Gambar 1. Burung dara laut S. hirundo yang Sedang Terbang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 1. Burung dara laut S. hirundo yang Sedang Terbang"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Burung dara laut Burung dara laut merupakan suku kecil dari burung laut yang menyebar luas di dunia. Burung dara laut memiliki karakteristik berkaki pendek, sayap panjang dan runcing, ekor bercabang dengan paruh halus dan runcing. burung dara laut terbang indah di udara dan sering melayang (tidak mengepakan sayap); berdiam di atas air sebelum menangkap ikan kecil. Burung dara laut memiliki kebiasaan bergabung dalam kelompok besar untuk berputar-putar dan menangkap ikan ketika menemukan perairan dengan banyak ikan. Burung ini sering ditemukan di perairan pesisir atau di danau, di tepi pantai atau alur sungai. Sarang burung ini dibuat dari garukan membentuk cekungan di pasir (MacKinnon, 1990). Gambar 1 menunjukkan burung dara laut biasa (S. hirundo) yang sedang terbang. Sumber : (Huda, 2009) Gambar 1. Burung dara laut S. hirundo yang Sedang Terbang Burung dara laut memiliki daerah persebaran global dan berbiak di Amerika utara, Eropa dan Asia. Pada musim dingin mengembara ke daerah selatan yaitu: Amerika selatan, Afrika, Indonesia dan Australia. Penyebaran lokal burung dara laut terjadi pada musim dingin bermigrasi tidak teratur di Sunda Besar (MacKinnon et al., 1998). Warna telur dan anak burung dara laut menyerupai warna pasir pantai. Hal tersebut merupakan kamuflase yang digunakan untuk melindungi telur dan anak burung dara laut tersebut dari para pemburu (Huda, 2009). Gambar 2 menunjukan telur burung dara laut pada cekungan pasir sebagai sarangnya. Gambar 3 menunjukkan anak burung dara laut pada cekungan pasir sebagai sarangnya.

2 Sumber : (Huda, 2009) Gambar 2. Telur Burung dara laut pada Cekungan di Pasir Pantai Sumber : (Huda, 2009) Gambar 3. Anak Burung dara laut pada Cekungan di Pasir Pantai Anous minutus worcesteri Burung dara laut A. m. worcesteri atau yang dikenal burung dara laut hitam kecil merupakan subspesies A. minutus dengan ordo Charadriformes famili Laridae (Avibase a, 2009) dan mungkin merupakan burung dara laut pengembara. Karakteristik ukuran tubuh dara laut ini digolongkan berukuran kecil yaitu 33 cm, berwarna coklat jelaga dengan mahkota keputih-putihan dan ekor bercabang. Sangat mirip dengan A. stolidus tetapi berukuran lebih kecil dan lebih ramping dengan mahkota hampir putih tipis di atas mata. Iris berwarna coklat, paruh hitam dan kaki coklat gelap kehitam-hitaman (MacKinnon, 1990). Burung dara laut A. minutus dalam IUCN Red List memiliki status konservasi least concern (Birdlife 4

3 Internasional a, 2009); dengan perkiraan ukuran populasi sebesar individu dewasa (Birdlife International a, 2011). Gambar 4 menunjukkan A. m. worcesteri yang bertengger pada ranting pohon. Sumber : people.hws.edu (2001) Gambar 4. Anous minutus worcesteri (Burung dara laut Hitam Kecil) Burung dara laut dengan suara keras kik-kirrik dan bergemerincing carr memiliki kebiasaan yang sama seperti A. stolidus yaitu terbang memutar perlahanlahan dan bersifat malas serta jarang menyelam serta terkadang hinggap di permukaan air untuk mencari makan. Dijelaskan lebih lanjut oleh Birdlife International a,b (2009) A. m. worcesteri dan A. s. pileatus menghabiskan waktu istirahat di perairan terbuka dengan bertengger pada pelampung dan kapar (benda terapung). Makanan burung dara laut ini berupa ikan (MacKinnon, 1990). Dijelaskan pula bahwa burung dara laut ini ditemukan di daerah tropika dan sub-tropika Samudera Atlantik dan Pasifik. Sepanjang tepi pantai utara Jawa dan Bali terkadang ditemukan burung dara laut jenis ini. Burung dara laut ini memiliki sarang bersama dengan A. stolidus pada pulau Karimun Jawa. Burung ini berbiak pada bulan Agustus dengan jumlah telur sebanyak satu butir. Anous stolidus pileatus Burung dara laut A. s. pileatus atau yang dikenal dengan burung dara laut hitam besar dan disebut pula camar angguk coklat merupakan subspesies A. s. dengan ordo Charadriformes famili Laridae (Avibase b, 2009). Karakteristik ukuran tubuh burung ini besar yaitu 42 cm (Sumaryati et al., 2007); sedangkan MacKinnon (1990) mengolongkan berukuran sedang yaitu 39 cm. Bulu-bulu di seluruh tubuh 5

4 berwarna coklat gelap kecuali mahkota yang berwarna keabu-abuan dan garis lengkung warna putih di bawah mata. Bentuk ekor burung dara laut ini bercabang. Iris berwarna coklat, paruh berwarna hitam dan kaki berwarna coklat kehitaman. Burung dara laut A. stolidus dalam IUCN Red List memiliki status konservasi least concern dan merupakan burung penetap di Papua New Guinea (Birdlife International b, 2009); dengan kisaran ukuran populasi individu dewasa. Gambar 5 menunjukkan A. stolidus yang bertengger pada dahan pohon. Sumber : (2008) Gambar 5. Anous stolidus pileatus (Burung dara laut Hitam Besar) Burung dengan suara keras karkk dan kwok-kwok ini memiliki kebiasaan terbang memutar secara perlahan dan bersifat malas serta jarang menyelam (MacKinnon, 1990); dijelaskan pula burung dara laut spesies ini terkadang hinggap di permukaan air untuk mencari makan (MacKinnon, 1990 dan Sumaryati et al., 2007). Pada masa kawin, pasangan burung ini saling mengangguk-anggukan kepala, sehingga disebut camar angguk coklat (MacKinnon, 1990). Dijelaskan lebih lanjut oleh Birdlife International b (2009) bahwa A. s. pileatus menghabiskan waktu istirahat di perairan terbuka yaitu sering bertengger pada pelampung dan kapar. Jenis pakan burung dara laut spesies ini yaitu ikan kecil (MacKinnon, 1990 dan Birdlife Internasional b, 2009), cumi-cumi, kerang dan serangga air (Birdlife Internasional b, 2009). Habitat burung jenis ini di perairan Kepulauan Karimun Jawa dan biasa dijumpai di perairan dan pulau-pulau kecil Karimun Jawa. Burung dengan status penetap dan dilindungi ini memiliki daerah sebaran di seluruh lautan tropis dan sub-tropis serta Australia Utara (Sumaryati et al., 2007). 6

