BAB III PEDOMAN GASING (GYRO COMPASS)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PEDOMAN GASING (GYRO COMPASS)"

Transkripsi

1 BAB III PEDOMAN GASING (GYRO COMPASS) A. PENGERTIAN UMUM Gyroscope (gasing) berasal dari kata gyros yang artinya berputar, dan schopein yang artinya melihat. Pengertian secara umum, bahwa gyro-scope adalah benda yang menyerupai roda yang berputar pada porosnya dengan kecepatan tinggi (6000 putaran per menit atau lebih) dan dapat bergerak bebas sekeliling 3 arah poros yang berdiri tegak lurus satu sama lain, dimana arah poros-poros tersebut saling memotong di titik berat benda. Syarat-syarat gyro-scope: 1. Resultante semua gaya harus bertumpu pada titik berat gasing 2. Ketiga poros harus berdiri tegak lurus satu sama lain 3. Ketiga poros harus saling memotong di titik berat gasing 4. Kecepatan putar harus cukup besar dan tetap, sehingga dapat berlaku hokum Gasing I (antara sampai rpm) Hukum-hukum gasing: Hukum Gasing I: Poros suatu gasing yang berputar sangat cepat, yang terpasang bebas dalam 3 bidang, salah satu ujung porosnya akan menunjuk ke suatu titik tetap di angkasa Dari hukum gasing I ini diperoleh apa yang disebut INERTIA. Yaitu suatu gaya yang dimiliki oleh sebuah gasing untuk mempertahankan kedudukannya terhadap angkasa raya. Hukum Gasing II: Apabila poros sebuah gasing yang berputar sangat cepat bekerja suatu kopel, maka poros itu tidak bergerak dalam bidang kopel tersebut, melainkan bergerak ke suatu arah yang tegak lurus terhadapnya. Dari hokum gasing II ini diperoleh: PRESESI, yaitu apabila sebuah gasing mendapat gaya dari luar, maka gasing akan bergerak / menyimpang dengan arah tegak lurus terhadap gaya tersebut.

2 B. BEBERAPA KEDUDUKAN GYRO-SCOPE DI BUMI. 1. Apabila gyro-scope diletakkan di katulistiwa dengan poros diarahkan ke Timur dan sejajar dengan permukaan bumi, maka seiring dengan perputaran bumi (rotasi), oleh karena gyroscope selalu mengarah ke suatu titik tetap di angkasa raya, dari pengamatan kita gyroscope itu akan berobah kedudukan porosnya membuat sudut dengan arah horizontal, dimana perobahannya adalah sebesar 45º setiap 3 jam, atau 15º setiap jam. Dalam waktu 24 jam akan kembali ke kedudukan semula. Perobahan sudut yang terjadi antara permukaan bumi (arah horizontal) dan poros gyroscope dalam arah vertical yang disebabkan oleh komponen horizontal dari putaran bumi ini disebut TILTING Kecepatan tilting dapat ditentukan dengan rumus: Tilting = w Sin H x Cos L w = (Omega) 15º / jam adalah arah putaran T B H = arah poros gyro-scope terhadap kutub Utara bumi L = lintang tempat di bumi

3 2. Apabila gyro-scope diletakkan di kutub Utara bumi pada kedudukan poros mendatar, seiring dengan rotasi bumi, kita amati bahwa seolah-olah poros gyro-scope berputar dengan arah mendatar Perobahan sudut yang terjadi antara garis meridian bumi dengan poros gyro-scope dalam arah horizontal yang disebabkan oleh komponen vertical dari putaran bumi ini disebut DRIFTING. Kecepatan drifting dapat dihitung dengan rumus: Drifting = w Sin L 3. Apabila gyro-scope diletakkan di katulistiwa dan porosnya menghadap arah Utara-Selatan, maka tidak akan terjadi perobahan sudut baik secara tegak maupun mendatar, atau tidak terjadi TILTING maupun DRIFTING

4 4. Apabila gyro-scope diletakkan disembarang tempat di bumi diantara katulistiwa dan kutub, kedudukan mendatar dan porosnya mengarah ke kutub utara, maka di lintang utara, seolah-olah ujung poros gyro-scope berputar membentuk sebuah kerucut. Dengan kata lain, akan terjadi tilting dan drifting, yang besarnya tergantung dari lintang tempat di bumi dimana gyro-scope ditempatkan.

5 Diagram tilting dan drifting pada gyro-scope secara umum Tilting: Tilting = 0. gyro di meridian Tilting positif (+) gyro di meridian barat (bujur barat) Tilting negative (-)... gyro di meridian Timur (bujur timur) Kecepatan tilting = w Sin H x Cos L Besarnya kecepatan tilting tergantung dari H (Haluan kapal) Drifting: Drifting = 0 gyro di horizon Drifting positif (+) gyro di Utara di atas horizon Drifting negative (-) gyro di Selatan di bawah horizon Catatan: - Arah tilting selalu berlawanan dengan arah putaran bumi (rotasi) - Agar gasing dapat digunakan untuk pedoman, maka perlu diberikan gerakan 2 tingkat kebebasan dengan tingkat kebebasan ke 3 yang terbatas. C. GYRO-SCOPE DENGAN 2 TINGKAT KEBEBASAN DAN TINGKAT KEBEBASAN KETIGA YANG TERBATAS. Dari percobaan-percobaan tersebut pada sub bab B, ternyata gyro-scope dapat dimanfaatkan untuk pedoman (compass), dengan teknik-teknik tertentu.

6 Kita ketahui bahwa gyro-scope memiliki 2 sifat yaitu inertia dan precession. Sedangkan bumi mempunyai gravitasi; yang erat kaitannya dengan besarnya massa gyro-scope, dan ;rotasi; yang berpengaruh pada besarnya tilting dan drifting. Maka kita dapat menyimpulkan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi sifat-sifat gyro-scope adalah: 1. Besarnya massa gyro-scope 2. Kecepatan putar gyro-scope 3. Radius of gyration (jari-jari putaran gyro-scope) Dengan cara mengkombinasikan antara sifat-sifat gyro-scope dan sifat-sifat bumi, kita dapat membuat pedoman gasing (gyro-compass). Yaitu dengan 2 tingkat kebebasan dan tingkat kebebasan ketiga yang terbatas. Dengan cara ini diusahakan agar poros gasing mendatar dan mengarah ke kutub utara bumi. Terdapat 2 sistim yang digunakan untuk kepentingan diatas yang dikembangkan oleh para ahli gasing. Yaitu yang dikenal dengan Top heavy controlled gyro-scope dan Bottom heavy controlled gyro-scope. 1. Top heavy controlled gyro-scope. Yaitu gasing dengan pengendalian beban atas / puncak sebagai elemen untuk peredaman vertikalnya. Pengendalian beban atas ini cenderung memperbesar momen senget (tilt). Sistim ini menggunakan apa yang disebut dengan Mercury Balistic, yaitu bagian yang terdiri dari 2 pasang bejana kecil berisi air raksa. Tiap pasang bejana terdiri dari 2 penampung (reservoir) yang tiap pasangnya dihubungkan dengan 2 pipa penghubung dengan diameter kecil. Pipa penghubung yang satu dipasang di sebelah atas, yang berguna untuk sirkulasi udara sehingga tidak ada penambahan udara dari luar. Sedangkan pipa penghubung yang bawah berguna untuk menghubungkan air raksa dari tangki penampung (reservoir) yang lain, yaitu apabila gasing mengalami senget. Pemasangan mercury balistic tidak betul-betul tegak lurus, melainkan membuat sudut 1,7º terhadap sumbu vertical, atau secara teoritis =1/40 x R, dimana R adalah Radius of Gyration (jari-jari putaran gasing). Pemasangan separti ini disebut eccentric connection. Fungsinya adalah untuk menimbulkan presesi sekundair (secondary precession)

