilan merupakan salah satu pulau yang terdapat di Kabupaten Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total luas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. ) diukur dari lateral tuber humerus (tonjolan depan) sampai tuber ischii dengan menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm.

MATERI DAN METODE. ) diukur dari lateral tuber humerus (tonjolan depan) sampai tuber ischii dengan menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat; UPTD RPH Pancoran Mas, Kota Depok dan Mitra Tani Farm kabupaten Ciampea, Bogor,

Lebih terperinci

UKURAN DAN BENTUK SERTA PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA

UKURAN DAN BENTUK SERTA PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA UKURAN DAN BENTUK SERTA PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA SKRIPSI MUHAMMAD VAMY HANIBAL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS

Lebih terperinci

Burung Kakaktua. Kakatua

Burung Kakaktua. Kakatua Burung Kakaktua Kakatua Kakak tua putih Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Aves Ordo: Psittaciformes Famili: Cacatuidae G.R. Gray, 1840 Subfamily Microglossinae Calyptorhynchinae

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Pebruari 2011. Penelitian dilakukan di dua peternakan domba yaitu CV. Mitra Tani Farm yang berlokasi di Jalan Baru No. 39 RT

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING S. SOPIYANA, A.R. SETIOKO, dan M.E. YUSNANDAR Balai Penelitian Ternak Jl. Veteran III PO Box 221

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 2. Jumlah Kambing Peranakan Etawah yang Diamati Kondisi Gigi. Jantan Betina Jantan Betina

MATERI DAN METODE. Tabel 2. Jumlah Kambing Peranakan Etawah yang Diamati Kondisi Gigi. Jantan Betina Jantan Betina MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi yang berbeda yaitu peternakan kambing PE Doa Anak Yatim Farm (DAYF) di Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea dan peternakan kambing

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Tapir asia dapat ditemukan dalam habitat alaminya di bagian selatan Burma, Peninsula Melayu, Asia Tenggara dan Sumatra. Berdasarkan Tapir International Studbook, saat ini keberadaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba  Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Menurut Tomaszewska et al. (1993) domba berasal dari Asia, yang terdiri atas 40 varietas. Domba-domba tersebut menyebar hampir di setiap negara. Ternak domba merupakan

Lebih terperinci

IKAN HARUAN DI PERAIRAN RAWA KALIMANTAN SELATAN. Untung Bijaksana C / AIR

IKAN HARUAN DI PERAIRAN RAWA KALIMANTAN SELATAN. Untung Bijaksana C / AIR @ 2004 Untung Bijaksana Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS 702) Sekolah Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor September 2004 Dosen : Prof. Dr. Ir. Rudy C Tarumingkeng IKAN HARUAN DI PERAIRAN KALIMANTAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki Indeks Keanekaragaman Hayati(Biodiversity Index) tertinggi dengan 17% spesies burung dari total burung di dunia (Paine 1997). Sekitar 1598 spesies burung ada

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KABUPATEN LEBAK DAN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KABUPATEN LEBAK DAN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KABUPATEN LEBAK DAN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN (Body Measurement Characteristics of Swamp Buffalo in Lebak and Pandeglang Districts, Banten Province) SAROJI, R.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung merupakan salah satu kekayaan hayati yang dimiliki oleh Indonesia. Keberadaan pakan, tempat bersarang merupakan faktor yang mempengaruhi kekayaan spesies burung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi Bangsa (breed) adalah sekumpulan ternak yang memiliki karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik tertentu tersebut, suatu bangsa dapat dibedakan dari

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Jenis Kelamin Ciamis Tegal Blitar 45 ekor 20 ekor 38 ekor 56 ekor 89 ekor 80 ekor

MATERI DAN METODE. Jenis Kelamin Ciamis Tegal Blitar 45 ekor 20 ekor 38 ekor 56 ekor 89 ekor 80 ekor MTERI DN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di tiga lokasi yang berbeda, yaitu dilaksanakan di Desa Tanjung Manggu, Ciamis; Desa Mejasem Timur, Tegal; dan di Desa Duren Talun, litar. Penelitian

Lebih terperinci

UKURAN DAN BENTUK ITIK PEKIN (Anas Platyrhynchos), ENTOK IMPOR DAN ENTOK LOKAL (Cairina moschata)

UKURAN DAN BENTUK ITIK PEKIN (Anas Platyrhynchos), ENTOK IMPOR DAN ENTOK LOKAL (Cairina moschata) UKURAN DAN BENTUK ITIK PEKIN (Anas Platyrhynchos), ENTOK IMPOR DAN ENTOK LOKAL (Cairina moschata) BRAM BRAHMANTIYO 1, RINI H. MULYONO 2 dan ADE SUTISNA 2 1 Balai Penelitian Ternak, Jl. Veteran III P.O.