5 Burung spesies ini bersarang di Kepulauan Karimun Jawa dan Jawa Tengah. Pada umumnya sarang dibuat dari bahan ranting-ranting dan ganggang laut pada pohon-pohon yang rendah. Telur berwarna kuning tua atau agak putih dengan berbintik abu-abu coklat. Setiap eraman terdiri atas satu butir telur. Berbiak pada koloni dan terjadi pada bulan Agustus (MacKinnon, 1990). Chlidonias hybridus javanica Burung dara laut C. h. javanica merupakan subspesies C. hybridus dengan ordo Charadriformes famili Laridae (Avibase c, 2009). Burung spesies ini dikenal dengan sebutan burung dara laut berkumis yang memiliki panjang tubuh kecil yaitu 33 cm. C. h. javanica berwarna pucat dengan dahi putih dan ekor bercabang tidak tajam. Burung dewasa memiliki mahkota atas hitam dengan bagian depan agak putih dan tubuh bagian bawah putih pada musim dingin. Sayap, tengkuk, punggung dan penutup atas ekor burung spesies ini berwarna abu-abu. Burung muda memiliki ciri yang hampir sama tetapi memiliki bintik coklat. Bulu dahi burung muda berwarna hitam dan dada keabu-abuan pada musim panas. Iris berwarna coklat, paruh dan kaki berwarna merah (MacKinnon, 1990). Burung dara laut C. hybrida dalam IUCN Red List memiliki status konservasi least concern dan merupakan burung penetap di Indonesia (Birdlife International c, 2009); dengan kisaran ukuran populasi individu dewasa (Birdlife Intenational c, 2011). Gambar 6 menunjukkan burung dara laut C. h. javanica di daerah tergenang. Sumber: b.com (2008) Gambar 6. Chlidonias hybridus javanica (Burung dara laut Berkumis) 7

6 Burung dara laut berkumis memiliki suara bernada cepat, dengan nada kitt atau ki-kitt. Burung spesies ini berbiak di Afrika selatan, Eropa Selatan dan Asia. Pergerakan burung spesies ini tidak teratur melalui Indonesia karena dapat ditemukan di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Maluku dan Papua New Guinea. Burung dengan kebiasaan memakan serangga ini pada umumnya hidup dalam kelompok kecil dan terkadang dalam kelompok besar (MacKinnon, 1990). Birdlife International c (2009) menyatakan bahwa jenis pakan subspesies burung ini terdiri atas serangga daratan dan serangga perairan seperti Dytiscida (kumbang air), Odonata (capung) dewasa dan larva Odonata, Orthoptera (kepinding), semut terbang dan nyamuk; laba-laba, katak, kecebong, kepiting kecil, udang dan ikan kecil. Burung dara laut ini menggunakan berbagai habitat lahan basah seperti rawa air tawar atau kolam, ditemukan terutama di vegetasi sekitar tempat merumput sapi atau kuda. Sarang dibuat dari tumpukan vegetasi air atau rumput kering, yang diletakkan baik di vegetasi mengambang di atas air ataupun di bawah air pada kedalaman cm (Birdlife International c, 2009). Dijelaskan lebih lanjut oleh MacKinnon (1990) bahwa burung dara laut ini sering datang ke darat sejauh 20 km dengan gaya terbang rendah meluncur untuk mencari makan di sawah dan daerah tergenang ataupun dalam kolam yang dangkal. Sterna albifrons sinensis Burung dara laut S. a. sinensis atau yang dikenal dengan sebutan burung dara laut kecil merupakan subspesies S. albifrons dengan ordo Charadriformes famili Laridae (Avibase e, 2009). Burung dara laut kecil memiliki panjang tubuh kecil yaitu 25 cm; memiliki warna pucat dan ekor bercabang tidak tajam. Mahkota dan tengkuk burung dewasa berwarna putih berbintik hitam; sayap bagian atas dan punggung berwarna abu-abu, bulu primer terluar berwarna hitam, ekor dan tubuh bagian bawah berwarna putih, pada musim panas. Burung muda berbintik kuning tua dan coklat kelabu pada mahkota dan punggung, tetapi bagian depan sayap berwarna abu-abu gelap. Burung dara laut ini memiliki iris berwarna coklat, paruh berwarna kuning dengan ujung paruh berwarna hitam dan kaki berwarna kuning (MacKinnon, 1990). Burung dara laut S. albifrons dalam IUCN Red List memiliki status konservasi least concern dan merupakan burung penetap di Indonesia (Birdlife International d, 2009); dengan kisaran ukuran populasi individu 8

7 dewasa (Birdlife International e, 2011). Gambar 7 menunjukkan burung dara laut S. a. sinensis yang sedang terbang. Sumber : luontoporti.com (2011) Gambar 7. Sterna albifrons sinensis (Burung dara laut Kecil) Burung dara laut Kecil memiliki suara bernada tinggi dengan nada krri-ik atau kik tetapi pada masa kawin berkokok dengan nada kirri-kirri-kirri. Burung spesies ini memiliki kebiasaan mendiami tepi laut yang berpasir dan berbaur dengan burung dara laut lain. Kepakan sayap burung spesies ini cepat, sering menggelepar sejenak berdiam di atas air dan menyelam untuk kemudian dengan cepat akan terbang kembali. Hal ini merupakan ciri khas burung S. a. sinensis (MacKinnon, 1990). Jenis pakan subspesies burung ini adalah ikan kecil, udang dan serangga (MacKinnon, 1990). Ikan kecil yang dimakan adalah ikan tombak Ammodytes spp., ikan roach Rutilus rutilus, ikan mas Scardinius erythrophthalmus, ikan mas Cyprinus carpio dan ikan kakap putih Perca fluviatilis. Subspesies burung ini juga memakan kepiting yang berukuran 3-6 cm, serangga, cacing annelide dan kerang (Birdlife International d, 2009). Dijelaskan lebih lanjut bahwa subspesies ini berkembang biak pada lahan kosong atau bervegetasi jarang, pantai pasir di pulau-pulau, fragmen kerang, kerikil, batu atau fragmen karang di laut lepas atau di muara, rawa, terumbu karang lepas pantai, sungai, danau dan waduk. Menurut MacKinnon (1990) burung dara laut ini pada umumnya menetap di sepanjang pantai daerah sedang dan tropika. Populasi burung dara laut ini kecil dan akan bertambah pada musim dingin dan berbaur dengan burung pendatang di Jawa dan Bali. Burung spesies ini berkembangbiak secara menyebar di sepanjang pantai utara Jawa. Sarang burung spesies ini ditemukan di pasir atau rumput pendek berupa cekungan dangkal. Telur 9