7 Dengan mercury-balistic yang dikembangkan khususnya oleh perusahaan pembuat pedoman gasing Sperry, dimana titik berat control-element dapat dibuat berimpit dengan titik berat gasing, yaitu dengan menambah atau mengurangi jumlah air raksa pada sisi-sisi yang dikehendaki, sehingga gaya sentrifugal dapat dihilangkan. Momen senget = g x R Sin φ Momen Beban = G x PG Sin φ Σ momen = (g x R.Sin φ) + ( P x PG Sin φ) Akibatnya: menambah momen senget Untuk mencegah pengaruh pemindahan air raksa dan terjadinya kopel, maka pipa penghubungnya dibuat sekecil mungkin agar pemindahan air raksa tidak terjadi secara mendadak tetapi secara perlahan-lahan sesuai dengan kecepatan tilting (senget) 2. Bottom heavy controlled gyro-scope: Yaitu gasing dengan pengendalian beban bawah sebagai elemen pengendalinya (Control elemen). Dengan cara ini dimaksudkan agar apabila ada gaya yang menggerakkan poros gasing (tilting dan drifting), akan dapat diredamkan. Pengendalian beban bawah ini cenderung memperkecil senget (tilting) yang timbul, dimana jumlah momen = momen senget dikurangi momen beban. Sistim ini dikembangkan antara lain pada pedoman type: Aanschutz, Plath, Microtechnic, dan Tokimec (Tokyo Marine Electric Company). Pada sistim ini memiliki keuntungan bahwa peredaman dilakukan dalam waktu yang relative singkat, dan apabila terjadi kerusakan listrik kapal, navigator tidak perlu khawatir karena poros gasing akan berhenti pada kedudukan mendatar tanpa harus menguncinya.

8 Momen senget = g x R Sin φ Momen Beban = G x PG Sin φ Σ momen = (g x R.Sin φ) - ( G x PG Sin φ) Akibatnya: mengurangi momen senget Pengaruh elemen pengendali (control element) terhadap gerakan gasing adalah sebagai berikut: 1. Sebelum diberikan elemen pengendali, gerakan edaran gasing berbentuk lingkaran. 2. Edaran gasing setelah diberi elemen pengendali berbentuk ellips. Oleh karena kita dapatkan 3 gaya sebagai berikut: a. Tilting (senget), yang bekerja pada arah tegak (vertical) b. Drifting, yang bekerja pada arah mendatar (horizontal) c. Presesi, yang bekerja pada arah mendatar Oleh karena adanya 2 gaya mendatar dan satu gaya yang bekerja secara tegak tersebut maka terjadi gerakan edaran berbentuk ellips. Waktu yang diperlukan untuk proses tersebut secara teoritis adalah 85 menit. Harga tilting, drifting dan presesi tersebut makin mendekati kutub bumi makin mengecil, yang apabila poros gasing menunjuk ke kutub bumi, nilainya adalah 0 (nol). Kesimpulan: 1. Untuk membuat gasing menjadi sebuah pedoman, diperlukan kombinasi sebagai berikut: a. Sifat-sifat gasing yaitu Inertia dan Presesi b. Rotasi dan gravitasi bumi 2. Dua buah vector yang menentukan ujung Utara poros gasing adalah: a. Arah putaran gasing b. Kerja dari pada gaya berat pada penataan pengendalian beban atas/bawah Maksud pemasangan peredam secara excentric connection: Dengan pemasangan peredam secara eccentric connection dimaksudkan untuk memberikan presesi dengan arah horizontal dan vertical, sehingga dengan demikian terjadi peredaman yang sempurna.

9 Seperti kita ketahui, bahwa tujuan membuat gasing untuk menjadi sebuah pedoman, sehingga kita harus mengarahkan poros gasing ke arah Utara sejati. Secara empiris terdapat 2 cara peredaman yaitu peredaman tegak dan peredaman mendatar (vertical damping dan horizontal damping) Akibat yang ditimbulkan oleh hubungan excentric (excentric connection) adalah membuat edaran poros gasing yang mempengaruhi 3 faktor gaya (tilting, drifting dan presesi utama), menjadi dipengaruhi factor ke 4 yaitu ditambah dengan presesi sekundair, yang bekerja pada arah mendatar dan tegak. Presesi sekundair ini sesungguhnya tujuan utamanya adalah untuk melawan tilting (senget). Mercury effect (pengaruh air-raksa) adalah akar dari kwadrat presesi utama (pengarah) + kwadrat presesi kedua, dimana presesi utama dengan arah mendatar, dan presesi kedua dengan arah tegak. Faktor peredaman besarnya adalah 66,6% untuk ½ oscilasi. Akibatnya, edaran poros akan berobah menjadi separti spiral dan akan terhenti bila poros gasing telah mencapai sejajar dengan derajah bumi (busur lingkaran dibumi yang menghubungkan antara kutub Utara dan kutub Selatan Bumi). Waktu yang ditempuh untuk mencapai keadaan setimbang (arah Utara) adalah sekitar 3 x 65 menit. Selanjutnya waktu 65 menit disebut sebagai 1 (satu) kali oscilasi. Perhatikan skema dibawah ini: K1 menimbulkan presesi utama dinamakan presesi pengarah K2 menimbulkan presesi kedua. Dinamakan peredaman