Lebih terperinci

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T No.714, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN KP. Larangan. Pengeluaran. Ikan. Ke Luar. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2014 TENTANG LARANGAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (perairan) lainnya, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. (perairan) lainnya, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian dari 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keanekaragaman Hayati Keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk di antaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik (perairan)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Klasifikasi ilmiah dari Katak Pohon Bergaris (P. Leucomystax Gravenhorst 1829 ) menurut Irawan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia, Phyllum: Chordata,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan ialah : 1. Kambing Kacang di desa Paya Bakung, desa Hamparan Perak dan desa

BAHAN DAN METODE. Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan ialah : 1. Kambing Kacang di desa Paya Bakung, desa Hamparan Perak dan desa BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan ialah : 1. Kambing Kacang di desa Paya Bakung, desa Hamparan Perak dan desa Klambir Lima Kampung, kecamatan Hamparan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai lahan basah paling luas dan paling beragam di Asia Tenggara, meliputi lahan basah alami seperti hutan rawa, danau,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kuda

TINJAUAN PUSTAKA Kuda TINJAUAN PUSTAKA Kuda Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) memiliki klasifikasi ilmiah yaitu kerajaan Animalia (hewan), filum Chordata (bertulang belakang), kelas Mammalia (menyusui), ordo Perissodactylater

Lebih terperinci

KERAGAMAN FENOTIPIK MORFOMETRIK TUBUH DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU RAWA DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN PROPINSI SUMATERA UTARA

KERAGAMAN FENOTIPIK MORFOMETRIK TUBUH DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU RAWA DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN PROPINSI SUMATERA UTARA KERAGAMAN FENOTIPIK MORFOMETRIK TUBUH DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU RAWA DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN PROPINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI RIZKI KAMPAS PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan yang digunakan adalah kuda yang sudah dewasa kelamin

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan yang digunakan adalah kuda yang sudah dewasa kelamin 15 Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Samosir, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Karo pada bulan Juli 2016 Bahan dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pantai, di rawa-rawa dan juga di daerah sekitar danau yang terdekat di

TINJAUAN PUSTAKA. pantai, di rawa-rawa dan juga di daerah sekitar danau yang terdekat di TINJAUAN PUSTAKA Belibis Kembang (Dendrocygna arcuata) Belibis kembang bisa dijumpai mencari mangsa di daerah tambak dekat pantai, di rawa-rawa dan juga di daerah sekitar danau yang terdekat di pegunungan.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di peternakan merpati di area Komplek Alam Sinar Sari, Desa Sinarsari, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini berlangsung selama bulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sepanjang khatulistiwa dan km dari utara ke selatan. Luas negara Indonesia

I. PENDAHULUAN. sepanjang khatulistiwa dan km dari utara ke selatan. Luas negara Indonesia 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, sekitar 17.508 buah pulau yang membentang sepanjang 5.120 km dari timur ke barat sepanjang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Orangutan Orangutan termasuk kera besar dari ordo Primata dan famili Pongidae (Groves, 2001). Ada dua jenis orangutan yang masih hidup, yaitu jenis dari Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN UMUM 1 BAB I PENDAHULUAN UMUM A. Latar Belakang Mollusca sebagai salah satu hasil perairan Indonesia sampai saat ini belum mendapatkan perhatian yang layak. Pemanfaatan Pelecypoda masih terbatas yaitu di daerah-daerah

Lebih terperinci

Selama menjelajah Nusantara, ia telah menempuh jarak lebih dari km dan berhasil mengumpulkan spesimen fauna meliputi 8.

Selama menjelajah Nusantara, ia telah menempuh jarak lebih dari km dan berhasil mengumpulkan spesimen fauna meliputi 8. PENGANTAR PENULIS Indonesia menempati urutan ke dua di dunia, dalam hal memiliki keragaman flora dan fauna dari 17 negara paling kaya keragaman hayatinya. Brasil adalah negara terkaya dengan hutan Amazonnya.

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Mitra Tani Farm, Ciampea, Bogor, Jawa Barat dan di Tawakkal Farm, Cimande, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan

Lebih terperinci

RINGKASAN. Pembimbing Utama : Ir. Sri Rahayu, MSi. Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, MAgr.Sc.