8 yang dihasilkan 2-3 butir berwarna merah jambu dengan bercak ungu dan coklat. Musim kawin burung spesies ini pada bulan Mei sampai Juni di Jawa Barat. Sterna anaethetus anaethetus Burung dara laut S. a. anaethetus atau yang dikenal burung dara laut sayap coklat merupakan subspesies dara laut S. anaethetus dengan ordo Charadriformes famili Laridae (Avibase f, 2009). S. a. anaethetus bertubuh sedang dengan panjang tubuh yaitu 37 cm. Burung spesies ini memiliki ekor panjang dan bercabang dengan punggung gelap. Burung dewasa berwarna abu-abu kecoklatan gelap pada bagian punggung, bagian atas sayap dan ekor. Warna putih ditemukan pada bagian tepi sayap dan bulu terluar ekor, sedangkan tubuh bagian bawah berwarna putih. Dahi berwarna putih, alis mata sempit membentang ke belakang mata. Tengkuk dikelilingi kerah abu-abu dan ditemukan bergaris pada punggung. Burung muda memiliki karakteristik hampir sama dengan dewasa, tetapi berwarna coklat pada tubuh bagian atas. Burung spesies ini memiliki paruh dan kaki berwarna hitam serta iris berwarna coklat (MacKinnon, 1990). Burung dara laut S. anaethetus dalam IUCN Red List memiliki status konservasi least concern (Birdlife Internasional e, 2009); dengan kisaran ukuran populasi individu dewasa (Birdlife International e, 2011). Gambar 8 menunjukkan burung dara laut S. a. anaethetus yang sedang terbang. Sumber : a.com (2008) Gambar 8. Sterna anaethetus anaethetus (Burung dara laut Sayap Coklat) Burung spesies ini memiliki suara menyalak cepat dengan nada wepwep dan ketika dalam keadaan bahaya suara berubah menjadi kii-errrs-ker 10

9 (MacKinnon, 1990). Kebiasaan S. a. anaethetus yaitu hidup sendiri ataupun dalam kelompok kecil (Sumaryati et al., 2007). Burung spesies ini banyak menghabiskan waktunya jauh di tengah laut dan mendatangi tepi pantai hanya pada saat cuaca buruk atau masa berkembangbiak. Burung spesies ini kadang beristirahat pada bangkai kapal atau di atas tiang kapal (MacKinnon, 1990 dan Sumaryati et al., 2007). Apabila burung spesies ini terbang terlihat indah dan terkesan ringan, yaitu tidak banyak menggunakan energi. Burung spesies ini memakan ikan dengan cara menyerok dari permukaan air, tidak dengan cara menyelam. Dijelaskan lebih lanjut bahwa mereka juga memakan semut terbang, kumbang, kutu busuk, ikan kecil, kepiting dan udang (MacKinnon, 1990). Selain itu subspesies burung ini juga memakan kerang, serangga dan cumi-cumi (Birdlife International, 2009). Pada umumnya burung dara laut sayap coklat ditemukan di pantai dan perairan laut. S. a. anaethetus hampir dijumpai di seluruh perairan di Kepulauan Karimun Jawa. Koloni terbesar burung spesies ini di Kepulauan Gundul yang telah diketahui sebagai lokasi bertelur atau berbiak (Sumaryati et al., 2007). Burung spesies ini berbiak dalam koloni kecil dan sering berbaur dengan S. sumatrana. Sarang burung spesies ini berupa cekungan dangkal pada pasir; bertelur tunggal dengan warna putih atau kuning tua, berbintik abu-abu dan coklat (MacKinnon, 1990). Burung dara laut dengan status penetap dan dilindungi ini menyebar luas di Samudera Atlantik, Samudera Indonesia, dan Samudera Pasifik sampai Australia (Sumaryati et al., 2007). Sterna bergii cristatus Burung dara laut S. b. cristatus atau dikenal burung dara laut jambul besar merupakan subspesies S. bergii dengan ordo Charadriformes famili Laridae (Avibase g, 2009). Burung dara laut jambul besar berukuran tubuh besar yaitu dengan panjang tubuh sebesar 45 cm dan memiliki jambul. Mahkota dan jambul berwarna hitam yang berubah menjadi berbintik putih pada saat peralihan ke musim dingin. Tubuh bagian atas berwarna abu-abu; sedangkan bagian bawah berwarna putih. Burung muda berwarna abu-abu lebih gelap daripada burung dewasa; bagian atas berbintik coklat dan putih. S. b cristatus memiliki paruh berwarna kuning, iris berwarna coklat dan kaki berwarna hitam (Sumaryati et al., 2007). Burung dara laut S. bergii dalam IUCN Red List memiliki status konservasi least concern (Birdlife 11

10 International f, 2009); dengan kisaran ukuran populasi individu dewasa (Birdlife International f, 2011). Gambar 9 menunjukkan burung dara laut S. b. cristatus yang beristirahat di sekitar pantai. Sumber : (2000) Gambar 9. Sterna bergii cristatus (Burung dara laut Jambul Besar) Burung dara laut Jambul Besar memiliki suara tajam dan jernih dengan nada kirriik atau chew. Burung spesies ini memiliki kebiasaan mencari ikan berdua, bertiga dan kadang bersama dengan burung dara laut lain, menghabiskan waktu istirahat pada perairan dangkal dan memiliki gaya renang yang kaku (MacKinnon, 1990). Habitat Burung dara laut jambul besar di perairan dekat pantai dan pulaupulau kecil. Burung dara laut jambul besar sering dijumpai di perairan dan pulaupulau kecil di Karimun Jawa. Musim bertelur terjadi pada bulan Juli-Agustus yang banyak dijumpai di Pulau Burung, Cemara Besar, dan Pulau Gundul. Daerah penyebaran burung dara laut jambul besar di Pulau-pulau Samudera Pasifik, Tanjung Persia, Laut Pasifik Tropis, Pantai Australia dan Afrika selatan (Sumaryati et al., 2007). Burung dara laut S. b. cristatus memakan ikan yang berukuran hingga 15 cm (MacKinnon, 1990). Dijelakan Birdlife International f (2009) sebagian besar jenis pakan adalah ikan pelagis berukuran cm, Cephalopods (misalnya cumi), Crustasea (kepiting dan udang), serangga dan kura-kura tukik. Sarang dibuat dari garukan pasir di dataran rendah terumbu karang, pulau pantai berbatu atau pada hamparan lumpur. Menurut MacKinnon (1990) telur Burung dara laut ini berjumlah 1-2 butir; berwarna kuning tua berbintik abu-abu, coklat dan hitam. Burung jenis ini berbiak pada bulan Mei dan Juni (MacKinnon, 1990). 12

11 Sterna fuscata nubilosa Burung S. f. nubilosa atau dikenal burung dara laut sayap hitam merupakan subspesies S. fuscata dengan ordo Charadriformes famili Laridae (Avibase d, 2009). S. f. nubilosa memiliki ukuran tubuh sedang yaitu 43 cm dengan ekor bercabang tajam. Burung dara laut ini hampir sama dengan S. anaethetus; tetapi sayap atas dan punggung berwarna coklat hitam lebih gelap, tidak mempunyai cincin leher berwarna abu-abu dan dahi putih tidak meluas ke alis mata. Burung muda berwarna coklat hitam dengan bokong berwarna putih. Garis di bintik-bintik putih pada punggung dan bagian atas sayap terdapat pada burung muda. Burung dara laut sayap hitam ini memiliki iris berwarna coklat serta paruh dan kaki berwarna hitam (MacKinnon, 1990). Burung dara laut S. fuscata dalam IUCN Red List memiliki status konservasi least concern (Birdlife Internasional g, 2009); dengan kisaran ukuran populasi individu dewasa (Birdlife International g, 2011). Gambar 10 menunjukkan S. f. nubilosa di daratan. Burung dara laut ini memiliki suara sengau dengan nada ker-waky-wak waid-e-wek dan memiliki kebiasaan tinggal pada pulau-pulau kecil berbatu yang cukup jauh dari laut. S. f. nubilosa mendapat julukan sebagai burung dara laut sesungguhnya. Burung dara laut ini terbang dengan mudah dan lincah serta melayang-layang di atas tanpa kepakan sayap; yang memiliki kebiasaan mengikuti kapal pada malam hari. Burung dara laut spesies ini menyerok makanan dari permukaan air dan jarang menukik (MacKinnon, 1990). Sumber: Finland (2011) Gambar 10. Sterna fuscata nubilosa (Burung dara laut Sayap Hitam) Kebiasaan lain dari burung subspesies ini, menurut Birdlife International g (2009) yaitu kebiasaan pada musim tidak kawin, mereka terus makan pada siang hari 13