10 Keterangan gambar: 1. A C = ½ oscilasi. Misalnya A = 30º maka setelah ½ oscilasi akan menjadi 10º dan seterusnya 3 1/3º sampai 0º, karena factor peredaman 66 2/3% (damping) 2. Setelah titik B, tilting = 0. Jadi yang bekerja hanya komponen vertical yaitu presesi sekundair dan tilting (-), sehingga akan semakin mengarah ke Utara Peredaman oscilasi model Gyro compass Sperry: 1. Gyro-scope diletakkan di bagian bawah 1/40 x R/senget 2. Mercury-effect menimbulkan presesi sekundair 3. K2 menimbulkan P2 dengan factor peredaman 66 2/3 % 4. Oscilasi diredamkan Lamanya oscilasi ellips A C = 85 menit. Setelah diredamkan menjadi 65 menit. Edaran poros gyro-scope: 1. Sebelum ada elemen pengendali berbentuk lingkaran 2. Oscilasi hasil elemen pengendali sebelum diredamkan berbentuk ellips 3. Oscilasi setelah diredamkan berbentuk spiral Vertical-damping dan Horizontal-damping 1. Pengaruh vertical damping yang sangat mencolok dapat kita amati pada pedoman type separti Sperry-gyro-compass, yaitu pedoman gasing yang menggunakan pengendalian beban atas (top heavy controlled), yang menggunakan mercury-balistic. Pada percobaan yang telah dilakukan, pada lintang 0º (di Katulistiwa), tidak akan terjadi kesalahan peredaman, sehingga pada pedoman gasing model sperry, kesalahan lintang bila berada di katulistiwa adalah 0 (nol). Namun pada lintang-lintang tinggi, baik di lintang Utara

11 maupun di lintang Selatan, akan terjadi kesalahan peredaman, dimana besar kesalahannya tergantung dari lintang tempat dimana pedoman gasing berada. Kesalahan yang demikian dinamakan kesalahan lintang 2. Pengaruh horizontal damping yang kuat dapat diamati pada pedoman yang menggunakan penendalian beban bawah separti pada type pedoman buatan Aanschutz, Plath dan Tocimec. Pedoman dengan menggunakan pengendalian beban bawah menggunakan pipa gelang berongga dengan diberi sekat-sekat dan diisi cairan kental (minyak), atau menggunakangaya torsi (momen kopel) separti yang dikembangkan pada pedoman gasing merk Arma-Brown. Peredaman dengan sistim ini mengakibatkan edaran poros gasing untuk beberapa saat membentuk ellips, baru kemudian terjadi presesi sekunder yang sesungguhnya yang mengakibatkan edaran poros gasing berbentuk spiral yang menuju pusat ellips. Secara teoritis sebenarnya dengan peredaman sistim ini diperlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan menggunakan mercury-balistic. Namun dengan mengarahkan poros gasing ke kutub utara bumi sebelum pedoman dihidupkan (dioperasikan), maka proses perdaman menjadi lebih cepat karena pada sistim ini tidak terjadi kesalahan peredaman baik di katulistiwa maupun di lintang-lintang tinggi. D. KESALAHAN PADA PEDOMAN GASING 1. Kesalahan Haluan dan Kecepatan Pedoman gasing di kapal, akan dipengaruhi oleh rotasi bumi dan gerakan laju kapl. Kedua gaya yang bekerja tersebut arahnya tidak sejajar satu sama lain, tetapi membentuk sudut. Poros gasing akan menempatkan diri tegak lurus pada bidang maya rotasi bumi. Artinya, poros gasing akan mengambil kedudukan diluar bidang derajah penilik. Arah gerakan sebuah titik di bumi sebagai akibat dari rotasi bumi adalah Timur (90º) Dengan percobaan-percobaan di katulistiwa dan di lintang tinggi, ternyata terjadi kesalahan-kesalahan yang berbeda besarannya. Dengan demikian diperoleh kesimpulan bahwa kesalahan Haluan dan Kecepatan tergantung dari: a. Lintang tempat dimana gyro berada (L) b. Haluan kapal (H), dan c. Kecepatan kapal (V)

12 Rumus: Kesalahan H/V = δº = - 0,0637.V.CosH. Sec L Dari pembuktian rumus di atas, sebenarnya diperoleh nila +. Tetapi kenyataannya nilai kesalahan selalu negative. Oleh karena itu di bagian depan rumus selalu diberi tanda - untuk haluan sejati Utara dan + untuk haluan sejati Selatan. Kesimpulan: a. Untuk haluan Timur atau Barat nilai δº = 0 (nol) b. Untuk haluan Utara atau Selatan nilai δº = maximum c. Di Katulistiwa nilai δº minimum d. Makin besar lintang, kesalahan akan semakin besar pula, sehingga pedoman gasing hanya baik bila digunakan pada lintang 70º atau lebih kecil Daftar Ilmu Pelayaran (Haverkamp Daftar XXXVI) memberikan besarnya nilai dan tanda kesalahan Haluan dan Lintang untuk berbagai lintang, haluan dan kecepatan kapal, yang berfungsi untuk menggantikan koreksi bila terjadi kerusakan pada korektor yang terdapat pada pedoman gasing. Dari Daftar Ilmu Pelayaran dapat disimpulkan bahwa: a. Kesalahan bertambah sesuai pertambahan lintang b. Pada lintang yang sama, untuk haluan tertentu, kesalahan bertambah sesuai dengan pertambahan kecepatan kapal. c. Untuk kecepatan tertentu, kesalahan berkurang bila haluan mendekati 90º dan 270º. d. Pada haluan Timur dan Barat kesalahan = 0 Pada pedoman gasing terdapat bagian yang disebut Semi automatic corrector, yang berfungsi untuk memberikan koreksi pada kesalahan lintang dan kecepatan. Caranya yaitu dengan memutar ulir / sekerup di bagian bawah korektor, sehingga skala lintang bertemu dengan skala kecepatan. Dengan koreksi ini dimaksudkan agar garis layer bergeser kekiri / kekanan dan dengan menggunakan cosinus cam kemudian dipindahkan ke mawar pedoman induk.