RINGKASAN. Pembimbing Utama : Ir. Sri Rahayu, MSi. Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, MAgr.Sc. APLIKASI INDEKS MORFOLOGI DALAM PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN TIPE PADA DOMBA EKOR GEMUK DAN DOMBA EKOR TIPIS SKRIPSI HAFIZ PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang dilindungi melalui Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN Oleh : Taufik Rizky Afrizal 11.12.6036 S1.SI.10 STMIK AMIKOM Yogyakarta ABSTRAK Di era sekarang, dimana ekonomi negara dalam kondisi tidak terlalu baik dan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penetapan Lokasi Penentuan Umur Domba

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penetapan Lokasi Penentuan Umur Domba MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) Fakultas Peternakan IPB yang berlokasi di desa Singasari, Kecamatan Jonggol; peternakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Burung Burung merupakan salah satu satwa yang mudah dijumpai di setiap tempat dan mempunyai posisi yang penting sebagai salah satu kekayaan alam di Indonesia. Jenisnya

Lebih terperinci

METODE. Materi. Tabel 2. Distribusi Ayam Kampung yang Digunakan

METODE. Materi. Tabel 2. Distribusi Ayam Kampung yang Digunakan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di desa Tanjung Manggu Sindangrasa, Imbanagara, Ciamis, Jawa Barat; di desa Dampyak, Mejasem Timur, Tegal, Jawa Tengah dan di desa Duren Talun, Blitar,

Lebih terperinci

ASPEK KEHl DUPAM DAN BlQLOGI REPRODUKSI

ASPEK KEHl DUPAM DAN BlQLOGI REPRODUKSI ASPEK KEHl DUPAM DAN BlQLOGI REPRODUKSI BURUNG CEMDRAWASIH KUNlNG KECIL ( Paradisaea minor ) SKRIPSI Oleh RlSFlANSYAH B 21.0973 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITWT PERTANIAN BOGOR 1990 RINGKASAN RISFIANSYAH.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat 2.2 Komunitas Burung

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat 2.2 Komunitas Burung 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat Habitat adalah kawasan yang terdiri dari berbagai komponen baik fisik maupun biotik yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Holothuroidea merupakan salah satu kelompok hewan yang berduri atau

BAB I PENDAHULUAN. Holothuroidea merupakan salah satu kelompok hewan yang berduri atau 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Holothuroidea merupakan salah satu kelompok hewan yang berduri atau berbintil yang termasuk dalam filum echinodermata. Holothuroidea biasa disebut timun laut (sea cucumber),

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Clownfish Klasifikasi Clownfish menurut Burges (1990) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Perciformes

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh adalah spesies atau subspecies dari genus Coturnix yang tersebar di

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh adalah spesies atau subspecies dari genus Coturnix yang tersebar di 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 1.1 Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Puyuh adalah spesies atau subspecies dari genus Coturnix yang tersebar di seluruh daratan, kecuali Amerika. Awalnya puyuh merupakan ternak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Merak hijau 2.1.1 Taksonomi Grzimek (1972) menyatakan bahwa klasifikasi merak hijau jawa (Pavo muticus muticus) sebagai berikut : Kingdom Phyllum : Animalia : Chordata

Lebih terperinci

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suksesi dan Restorasi Hutan Hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di dominasi oleh pepohonan. Masyarakat hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang hidup dan tumbuh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian mengenai teknik penangkaran dan analisis koefisien inbreeding jalak bali dilakukan di penangkaran Mega Bird and Orchid Farm (MBOF),

Lebih terperinci

LAMUN. Project Seagrass. projectseagrass.org

LAMUN. Project Seagrass. projectseagrass.org LAMUN Project Seagrass Apa itu lamun? Lamun bukan rumput laut (ganggang laut), tetapi merupakan tumbuhan berbunga yang hidup di perairan dangkal yang terlindung di sepanjang pantai. Lamun memiliki daun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mempertimbangkan jumlah populasi yang membentuknya dengan kelimpahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mempertimbangkan jumlah populasi yang membentuknya dengan kelimpahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Keragaman Jenis Keragaman adalah gabungan antara kekayaan jenis dan kemerataan dalam satu nilai tunggal (Ludwig, 1988 : 8). Menurut Wirakusumah (2003 : 109),

Lebih terperinci

F. Kunci Identifikasi Bergambar kepada Bangsa

F. Kunci Identifikasi Bergambar kepada Bangsa MILLI-PEET, kunci identifikasi dan diagram alur, Page 1 F. Kunci Identifikasi Bergambar kepada Bangsa 1A Tubuh lunak, tergit mengandung rambut seperti kuas atau rambut sikat, sepasang kuas terdapat bagian

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perairan Teluk Jakarta Pesisir Teluk Jakarta terletak di Pantai Utara Jakarta dibatasi oleh garis bujur 106⁰33 00 BT hingga 107⁰03 00 BT dan garis lintang 5⁰48

Lebih terperinci

ANALISIS MORFOMETRIK DAN SIFAT KUALITATIF WARNA BULU PADA PUYUH LIAR

ANALISIS MORFOMETRIK DAN SIFAT KUALITATIF WARNA BULU PADA PUYUH LIAR J. Peternakan Integratif Vol. 1 No. 2 ; 200214 ANALISIS MORFOMETRIK DAN SIFAT KUALITATIF WARNA BULU PADA PUYUH LIAR (Turnix suscitator atrogularis) DAN PUYUH DOMESTIKASI (Coturnixcoturnix japonica) (Morphometrics