12 saat kembali ke koloni untuk berbiak dan menetap di darat pada malam hari selama 2-3 bulan sebelum mulai berkembang biak. Makanan burung dara laut adalah ikan, serangga dan serangga air (MacKinnon, 1990). Birdlife International g (2009) menyatakan bahwa pada umumnya pakan spesies burung ini adalah ikan berukuran 6-8 cm bahkan 18 cm, cumi-cumi, kepiting, serangga dan offal (jeroan) binatang yang sudah mati. Burung dara laut ini tersebar luas di sepanjang Samudera Atlantik, Samudera Hindia dan Samudera pasifik serta daerah tropika. Di Indonesia burung dara laut ini ditemukan di Kepulauan Krakatau diantara Jawa dan Sumatera (MacKinnon, 1990). Sterna sumatrana sumatrana Burung dara laut S. s. sumatrana dikenal burung dara laut sumatera merupakan subspesies S. sumatrana dengan ordo Charadriformes famili Laridae (Avibase h, 2009). Burung dara laut Sumatera berukuran tubuh kecil yaitu 31 cm. S. s. sumatrana memiliki bulu berwarna putih, ekor panjang dan bercabang. Garis hitam ditemukan pada tengkuk sampai mata, serta paruh berwarna hitam. Tubuh bagian atas berwarna abu-abu pucat, sedangkan tubuh bagian bawah berwarna putih. Kepala juga berwarna putih dengan bintik hitam pada tengkuk (Sumaryati et al., 2007). Burung muda berbintik-bintik coklat pada mahkota dan kehitam-hitaman di punggung (MacKinnon, 1990). Iris berwarna coklat, paruh hitam dengan ujung kuning saat dewasa atau kuning kotor pada anak. Kaki berwarna hitam pada saat dewasa dan berwarna kuning pada saat masih muda (Sumaryati et al., 2007). Burung dara laut S. sumatrana dalam IUCN Red List memiliki status konservasi least concern (Birdlife Internasional h, 2009). Gambar 11 menunjukkan S. s. sumatrana yang sedang mengerami telur. Makanan S. s. sumatrana sebagian besar adalah ikan (MacKinnon, 1990). Kebiasaan burung dara laut spesies ini yaitu berbaur dengan burung dara laut lain dan tidak pernah ditemukan di daratan, kecuali pada masa bertelur. Habitat burung spesies ini berada di pantai dan perairan laut. Burung dara laut spesies ini pada umum ditemukan di Kepulauan Karimun Jawa. Pada umumnya burung dara laut spesies ini meletakan telur pada pecahan karang atau pasir, seperti di Pulau Burung dan pulau-pulau kecil di Karimun Jawa. Burung dara laut spesies ini memiliki daerah 14

13 persebaran di pulau-pulau tropis dan pantai di Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik sampai Australia (Sumaryati et al., 2007). Sumber : (2008) Gambar 11. Sterna sumatrana sumatrana (Burung dara laut Sumatera) Konvensi Ramsar Konvensi Ramsar menurut Blacky_Whity (2009) dan Raisa_kd (2009) adalah perjanjian internasional untuk konservasi dan pemanfaatan lahan basah secara berkelanjutan yang ditandatangani di kota Ramsar, Iran. Konvensi Ramsar disusun dan disetujui negara-negara peserta sidang pada tanggal 2 Pebruari 1971 dan mulai berlaku pada tanggal 21 Desember Nama resmi konvensi ini adalah The Convention on Wetlands of International Importance, especially as Waterfowl Habitat. Konvensi Ramsar diratifikasi pemerintah Indonesia pada tahun 1991 melalui Keputusan Presiden RI No. 48 tahun Beberapa keputusan penting dalam Konvensi Ramsar antara lain: (1) Konservasi lahan basah berikut flora dan faunanya dapat dijamin oleh perpaduan kebijakan-kebijakan nasional yang berwawasan luas dengan tindakan internasional yang terkoordinasi; (2) Setiap anggota hendaknya menunjuk lahan basah yang baik di dalam daerahnya untuk dicantumkan pada Daftar Lahan Basah Kepentingan Internasional. dan (3) Merumuskan dan melaksanakan perencanaan dalam rangka meningkatkan pelestarian lahan basah yang termasuk dalam daftar dan sejauh mungkin memanfaatkan lahan basah secara bijaksana di dalam daerahnya. Lokasi taman nasional di Indonesia yang telah mengikuti aturan Konvensi Ramsar sampai dengan tahun 2006 adalah Taman Nasional Berbak di Jambi, Taman Nasional Sentarum di Kalimantan Barat dan Taman Nasional Wasur di Papua (Indrawan et al., 2007). 15

14 Lahan Basah Semua organisme mengandung air dan bergantung pada air untuk bertahan hidup. Air berperanan penting untuk semua keanekaragaman hayati. Konvensi Ramsar mendefinisikan lahan basah meliputi rawa-rawa, danau, terumbu karang, hutan gambut, kolam sementara, gua bawah tanah dan segala macam sistem lain dari pegunungan ke laut, termasuk habitat buatan manusia (Birdlife International, 2010). Lahan basah berfungsi menyediakan makanan, serat, perlindungan banjir, penjernihan air dan nilai-nilai budaya serta pasokan air. Penggunaan air sangat mempengaruhi hampir pada semua lahan basah. Pembangunan bendungan dan ekstraksi air mengubah ekologi sungai. Pengembangan dan kegiatan pariwisata mengancam keanekaragaman hayati danau. Eksploitasi industri pertanian mengkonversi rawa dan tanah berlumpur menjadi lahan pertanian serta perubahan iklim memiliki implikasi besar terhadap keberadaan lahan basah (Birdlife International, 2010). Lahan basah sangat penting bagi banyak taksa seperti ikan, penyu dan capung, juga bagi burung air seperti bangau, kuntul, angsa, itik dan burung perancah. Lahan basah digunakan hampir selama burung air. Paling sedikit 12% keberadaan dari seluruh burung berstatus terancam, dengan 146 jenis bergantung pada lahan basah. Bagian penting dari lahan basah yang ditempati burung air adalah danau dan kolam, sungai dan sungai kecil, tanah berlumpur, rawa dan payau dan laguna pesisir (Birdlife International, 2010). Kategori lahan basah alami yang banyak ditemukan di Indonesia berupa lebak, bonowo, danau air tawar, rawa air tawar, rawa pasang surut air tawar dan air payau, hutan rawa, lahan gambut, dataran banjir, pantai terbuka, estuari, hutan mangrove, dan mud flat. Kategori lahan basah buatan di Indonesia ialah waduk, sawah, perkolaman air tawar dan tambak (Tejoyuwono, 2006). Ukuran dan Bentuk Tubuh Keragaman ukuran tubuh hewan disebabkan faktor genetik dan lingkungan. Ukuran tubuh yang menentukan karakteristik adalah : bobot badan, panjang bagian-bagian kaki (tarso metatarsus), jarak tulang pubis (tulang panggul) untuk betina, panjang tulang kering (tibia), panjang tulang paha (femur) dan tinggi jengger (Notosusanto, 2008). Martojo (1992) menjelaskan bahwa pengaruh genetik 16