13 2. Kesalahan Lintang (kesalahan peredaman) Kesalahan ini terdapat pada pedoman gasing type Sperry, yaitu pedoman gasing yang menggunakan pengendalian beban atas/puncak, karena pada proses peredaman, makin tinggi lintang penilik, pada akhir oscilasi tidak dicapai pusat ellips. Oleh karena itu kesalahan ini juga disebut sebagai kesalahan peredaman. Pada pedoman Sperry biasanya terdapat bagian untuk mengoreksi kesalahan ini, yaitu dengan memutar ulir kedua (disamping semi automatic corrector). Pada pedoman dengan pengendalian beban bawah kesalahan ini praktis = 0, hanya separti pada type Arma-Brown walaupun tidak terdapat kesalahan lintang, tetapi terjadi gangguan-gangguan pada bagian-bagian mekaniknya. 3. Kesalahan Balistik Kesalahan balistik adalah kesalahan yang disebabkan adanya perobahan kecepatan kapal. (a = acceleration). Jadi yang menyebabkan kesalahan balistik bukan kecepatan kapal (speed), tetapi percepatannya (a). Kita dapat membandingkan dengan keadaan di sekitar kita, apabila ada sebuah benda digantung dan dibawa pada alat yang mempunyai kecepatan, kemudian kecepatan tiba-tiba berobah, maka benda yang tergantung akan terhentak. Pada pedoman gasing, karena memiliki sifat Inertia (lembam), maka terjadi perpindahan cairan mercury (pada type pedoman Sperry) atau kolom minyak (pada pedoman type Plath /Tokimec), atau beban torsi (pada pedoman type Brown) Ternyata bahwa apabila kapal pada kecepatan tertentu dengan haluan utara, akan terjadi kopel yang menekan salah satuujung poros kearah bawah, sehingga ujung poros utara akan menyimpang ke barat (kiri). Demikian sebaliknya, pada haluan selatan ujung poros gasing akan menyimpang ke timur. Sedangkan pada haluan timur dan barat, kopel tersebut akan bekerja pada bidang tegak lurus poros gasing dan tidak menimbulkan presesi. Maka pada haluan Timur / Barat kesalahannya = 0 Cara menghilangkan kesalahan balistik ini adalah dengan cara: a. Gasing digantung pada poros mendatar. b. Gasing ditera (balancing) sehingga semua berat menjadi simetri dan tidak timbul adanya gaya sentrifugal

14 4. Kesalahan ayunan / olengan Apabila kapal mengoleng / mengangguk, pedoman gasing tidak akan terpengaruh langsung karena pedoman diletakkan pada phantom-ring (cincin-cincin lenja) sehingga dapat bergerak bebas. Namun menurut percobaan yang telah dilakukan, pada haluanhaluan tertentu, bila terjadi olengan / anggukan kapal, terjadi kesalahan pedoman Walaupun kesalahan ini sangat tergantung pada haluan kapal, Namun fokusnya adalah anggukan dan olengan kapal. Oleh karenanya dinamakan kesalahan ayunan / olengan. Kesalahan olengan maksimum akan terjadi apabila kapal berlayar dengan haluan Timur Laut, Tenggara, Barat Daya, atau Barat Laut. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah kesalahan ayunan adalah: a. Sensitive element harus di balance b. Pipa penghubung antara bejana mercury harus dipersempit c. Di atas bejana harus diberi pemberat d. Pada Spider-frame diberi sisir berbentuk lengkungan e. Sp[ider-frame digantung pada silinder minyak atau memakai torak sebagai factor damper (peredam goncangan) 5. Kesalahan Konstan (Index Error) Kesalahan ini adalah kesalahan yang terjadi pada saat merakit pesawat atau pada saat pemasangan di kapal. Untuk menghilangkannya adalah dengan cara menggeser pelat garis layer, yaitu dengan membuka sekerup pada lubber-ring, kemudian dengan hati-hati pelat garis layer digeser. E. PENATAAN PEDOMAN GASING DI KAPAL Sebagaimana disyaratkan oleh SOLAS 1974, bahwa setiap kapal yang memiliki isi kotor (gross tonnage) 1600 gt atau lebih, selain pedoman magnet, harus juga dilengkapi dengan sedikitnya satu unit pedoman gasing. Bagian-bagian utama dari pada penataan pedoman gasing di kapal adalah sebagai berikut (Lampiran II): 1. Power Supply Unit: Bagian yang mampu memberikan aliran tenaga listrik baik AC (Alternating Current = listrik arus bolak-balik) dan DC (Direct Current = listrik arus searah),

15 dengan tegangan dan frequensi yang tetap (Constant Voltage and Constant Frequency) 2. Control Panel Yaitu bagian yang memberikan kendali terutama tentang kelistrikan, baik untuk Master Gyro, Amplifier, dan repeater-repeater. 3. Master Gyro Yaitu bagian yang paling utama dari penataan pedoman gasing. Master Gyro terdiri dari bagian-bagian separti: a. Sensitive Element. Bagian penting pada elemen ini adalah gyro-scope b. Phantom Element. Bagian penting pada elemen ini adalah piringan pedoman c. Control Element. Bagian penting pada elemen ini adalah peredam / pengendali (mercury ballistic atau pipa minyak berongga) d. Spider Element. Bagian penting pada elemen ini adalah spider frame dan semi automatic corrector. e. Binnacle (rumah pedoman). Bagian penting pada binnacle adalah cincin lenja. 4. Junction Box Yaitu bagian yang menghubungkan control-panel dengan repeater-repeater 5. Repeater-repeater Yaitu pengulang penunjukan pada master-gyro, yang dihubungkan dengan alat-alat navigasi lain separti: RDF, Radar, Auto Pilot, Off-Course Alarm Unit, Pesawat Baring dan lainnya.

16 Lampiran I: Potongan melintang SPERRY GYRO COMPASS: Keterangan gambar: Sensitive Element: 1. Rotor (gyro) & Rotor Case 2. Compensating Weight 3. Vertical Ring 4. Suspension Wire 5. Pick-up transformer armature 6. Level (water pass) Phantom Element: 7. Phantom Ring 8. Pick-up transformer 9. Collector Ring 10. Azimuth gear 11. Compass Card

17 Control Element: 12. Container 13. Mercury Tube 14. Mercury Ballistic Frame Spider Element: 15. Spider Frame 16. Transmitter 17. Azimuth Motor 18. Brushes 19. Lubber ring (tidak tampak) 20. Semi Automatic Corrector (tidak tampak) Binnacle: 21. Gimbals Ring (gelang / cincin lenja) 22. Pitch damper (peredam anggukan kapal) 23. Roll damper (peredam olengan kapal) Lampiran II: Penataan Gyro Compass di Kapal:

18 SOAL-SOAL MANDIRI 1. Apa yang di maksud dengan gyro-scope? 2. Apa Syarat-syarat gyro-scope? 3. Sebutkan isi dari Hukum Gasing I & II? 4. factor-faktor yang mempengaruhi sifat-sifat gyro-scope adalah? 5. gambarkan diagram tilting dan drifting pada gyro-scope secara umum!