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Sapi Sapi menurut Blakely dan Bade (1992), diklasifikasikan ke dalam filum Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mamalia (menyusui), ordo Artiodactile (berkuku atau berteracak

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 02-6730.2-2002 Standar Nasional Indonesia Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock) Prakata Standar induk kodok lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok disusun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. cara diburu di hutan-hutan pedalaman. Puyuh liar biasanya hidup di semak-semak

PENDAHULUAN. cara diburu di hutan-hutan pedalaman. Puyuh liar biasanya hidup di semak-semak 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Burung puyuh adalah salah satu jenis burung yang hidup secara liar dan keberadaannya di alam bebas dan terbuka. Burung ini biasanya ditemukan dengan cara diburu di hutan-hutan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya terus. dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya terus. dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanian Anorganik Dan Organik Padi merupakan salah satu sumber makanan pokok bagi sebagian besar bangsa Indonesia (Idham & Budi, 1994). Menurut Pracaya (2002) upaya untuk mampu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : kuntul kecil, pulau serangan, aktivitas harian, habitat, Bali

ABSTRAK. Kata kunci : kuntul kecil, pulau serangan, aktivitas harian, habitat, Bali ABSTRAK Penelitian tentang aktivitas burung kuntul kecil (Egretta garzetta) dilakukan di Pulau Serangan antara bulan Mei dan Juni 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas harian burung

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MORFOLOGI UKURAN TUBUH KERBAU MURRAH DAN KERBAU RAWA DI BPTU SIBORONGBORONG

KARAKTERISTIK MORFOLOGI UKURAN TUBUH KERBAU MURRAH DAN KERBAU RAWA DI BPTU SIBORONGBORONG KARAKTERISTIK MORFOLOGI UKURAN TUBUH KERBAU MURRAH DAN KERBAU RAWA DI BPTU SIBORONGBORONG (Characteristics of Body Size of the Murrah Bufallo and Swamp Bufallo in BPTU Siborongborong) Gerli 1, Hamdan 2

Lebih terperinci

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Alat Percobaan Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah puyuh Malon betina dewasaumur 4-5 bulan. Jumlah puyuh Malon yang dijadikan sampel sebanyak

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Tinjauan Umum Kerbau Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu kawasan yang terletak pada daerah tropis adalah habitat bagi kebanyakan hewan dan tumbuhan untuk hidup dan berkembang biak. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

3 SEBARAN SPASIAL-TEMPORAL IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO

3 SEBARAN SPASIAL-TEMPORAL IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO 35 3 SEBARAN SPASIAL-TEMPORAL IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO Pendahuluan Sebaran ikan T. sarasinorum di Danau Matano pertama kali dilaporkan oleh Kottelat (1991). Hingga saat ini diketahui terdapat

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Aneka Ternak Blok C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret-April

Lebih terperinci

6 Hewan dan tumbuhan langka di dunia dan keterangannya diantaranya sbb:

6 Hewan dan tumbuhan langka di dunia dan keterangannya diantaranya sbb: 6 Hewan dan tumbuhan langka di dunia dan keterangannya diantaranya sbb: 1. Hainan Gibbon Hainan Gibbon Hainan owa hitam jambul atau Gibbon Hainan (Nomascus hainanus), adalah spesies siamang yang hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai keanekaragaman burung yang tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan jumlah burung yang tercatat di

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN HAYATI. Keanekaragaman Jenis Keanekaragaman Genetis Keanekaragaman ekosistem

KEANEKARAGAMAN HAYATI. Keanekaragaman Jenis Keanekaragaman Genetis Keanekaragaman ekosistem KEANEKARAGAMAN HAYATI Keanekaragaman Jenis Keanekaragaman Genetis Keanekaragaman ekosistem Tujuan Pembelajaran Mampu mengidentifikasi keanekaragaman hayati di Indonesia Mampu membedakan keanekaragaman

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove merupakan ekosistem pesisir yang terdapat di sepanjang pantai tropis dan sub tropis atau muara sungai. Ekosistem ini didominasi oleh berbagai jenis

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii ABSTRAK Devvy Alvionita Fitriana. NIM 1305315133. Perencanaan Lansekap Ekowisata Pesisir di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Dibimbing oleh Lury Sevita Yusiana, S.P., M.Si. dan Ir. I

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relung Ekologi Relung (niche) menunjukkan peranan fungsional dan posisi suatu organisme dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi juga

Lebih terperinci

LOVEBIRD. Semoga bermanfaat.

LOVEBIRD. Semoga bermanfaat. LOVEBIRD Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Aves Order : Psittaciformes Superfamily : Psittacoidea Family : Psittaculidae Subfamily : Agapornithinae Genus : Agapornis Species: 1. Agapornis Personatus

Lebih terperinci