15 dan lingkungan merupakan dua hal penting dalam menghasilkan keragaman dalam fenotipik yang ditemukan pada individu-individu sekelompok ternak. Pengaruh genetik dan lingkungan yang diekspresikan sebagai fenotipik merupakan hasil dari perpaduan atau interaksi kedua pengaruh tersebut. Sifat kualitatif adalah sifat yang dapat dibedakan dengan jelas seperti warna bulu, ada tidaknya tanduk atau adanya suatu cacat. Pada umumnya sifat kualitatif ditentukan oleh satu pasang sampai dua pasang gen. Sifat kualitatif dibandingkan dengan sifat kuantitatif kurang bernilai ekonomis tetapi dalam beberapa hal memiliki nilai yang penting (Martojo, 1992). Panjang dan Lingkar tarsus Kaki pada burung mendukung burung pada saat berdiri dan berjalan pada berbagai permukaan. Kaki pada spesies burung air juga digunakan sebagai sarana penggerak yang setara dengan tangan yang berfungsi untuk menangkap benda atau memegang pakan. Ukuran dan bentuk jari kaki tergantung pada fungsi jari kaki dan tempat tinggal burung (Stiles dan Altshuler, 2004). Nishida et al. (1980) menyatakan bahwa ukuran tulang femur, tibia dan tarso metatarsus serta perbandingan antara panjang tarso metatarsus dan lingkar tarso metatarsus menunjukkan nilai-nilai yang efektif untuk menduga konformasi tubuh. Hal serupa juga dinyatakan oleh Sutherland (2008) bahwa tarsus dapat mengindikasikan keseluruhan ukuran tubuh dan akan memberikan informasi konformasi ukuran tubuh yang lebih baik bila dikombinasikan dengan panjang sayap melalui Analisis Komponen Utama. Panjang Jari Kaki Burung pada umumnya memiliki empat jari kaki. Jari perama pada sebagian spesies terdiri atas metatarsal kecil dan satu phalanx. Jari kaki kedua, ketiga dan keempat memiliki phalanx masing-masing sebanyak dua, tiga dan empat. Ukuran dan bentuk dari cakar dan panjang jari kaki burung disesuaikan dengan fungsi dan habitat tempat burung itu hidup (Earth Life, 2010). Burung dara laut memiliki tipe jari kaki palmate yaitu memiliki selaput dan terdiri atas empat jari kaki. Tiga jari kaki menghadap ke depan dan satu jari kaki menghadap ke belakang (Earth Life, 2010). Gambar 12 menunjukkan ilustrasi kaki burung tipe palmate. 17

16 Sumber: Earth Life (2010) Gambar 12. Kaki Burung Tipe Palmate Panjang Sayap Pengukuran panjang sayap dapat dilakukan dengan metode klasik, panjang sayap yang dipipihkan dan panjang sayap rata yang diperpanjang. Metode pengukuran panjang sayap klasik biasa dilakukan dengan pengukuran kelengkungan dorso-ventral normal yang biasa disebut chord sayap. Metode pengukuran panjang sayap yang dipipihkan dilakukan dengan meratakan pengukuran terhadap bulu sayap primer. Metode pengukuran panjang sayap rata yang diperpanjang yaitu dengan meratakan pengukuran sampai dengan panjang maksimum (Stiles dan Altshuler, 2004). Hasil penelitian Nishida et al. (1982) menyatakan bahwa ukuran dan bentuk tubuh ayam dipengaruhi oleh tinggi jengger, panjang sayap, panjang femur dan panjang tibia. Analisis Komponen Utama Analisis Komponen Utama (AKU) adalah metode statistik klasik. Pada analisis ini, transformasi linear digunakan dan kompresi data ditemukan (Hollmen, 1996). AKU adalah teknik yang digunakan untuk menyederhanakan suatu data, dengan cara mentransformasi linier sehingga dibentuk sistem koordinat baru dengan varian maksimum (Budi, 2010). Pada dasarnya AKU bertujuan untuk menerangkan struktur ragam-peragam melalui kombinasi linear dari variabel-variabel. Secara umum AKU bertujuan untuk mereduksi data dan menginterpretasikan data tersebut (Gaspersz, 1992); tanpa mengurangi karakteristik data secara signifikan (Budi, 2010). Dendogram dan Pohon Filogenetik Definisi diagram bercabang dibagi menjadi tiga, yaitu dendogram, kladogram dan pohon filogenetik. Dendogram merupakan diagram percabangan yang terdiri atas sekelompok individu yang dihubungkan berdasarkan beberapa kriteria. Kladogram 18

17 merupakan diagram percabangan beberapa kelompok individu dengan percabangan didasarkan pada hubungan historis antara kelompok individu tersebut. Kladogram disebut pula dendogram atau filogeni historis. Pohon filogenetik merupakan diagram percabangan yang menggambarkan hubungan silsilah hipotesis dan urutan peristiwa sejarah yang menghubungkan organisme individu, populasi atau taksa (Wiley, 1981). 19

STUDI MORFOMETRIK TUBUH BURUNG DARA LAUT (LARIDAE) MELALUI ANALISIS KOMPONEN UTAMA DAN JARAK MINIMUM D 2 -MAHALANOBIS SKRIPSI SITI BADRIAH

STUDI MORFOMETRIK TUBUH BURUNG DARA LAUT (LARIDAE) MELALUI ANALISIS KOMPONEN UTAMA DAN JARAK MINIMUM D 2 -MAHALANOBIS SKRIPSI SITI BADRIAH STUDI MORFOMETRIK TUBUH BURUNG DARA LAUT (LARIDAE) MELALUI ANALISIS KOMPONEN UTAMA DAN JARAK MINIMUM D 2 -MAHALANOBIS SKRIPSI SITI BADRIAH DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ornitologi Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Cibinong. Penelitian ini dilaksanakan selama

Lebih terperinci

ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA SUBSPESIES BURUNG DARA LAUT (Laridae) SKRIPSI KAMARIAH

ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA SUBSPESIES BURUNG DARA LAUT (Laridae) SKRIPSI KAMARIAH ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA SUBSPESIES BURUNG DARA LAUT (Laridae) SKRIPSI KAMARIAH DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Burung merupakan salah satu jenis hewan yang banyak disukai oleh manusia, hal ini di karenakan burung memiliki beberapa nilai penting, seperti nilai estetika, ekologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Tekukur Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keanekaragaman Burung di Pantai Trisik Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman hayati di Yogyakarta khususnya pada jenis burung. Areal persawahan, laguna

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun II.TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun demikian burung adalah satwa yang dapat ditemui dimana saja sehingga keberadaanya sangat sulit dipisahkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Burung Pantai Menurut Mackinnon et al. (2000) dan Sukmantoro et al. (2007) klasifikasi burung pantai adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Fillum : Chordata

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING S. SOPIYANA, A.R. SETIOKO, dan M.E. YUSNANDAR Balai Penelitian Ternak Jl. Veteran III PO Box 221

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total 15 TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Penelitian Pulau Sembilan merupakan salah satu pulau yang terdapat di Kabupaten Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total luas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (perairan) lainnya, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. (perairan) lainnya, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian dari 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keanekaragaman Hayati Keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk di antaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik (perairan)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Kamruton adalah salah satu bagian dari Kecamatan Lebak Wangi,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Kamruton adalah salah satu bagian dari Kecamatan Lebak Wangi, 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Pemeliharaan dan Pakan Desa Kamruton adalah salah satu bagian dari Kecamatan Lebak Wangi, yang berbatasan dengan desa teras bendung di sebelah utara dan desa jeruk

Lebih terperinci

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T No.714, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN KP. Larangan. Pengeluaran. Ikan. Ke Luar. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2014 TENTANG LARANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar 17.000 pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau menjadikan Indonesia berpotensi memiliki keanekaragaman habitat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang dilindungi melalui Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati

Lebih terperinci

PENYEBARAN KOMUNITAS FAUNA DI DUNIA

PENYEBARAN KOMUNITAS FAUNA DI DUNIA PENYEBARAN KOMUNITAS FAUNA DI DUNIA Materi Penyebaran Komunitas Fauna di Dunia Keadaan fauna di tiap-tiap daerah (bioma) tergantung pada banyak kemungkinan yang dapat diberikan daerah itu untuk memberi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Merak hijau 2.1.1 Taksonomi Grzimek (1972) menyatakan bahwa klasifikasi merak hijau jawa (Pavo muticus muticus) sebagai berikut : Kingdom Phyllum : Animalia : Chordata

Lebih terperinci

LAMUN. Project Seagrass. projectseagrass.org

LAMUN. Project Seagrass. projectseagrass.org LAMUN Project Seagrass Apa itu lamun? Lamun bukan rumput laut (ganggang laut), tetapi merupakan tumbuhan berbunga yang hidup di perairan dangkal yang terlindung di sepanjang pantai. Lamun memiliki daun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kuntul 2.1.1 Klasifikasi Burung Kuntul Burung kuntul termasuk ordo Ciconiiformes dan famili Ardeidae (Mackinnon, 1993). klasifikasi Kuntul besar (Egretta alba) adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Burung jalak bali oleh masyarakat Bali disebut dinamakan dengan curik putih atau curik bali, sedangkan dalam istilah asing disebut dengan white starling, white mynah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan basah memiliki peranan yang sangat penting bagi manusia dan lingkungan. Fungsi lahan basah tidak saja dipahami sebagai pendukung kehidupan secara langsung seperti

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung 7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Taksonomi dan Deskripsi Burung Walet Terdapat beberapa jenis Burung Walet yang ditemukan di Indonesia diantaranya Burung Walet Sarang Putih, Burung Walet Sarang Hitam, Burung

Lebih terperinci

Burung Kakaktua. Kakatua

Burung Kakaktua. Kakatua Burung Kakaktua Kakatua Kakak tua putih Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Aves Ordo: Psittaciformes Famili: Cacatuidae G.R. Gray, 1840 Subfamily Microglossinae Calyptorhynchinae

Lebih terperinci

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka Burung Jalak Bali Burung Jalak Bali Curik Bali atau yang lebih dikenal dengan nama Jalak Bali, merupakan salah satu spesies burung cantik endemis Indonesia. Burung

Lebih terperinci

HIDROSFER V. Tujuan Pembelajaran

HIDROSFER V. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X Geografi HIDROSFER V Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami rawa, fungsi, manfaat, dan pengelolaannya.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Klasifikasi ilmiah dari Katak Pohon Bergaris (P. Leucomystax Gravenhorst 1829 ) menurut Irawan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia, Phyllum: Chordata,

Lebih terperinci

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ... itj). tt'ii;,i)ifir.l flni:l l,*:rr:tililiiii; i:.l'11, l,.,it: I lrl : SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI DAFTAR SINGKATAN viii tx xt xii... xviii BAB

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMIRAN Lampiran A. Nilai Kelimpahan Relatif Burung Air di Kawasan antai Labu amili pesies.ancol.baru.m.indah Ardeidae 1. Ardea cinerea 0,22 - - 2. Ardea purpurea 0,22 0,189 0,314 3. Bulbucus ibis 0 0,661

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 17.1 TAHUN 2015

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 17.1 TAHUN 2015 1 BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 17.1 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA) DI KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 2TAHUN 2013 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung, merupakan suatu kawasan ekosistem

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Ayam kampung merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik perunggasan di tanah air. Ayam kampung diindikasikan dari hasil domestikasi ayam hutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai lahan basah paling luas dan mungkin paling beragam di Asia Tenggara, meliputi lahan basah alami seperti rawa,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : kuntul kecil, pulau serangan, aktivitas harian, habitat, Bali

ABSTRAK. Kata kunci : kuntul kecil, pulau serangan, aktivitas harian, habitat, Bali ABSTRAK Penelitian tentang aktivitas burung kuntul kecil (Egretta garzetta) dilakukan di Pulau Serangan antara bulan Mei dan Juni 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas harian burung

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Tinjauan Umum Kerbau Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mempertimbangkan jumlah populasi yang membentuknya dengan kelimpahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mempertimbangkan jumlah populasi yang membentuknya dengan kelimpahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Keragaman Jenis Keragaman adalah gabungan antara kekayaan jenis dan kemerataan dalam satu nilai tunggal (Ludwig, 1988 : 8). Menurut Wirakusumah (2003 : 109),

Lebih terperinci

Cover Page. The handle http://hdl.handle.net/1887/20260 holds various files of this Leiden University dissertation.