DAFTAR ISI BAB I PEDOMAN MAGNET

DAFTAR ISI BAB I PEDOMAN MAGNET BAB I PEDOMAN MAGNET A. PENDAHULUAN Pedoman, adalah alat navigasi yang berfungsi untuk menetapkan arah dilaut. Yaitu arah kemana kapal harus berlayar, dan arah benda-benda diluar kapal terhadap kapal kita

Lebih terperinci

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dalam gerak translasi gaya dikaitkan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi besaran yang dikaitkan dengan percepatan

Lebih terperinci

K = Mxa. K = mxa K = moment magnitis m = kekuatan magnetis a = panjang batang magnit

K = Mxa. K = mxa K = moment magnitis m = kekuatan magnetis a = panjang batang magnit Salah kalimasi Piringan Pedoman Yang dimaksud dengan salah kolimasi adalah sudut (penyimpangan) antara jarum-jarum magnit dan garis hubung arah Utara Selatan mawar pedoman. Sifat Peka Piringan Pedoman

Lebih terperinci

2.1 Zat Cair Dalam Kesetimbangan Relatif

2.1 Zat Cair Dalam Kesetimbangan Relatif PERTEMUAN VI 1.1 Latar Belakang Zat cair dalam tangki yang bergerak dengan kecepatan konstan tidak mengalami tegangan geser karena tidak adanya gerak relative antar partikel zat cair atau antara partikel

Lebih terperinci

Jadi momentum anguler adalah jumlah momen dari momentum linear jika sumbu putar sistem berhimpit.

Jadi momentum anguler adalah jumlah momen dari momentum linear jika sumbu putar sistem berhimpit. Momentum Anguler Pada gerak translasi, momentum linear sebuah benda adalah perkalian massa dan kecepatan linear (translasi) p = m v. Pada gerak rotasi dikenal dengan momentum anguler dengan notasi L analog

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

BAB 3 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR 80 BAB 3 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Benda tegar adalah benda yang dianggap sesuai dengan dimensi ukuran sesungguhnya dengan jarak antar partikel penyusunnya tetap. Ketika benda tegar

Lebih terperinci

DASAR-DASAR LISTRIK ARUS AC

DASAR-DASAR LISTRIK ARUS AC BAB X DASAR-DASAR LISTRIK ARUS AC Tujuan Pembelajaran : - Memahami Dasar-dasar listrik AC - Mengetahui prinsip kerja dan kontruksi Generator A. PERBEDAAN AC DAN DC Perbedaan arus bolak-balik dan arus searah

Lebih terperinci

BAB I ILMU PELAYARAN DATAR

BAB I ILMU PELAYARAN DATAR BAB I ILMU PELAYARAN DATAR PENDAHULUAN Untuk pelayaran sebuah kapal dari tempat tolak ke tempat tujuan dengan aman dan efisien dipergunakan bermacam-macam pengetahuan Navigasi dimana salah satu diantaranya

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR KESETIMBANGAN BENDA TEGAR 1 KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : a. KINEMATIKA = Ilmu gerak Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Listrik Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Motor listrik yang umum digunakan di dunia Industri adalah motor listrik asinkron

Lebih terperinci

Lely Etika Sari ( ) Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi

Lely Etika Sari ( ) Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI MASSA BANDUL TERHADAP POLA GERAK BANDUL DAN VOLTASE BANGKITAN GENERATOR PADA SIMULATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GELOMBAN LAUT SISTEM BANDUL KONIS Lely Etika Sari (2107100088)

Lebih terperinci

v adalah kecepatan bola A: v = ωr. Dengan menggunakan I = 2 5 mr2, dan menyelesaikan persamaanpersamaan di atas, kita akan peroleh: ω =

v adalah kecepatan bola A: v = ωr. Dengan menggunakan I = 2 5 mr2, dan menyelesaikan persamaanpersamaan di atas, kita akan peroleh: ω = v adalah kecepatan bola A: v = ωr. ω adalah kecepatan sudut bola A terhadap sumbunya (sebenarnya v dapat juga ditulis sebagai v = d θ dt ( + r), tetapi hubungan ini tidak akan kita gunakan). Hukum kekekalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Standar Pengujian Tarik Standar pengujian tarik yang digunakan adalah American Society for Testing Materials (ASTM) E 8M-04 sebagai acuan metode pengujian standar pengujian tarik

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik Nama : Gede Teguh Pradnyana Yoga NIM : 1504405031 No Absen/ Kelas : 15 / B MK : Teknik Tenaga Listrik PRINSIP KERJA MOTOR A. Pengertian Motor Listrik Motor listrik merupakan sebuah perangkat elektromagnetis

Lebih terperinci

V. Medan Magnet. Ditemukan sebuah kota di Asia Kecil (bernama Magnesia) lebih dahulu dari listrik

V. Medan Magnet. Ditemukan sebuah kota di Asia Kecil (bernama Magnesia) lebih dahulu dari listrik V. Medan Magnet Ditemukan sebuah kota di Asia Kecil (bernama Magnesia) lebih dahulu dari listrik Di tempat tersebut ada batu-batu yang saling tarik menarik. Magnet besar Bumi [sudah dari dahulu dimanfaatkan

Lebih terperinci

UJI GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR TEST) ASTM D

UJI GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR TEST) ASTM D 1. LINGKUP Pedoman ini mencakup metode pengukuran kuat geser tanah menggunakan uji geser langsung UU. Interpretasi kuat geser dengan cara ini bersifat langsung sehingga tidak dibahas secara rinci. 2. DEFINISI

Lebih terperinci

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m. Contoh Soal dan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. a) percepatan gerak turunnya benda m Tinjau katrol : Penekanan pada kasus dengan penggunaan persamaan Σ τ = Iα dan Σ F = ma, momen inersia (silinder

Lebih terperinci

PUNTIRAN. A. pengertian

PUNTIRAN. A. pengertian PUNTIRAN A. pengertian Puntiran adalah suatu pembebanan yang penting. Sebagai contoh, kekuatan puntir menjadi permasalahan pada poros-poros, karena elemen deformasi plastik secara teori adalah slip (geseran)

Lebih terperinci

BAB V PEDOMAN MAGNET

BAB V PEDOMAN MAGNET BAB V PEDOMAN MAGNET PENDAHULUAN Di dalam bab ini akan dibahas mengenai alat navigasi yang paling konvensional dan penting di kapal, yang digunakan untuk menentukan arah di laut, yaitu pedoman magnit.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pompa Sentrifugal 2.1.1. Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu mesin kinetis yang mengubah energi mekanik menjadi energi fluida menggunakan

Lebih terperinci

BAB DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

BAB DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR BAB DNAMKA OTAS DAN KESEMBANGAN BENDA TEGA. SOA PHAN GANDA. Dengan menetapkan arah keluar bidang kertas, sebagai arah Z positif dengan vektor satuan k, maka torsi total yang bekerja pada batang terhadap

Lebih terperinci

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis BAB II RESULTAN (JUMLAH) DAN URAIAN GAYA A. Pendahuluan Pada bab ini, anda akan mempelajari bagaimana kita bekerja dengan besaran vektor. Kita dapat menjumlah dua vektor atau lebih dengan beberapa cara,