Cover Page. The handle http://hdl.handle.net/1887/20260 holds various files of this Leiden University dissertation. Cover Page The handle http://hdl.handle.net/1887/20260 holds various files of this Leiden University dissertation. Author: Becking, Leontine Elisabeth Title: Marine lakes of Indonesia Date: 2012-12-04

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pengembangannya harus benar-benar diperhatikan dan ditingkatkan. Seiring

I PENDAHULUAN. pengembangannya harus benar-benar diperhatikan dan ditingkatkan. Seiring I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unggas merupakan ternak yang sangat populer di Indonesia sebagai sumber protein hewani daging dan telur. Hal tersebut disebabkan karena ternak unggas harganya relatif murah

Lebih terperinci

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suksesi dan Restorasi Hutan Hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di dominasi oleh pepohonan. Masyarakat hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang hidup dan tumbuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove yang ada di Indonesia makin lama makin berkurang akibat perubahan bentuk menjadi kawasan pemukiman, pertanian maupun tambak atau mendapat tekanan yang besar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Orangutan Orangutan termasuk kera besar dari ordo Primata dan famili Pongidae (Groves, 2001). Ada dua jenis orangutan yang masih hidup, yaitu jenis dari Sumatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai lahan basah paling luas dan paling beragam di Asia Tenggara, meliputi lahan basah alami seperti hutan rawa, danau,

Lebih terperinci

LINGKUNGAN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI

LINGKUNGAN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI LINGKUNGAN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI Indonesia terdiri atas pulau-pulau sehingga disebut negara kepulauan. Jumlah pulau yang lebih dari 17.000 buah itu menandakan bahwa Indonesia merupakan suatu wilayah yang

Lebih terperinci

HEWAN YANG HIDUP DI AIR. 1. Hiu Kepala Martil

HEWAN YANG HIDUP DI AIR. 1. Hiu Kepala Martil HEWAN YANG HIDUP DI AIR 1. Hiu Kepala Martil Hiu kepala martil memiliki kepala berbentuk seperti martil. Dengan satu cuping hidung dan satu mata di setiap pangkal "martil"nya, mereka mengayunkan kepalanya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung Walet memiliki beberapa ciri khas yang tidak dimiliki oleh burung lain. Ciri khas tersebut diantaranya melakukan hampir segala aktivitasnya di udara seperti makan

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 1. Tempat perlindungan Orang utan yang dilindungi oleh pemerintah banyak terdapat didaerah Tanjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Ekosistem mangrove adalah tipe ekosistem yang terdapat di daerah pantai dan secara teratur di genangi air laut atau dipengaruhi oleh pasang surut air laut,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi baik flora maupun fauna. Flora dan fauna tersebut tersebar luas di Indonesia baik di

Lebih terperinci

USAHA SAMBILAN BUDIDAYA WALET DI MENDATI NGAMBUR LAMPUNG BARAT. Suyadi L

USAHA SAMBILAN BUDIDAYA WALET DI MENDATI NGAMBUR LAMPUNG BARAT. Suyadi L USAHA SAMBILAN BUDIDAYA WALET DI MENDATI NGAMBUR LAMPUNG BARAT Suyadi L200100015 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 1 Tentang Burung Walet Burung Walet merupakan burung pemakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang secara geografis terletak di antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai keanekaragaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pantai, di rawa-rawa dan juga di daerah sekitar danau yang terdekat di

TINJAUAN PUSTAKA. pantai, di rawa-rawa dan juga di daerah sekitar danau yang terdekat di TINJAUAN PUSTAKA Belibis Kembang (Dendrocygna arcuata) Belibis kembang bisa dijumpai mencari mangsa di daerah tambak dekat pantai, di rawa-rawa dan juga di daerah sekitar danau yang terdekat di pegunungan.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Ekosistem mangrove tergolong ekosistem yang unik. Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem dengan keanekaragaman hayati tertinggi di daerah tropis. Selain itu, mangrove

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

BAB V EKOSISTEM, BIOSFER & BIOMA

BAB V EKOSISTEM, BIOSFER & BIOMA BAB V EKOSISTEM, BIOSFER & BIOMA EKOSISTEM: lingkungan biologis yang terdiri dari semua organisme hidup di daerah tertentu, serta semua benda tak hidup (abiotik), komponen fisik dari lingkungan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam suatu wilayah pesisir terdapat beragam sistem lingkungan (ekosistem). Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove, terumbu karang,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di peternakan merpati di area Komplek Alam Sinar Sari, Desa Sinarsari, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini berlangsung selama bulan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Burung Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem maupun bagi kepentingan kehidupan manusia dan membantu penyebaran Tumbuhan yang ada disuatu kawasan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Pengamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Pengamatan Keempat tempat penelitian terletak di Kebun Raya Bogor. Posisi masingmasing lokasi tertera pada Gambar 1. a. Taman Lebak Sudjana Kassan Taman ini berada di pinggir

Lebih terperinci

IKAN HARUAN DI PERAIRAN RAWA KALIMANTAN SELATAN. Untung Bijaksana C / AIR

IKAN HARUAN DI PERAIRAN RAWA KALIMANTAN SELATAN. Untung Bijaksana C / AIR @ 2004 Untung Bijaksana Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS 702) Sekolah Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor September 2004 Dosen : Prof. Dr. Ir. Rudy C Tarumingkeng IKAN HARUAN DI PERAIRAN KALIMANTAN

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Sarang Burung Seriti (Collocalia esculenta). a. Peletakkan dan Jumlah Sarang Seriti. Dari hasil perhitungan jumlah sarang seriti yang ada di bawah jembatan dan di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung merupakan salah satu kekayaan hayati yang dimiliki oleh Indonesia. Keberadaan pakan, tempat bersarang merupakan faktor yang mempengaruhi kekayaan spesies burung

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV

PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV Kendala utama penelitian walet rumahan yaitu: (1) rumah walet memiliki intensitas cahaya rendah, (2) pemilik tidak memberi ijin penelitian menggunakan metode pengamatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PENGAWASAN DAN PERLINDUNGAN SUMBERDAYA IKAN DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MATERI KULIAH BIOLOGI FAK.PERTANIAN UPN V JATIM Dr. Ir.K.Srie Marhaeni J,M.Si

MATERI KULIAH BIOLOGI FAK.PERTANIAN UPN V JATIM Dr. Ir.K.Srie Marhaeni J,M.Si MATERI KULIAH BIOLOGI FAK.PERTANIAN UPN V JATIM Dr. Ir.K.Srie Marhaeni J,M.Si Apa yang dimaksud biodiversitas? Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah : keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan

Lebih terperinci

TAMBAHAN PUSTAKA. Distribution between terestrial and epiphyte orchid.

TAMBAHAN PUSTAKA. Distribution between terestrial and epiphyte orchid. TAMBAHAN PUSTAKA Distribution between terestrial and epiphyte orchid. Menurut Steeward (2000), distribusi antara anggrek terestrial dan epifit dipengaruhi oleh ada atau tidaknya vegetasi lain dan juga

Lebih terperinci

Ayo Belajar IPA. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1. Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma

Ayo Belajar IPA. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1. Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1 Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma Peta Konsep Ciri khusus mahkluk hidup 1. Mencari makan 2. Kelangsungan hidup 3. Menghindari diri dari Hewan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa),

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa), 1 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Sejarah Perkembangan Itik Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa), golongan terdahulunya merupakan itik liar bernama Mallard (Anas plathytynchos)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove merupakan ekosistem pesisir yang terdapat di sepanjang pantai tropis dan sub tropis atau muara sungai. Ekosistem ini didominasi oleh berbagai jenis

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN Oleh : Taufik Rizky Afrizal 11.12.6036 S1.SI.10 STMIK AMIKOM Yogyakarta ABSTRAK Di era sekarang, dimana ekonomi negara dalam kondisi tidak terlalu baik dan

Lebih terperinci

Kegiatan Ekonomi. Berdasarkan Potensi Alam

Kegiatan Ekonomi. Berdasarkan Potensi Alam Bab 7 Kegiatan Ekonomi Berdasarkan Potensi Alam Bab ini akan membahas tentang kegiatan ekonomi yang didasarkan pada potensi alam. Pelajarilah dengan saksama agar kamu dapat mengenal aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN HIDUPNYA

CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN HIDUPNYA BAB 1 CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN HIDUPNYA Tujuan Pembelajaran: 1) mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus hewan dengan lingkungannya; 2) mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri

Lebih terperinci

C. Potensi Sumber Daya Alam & Kemarintiman Indonesia

C. Potensi Sumber Daya Alam & Kemarintiman Indonesia C. Potensi Sumber Daya Alam & Kemarintiman Indonesia Indonesia dikenal sebagai negara dengan potensi sumber daya alam yang sangat besar. Indonesia juga dikenal sebagai negara maritim dengan potensi kekayaan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dengan keanekaragaman hayati yang tinggi. Sebagian besar perairan laut Indonesia (> 51.000 km2) berada pada segitiga terumbu

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. sumber: (http://www.google.com/earth/) Keterangan: Lokasi 1: Sungai di Hutan Masyarakat

LAMPIRAN. Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. sumber: (http://www.google.com/earth/) Keterangan: Lokasi 1: Sungai di Hutan Masyarakat LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Keterangan: Lokasi 1: Sungai di Hutan Masyarakat sumber: (http://www.google.com/earth/) Lampiran 2. Data spesies dan jumlah Amfibi yang Ditemukan Pada Lokasi

Lebih terperinci

KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR

KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR Oleh: PROJO ARIEF BUDIMAN L2D 003 368 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN Oleh: Dini Ayudia, M.Si. Subbidang Transportasi Manufaktur Industri dan Jasa pada Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA & LH Lahan merupakan suatu sistem yang kompleks

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian mencakup kegiatan usahatani perkebunan, perhutanan, peternakan, dan perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan ragam. Dari sakala

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba.

PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba. 1 I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ternak unggas merupakan ternak yang sangat populer di Indonesia sebagai sumber daging. Selain cita rasanya yang disukai, ternak unggas harganya relatif lebih murah dibandingkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 3,2 juta ha (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar mulai dari Sumatera,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan satu dari sedikit tempat di dunia dimana penyu laut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan satu dari sedikit tempat di dunia dimana penyu laut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan satu dari sedikit tempat di dunia dimana penyu laut ditemukan dalam jumlah besar. Daerah-daerah yang menjadi lokasi peneluran di Indonesia umumnya

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari atas 17.508 pulau, dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Luas laut Indonesia sekitar 3,1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia membentang 6 0 LU 11 0 LS dan 95 0-141 0 BT, sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua Australia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Gonda Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat menyebutnya chikenspike termasuk dalam keluarga Sphenocleaceae. Klasifikasi taksonomi dijelaskan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. cukup besar, tidak hanya keanekaragaman flora tetapi juga faunanya. Hal ini

PENDAHULUAN. cukup besar, tidak hanya keanekaragaman flora tetapi juga faunanya. Hal ini I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang cukup besar, tidak hanya keanekaragaman flora tetapi juga faunanya. Hal ini dapat dilihat dari keanekaragaman

Lebih terperinci

Pengenalan Jenis-jenis Kima Di Indonesia. Kima Lubang (Tridacna crosea)

Pengenalan Jenis-jenis Kima Di Indonesia. Kima Lubang (Tridacna crosea) Pengenalan Jenis-jenis Kima Di Indonesia Kima Lubang (Tridacna crosea) Kima ini juga dinamakan kima pembor atau kima lubang karena hidup menancap dalam substrat batu karang. Ukuran cangkang paling kecil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sepanjang khatulistiwa dan km dari utara ke selatan. Luas negara Indonesia

I. PENDAHULUAN. sepanjang khatulistiwa dan km dari utara ke selatan. Luas negara Indonesia 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, sekitar 17.508 buah pulau yang membentang sepanjang 5.120 km dari timur ke barat sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki tidak kurang dari 17.500 pulau dengan luasan 4.500 km2 yang terletak antara daratan Asia

Lebih terperinci

2. KERABAT DUGONG. Gambar 2.1. Taksonomi dugong dan kerabatnya

2. KERABAT DUGONG. Gambar 2.1. Taksonomi dugong dan kerabatnya 2. KERABAT DUGONG Dalam klasifikasi hewan, dugong termasuk Class Mammalia yang mempunyai karakterisktik menyusui anaknya. Di bawah Class Mammalia dugong tergolong dalam Ordo Sirenia. Seluruh anggota Ordo

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA)

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA) SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA

Lebih terperinci

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

EKOSISTEM SEBAGAI MODAL ALAM

EKOSISTEM SEBAGAI MODAL ALAM 3 EKOSISTEM SEBAGAI MODAL ALAM BI2001 Pengetahuan Lingkungan Sumber utama materi dan ilustrasi: Miller, G.T. & S.E. Spoolman. 2012. Living in the Environment. Seventeenth edition. Brooks/Cole, Belmont,

Lebih terperinci

DINAS KEHUTANAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

DINAS KEHUTANAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG UPAYA PELESTARIAN MENTILIN (TARSIUS BANCANUS) SEBAGAI SALAH SATU SATWA LANGKA YANG DILINDUNGI DARI KEPUNAHAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Oleh HENDRI UTAMA.SH NIP. 19800330 199903 1 003 POLISI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi bali adalah sapi lokal Indonesia keturunan banteng yang telah didomestikasi. Sapi bali banyak berkembang di Indonesia khususnya di pulau bali dan kemudian menyebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dibandingkan daratan, oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati hidupan liar lainnya (Ayat, 2011). Indonesia merupakan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati hidupan liar lainnya (Ayat, 2011). Indonesia merupakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman jenis burung yang tinggi dapat mencerminkan tingginya keanekaragaman hayati hidupan liar lainnya (Ayat, 2011). Indonesia merupakan salah satu kawasan di

Lebih terperinci

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa Metamorfosis Kecoa 1. Stadium Telur Proses metamorfosis kecoa diawali dengan stadium telur. Telur kecoa diperoleh dari hasil pembuahan sel telur betina oleh sel spermatozoa kecoa jantan. Induk betina kecoa

Lebih terperinci

AssAlAmu AlAyku m wr.wb

AssAlAmu AlAyku m wr.wb AssAlAmu AlAyku m wr.wb BIOMA Bioma adalah wilayah yang memiliki kondisi iklim tertentu dan batas-batas yang sebagian besar dikendalikan di daratan oleh iklim dan yang dibedakan oleh dominasi tertentu,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik ternak tinggi, namun sumber daya genetik tersebut belum dimanfaatkan dengan optimal. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing Kambing diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; subfilum Vertebrata; kelas Mammalia; ordo Artiodactyla; sub-ordo Ruminantia; familia Bovidae; sub-familia

Lebih terperinci