Lebih terperinci

FISIKA XI SMA 3

FISIKA XI SMA 3 FISIKA XI SMA 3 Magelang @iammovic Standar Kompetensi: Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar: Merumuskan hubungan antara konsep torsi,

Lebih terperinci

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : BAB VI KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Standar Kompetensi 2. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar 2.1 Menformulasikan hubungan antara konsep

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

BAB 3 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR 85 BAB 3 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Benda tegar adalah benda yang dianggap sesuai dengan dimensi ukuran sesungguhnya di mana jarak antar partikel penyusunnya tetap. Ketika benda tegar

Lebih terperinci

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121 SBMPTN 017 Fisika Soal SBMPTN 017 - Fisika - Kode Soal 11 Halaman 1 01. 5 Ketinggian (m) 0 15 10 5 0 0 1 3 5 6 Waktu (s) Sebuah batu dilempar ke atas dengan kecepatan awal tertentu. Posisi batu setiap

Lebih terperinci

DINAMIKA PARTIKEL KEGIATAN BELAJAR 1. Hukum I Newton. A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda

DINAMIKA PARTIKEL KEGIATAN BELAJAR 1. Hukum I Newton. A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda KEGIATAN BELAJAR 1 Hukum I Newton A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda DINAMIKA PARTIKEL Mungkin Anda pernah mendorong mobil mainan yang diam, jika dorongan Anda lemah mungkin mobil mainan belum bergerak,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

Universitas Medan Area

Universitas Medan Area BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori Generator listrik adalah suatu peralatan yang mengubah enersi mekanis menjadi enersi listrik. Konversi enersi berdasarkan prinsip pembangkitan tegangan induksi

Lebih terperinci

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam

Lebih terperinci

Bagaimana Menurut Anda

Bagaimana Menurut Anda Bagaimana Menurut Anda Dapatkah kita mencabut paku yang tertancap pada kayu dengan menggunakan tangan kosong secara mudah? Menaikkan drum ke atas truk tanpa alat bantu dengan mudah? Mengangkat air dari

Lebih terperinci

dengan mmhg atau milibar, tinggi permukaan air raksa di dalam bejana akan tergantung dan naik turunnya air raksa dalam tabung.

dengan mmhg atau milibar, tinggi permukaan air raksa di dalam bejana akan tergantung dan naik turunnya air raksa dalam tabung. BABIII BAROMETER PENDAHULUAN Seperti dalam bab-bab yang terdahulu di dalam buku ini juga akan dijabarkan secara luas tentang alat-alat navigasi biasa yang disebut Barometer. Maksud kami adalah agar setiap

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

Soal :Stabilitas Benda Terapung

Soal :Stabilitas Benda Terapung TUGAS 3 Soal :Stabilitas Benda Terapung 1. Batu di udara mempunyai berat 500 N, sedang beratnya di dalam air adalah 300 N. Hitung volume dan rapat relatif batu itu. 2. Balok segi empat dengan ukuran 75

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI II-1 BAB II LANDASAN TEORI Suatu sistem penggerak yang terdapat dalam sebuah mobil tidak lepas dari peranan motor penggerak dan transmisi sebagai penghantar putaran dari motor penggerak sehingga mobil

Lebih terperinci

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) Diklat Teknis Kedelai Bagi Penyuluh Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Kedelai Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN

Lebih terperinci

Modul Sifat dan Operasi Gaya. Ir.Yoke Lestyowati, MT

Modul Sifat dan Operasi Gaya. Ir.Yoke Lestyowati, MT Modul Sifat dan Operasi Gaya Ir.Yoke Lestyowati, MT Konten E-Learning IDB 7in1 Terintegrasi PDITT 2015 BAB I SIFAT DAN OPEASI GAYA 1.1. Capaian Pembelajaran 1.1.1. Umum 1. Mampu menggunakan teori gaya

Lebih terperinci

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron BAB II MTR SINKRN Motor Sinkron adalah mesin sinkron yang digunakan untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Mesin sinkron mempunyai kumparan jangkar pada stator dan kumparan medan pada rotor.

Lebih terperinci

BAB IV BUOYANCY DAN STABILITAS BENDA MENGAPUNG

BAB IV BUOYANCY DAN STABILITAS BENDA MENGAPUNG A IV UOYANCY DAN STAIITAS ENDA ENAPUN Tujuan Pembelajaran Umum :. ahasiswa memahami konsep kesetimbangan statis untuk menyelesaikan gaya-gaya yang bekerja pada kasus benda yang mengapung, 2. ahasiswa mampu

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR MOMEN INERSIA. Tanggal percobaan: Selasa, 15 November Tanggal pengumpulan: Minggu, 20 November 2016

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR MOMEN INERSIA. Tanggal percobaan: Selasa, 15 November Tanggal pengumpulan: Minggu, 20 November 2016 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR MOMEN INERSIA Tanggal percobaan: Selasa, 15 November 2016 Tanggal pengumpulan: Minggu, 20 November 2016 Waktu: 100 menit Nama praktikan : Dini Istiqomah Nim : 11160163000039

Lebih terperinci

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW) Page : 1 LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW) 1. PENDAHULUAN. Las busur listrik elektrode terbungkus ialah salah satu jenis prose las busur listrik elektrode terumpan,

Lebih terperinci

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy. SOAL HIDRO 1. Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang dengan kemiringan dasar saluran 0,015, mempunyai kedalaman air 0,45 meter dan lebar dasar saluran 0,50 meter, koefisien kekasaran Manning

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perakitan kamera gyroscope, diawali dengan pembentukan rangka dengan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perakitan kamera gyroscope, diawali dengan pembentukan rangka dengan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Struktur Dasar Kamera Gyroscope Perakitan kamera gyroscope, diawali dengan pembentukan rangka dengan menggunakan pipa paralon 4 inchi dan keping CD sebagai gyroscope. Di bagian

Lebih terperinci

bermassa M = 300 kg disisi kanan papan sejauh mungkin tanpa papan terguling.. Jarak beban di letakkan di kanan penumpu adalah a m c m e.

bermassa M = 300 kg disisi kanan papan sejauh mungkin tanpa papan terguling.. Jarak beban di letakkan di kanan penumpu adalah a m c m e. SOAL : 1. Empat buah gaya masing-masing : F 1 = 100 N F 2 = 50 N F 3 = 25 N F 4 = 10 N bekerja pada benda yang memiliki poros putar di titik P. Jika ABCD adalah persegi dengan sisi 4 meter, dan tan 53

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Turbin Angin Turbin angin adalah suatu sistem konversi energi angin untuk menghasilkan energi listrik dengan proses mengubah energi kinetik angin menjadi putaran mekanis rotor

Lebih terperinci

Pelatihan Ulangan Semester Gasal

Pelatihan Ulangan Semester Gasal Pelatihan Ulangan Semester Gasal A. Pilihlah jawaban yang benar dengan menuliskan huruf a, b, c, d, atau e di dalam buku tugas Anda!. Perhatikan gambar di samping! Jarak yang ditempuh benda setelah bergerak

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA 1. Soal Olimpiade Sains bidang studi Fisika terdiri dari dua (2) bagian yaitu : soal isian singkat (24 soal) dan soal pilihan

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN POSISI KAPAL DIATAS PETA LAUT

BAB II PENENTUAN POSISI KAPAL DIATAS PETA LAUT BAB II PENENTUAN POSISI KAPAL DIATAS PETA LAUT Definisi-definisi Membaring ialah mengambil arahnya suatu benda dari kapal lalu arah tersebut dengan arah berlawanan dilukis sebuah garis dari titik yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Desember 2011 dan dilaksanakan di laboratorium lapang Siswadhi Soepardjo (Leuwikopo), Departemen

Lebih terperinci

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2 1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar BAB II TEORI DASAR Perencanaan elemen mesin yang digunakan dalam peralatan pembuat minyak jarak pagar dihitung berdasarkan teori-teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dan buku-buku literatur yang ada.

Lebih terperinci

5. Tentukanlah besar dan arah momen gaya yang bekerja pada batang AC dan batang AB berikut ini, jika poros putar terletak di titik A, B, C dan O

5. Tentukanlah besar dan arah momen gaya yang bekerja pada batang AC dan batang AB berikut ini, jika poros putar terletak di titik A, B, C dan O 1 1. Empat buah partikel dihubungkan dengan batang kaku yang ringan dan massanya dapat diabaikan seperti pada gambar berikut: Jika jarak antar partikel sama yaitu 40 cm, hitunglah momen inersia sistem

Lebih terperinci

GERAK MELINGKAR. = S R radian

GERAK MELINGKAR. = S R radian GERAK MELINGKAR. Jika sebuah benda bergerak dengan kelajuan konstan pada suatu lingkaran (disekeliling lingkaran ), maka dikatakan bahwa benda tersebut melakukan gerak melingkar beraturan. Kecepatan pada

Lebih terperinci

Theory Indonesian (Indonesia) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah.

Theory Indonesian (Indonesia) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah. Q1-1 Dua oal dalam Mekanika (10 poin) ebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah. Bagian A. The Hidden Disk (3.5 points) Kita tinjau sebuah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Dongkrak Dongkrak merupakan salah satu pesawat pengangkat yang digunakan untuk mengangkat beban ke posisi yang dikehendaki dengan gaya yang kecil. 2.1.1 Dongkrak

Lebih terperinci

Gambar 7.1 Sebuah benda bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus

Gambar 7.1 Sebuah benda bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus BAB 7. GERAK ROTASI 7.1. Pendahuluan Gambar 7.1 Sebuah benda bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus Sebuah benda tegar bergerak rotasi murni jika setiap partikel pada benda tersebut

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal ME KANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : a. KINE MATI KA = Ilmu

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Perencanaan Rancang Bangun Dalam merencanakan suatu alat bantu, terlebih dahulu kita harus memperhatikan faktor-faktor yang mendasari terlaksananya perencanaan alat bantu

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MUTU KLAS X

PENGENDALIAN MUTU KLAS X PENGENDLIN MUTU KLS X. Untuk mengukur ketebalan selembar kertas yang paling teliti menggunakan alat ukur. mistar. jangka sorong C. rol meter D. micrometer sekrup E. sferometer 2. Perhatikan gambar penunjuk

Lebih terperinci

Treefy Education Pelatihan OSN Online Nasional Jl Mangga III, Sidoarjo, Jawa WhatsApp:

Treefy Education Pelatihan OSN Online Nasional Jl Mangga III, Sidoarjo, Jawa  WhatsApp: Treefy Education PEMBAHASAN LATIHAN 1 1.a) Bayangkan bola berada di puncak pipa. Ketika diberikan sedikit dorongan, bola akan bergerak dan menabrak tanah dengan kecepatan. Gerakan tersebut merupakan proses

Lebih terperinci

GAMBAR TEKNIK PROYEKSI ISOMETRI. Gambar Teknik Proyeksi Isometri

GAMBAR TEKNIK PROYEKSI ISOMETRI. Gambar Teknik Proyeksi Isometri GAMBAR TEKNIK PROYEKSI ISOMETRI Gambar Teknik i halaman ini sengaja dibiarkan kosong Gambar Teknik ii Daftar Isi Daftar Isi... iii... 1 1 Pendahuluan... 1 2 Sumbu, Garis, dan Bidang Isometri... 2 3 Skala

Lebih terperinci

TUGAS MAHASISWA TENTANG

TUGAS MAHASISWA TENTANG TUGAS MAHASISWA TENTANG o DIAGRAM BIDANG MOMEN, LINTANG, DAN NORMAL PADA BALOK KANTILEVER. o DIAGRAM BIDANG MOMEN, LINTANG, DAN NORMAL PADA BALOK SEDERHANA. Disusun Oleh : Nur Wahidiah 5423164691 D3 Teknik

Lebih terperinci

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran Bab 5 Puntiran 5.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai kekuatan dan kekakuan batang lurus yang dibebani puntiran (torsi). Puntiran dapat terjadi secara murni atau bersamaan dengan beban aksial,

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika Medan Magnet - Latihan Soal Doc. Name: RK13AR12FIS0301 Version: 2016-10 halaman 1 01. Medan magnet dapat ditimbulkan oleh: (1) muatan listrik yang bergerak (2) konduktor

Lebih terperinci

MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB

MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB A. Gerak Semu Benda Langit Bumi kita berputar seperti gasing. Ketika Bumi berputar pada sumbu putarnya maka hal ini dinamakan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI 3 FASA

BAB II MOTOR INDUKSI 3 FASA BAB II MOTOR INDUKSI 3 FASA 2.1 Umum Motor listrik merupakan beban listrik yang paling banyak digunakan di dunia, motor induksi tiga fasa adalah suatu mesin listrik yang mengubah energi listrik menjadi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

Statika. Pusat Massa Dan Titik Berat

Statika. Pusat Massa Dan Titik Berat Statika Pusat Massa Dan Titik Berat STATIKA adalah ilmu kesetimbangan yang menyelidiki syarat-syarat gaya yang bekerja pada sebuah benda/titik materi agar benda/titik materi tersebut setimbang. PUSAT MASSA

Lebih terperinci

- Bila kedua penunjukkan adalah sama berarti garis layar telah tepat.

- Bila kedua penunjukkan adalah sama berarti garis layar telah tepat. Cincin lenja (sepasang) yang pertama ini dilengkapi juga dengan tanduk yang fungsinya tempat cincin lenja pertama duduk pada sepasang cincin lenja yang kedua. Fungsi kedua pasang cincin lenja tersebut

Lebih terperinci

Bab IV Analisis dan Pengujian

Bab IV Analisis dan Pengujian Bab IV Analisis dan Pengujian 4.1 Analisis Simulasi Aliran pada Profil Airfoil Simulasi aliran pada profil airfoil dimaskudkan untuk mencari nilai rasio lift/drag terhadap sudut pitch. Simulasi ini tidak

Lebih terperinci

Prediksi 1 UN SMA IPA Fisika

Prediksi 1 UN SMA IPA Fisika Prediksi UN SMA IPA Fisika Kode Soal Doc. Version : 0-06 halaman 0. Dari hasil pengukuran luas sebuah lempeng baja tipis, diperoleh, panjang = 5,65 cm dan lebar 0,5 cm. Berdasarkan pada angka penting maka

Lebih terperinci

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Fisika Kelas XI SCI Semester I Oleh: M. Kholid, M.Pd. 43 P a g e 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Kompetensi Inti : Memahami, menerapkan, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dasar tentang turbin air Turbin berfungsi mengubah energi potensial fluida menjadi energi mekanik yang kemudian diubah lagi menjadi energi listrik pada generator.

Lebih terperinci

Pengertian Momen Gaya (torsi)- momen gaya.

Pengertian Momen Gaya (torsi)- momen gaya. Pengertian Momen Gaya (torsi)- Dalam gerak rotasi, penyebab berputarnya benda merupakan momen gaya atau torsi. Momen gaya atau torsi sama dengan gaya pada gerak tranlasi. Momen gaya (torsi) adalah sebuah

Lebih terperinci

drimbajoe.wordpress.com

drimbajoe.wordpress.com 1. Suatu bidang berbentuk segi empat setelah diukur dengan menggunakan alat ukur yang berbeda, diperoleh panjang 5,45 cm, lebar 6,2 cm, maka luas pelat tersebut menurut aturan penulisan angka penting adalah...

Lebih terperinci

GERAK MELINGKAR BERATURAN

GERAK MELINGKAR BERATURAN Pengertian Gerak melingkar GERAK MELINGKAR BERATURAN Gerak melingkar beraturan adalah gerak yang lintasannya berbentuk lingkaran dengan laju konstan dan arah kecepatan tegak lurus terhadap arah percepatan.

Lebih terperinci

BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI

BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI Momen gaya : Simbol : τ Momen gaya atau torsi merupakan penyebab benda berputar pada porosnya. Momen gaya terhadap suatu poros tertentu

Lebih terperinci

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. HUKUM-HUKUM GERAK NEWTON Beberapa Definisi dan pengertian yang berkaitan dgn hukum gerak newton

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya.

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya. BAB II TEORI DASAR 2.1 Hydraulic Excavator Secara Umum. 2.1.1 Definisi Hydraulic Excavator. Excavator adalah alat berat yang digunakan untuk operasi loading dan unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya,

Lebih terperinci

Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi

Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi I.1 Pendahuluan Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam. Dalam mekanika teknik,

Lebih terperinci

Fisika UMPTN Tahun 1986

Fisika UMPTN Tahun 1986 Fisika UMPTN Tahun 986 UMPTN-86-0 Sebuah benda dengan massa kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari, m. Jika

Lebih terperinci

Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain. benda + gaya = gerak?????

Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain. benda + gaya = gerak????? DINAMIKA PARTIKEL GAYA Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain Macam-macam gaya : a. Gaya kontak gaya normal, gaya gesek, gaya tegang tali, gaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUKURAN

BAB III METODOLOGI PENGUKURAN BAB III METODOLOGI PENGUKURAN Kincir angin merupakan salah satu mesin konversi energi yang dapat merubah energi kinetic dari gerakan angin menjadi energi listrik. Energi ini dibangkitkan oleh generator

Lebih terperinci

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan . (5 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan dengan H). Kecepatan awal horizontal bola adalah v 0 dan

Lebih terperinci

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R DOKUMEN ASaFN. Sebuah uang logam diukur ketebalannya dengan menggunakan jangka sorong dan hasilnya terlihat seperti pada gambar dibawah. Ketebalan uang tersebut adalah... A. 0,0 cm B. 0, cm C. 0, cm D.

Lebih terperinci

MAKALAH MOMEN INERSIA

MAKALAH MOMEN INERSIA MAKALAH MOMEN INERSIA A. Latar belakang Dalam gerak lurus, massa berpengaruh terhadap gerakan benda. Massa bisa diartikan sebagai kemampuan suatu benda untuk mempertahankan kecepatan geraknya. Apabila

Lebih terperinci

2. Mesin Frais/Milling

2. Mesin Frais/Milling 2. Mesin Frais/Milling 2.1 Prinsip Kerja Tenaga untuk pemotongan berasal dari energi listrik yang diubah menjadi gerak utama oleh sebuah motor listrik, selanjutnya gerakan utama tersebut akan diteruskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Dalam tugas akhir ini, penulis memaparkan empat penelitian terdahulu yang relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed Drive

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial fluida, atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

Bab 3. Teleskop Bamberg

Bab 3. Teleskop Bamberg Bab 3 Teleskop Bamberg 3. 1 Teleskop Refraktor Teleskop optik berfungsi mengumpulkan dan memfokuskan cahaya dari bagian spektrum cahaya tampak elektromagnetik agar dapat langsung melihat gambar yang diperbesar.

Lebih terperinci

Rumus Minimal. Debit Q = V/t Q = Av

Rumus Minimal. Debit Q = V/t Q = Av Contoh Soal dan tentang Fluida Dinamis, Materi Fisika kelas 2 SMA. Mencakup debit, persamaan kontinuitas, Hukum Bernoulli dan Toricelli dan gaya angkat pada sayap pesawat. Rumus Minimal Debit Q = V/t Q

Lebih terperinci

Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik.

Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik. Generator listrik Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik. Proses ini dikenal sebagai pembangkit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi umum Desain struktur merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses perencanaan bangunan. Proses desain merupakan gabungan antara unsur seni dan sains yang membutuhkan

Lebih terperinci

Bagaimana Sebuah Pesawat Bisa Terbang? - Fisika

Bagaimana Sebuah Pesawat Bisa Terbang? - Fisika PESAWAT TERBANG Dengan mempelajari bagaimana pesawat bisa terbang Anda akan mendapatkan kontrol yang lebih baik atas UAV Anda. Bagaimana Sebuah Pesawat Bisa Terbang? - Fisika Empat gaya aerodinamik yang

Lebih terperinci